15
KEMAMPUAN PENALARAN SISWA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC OLEH LUSI KURNIA Nomor Induk Mahasiswa 06081181419023 Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2014

Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

KEMAMPUAN PENALARAN SISWA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL MELALUI

PENDEKATAN SCIENTIFIC

OLEH

LUSI KURNIA

Nomor Induk Mahasiswa 06081181419023

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2014

Page 2: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

DAFTAR ISI

Daftar isi.......................................................................................................... i

Abstrak ............................................................................................................ 1

Bab I Pendahuluan ....................................................................................... 3

Bab II Pembahasan ...................................................................................... 4-9

Bab III Lampiran Foto dan Tabel .............................................................. 10

Contoh Jadwal Kerja ...................................................................................... 11

Bab IV PENUTUP ....................................................................................... 12

Daftar Pustaka ................................................................................................ 13

i

Page 3: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

KEMAMPUAN PENALARAN SISWA POKOK BAHASAN ARITMATIKA

SOSIAL MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC

LUSI KURNIA

Pendidikan Matematika, Program S-1 Universitas Sriwijaya

¹[email protected]

Abstrak: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran

tentang kemampuan penalaran siswa pokok bahasan aritmatika sosial melalui pendekatan

scientific. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.6 yang berjumlah 29 orang.

Pengumpulan data kemampuan penalaran siswa dilakukan melalui tes. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran siswa pada aritmatika sosial

melalui pendekatan scientific dalam kategori baik, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 73,55.

Persentase siswa yang memiliki kemampuan penalaran sangat baik sebesar 37,93 %; 20,69 %

memiliki kemampuan penalaran baik; 34,14 % memiliki kemampuan penalaran cukup; 10,34 %

memiliki kemampuan penalaran kurang dan 6,89% memiliki kemampuan penalaran sangat

kurang. Satu indikator penalaran yaitu kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti,

memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi dikategorikan tidak tercapai.

Sedangkan enam indikator penalaran lainnya dikategorikan tercapai.

Kata Kunci: Kemampuan Penalaran, Pendekatan Scientific

1

Page 4: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Standar National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000) pembelajaran

menuntut para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun

pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Untuk mewujudkan tujuan

belajar matematika yang maksimal perlu didukung dengan kemampuan berpikir siswa secara

optimal. Menurut NCTM (2000) salah satu kemampuan berpikir yang harus dikuasai siswa adalah

kemampuan penalaran matematika. Penalaran matematika merupakan salah satu aktivitas berpikir

matematis di samping pemahaman, komunikasi, pemecahan masalah dan koneksi matematis.

Penalaran matematika dan materi matematika merupakan dua hal yang

tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran

dipahami dan dilatih melalui belajar materi matematika (Depdiknas dalam Shadiq, 2004).

Kemampuan penalaran matematika merupakan suatu aspek penting dan mendasar yang harus

dimiliki oleh siswa, karena merupakan langkah awal untuk mengembangkan segala macam

kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti kemampuan berfikir kreatif dan kritis. Selain itu, dapat

juga digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah lain, baik masalah matematika maupun

masalah kehidupan sehari-hari. Jika kemampuan penalaran seorang rendah, maka akan sulit baginya

untuk menyelesaikan berbagai macam bentuk masalah. Dibalik pentingnya kemampuan penalaran

matematika siswa, kemampuan penalaran matematika siswa di Indonesia secara umum masih

sangat memprihatinkan, berdasarkan hasil berstandar internasional (International standart test)

yaitu International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007, Literasi Matematika peserta

didik Indonesia, hanya mampu menempati peringkat 36 dari 49 negara. Sedangkan TIMSS 2011,

Indonesia menempati peringkat 38 dari 45 negara (Kemendikbud, 2011). Hal ini dapat pula dilihat

dalam laporan studi Programme for International Student Assessment (PISA). Untuk literasi Sains dan

Matematika, peserta didik usia 15 tahun pada tahun 2006 literasi matematika berada pada peringkat

ke 50 dari 57 negara, untuk hasil PISA 2009, rangking Indonesia cenderung menurun. Indonesia

berada pada peringkat ke 61 dari 65 negara. Untuk PISA 2012, Indonesia menduduki peringkat ke 64

dari 65 negara (OECD, 2013) Rendahnya prestasi ini, disebabkan oleh rendahnya kemampuan

penalaran dan pemecahan masalah siswa. Karena soal tes berstandar internasioal TIMSS dan PISA

tidak hanya soal yang mengukur kemampuan soal biasa tapi disini akan dilihat kemampuan siswa

dalam bernalar dan memecahkan masalah, mulai dari menganalisisnya, memformulasikannya dan

2

Page 5: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain. Selain itu, dimensi kognitif yang di uji terdiri dari

empat domain yakni : (a) pengetahuan fakta dan prosedur (b) menggunakan konsep (c)

memecahkan masalah rutin dan, (d) penalaran (OECD, 2013).

Secara garis besar matematika memiliki 4 cabang yaitu goemetri, analisis, aljabar, dan

aritmatika. Dalam hal ini aljabar memegang peranan yang sangat penting dalam matematika karena

semua yang berhubungan dengan aljabar sangatlah dekat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu

materi pada aljabar adalah Aritmatika Sosial. Dengan mempelajari materi ini, siswa diharapkan dapat

menggunakan bentuk aljabar untuk menyelesaikan masalah aritmatika sosial dan dapat

menggunakannya dalam kegiatan ekonomi. Selain itu, menurut Solaikah (2013:4) pentingnya materi

ini karena tidak hanya disekolah saja tetapi materi ini erat kaitannya dengan lingkungan masyarakat

dan lebih khusus lagi dalam lingkungan siswa sehari-hari dan materi aritmatika sosial merupakan

salah satu materi yang memungkinkan untuk memunculkan masalah. Sehingga dibutuhkan

penalaran dalam proses penyelesaiannya. Mengingat penggunaan materi aritmatika sangat banyak

ditemukan dalam masalah sehari-hari. Untuk mengatasi masalah di atas maka dibutuhkan inovasi

dalam pembelajaran matematika yaitu melalui Pendekatan Scientific. Pendekatan Scientific

merupakan Salah satu ciri khas penerapan pada kurikulum 2013. Salah satu alasan pendekatan ini

diterapkan pada kurikulum 2013 karena masih banyaknya siswa di Indonesia yang kurang aktif dan

malu bertanya membuat siswa, sehingga siswa memiliki kemampuan penalaran yang rendah.

Pendekatan Scientific dalam proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik

secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan

hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. ( Kemendikbud 2013 ). pada

penelitian ini akan dilihat kemampuan penalaran siswa setelah diterapkannya pendekatan scientific.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik mengambil judul penelitian “Kemampuan

Penalaran Siswa Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Melalui Pendekatan Scientific di kelas VII SMP

Negeri 1 Indralaya”. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut: a) Siswa dapat menggunakan kemampuan penalaran yang dibutuhkan dalam mempelajari

matematika sehingga dapat mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. b) Guru dapat memberi

masukan informasi terkini tekait pendekatan scientific dan dapat dijadikan salah satu inovasi

pembelajaran matematika

3

Page 6: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kemampuan Penalaran Matematika

Secara umum dapat dikatakan bahwa penalaran adalah proses berfikir logis dan

sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa

pengetahuan (Kemendikbud, 2013). Menurut Keraf dalam Shadiq (2004:2) penalaran merupakan

proses berfikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui

menuju kepada suatu kesimpulan. Secara lebih lanjut, Shadiq mendifinisikan bahwa penalaran

adalah suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau proses berpikir

dalam rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan

yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.

Menurut kamus besar bahasa indonesia penalaran adalah cara atau perihal menggunakan

nalar atau pemikiran atau cara berpikir logis, jangkauan pemikiran, hal yang mengembangkan

atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman serta

proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip. Menurut

Herdian (2010) penalaran adalah proses berfikir yang dilakukan dengan satu cara untuk menarik

kesimpulan. Penalaran dalam logika bukan suatu proses mengingat-ngingat, menghafal ataupun

menghayal tetapi merupakan rangkaian proses mencari keterangan lain sebelumnya. Selanjutnya

menurut Liyani (2011:7) penalaran adalah semua aktifitas berpikir yang didasari pada proses

menghubungkan fakta-fakta yang telah dibuktikan atau di asumsikan kebenarannya untuk

menarik suatu kesimpulan.

Dari berbagai pernyataan yang ada, dapat disimpulkan bahwa penalaran matematika

adalah suatu proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan atau pernyataan baru yang benar

dalam masalah matematika.

Penalaran dalam matematika memiliki peran yang sangat penting dalam proses berfikir

seseorang. Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan

dilatihkan melalui belajar matematika. Ada dua tipe penalaran yang digunakan dalam menarik

sebuah kesimpulan yaitu :

4

Page 7: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

1. Penalaran Induktif

Penalaran induktif diartikan sebagai penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau

khusus berdasarkan data yang teramati. Nilai kebenaran dalam penalaran induktif dapat bersifat

benar atau salah.

Pada umumnya penalaran transduktif tergolong pada kemampuan berfikir matematika tingkat

rendah sedang yang lainnya tergolong berfikir matematik tingkat tinggi

2. Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang disepakati.

Nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak benar atau salah dan tidak keduanya

bersama-sama. Penalaran deduktif dapat tergolong tingkat rendah atau tingkat tinggi.

2.2 Pendekatan Scientific

Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah merupakan

pendekatan dalam kurikulum 2013. Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan ke ilmu

pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium

formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson dalam Atsnan, 2013:2). Pendekatan

scientific merupakan suatu cara atau mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar

mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu

metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah.

Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,

prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis (Kemendikbud, 2013:142).

Pendekatan ini diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Pendekatan scientific dalam pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang

memang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum

atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan

masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data

dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,

hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik

5

Page 8: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa

informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari

guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong

peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya

diberi tahu (Lazim, 2013:2)

Penerapan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran merupakan perpaduan antara

proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, dilengkapi

dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan (Kemendikbud,

2013). Proses pembelajaran dengan pendekatanan scientific akan dilakukan dengan cara

mempelajari dari khusus ke umum (induktif) yang mencakup tiga ranah yaitu: sikap (afektif),

pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Pada ranah kognitif (pengetahuan) akan

mengamati materi ajar “apa”, afektif (sikap) tentang “mengapa”, dan psikomotorik

(keterampilan) tentang “bagaimana”. Sehingga apabila ketiga ranah tersebut semuanya

diterapkan dalam pembelajaran akan adanya keseimbangan antara kemampuan, kecakapan dan

pengetahuan. Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar

melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

2.3 Kriteria pendekatan Scientific

Dalam pembelajaran scientific, Suatu pendekatan pembelajaran dapat dikatakan sebagai

pembelajaran scientific, apabila memenuhi 7 kriteria berikut ini (Kemendikbud, 2013) :

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan

logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng

semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka

yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir

logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam

mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi

6

Page 9: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,

kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi

pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem

penyajiannya.

2.4 Langkah- langkah pembelajaran melalui pendekatan Scientific

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah ini memerlukan

langkah-langkah pokok pada gambar berikut berikut (Kemdikbud, 2013) :

Gambar 2.1 Langkah-langkah pendekatan scientific

1. Observing (mengamati)

Dalam langkah mengamati, peserta didik diberi kesempatan secara luas untuk

mengamati masalah yang diberikan melalui kegiatan-kegiatan, seperti, melihat, mendengar,

dan membaca.

2. Questioning (menanya)

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam

7

Page 10: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang

informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat

informasi tambahan tentang apa yang diamati.

Dalam kegiatan menanya, siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan masalah yang diamati. Melalui kegiatan bertanya

dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa

ingin tahu semakin dapat dikembangkan.

3. Associating (menalar)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah

yang dianut dalam Kurikulum 2013 merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah

tidak selalu tidak bermanfaat. Dalam proses pembelajaran matematika, pada umumnya proses

menalar terjadi secara simultan dengan proses mengolah atau menganalisis kemudian diikuti

dengan proses menyajikan atau mengkomunikasikan hasil penalaran sampai diperoleh suatu

simpulan. Bentuk penyajian pengetahuan atau ketrampilan matematika sebagai hasil

penalaran dapat berupa konjektur atau dugaan sementara atau hipotesis.

4. Experimenting (mencoba)

Berdasarkan hasil penalaran yang diperoleh pada tahap sebelumnya yakni berupa

konjektur atau dugaan sementara sampai diperoleh kesimpulan, maka selanjutnya perlu

dilakukan kegiatan ‘mencoba’. Kegiatan mencoba dalam proses pembelajaran matematika di

SMP/MTs ini dimaknai sebagai menerapkan pengetahuan atau keterampilan hasil penalaran

ke dalam suatu situasi atau bahasan yang masih satu lingkup, kemudian diperluas ke dalam

situasi atau bahasan yang berbeda lingkup.

5. Networking (mengkomunikasikan)

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik

untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan

melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari

informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan

dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

8

Page 11: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Tehnik Analisis Data

Observasi

Observasi yang dilakukan dengan melihat proses pembelajaran. Data yang diperoleh melalui

kegiatan observasi kemudian diberi skor.

a. Tiap indikator terdiri dari dua deskriptor. Kategori deskriptor yang tampak pada tiap

indikator disajikan pada Tabel 1

Tabel 3.1

Penyekoran data Observasi

Rentang Skor Kategori Observasi

0 Tidak ada deskriptor yang tampak

1 Satu deskriptor yang tampak

2 Dua deskriptor yang tampak

b. Semua skor yang diperoleh dikonversi menjadi skor akhir dengan menggunakan

rumus:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100

(Djaali dan Muljono, 2008:103)

c. Skor akhir dari observasi dikonversi dengan kategori skor yang disajikan pada Tabel

3.2

Tabel 3.2

Kategori Keterlaksanaan

Skor akhir Kategori Keterlaksanaan

≥ 75 Terlaksana

≤ 75 Tidak terlaksana

9

Page 12: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

BAB III

LAMPIRAN FOTO DAN TABEL TENTANG PENALARAN SISWA POKOK BAHASAN

ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC

Gambar 1. Jawaban siswa yang tidak tepat untuk soal nomor 3

Gambar 2. Jawaban siswa soal nomor 5

10

Page 13: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

CONTOH JADWAL KERJA/ PENELITIAN

(Diambil dari skiripsi Umi Nilawati (06081008027) Tahun 2012)

Waktu Kegiatan

6 Febuari 2014

Menemui guru matematika kelas VII SMP

Negeri 1 Indralaya untuk melakukan studi

awal tentang permasalahan dalam penelitian,

kemudian menentukan subjek penelitian.

Febuari -Maret 2014 Pendesainan bahan ajar yang mengacu pada

pendekatan PMRI, kemudian melaksanakan

proses validasi terhadap bahan ajar yang telah

didesain tersebut.

5 Febuari - 12 Febuari 2014

Pengurusan izin penelitian dari FKIP Unsri

diteruskan ke Dinas Pendidikan Kabupaten

Ogan Ilir.

10 Febuari 2012

Bertemu Kepala SMP Negeri 1 Indralaya

untuk mengurus surat izin penelitian dari

Dinas Pendidikan Ogan Ilir.

Sosialisasi kepada siswa tentang pembelajaran

yang akan dilakukan.

14 Febuari 2014

Penyepakatan waktu penelitian dengan guru

matematika kelas VII SMP Negeri 1 Indralaya

yaitu Ibu Maisaroh, S.Pd.

7 - 28April 2012 Pengambilan data di SMP Negeri 1 Indralaya

9Mei 2012 Pengurusan surat keterangan bahwa telah

melakukan penelitian di SMP Negeri 1

Indralaya .

11

Page 14: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa kemampuan penalaran siswa kelas VII.6 SMP Negeri 1 Indralaya dalam pembelajaran

matematika melalui pendekatan scientific dikategorikan baik dengan rata-rata nilai tes

kemampuan penalarannya adalah 73,55. Persentase nilai siswa yang memiliki kemampuan

penalaran sangat baik sebesar 37,93 %; 20,69 % memiliki kemampuan penalaran baik; 34,14 %

memiliki kemampuan penalaran cukup: 10,34 % memiliki kemampuan penalaran kurang dan

6,89% memiliki kemampuan penalaran sangat kurang . Satu indikator penalaran yaitu

kemampuan menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap

kebenaran solusi dikategorikan tidak tercapai. Sedangkan lima indikator penalaran lainnya

dikategorikan tercapai.

Saran

Adapun beberapa saran dari peneliti setelah melaksanakan penelitian ini, yaitu :

1. Siswa, sebaiknya lebih bisa menggali lagi potensinya lebih dalam, lebih teliti dalam

mengerjakan soal, serta lebih melatih kemampuannya pemahaman konsepnya dalam

melakukan operasi bilangan.

2. Guru, diharapkan agar dapat menggunakan pendekatan scientific sebagai pembelajaran

matematika yang menekankan pada kemampuan penalaran matematika siswa terutama

kemampuan menyusun bukti

12

Page 15: Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astnan dan Rahmita. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Matematika SMP

Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan

Matematika (ISBN : 978- 979-16353-9-4).

National Council of Teacher of Mathematics (NCTM). (2000). Principle an Standars for School

Mathematics. NCTM.

Kemdikbud. 2013. Kompetensi Dasar Matematika SMP/MTS. Jakarta: Kemdikbud.

Kemdikbud. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemdikbud.

Kemdikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.

Kemendikbud, 2011. Survei Internasional TIMSS. Tersedia pada : www.litbang,kemendikbud.go.id.

Diakses tanggal 10 April 2013.

Kemendiknas, 2010. Rencana Strategis Kemendiknas 2010-2014. Tersedia pada:

http://planipolis.iiep.unesco.org/upload/Indonesia/Indonesia_Education_Strateg ic_plan_2010-

2014.pdf. Diakses tanggal 11 April 2013.

Liyani, Syafitri. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Penalaran Matematika di Kelas VIII

SMP. Skripsi. Indralaya: Universitas Sriwijaya.

National Council of Teacher of Mathematics (NCTM). 2014. Curiculm and Evaluation Standars for School

Mathematics. Tersedia pada: http://www.nctm.org/standards/content.aspx?id=2424. Diakses

tanggal 3 Maret 2014.

Mac Gregor & Stayes. 1997. Students Understanding Of Algebra is Notation 11 – 15 Educational Studies

in Mathematics . Tersedia pada: http : // www.edfac .Uni melb .edu.au/DSME /staff Diakses

tanggal 20 Januari 2013.

13