View
26
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Knee chest, spell hipoksik Tetralogy of fallot
1
PENGARUH POSISI KNEE CHEST TERHADAP KEJADIAN SPELL HIPOKSIK PADA
TODLER DENGAN TETRALOGY OF FALLOT DI RUANG RAWAT ANAK RS JANTUNG
HARAPAN KITA
Yeni Poernamasari
Yeni Poernamasari : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta,
FIK UMJ, Jl. Cempaka Putih Jakarta Pusat 10510
E-mail: yeni.poernamasari@gmail.com
ABSTRAK
Spell Hipoksik yang terjadi pada klien dengan Tetralogy Of Fallot (TOF) merupakan penyebab utama
terjadinya kematian yang diakibatkan karena suatu sindrom yang ditandai dengan gelisah, menangis
berkepanjangan, hiperventilasi, sianosis dan terjadi penurunan kesadaran yang disertai kejang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Posisi Knee Chest Terhadap Kejadian Spell
Hipoksik Pada Anak Dengan Tetralogy Of Fallot Di Ruang Rawat Anak RS Jantung Harapan Kita.
Desain yang digunakan adalah quasi experimen, dengan rancangan pre and post with control test.
Jumlah responden sebanyak 18 todler. Terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen, frekuensi napas
dan frekuensi nadi terhadap todler yang dilakukan posisi knee chest (p value < 0,05). Pemberian posisi
knee chest dapat digunakan sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan
Kata kunci : knee chest, spell hipoksik, tetralogy of fallot
PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah
penyakit jantung yang dibawa sejak lahir,
ditandai dengan kelainan pada struktur atau
fungsi sirkulasi jantung yang terjadi akibat
gangguan atau kegagalan perkembangan
struktur jantung pada fase awal perkembangan
janin (Park, MK 2007)..
Penyebab TOF tidak diketahui dengan pasti,
namun pada 25% pasien ditemukan dengan
kelainan kromosom 22 delesi dan DiGeorge
syndrome yang dihubungkan dengan defisiensi
imun atau velocardiofacial syndrome dan juga
submucous cleft palate (American Heart
Association, 2010).
Gejala utama dari TOF adalah terdapat sianosis
pada mukosa mulut dan kuku jari (clubbing
finger) serta dapat disertai spell hipoksik, spell
terjadi karena penurunan mendadak aliran darah
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 2
ke pulmonal akibat spasme otot infundibuler
yang disebabkan karena beratnya derajat
obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan
(Pulmonal Stenosis). Obstruksi sirkulasi ini
juga akan menyebakan pirau dari ventrikel
kanan ke ventrikel kiri sehingga terjadi
percampuran darah yang kaya oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2) yang dialirkan ke
seluruh tubuh (Park MK, 2007).
Penderita dengan TOF yang belum mendapat
tindakan pembedahan sering mengalami spell
hipoksik. Spell hipoksik adalah serangan
sianosis, cyanotic spells, atau disebut juga tet
spell. Insiden spell sering terjadi pada usia 3
tahun pertama kehidupan pada penderita TOF,
dengan insiden tertinggi terjadi pada usia 2
sampai 4 bulan (Ontoseno, Teddy. 2007).
Therapy konservative non medikamentosa
seperti pemberian posisi knee chest tidak boleh
diabaikan sebelum tindakan pembedahan
dilakukan. Penatalaksanaan pertama kali yang
dapat dilakukan oleh perawat terhadap pasien
spell hipoksik adalah dengan memberikan
posisi knee chest yaitu posisi lutut di dekatkan
ke arah dada disertai dengan atau tanpa lengan
bawah dibelakang lutut, pegang bayi sambil
menekuk kaki bayi (Li et all, 2009).
Posisi knee chest ini juga dapat meningkatkan
Sistemik Vaskular Resisten (SVR) untuk
mengurangi pirau dari kanan ke kiri sehingga
menahan darah vena sistemik kembali ke
jantung dan menjaga bayi tetap tenang
(Guntheroth Dalam Sri Endah, 2009).
Penanganan pasien spell hipoksik dengan posisi
knee chest tersebut juga merupakan salah satu
manajemen palliative terhadap serangan spell
yang bertujuan untuk mencegah dan mengatasi
komplikasi yang terjadi (Rahayoe, A.U 2007).
Data yang didapat dari medical record RS
Jantung Harapan Kita Jakarta pada tahun 2015
dari bulan januari sampai november pasien
penderita TOF sebanyak 263 pasien dari
seluruh angka kejadian PJB sebanyak 871
pasien atau dengan persentase 30,2%.
Sedangkan data statistik dari angka kejadian
spell hipoksik pada todler dengan TOF di RS
Jantung Harapan Kita tahun 2015 didapatkan
195 pasien dari 263 keseluruhan penderita
TOF.
Fenomena yang terjadi di ruang perawatan anak
RS Jantung Harapan Kita menunjukkan bahwa
sering dilakukan penatalaksanaan posisi knee
chest pada pasien anak yang mengalami spell
hipoksik dengan TOF pada fase awal kegawatan
atau pre spell, hal tersebut dapat membuat anak
merasa nyaman dan tenang sehingga tidak
terjadi sianotik yang bertambah parah. Melihat
fenomena tersebut peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh posisi knee
chest terhadap kejadian spell hipoksik pada
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 3
todler dengan Tetralogy Of Fallot di ruang
rawat anak RS Jantung Harapan Kita “.
METODE
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah quasi eksperimen. Rancangan penelitian
ini menggunakan Pre-postest with Control
Group, yaitu terdapat dua kelompok (intervensi
dan kontrol) dimana dilakukan pretest (01) pada
kedua kelompok dan dilakukan intervensi (X)
pada kelompok eskperimen, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi.
Setelah beberapa waktu kemudian dilakukan
postest (02) dilakukan pada kedua kelompok
tersebut (Notoadmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini dilakukan terhadap sample
berupa, pada kelompok intervensi pemberian
posisi knee chest selama 15 - 30 menit. Dalam
penelitian ini dilakukan untuk menilai pengaruh
posisi knee chest pada perubahan saturasi
oksigen, nadi dan pernafasan
Untuk menentukan besar sampel digunakan
rumus:
n = ( Zα + Zβ) x SD ) ²
ԁ
n : Besar sampel / jumlah sampel
d : Selisih rerata kedua kelompok
yang bermakna = 5 *
SD : Standar deviasi = 5
Zα : Nilai standar normal yang
besarnya tergantung α
α = Tingkat kemaknaan bila α
= 5% Z = 1,96
Zβ : Nilai tergantung β yang
ditentukan
β = Power test bila β = 8%
Z = 0,84
n = ( Zα + Zβ) x SD ) ²
ԁ
n = ( 1,96 + 0,84 ) x 5 ²
5
= 14 ² = (2,8)² = 7,84
5
n = 8 Responden
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 8 responden
dengan antisipasi 10% maka menjadi 9
responden. Total jumlah responden yang
dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 18
responden, dimana sampel untuk kelompok
intervensi sebanyak 9 responden dan sampel
untuk kelompok kontrol sebanyak 9 responden.
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 4
kriteria sampel dapat dibedakan menjadi 2
bagian yaitu:
1. Kriteria inklusi
Karakteristik sampel yang dapat dimasukan
dalam kriteria inklusi pada penelitian ini
adalah:
a. Anak usia 1-3 tahun dengan TOF
b. Anak yang tidak mengalami fraktur
tulang pada ekstremitas bawah
c. Orangtua bersedia anaknya menjadi
responden
d. Orangtua tidak buta huruf mampu
membaca dan menulis untuk
menyetujui inform consent
2. Kriteria eksklusi
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini
adalah:
a. Anak yang menujukkan perburukan
status kesehatan
b. Anak yang sering dilakukan prosedur
invasif
Pengumpulan data dari responden dilakukan
dengan melalui beberapa tahap antara lain:
1. Prosedur Administrasi
Tahap persiapan diawali dengan mengurus
surat ijin penelitian di kampus Universitas
Muhammadiyah Jakarta untuk dilanjutkan
ke bagian pusat pendidikan dan penelitian
RS Jantung Harapan Kita dalam rangka
memperoleh ijin penelitian, kemudian
peneliti menyampaikan ijin penelitian
kepada kepala instalasi kardiologi pediatrik
Rs Jantung Harapan Kita. Peneliti meminta
izin dengan kepala ruangan rawat anak RS
Jantung Harapan Kita, untuk kemudian
menentukan perawat yang dilibatkan dalam
pengambilan data dan intervensi posisi knee
chest. Peneliti memberikan informasi
tentang pengisian lembar instrumen
pengkajian dan observasi tanda-tanda vital
kepada perawat ruangan yang dilibatkan
dalam pelaksanaan posisi knee chest
sebagai langkah awal persamaan tindakan
untuk pengambilan data, melakukan
intervensi, dan melakukan evaluasi
pengambilan data
2. Pemilihan Asisten Peneliti
a. Asisten peneliti adalah perawat
ruangan yang telah mempunyai
pengalaman merawat anak yang
mengalami spell hipoksia pada TOF
b. Melakukan sosialisasi kepada
asisten peneliti guna didapatkan
persamaan persepsi dalam proses
pengambilan data dan pengisian
lembar instrumen pengkajian dan
observasi tanda-tanda vital..
c. Pelaksanan
Peneliti dan perawat ruangan yang
berperan sebagai asisten peneliti
menentukan responden berdasarkan
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 5
kriteria inklusi kemudian
memperkenalkan diri dan
menanyakan kesediaan responden
untuk ikut dalam penelitian. Orang
tua yang mau untuk berpartisipasi
segera diberikan lembar inform
consent.
Pengolahan data dimulai pada saat
pengumpulan data selesai. Daftar
pertanyaan yang telah diisi,
dikumpulkan dan dilakukan prosedur
analisa data meliputi : 1. Editing, 2.
Coding, 3. Processing, 4. Cleaning
HASIL
A. Analisa Univariat
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Karakteristik Usia dan
Kesetaraan Responden
Januari -Maret 2016
Di RS Jantung dan Pembuluh
DarahHarapan Kita
Varia
bel
Kelo
mpok
M
ea
n
Me
dia
n
S
D
M
in-
M
ax
95
%
CI
p
Va
lue
Usia
Resp
onden
Kontr
ol
Inter
vensi
25,
89
22,
4
29
24
9,0
06
6,8
39
14
-
36
12
-
31
18,
97-
32,
81
17,
19-
27,
70
0,2
00
0,2
00
Tabel 5.1 dapat diamati rerata usia responden
pada kelompok kontrol yaitu 25,89 bulan dan
22,4 bulan pada kelompok intervensi. Hasil uji
kesetaraan didapatkan usia responden pada
kelompok ini setara dengan p value > 0,05.
Nilai mean pada kelompok kontrol dan
intervensi sama dengan nilai median, hal ini
berarti distribusi bersifat normal.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Januari - Maret 2016
Di RS Jantung Dan Pembuluh Darah
Harapan Kita
Pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah
responden adalah 18, baik pada kelompok
kontrol ataupun kelompok intervensi,
sementara jumlah responden laki-laki lebih
banyak dibanding anak perempuan baik pada
kelompok kontrol ataupun kelompok intervensi.
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 6
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi
Oksigen Frekuensi Napas
Frekuensi Nadi dan Kesetaraan Sebelum
Tindakan (Data Awal Sebelum
Terjadi Spell Hipoksik) pada Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi
Januari - Maret 2016
Di RS Jantung Dan Pembuluh Darah
Harapan Kita
Pada tabel 5.3 didapatkan rerata saturasi
oksigen sebelum tindakan mempunyai nilai
yang agak berbeda antara kelompok kontrol
dan kelompok intervensi yaitu 71,67% pada
kelompok kontrol dan 71,33% pada
kelompok intervensi, namun nilai saturasi
berada dalam rentang stabil baik pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Tabel 5.3 didapatkan rerata frekuensi napas
sebelum tindakan mempunyai nilai yang
berbeda antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi yaitu 27,78 kali/menit
pada kelompok kontrol dan 27,22 kali/menit
pada kelompok intervensi.
Pada tabel 5.3 juga didapatkan rerata
frekuensi nadi sebelum tindakan mempunyai
nilai yang agak berbeda antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi yaitu
132,89 kali/menit pada kelompok kontrol
dan 128,22 kali/menit pada kelompok
intervensi.
B. Uji Homogenitas
Tabel 5.4
Test of Homogenity of Variance
Variabel Levene´s
Statistik (F)
p Value
Saturasi
Oksigen
Frekuensi
Napas
Frekuensi
Nadi
0,016
0,381
0,313
0,110
0,546
0,583
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 7
Hasil uji levene´s test menunjukkan bahwa
pada variabel saturasi oksigen kedua
kelompok ini setara dengan nilai F = 0,016
dengan signifikansi sebesar 0,110, pada
variabel frekuensi napas kedua kelompok ini
setara dengan nilai F = 0,381 dengan
signifikansi sebesar 0,546, dan pada variabel
frekuensi nadi kedua kelompok ini setara
dengan nilai F = 0,313 dengan signifikansi
sebesar 0,583 dan dikatakan tidak signifikan
pada 0,005 dimana (p > 0,05) berarti
hipotesis nol diterima yang menyatakan
varian tiap kelompok sama (homogen)
sehingga dapat disimpulkan homogenitas
variansi terpenuhi.
C. Analisa Bivariat
Tabel 5.5
Distribusi Responden berdasarkan Saturasi
Oksigen, Frekuensi Napas dan
Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Posisi Knee Chest pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Januari - Maret 2016
Di RS Jantung Dan Pembuluh Darah
Harapan Kita
Varia
bel
Kelo
mpok
Fase Me
an
SD SE p
Val
ue
Satur
asi
Oksig
en
Interv
ensi
Sebe
lum
Sesu
dah
52,
44
66,
22
2,7
44
2,6
35
0,9
15
0,8
78
0,0
00
Kontr
ol
Sebe
lum
Sesu
dah
53,
00
52,
44
5,6
12
5,5
25
1,8
71
1,8
42
0,1
79
Freku
ensi
Nafas
Interv
ensi
Sebe
lum
Sesu
dah
39,
00
27,
67
3,5
36
4,7
70
1,1
79
1,5
90
0,0
00
Kontr
ol
Sebe
lum
Sesu
dah
44,
44
44,
22
6,2
27
6,1
40
2,0
76
2,0
47
0,7
60
Freku
ensi
Nadi
Interv
ensi
Sebe
lum
Sesu
dah
146
,00
130
,89
10,
863
9,1
85
3,6
21
3,0
62
0,0
01
Kontr
ol
Sebe
lum
Sesu
dah
167
,00
167
,56
7,5
50
8,1
41
2,5
17
2,7
14
0,4
68
Pada tabel 5.5 diatas menunjukkan
peningkatan rerata saturasi oksigen pada todler
dengan TOF yang mengalami spell hipoksik di
ruang rawat anak sebelum dilakukan posisi
knee chest dan sesudahnya yaitu dari 52,44%
menjadi 66,22%. Terlihat nilai selisih mean
antara pengukuran sebelum dengan setelah
intervensi yaitu 13,78% dengan standar deviasi
sebelum tindakan yaitu 2,744 dan setelah
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 8
tindakan 2,635. Hasil uji statistik menunjukkan
nilai p = 0,000 (α < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna
saturasi oksigen antara sebelum dan sesudah
pada kelompok intervensi. Sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat p = 0,179 (α > 0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan bermakna saturasi oksigen sebelum
dan sesudah pada kelompok kontrol.
Analisis berikutnya adalah rerata frekuensi
napas pada pengukuran sebelum dilakukan
posisi knee chest yaitu 39 kali/menit dengan
standar deviasi 3,536 kali/menit. Pada
pengukuran setelah intervensi yaitu 27,67
kali/menit dengan standar deviasi 4,770
kali/menit. Terlihat nilai perbedaan nilai mean
antara sebelum dan sesudah intervensi selisih
11,33 kali/menit dengan standar deviasi
sebelum intervensi 3,536 kali/menit dan setelah
intervensi 4,770 kali/menit. Hasil uji statistik
menunjukkan nilai p = 0,000 (α < 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
bermakna frekuensi napas antara sebelum dan
sesudah pada kelompok intervensi. Sedangkan
pada kelompok kontrol p = 0,760 (α > 0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan bermakna frekuensi napas antara
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.
Analisis berikutnya adalah rerata frekuensi nadi
pada pengukuran sebelum dilakukan posisi knee
chest yaitu 146 kali/menit dengan standar
deviasi 10,863 kali/menit. Pada pengukuran
setelah intervensi yaitu 130,89 kali/menit
dengan standar deviasi 9,185 kali/menit.
Terlihat nilai perbedaan nilai mean antara
sebelum dan sesudah intervensi selisih 15,11
kali/menit dengan standar deviasi sebelum
intervensi 10,863 kali/menit dan setelah
intervensi 9,185 kali/menit. Hasil uji statistik
menunjukkan nilai p = 0,001 (α < 0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
bermakna terhadap frekuensi nadi antara
sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi.
Sedangkan pada kelompok kontrol p = 0,468 (α
> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan bermakna frekuensi nadi antara
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.
Tabel 5.6
Distribusi Perbedaan Saturasi Oksigen,
Frekuensi Napas dan Frekuensi Nadi pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Variabel Kelomp
ok
Mea
n
SD SE P
Val
ue
Saturasi
Oksigen
Interven
si
Kontrol
66,2
2
52,4
4
2,63
5
5,52
5
0,87
8
1,84
2
0,00
0
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 9
Frekuen
si
Pernafa
san
Interven
si
Kontrol
27,6
7
44,2
2
4,77
0
6,14
0
1,59
0
2,04
7
0,00
0
Frekuen
si Nadi
Interven
si
Kontrol
130,
89
167,
56
9,18
5
8,14
1
3,06
2
2,71
4
0,00
0
Pada tabel 5.6 diatas menunjukkan nilai rerata
saturasi oksigen responden yang diberikan
posisi knee chest pada kelompok intervensi
adalah 66,22% dengan standar deviasi 2,635.
Responden yang tidak diberikan posisi knee
chest pada kelompok kontrol rata-rata saturasi
yang dihasilkan adalah 52,44% dengan standar
deviasi 5,525. Hasil uji statistik Uji T
Independent diperoleh nilai p = 0,000 dengan
nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan p < α
dimana Ho ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata
saturasi oksigen antara responden yang
dilakukan posisi knee chest pada kelompok
intervensi dengan responden yang tidak
dilakukan posisi knee chest pada kelompok
kontrol.
Analisa selanjutnya pada tabel 5.6 diatas
menunjukkan nilai rata-rata frekuensi napas
responden yang diberikan posisi knee chest
pada kelompok intervensi adalah 27,67
kali/menit dengan standar deviasi 4,770.
Responden yang tidak diberikan posisi knee
chest pada kelompok kontrol rata-rata frekuensi
napas yang dihasilkan adalah 44,22 kali/menit
dengan standar deviasi 6,140. Hasil uji statistik
Uji T Independent diperoleh nilai p = 0,000
dengan nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan p
< α dimana Ho ditolak, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan rata-rata frekuensi nafas antara
responden yang diberi posisi knee chest pada
kelompok intervensi dengan responden yang
tidak diberi posisi knee chest pada kelompok
kontrol kontrol.
Analisa berikutnya pada tabel 5.6 diatas
menunjukkan nilai rata-rata frekuensi nadi
responden yang diberikan posisi knee chest
pada kelompok intervensi adalah 130,89
kali/menit dengan standar deviasi 9,185.
Responden yang tidak diberikan posisi knee
chest pada kelompok kontrol rata-rata frekuensi
nadi yang dihasilkan adalah 167,56 kali/menit
dengan standar deviasi 8,141. Hasil uji statistik
Uji T Independent diperoleh nilai p = 0,000
dengan nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan p
< α dimana Ho ditolak, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan rata-rata frekuensi nadi antara
responden yang diberi posisi knee chest pada
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 10
kelompok intervensi dengan responden yang
tidak diberi posisi knee chest pada kelompok
kontrol kontrol.
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Dari analisa data didapatkan rerata usia
responden pada penelitian ini di
kelompok intervensi yaitu adalah 22,4
bulan dengan rentang usia 12 hingga 31
bulan. Sedangkan pada kelompok
kontrol rerata usia responden yaitu
adalah 25,89 bulan dengan rentang usia
14 hingga 36 bulan. Karakteristik
responden bila dilihat dari rentang usia
pada penelitian ini telah sesuai dengan
kriteria peneliti yaitu usia todler yang
berada pada usia 1 sampai 3 tahun. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Ontoseno, Teddy
2007 yaitu insiden spell hipoksik sering
terjadi pada usia 3 tahun pertama
kehidupan penderita TOF, hal ini
dikarenakan anak pada usia todler
dengan TOF belum mengerti dan belum
mempunyai inisiatif kemampuan untuk
melakukan squating untuk mengatasi
insiden spell hipoksik seperti hal nya
yang dilakukan anak pada usia sekolah.
Mengamati jenis kelamin pada
penelitian ini paling banyak adalah laki-
laki Karakteristik jenis kelamin ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh American Heart Association, 2010
dimana penderita yang mengalami TOF
dengan kejadian spell hipoksik sekitar 1-
5% dan lebih sering terjadi pada laki-
laki dari pada perempuan. Jumlah anak
laki-laki yang ada dalam penelitian ini
dimungkinkan terjadi karena pemilihan
responden penelitian yang tidak
berdasarkan jenis kelamin tetapi
berdasarkan kriteria inklusi yang
ditetapkan oleh peneliti. Mayoritas
responden adalah laki-laki kemungkinan
akan mempengaruhi nilai fisiologis
yang ada, seperti frekuensi napas dan
nadi, karena menurut Merenstein dan
Gardner (2002) dikatakan bahwa
frekuensi nafas dan frekuensi nadi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya usia, jenis kelamin,
aktivitas, demam, status cairan, posisi
dan obat-obatan. Pada penelitian ini
frekuensi napas dan frekuensi nadi
bervariasi baik pada responden laki-laki
ataupun perempuan namun masih
rentang batas normal.
B. Pengaruh Pemberian Posisi Knee
Chest terhadap Kejadian Spell
Hipoksik dengan indikator Saturasi
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 11
Oksigen, Frekuensi Napas dan
Frekuensi Nadi.
Hasil analisis pada penelitian terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap
saturasi oksigen antara pemberian posisi
knee chest pada kelompok intervensi
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hal ini dikarenakan posisi knee chest
dapat mengurangi aliran pirau dari
kanan ke kiri sehingga mengurangi
aliran balik vena sistemik dan dapat
meningkatkan sistemic vascular
resistence yang berakibat aliran darah
ke paru bartambah dan aliran darah
sistemik membawa oksigen ke seluruh
tubuh juga meningkat, sehingga saturasi
darah arterial pun meningkat, lalu
terjadi juga peningkatan saturasi
oksigen di perifer hal ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Park MK
(2007) bahwa pemberian posisi knee
chest dapat memutus mata rantai dari
sirkulus vitious yaitu terjadi peningkatan
systemic vascular resistence sehingga
menyebabkan penurunan dari systemic
venous return sehingga shunt dari kanan
ke kiri berkurang yang menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan O2 dan
penurunan tekanan CO2 di arteri
pulmonalis (PaO2). Hasil ini juga
sebanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh Li et all (2009) diadopsi
dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Jean-Cristhope Philip
(2000) yang menyatakan bahwa
pemberian posisi knee chest yang di
adopsi dari posisi squating pada
penderita TOF yang mengalami spell
hipoksik dapat meningkatkan saturasi
oksigen arteri sebanyak 5 % dengan p
value 0,001. Adapun bentuk intervensi
yang dilakukan oleh Li et all (2009)
adalah pemberian posisi knee chest
selama 30 menit dengan masa
pengamatan saturasi oksigen selama 10
menit dibandingkan dengan posisi
supine pada klien dengan TOF yang
mengalami spell hipoksik.
Hasil analisis yang lain adalah
membandingkan frekuensi napas
dengan pemberian posisi knee chest
pada anak usia todler, hasil yang
didapatkan adalah ada perbedaan yang
signifikan antara frekuensi napas
dengan pemberian pemberian posisi
knee chest dengan nilai p value sebesar
0,000 dan 0,000.
Hasil analisis berikutnya yaitu
membandingkan frekuensi nadi dengan
pemberian posisi knee chest pada anak
usia todler dengan TOF yang
mengalami spell hipoksik, hasil yang
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 12
didapat yaitu ada perbedaan yang
signifikan antara frekuensi nadi dengan
pemberian posisi knee chest dengan p
value sebesar 0,001 dan 0,000. Hal ini
juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Maynard, Bignall dan
Kotchen (2000) yang melakukan
penelitian pada bayi dengan TOF yang
mengalami spell hipoksik dilakukan
posisi knee chest jika dibandingkan
dengan posisi supine nilai rata-ratanya
yaitu 161,94 kali/menit pada posisi knee
chest menjadi 157,51 kali/menit pada
posisi supine.
KESIMPULAN
1. Mayoritas anak usia todler dengan TOF
yang mengalami spell hipoksik berjenis
kelamin laki-laki dengan rerata usia 24
sampai 35 bulan.
2. Nilai saturasi oksigen pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
sifatnya setara, hal ini memudahkan
dalam menentukan hipotesa yang
didapatkan karena perbedaan perlakuan
antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol sehingga dapat
ditentukan pengaruh atau tidaknya
intervensi yang dilakukan pada
kelompok intervensi.
3. Frekuensi napas pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol juga
sifatnya setara yang juga akan
mempermudah penegakkan hipotesa
jika dikaitkan dengan intervensi yang
dilakukan.
4. Pada Frekuensi nadi kelompok
intervensi dan kelompok kontrol juga
mempunyai sifatnya yang setara
sehingga mempermudah penegakkan
hipotesa jika dikaitkan dengan
intervensi yang dilakukan.
5. Terdapat perbedaan yang signifikan
saturasi oksigen pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dengan
p value < alpha. Peneliti menyimpulkan
bahwa pemberian posisi knee chest pada
klien dengan TOF yang mengalami
spell hipoksik efektif mempengaruhi
saturasi oksigen.
6. Pemberian posisi kneee chest dalam
penelitian ini memberikan perbedaan
yang signifikan terhadap frekuensi nafas
terbukti p value < alpha. Peneliti
menyimpulkan bahwa pemberian posisi
knee chest pada klien dengan TOF yang
mengalami spell hipoksik efektif
mempengaruhi frekuensi nafas.
7. Untuk frekuensi nadi terdapat perbedaan
yang signifikan pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dengan
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 13
p value < alpha. Peneliti menyimpulkan
bahwa pemberian posisi knee chest pada
klien dengan TOF yang mengalami
spell hipoksik efektif mempengaruhi
frekuensi nadi.
SARAN
1. Pelayanan Keperawatan
Perawat dapat mengaplikasikan pemberian
posisi knee chest sebagai intervensi
mandiri dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan TOF yang
mengalami spell hipoksik. Selain itu
perawatan juga dapat memberikan
penyuluhan kesehatan kepada orang tua
klien dalam merawat anaknya dengan TOF
terkait pemberian posisi knee chest bila
anaknya mengalami spell hipoksik dirumah,
karena selain aman juga mudah dilakukan.
2. Pendidikan Keperawatan
Pembekalan ilmu yang kuat pada masa
pendidikan akan memberikan pengaruh
terhadap kualitas dan keahlian seseorang,
karenanya pemberian pendidikan dan
pelatihan terhadap ilmu terkini pada dunia
keperawatan khususnya tentang cardiologi
pediatrik hendaknya lebih dikembangkan.
Ilmu tentang pemberian posisi knee chest
pada klien TOF yang mengalami spell
hipoksik hendaknya dipaparkan lebih luas
pada berbagai seminar, pendidikan
pelatihan khususnya keperawatan pediatrik,
agar para perawat mampu menerapkan
tatalaksana tersebut ketika mendapatkan
klien dengan TOF yang mengalami spell
hipoksik.
3. Penelitian Selanjutnya
a. Hendaknya jumlah responden lebih
banyak dengan tehnik acak agar
generalisasi hasil lebih luas.
b. Pengamatan sebaiknya dilakukan secara
berseri atau dalam kurun waktu beberapa
hari agar dapat diketahui fluktuasi nilai
saturasi oksigen, frekuensi napas dan
frekuensi nadi lebih bervariasi.
c. Faktor perancu yang mempengaruhi
saturasi oksigen yang dipilih dalam
penelitian ini sebaiknya mendekati
konsep teori yaitu kadar Hb, kadar
bilirubin ataupun kadar oksigen dalam
darah agar tidak terdapat hasil yang bias.
DAFTAR PUSTAKA
Apitz, C., Webb, G.D., Redington, A.N.,
(2009). Tetralogy of fallot. Lancet 374,
1462-1471 Di dapat dari:
http//www.proquest.com Diakses tanggal
29 Oktober 2015
American Heart Association. (2010).
Congenital heart disease. Didapat dari
http://www.americanheart.org. diakses
tangal 27 November 2015
Knee chest, spell hipoksik
Tetralogy of fallot 14
Atiq M, Ahmed US, Allana SS, Chisti KN,
(2006) Clinical features and outcomes of
cerebral abcess in congenital heart
disease. J Ayub Med Coll Abbottabad
18(2);21-4 Di dapat dari:
http//www.proquest.com Diakses tanggal
29 Oktober 2015
Arief I. (2007). Faktor resiko dan tanda-tanda
anak dengan penyakit jantung bawaan.
Didapat dari: http//www.cyntiasari.com
Diakses Tanggal 1 November 2015
Madiyono B , Sri Endah R, (2005) Penanganan
penyakit jantung pada bayi dan anak,
Jakarta, Fakultas Kedokteran UI
Bernstein D. Congenital heart disease. (2007)
Dalam: Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Stanton BF, penyunting,
Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-
18. Philadelphia: Saunder Elsevier.
h.1878-81
British Heart Foundation Statistics. (2009).
Incidence of congenital heart disease.
Didapat dari: http://www.heartstat.org.
diakses tanggal 10 November 2015
Centers for Disease Control and Prevention.
(2006). Improved national prevalence
estimates for 18 selected major birth
defects-United States, 2000-2004.
MMWR Morb Mortal Wkly Rep 54 1301
Costello, John M. (2007) Emergency care for
infants and children with acute cardiac
disease Chidren Hospital Boston 8.3 Am
J Cardiol;145-155 Di dapat dari:
http//www.proquest.com Diakses tanggal
29 Oktober 2015
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2013)
Profil kesehatan provinsi jawa barat.
Bandung : Departemen Kesehatan
Provinsi Jawa Barat Fyler DC. (2003).
Tetralogy of fallot In: Fyler DC, editor.
Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta;
Gadjah Mada University
Guntheroth, W.G., Mortan, B. C., Mullins, G.L,
Baum, D., (1968). Venous return with
knee chest position and squating in
tetralogyof fallot. Am Heart J. 75, 313-
318
Heru Samudro. (2012). Tumbuh kembang anak
dengan penyakit jantung bawaan.
Majalah kedokteran UKI Vol XXVIII No.
1 Jakarta. Didapat dari:
http//www.academia.edu Diakses tanggal
1 Desember 2015
Jean-Cristophe Philip, Andre J. Scheen (2000)
Squatting test : A Posture to study and
counteract cardiovaskular abnormalities
associated with autonomic dysfungtion.
Departemen of Medicine, CHU Liege,
Belgium Didapat dari:
http//www.studyblue.com Diakses
tanggal 1 Desember 2015.
Kaemmer H, Bauer U, Pensl U, Oechslin E,
Gravenhorst V, Franke A (2008).
Management of emergencies in adults
with congenital cardiac disease. Am J
Cardiol 101 (4): 521-525, Didapat dari:
http//www.proquest.com Diakses tanggal
1 November 2015.
Kozier, et al., Alih bahasa Esty Wahyuni, dkk.
(2011). Buku ajar fundamental
keperawatan konsep, proses & praktik.
Edisi 7. Jakarta: EGC
Li, Q., Zhang, J., Li, B., Wang, W., Liu, J.,
Zhu, H., Wang H., Yu, S., Cui, Q., Sun,
G., Wu, X., Yi, D., (2009). Pulse oxygen
saturation measured in supine and knee
chest position may be useful in evaluating
tetralogy of fallot. Heart Surg. Forum 12,
E35-E38 Didapat dari:
http//www.studyblue.com Diakses
tanggal 1 Desember 2015
Recommended