Upload
ngotu
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 137
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
M. Mujibur Rohman, MA.1
Dalam pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu
metode untuk mengurangi risiko dengan jalan
memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian
akan adanya kerugian keuangan (finansial). Dari sudut
pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak
(perjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung
dengan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar
kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan
kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar
premi secara periodik kepada penanggung
Kata Kunci: Sukuk, Surat Berharga Syariah Negara,Investasi Syariah
A. Definisi Asuransi
Sebelum membahas tentang definisi asuransi, akan dibahas
tentang risiko, karena risiko berkaitan erat dengan asuransi. Risiko
adalah ketidakpastian mengenai kerugian. Definisi ini memuat dua
konsep yaitu ketidakpastian dan kerugian. Walaupun kedua konsep
ini penting dalam asuransi, namun risiko ini merupakan
ketidakpastian. Dan bukan kerugian.2 Salah satu cara mengatasi
risiko adalah dengan mangasuransikan suatu risiko kepada
perusahaan asuransi.
Menurut Soeisno Djojosoedarso risiko dibagi menjadi:
1. Risiko murni, adalah risiko yang tidak sengaja. Apabila terjadi
tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disengaja.;
1 Penulis adalah Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta
2Ahmad Hasymi Ali, Pengantar asuransi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
1993), cet. Ke-3, h. 22
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 138
misal: risiko terjadinya kebakaran, bencana alam, pencurian,
penggelapan, pengacauan, dan sebagainya.
2. Risiko spekulatif, adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang
bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan
kentungan kepadanya, seperti: risiko hutang-piutang dan
sebagainya.
3. Risiko fundamental, adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat
dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya
satu atau beberapa orang saja, tetapi banyak orang, seperti banjir,
angin topan dan sebagainya.
4. Risiko khusus, adalah risiko yang bersummber pada peristiwa
yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya,
seperti kapal kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil dan
sebagainya.
5. Risiko dinamais, adalah risiko yang timbul karena perkembangan
dan kemajuan (dinamika) masyarakat dibidang ekonomi, ilmu
teknologi, seperti risiko penerbangan luar angkasa .
6. Risiko statis, adalah kebalikan dari risiko dinamis, seperti hari tua,
risiko kematian dan sebagainya.3
Dilihat dari dapat atau tidaknya risiko tersebut dialihkan
kepada pihak lain, maka risiko dapat dibedakan menjadi dua bagian.
Pertama, risiko yang dapat dialihkan kepada pihak lain, yaitu dengan
mempertanggungkan suatu obyek yang akan terkena risiko kepada
perusahaan asuransi, dengan membayar sejumlah premi asuransi,
dengan membayar sejumlah premi asuransi. Kedua, risiko yang tidak
dapat dialihkan kepada pihak lain (tidak dapat diasuransikan),
umumnya meliputi semua jenis risiko spekulaitif.4
Definisi asuransi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Dalam pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk
mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan
mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan
(finansial). Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu
kontrak (perjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung dengan
penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang
disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung.
Sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik kepada
3 Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan
Asuransi, (jakarta: Salemba empat, 1999), Cet. Ke-1,h. 3 4 Ibid
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 139
penanggung. Dalam pandangan bisnis, asuransi adalah sebuah
perusahaan yang usaha utamanya menrima/menjual jasa,
pemindahan risiko dari pihak lain dan memperoleh keuntungan
dengan berbagai risiko diantara nasabahnya. Selain itu, asuransi
merupakan lembaga keuangan bukan bank, yang kegiatannya
menghimpun dana (berupa premi) dari masyarakat yang kemudian
menginvestasikan dana itu dalam berbagai kegiatan ekonomi.5
Dari sudut pandang sosial, asuransi didefinisikan sebagai
organisai yang menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan
dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang
mungkin terjadi pada masing-masing anggota tersebut. Karena
kerugian tidak pasti akan terjadi pada setiap anggot, maka anggota
yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandang sosial
merupakan penyumbang organisasi. Hal ini berarti kerugian setiap
anggota dipikul bersama. Dalam pandangan matematika, asuransi
merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan
faedah pertanggungan risiko. Hukum probabilitas dan tekhnik
statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat diramalkan.6
Pengertian asuransi menurut pasal 246 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah sebagai berikut:
"Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan
mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tidak tentu."7
Dari penjelasan diatas terlihat ada kekurangan dimana
devinisinya hanya menyangkut asuransi kerugian/umum saja. Hal ini
dikarenakan KUHD yang kita pakai merupakan terjemahan dari kitab
undang-undang Belanda (Wetboek Van Koephandel), mungkin saat
pembuatan undang-undang tersebut (1847) dipengaruhi situasi
pertumbuhan asuransi kerugian di benua Eropa yang sedang
berkembang dan menarik perhatian. Akan tetapi, beruntung sekali
5 Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, (Jakarta, PT. Bumi Aksara,
2000), Cet ke-2, h. 2 6 Ibid, h. 3
7 R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) dan Undang-undang (UU) kepailitan, (Jakarta : PT. Pradya Paramita,
1994), Cet. Ke-1, h. 74
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 140
kekurangan tersebut telah dijawab dengan suksesnya bangsa
Indonesia menciptakan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 tentang
usaha perasunsian. Pada pasal 1 UU No. 12 tahun 1992 menyebutkan
definisi asuransi, yang berbunyi:
" Ásuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak
atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan".8
Definisi yang ada pada UU No.2 tahun 1992 (pasal 1) lebih
lengkap dibandingkan dengan pasal 246 KUHD, karena menyangkut
semua aspek perasunsian. Mulai dari asuransi kerugian, kerusakan,
kehilangan keuntungan, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
dan asuransi jiwa. Oleh sebab itu diharapka definisi tersebut akan
sesuai dengan keadaan sekarang ini.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi
terkandung empat unsur, yaitu:
1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang
premi kepada penanggung,sekaligus atau secara berangsur-
angsur.
2. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar
sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus
atau secara berangsur-angsur apabila terjadi suatu peristiwa yang
semula belum jelasakan terjadi.
3. Suatu peristiwa (accident) yang semula belum jelasakan terjadi.9
4. kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian
karena peristiwa yang tak tentu (belum jelas akan terjadi)10
Suatu peristiwa (accident) adalah
ketidaktentuan/ketidakpastian (uncertainly) yang dapat melahirkan
kerugian (loss). Ketidakpastian ini dapat kita bagi atas:
8 Thomas Subroto, Tanya Jawab Undang-Undang No.2 Tahun 1992
tentang usaha perasuransian, (Semarang; Dahara Prize, 1996), Cet. Ke-2 9 Wijono Prodjodikoro, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: PT.
Internusa, 1994), Cet. Ke-10, h. 1 10
A. Abbas Salim, Dasar-Dasar asuransi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1993), Cet. Ke 1, h. 4
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 141
1. Ketidakpastian ekonomi (econoomic uncertainy), yaitu kejadian
yang timbul sebagai akibat dari perubahan sikap konsumen,
misalnya perubahan selera atau minat kinsumen atau terjadinya
perubahan harga, teknologi atau adanya penemuan baru dan
lain-lain.
2. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh alam (uncertainly of nature),
misalnya gunung meletus, kebakaran, badai, angin topan, banjir
dan lain-lain.
3. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh perilaku manusia (human
uncertainly), misalnya pencurian, perampokan, pembunuhan,
peperangan dan lain-lain.
Tidak semua peristiwa atau risiko dapat diasuransikan.
Peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian ini disebut peril.
Sedangkan keadaan yang dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya suatu peril disebut hazard. Peril yang dapat diasuransikan
adalah yang bersifat universal. Artinya risiko ini membawa kerugian
dalam berbagai aspek kegiatan baik ekonomi, sosial, dunia usaha
maupun hukum.
Dari tiga jenis ketidaktentuan diatas, yang dapat
dipertanggungkan adalah ketidaktentuan alam dan manusia. Sedang
ketidaktentuan ekonomi tidak dapat diasuransikan karena bersifat
spekulatif (unsur ekonomis) dan sulit untuk diukur keparahannya.11
FUNGSI, TUJUAN DAN MANFAAT ASURANSI
Menurut Afzalur Rahman, yaitu menjamin keamanan secara
umum fungsi asuransi dapat diklasifikasikan kedalam 3 bagian, yaitu
:
1. Fungsi primer, yaitu menjamin kemanan seseorang individu
terhadap bahaya tertentu sehingga kerugian finansialnya
bersama-sama ditanggung oleh banyak orang. Risiko yang
ditaksir dan jumlah kontribusinya tergantung dari banyaknya
anggota pertahun.
2. Fungsi sekunder, yaitu asuransi telah menjadikan bisnis komersial,
industri dan banyak bisnis besar yang lain mampu beroperasi
dalam skala yang besar. Tanpa adanya asuransi tidak mungkin
dapat dilaksanakan.
11
Ibid.
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 142
3. Fungsi tidak langsung, yaitu dana asuransi yang sangat besar
diinvestasikan pada pemerintah dan sebagian pada industri.
Secara tidak langsung asuransi memberikan bantuan keuangan
kepada pemerintah-pemerintah daerah dan perindustrian12
Ditinjau dari beberapa sudut, asuransi mempunyai tujuan
dan tekhnik atau cara pemecahan yang bermacam-macam antara lain:
1. Dari segi ekonomi, asuransi memiliki tujuan untuk mengurangi
ketidak-pastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh seseorang
atau perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau
mencapai tujuan. Tekhnik atau caranya dengan mengalihkan
risiko pada pihak lain mengombinasikan sejumlah risiko yang
cukup besar, sehingga dapat diperkirakan dengan lebih tepat
besarnya kemungkinan terjadinya kerugian.
2. Dari segi hukum, asuransi memiliki tujuan untuk memindahkan
risiko yang dihadapi oleh suatu obyek atau kegiatan bisnis
kepada pihak lain. Tekhniknya melalui pembayaran pre,I oleh
tertanggung kepada penanggung dalam kintrak ganti rugi (poli
asuransi), maka risiko beralih kepada penanggung.
3. Dari segi tata niaga, asuransi bertujuan untuk membagi risiko
yang dihadapi kepada semua peserta asuransi. Tekhniknya
dengan memindahkan risiko dari individu atau perusahaan ke
lembaga keuangan yang bergerak dalam pengelolaan ririko
(perusahaan asuransi), yang akan membagi risiko kepada seluruh
peserta asuransi yang ditangani.
4. Dari segi kemasyarakatan, asuransi bertujuan untuk menanggung
kerugian secara bersama-sama antar semua peserta asuransi.
Tehniknya adalah semua anggota kelompok asuransi
memberikan kontribusinya (premi) untuk menyantuni kerugian
yang diderita oleh seseorang atau beberapa orang anggota.
5. Dari segi matematis, asuransi bertujuan untuk meramalkan
besarnya kemungkinan terjadinya risiko dah hasil ramalan itu
dipakai dasar untuk membagi risiko kepada semua peserta
asuransi. Tekhniknya dengan menghitung besarnya
kemungkinan berdasarkan teori kemungkinan (probability theory)
yang dilakukan oleh aktuaris maupun oleh underwriter
Menurut Hasymi Ali, tujuan pokok asuransi bukanlah
pemerataan maupun pencegahan kerugian, melainkan mengurangi
12
AfzalurRahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT.Dana
Bhakti Wakaf, 1995), jilid 4,h. 95
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 143
uncertanty (ketidakpastian, kerugian) yang disebabkan oleh kesadaran
atau kemungkinan kerugian. Asuransi memberikan kepastian kepada
masing-masing anggota kelompok itu dengan meratakan biaya
kerugian.13
Manfaat asuransi menurut Drs. Hermawan Darmawi, adalah:
1. Asuransi melindungi risiko investasi,
2. Asuransi sebagai sumber dana investasi,
3. Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit,
4. Asuransi dapat mengurangi kekhwatiran,
5. Asuransi mengurangi biaya modal,
6. Asuransi menjamin kstabilan perusahaan,
7. Asuransi dapat meratakan keuntungan,
8. Asuransi dapat menyediakan layanan profesional,
9. Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian,
10. Asuransi membantu pemeliharaan kesehatan.14
Setelah membahas Definisi Asuransi, Fungsi, Tujuan dan
Manfaat Asuransi berikutnya akan dibahas tentang Sejarah Asuransi.
Untuk teman-teman, harap dipahami apa makna kata yang terdapat
dalam definisi asuransi tersebut, supaya tidak salah dalam
menjelaskan tentang asuransi kepada orang lain (kesalahan adalah
awal dari kita berbuat dosa-berbohong).
SEJARAH PERASURANSIAN
Perkembangan asuransi sekarang ini semakin pesat, dengan
majunya perkembangan sain dan tekhnologi. Apalagi pada era
globalilasi, dimana perusahaan asuransi memiliki kebebasan untuk
mendirikan usahanya dimana saja. Kebebasan ini mencakup
perusahaan luar negri (asing) dapat mendirikan usaha jasa asuransi
didalam negeri, sebaliknya perusahaan dari Indonesia dapat
mendirikan usaha jasa asuransi di negara lain
Perkembangan asuransi yang ada sekarang ini merupakan
hasil usaha orang terdahulu yang melakukan usaha jasa (sekarang
dikenal dengan asuransi) dalam bisnisnya. Untuk lebih jelas lagi,
berikut akan dibahas tentang sejarah perasuransian.
1. Zaman Sebelum Masehi
13
Ibid., h. 70 14
A. Hasymi Ali, op.cit., h. 170
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 144
Asuransi diperkirakan mulai muncul pada sekitar tahun
2.250 SM, dimana bangsa Bablyonia telah memiliki semacam
undang-undang mengenai praktek "Bottomery" yaitu suatu cara
pembiayaan perdagangan yang mempunyai sifat khusus dan
berbeda dengan cara kredit biasa. Dalam undang-undang
tersebut para pedagang mengambil barang-barang dagangan
untuk dijual ke tempat-tempat lain terdahulu. Namun mereka
diwajibkan membayarnya kelak dengan pembayaran bunganya.
Akan tetapi bila barang-barang tesebut di rampok dalam
perjalanan, mereka dibebaskan dari kewajiban tersebut, hal ini
mirip dengan asuransi. Praktek Bottomry seperti ini juga telah
dikenal bangsa India tahun 600 SM, dikenal bangsa Yunani sejak
tahun 400 SM.15
Pada tahun 215 SM, pemerintah kerajaan Romawi
diminta oleh para supplier perlengkapan dan perbekalan tentara
kerajaan untuk menerima suatu konsepsi berupa pemberian
priteksi kepada mereka. Proteksi dilakukan terhadap segala risiko
kerugian yang mereka derita, atas barang-barang mereka yang
berada di kapal sebagai akibat bahaya maritim seperti halnya
serangan musuh dan badai.16
Sekitar tahun 106-43 SM, Scheltema (Romawi) melihat
banyak perjanjian yang sama dengan asuransi sejumlah uang
(Sommen Verzekring). Scheltema menyebutkan ada satu
perkumpulan (collegium), yang bernama "Collegium Cultorum
Diane et Antinoi". Dalam perkumpulan imi, para anggota
membayar uang pangkal sebesar 100 sasterti dengan iuran 5 asses
sebulan. Apabila seorang anggota meninggal dunia, maka kepada
ahli waris dibayar 300 seperti untuk biaya penguburan (sama
dengan asuransi jiwa).17
2. Zaman Sesudah Masehi (M)
Pada tahun 200 M, para saudagar dan aktor di Italia
mendirikan semacam lembaga asuransi yang disebut Collegia
Tenniorium. Maksudnya adalah untuk membantu janda-janda
dan anak-anak yatim yang ditinggal bapaknya (menjadi anggota).
15
Herman Darmawi, , op.cit., h. 4 16
Suhawan, Pelajaran Asuransi SMK Jurusan Perdagangan/Manajemen
Bisnis, (Bandung: Armico, 1995), h.12 17
Wijono Prodjodikoro, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: PT.
Internusa, 1994), Cet. Ke-10, h.15
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 145
Selain itu mantan budak yang diperbantukan kepada
ketentraman di Itali juga mambentuk lembaga yang serupa
dengan nama "Collegia Nititum".
Tahun 1994 muncul suatu lembaga yang mirip dengan
asuransi di Belgia. Sehingga pada masa pemerintahan Ratu
Eleanor dibentuk undang-undang asuransi yang tercantum
dalam "Roles D'oleron". Begitu pula di Italia, semakin
meningkatnya transaksi perdagangan antar negara dan
diperlukannya proteksi, maka pada tahun 1230 dibentuk undang-
undang asuransi (maritim).
Di Perancis (provins) sejak permulaan abad ke 14,
peraturan mengenai uang tambang , perjanjian pengangkutan
dan asuransi ditetapkan dengan pemilik kapal. Diduga The House
of Bardi adalah penanggung yang pertama kali muncul dalam
bidang proteksi risiko-risiko asuransi. Hal ini terjadi pada tahun
1319 atas ekspor pakaian yang pengirimannya dilakukan melalui
darat dari flondus Via Brobant, Champagne dan Perancis ke
florence.
Tahun 1347 di Italia membuat polis yang pertama. Isi
polis tersebut adalah mengenai kontrak pengangkutan dan
asuransi antara I Geargians Le Levellium dengan Bartholomus
Basus. Hal ini dilakukan dalam suatu pengiriman barang seharga
107 pound dari pelabuhan Genoa ke Mayorga. Nama kapal
pengangkutannya adalah "Santa Clara". Tahun 1547 Inggris
membuat polis yang pertama. Tepatnya tanggal 20 September
1547 atas pengiriman barang dari Cadic ke London dengan nama
kapal "Santa Maria "
Tahun 1653 terjadi suatu kebakaran yang cukup besar di
Marlovongh Inggris. Sejak saat itu di Inggris lahir suatu sistem
untuk menanggulangi kerugian akibat bahaya kebakaran yang
diberi nama "King's Brifes". Tahun 1666terjadi suatu kebakaran
besar di London yang berasal dari dapur roti istana yang
kemuian meluas ke bangunan-bangunan lainnya. Kebakaran
tersebut dikenal sebagai " The Great Fire of London". Peristiwa ini
telah banyak menyadarkan banyak orang tentang pentingnya
usaha yang lebih berdaya guna dan dapat menghadapi kerugian
akibat kebakaran. Maka dari itu setahun kemudian (1667)
Nicholas Barbon mendirikan asuransi kebakaran yang pertama di
Inggris. Setelah itu berkembanglah perusahaan-perusahaan
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 146
asuransi di berbagai negara sesuai dengan kemajuan
perekonomian dan tekhnologi.18
Dalam kaitan sejarah perkembangan dunia asuransi tidak
lepas dari sejarah berdirinya bursa "Lloyd's" di London. Bursa
tersebut merupakan bursa terbesar di dunia. Pada awalnya
sekitar abad ke-17, mulai dikenal komoditi kopi sebagai
minuman yang digemari di Eropa Barat. Pada tahun 1652 seorang
yang bernama "Edward Lloyd" membuka sebuah warung kopi.
Warung itu merupakan tempat berkumpul para saudagar sambil
minum kopi. Disana dibicarakan tentang musibah atau
kecelakaan yang dialami sesama pelayar.
Dari sinilah muncul ide untuk mengurangi risiko-risiko
yang dihadapi. Pada tahun 1688 "Llyod coffee house" milik Edward
menjadi terkenal dan sering dikunjungi pelanggan untuk
berbisnis dan berasuransi, sekaligus beristirahat di warung
kopinya. Pada tahun 1696 Edward Llyold menerbitkan majalah
"Llyold News" yang sekarang "Llyold List"'. Isi beritanya
mengenai informasi bisnis dan asuransi didalamnya. Akhirnya
tahun 1791 para makelar asuransi "Llyold coffee house" membentuk
suatu organisasi yang diberi nama "Llyold Corporation". Organisasi
ini terus berkembang dan tidak menangani asuransi
pengangkutan jasa, tetapi hampir semua asuransi ada dan
ditutup di bursa Llyold.19 Sampai sekarang dan bisa seterusnya,
usaha jasa asuransi ini berkembang diseluruh dunia dan
termasuk di Indonesia.
3. Sejarah Perasuransian di Indonesia
Asuransi masuk ke Indonesia dengan perantara orang
Belanda. Kemungkinan masuknya asuransi ke Indonesia setelah
berdirinya perusahaan asuransi di negeri Belanda yang bernama
"De Nederland Van 1845". Di Indonesia orang Belanda mendirikan
sebuah perusahaan asuransi jiwa dengan nama "Nederlands
Indishe Leven En Lfjf Rente Maatschappij" (Nilmy). Perusahaan
ini terakhir diambil oleh Republik Indonesia dan sekarang
bernama PT. Asuransi Jiwa Sraya.20
Pada tahun 1843 perusahaan asuransi kerugian pertama
beroperasi di Indonesia yakni "Bataviasche Zee end Brand Australia
18
Suhawan, op.cit., h. 15 19
Ibid., h. 16 20
Ibid., h. 17
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 147
Maatschappij". Kemudian diikuti dengan berdirinya asuransi jiwa
Bernama "nimlity" tahun 1845. Pada tahun 1912, didirikan
asuransi jiwa bernama "Boemi Petra" yang dimiliki dan dipimpin
sendiri oleh tenaga-tenaga bangsa Indonesia. Pada tahun 1942-
1945, perkembangan asuransi terhenti, karena terjadi revolusi
fisik.
Asuransi mulai tumbuh lagi setelah bangsa Indonesia
merdeka (1950-1965). Perusahaan yang telah dibekukan mulai
dibuka kembali. Sedangkan pemerintah membentuk PN Asuransi
Jasa Anea, PN Asuransi Jasa Samudera (bergabung menjadi PN
Asuransi Bendasinya), kemudian PN Asuransi Jasa Negara yang
berubah menjadi PT. Umum Internasional Underwriters menjadi
PT. Asuransi Jasa Indonesia.
Pada tahun 1988 pemerintah melakukannya pembenahan
(digarap lebih intensif) dalam bidang asuransi. Hal ini sejalan
dengan derap pembangunan saat itu yang gencar dilakukan
bangsa Indonesia. Peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah
adalah Kepres No. 40/26 Oktober 1988, tentang usaha dibidang
asuransi kerugian, dan keputusann menkeu. No.1249 /
KMK.013/1998 tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan
usaha asuransi kerugian dan kep. Menkeu. No.1250/KMK.012/
tahun 1988 tentang usaha asuransi jiwa.
Tahun 1992 bangsa Indonesia mulai memiliki undang-
undang khusus perasuransian yaitu Undang-Undang No.2 tahun
1992. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka kedudukan
asuransi di masyarakat menjadi jelas. Batasan dan aturan pokok
segala sesuatu mengenai perasuransian telah dicantumkan
didalamnya sebagai pegangan bagi seluruh bangsa Indonesia
dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bidang
perasuransian.21 Undang-undang ini masih terus dipakai sampai
sekarang ini.
PRINSIP-RINSIP DASAR ASURANSI
Transaksi asuransi diikat oleh suatu perjanjian yang sah, yang
disebut kontrak atau polis dan kontrak tersebut tidak dapat lengkap
dengan sendirinya. Untuk melengkapinya (perlu) dilihat bagaimana
21
Ibid., h. 19
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 148
keadaan (kondisi) lingkungan (nasabah) dan bagaimana keadaan
(ketentuan-ketentuan) sosialnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka berikut akan dibahas
prinsip-prinsip dasar asuransi, yang mendasari kontrak asuransi.
1. Prinsip Insurable Interest (adanya kepentingan yang dapat
diasuransikan).
Artinya, jika suatu kejadian dapat menimbulkan
kerugian kepada seseorang, maka berarti orang yang
bersangkutan mempunyai kepentingan terhadap kerugian
tersebut. Agar orang tersebut dapat mengasuransikan kerugian
itu maka kepentingan itu harus dapat diasuransikan. Jadi, orang
yang bersangkutan (yang akan berasunsikan) harus dapat
menunjukkan kerugian terhadap suatu obyek yang akan
diasuransikan.22
2. Prinsip Indemnitas (penggantian kerugian).
Kebanyakan kontrak asuransi kerugian dan konrak
asuransi kesehatan merupakn kontrak indemnity (indemnitas)
atau "kontrak pergantian kerugian". Penanggung menyediakan
kerugian untuk kerugian yang nyata diderita tertanggung, dan
tidak lebih besar dari pada kerugian itu. Batas tertinggi
kewajiban penanggung berdasarkan prinsip ini adalah
memulihkan tertanggung pada posisi ekonomi yang sama
dengan posisinya sebelum terjadi kerugian.23
3. Prinsip Subrogasi (peralihan pada pihak ketiga).
Prinsip subrogasi ini melengkapi prinsip indemnitas.
Prinsip subrogasi memberi penanggung yang telah
membayarkan ganti kerugian, segala hak tertanggung terhadap
pihak ketiga berkenaan terjadinya kerugian itu. Contoh, jika
rumah seseorang terbakar karena kelalaian tetangga yang
membakar sampah di pekarangannya, maka pemilik rumah
berhak meminta pertanggung jawaban teatangganya. Akan
tetapi, apabila rumah tersebut diasuransikan (kebakaran) , maka
perusahaan asuransi akan membayar kerugian tersebut, tetapi
kemudian memperoleh hak tertanggung untuk menagih
tetangganya. Hak subrogasi ini menempatkan beban pada yang
bertanggung jawab memikilnya dan mencegah tertanggung
22
Soeisno Djojosoedarso, op.cit., h. 105 23
Herman Darmawi, , op.cit., h.67
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 149
mendapatkan keuntungan dengan menagih dua kali untuk
kerugian yang sama.
4. Prinsip Utmost good faith (itikad baik)
Prinsip itikad baik atas dasar kepercayaan antara pihak
penanggung dan tertanggung dalam melakukan penutupan
asuransi. Jadi, apabila masa jaminan telah selesai kedua belah
pihak (tertanggung dan penanggung) sama-sama memberi
kepercayaan atau itikad baik ( jujur, ikhlas) semua pihak. 24
MACAM-MACAM USAHA ASURANSI
Usaha asuransi dapat dibagi menjadi beberapa macam dan
berdasarkan berbagai macam segi, antara lain :
1. Ditinjau dari sifatnya, bidang asuransi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1.a). Asuransi sosial atau asuransi wajib dimana untuk ikut serta
dalam asuransi tersebut terdapat unsur paksaan atau wajib
bagi setiap warga negara. Jadi semua warga negara wajib
menjadi anggota atau membeli asuransi tersebut. Asuransi
ini biasanya diusahakan oleh pemerintah atau badan usaha
milik negara. 25Contohnya : ASTEK (Asuramsi Tenaga
Kerja), TASPEN (Tabungan Asuransi Pegawai Negeri),
ASABRI (Asuransi Angkutan Bersenjata Republik
Indonesia).
1.b). Asuransi Sukarela, dalam asuransi ini tidak ada paksaan
bagi siapapun untuk menjadi anggota/pembeli. Jadi setiap
orang bebas untuk memilih menjadi anggota atau tidak
dari jenis asuransi ini. Jenis asuransi ini biasanya
diselenggarakan oleh pihak swasta, tetapi ada juga yang
diselenggarakan oleh pemerintah.26 Contohnya : PT.
Jiwasraya (BUMN), PT. Jasa Indonesia (BUMN), PT.
Asuransi Ramayana, PT Asuransi Bintang, AJB,
Bumiputera dan sebagainya.
2. Ditinjau dari jenis obyeknya, asuransi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
24
A. Hasymi Ali, op.cit., h.185 25
Soeisno Djojosoedarso, op.cit., h. 72 26
Ibid.,
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 150
2.a). Asuransi atas orang (personal insurance)
Asuransi atas orang adalah asuransi yang
berkaitan dengan kesehatan, kehilangan pekerjaan, lanjut
usia atau kematian seseorang. Pada umumnya asuransi ini
diselenggarakan oleh perusahaan asuransi jiwa dan
sebagian oleh asuransi kerigian. Perusahaan asuransi
swasta cenderung ubtuk mengkhususkan pada tanggungan
kematian dan kesehatan. Sedangkan perusahaan asuransi
milik negara pada tanggungan lanjut usia dan
pengangguran dengan program asuransi sosial.27 Akan
tetapi tidak menutup kemungkinan pemerintah untuk
membuka jasa asuransi yang disebabkan kematian,
kecelakaan dan sakit. Begitu pula untuk perusahaan swasta
diperbolehkan membuka jasa asuransi dengan peril
penganggura dan karena lanjut usia.
2.b). Asuransi atas harta (property isurance)
Asuransi umum atau kerugian, yang berkenaan
dengan hak/harta milik seseorang ataupun kepentingan
yang meliputi asuransi kebakaran, asuransi pengangkutan
barang, asuransi rangka kapal, asuransi kendaraan
bermotor, asuransi varia, asuransi penerbangan, asuransi
enggineering dan lain sebagainya.28
3. Beberapa perusahaan asuransi yang sekarang ada di Indonesia
antara lain:
4.a). Perusahaan asuransi jiwa,yaitu perusahaan asuransi yang
menangani risiko keuangan sebagai akibat meninggalnya
tertanggung.
4.b). Asuransi kerugian, yaitu perusahaan asuransi yang risiko
keuangan sebagai akibat kerugian karena peril yang
menimpa barang-barang atau kepentingan yang
dipertanggungkan
4.c). Reasuransi, yaitu perusahaan yang mempertanggungkan
kembali sejumlah risiko oleh sebuah perusahaan asuransi
kepada perusahaan asuransi lainnya( reinsurer).
4.d). Asuransi sosial, yaitu perusahaan asuransi yang bidang
usahanya menanggung risiko finansial masyarakat kecil
yang kurang mampu. Perusahaan ini diselenggarakan oleh
27
Herman Darmawi, , op.cit., h. 26 28
Soeisno Djojosoedarso, op.cit., h. 73
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 151
pemerintah atau badan yang ditunjuk atau dibentuk oleh
pemerintah.29
4. Dari segi sistem yang dipergunakan, asuransi di Indonesia dibagi
menjadi :
4.a). Asuransi Konvensional, yaitu asuransi yang dijalankan
sesuai dengan hukum positif atau undang-undang yang
dibuat.
4.b). Asuransi Syari'ah, yaitu asuransi yang dijalankan sesuai
dengan syari'at Islam (Al-qur'an dan Hadits).
Kedua sistem diatas, baik konvensional dan syari'ah terus
berkembang pesat. Untuk asuransi syari'ah banyak perusahaan baru
yang membukanya,bahkan ada (banyak) perusahaan asuransi
konvensional yang membuka cabang syari'ah. Semua ini memerlukan
sumber daya manusia yang berpotensi. Untuk teman-teman (ini
adalah sebuah peluang) banyak-banyaklah membaca dan
memperdalam hal-hal yang berkaitan dengan asuransi (umum dan
Syari'ah), karena anda (diperlukan) atau dicari atau dinanti banyak
perusahaan.
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Selanjutnya akan dibahas tentang "Asuransi Dalam Perspektif
Islam". Sebelumnya akan dibahas bagaimana "Pendapat Ulama Tentang
Asuransi" .
A. Pendapat Ulama Tentang Asuransi
Didalam Al-qur'an dan Hadits tidak ada satupun ketentuan
yang mengatur secara eksplisit tentang asuransi.30 pembahasan juga
tidak dijumpai didalam fiqh klasik, karena bentuk transaksi ini baru
muncul sekitar abad ke-13 dan ke-14 di italia dalam bentuk asuransi
perjalanan laut.31 oleh karena itu masalah asuransi didalam islam
termasuk bidang hukum "ijtihad" artinya untuk menentukan hukum
29
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga terkait di
Indonesia, (Jakarta : PT. Raja 1997), Cet. Ke-2, h. 165
30
Ibid., 31
Ensiklopedia Hukum Islam, h. 138
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 152
asuransi ini halal atau haram masih diperlukan peranan akal pikiran
ulama ahli fiqh.
Warkum Sumitro, SH. MH. Mengatakan bahwa pada garis
besarnya ada 4(empat) macam pandangan ulama dan cendikiawan
muslim tentang asuransi, yaitu :
1. Ulama yang berpendapat bahwa asuransi termasuk segala
macam bentuk dan cara operasinya hukumnya "haram".
Pandangan pertama ini didukung oleh beberapa ulama antara
lain Yusuf Al-Qardhawi, Sayid Sabiq, Abdullah Alqalqili dan
Muhammad Bakhit Al-Muth'i. menurut pandangan kelompok
pertama asuransi diharamkan karena beberapa alasan:
2.a). Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang
dalam islam
2.b). Asuransi mengandung unsur ketidapastian
2.c). Asuransi mengandung unsur "riba" yang dilarang dalam
islam.
2.d). Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang bersifat
menekan
2.e). Asuransi termasuk jual beli (tukar-menukar) mata uang
secara tidak tunai.
2.f). Asuransi obyek bisnisnya digantungkan pada hidup dan
matinya seseorang, yang berarti mendahului takdir Tuhan.
2. Kelompok ulama yang berpendapat bahwa asuransi hukumnya
"halal" atau diperbolehkan dalam Islam. Pendukung pandangan
ini antara lain, Abdul Wahab Khallaf, M. Yusuf musa, Abdur
Rachman Isa, Mustafa Ahmad Zarqa dan M.Nejatullah Siddiqi.
Menurut pandangan mereka asuransi diperbolehkan dengan
alasan :
2.a). Tidak ada ketentuan dalam Al-qur'an dan Hadits yang
melarang asuransi.
2.b). Terdapat kesepakatan kerelaan dari keuntungan bagi
kedua pihak baik penanggung maupun tertanggung.
2.c). Kemaslahatan dari usaha asuransi lebih besar dari
mudharatnya.
2.d). Asuransi termasuk akad mudharatnya roboh atas dasar
profit and loss sharing.
2.e). Asuransi termasuk kategori koperasi (syirkah ta'awuniah)
yang diperbolehkan dalam islam
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 153
3. Kelompok ulama yang berpendapat bahwa asuransi yang
dierbolehkan adalah asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan,
sedangkan yang bersifat komersil dilarang dalam islam. Yang
mendukung pandangan ini adalh M.Abu Zahrah.
4. Kelompok ulama yang berpendapat bahwa hukum asuransi
termasuk "subhat", karena tidak ada dalil yang menghalalkan
asuransi. Oleh sebab itu kita harus berhati-hati didalam
berhubungan dengan asuransi.32
Sekarang ini asuransi merupakan tuntutan masa depan,
karena asuransi mengandung manfaat sebagai berikut:
1. Membuat masyarakat atau perusahaan menjadi lebih aman dari
risiko kerugian yang mungkin timbul.
2. Menciptakan efisiensi perusahaan (bussiness effisienscy)
3. Sebagai alat untuk menabung (saving) yang aman dari gejolak
ekonomi.
4. Sebagai sumber pendapatan (earning power), yang didasarkan
pada financing the bussiness.
Selain itu alasan keraguan ummat Islam pada asuransi,
karena khawatir asuransi mengandung unsur gharar, maisir, riba dan
komersial. 33menanggapi masalah asuransi dengan segala bentuknya
yang berkembang saat ini, KH. Ali Yafie mengatakan bahwa asuransi
itu diciptakan di dunia Barat, sehingga mempunyai watak, bentuk,
sifat, dan tujuan yang berbeda dari wujud mu'amalah yang dikenal
dalam fikih yang dikenal dalam dunia islam.34
B. Definisi dan pembagiannya
Wahbah Az-Zuhaili (ahli fiqh dan ushul fiqh kontemporer)
mendefinisikan asuransi sesuai dengan pembagiannya. Menurutnya
asuransi itu ada dua bentuk, yaitu at-ta'min at-ta'awuni (asuransi
tolong menolong) dan ata'min biqisthi tsabit (asuransi dengan
pembagian tetap)
"At-ta'min at-ta'awuni (asuransi tolong menolong) adalah
kesepakatan sejumlah orang untuk membayar sejumlah uang sebagai
ganti rugi ketika salah seorang diantara mereka mendapat
kemudharatan. Kemudharatan yang menimpa para peserta at-ta'min
at-ta'awuni dapat berbentuk kecelakaan, kematian, kebakaran,
32
Warkum Sumitro, op.cit., h. 167
33
Ibid., h. 168 34
Ensiklopedia Hukum Islam, h. 140
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 154
kebanjiran, kecurian dan bentuk-bentuk kerugian lainnya sesuai
dengan kesepakatan bersama."
Ata'min biqisthi tsabit (asuransi dengan pembagian tetap) adalah
akad yang mewajibkan seseorang membayar sejumlah uang kepada
pihak asuransi yang terdiri atas beberapa pemegang saham dengan
perjanjian apabila peserta asuransi mendapat kecelakaan, ia diberi
ganti rugi.35
Perbedaan antara kedua asuransi ini, menurut Musthafa al-
Bugna (guru besar fikih islam Universitas Damaskus, Suriah)terletak pada
tujuan masing-masing. At-ta'min at-ta'awuni pada dasarnya tidak
mencari keuntungan, tetapi semata-mata untuk kepentingan bersama
ketika kemudharatan menimpa salah seorang anggotanya.36
Hukum dibolehkannya at-ta'min at-ta'awun, karena sejalan
dengan prinsip islam yang terdapat dalam Al-qur'an surat Al-
Ma'idah 2, yang berbunyi :
"…. dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran .."(Q.Sal-maidah:2)
Adapun tujuan dari Ata'min biqisthi tsabit adalah untuk
memperoleh keuntungan disamping melakukan penjaminan
terhadap pesertanya
C. Landasan Asuransi Syari'ah
Asuransi islam lahir sejak tahun 1979 di Sudan, yang
kemudian diikuti oleh perusahaan asuransi islam lainnya di negeri
mayoritas muslim. Hingga saat ini lebih dari 50 perusahan islam di
dunia yang mengoperasikan asuransi di seluruh dunia yang
mengoperasikan sistem asuransi islam (syari'ah).37
1. Asuransi Islam Sudan (1979)
2. Asuransi Islam Arab (1979)
3. Dar Al Maal Al Islam, Geneneva(1983)
4. Takaful Islam Bahamas (1983)
5. Altakaful Al Islamiah Bahrain, E.C. (1983)
35
Ensiklopedia Hukum Islam, h 138 36
Ibid., 37
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Makalah Seminar Asuransi
Jiwa Syari'ah, Jakarta: 19 Juni 2002
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 155
6. Syarikat Tkaful Al Islamiah Bahrain, E.C.(1983)
7. Syarikat Takaful Malaysia SDN, Berhard (1984)38
Sedangkan asuransi syari'ah yang telah beroperasi di
indonesia antara lain
1. PT.Asuransi (jiwa) Syari'ah Mubarakah / ASM (18 Okrober 1993).
2. PT.Asuransi Takaful Keluarga (25 Agustus 1994)
3. PT.Asuransi (jiwa) Mega Arta Alisiando/ MMA (16 Februari 1995)
4. PT.Asuransi Takaful Umum (1 Juni 1995)
5. PT.Asuransi Bumi Putera (Syari'ah), dll.
Landsan berdirinya asuransi syari'ah merupakan
penghayatan terhadap semangat saling bertanggung jawab,
kerjasama dan perlindungan dalam kegiatan masyarakat, demi
tercapainya kesejahteraan umat dan masyarakat umum. Hal ini
berkaitan dengan konsep dan prinsip asuransi syari'ah.39
1. Konsep Asuransi Syari'ah
Dengan merujuk kepada apa yang diterapkan dalam
sistem "akilah", konsep asuransi dapat diterima oleh ajaran islam.
Sistem akilah adalah sistem ganti rugi yang ditanggung secara
berkelompok, suatu tradisi yang telah berkembang pada
masyarakat Arab. Sistem ini dipraktikkan pada awal Islam,
zaman Nabi Muhammad saw antara kaum Muhajirin dan
Anshar.
"……Para imigran Quraisy, berdasarkan adat pribadinya,
berkewajiban membayar ganti rugi diantara anggotanya dan akan
menebus orang yang dipenjarakan dengan cara yang sebaik-baiknya dan
berlaku bijaksana kepada siapapun diantara orang yang beriman".40
Dari sini terlihat bahwa orang yang beriman tidak boleh
melantarkan orang yang menderita diantara mereka dengan
tidak mau membayar tebusan atau ganti rugi dengan sebaik-
baiknya.
38
Muhammad Yafi'i Antonio, Wawasan Islam Dan Ekonomi; Sebuah
Bunga Rampai, (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi; Universitas
Indonesia, 1997), h. 256
39
Karnaen A. Pewataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di
Indonesia, (Depok: Usaha Kami; Penerbit Buku Pilihan, 1996), Cet. Ke-2, h. 231 40
AfzalurRahman, Doktrin Ekonomi Islam, jilid 4, (Yogyakarta:
PT.Dana Bhakti Wakaf, 1996), seri ekonomi islam No. 3, Edisi Lisensi, h. 88
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 156
Menurut Muhammad Hidayat, secara umum ada dua
aspek utama yang terkandung dalam konsep islam41, yaitu:
1.a). Konsep kerjasama, didalamnya setiap individu
mempunyai keterbatasan dalam melindungi diri dan
keluarga. Maka kita dianjurkan untuk bertawakkal. Akan
tetapi bertawakkal saja tidak cukup, untuk itu
duwajibkan untuk berikhtiyar. Setidaknya, kita berusaha
meminimalkan risiko. Maka dari itu dibutuhkan usaha
yang dapat dilakukan secara bersama memberi derma
(tabaru), yang dikumpulkan dalam bentuk tabungan. Bila
jumlah anggota banyak, walaupun masing-masing derma
atau iurannya kecil, maka secara total jumlahnya
diharapkan cukup untuk melindungi anggota yang
tertimpa musubah.
1.b). Konsep perlindungan, didalam kehidupan sehari-hari
masyarakat modern yang kita alami dewasa ini, maka
kita senantiasa berhadapan dengan berbagai macam
risiko, baik risiko kehilangan tempat tinggal atau ketidak
beruntungan lainnya. Sebagai umat islam kita wajib
percaya musibah kehendak Allah swt. Kewajiban kita
adalah mencari jalan keluarnya untuk mengurangi risiko
tersebut, diperlukan perlindungan asuransi42
Dalam prakteknya, perusahaan asuransi dapat
melakukan kerjasama dengan peserta (pemegeng polis) atas
prinsip mudharabah, perusahaan sebagai mudharib (penerima
uang premi) dari peserta untuk diadministrasikan dan
diinvestasikan sesuai dengan ketentuan syari'ah. Peserta sebagai
shohibul maa'al, yang akan mendapat manfaat jasa perlindungan
serta bagi hasil dari keuntungan perusahaan
2. Prinsip-prinsip Asuransi Syari'ah
Ajaran islam mendorong umat untuk saling tolong
menolong, bertanggung jawab dan menaggung satu dengan yang
lainnya atas musibah yang diderita sudaranya. Tujuannya adalah
untuk mencapai kehidupan bersama yang tentram, damai dan
41
Muhammad Hidayat, AsuransiSyari'ah teori –prakteknya di Indonesia,
(kumpulan makalah), h. 199 42
Ibid
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 157
sejahtera. Hal inilah yang menjadi kekuatan umat dapat terwujud
(persaudaraan)
Asuransi syariah memiliki prinsip-prinsip yang harus di
pegang teguh, yaitu:
2.1. Saling bekerja sama untuk bantu membantu
Dalam Al-qur'an Allah swt memerintahakan agar
dalam kehidupan bermasyarakat disuburkan nilai tolong
menolong dalam kebajikan dan takwa. Kekayaan sebaiknya
dipergunakan untuk bekerja sama membantu memberikan
kelonggaran atas orang yang mengalami kesulitan, karena
musibah atau yang lainnya. Dalam hadits balasan bagi
orang yang memberi kelonggaran adalah akan diberi
kelonggaran oleh Allah swt di hari kiamat nanti.
Hal ini sesuai dengan perintah Allah awt dalam Al-
qur'an :
"……. Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah swt,
sesungguhnya Allah swt amat berat siksanya."(q.s al-Maidah :2)
Hadits Nabi Muhammad saw
"Dari Abu Hurairah bahwasanya nabi Muhammad saw
bersabda:Barang siapa yang memberi kelonggaran kepada seorang
muslim dari suatu kesulitan, dari berbagai kesulitan dunia, Allah
swt pasti akan memberikan kelonggaran atas perbuatannya itu
dari kesulitan-kesulitan hari kiamat. Barang siapa memudahkan
kesulitan orang lain maka Allah akan memudahkan lesulitannya
di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib orang lain maka
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 158
Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah
swt selalu akan menolong hambanya selama hamba itu selalu
memberi pertolongan terhadap saudaranya. "(H.R. Abu Daud)43
2.2. Saling melindungi atau memberi rasa aman
Keamanan dan keselamatan merupakan idaman
setiap manusia, seperti halnya mencari rizki. Allah swt
telah menyediakan rizki setiap mahluk hidup, dan tidak
ada yang kelaparan, sehingga terlepas dari rasa takut
menjalani kehidupan di dunia. Hal ini sesuai dengan
firman Allah swt, semua mahluk telah diberi (rizki) makan
untuk menghilangkan rasa lapar dan memberi rasa aman
dari ketakutan. Hadits Nabi Muhammad saw menerangkan
agar meningkatkan takwa dan melindungi tetangganya
dari kelaparan.
Firman Allah swt dalam Al-qur'an surat Al-Quraiy
ayat 4, berbunyi:
"Allah swt yang telah memberi makan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan
(Q.S Al Quraisy :4)
Hadits Nabi Muhammad saw
"Dari Anas Ibn Malik bahwasanya Nabi bersabda; bukanlah
orang yang beriman, seorang yang tidur nyenyak dengan perut
43
Abu Daud Selaiman ibn Asy'ats, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar al-
Fikri, 1994), Vol. iv, h. 312-313, lihat juga Muhidin an-Nawaawi, Riyadus
Shalihin, Al-Maarif, Bandung, h. 134
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 159
kenyang sedangkan tetangga disampingnya meratap karena
kelaparan dan ia mengetahui keadaan itu ". (HR. Al-Bukhari )44
2.3. Saling bertanggung jawab, diantara sesama umat.
Hubungan sesama umat yang beriman berada
dalam suasana penuh kasih sayang, ibarat satu badan,
apabila salah satu anggotanya kesakitan maka seluruh
badan akan ikut merasakannya. Hal ini menggambarkan
bahwa orang mukmin dengan mukmin lainnya bersaudara,
ibarat sebuah bengunan, yang tiap bagian saling
mengukuhkan, dari sini islam mengajarkan untuk tidak
mementingkan diri sendiri, tetapi kebersamaan dan
bertanggung jawab. Rasa tanggung jawab antar warga
dapat memperkokoh persatuan dan persaudaraan.
Hadits Nabi Muhammad saw:
Dari Abu Musa bahwasanya nabi bersabda ; seorang mukmin
dengan mukmin yang lain ibarat sebuah bangunan, yang tiap-tiap
bagiannya saling menguatkan bagian yang lain, kemudian
Rasulullah merapatkan jari-jari tangannya. "(H.R. Bukhari)45
2.4. Menghidari unsur gharar, maisir dan riba
Berbeda dengan asuransi konvensional, asuransi
syari'ah harus beroperasi dengan prinsip syari'at islam
dengan cara menghilangkan sama sekali kemungkinan
terjadinya unsur-unsur gharar, maisir, dan riba46. Bentuk-
bentuk usaha dan investasi yang dibenarkan dalam syari'at
islam adalah yang lebih menekankan kepada keadilan
dengan mengharamkan riba, dan kebersamaan dalam
menghadapi risiko usaha.
44
Alaudin al-muttaqi ibn Hasan al-Dian Al-Hindy, Kanzu al-Ummal,
vol. ix Muassatu al-Risalah, Beirut, 1989, h. 52-53, lihat Muhammad ibn Ismail,
Al-Adab Al-mufrad, dar al kutub al-ilmiyyah, beirut, 1990, h. 46-47. 45
Imam Abu Al-Abbas ahmad , Al-Tajridh al-Shahih, Dar al-Hadits,
Kairo, 1996, h.538, lihat Muhyiddin Annawawi, op. cit., h. 128 46
Lihat hal. 43
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 160
PRINSIP OPERASIONAL ASURANSI SYARI'AH
Dalam kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan pada
kemungkinan terjadinya malapetaka dan bencana, seperti kematian,
kebakaran rumah, kecelakaan kendaraan, dan sebagainya. Bencana
yang menimpa manusia merupakan qadha dan qadhar Allah swt.
Namun manusia (muslim) wajib berikhtiar melakukan tindakan
berjaga-jaga, memperkecil risiko yang dimbulkan dari bencana dan
malapetaka tersebut (bukan melakukan proteksi pada kecalakaan itu
sendiri)47
Dikaitkan dengan konsep qadha dan qadhar, asuransi tidak
memastikan terjadinya suatu musibah, melainkan risiko dan nilai
kerugian yang mungkin terjadi. misalnya dalam asuransi jiwa tidak
dapat dijelaskan kapan seseorang meninggal dunia. Apabila
peristiwa kematian itu terjadi, maka akan muncul kerugian yang
membutuhkan biaya. Setidaknya untuk pemakaman orang tersebut.48
semua ini seharusnya telah disediakan oleh bapak ketika ia masih
hidup, sehingga anaknya dapat hidup sejahtera.
Gambaran tersebut sesuai dengan firman Allah swt dalam
surat Annisa ayat 9
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah swt orang-orang yang
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka . oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada allah swt dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar
47
Muhammad Syafi'I Antonio, arbitrase islam di Indonesia, (Jakarta:
Badan Arbitrase Mu'amalat Indonesia dan Bank Mu'amalat Indonesia, oktober
1994), h.147 48
Yulian Noor, Mencari Bentuk Asuransi Islam, (Tulisan Pada Harian
Pelita, 16 Juni 1992
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 161
Maka untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana
atau malapetaka ialah dengan menyimpan atau menabung. Tetapi
upaya ini seringkali tidak mencukupi, karena musibah yang harus
ditanggung lebih besar dari pada yang diperkirakan (yang ditabung).
Oleh sebab itu, perusahaan asuransi menawarkan jasa perlindungan
untuk musibah yang menimpa diri atau harta benda. Namun, dalam
pelaksanaannnya masih perlu ditinjau lebih lanjut, terutama dari
sudut pandang syari'at Islam, seperti adanya unsur gharar, maisir, dan
riba49
Prinsip operasional asuransi syari'ah adalah berusaha untuk
menghilangkan hal-hal yang dilarang, antara lain
1. Unsur gharar (ketidak pastian)
Gharar atau ketidakpastian ini ada dua bentuk. Pertama,
bentuk akad yang melandasi penutupan polis. Kedua sumber
dana pembayaran klaim itu sendiri.
Secara konvensional, kontrak/perjanjian dalam asuransi
jiwa dapat dikategorikan sebagai akad "tabadudi" atau akad
pertukaran, yaitu pertukaran antara pembayaran premi dengan
uang pertanggungan. Dalam syari'ah akad pertukaran harus jelas
berapa yang dibayarkan dan berapa yang yang diterima.
Keadaan ini akan menjadi rancu (gharar) karena kita tahu yang
akan diterima (sejumlah uang, pertanggungan ), tetapi tidak tahu
berapa yang akan dibayarkan (jumlah premi) karena hanya Allah
swt yang tahu kapan seseorang akan meninggal.
Dalam konsep syari'ah keadaan ini akan lain karena akad
yang akan dipakai bukanlah akad pertukaran (tabaduli) tetapi akad
"tafakuli" yaitu akad tolong menolong dan saling menjamin.
Dalam konsep syari'ah semua peserta asuransi menjadi penolong
dan penjamin satu sama lainnya50. Contoh apabila peserta (A)
meninggal, peserta yang lain (B), (C) ,(K) dan (Z) harus
membantu,demikian pula sebaliknya.
Selain itu, apabila ada peserta baru masuk, seminggu
kemudian meninggal dunia maka uang pertanggungannya
berasal dari mana? Padahal premi yang diterima penanggung
sedikit. Disini terdapat ketidakjelasan (biaya klain) dalam
asuransi konvensional. Tetapi dalam asuransi syari'ah, karena
akad tolong menolong, maka peserta tersebut akan mendapat
49
Muhammad Syafi'I Antonio, op. ci., h. 253t 50
Muhammad Syafi'I Antoni, Arbitrase Islam di Indonesia, loc. Cit.
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 162
jaminan pertolongan dari peserta yang lain melalui premi
tabarrru.51
Dalam konsep syari'ah, setiap penbayaran premi sejak
awal dibagi dua, masuk rekening pemegang polis dan dan masuk
rekening khusus peserta yang harus diniatkan tabarru' atau
derma untuk membentu saudaranya yang lain. Dengan demikian
dari rekening khusus inilah uang pertanggungan (sisanya)
diambil dan semua sudah ikhlas untuk memberikan derma.
Dari keterangn diatas, untuk jual beli yang tidak jelas
(gharar) dilarang oleh Nabi Muhammad saw. Hal ini sesuai
dengan haditsnya yang berbunyi
Artinya; "Dari Abu Huraira, Rasululluh pernah melarang
jual beli dengan melempar batu kecil yang di dalamnya ada tipuan
/gharar."(HR Muslim)52
2. Unsur maisir (judi/ untung-untungan)
Dalam asuransi konvensional pihak yang satu mengalami
keuntungan. Sedangkan pihak yang lain mengalami kerugian.
Misalnya seorang pemegang polis, karena sebab-sebab tertentu
membatalkan kontraknya sebelum masa reversing periode 53biasanya pada tahun ketiga, maka yang bersangkutan tidak
akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan, kecuali
hanya sebagian kecil.54 Dalam Asuransi syari'ah reversing periode
51
Tabaru adalah premi yang dikeluarkan secara ikhlas untuk
menolong/membantu peserta lain yang tertimpa musibah 52
Muhyidin an-Nawawi, Shahehah Muslim, Dar al-fajri al Turats, kairo,
1999, h. 372 53
Reversing priode merupakan masa belum dapat dikeluarkannya nilai
tunai. Nilai tunai pada asuransi konvensionalbiasanya baru muncul ditahun
ketiga. Nilainyapun masih kecil/sedikit. Dalam asuransi syari'ah, nilai tunai sudah
ada sejak tahun pertama, kecilnya nilai tunai tersebut karena ada pengeluaran
untuk rekening khusus yang diikhlaskann(derma) 54
Warkum Sumitro, Asasi-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait,
(BAMUI) dan TAKAFUL) di Indonesia ,(Jakarta :PT. Raja Grafimdo
Persada,1997), Cet.ke-2, h. 196
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 163
sudah ada sejak awal peserta akan mendapat cash value dan
semua uang yang dibayarkan, kecuali uang yang telah
dimasukkan ke rekening khusus peserta yang diikhlaskan
(derma).
3. Unsur riba (bunga)
Dalam asuransi konvensional terdapat usaha dan
investasi dengan meminjamkan dananya atas dasar bunga.
Dimana peminjam modal harus mengembalikan pinjamannya
dengan tambahan (bunga) yang ditetapkan tanpa melihat untung
atau rugi si peminjam hanya membayar pokoknya saja.
Dari keterangan diatas, perusahaan asuransi
konvensional menggunakan sistemm bunga (riba) yang
diharamkan, karena menzhalimi orang lain dengan keuntungan
besar (meskipun peminjam rugi dalam usahanya). Perbuatan ini
dapat juga menambah kemiskinan di masyarakat. Peng"haram"an
riba terdapat dalam Q.S Al-baqarah: 275
Artinya: "….Allah swt telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba……."
4. Unsur komersial
Dalam asuransi konvensional unsur komersialnya sangat
menonjol, sebagai akibat dari penerapan sistem bunga.
Sedangkan dalam asuransi syari'ah unsur komersial tertutup oleh
unsur ta'awun atau pertolongan sebagai akibat dari penerapa al-
mudharabah, dengan sistem bagi hasil keuntungan .55
Selain prinsip-prinsip diatas, Asuransi syariah memiliki
ciri-ciri 56yaitu:
1. Dana asuransi diperoleh dari pemodal dan peserta asuransi
didasarkan atas niat dan semangat persaudaraan untuk
saling membantu pada waktu siperlukan.
2. Tatacara pengelolaan tidak terlibat dengan unsur-unsur yang
bertentanga dengan syari'at islam.
55
Warkum Sumitro, Asasi-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait,
(BAMUI) dan TAKAFUL) di Indonesia ,(Jakarta :PT. Raja Grafimdo
Persada,1997), Cet.ke-2, h. 196 56
M. Fadzli Yusof, op. cit. H. 7
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 164
3. Jenis asuransi syari'ah terdiri dari dua bagian. Pertama,
Asuransi nyawa (jiwa), untuk menghadapi musibah yang
boleh membawa kepada kematian, sakit atau tertimpa
musibah. Kedua, Asuransi umum (kerugian), untuk
menghadapi musibah kehilangan atau hilangnya harta
benda. Hal ini dapat di sebabkan banjir, kecelakaan, dan lain-
lain.
4. Terdapat Dewan Pengawas Syari'ah yang bertugas megawasi
operasi perusahaan agar tidak menyimpang dan tuntunan
syari'at.
AKAD PREMI DAN MEKANISME PENGELOLAAN DANA
Akad yang digunakan untuk produk adalah tolong-
menolong (ta'awun) dan akad investasi/bagi hasil (mudharabah,
musyawarah dan lain-lain )yang didalamnya ada risiko rugi. Untuk
premi terdiri modal (mal) untuk investasi, dana kebijakan untuk
ta'awun (tabarru") dan fee untuk biaya administrasi akad.
Dana yang terhimpun didinvestasikan (dengan prinsip Al
Mudharabah) pada proyek-proyek atau pembiayaan yang sesuai dan
tidak bertentangan dalam islam. Keuntungan yang diperoleh
perusahaan dari hasil investasi akan dibagikan kepada perusahaan
dan peserta sesuai dengan prinsip mudharabah dengan porsi
pembagian yang telah di sepakati.
Mekanisme penerimaan dan pengelolaan dana (dari premi
yang diterima ) pada asuransi syari'ah dibagi menjadi dua bagian,
yaitu premi asuransi syari'ah jiwa dan asuransi syari'ah umum.
Premi asuransi syari'ah jiwa yang diterima perusahaan
dimasukkan kedalam:
1. Rekening tabungan/ wadi'ah, akan diberikan apabila pertanggung
atau meninggal dunia pada masa pertanggungan.
2. Rekening khusus /ta'awun/tabaru, yaitu rekening yang diniatkan
peserta untuk menolong dan digunakan untuk membayar klaim57
kepada ahli waris, apabila ada diantara peserta yang dirtakdirkan
meninggal dunia pada masa pertanggungan atau apabila
pertanggungan berakhir (jika ada)
57
Klaim adalah tuntutan hak pemegang polis
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 165
Premi ini akan disatukan ke dalam "kumpulan dana peserta",
selanjutnya diinvestasikan dalam pembiayaan-pembiayaan proyek
yang dibenarkan secara syari'ah. Hasilnya dibagi sesuai dengan
perjanjian (Al mudharabah). Misalnya 60% dari keuntungan untuk
peserta, dan 40% untuk perusahaan/membiayai operasional
perusahaan.
Premi asuransi syari'ah umum dimasukkan ke dalam
rekening khusus/ta'awun /tabaru, yaitu rekening yang diniatkan
peserta untuk menolong dan digunakan untuk membayar klaim
kepada peserta apabila terjadi musibah atas harta benda yang
diasuransikan. Premi tersebut akan dikelompokkan kedalam "
kumpulan dana peserta' untuk diinvestasikan sesuai syari'ah.
Hasil investasi dimasukkna kedalam kumpulan dana peserta,
dipakai untuk membayar klaim. Apabila masih lebih, akan dibagikan
kepada peserta dan perusahaan (untuk biaya operasional) sesuai
persetujuaan., maka saldo dana ta'awun (premi) dikembalikan
kepada ummat untuk berbagai aktivitas kebajikan.
MANFAAT ASURANSI SYARI'AH
Manfaat yang didapatkan pada asuransi jiwa adalah :
• Bagi peserta yang masih hidup pada masa kontrak, akan
memperoleh seluruh iuran pada rekening peserta, memperoleh
porsi bagi hasil investasi, kelebihan dari rekening khusus setelah
dipakai untuk klaim.
• Bagi peserta yang meninggal pada masa kontrak, ahli warisnya
akan memperoleh iuran peserta yang ada pada rekening peserta,
memperoleh hasil investasinya dan memperoleh dana dari
rekening khusus/derma.
• Bagi peserta yang mengundurkan diri akan memperoleh sisa
iuran pada rekening peserta ditambah dengan hasil investasinya.
Manfaaat mengikuti asuransi kerugian (umum) adalah :
• Apabila dalam masa kontrak terjadi musibah, maka peserta akan
memperoleh santunan sebanyak kerugian yang diderita, sesuai
dengan perhitungan kerugian yang wajar.
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 166
• Apabila hingga masa kontrak tidak terjadi musibah, maka peserta
akan memperoleh porsi bagi hasil investasi dari dana pada "
Rekening Peserta"58
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ASURANSI SYARI'AH DI
INDONESIA
Operasional perusahaan pengawasan, dilakukan oleh Dewan
Pengawas Syari'ah (DPS) untuk tingkat perusahaan dan Dewan
Syari'ah Nasional untuk tingkat nasional. Secara umum, pembinaan
dan pengawasan perusahaan asuransi syari'ah sama dengan yang
yaitu oleh Menteri keuangan Republik Indonesia.
Pembinaan pemerintah (menkeu) meliputi kesehatan
keuangan (tingkat solvabilitas, reasuransi, investasi, cadangan teknis,
dan lain-lain), dan pembinaan dalam penyelenggaraan usaha (terdiri
dari: syarat polis, tingkat premi, penyelesaian klaim, dan lain-lain).
Pengawasan yang yang dilakukan adalah dalam bentuk "aktif"
dengan melakukan pemeriksaaan berkala terhadap usaha
perasuransian. Selain itu setiap perusahaan asuransi wajib
memperlihatkan buku, catatan, dokumen dan laporan-laporan, serta
memberi yang diperlukan.59
Untuk pengawasan "pasif" melalui kewajiban-kewajiban
perusahaan asuransi, yang terdiri dari:
1. Setiap perusahaan asuransi wajib menyampaikan neraca
perhitungan laba rugi perusahaan beserta penjelasannya kepada
menteri keuangan.
2. Setiap perusahaan asuransi wajib menyampaikan laporan
operasional kepada menteri keuangan
3. Setiap perusahaan asuransi wajib mengumumkan neraca dan
perhitungan laba rugi perusahaan dalam surat kabar harian di
Indonesia yang memiliki peredaran luas.
4. Khusus untuk asuransi jiwa, perusahaan asuransi wajib
menyampaikan laporan investasi kepada menteri.
Apabila ada pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku
(UU No. 2tahun 1992 dan peraturan pelaksanaannya), maka akan
mendapat sanksi:
58
Karanaen Perwaatmaja, op. cit., h. 239 59
Warkum Sumitro, op. cit., h. 176
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 167
1. Diberikan peringatan tertulis,
2. Jika peringatan tertulis tidak diperlihatkan, dilakukan
pembatasan kegiatan usaha.
3. Jika terhadap dua sanksi tersebut belum ada perhatian, maka di
lakukan pencabutan izin usaha.60
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Salim, Dasar-Dasar asuransi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1993), Cet. Ke 1
Ensiklopedia Hukum Islam, h. 138 jilid 4
Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, (Jakarta, PT. Bumi
Aksara, 2000), Cet ke-2,
Muhammad Hidayat, AsuransiSyari'ah teori –prakteknya di
Indonesia, (kumpulan makalah),
Muhammad Yafi'i Antonio, Wawasan Islam Dan Ekonomi; Sebuah
Bunga Rampai, (Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi;
Universitas Indonesia, 1997),
60
Ibid
al Mizan, Vol. 4, No. 2 Hlm. 137-271, Desember 2012, ISSN: 2085-6792
ASURANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM | 168
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan
Asuransi, (jakarta: Salemba empat, 1999), Cet. Ke-1
Thomas Subroto, Tanya Jawab Undang-Undang No.2 Tahun 1992
tentang usaha perasuransian, (Semarang; Dahara Prize, 1996), Cet. Ke-2
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga terkait
di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja 1997), Cet. Ke-2
Wijono Prodjodikoro, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta: PT.
Internusa, 1994), Cet. Ke-10
Yulian Noor, Mencari Bentuk Asuransi Islam, (Tulisan Pada Harian
Pelita, 16 Juni 1992
AfzalurRahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT.Dana
Bhakti Wakaf, 1995), jilid 4,
Ahmad Hasymi Ali, Pengantar asuransi, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1993), cet. Ke-3,
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Makalah Seminar
Asuransi Jiwa Syari'ah, Jakarta: 19 Juni 2002
Karnaen A. Pewataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di
Indonesia, (Depok: Usaha Kami; Penerbit Buku Pilihan, 1996), Cet. Ke-2,
Muhammad Syafi'I Antonio, arbitrase islam di Indonesia,
(Jakarta: Badan Arbitrase Mu'amalat Indonesia dan Bank Mu'amalat
Indonesia, oktober 1994),
Muhyidin an-Nawawi, Shahehah Muslim, Dar al-fajri al Turats,
kairo, 1999,