6
Apologi*é Kupacu gas motor ini sekecang-kencangnya berbelok ke kiri menikung di sebuah jalan beberpa kali hampir saja terjatuh. Ternyata baru aku sadari kacamataku tertinggal di kamar, namun sekarang hal itu bukanlah prioritas utamaku. Semua tidak terlihat jelas lampu motor yang lupa tidak aku nyalakan membuat pandanganku begitu terbatas. Ku kerahkan semua tenaga ini, ku lihat sekitar dengan kejelasan yang mungkin hanya 20% dari pengelihatan orang normal. Ku berkeliling sekitar tikungan rumahku, dengan pacuan gas yang hampir tidak aku kurangi sehingga membuat malam itu begitu gaduh. Perasaanku amat sangat tersiksa, orang yang aku sayangi tersakiti dengan perbuatan yang aku lakukan hingga dia kabur dan tidak mau memaafkan aku. Air mata menetes di pipiku, pikiranku sangat kacau hingga tepat di depan gang ada sebuah mobil melaju sangat kencang, perhatianku yang begitu besar untuk orang itu membuat mobil yang semakin dekat hampir saja menabrakku. Ku banting kemudi ku, hapir saja aku terjatuh. Sejenak aku ingat bahwa ini adalah motor temanku, ku jaga motor itu agar tidak sampai lecet dan ku korbankan lengan kiriku untuk ku jadikan poros keseimbanganku. Rasa linu yang sangat luar biasa, merasuk dalam tubuh yang tengah mengalami kekacauan ini. Namun sekali lagi ku Apologi*é || Fahluluk Wardoyo

Apologi e

  • Upload
    neyo-jr

  • View
    35

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Apologi e

Apologi*é

Kupacu gas motor ini sekecang-kencangnya berbelok ke kiri menikung di sebuah

jalan beberpa kali hampir saja terjatuh. Ternyata baru aku sadari kacamataku tertinggal di

kamar, namun sekarang hal itu bukanlah prioritas utamaku. Semua tidak terlihat jelas lampu

motor yang lupa tidak aku nyalakan membuat pandanganku begitu terbatas. Ku kerahkan

semua tenaga ini, ku lihat sekitar dengan kejelasan yang mungkin hanya 20% dari

pengelihatan orang normal. Ku berkeliling sekitar tikungan rumahku, dengan pacuan gas

yang hampir tidak aku kurangi sehingga membuat malam itu begitu gaduh. Perasaanku amat

sangat tersiksa, orang yang aku sayangi tersakiti dengan perbuatan yang aku lakukan hingga

dia kabur dan tidak mau memaafkan aku. Air mata menetes di pipiku, pikiranku sangat kacau

hingga tepat di depan gang ada sebuah mobil melaju sangat kencang, perhatianku yang begitu

besar untuk orang itu membuat mobil yang semakin dekat hampir saja menabrakku. Ku

banting kemudi ku, hapir saja aku terjatuh. Sejenak aku ingat bahwa ini adalah motor

temanku, ku jaga motor itu agar tidak sampai lecet dan ku korbankan lengan kiriku untuk ku

jadikan poros keseimbanganku.

Rasa linu yang sangat luar biasa, merasuk dalam tubuh yang tengah mengalami

kekacauan ini. Namun sekali lagi ku terus mencari temanku, bagiku keselamatan dia sangat

berharga di bandingkan dengan hidupku. Seketika aku menghentikan motor yang telah ku

kenakan, rasa lelah dan sangat penuh gejolak rasa marah terhadap diri sendiri. Ya Allah, aku

sangat mencintai temanku itu jangan berikan dia kesusahan. Berikanlah semua kesusahannya

untukku, untuk aku tanggung dan aku pertanggung jawabkan semuanya.

Dengan ku gendong tanganku yang semakin linu, ku beberapa kaki turut merasakan

akibat kejadian tadi. Luka kecil yang tidak akan lagi ku hiraukan, sebelum ku menemukan

temanku itu. Tiba-tiba suara dering hand phone yang ternyata berisi message dari temanku.

Aku hanya ingin mengantarnya pulang, dan jika seandainya aku dibenci tidak apa-apa

asalkan dia bisa pulang dengan selamat. Kini aku pun sadar, hal semacam permohonan maaf

tidak akan mudah meluluhkan hati temanku itu. Beberapa kali pesan yang menuntutku untuk

segera pulang dan rasa kecewa akan semua tindakanku. Malam yang sangat panjang, ku

Apologi*é || Fahluluk Wardoyo

Page 2: Apologi e

menuju rumahnya berharap dia sudah dirumahnya namun kenapa juga hati ini masih tidak

tenang seolah dia masih dalam marah bahaya. Berulang aku telpon namun semua panggilan

yang aku buat di tolak olehnya, sangat sedih aku rasakan. Semakin lama pun tangan ini sudah

tidak sanggup lagi merasakan bebannya, perlahan aku memutari kompleks rumahku dan

akhirnya aku pulang ke rumah setelah pesan yang dia kirim menunjukan kecewa dan marah

yang luar biasa.

Akhirya aku sampai di rumah, namun sekali lagi aku mengalami shock yang sangat di

hati ini. Tidak lama aku sampai di rumah, sekali lagi pesan dari temanku masuk yang

menunjukan dia mau menemui aku di salah satu jalan menuju kepulangannya. Cukup jauh

sudah dia jalan kaki, dan aku tidak habis pikir kenapa dia sampai melakukan hal ini aku

merasa sangat bersalah. Sekitar 5 menit aku sampai di tempat itu, dan terlihat temanku yang

sedang berjalan. Sangat kecewa jelas terlihat di wajah polosnya itu, hampir tidak bisa aku

lupakan semua yang telah terjadi ini.

“Al, maafin aku. Aku sangat menyesal dengan perbuatanku tadi, aku mohon maaf

Al.”

“Sudahlah, sebaiknya kamu cepat pulang. Bagaimana dengan tanganmu?” Jawab ia.

“Aku tidak apa-apa kok, aku mohon maafin aku ya Al.”

“Sekarang ke dokter ayo, katanya tanganmu terkilir. Maaf ya sudah membuat kamu

seperti ini.” Jawab ia dengan wajah kecewa.

“Tidak usah, tolong antar aku ke rumahku saja, please!!!” Memelas aku.

Diantarkan aku ke rumah dan mencoba mengatakan semua penyesalanku kepadanya,

namun yang terlihat hanyalah sebuah kekecewaan di wajahnya. Rasa marah jelas menutup

semua rasa maafku kepadanya, hanya bisa berharap keesokan hari ia akan bisa kembali

menyapaku. Tuhan, berikan lapang hatinya untukku, rasa sayangku amat sangat besar

untuknya, aku pun tidak mau kehilangan dia. Setelah bertemu akhirnya aku antar dia ke

rumahnya walau keadaan sudah sangat kacau aku mencoba mengerti perasaannya, mungkin

dia membuatuhkan penenangan di hatinya setelah kejadian barusan. Aku harus memberikan

kesempatan ini, agar dia tidak berlarut-larut dalam perasaan marah.

Apologi*é || Fahluluk Wardoyo

Page 3: Apologi e

Kepulangannya mungkin akan menjadi perjumpaan terakhirku dengannya karena aku

yakin, dia sangatlah kecewa. Mebuat pikiranku semakin bersalah dan jatuh dalam sebuah

penyesalan yang mendalam. Selalu ku ingat wajahnya, walau tetes air mata terus mengalir

sakitpun tidak lagiaku rasakan. Hanya dia yang bisa membuat hati ini tenang, rasa bersalahku

akan selalu ada dan selalu merundung dalam setiap hari-hariku selanjutnya. Sesampainya aku

di rumah langsung ku basuh luka yang kotor, dan langsung masuk kedalam kamar tidur. Mata

ini selalu memperhatikan sekitar, membayangkan sosoknya ketika dikamar kecil ini. Air mata

yang sudah mulai kering di pipiku mulai terbasahi kembali dan mulai aku tulis semua apa

yang telah terjadi di dalam diaryku. Kucurahkan segala rasa penyesalan ini, penyesalan yang

akan selalu ku tanggung sampai dia memaafkan aku, hingga semua kembali seperti sedia

kala. Tapi mungkin hanyala sebuah angan sesaatku, dia tidak akan memaafkan aku dan

sangat jelas terlihat rasa kecewa yang ia tunjukan hingga melakukan hal itu sudah mewakili

seberapa rasa marahnya dia denganku.

Kupadangi satu per satu fotonya yang telah aku simpan, menuju sebuah deperesi berat

aku rasakan. Padahal ia amat sangat baik kepadaku, walaupun beberapa kali ia mengacuhkan

aku ketika ku menyatakan perasaan yang aku rasakan kepadanya. Itulah yang membuat aku

amat sangat nyaman dengan sosoknya yang begitu tenang, tidak terlalu merisaukan akan

sebuah hubungan yang biasanya di alami oleh seorang pemuda lainnya. Dia berbeda degan

yang lain, caranya memberikan sebuah perhatian cukup untuk membuat aku tenang dalam

segala hal. Dia juga menjadi sebuah inspirator dalam hidupku, tidak sedikit cerita yang telah

aku dengar darinya dan beberapa karya telah aku selesaikan dengan tanganku sendiri.

Berbagai masukan yang ia katakan kucoba lakukan, dan semuanya begitu terasa mudah

ketika sesuatu yang sulit aku kerjakan dengan sungguh-sungguh dan dengan kemampuanku

sendiri.

Beberapa kemenangan dan beasiswa aku dapatkan dari karyaku itu, Tuhan telah

menunjukan sesuatu pertemuan kami dengan keberkahan yang luar biasa. Harapanku, ini

akan menjadi sebuah pengalaman baru untuk lebih berhati-hati dalam bertindak. Janjiku

untuk menjagamu memang telah aku langgar, penyesalan dan permintaan maafku mungkin

tidak akan menghapus kenangan buruk ini dan mungkin akan menjadi sebuah memori yang

paling buruk yang kamu alami, namun satu hal yang perlu kau ketahui.

Aku sangat menyesal.

Apologi*é || Fahluluk Wardoyo

Page 4: Apologi e

BIODATA PENULIS

Nama : Fahluluk WArdoyo

Tempat, tanggal lahir : Batang, 7 April 1994

Alamat : Jl.Uripsumoharjo 32 Batang, Gg.Arjuna Rt 01 Rw  05 Sambong

Kebrok Batang, 51212 Kab.Batang, Jawa Tengah.

Nomor telpon : 0857-428-428-30

Kategori                       : Umum

Akun Facebook : Ne-yo Jr.

Apologi*é || Fahluluk Wardoyo