Upload
trinhlien
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN HABITUAL CURRICULUM (HC) DALAM
MEMBINA HAFALAN AL-QUR’AN SISWA DI MADRASAH ALIYAH
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
SKIRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
OLEH:
YULIANTO NUGROHO
NIM. 11112011000026
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2019 M/1440 H
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PELAKSANAAN HAFALAN SURAT… SURAT PILIHANDALAM AL…QUR'AN YANG TERDAPAT PADA KEGIATAN
HABITUAL CURRICULUPI DI MADRASAⅡ ALIYAHPEMBANGUNAN I「IN JAKARTA '
Skripsi
Dittukan kepada Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mclnenuhi
Persyaratan Mcncapai Gelar Sttal■ a Pendidikan(S.Pの
Oleh:
Yulianto Nugroho
NIPII.111201100026
Menycttui,
Dosell Pembilnbing SIcipsi
NIP。 197105121996032002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAⅣ 眈 ISLAⅣI
FAKULTASILⅣ IU TARBIYAⅡ DAN KEGURUAN
UNIVERSITASISLAM NEGERISYARIF ⅡIDAYATULLAⅡ
JAKARTA
2019Ⅳ1/1440H
LEⅣIBAR PENGESAHAN PEⅣ IBIⅣIBING SKRIPSI
Skripsi yang beq'udul "Pelaksanaan Hafalan Surat-Surat Pilihan Dalam
Al-Qur'an Yang Terdapat Pada Kegiatan Habitual Curriulum Di
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta." Disusun oleh Yulianto
Nugroho NIM. 1112011000026, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah
yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Jakarla, Apr1l20l9
Yang mengesahkan,
Pembimbing
ヨ[env Narendranv Ⅱidavati,ⅣI.Pd
NIP。 197105121996032002
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Slaipsi berjuclul "Pelalisnnaan Ilafrlan Surat-Surat Pilihan Dalam .\l-Qur'au vang Tcrrirpat Parlr
i{egiltan Hsbitutl Cttn'iculutrt Srsrlc Drf }ludrustlr,4lii'ulr Pctttburtguttcn L,IIN Jukut'lu" clisiisr-rn olch
Yulianto Nugroho Nomor I-uduk \4ahasisrva 1112011000026, diajukan kepacla Fakulras llruu Tarbirvah
dan Keguruan UIN Syarif Flclairatullah Jakarta clan dinyatakan lr-rlus clalarl Ujian Nlunrclasah pada
tan-rrgal 29 April 201,9 cli hadapan dervan penguji. Karela itr.i, pen,.rlis berhak mempeloleli gclar saljana S 1
(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 29 Apil2019
Panitia Ujian N'Ir-rnaclasah
Kettla Panda(Kctua Jurusan/Prodi)
Dr.H.Abdul Malid Khono M.Ag.NIP.195807071987031005
Sehetaris(SCkretaris Jurusan/Prodi)
M〔arhamah Saleh.Ⅱ i.Lc.M.A.NIP.197203132008012010
Pcngu」 lI
Dr.Sapiudin Shidio.Ⅳ l.A
NIP.196703282000031001
PcnguJl Ⅱ
Yudhi Mllnadi.Ⅳl.Ag
NIP.197012031998031003
77トワ
役古「.製
Tarbiyah dan Keguruan
Tanda Tanqan
Mengetahui,
191998032001
KEPIENTERIAN ACAPIAUIN JAnRTAFITKJr fl圧 ヵα〃
`M,ガC,“″rf5ィ′2Jjlめ ″
“′
FORM(FDNO DOkumcn i FITK‐ FR‐AKD-089
Tgl Tcrb士 : l NIarct 2010
No Rc宙 si : 01Hal
SURAT PERNYATAAN KARIrA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
TempaUTgl.Lahir
NTM
Jurusan / Prodi
Judul Skripsi
:Yulianto Nugroho
:Jakarta,08 Juli 1994
:1112011000026
:Pen土dikall Agama lslam
i Pelよsanaan Habitllal Cllrriculum Dalamヽ 〔embina
Hafalan Al― Qw'an siswa di MA Pel■ ballgllnall■「IN
Jakarta.
:Heny Narendrany Hidayati,M.Pd
NI]P.197105121996032002
Dosen Pernbirnbirg
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akadernis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakrarta)1 5 Ftpri1 20]9
Mahasiswa Ybs
nllallto Nurollo
NIM.1112011000026
\F
i
ABSTRAK
Yulianto Nugroho (NIM 1112011000026). Pelaksanaan Hafalan Surat-Surat
Pilihan Dalam Al-Qur’an Yang Terdapat Pada Kegiatan Habitual
Curriculum Di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan aktivitas belajar-mengajar
tentang pelajaran Islam. Termasuk didalamnya yaitu kegiatan Habitual
Curriculum (HC) yang terfokus dalam Hafalan Al-Qr’an. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan Pelaksanaan Hafalan Al-Qur’an yang terdapat di kegiatan
HC dalam Pembinaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini pun menggunakan pendekatan kualitatif
melalui Deskriptif Kualitatif.
Hasil penelitian ini diperoleh melalui obeservasi, wawancara, angket/kuesioner,
dokumentasi dan triangulasi dengan menunjukkan bahwa pelaksanaan habiual
curriculum dalam membina hafalan Al-Qur’an siswa di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta ini telah dilaksanakan dengan baik. Sesuai dengan
capaian yang ditetapkan sekolah yaitu siswa dapat meningkatkan potensi dalam
menghafal Al-Qur’an. Materi yang disampaikan oleh pembimbing HC inipun
berbeda-beda, disesuaikan dengan kelompok atau tingkatan kemampuan siswa-
siswi dalam belajar. Kegiatan pembinaan Hafalan Al-Qur’an yang terdapat di
kegiatan HC ini menggunakan metode menyetor dan muroja’ah, dengan aspek
penilaian guru pembimbing mulai dari Makharijul huruf, tajwid sampai penulisan
yang baik. Sekolah menyediakan berbagai fasilitas dalam berlangsungnya
kegiatan Hafalan Al-Qur’an yang terdapat di kegiatan HC ini dan mengadakan
Evaluasi kegiatan HC yang diadakan tiap UTS dan UAS. Pencapaian keberhasilan
peserta didik dalam kegiatan pembinaan Hafalan Al-Qur’an di MA Pembangunan
UIN Jakarta ini sudah berjalan dengan baik
Kata Kunci: Hafalan Al-Qur’an, Proses Pembinaan, Metode, Habitual
Curriculum
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdullilahirobbil’alamin. Puja dan puji serta syukur kehadirat Allah
Subhanahuu Wa Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul “Pelaksanaan Hafalan Surat-Surat Pilihan Dalam Al-Qur’an Yang Terdapat
Pada Kegiatan Habitual Curriculum Di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus
ikhlas dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Dr. H. Abdul Majid Khan, M.Ag., dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. M.A.,
selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Heny Narendrany Hidayati, M.Pd., selaku dosen pembimbing Skripsi yang
telah memberikan waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, serta saran dengan
penuh keikhlasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.
4. Drs. Achmad Gholib,M.A selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, waktu, motivasi, dan semangat kepada penulis
selama perkuliahan berlangsung.
5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada
penulis selama penulis menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Al-Habib Nabil Bin Ridho Al-Habsyi, selaku Pimpinan Majlis Burdah
Miftahussalamah Ciawi-Bogor, guru tercinta yang senantiasa memberikan
iii
doa, ilmu, motivasi dan saran dengan penuh keikhlasan kepada saya sampai
saat ini.
7. Zakaria, M.A. selaku kepala sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta yang telah mengizinkan dan memberi kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian.
8. Bapak dan Ibu Guru MA Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu
peneliti selama melakukan penelitian.
9. Ayah (Irwan) dan Ibu (Sri Murniati) tercinta yang senantiasa memberikan
do’a, dukungan, semangat, motivasi, dan segala sesuatu yang penulis
butuhkan dari pertama kali masuk sekolah sampai sekarang.
10. Dede Tiara Rachmawaty, S.Pd seseorang yang “istimewa dan luar biasa”
senantiasa membantu penulis dalam keadaan apapun. Doa, motivasi, saran,
ucapan dukunngan dan semangat pun selalu terucap dari dirinya. Mulai dari
start sampai finish proses penulisan skripsi dia yang selalu menemani, baik
dalam keadaan suka maupun duka.
11. Dhea Izzati Farhani, S.Pd., Feby Yustianingsih, S.Pd., Fikri Abdul Basith,
S.Pd, Achmad As’ad, S.Pd, dan Errico Glenn teman seperbimbingan yang
berjuang bersama, berkeluh kesah bersama, sharing, dan juga saling
memberikan motivasi satu sama lain.
12. Teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan 2012 khusunya untuk
“KANCA” (kelas C) yang saling memberikan motivasi dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi.
13. Teman-teman “Kosan Ciputat” (Sayyidina Luthfi Rachman, Yunus Yazid,
Mohamad Rusdiansyah, Achmad Karim Amirullah, Hermawan, M. Nuruddin
Akbar) yang selalu berbagi pengalaman hidup dan dukungan serta motivasi
dalam menyelesaikan skripsi.
14. Teman-teman “Majlis Burdah” tiap awal bulan malam selasa, yang telah
memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
15. Serta semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi
ini memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai calon pendidik dan secara umum
bagi pemberdayaan dan peningkatan pendidikan berkualitas untuk generasi masa
depan. Aamiin.
Jakarta, 26 April 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
LEMBAR KARYA SENDIRI
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 11
C. Fokus Penilitian ................................................................................. 11
D. Perumusan Masalah .......................................................................... 12
E. Tujuan Penilitian ............................................................................... 12
F. Manfaat Penilitian .............................................................................. 12
BAB II KAJIAN TEORITIS ...................................................................... 14
A. Menghafal Al-Qur’an ........................................................................ 14
1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an ............................................... 14
2. Hukum Menghafal Al-Qur’an ...................................................... 15
3. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an .............................................. 19
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal al-Qur’an .......... 20
5. Metode Menghafal Al-Qur’an ..................................................... 22
6. Pembinaan Hafalan Al-Qur’an..................................................... 24
7. Guru dan Peserta Didik Tahfidz .................................................. 25
8. Evaluasi Pembinaan Tahfidz Al-Qur’an ...................................... 27
9. Pelaksanaan Membina Tahfidz Al-Qur’an .................................. 28
B. Habitual Curriculum ......................................................................... 29
1. Pengertian Kurikulum .................................................................. 29
2. Peranan Kurikulum ..................................................................... 33
3. Pengertian Hidden Kurikulum ..................................................... 34
vi
4. Pengertian Habitual Curriculum .................................................. 36
5. Implementasi Pelaksanaan Habitual Curriculum dalam Membina
Tahfidz Al-Qur’an ....................................................................... 37
C. Hasil Penilitian Relevan ..................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 40
A. Tempat Dan Waktu Penelitian .......................................................... 40
B. Metode Penelitian ............................................................................. 40
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 41
D. Instrumen Penelitan ........................................................................... 42
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 46
F. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ................................ 50
G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 53
A. Deskripsi Data ................................................................................... 53
B. Pembahasan ....................................................................................... 76
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 85
A. Kesimpulan ....................................................................................... 85
B. Saran ................................................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 90
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar hasil observasi ............................................................... 92
Lampiran 2 Lembar hasil wawancara ............................................................ 101
Lampiran 3 Kisi-kisi instrumen penelitian .................................................... 115
Lampiran 4 Instrumen penelitian ................................................................... 120
Lampiran 5 Kuesioner penelitian .................................................................... 123
Lampiran 5 Dokumentasi foto kegiatan ......................................................... 131
Lampiran 6 Surat Izin Observasi ................................................................... 133
Lampiran 7 Surat Izin Bimbingan Skripsi ...................................................... 134
vii
Lampiran 8 Surat izin penelitian .................................................................... 135
Lampiran 9 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ........................ 136
Lampiran 10 Lembar uji referensi ................................................................... 137
Lampairan 11 Biodata Penulis ............................................................................ 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi masyarakat
untuk belajar dan memperoleh pengetahuan. Dewasa ini pendidikan telah
menjadi kebutuhan primer bagi setiap manusia, dalam mempertahankan
dan melangsukan kehidupanya. Pendidikan merupakan salah satu faktor
penting dalam membentuk generasi penerus bangsa. Maju dan
berkembangnya suatu bangsa dilihat dari pendidikannya. Bangsa yang
maju adalah bangsa yang mampu mencetak generasi unggul dan
berakhlaku karimah. “Pendidikan merupakan proses pengubahan proses
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1
Adapun pendidikan menurut Undang-Undang tentang sistem
pendidikan nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 “usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar setiap peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagaaman, pengendalian diri, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.2
Dalam mewujudkan cita-cita kecerdasan kehidupan bangsa, sejalan
dengan visi dan misi pendidikan nasional Kemendiknas, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan memiliki visi 2025 untuk menghasilkan Insan
Indonesia cerdas dan kompepetitif (insan kamil/insan paripurna). “Insan
1. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2011), h.08 2. Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 , Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), h.10
2
Indonesia adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual,
cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.3
Selain itu juga menurut Undang-Undang No.20 pasal 5 ayat 4
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menegaskan bahwa
“Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus.4
Senada dengan hal di atas, Al-Qur‟an sebagai pedoman, tidak
hanya mengatur hubungan hamba dengan Tuhannya saja, tetapi juga
menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia diantaranya adalah
pendidikan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an disebutkan dalam
Al-Qur‟an Surat As-Shod ayat 39:
٣٣ أو أيسك ثغش حسبة ٲيعطبؤب ف هزا
39. Inilah anugerah kami; Maka berikanlah (kepada orang lain)
atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab. 5
Dalam kaitannya dengan nilai yang merupakan muatan pendidikan,
al-Qur‟an dijadikan sebagai sumber materi pendidikan, karena pokok
pertama pendidikan agama Islam adalah al-Qur‟an merupakan bacaan
paling sempurna dan mulia. Karena al-Qur‟an diturunkan kepada yang
Maha Bijaksana, Maha Mulia dan Maha Sempurna.6
Al-Qur‟an adalah kalam illahi yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw tertulis di dalam mushaf berdasarkan sumber-sumber
mutawatir dan bersifat pasti kebenarannya, dan yang dibaca oleh umat
Islam dalam rangka ibadah.7
Senada dengan di atas, Rasulullah SAW menganjurkan kepada
kaumnya untuk selalu menghafalkan Al-Qur‟an karena disamping
3. E. Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: 2014), cet.IV,
h.19. 4. Ibid.
5. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2009),
Cet. X, h. 455 6. Manna al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, Terj dari Mabaahits fi Ulumii
Qur’an oleh Aunur Rafiq El-Mazni, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), Cet. VI, h.14. 7. Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Terj. dari Mahabits fi Ulumil Qur‟an
oleh Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), Cet XI, h.10
3
menjaga kelestariannya, menghafal ayat-ayatnya pun merupakan akhlak
yang terpuji dan amal yang mulia. Dalam shalat berjama‟ah pun seseorang
imam terlebih dahulu yang dipilih orang yang bacaannya bagus, lebih-
lebih yang hafal Al-Qur‟an. Menghafal Al-Qur‟an bukanlah hal yang
impossible atau mustahil dan merupakan ibadah yang sangat dianjurkan.
Bagi orang Islam yang ingin melakukannya, Allah telah memberikan
keringanan atau kemudahan untuk menghafalnya. Dorongan untuk
menghafalkan Al-Qur‟an sendiri telah dijelaskan dalam Al-Qur‟an, Allah
SWT berfirman:
ب ونمذ سش ٢٢ نهزكش فهم ي يذكش ٱنمشءا
Artinya: Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al Qur‟ an
untuk peringatan maka adakah orang yang mengambil pelajaran ? (QS Al
Qamar ayat 22).8
Sejak Al-Qur‟an diturunkan hingga kini banyak orang yang
menghafal Al-Qur‟an. Dalam belajar menghafal Al-Qur‟an. Dalam belajar
Al-Qur‟an tidak bisa di sangkal lagi bahwa metode sangat mempunyai
peranan penting, sehingga bisa membantu untuk menentukan keberhasilan
dalam belajar Al-Qur‟an.
Jadi salah satu untuk menjaga kelestarian Al-Qur‟an adalah dengan
menghafalkannya, karena memelihara kesucian dengan menghafalkannya
adalah pekerti yang terpuji dan amal yang mulia, yang sangat dianjurkan
oleh Rasulullah SAW, dimana Rasulullah sendiri dan para sahabatnya
banyak yang hafal Al-Qur‟an. Hingga sekarang tradisi menghafal Al-
Qur‟an masih dilakukan oleh umat Islam di dunia ini.
Dalam menghafal yang terpenting adalah bagaimana kita
melestarikan (menjaga) hafalan tersebut sehingga Al-Qur‟an tetap ada
dalam dada kita. Untuk melestarikan hafalan diperlukan kemauan yang
kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap
8. Kementerian Agama Islam, Al-Qur‟an dan Terjemahannya Dilengkapi Kajian Ushul
Fiqih, (PT Stigma Gramedia, 2000), hal.59
4
hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan
Al-Qur‟an, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya.
Al-Qur‟an sebagai sumber utama ajaran agama Islam yang
mengandung perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan, sebagaimana
perintah Allah SWT. Dalam surat Al-Alaq 1-5:
خهك ١خهك ٱنزيسثك ٲسىث ٱلشأ ٣ ٱنأكشووسثك ٱلشأ ٢ي عهك ٱنإس
عهى ٤ ٲنمهىعهى ث ٱنزي ٥يب نى عهى ٱنإس
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan yang meciptakan. Dia
yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan pena. Dia yang
mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu.9
Kata-kata membaca, mengajar, pena dan mengetahui jelas
hubungannya dalam pengertian diatas, yaitu erat sekali dengan ilmu
pengetahuan. Dizaman yang modern seperti sekarang ini pendidikan tidak
harus berhenti dibangku sekolah saja tetapi dilanjutkan walaupun sudah
selesai dari studi formal. Karena dengan kemajuan teknologi saat ini
membuat anak mengikuti pola hidup atau gaya sesuai dengan zaman yang
tren sehingga mengakibatkan keprihatinan dan tingkah laku atau kebiasaan
yang menyimpang dari agama Islam. Dampak negatif dari kemajuan
tersebut membuat anak akan kesulitan dalam menghafal ayat-ayat Al-
Qur‟an. Padahal untuk menciptakan generasi yang akan datang perlu
adanya generasi yang Islam, maka anak haruslah dibekali dengan hafalan-
hafalan dari kecil dengan tujuan membuat fondasi mereka agar terus
diamalkan dan diajarkan kepada anak cucu mereka kelak hingga tercipta
generasi yang patuh dan taat terhadap agama sehingga dengan mudah
melewati segala bentuk tanpa meninggalkan atribut keIslamannya.
Prinsip pembelajaran Al-Qur‟an pada dasarnya bisa dilakukan
dengan bermacam-macam metode antara lain sebagai berikut: Pertama,
guru membaca terlebih dahulu kemudian disusul murid/santri, kedua,
9 Kementrian Agama Islam, op.cit.,hal. 597.
5
murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya, dan ketiga,
guru mengulang-ulang bacaan sedangkan murid menirukannya kata
perkata dan kalimat perkalimat secara berulang-ulang hingga terampil dan
benar.10
Untuk dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar hendaklah
membaca Al-Qur‟an dengan tartil. Dalam pandangan Abdullah bin Ahmad
an-Nasafi “tartil” adalah memperjelas bacaan semua huruf hijaiyah,
memelihara tempat-tempat menghentikan bacaan (waqaf), dan
memyempurnakan harokat dalam bacaan. Sementara Sayyidina Ali bin
Abi Thalib menyamakan “tartil” dengan tajwid, yaitu membaguskan
bacaan-bacaan huruf-huruf dan mengenal tempat-tempat berhenti (waqaf).
Berbeda dengan Ibnu Katsir yang mengartikan “tartil” sebagai bacaan
perlahan-lahan yang dapat membantu menuju tingkat pemahaman dan
perenungan Al-Qur‟an. Sejalan dengan Ibnu Katsir, Fakhrur Rozy dalam
tafsirnya mengatakan “tartil” adalah memperjelas dan menyempurnakan
bacaan semua huruf dengan memberikan semua hak-haknya dengan cara
tidak tegesa-gesa dalam membaca Al-Qur‟an.11
Untuk dapat membaca Al-Qur‟ an dengan tartil dan sesuai kaidah-
kaidah yang berlaku diperlukan suatu bidang disiplin ilmu yang lazim
disebut ilmu tajwid. Ilmu yang dapat mengantarkan para pembaca Al-
Qur‟ an mampumembaca dengan benar teratur, indah dan fasih sehingga
terhindar dari kekeliruan atau kesalahan dalam membacannya.
Dalam proses kegiatan, metode merupakan bagian dari strategi
kegiatan dan juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
upaya pencapaian tujuan, karena menjadi sarana yang membermaknakan
materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan rupa sehingga
10
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Menulis, Membaca Dan Mencintai Al-qur’an.
(Jakarata: Gema Insani, 2004), hal. 81.
11 Sirojuddin AS., Tuntutan Membaca Al-qur’an Dengan Tartil, (Bandung, Mizan 2005),
hal. 78
6
dapat dipahami dan diserap oleh anak didik menjadi pengertian-pengertian
yang fungsional terhadap tingkah lakunya.12
Dalam penerapan metode menghafal tentunya harus ada wadah
untuk membina yaitu lembaga pendidikan formal seperti sekolah. Sekolah
merupakan bagian yang integral dari lembaga-lembaga pendidikan di
Indonesia, nilai-nilai agama di ajarkan bagi kemajuan pembangunan
bangsa dan negara. Sebagaimana tujuan sekolah tersebut yaitu untuk
membentuk kepribadian muslim, kepribadian yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat dengan jalan
mengabdi pada masyarakat. Maka sekolah sebagai suatu wadah dan
tempat pembinaan mental spiritual sepenuhnya akan kewajiban dan
tanggung jawabnya sebagai salah satu lembaga pendidikan yang akan
mengisi pembangunan ini.
Menyinggung pernyataan di atas perlu kita pahami, bahwa sekolah
didirikan untuk membimbing peserta didik agar berkembang sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Ini berarti titik sentral kurikulum adalah
anak didik itu sendiri. Perkembangan anak didik hanya akan tercapai
apabila dia memperoleh pengalaman belajar melalui semua kegiatan yang
disajikan sekolah, baik melalui mata pelajaran maupun kegiatan lainnya.13
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan
pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup
di masyarakat. Makna dapat hidup di masyarakat itu memiliki arti luas,
yang bukan saja berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk
menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan norma-norma
masyarakat, akan tetapi juga pendidikan harus berisi tentang pemberian
pengalaman agar anak dapat mengembangkan kemampuannya sesusai
dengan minat dan bakat mereka.14
12
Hamdani Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 163. 13
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), hal. 9 14
Ibid, hal. 10
7
Kurikulum pada hakikatnya berisi ide atau gagasan. Ide atau
gagasan itu selanjutnya dituangkan dalam bentuk dokumen atau tulisan
secara sistematis dan logis yang memerhatikan unsur scope dan sequnce,
selanjutnya dokumen tertulis itulah yang dinamakan dengan kurikulum
terencana. Salah satu isi yang terdapat dalam dokumen kurikulum itu
adalah sejumlah daftar tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik.
Tujuan itulah yang selanjutnya dijadikan pedoman oleh guru dalam proses
pembelajaran sebagai tahap implementasi kurikulum.
Dalam dimensi pelaksanaan implementasi kurikulum di dalam
kelas atau pengembangan kurikulum dalam skala mikro, kurikulum
tersembunyi (hidden curriculum) memiliki makna: pertama, kurikulum
tersembunyi dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak tertulis
(tersembunyi), akan tetapi pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh
setiap guru agar kualitas pembelajaran lebih bermakna.
Kedua, kurikulum tersembunyi juga dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan terlebih dahulu yang dapat
dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.15
Adapun program Tahfidz Al-Qur;an di MA Pembangunan sendiri mengacu pada
muatan lokal kurikulum dari Kemenag langsung, berikut paparan penulis yang
diambil dari website koran online tribunews, ''Kami ingin siswa madrasah punya
nilai lebih dengan menghafal Alquran,'' kata Kepala Kanwil Kementerian Agama
Provinsi DKI Jakarta Akhmad Murtado pada pencanangan kurikulum lokal
hafalan
Al-Qur‟an di Jakarta, Jumat (5/7).
Ia mengatakan, pemberlakuan muatan lokal ini minimal dua jam
pelajaran per pekan. Siswa MI minimal menghafal satu juz, siswa MTS hafal dua
juz, dan siswa MA hafal tiga juz. Penghafalan Al-Qur‟an itu mulai dari juz
belakang dari juz belakang, yakni meliputi juz 28, 29, dan 30. Ini ditambah
dengan hafalan surah-surah populer, seperti surah Yasin, al-Waqiah, dan al-Mulk.
Ia mengungkapkan, hafalan Al-Qur‟an dalam bentuk ekstrakurikuler maupun
muatan lokal sudah diterapkan di beberapa madrasah. Namun, sebagian besar
15
Ibid, hal. 25-27
8
madrasah di Dki Jakarta belum menjadikan hafalan Al-Qur‟an sebagai muatan
lokal.
Program kurikulum muatan lokal hafalan Al-Qur‟an itu, katanya
bermanfaat bagi peserta didik. Tidak hanya memperkuat spriritualitas, tetapi juga
intelektualitas. Hafalan Al-Qur‟an mendorong pikiran menjadi jernih, kekuatan
memori, terbebas dari takut, sedih, cemas, dan dapat meningkatkan IQ. Terbukti,
siswa berprestasi di sejumlah sekolah ataupun mahasiswa di perguruan tinggi
adalah para penghafal Al-Qur‟an.
Kedepannya, muatan lokal ini akan diperkuat dengan pembekalan siswa
dengan tafsir Al-Qur‟an. Harapannya agar mereka mampu memahami, lalu
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kata Akhmad Murtado,
didampingi Kabag TU Kanwil Kemenag DKI Jakarta Saiful Mujab dan Kabid
Pendidikan Madrasah Wahyudin.16
Pendidikan di Indonesia menjadikan pendidikan agama Islam
sebagai salah satu mata pelajaran utama. Maka pendidikan agama Islam
memerlukan metode-metode efektif agar peserta didik dapat mengikuti
pelajaran dengan baik. Namun metodologi pembelajaran agama Islam
yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional)
seperti ceramah , menghafal, dan demonstrasi praktik-praktik ibadah yang
membuat peserta didik bosan, jenuh dan kurang bersemengat dalam
belajar agama.17
Hal ini dapat dibuktikan di beberapa sekolah bahwa kemampuan
peserta didik masih sangat kurang dalam membaca dan menghafal Al-
Qur‟an di dalam program Habitual Curiculum. Peserta didik yang
membaca dan menghafal Al-Qur‟an disekolah hanya menggugurkan
kewajiban untuk menyetorkan hafalan kepada kepada guru, maka dari itu
peserta didik tidak memperhatikan hukum bacaan dan makharijul huruf
dalam membaca dan menghafal Al-Qur‟an. Selain itu terdapat sekolah
16
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/07/12/mpttd0-
2013-madrasah-di-jakarta-wajib-menghafal-alquran di akses pada tanggal 26 Oktober pukul 21.00.
17 Moh. Thoyib, “Upaya Peningkatan Pemahaman Pembelajaran Al-Qur’an dengan
Metode Active Learning Berkelompok Siswa Kelas III SDN Bogempinggir Sidoarjo Tahun Ajaran 2010-2011”, Jurnal penilitian tindakan kelas pendidikan agama Islam, Vol. 4 2013, h.02.
9
maupun orang tua yang tidak memperhatikan peserta didik dalam
menghafal Al-Qur‟an. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor yang
kurang mendukung, seperti kurangnya alokasi waktu dan lingkungan di
sekolah maupun di rumah untuk memperdalam pembelajaran Al-Qur‟an,
serta orang tua yang lebih memprioritaskan pelajaran umum lainnya.
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta merupakan sekolah
yang telah menjadikan Habitual Curiculum dan Menghafal Al-Qur‟an
telah menjadikan sebagai kurikulum wajib sejak berdirinya sekolah
Madrasah Pembangunan tahun 2006. Tahfidz Al-Qur‟an didalam Habitual
Curiculum di MA Pembangunan UIN Jakarta bertujuan untuk
mengantarkan peserta didik untuk memiliki hafalan Al-Qur‟an melalui
beberapa surat-surat pilihan seperti surat Al-Waqi‟ah pada semeser ini.18
Dengan menggunakan metode muraja’ah dalam penyetoran hafalan
kepada guru pembimbing.19
Pelaksanaan Habitua Curiculum tahfidz Al-
Qur‟an di MA Pembangunan UIN Jakarta lebih menekankan pada hafalan
dengan Makhrijul huruf dan hukum bacaan yang benar. Guru yang
dibutuhkan untuk membimbing peserta didik dalam pelaksanaan Habitual
Curiculum dalam tahfidz Al-Qur‟an tentunya guru memiliki kemampuan
yang sesuai dengan bidangnya dan telah menguasai materi agar dalam
pelaksanaan program tahfidz Al-Qur‟an dapat berjalan dengan baik.
Proses pelaksanaan Habitual Curiculum dalam membina tahfidz Al-
Qur‟an dilaksanakan 3 kali tatap muka dalam seminggu, dengan masing-
masing guru pembimbing yang telah ditentukan sesuai kemampuan
membaca dan menghafal Al-Qur‟an peserta didik. Dengan adanya
pengelompokan peserta didik, diharapkan peserta didik dapat membaca
dan menghafal Al-Qur‟an dengan kaidah yang baik dan benar.20
18
Pedoman Habitual Curiculum MA Pembangunan UIN Jakarta . 19
Hasi observasi pada tanggal 22 November 2018 pukul 07.15 WIB di MA Pembanguna UIN Jakarta.
20 Hasil wawancara guru pembimbing Habitual Curiculum, Bapak Yayat pada 28
November 2018 pukul 08.30 WIB di MA Pembangunan UIN Jakarta.
10
Namun walaupun sekolah telah menekankan pada aspek makhrijul
huruf dan hukum bacaan dalam menghafal Al-Qur‟an, nyatanya MA
Pembangunan UIN Jakarta juga mengalami permasalahan sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya. Dalam membina Hafalan Al-Qur‟an, terdapat
peserta didik yang tidak mencapai target hafalan Al-Qur‟an yang telah
ditentukan oleh sekolah.
Menurut Yayat, “Salah satu faktor penghambat peserta didik tidak
dapat mencapai target hafalan Al-Qur‟an adalah karena alokasi waktu dan
meprioritaskan pelajaran umum lain sehingga Materi Habitual Curiculum
khususnya Hafalan Al-Qur‟an tidak mencapai target”.21
Oleh karena itu, terdapat peserta didik yang kurang termotivasi
untuk mencapai target hafalan Al-Qur‟an yang telah ditentukan oleh
sekolah dan juga peserta didik yang tidak dapat membaca Al-Qur‟an
dengan baik, sehingga peserta didik kesulitan dalam proses menghafal
dengan Makhrijul huruf dan hukum bacaaan yang baik dan benar.
Berdasarkan uraian di atas, Habitual Curriculum dapat dijadikan
akses untuk peserta didik dalam membina Hafalan Al-Qur‟an siswa, maka
hal ini membuat penulis tertarik untuk meniliti tentang Habittual
Curriculum yang berada di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
Penulis akan melakukan penilitian dengan judul ,“Pelaksanaan Hafalan
Surat-Surat Pilian Dalam Al-Qur’an Yang Terdapat Pada Kegiatan
Habitual Curriculum Di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah, antara lain:
1. Kesadaran diri dalam mengafal Al-Qur‟an masih lemah dan sulit
untuk menghafal.
2. Pembiasaan menghafal Al-Qur‟an yang belum maksimal.
21
Ibid.,
11
3. Keterbatasan waktu dalam menghafal Al-Qur‟an peserta didik
hanya diberi waktu selama 30 menit sebelum memulai pelajaran
dalam menghafal Al-Qur‟an.
4. Perlunya metode yang tepat untuk membimbing peserta didik
dalam menghafal Al-Qur‟an.
5. Menanamkan kepada peserta didik sejak usia dini betapa
pentingnya menghafal Al-Qur‟an
6. Adanya kesenjangan guru pembimbing dan peserta didik antara
harapan dan kenyataan dalam menghafal Al-Qur‟an.
C. Fokus Penilitian
Penulis tertarik dengan masalah-masalah yang ada di dalam
sekolah pada pelaksanaan habitual curiculum khususnya program tahfidz
Al-Qur‟an, maka penulis akan meneliti dan mengkaji lebih dalam
mengenai pelaksanaan habitual curiculum dalam membina hafalan Al-
Qur‟an yang dijadikan sebagai kurikulum oleh suatu instasi di kota
Tangerang Selatan. Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas,
penulis tidak mengungkap seluruh masalah tersebut maka, perlu adanya
pembatasan masalah agar penilitian dapat lebih terarah serta mendekati
pada fokus pencapaian tujuan. Penulis membatasi fokus penilitian ini pada
pelaksanaan habitual curiculum dalam membina tahfidz Al-Qur‟an siswa
di MP UIN Jakarta kelas X tahun ajaran 2018/2019, di antaranya
mengenai tujuan habitual curiculum, metode habitual curiculum, materi
habitual curiculum, evaluasi serta guru dan peserta didik tahfidz Al-
Qur‟an. Dengan fokus penilitian ini penulis dapat mengungkap,
menganalisis, dan mendeskripsikan pembinaan tahfidz Al-Qur‟an yang
diterapkan baik di dalam maupun di luar kelas sebagai bentuk proses
pembinaan yang mengarah pada tujuan pendidikan yaitu peserta didik
memiliki kemampuan dalam menghafal dan membaca Al-Qur‟an dengan
baik dan benar dalam hal tajwid maupun makhrijul huruf.
12
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah yang akan menjadi acuan dalam penilitian ini yaitu:
Bagaimana pelaksanaan Habitual Curriculum dalam membina hafalan
Al-Qur’an siswa di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta ?
E. Tujuan
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan hafalan surat-surat pilihan dalam Al-Qur‟an yang terdapat
pada kegiatan Habitual Curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan
UIN Jakarta.
F. Manfaat Penilitian
Sesuai dengan tujuan penilitian di atas, maka manfaat penilitian ini
adalah:
1. Hasil penilitian dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau
masukan bagi penulis khususnya, dan pelaksanaan Habitual
Curriculum yang berkepentingan dalam membina hafalan Al-
Qur‟an siswa.
2. Penilitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi bagi pihak Madrasah Aliyah Pembangunan yang
bersangkutan dalam membina hafalan Al-Qur‟an siswa dengan
melaksanakan program sekolah Habitual Curriculum.
3. Memperkaya khazanah keilmuwan dalam bidang pendidikan
bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
4. Menjadi bahan rujukan bagi para pembaca dalam rangka
membina hafalan Al-Qur‟an disekolah masing-masing.
13
5. Menambah wawasan dan pengetahuan bidang pendidikan bagi
penulis sehingga dapat menjadi modal untuk mempersiapkan
diri sebagai calon pendidik.
14
BAB II
Kajian Teori
A. Menghafal Al-Qur’an
1. Pengertian Menghafal dan Al-Qur’an
Tahfidz berasal dari lafal yang berarti menjaga
(jangan sampai rusak), memelihara, melindungi.22
Dalam hal ini
dimaksud tahfidz ialah menghafal. Para ulama ushul, ahli kalam, fuqaha,
Muhadissin, dan ahli tata bahasa memberikan definisi yang beragam
pada kata Al-Qur‟an, diantaranya adalah:
a. Al-Qur‟an adalah lafadz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
mulai dari surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas.
b. Al-Qur‟an adalah. Kalamullah yang mengandung mukjizat, kepada
Nabi terakhir, dengan perantara Al-Amin Jibril yang tertulis dalam
mushaf , disampaikan kepada kita secara mutawwatir dan bagi orang
yang membacanya dinilai ibadah.
c. Menurut Abdullah yang dikutip dari buku mengungkap makna-makna
tersembunyi Al-Qur‟an, berpendapat bahwa Al-Qur‟an adalah
perkataan yang melemahkan (al-kalam al-mujiz) yang diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad melalui jalan wahyu yang dinukilkan
kepada kita dengan periwayatan yang bersifat mutawattir.23
Dari tiga definisi diatas masih terdapat beberapa definisi yang
lain. Definisi ini telah menjadi kesepakatan para ulama mengenai Al-
Qur‟an yaitu kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan
kepada pungkasan para nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril
22
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progressif,1997), Cet, Ke-14, h. 279. 23
Ar-Rumi, Abdurahman, Ulumul Qur’an (studi kompleksitas Al-Qur’an), Titian Ilahi
Press, Imogiri Yogyakarta, 1997, h. 38-42.
15
A.S yang tertulis mashaif, diriwayatkan kepada manusia dengan
mutawwatir, membacanya terhitung ibadah, diawali dengan surat Al-
Fatihah dan ditutup dengan Surat An-Naas.24
2. Hukum Menghafal Al-Qur’an
Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang sudah terjamin keasliannya
oleh Allah SWT. Menurut Al-Azmi Al-Qur‟an adalah “risalah terakhir
untuk umat manusia, diriwayatkan pada Rasul terakhir yakni Nabi
Muhammad SAW, yang meruang dan terpelihara dari segi keaslian
bahasa tanpa perubahan, tambahan, maupun pengurangan.25
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr (15) ayat 9:
زن ۥوإب نه ٱنزكشب إب ح ٣نحفظى
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Q.S. Al- Hijr: 15)
Kendati pun Allah telah menjamin akan terpeliharanya Al-Qur‟an
berdasarkan ayat di atas, namun kita tidak boleh melepas tanggung jawab
dan kewajiban kita untuk memelihara kemurnian Al-Qur‟an dari tangan-
tangan jahil dan dari musuh-musuh Islam yang tidak henti-hentinya
berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat Al-Qur‟an.
Memelihara Al-Qur‟an pada dasarnya adalah kewajiban kita
sebagai umat Islam karena Al-Qur‟an adalah hal pokok yang harus kita
jaga kemurniannya. Dan sebagai umat Islam sudah sepatuhnya peduli
terhadap Al-Qur‟an. Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan
kemurnian Al-Qur‟an adalah dengan menghafalkannya.
Menurut Ahsin W. Alhafidz menghafalkan Al-Qur‟an merupakan
hal yang sangat diperlukan dengan beberapa alasan;
24
Ash Shabuni, Muhammad Ali, 2001 At-Tibyan fi ulumul Qur’an, Jakarta:
PustakaAmani, h. 8. 25
Anshori, Ulumul Qur’an (kaidah-kaidah memahami firman tuhan, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2016) h.18-19
16
a. Al-Qur‟an diturunkan, diterima, dan diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW secara hafalan, sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-
Nya dalam surat As-Syu‟ara (26) ayat 192-195:
نتزم سة ۥوإه ٱنشوحثه زل ١٣٢ ٱنعه عهى ١٣٣ ٱنأي
ي لهجك نتكى زس ١٣٤ ٱن ثهسب ١٣٥ يج عشث
Artinya: “dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan
oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin
(Jibril). ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas.(Q.S. As-Syu‟ara {26}: 192-195) 26
b. Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur memiliki hikmah
sebagai isyarat dan dorongan ke arah tumbuhnya kemauan kuat
untuk menghafal, dan Nabi Muhammad SAW merupakan figur
seoarang Nabi yang dipersiapkan untuk menguasai wahyu secara
hafalan, untuk menjadi teladan bagi umatnya. Nabi Muhammad
menerima wahyu secara hafalan, kemudian mengajarkan kepada
para sahabat secara hafalan dan mendorong para sahabat untuk
menghafalkan Al-Qur‟an.
c. Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 di atas bersifat aplikatif,
artinya bahwa pemeliharaan terhadap kemurnian Al-Qur‟an adalah
Allah yang memberikannya, tetapi tugas secara nyata untuk
memeliharanya harus dilakukan oleh umat Islam sebagai
pemiliknya.27
Hukum menghafal Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah, sebagaimana
yang dikutip oleh Muhaimin Zen dari kitab Burhan fi Ulumil Qur’an,
juz”I, halaman 539, Imam Badruddin bin Muhammad bin Abdullah Az-
Zarkasih mengatakan bahwa “mengahafal Al-Qur’an adalah farddhu
26
Departemen Agama RI, op.cit., h. 375. 27
Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Prakts Menghafal Al-Qur’an. (Jakarta: Bumi Aksara,
1994). h. 22-23.
17
kifayah.”28
Dan dalam kitab Nihayah Qaulul-Mufid, Syeikh Muhammad
Makki Nashr mengatakan “sesungguhnya menghafal Al-Qur’an diluar
kepala hukumnya fardhu kifayah.” Demikian pula mengajarkannya.
Mengajarkan membaca Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah dan merupakan
Ibadah yang utama.29
Menghafal Al-Qur‟an adalah wajib kifayah bagi umat Islam.
Berangkat dari kewajiban ini, tidaklah heran apabila sebagian lembaga
pendidikan pesantren memprioritaskan kurikulumnya pada hafalan Al-
Qur‟an. Para santri diarahkan agar mampu menghafal Al-Qur‟an di luar
kepala. Mereka berusaha mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat
mempengaruhi kemurnian Al-Qur‟an.30
Pada hakikatnya Allah sendiri yang menjaga kemurnian Al-
Qur‟an, namun secara operasional Allah SWT melibatkan manusia dalam
pemeliharaannya, yang dalam hal ini khususnya kaum muslimin, sebagai
pemilik dan pengamal kitab suci tersebut. Tidak ada batasan secara
mutlak kapan seseorang dapat dibimbing untuk menghafal Al-Qur‟an.
Namun, secara umum usia ideal mulai menghafal Al-Qur‟an adalah masa
kanak-kanak. Dikutip dari buku Para Penjaga Al-Qur‟an, As-Suyuti
mengutip hadis Nabi yang diriwayatkan al-Khatib dari Ibn Abbas, yang
artinya: “Hafalan anak kecil bagaikan ukiran diatas batu, dan hafalan
sesudah dewasa bagaikan ukiran diatas air.” Lebih lanjut „Abdurrahman
„Abdul Khaliq menjelaskan bahwa usia paling ideal untuk menghafal
adalah usia 5 sampai 23 tahun. Seseorang pada usia ini hafalannya sangat
bagus dan setelah usia 23 tahun tampak kelupaan yang jelas.31
Beberapa ulama besar, baik ulama terdahulu maupun
kontemporer, mengawali studinya di masa kecil dengan menghafal Al-
Qur‟an. Sebagai contoh, al-Imam asy-Syafi‟i yang hafal Al-Qur‟an mulai
28
Muhaimin Zen, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’annul Karim, (Jakarta : PT Al-
Husna Zikra, 1996) cet. I h.37. 29
Ibid., h. 37. 30
Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, ( Ciputat Transpustaka, 2015), h.
17-20 31
Ibid., h. 26.
18
usia 7 atau 9 tahun seperti Sijin al-Kurni dari Mesir dan Sayyid
Muhammad Tabataba‟i dari Iran.32
Firman Allah SWT dalam surat At-
Taghabun (64) ayat 16:
عىاو ٱستطعتىيب ٱنهه فٲتمىا ا نأفسكى وي وأطعىا وأفمىا خش ٱس
فأونئك هى ۦىق شح فسه فهحى ١٦ ٱن
Artinya: “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah
yang baik untuk dirimu[1480]. dan Barangsiapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”
(Q.S. At-Taghabun {64}: 16)
Salah satu sifat manusia yang sudah menjadi kodrat dan sangat
manusiawi adalah lupa, dan salah. Begitupun orang yang menghafalkan
Al-Qur‟an tentunya mempunyai sifat dan mengalami lupa dalam
hafalanya. Mengenai dosa atau tidaknya terhadap hafalan Al-Qur‟an
tergantung dari usaha dalam menjaga hafalan. Rasulullah selalu
mengajarkan untuk selalu memelihara dan menjaga hafalannya dengan
cara membacanya setiap saat dan men-takrir hafalannya supaya tidak
lupa dan hilang. Setelah ada usaha tetapi masih juga lupa, maka yang
menghafalkan Al-Qur‟an tersebut tidak lagi dinyatakan sebagai orang
yang lengah dan bersalah.33
Jadi dapat dikatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur‟an adalah
fardhu kifayah sama seperti hukum mempelajari Al-Qur‟an. Hal ini
berarti bahwa orang yang menghafal Al-Qur‟an tidak boleh kurang dari
jumlah mutawattir. Adapun mengenai hukum orang yang lupa terhadap
apa yang dihafalkannya itu tergantung dari bagaimana usaha orang
tersebut dalam menjaga hafalannya.
3. Keutamaan Mengahafal Al-Qur’an
32
Ibid. 33
Maula Raisya, Panduan Tahsin, Tajwid, dan Tahfidz Untuk Pemula, (Jakarta: Diva
Press, 2015), h. 179-182.
19
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang merupakan penutup berbagai
kitab suci sebelumnya, sehingga isinya berlaku secara umum dan abadi,
baik dari segi waktu tempat maupun umat yang menerima risalah. Yang
mana Al-Qur‟an secara umum isi kandungannya terdiri atas tiga hal
pokok, yaitu: Aqidah, Hukum, dan Akhlak. Kemudian ditetapkan pula
bahwa syariat Islam memiliki keutamaan untuk membentuk agar setiap
pribadi menjadi pelaku dan penganjur amal sholeh, menegakkan keadilan
merata, dan menyelenggarakan kehidupan dengan sebaik-baiknya.34
Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan yang sangat
terpuji dan mulia. Orang-orang yang mempelajari, membaca atau
menghafal Al-Qur‟an merupakan orang-orang pilihan yang memang
dipilih Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur‟an.
Allah SWT. Berfirman dalam surat Fathir (35) ayat 32:
ب ثى ٱنكتتأوسث ب ٱنز هى ظبنى ٱصطف فسه ي عجبدب ف ويهى ۦن
ٲنخشتويهى سبثك ث يمتصذ ٣٢ ٱنكجش ٱنفضمرنك هى ٱنههثإر
Artinya: “kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada
yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan[1260] dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia
yang Amat besar.”(Q.S. Fathir {35}:32).35
Dari kesimpulan tentang keutamaan menghafal Al-Qur‟an adalah
Allah SWT akan memberi kemuliaan, keridhaan dari dirinya dan kelak
akan diberi ganjaran oleh Allah SWT berupa karamah yang amat mulia
darinya, dan Rasulullah pun juga berkata demikian yang akan di
dahulukan ialah orang yang menghafal Al-Qur‟an.36
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an
34
Imam Mukhlas, Al-Qur’an Berbicara, ( Surabaya: Pustaka Progresif, 1996), h. 38. 35
Departemen Agama RI. op.cit., h. 438. 36
Yusuf Al-Qardhawi, Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, h. 195.
20
Terdapat beberapa hal penting sebagai pendukung tercapainya
tujuan menghafal Al-Qur‟an, faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Usia yang ideal
Beberapa hasil penilitian dan eksperimen para ahli menjelaskan
menghafal pada anak-anak lebih cepat dan lebih melekat selain itu
menghafal pada masa kanak-kanak juga lebih penting kesempatan
untuk mencapai harapan. Untuk itu usia ideal menghafal adalah sejak
usia 6-12 tahun.
b. Manajemen waktu
Untuk berhasil menghafal Al-Qur‟an dengan cepat, para penghafal Al-
Qur‟an hendaknya mencari waktu yang tepat dan kondusif.
Maksudnya, waktu yang memberikan ketenangan, keringanan,
kekhusukan, dan keserasian dengan lingkungan bagi penghafal
tersebut, dan juga waktu-waktu yang diutamakan. Waktu-waktu
tersebut antara lain; waktu sebelum terbit fajar, setelah fajar sehingga
terbit matahari, setelah bangun tidur siang, setelah salat dan waktu di
antara Maghrib dan Isya.
c. Tempat menghafal
Kriteria dari tempat-tempat yang baik untuk menghafal, antara lain,
jauh dari kebisingan, bersih dan suci, sehat, tidak sempit, terang,
bercuaca baik, dan jauh dari gangguan, seperti telepon dan suara
berisik.37
Faktor penghambat yang dihadapi oleh orang yang sedang dalam
proses menghafal Al-Qur‟an memang banyak dan bermacam-macam.
Mulai dari permasalahan yang berhubungan dengan pengembangan
minat, penciptan lingkungan, pembagian waktu, sampai kepada metode
menghafal Al-Qur‟an itu sendiri. Faktor penghambat yang dihadapi oleh
para penghafal Al-Qur‟an itu secara garis besarnya dapat dirangkum
sebagai berikut:
1) Menghafal itu susah
37
Muhaimin Zen, op.cit., h. 105.
21
Susahnya menghafal bisa dirasakan baik dalam proses menghafal
maupun ketika ingin melestarikan hafalan. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan potensi, baik intelegensia, waktu maupun finansial.
2) Ayat-ayat sudah dohafal lupa lagi
Penyebab terjadinya hilangnya hafalan bisa terjadi karena faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi malas, bosan, dan
keterbatasan potensi memorial. Sedangkan faktor eksternal seperti
tidak kondusifnya lingkungan, banyaknya kesibukan sosial, dan lain-
lain.
3) Banyaknya ayat-ayat yang serupa
Banyaknya ayat-ayat yang serupa antara ayat yang satu dengan ayat
yang lain bisa mengaburkan hafalan dan menyebabkan seringnya
kesalahan dalam menghafal. Sehingga hal itu betul-betul
membutuhkan ketelitian, konsentransi, dan kepekaan dalam
menghafal ayat-ayat tersebut.
4) Gangguan-gangguan kejiwaan
Ganggguan-gangguan yang dimaksud di sini adalah seperti bosan,
jenuh, stress, dan emosi yang tidak stabil. Penghafal Al-Qur‟an
hendaknya selalu menjaga stabilitas dirinya, baik secara lahir
maupun batin.
5) Gangguan-gangguan lingkungan
Keberadaan lingkungan juga bisa memeranguhi proses menghafal
Al-Qur‟an. Gangguan-gangguan lingkungan yang biasanya dialami
oleh penghafal Al-Qur‟an, antara lain: lingkungan yang tidak
kondusif, ramai, suasana tidak Qur‟ani, teman-teman yang tidak
sama aktivitasnya, dan lain sebagainya.38
5. Metode Menghafal Al-Qur’an
Al-Qur‟an sebagaimana diterangkan di atas merupakan kitab suci
yang Allah jamin pemeliharaannya. Dalam implementasinya, Allah
38
Ibid,. h. 106.
22
jadikan Al-Qur‟an sebagai kitab suci yang mudah dihafal, diturunkan
kepada bangsa Arab yang dianugerahkan kekuatan hafalan, ditulis oleh
orang-orang pilihan yang ditunjuk langsung oleh Nabi Muhammad SAW,
serta dicetak secara sempurna dalam satu mushaf oleh sahabat-sahabat
terbaiknya beliau, utamanya oleh „Usman, dan terus terpelihara sampai
sekarang. Dengan demikian, Al-Qur‟an dalam sepanjang sejarahnya
terpelihara dengan dua cara, yaitu hafalan dan tulisan.
Namun demikian, bukan berarti Al-Qur‟an bisa dihafal, dengan
mudah oleh semua orang tanpa adanya sistematika, langkah-langkah, dan
metode-metode khusus yang harus dilakukan oleh penghafal Al-Qur‟an.
Di samping itu juga, kebersihan jiwa, keikhlasa niat, dan ketangguhan
minat juga menjadi hal penting bagi penghafal Al-Qur‟an.
Metode menghafal Al-Qur‟an dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Tahfidz, yaitu cara menghafalkan Al-Qur‟an dengan melalui
beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut diawali
dengan membaca bin-nazar (dengan melihat mushaf) dari per
kalimat hingga satu ayat penuh dengan lancar. Setelah terasa ada
bayangan, dibaca dengan dengan hafalan. Jika ayat telah dihafal
dengan lancar dan sempurna, baru beralih ke ayat selanjutnya,
dan demikian seterusnya. Materi hafalan tersebut lalu
diperdengarkan kepada instruktur untuk mendapatkan pentunjuk
seperlunya.39
b. Takrir, yaitu mengulang-ngulang hafalan yang sudah
diperdengarkan kepada instruktur. Tahap ini sangat penting
dilakukan oleh seorang penghafal Al-Qur‟an. Sebab, takrir adalah
cara memelihara dan memperkuat hafalan yang terdahulu.
Perimbangan antara materi tahfiz dan takrir adalah satu banding
sepuluh. Artinya, apabila penghafal mempunyai kesanggupan
39
Muhaimin Zen,op.cit., h. 248.
23
menambah hafalan baru dalam satu hari yaitu dua halaman, maka
harus diimbangi takrir dua puluh halaman.40
Lebih detail, Ahsin Wijaya al-Hafiz menyebutkan bahwa, metode
menghafal Al-Qur‟an dibagi menjadi 4, yaitu.
1. Metode (tariqah) wahdah, yaitu menghafalkan satu persatu
ayat yang hendak dihafalkan. Untuk mencapai hafalan awal
setiap ayat dibaca sebanyak 10 kali atau lebih sehingga benar-
benar mampu membentuk gerak refleksi lisan.
2. Metode Kitabah, yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-
ayat al-Qur‟an. Kemudian ayat-ayat tersebut dibaca hingga
lancar dan benar, kemudian dihafalkan.
3. Metode sama’i, yaitu menghafalkan Al-Qur‟an dengan
mendengarkan bacaan untuk dihafalnya, baik dari gurunya
maupun dari rekaman kaset yang telah dipersiapkan tempat
dahulu. Penghafal mendengarkan secara seksama dan perlahan-
lahan mengikutinya.
4. Metode jama’i, yakni cara menghafal yang dilakukan secara
kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafalnya secara bersama-sama
dipimpin oleh seorang instruktur.41
6. Pembinaan Hafalan Al-Qur’an
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan pe-
dan akhiran- an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia pembinaan berarti membina, memperbaharui atau
proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
40
Ibid. 41
Ibid., h. 68.
24
yang lebih baik.42
Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha
untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai sautu tujuan
tertent.
Adapun hafalan adalah sesuatu yang dipelajari telah masuk dalam
ingatan, berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.43
Siswa
selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan,
karena siswa akan menerima pengetahuan tentang hasil (knowledge of
result) yang sekaligus merupakan penguat bagi dirinya.
Dalam menghafal siswa belajar lebih banyak bilamana setiap
langkah diberikan penguatan (reinforcement), hal ini timbul karena
kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus
penguatan bagi setiap bentuk-bentuk materi pelajaran yang diberikan.44
Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga
penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial,
bermacam-macam keterampilan dan cita-cita.45
Belajar juga termasuk
menghafal bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti atau dari tidak
hafal menjadi hafal.
Menghafal merupakan suatu proses yang ditandai denga adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan,
dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain
42
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), h. 123. 43
Ibid., h. 473. 44
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
53. 45
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), h. 45.
25
aspek yang ada pada individu.46
Siswa yang belajar berarti menggunakan
kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik terhadap
lingkungannya.47
7. Guru dan Peserta Didik Tahfidz Al-Qur’an
Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat
penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan
materi pelajaran. Baik tidaknya seorang guru dapat dinilai dari
penguasaan materi pelajaran.48
Dalam UU Republik Indonesia No.14
tahun 2005 tenang guru dan dosen bahwa profesi guru merupakan
pekerjaan bidang khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip,
memiliki bakat, minat, komitmen, kualifikasi akademik, tanggung jawab,
dan memiliki kesempatan mengembangkan profesinya.49
Dapat di
simpulkan dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas bahwa guru
memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan dan guru harus terus
meningkatkan kualitasnya dalam proses belajar mengajar.
Dalam menghafal Al-Qur‟an, peran guru yang ahli di dalam bidang
hifdzul Qur’an adalah penting. Perannya adalah untuk memberi contoh
bacaan yang benar. Bacaan yang harus diikuti oleh murid dan
membenarkan bacaan murid jika terdapat kesalahan. Belajar Al-Qur‟an
tidak bisa serta-merta dengan otodidak, walaupun dengan tingkat
kecerdasan yang tinggi, karena dalam membaca Al-Qur‟an menuntut
adanya praktik langsung di hadapan guru sehingga sang guru dapat
menuntun murid kepada bacaan yang telah memperoleh sanad dengan
alasan, Pertama, sanad adalah bukti bahwa bacaan yang dibaca oleh
guru adalah bacaan yang mutawattir dan muttashil hingga ke Baginda
46
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Mujahid Press, 2004),
h. 54. 47
Dimyati dan Mudjiono, op.cit., h. 26. 48
Herry Widyastono, Pengembagan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari Kurikulum
2004, 2006, ke Kurikulum 2013, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 199-209. 49
Wina Sanjaya, Strategi Pembelaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta: Prenamedia Group,2014), cet. Ke-11, h. 21.
26
Nabi Muhammad saw, yang telah diakui oleh ulama. Kedua, guru yang
telah memiliki sanad lebih bisa diakui keahliannya dalam dunia belajar
dan menghafal Al-Qur‟an maupun dalam pengalamannya.
Selain itu, guru bisa menjadi figure bagi muridnya. Sehingga murid
akan berusaha meniru (meneladani) akhlakul karimah dari seorang guru.
Keberadaan guru tersebut akan memotivasi murid, dengan berusaha
sekuat tenaga, untuk bisa meraih keberhasilan. Ketiga, barakah guru
sangat diidam-idamkan oleh murid.50
Dalam bahasa Arab dikenal tiga
istilah tersebut adalah murid yang secara harfiah berarti orang yang
mengingikan atau membtuhkan sesuatu, tilmidz jamak dari talmidz yang
berarti murid, dan thalib al-ilmi yang menuntut ilmu, pelajar atau
mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada
seseorang yang tengah menempuh pendidikan. Perbedaannya hanya
terletak pada penggunannya. Dilihat dari segi kedudukan, anak didik
makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal
kemampuan fitrahnya. Namun, anak didik tidak hanya dianggap sebagai
objek pendidikan saja, melaikan juga harus diperlukan sebagai subjek
pendidikan. Antara lain dengan cara melibatkan mereka dalam
memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.51
Menghafal Al-Qur‟an merupakan perbuatan mulia, baik di hadapan
manusia, maupun di hadapan Allah. Orang-orang yang mempelajari,
membaca atau menghafal Al-Qur‟an merupakan orang-orang pilihan
yang ditunjuk oleh Allah. Sebagai peserta didik yang terbiasa
menghafalkan Al-Qur‟an, akan lebih mudah dalam menghafalkan
pelajaran lain. Peserta didik yang terbiasan dalam belajar atau mengkaji
makna Al-Qur‟an, akan terlihat pada perilaku baik dalam sehari-hari.
Maka diperlukan seorang guru tahfidz Al-Qur‟an yang dapat menjadi
50Zaki Zamani, Metode Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Yogyakarta: Al Barokah, 2014), h.
35-36. 51
Abuddin Nata, Pendidikan Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 131.
27
panutan peserta didik, dalam akhlak, pengetahuan dan kemampuan
dalam membaca Al-Qur‟an.
8. Evaluasi Pembinaan Tahfidz Al-Qur’an
Menurut Arifin, “Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan
berkelanjutan untuk menentukan kualitas dari sesuatu, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.”52
Dalam sistem pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu
komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk
mengetahui keekfektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi
dapat dijadikan balikan (Feed Back) bagi guru dalam memperbaiki dan
menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran.53
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan
dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan,
materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem
peniliaian itu sendiri.54
Di Indonesia, evaluasi hasil banyak digunakan
dalam pendidikan. Evaluasi hasil disebut belajar, meskipun pengertiannya
sama namun cakupannya berbeda. Karena hasil yang dimaksudkan dalam
evaluasi hasil adalah hasil belajar tidaak hanya berkenaan dengan domain
pengetahuan tetapi juga domain keterampilan dan sikap. 55
Evaluasi pembinaan ini tidak hanya untuk peserta didik namun
guru dan pendukung lainnya, seperti dapat membantu peserta didik dalam
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik, dapat menilai
efektivitas strategi pembelajaran, program kurikulum, serta dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Evaluasi yang digunakan pada MA Pembangunan UIN Jakarta
dengan cara tes lisan.56
Tes lisan ini terdapat dua macam, yaitu
menyambung ayat dan menyetor ayat yang telah di hafal peserta didik di
52
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.5. 53
Ibid., h.2. 54
Ibid., h. 14 55
Ibid., h. 34. 56
Hasil Wawancara dengan pembimbing tahfidz Al-Qur’an, Bapak Yayat pada 20 Desember 2018 pukul 08.30 WIB di MA Pembangunan UIN Jakarta.
28
semester tersebut, dengan adanya evaluasi ini agar guru maupun peserta
didik mengetahui pencapaian target hafalan yang ditentukan, fashahah
peserta didik dalam menghafal, dan hukum bacaan tajwid maupun
makhraj peserta didik dalam melafalka ayat.57
9. Pelaksanaan Membina Tahfidz Al-Qur’an
Pembinaan tahfidz Al-Qur‟an adalah proses mempelajari Al-
Qur‟an dengan cara menghafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an. Pembinaan
tahfidz Al-Qur‟an yang dilaksanakan di MA Pembangunan UIN Jakarta
merupakan pembinaan yang terdapat didalam program Habitual
Curicullum. Pembinaan Tahfidz Al-Qur‟an ini telah berjalan sejak
berdirinya MA Pembangunan hingga sekarang. Pesera didik mengafal 3
Juz yakni, Juz 28 untuk kelas XII, Juz 29 untuk kelas XI, Juz 30 untuk
kelas X. Namun terdapat inovasi baru, yang berlaku untuk peserta didik di
kelas X yakni, peserta didik menghafalkan beberapa surat pilihan yang
ditentukan oleh guru pembimbing Habitual Curicullum. Walaupun adanya
inovasi dalam pembinaan tahfidz Al-Qur’an, namun tidak mengurangi ataupun
menghapus tujuan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an, namun tidak
mengurangi ataupun menghapus tujuan dalam pembinaan tahfidz Al-Qur’an.
Melalui pembinaan tahfidz Al-Qur’an, akan menjadikan peserta didik sebagai
generasi Qur’an yang memiliki hafalan Al-Qur’an dan dapat diaplikasikan dalam
keseharian.
B. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
57
Ibid.,
29
Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia
olahraga pada zaman yunani kuno yang berasal dari kata curir dan
curere. Pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan tempat
berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish.58
Dengan menyimak bermacam-macam definisi mengenai
kurikulum menurut pandangan lama, maka dapat diidentifikasikan
maknanya sebagai berikut:
a. Kurikulum adalah suatu rencana pendidikan dan pengajaran (dilihat
dari pihak pendidik/guru).
b. Kurikulum adalah suatu rencana pelajaran (dilihat dari pihak peserta
didik).
c. Rencana pendidikan dan pengajaran atau rencana pelajaran yang
dimaksudkan pada butir a dan b adalah sejumlah mata pelajaran
yang harus dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai suatu
jenjang pendidikan/ijazah tertentu.
d. Mata-mata pelajaran yang dimaksud pada butir c adalah sejumlah
ilmu pengetahuan yang merupakan warisan dari generasi terdahulu.
Bila kita mengkaji definisi-definisi kurikulum menurut
pandangan lama, maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Kurikulum diberi arti yang sempit yakni bahwa rencana pengajaran
yang terdiri dari sejumlah mata pelajaran.
2) Kurikulum diberi arti sebagai hasil pendidikan (education product)
yang harus dicapai oleh peserta didik.
Definsi kurikulum menurut pandangan baru, maka dapat diartikan
sebagai berikut:
58
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup:
2008), h. 3.
30
a) Definisi kurikulum menurut pandangan baru memberi arti kurikulum
secara luas.
b) Pandangan baru tersebut mula-mula menekankan seluruh
pengalaman peserta didik sebagai arti kurikulum.
c) Pengembanagan selanjutnya menunjukan bahwa kurikulum diberi
arti sebagai pengalaman-pengalaman yang direncanakan dan
diarahkan oleh sekolah atau guru.
d) Perkembangan terakhir memandang kurikulum sebagai tujuan, nilai-
nilai atau hasil pendidikan yang ingin dicapai.59
Selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan.
Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang bebeda tentang
kurikulum. Namun demikian, dalam penafsiran yang berbeda itu, ada
juga kesamaannya. Kesamaan tersebut adalah, bahwa kurikulum
berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum memang diperuntukan
untuk anak didik, seperti yang dikutip dari buku Kurikulum dan
Pembelajaran karangan Wina Sanjaya, Murray Print mengungkapkan
bahwa kurikulum meliputi:
(1) Planned learning experiences.
(2) Offered within an educational institution/program.
(3) Represented as a document.
(4) Includes experiences resulting from implementing that document.60
Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan
berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan diracangkan secara sistematik atas dasar norma-norma
yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi
59
Baego Ishak, Pengembangan Kurikulum, ( Ujung Pandang: Berkah Utami: 1998), h. 7-
12. 60
Wina Sanjaya, op.cit, h. 3.
31
tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.61
Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan, sebab di antara
bidang-bidang pendidikan yaitu manajemen pendidikan, kurikulum,
pembelajaran, dan bimbingan siswa, kurikulum pengajaran merupakan
bidang yang paling langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan.
Dalam pengembangan kurikulum minimal dapat dibedakan antara desain
kurikulum atau kurikulum tertulis (“design, written, ideal, intended,
official, formal curriculum) dan implementasi kurikulum atau kurikulum
perbuatan (“curicullum implmentation, actual curiculum, real
curriculum, atau curriculum in action”). 62
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa
kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncankan
melaikan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
sekolah, jadi selain kegiatan ekstrakurikuler yang formal juga kegiatan
yang tak formal. Yang terakhir ini sering disebut kegiatan ko-
ekstrakurikuler atau ekstra-kurikuler (co-curriculum atau extra
curriculum).
Kurikulum formal meliputi:
(a) Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.
(b) Bahan pelajaran yang tersusun sistematis.
(c) Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.
(d) Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.
Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga
direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran
akademis dan kelas teretentu. Kurikulum ini dipandang sebagai
61
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, ( Jakarta: PT Rineka Cipta: 2004),
h. 3. 62
Nana Sy. Sukmadinata dan Erliany Syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi,
(Bandung: PT Refika Aditama : 2012), h. 1.
32
pelengkap kurikulum formal. Yang termasuk kurikulum tak formal ini
antara lain: pertunjukan sandiwara, pertandingan antar kelas atau antar
sekolah, perkumpulan berbagai hobi, pramuka dan lain-lain.63
Kurikulum sebagai suatu rencana tampaknya juga sejalan dengan
rumusan kurikulum menurut undang-undang pendidikan kita yang
dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Yang dimaksud dengan isi dan bahan pelajaran itu sendiri adalah susunan
dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan
satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian
tujuan pendidikan nasional.64
Perlu kita pahami bahwa sekolah didirikan untuk membimbing
peserta didik agar berkembang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ini
berarti titik sentral kurikulum adalah anak didik itu sendiri.
Perkembangan anak didik hanya akan tercapai apabila da memperoleh
pengalaman belajar melalui semua kegiatan yang disajikan sekolah, baik
melalui mata pelajaran ataupun kegiatan lainnya.65
Maka dalam pembahasan yang disebutkan diatas kurikulum dapat
diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang
tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus
dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi
nyata. Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan
dokumen, implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah
disusun.
63
S.Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Sinar Grafika: 2010), h. 5-6. 64
Wina Sanjaya, op.cit, h. 8. 65
Ibid., h. 9.
33
2. Peranan Kurikulum
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara
sistematis, kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi
pendidikan siswa. Apabila dianalisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan,
dengan sekolah sebagai institusi social dalam melaksanakan operasinya, maka
dapat ditentukan paling tidak tiga peranan kurikulum yang sangat penting,
yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evaluative, dan peranan
kreatif. Ketiga peranan ini sama penting dan perlu dilaksanakan secara
seimbang.
a. Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan
menafsirkan warisan social pada generasi muda. Dengan demikian,
sekolah sebagai suatu lembaga social dapat mempengaruhi dan
membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosisal yang
ada dalam masyarakat , sejalan dengan peranan pendidikan sebagai
suatu proses social. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi
kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu proses
tersebut.
b. Peranan Kritis atau Evaluatif.
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah, Sekolah tidak
hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan
memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal
ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam control social dan
memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Kurikulum harus
merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
3. Hidden Kurikulum
34
Kurikulum tersembunyi pada dasarnya adalah hasil dari suatu
proses pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya, perilaku yang
muncul di luar tujuan yang dideskripsikan oleh guru. Kurikulum pada
hakikatnya berisi ide atau gagasan. Ide atau gagasan itu selanjutnya
dituangkan dalam bentuk dokumen atau tulisan secara sistematis dan
logis yang memerhatikan unsur scope dan sequence, selanjutnya
dokumen tertulis itulah yang dinamakan dengan kurikulum yang
terencana.66
Hidden curriculum berarti bahwa kurikulum yang tersembunyi.
Tersembunyi berarti tak dapat dilihat tetapi tidak hilang. Jadi kurikulum
tersembunyi ini tidak direncanakan, tidak diprogram dan tidak dirancang
tetapi mempunyai pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap output dari proses belajar mengajar.67
Hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) yaitu berupa aturan
tak tertulis dikalangan siswa misalnya, “Harus kompak terhadap guru”
yang turut mempengaruhi suasana pengajaran dalam kelas. Kurikulum
tersembunyi ini dianggap oleh kalangan tertentu tidak termasuk
kurikulum karena tidak direncanakan.68
Menurut Bellack dan Kiebard yang dikutip dari buku Kurikulum
dan Pembelajaran karangan Wina Sanjaya, hidden curriculum memiliki
tiga dimensi yaitu:
a. Hidden curriculum dapat menunjukan suatu hubungan sekolah, yang
meliputi interaksi guru, peserta didik, struktur kelas, keseluruhan
pola organisasional peserta didik sebagai mikrokosmos sistem nilai
sosial.
66
Ibid., h. 25 67
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, ( Jakarta: PT Rineka Cipta: 2004),
h. 7. 68
S.Nasution, op.cit, h. 6.
35
b. Hidden curriculum dapat menjelaskan sejumlah proses pelaksanaan
di dalam atau di luar sekolah yang meliputi hal-hal yang memiliki
nilai tambah, sosilisasi, pemeliharaan struktur kelas.
c. Hidden curriculum mencakup perbedaan tingkat kesengajaan
(intensionalitas) seperti halnya yang dihayati oleh para peniliti,
tingkat yang berhubungan dengan hasil yang bersifat insidental.
Bahkan hal itu kadang-kadang tidak diharapkan dari penyusunan
kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi sosial pendidikan.69
Dalam dimensi pelaksanaan implementasi kurikulum di dalam
kelas atau pengembangan kurikulum dalam skala mikro, kurikulum
tersembunyi (hidden curriculum) memiliki makna: Pertama, kurikulum
tersembunyi dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak tertulis
(tersembunyi), akan tetapi pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh
setiap guru agar kualitas pembelajaran lebih bermakna. Sebagai contoh,
ketika guru hendak mengajar tujuan tertentu melalui metode diskusi,
sebenarnya ada tujuan lain yang harus dicapai selain tujuan yang
berhubungan dengan penguasaan materi pembelajaran.
Kedua, kurikulum tersembunyi juga dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan terlebih dahulu yang
dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.70
Jadi dapat dikatakan bahwa dari definisi-definisi diatas dapat
diartikan hidden kurikulum merupakan yang didalamnya berisi suatu ide
atau gagasan yang selanjutnya di tuangkan kedalam tulisan secara
sistematis yang tidak direncanakan, tidak diprogram, dan tidak dirancang
tetapi mempunyai pengaruh baik kedepannya dan dapat mempenagruhi
pengajaran dikelas.
4. Habitual Curriculum
69
Wina Sanjaya, op.cit, h. 27. 70
Ibid., h. 27.
36
Teori Habitus yang dimunculkan oleh Pierre Boudieu disebabkan
oleh studi yang mendalam dan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh
Bourdieu di daerah Kabylie dan Collo, Aljazair. Rumusan teori beliau
dimasukkan kedalam dikotomi-dikotomi tersebut ke dalam satu kategori
dikotomi epistimologi besar yaitu antara subyektivisme dan
obyektivisme.
Teori yang dikemukakan Pierre Bourdieu dimaksudkan untuk
melewati batas-batas oposisi yang telah terstruktur dalam teori-teori ilmu
sosial seperti subjectivisme dan objectivisme. Habitus dikatakan
structure karena habitus bisa melahirkan praksis baru yang tidak
terbatas.71
Habitual Curriculum merupakan pembinaan akhlak selama tiga
puluh lima menit pada awal jam pelajaran pertama setiap hari. Muatan
materinya berupa hafalan do‟a-do‟a, surat-surat pendek, pembacaan
surat-surat panjang maksimal 5 ayat, dan tausiah akhlak.72
Kegiatan habitual curriculum di MA Pembangunan sendiri
meliputi kegiatan tahfidz al-qur‟an, latihan kultum, sholat dhuha, dan
dzikir bersama.73
jadi, dari beberapa teori habitus di atas yang penulis
paparkan, penulis bisa mengambil kesimpulan bahwa teori habitus dan
kata habitual bisa dikatakan sejalan karena yang dimaksud habitus itu
ialah teori yang menyinggung tentang subjectivisme dan objectivisme
yang dimana bisa melahirkan praksis baru yang tidak terbatas, senada
dengan teori habitus, habitual pun ialah kegiatan yang dimana ada
objektivisme dan subjektivisme yang melahirkan praksis yang tidak
terbatas, yaitu subjektivisme itu sendiri pada kegiatan hafalan-hafalan
surat pilihan dalam Al-Qur‟an dan objektivisme dari kegiatan habitual
ialah peserta didik, yang nantinya bisa melahirkan praksis yang tidak
71
http://www.academia.edu/35894184/TEORI_HABITUS_PIERRE_BOURDIEU
diakses pada tanggal 29 April 2019 pukul 14.50 WIB. 72
http://www.mpuin-jkt.sch.id/halaman/detail/kurikulum-ibtidaiyah/ diakses pada tangal
26 oktober 2018 pukul 21.00. 73
Hasil Wawancara dengan bapak Yayat selaku guru pembimbing HC pada tanggal 18
April 2017.
37
terbatas melalui output dari peserta didik di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta.
5. Implementasi Pelaksanaan Habitual Curiculum dalam membina
Tahfidz Al-Qur’an
Al-Qur‟an sebagai Dienul Islam, dimana menjadi petunjuk untuk
seluruh umat manusia dan sebagai rahmat bagi orang-orang yang
meyakini dan mengimani Al-Qur‟an. Al-Qur‟an memiliki sifat
keagungan dan derajat yang mulia, maka dari itu bagi kaum muslim
diharuskan untuk mempelajari Al-Qur‟an baik membaca, menulis,
menghafalkan, serta mempelajari isi kandungan Al-Qur‟an.
Pencapaian dalam pendidikan yaitu memelihara dan memberi
latihan mengenai akhlak dan kecerdasan dalam mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya, dalam bentuk sikap maupun
perilaku yang positif di masyarakat. Begitupun dengan pendidikan
keagamaan yang berfugsi mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai
ajaran agamanya. Sehingga pada akhirnya akan menjadi petunjuk
dalam menjalani kehidupan dalam keseharian dan menjadikan
manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.
Pembinaan tahfidz Al-Qur‟an adalah proses mempelajari Al-
Qur‟an dengan cara menghafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an.
Menghafalkan Al-Qur‟an dengan metode yang digunakan para
penghafal Al-Qur‟an akan semakin bertambah generasi penghafal Al-
Qur‟an. Peserta didik yang menghafalkan Al-Qur‟an akan terbiasa
dalam mengingat-ingat ayat Al-Qur‟an, begitupun dengan pelajaran
lainnya ia akan merasa mudah dan terbiasa dalam menghafal atau
mengingat pelajaran.
Menghafal Al-Qur‟an atau tahfidz Al-Qur‟an kini telah diterapkan
sebagai salah satu kurikulum dalam pendidikan Islam pada lembaga
38
formal. Salah satu lembaga formal yang menjadikan tahfidz Al-
Qur‟an bagian dari kurikulum yaitu MA Pembangunan UIN Jakarta.
Yang terdapat dalam program Habitual Curriculum, bertujuan untuk
mengantarkan peserta didik untuk memiliki hafalan Al-Qur‟an serta
dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
C. Hasil Penilitian Relevan
Sebagai bahan masukan, dalam penelitian ini penulis mengambil kajian-
kajian sebelumnya sebagai berikut:
1. Skripsi yang disusun leh Suwarti (3103098), mahasiswa IAIN Walisongo
Semarang Fakultas Tarbiyah, dengan judul penelitian “Pelaksanaan
Program Tahfidz Qur‟an 2 Juz (Studi di SDIT Harapan Bunda
Semarang)” tahun 2008. Pada skripsi tersebut Suwarti menjelaskan
pelaksanan program Tahfidz Qur‟an 2 Juzdi SDIT Harapan Bunda, di
mana program Tahfidz Qur‟an yang dilaksanakan pada kelas VI dengan
alokasi waktu 2 jam pelajaran. Selain itu, dalam skirpsi ini menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program tahfidz Al-
Qur‟an. Metode yang digunakan oleh Suwarti adalah metode kualitatif
deskriptif, dengan teknik pengumpulan data yaitu melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Hasil penilitian yang ditujunkan melalui
teknik pengumpulan data yaitu melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Hasil penilitian yang ditunjukan melalui teknik
pengumpulan data tersebut menunjukan bahwa program tahfidz Al-
Qur‟an di SDIT Harapan Bunda termasuk program khas di mana
kurikulumnya termasuk dalam bentuk kurikulum yang membedakan
dengan sekolah lainya.74
2. Tesi yang disusun oleh Sri Purwaningsih Romadhon (1320410005), dari
UIN Sunan Kalijaga dengan judul penelitian “Implementasi
74
Surwati, “Pelaksanaan Pelaksanaan Program Tahfidz Qur’an 2 Juz (Studi di SDIT Harapan Bunda Semarang)” tahun 2008. IAIN Walisongo
39
Pembelajaran Tahfidz dengan Pendekatan Humanistk Anak
Berkebutuhan Khusus di SDIT Hidayatullah Yogyakarta” tahun 2015.
Pad tesi ini, Sri Purwaningsih Romadhon mendapati keutamaa apabila
tahfidz dijadikan pembelajaran bagi anakberkeutuhan khusus. Karena
dengan tahidz, tantrum anak berkurang dan anak cenderung isa
diarahkan. Keberhasilan dari implemetasi pembelajaran tahfidz dengan
pendekatan humanistik mendapat perbaikan akhlak dan perilaku peserta
didik mampu mencapai target hafalan dengan baik, sosialisasi antarteman
semakin baik, kepercayaan peserta didik menjadi tinggi. Metode yang
digunakan oleh Sri Purwaningsih Romadhn adalah metode deskriptif
kualitatif, dengan teknik pengumpualn data yaitu melalui observasi ,
wawancar, an dokumentasi. Dalam enguji kredibilitas data, ia
menggunakan teknik triangulasi sumber data. Hasil penelitian yang
ditunjkkan melalu tenik pengumpulan data menunjukkan bahwa guru
maupun anak berkebutuhan khusus harus membuat perencanaan yang
matang dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.75
Persamaan penilitian sebelumnya dengan yang akan peneliti lakukan
adalah membahas tentang tahfidz Al-Qur‟an. metode yang digunakan
adalah dengan pendeketan kualitatif deskriptif berdasarkan teknik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Namun
dalam penilitian ini metode yang digunakan adalah studi kasus.
Selain itu terdapat perbedaan dengan peneilitian sebelumnya yaitu
pada lokasi dan fokus peniliitan tertuju pada program Habitual Curriculum
yang didalam nya tertuju pada program Tahfidz al-Qur‟an yang akan di teliti
ini merupakan program yang termasuk dalam muatan lokal yang ditetapkan
pemerintah dan juga inisiatif dari sekolah yang membuat program Habitual
Curriculum yang tertuju pada Tahfidz Al-Qur‟an. dan penilitian ini juga di
fokuskan pada program tahfidz dan faktor apa saja yang mendukung dan
75
Sri Purwaningsih Romadhon, “Implementasi Pembelajaran Tahfidz dengan Pendekatan Humanistik Anak Berkebutuhan Khusus di SDIT Hidayatullah Yogyakarta” Tesis pada Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijag,Yogakarta, 2015 h. 176-179
40
menghambat pelaksanaan habitual curriculum dalam membina tahfidz Al-
Qur‟an di sekolah MA Pembangunan yang menjadi tempat penilitian.
40
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
A. Tempat dan Waktu Penilitian
1. Tempat Penilitian
Penilitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta yang beralamat di jalan. Ibnu Taimia IV Komplek UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tangerang Selatan, Banten 15419 Indonesia.
2. Waktu Penelitian
Waktu penilitian dari bulan Agustus 2018 s.d Maret 2019.
B. Metode Penilitian
Penilitian merupakan usaha seseorang yang dilakukan secara
sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi seperti observasi sistematis,
terkontrol, mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan fakta dan
gejala yang ada.76
Adapun jenis penilitian yang digunakan dalam penilitian
ini adalah penitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif.
Penilitian kualitatif adalah suatu penilitian yang ditunjukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun
kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip
dan penjelasan yang mengarah kepada penyimpulan. Penilitian kualitatif
bersifat induktif: atau dibiarkan terbuka untuk interprestasi. Data dihimpun
dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang
mendetail disertai catatan-catatan hasil wawacara yang mendalam, serta hasil
76
Hamid Darmadi, Metode Penilitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 24.
41
analisis dokumen dan catatan-catatan.77
Kegiatan pokok dalam penilitian ini
adalah mendeskripsikan dan menganalisis secara intensif tentang fenomena
sosial yang diteliti yaitu, hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan habitual
curriculum dalam membina hafalan Al-Qur‟an siswa di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keselurahan jumlah subyek penilitian yang terdiri
dari objek yang mempunyai karakteristik tertent di dalam suatu
penelitian.78
Dapat dikatakan populasi adalah wilayah yang terdir dari
subjek maupun objek yang mempunyai karakter tertentu dan berkualitas
sehingga menjadi perhatian bagi peneliti. Sampel adalah sebagian dari
populasi yang diambil secara representatif atau mewakili populasi yang
bersangkutan pada penelitian.79
Dapat diartikan sampel sebagai bagiandari
populasi, sebagai perwakilan yang diambil dengan cara-cara tertentu.
Populasi ada penelitian ini adalah peserta didik kelas X dan XI MA
Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 185
peserta didik.
Adapun dalam hal teknik pengambilan sampel, peniliti
menggunakan non probability sampling dengan teknik sampling
sistematis. sampling sistematis merupakan teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.80
Datam hal penggunaan teknik sampling sistematic ini, peneliti
menggunakan sampel berdasarkan peserta didik kelas X dan XI yang
berdasarkan absen kelas, kemudian peniliti mengambil nomor urut absen
berdasarkan kelipatan yang diambil untuk dijadikan sampling untuk
mendapatkan pengamalan lebih dalam pembinaan tahfidz Al-Qur‟an.
77
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penilitian Pendidikan, ( Bandung: Rosdakarya,
2010), h. 60. 78
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Ciputat Mega Mall, 2013), h. 69. 79
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 2. 80
Ibid., h. 84.
42
D. Instrumen Penilitian
Agar penilitian ini lebih terarah, terlebih dahulu peniliti menyusun
kisi-kisi instrumen penilitian, yang mana kisi-kisi tersebut akan
dikembangkan menjadi acuan untuk membuat pedoman observasi,
pedoman wawancara serta kuesioner/angket, guna dalam mencari data
dan informasi yang dibutuhkan peniliti agar dapat tercapai. Berikut
kisi-kisi observasi pada pelaksanaan Habitual Curriculum dalam
membina hafalan Al-Qur‟an siswa:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Obersvasi pembinaan Hafalan Al-Qur’an
Objek Pengamatan Indikator
A. Pembinaan Hafalan
Al-Qur’an
- Kegiatan
Pembukaan dalam
Pembinaan
- Kegiatan inti dalam
pembinaan
- Kegiatan penutup
dalam pembinaan
.B. Aktifitas pembinaan
hafalan Al-Qur’an.
- Keaktifan peserta
didik dalam
pembinaan
- Penilaian
Instrumen penilitian pada wawancara, peniliti memberikan
pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pembinaan hafalan Al-Qur‟an
siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kisi-kisi
wawancara dibawah ini:
Tabel 3.2
43
Kisi-Kisi Wawancara Pelaksanaan Pembinaan Hafalan Al-Qur’an
No Sub Pokok
Pertanyaan
Aspek yang
diungkap
Sumber
Data
Butir Soal
1. Proses Habitual
Curriculum dalam
membina tahfidz Al-
Qur‟an
1.1 Peran
guru
dalam
pembina
an
1.2 Kesesuai
an antara
metode,
materi
dan
kemapua
n peserta
didik
Kepala
Sekolah
Guru
Pembimbin
g/Wali
Kelas
Peserta
Didik
5, 6
2
1,2
2. Komponen
pembinaan tahfidz
Al-Qur‟an
2.1 Kegiatan
Pembinaan
2.2Habitual
Curriculum
2.3 Materi
Kepala
sekolah
Guru
pembimbin
g Tahfidz
Al-Qur‟an
Kepala
Sekolah
Guru
Pembimbin
g Tahfidz
Al-Qur‟an
Guru
Pembimbif
3,7,8
1,10,11
1,2,4,6,7
3,4
5
44
2.4 Metode
2.5 Evaluasi
g Tahfidz
Al-Qur‟an
Kepala
Sekolah
Guru
Pembimbin
g Tahfidz
Al-Qur‟an
Peserta
Didik
9
12,13,14
4
Instrumen penilitian pada kuesioner, penulis memberikan
pertanyaan-pertanyaan semi terbuka atau campuran dimana pertanyaan
yang diberikan alternatif jawabannya, namun responden juga dapat
menambah jawaban tersebut sesuai dengan keinginan responden
terkait dengan pelaksanaan pembinaan hafalan Al-Qur‟an siswa,
berikut tabel kisi-kisi instrumen penilitian dibawah ini:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen kuesioner pelaksanaan pembinaan hafalan Al-
Qur’an siswa
No Sub Pokok Pertanyaan Aspek yang
diungkap
Butir Soal
1. Peserta didik 1.1 Peserta didik
dapat
mengaplikas
ikan ayat
yang telah di
hafal dalam
1,2,3
45
keseharian
1.2 Peserta didik
mampu
menghafal
dengan baik
1.3 Peserta didik
mengikuti
etika dalam
menghafal
Al-Qur’an
1.4 Peserta didik
senantiasa
berperilaku
baik dalam
sosial
dengan
teman
maupun
guru
1.5 Peserta didik
mampu
memuliakan
Al-Qur’an
sebagai
bentuk
penghormat
an kepada
Al-Qur’an
1.6 Motivasi
peserta didik
dalam
4,5,6
7,8
9,10
11,12
13,14
46
menghafal
Al-Qur’an
1.7 Kendala
peserta didik
dalam proses
pembinaan
29,30
31,32
2 Metode pembinaan 2.1 Guru
membina sesuai
tahapan-
tahapan yang
telah disepakati
(muraja’ah)
15,16
3 Materi 3.1 Guru
Menguasai
materi yang
disampaikan
24
4 Evaluasi 5.1 Mengetahui
hasil belajar
peserta didik
terutama dalam
menghafal Al-
Qur’an
5.2 Guru
memberikan
feedback
pembelajaran
tahfidz Al-
Qur’an
25,26,27
28
E. Teknik Pengumpulan Data
47
Teknik pengumpulan data dalam penilitian ini yaitu melalui penilitian
kepustakaan (library resarch) yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan
dara dan mempelajari buku-buku serta referensi yang ada hubungannya
dengan objek yang akan diteliti dan penilitian lapangan (field research),
untuk memudahkan data, fakta, dan informasi yang akan mengungkapkan dan
menjelaskan permasalahan-permasalahan dalam penilitian ini. Pengumpulan
data ini dilakukan pada kelas X dan XI MA Pembangunan UIN Jakarta dalam
kegiatan Habitual Currciulum (HC). Dimana hasil temuan pada pengumpulan
data ini akan diolah menjadi hasil penilitian yang baik, dan bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pelaksanaan Habitual Curriculum dalam membinan
hafalan Al-Qur‟an siswa di MA Pembangunan UIN Jakarta itu berjalan
dengan baik ataupun tidak. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu
teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan
tersebut bisa berkenan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala
sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang
kepegawaian yang sedang rapat, dan sebagainya.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif pengamat ikut
dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta
rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi non partisipatif pengamat
tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan,
tidak ikut dalam kegiatan.81
Obsevasi juga dapat diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada objek penilitian. Pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa
sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut
81
Ibid., h. 220.
48
observasi langsung. Sedang obsevasi tidak langsung adalah pengamatan
yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan
diselidiki.82
Observasi dapat juga diartikan pengamatan yang dilakukan secara
sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis
untuk kemudian dilakukan pencatatan.83
Dalam observasi ini penulis
melakukan pengamatan pada kegiatan habitual curriculum yang meliputi
kegiatan-kegiatan keagamaan sehingga akan diperoleh gambaran tentang
pelaksanaan habitual curriculum dalam membina hafalan Al-Qur‟an
siswa.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan
data yang banyak digunakan dalam penilitian deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam
pertemuan tatap muka secara individual. 84
Wawancara juga dapat
diartikan sebagai proses tanya-jawab dalam penilitian yang berlangsung
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan.85
Wawancara juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan pada responden.86
Dalam penilitian ini wawancara
dilakukan kepada kepala sekolah, wakil bidang kurikulum, guru
pembimbing habitual curriculum, dan peserta didik di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta.
82
S. Margono, Metodologi Penilitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 158-
159. 83
Joko Subagyo, Metode Penilitian Dalam Teori dan Praktek, ( Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h. 63. 84
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 216. 85
Cholid Narbuko., dkk, Metodologi Penilitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 83. 86
Joko Subagyo, op.cit., h. 39.
49
3. Studi Dokumenter
Studi dokmenter ( documentary study) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-
dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus
masalah, kalau fokus penilitiannya berkenaan dengan kebijakan
pendidikan, dan tujuanya mengjaki kebijakan-kebijakan pendidikan
untuk pengembangan karakter bangsa, maka yang dicari adalah
dokumen-dokumen undang-undang, Kepres, PP, Kepmen, kurikulum,
pedoman-pedoman sampai dengan juklak dan juknis yang berkenaan
dengan kebijakan pengembangan karakter bangsa.87
Dalam penilitian ini studi dokumenter dilakukan dengan melihat
dokumen-dokumen tentang Sejarah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta, Panduan Habitual Curriculum, muatan lokal kurikulum madrasah
aliyah tentang program menghafal Al-Qur‟an, dan catatan-catatan
akademik.
4. Kuesioner
penilitian ini, peniliti mengumpulkan data dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah salah suatu daftar yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan oleh seseorang
apabila ingin melakukan suatu penilitian dan mengambil sejumlah
informasi ataupun data.88
Kuesioner tersebut diberikan kepada
siswa siswi kelas X dan XI untuk mengetahui informasi mengenai
proses pelaksanaan pembinaan Tahfidz Al-Qur‟an yang ada di
MA Pembangunan UIN Jakarta. Adapun tujuan dari angket ini
untuk mencari atau memperoleh suatu informasi mengenai
87
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 221-222. 88
Cholid Nabuka., Abu Achmadi, Metodologi Penilitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 76.
50
masalah yang ada dilapangan.89
Dengan responden yang telah
memberikan jawabannya kepada si peniliti. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner semi terbuka. Kuesioner diberikan
kepada siswa selaku sampel dalam penilitian.
F. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data
Dalam upaya untuk memberikan keabsahan data yang akurat maka
penilitian ini menggunakan beberapa cara, diantaranya:
1. Melakukan prosedur cek ulang secara cermat.
Prosedur cek ulang merupakan teknik yang efektif untuk melihat
keabsahan data temuan. Diantara hal yang dapat dilakukan dalam cek
ulang adalah dengan cara verifikasi data temuan yakni melakukan
pengecekan apakah data yang diungkapkan oleh narasumber atau subjek
penilitian sesuai dengan situasi konkret yang ditemukan di lapangan. 90
2. Ketekunan pengamatan.
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.91
3. Triangulasi
Triangulasi adalah Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainnya.92
Triangulasi dapat dilakukan dengan tiga cara yakni
triangulasi sumber, teknik, dan waktu. Melalui triangulasi sumber yaitu
89
Cholid Nabuka., Abu Achmadi, Metodologi Penilitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 77.
90 Lexy J. Moleong, Metodologi Penilitian Kualtatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997), h. 327-332 91
Ibid., h. 177 92
Ibid., h. 178.
51
suatu teknik pengecekan kredibilitas data yang dilakukan dengan
memeriksa data yang didapatkan melalui berbagai sumber.
Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya
kepemimpinan kepala madrasah, pengumpulan dan pengujian data yang
kita peroleh dilakukan ke bawahan kepada yang dipimpin, ke atasan yang
menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerja sama.
Triangulasi teknik yaitu digunakan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada narasumber yang sama
dengan teknik yang berbeda.
Contoh: data yang diperoleh dengan wawancara, lalu di cek
dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Jika berdasarkan tiga
teknik tersebut menghasilkan temuan yang berbeda-beda, kita melakukan
diskusi lebih lanjut untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
Triangulasi waktu merupakan teknik yang dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda. Sebagai contoh: data yang kita
peroleh dari hasil wawancara dengan informan pada pagi hari,
dimungkinkan ketika informasi kita wawancarai di siang atau di sore,
memberikan data yang tidak sama.93
4. Pemeriksaan Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-
rekan sejawat dan pembimbing akademik. Teknik ini akan digunakan
untuk membantu peniliti agar tetap mempertahankan sikap terbuka dan
kejujuran.94
Dalam teknik ini, peniliti mendiskusikan dengan guru
pembimbing HC mengenai kemampuan peserta didik dalam menghafal
Qur‟an. Hal ini dapat membantu peniliti dalam mengumpulkan data.
G. Teknik Analisis Data
93
Andi Prastowo, Metode Penilitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.
269-270. 94
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skiripsi FITK, op.cit., hal. 75
52
Analisis data yang digunaka dalam penelitia kualitatif adalah dengan
model analisis data mengalir.95
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis
sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini peniliti membuat catatan-catatan yang
dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumenter.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses penggabungan dan penyeragaman segala
bentuk data menjadi bentuk tulisan yang akan dianalisis.96
Proses reduksi
data meliputi langkah penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan,
pengabstaksian, dan pentransformasian data mentah yang telah
diperoleh.97
3. Penyajian Data
Penyajian data dalam penilitian kualitatif umumnya dilakukan dalam
bentuk teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar tentang
temuan penelitian. Namun untuk teks naratif tertentu ada yang disajikan
dalam bentuk gambar, bagian, dan tabel. Penggunaan gambar, bagan dan
tabel tersebut dilakukan untuk mempermudah pembaca dalam memahami
isi penilitian.98
4. Penarikan Kesimpulan
Setelah melakukan pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian maka
langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan yang dibuat
mengarah kepada jawaban dari pertanyaan penilitian yang diajukan
sebelumnya dan mengungkapkan “what dan “how” dari temuan
penelitian.99
95
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman
Penulisan Skiripsi, h. 69. 96
Haris Herdiansyah, op.cit., h. 165. 97
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, op.cit., h. 70. 98
Ibid., h. 70-71.
99
Heris Herdiansyah, op.cit., h. 179.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data yang diperoleh
dari penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an di MA
Pembangunan UIN Jakarta sebagai hasil penelitian yang telah dijabarkan
pada bab-bab sebelumnya dapat peneliti simpulkan bahwa pelaksanaan
pembinaan tahfidz Al-Qur‟an di MA Pembangunan UIN Jakarta telah
dilaksanakan dengan baik di buktikan dengan rata-rata presentase sebesar
53.05% maka dari itu program tahfidz Al-Qur‟an sudah sesuai dengan
tujuannya yaitu mengantarkan peserta didik untuk memiliki hafalan Al-
Qur‟an sebanyak 2,5 Juz yang dimulai dari surah an-Nas sampai dengan
surah al-Jumu‟ah. Terdapat tiga guru pembimbing tahfidz Al-Qur‟an, dalam
pembelajaran tahfidz terdapat tiga kelompok belajar masing-masing
kelompok mempunyai grade yang telah ditentukan sesuai dengan
kemampuan membaca dan menghafal Al-Qur‟an peserta didik. Hal ini salah
satu strategi sekolah dalam pelaksanaan tahfidz Al-Qur‟an untuk mencapai
hafalan 2,5 Juz. Pelaksanaan pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an berlangsung
selama 30 menit dalam satu pertemuan. Pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an
menggunakan metode talaqqi di mana peserta didik menghafalkan ayat yang
akan disetorkan kepada guru pembimbing dengan cara membaca dan
menghafal berulang-ulang secara bersama-sama maupun sendiri,
menggunakan Al-Qur‟an masing-masing. Setelah peserta didik hafal, maka
peserta didik menyetorkan kepada guru pembimbing tahfidz Al-Qur‟an.
Terdapat evaluasi dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an yaitu dilaksanakan
pada saat tengah semester (UTS) dan pada akhir semester (UAS), evaluasi
dilaksanakan secara lisan. Tujuan evaluasi ini untuk mempertajam hafalan
peserta didik, karena dalam evaluasi peserta didik menghafal seluruh ayat
86
yang telah dihafal untuk disetorkan kembali kepada guru pembimbing,
adapun aspek penilaian tahfidz Al-Qur‟an meliputi fashahah, tajwid,
kelancaran dalam membaca dan sikap.
Guru pembimbing tahfidz Al-Qur‟an menjadikan pembelajaran tahfidz
Al-Qur‟an bukanlah sebuah beban bagi peserta didik. Suasana belajar yang
nyaman dapat mendukung peserta didik untuk menghafal, muroja‟ah maupun
menyetorkan hafalan. Kemudian dengan adanya pembentukan kelompok
pada pembelajaran tahfidz, agar guru pembimbing lebih mudah untuk
mengontrol peserta didik dalam hal membaca dan menghafal Al-Qur‟an.
Peserta didik yang memiliki kesulitan dalam menghafal dikarenakan belum
lancar dalam membaca Al-Qur‟an, malas, tidak dapat mengatur waktu
maupun tidak sabar dalam proses menghafal Al-Qur‟an, guru pembimbing
dapat memberikan perhatian kepada peserta didik secara intensif.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka ada beberapa saran dari
peneliti sebagai berikut:
1. Sebaiknya sekolah meningkatkan program tahfida dengan
menyempurnakan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi secara
berkala sehingga dapat menyempurnakan program tahfidz Al-Qur‟an
dengan baik.
2. Sebaiknya sekolah mengadakan studi banding atau training kepada
guru tahfidz Al-Qur‟an untuk meningkatkan kemampuan guru sebagai
modal dalam melaksanakan program tahfidz Al-Qur‟an.
3. Sebaiknya pihak sekolah, keluarga, dan lingkungan mempunyai rasa
tanggung jawab yang sama kepada peserta didik dalam proses
pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an.
87
Daftar Pustaka
Abdurahman, Rumi. Ar. Ulumul Qur’an. studi kompleksitas Al-Qur’an.Titian
Ilahi Press, Imogiri Yogyakarta, 1997.
Alhafidz,Ahsin. W. Bimbingan Prakts Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Bumi
Aksara. 1994.
Ali, Muhammad. Shabuni, Ash. At-Tibyan fi ulumul Qur’an. Jakarta:
PustakaAmani. 2001.
Al-Qardhawi, Yusuf. Berinteraksi Dengan Al-Qur’an. 2014.
Anshori. Ulumul Qur’an (kaidah-kaidah memahami firman tuhan. Jakarta: Raja
Grafindo 2016.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013.
Dakir. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta:
2004.
Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2011
Darmadi, Hamid. Metode Penilitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro.
Cet. X. 2009.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 2003.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
El. Rafiq Aunur. Manna al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, Terj dari
Mabaahits fi Ulumii Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Cet. VI. 2014.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada 2012.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. 2001.
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/07/12/mpttd0-
2013-madrasah-di-jakarta-wajib-menghafal-alquran di akses pada tanggal
26 Oktober pukul 21.00. 2018.
http://www.mpuin-jkt.sch.id/halaman/detail/kurikulum-aliyah/ diakses pada tangal
26 oktober 2018.
Ishak, Baego. Pengembangan Kurikulum. Ujung Pandang: Berkah Utami: 1998.
Kementerian Agama Islam. Al-Qur‟an dan Terjemahannya Dilengkapi Kajian
Ushul Fiqih. PT Stigma Gramedia. 2000.
Margono. Metodologi Penilitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
88
Moleong, J. Lexy. Metodologi Penilitian Kualtatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 1997.
Mukhlas, Imam. Al-Qur’an Berbicara. Surabaya: Pustaka Progresif. 1996.
Mulyasa.E .Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:. cet.IV.
2014.
Munawwir, A.W. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia .Surabaya: Pustaka
Progressif. Cet, Ke-14. 1997.
Narbuko, Cholid. Metodologi Penilitian. Jakarta: Bumi Aksara. 2004.
Nasution. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Sinar Grafika: 2010.
Nata, Abuddin. Pendidikan Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2005.
Pedoman Habitual Curiculum MA Pembangunan UIN Jakarta.
Prastowo, Andi. Metode Penilitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2016.
Purwaningsih, Romadhon Sri, “Implementasi Pembelajaran Tahfidz dengan
Pendekatan Humanistik Anak Berkebutuhan Khusus di SDIT Hidayatullah
Yogyakarta” Tesis pada Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijag,Yogakarta,
2015.
Raisya, Maula. Panduan Tahsin, Tajwid, dan Tahfidz Untuk Pemula. Jakarta:
Diva Press. 2015.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2011.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenamedia Group. 2014.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup: 2008.
Subagyo, Joko. Metode Penilitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. 2004.
Subhi as-Shalih. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Terj. dari Mahabits fi Ulumil
Qur‟an. Jakarta: Pustaka Firdaus. Cet XI. 2011.
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Mujahid Press.
2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
2011.
Sukmadinata, Syaodih Nana dan Syaodih, Erliany. Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama : 2012.
Sukmadinata, Syaodih Nana. Metode Penilitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya. 2010.
89
Surwati, “Pelaksanaan Pelaksanaan Program Tahfidz Qur‟an 2 Juz. Studi di SDIT
Harapan Bunda Semarang)” tahun 2008.
Syaifudin, Ahmad. Mendidik Anak Menulis, Membaca Dan Mencintai Al-qur’an.
Jakarta: Gema Insani. 2004.
Thoyib, Moh. “Upaya Peningkatan Pemahaman Pembelajaran Al-Qur‟an dengan
Metode Active Learning Berkelompok Siswa Kelas III SDN Bogempinggir
Sidoarjo Tahun Ajaran 2010-2011”. Jurnal penilitian tindakan kelas
pendidikan agama Islam, 2013.
Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 .Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2005.
Widyastono, Herry. Pengembagan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari
Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. 2014.
Zamani, Zaki. Metode Cepat Menghafal Al-Qur’an. Yogyakarta: Al Barokah.
2014.
Zen, Muhaimin. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’annul Karim. Jakarta : PT
Al-Husna Zikra, 1996.
Zen, Muhaimin. Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun. Ciputat Transpustaka. 2015.
91
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Observasi
Aspek Indikator
1. Pelaksanaan
Pembinaan
Hafalan Al-Qur’an
di dalam kelas
a. Kegiatan
pembukaan
dalam
pembinaan
b. Kegiatan inti
dalam
pembinaan
c. Kegiatan
penutup dalam
pembinaan
2. Aktivitas
pembinaan
Hafalan Al-Qur’an
a. Keaktifan
peserta didik
dalam
pembinaan
b. Penilaian
3. Pelaksanaan
evaluasi
pembinaan
Hafalan Al-Qur’an
a. Teknik
penilaian
hafalan Al-
Qur’an yang
digunakan
92
Lampiran 1. Lembar Hasil Observasi
LEMBAR OBSERVASI
Nama Pembimbing : Bapak Yayat Hidayatul M., S.Pd.I
Nama Kegiatan : Habitual Curriculum/ Hafalan Al-Qur‟an
Kelompok : XI MIA 1
Waktu Pembelajaran : Selasa, 07 Januari 2019, 07.00-07.30 WIB
Lama Kegiatan : 1x30 Menit
Tempat Pembelajaran : Ruang Kelas lt.2 MA Pembangunan UIN Jakarta
No Objek
Pengamatan
Deskripsi
1 Pembinan Hafalan
Al-Qur‟an
Pada pembinaan hafalan Al-Qur‟an berlangsung
kelas XI MIA 1 menggunakan ruang kelas yang
dibimbing oleh Bapak Yayat dengan 28 peserta
didik. Pada saat itu, peserta didik dengan tertib
untuk mengambil wudhu terlebih dahulu
sebelum memulai kegiatan, setelah mengambil
wudhu peserta didik langsung menunaikan sholat
dhuha bersama untuk mengawali kegiatan Hc
setelah selesai sholat peserta duduk di bawah dan
megambil Al-Qur‟an untuk memulai kegiatan
menghafal Al-Qur‟an.
2 Aktifitas Pembinan
Hafalan Al-Qur‟an
Pembinaan berlangsung selama 30 menit yang
diawali dengan sholat dhuha kemudian disertai
doa bersama-sama yang dipimpin langsung oleh
bapak Yayat selaku pembimbing kelompok XI
MIA 1, Pembinaan Hafalan Al-Qur‟an di MA
Pembangunan UIN Jakarta pada dasarnya
93
menggunakan metode menyetor dan muroja’ah.
Dimana peserta didik membaca ayat yang akan
dipelajari dengan menggunakan kitab Al-Qur‟an
masing-masing, dengan tajwid yang tepat.
Setelah itu peserta didik membaca kembali dari
apa yang guru pembimbing contohkan cara
membacanya yang baik dan benar, peserta didik
diberikan waktu untuk membaca dan
memperlancar secara bersama-sama sebelum
menyetorkan bacaannya kepada guru
pembimbing secara sendiri-sendiri, saat itu guru
pembimbing hc mendegar salah satu peserta
didik yang sedang muroja‟ah jika terdapat
pelafalan yang kurang tepat ataupun keliru guru
pembimbing akn segera membenarkannya.
Peserta didik diberikan waktu untuk
mempersiapkan diri sebelum dipanggil untuk
menyetorkan bacaan yang akan dibaca kemudian
peserta didik mnyetorkan kepada guru
pembimbing HC secara bergantian. Bagi peserta
didik yang telah menyetorkan hafalan, ia
membantu temanya untuk muroja’ah. Dan juga
ia membantu melafalkan apa yang telah ia baca
ke temanya. Pada kelompok ini, seluruh peserta
didik harus dapat menyetorkan hafalannya. Pada
akhir pembinaan, guru pembimbing mengingatka
kepada seluruh peserta didik yang belum sampai
selesai denga target yang telah ditentukan mak
pada pertemuan selanjutnya untuk
menyetorkannya diawal setiap pertemuan dengan
tujuan selesai target capaian tepat pada
94
waktunya, kemudia memberikan solusi dan
masukan kepada peserta didik yang belum dapat
menyelesaikan hafalannya, serta mengingatkan
kepada peserta didik untuk terus muroja’ah agar
apa yang telah dilafalkan dapat terus terjaga.
Pembinaan ditutup dengan membaca hamdalah,
kafaratul majlis serta salam. Evaluasi pada
pembinaan Hafalan Al-Qur‟an ini dilaksanakan
pada saat UTS dan UAS.
Mengetahui,
Guru Pembimbing HC
Yayat Hidayatul M., S.Pd.I
95
LEMBAR OBSERVASI
Nama Pembimbing : Ibu Putri Nuryani, S.Pd
Nama Kegiatan : Habitual Curriculum/ Hafalan Al-Qur‟an
Kelompok : XI MIA 2
Waktu Pembelajaran : Rabu, 08 Januari 2019, 07.00-07.30 WIB
Lama Kegiatan : 1x30 Menit
Tempat Pembelajaran : Ruang Kelas lt.2 MA Pembangunan UIN Jakarta
No Objek
Pengamatan
Deskripsi
1 Pembinan Hafalan
Al-Qur‟an
Pada pembinaan hafalan Al-Qur‟an berlangsung
kelas XI MIA 2. menggunakan ruang kelas yang
dibimbing oleh Ibu Putri dengan 28 peserta
didik. Pada saat itu, peserta didik dengan tertib
untuk mengambil wudhu terlebih dahulu
sebelum memulai kegiatan, setelah mengambil
wudhu peserta didik langsung menunaikan sholat
dhuha bersama untuk mengawali kegiatan Hc
setelah selesai sholat peserta duduk di bawah dan
megambil Al-Qur‟an untuk memulai kegiatan
menghafal Al-Qur‟an.
2 Aktifitas Pembinan
Hafalan Al-Qur‟an
Pembinaan berlangsung selama 30 menit yang
diawali dengan sholat dhuha kemudian disertai
doa bersama-sama yang dipimpin langsung oleh
Ibu Putri selaku pembimbing kelompok XI MIA
2, Pembinaan Hafalan Al-Qur‟an di MA
Pembangunan UIN Jakarta pada dasarnya
menggunakan metode menyetor dan muroja’ah.
96
Dimana peserta didik membaca ayat yang akan
dipelajari dengan menggunakan kitab Al-Qur‟an
masing-masing, dengan tajwid yang tepat.
Setelah itu peserta didik membaca kembali dari
apa yang guru pembimbing contohkan cara
membacanya yang baik dan benar, peserta didik
diberikan waktu untuk membaca dan
memperlancar secara bersama-sama sebelum
menyetorkan bacaannya kepada guru
pembimbing secara sendiri-sendiri, saat itu guru
pembimbing hc mendegar salah satu peserta
didik yang sedang muroja‟ah jika terdapat
pelafalan yang kurang tepat ataupun keliru guru
pembimbing akn segera membenarkannya.
Peserta didik diberikan waktu untuk
mempersiapkan diri sebelum dipanggil untuk
menyetorkan bacaan yang akan dibaca kemudian
peserta didik mnyetorkan kepada guru
pembimbing HC secara bergantian. Bagi peserta
didik yang telah menyetorkan hafalan, ia
membantu temanya untuk muroja’ah. Dan juga
ia membantu melafalkan apa yang telah ia baca
ke temanya. Pada kelompok ini, seluruh peserta
didik harus dapat menyetorkan hafalannya. Pada
akhir pembinaan, guru pembimbing mengingatka
kepada seluruh peserta didik yang belum sampai
selesai denga target yang telah ditentukan mak
pada pertemuan selanjutnya untuk
menyetorkannya diawal setiap pertemuan dengan
tujuan selesai target capaian tepat pada
waktunya, kemudia memberikan solusi dan
97
masukan kepada peserta didik yang belum dapat
menyelesaikan hafalannya, serta mengingatkan
kepada peserta didik untuk terus muroja’ah agar
apa yang telah dilafalkan dapat terus terjaga.
Pembinaan ditutup dengan membaca hamdalah,
kafaratul majlis serta salam. Evaluasi pada
pembinaan Hafalan Al-Qur‟an ini dilaksanakan
pada saat UTS dan UAS.
Mengetahui,
Guru Pembimbing HC
Putri Nuryani, S.Pd
98
LEMBAR OBSERVASI
Nama Pembimbing : Ibu Nidya Khoerina, S.Pd
Nama Kegiatan : Habitual Curriculum/ Hafalan Al-Qur‟an
Kelompok : XI IIS 1
Waktu Pembelajaran : Kamis, 09 Januari 2019, 07.00-07.30 WIB
Lama Kegiatan : 1x30 Menit
Tempat Pembelajaran : Ruang Kelas lt.2 MA Pembangunan UIN Jakarta
No Objek
Pengamatan
Deskripsi
1 Pembinan Hafalan
Al-Qur‟an
Pada pembinaan hafalan Al-Qur‟an berlangsung
kelas XI IIS 1 menggunakan ruang kelas yang
dibimbing oleh Ibu Nidya dengan 26 peserta
didik. Pada saat itu, peserta didik dengan tertib
untuk mengambil wudhu terlebih dahulu
sebelum memulai kegiatan, setelah mengambil
wudhu peserta didik langsung menunaikan sholat
dhuha bersama untuk mengawali kegiatan Hc
setelah selesai sholat peserta duduk di bawah dan
megambil Al-Qur‟an untuk memulai kegiatan
menghafal Al-Qur‟an.
2 Aktifitas Pembinan
Hafalan Al-Qur‟an
Pembinaan berlangsung selama 30 menit yang
diawali dengan sholat dhuha kemudian disertai
doa bersama-sama yang dipimpin langsung oleh
Ibu Nidya selaku pembimbing kelompok XI IIS
1, Pembinaan Hafalan Al-Qur‟an di MA
Pembangunan UIN Jakarta pada dasarnya
menggunakan metode menyetor dan muroja’ah.
99
Dimana peserta didik membaca ayat yang akan
dipelajari dengan menggunakan kitab Al-Qur‟an
masing-masing, dengan tajwid yang tepat.
Setelah itu peserta didik membaca kembali dari
apa yang guru pembimbing contohkan cara
membacanya yang baik dan benar, peserta didik
diberikan waktu untuk membaca dan
memperlancar secara bersama-sama sebelum
menyetorkan bacaannya kepada guru
pembimbing secara sendiri-sendiri, saat itu guru
pembimbing hc mendegar salah satu peserta
didik yang sedang muroja‟ah jika terdapat
pelafalan yang kurang tepat ataupun keliru guru
pembimbing akn segera membenarkannya.
Peserta didik diberikan waktu untuk
mempersiapkan diri sebelum dipanggil untuk
menyetorkan bacaan yang akan dibaca kemudian
peserta didik mnyetorkan kepada guru
pembimbing HC secara bergantian. Bagi peserta
didik yang telah menyetorkan hafalan, ia
membantu temanya untuk muroja’ah. Dan juga
ia membantu melafalkan apa yang telah ia baca
ke temanya. Pada kelompok ini, seluruh peserta
didik harus dapat menyetorkan hafalannya. Pada
akhir pembinaan, guru pembimbing mengingatka
kepada seluruh peserta didik yang belum sampai
selesai denga target yang telah ditentukan mak
pada pertemuan selanjutnya untuk
menyetorkannya diawal setiap pertemuan dengan
tujuan selesai target capaian tepat pada
waktunya, kemudia memberikan solusi dan
100
masukan kepada peserta didik yang belum dapat
menyelesaikan hafalannya, serta mengingatkan
kepada peserta didik untuk terus muroja’ah agar
apa yang telah dilafalkan dapat terus terjaga.
Pembinaan ditutup dengan membaca hamdalah,
kafaratul majlis serta salam. Evaluasi pada
pembinaan Hafalan Al-Qur‟an ini dilaksanakan
pada saat UTS dan UAS.
Mengetahui,
Guru Pembimbing HC
Nidya Khoerina, S.Pd
101
Lampiran 2. Lembar Hasil Wawancara
Hasil Wawancara
Informan : Bapak Zakaria, M.A,
Jabatan : Kepala Sekolah MA Pembangunan UIN Jakarta
Tempat Wawancara : Ruang Kepala MA Pembanguna UIN Jakarta
Waktu Wawancara : Senin, 16 April 2019, Pukul 07.30 WIB
NO Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang
melatarbelakangi di
adakannya kegiatan
HC yang berfokus
kepada hafalan Al-
Qur‟an ?
HC ini masuk ke dalam program sekolah
yang terkait dengan kurikulum di
dalamnya, siswa yang masuk ke MA
Pembangunan ini memiliki potensi
kemampuan yang berbeda-beda,
sedangkan harapan orang tua itu berharap
pendidikan agamanya bagus, bisa
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan
dapat menghafalnya. Dalam rangka
mewujudkan itu semua kita disini
melaksanakan kegiatan HC yang sebagian
besarnya kegiatannya fokus untuk
membimbing siswa agar nantinya bisa
hafal surat-surat di dalam Al-Qur‟an yang
notabenenya nanti berguna jika sudaah
terjun di masyarakat, kegiatan HC ini tidak
hanya hafalan saja tetapi didalamnya ada
kegiatan sholat dhuha dan membimbing
siswa khususnya laki-laki agar bisa
berbicara didepan dalam hal
menyampaikan kuliah 7 menit atau
khutbah Jum‟at. Jadi itu yang
102
melatarbelakangi adanya kegiatan HC,
untuk memenuhi harapan orang tua dalam
meningkatkan hafalan Al-Qur‟an terhadap
putra-putrinya.
2 Apakah kegiatan HC
ini wajib bagi siswa ?
Tentu saja ini menjadi kegiatan agenda
wajib siswa setiap hari, karena dengan
adanya kegiatan ini siswa dibimbing untuk
lebih mempelajari berbagai kegiatan yang
nantinya bisa berguna bagi siswa-siswi
kedepannya terutama dalam hal menghafal
Al-Qur‟an.
3 Adakah ketentuan
dalam kemampuan
menghafal Al-Qur‟an
pada saat penerimaan
peserta didik ?
Untuk standar minimal, siswa dapat
membaca Al-Qur‟an. untuk selebihnya
dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam
mengenal huruf hijaiyyah, tajwid dan
kelancaran atau tidaknya siswa dalam
membaca Al-Qur‟an.
4 Apakah guru
pembimbing HC di
sekolah ini sudah
memiliki kemampuan
yang baik ?
Pembimbing atau pendidik memang sudah
dipilih berdasarkan kemampuan yang telah
mereka miliki. Pembimbing telah
menguasai materi mengenai HC
khususnya dalam pembinaan hafalan Al-
Qur‟an siswa yang kemudian di transfer
kepada peserta didik. Dan ditambah guru
pembimbing ini telah memiliki hafalan
yang lebih dari apa yang akan di transfer
begitupun dengan menghafal Al-Qur‟an.
5 Seberapa penting
peran pembimbing
dalam pembinaan
Sangat penting karena nantinya guru
pembimbing inilah yang akan mentransfer
hafalannya yaitu dengan metode
103
hafalan Al-Qur‟an ? muroja’ah yang nantinya bisa di mengerti
oleh siswa.
6 Apakah terdapat
faktor pendukung dan
penghambat guru
pembimbing dalam
hal membimbing
siswa dalam kegiatan
HC ?
Tentunya ada, terutama beberapa faktor
pendukung yaitu mudahnya siswa untuk
diberi arahan dalam hal mengikuti
kegiatan ini dan mau bekerja sama dengan
guru pembimbingnya sehingga guru dapat
dengan mudah mentransfer hafalannya
melalui beberapa metode yang sudah saya
sebutkan, dan juga terdapat faktor
penghambatnya yaitu masih adanya siswa
yang kurang memahami guru pembimbing
dalam hal mentransfer hafalan Al-Qur‟an
dengan metode muroja’ah tetapi hal
tersebut bisa pembimbing atasi dengan
cara mencari solusi dan memotivasi siswa
dalam menghafal Al-Qur‟an.
7 Apakah terdapat
evaluasi dalam HC ?
Ya, tentu ada. Evaluasi kegiatan HC
dilaksanakan saat UTS dan UAS.
Mengetahui,
Kepala
Zakaria, M.A
104
Hasil Wawancara
Informan : Yayat Nurhidayat M., S.Pd.I
Jabatan : Guru Pembimbing HC dan Hafalan Al-Qur‟an
Tempat wawancara : Ruang Guru MA Pembangunan UIN Jakarta
Waktu Wawancara : 18 Maret 2019, Pukul 08.00 WIB
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan-
kegiatan HC khususnya
Hafalan Al-Qur‟an di
MA Pembangunan UIN
Jakarta ?
Sebelum dimulai peserta didik mengambil
wudhu terlebih dahulu, lalu bersama-sama
menunaikan sholat dhuha, lalu doa yang
dipimpin oleh saya sendiri atau juga peserta
didik. setelah sholat dhuha kegiatan hafalan Al-
Qur‟an berlangsung, kegiatan ini diawali oleh
saya sebagai guru pembimbing dengan
memberi arahan ke siswa untuk mengambil Al-
Qur‟an masing-masing dan membaca surat
yang sudah ditentukan oleh sekolah yang
terdapat di buku pedoman HC. Dalam kegiatan
menghafal Al-Qur‟an saya makai metode
muroja’ah yaitu mengulang secara beberapa
kali kemudia secara bersama dan dilakukan
berulang-ulang sampai siswa fasih
melafalkannya, ketika sudah fasih melafalkan
surat yang ditentukan tentunya akan diadakan
setoran ayat-perayat untuk memudahkan siswa.
Setelah waktu 30 menit, kegiatan ditutup
dengan memberikan nasihat lalu membaca
hamdalah dan sama-sama diakhiri dengan
kafratul majlis.
2 Sebagai guru
pembimbing HC
apakah selaku guru
terlibat dalam perilaku
keseharian peserta didik
?
Ya, guru juga harus terlibat, bahkan tidak
hanya guru HC akan tetapi guru yang lain juga.
Karena anak-anak kalau bukan orang tua dan
guru sebagai contoh dalam keseharian siapa
lagi. Karena pembinaan hafalan Al-Qur‟an
pada anak-anak merupakan dasar pendidikan
Islam pertama yang harus diajarkan.
105
3 Bagaimana cara
pembagian materi HC
di sekolah untuk
mencapai target yang
ditentukan ?
Misal juz 30, minimal siswa menghafal 1 surat.
Kalau suratnya sedang cukup satu dan jika
pendek suratnya ya ditambah agar sesuai. Dan
tidak lupa untuk muroja‟ah, orang tua dan guru
lainnya membantu mengingatkan kepada siswa
untuk muroja‟ah.
4 Metode apa yang
digunakan dalam
kegiatan hafalan Al-
Qur‟an di MA
Pembangunan UIN
Jakarta ?
Metode yang digunakan yaitu metode Sima’i ,
yaitu guru membaca ayat yang kemudian
diikuti oleh para siswa, hingga benar dalam
melafalkannya. Selanjutnya ada metode
menyetorkan dimana para siswa diberikan
tugas pada pertemuan sebelumnya untuk
membaca Al-Qur‟an kemudia menghafalnya
untuk disetorkan kepada saya.
5 Media apa saja yang
digunakan dalam
kegiatan Hafalan Al-
Qur‟an didalam
program HC ?
Media yang digunakan, Al-Qur‟an masing-
masing dari siswa.
6 Adakah klasifikasi
tertentu pada peserta
didik dalam menghafal
Al-Qur‟an ?
Ada, untuk klasifikasi sudah ditentukan sejak
mereka masuk. Klasifikasi dapat dilihat dari
kemampuan siswa membaca Al-Qur‟an,
terutama, makhrijul huruf kemudian tajwid.
7 Apakah peserta didik
dapat mengikuti
kegiatan menghafal Al-
Qur‟an dengan baik ?
Ya, peserta didik dapat mengikuti kegiatan
menghafal Al-Qur‟an didalam program HC ini
dengan baik, meskipun terdapat siswa yang
masih belum mengikuti kegiatan ini dengan
baik.
8 Jika terdapat peserta
didik yang tidak
mengikuti kegiatan
menghafal Al-Qur‟an
didalam program HC ,
solusi apa yang guru
berikan kepada peserta
didik ?
Siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan HC
yaitu dengan memberikan solusi kepada siswa
tersebut, dengan melalui pendekatan dengan
cara personal. Dan memberikan tuntunan lebih
khusus kepada siswa yang bersangkutan.
9 Apakah terdapat
kendala disaat proses
kegiatan menghafal Al-
Ya, tentu ada. Dengan adanya evaluasi maka
siswa akan mengulang kembali yang telah
mereka hafal.
106
Qur‟an sedang
berlangsung ?
10 Kapan evaluasi dalam
kegiatan menghafal Al-
Qur‟an ?
Evaluasi biasanya pada saat UTS dan UAS.
11 Bagaimana pelaksanaan
evaluasi HC ?
Ya, terdapat raport. Yang mencakup penilaian
bacaan, makhrijul huruf dan hafalannya.
Mengetahui
Guru Pembimbing HC
Yayat Hidayatul M., S.Pd.I
107
Hasil Wawancara
Informan : Putri Nuryani, S.Pd
Jabatan : Guru Pembimbing HC dan Wali Kelas XI MIA II
Tempat wawancara : Ruang Guru MA Pembangunan UIN Jakarta
Waktu Wawancara : 18 Maret 2019, Pukul 09.00 WIB
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan-
kegiatan HC khususnya
Hafalan Al-Qur‟an di
MA Pembangunan UIN
Jakarta ?
Sebelum dimulai peserta didik mengambil
wudhu terlebih dahulu, lalu bersama-sama
menunaikan sholat dhuha, lalu doa yang
dipimpin oleh saya sendiri atau juga peserta
didik. setelah sholat dhuha kegiatan hafalan Al-
Qur‟an berlangsung, kegiatan ini diawali oleh
saya sebagai guru pembimbing dengan
memberi arahan ke siswa untuk mengambil Al-
Qur‟an masing-masing dan membaca surat
yang sudah ditentukan oleh sekolah yang
terdapat di buku pedoman HC. Dalam kegiatan
menghafal Al-Qur‟an saya makai metode
muroja’ah yaitu mengulang secara beberapa
kali kemudia secara bersama dan dilakukan
berulang-ulang sampai siswa fasih
melafalkannya, ketika sudah fasih melafalkan
surat yang ditentukan tentunya akan diadakan
setoran ayat-perayat untuk memudahkan siswa.
Setelah waktu 30 menit, kegiatan ditutup
dengan memberikan nasihat lalu membaca
hamdalah dan sama-sama diakhiri dengan
kafratul majlis.
2 Sebagai guru
pembimbing HC
apakah selaku guru
terlibat dalam perilaku
keseharian peserta didik
?
Ya, guru juga harus terlibat, bahkan tidak
hanya guru HC akan tetapi guru yang lain juga.
Karena anak-anak kalau bukan orang tua dan
guru sebagai contoh dalam keseharian siapa
lagi. Karena pembinaan hafalan Al-Qur‟an
pada anak-anak merupakan dasar pendidikan
108
Islam pertama yang harus diajarkan.
3 Bagaimana cara
pembagian materi HC
di sekolah untuk
mencapai target yang
ditentukan ?
Misal juz 30, minimal siswa menghafal 1 surat.
Kalau suratnya sedang cukup satu dan jika
pendek suratnya ya ditambah agar sesuai. Dan
tidak lupa untuk muroja‟ah, orang tua dan guru
lainnya membantu mengingatkan kepada siswa
untuk muroja‟ah.
4 Metode apa yang
digunakan dalam
kegiatan hafalan Al-
Qur‟an di MA
Pembangunan UIN
Jakarta ?
Metode yang digunakan yaitu metode Sima’i ,
yaitu guru membaca ayat yang kemudian
diikuti oleh para siswa, hingga benar dalam
melafalkannya. Selanjutnya ada metode
menyetorkan dimana para siswa diberikan
tugas pada pertemuan sebelumnya untuk
membaca Al-Qur‟an kemudia menghafalnya
untuk disetorkan kepada saya.
5 Media apa saja yang
digunakan dalam
kegiatan Hafalan Al-
Qur‟an didalam
program HC ?
Media yang digunakan, Al-Qur‟an masing-
masing dari siswa.
6 Adakah klasifikasi
tertentu pada peserta
didik dalam menghafal
Al-Qur‟an ?
Ada, untuk klasifikasi sudah ditentukan sejak
mereka masuk. Klasifikasi dapat dilihat dari
kemampuan siswa membaca Al-Qur‟an,
terutama, makhrijul huruf kemudian tajwid.
7 Apakah peserta didik
dapat mengikuti
kegiatan menghafal Al-
Qur‟an dengan baik ?
Ya, peserta didik dapat mengikuti kegiatan
menghafal Al-Qur‟an didalam program HC ini
dengan baik, meskipun terdapat siswa yang
masih belum mengikuti kegiatan ini dengan
baik.
8 Jika terdapat peserta
didik yang tidak
mengikuti kegiatan
menghafal Al-Qur‟an
didalam program HC ,
solusi apa yang guru
berikan kepada peserta
didik ?
Siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan HC
yaitu dengan memberikan solusi kepada siswa
tersebut, dengan melalui pendekatan dengan
cara personal. Dan memberikan tuntunan lebih
khusus kepada siswa yang bersangkutan.
9 Apakah terdapat
kendala disaat proses
Ya, tentu ada. Dengan adanya evaluasi maka
siswa akan mengulang kembali yang telah
109
kegiatan menghafal Al-
Qur‟an sedang
berlangsung ?
mereka hafal.
10 Kapan evaluasi dalam
kegiatan menghafal Al-
Qur‟an ?
Evaluasi biasanya pada saat UTS dan UAS.
11 Bagaimana pelaksanaan
evaluasi HC ?
Ya, terdapat raport. Yang mencakup penilaian
bacaan, makhrijul huruf dan hafalannya.
Mengetahui
Guru Pembimbing HC
Putri Nuryani, S.Pd
110
Hasil Wawancara
Informan : Nidya Khoerina, S.Pd
Jabatan : Guru Pembimbing HC dan Wali Kelas XI IIS 1
Tempat wawancara : Ruang Guru MA Pembangunan UIN Jakarta
Waktu Wawancara : 18 Maret 2019, Pukul 10.00 WIB
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana proses
pelaksanaan kegiatan-
kegiatan HC khususnya
Hafalan Al-Qur‟an di
MA Pembangunan UIN
Jakarta ?
Sebelum dimulai peserta didik mengambil
wudhu terlebih dahulu, lalu bersama-sama
menunaikan sholat dhuha, lalu doa yang
dipimpin oleh saya sendiri atau juga peserta
didik. setelah sholat dhuha kegiatan hafalan Al-
Qur‟an berlangsung, kegiatan ini diawali oleh
saya sebagai guru pembimbing dengan
memberi arahan ke siswa untuk mengambil Al-
Qur‟an masing-masing dan membaca surat
yang sudah ditentukan oleh sekolah yang
terdapat di buku pedoman HC. Dalam kegiatan
menghafal Al-Qur‟an saya makai metode
muroja’ah yaitu mengulang secara beberapa
kali kemudia secara bersama dan dilakukan
berulang-ulang sampai siswa fasih
melafalkannya, ketika sudah fasih melafalkan
surat yang ditentukan tentunya akan diadakan
setoran ayat-perayat untuk memudahkan siswa.
Setelah waktu 30 menit, kegiatan ditutup
dengan memberikan nasihat lalu membaca
hamdalah dan sama-sama diakhiri dengan
kafratul majlis.
2 Sebagai guru
pembimbing HC
apakah selaku guru
terlibat dalam perilaku
keseharian peserta didik
?
Ya, guru juga harus terlibat, bahkan tidak
hanya guru HC akan tetapi guru yang lain juga.
Karena anak-anak kalau bukan orang tua dan
guru sebagai contoh dalam keseharian siapa
lagi. Karena pembinaan hafalan Al-Qur‟an
pada anak-anak merupakan dasar pendidikan
Islam pertama yang harus diajarkan.
111
3 Bagaimana cara
pembagian materi HC
di sekolah untuk
mencapai target yang
ditentukan ?
Misal juz 30, minimal siswa menghafal 1 surat.
Kalau suratnya sedang cukup satu dan jika
pendek suratnya ya ditambah agar sesuai. Dan
tidak lupa untuk muroja‟ah, orang tua dan guru
lainnya membantu mengingatkan kepada siswa
untuk muroja‟ah.
4 Metode apa yang
digunakan dalam
kegiatan hafalan Al-
Qur‟an di MA
Pembangunan UIN
Jakarta ?
Metode yang digunakan yaitu metode Sima’i ,
yaitu guru membaca ayat yang kemudian
diikuti oleh para siswa, hingga benar dalam
melafalkannya. Selanjutnya ada metode
menyetorkan dimana para siswa diberikan
tugas pada pertemuan sebelumnya untuk
membaca Al-Qur‟an kemudia menghafalnya
untuk disetorkan kepada saya.
5 Media apa saja yang
digunakan dalam
kegiatan Hafalan Al-
Qur‟an didalam
program HC ?
Media yang digunakan, Al-Qur‟an masing-
masing dari siswa.
6 Adakah klasifikasi
tertentu pada peserta
didik dalam menghafal
Al-Qur‟an ?
Ada, untuk klasifikasi sudah ditentukan sejak
mereka masuk. Klasifikasi dapat dilihat dari
kemampuan siswa membaca Al-Qur‟an,
terutama, makhrijul huruf kemudian tajwid.
7 Apakah peserta didik
dapat mengikuti
kegiatan menghafal Al-
Qur‟an dengan baik ?
Ya, peserta didik dapat mengikuti kegiatan
menghafal Al-Qur‟an didalam program HC ini
dengan baik, meskipun terdapat siswa yang
masih belum mengikuti kegiatan ini dengan
baik.
8 Jika terdapat peserta
didik yang tidak
mengikuti kegiatan
menghafal Al-Qur‟an
didalam program HC ,
solusi apa yang guru
berikan kepada peserta
didik ?
Siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan HC
yaitu dengan memberikan solusi kepada siswa
tersebut, dengan melalui pendekatan dengan
cara personal. Dan memberikan tuntunan lebih
khusus kepada siswa yang bersangkutan.
9 Apakah terdapat
kendala disaat proses
kegiatan menghafal Al-
Ya, tentu ada. Dengan adanya evaluasi maka
siswa akan mengulang kembali yang telah
mereka hafal.
112
Qur‟an sedang
berlangsung ?
10 Kapan evaluasi dalam
kegiatan menghafal Al-
Qur‟an ?
Evaluasi biasanya pada saat UTS dan UAS.
11 Bagaimana pelaksanaan
evaluasi HC ?
Ya, terdapat raport. Yang mencakup penilaian
bacaan, makhrijul huruf dan hafalannya.
Mengetahui
Guru Pembimbing HC
Nidya Khoerina, S.Pd
113
Hasil Wawancara
Informan : Alif Ardian dan Ismail Saleh
Jabatan : Siswa kelas XI MIA I
Tempat Wawancara : Halaman Sekolah MA Pembangunan UIN Jakarta
Waktu Wawancara : Selasa, 19 Maret 2019, Pukul 10.15 WIB
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana cara guru
pembimbing HC
membimbing saat kegiatan
menghafal Al-Qur‟an
sedang berlangsung ?
Alif: ketika guru masuk, kita semua
mengambil wudhu terlebih dahulu untuk
memulai kegiatan, dilanjutkan sholat dhuha
bersama, lalu berdoa, kemudian guru
menyamikan salam dan absen siswa, lalu
dilanjutkan kegiatan utama yaitu menghafal
Al-Qur‟an yang nantinya jika kami sudah
hafal, hafalannya harus disetor ke guru
pembimbing untuk masuk kedalam nilai
rapot. Kegiatan ini belangsung dari pukul
07.00-07.30 WIB sekitar 30 menit.
Ismail: ketika guru masuk, kita semua
mengambil wudhu terlebih dahulu untuk
memulai kegiatan, dilanjutkan sholat dhuha
bersama, lalu berdoa, kemudian guru
menyamikan salam dan absen siswa, lalu
dilanjutkan kegiatan utama yaitu menghafal
Al-Qur‟an yang nantinya jika kami sudah
hafal, hafalannya harus disetor ke guru
pembimbing untuk masuk kedalam nilai
rapot. Kegiatan ini belangsung dari pukul
07.00-07.30 WIB sekitar 30 menit
2 Apakah guru pembimbing
membantu anda saat anda
mengalami kesulitan
dalam menghafal Al-
Qur‟an ?
Alif: yaa, saat kesulitan, guru membantu
kita, mengingatkan apa bacaan yang benar
seperti apa.
Ismail: ya sangat membantu sekali, karena
gurunya benar-benar membimbing, ketika
kita ada salah dalam membaca akan segera
diberitahu oleh guru pembimbing.
114
Apakah metode
pembinaan yang
digunakan saat kegiatan
HC berlangsung dapat
membantu anda dalam
membaca Al-Qur‟an ?
Alif: metode yang digunakan saat menghafal
Al-Qur‟an itu sangat membantu, bagaimana
cara mempraktekan bacaan, bagaimana cara
kita untuk menghafal cepat. Dan kadang
suka pake trik dan tips agar kita dapat
memahami dengan cepat.
Ismail: kalo metodenya ya baca dan
makhrijul huruf, dan itu semua di berikan
dengan metode yang mudah kita pahami,
terlebih gurunnya asik dan menyenangkan.
4 Apakah anda dapat
mengikuti test pada HC ?
Alif: Iya alhamdulillah saya dapat
mengikutinya dengan baik.
Ismail: Ya, Insyaa Allah saya dapat
mengikuti dengan baik ujianya, dan ujian
tersebut lenih banyak dengan lisan atau
menghafal.
115
Lampiran 3. Instrumen Penilitian
Kisi-Kisi Obersvasi pembinaan Hafalan Al-Qur’an
Objek Pengamatan Indikator
B. Pembinaan
Hafalan Al-
Qur’an
- Kegiatan Pembukaan dalam
Pembinaan
- Kegiatan inti dalam pembinaan
- Kegiatan penutup dalam
pembinaan
.B. Aktifitas pembinaan
hafalan Al-Qur’an.
- Keaktifan peserta didik dalam
pembinaan
- Penilaian
Kisi-Kisi Wawancara Pelaksanaan Pembinaan Hafalan Al-Qur’an
No Sub Pokok
Pertanyaan
Aspek yang
diungkap
Sumber
Data
Butir
Soal
2. Proses Habitual
Curriculum dalam
membina tahfidz Al-
Qur‟an
2.1 Peran
guru
dalam
pembina
an
2.2 Kesesuai
an antara
metode,
materi
dan
kemapua
n peserta
didik
Kepala
Sekolah
Guru
Pembimbin
g/Wali
Kelas
Peserta
Didik
5, 6
2
1,2
2. Komponen 2.1 Kegiatan Kepala 3,7,8
116
pembinaan tahfidz
Al-Qur‟an
Pembinaan
2.2Habitual
Curriculum
2.3 Materi
2.4 Metode
2.5 Evaluasi
sekolah
Guru
pembimbin
g Tahfidz
Al-Qur‟an
Kepala
Sekolah
Guru
Pembimbin
g Tahfidz
Al-Qur‟an
Guru
Pembimbif
g Tahfidz
Al-Qur‟an
Kepala
Sekolah
Guru
Pembimbin
g Tahfidz
Al-Qur‟an
Peserta
Didik
1,10,11
1,2,4,6,7
3,4
5
9
12,13,14
4
117
Kisi-kisi Instrumen kuesioner pelaksanaan pembinaan hafalan Al-Qur’an siswa
No Sub Pokok
Pertanyaan
Aspek yang
diungkap
Butir Soal
1. Peserta didik 1.8 Peserta didik
dapat
mengaplikasikan
ayat yang telah
di hafal dalam
keseharian
1.9 Peserta didik
mampu
menghafal
dengan baik
1.10 Peserta didik
mengikuti etika
dalam
menghafal Al-
Qur’an
1.11 Peserta didik
senantiasa
berperilaku baik
dalam sosial
dengan teman
maupun guru
1.12 Peserta didik
mampu
memuliakan Al-
Qur’an sebagai
bentuk
penghormatan
kepada Al-
1,2,3
4,5,6
7,8
9,10
11,12
118
Qur’an
1.13 Motivasi
peserta didik
dalam
menghafal Al-
Qur’an
1.14 Kendala
peserta didik
dalam proses
pembinaan
13,14
29,30
31,32
119
2 Metode pembinaan 2.1 Guru
membina sesuai
tahapan-
tahapan yang
telah disepakati
(muraja’ah)
15,16
3 Materi 3.1 Guru
Menguasai
materi yang
disampaikan
24
4 Evaluasi 5.1 Mengetahui
hasil belajar
peserta didik
terutama dalam
menghafal Al-
Qur’an
5.2 Guru
memberikan
feedback
pembelajaran
tahfidz Al-
Qur’an
25,26,27
28
120
Lampiran 4. Instrumen Penilitian
Daftar Pertanyaan Wawancara
DAFTAR PERTANYAAN
Nama Responden : Zakaria, M.Pd.
Jabatan : Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah
Tempat Wawancara : Ruang Kepala MA Pembangunan UIN Jakarta
Hari/Tanggal : Senin/ 13 Januari 2019
1. Apa yang melatarbelakangi di adakannya kegiatan HC ?
2. Apakah kegiatan HC diwajibkan bagi seluruh siswa MA Pembangunan
UIN Jakarta ?
3. Adakah ketentuan dalam kemampuan menghafal Al-Qur‟an pada saat
penerimaan peserta didik ?
4. Apakah guru pembimbing HC di sekolah ini sudah memiliki kemampuan
yang baik ?
5. Seberapa penting pembimbing dalam pembinaan hafalan Al-Qur‟an di MA
Pembangunan UIN Jakarta ?
6. Apakah terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan
Habitual Curicullum khususnya materi hafalan Al-Qur‟an ?
7. Apakah terdapat evaluasi dalam HC ?
121
DAFTAR PERTANYAAN
Nama Responden :
Jabatan : Guru Pembimbing
Tempat Wawancara :
Hari/Tanggal :
1. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan HC khususnya Hafalan
Al-Qur‟an di MA Pembangunan UIN Jakarta ?
2. Sebagai guru pembimbing HC apakah selaku guru terlibat dalam perilaku
keseharian peserta didik ?
3. Bagaimana cara pembagian materi HC di sekolah untuk mencapai target
yang ditentukan ?
4. Metode apa yang digunakan dalam kegiatan hafalan Al-Qur‟an di MA
Pembangunan UIN Jakarta ?
5. Media apa saja yang digunakan dalam kegiatan Hafalan Al-Qur‟an
didalam program HC ?
6. Adakah klasifikasi tertentu pada peserta didik dalam menghafal Al-Qur‟an
?
7. Apakah peserta didik dapat mengikuti kegiatan menghafal Al-Qur‟an
dengan baik ?
8. Jika terdapat peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan menghafal Al-
Qur‟an didalam program HC , solusi apa yang guru berikan kepada peserta
didik ?
9. Apakah terdapat kendala disaat proses kegiatan menghafal Al-Qur‟an
sedang berlangsung ?
10. Kapan evaluasi dalam kegiatan menghafal Al-Qur‟an ?
11. Bagaimana pelaksanaan evaluasi HC ?
122
DAFTAR PERTANYAAN
Nama Responden :
Jabatan : Peserta Didik
Tempat Wawancara :
Hari/Tanggal :
1. Bagaimana cara guru pembimbing HC membimbing saat kegiatan
menghafal Al-Qur‟an sedang berlangsung ?
2. Apakah guru pembimbing membantu anda saat anda mengalami kesulitan
dalam menghafal Al-Qur‟an ?
3. Apakah metode pembinaan yang digunakan saat kegiatan HC berlangsung
dapat membantu anda dalam membaca Al-Qur‟an ?
4. Apakah anda dapat mengikuti test pada HC ?
123
Lampiran. 5
ANGKET/KUESIONER
Pelaksanaan Habitual Curriculum dalam Membina Hafalan Al-Qur’an Siswa
di MA Pembangunan UIN Jakarta
Kata Pengantar Kuesioner
Dengan hormat,
Perkenankalah saya meminta kesediaan adik-adik untuk berpartispasi dalam
mengisi dan menjawab seluruh pernyataan yang ada dalam kuesioner ini.
penelitian ini digunakan untuk menyusun skiripsi dengan judul, “Pelaksanaan
Habitual Curriculum Dalam Membina Hafalan Al-Qur’an di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta”. Untuk itu diharapkan kepada responden dapat
memberikan jawaban yang sebenar-benarnya demi membantu penilitian ini. Atas
waktu dan kesediannya saya ucapkan terimakasih, semoga penilitian ini
bermanfaat bagi kita semua.
Tangerang Selatan, Maret 2019
Penulis
124
Deskripsi Responden
Nama Instansi :
Nama Responden :
Kelas :
Tanggal Pengisian :
Jenis Kelamin : Laki-Laki/ Perempuan
Daftar Kuesioner Murid/ Peserta Didik
1. Apakah anda membaca Al-Qur‟an di rumah ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
2. Apakah anda senantiasa menggunakan ayat yang telah dihafal di sekolah
dalam shalat ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda selalu muroja‟ah ayat yang telah di hafal ?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
4. Apakah anda menghafalkan ayat Al-Qur‟an terlebih dahulu sebelum Anda
setorkan kepada pembimbing ?
a. Selalu
125
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
5. Saat pembinaan tahfidz Al-Qur‟an, apakah anda menyelesaikan hafalan
sesuai target yang telah ditentukan ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda selalu menyetorkan hafalan di setiap pembinaan tahfidz ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda berwudhu terlebih dahulu sebelum memulai pembinaan
tahfidz Al-Qur‟an ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
8. Dalam menghafal Al-Qur‟an, apakah anda dalam keadaan duduk dan tertib
?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
9. Apabila teman anda mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur‟an,
apakah anda senantiasa untuk membantunya ?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
126
10. Apakah anda membantu teman anda yang sedang dalam kesulitan saat
menghafal Al-Qur‟an ?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
11. Apakah anda berbicara dengan santun kepada teman-teman anda, saat
dikelas maupun di luar kelas ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
12. Apakah anda berbicara dengan santun kepada guru saat di kelas maupun di
luar kelas ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
13. Apakah anda membawa Al-Qur‟an dengan tangan kan dan didekatkan ke
dada ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
14. Apakah anda senantiasa meletakan Al-Qur‟an pada tempat yang lebih
tinggi dari anda ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
127
15. Apakah cara dalam menghafal Al-Qur‟an di sekolah membantu Anda
dalam proses menghafal ?
a. Ya
b. Tidak
16. Apakah anda mempunyai cara yang berbeda dalam menghafal Al-Qur‟an ?
bagaimana ?
a. Ya
b. Tidak
17. Apakah guru pembimbing tahfidz memberikan materi (penjelasan) Al-
Qur‟an dengan baik ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
18. Apakah guru pembimbing mengingatkan anda dalam berprilaku yang baik
dalam keseharian ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
19. Apakah guru pembimbing mengingatkan anda untuk berdo‟a sebelum
belajar menghafal Al-Qur‟an ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
20. Apakah guru selalu memberikan contoh dalam berprilaku baik ?
a. Ya
b. Tidak
128
21. Bagaimana kedisplinan guru dalam mengajar dan mebimbing menghafal
Al-Qur‟an ?
a. Disiplin sekali
b. Cukup disiplin
c. Kurang disiplin
22. Apakah guru membimbing anda dalam proses membina menghafal Al-
Qur‟an ?
a. Selalu membimbing
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
23. Apakah guru pembimbing tahfidz membantu anda dalam melancarkan
hafalan Al-Qur‟an ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
24. Dalam proses penyetoran hafalan yang dilakukan oleh anda, apakah guru
pembimbing mengecek bacaan dalam Al-Qur‟an ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
25. Apakah diadakan tes dalam pembinaan hafalan Al-Qur‟an ?
a. Selalu ada test
b. Kadang ada test
c. Tidak ada test
26. Kapan test tahfidz di laksankan ?
129
a. Setiap minggu
b. UTS dan UAS
c. Lainnya
27. Dengan adanya tes dalam pembinaan Al-Qur‟an, apakah anda mengetahui
kemampuan hafalan anda ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
28. Apakah pembimbing tahfidz memberikan bimbingan tambahan atau
metode khusus saat anda mengalami kesulitan ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
29. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menghafal Al-Qur‟an ?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
30. Jika anda mengalami kesulitan, faktor apa yang menyebabkan anda sulit
dalam mengafal ?
a. Tidak bisa membaca Al-Qur‟an
b. Banyak ayat yang sama
c. Malas
d. Lainnya
31. Siapa yang menjadi faktor pendorong anda untuk menghafal Al-Qur‟an ?
a. Orang tua
b. Diri sendiri
c. Lingkungan
130
d. Lainnya
32. Siapakah yang anda teladani dalam berprilaku ? (jawaban boleh lebih dari
satu)
a. Orang tua
b. Guru
c. Saudara
d. Lainnya
131
Lampiran 6. Suasana Kegiatan HC / Menghafal Al-Qur’an dan Dokumentasi
Suasana Kegiatan HC di MA Pembangunan UIN Jakarta
ワ/
Nama
NIM
Jurusan/Prodi
Judul Skripsi
Dosen Pembimbirrg
LEPIBtt UJI REFERENSI
Ylllialllo lヾ uダoho
ll12011000026
Pcndidikanヱヘgama lslam
Pclaksanaan Habitual Culiclum Dalal■ Menlbina Ha■1lanAl―Qur'an siswa di M隕 Penlballgllllall uIN Jよ aia_
:Helly Narelldrany Hidayati,M.Pd
BABI
Judul Buku/ReferensiNo.
FoofnoteHalanlall
ParafPembimbing
DanLRar,P`“ y′
“
r ttsゴο√οノ P“didikα4(JalCarほKttal‐2 Prcnada Media GЮ up,2011),h_08 1 1
Undang」じpdang RI N0 20 tahun 2003,■ 汚rα4g~tSむ′θ,7,Pθマ〃′′ゴたα″,νbs′ο″αι(Yogyakarta:Pustaka
Pel司 ar,2005),h102 1
E. Mulyasa, Pengembangan InplementasiKurtkutum 2013, (Bandung:. 2014), cet.IV, h.19.
3 2
郵Departemen Agama RI, Al-eur'an danTerj emahannya, @andung: Diponegoro, 2009), Cet_x,b- 455
4 2
嘲lMamla al―Qatllan,Pttga″滋rS″″IJ4“ αみ0″/し4,
Teゴ dariル麟bααみfrsノ じ7″滋ゴJ2′″レ″olch Aunur
留鰐‖γ五ズLkma ttttt A― tuts鴫 知り,
9
¨
Subhi as‐shal■,滋“らα力
“fIPz始″
“易Иみον′後ろ
TCゴ. daJ 、fahabits i ulimil Qur'an Olch TimPドtaka Firdaus,(JakなL:Ptttaka Firdalls,2011),Cet XIと●lo
6 3
笏Kcnlcntrian Agama RlalIIll, Al‐ Q岳'an danTettemahannya Dilengkapi Kaiiam UShul Fiqih,(PT
Stigma Cramcdia,2000),hd.597 3
Ahnad Sya五島dditl,]々 ηど,diИ″αたル化“fzJれ
滋 れらαcα Dα′Мθ″cシたJИみ夕げし4.(JakarataGcma lnsalll,2004),hal_81
9
`ス
11
138
Wina Sanjaya, Ktu ikultqn tLtn Pe.mbela-iaran,(Jakarta: Kencana Prenada li,,Iedia Group. 2011), hal.9
7
ntti〕 ://khazana量=IEpunlil(a。 10=i旦/beritaノ dullia‐
islallL/khazanah/13/07/12ん npttdO-2013¨ madrasah¨di― iakarta‐ wailb‐menghafal― alqllran di akses pada
tangga1 26 0ktober puku1 21 00,
つ
´
働Moh. Thoyib, "Upaya Peningkatan pemahaman
Pembelajaran Al-Qur'an dengan Metode 4ctiyeLearning Berkelompok Siswa Kelas ilt SDNBogempinggir Sidoarjo Tahun Ajaran 2OIO-207L,,Jurnal penilition tindokon kelos pendidikon ogomolslqm, Vol. 4 2013, h.02
9
」udlll Bllku/ReferensiNo.
FootnoteHalaman
ParafPembirnbing
Pedoman″。わたυθ′cruricυ ノυm MA
Pembangunan UIN lakarta 14
%Hasi Observasi pada tangga! 22 November 2018puku1 07 15 WIB d,MA Pembanguna uiN」 akarta
Hasil wawancara guru pembimbing HabitualCuriculum, Bapak Yayat pada 28 Novernber 2O1gpukul 08.30 WiB di MA pembangunan UIN Jakarta.
10 研
彿
ツ ヽ
癸
BAB Ⅱ
Aヽハ/ Muna、マ、ハ/ir, κα777ι ィs αみノン1′′7α l″14′ ル ノ4′ αι―
ル,′0,7ι S′′′(SurabayaI Pustaka Pro8rcssil1997),Cct,Kc-14,h279.
19 14
ハご―Rumi,Abduralllllan,j■u″′′/2ク′'α″(5'′ι′`カ
ん″′ノ′おF/17ゞ И′2夕″'α′り,Titian 1lah Press,Inlogiri
■/ogyakarta,1997,h 38‐
42_
20 14
Ash Shabu」 ,Muhanm■ad All,2001//― ηbッα″′
ッ′ν″ン′2ンだα′,J akarta:PllstalaAmani,h8つ4 15
鶉Anshori, Ul unutl Q u r' a n 0;q i d ah -ka i d ah nr enrl t an iJinnan tu.han, (Iakarta: Raia Grafindo.2016) h 1S-19
う乙 15
Departemen Agama RI, op.cit., lL 3 7 5. 23 ‘
・ αAhsin W tthaidz」 Fヵフめル78り,,P′αヒSn々″gた{ヵん」ル0ン′'θれ(」akal■a:Bulln Aksara,1994)h.22-23 24 17 」弊Mulmimin zcn,3ゴ″7ら ,ァ,gα 7,Γ′也力むJ``″g乃ら47/″′
2ク″した″“7καガ′′,(Jakarta I P J` Al Husna Zih‐ a,
1996)cct l h 37.
う乙
何′
Muhaimin Zcn,],ヵ ′ノアイ/2“″'α″1を70″`五
α′`れ
`′
,,(
Ciputat Trallspustaka,2015),h 17-20うZ 17 γ
Maula Rattya,Pα ″″"α
れ 物Йぶゴ弓及び″ブ4″α″コ%力βル助 畝ルPθ
“″れ (Jakatal D市 a Press,2015),h.179-
182.27 19
Imam Mllmas, Иみ2ク′η4 3θ″bj6α″α,(Surabaya:Pustaka Progresil 1996),h 38. 28 19 /鋳
Departemen Agama RI. op.cit., h.438. 29 20
YusufAl―Qardhawi,Bθガ″arα ttJ D′姿要れИみ
0′″btt h.195. 30 22
Muhaimin Zen,op cir., ir. 105. う∠
ルMullaimin Zm,υ
`ル.,h.248. 32 21
・4
Depanemcn Pen<liciikan Nasionrl. to,*, gn*,:Bahasa Indonesia, ( Jakartal Balai pu.sraka. 200j). h.123. う
乙
脩 皿性器為樹 7::子物レ切砒(
34 27
|
黎35 27 /鮒ハヾNana Suttana,Dα Sα
「′αsα 7・ P″偲θs B91げα″
rcss,2004),h.54. 36 ,′
うZ ql
37 27 州ュHerry Widyastone, Pengentbogan Kurikulun di EraOlononti Dcterah dari Kurikulum 2004, 2006, keKrrrikulum 2013, (.Takarla: Bunri Aksara, 2014),h.199-209.
,
´
Wina saniaya′ SfrσむgFρ embe/σ ′α′3θ rο ttcЛ どαs′
Sιαη∂ar PЮses ρθηd,J々σηノ(」 akarta:Prenamedia
Group′ 2014)′ cet.Ke-11,h 21
つ
´
Zaki zamanL MatOde"ρ αtt Mεng力 oraノ パトQυ r´α万4}′ h.35-36、
40 04 レイ
Abudd n Nata′ Pend′ d′ α々η F′た3F。さlSノσ赫
Gaya Media Pratama,2005),h131 41 う4
琳Zainal Attin,[ν α′υθsア ρε
"beノ可σЮη′(BandungI PT
Remala RosdakaⅣ a′ 2013)′ h5-34 42 29
Hasil Wawancara dengan pembimbtng tahfidz Al_Qur'an, Bapak Yayat pada 20 Desember 2018 pukul08.30 WIB di MA pembangunan UtN Jakarta.
43 30
彿Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaron, -(Jakarta: Kencaaa Prenada Media Grup: 2003), h. 3
44 31 Q45 つ
L2つ
Daktr. P erencanaan dan P engembangan Kuikulurti,( Jakarta: PT Rineka Cipta: 2004), h. 3. 46
γ.Nana Sy. Sukmadinata dan Erliany Syaodih,
Kurikulum dan Pembel aj aran Komp etensi,
(Bandung: PT Refika Aditama :2012),h. t.47 34
S.Nasution, Kurikulum dcn pengaja*", [ffi.Sinar Grafika: 2010), h. 5-6.
Dimyati dan Ivfudjiono, op.cit , h.26.
―
″ ヽ
「
141
Dakir, Perencqilao.n don PengerubotganKurilculum, ( Jakarta: P'J'Rincka Cipra: 2004), h.l
49 7′
嘲ikt scll iJhalaln〔胤/dctai1/1Qlrikulum‐ alixa璽
diabes pada tanga1 26 okobel‐ 2018 pukul21.00
50 う0
Hasil Wawansara dengan bapak Yayat selaku.guru pembimbing HC pada tanggal 18 April20t't
ζD
00
¢Sri Purwaningsih Romadhon, "lmplementasiPembelajaran Tahfidz dengan PendekatanHumanlstik Anak Berkebutuhan Khusus diSD|THidayatullah Yogyakarta" Iesrs pada FakultasTarbiyah UiN Sunan Kalijag,Yogakarta, 2015 h.tt6-779
つ4
一ヽ
} 41
Surwati, " Pe loksonoon Pelaksanaan program TahfidzQur'an 2 Juz (Studi di SDIT Harapan BundaSemarang)" tahun 2008. lAlN Watisongo
一う 42
禦
つん
И仕
BAB III
Judul Buku/ReferensiNo.
FootnoteHalaman
ParafPembimbing
Hamid Danlladi,ル 々`ο
″`′`″
′JI`ビα″Pθη′J己武。4,
Calldung:Alfabeta,2011),h.24 42
Nana Syaodih Sukmadinala, Metode Peni|iiion
Pendidi!:an, ( Randung: Rosdakar-ya, 201 0), h.
60
54 42 卿■lallっ id IDarnladi,9″ εゴr,h_55-56 ′1『 γSugiyorro, Metode Penelitian l{tnntit.ot.if KLtulitutif-dcut R&D, (Bandung: Alfabeta, 20ll),h.2. 56 43
S Margono,]々 ごοあragFP`″ JゴrJ″″P`ηグJど′腸4,(Jakana:Rhc19 clp軋 2013),h.158-159, 7
′ 50
Joko Sr.rbagyo, Metode Penilitian Dulam 'llc_ori tlottPralaelc, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2n04), h {i3 50
Cholid Narbuko., |(Ш 、 腱 ′0あ′aboゴ P`“ゴ″′たη,
(JalCartal Bullllli Ak,ara,2004),h.83.59 50 q
ChOild Nabuka′ Abtt Achmadら ハイelο dοノοgFPen″ tFαι (」akarta:Bumi Aksara′ 2005),h.76.
60
Cho‖ d Nabuka_′ Abu AChmadi′ Лレイelο σοわg′
Pcnilit,or17(Jakarta:Bumi AК saFa′ 2005)′ h.77.61 52
Lexy J,M0100ng,動 彪ゎJθFagi P`77Z′ Jrゴακ κ“′″αrノ
Gandung:PT Remtta Rosdakttγ a,1997),h.177 63 52
Andi PrastOwO,Maカ ル Pc“満′ね″κ′α″降`折(JO」 ,katta Ar Ruzz Media,2016),h.269‐ 270 64 う
,
Tiltn Pcllyuslu■ Pedolnan Penlllisan Shぃ si
FITK,り.cJ′ .,hal,75‘υ 53
Lexy J. Moleong, op-cit.,hal.24861 /ヵ
勲
”サ
Il mzir, Met o do I o gi P eneli t ia n Km titu t if:
. I t t u I i,t' i s' D u t u. I J akana : P1 R a.1 a gra fi nd<r
Persada, 2012), cet.2, h. 130
う4
′0
Tiin Pcnyusun Pedoman Pcllulisln SkHpsiFITK,υ c,′・,hal.70¨ 71
′0
Jakalta,251/farct 20 1 9
Il{engetahui,
Dosen Pembimbiug,
亘cnv Narendralむ、M,Pd.NIP,197105121996032002
幌
138
Lampiran. 11 Biodata Penulis
BIODATA PENULIS
Yulianto Nugroho, Lahir di Jakarta pada 08 Juli
1994, merupakan anak tunggal buah dari pasangan Bapak Irwan Lubay dan Sri
Murniati. Sejak kecil Penulis selalu dinasehati oleh ayah dan ibu untuk selalu rajin
beribadah, jujur, dan baik terhadap sesama.
Pendidikan penulis dimulai dari didikan kedua orang tua yang begitu sangat
kusayangi dan kucinta hingga saat ini, ketika berumur 6 tahun penulis masuk ke
sekolah SDN 03 Pagi Ciracas dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan
pendidikan tingkat SMPN 208 Jakarta, dan SMA di MAN 2 Jakarta.
Alhamdulillah hingga penulis lulus pada tahun 2012. Penulis aktif di kegiatan
Osis SMP dan MA, serta aktif dikegiatan bulu tangkis dan futsal pada jenjang
SMP DAN MA
Pendidikan terakhir penulis ditempuh di strata 1 (S1) Mulai tahun 2012 di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.