View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ZAKAT UNTUK BEASISWA PENDIDIKAN DALAM
TINJAUAN HUKUM ISLAM
(STUDI DI LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAQ DAN
SHADAQAH MUHAMMADIYAH KOTA SALATIGA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh :
YAYUK KAMALIN
NIM. 22209002
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
PERNYATAAN KEASLIAN
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
خير الناس أنفعهم للناس
(Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)
Sebaik-baik manusia diantaramu adalah
yang paling banyak memberi manfaat bagi
orang lain. (HR.Bukhari Muslim)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Abdul Muslich dan Ibu Nanik Rahayu)
yang telah merawat dan mendidik aku sejak kecil, serta tidak henti-
hentinya memberikan kasih sayang dan doa dengan penuh keikhlasan
Suamiku tercinta (drh. Anjar Prambudi) yang senantiasa mewarnai hari-
hariku di sepanjang hidupku, yang dengan penuh kesabaran selalu
memberikan semangat dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi dan
kuliahku ini
Putriku Maiza Farrin Hazima yang selalu memberikan cinta dan
pengertiannya selama mama kuliah
Bapak dan Ibu Mertua (Bapak Raharjo dan Ibu Sartiyatun) yang selalu
memberikan doanya dengan penuh keikhlasan
Keluarga Besar IAIN Salatiga, Bapak dan Ibu Pimpinan, teman-teman
Karyawan, Dosen IAIN Salatiga yang selalu memberikan pengertian dan
bantuannya dalam penyelesaian kuliah ini
Seluruh teman-teman Jurusan Ahwal Al Syakhsyiyah, angkatan 2008 dan
2009 yang selalu memberikan motivasi dan bantuan untuk aku,
persahabatan kita selamanya.
Tiada kata terindah yang bisa aku ucapkan selain terima kasih yang
sebesar-besarnya dan doa terbaik untuk kita semua.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim, puji syukur penulis haturkan atas anugerah
Allah SWT. Shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi besar Nabi
Muhammad SAW.
Alhamdulillahi Rabbil „aalamiin, dengan kemurahan Allah SWT akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Zakat Untuk Beasiswa
Pendidikan Dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Di Lembaga Amil Zakat Infaq
dan Shadaqah Muhammadiyah Kota Salatiga)
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjunga kita, Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam dan ilmu pengetahuan
sebagai bekal hidup kita di dunia dan akherat. Suatu kebanggaan bagi penulis,
bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi Penulis,
penyusunan skripsi ini bukanlah tugas yang ringan. Penulis sadar bahwa banyak
hambatan dan halangan dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan
keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik, tentu karena beberapa pihak yang membantu penulis
dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih
setulusnya kepada :
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga periode
Tahun 2010-2014, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melanjutkan kuliah lagi
2. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
ix
x
ABSTRAK
Yayuk Kamalin. 2016. Zakat untuk Beasiswa Pendidikan dalam Tinjauan Hukum
Islam (Studi di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
Muhammadiyah Kota Salatiga)
Skripsi. Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah. Fakultas Syari’ah.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Kata kunci: Zakat, Beasiswa Pendidikan, Tinjauan Hukum Islam
Penelitian ini membahas tentang Zakat untuk Beasiswa Pendidikan dalam
Tinjauan Hukum Islam (Studi di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
Muhammadiyah Kota Salatiga). Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian
ini adalah bagaimanakah konsep penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan
yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga, bagaimanakah tinjauan hukum
Islam terhadap penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh
LAZISMU Kota Salatiga
Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan
sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai pengumpul
data dari hasil observasi dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil
dari para informan/responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain
data-data tersebut berupa keterangan dari para informan, sedangkan data
tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain wawancara diperoleh
dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah
data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, dan tahap akhir
menganalisa data sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep penyaluran zakat untuk
beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU adalah dengan cara datang
langsung ke kantor atau dengan cara jemput zakat, Sedangkan penyaluran zakat
untuk beasiswa pendidikan menurut tinjauan hukum islam adalah ditasharufkan
atas dasar penafsiran secara umum tentang arti fi sabilillah. Artinya bahwa arti
jihad dewasa ini tidak lagi dalam bentuk peperangan yang menggunakan senjata,
akan tetapi bahwa segala perbuatan yang bertujuan untuk mengembalikan Hukum
Islam dan mengagungkan agama Allah, maka termasuk jihad, baik melalui sektor
ekonomi, politik ataupun pendidikan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
HALAMAN NOTA PEMBIMBING.................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.....................................................
HALAMAN MOTTO ........................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI .....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
D. Manfaat Penelitian ............................................................................
E. Penegasan Istilah ..............................................................................
F. Telaah Pustaka ..................................................................................
G. Metode Penelitian .............................................................................
1. Jenis Penelitian .............................................................................
2. Pendekatan .......... ........................................................................
3. Lokasi Penelitian ..........................................................................
4. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................
5. Metode Analisis Data ..................................................................
6. Sistematika Penulisan ...................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x
1
7
8
8
9
9
11
11
12
12
12
14
15
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Zakat Dalam Perspektif Fiqih............................................................
1. Pengertian Zakat dan Hal-Hal yang Berhubungan dengan
Zakat...........................................………………………………...
2. Landasan hukum Zakat..................................……………………
3. Syarat dan Rukun Zakat..............................................…………..
4. Jenis-Jenis Zakat.........………………….………………………..
5. Sumber-Sumber Zakat Menurut Al-Qur’an dan Hadits.…….….
6. Sumber-sumber Zakat Dalam Perekonomian Modern........……..
7. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat .....……………………
8. Golongan Yang Tidak Berhak Menerima Zakat...........................
9. Hikmah dan Manfaat Zakat...........................................................
B. Konsep Tentang Penyaluran Zakat untuk Beasiswa Pendidikan.......
1. Filantropi Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan..............................
2. Pengertian Zakat Produktif dan Zakat Konsumtif........................
a. Pengertian Zakat Produktif....................................................
b. Pengertian Zakat Konsumtif...................................................
3. Landasan Al-Qur’an dan Hadits tentang Penyaluran Zakat
untuk Beasiswa Pendidikan.........................................................
4. Pendapat Ulama tentang Penyaluran Zakat untuk Beasiswa
Pendidikan....................................................................................
5. Fatwa Majelis Ulama Indonesia(MUI) tentang Penyaluran
Zakat untuk Beasiswa Pendidikan................................................
BAB III GAMBARAN UMUM LAZISMU KOTA SALATIGA
A. Sejarah LAZISMU Kota Salatiga.........………………….………....
B. Visi dan Misi LAZISMU Kota Salatiga............................................
C. Tujuan............... …………………………...……………………......
D. Struktur Organisasi.............................................................................
E. Produk Layanan LAZISMU Kota Salatiga........................................
F. Aplikasi dan Implementasi Penyaluran Zakat untuk Beasiswa
Pendidikan oleh LAZISMU Kota Salatiga........................................
17
17
21
23
27
29
32
35
41
41
42
42
44
44
44
45
47
48
50
54
55
55
60
62
xiii
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Penelitian...........................................................................
1. Konsep Penyaluran Zakat untuk Beasiswa Pendidikan yang
dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.........................
2. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Penyaluran
Zakat Untuk Beasiswa Pendidikan Oleh LAZISMU Kota
Salatiga.......................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
65
65
68
75
72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam ajaran Islam terdapat lima hal yang harus dikerjakan oleh umat
Islam, yaitu yang disebut dengan Rukun Islam. Rukun Islam itu terdiri dari
syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji. Syahadat merupakan pernyataan bahwa
seseorang beriman kepada Allah SWT dan RosulNya yaitu Muhammad SAW.
Sedangkan Rukun Islam yang kedua dan seterusnya itu sebagai perwujudan
dari kedua kalimat syahadat tersebut. Kelima hal tersebut merupakan
kewajiban bagi umat Islam, demikian juga dengan zakat. Zakat merupakan
kewajiban bagi umat Islam yang dikaitkan dengan harta yang dimiliki oleh
seseorang dan tergolong dalam ibadah maliyah atau ibadah harta.
Kedudukan zakat sejajar dengan kedudukan sholat. Dalam Al Quran,
tidak kurang dari 28 ayat Allah SWT menyebutkan perintah sholat dengan
perintah zakat dalam satu ayat sekaligus. Diantaranya dalam surat Al Baqarah
ayat 43,
“Dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, serta rukuklah bersama
orang-orang yang rukuk”
Hal ini memberikan pengertian dan menunjukkan kepada
kesempurnaan antara dua ibadah tersebut dalam hal keutamaannya dan
2
kepentingannya. Sholat merupakan seutama-utamanya ibadah badaniyah dan
zakat merupakan seutama-utamanya ibadah maliyah. Perbedaan antara
keduanya adalah kewajiban sholat ditentukan kepada setiap muslim yang
sudah baligh untuk melaksanakan sholat wajib 5 (lima) kali dalam sehari
semalam. Sedangkan kalua kewajiban zakat hanya dibebankan kepada setiap
muslim yang memiliki kemampuan harta dengan syarat-syarat tertentu.
Makna yang terkandung dalam kewajiban zakat, menurut Al-Ghazali
(1994: 66) ada tiga, yaitu:
1. Pengucapan dua kalimat syahadat
Pengucapan dua kalimat syahadat merupakan langkah yang
mengikatkan diri seseorang dengan tauhid disamping penyaksian
diri tentang keEsaan Allah SWT. Tauhid yang hanya dalam bentuk
ucapan lisan, nilainya kecil sekali. Maka untuk menguji tingkat
tauhid seseorang ialah dengan memerintahkan meninggalkan
sesuatu yang juga dia cintai. Untuk itulah mereka diminta untuk
mengorbankan harta yang menjadi kecintaan mereka. Sebagaimana
dalam firman Allah surat At-Taubah ayat 111,
“Sesungguhnya Allah membeli dari kaum mukmin diri-diri
dan harta-harta mereka dengan imbalan surga bagi mereka”
2. Mensucikan diri dari sifat kebakhilan
Zakat merupakan perbuatan yang mensucikan pelakunya dari
kejahatan sifat bakhil yang membinasakan. Penyucian yang timbul
darinya adalah sekedar banyak atau sedikitnya uang yang telah
dinafkahkan dan sekedar besar atau kecilnya kegembiraannya
ketika mengeluarkannya di jalan Allah SWT.
3. Mensyukuri nikmat
Tanpa manusia sadari sebenarnya telah banyak sekali nikmat
diberikan Allah SWT kepada manusia, salah satunya adalah nikmat
harta. Dengan zakat inilah, merupakan salah satu cara manusia
3
untuk menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah SWT. Karena
tidak semua orang mendapatkan nikmat harta. Disamping mereka
yang hidup dalam limpahan harta yang berlebihan, ada juga
mereka yang hidup dalam kekurangan.
Dari ketiga makna yang terkandung dalam kewajiban zakat tersebut,
dapat diketahui betapa pentingnya kedudukan zakat. Melalui adanya
kewajiban zakat, manusia diuji tingkat keimanannya kepada Allah SWT,
dengan menyisihkan sebagian dari harta kekayaan mereka. Tingkat keikhlasan
manusia dalam melaksanakan kewajiban zakat menunjukkan tingkat keimanan
seseorang. Selain itu, dengan kewajiban zakat manusia dilatih untuk
mensyukuri nikmat yang telah diterima dari Allah SWT, sehingga manusia
menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dan menyadari bahwa
tidak semua orang beruntung mendapatkan nikmat harta yang berlimpah.
Zakat secara etimologi, berasal dari kata zaka yang artinya penyuci atau
kesucian. Kata zakat dapat juga berarti tumbuh subur. Dalam kitab-kitab
hukum Islam, kata zaka diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta
berkah. Jika dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta
yang dizakati akan tumbuh berkembang karena suci dan berkah. (membawa
kebaikan bagi hidup dan kehidupan si pemilik harta). Sedangkan menurut
istilah, zakat adalah suatu harta yang dikeluarkan seorang muslim dari hak
Allah SWT untuk yang brehak menerimanya (mustahiq). Perbedaan antara
zakat dengan shadaqah maupun infaq adalah apabila dilihat dari segi
hukumnya. Zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang pengeluarannya
dilakukan dengan cara dan syarat tertentu, baik mengenai waktu, jumlah
4
maupun kadarnya. Sedangkan shadaqah maupun infaq bukan merupakan
kewajiban melainkan ibadah ini hanya bersifat sukarela dan tidak terkait pada
cara-cara serta syarat-syarat tertentu. (Daud Ali, 1988: 38).
Syariat zakat mempunyai sasaran yang multidimensi yaitu dimensi
moral, sosial dan ekonomi. Dimensi moral berfungsi untuk menghilangkan
sifat rakus dan tamak dari orang yang mengeluarkan zakat (muzakki) ke arah
pensucian diri dan hartanya. Dimensi sosial berfungsi untuk menghapuskan
kemiskinan dan meletakkan tanggung jawab sosial pada muzakki. Sedangkan
dimensi ekonomi berfungsi sebagai penyebaran harta kekayaan agar tidak
terjadi penumpukan harta pada orang-orang kaya. Untuk itu, harta zakat harus
diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq), yang pada dasarnya
untuk menghilangkan kemiskinan dan penderitaan pada masyarakat, baik yang
bersifat jangka pendek (pemenuhan konsumtif) maupun dalam jangka panjang
(pemenuhan produktif) sehingga harta zakat akan terus berkembang. (Usman,
1998: 24).
Kewajiban zakat merupakan salah satu jalan atau sarana untuk
tercapainya keselarasan dan kemantapan hubungan antara manusia dengan
Allah SWT serta hubungan manusia dengan manusia lainnya sehingga dapat
mewujudkan terbentuknya masyarakat yang baldatun thayyibun warrabun
ghaffur, yaitu masyarakat yang baik dibawah nauangan keampunan dan
keridhoan Allah SWT.
Dalam hal pemungutan zakat, Allah SWT berfirman dalam Surat At-
Taubah ayat 103, yang berbunyi:
5
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Disebutkan bahwa ayat tersebut telah memberikan legalitas dan
wewenang kepada pemerintah untuk menangani, mengelola, mengatur,
menata, mengorganisir dan meningkatkan daya guna zakat ini, tentu dengan
memperhatikan kepentingan dan kemaslahatan umat Islam sebagai mayoritas
bangsa. (Hasan, 1995: 10).
Nilai-nilai yang terkandung dalam kewajiban zakat adalah juga sama
dengan salah satu tujuan nasional Negara Republik Indonesia yang
diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu
memajukan kesejahteraan umum. Dengan pengelolaan yang baik, zakat
merupakan sumber dana yang potensial yang dapat dimanfaatkan untuk
memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat Indonsia.
Dalam Bahasa yang mudah dipahami, masalah zakat kemudian bukan
hanya membahas masalah umat Islam tetapi telah menjadi masalah bersama
bangsa Indonesia. Peran pemerintah dan masyarakat secara simultan
merupakan akselerasi bagi perwujudan amanah untuk memberikan pendidikan
yang layak bagi warga negaranya dengan jalan alternatif dari pendapatan zakat
secara nasional, sehingga kemudian perlu adanya standar profesionalisme
6
Lembaga Amil Zakat (LAZ). Dengan demikian, keberadaan wadah atau badan
yang mengelola zakat, baik BAZ (Badan Amil Zakat) maupun LAZ (Lembaga
Amil Zakat) di Indonesia sangatlah penting. Karena dengan adanya BAZ atau
LAZ ini, diharapkan pengelolaan zakat dapat dilakukan dengan baik dan
profesional serta pendistribusian zakat dapat dilakukan dengan baik dan tepat
kepada para mustahiq zakat.
Menemukan kaitan antara zakat dan pendidikan dalam teks Al Quran
maupun Sunnah secara langsung memang tidak mungkin ditemukan. Namun,
masih ada keterkaitan meski tidak berada dalam satu teks. Pengertian zakat
sebagai sebuah kewajiban, berikut penjelasan pihak-pihak yang berkewajiban,
serta kepada siapa kemudian zakat tersebut harus disalurkan adalah garis besar
pembahasan dalam Al Quran dan Hadist.
Ketika bahasan tersebut kemudian berkembang seiring kemajuan
zaman, realitas dan potensi zakat saat ini kemudian membuka jalan istinbath
hukum dari sumber zakat baru seperti zakat profesi, hasil peternakan, industri
tanaman hias dan sebagainya. Begitu pula sektor baru dalam hal distribusi
zakat saat ini. Meski pada akhirnya harus merujuk kepada delapan atsnaf yang
disebut dalam Al Quran dan Hadist, muncul kemudian sector baru yaitu
mendistribusikan zakat untuk beasiswa pendidikan.
Diantara penyedia layanan pengelolaan zakat, di Kota Salatiga, terdapat
salah satu LAZ yang berlokasi di Jalan Brigjend Sudiarto Nomor 39 Salatiga
dan berada di bawah organisasi muhammadiyah yaitu Lembaga Amil Zakat
Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga. Zakat yang
7
dikumpulkan dari LAZ ini dihimpun dari dana zakat fitrah, zakat mal, infaq
dan shadaqah. Semua program kerja yang dilakukan oleh LAZ ini
menggunakan dana dari pengumpulan zakat fitrah, zakat mal, infaq dan
shadaqah tersebut. Salah satu alokasi dana yang dilakukan oleh LAZ ini
adalah untuk beasiswa pendidikan. Penyusun memilih untuk meneliti di
LAZISMU Kota Salatiga karena LAZISMU Kota Salatiga merupakan salah
satu LAZ yang dipercaya oleh masyarakat dalam pengelolaan zakat. Selain
itu, dengan mengkaji seluk beluk serta mekanisme pengelolaan dari lembaga
pengelola zakat tersebut, mampu memberikan inspirasi kepada kita semua
tentang arti penting zakat khususnya dalam hal pengentasan kemiskinan
maupun dalam hal memperbaiki kualitas pendidikan bangsa.
Dari penjelasan yang telah penulis paparkan di atas, penulis tertarik
untuk mengkaji dan menulis skripsi dengan judul “Zakat untuk Beasiswa
Pendidikan dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi di Lembaga Amil Zakat
Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga).
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari dasar pemikiran yang dimaksudkan dalam latar belakang
masalah diatas, maka muncul rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konsep penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan yang
dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga?
2. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap penyaluran zakat untuk
beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga?
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah:
1. Untuk menjelaskan bagaimanakah konsep pendayagunaan untuk beasiswa
pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap
pendayagunaan zakat untuk beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh
LAZISMU Kota Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini
dapat berguna tidak hanya bagi penulis pribadi tetapi juga dapat berguna bagi
orang lain. Kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan dalam dua hal, yaitu:
1. Kegunaan Akademis
Dengan penelitian ini penulis mengharapkan dapat menerapkan
teori yang telah penulis dapat dalam perkuliahan serta membandingkan
dengan realitas yang ada dalam masyarakat. Dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat pula bagi seluruh civitas akademika
khususnya Sarjana jurusan ahwal al-syakhsiyyah sebagai bahan informasi
dan bahan penelitian terhadap permasalahan zakat.
2. Kegunaan Praktis
Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan dapat bermanfaat
bagi masyarakat umum sebagai sosialisasi undang-undang tentang
Pengelolaan Zakat, serta diharapkan dapat berguna bagi bahan masukan
bagi masyarakat mengenai bagaimana pengelolaan zakat yang benar dan
9
sesuai dengan undang-undang serta ketentuan Allah SWT, mengingat
selama ini masih banyak masyarakat yang belum begitu paham mengenai
kewajiban menunaikan zakat.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalahpahaman serta
pengertian yang simpang siur, maka penulis kemukakan pengertian dan
penegasan judul skripsi ini adalah: Zakat untuk Beasiswa Pendidikan dalam
Tinjauan Hukum Islam (Studi di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga) sebagai berikut:
1. Zakat yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah zakat maal. Meliputi
tentang pengertian, pembagian, syarat dan rukun, serta peranan penting
zakat dalam hubungannya dengan dunia pendidikan.
2. Beasiswa Pendidikan: pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan
kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan
pendidikan yang ditempuh.
3. Hukum Islam: Yang dimaksud Hukum islam dalam skripsi ini adalah
peraturan- peraturan yang dirumuskan secara rinci, memiliki kekuatan
hukum yang tetap serta mengikat bagi siapa saja yang menganutnya,
berdasarkan ketentuan Al-Qur’an, Al-Hadits, ijtihad Ulama’.
F. Telaah Pustaka
Berangkat dari beberapa telaah pustaka yang telah penyusun lakukan,
permasalahan pendayagunaan zakat sudah ada beberapa yang membahasnya.
10
Namun demikian, mengenai pendayagunaan zakat untuk beasiswa pendidikan
dalam tinjauan hukum Islam, sejauh penelusuran penulis masih jarang
diangkat di dataran penelitian. Beberapa skripsi terdahulu yang membahas
tentang pendayagunaan zakat tersebut diantaranya adalah skripsi Binti Husna
Baruya (2006) dengan judul “Aplikasi Sumber dan Penggunaan Dana Zakat,
Infak dan Shadaqah” (Studi pada BAZIS Masjid Jami’ Malang). Penelitian
pada skripsi tersebut menggunakan metode kualitatif. Dari penelitian tersebut
disimpulkan bahwa dalam mengumpulkan dana masih bersifat pasif,
penyaluran dana masih bersifat konsumtif, dana yang terkumpul tidak
diproduktifkan, minimnya SDM, kurang aktifnya pengurus zakat dan tidak
ada biaya operasional.
Penelitian yang saya temukan adalah skripsi yang disusun oleh Arif
Maslah, mahasiswa jurusan Syari’ah program studi akhwal Asy Syakhsiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga angkatan tahun 2012
yang berjudul “Pengelolaan Zakat secara Produktif sebagai upaya pengentasan
kemiskinan (Studi Kasus Pengelolaan Pendistribusian Zakat oleh BAZIS di
Tarukan, Candi, Bandungan, Semarang”).
Kemudian skripsi karya M. Waluyo Hadi, mahasiswa Jurusan Syariah
Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan tahun 2012 yang berjudul
“Sistem Pengelolaan Zakat “YAUMY” (Yayasan Amal dan Usaha Muslim
Yogyakarta) sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan. Dalam skripsi tersebut
dijelaskan tentang pendayagunaan harta zakat oleh YAUMY yang bersifat
zakat produktif dalam bentuk pinjaman modal usaha bagi kaum yang lemah.
11
Dan juga skripsi yang disusun oleh Ulin Nuha yang berjudul
“Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian terhadap pasal 16 ayat
(2) UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat). Dalam skripsinya, ia
memfokuskan bahasannya tentang bagaimana sistem penentuan mustahiq,
bagaimana pengelolaan zakat dan bagaimana pendayagunaan zakat untuk
usaha produktif dalam pasal 16 ayat (2) UU No. 38 tahun 1999 dalam tinjauan
hukum Islam.
Jadi jelas belum ada satupun skripsi yang menyangkut topik tentang
pendayagunaan zakat untuk beasiswa pendidikan. Oleh karena itu, penyusun
tertarik untuk menjadikannya sebagai obyek penelitian skripsi ini.
G. Metode Penelitian
Untuk mempermudah menganalisis data-data yang diperoleh, maka
disini diperlukan beberapa metode yang dipandang relevan dalam penyusunan
skripsi. Adapun metode yang akan digunakan adalah:
1. Jenis Penelitian
Dalam pembahasan skripsi ini, jenis penelitian yang penyusun
gunakan adalah penggabungan antara penelitian lapangan (field research)
sebagai sumber data primer dan penelitian kepustakaan (library research)
sebagai sumber data sekunder yang bersumber dari bahan pustaka. Sumber
data primer atau data dasar adalah data yang diperoleh secara langsung
dari sumber data pertama melalui wawancara di tempat penelitian.
Sedangkan sumber data sekunder, diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui perantara yang isinya berbentuk publikasi atau jurnal. Sumber data
12
sekunder juga merupakan bahan pustaka yang memberikan penjelasan
tafsiran mengenai sumber primer, seperti hasil penelitian sebagai literatur
dan media massa, yang meliputi dokumen, literatur, buku-buku, majalah,
koran dan buletin yang berhubungan dengan zakat. (Soerjono, 1981: 52).
2. Pendekatan
Dalam skripsi ini, penyusunan menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2006: 6).
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian dan mencari data
di LAZISMU Kota Salatiga yang beralamat kantor di Jalan Brigjend
Sudiarto Nomor 39 Salatiga 50714, telp. (0298) 313552.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam menyusun skripsi ini, data dikumpulkan dengan cara sebagai
berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara terhadap subyek penelitian yang disajikan dalam bentuk
pertanyaan yang berkenaan dengan tema yang dimaksud. (Singarimbun,
1995: 192).
13
Dalam metode ini, penyusun membuat sejumlah pertanyaan-
petanyaan secara terstruktur yang memerlukan jawaban, baik secara
lisan maupun tertulis dari seorang informan atau responden serta
pengelola dan penerima zakat tersebut. Dalam penyusunan skripsi ini,
penyusun mengajukan pertanyaan secara lisan dan tulisan kepada
pihak-pihak yang terlibat, seperti Ketua Pimpinan Muhammadiyah Kota
Salatiga periode tahun 2010-2015 dan juga kepada Bendahara I selaku
Pembina Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah
(LAZISMU) Kota Salatiga periode tahun 2010-2015.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2002: 206).
Dalam hal ini dokumen yang diteliti adalah dokumen tentang
sejarah, profil, struktur organisasi, visi misi, program kerja, data laporan
keuangan, data laporan kegiatan, daftar mustahiq, daftar muzakki
LAZISMU Kota Salatiga, dan sebagainya. Bentuk dokumentasi yang
ada berupa buku-buku, brosur, notulen rapat kerja tahun 2012, dan lain-
lain.
5. Metode Analisis Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
14
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data (Moleong, 2006: 280).
Tahap analisa data merupakan tahap yang penting dan menentukan.
Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai
berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk
menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.
(Koentjaraningrat, 1991: 269).
Untuk mencapai hasil akhir penelitian, maka setelah data-data
diperoleh dengan beberapa metode yaitu wawancara dan dokumentasi,
maka untuk menganalisa data yang terhimpun dalam penelitian ini,
penyusun menggunakan teknik analisa deskriptif dan analisa kualitatif.
Teknik analisa deskriptif dilakukan dengan mendeskripsikan realita
fenomena sebagaimana apa adanya terpisah dari perspektif subyektif.
(Noeng Muhajir, 1997: 102).
Sedangkan analisa kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain (Moleong, 2006: 248). Dari analisis tersebut kemudian akan
ditarik kesimpulan yang pada dasarnya merupakan jawaban atas
permasalahan.
H. Sistematika Penulisan
15
Secara global skripsi ini terdiri dari lima bab pembahasan yang saling
terkait antara satu variabel dengan variabel lainnya guna memberikan
gambaran secara sistematis dan mendalam.
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar
belakang masalah yang dijadikan dasar dalam merumuskan pokok masalah,
kemudian dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, telaah pustaka sebagai bahan referensi serta metode penelitian dan
diakhiri dengan sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan kajian pustaka yang membahas tentang
Pengertian zakat dalam perspektif fiqh, Landasan hukum Zakat, Syarat dan
Rukun Zakat, Jenis-jenis Zakat, Sumber-sumber Zakat menurut Al Quran dan
Hadits, Sumber-sumber Zakat dalam Perekonomian Modern, Golongan yang
berhak menerima Zakat, Golongan yang tidak berhak menerima zakat,
Hikmah dan manfaat zakat. Berikut konsep tentang penyaluran zakat untuk
beasiswa pendidikan, Pengertian zakat produktif dan konsumtif beasiswa
pendidikan secara umum ditinjau dari landasan Al Quran dan Hadist, dengan
pendapat para Ulama dan juga Fatwa MUI. Serta pengertian tentang Lembaga
Amil Zakat (LAZ) menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat.
Bab ketiga, membahas tentang gambaran umum LAZISMU Kota
Salatiga, latar belakang munculnya program pemberian zakat untuk beasiswa
pendidikan oleh LAZISMU Kota Salatiga, Visi dan Misi, Produk dan Layanan
LAZISMU Kota Salatiga Struktur Organisasi dan Pembagian Job Description,
16
produk dan aplikasi pengelolaan zakat, syarat dan prosedur penerimaan dan
pengelolaan zakat, prosentase alokasi dana zakat serta mekanisme penyaluran
zakat untuk beasiswa pendidikan, cara membayar zakat di LAZISMU Kota
Salatiga, serta data muzakki dan mustahiq yang dimiliki LAZISMU Kota
Salatiga. Berikut prospek muzakki dan mustahiq tentang program pemberian
zakat untuk beasiswa pendidikan.
Bab keempat, merupakan analisis terhadap hasil dari penelitian tentang
penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan meliputi prosedur
penghimpunan, mekanisme pendistribusian dan pengawasan pendayagunaan
zakat oleh LAZISMU Kota Salatiga, yang kemudian dianalisis dalam tinjauan
hukum Islam.
Bab kelima, merupakan bagian akhir sekaligus penutup yang meliputi
kesimpulan dan saran-saran.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Zakat Dalam Perspektif Fiqh
1. Pengertian Zakat dan Hal-hal yang Berhubungan dengan Zakat
Dari segi bahasa, zakat berarti nama‟ = kesuburan, thaharah =
kesucian, barakah = keberkahan dan berarti juga tazkiyah, tathhier =
mensucikan. Syara’ memakai kata tersebut untuk kedua arti ini. Pertama,
dengan zakat diharapkan akan mendatangkan kesuburan pahala. Karenanya
dinamakanlah “harta yang dikeluarkan itu”, dengan zakat. Kedua, zakat itu
merupakan suatu kenyataan jiwa suci dari kikir dan dosa. (Ash-Shiddieqy,
1999: 3).
Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
oleh Allah SWT untuk diberikan kepada para mustahiq (kelompok yang
berhak) yang disebutkan dalam Al Quran. (Munir dan Djalaluddin, 2006:
152).
Zakat menurut M. Abdul manan (1997: 256) adalah poros dan pusat
keuangan Negara Islam. Zakat meliputi bidang moral, sosial, dan ekonomi.
Dalam bidang moral, zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan si
kaya. Dalam bidang sosial, zakat bertindak sebagai alat khas yang diberikan
Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan
menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki.
Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan untuk
disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya ditangan
18
para pemiliknya. Ia merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk
perbendaharaan Negara.
Zakat sebagai salah satu kewajiban seorang mukmin yang telah
ditentukan oleh Allah SWT yang mempunyai hikmah seperti halnya
kewajiban yang lain. Diantara hikmah tersebut tercermin dari urgensinya
yang dapat memperbaiki kondisi masyarakat, baik dari aspek moril maupun
materiil, dimana zakat dapat menyatukan anggotanya bagaikan sebuah
batang tubuh, disamping juga dapat membersihkan jiwa dari sifat kikir
sekaligus merupakan benteng pengaman dalam ekonomi Islam yang dapat
menjamin kelanjutan dan kestabilannya. (Fahruddin, 2008: 23).
Dari berbagai sumber menyebutkan, banyak istilah-istilah lain yang
disebutkan di dalam Al Quran dan memiliki kaitan yang sangat kuat dengan
istilah zakat. Zakat disebut juga infak, sebagaimana dinyatakan dalam Al
Quran surat At Taubah ayat 34:
“…….dan tidak menafkahkannya (menginfakkan) pada jalan Allah,
maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa
yang pedih”
Dari penggalan ayat tersebut, disebut infak karena pada hakikatnya
zakat adalah penyerahan harta untuk kebajikan-kebajikan yang
diperintahkan Allah SWT. Zakat disebut juga sebagai sedekah karena
memang salah satu tujuan utama zakat adalah mendekatkan diti (taqarrub)
kepada Allah SWT. (Syarifuddin, 2003: 38).
19
Zakat disebut pula sebagai hak, sebab esensi zakat merupakan
ketetapan yang bersifat pasti dari Allah SWT yang harus diberikan kepada
mereka yang berhak menerimanya (mustahiq). (Hafidhuddin, 2002: 9).
Menurut Malik Ar-Rahman (2003: 2), dinamakan zakat karena dapat
mengembangkan harta yang telah dikeluarkan zakatnya dan menjauhkan
dari segala kerusakan. Dari aspek ibadah adalah sebuah bentuk
penghambaan manusia kepada Allah SWT. Dari aspek syara’, berarti sebuah
aturan yang mengharuskan mengeluarkan sebagian harta yang telah
diwajibkan Allah SWT dengan kadar tertentu, atas harta tertentu, yang
diberikan kepada golongan tertentu pula.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh KH. Masdar F. Mas’udi (1991:
158), dalam ajaran zakat terdapat dua komponen penting yaitu: pertama,
ajaran yang berkenaan dengan pemungutan biaya publik oleh otoritas
Negara yang berkemampuan, yang disebut pajak. Kedua, ajaran yang
berkenaan dengan pembelanjaan (tasharruf) biaya publik untuk tujuan
redistribusi kesejahteraan., khususnya bagi yang lemah dan biaya
kemaslahatan umum (sabilillah) bagi semua. Semangat zakat yang
ditegaskan dalam hal ini adalah beribadah untuk kemaslahatan bersama.
Jadi zakat merupakan suatu harta yang dikeluarkan oleh seseorang
yang telah dikenakan kewajiban untuk mengeluarkannya kepada orang
tertentu (8 asnaf) karena perintah Allah SWT yakni sebagai rasa syukur atas
nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya sehingga harta yang ia
miliki akan menjadi berkah dan mempunyai keberkahan. Dengan
20
mengeluarkan zakat maka orang tersebut akan terhindar dari sifat
kikir/bakhil dan andil dalam menutup kesenjangan sosial antara sikaya
dansimiskin dalam masyarakat sehingga terciptalah masyarakat yang damai
penuh persaudaraan.
Jika dihubungkan dengan bahasan yang akan di kupas oleh penulis,
maka zakat yang dimaksud adalah zakat mal. Selain kata zakat ada juga kata
lain yang dipergunakan dalam Al- Qur'an, yaitu shadaqah dan infak. Zakat
dan Shadaqah sebenarnya dua istilah yang saling mengisi, karena zakat itu
sering disebut shadaqah dan sebaliknya kata shadaqah sering bermakna
zakat. Termasuk juga istilah Infaq. Jadi istilah Zakat, Infaq dan Shadaqah
memang istilah yang berbeda penyebutannya namun pada hakikatnya
memiliki makna yang kurang lebih sama. Terutama yang paling sering
adalah antara istilah zakat dan shadaqah.
a. Makna Shadaqah
Shadaqah atau sedekah adalah pemberian yang bersifat sukarela
(berbeda dengan zakat yang bersifat wajib) yang dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain untuk orang orang yang membutuhkan
khususnya fakir miskin. (Daud Ali, 2002: 23)
Sedekah itu tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material
saja, tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfat bagi orang lain.
Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan
orang lain, termasuk dalam kategori sedekah.
21
b. Makna Infaq
Infaq (mengeluarkan dan membelanjakan) harta dijalan Allah ialah
mengeluarkan sebagian harta untuk kemaslahatan umum, baik mengenai
urusan keduniaan maupun menganai urusan keakhiratan.( Ibnu
Daqiq,Thalib, 2001: 125 ) Infaq ada yangwajib dan ada yang sunnah.
Infaq wajib diantaranya adalah Zakat, Kafarat, Nadzar dan lain-lain.
Infaq sunnah diantaranya, infaq kepada fakir miskinsesama muslim,
infaq bencana alam, infaq kemanusiaan dan lain-lain.
c. Beda Zakat, Infak dan Shadaqah
Hal yang membedakan makna Shadaqah dengan Zakat hanyalah
masalah 'Urf atau kebiasaan yang berkembang dimasyarakat. Sebenarnya
ini adalah semacam penyimpangan makna dan jadilah pada hari ini kita
menyebut kata shadaqah untuk yang bersifat shadaqah sunnah/tathawwu'.
Sedangkan kata zakat untuk yang bersifat wajib. Padahal ketika al-
Qur'an turun, kedua kata ini bermakna sama. Hal yang sama terjadi pad
kata infaq yang juga sering disebutkan dalam Al-Qur'an, dimana secara
kata infaq ini bermakna lebih luas lagi. Karena termasuk didalamnya
adalah memberi nafkah anak yatim dan lainlain. Dan secara 'urf, infaq
pun sering dikonotasikan dengan sumbangan sunnah.
2. Landasan Hukum Zakat
Zakat adalah rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan sholat. Di
dalam Al Quran, seringkali ayat-ayat yang menunjukkan kewajiban berzakat
diawali dengan kewajiban mendirikan sholat. Hal ini menunjukkan bahwa,
22
dalam ajaran Islam, seorang muslim bila telah menunaikan ibadah secara
vertical kepada Allah SWT (hablum minallah), maka ia juga harus
memperbaiki hubungannya secara horizontal kepada sesama makhluk Allah
SWT yang lainnya (hablum minannas), sehingga terciptalah sebuah
keseimbangan dalam jiwa manusia maupun kaitannya dengan lingkungan
sekitarnya. (Ali, 1988: 29).
Ayat yang mengenai perintah menunaikan zakat tersebut, terdapat
dalam Al Quran surat Al Baqarah (2) ayat 43 berbunyi :
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta
orang-orang yang rukuk”.
Dalam Al Quran surat Al Maidah (5) yat 55 yang berbunyi :
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya dan
orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat
seraya mereka tunduk (kepada Allah)”.
Menurut Syekh Muhammad Abid As-Sindi (2006: 517), adapun
perintah mengenai kewajiban zakat, terdapat dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dari Zakariya ibnu Ishaq, dari Yahya ibnu Abdullah telah
23
berkata kepada sahabat Mu’adz, ketika beliau mengangkatnya menjadi
utusan :
“Jika mereka (kaum Yaman) menantimu (Mu’adz), beritahukan
kepada mereka, bahwa telah diwajibkan atas mereka untuk bersedekah
(zakat) yang diambil dari para hartawan dan diberikan kepada orang-
orang miskin diantara mereka”
3. Syarat dan Rukun Zakat
Rukun zakat dalam hal ini adalah mengeluarkan sebagian dari Nishob
(harta) dengan melepaskan kepemilikan terhadap harta tersebut. Dengan
melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang
fakir dan menyerahkannya kepadanya atau diserahkan kepada wakilnya
yaitu imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat. Adapun
mengenai syarat, para Ulama membaginya dalam dua kategori. Pertama,
persyaratan seseorang diwajibkan untuk berzakat. Kedua, meliputi
persyaratan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.
a. Syarat seseorang yang diwajibkan berzakat
1) Merdeka
Menurut kesepakatan Ulama, zakat tidak diwajibkan atas
seseorang yang tidak merdeka. Dalam hal ini adalah atas hamba
sahaya, sebab dia tidak mempunyai hak milik atas harta yang
dimilikinya. Sehingga, tuan dari hamba sahaya tersebut yang
kemudian diwajibkan membayar zakatnya. Baik atas harta pribadinya
sendiri, maupun atas harta kepemilikan atas hamba sahayanya
tersebut.
2) Islam
24
Menurut ijma’ ulama, zakat tidak diwajibkan atas orang kafir,
karena zakat merupakan ibadah mahdah yang suci. Sedangkan orang
kafir bukanlah orang yang suci. Madzhab Syafii berbeda pendapat dari
pendapat madzhab yang lainnya. Madzhab ini mewajibkan orang
murtad untuk mengeluarkan zakat atas hartanya sebelum masa
riddahnya, yakni harta yang dimiliki ketika dia masih menjadi seorang
muslim. Berbeda pula dengan pendapat Abu Hanifah, beliau
berpendapat bahwa riddah tetap saja menggugurkan kewajiban zakat.
3) Baligh dan berakal
Menurut Madzhab Hanafi, hal tersebut dipandang sebagai syarat
wajib zakat. Sehingga, pada harta anak kecil dan orang gila tidak
wajib untuk diambil zakatnya. Sebab, keduanya tidak termasuk pula
dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah seperti
kewajiban atas mengerjakan sholat dan puasa. Sedangkan menurut
jumhur ulama, keduanya bukan merupakan syarat. Sehingga, zakat
yang tetap wajib dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila
melalui seorang wali (orang yang mengasuhnya). (Al-Zuhayly, 1997:
21)
b. Syarat harta yang wajib dikenakan zakat
1) Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal
Artinya, harta yang haram baik secara substansi bendanya
maupun cara mendapatkannya, jelas tidak dapat dikenakan kewajiban
zakat karena Allah SWT tidak akan menerimanya. Di dalam Shahih
25
Bukhori, terdapat satu bab yang menguraikan bahwa zakat tidak akan
diterima dari harta yang ghulul (harta yang didapatkan dari cara
menipu) dan tidak akan pula diterima kecuali dari usaha yang halal
dan bersih. (Hafidhuddin, 2002: 21)
2) Harta tersebut berkembang dan berpotensi untuk dikembangkan
Artinya harta tersebut harus merupakan harta yang dapat
berkembang atau bertambah apabila diusahakan atau mempunyai
potensi untuk berkembang. Disebut juga dengan istilah harta produktif
(Al-nama’) seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan, melalui
pembelian saham atau ditabungkan baik secara pribadi maupun
bersama pihak lain. (Qardawi, 1993: 138)
3) Harta tersebut telah mencapai Nishab
Nishab adalah batasan antara apakah kekayaan itu wajib zakat
atau tidak. Jika harta yang dimiliki seseorang telah mencapai nishab,
maka kekayaan tersebut wajib zakat, jika belum mencapai nishab,
maka tidak wajib zakat. Batasan nishab itu sendiri antara sumber zakat
yang satu dengan sumber zakat yang lainnya berbeda satu sama lain.
Seperti nishab zakat pertanian adalah lima wasaq, nishab zakat emas
dua puluh dinar, nishab zakat perak dua ratus dirham, nishab zakat
perdagangan dua puluh dinar dan sebagainya. Artinya adalah harta
tersebut telah mencapai batas minimal dari harta yang wajib dizakati,
26
sedangkan untuk harta yang belum mencapai nishab terbebas dari
zakat dan dianjurkan mengeluarkan infaq serta shadaqah. (Husnan,
1996: 38)
4) Harta tersebut telah mencapai Haul (berlalu satu tahun)
Salah satu syarat kekayaan wajib zakat adalah haul, yaitu
kekayaan yang dimiliki seseorang sudah mencapai satu tahun hijriyah,
maka wajib baginya mengeluarkan zakat apabila syarat-syarat yang
lainnya telah terpenuhi. Syarat haul ini tidak mutlak, karena ada
beberapa sumber zakat seperti zakat pertanian dan zakat rikaz tidak
harus memenuhi syarat haul satu tahun. Untuk zakat pertanian,
dikeluarkan zakatnya setiap kali panen, sedangkan zakat rikaz
dikeluarkan zakatnya ketika mendapatkannya. Adapun sumber-
sumber zakat yang harus memenuhi syarat haul yaitu seperti zakat
emas dan perak, perdagangan dan peternakan. Namun menurut
sebagian sebagian ulama, sumber-sumber zakat yang telah disebutkan
diataspun tidak mutlak harus mencapai haul. Menurut mereka, jika
sumber zakat tersebut telah mencapai nishab, maka boleh dikeluarkan
zakatnya meskipun belum mencapai haul. (Qardawi, 1993: 155)
5) Harta tersebut telah lebih dari mencukupi kebutuhan pokok
Yang dimaksud kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang jika
tidak terpenuhi, akan mengakibatkan kerusakan dan kemelaratan
dalam hidup. Para ulama, khususnya para ulama madzhab Hanafi
telah memasukkan syarat ini sebagai syarat kekayaan wajib zakat
27
karena biasanya orang yang mempunyai kelebihan dalam memenuhi
kebutuhan pokoknya, maka orang tersebut dianggap mampu dan kaya.
Kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi, makanan, pakaian, tempat
tinggal, kesehatan dan pendidikan. (Hafidhuddin, 2002: 26)
6) Milik Penuh
Harta seseorang yang akan dikeluarkan zakatnya haruslah murni
harta pribadi dan tidak bercampur dengan harta milik orang lain. Jika
harta tersebut bercampur dengan harta milik orang lain, maka harus
dikeluarkan terlebih dahulu harta milik orang lain tersebut. Jika
setelah dikeluarkan dan dipisahkan dari harta milik orang lain,
kemudian harta kita masih diatas nishab, maka wajib zakat. Dan
sebaliknya, jika kemudian harta kita tidak mencapai nishab, maka
tidak wajib mengeluarkan zakat. Selain itu, harta tersebut harus dapat
diambil manfaatnya secara penuh serta didapatkan melalui proses
pemilikan yang halal, seperti: usaha, warisan, pemberian negara atau
orang lain serta cara-cara lain yang sah. (Husnan, 1996: 38)
4. Jenis-jenis Zakat
a. Zakat Fitrah/Fitri
Menurut Rofiq (2004: 304), zakat fitrah disebut juga zakat badan,
zakat puasa, zakat Ramadhan dan zakat fitri. Karena, masa untuk
menyempurnakannya adalah pada akhir Ramadhan dan menjelang Hari
28
Raya Idul Fitri. Zakat fitrah adalah sebagai penyuci orang yang berpuasa
dan mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Adapun
besarnya zakat fitrah pada umumnya adalah dengan mengeluarkan 2,5 kg
dari makanan pokok (yang senilai).
Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan, yang disebutkan
dalam hadist adalah tepung, terigu, gandum, zahib (anggur) dan aqith
(semacam keju). Untuk daerah/negara yang makanan pokoknya selain
lima jenis makanan diatas, madzhab Maliki dan Syafi’i membolehkan
membayar zakat dengan makanan pokok yang lain. Adapun madzhab
Hanafi, pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan membayarkan
harganya dari makanan pokok yang dimakan. Orang yang wajib
membayar zakat fitrah adalah semua muslim tanpa membedakan laki-laki
dan perempuan, bayi, anak-anak dan dewasa, kaya atau miskin (yang
mempunyai makanan pokok lebih dari sehari).
Adapun syarat-syarat zakat fitrah adalah:
1) Orang yang berzakat haruslah seorang muslim.
Tidak wajib bagi orang kafir, namun bagi kerabatnya yang memeluk
agama Islam, maka wajib mengeluarkan zakat.
2) Waktu untuk membayar zakat fitrah menurut jumhur ulama adalah
ditandai dengan tenggelamnya matahari. Apabila seseorang meninggal
dunia ketika matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan, maka dia
masih diwajibkan membayar zakat fitrah sebab ia masih hidup ketika
bulan Ramadhan. Berbeda dengan bayi yang dilahirkan setelah
29
terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan, maka tidak wajib
zakat fitrah. Mmembayar zakat fitrah dibolehkan sejak awal bulan
Ramadhan, tetapi disunahkan sebelum Sholat Ied.
3) Mempunyai kelebihan harta dari kebutuhan pokok untuk dirinya dan
keluarga pada hari dirayakannya Idul Fitri oleh seluruh umat muslim,
sehingga ia dapat merayakannya pula.
Bagi seseorang yang tidak berpuasa Ramadhan karena udzur
tetentu yang dibolehkan oleh syariat (seperti sakit, sudah sepuh, dll)
dan mempunyai kewajiban membayar fidyah, maka pembayaran
fidyah sesuai dengan lamanya seseorang tidak berpuasa. Pembayaran
fidyah juga sesuai dengan jumlah hari tidak puasa dikalikan dengan
biaya makan sehari-hari. (Syafe’i, 2006: 22).
b. Zakat Mal
Pengertian zakat mal menurut terminologi bahasa (lughat), harta
adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk
memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. Sedangkan menurut
terminologi syariah (istilah syara’), harta adalah segala sesuatu yang
dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut
ghalibnya (lazim).
Sesuatu dapat disebut dengan mal (harta), apabila memiliki dua
syarat, yaitu: Pertama, harta tersebut dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun,
dan disimpan. Kedua, harta tersebut haruslah dapat diambil manfaatnya
30
sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Misalnya rumah, mobil, ternak,
hasil pertanian, uang, emas, perak, dll. (Rasyid, 2003: 28).
5. Sumber-sumber zakat menurut Al Quran dan Hadits
Pembagian jenis harta secara umum sebagaimana dikemukakan secara
terperinci dalam Al Quran dan Hadits pada dasarnya meliputi lima jenis
harta, yaitu:
a. Zakat Nuqud
Menurut Al-Ghizzi (1995: 129), dalam istilah lain, zakat nuqud
disebut juga sebagai atsmaan (harta berharga) adalah harta yang terdiri
dari emas, perak dan uang baik yang telah dicetak maupun yang belum.
Untuk nishab zakat emas adalah 20 mitsqal atau 20 dirham, sama dengan
nilai 85 gram emas. Sedangkan untuk nishab zakat perak adalah 200
dirham, sama dengan nilai 595 gram perak. Adapun syarat atas zakat
tersebut adalah:
1) Orang yang hendak berzakat haruslah beragama Islam
2) Merdeka (bukan budak)
3) Harta tersebut merupakan milik sempurna
4) Telah mencapai nishab
5) Telah dimiliki selama satu tahun (haul)
Jika pada pertengahan tahun barang tersebut tidak cukup atau telah
dijual, maka perhitungan satu tahun tersebut berkurang. Dan jika barang
31
itu telah dibeli lagi, maka perhitungan satu tahun tersebut dimulai lagi.
Sebab, telah terputusnya nishab atau hilangnya kepemilikan.
b. Zakat Perdagangan (perniagaan)
Yang dimaksud harta perniagaan adalah setiap barang yang
diperjualbelikan dengan maksud mencari keuntungan. Adapun syarat
kewajiban zakat pada perdagangan adalah:
1) Niat berdagang atau niat memperjualbelikan komoditas tertentu
2) Telah dimiliki selama satu tahun
3) Mencapai nishab, yaitu sama dengan nishab dari zakat emas dan perak
c. Zakat hasil pertanian
Yang dimaksud hasil pertanian meliputi tanaman dan buah-buahan
yang telah memenuhi persyaratan wajib zakat. Dalam penjelasan lain,
zakat ini hanya meliputi komoditi buah kurma dan buah anggur. Namun
dalam prakteknya, zakat ini meliputi komoditi pertanian apapun yang
menjadi pertanian pokok oleh suatu daerah. Mengenai nishab zakat
pertanian, dibagi dalam dua kategori, yaitu:
1) Bila dalam mengelolanya membutuhkan biaya tambahan (pengairan),
maka besaran zakatnya lebih kecil yaitu 5%.
2) Bila tanpa biaya tambahan, maka besaran zakatnya lebih besar yaitu
10% dari penghasilan bersih panen pertanian.
d. Zakat hewan ternak
Para ulama sepakat mengenai zakat hewan ternak meliputi tiga
jenis hewan yaitu unta, sapi dan kambing. Selain ketiga jenis hewan
32
tersebut, beberapa ulama berselisih pendapat mengenai hewan kuda.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa kuda dikenai wajib zakat.
Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan Maliki tidak mewajibkan, kecuali
bila kuda itu diperjualbelikan.
Mengenai nishab ketiga jenis hewan ternak tersebut, yaitu:
1) Nishab Unta, adalah kepemilikan 5 ekor unta, dalam satu tahun, kadar
zakatnya adalah 1 ekor kambing yang berumur 2 tahun atau lebih.
2) Nishab Sapi, adalah kepemilikan 30 ekor sapi, dalam satu tahun, kadar
zakatnya adalah 1 ekor anak sapi atau kerbau yang berumur 2 tahun
lebih.
3) Nishab kambing, adalah kepemilikan 40 ekor kambing, dalam satu
tahun, kadar zakatnya adalah 1 ekor kambing betina biasa umur 2
tahun lebih atau 1 ekor kambing domba betina umur 1 tahun lebih.
e. Zakat Rikaz (barang temuan) dan barang tambang
Mengenai nishab zakatnya adalah 93,6 gram emas dengan
prosentase zakat sebesar 20% dikeluarkan pada saat ditemukan. (Zuhdi,
1992: 254).
Sedangkan menurut Ibnul Qayyim al Jauziyyah, harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya hanyalah meliputi empat jenis harta. Yaitu, harta
perdagangan, hasil pertanian (tanam-tanaman, buah-buahan), hewan
ternak dan barang berharga (emas dan perak). Hal ini disebabkan karena
keempat jenis harta itulah yang paling banyak beredar di kalangan
masyarakat. (Hafidhuddin, 2002: 28).
33
6. Sumber-sumber zakat dalam perekonomian modern
a. Zakat Profesi
Menurut Qardhawi (2007: 74), yang dimaksud dengan profesi
adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui
keahliannya. Baik keahlian yang dilakukan secara sendiri (dokter, arsitek,
pengacara hukum, penjahit, dll) maupun secara bersama-sama (pegawai
baik dalam pemerintahan maupun swasta) dengan menggunakan sistem
upah atau gaji.
Adapun mengenai waktu mengeluarkan zakatnya adalah pada saat
menerimanya, besaran nishabnya adalah setara dengan nilai 250 kg beras,
dengan kadar zakat 2,5% dari penghasilan bersihnya. Karena analogi
tersebut diambil dari zakat pertanian, maka tidak ada ketentuan haul yang
didasari dengan urf (kebiasaan) suatu negara. Karenanya, bila profesi
yang menghasilkan pendapatan setiap hari, maka zakatnya dikeluarkan
setiap satu bulan sekali.
b. Zakat perusahaan
Perlu diketahui, pada saat ini hamper sebagian besar perusahaan
dikelola secara bersama dalam sebuah kelembagaan dan organisasi
dengan manajemen yang modern. Sehingga, sector zakat tersebut
meliputi bentuk usaha PT, CV atau Koperasi. Saat ini komoditas-
komoditas yang dikelola perusahaan tidak terbatas, melainkan merambah
dalam wilayah luas, bahkan meliputi komoditi antar negara dalam bentuk
ekspor impor.
34
Setidaknya, alasan diwajibkan zakat atas perusahaan tersebut
haruslah memenuhi tiga hal besar, yaitu:
1) Perusahaan tersebut haruslah mengelola atau menghasilkan produk
yang halal dan dimiliki oleh orang-orang yang beragama Islam. Atau
bila kepemilikan oleh bermacam-macam agama, maka berdasarkan
kepemilikan sahamnya dikuasai oleh orang Islam.
2) Merupakan perusahaan yang bergerak dalam sector jasa, seperti
perusahaan di bidang akuntansi public dan sebagainya.
3) Perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, seperti lembaga
keuangan baik bank maupun nonbank (asuransi, reksadana, money
changer, dll).
Untuk nishab zakatnya, dianalogikan seperti halnya zakat
perdagangan yaitu senilai 85 gram emas dan telah memenuhi haul.
Sedangkan untuk kadar atau besaran zakatnya adalah 2,5% dari laba
bersih perusahaan tersebut.
c. Zakat atas kepemilikan surat berharga
1) Zakat Saham
Pendapat Qardhawi, (2007: 76), mengenai kewajiban berzakat
atas kepemilikan saham tersebut adalah:
Pertama, apabila kepemilikan atas perusahaan jasa murni,
artinya tidak melakukan kegiatan perdagangan. Maka sahamnya tidak
wajib dizakati, seperti hotel, biro perjalanan atau jasa angkutan.
Sebab, saham tersebut terletak pada alat-alat, perlengkapan, gedung
35
dan sarana. Sedangkan keuntungan perusahaan tersebut kembali pada
harta pemilik saham.
Kedua, jika perusahaan tersebut merupakan dagang murni.
Artinya yang membeli dan menjual barang-barang, tanpa adanya
pengelolaan seperti perdagangan komoditi ekspor impor, maka wajib
dikeluarkan zakatnya.
Dalam penentuan nishabnya, dianalogikan seperti zakat
perdagangan, yaitu senilai 85 gram emas dengan kadar 2,5% dan telah
memenuhi haul.
2) Zakat Obligasi
Obligasi adalah perjanjian tertulis dari bank, perusahaan, atau
pemerintah kepada pemegangnya untuk melunasi sejumlah pinjaman
dalam masa tertentu.
Kalau pemegang saham suatu perusahaan turut memiliki
perusahaan tersebut (mudharabah) dan nilai kurs saham bisa naik
turun. Pada obligasi, seseorang hanyalah sebagai pemberi pinjaman
kepada pihak yang mengeluarkan surat obligasi dengan diberi Bungan
tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula. Mengenai waktu jatuh
tempo wajibnya seseorang mengeluarkan zakatnya adalah ketika surat
obligasi tersebut telah dicairkan nominal uangnya dengan kadar zakat
sebesar 2,5%. (Qardhawi, 2007: 80).
7. Golongan yang berhak menerima zakat
36
Zakat tersebut akan disalurkan atau diberikan kepada orang yang
berhak menerimanya (mustahiq) yang terdiri dari delapan golongan (ashnaf)
seperti yang dijelaskan dalam Al Quran Surat At-Taubah ayat 60, yang
berbunyi:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, serta untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana”.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa yang berhak menerima zakat
adalah delapan golongan manusia. Adapun delapan golongan tersebut, akan
diuraikan dalam pembahasan berikut:
a. Fakir (Al-Fuqara‟)
Fakir atau al-fuqara‟ adalah jamak dari kata al-faqir. Menurut
madzhab Syafi’I dan Hambali, yaitu orang yang tidak memiliki harta
benda dan pekerjaan apapun yang mampu membiayai hidupnya. Jadi
tidak memiliki kekayaan dan pekerjaan apapun. Untuk itu para ulama
berpendapat bahwa fakir adalah orang yang tidak memiliki nishab zakat.
(Al-Zuhayly, 1997: 280).
b. Miskin
37
Miskin atau al-masakin adalah bentuk jamak dari al-miskin, yaitu
orang yang memiliki pekerjaan tetapi penghasilannya tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari (sandang, pangan, papan). Orang
miskin bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki kekayaan dan
pekerjaan yang tidak mencukupi kebutuhan standar.
Menurut Imam Syafi’I, orang fakir dan miskin diberikan sejumlah
yang dapat mencukupinya sepanjang hidupnya. Sedangkan menurut
Imam Maliki dan Imam Hambali, orang fakir dan miskin diberikan
sejumlah yang dapat mencukupinya selama satu tahun.
Bentuk kecukupan sepanjang hidup dapat berupa alat kerja, modal
dagang, bangunan atau sarana-sarana lainnya.
c. Amil atau Panitia Zakat
Yaitu orang-orang yang bertugas mengambil zakat dari para
muzakki dan mendistribusikan kepada para mustahiq, yang diangkat oleh
pemerintah atau masyarakat. Amil ini berhak mendapat bagian dari zakat
itu, sebagai imbalan jasa dari tugas mereka, walaupun mereka termasuk
dalam kategori orang kaya. Amil berhak mendapatkan bagian maksimal
satu perdelapan atau 12,5 %, dengan catatan bahwa petugas zakat ini
memang melakukan tugas-tugas keamilan dengan sebaik-baiknya. Oleh
sebab itu, maka bagian dari amil ini tidak disamakan jumlahnya dengan
bagian lainnya, maka amil ini diberikan bagian bukan karena
kebutuhannya. Seiring dengan berkembangnya zaman, hal ini kemudian
diwakili oleh orang ataupun lembaga yang mengelola zakat seperti
38
LAZIS, BAZ, dan sebagainya yang mempunyai fungsi tugas pokok
diantaranya:
1) Pengontrol kebijakan dan aparat pemungut zakat
2) Pencatat administrasi zakat
3) Segenap kelengkapan teknis yang bekerja untuk kesejahteraan rakyat
dengan dana dari zakat. (Ghafur, 2007: 157).
d. Muallaf
Adalah orang-orang yang sedang dilunakkan hatinya untuk
memeluk Islam atau menguatkan Islamnya atau untuk mencegah
keburukan sikapnya terhadap kaum muslimin atau mengharapkan
dukungannya terhadap kaum muslimin.
Diperbolehkan juga di zaman sekarang ini memberikan zakat
kepada para muallaf bagi mereka yang telah masuk Islam untuk
memotivasi mereka, atau kepada sebagian organisasi tertentu untuk
memberikan dukungan terhadap kaum muslimin. Juga dapat diberikan
kepada sebagian penduduk muslim yang miskin yang sedang melawan
musuh-musuh Islam.
e. Budak (Riqab)
Adalah bentuk jamak dari kata raqabah. Disebut juga dengan
istilah hamba sahaya, karena tidak jarang berasal dari para tawanan
perang. Zakat diperkenankan pula untuk membantu para budak mukatab,
yaitu budak yang sedang menyicil pembayaran sejumlah tertentu untuk
pembebasan dirinya dari majikannya agar dapat hidup merdeka.
39
Pada zaman sekarang ini, sejak penghapusan sistem perbudakan di
dunia, mereka sudah tidak ada lagi. Tetapi menurut madzhab Maliki dan
Hambali, pembebasan tawanan muslim dari tangan musuh dengan uang
zakat termasuk dalam bab perbudakan. Atau dengan istilah lain lain
merupakan orang yang tertindas hak asasinya dan kemudian dieksploitasi
oleh manusia lainnya sehingga ia menderita secara sosial, ekonomi dan
tidak bisa menentukan arah hidupnya lagi.
f. Gharimin (orang yang berhutang)
Bentuk jamak dari Al-Gharim, adalah orang yang berhutang dan
tidak mampu untuk membayarnya. Ada dua macam jenis gharim, yaitu :
1) Al-Gharim untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu orang yang
berhutang untuk menutup kebutuhan primer pribadi dan orang-orang
yang menjadi tanggung jawabnya, seperti rumah, pernikahan,
perabotan, dll.
2) Al-Gharim untuk kemaslahatan orang lain, seperti orang yang
berhutang untuk mendamaikan dua orang muslim yang sedang
berselisih dan harus mengeluarkan dana untuk meredam
kemarahannya. Maka, siapapun yang mengeluarkan dana untuk
kemaslahatan umum yang diperbolehkan agama, lalu ia berhutang
untuk itu, ia dibantu melunasinya dari zakat. Diperbolehkan
membayar hutangnya orang yang sudah meninggal dari zakat, karena
gharim mencakup orang yang masih hidup dan yang sudah mati.
Pemberian bagian zakat ini sekedar untuk membayar hutangnya dan
40
mengembalikan semangat kehidupan mereka di tengah-tengah
masyarakat.
g. Fi Sabilillah (di jalan Allah)
Yaitu amal perbuatan yang mengantarkan keridhaan kepada Allah
SWT dan surgaNya, terutama jihad untuk meninggikan kalimatNya. Jadi
pejuang di jalan Allah SWT diberi zakat meskipun dia orang kaya. Jatah
ini berlaku umum bagi seluruh kemaslahatan-kemaslahatan umum
agama, misalnya pembangunan rumah-rumah sakit, pembangunan
sekolah-sekolah dan pembangunan panti asuhan anak-anak yatim. Secara
umum, makna dari fi sabilillah ini adalah segala perbuatan dalam rangka
di jalan Allah SWT.
Pada zaman Rosulullah, fi sabilillah ini adalah para sukarelawan
perang yang ikut berjihad bersama beliau yang tidak mempunyai gaji
tetap sehingga mereka diberi bagian dari zakat.
h. Ibnu Sabil
Dalam hal ini adalah para musafir yang kehabisan biaya di negara
lain, meskipun ia kaya di negaranya sendiri. Mereka dapat menerima
zakat sebesar biaya yang dapat mengantarkannya pulang ke negaranya,
meliputi ongkos jalan dan perbekalan, dengan syarat:
1) Ia membutuhkan di tempat ia kehabisan biaya
41
2) Perjalanannya bukan perjalanan yang sedang melaksanakan maksiat,
tapi perjalanan yang mempunyai nilai ibadah atau Sunnah.
(Mughniyah, 1992: 244-249).
8. Golongan orang yang tidak berhak menerima zakat
Dalam Kitab Fiqh Zakat karya Dr. Yusuf Qardawi (2007: 673) yang
telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia disebutkan bahwa terdapat
golongan orang yang diharamkan menerima zakat, diantaranya adalah:
a. Orang kaya
b. Orang kuat yang mampu bekerja
c. Orang yang tidak beragama dan orang kafir yang memerangi Islam
d. Anak-anak orang yang mengeluarkan zakat, kedua orang tua dan istrinya
e. Keluarga Nabi Muhammad saw. yaitu Bani Hasyim.
9. Hikmah dan Manfaat Zakat
Menurut Jabir El-Jaziri (1991: 207), diantara hikmah dan manfaat
zakat di era modern saat ini adalah :
a. Sebagai perwujudan nilai keimanan kepada Allah SWT, dengan
mesyukuri nikmatNya, menumbuhkan akhlak mulia dengan
meningkatnya rasa kemanusiaan yang tinggi, solidaritas terhadap sesama.
Sehingga menghilangkan sifat kikir, rakus dan meterialistis serta
mencegah kecenderungan untuk melakukan korupsi sebab terdapat hak
orang lain dalam hartanya.
42
b. Membantu kehidupan sesama, meningkatkan kesejahteraan umat,
membina kemandirian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
layak, serta memberikan ketentraman bersama sehingga tidak ada
kesenjangan antara aghniya dan duafa‟
c. Sebagai sumber keuangan alternatif negara dari sektor non pajak yang
berpotensi cukup besar setiap tahunnya. Bila dalam penggunaan APBN
masih minim khususnya untuk syiar Islam maupun dalam memberikan
peningkatan kualitas pendidikan yang baik, maka zakat bisa menjadi
alternatif, sebab pembagian zakat sudah diatur dalam Islam
d. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umuat, zakat merupakan salah satu
instrument pemerataan pendapatan. Zakat yang dikelola dengan baik,
dimungkinkan dapat membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus
pemerataan pendapatan.
B. Konsep tentang penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan
1. Filantropi zakat untuk beasiswa pendidikan
Menemukan kaitan antara zakat dan pendidikan dalam satu teks Al
Qur’an maupun Sunnah secara langsung memang tidak mungkin ditemukan.
Namun masih ada keterkaitan meski tidak berada dalam satu teks.
Pengertian zakat sebagai sebuah kewajiban, berikut penjelasan pihak-pihak
yang berkewajiban serta kepada siapa kemudian zakat tersebut harus
disalurkan adalah garis besar pembahasan dalam Al Qur’an dan Hadist.
Ketika pembahasan tersebut kemudian berkembang seiring kemajuan
zaman, maka realitias dan potensi zakat saat ini kemudian membuka jalan
43
istinbath hukum dari sumber zakat baru seperti halnya zakat profesi, zakat
hasil peternakan, zakat industri tanaman hias dan sebagainya. Begitu pula
sector baru dalam hal distribusi zakat saat ini. Meski pada akhirnya harus
merujuk kepada delapan atsnaf yang disebut dalam Al Qur’an dan Hadist,
muncul kemudian sector baru yaitu mendistribusikan zakat untuk beasiswa
pendidikan.
Merujuk kepada istilah fi sabilillah, distribusi zakat kemudian patut
diberikan kepada sektor pendidikan. Di kalangan ulama selama ini menjadi
polemik karena golongan ini terus berkembang. Realitas saat ini, efektifitas
serta manfaat kepada sektor pendidikan lebih tinggi karena secara tidak
langsung, penampilan lahir dan batin manusia sangatlah dipengaruhi dari
pendidikan yang ia dapatkan. Harta zakat sebagai alat bantu pengentasan
masalah sosial, telah ditetapkan untuk didistribusikan kepada delapan asnaf,
namun kalua hanya sebatas pemberian, tetap saja tidak menciptakan
masyarakat yang mandiri.
Sebagai khalifah Allah di bumi ini, maka manusia layak untuk
memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sehingga manusia
memerlukan modal berupa pendidikan. Atas dasar tersebut, penyaluran dana
zakat untuk sektor pendidikan sangatlah beralasan secara syar’i, yaitu
sebagai salah satu bentuk rasa kepedulian terhadap sesama, sehingga dapat
membantu pihak yang lemah secara ekonomi untuk dapat memenuhi
kebutuhannya dalam sektor pendidikan. (www.pondokzakat.com, artikel
“seputar zakat”, diakses pada tanggal 15 Agustus 2015).
44
2. Pengertian Zakat Produktif dan Zakat Konsumtif
a. Pengertian Zakat Produkif
Zakat yang ditasyarufkan untuk mustahik untuk hal-hal yang
bersifat produktif atau hal-hal yang berkesinambungan agar bermanfaat
untuk jangka yang lama.
Dalam pendistribusian zakat produktif dapat di kelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1) Distribusi produktif dana zakat
a) Produktif tradisional
Dimana zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang
produktif seperti kambing, sapi, alat cukur, dan lain sebagainya.
b) Produktif kreatif
Zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk
membangun proyek sosial atau menambah modal pedagang
pengusaha kecil.
b. Pengertian Zakat Konsumtif
Zakat yang dibagikan kepada mustahik yang dimanfaatkan secara
langsung untuk keperluan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dalam pembagian zakat konsumif dapat di kelompokkan menjadi
dua, yaitu:
1) Distribusi konsumtif dana zakat
a) Konsumtif Tradisional
45
Zakat dibagikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan secara
langsung, seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat mal yang
diberikan kepada korban bencana alam.
b) Konsumtif Kreatif
Zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula,
seperti diberikan dalam bentuk alat-alat sekolah dan beasiswa.
(Mufraini, 2006: 147)
3. Landasan Al-Qur’an dan Hadist tentang penyaluran zakat untuk
beasiswa pendidikan
Sebagaimana dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa
penyaluran zakat untuk beasiswa merujuk kembali kepada istilah fi
sabilillah terlepas dari istilah secara khusus yang mengarah hanya pada
istilah jihad (perang berikut sarananya). Sebagaimana Allah berfirman
dalam Al Qur’an Surat At-Taubah ayat 60, istilah fi sabilillah dalam arti
secara umum adalah jalan menuju keridhaan Allah SWT yaitu setiap
perbuatan baik yang dapat mendekatkan manusia kepada Allah SWT
berikut sarana yang mengarah kepada jalan untuk mendapatkan ridho Allah
SWT tersebut. Menurut Qardhawi (1995: 330), sarana yang mengarah
kepada jalan untuk mendapatkan ridho Allah SWT meliputi:
a. Mendirikan pusat kegiatan bagi kepentingan dakwah ajaran Islam yang
benar untuk membendung dan melawan pendidikan kapitalisme,
komunis dan sekuler demi menuju pendidikan Islam yang murni
46
b. Membiayai para pelajar dan mahasiswa muslim yang sedang menempuh
pendidikan agama maupun pendidikan yang bertujuan untuk membela,
memelihara dan mengagungkan agama Allah, melawan para misionaris
maupun zionis kafir yang ingin merusak akhlak dan keimanan kaum
muslim dengan menyebarkan ajaran yang menyesatkan
c. Mendirikan media massa baik melalui media cetak maupun media
elektronik yang berkualitas yang bisa bersaing dengan stasiun televisi
maupun media massa asing dengan berita-berita yang merusak akhlak
dan ideologi umat muslim.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Turmudzi, Nabi juga
menjelaskan tentang keutamaan zakat yang sanggup menutup 70 pintu
kejahatan yang terbagi dalam empat bentuk kriteria dan pahalanya, yaitu:
a. Dilipatgandakan 10 kali, kepada fakir dan miskin
b. Dilipatgandakan 70 kali, kepada keluarga dekat
c. Dilipatgandakan 700 kali, kepada kawan-kawan (ikhwanul muslim)
d. Dilipatgandakan 1000 kali, kepada para mahasiswa/pelajar/santri yang
sedang belajar tentang pengetahuan agama Islam. (Abu H.F. Ramadhan,
1997: 343).
Dalam penjelasan lainnya, dijelaskan pula tentang keutamaan
memberikan zakat untuk golongan fi sabilillah, sebagaimana dalam firman
Allah Surat Al Baqarah ayat 261, yang berbunyi:
47
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir serratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (kurniaNya) lagi Maha Mengetahui”.
4. Pendapat Ulama tentang penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, bahwa penyaluran
zakat untuk beasiswa pendidikan adalah merujuk pada golongan fi
sabilillah. Menurut empat madzhab yaitu madzhab Syafi’i, Maliki, Hambali
dan Hanafi, mereka bersepakat bahwa jihad termasuk ke dalam makna fi
sabilillah dan zakat diberika kepada para mujahidin dan kebutuhan mereka
akan perlengkapan perang.
Namun, pendapat Imam Ar Razi mengatakan dalam tafsirnya, bakwa
teks zhahir fi sabilillah tidak hanya terbatas pada tentara saja, akan tetapi
mereka boleh menyalurkan zakatnya kepada seluruh proyek kebaikan
seperti pembangunan masjid, madrasah, rumah sakit, sekolah-sekolah, panti
asuhan, membiayai pelajar, mahasiswa untuk belajar dan sebagainya.
(Qardhawi, 1993: 197). Kemudian menurut Syekh Mahmud Syaltut dalam
bukunya Islam, Aqidah dan Syariah dalam hal ini menyatakan bahwa fi
sabilillah adalah seluruh kemaslahatan umum yang tidak dimiliki oleh
seseorang dan tidak memberi keuntungan pada perorangan. Al-Sayyid
Ridha juga berpendapat bahwa maksud dari fi sabilillah adalah segala
48
sesuatu yang ditujukan untuk kemaslahatan umum dan bagi negara Islam
sebagai tujuan syiar agama dan negara bukan untuk masing-masing
individu, seperti pengadaan rumah sakit, perbaikan jalan-jalan dan
jembatan, pemeliharaan jalan kereta api, pengadaan bandara, dan lain-lain.
(Qardhawi, 1995: 332).
5. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang penyaluran zakat untuk
beasiswa pendidikan
Dalam Sidang Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 10 Februari 1996, yang kemudian
dilanjutkan pada hari Rabu tanggal 14 Februari 1996, membahas tentang
pemberian zakat untuk beasiswa, merumuskan bahwa memberikan uang
zakat untuk keperluan pendidikan, khususnya dalam bentuk beasiswa,
hukumnya adalah sah karena termasuk dalam asnaf fi sabilillah. Sidang
memberikan pertimbangan bahwa pelajar, mahasiswa, sarjana muslim
penerima zakat beasiswa, hendaknya :
a. Berprestasi akademik
b. Diprioritaskan bagi mereka yang kurang mampu
c. Mempelajari ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia
Metode yang digunakan MUI dalam penetapan hukum pemberian
zakat untuk beasiswa pendidikan adalah dengan menggunakan kaidah ushul
fiqh. Selain itu, MUI juga merumuskan bahwa pemberian uang zakat untuk
keperluan pendidikan, khususnya dalam bentuk beasiswa dihukumi sah
karena orang yang menuntut ilmu di jalan Allah termasuk dalam asnaf fi
49
sabilillah, yaitu termasuk orang yang berjihad di jalan Allah dan apabila
orang yang sedang berjihad di jalan Allah terbengkalai dengan masalah
keuangan, maka zakat bisa dialokasikan untuk membantu keperluan
pendidikan. Disamping itu, MUI juga menggunakan metode qiyas dalam
penetapan hukum zakat ini, yaitu mengqiyaskan zakat untuk beasiswa
terhadap nash Al Quran Surat At-Taubah ayat 60.
Kemudian Fatwa MUI ini juga mempertimbangkan kondisi
perekonomian mayoritas masyarakat Indonesia saat ini yang lemah,
mahalnya biaya pendidikan serta semakin ketatnya persaingan dalam era
globalisasi, sehingga untuk meningkatkan kualitas pendidikan, keputusan
Fatwa MUI yang mengesahkan pemberian zakat untuk beasiswa pendidikan
sangatlah baik dan sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia saat ini.
(www.ratnatus.blogspot.com; fiqh kontemporer kajian produk hukum ;
diakses tanggal 5 Agustus 2015).
Dari berbagai pendapat para Ulama dan Fatwa MUI tersebut, maka
penulis berpendapat bahwa sangat mungkin untuk menyalurkan zakat pada
sektor modern saat ini yang masuk dalam bab fi sabilillah. Yaitu jalan yang
digunakan untuk membela Agama Allah serta menjaga umat Islam, baik
dalam bentuk pendidikan, medis, media, militer, sarana umum, sarana
transportasi dan sebagainya.
50
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG LAZISMU KOTA SALATIGA
A. Sejarah LAZISMU Kota Salatiga
LAZIS Muhammadiyah adalah Lembaga Amil Zakat, Infaq dan
Shadaqah nirlaba tingkat nasional yang dibentuk oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dengan tugas mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS)
dan berbagai bentuk kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga,
perusahaan dan instansi lainnya untuk didayagunakan melalui program-
program sosial, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan berkhidmat
dalam pemberdayaan masyarakat tidak mampu. Sebagai organisasi dakwah
Islam, Muhammadiyah mendirikan berbagai amal usaha sosial seperti panti
asuhan bagi anak yatim piatu dan orang jompo, balai kesehatan dan sekolah
yang dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan pendidikan bagi anak-anak keluarga miskin. Muhammadiyah
memandang perlu adanya upaya untuk menanggulangi kemiskinan dan
mengoptimalkan penggalian dana zakat, infaq dan shadaqah guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di bawah kemiskinan dan
kesusahan.
LAZIS Muhammadiyah didirikan pada tanggal 14 Juli 2002 yang
ditandai dengan penandatangan deklarasi oleh Prof. Dr. HA. Syafi'i Ma'arif,
MA (Buya Syafi'i) dan selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri Agama Republik
51
Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) dengan Surat
Keputusan Nomor 457 tanggal 21 November 2002.
Latar belakang dari didirikannya LAZISMU adalah fakta yang
menunjukkan bahwa masih banyaknya masyarakat Indonesia yang berada di
bawah garis kemiskinan dan kebodohan, sehingga zakat diyakini mampu
memiliki sumbangsih besar dalam mendorong keadilan sosial, pembangunan
manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai Negara berpenduduk
muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf
yang terbilang cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola
dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi dampak yang
signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada.
Berdirinya LAZISMU adalah dimaksudkan sebagai institusi pengelola
zakat dengan manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi
salah satu bagian dari penyelesaian masalah (problem solver) bangsa yang
terus berkembang. Dengan budaya kerja amanah, professional dan transparan,
LAZISMU berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya
dan seiring waktu, kepercayaan publik semakin menguat.
Kepengurusan LAZISMU pada periode awal dipimpin oleh Prof. Dr.
HM. Din Syamsuddin, MA (Tokoh umat Islam dan pimpinan ormas terbesar,
Muhammadiyah) dengan sekretaris Drs. H. Hajriyanto Y. Thohari MA. Dan
memasuki periode ke-2 ini, kepengurusan LAZISMU dipegang oleh Drs. H.
Hajriyanto Y. Thohari, MA dan Sekretarisnya adalah Ahmad Imam Mujadid
Rais, S.Ip. Dalam operasional programnya, LAZISMU didukung oleh Jaringan
52
Multi Lini, sebuah jaringan konsolidasi lembaga zakat yang tersebar di seluruh
propinsi yang menjadikan program-program pendayagunaan LAZISMU
mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia secara cepat, terfokus dan tepat
sasaran.
Dari latar belakang tersebut, berdirinya Lembaga Amil Zakat, Infaq dan
Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga juga tidak terlepas dari
perjuangan organisasi Muhammadiyah yang ada di Kota Salatiga sebagai induk
organisasi kemasyarakatan yang bersifat sosial, dakwah dan pendidikan. Peran
Muhammadiyah dalam mengembangkan potensi warganya sangatlah besar.
Hal ini terlihat melalui kegiatan sosial kemasyarakatan, yang meliputi sektor
pendidikan, dakwah maupun usaha menciptakan pemberdayaan ekonomi
warganya dengan kemandirian.
Berangkat dari kepercayaan masyarakat yang begitu besar terhadap
organisasi Muhammadiyah, maka Muhammadiyah dianggap mampu untuk
menghimpun dana masyarakat (yang meliputi : zakat, infak dan shadaqah) dan
menyalurkannya kepada masyarakat yang berhak menerimanya sesuai syariah.
Kemudian, dari pemikiran tersebut, pada tahun 2002 Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Salatiga berinisiatif untuk mendirikan Lembaga Amil
Zakat yang diberi nama Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqah
Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga. Secara legal formal, berdirinya
LAZISMU Kota Salatiga menginduk kepada LAZIS Muhammadiyah Pusat
(PP. Muhammadiyah) sebagai LAZNAS dengan SK Menteri Agama RI Nomor
53
457 tanggal 21 November 2002. Namun secara structural berada di bawah
naungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga.
Pada awal berdirinya, LAZISMU Kota Salatiga memiliki kantor
sekretariat di SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga, Jalan LMU Adisucipto
No. 13 Salatiga. Antara rentang waktu dari tahun 2002 sampai dengan tahun
2010, merupakan masa transisi dari berdirinya LAZISMU Kota Salatiga.
Artinya kepengurusan LAZISMU Kota Salatiga, masih menjadi satu dengan
Pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga.
Dalam pelaksanaan penghimpunan dana zakat, LAZISMU Kota Salatiga
hanya menerima zakat fitrah, zakat mal/uang, infak, shadaqah, dana
pembangunan, donatur tetap dan fidyah. Seiring dengan adanya kepercayaan
masyarakat kepada LAZISMU Kota Salatiga, maka secara tidak langsung
mempengaruhi program serta kegiatannya yang berusaha untuk
memberdayakan masyarakat sekitar dengan membekali pengetahuan melalui
pemberian beasiswa pendidikan ataupun program pendayagunaan zakat lainnya
untuk kesejahteraan masyarakat. Adapun program kerja LAZISMU Kota
Salatiga sampai tahun 2011 antara lain :
1. Pemberian Beasiswa dari TK sampai dengan SMA atau sederajat;
2. Pemberian Bantuan untuk Usaha Ekonomi Produktif (UEP), yaitu usaha
Peternakan Kambing dan Lele;
3. Pemberian Bantuan Biaya Hidup kepada manula dan kaum dhuafa;
4. Pemberian Bantuan Desa Binaan (TPQ);
5. Pemberian Bantuan Panti Asuhan kepada Panti Asuhan Muhammadiyah;
54
6. Melakukan Pembinaan terhadap Penerima Beasiswa melalui pesantren
liburan
7. Pengajian muzaki.
Atas perkenan dan ridho Allah SWT, maka LAZISMU Kota Salatiga
hingga kini masih tetap eksis berkiprah melayani masyarakat. Dukungan dari
para muzakki, donator dan para dermawan juga turut memberikan andil yang
cukup besar terhadap eksistensi lembaga ini. Kemudian, seiring dengan
berjalannya waktu, maka penyegaran dan perubahan pun niscaya harus
dilakukan demi mewujudkan pelayanan umat yang lebih baik. dalam penelitian
ini, peneliti mengambil sampel penelitian mulai kepemimpinan di LAZISMU
tahun 2010-2015 karena peneliti menganggap bahwa pada tahun-tahun itulah
perkembangan LAZISMU Kota Salatiga begitu pesat dan secara administrasi
sudah tertata dengan baik.
B. Visi Dan Misi LAZISMU Salatiga
1. Visi
a. Visi lengkap
“Terwujudnya optimalisasi potensi dan pengelolaan Zakat, Infaq dan
Shadaqah dengan profesional dan amanah untuk pemberdayaan umat”
b. Visi sebagai motto
“Mari tunaikan zakat, zakat itu wajib, mulia dan manfaat”
2. Misi
a. Optimalisasi kualitas pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang
amanah, profesional dan transparan
55
b. Optimalisasi pendayagunaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang
kreatif, inovatif dan produktif
c. Optimalisasi pelayanan donatur
C. Tujuan
1. Membangkitkan motivasi untuk membantu sesama umat muslim
khususnya warga Muhammadiyah yang kurang mampu dari sisi ekonomi;
2. Meningkatkan kualitas dakwah sosial Muhammadiyah agar lebih terasa
secara riil oleh masyarakat khususnya kaum dhuafa;
3. Menumbuhkan solidaritas gerakan beramal (Zakat, Infaq dan Shadaqah)
dikalangan warga Muhammadiyah;
4. Memaksimalkan potensi zakat, infaq dan shadaqah warga Muhammadiyah
khususnya dan Umat Islam pada umumnya untuk dikelola secara
profesional dan cerdas pemanfaatannya dalam koridor gerakan dakwah
sosial;
5. Melakukan aksi sosial yang tepat sebagaimana visi dan misi
Muhammadiyah dan LAZISMU di Kota Salatiga.
D. Struktur Organisasi
Adapun Struktur Organisasi Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah
Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga periode tahun 2010-2015 adalah
sebagai berikut:
56
Badan Pertimbangan
Ketua : Prof. Dr. H. Achmadi
Anggota :
- Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA.
- Drs. Utsman Haryono, A.Pt.
- Drs. H. Ali Muhson, MH.
Badan Pemeriksa
Ketua : Drs. H. Machasin
Anggota :
- Amar Ma’ruf Fahrudin, MM.
- Drs. Miftah Adlu Haq, MM.
Badan Pelaksana
Ketua : Muhlisun, M.Pd.
Sekretaris : Marijo, S.Pd.I., M.Pd.
Anggota : Soleh Mahfud, A.Ma.
Bidang
Pengembangan
Muzaki :
Sutomo, M.Ag.
Bidang
Pelaporan
1. Fajar K.
2. Muttaqin,
M.Pd.I.
Bidang
Pelaporan
1. Agung
setyawan
2. Fajar K.
3. Kuncoro
Broto P.
4. Riyadi,
S.Pd.I.
5. Muttaqin,
M.Pd.I.
6. Marijo,
M.Pd.I.
Bidang
Beasiswa :
Muttaqin,
M.Pd.I.
Bidang
Pembinaan
Beasiswa:
Sunarno,
S.Pd.I.
Bidang UEP
&
Penyantunan
Dhuafa:
Riyadi,
S.Pd.I.
Bidang
Usaha
Peternakan :
- Sunarno,
S.Pd.I.
- Sutomo,
M.Ag.
Bidang
Bantuan
TPQ :
Suharwo
no,
S.Pd.I.
Bidang
Teknologi
Informasi :
Agus
Sofyan,
M.Hum.
Ruchani,
S.Pd.I.
57
Berdasarkan Struktur Organisasi diatas, maka tugas dan fungsi dari
masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
1. Badan Pertimbangan
Badan ini mempunyai tugas yaitu memberikan saran, pendapat dan
nasehat yang menyangkut kebijakan operasional dan ketetapan syariat Islam
kepada LAZISMU Kota Salatiga baik diminta ataupun tidak.
2. Badan Pemeriksaan
Badan ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan keuangan secara
berkala kepada LAZISMU Kota Salatiga
3. Badan Pelaksana
Mempunyai tugas, antara lain :
a. Penyusunan rencana dan program kerja badan pelaksana LAZISMU Kota
Salatiga
b. Penetapan strategi kebijakan sesuai ketentuan pengelolaan zakat
4. Bidang-bidang, terdiri dari :
a. Pengembangan Muzaki
1) Menyelengarakan pengajian/pertemuan dengan muzaki
2) Pembuatan brosur kajian, profil, serta program kerja LAZISMU Kota
Salatiga
3) Sosialisasi melalui pertemuan/kajian baik AUM atau PRM, PCM,
Majelis/Lembaga, dan PDM
58
4) Melakukan silaturahim kepada umat muslim yang dipandang mampu
dan simpatik dengan LAZISMU Kota Salatiga untuk menjadi muzaki
di LAZISMU Kota Salatiga
5) Menetapkan tenaga profesional di LAZISMU Kota Salatiga
6) Membuat sistem pelaporan unik
b. Pelaporan
Mempunyai tugas untuk menyiapkan laporan tentang
penghimpunan, pendayagunaan dan pendistribusian zakat secara berkala
c. Penarikan
Mempunyai tugas melakukan penarikan zakat di lapangan secara
langsung kepada muzaki
d. Beasiswa
1) Memberi bantuan pembayaran SPP bagi siswa tidak mampu.
2) Menyelenggarakan kegiatan Rekreatif Religius bagi siswa penerima
bantuan SPP dari Lazim
3) Pengajian Rutin (kerja sama dengan Majelis Tablig PDM)
4) Penyelenggarakan Pesantren Liburan Anak Sekolah (PLAS)
5) Memberikan bea siswa untuk kuliah di PUTM (Pendidikan Ulama
Tarjih Muhammadiyah)
6) Memberi bea siswa kuliah bagi yang kurang mampu dengan cara
mencarikan founding (orang tua asuh).
59
e. Pembinaan Beasiswa
Mempunyai tugas membina para penerima beasiswa pendidikan
dari LAZISMU Kota Salatiga dengan cara diadakan pengajian untuk para
penerima beasiswa dan pelatihan-pelatihan
f. Usaha Ekonomi Produktif dan Peternakan
1) Memberikan bantuan, pendampingan serta pengawasan untuk usaha
ekonomi bagi muslim yang kurang mampu
2) Menyelenggarakan pertemuan/pengajian bagi penerima bantuan UEP
3) Dalam bentuk penggaduhan kambing dan sapi
4) Mengadakan tabungan kurban
5) Penyediaan Hewan Kurban
6) Memberikan bantuan biaya hidup kepada lansia yang kurang mampu
setiap bulan
g. Penyantunan Dhuafa
Memberikan bantuan biaya hidup kepada lansia yang kurang
mampu setiap bulan
h. Bantuan TPQ
Memberikan bantuan untuk pembinaan Taman Pendidikan Quran
(TPQ) yang dibina oleh Muhammadiyah setiap bulan.
i. Informasi Teknologi
1) Mempunyai tugas untuk mensosialisasikan LAZISMU Kota Salatiga
kepada masyarakat, baik melalui media massa maupun elektronik
60
2) Sebagai pendukung dalam sistem teknologi termasuk memback-up
dan memelihara jaringan informasi
3) Sebagai penghimpun dan penyambung informasi baik dari luar
maupun dari LAZISMU Kota Salatiga dengan masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, maka Pengurus Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Kota Salatiga dan Pengurus LAZISMU Kota Salatiga
melakukan berbagai evaluasi untuk memperbaiki program kerja yang telah
dilakukan. Kemudian, pada tanggal 29 September 2012, para pengurus
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga dan pengurus LAZISMU
melakukan rapat kerja untuk mengevaluasi, menambah dan menentukan lagi
program kerja LAZISMU Kota Salatiga untuk periode kepengurusan tahun
2010-2015. Akhirnya, berdasarkan hasil Raker, maka ditetapkanlah bahwa
Program Kerja LAZISMU Kota Salatiga periode tahun 2010-2015 adalah :
1. Pemberian Santunan Fakir Miskin
2. Program Peduli Dhuafa
3. Beasiswa
4. Bantuan Usaha Ekonomi Produktif
5. Pemberian Bantuan Desa Binaan
6. Pemberian Bantuan Panti Asuhan kepada Panti Asuhan Muhammadiyah
7. Bantuan Operasional Taman Pendidikan Al Quran
8. Pesantren Ramadhan
9. Santunan Dana Kesehatan Masyarakat
61
10. Aksi Ramadhan (dalam bentuk santunan fi sabilillah, takjil gratis, buka
puasa bersama anak yatim, dan bingkisan lebaran untuk kaum dhuafa).
11. Pengajian Ahad Pagi
12. Program Tanggap Bencana Alam.
E. Produk Layanan LAZISMU Kota Salatiga
Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi mendukung program-program
LAZISMU Kota Salatiga yang meliputi program pendidikan, dakwah, dan
sosial ekonomi dapat memilih beberapa produk pilihan antara lain :
1. Zakat Beasiswa Pendidikan
Program untuk meringankan beban biaya sekolah bagi anak-anak yang
tidak mampu dengan sistem donatur rutin tiap bulan atau tiap semester
mulai dari pendidikan dasar, menengah maupun tingkat perguruan tinggi.
2. Zakat Peduli Dhuafa
Program ini untuk membantu meringankan beban biaya hidup bagi
para kaum dhuafa dengan sistem bulanan maupun triwulan.
3. Infak dan Shadaqah
LAZISMU Kota Salatiga juga menerima penyaluran kelebihan rezeki
berupa infak dalam bentuk uang tunai maupun sedekah dalam bentuk lain,
dengan besaran yang tidak ditentukan dan bisa dimanfaatkan untuk
kemaslahatan umat.
4. Kurban Berkah
LAZISMU Kota Salatiga dapat menerima dan menyalurkan hewan
kurban yang diprioritaskan pada daerah rawan pangan, rawan bencana
62
maupun rawan pemurtadan. Dapat diterima dalam bentuk uang tunai
maupun hewan kurban secara langsung.
5. Solidaritas Kemanusiaan
Program untuk meringankan beban saudara kita yang tertimpa
musibah bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-
lain. Bantuan dapat berupa uang tunai, sembako, pakaian pantas pakai, obat-
obatan, tenaga medis atau pengiriman relawan di lokasi bencana.
6. Zakat Fitrah
LAZISMU Kota Salatiga siap membantu muzaki untuk dapat
menyalurkan zakat fitrah maupun zakat malnya kepada yang berhak sesuai
dengan syariah. Adapun prosedur penghimpunan zakatnya adalah muzaki
dapat secara langsung datang ke kantor LAZISMU Kota Salatiga di Jalan
Brigjend Sudiarto Nomor 39 Salatiga 50714, telp. (0298) 313552 dan
mengisi formulir yang telah disediakan ataupun dapat memilih
pembayarannya dengan cara :
a. Zakat diambil langsung oleh petugas LAZISMU Kota Salatiga, di rumah
atau di kantor sesuai dengan kehendak muzaki dan muzaki bisa
menentukan sendiri waktu pengambilannya.
b. Melalui transfer ke rekening resmi LAZISMU Kota Salatiga, yaitu pada :
1) Bank Muamalat Cabang Salatiga, di nomor rekening : 0104285318,
atas nama LAZISMU Kota Salatiga.
2) Bank Mandiri Syariah Cabang Salatiga, di nomor rekening :
4347004433
63
F. Aplikasi dan Implementasi Penyaluran Zakat untuk Beasiswa Pendidikan
oleh LAZISMU Kota Salatiga
Dalam hal penyaluran zakat untuk beasiswa, LAZISMU Kota Salatiga
memprioritaskan pemberian beasiswa kepada siswa yang berprestasi dan dari
keluarga yang kurang mampu. Terdapat beberapa persyaratan bagi penerima
beasiswa, antara lain :
1. Persyaratan Umum
a. Menyerahkan pas foto ukuran 3x4 (2 lembar)
b. Menyerahkan foto copy rapor
c. Menyerahkan surat keterangan tidak mampu dari
kelurahan
d. Menyerahkan foto copy slip SPP terakhir atau bukti
pembayaran sekolah lainnya
e. Mengisi formulir calon penerima beasiswa yang
telah disediakan
2. Persyaratan Khusus
a. Setelah mengisi lengkap biodata dan memenuhi persyaratan umum,
kemudian petugas akan melihat secara langsung rumah penerima
beasiswa
b. Seleksi keaktifan siswa meliputi kegiatan mengaji, ibadah harian,
kemampuan membaca Al Quran, dll.
c. Setelah lolos seleksi, maka siswa berhak menerima beasiswa
3. Mekanisme Penyaluran Beasiswa
64
a. Beasiswa diterimakan kepada mustahiq (siswa) setiap 3 bulan (triwulan),
dengan cara :
1) Petugas mendatangi rumah siswa dan memberikan beasiswa secara
langsung
2) Siswa atau orang tua siswa dapat mengambil langsung di kantor
LAZISMU Kota Salatiga dengan membawa tanda bukti penerimaan
dari guru atau kepala sekolah siswa yang bersangkutan
b. Beasiswa diterimakan melalui kepala sekolah siswa yang bersangkutan,
dengan diikuti bukti penerimaan serta tanda tangan kepala sekolah.
4. Prospek dan Persepsi antara Muzakki dan Mustahiq tentang
aplikasi pemberian beasiswa pendidikan.
a. Prospek muzaki sebagai donatur rutin tergantung dari laporan rutin
terhadap perkembangan anak asuh setiap semester. Anak asuh
LAZISMU Salatiga, mayoritas adalah siswa berprestasi akademik dan
keagamaan yang baik sehingga program anak asuh merupakan apresiasi
dan kepedulian LAZISMU terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
b. Persepsi keduanya sangatlah positif, hal ini disebabkan adanya
keterkaitan manfaat dan tujuan dimana dengan meningkatkan
mutu pendidikan, LAZISMU turut serta mempercepat pembangunan
mental dan spiritual bangsa serta memutus rantai kemiskinan melalui
perbaikan pendidikan.
(Hasil Wawancara dengan Bapak Muttaqin, M.Pd.I, salah satu pengurus
LAZISMU Kota Salatiga, bidang Beasiswa pada tanggal 15 Agustus 2015)
65
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Penelitian
1. Konsep Pendayagunaan zakat untuk beasiswa pendidikan yang
dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga
a. Prosedur penghimpunan zakat.
1) Dengan layanan konsultasi zakat secara langsung atau via email,
didukung layanan penerimaan pembayaran zakat melalui rekening
secara online setiap waktu.
Sisi positif, pada saat ini kondisi masyarakat dengan mobilisasi
tinggi zakat tidak lagi menjadi urusan klasik yang cenderung rumit
dan memerlukan waktu luang yang banyak, sehingga tidak ada lagi
alasan seseorang tidak menunaikan kewajiban zakat hanya karena
terbatasnya ruang gerak dan waktu.
Sisi negatif, dikhawatirkan dengan kemudahan tekhnologi
tersebut dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung
jawab dengan merusak sistem perbankan dan kerahasiaan lembaga
LAZISMU Salatiga.
2) Dengan sistem pembayaran yang dapat ditentukan sendiri, cara,
waktu dan tempat penagihan secara rutin pada minggu-minggu yang
ditentukan baik di rumah atau kantor tempat muzaki berada.
66
Sisi positif, sebagaimana fungsi amil zakat yang diungkapkan
pada Pasal 12 ayat (1) UU.No.38 Th.1999 Tentang pengelolaan Zakat
yang berbunyi "Pengumpulan Zakat dilakukan oleh amil zakat dengan
cara menerima atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan
muzakki". Sehingga diharapkan membayar zakat menjadi tren di
kalangan masyarakat, sebab zakat tidak lagi terasa memberatkan
muzakki tetapi menjadi semangat spiritual dengan berzakat hidup
menjadi lebih baik.
Dengan model penghimpunan ini pula, diharapkan munculnya
sebuah tren baru di kalangan masyarakat serta menumbuhkan semangat
berzakat yang tinggi. Sebab, zakat dapat ditunaikan kapanpun dan
dimanapun muzaki berada.
Sisi negatif, dikhawatirkan dengan model pembayaran tersebut
akan mempersulit amil zakat dalam proses pengumpulan zakat.
b. Prosedur Pendistribusian Zakat.
Sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya.
Pelaksanaan penyaluran zakat tersebut meliputi:
1) Penyaluran zakat diserahkan melalui kepala sekolah atau guru yang
bersangkutan diikuti bukti telah diterimanya zakat dan nantinya bisa
langsung dipergunakan untuk keperluan sekolah siswa.
67
Sisi positif, diharapkan mampu langsung tepat sasaran untuk
keperluan sekolah juga menghindarkan penggunaan beasiswa yang
tidak tepat sasaran bila diterimakan langsung kepada siswa.
Sisi negatif, dikhawatirkan terjadi penyelewengan oleh pihak
sekolah atau guru yang bersangkutan.
2) Penyaluran zakat diambil secara langsung oleh mustahiq setiap 3
bulan di kantor LAZISMU Salatiga dengan diikuti laporan tanda
bukti dari kepala sekolah atau guru yang berkaitan bahwa zakat telah
diterima.
Sisi positif, meminimalisir terjadinya penyelewengan ataupun
tidak sampainya alokasi penyaluran zakat tersebut kepada penerima
beasiswa, juga memudahkan kontrol administrasi pendayagunaan
zakat.
Sisi negatif, dikhawatirkan alokasi dana tersebut tidak
digunakan sebagaimana mestinya oleh mustahiq, dan menjadi
propaganda kemiskinan.
c. Prosedur pengawasan pendayagunaan zakat
Mengenai prosedur pengawasan, dalam hal ini sebagaimana telah
diuraikan dalam pembahasan sebelumnya mengenai persyaratan yang
menyertai pada saat pencalonan penerima beasiswa. LAZISMU
melakukan survey secara langsung (kunjungan langsung ke rumah)
kepada mustahiq, dan pengawasan dengan cara mengundang setiap
penerima beasiswa untuk ikut serta dalam setiap kegiatan keagamaan
68
baik yang diselenggarakan oleh LAZISMU maupun kegiatan keagamaan
lainnya.
Pengawasan tersebut tidak terlepas dari kerjasama dengan pihak
lainnya, meliputi tokoh masyarakat, maupun perangkat lainnya dalam
hal ini LAZISMU juga telah mengirimkan utusan para da’i yang telah
dikader sebelumnya untuk menjadi imam ataupun ustadz pada tiap
Taman Pendidikan Al-Qur’an yang ada pada tiap daerah. Diharapkan
dengan kerjasama berbagai elemen tersebut, dapat mengoptimalkan dan
memudahkan pengawasan penggunaan Zakat.
Namun di sisi lain, pengawasan tersebut dirasa masih kurang.
Sebab, pada dasarnya bila zakat tersebut diberikan dalam bentuk uang
tunai. Terlebih diberikan kepada seorang fakir pula. Tujuan awal untuk
beasiswa pendidikan dikhawatirkan beralih tujuan untuk pemenuhan
kebutuhan keseharian. Tentunya hal ini harus diikuti sosialisasi tentang
pentingnya pendidikan.
2. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Penyaluran Zakat
Untuk Beasiswa Pendidikan Oleh LAZISMU Kota Salatiga
Sebagaimana telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya. Mengenai
sasaran penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan tersebut sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 60 yang berbunyi:
69
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.
Penyaluran tersebut ditasharufkan atas dasar penafsiran secara umum
tentang arti fi sabilillah, sebab secara khusus Al-Qur'an dan Ijma' tidak
menghendaki adanya golongan baru penerima zakat selain 8 golongan
utama. Bilamana perkumpulan sosial yang bergerak dalam kegiatan
mengurus dan membantu orang – orang fakir, dalam hal makanan, tempat
tinggal, pendidikan dan pengajarannya serta dalam hal pengobatannya.
Mereka berhak mendapatkan zakat bukan dari pintu sabilillah, melainkan
termasuk dari golongan Fakir.
Ketika bahasan tersebut kemudian berkembang seiring kemajuan
zaman, realitas dan potensi Zakat saat ini kemudian membuka jalan
istinbath hukum dari sumber zakat baru seperti halnya Zakat profesi, hasil
peternakan, industri tanaman hias dan sebagainya. Begitu pula sektor baru
dalam hal distribusi zakat saat ini. Meski pada akhirnya harus merujuk
kepada delapan atsnaf yang disebut dalam Al-Qur'an dan Hadits, muncul
70
kemudian sektor baru yaitu mendistribusikan zakat untuk beasiswa
pendidikan.
Merujuk kepada istilah fi sabilillah, distribusi Zakat kemudian patut
diberikan kepada sektor pendidikan. Ulama Fiqh kontemporer berpendapat
mengenai arti jihad dewasa ini adalah bilamana agama Allah telah
ditegakkan dengan damai dan tidak ada lagi peperangan yang berkembang
dalam arti menggunakan senjata material. Maka, segala perbuatan yang
bertujuan untuk mengembalikan Hukum Islam dan mengagungkan Agama
Allah termasuk jihad dengan pena atau lidah melalui kebijakan dalam sektor
ekonomi, politik, pendidikan, atau sosial juga termasuk dalam arti jihad fi
sabilillah.
Bila pada suatu masa tercapai tujuan memenangkan agama dengan
cara peperangan dan jihad, maka untuk memerangi pikiran dan jiwa yang
terkontaminasi oleh bermacam - macam ideologi yang anti Islam, hal ini
lebih penting dan harus diperangi dengan cara lain, tidak dengan cara
berperang secara materiil tapi berperang melalui ideologi dan pendidikan
yang maju mempersiapkan mental keagamaan yang kuat jauh dari upaya
pemurtadan.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, berikut adalah berbagai bentuk
jihad fi sabilillah secara relevansi dengan perkembangan zaman saat ini
yaitu setiap perbuatan baik yang dapat mendekatkan manusia kepada Allah
berikut sarana yang mengarah kepada jalan untuk mendapatkan ridho Allah
SWT. Dalam hal ini meliputi :
71
a. Mendirikan pusat kegiatan bagi kepentingan dakwah ajaran islam yang
benar dalam rangka membendung dan melawan pendidikan kapitalis,
komunis, sekuler. Menuju kepada pendidikan Islam yang murni.
b. Membiayai para pelajar dan mahasiswa muslim yang sedang menempuh
pendidikan agama maupun pendidikan yang bertujuan untuk membela,
memelihara dan mengagungkan agama Allah, melawan para misionaris
maupun zionis kafir yang ingin merusak akhlaq dan keimanan kaum
muslim dengan menyebarkan ajaran yang sesat menyesatkan.
c. Mendirikan media massa baik melalui media cetak maupun elektronik
yang baik menandingi berita-berita yang merusak dengan menyebarkan
keindahan serta keagungan Allah. Berikut sarana untuk mempersiapkan
para ahli sesuai bidang masing-masing.
d. Dengan memberikan bekal pendidikan Aqidah, Akhlaq dan pembinaan
Skill kemandirian serta bantuan modal kerja. Bertujuan agar seseorang
mampu menjalankan Syari'at Islam tanpa adanya ketakutan akan
kekurangan dan kemiskinan.
e. Turut serta memfasilitasi para mahasiswa/ ilmuwan dalam menciptakan
sebuah karya yang bermanfaat bagi kemajuan peradaban agama dan
bangsa.
Dengan melihat penggunaan zakat untuk beasiswa pendidikan
tersebut, memiliki prinsip dasar diantaranya :
a. Prinsip Aqidah
72
Pendidikan adalah masalah utama, hal ini disebabkan sejak lahir
manusia harus sudah mulai diajarkan oleh kedua orang tuanya tentang
Aqidah (keyakinan adanya tuhan) yang nantinya akan terus ia bawa
hingga akhir hayatnya.
b. Prinsip Syari'ah
Penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan, pada dasarnya adalah
sebuah sarana (syarat) yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan utama
dalam istilah jihad fi sabilillah pada saat ini. Dalam kaidah fiqhiyah,
sarana yang dipakai untuk memenuhi sebuah kewajiban. Maka sarana
tersebut sama wajibnya harus dipenuhi. Atau dengan kata lain,
pendidikan adalah syarat utama yang diterima manusia sejak lahir yang
menentukan keimanan seseorang.
Syarat ialah sesuatu yang ada atau tidak adanya hukum tergantung
ada dan tidak adanya sesuatu itu. Yang dimaksud adanya sesuatu itu ialah
adanya sesuatu yang menurut syara’ dapat menimbulkan pengaruh
kepada ada dan tidak adanya hukum, dengan kata lain syarat harus ada
sebelum melakukan perbuatan
Dengan mempersiapkan, dan menghasilkan pelajar yang
berkualitas serta berguna bagi bangsa. Diharapkan mampu untuk
memerangi pikiran dan jiwa yang dirusak oleh bermacam ideologi yang
anti islam, dan pendidikan termasuk sarana (syarat) dalam mewujudkan
tujuan tersebut.
c. Prinsip Politik (ketatanegaraan Islam)
73
Untuk mengingatkan dan memerangi orang kafir, yang dzalim,
dengan mempersiapkan skill diplomasi pelajar/mahasiswa dalam bidang
politik tatanegara dari hasil penyaluran zakat.
d. Prinsip Sosial budaya
Dalam hal ini, tujuan utama penyaluran tersebut sebagai bentuk
kepedulian antar sesama. Mengurangi kesenjangan sosial antara
golongan kaya dan miskin. Sebagai alat koreksi bersama untuk
menjauhkan pemerintahan dari perilaku budaya korupsi, mengembalikan
uang negara untuk kesejahteraan bersama.
e. Prinsip Dakwah
Dengan alokasi zakat untuk beasiswa pendidikan, mempersiapkan
pelajar, da'i, untuk mensyi'arkan keagungan agama Allah. Termasuk
untuk memenuhi sarana dakwah sebagai bentuk jihad modern, baik
melalui media massa yang baik dan unggul, membuat karya tulis yang
cemerlang mengungkap kebesaran Allah. Sehingga Islam dapat terus
dipertahankan Aqidah serta ajarannya dengan semangat rahmatan lil
'alamin.
f. Prinsip Ekonomi
Zakat sebagai bentuk ibadah maaliyah wa ijtima'iyah (berdimensi
ekonomi dan sosial) yang berpotensi sangat besar untuk pengentasan
kemiskinan. Dengan memperbaiki kualitas pendidikan, skill dan
74
pemberian modal dalam bidang usaha. Diharapkan menciptakan
kemandirian untuk mampu menciptakan lapangan usaha sendiri.
Sehingga nantinya tidak lagi menjadi orang yang berhak menerima
zakat (mustahiq) namun menjadi orang yang wajib mengeluarkan zakat
(muzaki) dari hasil usahanya sendiri. Hal ini sesuai dengan semangat
zakat secara keseluruhan yaitu untuk mengentaskan kemiskinan
seutuhnya.
Dengan berdasarkan prinsip-prinsip tersebut diatas maka pelaku zakat
beasiswa di LAZISMU sudah mengacu pada prinsip aqidah, prinsip
syari’ah, prinsip politik, prinsip sosial budaya, prinsip dakwah, prinsip
ekonomi dan sudah sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Tentang Pemberian Zakat Untuk Beasiswa, Keputusan Nomor: 120/MU
VII/1996, bahwa pemberian zakat untuk beasiswa pendidikan adalah sah
karena termasuk dalam asnaf fi sabilillah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penghimpunan zakat di LAZISMU Kota Salatiga dilakukan dengan cara :
c. Zakat diambil langsung oleh petugas LAZISMU Kota Salatiga, di rumah
atau di kantor sesuai dengan kehendak muzaki dan muzaki bisa
menentukan sendiri waktu pengambilannya.
d. Melalui transfer ke rekening resmi LAZISMU Kota Salatiga, yaitu pada :
3) Bank Muamalat Cabang Salatiga, di nomor rekening : 0104285318,
atas nama LAZISMU Kota Salatiga.
4) Bank Mandiri Syariah Cabang Salatiga, di nomor rekening :
4347004433
Selanjutnya, LAZISMU Kota Salatiga mendistribusikan zakat sesuai
dengan ketentuan agama, yaitu memenuhi delapan ashnaf. Delapan ashnaf
tersebut meliputi fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, ghorim, fi sabilillah
dan ibnu sabil.
Dalam hal penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan, LAZISMU
Kota Salatiga memprioritaskan penyaluran pemberian beasiswa kepada
siswa yang berprestasi dan dari keluarga yang kurang mampu. Terdapat
beberapa persyaratan bagi penerima beasiswa, antara lain :
1. Persyaratan Umum
a. Menyerahkan pas foto ukuran 3x4 (2 lembar)
b. Menyerahkan foto copy rapor
c. Menyerahkan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan
d. Menyerahkan foto copy slip SPP terakhir atau bukti pembayaran
sekolah lainnya
e. Mengisi formulir calon penerima beasiswa yang telah disediakan
2. Persyaratan Khusus
d. Setelah mengisi lengkap biodata dan memenuhi persyaratan
umum, kemudian petugas akan melihat secara langsung
rumah penerima beasiswa
e. Seleksi keaktifan siswa meliputi kegiatan mengaji, ibadah
harian, kemampuan membaca Al Quran, dll.
f. Setelah lolos seleksi, maka siswa berhak menerima beasiswa
3. Mekanisme Penyaluran Beasiswa
a. Beasiswa diterimakan kepada mustahiq (siswa) setiap 3 bulan
(triwulan), dengan cara :
1) Petugas mendatangi rumah siswa dan memberikan
beasiswa secara langsung.
2) Siswa atau orang tua siswa dapat mengambil langsung di
kantor LAZISMU Kota Salatiga dengan membawa tanda
bukti penerimaan dari guru atau kepala sekolah siswa
yang bersangkutan
b. Beasiswa diterimakan melalui kepala sekolah siswa yang
bersangkutan, dengan diikuti bukti penerimaan serta tanda
tangan kepala sekolah.
2. Penyaluran zakat untuk beasiswa pendidikan, menurut tinjauan Hukum
Islam adalah ditasharufkan atas dasar penafsiran secara umum tentang arti fi
sabillah. Artinya bahwa arti jihad dewasa ini tidak lagi dalam bentuk
peperangan yang menggunakan senjata, akan tetapi bahwa segala perbuatan
yang bertujuan untuk mengembalikan Hukum Islam dan mengagungkan
agama Allah, baik melalui sektor ekonomi, politik ataupun pendidikan,
maka hal tersebut termasuk jihad fi sabillah.
B. Saran-saran
Hal-hal yang mungkin perlu dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Infaq
dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Kota Salatiga, dalam upaya
meningkatkan kinerja serta eksistensi lembaga ini di Kota Salatiga adalah :
1. LAZISMU Kota Salatiga, hendaknya mengevaluasi kembali program-
program kerja yang sudah dilaksanakan maupun yang belum dapat
dilaksanakan secara berkala, sehingga tujuan dari pengelolaan dana zakat,
infaq, dan shadaqah dapat terarah dengan jelas.
2. LAZISMU Kota Salatiga, harus berusaha lebih keras lagi dalam
mensosialisasikan lembaganya kepada masyarakat, khususnya masyarakat
Kota Salatiga sehingga masyarakat lebih mengenal lagi tentang lembaga
zakat ini dan membuat zakat menjadi sebuah tren baru di kalangan
masyarakat.
3. Dalam hal pengawasan, hendaknya lebih banyak berkoordinasi dengan
tokoh masyarakat setempat. Sehingga, penyaluran zakat untuk beasiswa
pendidikan dapat tepat sasaran.
4. Kepada instansi sekolah sebagai penerima amanat dari lembaga amil zakat,
hendaknya lebih transparansi dan amanah dalam memberikan beasiswa
kepada siswanya. Sebab dana zakat, terkandung pesan tanggung jawab
moral dan spiritual berhubungan langsung dengan Allah SWT.
5. Kepada mustahiq zakat, hendaknya menggunakan pemberian beasiswa
benar-benar untuk meringankan biaya pendidikan bukan untuk kebutuhan
lain. Ingatlah bahwa pendidikan lebih utama sebab nantinya akan
memberikan bekal yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Qardhawi, Yusuf ; Problematika Islam masa kini/Fatwa Qardhawi; alih bahasa:
Tarmana Ahmad Qasim, dkk.; Trigenda Karya; Bandung, 1995.
Abu Bakar Jabir El-Jaziri; Pola Hidup Muslim (Kitab Minhajul Muslim); alih
bahasa: Prof.Dr. Rachmat Djatmiko, dkk; PT.Remaja Rosdakarya;
Bandung, 1991.
Al-Buchori, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Nawawi; Matan Al-Buchori
masykul; Dar Al-Fikr, Beirut.
Al-Ghizzi, al allamah Syekh Muhammad bin Qasim; Fathul Qaribil Mujib; alih
bahasa: Ibnu Zuhri; Trigenda Karya; Bandung, 1995.
Ali, Mohammad Daud; Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf ; UI Press:
Jakarta, 1988.
Arifin, Miftahul; A. Faishal Haq; Ushul Fiqh: kaidah – kaidah penetapan hukum
islam; Citra Media Surabaya, 1997.
Hafidhuddin, Didin; Zakat dalam perekonomian Modern; Gema Insani Press;
Jakarta, 2002
Mas’udi, Masdar Farid; Agama Keadilan Risalah Zakat (Pajak) Dalam Islam;
Pustaka Firdaus: Jakarta, 1991.
Nata, Abuddin.; Metodologi Studi Islam; PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta,
1998
Permono, Sjekhul Hadi.; Sumber penggalian zakat ; Pustaka Firdau : Jakarta,
1992.
Rasyid, Hamdan.; Fiqih Indonesia (Himpunan Fatwa – fatwa aktual); PT. Al-
Mawardi Prima: Jakarta, 2003.
Rofiq, Ahmad; Fiqh Kontekstual: Dari normatif ke pemaknaan Sosial; Pustaka
Pelajar : Semarang, 2004.
Sabiq, Sayyid; Fiqh Sunnah, jilid : 3 ; alih bahasa : Mahyudin Syaf ; Al-Ma'arif :
Bandung, 1986.
Syafe’i, Rachmat; Fiqh Mu'amalah ; CV. Pustaka Setia: Bandung, 2006.
Syekh Muhammad abid as-sindi, Musnad Syafi‟I juz 1; Sinar baru algesindo:
Bandung, 2006.
Syaikh Muhammad Abdul Malik ar-Rahman; Pustaka Cerdas Zakat: 1001
Masalah Zakat dan Solusinya; Lintas Pustaka: Jakarta, 2003.
Syarifuddin, Amir; Garis- garis besar fiqh; Kencana: Bandung, 2003.
Zuhdi, Masyfuk; Masail fiqhiyah: kapita selekta hukum Islam; CV Haji
Masagung: Jakarta, 1992.
Kompilasi Hukum Islam; Fokus Media: Bandung, 2005.
Zuhayly, Wahbah.; Zakat: Kajian Berbagai Madzhab; PT.Remaja Rosdakaya:
Bandung, 1997. Al-Qur’an Dan Terjemahnya; Proyek Pengembangan
DEPAG RI; Jakarta, 1978.
Baruya, Binti Husna; Skripsi: Aplikasi Sumber dan Penggunaan Dana Zakat,
Infak dan Shadaqah” (Studi pada BAZIS Masjid Jami‟ Malang). UIN
Malang, 2006.
Maslah, Arif; Skripsi: “Pengelolaan Zakat secara Produktif sebagai upaya
pengentasan kemiskinan (Studi Kasus Pengelolaan Pendistribusian
Zakat oleh BAZIS di Tarukan, Candi, Bandungan, Semarang”).
STAIN Salatiga, 2012.
Hadi, M. Waluyo; Skripsi: “Sistem Pengelolaan Zakat “YAUMY” (Yayasan Amal
dan Usaha Muslim Yogyakarta) sebagai Upaya Pengentasan
Kemiskinan. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012.
Nuha, Ulin; Skripsi: “Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian
terhadap pasal 16 ayat (2) UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat.
CURICULUM VITAE
Nama : Yayuk Kamalin
Tempat/Tgl Lahir : Klaten, 12 Februari 1981
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS Karyawan IAIN Salatiga
Status : Menikah
Alamat : Gang Kenari No. 12, Rt. 03/Rw. II Klaseman Salatiga
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Tempursari I Ngawen Klaten (Tahun 1987-1993)
2. SMP Negeri I Klaten (Tahun 1993-1996)
3. SMU Negeri I Karanganom Klaten (Tahun 1996-1999)
4. D.III Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta (Tahun 1999-2002)
5. D.III Kearsipan UGM Yogyakarta (Tahun 2000-2003)
Riwayat Pekerjaan :
1. Tenaga Kontrak di Pemda Kabupaten Klaten (Tahun 2004)
2. PNS Karyawan IAIN Salatiga (Tahun 2005 s.d. sekarang)
Daftar Pertanyaan untuk Wawancara
1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya LAZISMU Kota Salatiga?
2. Kapan berdirinya LAZISMU Kota Salatiga?
3. Dimanakah alamat kantor LAZISMU Kota Salatiga?
4. Bagaimanakah struktur organisasi LAZISMU Kota Salatiga?
5. Apa sajakah program-program kerja LAZISMU Kota Salatiga?
6. Bagaimanakah penghimpunan dana zakat di LAZISMU Kota Salatiga?
7. Bagaimanakah pendistribusian zakat yang dilakukan oleh LAZISMU Kota
Salatiga?
8. Bagaimanakah proses pendistribusian zakat untuk beasiswa pendidikan
pada LAZISMU Kota Salatiga?
9. Syarat apa sajakah yang harus dipenuhi mustahiq (siswa) untuk
mendapatkan dana zakat beasiswa dari LAZISMU Kota Salatiga?
10. Bagaimanakah proses pengawasan dalam pendistribusian zakat untuk
beasiswa pendidikan yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Salatiga?
KEC. SIDOMUKTI
KEC. TINGKIR
KEC. SIDOREJO
KEC. ARGOMULYO
KEC. SIDOREJO I
KEC. SIDOREJO II
1. Amar Ma’ruf, MM.
2. Ibu Kartika Dyah 3. Bp. Riyanto, BA 4. Drs. Sugiman,
M.Si. 5. Sri Lestari, S.Pd. 6. Drs. Badwan,
M.Ag. 7. Ibu Gisti W. 8. Ibu Tri Wahyu E. 9. Ibu Sulistyo Rini 10. Sri Hastuti 11. Mukhlisun,
M.Pd. 12. Sukarta 13. Irfan Helmy, MA. 14. Drs. Sudarto 15. Drs. Mahfud 16. Hamba Allah 17. Indah
Rahmawati 18. Sapta Indras Nur
Jati 19. Mahrus, BA. 20. Drs. Zamachsari 21. Laili Adang 22. Bp. Rahmat 23. Sw. Hasthanti,
S.Pd. 24. Drs. KH. Ali
Muhson, MH. 25. Mamanya
accaicci 26. Sarji
1. Sukemi, BA. 2. HMH 3. NN 4. IND 5. Harmi Suyitno 6. Suprapto 7. Siti Miratun 8. Rizal
Setiawan 9. Hamba Allah
(bunga) 10. Ayu
Nurkasanah 11. Sutjipto 12. Qoulan Akbar 13. Agus Rahmat 14. H. Hariyanto 15. Ana
Rahmawati 16. Erick Arifin 17. FS.
Kuswindarto
1. A. Muhdi 2. Abdillah 3. H. A. Khudori 4. Abdul Basyir 5. Ahmad Rujito 6. Airin Mansur 7. Sharon Mansur 8. Ibu Siti Munfaati 9. Alan Husni Rohman 10. Arif DL 11. Sofia Ekowati 12. Widi Hidayat 13. H. Jayadi 14. Machasin 15. NN 16. Mashudi 17. Budi Juwono 18. Edi W. 19. Ita Wahyuni 20. Agus Heryantoro 21. H. Subandi 22. Eko Susilo 23. Nurchani Eko 24. Eny Rahmawati 25. Slamet Bajuri 26. H. Amin Muhajir 27. Hj. Siti Rukayah
Djayus 28. Imron Rosyidi 29. Irawadi 30. Joko Wahyono 31. Juhaidi 32. Jihan Q. 33. Kristiyono &
Suryani 34. M. Bashori 35. MR 36. Muhlasin/Wiwin 37. Raditia 38. Samsul M. 39. Ibu Bambang 40. Agus Budi
Darmawan 41. Ahmad Kuri 42. Drs. Samtono,
M.Si.
1. Tri Bawono 2. Rafi Ardana 3. Dian A., S.Pd. 4. Bp. Sarjito 5. Ibu Suratilah 6. Taqi Anisa 7. Royke Subagyono 8. Dhadut S. 9. H. Toni Mashudi 10. Ibu Sri Rejeki 11. Ibu
Rifa’atun/Suhudi 12. Marijo, S.Pd.I 13. dr. Hj. Supartinah 14. Khanif NL, S.Pd.I 15. Ruchani, S.Pd.I 16. Burhanudin 17. Agung S. 18. Wiwid 19. drh. Fajar W. 20. Bp. Mukhid M. 21. Khalif Faliyun Fatir 22. Ibu Hariyadi 23. Ibu Sutoyo 24. NN 25. Yulianto Endro 26. H.M.D. Nugroho 27. Hamam Sanadi 28. Heru Mulyanto 29. M. Patoni 30. Momon 31. Prima 32. Sardi 33. Sihono 34. Slamet Riyanto 35. Sudarwanto 36. Bp. Muh. Ihromi,
S.Pd.I 37. Bp. Sularno 38. Ibu Subiyati 39. Ibu Fitri Indrayani 40. Ibu Sri Mulyani 41. Ibu Udiani 42. Bp. Hasan 43. Bp. Agus 44. Bp. Yusvian 45. Bp. Suyoto
1. Drs. Jumadi 2. Dr. Imam
Sutomo 3. Ibu Sri Hartanti 4. Drs. Barodji 5. Drs. Yahya
Syarif 6. Fahrudin S.
Huda, MM. 7. Fian cs 8. Mubasirun,
M.Ag. 9. Suprapto
POLRES 10. Sri Samsuri,
M.Hum. 11. H. Asmuri 12. Obril Syahrial 13. Tri
Purwaningsih 14. Yudi Haryono 15. Drs. Muh.
Yazid Yusa 16. Ady SA-016 17. Baharudin 18. Imam
Sumarno 19. Bp. Riyadi 20. Hamba Allah
Tabel 1 : Daftar Muzakki di LAZISMU Kota Salatiga
Selanjutnya, berikut ini daftar nama mustahiq yang mendapatkan beasiswa
pendidikan dari LAZISMU Kota Salatiga :
NO
NAMA
SEKOLAH
1. Jayantirisma SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga
2. Ibivalia SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga
3. Nanda Yunita SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga
4. Aqilla Aura SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga
5. Akbar Valentino SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga
6. Aisyah SMP Negeri 06 Salatiga
7. Muh. Tafirin SMP Negeri 06 Salatiga
8. Bayu Febriyanto SMP Negeri 06 Salatiga
9. Jafar RS SMP Negeri 05 Salatiga
10. Mega Saraswati SMP Negeri 05 Salatiga
11. Andra Ayu SMP Negeri 08 Salatiga
12. Haritsyah SMP Negeri 07 Salatiga
13. Fatiatul Sholihah SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
14. Novia SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
15. Said Maulana SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
16. Abi Rahul Amin SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
17. Arnitya Maryati SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
18. Nur Setyowati SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
19. Nujunda Setiani SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
20. Arika Nurul SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
21. Iin Lestari SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
22. Melati Sulistyowati SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
23. Tri Wahyuningsih SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
24. Dedhi Anwar SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
25. Galang Rizqi SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
26. Diana Puspitasari SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
27. Muhammad Ginanjar SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
28. Edi Setyawan SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
29. Kurniawan Aldi SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
30. Sandi Imam F. SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
31. Dhita Putri SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
32. Imam Harizqi SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
33. Dewi Nuretik SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
34. Dwi Nanta SMP Muhammadiyah Kota Salatiga
35. Arnes Evaliasih SMP Negeri 01 Salatiga
36. Desi Anggraeni R. SMK Putra Bangsa Salatiga
37. Nuraini SMK Negeri 02 Salatiga
38. Dianita MC SMK Negeri 01 Salatiga
39. Ulfa Arba’in SMK Negeri 01 Salatiga
40. Novianti SMK Negeri 01 Salatiga
41. Mahesa Firmalaya SMK Muhammadiyah Salatiga
42. Yulian Dwi Satria SMK Muhammadiyah Salatiga
43. Khairatun SMK Muhammadiyah Salatiga
44. M. Syarifudin SMK Muhammadiyah Salatiga
45. Siska Wulandari SMK Muhammadiyah Salatiga
46. Muh. Syarieffudin SMK Muhammadiyah Salatiga
47. Jefri Ramadhany SMK Muhammadiyah Salatiga
48. Feba Rosi Umar SMK Muhammadiyah Salatiga
49. Bayu Aji SMK Muhammadiyah Salatiga
50. Pandu Setyaji SMK Muhammadiyah Salatiga
51. Letticya Araneta SMK Muhammadiyah Salatiga
52. Avines Putra Perdana SMK Muhammadiyah Salatiga
53. Siti Ana Rumiyati SMK PGRI 02 Salatiga
54. Ulfa Ranita SMK Pelita Salatiga
55. Hadi Karmaudin SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
56. Anisah SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
57. Giyarni SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
58. Giyarti SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
59. Imam Rahmasari SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
60. Fitria Anindiana SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
61. Altika Pardiana SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
62. Dhea Dwi Safitri SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
63. Ariella Tria Hantari SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
64. Yulian Yudi Putra SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
65. Sri Rahayu SMA Muhammadiyah Plus Kota Salatiga
66. Embang Aulia W. SMA Negeri 03 Salatiga
67. Yasinta SMA Negeri 03 Salatiga
68. Miranda Ayu G. SMA Negeri 03 Salatiga
Tabel 2 : Daftar Nama Mustahiq Beasiswa Pendidikan di LAZISMU Kota Salatiga
Berikut ini disampaikan juga Ilustrasi tentang Laporan Keuangan LAZISMU Kota
Salatiga Tahun 2015
PENERIMAAN DAN PENGELUARAN
BULAN September 2015
1 Saldo AGUSTUS
Rp 44,360,109.00
2 Jumlah Penerimaan Zakat Bulan
September
Kecamatan Argomulyo Rp 150,000.00
Kecamatan Tingkir Rp 280,000.00
Kecamatan Sidomukti Rp 1,425,000.00
Kecamatan Sidorejo I Rp 1,075,000.00
Kecamatan Sidorejo II Rp 4,380,000.00
Rp 7,310,000.00
3 Jumlah Penerimaan Infaq Bulan
September
Kecamatan Argomulyo Rp 1,465,000.00
Kecamatan Tingkir Rp 155,000.00
Kecamatan Sidomukti Rp 180,000.00
Kecamatan Sidorejo I Rp 1,505,000.00
Kecamatan Sidorejo II Rp 1,465,000.00
Rp 4,770,000.00
4 Zakat Maal bulan Ramadhan Rp 40,925,000.00
Jumlah Penerimaan Bulan
September 2015 Rp 53,005,000.00
Jumlah
Rp 97,365,109.00
II. PENGELUARAN / PENTASYARUFAN
1 Fakir miskin
Panti Asuhan Rp 750,000
Beasiswa Rp 12,802,000
Bantuan Biaya Hidup Rp 1,200,000
Total
Rp 14,752,000
2 Kegiatan Operasional / Amil
Transportasi Petugas Penarikan Rp 1,050,000
3 Pesantren Liburan Anak Sekolah Rp 4,500,000
4 Pengeluaran Kegiatan Ramadhan Rp 9,950,000
Total Rp 15,500,000
Jumlah Pengeluaran Bulan September2015
Rp 30,252,000
Saldo Bulan September 2015
Rp 67,113,109
Panti Asuhan
1 P.A Abu Hurairah Kauman Rp 500,000.00
2 P.A Aisyiah Imam Bonjol Rp 250,000.00
Jumlah Rp 750,000.00
Pinjaman Bantuan UEP Alamat
1 Bapak Lasiman Tingkir Rp 500,000
2 Bapak Ngadiman Bugel Rp 500,000
Total Rp 1,000,000
Bantuan Biaya Hidup
No Nama Pekerjaan Alamat Nilai (Rp)
1 Lasiman Buruh Klaseman Rp 50.000,-
2 Adit Dhuafa Blotongan Rp 50.000,-
3 Joko Retno s Tkg Kebun SD Muh Plus Togaten Rp 50.000,-
4 Risa Dhuafa Blotongan Rp 50.000,-
5 Umi Dhuafa Blotongan Rp 50.000,-
6 Yahya Muadzin Miftahul Janah Banjaran Rp 50.000,-
7 Mbah Suratmi Lansia Tegalsari Rp 50.000,-
8 Khumaidi Penjaga Mushola Bancaan Rp 50.000,-
9 Mbah Musyodah Dhuafa Sidorejo Rp 50.000,-
10 Mas Muh Dhuafa Sidomukti Rp 50.000,-
11 Mbah Taruji Lansia Sidorejo Rp 50.000,-
12 Widyastuti Dhuafa Sidorejo Rp 50.000,-
13 Tita Setiyani Dhuafa Sidorejo Rp 50.000,-
14 Wijayanti Dhuafa Sidorejo Rp 50.000,-
15 Siti Sarmiyati Dhuafa Argomulyo Rp 50.000,-
16 Ngatini Dhuafa Argomulyo Rp 50.000,-
17 Warsidi Dhuafa Argomulyo Rp 50.000,-
18 Sukarjo Dhuafa Sidomukti Rp 50.000,-
19 Suleman Dhuafa Tinkirg Rp 50.000,-
20 Sujari Dhuafa Sidomukti Rp 50.000,-
21 Ngatmini Dhuafa Sidomukti Rp 50.000,-
22 Fadhilah K Dhuafa Argomulyo Rp 50.000,-
23 Sunarno Dhuafa Togaten Rp 50.000,-
24 Mbah Min Dhuafa Togaten Rp 50.000,-
Jumlah Rp 1.200.000,-
Salatiga, 30 September 2015
Ketua LAZISMU
Bendahara
Muhlisun, M.Pd
Sholeh Mahmud, A.Md.
72
73
Recommended