View
176
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
MAKALAH BIOLOGI
SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
RATIH VALINTENE JALIP
Kelas: XI IPA1
SMA NEGERI REBANG TANGKAS
KECAMATAN REBANG TANGKAS
KABUPATEN WAY KANAN
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan piji syukur kehadirat Tuhan YME yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah – Nya kepada kita sekalian, sehingga dalam kehidupan kita dapat
berkarya serta melaksanakan tugas dan kewajiban di bidang masing – masing. Semoga kita
semua selalu mendapat petunjuk dan perlindungan – Nya sepanjang masa. Dan dalam pada
itu dengan izin – Nya, puji syukur niat dan tekad penyusun untuk menyelesaikan
penyusunan “Makalah Tentang Sistem Pernapasan Manusia” dapat tersusun
dengan baik.
Makalah ini di susun dengan bahasa yang sederhana berdasarkan berbagai literatur tertentu
dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai teori yang di bahas. Kendati
demikian, tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penyusun terbuka dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Rebang Tangkas, 26 Januari 2015
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
2. Tujuan .......................................................................................................................... 1
3. Manfaat ........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A. Pengertian Pernapasan ................................................................................................... 2
B. Anatomi Pernapasan ...................................................................................................... 3
C. Mekanisme Pernapasan ................................................................................................. 4
D. Fungsi Sistem Respirasi ................................................................................................ 8
E. Penyakit Pernapasan Beserta Penanggulangannya ........................................................ 8
F. Teknologi yang Berkaitan dengan Pernapasan .............................................................. 19
BAB III KESIMPULAN .................................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang
karbondioksida ke lingkungan. Pernapasan adalah proses ganda yaitu terjadinya pertukaran
gas di dalam jaringan atau pernapasan dalam dan yang terjadi didalam paru-paru pernapasan
luar. Pernapasan Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan
udara. Pernapasan Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-
sel tubuh.
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organyang digunakan untuk
pertukaran gas. Sistem pernafasan terdiri daripada hidung , trakea , peparu , tulang rusuk
,otot interkosta bronkus bronkiol,alveolus dan diafragma. Udara disedot ke dalam paru-paru
melalui hidung dan trakea. Dinding trakea disokong oleh gelang rawan supaya menjadi kuat
dan sentiasa terbuka. Trakea bercabang kepada bronkus kanan dan bronkus kiri yang
disambungkan keparu-paru. Kedua-dua bronkus bercabang lagi kepada bronkiol dan
alveolus pada hujung bronkiol.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Modul.
2. Sebagai media pembelajaran mahasiswa.
3. Manfaat
1. Untuk mengetahui lebih mendalam apa itu Sistem Pernapasan.
2. Bagaimana cara Sistem Pernapasan pada manusia.
3. Untuk memahami struktur organ pernafasan .
4. Untuk memahami fungsi organ pernafasan dan dapat menjelaskan fungsi organ
pernapasan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. SISTEM PERNAPASAN
A. PENGERTIAN
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,
pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Sistem
pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru beserta
pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat
juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut olehdiafragma.
B. ANATOMI PERNAPASAN
Alat pernapasan adalah alat atau bagian tubuh tempat O2 dapat berdifusi masuk dan
sebaliknya CO2 dapat berdifusi keluar pada respirasi aerob. Alat pernapasan pada manusia terdiri
atas rongga hidung, faring ( tekak), laring (pangkal tenggorokan), bronkus (cabang batang
tenggorokan), dan pulmo (paru-paru).
1. Rongga hidung ( cavum nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).Rongga hidung berlapis
selaput lendir. Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran
pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel
kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler
darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Jadi, rongga hidung berfungsi untuk:
menyaring udara, melembapkan udara, dan memanaskan udara. diperoleh dari lingkungan
sekitar. Oksigen diperlukan untuk oksidasi (pembakaran) zat makanan, yaitu gula (glukosa).
Proses oksidasi makanan bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan
digunakan untuk aktivitas hidup, misalnya pertumbuhan, mempertahankan suhu
tubuh, pembakaran sel-sel tubuh, dan kontraksi otot. Selain menghasilkan energi,pernapasan
juga menghasilkan karbon dioksida, dan uap air.
2. Faring ( tekak)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring berbentuk seperti tabung corong,
terletak di belakang rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring berfungsi
sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu
saluranpernapasan ( nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan ( orofaring)pada
bagian belakang.
3. Laring (pangkal tenggorokan)
3
Laring terletak antara faring dan trakea. Laring tersusun atas Sembilan buah tulang rawan.
Bagian dalam dindingnya digerakkan oleh otot untuk menutup serta membuka glotis. Glotis
adalah lubang mirip celah yang menghubungkan trakea dengan faring. Laring memiliki katup
yang disebut epiglotis. Pada saat menelan makanan, epiglotis tertutup sehingga makanan tidak
masuk ke tenggorokan tetapi menuju kerongkongan. Makan sambil berbicara dapat
mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat
tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan,
bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan. Di dalam laring, selain terdapat epiglotis juga ditemukan adanya
pita suara.Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar
sebagai suara.
4. Tenggorokan ( trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang
rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia silia ini berfungsi menyaring benda-benda
asing yang masuk ke saluran pernapasan.
5. Bronchus (cabang tenggorokkan)
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri. Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan
bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Struktur mendasar dari kedua paru-paru adalah percabangan
brongkial yang selanjutnya: bronki, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorik,
duktus alveolar, dan alveoli. Tidak ada kartilago dalam bronkiolus; silia tetap ada sampai
bronkiolus respiratorik terkecil.
6. Pulmo alveolus
Cabang bronchiolus yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru yang disebut
alveolus. Dinding alveolus mengandung banyak kapiler darah. melalui kapiler darah oksigen
yang berada dalam alveolus berdifusi masuk ke dalam darah.
7. Paru-paru
Paru-paru adalah organ berbentuk pramid seperti spons dan berisi udara, terletak dalam
rongga toraks. Paru Kanan memiliki 3 Lobus; paru kiri memiliki 2 lobus. Setiap paru memiliki
sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga pertama, sebuah permukaan diafragmatik(bagian
dasar)terletak di atas diafragma, sebuah permukaan mediastinal(medial) yang terpisah dari paru
lain oleh mediastinum, dan permukaan kostal teretak diatas kerangka iga. Permukaan
mediastinal memiliki Hilus(akar), tempat masuk dan keluarnya pembuluh darah bronki,
pulmonary, dan bronkial dari paru. Setiap paru2 dilindungi oleh selaput membran yang disebut
pleura. Pleura viseral dan parietal. Pleura viseral adalah yang menyelubungi setiap paru-
paru, Pleura parietal adalah yang melapisi rongga toraks(kerangka iga, diafragma,
4
mediastinum). Pleura parietal Rongga Pleura(ruang intrapleural) adalah ruang potensial antara
pleura parietal dan visceral yang mengandung lapisan tipuis cairan pelumas. Cairan ini disekresi
oleh sel- sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan
cairan(tekanan intrapleural) agak negative dibandingkan tekanan .Atmosfer. Tekanan dalam
rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.
C. MEKANISME PERNAFASAN (VENTILASI PULMUNAR)
Otot pernapasan utama adalah otot inspirasi, yang terpenting adalah diafragma; kontraksi
diafragma akan mendatarkan kubah, mengurangi tekanan rongga toraks, sehingga menarik
udara masuk ke paru-paru. Otot interkostalis eksterna membantu dengan cara menaikkan iga
dan meningkatkan dimensi rongga toraks. Pernapasan yang tenang normalnya adalah
pernapasan diafragma; otot inspirasi aksesorius (misalnya skalenus, sternomastoideus)
membantu inspirasi jika terdapat tahanan jalan napas atau ventilasi yang tinggi. Ekspirasi
dicapai dengan rekoil pasif paru dan dinding dada, namun, pada laju ventilasi yang tinggi,
ekspirasi dibantu oleh kontraksi otot abdomen yang mempercepat rekoil diafragma dengan
meningkatkan tekanan abdomen (misalnya olahraga). Volume dan tekanan paru. Volume
tidal adalah volume udara yang keluar dan masuk paru saat pernapasan normal; volume tidal
istirahat normal adalah -500 mL, namun, seperti volume paru lainnya, volume ini
bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Kapasitas vital adalah volume tidal
maksimum, yaitu ketika seseorang menarik napas sedalam-dalamnya dan menghembuskan
napas sehabis-habisnya. Perbedaan volume antara ekspirasi istirahat dan ekspirasi
maksimum disebut volume cadangan ekspirasi; hal yang sama pada inspirasi disebut volume
cadangan inspirasi. Volume paru setelah inspirasi maksimum adalah kapasitas paru total,
sedangkan volume paru setelah ekspirasi maksimum adalah volume residu. Kapasitas residu
fungsional (functional residual capacity, FRC) adalah volume paru pada akhir pemapasan
normal, ketika otot-otot respirasi berelaksasi. Besar FRC ditentukan oleh keseimbangan
antara rekoil elastis ke arah luar oleh dinding dada dan rekoil elastis ke arah dalam oleh
paru. Keduanya dikoupling oleh cairan di dalam rongga pleura dada yang kecil, sehingga
terjadi tekanan negatif (tekanan intrapleura: -0,2 sampai -0,5 kPa). Oleh karena itu,-
perforasi dada menyebabkan udara tersedot ke dalam rongga pleura, dan dinding dada akan
mengembang, sementara paru kolaps (pneumotoraks). Penyakit yang mempengaruhi rekoil
elastis paru akan mengubah FRC; fibrosis akan meningkatkan rekoil sehingga mengurangi
FRC, sedangkan emfisema, di mana terjadi kerusakan struktur paru, rekoil berkurang dan
FRC meningkat. Selama inspirasi, perluasan rongga toraks membuat tekanan intrapleura
menjadi lebih negatif, menyebabkan paru dan alveoli mengembang, dan mengurangi
tekanan alveolar. Hal ini memunculkan gradien tekanan antara alveoli dengan mulut, dan
menarik udara ke paru. Selama ekspirasi, tekanan intrapleura dan tekanan alveolar
5
meningkat, walaupun, kecuali saat ekspirasi paksa (misalnya batuk), tekanan intrapleura
tetap negatif pada keseluruhan siklus karena ekspirasi normalnya adalah pasif. Ruang rugi
(dead space) adalah volume jalan napas yang tidak berperan dalam pertukaran gas. Ruang
rugi anatomis mencakup saluran napas dan turun hingga ke bronkiolus terminalis;
normalnya -150 mL. Ruang rugi alveolar adalah alveoli yang tidak mampu mengadakan
pertukaran gas; dalam kesehatan, hal ini tidaklah penting. Ruang rugi fisiologis adalah
jumlah ruang rugi anatomis dan alveolar.
Prinsip dasar
1. Toraks adalah rongga tertutup kedap udara disekeliling paru-paru yang terbuka ke
atmosfer hanya melalui jalur sistem pernafasan.
2. Pernafasan adalah proses inspirasi (inhalasi) udara ke dalam paru-paru dan ekspirasi
(ekshalasi) udara dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh.
3. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760 mmHg) sama dengan
tekanan udara dalam alveoli yang disebut sebagai tekanan intra-alveolar
(intrapulmonar).
4. Tekanan intrapleura dalam rongga pleura (ruang antar pleura) adalah tekanan sub-
atmosfer, atau kurang dari tekanan intra-alveolar.
5. Peningkatan atau penurunan volume rongga toraks mengubah tekanan intrapleura dan
intra-alveolar yang secara mekanik menyebabkan pengembangan atau pengempisan
paru-paru.
6. Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan volumenya. Otot-otot
ekspirasi menurunkan volume rongga toraks.
a. Inspirasi membutuhkan kontraksi otot dan energi
1. Diafragma, yaitu otot berbentuk kubah yang jika sedang relaks akan memipih saat
berkontraksi dan memperbesar rongga toraks ke arah inferior.
2. Otot interkostal eksternal mengangkat iga ke atas dan ke depan saat berkontraksi
sehingga memperbesar rongga toraks ke arah anterior dan superior.
3. Dalam pernafasan aktif atau pernafasan dalam, otot-otot sternokleidomastoid, pektoralis
mayor, serratus anterior, dan otot skalena juga akan memperbesar rongga toraks.
b. Ekspirasi pada pernafasan yang tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses
pasif. Pada ekspirasi dalam, otot interkostal internal menarik kerangka iga ke bawah dan
otot abdomen berkontraksi sehingga mendorong isi abdomen menekan diafragma.
1. Transport gas
6
a. Transport O2 Sekitar 97% oksigen dalain darah dibawa eritrosit yang telah berikatan
dengan hemoglobin (Hb), 3% oksigen sisanya larut dalam plasma.
1. Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu
molekul oksigen untuk membentuk oksihemoglobin (Hb02) berwarna merah tua. Ikatan
ini tidak kuat dan reversibel. Hemoglobin tereduksi (111Th) berwarna merah kebiruan.
2. Kapasitas oksigen adalah volume maksirnum oksigen yang dapat berikatan dengan
sejumlah hemoglobin dalam darah.
a) Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin. Setiap gram
hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml oksigen.
b) 100 ml darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksimum 20 ml O2
per 100 ml darah (15 X 1,34). KonsentraSi hemoglobin ini biasanya dinyatakan
sebagai persentase volume dan merupakan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
3. Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen aktual yang terikat pada
hemoglobin dan kapasitas oksigen. Kejenuhan oksigen dibatasi oleh jumlah hemoglobin
atau PO2.
4. Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin. Grafik memperlihatkan persentase kejenuhan
hemoglobin pada garis vertikal dan tekanan parsial oksigen pada garis horisontal.
a) Kurva berbentuk S (sigmoid) karena kapasitas pengisian oksigen pada hemoglobin
(afinitas pengikatan oksigen) bertambah jika kejenuhan bertambah. Deinikian pula,
jika pelepasan oksigennya (pelepasan oksigen terikat) meningkat, kejenuhan oksigen
darah pun meningkat. Hemoglobin dlkatakan 97% jenuh pada PO2 100 mmHg,
seperti yang terjadi pada udara alveolar.
b) Lereng kurva disosiasi ini menjadi tajam di antara tekanan 10 sampai 50 mmHg dan
mendatar di antara 70 sampai 100 mmHg. Dengan deinikian, pada tingkat PO2 yang
tinggi, muatan yang besar hanya sedikit memengaruhi kejenuhan hemoglobin.
c) Jika PO2 turun sampai di bawah 50 mmHg, seperti yang terjadi dalam jaringan
tubuh, perubahan PO2 ini walaupun sangat sedikit dapat mengakibatkan perubahan
yang besar pada kejenuhan hemoglobin dan volume oksigen yang dilepas.
d) Darah arteri secara normal membawa 97% oksigen dan kapasitasnya untuk
melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, pernapasan dalam atau menghirup oksigen
murni tidak dapat memberi ‘peningkatan yang berarti pada kejenuhan hemoglobin
dengan oksigen. Menghirup oksigen murni dapat meningkatkan penghantaran
oksigen ke dalam jaringan karena volume oksigen terlarut dalam plasma darah
meningkat.
e) Dalam darah vena, PO2 mencapai 40 mmHg dan hemoglobin masih 75% jenuh, ini
menunjukkan bahwa darah hanya melepas sekitar seperempat muatan oksigennya
7
saat melewati jaringan. Hal ml memberikan rentang keamanan yang tinggi jika
sewaktu-waktu pernapasan terganggu atau kebutuhan oksigen jaringan meningkat.
b. Transport CO2
Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dan janingan dibawa ke paru-paru melalui
cara berikut ini:
1. Sejumlah kecil karbon dioksida (7% sampai 8%) tetap terlarut dalam plasma.
2. Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah, di mana 25%-nya
bergabung dalam bentuk reversibel yang tidak kuat dengan gugus amino di bagian
globin pada hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin.
3. Sebagian besar karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam
plasma.
a) Karbon dioksida dalam sel darah merah benikatan dengan air untuk membentuk
asam karbonat dalam reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh anhidrase karbonik.
b) Reaksi di atas berlaku dua arab, bergantung konsentrasi senyawa. Jika konsentrasi
CO2 tinggi, seperti dalam Jaringan, reaksi beglangsung ke kanan sehingga lebih
banyak terbentuk ion hidrogen dan bikarbonat. Dalam paru yang konsentrasi C02-
nya lebih rendah, reaksi berlangsung ke kiri dan melepaskan karbon dioksida.
2. Proses difusi gas
Secara umum difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari suatu daerah yang
konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Peristiwa difusi
merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra. Peristiwa difusi yang
terjadi di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi
membrana kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, selanjutnya menembus
dinding sel darah merah, dan akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai berikatan
dengan hemoglobin. Membran kapiler alveolus sangat tipis, yaitu 0,1 um atau sepertujuh
puluh dari tebal butir darah merah sehingga molekul oksigen tidak mengalami kesulitan
untuk menembusnya. Peristiwa difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan molekul
karbondioksida dari darah ke udara alveolus. Oksigen dan karbondioksida menembus
dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara difusi. Berarti molekul kedua gas
tadi bergerak tanpa menggunakan tenaga aktif. Urut-urutan proses difusi terbagi atas:
a) Difusi pada fase gas Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang cepat,
ketika dekat alveoli kecepatannya berkurang sampai terhenti. Udara atau gas yang
baru masuk dengan cepat berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada di
dalam alveoli. Kecepatan gas berdifusi di sini berbanding terbalik dengan berat
8
molekulnya. Gas oksigen mempunyai berat molekul 32 sedangkan berat molekul
karbondioksida 44. Gerak molekul gas oksigen lebih cepat dibandingkan dengan
gerak molekul gas karbondioksida sehingga kecepatan difusi oksigen juga lebih
cepat. Percampuran antara gas yang baru saja masuk ke dalam paru dengan gas yang
lebih dahulu masuk akan komplit dalam hitungan perpuluhan detik. Hal semacam ini
terjadi pada alveoli yang normal, sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti
pada emfisema, percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di
alveoli lebih lambat.
b) Difusi menembus membran pembatas. Proses difusi yang melewati membrana
pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah meliputi proses difusi fase gas dan
proses difusi fase cairan. Dalam hal ini, pembatas-pembatasnya adalah dinding
alveoli, dinding kapiler pembuluh darah (endotel), lapisan plasma pada kapiler, dan
dinding butir darah merah (eritrosit). Kecepatan difusi melewati fase cairan
tergantung kepada kelarutan gas ke dalam cairan. Kelarutan karbondioksida lebih
besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen sehingga kecepatan difusi
karbondioksida di dalam fase cairan 20 kali lipat kecepatan difusi oksigen. Semakin
tebal membrana pembatas halangan bagi proses difusi semakin besar.
D. FUNGSI SISTEM RESPIRASI
Menurut Ethel Sloane (2004 : 266) Fungsi utama sistem pernafasan adalah untuk
mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor
karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Sedangkan
fungsi tambahan sistem pernafasan adalah sebagai produksi wicara dan berperan dalam
keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal
tekanan darah.
E. PENYAKIT PERNAPASAN BESERTA PENYEBAB, PENGOBATAN DAN
PENCEGAHANNYA
1. Asbestosis
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat menghirup
serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas.
Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika
terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut. Menghirup
asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-paru).
9
Penyebab,
Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis) di dalam
paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak dapat mengembang dan
mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya
pemaparan dan jumlah serat yang terhirup.Pemaparan asbes bisa ditemukan di industri
pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan industri lainnya. Pemaparan pada keluarga
pekerja asbes juga bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam pakaian
pekerja.
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes diantaranya:
Plak pleura (klasifikasi), Mesotelioma maligna, Efusi pleura.
Penyembuhan,
Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak
dari paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat
semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui
sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang hidung.
Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak
banyak bermanfaat dan pengangkatan tumor tidak menyembuhkan kanker.
Pencegahan,
Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan
kerja. Karena industri yang menggunakan asbes sudah melakukan kontrol debu, sekarang ini
lebih sedikit yang menderita asbestosis, tetapi mesotelioma masih terjadi pada orang yang
pernah terpapar 40 tahun lalu.
Untuk mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang
berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok. Sementara itu guna
menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan setiap
pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian bersih
untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang, dan
pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali kerumah masing-masing.
2. Asma
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan
ini bersifat sementara.
10
Penyebab,
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap
rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan.
Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu
binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki
mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan
karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini
akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan
ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab
terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di sepanjang bronki melepaskan
bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos -
peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit
mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai
benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau
bulu binatang.
Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama
terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan
kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.
Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan
bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.
Pengobatan,
Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera
untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk mencegah
serangan.
Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma
yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh
olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-
adrenergik.
Bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya
adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit
kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-
adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit
efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan
11
lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua
reseptor beta-adrenergik.
Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya
berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih
panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan
untuk mencegah serangan.
Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang
dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung
di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran
udara yang mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan
dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya
cenderung lebih lambat.
Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Theophylline biasanya diberikan
per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting
sampai kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara
intravena (melalui pembuluh darah).
Jumlah theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara
ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah
yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang. Pada saat
pertama kali mengkonsumsi theophylline, penderita bisa merasakan sedikit mual atau
gelisah. Kedua efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri
dengan obat. Pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang
cepat atau palpitasi (jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi
(kecemasan, ketakuatan), muntah, dan kejang.
Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala
asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan
menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi
kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.
Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi
serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler
corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak
dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Corticosteroid per-oral (ditelan)
diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan
gejala asma.
12
Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast
dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini
digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini
terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman,
tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.
Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan
menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam
bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran
udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-
adrenergik.
Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton) merupakan obat
terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan
leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala
asma).
Pencegahan,
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan
yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah
raga.
3. Bronkientasis
Bronkientasis adalah suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal dari saluran
pernapasan yang besar.
Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai cara dan
merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial, baik secara
langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem pertahanannya. Keadaan ini mungkin
menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau dua tempat.
Secara khusus, bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada bronkus yang berukuran
sedang, tetapi bronkus berukuran kecil yang berada dibawahnya sering membentuk jaringan
parut dan menyempit. Kadang-kadang bronkiektasis terjadi pada bronkus yang lebih besar,
seperti yang terjadi pada aspergilosis bronkopulmoner alergika (suatu keadaan yang
disebabkan oleh adanya respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).
Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang ketebalan dan
komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan. Lapisan dalam
(mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi
saluran pernapasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari: sel
13
penghasil lendir sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu
partikel-partikel dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernapasan
sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh, melawan
organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.
Struktur saluran pernapasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan kartilago (tulang
rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernapasan sesuai kebutuhan.
Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makanan dan sistem
pertahanan untuk dinding bronkus.
Pada bronkiektasis, daerah dinding bronkus rusak dan mengalami peradangan kronis,
dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. Ketegangan dinding bronkus
yang normal juga hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk
kantung yang menyerupai balon kecil. Penambahan lendir menyebabkan kuman
berkembang biak, yang sering menyumbat bronkus dan memicu penumpukan sekresi yang
terinfeksi dan kemudian merusak dinding bronkus.
Peradangan dapat meluas ke kantong udara kecil (alveoli) dan menyebabkan
bronkopneumonia, jaringan parut dan hilangnya fungsi jaringan paru-paru. Pada kasus yang
berat, jaringan parut dan hilangnya pembuluh darah paru-paru dapat melukai jantung.
Peradangan dan peningkatan pembuluh darah pada dinding bronkus juga dapat
menyebabkan batuk darah. Penyumbatan pada saluran pernapasan yang rusak dapat
menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah.
Penyebab,
Batuk menahun bisa disebabkan oleh:
Infeksi pernapasan, Campak, Pertusis, Infeksi adenovirus, Infeksi bakteri contohnya
Klebsiella, Staphylococcus atau Pseudomonas br>- Influenza, Tuberkulosa, Infeksi jamur,
Infeksi mikoplasma, Penyumbatan bronkus, Benda asing yang terisap, Pembesaran kelenjar
getah bening, Tumor paru, Sumbatan oleh lendir, Cedera penghirupan, Cedera karena asap,
gas atau partikel beracun, Menghirup getah lambung dan partikel makanan, Keadaan
genetik, Fibrosis kistik, Diskinesia silia, termasuk sindroma Kartagener, Kekurangan alfa-1-
antitripsin, Kelainan imunologik , Sindroma kekurangan imunoglobulin, Disfungsi sel darah
putih, Kekurangan koplemen, Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti rematoid
artritis, kolitis ulserativa
Keadaan lain :
14
Penyalahgunaan obat (misalnya heroin), Infeksi HIV, Sindroma Young (azoospermia
obstruktif), Sindroma Marfan.
Pengobatan,
Tujuan dari pengobatan adalah mengendalikan infeksi dan pembentukan
dahak,membebaskan penyumbatan saluran pernapasan serta mencegah komplikasi.Drainase
postural yang dilakukan secara teratur setiap hari, merupakan bagian dari pengobatan untuk
membuang dahak. Seorang terapis pernapasan bisa mengajarkan cara melakukan drainase
postural dan batuk yang efektif.Untuk mengatasi infeksi seringkali diberikan antibiotik,
bronkodilator Dan ekspektoran.
Pengangkatan paru melalui pembedahan dilakukan pada penderita yang tidak memberikan
respon terhadap pemberian obat atau pada penderita yang mengalami perdarahan hebat.
Pencegahan,
Imunisasi campak dan pertusis pada masa kanak-kanak membantu menurunkan angka
kejadian bronkiektasis.
Vaksin influenza berkala membantu mencegah kerusakan bronkus oleh virus flu. Vaksin
pneumokok membantu mencegah komplikasi berat dari pneumonnia pneumokok.
Minum antibiotik dini saat infeksi juga mencegah bronkiektasis atau memburuknya
penyakit.
Pengobatan dengan imunoglobulin pada sindroma kekurangan imunoglobulin mencegah
infeksi berulang yang telah mengalami komplikasi.
Penggunaan anti peradangan yang tepat (seperti kortikosteroid), terutama pada penderita
bronkopneumonia alergika aspergilosis, bisa mencegah kerusakan bronkus yang akan
menyebabkan terjadinya bronkiektasis.
Menghindari udara beracun, asap (termasuk asap rokok) dan serbuk yang berbahaya
(seperti bedak atau silika) juga mencegah bronkiektasis atau mengurangi beratnya
penyakit.
Masuknya benda asing ke saluran pernapasan dapat dicegah dengan: - memperhatikan
apa yang dimasukkan anak ke dalam mulutnya - menghindari kelebihan dosis obat dan
alkohol - mencari pengobatan medis untuk gejala neurologis (seperti penurunan
kesadaran) atau gejala saluran pencernaan (seperti regurgitasi atau batuk setelah makan).
Tetes minyak atau tetes mineral untuk mulut atau hidung jangan digunakan menjelang
tidur karena dapat masuk ke dalam paru.
15
Bronkoskopi dapat digunakn untuk menemukan dan mengobati penyumbatan bronkus
sebelum timbulnya kerusakan yang berat.
4. Penyakit Batuk rejan
Penyakit Batuk rejan atau juga dikenali sebagai "pertusis" atau dalam bahasa Inggris
Whooping Cough adalah satu penyakit menular. Di dunia terjadi sekitar 30 sampai 50 juta
kasus per tahun, dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus (data dari WHO). Penyakit
ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun. 90 persen kasus ini terjadi di negara
berkembang.
Penyebab,
penyakit ini biasanya disebabkan oleh bacterium Bordetella namun tidak jarang diakibatkan
oleh B. Parapertussis.
Pengobatan,
Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit. Mereka ditempatkan di
dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan bisa merangsang serangan
batuk. Bisa dilakukan pengisapan lendir dari tenggorokan. Pada kasus yang berat, oksigen
diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang dimasukkan ke trakea. Untuk
menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan karena bayi biasanya tidak dapat
makan akibat batuk, maka diberikan cairan melalui infus. Gizi yang baik sangat penting, dan
sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Untuk membasmi bakteri,
biasanya diberikan antibiotik eritromycin.
Pencegahan,
Imunisasi pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan dan 4-6 tahun. Diharapkan kemugkinan terkenanya
pertusis akan makin rendah dengan diberikan nya imunisasi, dan gejala penyakit pun tidak
akan seberat kalau tanpa diberikannya imunisasi.
5. Bronkitis
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Penyebab,
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri
(Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia)
16
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan
saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari: Sinusitis kronis,
Bronkiektasis, Alergi Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:
Berbagai jenis debu, Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin,
hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin, Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon
dan nitrogen dioksida, Tembakau dan rokok lainnya.
Pengobatan,
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa
diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan
acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
6. Faringitis
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, disebabkan daya tahan yang lemah.
Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena kuman. Kadangkala
makan makanan yang sehat dengan buah-buahan yang banyak, disertai dengan vitamin bisa
menolong.
Gejala radang tenggorokan seringkali merupakan pratanda penyakit flu atau pilek. faringitis
ada yang akut dan kronis,
Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan
kadang disertai demam dan batuk.
Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama,
biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di
tenggorok.
7. Infeksi Saluran Napas Atas
Infeksi saluran napas atas dalam bahasa Indonesia juga di kenal sebagai ISPA (Infeksi
Saluran naPas Atas) atau URI dalam bahasa Inggris adalah penyakit infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.
Penyembuhan,
17
Penyembuhannya melalui terapi. Terapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian
antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat
penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan symptomatic, selain
itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial,
pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak
terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah
berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik
merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg
terlibat.
8. Influensa
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit menular
burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus
influensa). Penyakit ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin dari si penderita.
Pada manusia, gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala,
hidung tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam
kasus yang lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang
dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.
Pencegahan,
Sebagian besar virus influensa disebarkan melalui kontak langsung. Seseorang yang
menutup bersin dengan tangan akan menyebarkan virus ke orang lain. Virus ini dapat hidup
selama berjam-jam dan oleh karena itu cucilah tangan sesering mungkin dengan sabun
Minumlah yang banyak karena air berfungsi untuk membersihkan racun Hiruplah udara
segar secara teratur terutama ketika dalam cuaca sejuk
Cobalah bersantai agar anda dapat mengaktifkan sistem kekebalan tubuh karena dengan
bersantai dapat membantu sistem kekebalan tubuh merespon terhadap virus influensa
Kaum lanjut usia atau mereka yang mengidap penyakit kronis dianjurkan diimunisasi.
Namun perlu adanya alternatif lain dalam mengembangkan imunitas dalam tubuh sendiri,
melalui makanan yang bergizi dan menjahui potensi-potensi yang menyebabkan influensa
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa dengan mengkonsumi 200 ml yoghurt rendah
lemak per hari mampu mencegah 25% peluang terkena influensa dikarenakan yoghurt
mengandung banyak laktobasilus
18
9. Paru-paru hitam
Paru-paru hitam adalah suatu penyakit paru-paru yang disebabkan karena
menghirup debu batubara dalam jangka panjang. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan
pneumokoniosis pekerja batubara, dapat terjadi dalam 2 bentuk, yaitu simplek dan
komplikata. Tipe simplek biasanya bersifat ringan, sedangkan tipe komplikata bisa berakibat
fatal.
Penyebab,
Paru-paru hitam merupakan akibat dari terhirupnya serbuk batubara dalam jangka waktu
yang lama. Merokok tidak menyebabkan meningkatnya angka kejadian paru-paru hitam,
tetapi bisa memberikan efek tambahan yang berbahaya bagi paru-paru. Resiko menderita
paru-paru hitam berhubungan dengan lamanya dan luasnya pemaparan terhadap debu
batubara. Kebanyakan pekerja yang terkena berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit ini
ditemukan pada 6 dari 100.000 orang.
Pengobatan,
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk mengobati komplikasinya
(gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika terjadi gangguan pernafasan, maka
diberikan bronkodilator dan ekspektoran. Tetapi adalah penting untuk menghindari
pemaparan lebih lanjut.
Pencegahan,
Paru-paru hitam dapat dicegah dengan menghindari debu batubara pada lingkungan kerja.
Pekerja tambang batubara harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5 tahun sehingga
penyakit ini dapat ditemukan pada stadium awal. Jika ditemukan penyakit, maka pekerja
tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debu batubaranya rendah, untuk
menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.
10. Difteri
Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium
diphtheriae (C. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas mukosa saluran pernapasan
dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit tekak dan demam
secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian
saluran pernapasan.
Penyebab,
Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri dan amat sensitif pada faktor-faktor alam
sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri disebarkan dari kulit,
19
saluran pernapasan dan sentuhan dengan penderita difteri itu sendiri. Tingkat kematian
akibat difteri paling tinggi di kalangan bayi dan orang tua dan kematian biasanya terjadi
dalam masa tiga hingga empat hari.
Pengobatan,
Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan
antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan
pengeluaran toksin.
Pencegahan,
Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja, dan orang
dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.
F. TEKNOLOGI YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM PERNAPASAN
Dengan semakin berkembangnya teknologi internet, situs mengobati.org berusaha untuk
memberikan informasi kesehatan dan artikel biologi sekolah untuk memudahkan anda
mencari masukan yang dapat dijadikan bahan referensi anda.
Pada kesempatan kali ini, mengobati.org akan sedikit membahas artikel dan informasi
mengenai " Teknologi yang berkaitan dengan sistem pernapasan ".
Pada artikel singkat ini, mengobati.org memberikan beberapa artikel yang dapat anda
jadikan masukan.
Teknologi yang berkaitan dengan sistem pernapasan
Teknologi yang berkaitan dengan sistem pernapasan – Sistem pernapasan atau sistem
respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki
empat, sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa
udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk
20
dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai
jenis makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan.
Alat bantu atau Teknologi yang digunakan dalam sistem pernapasan manusia sebagai
berikut :
Trakeotomi
Teknologi Trakeotomi Pernapasan
Trakeotomi : Pembuatan lubang pada trakea untuk membantu memberikan pernapasan
bantuan. Trakeotomi biasanya dilakukan pada penderita dipteri akut yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada saluran pernapasannya.
Pulmotor
Pulmotor alat bantu pernapasan
Pulmotor : alat untuk melakukan pernapasan buatan. Pernapasan buatan biasanya dilakukan
pada orang-orang yang mengalami gangguan pernapasan karena tenggelam dan shock
karena sengatan listrik.
21
Spirometer
Spirometer teknologi pernafasan
Spirometer : alat untuk mengukur secara langsung dan cepat kemampuan paru-paru
seseorang serta untuk keperluan diagnosa paru-paru yang abnormal.
Oxygen catheter
Oxygen catheter
Oxygen catheter atau Oxygen cannula : alat yang digunakan untuk mengalirkan oksigen
ke dalam lubang hidung.
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk
pertukaran gas. Sistem pernafasan terdiri daripada hidung , trakea , peparu , tulang rusuk ,otot
interkosta bronkus bronkiol,alveolus dan diafragma. Udara disedot ke dalam paru-paru melalui
hidung dan trakea. Dinding trakea disokong oleh gelang rawan supaya menjadi kuat dan sentiasa
terbuka. Trakea bercabang kepada bronkus kanan dan bronkus kiri yang disambungkan keparu-
paru. Kedua-dua bronkus bercabang lagi kepada bronkiol dan alveolus pada hujung bronkiol.
B. SARAN DAN KRITIK
Tidak lengkap jika penyusunan makalah ini selesai tanpa adanya kritik dan saran dari
para pembaca sekalian. Kami berharap para pembaca akan terus memberikan kritik dan
saran untuk perbaikan selanjutnya sehingga tidak hanya di pelajari tetapi juga di nikmati
karena adanya interaksi antara penulis/penyusun makalah ini dengan para pembaca sekalian.
Kami penyusun sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sekalian.
23
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Rahmat,2010, Hand out keperawatan medical bedah kardiovaskuler untuk
perawat, Jakarta: gramedia.
Astowo. Pudjo, 2005, Terapi oksigen : Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi, Jakarta : FKUI
Hand out Sakiyan,S.Kep,NS., Kebutuhan oksigenasi.
Hand out Titi Alfiani,S.,Kep.,Ns., Konsep dasar oksigenasi.
Hand out Arif Hendra Kususma ,S.,Kep.,Ns., Terapy Oksigen.
http://en.wikipedia.org/wiki/oxygen_toxic ity
http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/
http://razimaulana.wordpress.com/2008/11/02/terapi-oksigen/
Recommended