10

Click here to load reader

Imunomodulator daun tempuyang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Imunomodulator   daun tempuyang

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

42

Aktivitas Imunomodulator Ekstrak Etanol Daun Tempuyung

(Sonchus arvensis Linn.) Terhadap Peningkatan IL-2

Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar

Asep Edi Sukmayadi, Sri Adi Sumuwi, Melisa Intan B

Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor

[email protected]

Abstak

Daun tempuyung (Sonchus arvensis Linn.) merupakan tanaman obat potensial di

Indonesia yang secara empiris sering digunakan untuk mengobati asam urat, kencing

batu, obat bengkak, batuk, asma, demam, peradangan dan antibakteri. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas imunomodulator daun Tempuyung

terhadap peningkatan jumlah leukosit dan komponennya serta peningkatan IL-2 pada

tikus jantan putih galur Wistar. Hewan coba diberi perlakuan ekstrak etanol daun

tempuyung dengan dosis 100, 700, 1400 mg/KgBB dan stimuno 50 mg/kgBB yang

disuspensikan dengan Na CMC 0,5%. Ekstrak diberikan setiap hari sekali selama 2

(dua) minggu dan 1 (satu) minggu setelah diberikan shigella dysenteriae secara per

oral. Darah tikus diambil dari jantung kemudian dilakukan perhitungan jumlah leukosit

dan komponennya dengan flow cytometry, serta IL-2 dengan Sandwich ELISA. Hasil

Penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas

imunomodulator ekstrak etanol daun tempuyung (Sonchus arvensis Linn.) pada dosis

100 mg/kgBB terhadap peningkatan jumlah leukosit, limfosit, monosit dan IL-2

dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dengan nilai p ≤ 0,05. Maka, hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun tempuyung dapat meningkatkan

jumlah leukosit dan komponennya serta IL-2. Oleh karena itu daun tempuyung yang

merupakan obat tradisional asli Indonesia berpotensi memiliki aktivitas

imunomodulator.

Kata kunci : Sonchus arvensis Linn., Leukosit, Limfosit, Monosit, IL-2, Shigella

dysenteriae

The Immunomodulatory Activity Of Ethanol Extract Of Tempuyung

Leaves (Sonchus arvensis Linn.) by Increasing IL-2

in Wistar Strain Male Rat.

Abstract

Tempuyung leaves (Sonchus arvensis Linn.) is known has potential properties as herbal

medicine in Indonesia, which empirically used to treat gout, urinary stones, drug

swelling, cough, asthma, fever, inflammation and antibacterial. The aim of this study

was to determine the immunomodulatory activity of Tempuyung leaves by measuring

leukocyte quantity, its component and IL-2 level in Wistar strain male rat. Experimental

animals were treated with the ethanol extract of tempuyung leaves for 100, 700, 1400

mg /kg BW and Stimuno for 50 mg/kg BW and was suspended in Na-CMC 0,5%.The

extract was given orally once a day during 2 weeks and 1 week after treated with

Shigella dysenteriae. Rat blood was taken from the heart, the number of leukocytes were

Page 2: Imunomodulator   daun tempuyang

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

43

calculated by flow cytometry and IL-2 level was measured by Sandwich ELISA. The

result of present research indicated that there was meaningful difference between

immunomodulatory activity of the ethanol extract of tempuyung leaves (Sonchus

arvensis Linn.) at dose of 100 mg/kg body weight against the increasing of leukocyte,

lymphocyte, monocyte and IL-2 quantity than negative control group with a p value ≤

0,05. Based on these results indicated that the ethanol extract of tempuyung leaves can

improve the number of leukocyte, its component and IL-2. Therefore tempuyung leaves

which are an indigenous traditional medicine potentially have immunomodulatory

activity.

Keywords : Sonchus arvensis, Leukocyte, Lymphocyte, Monocyte, IL-2, Shigella

dysenteriae

Pendahuluan

Penyakit kardiovaskuler salah

satu penyebab kematian utama di

seluruh dunia dengan angka kejadian

kardiovaskuler (16,7 juta), di samping

penyakit lainnya seperti infeksi (14,9

juta), penyakit keganasan (7,1 juta),

cedera (5,2 juta), asma (3 juta), dan

penyebab kematian lainnya. Infeksi

merupakan salah satu penyebab

kematian penderita sebelum usia

produktif. Infeksi yang disebabkan oleh

virus, bakteri, protozoa, cacing, dan

jamur parasitik yang masuk ke dalam

tubuh atau permukaan tubuh merupakan

alasan keberadaan sistem imun. Oleh

karena itu, setiap mekanisme yang

mengurangi infeksi tersebut sangat

berharga dalam mempertahankan hidup

melalui imunitas.3,18

Imunitas merupakan suatu reaksi

dalam tubuh terhadap bahan asing yang

masuk ke dalam tubuh secara molekuler

maupun selular. Sel yang terlibat dalam

sistem imun di dalam tubuh adalah sel T

yang dihasilkan oleh timus dan sel B di

sumsum tulang belakang. Sel B dan sel

T sulit dibedakan secara mikroskopis,

untuk membedakannya dapat dilihat

pada permukaan molekulnya. Biasanya

yang digunakan untuk membedakan

kedua sel tersebut adalah marker protein

pada permukaan sel yang disebut

Cluster of Differentiation (CD). Marker

protein yang dijumpai pada semua sel T

adalah CD3+, kecuali sel T supresor

dan cytotoxic marker proteinya adalah

CD8+, sedangkan sel T-helper marker

proteinnya adalah CD4+ (20). Hasil

penelitian Linda K. Dkk, pada tahun

2011 menyatakan ekstrak etanol daun

sirsak dapat meningkatkan jumlah sel T

CD4+ dan CD8+ timus secara

signifikan (p<0.05) pada dosis 25 mg/kg

BB. Sel T CD4+ dalam tubuh

mengalami peningkatan sebesar 75%

(3.6 juta sel) dan sel T CD8+

mengalami peningkatan sebesar 238%

(3.1 juta sel) karena senyawa flavonol

dari ekstrak daun sirsak mampu

meningkatkan produksi interleukin 2

(IL-2) yang terlibat dalam aktivasi dan

proliferasi sel T. Hasil penelitian

Christine Christine et al, 2013 secara in

vivo pada mencit menyatakan bahwa

IL-2 dapat menginduksi poliferasi sel

Natural Killer (NK) dan mengaktifasi

sel T.3,17, 18, 20

Perkembangan dan aktivitas dari

sel T dapat distimulasi dengan cara

penambahan suatu imunomodulator.

Imunomodulator merupakan substansi

yang dapat membantu memperbaiki

fungsi sistem imun. Secara klinis suatu

imunomodulator digunakan pada pasien

dengan gangguan imunitas, antara lain

pada kasus kanker, HIV/AIDS,

malnutrisi, alergi, dan lain-lain. Obat

sintesis yang biasa digunakan dalam

Page 3: Imunomodulator   daun tempuyang

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

44

mengembalikan tidak seimbangnya

sistem imun seperti golongan anti

inflamasi nonsteroid (aspirin, ibuprofen,

ketoprofen, asam mefenamat, dan lain-

lain), obat imunostimulan (levamisol,

isoprinosin, arginin dan lain-lain), dan

imunosupresan (sitoksan, klorambusi,

azatioprin dan lain-lain). Obat-obat

sintesis ini banyak mengakibatkan efek

samping, seperti pada golongan

antiinflamasi nonsteroid (pendarahan

mikroskopik saluran cerna, penurunan

kadar trombosit, depresi pernapasan dan

lain-lain), imunostimulan (urtikaria,

agranulositosis, peningkatan kadar asam

urat dan lain-lain), imunosupresan

(toksik terhadap hati, gangguan

gastrointestinal, dan lain-lain). Oleh

karena itu perlu adanya penelitian untuk

membuktikan aktivitas imunomodulator

dari ekstrak maupun hasil isolasi

tanaman yang diharapkan mempunyai

efek samping yang lebih kecil.3

Pada daun tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) mengandung flavonoid

yang diduga mempunyai efek

imunomodulator. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa fraksi etil asetat

daun tempuyung dosis 210 mg/kgbb,

280 mg/kgbb, dan 350 mg/kgbb

mempunyai efek imunomodulator

terhadap respon imun non spesifik

mencit jantan galur Balb/c dengan

indeks fagositosis sebesar 1,31

(sedang), 1,40 (sedang) dan 1,51

(kuat).25

Berdasarkan uraian di atas maka

diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai aktivitas imunomodulator

ekstrak etanol daun tempuyung

(Sonchus arvensis Linn.) melalui

parameter peningkatan jumlah leukosit

dan komponennya serta peningkatan IL-

2.

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Rancangan pada penelitian ini

yaitu penelitian eksperimental Posttest

dengan kelompok kontrol, dilakukan di

laboratorium dengan menggunakan

ekstrak etanol daun tempuyung

(Sonchus arvensis Linn.) dan tikus

jantan putih galur Wistar. Pada

penelitian ini dilakukan pengukuran

aktivitas imunomodulator ekstrak etanol

daun tempuyung (Sonchus arvensis

Linn.) pada tikus putih jantan galur

Wistar terhadap peningkatan leukosit

dan komponennya serta peningkatan IL-

2.

Karakterisasi Simplisia

Karakterisasi simplisia meliputi,

pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik, penetapan kadar abu total,

penetapan abu tidak larut asam, dan

penetapan abu larut air, penetapan

kadar sari larut air dan penetapan sari

larut etanol, penetapan susut

pengeringan, setra penetapan kadar air.

Ekstraksi

Proses ekstraksi dilakukan

dengan simplisia sebanyak satu

kilogram dimasukkan ke dalam labu

alas bulat 50 mL dan kemudian

ditambahkan etanol yang telah

didestilasi. Ekstraksi dilakukan dengan

metode ektraksi panas yaitu metode

refluks dengan pengulangan sebanyak

dua kali. Ekstrak hasil refluks dan

kemudian dipekatkan dengan radas

penguap berputar hingga terbentuk

ekstrak kental.

Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia meliputi

pemeriksaan metabolit sekunder yaitu

untuk golongan senyawa alkaloid,

flavonoid, saponin, kuinon, tanin, dan

steroid/triterpenoid.

Penentuan Kadar Flavonoid

Penentuan kadar flavonoid

dalam ekstrak dilakukan dengan metode

Ordon. Sampel dan standar dilarutkan

dalam metanol ditambahkan AlCl3 2%

dalam etanol 95% dengan perbandingan

Page 4: Imunomodulator   daun tempuyang

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

45

volume 1:1 dan diinkubasi selama satu

jam, absorbansi diukur pada panjang

gelombang 420 nm menggunakan

instrumen spektrofotometer ultraviolet-

sinar tampak (Hewlett Packard 8452A).

Kadar flavonoid dihitung terhadap

kurva kalibrasi dengan kuersetin

sebagai pembanding dengan rentang

konsentrasi 8 sampai 20 μg/mL dalam

methanol.16

Perlakuan Terhadap Hewan

Hewan untuk pengujian terlebih

dahulu dilakukan persetujuan etik oleh

komite etik yang berwenang. Pada

penelitian ini telah dilakukan

persetujuan oleh Komite Etik Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran dengan nomor persetujuan

No: 482/UN6.C2.1.2/KEPK/PN/2014.

Percobaan

Ekstrak daun tempuyung

disuspensikan dengan Na CMC 0,5%,

diberikan pada tikus secara oral setiap

hari sekali selama 2 (dua) minggu

dengan dosis 100 mg/kgBB, 700

mg/kgBB dan 1400 mg/kgBB, setelah 1

(satu) minggu diberikan Shigella

dysenteriae. Sampel penelitian diambil

dari hewan percobaan dengan jumlah

sampel minimal dihitung berdasarkan

rumus Faraday.

Menghitung Jumlah Leukosit dan

Komponennya.

Darah tikus diambil yang berasal

dari jantung. Disimpan dalam tabung

vacuntee steril yang sudah terdapat

EDTA 0.1% di dalamnya. EDTA 0.1%

berfungsi sebagai antikoagulan darah.

Plasma darah hasil isolasi pada tikus

diperiksa leukosit dan komponennya

dengan menggunakan flow cytometri

Sysmex xi 2000i.

Pemeriksaan IL-2 dengan ELISA

Plasma darah hasil isolasi pada

tikus diperiksa kadar IL-2 dengan cara

Sandwich ELISA pada panjang

gelombang 450 nm. Reagen yang

dipakai adalah Rat IL-2 ELISA Kit

produksi OmniKine™ dengan nomor

katalog: OK-0207.

Hasil Penelitian

Karakterisasi Simplisia Hasil dari karakterisasi simplisia

dapat dilihat pada tabel 1.

Penapisan Fitokimia Hasil dari penapisan fitokimia

menunjukkan bahwa pada simplisia

daun tempuyung mengandung senyawa

berupa golongan flavonoid, kuinon,

steroid/triterpenoid dan saponin dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Karakteristik

Simplisia Sonchus arvensis Linn.

Pemeriksaan Hasil

(%b/b)

Kadar abu total 16,75

Kadar abu tidak larut asam 3,62

Kadar abu larut air 4,65

Kadar sari larut etanol 22,16

Kadar sari larut air 7,39

Kadar air 3,99*

Susut pengeringan 5,96

Keterangan: * = (v/b)

Tabel 2. Hasil Penapisan Fitokimia Simplisia

Sonchus arvensis Linn.

Pengujian Hasil

Alkaloid -

Flavonoid +

Tanin -

Kuinon +

Steroid/triterpenoid +

Saponin +

Keterangan:

+ = Terdeteksi golongan senyawa yang diuji

- = Tidak terdeteksi golongan senyawa yang

diuji

Page 5: Imunomodulator   daun tempuyang

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

46

Penetapan Kadar Flavonoid dengan

Metode Ordon Hasil Penetapan kadar flavonoid

dengan Metode Ordon pada λmak 420

nm didapatkan kadar flavonoid sebesar

4,093 %.

Perbedaan aktivitas imunomodulator

ekstrak etanol daun tempuyung

(Sonchus arvensis Linn.) pada tikus

putih jantan galur Wistar terhadap

peningkatan jumlah leukosit dan

komponennya. Perbedaan yang ditunjukkan

pada aktivitas imunomodulator ekstrak

etanol daun tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) pada tikus putih jantan

galur Wistar terhadap peningkatan

jumlah leukosit dan komponennya dapat

dijelaskan pada Gambar 1, Gambar 2,

dan Gambar 3.

Gambar 1. Aktivitas imunomodulator ekstrak

etanol daun tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) pada tikus putih

jantan galur Wistar terhadap

peningkatan jumlah leukosit. *

adalah adanya perbedaan yang

signifikan terhadap kontrol negatif

dengan p<0,05.

Perbedaan aktivitas imunomodulator

ekstrak etanol daun tempuyung

(Sonchus arvensis Linn.) pada tikus

putih jantan galur Wistar terhadap

peningkatan konsentrasi IL-2 Perbedaan yang ditunjukkan

aktivitas imunomodulator ekstrak etanol

daun tempuyung (Sonchus arvensis

Linn.) pada tikus putih jantan galur

Wistar terhadap peningkatan

konsentrasi IL-2 dapat dijelaskan pada

Gambar 4.

Gambar 2. Aktivitas imunomodulator ekstrak

etanol daun tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) pada tikus putih

jantan galur Wistar terhadap

peningkatan jumlah limfosit. *

adalah adanya perbedaan yang

signifikan terhadap kontrol negatif

dengan p<0,05.

Gambar 3. Aktivitas imunomodulator ekstrak

etanol daun tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) pada tikus putih

jantan galur Wistar terhadap

peningkatan jumlah Monosit. *

adalah adanya perbedaan yang

signifikan terhadap kontrol negatif

dengan p<0,05.

Gambar 4. Aktivitas imunomodulator ekstrak

etanol daun tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) pada tikus putih

jantan galur Wistar terhadap

peningkatan IL-2. * adalah adanya

perbedaan yang signifikan

terhadap kontrol negatif dengan

p<0,05.

Page 6: Imunomodulator   daun tempuyang

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

47

Pembahasan

Berdasarkan hasil karakterisasi

simplisia diperoleh kadar air sebesar

3,99% v/b. Simplisia yang digunakan

dalam penelitian telah memenuhi syarat

kadar air yang ditetapkan. Kadar air

kurang dari 10% dapat mencegah

pertumbuhan mikroba dan reaksi

enzimatis sehingga dapat tahan lebih

lama dalam proses penyimpanan. Susut

pengeringan simplisia sebesar 5,96%

b/b, lebih besar dari kadar air. Hal ini

menunjukkan adanya senyawa selain air

yang menguap pada suhu pengukuran

(105oC) seperti minyak atsiri.

Kadar abu total simplisia

menunjukkan bahwa kandungan bahan

anorganik seperti logam-logam alkali,

alkali tanah serta silikat yang terdapat

dalam simplisia. Syarat kadar abu total

menurut Materia Medika Indonesia

untuk sebagian besar simplisia tidak

lebih dari 2%.

Kadar abu tidak larut asam

simplisia hasil pemeriksaan mencapai

3,62%. Hal ini menggambarkan

tingginya tingkat pengotor secara non

fisiologis, yaitu pengotor yang ada

dalam simplisia yang berasal dari

lingkungan luar seperti tanah dan pasir.

Besarnya kandungan senyawa

anorganik suatu tanaman erat kaitannya

dengan kondisi tempat tanaman tersebut

tumbuh, kadar abu yang tinggi

menunjukkan tingginya kandungan

logam dalam simplisia. Syarat kadar

abu tidak larut asam menurut Materia

Medika Indonesia tidak lebih dari

0,25%.

Kadar sari larut air simplisia

yang lebih rendah dari pada kadar sari

larut etanol simplisia menunjukkan

tingginya kandungan senyawa yang

larut etanol dari pada kandungan

senyawa yang larut air. Hasil

pengukuran kadar sari larut air simplisia

adalah 7,39% ini lebih rendah

dibandingkan dengan kadar sari larut

etanol simplisia dengan hasil

pengukuran 22,16%.

Leukosit mempunyai peranan

dalam pertahanan seluler dan humoral

terhadap zat-zat asing. Pada manusia

hematopoiesis, pembentukkan dan

perkembangan leukosit mulai dalam

yolk sac selama beberapa minggu pada

perkembangan janin. Manusia harus

memproduksi 3,7 x 1011

leukosit per

hari untuk mempertahankan ambang

tetap.3 Pada penelitian ini dilakukan

pengukuran leukosit untuk melihat

aktivitas imunomodulator ekstrak etanol

daun tempuyung (Sonchus arvensis

Linn.) melalui parameter peningkatan

jumlah leukosit dan komponennya serta

peningkatan IL-2 pada tikus jantan

galur Wistar.

Berdasarkan Gambar 1 bahwa

rerata jumlah leukosit akibat pengaruh

aktivitas imunomodulator ekstrak etanol

daun tempuyung (Sonchus arvensis

Linn.) pada tikus jantan galur Wistar

dengan dosis 100 mg/kgBB, 700

mg/kgBB dan 1400 mg/kgBB terdapat

perbedaan bermakna terhadap

peningkatan jumlah leukosit pada dosis

100 mg/kgBB dibandingkan kontrol

negatif dengan p<0,001 (nilai p≤0,05).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat suatu aktivitas imunomodulator

ekstrak etanol daun tempuyung

(Sonchus arvensis Linn.) melalui

parameter peningkatan jumlah leukosit

dan komponennya pada tikus jantan

galur Wistar.

Pada diferensial sel leukosit

tikus hanya ditemukan sel limfosit dan

monosit. Sedangkan untuk sel neutrofil,

eosinofil, dan basofil tidak terdeteksi

karena jumlahnya sangat sedikit di

dalam darah dan muncul akibat adanya

reaksi alergi. Penurunan jumlah sel

neutrofil pada sirkulasi (neutropenia)

pada hewan dapat terjadi karena adanya

peningkatan destruksi sel neutrofil di

dalam peredaran darah.

Fungsi utama eosinofil adalah

detoksifikasi baik terhadap protein asing

Page 7: Imunomodulator   daun tempuyang

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

48

yang masuk ke dalam tubuh melalui

paru-paru, saluran cerna dan racun yang

dihasilkan oleh bakteri serta parasit.

Eosinofilia pada hewan merupakan

peningkatan jumlah eosinofil dalam

darah. Peningkatan eosinofilia dapat

terjadi karena adanya reaksi alergi. Pada

penelitian ini eosinofil tidak terdeteksi

diduga tidak terjadi reaksi alergi pada

hewan percobaan. Sedangkan basofil di

dalam sirkulasi darah relatif sedikit. Sel

basofil dalam tubuh berperan dalam

respon peradangan.

Gambar 2 dan 3 menunjukkan

bahwa rerata jumlah limfosit dan

monosit akibat pengaruh aktivitas

imunomodulator ekstrak etanol daun

tempuyung (Sonchus arvensis Linn.)

pada tikus jantan galur Wistar dengan

dosis 100 mg/kgBB, 700 mg/kgBB dan

1400 mg/kgBB terdapat peningkatan

jumlah limfosit dan monosit secara

bermakna dibandingkan dengan

kelompok kontrol negatif (dikarenakan

nilai p ≤0,05) pada dosis 100 mg/kgBB.

Pada penelitian ini dosis semakin besar

jumlah limfosit dan monosit semakin

menurun hal ini disebabkan karena

ekstrak etanol daun tempuyung

(Sonchus arvensis Linn.). Ekstrak ini

mempunyai daya hambat terhadap

pertumbuhan bakteri S.dysenteriae yang

digunakan untuk memicu peningkatan

sistem imun. Sehingga bakteri S.

dysenteriae tidak dapat menyebabkan

disentri basiler pada hewan percobaan

dengan pemberian ekstrak etanol daun

tempuyung (Sonchus arvensis Linn.).

Disentri basiler merupakan penyakit

yang ditandai dengan nyeri perut hebat,

diare yang sering dan sakit, dengan

volume sedikit disertai dengan adanya

lender dan darah, sedangkan pada

hewan percobaan tidak terdapat tanda-

tanda tersebut. Berdasarkan penelitian

Fariha, 2010 pada konsentrasi 60%

ekstrak daun tempuyung mempunyai

daya hambat tertinggi terhadap

pertumbuhan bakteri S. dysenteriae.

Gambar 4 menunjukkan bahwa

rerata jumlah IL-2 akibat pengaruh

aktivitas imunomodulator ekstrak etanol

daun tempuyung (Sonchus arvensis

Linn.) pada tikus jantan galur Wistar

dengan dosis 100 mg/kgBB, 700

mg/kgBB dan 1400 mg/kgBB terdapat

peningkatan jumlah IL-2 secara

bermakna dibandingkan dengan

kelompok kontrol negatif (nilai p ≤0,05)

pada dosis 100 mg/kgBB. Peningkatan

jumlah IL-2 sama halnya dengan

peningkatan jumlah jumlah limfosit dan

monosit dosis semakin besar jumlah IL-

2 semakin menurun.

Kandungan metabolit sekunder

pada daun tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) berupa senyawa kimia

salah satunya adalah flavonoid

(kaempferol, luteolin-7-O-glikosida,

dan apigenin-7-O-glikosida).25

Hasil

penelitian Susilo tahun 2013 kaempferol

dalam daun tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) berpotensi bekerja

terhadap limfokin (Interferon γ) yang

dihasilkan oleh sel T sehingga akan

merangsang sel-sel fagosit untuk

melakukan respon fagositosis serta

dapat memacu proliferasi limfosit,

meningkatkan jumlah sel T dan

meningkatkan sekresi terhadap IL-12.

Kaempferol dapat meningkatkan

produksi IL-2, salah satu sitokin yang

penting untuk proliferasi limfosit.

Berdasarkan penelitian Swarnalatha

2014 kaempferol dapat meningkatkan

fagosit dan secara signifikan dapat

meningkatkan IL-2. IL-2 adalah salah

satu dari sekian banyak sitokin yang

mengatur respon imun, berfungsi

sebagai mitogen bagi sel T, secara

potensial meneningkatkan proliferasi

dan fungsi sel T, sel B dan sel NK,

memperbaiki pembentukkan antigen

dan meningkatkan produksi dan

pelepasan dari sitokin lainnya.

Limfosit adalah sel yang paling

dominan di dalam organ dan jaringan

sistem imun. Lokasi limfosit T terdapat

pada lien dan kelenjar limfe yaitu pada

Page 8: Imunomodulator   daun tempuyang

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

49

masing-masing daerah periarterioler,

daerah parakortikal, dan perifolikuler.

Jumlahnya ±65%-85% dari total

limfosit dalam darah. Limfosit di dalam

tubuh berperan dalam sistem imun

spesifik seluler (sel T) untuk pertahanan

terhadap bakteri yang hidup intraseluler,

virus, jamur, parasit dan keganasan.

Limfosit merupakan bagian sel

darah putih yang sangat banyak.

Limfosit terdiri dari Sel T dan Sel B

yang naif maupun aktif. Ketika antigen

dideteksi oleh sel dendritik yang

berfungsi mengenali antigen (antigen

presenting cell), Sel T dan Sel B naif

yang terdapat di sumsumg tulang akan

masuk ke dalam organ limfoid sekunder

seperti kelenjar getah bening dan limfa

lalu teraktivasi oleh antigen tersebut

menjadi sel efektor dan sel memori,

untuk kemudian sel aktif bermigrasi ke

jaringan perifer yang menjadi tempat

terjadinya infeksi. Selain itu, terdapat

pula Null Cell dalam limfosit yang

jumlahnya sekitar 20 % dari limfosit

perifer. Null cell merupakan limfosit

yang tidak memiliki karakter Sel T dan

Sel B serta cluster of differentiation atau

antibodi permukaan namun memiliki

peranan dalam proses pemusnahan sel

yang dilakukan oleh antibody.3

Proses perkembangan limfosit

sendiri berlangsung melalui beberapa

tahap, yaitu :3

1. Fagositosis yang berlangsung 4-20

jam setelah infeksi.

2. Transportasi antigen melalui sel

dendritik menuju kelenjar getah

bening yang berlangsung dalam 1-8

hari.

3. Aktivasi limfosit naif yang

berlangsung selama 4-8 hari.

4. Diferensiasi limfosit yang

berlangsung antara 3-13 hari, dan

5. Limfosit efektor dan memori yang

diaktifkan setelah lebih dari 9-10

hari .

Simpulan

Ekstrak etanol daun tempuyung

(Sonchus arvensis Linn.) dapat

meningkatkan jumlah leukosit dan

komponennya serta IL-2 (p≤0,05). Daun

tempuyung merupakan obat tradisional

asli Indonesia berpotensi memiliki

aktivitas imunomodulator

Daftar Pustaka

1. BPOM. Taksonomi Koleksi

Tanaman Obat Kebun Tanaman

Obat Citeureup. Jakarta: Global

Express; 2008.

2. Bloom & Fawcett. Buku Ajaran

Histologi. Jan Tambayong. Edisi 12.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC;

2002.

3. Bratawidjaja, Karnen Grana & Iris

Rengganis. Imunologi Dasar.

Jakarta: Bandan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia;

2012.

4. Christine et al. Interleukin 2-

Induced Proliferasi of Murine

Natural Killer Cells In Vivo.

Experimental Medicine. 2013; 171 :

173-188

5. Ditjen POM. Cara Pembuatan

Simplisia yang Baik. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia; 1986.

6. Ditjen POM. Materia Medika

Indonesia. Jilid V. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia; 1989.

7. Ditjen POM. Parameter Standar

Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia; 2000.

8. Hansson, G.K. Immune

Mechanisms in Atherosclerosis.

Nature Immunology. 2001; 12: 204-

209

9. Karumi A et al. Kaempferol, a tea

flavonol, effect of interleukin-2

Page 9: Imunomodulator   daun tempuyang

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

50

signal transduction of human T cell

leukemia. JARQ 39. 2005; 3: 175-9.

10. Knab, Amy M et al. Effects of a

Flavonoid-Rich Juice on

Inflammation, Oxidative Stress, and

Immunity in Elite Swimmers: A

Metabolomics-Based Approach.

Sport Nutrition and Exercise

Metabolism. 2013; 23: 150-160

11. Linda K. dkk. Pengaruh Pemberian

Ekstrak Etanol Daun Sirsak

(Annona muricata Linn.) terhadap

Peningkatan Jumlah Sel T CD4+

dan CD8+ pada Timus Mencit (Mus

musculus). Laporan Penelitian.

Universitas Brawijaya. 2011; 24-26

12. Malek, T.R. The Main Function of

IL-2 is to Promote the Development

of T Regulatory Cells. Journal of

Leukocyte Biology. 2003; 7: 961-

965

13. Manual Operating Sysmex xi 2000i.

Fluorescence flow cytometry in

haematology. Sysmex Xtra Online.

Germany: 2011.

14. Murtadlo, Yuzid dkk. Isolasi,

Identifikasi Senyawa Alkoloid Total

Daun Tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) dan Uji Sitotoksik

dengan Metode BSLT. Chem Info.

2013; 1: 379-385

15. Noorhamdani, AS dkk. Uji Ekstrak

Etanol Daun Tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) Sebagai

Antimikroba Terhadap Bakteri

Klebsiella Pneumoniae Secara In

Vitro. Melalui http://old.fk.ub.ac.id/

artikel/id/filedownload/kedokteran/

MAJALAH_Lufi%20Qurrati_10507

0100111015.pdf. 2012; [26/3/14]

16. Ordon`ez. A.A.L et al. Antioxidant

activities of Sechium edule (jacq.)

Swartz extract. Food Chem. 2006;

97: 452-458.

17. Pahar, Bapi et al. Increased cellular

immune responses and CD4+ T-cell

proliferation correlate with reduced

plasma viral load in SIV challenged

recombinant simian varicella virus-

simian immunodeficiency virus

(rSVV-SIV) vaccinated rhesus

macaques. Virology Journal. 2012;

9: 160-168.

18. Playfair, J.H.L & B.M. Chain. At A

Glance Imunologi. Terjemah

Winardini. Jakarta: Airlangga;

2009.

19. Raditya, Andi. Pre Test System

Transportasi. On-line. Melalui

http://masihtertulis.blog

spot.com/2011/04/pre-test-system-

transporatsi. html. 2011; [16/4/14]

20. Ratman A., Fedik. Metode

Imunologi. Surabaya: Airlangga

University Press; 2003.

21. Sayad et al. The Association of -475

and -631 Interleukin-2 Gene

Polymorphism with Multiple

Sclerosis in Iranian Patients. Cell

Journal. 2012; 15: 124-129

22. Sickingenstr. Human IL-2 ELISA

Kit. Promokine. Germany: 2012.

23. Siswanto, Usman dkk. Respon

Tanaman Tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) Pada Berbagai

Takaran dan Aplikasi

Vermikompas. Jurnal Ilmu-Ilmu

Pertanian Indonesia. 2004; 6: 83-90

24. Suhirman, S., dan Christina

Wanarti. Prosfek dan Fungsi

Tanaman obat sebagai

Imunomodulator. Diakses melalui

http://balittro.litbang.deptan.go.id/4

obat.pdf. 2007: [24/3/14]

25. Susilo, Jatmiko dkk. Efek

Imunomodulator Fraksi Etil Asetat

Daun Tempuyung (Sonchus

arvensis Linn.) Terhadap Respon

Imun Non Spesifik Pada Mencit

Jantan Galur BALB/C. Melalui

http://perpusnwu.web.id/karyailmia

h/documents/3208.pdf. 2013:

[25/3/14]

26. Swarnalata. Cytokine Mediate

Immunomodulatory Properties

Kaempferol-5-O-β-D-

glucopyranoside from Methanol

Extract of Aerial Part of Indigofera

Aspala-thoides Vahl ex DC. Int. J.

RsPharm. Sci. 2014; 5: 73-78.

Page 10: Imunomodulator   daun tempuyang

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

51

27. Weddell. Catalog Rat IL-2 ELISA

Kit. Assay Biotechnology Company.

United States of America; 2013.

28. Yulianti, Wulan dkk. Isolasi,

Identifikasi dan Uji Antioksidan

Asam Fenolat dalam Daun

Tempuyung (Sonchus arvensis

Linn.) dengan Metode 1,1-Difenil-

2-Pikrilhirasil (DPPH). Chem Info.

2013; 1: 294-303