35
1 DASAR-DASAR SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH 1. Pendahuluan Peningkatan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi serta pembangunan di suatu daerah selain mempunyai dampak positif juga menimbulkan dampak negatif. Indonesia yang merupakan negara nomor empat terpadat di dunia dengan prakiraan jumlah penduduk tahun 2007 mencapai 234 juta jiwa, menghadapi banyak permasalah terkait sanitasi lingkungan terutama masalah pengelolaan sampah. Berdasarkan target MDGs (Millineum Development Goals) pada tahun 2015 tingkat pelayanan persampahan ditargetkan mencapai 80%. Tetapi di Indonesia berdasarkan data BPS tahun 2004, hanya 41,28% sampah yang dibuang ke lokasi tempat pembuangan sampah (TPA), dibakar sebesar 35, 59%, dibuang ke sungai 14,01%, dikubur sebesar 7,97% dan hanya 1,15% yang diolah sebagai kompos. Berdasarkan kondisi ini jika tidak dilakukan upaya pengelolaan sampah dengan baik maka tingkat pelayanan berdasarkan target nasional akan sulit tercapai. Telah diketahui bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu estetika lingkungan, menimbulkan bau, serta mengakibatkan berkembangnya penyakit. Gangguan lingkungan oleh sampah dapat timbul mulai dari sumber sampah, di mana penghasil sampah tidak melakukan penanganan dengan baik. Hal ini dapat terjadi pada penghasil sampah yang tidak mau menyediakan tempat sampah di rumahnya, dan lebih suka membuang sampah dengan seenaknya ke saluran air atau membakarnya sehingga mencemari lingkungan sekitarnya. Tempat sampah yang disediakan di rumah tangga dan lokasi komersial seperti pasar, tidak bertutup, sehingga menyebabkan sampah tercecer dan menjadi tempat berkembang- biaknya lalat serta menimbulkan bau. Selain itu pola penanganan sampah secara umum masih belum sebagaimana yang dipersyaratkan, sehingga timbul masalah pencemaran (Gambar 1).

Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

Citation preview

Page 1: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

1

DASAR-DASAR SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

1. Pendahuluan

Peningkatan jumlah penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi sertapembangunan di suatu daerah selain mempunyai dampak positif juga menimbulkandampak negatif. Indonesia yang merupakan negara nomor empat terpadat di duniadengan prakiraan jumlah penduduk tahun 2007 mencapai 234 juta jiwa, menghadapibanyak permasalah terkait sanitasi lingkungan terutama masalah pengelolaan sampah.Berdasarkan target MDGs (Millineum Development Goals) pada tahun 2015 tingkatpelayanan persampahan ditargetkan mencapai 80%. Tetapi di Indonesia berdasarkandata BPS tahun 2004, hanya 41,28% sampah yang dibuang ke lokasi tempatpembuangan sampah (TPA), dibakar sebesar 35, 59%, dibuang ke sungai 14,01%,dikubur sebesar 7,97% dan hanya 1,15% yang diolah sebagai kompos. Berdasarkankondisi ini jika tidak dilakukan upaya pengelolaan sampah dengan baik maka tingkatpelayanan berdasarkan target nasional akan sulit tercapai.

Telah diketahui bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapatmengganggu estetika lingkungan, menimbulkan bau, serta mengakibatkanberkembangnya penyakit. Gangguan lingkungan oleh sampah dapat timbul mulai darisumber sampah, di mana penghasil sampah tidak melakukan penanganan denganbaik. Hal ini dapat terjadi pada penghasil sampah yang tidak mau menyediakan tempatsampah di rumahnya, dan lebih suka membuang sampah dengan seenaknya kesaluran air atau membakarnya sehingga mencemari lingkungan sekitarnya. Tempatsampah yang disediakan di rumah tangga dan lokasi komersial seperti pasar, tidakbertutup, sehingga menyebabkan sampah tercecer dan menjadi tempat berkembang-biaknya lalat serta menimbulkan bau. Selain itu pola penanganan sampah secaraumum masih belum sebagaimana yang dipersyaratkan, sehingga timbul masalahpencemaran (Gambar 1).

Page 2: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

2

Gambar 1. Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah

Pemerintah menyadari bahwa permasalahan sampah telah menjadipermasalahan nasional. Perlu adanya sistem pengelolaan yang dilakukan secarakomprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir. Selain itu bahwa dalam pengelolaansampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenanganPemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha sehinggaperlu adanya Undang-Undang yang mengatur tentang pengelolaan sampah. Padatahun 2008 disahkan UU no 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yangbertujuan antara lain :

a. Agar pengelolaan ini dapat memberikan manfaat secara ekonomi (sampahsebagai sumber daya), sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan,serta dapat mengubah perilaku masyarakat;

b. Agar mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah terhadapkesehatan dan lingkungan;

c. Agar pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, danefisien.

Kondisi pengelolaan persampahan di berbagai kota di Indonesia ditenggaraicenderung menurun, terlihat dari menurunnya tingkat pelayanan yang hanya 40%pada tahun 2000 (sebelumnya pernah mencapai 50%), walau secara perlahanmeningkat kembali menjadi 56% pada 2006 (data BPS, 2006). Dalam kurun waktutersebut juga terjadi berbagai kasus pencemaran lingkungan yang disebabkan karenapengelolaan sampah yang tidak sesuai dengan standar teknis.

Page 3: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

3

Pengangkutan sampah dari sumber sampah (kawasan perumahan, perkantoran,komersial, industri, dan lain-lain) ke TPA merupakan cara konvensional yang sampaisaat ini masih mendominasi pola penanganan sampah di Indonesia. Namun sesuaidengan Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah danKebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Persampahan, paradigma polapengelolaan sampah tidak lagi mengandalkan pola kumpul-angkut-buang, namunberalih ke pola pengurangan dan pemanfaatan sampah sejak dari sumbernya, sehinggavolume sampah yang dibuang ke TPA sudah sangat berkurang.

Prasarana pengangkutan sampah dapat berupa gerobak/sepeda/motor sampahatau truk terbuka. Adanya perubahan paradigma penanganan sampah tersebut, makadiperlukan perubahan pola pengangkutan sampah baik untuk sampah tercampurmaupun sampah terpilah.

Kondisi operasional TPA yang sebagian besar dilakukan secara open dumpingpada umumnya karena keterbatasan sumber daya manusia dan dana. Undang-UndangNo. 18 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa mulai tahun 2013 tidak diperkenankan lagioperasi TPA secara open dumping. Untuk itu proses perencanaan memegang perananpenting dalam pelaksanaan pengelolaan persampahan. Keterlibatan dalam pengelolaanpersampahan tidak hanya oleh pemangku kepentingan tetapi termasuk masyarakatdalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi sampahbaik timbulan (berat atau volume) serta komposisinya.

2. Pengertian Sampah

Sejumlah literatur mendefinisikan sampah sebagai semua jenis limbahberbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia dan hewan, dan dibuang karenatidak bermanfaat atau tidak diinginkan lagi kehadirannya (Tchobanoglous, Theisen &Vigil, 1993). Sedangkan dalam PP No. 18/1999 jo PP No. 85/1999 tentang pengelolaanlimbah berbahaya dan beracun, secara umum limbah didefinisikan sebagai bahan sisapada suatu kegiatan dan/atau proses produksi.

Definisi sampah mengalami pergeseran pada tahun-tahun terakhir ini karenaaspek pembuangan tidak disebutkan secara jelas, dimana pada masa sekarang adakecenderungan untuk tidak membuang sampah begitu saja, melainkan sedapatmungkin melakukan daur ulang. Hal ini tertuang pula dalam UU no 18 Tahun 2008tentang Pengelolaan Sampah. Berdasarkan UU no 18 Tahun 2008 disebutkan definisisampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yangberbentuk padat.

Page 4: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

4

3. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkut pautdengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi,pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkanfaktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons masyarakat.

Menurut UU no 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagaikegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputipengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi:

a. pembatasan timbulan sampah;b. pendauran ulang sampah; dan/atauc. pemanfaatan kembali sampah.

Sedangkan kegiatan penanganan meliputi :a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempatpengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahansampah terpadu;

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/ataudari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahansampah 3R terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA) atau tempatpengolahan sampah terpadu (TPST);

d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlahsampah; dan/atau

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampahdan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secaraaman.

3.1. Prinsip Pengelolaan Sampah

- Paradigma lama penanganan sampah secara konvensional yang bertumpu padaproses pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir perlu diubah denganmengedepankan terlebih dahulu proses pengurangan dan pemanfaatan sampah.

- Pengurangan dan pemanfaatan sampah secara signifikan dapat mengurangikebutuhan pengelolaan sehingga sebaiknya dilakukan di semua tahap yangmemungkinkan baik sejak di sumber, TPS, Instalasi Pengolahan, dan TPA.Dengan demikian diharapkan target pengurangan sampah sebesar 20% dapatterpenuhi.

- Pengurangan dan pemanfaatan sampah sejak disumbernya akan memberikandampak positif, dalam hal ini peran serta masyarakat sangatlah penting.

Page 5: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

5

- Komposisi sampah dengan kandungan organik tinggi (60-80%) merupakanpotensi sumber bahan baku kompos yang dapat melibatkan peran sertamasyarakat.

- Daur ulang oleh sektor informal perlu diupayakan menjadi bagian dari sistempengelolaan sampah perkotaan.

- Tempat Pemrosesan Akhir merupakan tahap terakhir penanganan sampah.Pemanfaatan TPA sebaiknya untuk jangka panjang (minimal 10 tahun).

- Insinerator merupakan pilihan teknologi terakhir untuk pengolahan sampah kota,mengingat karakteristik sampah di Indonesia yang masih mengandung organikyang cukup tinggi, biaya investasi dan operasi serta pemeliharaan yang mahal.

Pengelolan persampahan dapat terdiri dari 5 aspek seperti dalam Gambar 2 dibawahini.

P E N G E L O L A A NL IM B A H PA D AT

A S P E K T E K N ISO P E R A S IO N A L

A S P E KP E M B IAYA A N

A S P E KO R G A N IS A S I

A S P E KH U K U M D A NP E R AT U R A N

A S P E KP E R A N S E R TAM A S YA R A K AT

Gambar 2. Aspek-Aspek Pengelolaan Persampahan

3.2. Aspek Pengelolaan Sampah

3.2.1. Aspek Teknis Operasional

Aspek Teknis Operasional dapat dibagi lagi atas 6 elemen fungsi (aspek) yaitu,penimbulan (waste generation), penanganan yang terdiri dari pemisahan,penyimpanan dan prosesing di tempat (waste handling, separation, storage andprocessing at the source), pengumpulan (collection), pemindahan dan pengangkutan(transfer and transport), pemisahan, prosesing dan transformasi (separation andprocessing and transformation), dan pemrosesan akhir (disposal). Pada Gambar 3dapat dilihat hubungan antara aspek-aspek dalam penanganan sampah.

Page 6: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

6

Gambar 3. Faktor-Faktor dalam pengelolaan sampah(Sumber: Tchobanoglous et al., 1993)

Penanggung jawab pengelolaan persampahan dilaksanakan oleh dinas-dinasterkait seperti Dinas Kebersihan. Pengelolaan oleh dinas-dinas terkait ini dimulai daripengangkutan sampah sampai pemrosesan akhir sampah. Untuk sumber sampah danpengumpulan di sumber sampah adalah menjadi tanggung jawab pengelola yaitu:

1) Swasta/developer dan atau;2) Organisasi kemasyarakatan.3) Sampah B3-rumah tangga ditangani khusus oleh lembaga tertentu

Pola operasional dalam pengelolaan sampah ini secara konvensional dapatdilihat pada Gambar 4 berikut.

Penimbulan

Penanganan:pemisahan,

penyimpanan danprosesing di tempat

Pemrosesan Akhir

Pengumpulan

Pemisahan, prosesing dantransformasi

Transfer dantransport

Page 7: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

7

Gambar 4. Pola Operasional Penanganan Sampah

Pola operasional pengelolaan sampah ini kemudian berkembang karena adanyakonsep 3R (reduce, reuse dan recycle) yang diterapkan mulai dari sumber sampah.Pola pengelolaan ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Adanya program 3R diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah yangditangani di TPS 3R maupun di TPST atau TPA, sehingga menurunkan bebanpengolahan sampah pada skala kota maupun skala regional.

Dalam menentukan strategi pengelolaan sampah diperlukan informasimengenai komposisi, karakteristik dan laju penimbulan sampah. Misalnya, sampahyang didominasi oleh jenis sampah organik mudah membusuk memerlukan kegiatanpengumpulan dan pembuangan dengan frekuensi yang lebih tinggi dari sampah yangterdiri atas sampah yang tidak mudah membusuk, seperti kertas, plastik, daun dansebagainya.

Page 8: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

8

Gambar 5. Teknis Operasional Pengelolaan Sampah

Gambar 5. Teknis Operasional Pengelolaan Sampah

3.2.1.1. Penimbulan

A. Sumber Sampah

Sumber sampah seperti telah dijelaskan dalam UU no 18 Tahun 2008didefinisikan sebagai asal timbulan sampah. Sampah yang akan dikelola dibedakanatas :

Page 9: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

9

a. Sampah rumah tangga didefinisikan sebagai berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

b. Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud berasal darikawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial,fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

c. Sampah spesifik sebagaimana dimaksud meliputi: sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; sampah yang timbul akibat bencana; bongkaran bangunan; sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.

Sampah rumah tangga bersumber dari aktifitas rumah/dapur serta aktifitasrumah tangga lainnya. Jenis atau tipe sampah yang dihasilkan terutama berupasampah basah dan sampah kering dan debu. Sampah sejenis sampah rumah tanggabersumber dari pasar, pertokoan, restoran, perusahaan dan sebagainya. Sebagianbesar kategori sampah ini berasal dari pasar dan kebanyakan berupa sampah organik.Ketegori sampah spesifik dikelola secara terpisah dengan jenis sampah yang lainkarena mempunyai sifat spesifik yang harus ditangani secara khusus. Berdasarkanklasifikasi sumber-sumber sampah tersebut, dapat dikembangkan lagi jenis sumber-sumber sampah yang lainnya sesuai dengan sumber sampah. Sebagai contohmisalnya, dari sampah pertanian, kandang hewan/pemotongan hewan, instalasipengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah dan lain-lain.

A.1. Klasifikasi Sumber Sampah

Prosentase timbulan sampah adalah 75% timbulan sampah berasal daripermukiman dan 25% dari non permukiman.

Ada beberapa kategori sumber sampah yang dapat digunakan sebagai acuan,yaitu:

- Sumber sampah yang berasal dari daerah perumahan- Sumber sampah yang berasal dari daerah komersial- Sumber sampah yang berasal dari fasilitas umum- Sumber sampah yang berasal dari fasilitas sosial

Klasifikasi kategori sumber sampah tersebut pada dasarnya juga dapatmenggambarkan klasifikasi tingkat perekonomian yang dapat digunakan untuk menilaitingkat kemampuan masyarakat dalam membayar retribusi sampah dan menentukanpola subsidi silang.

Page 10: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

10

Daerah Perumahan (rumah tangga)Sumber sampah didaerah perumahan dibagi atas :- Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High income)- Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle income)- Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah/daerah kumuh (Low income/slum

area)

Daerah KomersialDaerah komersial umumnya didominasi oleh kawasan perniagaan, hiburan dan lain-lain. Yang termasuk kategori komersial adalah pasar pertokoan hotel restauran bioskopsalon kecantikan industri dan lain-lain.

Fasilitas UmumFasilitas umum merupakan sarana/prasarana perkotaan yang dipergunakan untukkepentingan umum. Yang termasuk dalam kategori fasilitas umum ini adalahperkantoran, sekolah, rumah sakit, apotik, gedung olah raga, museum, taman, jalan,saluran/sungai dan lain-lain.

Fasilitas SosialFasilitas sosial merupakan sarana prasarana perkotaan yang digunakan untukkepentingan sosial atau bersifat sosial. Fasilitas sosial ini meliputi panti-panti sosial(rumah jompo, panti asuhan) dan tempat-tempat ibadah (mesjid, gereja pura, danlain-lain).

Sumber LainDari klasifikasi sumber-sumber sampah tersebut, dapat dikembangkan lagi jenissumber-sumber sampah yang lain sesuai dengan kondisi kotanya atau peruntukan tataguna lahannya. Sebagai contoh sampah yang berasal dari tempat pemotongan hewanatau limbah pertanian ataupun buangan dari instalasi pengolahan air limbah (sludge),dengan catatan bahwa sampah atau limbah tersebut adalah bersifat padat dan bukankategori sampah B3.

B. Timbulan Sampah

Ukuran timbulan sampah dapat didasarkan kepada berat dan volume.- Berdasarkan berat, satuan berat ton, kg

- Berdasarkan volume, satuan volume liter, m3

Satuan atau Unit Timbulan Limbah PadatPerumahan l/capita.day; kg/orang/hariKomersil l/capita.day; kg/orang.hari

Page 11: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

11

Industri l waste/product.dayPertanian l waste/ton of raw productJalan l/panjang jalan

Metoda Pengukuran1. Load-Count Analysis

Didasarkan atas jumlah kendaraan pengangkutan yang masuk dilokasi TransferStation atau Recycling Center atau TPA, bisa berdasarkan jumlah, volume danberat.

2. Weight–Volume Analysis, pengukuran langsung pada kendaraan pengangkut, bisaberdasarkan berat, atau volume.

Faktor penting dalam menghitung laju timbulan sampah adalah jumlahpenduduk. Oleh karena itu sebelum jumlah timbulan sampah dapat dihitung, terlebihdahulu dilakukan perhitungan terhadap proyeksi penduduk sampai pada tahunperencanaan.

1. Perkembangan Jumlah Penduduk

Ada beberapa metoda proyeksi penduduk yang dapat digunakan, antara lainmetoda least square, geometric dan eksponensial, di mana pemilihan metodayang digunakan sangat tergantung kecenderungan pertumbuhan pendudukdan karakteristik kota perencanaan. Metoda tersebut adalah :1. Metoda Aritmatik

Metoda yang terutama digunakan untuk memproyeksikan penduduk padasuatu daerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara linier.Persamaan matematis yang digunakan adalah :

Pn = Po + r ( dn )dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periodePo = Jumlah penduduk pada awal proyeksir = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahundn = Kurun waktu proyeksi

2. Metoda GeometricMetoda yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada suatudaerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara eksponensial.Persamaan matematis yang digunakan adalah :

Pn = Po ( 1+ r )dn

dimana :Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode

Page 12: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

12

Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksir = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahundn = Kurun waktu proyeksi

3. Metoda Least SquareRumus yang digunakan adalah :

Pn = a + ( b . t )dimana :

t = Tambahan tahun terhitung dari tahun dasar

22 xxn

pxpxnb

Penentukan metoda yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih dahulu kitamencari nilai korelasi (r) untuk tiap-tiap metoda. Pada metoda yang mempunyainilai korelasi paling mendekati nilai 1, itulah yang akan dipakai. Rumus nilaikorelasi (r) adalah sebagai berikut :

2222 )()(}{)()({

))(()(

XXnYYn

XYXYnr

2. Survey Pengambilan Contoh Sampah di Sumber Sampah

Guna menentukan timbulan sampah yang dihasilkan dari suatu permukimanperlu dilakukan suvey pengambilan contoh sampah langsung di sumbersampah. Pengambilan ini untuk mengetahui rata-rata berapa timbulansampah yang dihasilkan L/orang/hari atau kg/orang/hari. Pelaksanaan surveydan pengambilan contoh berdasarkan SNI M-36-1991-03 Tentang MetodePengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi SampahPerkotaan.Penentuan jumlah sampel kepala keluarga (KK) yang representatif mewakilisuatu wilayah pemukiman di tentukan berdasarkan persamaan berikut :

Jumlah contoh jiwa atau sampel:S = Cd Ps (1)dimana:S = Jumlah contoh (jiwa)Cd = Koefisien perumahanCd = 1 (Kota besar / metropolitan)Cd = 0,5( Kota sedang / kecil )Ps = Populasi (jiwa)

Jumlah KK yang diamati

Page 13: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

13

K = S / N (2)dimana:K = Jumlah contoh (KK)N = Jumlah jiwa per keluarga = 5

Laju timbulan sampah juga ditentukan oleh klasifikasi pemukiman. BerdasarkanSNI M-36-1991-03 Tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran ContohTimbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan pemukiman di klasifikasikan ataspermukiman permanen, non-permanen dan semipermanen. Jumlah contohtimbulan sampah dari perumahan adalah sebagai berikut :Contoh dari perumahan permanen = (S1 x K) keluarga.Contoh dari perumahan semi permanen = (S2 x K) keluarga.Contoh dari perumahan non permanen = (S3 x K) keluarga.dimana :S1 = Proporsi jumlah KK perumahan permanen dalam (25%)S2 = Proporsi jumlah KK perumahan semi permanen dalam (30%)S3 = Proporsi jumlah KK perumahan non permanen dalam (45%)S = Jumlah contoh jiwaN = Jumlah jiwa per keluargaK = S / N = jumlah KKKlasifikasi pemukiman dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder,misalnya kelas jalan, kondisi sosial ekonomi maupun dari keteraturan tata letakbangunannya. Klasifikasi jalan disesuaikan dengan kelas jalan yang berlaku,misalnya jalan arteri, sekunder ataupun lokal. Klasifikasi kondisi sosial ekonomidapat dibagi sesuai dengan sensus ekonomi yang menunjukkan daerah atas,menengah dan bawah. Klasifikasi tata letak bangunan dibagi menjadipemukiman teratur dan pemukiman tidak teratur. Klasifikasi pemukiman inisangat erat kaitannya dengan pengelolaan sampah, karena menyangkut aspekteknis, misalnya jumlah timbulan sampah, sistem pewadahan, pengumpulandan pengangkutan sampah dan aspek pembiayaan/retribusi.Setelah diketahui jumlah sampel KK yang harus diambil, selama 7 hari berturut-turut dilaksanakan pengambilan contoh sampah. Setiap KK diberikan kantongplastic dan diminta untuk memasukkan sampah yang dihasilkan setiap hari kekantong plastik tersebut dan dilakukan penimbangan sampah setiap harinyasehingga diketahui rata-rata jumlah sampah yang dihasilkan L/orang/hari atauKg/orang/hari.

3. Penentuan Densitas Sampah

Densitas sampah adalah berat sampah yang diukur dalam satuan kilogramdibandingkan dengan volume sampah yang diukur tersebut (kg/m3). Densitassampah sangat penting dalam menentukan jumlah timbulan sampah. Disamping itu juga penting untuk menentukan luas lahan TPA yang diperlukan.

Page 14: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

14

Penentuan densitas sampah ini berdasarkan SNI M-36-1991-03 dilakukandengan cara menimbang sampah yang disampling dalam 1/5 - 1 m3 volumesampah. Sebuah kotak disiapkan dengan ukuran 20 x 20 cm dan kedalaman100 cm. Sampah dimasukkan dalam wadah dan dilakukan penimbangan beratserta dilakukan pengetrokkan sebanyak 3 kali kemudian dihitung volumesampah. Berdasarkan hasil ini diketahui berapa besar densitas sampah kg/m3.Densitas ini sangat tergantung sampel sampah yang diukur, apakah sampahlepas dari sumber sampah, sampah di gerobak yang mungkin telah mengalamisedikit pemadatan ataupun sampah di truck compactor yang memang telahdilakukan pemadatan terhadap sampah.

B.1. Faktor Penting Menentukan Jumlah Timbulan Sampah

Jumlah timbulan sampah perlu diketahui, agar pengelolaan persampahan dapatdilaksanakan dengan efektif dan efisien. Jumlah timbulan sampah ini akanberhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sampah antara lain:

- pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpulan dan pengangkutan- perencanaan rute pengangkutan- fasilitas untuk daur ulang- luas dan jenis TPABanyaknya timbulan sampah di dalam suatu kota dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain:a. reduksi di sumber sampah, sangat mempengaruhi jumlah timbulan sampah

di suatu kota. Adanya peningkatan reduksi timbulan sampah pada sumbersampah akan menurunkan laju timbulan sampah secara signifikan.Beberapa aktivitas yang ternasuk dalam reduksi sampah seperti :- mengurangi bungkus/packaging- produk lebih tahan lama (dpt digunakan lagi)- mengganti bahan sekali pakai (popok, tempat makanan, piring dll)- sesedikit mungkin menggunakan bahan-bahan/sumber daya alam- tingkatkan bahan yang dapat direcycle atau reused

b. recycling, bagian dari upaya mereduksi jumlah sampah. Merupakan metodayang dapat merubah sampah mempunyai nilai ekonomis.

c. kebiasaan masyarakat mempengaruhi penanganan sampah mulai darisumber sampah. Jika masyarakat mempunyai kebiasaan mengelola sampahdengan baik maka laju timbulan sampah di suatu kota dapat ditekan atauditurunkan.

d. Peraturan, terkait dengan kebijakan pemerintah misalkan peraturan untukmengurangi penggunaan kemasan yang tidak ramah lingkungan.

e. Kondisi fisik dan geografi (musim, iklim, dataran tinggi)

Page 15: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

15

B.2. Metoda Pengukuran Jumlah Timbulan Sampah

Pengukuran jumlah timbulan sampah dapat dilakukan dengan pengukuranberat atau volume sampah atau kedua-duanya.

- Pengukuran berat sangat tergantung pada densitas sampah- Volume sampah juga sangat dipengaruhi oleh densitas sampah- Pengukuran berat dan volume sampah.

Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah timbulansampah, diuraikan sebagai berikut ini.

1) Load-count analysis/Analisis penghitungan bebanJumlah masing-masing volume sampah yang masuk ke TPA dihitungdengan mencatat : volume, berat, jenis angkutan dan sumber sampah,kemudian dihitung jumlah timbulan sampah kota selama perioda tertentu.

2) Weight-volume analysis/Analisis berat-volumeJumlah masing-masing volume sampah yang masuk ke TPA dihitungdengan mencatat : volume dan berat sampah, kemudian dihitung jumlahtimbulan sampah kota selama perioda tertentu.

3) Material-balance analysis/Analisis kesetimbangan bahanMaterial balance lebih baik menghasilkan data untuk sampah rumah tangga,institusi, industri dan material balance juga diperlukan untuk program daurulang. Berikut ini adalah diagram yang dibuat untuk menghitung jumlahtimbulan sampah dari suatu sistem yang telah ditentukan.

outflowgas pembakaran dan debu

inflow outflow(bahan) outflow

(produk)

outflow(sampah dan air limbah)

Gambar 6. Aliran Kesetimbangan Bahan

Cara Menganalisis:Pertama : tentukan batas system (system boundary)kedua : identifikasi seluruh kegiatan di dalam system yang akan menghasilkan

sampah

Penyimpanan bahan-bahan(bahan baku, produk dan

sampah)

Page 16: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

16

ketiga : identifikasi jumlah timbulan sampah dari masing-masing aktifitastersebut

keempat : dengan hubungan matematik, tentukan timbulan sampah,pengumpulan dan tersimpan

Formula :

= - +

Akumulasi = inflow – outflow + timbulan/penimbunan

dM/dt = Min – Mout + rw

Di mana: dM/dt = laju perubahan berat bahan dalam system (lb/d) Min = jumlah bahan yang masuk ke dalam system (lb/d) Mout = jumlah bahan yang keluar dari system (lb/d)rw = laju timbulan sampah (lb/d)t = waktu (d)

Catatan : Pada proses Komposting rw menjadi negatif

Metoda lain yang dapat sering digunakan untuk menentukan laju timbulan sampahadalah berdasarkan proyeksi penduduk dan penetapan kriteria besar timbulan sampah.Sebagai pedoman, dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, Departemen PUmenetapkan kriteria besar timbulan sampah berdasarkan sumber sampah dankarakteristik kota, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-komponen SumberSampah

No Komponen SumberSampah Satuan Volume

(Liter)Berat(Kg)

1 Rumah Permanen per orang/hari 2,25 – 2,50 0,350 – 0,4002 Rumah Semi Permanen per orang/hari 2,00 – 2,25 0,300 – 0,3503 Rumah non permanen per orang/hari 1,75 – 2,00 0,250 – 0,3004 Kantor Per pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,025 – 0,1005 Toko/Ruko. Per petugas/hari 2,50 – 3,00 0,150 – 0,3506 Sekolah per murid/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,0207 Jalan arteri sekunder per meter/hari 0,10 – 0,15 0,020 – 0,100

timbulan /tertahan di

dalam sistem

laju masukbahan ke

luar sistem

laju masukbahan ke

dalam sistem

jumlahtimbulan

sampah dlmsistem

Page 17: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

17

8 Jalan kolektorsekunder

per meter/hari 0,10 – 0,15 0,010 – 0,050

9 Jalan lokal per meter/hari 0,05 – 0,1 0,005 – 0,02510 Pasar per meter2/hari 0,20 – 0,60 0,1 – 0,3

Sumber : Standar Spesifikasi Timbulan sampah untuk kota kecil & sedang diIndonesia, Dept. PU, LPMB, Bandung, 1993.

Tabel 2. Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota

No. Klasifikasi Kota Volume(L/Orang/Hari)

Berat(Kg/Orang/Hari)

1 Kota Besar(500.000-1.000.000 jiwa)

2,75 – 3,25 0,70 – 0,80

2 Kota Sedang(100.000 – 500.000 jiwa) 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80

3 Kota Kecil(20.000 – 100.000 jiwa) 2,50 – 2,75 0,625 – 0,70

B.3. Contoh-Contoh Perhitungan Laju Timbulan Sampah

1. Loud Count AnalysisTentukan berat sampah yang dihasilkan per minggu dari 1200 rumah.Dengan sistem pengumpulan sebagai berikut :- Truk compactor ada 9 buah.- Volume truk compactor : 20 m3

- Jumlah dump truk adalah : 7 buah.- Volume truk : 8 m3

- Jumlah pick-up adalah : 10- Ukuran pick-up : 2 m3’

Jawab :tentukan jumlah sampah yang dihasilkan tiap rumah/minggu- Truk kompaktor : 9 x 20 m3 = 180 m3

- Dump truk : 7 x 8 m3 = 56 m3

- Pick up : 10 x 2 m3 = 20 m3

- Total sampah : 256 m3/minggu- Volume sampah yang dihasilkan setiap rumah : 256 m3/1200 rumah- = 0,2133 m3/rumah/minggu

2. Mass BalanceTentukan berat sampah yang dibuang ke TPA dan berat sampah yangdapat dimanfaatkan dari sampah kota dengan berat 1000 ton/hari, dengan

Page 18: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

18

karakteristik 60% sampah organik, 10% sampah kertas, 10% plastik, 5%kaleng, 5% tekstil, logam 5% dan lain-lain 5%. Pemanfaatan sampahorganik hanya 50% sebagai kompos sedangkan sisanya adalah residu yangakan dibuang ke TPA. Kertas dan plastik hanya dapat dimanfaatkan masing-masing 8%, sedangkan kaleng dan logam dapat dimanfaatkan semuanya.Tekstil hanya dapat dimanfaatkan 5%. Selain sampah domestik, adasampah industri yang juga dibuang ke TPA sebesar 0,8 ton/hari dan 70%dari sampah tersebut dapat dimanfaatkan.

Jawab :

Sampah1000 ton

Dimanfaatkan(ton/hari)

Dibuang ke TPA(ton/hari)

600 Organik 300 300

100 kertas 80 20

100 plastik 80 20

50 kaleng 50

50 tekstil 50

50 logam 50

50 lain-lain 50

Sub total 610 390

0,8 ton (industri) 0,56 0,24

1000,8 610,56 390,24

Dengan demikian berat sampah yang dimanfaatkan adalah 610,56 ton/haridan berat sampah yang dibuang ke TPA adalah 390,24 ton/hari.

3. Perhitungan Jumlah Timbulan Sampah per KapitaPengamatan dilakukan selama seminggu di salah satu lokasi TPS yangdiketahui dengan jelas sumber sampah yang membuang sampahnya kesana. Data yang diperoleh, jumlah kk yang membuang sampah 1200rumah. Jumlah jiwa/kk = 5 orang. Jumlah sampah yang masuk ke TPS35.000 kg. Maka laju timbulan sampahnya adalah:

Jawab :

Page 19: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

19

Laju = (35.000 kg/minggu)/(1200 x 5)(7 hari/minggu) = 0,83kg/orang/hari

C. Komposisi Sampah

Komposisi sampah sangat menentukan sistem penanganan yang dapat dilakuanterhadap sampah. Komposisi menentukan jenis dan kapasitas peralatan, sistem, danprogram penanganannya. Komposisi sampah adalah setiap komponen sampah yangmembentuk suatu kesatuan, dalam prosentase (%).

Komposisi sampah berbeda-beda berdasarkan sumber sampah, karakteristikperilaku masyarakat serta kondisi ekonomi yang berbeda dan proses penanganansampah di sumber sampah. Pada tabel 3 dapat dilihat komposisi sampah berdasarkansumber sampah dan komposisi sampah dari masing-masing sumbernya.

Tabel 3. Beberapa contoh sumber dan komposisi sampah

No. Sumber sampah Komposisi sampah

1. Kantor Kertas Karton Plastik

cartridge printer bekas sampah makanan

2. Rumah sakit

kertas kapas bekas plastik (pembungkus

spuit, spuit bekas) kaca (botol obat,

pecahan kaca)

logam (jarum spuit) perban bekas potongan jaringan

tubuh sisa-sisa obat sampah makanan

2. Pasar sampah organik mudah

membusuk plastik kertas / karton

kayu pengemas karet kain

3. Rumah makan sampah makanan kertas pembungkus

plastik pembungkus

4. Lapangan olah-raga kertas plastik

sampah makanan potongan rumput

5. Lapangan terbuka ranting/daun kering potongan rumput

6. Jalan & lapanganparkir

kertas plastik

daun kering

7. Rumah tangga sampah makanan kertas / karton plastik

logam kain daun, ranting

Page 20: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

20

8. Pembangunangedung

pecahan bata pecahan beton pecahan genting

kayu kertas plastik

Selain itu, komposisi sampah akan berbeda untuk setiap kota atau negara,tergantung kondisi ekonomi suatu kota atau negara yang bersangkutan. Padaumumnya makin tinggi tingkat perekonomian suatu kota atau Negara, komposisiorganik akan makin menurun dan komposisi non organik (kertas, plastik) akanmeningkat. Tabel 4 memperlihatkan perbandingan komposisi sampah beberapa negaratersebut, sedangkan Tabel 5 merupakan komposisi sampah yang dihasilkan diKecamatan Sukmajaya Depok.

Tabel 4. Perbandingan Komposisi Sampah Beberapa Negara

NNo

Negara Timbulan(kg/cap)

Organik(%)

Kertas(%)

Plastik(%)

11

Thailand 0.65 46 20 21

22

Vietnam 0.7 55 - -

33

Malaysia 0.76 48 30 9.8

44

Indonesia 0.6 60 2 2

55

Asia (rata-rata) 0.42 75 2 1

66

Eropa 0.72 25.4 28.7 4.6

77

Japan 1.12 11.7 38.5 11.9

88

USA 1.97 12 43 5

Sumber : B.G. Yeoh, Municipal Solid Waste Generation and Composition, AseanCommittee On Science & Technology, Sub Committee On Non Conventional EnergyResearch, 2006

Page 21: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

21

Tabel 5. Contoh Komposisi Sampah di Kecamatan Sukmajaya Depok

Solid Waste

Content

Mekarjaya Sub-

district

Abadijaya Sub-

district

Kalibaru Sub-

district

(% Weight) (% Weight) (% Weight)

Organic 75.98% 51.23% 68.11%

>50mm 31.79% 24.82%

10-50mm 37.87% 33.80%

<10mm 6.32% 9.49%

Inorganic 24.02% 48.77% 31.89%

Plastic 13.43% 15.32% 17.06%

Paper 6.66% 17.22% 8.64%

Textile 1.41% 6.66% 1.50%

Glass 1.58% 3.69% 2.51%

Metal 0.77% 5.89% 1.86%

Rubber 0.16% 0.00% 0.20%

Dirt/silt 0.00% 0.00% 0.00%

Hazardous Waste 0.00% 0.00% 0.13%

Total 100.00% 100.00% 100.00%

Sumber : Peneliti PSTL-DTS-FTUI, 2007

Komposisi juga akan mempengaruhi pola penanganan sampah terutamapenanganan pada sumber sampah. Sebagai contoh jika sampah mengandung banyakbahan organik pada pengelolaan pada sumber sampah akan lebih mudah jikadilakukan pemisahan sampah organik dan anorganik serta adanya prosespengomposan yang sederhana.

Metoda atau cara pengambilan contoh sampah untuk mengetahui komposisisampah tercantum pada SNI M-36-1991-03 Tentang Metode Pengambilan danPengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. Pengambilan contohsampah sangat mempengaruhi penentuan komposisi fisik sampah. Pengamatandilakukan paling tidak selama satu minggu berturut turut di lokasi sumber sampah.

Page 22: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

22

1. Pengambilan contoh sampah langsung di rumah tanggaSampah langsung diambil dari beberapa lokasi sampling di rumah tangga.Sebanyak 100 kg sampah kemudian dipisahkan berdasarkan jenis sampahseperti plastik, sampah organik , karet dll. Masing - masing komponenditimbang beratnya dan komposisi sampah ditentukan berdasarkan rumusberikut :

%100100

xkgnensampahBeratkompo

(%) Persentase komposisi sampah

2. Pengambilan contoh sampah di tempat pembuangan sampah sementaraPengambilan contoh sampah ditentukan berdasarkan area pelayanan dari TPSdan pengetahuan mengenai kondisi di lingkungan sekitar area pelayanan.Sebanyak 100 kg sampah diambil dari alat pengumpul sampah kemudian dibagisedimikian rupa sehingga homogen. Kemudian dengan cara yang samaditentukan berdasarkan penentuan komposisi sampah langsung dari rumahtangga.

D. Karakteristik Sampah

Karakteristik sampah secara umum dibedakan atas :1. Karakteristik fisik2. Karakteristik kimiawi3. Karakteristik biologi

Karakteristik sampah sangat menentukan metoda pengolahan yang akandigunakan. Terutama komposisi berdasarkan karakteristik kimiawi sangat menentukanreaksi komponen unsur pembentuk sampah seperti kandungan unsur Carbon (C),Nitrogen (N), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Kandungan unsur ini sangat menentukankelayakan metoda pengolahan sampah yang akan dibahas pada Bab lain di dalammodul pelatihan ini.

Karakteristik Fisik , terdiri atas :1. Kandungan kadar air, penentuan berapa kandungan kadar air dalam

sampah dengan menggunakan metoda gravimetri. Persamaan matematikyang digunakan adalah :M = {(w-d)/w}x100%dimana:w= jumlah berat sampel, kgd = berat sampel setelah dikeringkan 1050 C, kg

2. Spesific Weight / Berat Jenis (berat/volume; kg/liter, lb/ft3)

Page 23: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

23

3. Ukuran partikel dan distribusi partikel4. Field Capacity, didefinisikan sebagai jumlah total air yang dapat ditahan

oleh sampah secara gravitasi5. Permeabilitas sampah, sangat penting untuk mengetahui pergerakan cairan

dan gas dalam landfill.

Karakteristik Kimiawi, terdiri atas :1. Proximate Analysis

Analisis terhadap kelembaban sampah, kandungan volatile di dalamsampah, fixed carbon, dan ash di dalam sampah.

2. Fusing point of ashTemperatur dimana bisa terbakar sbg abu (clinker) suhu diatas 1000oC

3. Ultimate AnalysisAnalisis terhadap unsur-unsur kimia penyusun sampah. Sampahmengandung komponen Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur, danAsh. Analisis ini sangat menentukan sistem pengolahan sampah yangefektif digunakan untuk memusnahkan sampah.

4. Energy content (Btu/lb)Analisis kandungan energi dalam sampah. Sampah mengandung unsurkarbon yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Beberapa jenissampah yang mempunyai nilai kalor tinggi seperti kayu, serbuk gergaji danlainnya dapat digunakan sebagai sumber energi. Bomb calorimeter dapatdigunakan untuk menentukan nilai kalor dari masing-masing komponensampah.

Karakteristik Biologi, terdiri atas :1. Biodegradability adalah kemampuan sampah untuk diuraikan dengan

memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Ditentukan dengan persamaan :

BF = 0.83 – 0.028 LCdimana : BF = Biodegradable Fraction (fraksi bahan organik yang

mudah terurai)LC = Lignin Content (kandungan lignin)

Semakin tinggi dari nilai BF, maka kemampuan diuraikan olehmikroorganisme meningkat (Tabel 6).

Page 24: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

24

Tabel 6. Bio degradability

Komponen % VS LC (%VS) BFSampah makanan 7-15 0.4 0.82KertasKoran 94.0 21.9 0.22Kertas tulis 96.0 0.4 0.82Karton 94.0 12.9 0.72Sampah kebun 50-90 4.1 0.72Ket : VS = Volatile Solid; LC = Lignin Content; BF = Biodegradable Fraction

Produksi bau pada proses penguraian sampah oleh mikoorganisme. Bau timbulakibat pembentukan asam-asam organik rantai pendek, merkaptan, dan H2S.

E. Sampah Rumah Tangga B3

Aktivitas di rumah tangga juga menghasilkan sampah yang berkategori sebagaiB3 (bahan beracun dan berbahaya). Di berbagai kota besar dan metropolitan, sampahB3 yang dihasilkan dari pemukiman rata-rata berkisar antara 2% sampai dengan 5%dari total komposisi sampah. Sampah B3 ini tidak mempunyai penanganan secarakhusus dan sering dicampurkan dengan sampah yang berkategori non-B3. Kondisi inimenimbulkan dampak negatif terutama menyebabkan sampah yang semulaberkategori non-B3 akan menjadi B3 dan menyebabkan pengelolaan di TPA semakinsulit. Tingkat pencemaran akan semakin meningkat.

Sampah domestik B3 menurut SNI 3242-2008 tentang Pengelolaan SampahPemukiman mendefinisikan sebagai sampah yang berasal dari aktivitas rumah tangga,mengandung bahan dan atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan atauberacun, karena sifat atau konsentarsinya dan atau jumlahnya, baik secara langsungmaupun tidak langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup danatau membahayakan kesehatan manusia. Sampah ini berbahaya karena mempunyaikarakteristik : Mudah meledak, limbah yang pada tekanan dan suhu standar dapat meledak.

Contoh sampah di rumah tangga misalkan sisa bensin, pelarut, thinner dan aerosol. Mudah terbakar, material padat, cair, uap, atau gas yang menyala dengan mudah

dan terbakar secara cepat bila dipaparkan atau terpapar pada sumber nyala.Contoh sampah di rumah tangga adalah pelarut, etanol, lighter liquid.

Bersifat reaktif, merupakan limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dandapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan dan limbah yang dapat bereaksihebat dengan air.

Page 25: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

25

36%

19%12%

12%

11%

3%

3%

4%Household maintenance(paint, thiner, etc)Batteries

personal care product(nail polish etc)Cleaner

Automotive maintenance

Pool chemical

Pharmaceuticals

Other

Beracun, yaitu Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagimanusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yangserius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.Beberapa contoh sampah B3 di rumah tangga yaitu pengelantang (produkpembersih); shampo (anti ketombe); penghilang cat kuku; kosmetika; obat-obatan;cairan anti beku (produk otomotif); bensin, minyak tanah; cat; baterei; lampuneon, khlorin kolam renang; biosida anti insek; herbisida, pupuk dan lain-lain;

Bersifat korosif, yaitu limbah yang menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit danlimbah yang mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asamatau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa. Contoh sampah jenis ini dirumah tangga adalah yang mengandung asam sulfat, asam klorida dan lain-lain.

Menyebabkan infeksius, yaitu limbah yang mengandung mikroorganisme patogenyang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akandapat menimbulkan penyakit. Contohnya obat-obatan kedaluarsa, pembungkusatau kemasan produk farmasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh US EPA pada tahun 2001,komposisi sampah B3 di rumah tangga adalah sebagai berikut (Gambar 7). Sampahterbesar adalah dari aktivitas pemeliharaan dan pembersihan di rumah tangga sepertipelarut, thinner dan lem. Sampah lain adalah baterai, sampah ini dihasilkan dalamjumlah cukup besar di rumah tangga karena penggunaanya juga cukup banyak dalamaktivitas sehari-hari.

Gambar 7. Komposisi Sampah B3 rumah tangga (US EPA, 2001)

Page 26: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

26

Sampai saat ini belum ada pengelolaan sampah khusus B3 dari rumah tanggaini. Upaya sosialisasi ke masyarakat harus dilakukan agar masyarakat maumemisahkan sampah B3 di rumah tangga dan meletakkan pada tempat wadah sampahyang berbeda. Begitupula dengan sarana pengumpul dan pengangkut sampah harusmemisahkan sampah B3 ini dari sampah non-B3. Pengolahan dilakukan secara khususdibawah lembaga tertentu.

Peraturan Pemerintah No. 85/1999 jo PP No.18 1999 mengenai PengelolaanLimbah B3 mewajibkan pengelolaan limbah B3 mulai dari penghasil sampai denganpengolah limbah B3. Penghasil dalam hal ini sumber sampah mempunyai kewajibansebagai berikut :1. Wajib mengolah limbah B3.2. Wajib menyimpan limbah B3 sebelum dikirim ke Pengolah dengan waktu

penyimpanan paling lama 90 hari.3. Menyediakan tempat penyimpanan limbah B3 sesuai dengan pedoman yang

ditetapkan Bapedal.4. Melakukan analisa limbah B3 dan mempunyai catatan jenis dan jumlah limbah B3

yang dihasilkan.5. Melakukan pelaporan mengenai pengelolaan limbah B3 sekurang-kurangnya setiap

6 bulan sekali kepada Bapedal.6. Memberikan label pada kemasan limbah B3.7. Mengisi dokumen limbah B3 sebelum diangkut ke Pengumpul/Pengolah.8. Membantu pengawas/Bapedal dalam melaksanakan pengawasan.9. Harus mempunyai sistem tanggap darurat dan melaksanakannya bila terjadi

keadaan darurat.

Namun kewajiban ini lebih banyak diarahkan pada pengolahan sampah B3 dariindustri. Melihat fenomena sampah B3 juga dihasilkan di rumah tangga, maka perludilakukan upaya pengelolaan sampah B3 ini. Cara sederhana yang dapat dilakukanadalah pemisahan sampah B3 ini mulai dari sumber sampah sampai ditangani olehlembaga tertentu. Sebelum ada penanganan sampah B3 rumah tangga secara khusus,maka perlu dilakukan penampungan sementara (temporary storage) sampah b3 rumahtangga di lokasi khusus (TPA) secara aman sesuai dengan ketentuan perundanganyang berlaku.

3.2.1.2. Penanganan: Pemisahan, Penyimpanan dan Prosesing di Tempat

- Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap penghasil sampahsendiri sedangkan wadah komunal dan pejalan kaki disediakan oleh pengelola danatau swasta. spesifikasi wadah sedemikian rupa sehingga memudahkanoperasionalnya, tidak permanen dan higienis. Akan lebih baik apabila adapemisahan wadah untuk sampah basah dan sampah kering.

Page 27: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

27

- Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling lama 2 hari sekalisedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap hari.

3.2.1.3. Pengumpulan- Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara langsung dengan

alat angkut (untuk sumber sampah besar atau daerah yang memilikikemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakangerobak (untuk daerah teratur) dan secara komunal oleh mayarakat sendiri(untuk daerah tidak teratur).

- Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol,pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain.

3.2.1.4. Transfer dan TransportPemindahan

- Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut (truk)dilakukan di trasnfer depo atau container untuk meningkatkan efisiensipengangkutan.

- Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah pelayanan atau radius 500m.

- Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak ke lokasi TPAlebih besar dari 25 km.

Pengangkutan- Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada daerah

pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerahpelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan maupun estetikadengan memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar olehpengguna jasa.

- Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil survey timemotion study untuk mendapatkan jalur yang paling efisien.

- Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki kemampuanmembongkar muatan secara hidrolis, efisien dan cepat.

- Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus mempertimbangkankemampuan pemeliharaan.

Page 28: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

28

3.2.1.5. Pemisahan, Prosesing dan Transformasi- Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang

harus dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan prasaranadan sarana persampahan.

- Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan kompos,pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx dan dioxin),pemanfaatan gas metan dan daur ulang sampah. Khusus pemanfaatana gasmetan TPA (landfill gas), dapat masuk dalam CDM (clean developmantmechanism) karena secara significan dapat mengurangi emisi gas rumah kacayang berpengaruh pada iklim global.

- Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal (kawasan), skala kotadan skala regional.

- Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek lingkungan,dana, SDM dan kemudahan operasional.

3.2.1.6. Pemrosesan Akhir- Pemilihan lokasi TPA harus mengacu pada SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara

Pemilihan Lokasi TPA. Agar keberadaan TPA tidak mencemari lingkungan, makajarak TPA ke badan air penerima > 100m, ke perumahan terdekat > 500 m, keairport 1500 m (untuk pesawat propeler) dan 3000 m (untuk pesawat jet).Selain itu muka air tanah harus > 4 m, jenis tanah lempung dengan nilai K <10-6 cm/det.

- Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan dengan controlled landfill(untuk kota sedang dan kecil) dan sanitary landfill (untuk kota besar danmetropolitan) dengan “sistem sel”.

- Prasarana dasar minimal yang harus disediakan adalah jalan masuk, drainasekeliling dan pagar pengaman (dapat berfungsi sebagai buffer zone).

- Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus disediakan meliputi lapisan dasarkedap air, jaringan pengumpul leachate, pengolahan leachate dan ventilasi gas/ flaring atau landfill gas extraction untuk mngurangi emisi gas.

- Fasilitas operasional yang harus disediakan berupa alat berat (buldozer,excavator, loader dan atau landfill compactor) dan stok tanah penutup.

- Penutupan tanah harus dilakukan secara harian atau minimal secara berkaladengan ketebalan 20 - 30 cm.

- Penyemprotan insektisida harus dilakukan apabila penutupan sampah tidakdapat dilakukan secara harian.

Page 29: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

29

- Penutupan tanah akhir harus dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan bekasTPA.

- Kegiatan pemantauan lingkungan harus tetap dilakukan meskipun TPA telahditutup terutama untuk gas dan efluen leachate, karena proses dekomposisisampah menjadi gas dan leahate masih terus terjadi sampai 25 tahun setelahpenutupan TPA.

- Manajemen pengelolaan TPA perlu dikendalikan secara cermat danmembutuhkan tenaga terdidik yang memadai.

- Lahan bekas TPA direkomendasikan untuk digunakan sebagai lahan untukberbagai keperluan seperti taman, lapangan olahraga, dan lain-lain.

3.2.2. Aspek Kelembagaan

Beberapa kondisi yang ada yang berkaitan dengan aspek kelembagan/institusi adalah :- Sebagian besar institusi pengelola adalah berbentuk Dinas, Suku Dinas, Seksi, Sub

Seksi dimana belum ada pemisahan antara operator dan regulator;- Struktur organisasi yang ada belum ditunjang dengan kapasitas (jumlah dan

kualitas SDM) yang memadai sesuai dengan kewenangannya;- Tata laksana kerja belum jelas antara bagian administrasi dan pelaksana teknis

lapangan, termasuk kewenangan penarikan retribusi serta pengalokasian anggaranuntuk pendanaan investasi;

- Kurangnya koordinasi dan kerjasama antara instansi terkait yang ada di lapangan.

Kelembagaan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah kelembagaan yangsesuai dengan amanat PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antaraPemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, PP41/2007 tentang Pemerintahan Daerah, PP 23/2004 tentang Pengelolaan KeuanganBadan Layanan Umum, serta Permendagri 61/2009 tentang Pola PengelolaanKeuangan Badan Layanan Umum Daerah. Perangkat peraturan tersebut di atasdigunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kelembagaan pengelolaan sampah,antara lain :- Memisahkan regulator dan operator pengelola sampah, misalnya membentuk UPTD

atau kerjasama dengan swasta sebagai operator;- Peningkatan kualitas SDM melalui training dan rekruitmen SDM untuk jangka

panjang sesuai dengan kualifikasi bidang keahlian persampahan/manajemenkarena struktur organisasi mencerminkan tugas dan tanggung jawab yang jelasdalam kegiatan-kegiatan penanganan sampah yang harus senantiasa ditunjangdengan kapasitas serta kualitas SDM yang memadai;

Page 30: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

30

- Untuk pengelolaan sampah lintas kabupaten/kota, dapat dibentuk lembagapengelola di tingkat provinsi, sedangkan untuk pengelolaan sampah lintas provinsi,dapat dibentuk lembaga pengelola di tingkat nasional.

3.2.3. Aspek Pembiayaan

Beberapa kondisi yang ada yang berkaitan dengan aspek pembiayaan adalah :- Keterbatasan biaya, termasuk sumber pendanaan, untuk investasi dan

operasi/pemeliharaan mengakibatkan pelayanan pengelolaan sampah yang tidakoptimal;

- Belum terciptanya iklim yang kondusif untuk kerjasama dengan swasta(Berdasarkan Perpres No. 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama antara Pemerintahdan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur);

- Tarif/retribusi sampah belum didasarkan pada perhitungan dan pendataan(klasifikasi wajib retribusi) yang memadai dan realisasi penarikan retribusi masihrendah (rata-rata nasional : 20%).

Pembiayaan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah :- Investasi yang lebih memadai yang didasarkan pada kebutuhan dan peningkatan

sarana prasarana, kapasitas SDM, serta kampanye dan edukasi bidangpersampahan;

- Biaya operasi dan pemeliharaan yang mencukupi untuk kebutuhan pengoperasiansarana prasarana persampahan yang perhitungannya didasarkan pada kebutuhanalternatif pengoperasian seluruh kegiatan penanganan sampah dari sumber sampaiTPA (Tempat Pemrosesan Akhir) sampah untuk jangka panjang;

- Tarif atau retribusi yang disusun berdasarkan struktur/klasifikasi wajib retribusi(cross subsidi), kemampuan daerah, kemampuan masyarakat yang dapatmencukupi kebutuhan operasional pengelolaan sampah (mengarah pada pola costrecovery);

- Penerapan pola insentif dan disinsentif bagi para pelaku yang terlibat dalampengelolaan persampahan;

- Pendapatan dari penarikan tarif atau retribusi harus terkoordinasi dan tercatatsecara baik dan transparan serta diinvestasikan kembali untuk kepentinganpengelolaan sampah.

Page 31: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

31

3.2.4. Aspek Peraturan

Berbagai Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah sampai denganStandar Nasional Indonesia sudah dikeluarkan termasuk Undang-Undang No. 18 Tahun2008 Tentang Pengelolaan Sampah, dengan demikian diharapkan pengelolaan sampahdapat dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikanmanfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, sertadapat mengubah perilaku masyarakat; secara efektif dan efisien.Beberapa kondisi yang ada yang berkaitan dengan aspek hukum dan peraturanadalah:- Beberapa daerah belum memiliki Perda terkait Institusi, Retribusi dan Ketentuan

Penanganan Persampahan;- Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan mengenai Perda bidang persampahan;- Belum adanya penerapan sanksi atas pelanggaran dalam bidang persampahan.

Hukum dan peraturan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah :- Pemerintah daerah memiliki Perda yang terdiri dari Perda Pembentukan Institusi,

Perda Ketentuan Penanganan Persampahan dan Perda Retribusi, dimana substansimateri Perda harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat diimplementasikan untukjangka panjang (20 tahun);

- Penerapan Perda tersebut perlu didahului dengan sosialisasi, uji coba dikawasantertentu dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga diperlukan kesiapanaparat dari mulai kepolisian, kejaksaan dan kehakiman untuk penerapan sanksiatas pelanggaran yang terjadi;

- Evaluasi Perda perlu dilakukan setiap 5 tahun untuk menguji tingkat kelayakannya.

3.2.5. Aspek Peran Serta Masyarakat

Beberapa kondisi yang ada yang berkaitan dengan aspek peran serta masyarakatadalah :- Kesadaran masyarakat terhadap penanganan sampah masih rendah;- Masyarakat belum terinformasikan tentang berbagai peraturan, pedoman, SOP

yang ada dalam pengelolaan sampah;- Kurang mengikutsertakan masyarakat dalam proses pengelolaan sampah.

Komunikasi yang perlu dibangun secara terus menerus antara pemerintah daerahdengan masyarakat dan diantara masyarakat itu sendiri yang menyangkut baikmasalah kebijakan maupun masalah bimbingan teknis.

Page 32: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

32

Peran serta masyarakat yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah :- Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah melalui antara

lain kampanye, sosialisasi dan edukasi bidang persampahan;- Mensosialisasikan dan menyebarluaskan NSPK (Norma, Standar, Prosedur, Kriteria)

persampahan yang ada;- Perlu dibentuk forum komunikasi sebagai media antara masyarakat dan pemerintah

daerah.

3.3. Dampak Pencemaran Akibat Sampah

3.3.1. Potensi DampakDalam kenyataannya banyak pengelola kebersihan menghadapi berbagai masalahantara lain tidak tersediaanya prasarana dan sarana, SDM, peraturan, dan danayang memadai, sehingga tidak dapat menyediakan pelayanan yang baik sesuaidengan ketentuan teknis dan harapan masyarakat, akibatnya sering terjadipencemaran lingkungan seperti pencemaran udara (bau), pencemaran air, danpencemaran tanah.

Berbagai potensi yang menimbulkan berbagai dampak dapat meliputi :a. Perkembangan Vektor PenyakitWadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektorpenyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampahterdapat sisa makanan.Tempat Penampungan Sementara/Container juga merupakan tempatberkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah barang tentuakan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya. Vektor penyakitterutama lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini terutamadisebabkan oleh frekwensi penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuaiketentuan sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah berlangsungsebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemuisampai radius 1-2 km dari lokasi TPA.

b. Pencemaran UdaraSampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidaksedap yang memberikan efek buruk bagi kawasan disekitarnya terutamapermukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain. Pembakaran sampah seringkaliterjadi sehingga menyebabkan gangguan bagi lingkungan sekitarnya.Sarana pengangkutan yang tidak tertutup berpotensi menimbulkan masalah bau disepanjang jalur yang dilalui, terutama akibat bercecerannya air leachate dari bakkendaraan.

Page 33: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

33

Pada TPA terjadi pelepasan zat (partikel dan gas) ke udara dari hasil pengolahanatau pemrosesan sampah yang tidak sempurna, diantaranya berupa : partikulat,SOx, NOx, hidrokarbon, HCI, dioksin, dan lain-lain. Proses dekomposisi sampah diTPA secara kontinu akan berlangsung dan dalam hal ini akan dihasilkan berbagaigas seperti CO, C02, CH4, H2S, dan lain-lain yang secara langsung akanmencemari udara serta mendorong terjadinya emisi gas rumah kaca (Green HouseGases) yang mengakibatkan pemanasan global (global warming), disamping efekyang merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitarnya seperti ISPA (InfeksiSaluran Pernapasan Akut).Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahanberpotensi menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadipencemaran berupa asap bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhisyarat teknis.Seperti halnya perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbulakibat penutupan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik.Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan sampah baiksecara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalamtumpukan sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yangdihasilkan akan sangat mengganggu daerah sekitarnya.

c. Pencemaran AirPrasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkanleachate terutama pada saat turun hujan. Aliran leachate ke saluran atau tanahsekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran.Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yangcukup besar pula sehingga potensi leachate yang dihasilkan di instalasi juga cukuppotensial untuk menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya. Leachateyang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik beruparembesan dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yangterletak di kemiringan, kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehinggadimungkinkan terjadi cemaran terhadap sumur penduduk yang trerletak padaelevasi yang lebih rendah.Pencemaran leachate juga dapat terjadi akibat efluen pengolahan yang belummemenuhi syarat untuk dibuang ke badan air penerima. Karakteristik pencemarleachate yang sangat besar akan sangat mempengaruhi kondisi badan air penerimaterutama air permukaan yang dengan mudah mengalami kekurangan oksigenterlarut sehingga mematikan biota yang ada.

d. Pencemaran TanahPembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosongatau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahansetempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan

Page 34: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

34

mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadimaka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi ataularut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensimenimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.

e. Gangguan EstetikaLahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandanganyang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal inidapat terjadi baik di lingkungan permukiman atau juga lahan pembuangan sampahlainnya.Proses pembongkaran dan pemuatan sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangatmungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila tidak segera diatasi akanmenyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran sampah darikendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi denganpenutup yang memadai.Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiupangin atau ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalamarea pengolahan maupun ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangiestetika lingkungan sekitarnya.Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang tidak terawat dengan baikmerupakan sumber pandangan yang tidak baik bagi daerah yang dilalui. Lokasi TPAumumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurangbaik, aktivitas pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedangdioperasikan. Hal ini menimbulkan pandangan yang tidak menyenangkan bagimasyarakat yang melintasi/tinggal berdekatan dengan lokasi tersebut.

f. Kemacetan Lalu lintasLokasi penempatan sarana prasarana pengumpulan sampah yang biasanyaberdekatan dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain sertakegiatan bongkar muat sampah berpotensi menimbulkan gangguan terhadap aruslalu lintas.Arus lalu lintas angkutan sampah terutama pada lokasi tertentu seperti transferstation atau TPA berpotensi menjadi gerakan kendaraan berat yang dapatmengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan upaya-upaya khususuntuk mengantisipasinya.Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari lokasi pengolahan akanberpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya terutamaberupa kemacetan pada jam-jam kedatangan.Pada TPA besar dengan frekuensi kedatangan truck yang tinggi seringmenimbulkan kemacetan pada jam puncak terutama bila TPA terletak berdekatandengan jalan umum.

Page 35: Dasar-dasar sistem pengelolaan sampah

35

g. Gangguan KebisinganKebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat/truck timbul dari mesin-mesin, bunyirem, gerakan bongkar muat hidrolik, dan lain-lain yang dapat mengganggu daerah-daerah sensitif di sekitarnya. Di instalasi pengolahan kebisingan timbul akibat lalulintas kendaraan truk sampah disamping akibat bunyi mesin pengolahan (tertutamabila digunakan mesin pencacah sampah atau shredder).Kebisingan di sekitar lokasi TPA timbul akibat lalu lintas kendaraan pengangkutsampah menuju dan meninggalkan TPA; disamping operasi alat berat yang ada.

h. Dampak SosialHampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunantempat pembuangan sampah di dekat permukimannya, karenanya tidak jarangmenimbulkan sikap menentang/oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan.Sikap oposisi ini secara rasional akan terus meningkat seiring dengan peningkatanpendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga sangat penting untukmempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif untukmenghindarinya.

3.3.2. Resiko LingkunganKomponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak akibat adanyakegiatan pembangunan sistem penyediaan air bersih akan mencakup :a. Geo-Fisik-Kimia yang meliputi : kuantitas dan kualitas air tanah/permukaan,

kualitas udara, kondisi tanah, dan kebisingan;b. Biologis : baik keanekaragaman maupun kondisi flora/fauna;c. Sosio ekonomi budaya : meliputi kependudukan, kesehatan masyarakat, pola

kehidupan masyarakat, mata pencaharian, estetika, kecemburuan masyarakat,persepsi masyarakat terhadap proyek, nilai jual tanah, situs sejarah, adat, danlain-lain;

d. Prasarana umum : jalan, saluran drainase, jaringan PLN/Telkom, perpipaan airbersih/air limbah, dll.