12
PEMANTAUAN KAWASAN BUDIDAYA DAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN DI SELAT NENEK KELURAHAN TEMOYONG, KECAMATAN BULANG - BATAM LAPORAN PERJALANAN DINAS Disusun Oleh : ROMI NOVRIADI, S.Pd.Kim, M.Sc Mulyadi, S.ST.Pi Antin Sri Lestari, S.Pi Jhonner Sihotang, A.Md KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT BATAM 2014

Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong batam-1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kegiatan pemantauan kawasan budidaya dan penyakit ikan merupakan salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi data hasil produksi dan informasi yang relevan tentang keragaan/dinamika penyakit tertentu pada suatu ”lokasi” sebagai akibat dari fluktuasi beberapa parameter kualitas lingkungan budidaya. Dari hasil pemantauan yang dilakukan di Selat Nenek, Kelurahan Temoyong diketahui bahwa kondisi kualitas air cukup optimal untuk produksi ikan laut, Sementara hasil analisa penyakit menunjukkan bahwa terdapat infeksi parasit Diplectanum spp dan infeksi bakteri Vibrio sp sebagai dampak sistem budidaya yang dilakukan. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias untuk melakukan pengembangan produksi budidaya dengan disertai dukungan oleh pemerintah daerah

Citation preview

Page 1: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

PEMANTAUAN KAWASAN BUDIDAYA DAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN DI SELAT NENEK KELURAHAN

TEMOYONG, KECAMATAN BULANG - BATAM

LAPORAN PERJALANAN DINAS

Disusun Oleh :

ROMI NOVRIADI, S.Pd.Kim, M.Sc Mulyadi, S.ST.Pi

Antin Sri Lestari, S.Pi Jhonner Sihotang, A.Md

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT BATAM 2014

Page 2: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

Gambar 1. Tim pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan Balai Perikanan Budidaya Laut Batam bersama perangkat daerah Kelurahan Temoyong, Kecamatan Bulang, Kota Batam

Page 3: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

PEMANTAUAN KAWASAN BUDIDAYA DAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN DI SELAT NENEK KELURAHAN TEMOYONG, KECAMATAN BULANG – BATAM

Romi Novriadi1, Mulyadi2, Antin S.L3 dan Jhonner Sihotang4

1) Pengendali Hama dan Penyakit Ikan Muda 2) Pengawas Perikanan Muda 3) Perekayasa Muda 4) Pengawas Perikanan Pelaksana

A B S T R A K

Kegiatan pemantauan kawasan budidaya dan penyakit ikan merupakan salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi data hasil produksi dan informasi yang relevan tentang keragaan/dinamika penyakit tertentu pada suatu ”lokasi” sebagai akibat dari fluktuasi beberapa parameter kualitas lingkungan budidaya. Dari hasil pemantauan yang dilakukan di Selat Nenek, Kelurahan Temoyong diketahui bahwa kondisi kualitas air cukup optimal untuk produksi ikan laut, Sementara hasil analisa penyakit menunjukkan bahwa terdapat infeksi parasit Diplectanum spp dan infeksi bakteri Vibrio sp sebagai dampak sistem budidaya yang dilakukan. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias untuk melakukan pengembangan produksi budidaya dengan disertai dukungan oleh pemerintah daerah

Kata kunci: Selat Nenek, Temoyong, Kualitas air, Diplectanum sp, Vibrio sp

A B S T R A C T

Monitoring of aquaculture site and fish diseases are one of the tool that can be used to

identify the production data and information about the current diseases characteristic at

“certain” location as an impact of several environmental quality. From the monitoring activity

that has been done at Nenek strait, Temoyong district showed that the water quality are good

enough for marine fish production, while from diseases analysis showed that parasitic infection

of Diplecatnum spp and bacterial infection Vibrio sp as an impact of aquaculture system. From

the interviewed activity showed that the society are very antusiastic to develop the aquaculture

production as along as their get a full support from the local government

Key words: Nenek strait, Temoyong, Water quality, Diplectanum sp, Vibrio sp

Page 4: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

I. Pendahuluan

Pembangunan industri budidaya saat ini telah berjalan dengan sangat baik seiring dengan komitmen untuk terlibat aktif dalam mendukung program ketahanan pangan nasional yang disertai dengan peningkatan mutu dan daya saing produk. Berpatokan kepada hasil pembangunan yang dicapai dan melihat masih besarnya potensi untuk pengembangan sektor perikanan budidaya khususnya di Kelurahan Temoyong – Kota Batam, menjadikan sektor ini sebagai salah satu sektor yang sangat menjanjikan bagi masyarakat dan daerah. Potensi ini terlihat dari meningkatnya minat masyarakat untuk bekerja di bidang perikanan budidaya, terbukanya peluang pendapatan selain dari sektor penangkapan hingga kepada pemasaran ikan hasil budidaya ke luar negeri

Secara nasional, total produksi perikanan budidaya telah memiliki peningkatan yang cukup

signifikan selama 5 tahun terakhir dengan rata-rata peningkatan sebesar 8.83% dan telah mencapai total produksi hingga 13.2 juta ton. Sementara, berdasarkan data analisis (2011) yang diperoleh dari Profil Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, jumlah total produksi berbagai komoditas budidaya di Kota Batam baru mencapai 344 ton/ha/tahun dengan perincian 56 ton dari produksi ikan karang, 260 ton dari ikan pelagis dan 28 ton dari produksi rumput laut. Jumlah ini dinilai masih sangat kecil karena berdasarkan hasil analisis potensi, Kota Batam seharusnya memiliki kontribusi produksi perikanan budidaya hingga 57.833 ton/tahun. Kalau potensi ini dapat dioptimalkan, selain dapat meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian masyarakat juga memiliki kontribusi signifikan terhadap peningkatan produksi perikanan budidaya nasional.

Dalam pencapaian keberhasilan produksi, tentu tidak terlepas dari berbagai kendala dan

permasalahan seperti minimnya ketersediaan benih, pakan untuk perbesaran, degradasi kualitas lingkungan, infeksi mikroorganisme patogen dan pemasaran (Rimmer dan Sugama, 2005). Oleh karena itu pengembangan dan aplikasi teknologi serta kebijakan yang dapat menjamin keberlanjutan kesehatan lingkungan untuk produksi, dan juga peningkatan perhatian dari konsumen, produsen perikanan budidaya, akademisi dan pengelola produksi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas produk, gizi dan keamanan pangan hasil produksi budidaya (NACA/FAO, 2000).

Memperhatikan hal tersebut di atas, maka upaya pengendalian penyakit ikan dan lingkungan yang tepat, sistimatis serta terintegrasi menjadi hal yang penting dan mutlak untuk dapat menjamin keberlanjutan produksi perikanan budidaya. Salah satu upaya pengendalian tersebut adalah dengan melakukan kegiatan pemantauan yang dapat memberikan informasi akurat tentang keragaan jenis patogen potensial di suatu daerah/kawasan selama periode tertentu, sehingga dapat ditentukan strategi pengendalian penyakit tertentu yang lebih efisien dan aplikatif. Pemantauan rutin BPBL Batam di Bulan September ini bertujuan untuk selain melakukan identifikasi kondisi kualitas lingkungan dan kesehatan ikan, juga mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi produksi perikanan budidaya masyarakat Selat Nenek Temoyong. Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang berkepentingan diantaranya adalah pemerintah, masyarakat, akademisi dan praktisi.

Page 5: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

II. Metodologi Monitoring II.1 Waktu dan Tempat Monitoring pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan ini

dilakukan di Selat Nenek, Kelurahan Temoyong, Kecamatan Bulang, Kotamadya Batam pada hari Senin Tanggal 8 September 2014

II.2 Pengambilan contoh Metoda pengambilan contoh air dilakukan menurut metode gabungan tempat (integrated)

berdasarkan SNI 6989.57:2008, sementara metoda pengambilan contoh ikan dilakukan secara purposive yang merupakan pemilihan sampel untuk kepentingan tertentu (FAO, 2004). Program pengambilan sampel juga dilakukan dengan mempertimbangkan jalur masuk agen pencemar/penyakit ke lingkungan laut, periode pemaparan dan mekanisme transport di badan air (Syakti, et al., 2012).

II.3 Preparasi Sampel Dikarenakan jarak pemantauan dan waktu yang dibutuhkan untuk pemantauan rutin di

kawasan BPBL Batam tidak terlalu jauh, tidak ada preparasi khusus untuk sampel air dan ikan yang diambil. Sampel air dimasukkan ke dalam botol plastic gelap untuk menghindari oksidasi dan sampel ikan dimasuk ke dalam plastik yang dilengkapi dengan air dan oksigen.

II.4 Analisa Sampel Analisa distribusi jenis penyakit dan kualitas lingkungan pada kegiatan monitoring ini

dilakukan melalui tiga tahapan, yakni tahapan pre site, on site dan post site. Tahapan pre site merupakan tahapan pengumpulan data yang diperoleh melalui informasi anamnesa dan bahan yang disampaikan oleh para pembudidaya ikan. Hasil analisa pre site kemudian diverifikasi dengan melakukan kunjungan lapangan (tahapan on site). Pada tahapan on site, analisa dilakukan untuk beberapa parameter kualitas air, diantaranya: (1) pH menggunakan pH meter, (2) oksigen terlarut menggunakan DO meter, (3) Kadar garam menggunakan refraktometer, (4) Suhu menggunakan thermometer dan (5) kecerahan dengan menggunakan Secchi disk

Analisa post site dilakukan untuk analisa kualitas air lanjutan yang meliputi parameter

Ammonia (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), Posphat (PO4) dan turbiditas dengan menggunakan metode Spektrofotometri, Kolorimetri dan Turbidimetri. Tahapan analisa post site juga dilakukan untuk identifikasi bakteri secara konvensional dan identifikasi parasit untuk mengetahui infesitasi mikroorganisme patogen pada ikan hasil budidaya.

Page 6: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

III. Hasil dan Pembahasan III.1 Hasil III.1.1 Gambaran Umum Selat Nenek Kelurahan Temoyong Selat nenek merupakan salah satu desa di Kelurahan Temoyong, Kecamatan Bulang Kotamadaya Batam yang memiliki karakter sosial kemasyarakatan sebagai nelayan. Jumlah penduduk pada bulan Agustus 2014 adalah 604 orang yang terdiri atas 173 Kepala Keluarga (KK). Menurut Dikrurahman dan Tubagus (2012), hampir seluruh masyarakat di Temoyong berada pada usia produktif dan mampu melaksanakan produksi dari segi ekonomi dan menaggung kebutuhan pribadi secara mandiri. Karakter sebagai nelayan tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, namun kaum perempuan juga terlibat dalam aktivitas penangkapan untuk lokasi di sekita pulau/pantai, seperti menagkp udang, kepiting bakau, dan jenis-jenis ikan pantai, sehingga karakter masyarakat di Selat nenek dapat dispesifikasi menjadi dua, yaitu kelompok nelayan laut dan kelompok nelayan pantai. Data hasil produksi perikanan budidaya masyarakat selat nenek tidak terdokumentasi dengan baik, namun berdasarkan hasil analisa pre site ataupun dari hasil wawancara diketahui bahwa dari kelompok budidaya mandiri dapat menghasilkan tingkat kelulushidupan benih ikan mencapai 70% dengan tujuan utama pemasaran adalah Singapura. Nilai jual hasil budidaya yang diperoleh masyarakat selat nenek sedikit lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Provinsi Kepulauan Riau karena dilakukan dengan sistem penjualan langsung tanpa melalui perantara. III.1.2 Hasil analisa Pre site di lokasi pemantauan Gambaran umum tentang karakteristik budidaya oleh masyarakat selat nenek disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 2 berikut ini: A. Unit produksi milik Bp. Junaeri

( A ) ( B ) Gambar 2. Lokasi budidaya Bp. Junaeri (A) KJA merk Aquatec milik pak Junaeri dan (B) Pengambilan sampel air di lokasi pak Junaeri

Page 7: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

No Jenis identifikasi Hasil Identifikasi

1 Nama Pemilik Junaeri

2 Lokasi Selat Nenek, Kelurahan Temoyong, Kotamadya Batam

3 Luas budidaya 1. 4 unit KJA Aquatec dengan ukuran 3x3x3 m 2. 4 unit Keramba Jaring Tancap

4 Tingkat teknologi Sederhana

5 Asal Benih Bantuan dari Pemerintah Kotamadya Batam dan Provinsi Kepri

6 Padat tebar 200 ekor/lubang

7 Waktu tebar Umumnya penebaran benih dilakukan pada bulan Juli dan Agustus, mengingat kematian massal akibat perubahan cuaca iklim umumnya terjadi pada bulan April dan Mei

8 Sejarah penyakit Luka focal pada permukaan tubuh namun belum pernah melakukan analisa secara laboratorium

9 Waktu serangan Dimulai pada saat musim penghujan yang ditandai dengan perubahan kualitas air di bulan April dan Mei

10 Upaya pengendalian penyakit

Negatif

11 Bobot serangan Sedang (mortality maksimum 50% per unit produksi)

12 Pakan Rucah

13 Biosekuriti Nihil dan belum memiliki sertifikat CBIB

B. Unit produksi milik Bp. Mahmud

No Jenis identifikasi Hasil Identifikasi

1 Nama Pemilik Mahmud

2 Lokasi Selat Nenek, Kelurahan Temoyong, Kotamadya Batam

3 Luas budidaya 16 unit Keramba Jaring Tancap (KJT) dengan ukuran

4 Tingkat teknologi Sederhana

5 Asal Benih BPBL Batam dan PT. Batu Bata Ladi

6 Padat tebar 200 ekor/lubang

7 Waktu tebar Umumnya penebaran benih dilakukan pada bulan Juli dan Agustus, mengingat kematian massal akibat perubahan cuaca iklim umumnya terjadi pada bulan April dan Mei

8 Sejarah penyakit Luka focal pada permukaan tubuh namun belum pernah melakukan analisa secara laboratorium

9 Waktu serangan Dimulai pada saat musim penghujan yang ditandai dengan perubahan kualitas air di bulan April dan Mei

10 Upaya pengendalian penyakit

Negatif

11 Bobot serangan Sedang (mortality maksimum 50% per unit produksi)

12 Pakan Rucah

13 Biosekuriti Nihil dan belum memiliki sertifikat CBIB

Table 1. Karakteristik budidaya di lokasi pemantauan

Page 8: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

Secara umum, perbandingan metoda budidaya yang dilakukan di kedua lokasi terangkum dalam Table 2. Berikut:

No Parameter Bapak Mahmud Bapak Junairi

1 Jenis Komoditas kerapu Cantang kerapu macan 2 Asal benih Indomarind BPBL Batam 3 Ukuran awal tebar awal tebar kerapu cantang

berukuran 7 - 8 inch dan Kerapu merah/ kerapu sunu

awal tebar ikan kerapu macan yang berukuran 7-8 inch

4 Ukuran sekarang ikan sudah berukuran 3-4 ons ikan sudah berukuran 2-3 ons 5 Pengelolaan pakan Pakan yang diberikan berupa

ikan rucah hasil tangkapan sendiri berupa ikan tamban, riyau, pelata dll

Pakan yang diberikan berupa ikan hasil tangkapan sendiri berupa ikan tamban, riyau, pelata dll

6 Frekuensi pakan Pakan diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari

Pakan diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari

7 Pengendalian hama penyakit

Tidak melakukan pengobatan Melakukan perendaman air tawar

8 Wadah budidaya Keramba tancap berjumlah 8 lobang yang berukuran 2x1,5x6 meter

Keramba Jaring Apung bejumlah 4 lobang dengan ukuran 3x3x3 meter

9 Kontruksi wadah Dengan menggunakan kayu bulat di tancapkan kedasar perairan dan kasi jaring

Dengan menggunakan aquatek berwarna biru

10 pengelolaan kesehatan ikan

jika ditemukan adanya ikan sakit atau mati maka ikan tersebut langsung dibuang kelaut

jika ditemukan adanya ikan sakit dilakuan pengambilan lalu dibuang ke laut

11 Panen panen dilakukan pada saat ikan berukuran 5-8 ons, biasanya pembeli datang langsung pada lokasi budidaya dan juga dikirim kesingapore apa bila/tahun baru china/Imlek/China sembahyang

panen dilakukan pada saat ikan berukuran 5-6 ons, biasanya pembeli datang langsung pada lokasi budidaya dan juga dijual kes ingapore

12 cemaran lingkungan

Keramba tancap berada berdekatan dengan rumah penduduk, cemaran yang ditemui adalah buangan limbah rumah tangga

keramba Jaring Apung berada berdekatan dengan rumah penduduk, cemaran yang ditemui adalah buangan limbah rumah tangga

13 pengembangan usaha

Dilakukan secara mandiri Dibantu oleh Pemerintah setempat baik sarana, prasarana dan pelatihan

Tabel.2 Perbandingan praktek budidaya i kedua lokasi pemantauan

Page 9: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

III.1.3 Hasil Analisa Kualitas Air di lokasi monitoring

Berdasarkan hasil pemantauan kesehatan lingkungan di kedua lokasi tersebut, data karakteristik kualitas air di kedua lokasi pemantauan disajikan pada Tabel 3

PARAMETER PARAMETER

SATUAN UNIT

HASIL UJI TEST RESULT SPESIFIKASI METODE

METHODE SPESIFICATION Pak Mahmud

Pak Junaeri

pH*

7,82 7,82 SNI 06-6989.11-2004

(Insitu) Nitrat (NO3) mg/L <0,1 ** <0,1 ** Kolorimetrik Phosphat (PO4) mg/L <0,033 ** <0,033 ** IKM/5.4.8/BBL-B Amoniak (NH3) mg/L 0.201 <0,009 IKM/5.4.6/BBL-B Nitrit (NO2) mg/L <0,1 ** <0,1 ** Kolorimetrik Salinitas* o/oo 29 29 IKM/5.4.4/BBL-B (Refraktometrik) Turbidity NTU 3.61 3.55 IKM/5.4.9/BBL-B Suhu oC 30,8 30,8 Insitu Oksigen Terlarut mg/l 4,59 4,59 Insitu Kedalaman m 7.71 7.73 Insitu

Tabel 3. Karakteristik kualitas air di lokasi pemantauan

Berdasarkan hasil pemantauan, diketahui bahwa pH memiliki nilai 7.82, salinitas 29 ‰, Nitrat, Nitrit dan phosphate berada dibawah titik deteksi alat, Amoniak (NH3) memiliki konsentrasi yang berbeda, dimana di lokasi Bp. Junaeri konsentrasi NH3 berada di bawah batas deteksi minimum alat dan di lokasi Bp. Mahmud memiliki konsentrasi 0.201 mg/l. Nilai kekeruhan memiliki kisaran 3.55 – 3.61 NTU, konsentrasi oksigen terlarut pada suhu 30.8⁰ C adalah 4.59 mg/l dan kedalaman memiliki kisaran 7.71 – 7.73 meter. Secara umum, lokasi budidaya di kawasan Selat nenek yang direpresentasikan melalui pengambilan sampl air di dua lokasi budidaya (Bp. Jnaeri dan Bp. Mahmud) memiliki nilai kisaran yang layak untuk optimalisasi hasil produksi budidaya. Hanya saja, konsentrasi NH3 di lokasi Bp.Mahmud memiliki nilai yang cukup tinggi 0.201 mg/l. Hal ini dapat disebabkan oleh sistem budidaya yang dilakukan oleh Bp. Mahmud, dimana sistem budidaya Keramba Jaring Tancap dengan penggunaan ikan rucah sebagai pakan utama menyebabkan akumulasi sisa pakan yang tidak terkonsumsi pada permukaan substrat pemeliharaan menjadi sulit untuk dikendalikan. Tingkat toksisitas ammonia dipengaruhi oleh karakteristik utamanya yang bersifat mudah berdifusi melewati jaringan inang atau ikan sehingga berpotensi menjadi racun dan menghambat peredaran oksigen di dalam tubuh ikan.

Page 10: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

III.1.4 Hasil Identifikasi Penyakit Ikan

Gambar 3. Sampel ikan Kerapu cantang dari lokasi Bp. Junaeri. Memiliki luka focal berbentuk irregular, menyebar, lesi berwarna merah menyisip kulit dan sisik dan menunjukkan bagian bawah dermis (keparahan rangking 4, “jelas”(agak parah). Lesi berlokasi pada sisi kanan dari bagian tubuh ikan memanjang dan tersebar dari bagian posterior (belakang) ke bagian depan tubuh ikan. Gerakan renang lemah dan berada di permukaan air. Nafsu makan selama masa pemeliharaan rendah dan menunjukkan perilaku menyendiri dari kelompok.

No KODE SAMPEL SAMPLE CODE

PARAMETER PARAMETERS

HASIL UJI TEST RESULT

SPESIFIKASI METODE METHODE SPESIFICATION

1 Kerapu Cantang

Parasit* Diplectanum IKM/5.4.2/BBL-B

(Mikroskopis)

Bakteri Vibrio spp Isolasi dan Identifikasi

Konvensional

Tabel 4. Hasil identifikasi penyakit pada ikan budidaya milik Bp. Junaeri. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dan tidak dilakukan di unit budidaya Bp. Mahmud dikarenakan adanya penolakan oleh pemilik unit budidaya

Page 11: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

Berdasarkan hasil identifikasi penyakit yang dilakukan di unit budidaya milik Bp. Junaeri, diketahui bahwa ikan Kerapu Cantang atau Hybrid grouper terinfeksi oleh Diplectanum spp pada insang dan Vibrio spp pada bagian permukaan dan organ dalam ikan. Parasit Diplectanum merupakan parasit Trematoda monogenea yang dapat menyebabkan tingkat kematian serius dan sering ditemukan pada budidaya ikan laut. Parasit Diplectanum mempunyai kekhasan yang membedakannya dari spesies lain dalam Ordo Dactylogyridea yaitu mempunyai squamodisc (satu di ventral dan satu di dorsal), dan sepasang jangkar yang terletak berjauhan (Zafran et al., 1997). Menurut Bunga (2008), ikan kerapu sering mengalami kematian akibat infeksi parasit Diplectanum sp dan bahkan tidak jarang tingkat mortalitas ikan yang dibudidayakan pada sistem budidaya jaring apung ataupun tancap sangat tinggi. Bahkan menurut Bunga dan Rantedondok (2009), distribusi parasit ini pada insang bagian kiri dan kanan cukup merata dan utamanya berada pada bagian segmen dorsal, medial, dan ventral; serta pada bagian proximal dan distal. Kondisi ini menunjukkan bahwa habitat hidup parasit ini tidak terfokus pada satu bagian insang namun menyebar secara merata baik pada insang bagian kiri maupun kanan. Infeksi Diplectanum sp akan menyebabkan ikan memiliki laju pernafasan yang lebih cepat dengan tutup insang yang selalu terbuka.

Infeksi Diplectanum umumnya memiliki hubungan erat dengan penyakit sistemik lainnya

seperti vibriosis, sehingga ikan yang terinfeksi mengalami perubahan warna menjadi pucat dan memiliki produksi lender yang berlebihan (Chong & Chao, 1986). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukanoleh Tim Kesehatan ikan dan lingkungan BPBL Batam, dimana hasil identifikasi pada organ luar dan dalam menunjukkan bahwa ikan juga terinfeksi oleh Vibrio spp. Kondisi ini menyebabkan ikan yang terinfeksi memperlihatkan gejala penurunan nafsu makan serta tingkah laku berenang yang abnormal pada permukaan air.

Tindakan pencegahan terhadap adanya infestasi parasit Diplectanum sp dapat dilakukan

dengan menerapkan pendekatan prophylaksis atau tindakan pencegahan melalui pemberian immunostimulan dan vitamin untuk memperkuat sistem imun ikan. Aspek lain yang juga perlu diperhatikan adalah penerapan sistem biosecurity dan selalu memperhitungkan posisi jaring pada unit perbesaran agar tidak terlalu dangkal pada saat surut untuk menghindari transmisi parasit. Kondisi dekatnya jaring pada saat air mengalami surut dan metode Keramba Jaring Tancap yang umumnya dikembangkan oleh masyarakat pembudidaya di Selat nenek menjadikan ikan sangat rentan terhadap parasit ini. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan antihelmintik, namun penggunaan bahan ini harus didahului dengan suatu diagnosa yang baik dan benar. Untuk tingkat serangan yang cukup parah pengobatan dengan menggunakan formalin dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif. Pengobatan dengan menggunakan formalin ini harus disertai dengan sistem aerasi kuat dan selama pengobatan ikan harus selalu diawasi. Jika terjadi reaksi yang tidak diinginkan, ikan harus segera diambil dan ditempatkan pada bak yang bersih. Sementara untuk tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk menghindari kematian ikan akibat infeksi Vibrio sp dapat dilakukan dengan memperkuat sistem imun ikan melalui aplikasi immunostimulan, vaksinasi dan probiotik. Tindakan pengendalian dengan menggunakan antibiotika diupayakan agar tidak dilakukan. Hal ini utamanya disebabkan oleh penggunaan massive dari antibiotika telah menyebabkan resistensi pada bakteri target maupun bakteri non-target terhadap senyawa antibiotika, sehingga pengobatan manjadi tidak efektif. (Cabello, 2006).

Page 12: Pemantauan kawasan budidaya dan kesehatan ikan dan lingkungan di selat nenek, kelurahan temoyong   batam-1

Memperhatikan kondisi budidaya di Selat Nenek, Kelurahan Temoyong, secara umum wilayah ini sangat berpotensi untuk dapat dijadikan sebagai salah satu sentra budidaya. Hal ini selain disebabkan oleh karakter asli masyarakat yang umumnya berprofesi sebagai nelayan, juga didukung oleh faktor lingkungan dan geografis yang cukup baik untuk produksi budidaya. Oleh karena itu, perencanaan yang baik dan jenis bantuan yang efektif dan tepat guna harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah, khususnya oleh Pemerintah Kota Batam.

IV. Kesimpulan dan Saran IV.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemantauan disimpulkan bahwa kondisi kualitas air di kedua lokasi cukup baik dengan pengecualian pada lokasi Bp. Mahmud yang memiliki konsentrasi Ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Untuk identifikasi penyakit ikan, diketahui bahwa infestasi Diplectanum spp terdeteksi cukup tinggi dan ikan juga diketahui telah terinfeksi oleh Vibrio spp. Dari hasil pemantauan juga diketahui bahwa masyarakat pembudidaya di lokasi pemantauan belum melaksanakan sistem Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB)

IV.2 Saran Komoditas budidaya yang dikembangkan hendaknya tidak terfokus pada komoditas ekspor namun juga dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lokal, seperti: Kakap putih dan Bawal Bawal Bintang. Bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah juga sebaiknya tidak sebatas pemberian sarana dan prasarana kegiatan namunnjuga disertai dengan bimbingan teknis dan pemasaran ikan hasil budidaya agar nilai produksi semakin bertambah.

Daftar Pustaka Bunga, M. dan Rantetondok, A. (2009). Mikrohabitat parasit Diplectanum sp. pada ikan kerapu

macan (Epinephelus fuscoguttaus Forsskal) di keramba jaring apung. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 27 – 35 ISSN: 0853-4489

Bunga, M. 2008. Prevalensi dan Intensitas Parasit Diplectanum sp. pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogusttatus) di Karamba Jaring Apung. Jurnal Torani No. 3 Vol. 18 (2008), ISSN : 0853-4489.

Cabello, F.C. 2006. Heavy use of prophylactic antibiotics in aquaculture: a growing problem for human and animal health and for the environment. Environ Microbiol (8): 1137-1144.

NACA/FAO, 2000. Aquaculture Development Beyond 2000. The Bangkok Declaration and Strategy. Conference on Aquaculture in the Third Millenium. 20- 25 February 2000, Bangkok, Thailand. NACA Bangkok and FAO Rome. 27pp.

Rimmer, M. and Sugama, K. (2005). Sustainable Marine Finfish Aquaculture in Indonesia and Australia. In A. Sudrajat, A. I. Azwar, L. E. Hadi, Haryanti, N. A. Giri and G. Sumiarsa (Eds). Buku Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta : 12-27