Upload
bayu-ardiansyah
View
952
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
Penurunan Biaya Logistik dan Implementasi Sistem ICT -- SISLOGNAS yang Terintegrasi Secara Nasional dan Terhubung Secara Gobal untuk Daya Saing Nasional dan Kesejahteraan Rakyat
Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya, 19 Desember 2012
I. Cetak Biru, Kedudukan dan Peran Tim Kerja Pengembangan Sislognas
A. Latar Belakang dan hubungan SISLOGNAS dengan MP3EIB. Tim Kerja, Sekretariat dan 6 Sub Tim Kerja Pengembangan SISLOGNAS
II. Pelaksanaan Cetak Biru Sislognas dan Tindak Lanjut
A. Perpres No.26/2012 – Pasal-Pasal UtamaB. Pendekatan UtamaC. Kondisi yang DiharapkanD. Esensi Program AksiE. Rencana Aksi/Big Win
III. Stocktake Implementasi SISLOGNAS sampai Desember 2012A. Fokus Program Tahun 2012B. Penurunan Biaya Logistik di PelabuhanC. Pembangunan E-LOGISTIK (INALOG)
IV. Rekomendasi
I. CETAK BIRU, KEDUDUKAN DAN PERAN TIM
KERJA PENGEMBANGAN SISLOGNAS
Kebijakan SISLOGNAS (Cetak Biru, Tim SISLOGNAS, dan Perbaikan Peraturan) merupakanamanat dari Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2008 dan bagian dari RPJMN 2010-2014,khususnya Prioritas Nasional No. 7 (Iklim Investasi dan Iklim Usaha) pada Substansi Inti No.3 (Logistik Nasional).
Cetak Biru Pengembangan SISLOGNAS telah ditetapkan melalui Perpres No.26/2012,tanggal 5 Maret 2012, yang mensyaratkan agar pengembangannya dijabarkan dalamRencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L), Rencana Kerja Pemerintah (RKP)dan Rencana Kerja K/L, serta Pemerintah Daerah terkait pada periode 2010-2015, danperiode selanjutnya 2016-2020, dan 2021-2025.
SISLOGNAS adalah Bagian dari PILAR II MP3EI (Konektivitas Nasional), karena itu:
– Pelaksanaan Cetak Biru Pengembangan SISLOGNAS menjadi bagian dari tugas dantanggung jawab Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia(KP3EI) 2011-2025 karena merupakan sub sistem dari kebijakan peningkatan konektifitasnasional.
– Tim Kerja Pengembangan SISLOGNAS yang susunan keanggotan dan tugasnya ditetapkanoleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Harian KP3EI merupakanbagian dari Pokja Konektifitas.
• Cetak Biru merupakan arah dan pola pengembangan Sislognas pada tingkat kebijakan makro yg
dijabarkan lebih lanjut dalam RKP dan RK-Kementerian/Lembaga setiap tahunnya
• Cetak Biru berperan dalam mencapai sasaran RPJMN, menunjang Implementasi MP3EI, dan mewujudkan
visi ekonomi Indonesia Tahun 2025
MP3EI
KonektivitasKoridor Ekonomi
Sistem Logistik Nasional
Misi Ekonomi Indonesia 2025“Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,
dan makmur”
IPTEKSIPTEK / INOVASI
1 2
3
Meningkatkan
Daya SaingMeningkatkan
Kesejahteraan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Harian KP3EI melalui SuratKeputusan Nomor. KEP-49/M.EKON/05/2012, tanggal 10 Mei 2012, telah menetapkanTim Kerja Pengembangan Sislognas.
Berdasarkan mandat dari SK Menko Perekonomian tersebut, Deputi BidangKoordinasi Industri dan Perdagangan Selaku Ketua Tim Kerja PengembanganSislognas, melalui Surat Keputusan No.KEP-27/D.IV.M.EKON/ 07/2012, tanggal 24 Juli2012, menetapkan susunan keanggotaan dan tugas Sekretariat dan 6 Sub Tim Kerja(STK), sesuai dengan 6 Key Drivers:
Sumber Daya Manusia (SDM) Logistik
Infrastruktur Logistik
Pelaku dan Penyedia Jasa
Komoditas Utama (Key Commodity)
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Harmonisasi Regulasi
Daya saing
Nasional
Kesejahteran
Masyarakat
ENAM PENGGERAK UTAMA SISLOGNAS
SISLOGNAS
Tugas Tim Kerja Pengembangan SISLOGAS
• Mengkoordinasikan dan memfasilitasi implementasi pelaksanaan CetakBiru Pengembangan SISLOGNAS
• Mengidentifikasi permasalahan dan hambatan implememntasipelaksanaan Cetak Biru Pengembangan SISLOGNAS
• Melakukan pemantauan dan evaluasi implementasi pelaksanaan CetakBiru Pengembangan SISLOGNAS
• Menyiapkan rekomendasi kebijakan dan langkah-langkah stategis yangdiperlukan dalam implementasi pelaksanaan Cetak Biru PengembanganSISLOGNAS
• Melaksanakan tugas terkait lainnya berdasarkan arahan ketua harianKP3EI 2011-2025
II. PELAKSANAAN CETAK BIRU SISLOGNAS
DAN TINDAK LANJUT
Pasal 1
(1) Menetapkan Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional.
(2) Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional merupakan panduan
dalam pengembangan logistik bagi para pemangku kepentingan terkait serta
koordinasi kebijakan dan pengembangan Sistem Logistik Nasional.
(3) Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional terdiri dari 6 (enam)
bagian, meliputi:
• Bab1 : Pendahuluan;
• Bab 2: Perkembangan dan Permasalahan Logistik Nasional;
• Bab 3: Kondisi Yang Diharapkan dan Tantangannya;
• Bab 4: Strategi dan Program;
• Bab 5 :Peta Panduan (Road Map) dan Rencana Aksi; dan
• Bab 6: Penutup dan Tindak Lanjut.
(4) Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Presiden ini.
Pasal 2
Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional berfungsi sebagai acuan bagi menteri,pimpinan lembaga non kementerian, gubernur, dan bupati/walikota dalam rangka penyusunankebijakan dan rencana kerja yang terkait pengembangan Sistem Logistik Nasional di bidangtugas masing-masing, yang dituangkan dalam dokumen rencana strategis masing-masingkementerian/lembaga pemerintah non kementerian dan pemerintah daerah sebagai bagian daridokumen perencanaan pembangunan.
Pasal 3
(1) Pelaksanaan Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional, dikoordinasikan olehKomite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (KP3EI) yangdibentuk dengan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatandan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
(2) Untuk membantu pelaksanaan tugas KP3EI, dapat dibentuk Tim Kerja yang susunankeanggotaan dan tugasnya ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomianselaku Ketua Harian KP3EI.
Pasal 4:
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan [5 Maret 2012].
PENDEKATAN
UTAMA
• Berbasis Manajemen
Rantai Pasok (Supply
Chain Management)
• Paradigma : ship follows
the trade & ship promotes
the trade
• Menggunakan pendekatan
6 kunci penggerak utama
logistik (six key drivers)
CETAK BIRU Sistem Logistik Nasional….
Sumber Daya Manusia (SDM) Logistik
Infrastruktur Logistik
Pelaku dan Penyedia Jasa
Komoditas Utama (Key Commodity)
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Harmonisasi Regulasi
Daya saing
Nasional
Kesejahteran
Masyarakat
ENAM PENGGERAK UTAMA SISLOGNAS
Misi
1. Memperlancar arus barang secara efektif dan efisien untuk menjamin pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat dan peningkatan daya saing produk nasional di pasar
domestik, regional, dan global.
2. Membangun simpul simpul logistik nasional dan konektivitasnya mulai dari pedesaan,
perkotaan, antar wilayah dan antar pulau sampai dengan Pelabuhan Hub Internasional
melalui kolaborasi antar pemangku kepentingan.
Tujuan
Memperlancar arus barang secara efektif dan efisien
1. Menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan meningkatkan pelayanan logistik
sehingga meningkatkan daya saing produk nasional di pasar global dan pasar domestik.
2. Menjamin ketersediaan komoditas pokok dan strategis di seluruh wilayah Indonesia dengan harga
yang terjangkau sehingga mendorong pencapaian masyarakat adil dan makmur, dan memperkokoh
kedaulatan dan keutuhan NKRI;
3. Mempersiapkan diri untuk mencapai target integrasi logistik ASEAN pada tahun 2013, integrasi
pasar ASEAN pada tahun 2015, dan integrasi pasar global pada tahun 2020
Visi 2025
Locally Integrated, Globally Connected for National Competitiveness and Social Welfare
Desa
Desa
Desa
Integrasi Jaringan Lokal dan Nasional Koneksi Jaringan Global
Pelabuhan Hub
Internasional
EROPA
Antar Pulau
Kota/Kab
Pelabuhan Hub
Internasional
ASIA
Pelabuhan Hub
Internasional
AMERIKA
Pelabuhan Hub
Internasional
Indonesia
Antar Pulau
Antar Pulau
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
Kota/Kab
Kota/Kab
Pelabuhan Hub
Internasional
AFRIKA
Pelabuhan Hub
Internasional
AUSTRALIA
Desa
Cetak Biru Sistem
Logistik Nasional
Membangun Kerangka
Kelembagaan
2011 2012 2014 2015 2020 2025
Roadmap Sistem
Perdagangan Nasional
Roadmap Sistem
Transportasi Nasional
Roadmap Sistem Informasi
Nasional
Roadmap Sistem Pengadaan
Nasional
Menyatukan Logistik dan Rantai Pasok Nasional,
Penguatan Kapasitas Penyedia Jasa Logistik dan Pelaku
Logistik Nasional
Integrasi Jaringan
Logistik ASEAN
Integrasi Jaringan
Logistik Global
Tahap I(2011-2015)
Tahap II(2016-2020)
Tahap III(2021-2025)
Terwujudnya Pusat Distribusi Regional Komoditas pokok dan Strategis pada setiap Koridor Ekonomi
Revitalisasi dan pengembangan jejaring rantai pasok komoditas ekspor
Meningkatnya efektivitas pengoperasian dry port
Terwujudnya Pusat Distribusi Propinsi Komoditas pokok dan strategis di Propinsi Konsumen
Terbangunnya jejaring rantaipasok dengan mitra dagangIndonesia
Terwujudnya Inland FTA
Beroperasinya secara efektif jaringan Logistik Penyangga Komoditas pokok dan Strategis pada setiap koridor ekonomi
Efektif dan efisiennya jaringan rantai pasok global komoditas ekspor
Dominasi term of trade FOB untuk impor dan CIF untuk ekspor
1. Kinerja Komoditas Penggerak Utama
Tahap I
(2011-2015)
Tahap II
(2016-2020)
Tahap III
(2021-2025)• Disetiap Koridor Ekonomi terdapat
PL dan PJL yang menjadi pemain lokal dan nasional yang handal dan berdaya saing
• Disetiap koridor ekonomi terdapat UKM dan koperasi penyedia jasa logistik sebagai pemain lokal dan nasional yang handal dan berdaya saing
• Disetiap Koridor Ekonomi terdapat PL dan PJL yang menjadi pemain handal regional
• Disetiap Propinsi terdapat UKM dan koperasi penyedia jasa logistik sebagai pemain lokal dan nasional yang handal dan berdaya saing
Terwujudnya PL dan PJL Nasional klas dunia (world class player)
2. Kinerja Pelaku Logbistik (PL) dan Penyedia Jasa Logistik (PJL)
Tahap I(2011-2015)
Tahap II(2016-2020)
Tahap III(2021-2025)
• Meningkatnya peran BUMN PJL (Pos, BGR, Bulog, dll) dalam Logistik pedesaan dan nasional
• Revitalisasi BUMN Niaga sebagai trading housekomoditas pokok dan strategis serta komoditas ekspor
• Terwjudnya BUMN PJL sebagai pemain andalan dalam logistik pedesaan dan nasional
• Terwujudnya BUMN Niaga sebagai trading house klas dunia (world class player)
Terwujudnya PL dan PJL Nasional klas dunia (world class player)
2. Kinerja Pelaku Logbistik (PL) dan Penyedia Jasa Logistik (PJL)
Tahap I(2011-2015)
Tahap II(2016-2020)
Tahap III(2021-2025)
• Ditetapkan dan selesainya rancangan rinci pelabuhan hub laut internasional untuk Kawasan Timur Indonesia di Bitung dan untuk Kawasan Barat Indonesia di Kuala Tanjung
• Ditetapkannya pelabuhan hub udara international di Jakarta, Kuala Namu, dan Makasar.
• Beroperasinya model sistem pelayanan 24/7 kargo udara di Bandara Soekarno Hatta
• Terwujud dan beroperasi secara terjadwal jalur pelayaran short sea shipping (SSS) di jalur Pantura dan Lalintim Sumatera untuk menggalakkan transportasi laut sebagai backbone transportasi nasional
• Meningkatnya peran KA untuk menangani angkutan barang jarak jauh di Jawa dan Sumatera
Dibangunnya pelabuhan hub laut internasional untuk Kawasan Timur Indonesia di Bitung, dan untuk Kawasan Barat Indonesia di Kuala Tanjung
Pengembangan pelabuhan kargo udara di Manado, Bali, Balikpapan, Morotai, Biak, dsb
Beroperasinya model sistem pelayanan 24/7 kargo udara di bandara utama
Terbangun dan beroperasi secara efektif dan efisien jaringan transportasi laut antar pulau dalam rangka mewujudkan transportasi laut sebagai backbone transportasi nasional
Terbangunnya Trans Java dan Trans Sumatera, serta Jalur KA yang menghubungkan antara pusat produksi dan simpul transportasi
Terintegrasinya pelabuhan hub laut internasional dengan pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul dan pelabuhan pengumpan serta pusat pertumbuhan ekonomi, dan beroperasi secara efektif dan efisien.
Beroperasinya secara efektif dan efisien pelabuhan kargo udara internasional
Transportasi laut beroperasi secara efektif dan telah berfungsi sebagai backbone transportasi nasional
Beroperasinya secara efektif KA sebagai pilihan utama transportasi barang di Indonesia
3. Kinerja Infratruktur Transoprtasi
Tahap I(2011-2015)
Tahap II(2016-2020)
Tahap III(2021-2025)
• Meningkatnya sinergi dan efektivitas angkutan truk, angkutan sungai, danau dan penyeberangan dalam mewujudkan sistem angkutan multi moda
• Terbangunnya terminal multimoda dan pusat-pusat logistik (logistics centers) di bandar udara utama dan pelabuhan laut utama di setiap koridor ekonomi
Meningkatnya peran angkutan truk angkutan sungai, danau dan penyeberangan sebagai bagian dari angkutan multi moda disetiap koridor ekonomi
Terbangun dan terkoneksinya jaringan transportasi multi moda antar pelabuhan hub internasional, pelabuhan laut utama, bandar udara utama, pusat-pusat pertumbuhan dan dry port
Angkutan truk, angkutan sungai, danau dan penyeberangan berperan sebagai bagian integral dari sistem angkutan multi moda dalam rangka mewujudkan konektivitas lokal dan nasional
Terwujudnya jaringan transportasi multi moda yang menghubungkan simpul simpul logistik
3. Kinerja Infratruktur Transoprtasi
Tahap I(2011-2015)
Tahap II(2016-2020)
Tahap III(2021-2025)
Sinkronisasi regulasi dan kebijakan logistik nasional untuk mendorong efisiensi kegiatan ekspor impor
Penguatan pelaksanaan regulasi dan kebijakan
Sinkronnya regulasi dan kebijakan antar sektor dan antar wilayah (pusat, daerah, dan antar daerah)
Penegakan regulasi dan kebijakan
Terwujudnya peraturan perundangan yang terunifikasi (UU Logistik Nasional) yang menjamin kelancaran arus barang secara efisien baik domestik maupun internasional
Regulasi dan kebijakan logistik nasional terselenggara secara efektif
4. Kinerja Regulasi dan Kebijakan
5. Kinerja Kelembagaan
Tahap I(2011-2015)
Tahap II(2016-2020)
Tahap III(2021-2025)
Terbentuknya Tim Kerja Logistik Nasional sebagai pengawas pelaksanaan Cetak Biru Sislognas dan Damage Control Unit
Meningkatnya peran, koordinasi dan sinergi inter dan antara asosiasi dan stakeholder logistik ditingkat lokal dan nasional
Meningkatnya peran Institusi/Kelembagaan Logistik pada level Nasional dan Asean
Meningkatnya peran, koordinasi dan sinergi inter dan antar asosiasi dan stakeholder logistik di tingkat ASEAN
Terbentuknya institusi Permanen yang menangani dan mengkoordinasikan Sistem Logistik nasional
Meningkatnya peran, koordinasi dan sinergi inter dan antar asosiasi dan stakeholder logistik ditingkat regional dan global
Tahap I(2011-2015)
Tahap II(2016-2020)
Tahap III(2021-2025)
1. Penetapan dan pengembangan Pelabuhan Hub Laut Internasional di Kuala Tanjung dan Bitung (termasuk rencana rincinya), dan Pelabuhan Hub Udara Internasional di Jakarta, Kuala Namu, dan Makasar.
2. Terbangunnya Pelabuhan Kalibaru sebagai Perluasan Pelabuhan Tanjung Priok
3. Beroperasinya Short Sea Shipping di jalur perairan Pantura dan Jalintim Sumatera
4. Peningkatan peran kargo kereta api di Jawa dan Sumatera.
5. Pembangunan sistem otomasi dan informasi logistik nasional yang terintegrasi secara elektronik (INALOG)
1. Terbangunnya International Pelabuhan Hub Laut Internasional di Kuala Tanjung dan Bitung, dan pengembangan kargo udara di Manado, Bali, Balikpapan, Morotai dan Biak.
2. Terbangun dan terkoneksinya jaringan transportasi multi moda antar pelabuhan hub internasional, pelabuhan laut utama, bandar udara utama, pusat-pusat pertumbuhan dan dry port.
3. Terbangunnya Trans Java dan Trans Sumatera rail way
4. Pengoperasian e-Logistik yang terintegrasi dan terkoneksi dengan jaringan ASEAN
1. Beroperasinya secara penuh Pelabuhan Hub Laut Internasional di Kuala Tanjung dan Bitung, dan pelabuhan hub kargo udara internasional
2. Efektifnya pengoperasian jaringan transportasi multi moda yang menghubungkan simpul simpul logistik
3. Beroperasinya secara efektif angkutan K
4. kereta api barang Trans Java dan Trans Sumatera rail way sebagai angkutan darat jarak jauh
Tahap I(2011-2015)
Tahap II(2016-2020)
Tahap III(2021-2025)
6. Peningkatan kapasitas angkut armada kapal perintis dan nasional untuk transportasi penumpang dan kargo di kawasan Timur Indonesia
7. Peningkatan ketersediaan, kualitas dan kapasitas angkutan laut antar pulau melalui pemberdayaan pelayaran nasional dan pelayaran rakyat.
8. Terbangunnya logistics center untuk melayani consolidated container bagi LCL cargo eksportir UKM
9. Beroperasinya model sistem pelayanan 24/7 kargo udara di Bandara Soekarno Hatta
5. Beroperasinya model sistem pelayanan 24/7 kargo udara di Bandara Utama
6. Peningkatan pangsa pasar Penyedia Jasa Logistik Nasional sebagai pemain logistik klas dunia
7. Terwujudnya Pusat Distribusi Propinsi Komoditas pokok dan Strategis di Propinsi Konsumen
8. Peningkatan kemampuan PL dan PJL dalam membangun jaringan rantai pasok komoditas ekspor di pasar global.
5. Beroperasinya jaringan transportasi antar pulau secara efektif sehingga transportasi laut sebagai backbone transportasi nasional
6. Efektifnya pengoperasian jaringan transportasi multi moda yang menghubungkan simpul simpul logistik
7. Pelaku Logistik dan Penyedia Jasa Logistik Nasional menjadi pemain logistik kelas dunia yang handal
8. Tekoneksinya e-Logistik Nasional kedalam Jaringan Logistik Global
Tahap I(2011-2015)
Tahap II(2016-2020)
Tahap III(2021-2025)
10. Revitalisasi BUMN Niaga sebagai Trading HouseKomoditas Pokok dan Strategis serta Komoditas unggulan ekspor
11. Meningkatnya Peran BUMN (Pos, BGR dan Bulog) dalam Logistik Pedesaan
12. Terselenggaranya sistempendidikan dan pelatihanprofesi logistik nasional yang berstandar internasional
13. Terwujudnya Pusat Distribusi Regional Komoditas pokok dan Strategis pada setiap koridor ekonomi
9. Terwujudnya Inland FTA
10. Pekerja logistik di Indonesia bersertifikasi logistik nasional yang berstandarinternasional
9. Terwujudnya peraturan perundangan yang terunifikasi (UU Logistik Nasional) yang menjamin kelancaran arus barang secara efisien baik domestik maupun internasional
Tahap I(2011-2015)
Tahap II(2016-2020)
Tahap III(2021-2025)
14. Sinkronnya regulasi dan kebijakan yang mendorong efisiensi kegiatan ekspor impor
15. Terbentuknya Tim Logistik Nasional sebagai Pengawas Pelaksanaan Cetak Biru Sislognas dan sebagai Damage Control Unit
16. Penetapan tarif pelayanan jasa logistik dengan denominasi Rupiah.
17. Efektifnya pengoperasian Dry Port
7. Sinkronnya regulasi dan kebijakan antar sektor dan antar wilayah ( pusat, daerah, dan antar daerah)
III. STOCKTAKE IMPLEMENTASI SISLOGNAS, DESEMBER 2012:
Penurunan Biaya Pelayanan Logistik di Pelabuhan dan
Penerapan ICT System (INALOG)
1. Key Driver Komoditi Utama: Pembangunan Pusat Distribusi Regional (Bigwin 8);
2. Key Driver Infrastruktur Transportasi: Penurunan biaya logistik di Pelabuhan (Bigwin 15); Optimalisasi Dry Port Cikarang dan Pembangunan Dry Port Entikong (Bigwin 17); Penetapan Pelabuhan Hub Laut Internasional di Kuala Tanjung dan Bitung (Bigwin 1)
3. Key Driver Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik: Revitalisasi BUMN Niaga dan Peningkatan Peran BUMN (Bigwin 11 dan 12); Pengembangan Short Sea Shipping (Bigwin 3); Revitalisasi Transportasi Angkutan Barang dan Pangan
4. Key Driver Sumber Daya Manusia (SDM) Logistik: Keilmuan dan Program Studi Logistik di Perguruan Tinggi Standar Kompetensi Profesi Logistik dan Lembaga Sertifikasi Profesi (Bigwin 13);
5. Key Driver ICT: Konsep Sistem e-Logistik Nasional - INALOG (Bigwin 5);
6. Key Driver Regulasi dan Kelembagaan: Kebijakan Optimalisasi Peran Dryport.
A. Kebijakan Umum Penurunan Biaya Logistik:
Penurunan biaya logistik menjadi landasan kebijakan ekonomi secara umum.
Tahun 2010, Anggota APEC agreed to adopt 10 percent as the overarching targetfor improving supply-chain performance in terms of time, cost and uncertaintyby 2015
Cetak Biru Pengembangan Sislognas menetapkan bahwa pada periode 2011-2015 (Tahap I), penurunan biaya logistik nasional terhadap PDB sebesar 3%pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2011.
Target utama adalah menurunkan biaya logistik di pelabuhan, karena biaya-biaya jasa di pelabuhan memiliki konstribusi yang signifikan dari keseluruhanbiaya logistik.
B. Masalah Utama Tingginya Biaya Logistik di Pelabuhan:
1. Tidak adanya benchmarking yang jelas dalam penetapan Struktur Tarif JasaKepelabuhanan, dan indikasi/kecenderungan adanya praktek kartel.
Saat ini penentuan sistem pengenaan tarif batas atas ditetapkan berdasarkankesepakatan antara beberapa asosiasi penyedia jasa di pelabuhan dengan asosiasipengguna jasa, tanpa didasari benchmarking yang jelas. Hasil kesepakatan,selanjutnya ditetapkan dengan keputusan Dirjen Perhubungan Laut.
2. Kurang memadainya Infrastruktur Pelabuhan: menyebabkan rendahnya produktivitasyang berakibat lamanya dwelling time atau waktu kapal sandar di pelabuhan.
3. Kurangnya Persaingan Usaha Terminal Operator.
Sebagian besar Terminal Pelabuhan sampai operator gudang saat ini sebagianbesar dikelola oleh PT. Pelindo, yang menyebabkan tidak ada persaingan pelayananantara terminal operator.
4. Penerapan ICT yang terbatas:
Saat ini di Pelabuhan Tanjung Priok baru JICT dan PT. KOJA saja yang menyediakanpelayanan elektornik kepada pengguna jasa untuk melakukan container tracking.
C. Perkembangan:
Telah dilakukan beberapa kali pertemuan dengan kementerian/-lembaga danasosiasi terkait untuk membahas langkah dan upaya penurunan biaya logistik dipelabuhan.
Telah diluncurkan uji coba I-Care (Integrated Cargo Release System – Cargolink)di Koja tanggal 14 November 2012. I-Care adalah proses pelayanan good releasepasca proses custom clearance oleh INSW. Dalam implementasi Cargolink initerjadi pertukaran dokumen elektronis antara Shipping Line, Consignee(Importir/Eksportir/PPJK), TPS, Bank, dan Perusahaan Trucking, sehingga dapatdilakukan percepatan proses pengeluaran barang yang akhirnya mempersingkatdwelling time.
D. Tindak Lanjut Kebijakan yang diperlukan:
1. Penerapan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 dan PeraturanPemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Pelayaran secara penuh dalamoperasional pelabuhan.
Agar terbuka peluang bagi operator terminal lainnya yang berminatuntuk mengoperasikan pelabuhan di Indonesia.
2. Perlu adanya regulasi untuk mewajibkan penerapan ICT tools padaPenyedia Jasa di Pelabuhan untuk menyederhanakan prosedur dan prosesserta mengurangi waktu pelayanan; dan
3. Perlu adanya revisi atas Keputusan Menteri Perhubungan untuk meninjaukembali penetapan dan penerapan tentang komponen dan besaran tarifbatas atas pelayanan jasa barang agar para penyedia jasa di pelabuhanmenjamin kepastian penerapan harga dan kualitas jasa kepelabuhanan bagipengguna jasa.
4. Perlu dibentuk Tim Kerja Khusus untuk mengkaji mengenai komponen danbesaran tarif batas atas pelayanan jasa barang
1. Perkembangan:
Sistem INALOG adalah pengembangan lanjutan dari sistem Indonesia National SingleWindow yang mengintegrasikan sistem TIK pergerakan barang di wilayah dalam negeriIndonesia, sehingga melalui keduanya direalisasikan “domestically integrated, globallyconnected”.
Telah disampaikan surat Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangankepada Kementerian Negara BUMN No. S-220/D.IV.M.EKON/-10/2012 tanggal 1 Oktober2012, untuk menyiapkan program “Pengembangan, Pengelolaan, Pengoperasian sertaRevitalisasi Bisnis BUMN Sektor Maritim” dalam kerangka pembangunan TIK berskalanasional bagi BUMN-BUMN yang telah memiliki jaringan logistik.
2. Tindak lanjutan :
Pembuatan desain e-logistik (INALOG)
Perlu menjadi agenda rapat koordinasi setingkat Menteri untuk mendorong terjadinyasinergi antara Tim Kerja SISLOGNAS dengan Kementerian Negara BUMN dalammengimplementasikan Cetak Biru SISLOGNAS.
1. Perlu adanya regulasi yang menentukan standar pelayanan minimum(SPM) jasa kepelabuhanan baik terhadap keragaan jenis layananmaupun standar kualitas layanan;
2. Perlu adanya kebijakan dan sekaligus sinkronisasi regulasi dalamupaya perbaikan tata kelola jasa kepelabuhan yang mendorongtumbuh dan berkembangnya kompetisi yang sehat antar penyedia jasakepelabuhan;
3. Perlu adanya kebijakan yang dapat meniadakan pungutan biaya taklangsung dan adanya persaingan usaha dalam kegiatan jasa pelayanandi pelabuhanan;
4. Perlu segera dilakukan implementasi ICT system secara utuh dipelabuhan yang dapat menurunkan biaya, lead-time dan ketidak-pastian.
Adanya kejelasan standar penetapan biaya pelayanan di pelabuhan sangatdiperlukan untuk pembuatan feasibility study pengembanganinfrastruktur logistics yang menyangkut pelabuhan sebagai “nodes” darirangkaian sistem rantai-pasok nasional (projects list).
LAMPIRAN
GAMBARAN UMUM
BIAYA LOGISTIK DI PELABUHAN
DAN CONTOH KASUS[DISAMPAIKAN OLEH BAPAK TRI ACHMADI]