View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran Matematika dipandang sebagai bagian dari ilmu-ilmu dasar yang
berkembang pesat baik isi maupun aplikasinya serta dapat menumbuhkan kemampuan
siswa untuk berfikir kritis, sistematis, logis, inovatif dan berkemampuan bekerja sama
yang efektif. Sebagaimana diketahui bahwa matematika adalah ilmu deduktif, formal,
menggunakan bahasa simbol dan objek kajiannya bersifat abstrak.1
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari
Sekolah Dasar (SD)/MI yang berumur berkisar antara 6 atau 7 tahun, samapi 12 tahun
atau 13 tahun. Menurut piaget, anak-anak berada fase operasional konkret.
Kemampuan yang tampak pada fase operasional konkret.2
Selain itu, matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk
diajarkan di SD/MI karena matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari – hari
siswa – siswi dan diperlukan untuk mempelajari matematika lebih lanjut dan mata
pelajaran lain.
Di Sekolah Dasar(SD)/MI mata pelajaran Matematika meliputi tiga aspek
yaitu bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Apabila sejak dini
ketiga aspek tersebut dapat dikuasai dengan baik, maka siswa akan dengan mudah
menguasai aspek-aspek yang tingkat kesulitannya lebih tinggi di jenjang berikutnya.3
Tujuan pembelajaran Matematika di SD/MI adalah melatih cara berfikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan 1 Saepul A, Kusaeri dkk, Pembelajaran Matematika I, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), hal. 62 Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal. 13http://www.psychologymania.com/2012/12/karakteristik-pembelajaran-matematika.html
1
inkonsisten dan mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu,
membuat prediksi dan dugaan ,mencoba-coba serta kemampuan memecahkan
masalah.
Dengan demikian peran seorang guru dalam menciptakan pembelajaran yang
inovatif dan berkompeten sangat menentukan. Oleh karena itu untuk menghadapi
perkembangan yang cepat dan mendasar diperlukan yang berkompeten sehingga
menjadikan siswa yang berkompeten pula.
Hasil wawancara peneliti dengan guru Matematika di MI Nurul Huda
kecamatan Tulangan kabupaten Sidoarjo pada tanggal 17 Februari 2014. Dari hasil
wawancara tersebut, masih banyak yang belum memahami materi FPB dan KPK.
Dari 20 siswa hanya 30% yang memahami materi selebihnya belum memahami
materi khususnya, pada kompetensi dasar “Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB)”. 4
Dari wawancara ini banyak sekali siswa yang tidak suka dengan pelajaran
matematika karena pelajaran matematika pelajaran yang membosankan selain itu
matematika juga memerlukan kerja keras otak untuk berfikir.
Berdasarkan hasil analisis peneliti, faktor yang diduga sebagai penyebab
rendahnya hasil belajar siswa pada materi KPK dan FPB mata pelajaran Matematika
adalah dalam media yang digunakan kurang inovatif dan menyenangkan.
Dengan melihat keadaan tersebut, peneliti ingin meningkatkan kemampuan
siswa dalam materi KPK dan FPB pada mata pelajaran Matematika dengan
4 Sudarmo, Guru bidang studi Matematika kelas IV MI Nurul Huda Tulangan Sidoarjo, 17 Februari 2014.
2
menggunakan media pembelajaran berupa Dakonmatika. Media ini diharapkan dapat
memberikan solusi bagi siswa yang kurang memahami dalam menentukan kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dab faktor persekutuan terbesar (FPB), terutama bagi
siswa yang kemampuan mengingatnya kurang, karena sebenarnya matematika bukan
untuk dihafal tetapi dipahami.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat disimpulkan rumusan
masalahnya adalah:
1. Bagaiman hasil belajar matematika siswa kelas IV materi KPK dan FPB di MI
Nurul Huda?
2. Bagaimana penerapan media pembelajaran Dakonmatika pada pelajaran
matematika siswa kelas IV di MI Nurul Huda?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika tentang FPB dan KPK pada
siswa kelas IV MI Nurul Huda dengan menggunakan media pembelajaran
Dakonmatika?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika pada siswa kelas IV materi KPK dan
FPB di MI Nurul Huda.
2. Untuk mengetahui penerapan media pembelajaran Dakonmatika pada pelajaran
matematika siswa kelas IV di MI Nurul Huda.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika tentang FPB dan KPK
pada siswa kelas IV MI Nurul Huda dengan menggunakan media pembelajaran
Dakonmatika.
3
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Untuk Sekolah :
Sebagai bahan masukan agar dapat mengetahui media pembelajaran yang
bervariasi dalam memperbaiki dan meningkatkan kreatifitas pembelajaran
Matematika terutama pada materi KPK dan FPB.
2. Untuk Guru :
Sebagai bahan masukan untuk mendapatkan pengetahuan dan media baru
tentang meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan media pembelajaran
Dakonmatika untuk mata pelajaran Matematika pada siswa kelas IV MI Nurul
Huda Tulangan Sidoarjo, khususnya materi KPK dan FPB.
3. Untuk Siswa:
Dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa dalam proses pembelajaran
Matematika pada siswa kelas IV MI Nurul Huda Tulangan Sidoarjo baik pada
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, serta keaktifan dan kreatifitas siswa
dalam pembelajaran.
4. Bagi peneliti:
a. Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki
pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas.
b. Peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada dalam proses
pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.
c. Peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam
rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada materi KPK dan FPB.
4
d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal penelitian
selanjutnya.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
1. Teori Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum
belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.5
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti.6
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga ranah
yaitu:
a. Ranah kognitif
Ranah ini mencakup kegiatan otak, yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti kemampuan
mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Dalam ranah kognitif
meliputi beberapa tingkatan :
1) Pengetahuan (knowledge)
Merupakan kemampuan mengingat dan kemampuan mengungkapkan
kembali informasi yang sudah dipelajarinya (recall) yakni mengetahui
5Damyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:Raneka cipta, 1999) hal 136 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), hal 30
6
tentang hal-hal khusus, peristilahan, fakta-fakta khusus, prinsip-prinsip
dan kaidah-kaidah.
2) Pemahaman (comprehension)
Merupakan kemampuan memahami suatu objek atas subjek
pembelajaran (mampu menerjemahkan, menafsirkan, menentukan,
memperkirakan, dan mengartikan)
3) Penerapan (application)
Merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur
pada situasi tertentu, yakni mampu memecahkan masalah, membuat
bagan/grafik, menggunakan istilah atau konsep – konsep.
4) Analisis (analysis)
Merupakan kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan
pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar
bagian bahan tersebut, yakni mampu mengenali kesalahan, membedakan,
menganalisis unsur – unsur, hubungan – hubungan, dan prinsip – prinsip
organisasi.
5) Sintesis (synthesis)
Merupakan kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam
suatu keseluruhan yang bermakna, yakni mampu menghasilkan,
menyusun kembali dan merumuskan
6) Evaluasi (evaluation)
Merupakan kemampuan membuat penilain terhadap sesuatu
berdasarkan maksud dan kriteria tertentu serta kemampuan untuk
memberikan suatu keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-
ukuran tertentu.
7
Dalam ranah Kognitif menggunakan pengkuran dengan tes lisan
dikelas atau berupa tes tulis. Ranah kognitif juga dapat diukur dengan
menggunakan portofolio.
b. Ranah afektif
Ranah afektif yakni ranah yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai dan
apresiasi. Ranah ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari
ranah kognitif. Dalam ranah Afektif meliputi 5 tingkatan :
1) Penerimaan
Yaitu sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala kondisi
keadaan atau suatu masalah.
2) Merespons (menanggapi)
Ditunjukkan oleh kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tertentu.
3) Menghargai
Berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian atau
kepercayaan kepada gejala atau subjek tertentu.
4) Mengorganisasi (mengelola)
Yaitu berkenaan dengan pengembangan nilai ke dalam sistem
organisasi tertentu termasuk hubungan antarnilai dan tingkat prioritas
nilai-nilai itu.
5) Karakterisasi nilai (menghayati)
Yaitu dengan mengadakan sintesis dan internalisasi, sistem nilai
dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang
dibangunnya itu dijadikan pandangan hidup serta dijadikan pedoman
dalam bertindak dan berprilaku.
8
Ada beberapa skala untuk mengukur ranah afektif yaitu :
1) Skala Likert
Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 5
respon yang menunjukkan tingkatan, misal :
SS : sangat setuju
S : setuju
TB : tidak berpendapat
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju
2) Skala Pilihan Ganda
Bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda.
3) Skala Thursione
Merupakan skala mirip skala buatan likert, karena merupakan suatu
instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.
c. Ranah psikomotorik
Ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Dalam
ranah Psikomotorik ada tujuh tingkatan :
1) Persepsi
Yaitu kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu yang dapat
dipermasalahkan.
2) Kesiapan
Yaitu berhubungan dengan kesediaan seseorang untuk melatih diri
tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan prilaku-prilaku
khusus.
9
3) Gerakan terbimbing
Yaitu kemampuan seseorang dalam mempraktikkan gerakan-gerakan
sesuai dengan contoh yang diamatinya (meniru).
4) Membiasakan
Yaitu kemampuan seseorang untuk mempraktikkan gerakan – gerakan
tertentu tanpa harus melihat contoh.
5) Gerakan kompleks (mampu berketrampilan secara lancar, luwes, supel,
gesit, lincah).
6) Menyesuaikan
Yaitu kemampuan beradaptasi gerakan atau kemampuan itu sudah
disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi yang sudah ada.
7) Menciptakan (kreatifitas)
Yaitu kemampuan seseorang untuk berkreasi dan mencipta sendiri
suatu karya.
Tes untuk mengukur aspek psikomotorik adalah tes yang dilakukan
untuk mengukur penampilan atau perbuatan atau kinerja (performance) yang
telah dikuasai siswa. Contoh tes penampilan atau kinerja :
1) Tes tertulis
2) Tes identifikasi
3) Tes simulasi
4) Tes patik kerja (word sample)7
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif
7 Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 126
10
juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses hasil belajar
disekolah.
2. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
a. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar)
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada
faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi
kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi,
perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
b. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar)
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan
belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.
Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar
yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh
siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.8
B. Pembelajaran Matematika
1. Teori Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “instruction”, terdiri
dari dua kegiatan utama, yaitu: a) Belajar (learning) dan b) Mengajar (Teaching),
kemudian disatukan dalam satu aktivitas, yaitu kegiatan belajar-mengajar yang
selanjutnya populer dengan istilah pembelajaran (Instruction).9
Istilah matematika berasal dari bahasa yunani mathem dan mathenem yang
berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat dengan kata sansekerta medha
8 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdikarya, 2005) hal1119 Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 180.
11
atau widya yang berarti kepandaian, ketahuan atau intelegensi. Berdasarkan
etimologi kata metematika berarti ilmu penngetahuan yang diperoleh dengan
bernalar. Disisi lain matematiaka dipandang sebagai ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan
lainnya dan ternagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.10
Pembelajaran matematika menurut Tim MKPBM (200: 8-9) berbagi dua
macam :
a. Pengertian pembelajaran matematika secara sempit, yaitu
proses pembelajaran dalam lingkup persekolahan, sehingga terjadi proses
sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber
atau fasilitas, dan teman sesama siswa.
b. Pengertian pembelajaran matematika secara luas, yaitu upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar matematika tumbuh
dan berkembang secara optimal.
Adapun tujuan pembelajaran khususnya pelajaran matematika adalah:
a. Melatih cara berpikir dan menalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, ekplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.
b. Mengembang aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
10 Arifin Muslim, Hakikat Matematika & Pembelajaran Matematika di SD, (Jogjakarta: Ar-Rizz Media, 2007), hal. 27.
12
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
garfik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.11
Ciri-ciri pembelajaran matematika di SD/MI sebagai berikut :
a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral.
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan
pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu
mengkaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya. Topik
sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami dan mempelajari
suatu topik matematika. Topik baru yang dipelajari merupakan pendalaman
dan perluasan dari topik sebelumnya. Konsep diberikan dimulai dengan
benda-benda konkrit kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk
pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum
digunakan dalam matematika.
b. Pembelajaran matematika bertahap
Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai
dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. Selain
itu pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, ke semi konkret dan
akhirnya kepada konsep abstrak. Untuk mempermudah siswa memahami
objek matematika maka benda-benda konkrit digunakan pada tahap konkrit,
kemudian ke gambar-gambar pada tahap semi konkrit dan akhirnya ke
simbol-simbol pada tahap abstrak. Contoh : Seorang guru yang akan mengajar
mengenai perkalian bilangan cacah di kelas 2, maka dapat memberikan
pemahaman arti perkalian dengan menggunakan benda-benda konkrit seperti
permen, kelereng, buku,penggaris, dll11 Depag RI, Standar Kompetensi MTs, (Jakarata: Depdiknas, 2005), hal. 21.
13
c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.
Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap
perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD
digunakan pendekatan induktif. Contoh : Pengenalan bangun-bangun ruang
tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan memperhatikan contoh-
contoh dari bangun tersebut dan mengenal namanya. Menentukan sifat-sifat
yang terdapat pada bangun ruang tersebut sehingga didapat pemahaman
konsep bangun-bangun ruang itu.
d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya
tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang
lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya. Meskipun di SD
pembelajaran matematika dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang
selanjutnya generalisasi suatu konsep harus secara deduktif.
e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi
pelajaran yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam belajar
bermakna aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil tidak diberikan dalam
bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil
ditemukan oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD, kemudian
dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.
C. FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil)
1. Pengertian FPB (Faktor Persekutuan Terbesar)
14
Faktor adalah suatu bilangan yang membagi bilangan lain dengan tidak tersisa.
Faktor persekutuan adalah himpunan dari semua faktor – faktor yang sama yang
berasal dari dua bilangan atau lebih. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) adalah
suatu bilangan yang didapat dari faktor persekutuan dua bilangan atau lebih dan
yang paling besar.
2. Pengertian KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil)
Setiap bilangan merupakan kelipatan dari suatu bilangan dan merupakan hasil
perkalian bilangan tersebut. Kelipatan bilangan diperoleh dari perkalian bilangan
asli. Kelipatan persekutuan adalah himpunan dari semua kelipatan yang sama
dari beberapa bilangan. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah suatu
bilangan yang paling kecil yang diperoleh dari himpunan kelipatan terkecil dari
dua bilangan atau lebih.12
D. Media Pembelajaran Dakonmatika
1. Pengertian Dakonmatika
Salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika adalah dengan
penggunaan Dakonmatika sebagai implikasi pembelajaran FPB (Faktor
Persekutuan Terbesar) dan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil).
Dakonmatika adalah suatu media visual dalam pembelajaran matematikan
yang merupakan inovasi baru sebagai media pembelajaran matematika.
Dakonmatika menggabungkan antara permainan tradisional dan pembelajaran
matematika. Sehingga diharapkan selain mampu menjadi media pembelajaran
matematika yang menyenangkan dakonmatika juga mampu melestarikan salah
satu permainan tradisional yaitu dakon.
2. Tujuan Media Dakonmatika
12 Joko Untoro, Genius Matematika Kelas 6 SD, (Bandung: Wahyu Media, 1998), hal 11
15
Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika
kedalam situasi kehidupan nyata, beberapa siswa menganggap pelajaran
matematika merupakan salah satu pelajaran yang sangat sulit dibanding dengan
pelajaran-pelajaran lain. Hal ini dikarenakan kebanyakan guru menyampaikan
materi dengan cara ceramah sehingga peserta didik sulit untuk memahaminya
karena mereka hanya menerima konsep-konsep yang masih abstrak.
Pada taraf usia anak SD mereka masih berfikir secara kongkrit sehingga
dengan pembelajaran yang menggunakan media visual (Dakonmatika) akan dapat
memudahkan peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan (KPK dan
FPB). Selain itu dengan media ini maka dapat menarik perhatian dan
menyenangkan bagi siswa sehingga pembelajaran matematika tidak membosankan
dan lebih variatif.
3. Fungsi Media Dakonmatika
a. Memberikan alternatif metode pembelajaran matematika yang menyenangkan
untuk peserta didik.
b. Memberikan alternatif games edukatif bagi anak-anak.
c. Bagi guru dapat memudahkan guru dalam mengajarkan materi FPB dan KPK.
d. Bagi siswa dapat memudahkan dalam memahami materi FPB dan KPK.
e. Bagi sekolah dapat memberikan sumbangan dalam peningkatan hasil belajar
matematika.
4. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan:
1) Gunting
2) Penggaris
3) Spidol
16
4) Lem
5) Doubletape
b. Bahan yang Digunakan :
1) Gelas plastik bekas
2) Papan triplek
3) Styrofoam
4) Cat Poster
5) Kertas emas
6) Sedotan dibentuk bintang (bisa juga diganti dengan biji-bijian)
7) Kertas HVS
5. Cara Pembuatan
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Gelas plastik bekas di cat atau diberi gambar.
c. Lalu dikeringkan hingga catnya kering kemudian bawah gelas ditempeli
angka 1- 48, dan dua gelas ditempeli A dan B.
d. Siapkan triplek berukuran sesuai Styrofoam.
e. Styrofoam ditempeli kertas emas kemudian ditempel pada triplek.
f. Menempelkan gelas plastik pada Styrofoam sesuai dengan urutan angka,
seperti pada gambar berikut :
g. Media pembelajaran Dakonmatika telah siap digunakan.
6. Petunjuk Penggnaan
17
a. Untuk mencari KPK
1) Permainan ini dilakukan oleh dua orang.
2) Setiap orang memegang satu angka (misalnya mencari KPK dari 5 dan 2
maka orang pertama fokus pada angka 5 dan orang selanjutnya fokus
pada angka 2).
3) Orang pertama yang memegang angka 5 maka dia akan menjalankan biji
dakon (mengisi lobang lobang dakon) pada kelipatan lima.
4) Setelah orang pertama selesai maka orang ke dua melanjutkan permainan
dengan memasukkan biji dakon pada lubang kelipatan dua kemudian
berhenti setelah biji dakon orang pertama dan biji dakon orang kedua
berada pada satu lubang (lubang 10)
5) Biji pemain pertama dan pemain kedua berada pada lubang kesepuluh
maka 10 merupakan KPK dari 5 dan 2.
6) Permainan diulang dengan soal yang berbeda.
b. Untuk mencari FPB
1) Misal mencari FPB dari 6 dan 4
18
2) Maka orang pertama menaruh 6 biji dakon dalam lingkaran A dan orang
keda menaruh 4 biji dakon pada lingkaran B.
3) Orang pertama meperhatikan biji-biji pada lingkaran A dan orang kedua
memperhatikan biji-biji pada lingkaran B.
4) Orang pertama meletakkan biji pada bilangan yang merupakan faktor dari
6 dan orang kedua meletakkan biji pada bilangan yang merupakan faktor
dari 4.
5) Bilangan terbesar dimana terdapat 2 biji dengan warna berbeda
merupakan faktor persekutuan terbesar dari kedua bilangan tersebut. Jadi
2 merupakan FPB dari 6 dan 4.
6) Permainan diulang dengan soal yang berbeda.
7. Kelebihan Media Dakonmatika
a. Menjadikan pembelajaran matematika lebih variatif, inovatif dan kreatif.
b. Mempermudah pemahaman peserta didik karena lebih kongkrit.
c. Mempermudah guru dalam menyampaikan materi KPK dan FPB.
19
d. Lebih menarik perhatian peserta didik dalam pembelajaran matematika
khususnya KPK dan FPB sehingga tidak membosankan.
e. Memotivasi peserta didik untuk belajar matematikan dan menyukai pelajaran
matematika.
f. Memanfaatkan barang bekas untuk dijadikan media pembelajaran yang
menarik, efektif dan efisien.
g. Meningkatkan hasil belajar peserta didik.
h. Dapat digunakan berulang kali.
8. Kelemahan Media Dakonmatika
a. Tidak bisa untuk mencari KPK dan FPB dengan nilai yang besar.
b. Tidak adanya audio sehingga harus dijelaskan oleh guru.
c. Sulit ditampakkan dalam kelas dengan kuantitas peserta didik yang banyak .
d. Media pembelajaran ini mudah lepas karena gelas plastik hanya di lem.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk melakukan penelitian
pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran. Dalam penelitian
ini, peneliti langsung terjun ke lapangan dalam kegiatan pembelajaran bersama guru
dan siswa selama pembelajaran berlangsung, yakni menggunakan bentuk kolaboratif,
yang mana guru merupakan mitra kerja peneliti.
Secara etimologis ada tiga istilah yang berhubungan dengan PTK, yakni
penelitian, tindakan dan kelas.
20
1. Penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara
sistematis, empiris, dan terkontrol.
2. Tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan peneliti.
Tindakan diarahkan untuk memperbaiki kinerja yang dilakukan guru.
3. Kelas menunjukkan pada tempat proses pembelajaran berlangsung. PTK
dilakukan didalam kelas yang tidak di setting untuk kepentingan penelitian
secara khusus, akan tetapi berlangsung dalam keadaan dan kondisi yang real
tanpa direkayasa.13
Berdasarkan pemahaman tiga kata kunci tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar
sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan yang sengaja
dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru, oleh guru besama-sama dengan
peserta didik, atau oleh peserta didik dibawah bimbingan guru, dengan maksud untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Spiral
Kemmis dan MC Taggart secara berulang-ulang, semakin lama, diharapkan semakin
meningkat perubahannya atau pencapaian hasilnya. Dalam perencanaan Kemmis
menggunakan sistem spiral yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan,
refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang
pemecahan.14
Desain model Kemmis & Taggart ini pada hakekatnya berupa perangkat-
perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen,
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat untaian yang berupa
untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.
13 Wina Sanyaja, Penelitian Tindakan Kelas, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012 ) hal.26-2714 Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), 68.
21
Metode yang digunakan pada peneliti ini adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research) yang dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah
pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan
masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam
situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.15
Adapun jenis tindakan yang di teliti adalah sebagai berikut :
1. Penerapan media pembelajaran dakonmatika pada pelajaran matematika di MI
Nurul Huda Tulangan Sidoarjo
2. Aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran
3. Aktivitas siswa dalam mengelola pembelajaran
B. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV MI Nurul Huda Tulangan Sidoarjo pada mata
pelajaran matematika.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan semester ganjil yaitu pada bulan
September 2014.
3. Subyek penelitian
Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Nurul Huda
tahun ajaran 2013-2014 dengan jumlah siswa sebanyak 20 yang terdiri dari 12 siswa
perempuan dan 8 siswa laki-laki.
Pemilihan kelas ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa hasil belajar
dikelas ini masih perlu ditingkatkan sesuai dengan hasil observasi yang telah peneliti
lakukan. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran
dakonmatika belum pernah diterapkan pada sekolah tersebut.15 Wina Sanyaja, Penelitian Tindakan Kelas, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012 ) 26
22
C. Variabel yang di Teliti
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan hasil belajar
dengan menerapkan media pembelajaran dakonmatika pada mata pelajaran matematika
kelas IV. Disamping variabel tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu :
1. Variabel input : siswa kelas IV MI Nurul Huda Tulangan Sidoarjo
2. Variabel Proses : penerapan media pembelajaran dakonmatika
3. Variabel output : hasil belajar siswa materi KPK dan FPB pada mata pelajaran
matematika.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester I MI Nurul Huda Tulangan
Sidoarjo dengan jumlah siswa sebanyak 20 anak. Pertimbangan peneliti mengambil
subyek ini di karenakan siswa kelas IV masih kurang memahami materi KPK dan FPB.
Media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah media
pembelajaran dakonmatika, mengapa peneliti menggunakan media pembelajaran?
Karena beberapa sebab peneliti ingin meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
KPK dan FPB dengan menggunakan media pembelajaran dakonmatika ini kepada
siswa kelas IV MI Nurul Huda. Jadi siswa dapat menentukan KPK dan FPB secara
cepat dan tidak akan salah selagi metode dan caranya benar.
D. Rancangan Tindakan
Penelitian ini di rancang dengan menggunakan model siklus, dan dilaksanakan
dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas beberapa tahap, yaitu: tahap membuat
rencana tindakan , melaksanakan tindakan, mengadakan pemantauan atau observasi,
mengadakan refleksi.
Peneliti memilih model siklus karena apabila pada awal pelaksanaan adanya
kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali dan memperbaiki pada siklus-
23
siklus selanjutnya sampai apa yang di inginkan peneliti tercapai. Jika sampai pada
siklus dua belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.
1. Pelaksanaan Penelitian
Siklus 1
a. Menyusun perencanaan (planning)
Pada tahap ini peneliti membuat rancangan RPP, menyusun fasilitas atau
sarana seperti media yang di perlukan dikelas, mempersiapkan instrumen untuk
menganalis data mengenai proses dan hasil tindakan yaitu : lembar kerja,
lembar observasi guru dan siswa.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan yang
telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Langkah-langkah dalam RPP
Kegiatan awal
- Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
- Menanyakan kabar siswa pada saat ini
- Berdoa dengan di pimpin oleh perwakilan siswa
- Menyampaikan tujuan pembelajaran
- Mengaitkan pembelajaran yang sudah dipelajari dengan pembelajaran
yang akan di pelajari saat ini.
- Menumbuhkan motivasi dan minat untuk meningkatkan hasil belajar
matematika khususnya pada materi menentukan KPK dan FPB.
Kegiatan Inti
24
- Guru memberikan gambaran umum yang berkaitan dengan FPB dan KPK
sambil mengarahkan siswa untuk melihat benda-benda yang ada di kelas
kemudian mengaitkan benda-benda tersebut dengan materi FPB dan KPK
yang akan dibahas
- Siswa memperhatikan dan mengamatinya
- Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran dakonmatika yang telah tersedia.
- Guru memberikan masalah berupa soal cerita tentang FPB dan KPK.
- Siswa dibagi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 2 siswa. Siswa
memperhatikan dan mencermati kalimat yang ada dalam cerita tersebut.
Soal pada tiap kelompok berbeda. Siswa kemudian berlatih untuk
menyelesaiakan soal cerita dengan menggunakan media pembelajaran
dakomatika.
- Setelah selesai mengerjakan, tiap perwakilan kelompok pindah ke
kelompok lain untuk menjelaskan hasil kerja kelompoknya.
- Setelah itu, guru menunjuk salah seorang siswa untuk tampil ke depan
menjawab soal cerita yang telah diberikan dengan menggunakan media
pembelajaran dakonmatika.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang lainnya untuk
menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
- Guru mengoreksi dan menyempurnakan jawaban siswa yang belum tepat
serta membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Penutup
- Guru memberikan penilaian tentang diskusi kelompok
25
- Untuk kegiatan akhir guru mengulang lagi tentang apa yang sudah
dipelajari dan manfaatnya.
- Guru menutup pembelajarn dengan berdoa dan mengingatkan siswa-siswi
untuk belajar dan di akhiri dengan salam.
c. Melaksanakan observasi (observing)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mengamati perilaku siswa-siswi
dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar dan memantau aktivitas guru
dalam mengelolah pembelajaran yang telah di rancang sesuai dengan tujuan
PTK.
d. Melakukan refleksi (reflekting)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi,
mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat
kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan perancangan siklus
berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.
Refleksi terhadap proses belajar mengajar ini perlu dilakukan anatara
penelitian dan pengamatan untuk menemukan penyebab mencari jalan
pemecahannya. Dengan demikian diharapkan pada akhir siklus tujuan yang
telah direncanakan dapat tercapai.
2. Pelaksanaan penelitian
Siklus II
E. Data dan Cara Pengumpulan
1. Sumber data
Sumber data PTK ini adalah :
a. Siswa
26
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa selama proses
kegiatan belajar mengajar
b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi alat peraga batang
nepier terhadap hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
2. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan agar bisa
mendapatkan data yang yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
a. Observasi
Merupakan proses pengamatan atau pengindraan langsung terhadap
kondisi, situasi, proses, dan prilaku saat proses pembelajaran berlangsung.
Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar dan penerapan materi dengan menggunakan
media pembelajaran dakonmatika yang dilaksanakan guru dan peneliti .
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi melalui
komunikasi secara langsung dengan respon. Teknik wawancara dilakukan
sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat siswa mengenai
proses belajar yang di alami. Selain itu wawancara juga di gunakan untuk
memperoleh informasi tentang minat belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda
Tulangan Sidoarjo.
c. Tes
Tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran
sebuah contoh perilaku.
27
Tes digunakan untuk mengetahui keefektifan penerapan media
pembelajaran dakonmatika yang digunakan oleh peneliti yang bekerja sama
dengan guru.
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat
keberhasilan dari kegiatan ptk dalam meningkatkan atau memperbaiki KBM dikelas.
Indikator kinerja harus realistik dan data dapat diukur (jelas cara pengukurannya)16
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut :
1. Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasil belajar siswa pada pelajaran
matematika meningkat. Diukur dari presentase ketingkatan belajar siswa sebelum
menggunakan media pembelajaran dakonmatika dan setelah menggunakan media
pembelajaran dakonmatika.
2. Meningkatnya prosentase ketuntasan belajar siswa sekurang – kurangnya 80 %
3. Meningkatnya hasil belajar siswa lebih dari 70.
16 Sudjana, Evaluasi hasil Belajar, (Bandung: Pustaka Mertiana, 1998), hal 127
28
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia.
Damyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Raneka cipta.
Depag RI. 2005. Standar Kompetensi MTs. Jakarata: Depdiknas.
Hamalik Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muslim Arifin. 2007. Hakikat Matematika & Pembelajaran Matematika di SD. Jogjakarta: Ar-Rizz Media.
Saepul A, Kusaeri dkk. 2008. Pembelajaran Matematika I. Surabaya: LAPIS PGMI.
Sanyaja Wina. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sudarmo, Guru bidang studi Matematika kelas IV MI Nurul Huda Tulangan Sidoarjo, 17 Februari 2014.
Sudjana. 1998. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Pustaka Mertiana.
Sudjana Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.
Tim Pengembang MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Untoro Joko. Genius Matematika Kelas 6 SD. Wahyu Media.
29
http://www.psychologymania.com/2012/12/karakteristik-pembelajaran-matematika.html
30
Recommended