Upload
truongdan
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE
BERMAIN PERAN PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV
MI MIFTAHUL HUDA CIPAYUNG BOGOR
TAHUN PELAJARAN 2015-2016
Di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Cipayung Bogor
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
Irma Mayawati
NIM 1812018300133
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
PROGRAM DUAL MODE SYSTEM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Bermain Peran Pada Mata
Pelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Huda Cipayung Bogor.
Oleh: Irma Mayawati
NIM. 1812018300133
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena adanya kesenjangan antara hasil belajar
siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa hanya bersifat pengetahuan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Bermain Peran pada
mata pelajaran IPS, hasil belajar siswa pada bidang studi IPS dan hubungan antara
model pembelajaran Bermain Peran dengan hasil belajar siswa pada bidang studi
IPS.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri atas
2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa Kelas IV MI Miftahul Huda yang
berjumlah 20 siswa.
Hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 siswa kelas IV di MI
Hidayatul Athfal Kota Sukabumi adalah sebagai berikut : Meningkatkan hasil
Belajar Siswa melalui model pembelajaran Bermain Peran pada mata pelajaran
IPS diperoleh data, pada Siklus I rata-rata akhir 54, hasil ini berkatagori kurang
karena nilai KKM yang ditentukan sekolah adalah 65,00. Dan pada penelitian
siklus II rata-rata akhir adalah 78,75 hasil ini menunjukan baik, Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Pembelajaran Bermain Peran dalam
pembelajaran dapat meningkatkan Hasil belajar IPS bagi siswa Kelas IV semester
I bisa meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kata Kunci: Peningkatan hasil belajar, dan model pembelajaran bermain peran
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Penelitian yang berjudul :
“Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Bermain Peran Pada Mata
Pelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Huda Cipayung Bogor.”.
Tujuan utama penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Fakultas Tarbiyah pada Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Segala daya upaya telah penulis curahkan dalam penyusunan skripsi ini, namun
penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu dengan
segala kelapangan dan keterbukaan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi perbaikan serta pengembangan selanjutnya.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan serta
dorongan dari berbagai pihak. Karena itu penulis sampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya M.A. Sebagai Dekan Fakultas Tarrbiah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Khalimi, M.Ag. Selaku Ketua Program Studi PGMI Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Dindin Ridwanudin, M.Pd. Sebagai Ketua Program Dual Mode System;
4. Dr. Faridal Arkam. M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak meluangkan waktunya unruk memberikan bimbingan, arahan, kepada
peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan mudah dan lancar.
5. Bapak dan ibu dosen yang selama ini telah mendukung serta memberikan
ilmu yang luar biasa, sehingga semakin bertambah ilmu yang sangat berharga
untuk masa depan peneliti.
6. Suami tersayang Rachman Ali Basyah dan Anak-anakku yang pertama
Cantieka Cheisya Alica Cyrin Auryn yang sudah berpulang ke rahmatullah
dan mudah-mudahan ditempatkan di syurga-Nya dan yang kedua M. Arkan
Ghani Javier Rahman Bryan yang menjadi motivasi serta semangat untuk
peneliti dalam menuntut ilmu.
7. Keluarga Besar H. Cecep Haryanto dan Keluarga Besar H. M. Yunus Ali,
yang telah memberikan dukungan secara moral maupun material selama
Peneliti dalam menuntun ilmu.
8. Kakakku Erni Sukmayanti dan adikku Fenny Dwi Yuliani, yang besedia
dengan sangan untuk menjadi teman hangat dikeluarga.
9. Kepala MI Miftahul Huda dan Segenap Guru beserta Staf Tata Usaha, yang
telah memberikan dukungan selama perkuliahan sampai proses penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung serta memberikan
dorongan pada peneliti, yang telah turut pula memberikan sumbangsih pikiran
dan masukan sehingga skkripsi ini menjadi lebih kompleks.
Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis umumnya bagi para pembaca, serta memenuhi persyaratan dan tujuan
yang dikehendaki. Semoga Allah SWT senantiasa menunjukan jalan terbaik bagi
umat-Nya yang telah berupaya dengan itikad baik. Amiin.
Bogor, Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. i
SURAT PERYANTAAN KARYA SENDIRI ................................. ii
SURAT PERYATAAN KARYA ILMIAH ..................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................... v-vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi-vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Indentifikasi Masalah ........................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ......................................................... 4
D. Perumusan Masalah ........................................................... 5
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ...................... 5
F. Manfaat/ Kegunaan Penelitian ........................................... 5
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEKTUAL
INTERVENSI TINDAKAN ..................................................... 7
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti ........................ 7
1. Pembelajaran IPS ......................................................... 7
2. Pembelajaran Metode Bermain Peran .......................... 11
3. Hasil Belajar Siswa ...................................................... 15
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................... 25
C. Hipotesis Tindakan ............................................................. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 27
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ........ 27
C. Subjek Penelitian ............................................................... 33
vi
D. Peran dan Posisi Peneiti dalam Peneliian .......................... 33
E. Tahapan Intervensi Tindakan ............................................ 34
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ...................... 35
G. Data dan Sumber Data ....................................................... 35
H. Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 35
I. Tehnik Pengumpulan Data .................................................. 37
J. Tehnik Pemerriksaan Kepercayaan .................................... 38
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ................................... 38
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ..... 40
A. Deskripsi data .................................................................... 40
B. Analisis Data ..................................................................... 43
C. Pembahasan Temuan Penelitian ........................................ 66
D. Keterbatasan Dalam Penelitian ......................................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 70
A. Kesimpulan ...................................................................... 70
B. Saran .................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 3.1 : Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ................... 34
2. Tabel 3.2 : Pedoman Observasi Siswa ..................................................... 36
3. Tabel 3.3 : Pedoman Wawancara ............................................................ 36
4. Tabel 3.4 : Interpretasi Observasi Siswa .............................................. 39
5. Tabel 3.5 : Kriteria konsep siswa berdasarkan kriteria Gain ............... 39
6. Tabel 4.1 : Data Nilai Hasil pretest dan postest Siklus 1 Pertemuan I . 48
7. Tabel 4.2 : Data Hasil Pretest dan Postest Siklus I Pertemuan 2 ......... 49
8. Tabel 4.3 : Nilai Hasil Belajar IPS Pretest Siklus 1 ............................. 50
9. Tabel 4.4 : Nilai Hasil Belajar IPS Postest Siklus 1 ............................ 50
10.Tabel 4.5 : Hasil Observasi Guru Siklus I Pert. 1 ................................ 51
11.Tabel 4.6 : Hasil Observasi Guru Siklus 1 Pert. 2 ............................... 53
12.Tabel 4.7 : Hasil Observasi Terhadap Siswa Pada Siklus 1 ................. 54
13.Tabel 4.8 : Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus 2 ..................................... 57
14.Tabel 4.9 : Nilai Hasil Belajar IPS Pretest Siklus II ............................ 58
15.Tabel 4.10 : Hasil Observasi Guru Siklus II ........................................ 59
16.Tabel 4.11 : Hasil Observasi Terhadap Siswa Pada Siklus II .............. 60
17.Tabel 4.12 : Nilai N-Gain Siklus I dan II ............................................. 62
18.Tabel 4.13 : Nilai N Gain Pada Siklus I dan Siklus II .......................... 63
19.Tabel 4.14 : Histrogram Nilai N Gain Pada siklus I dan Siklus II ........ 64
20.Tabel 4.15 : Hasil uji “t” ....................................................................... 66
viii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : IRMA MAYAWATI
NIM : 1812018300133
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (Dual Mode System)
Alamat : Kp. Cipayung Rt 02/04 Kelurahan Cipayung Girang Kecamatan
Mega Mendung Bogor 19970
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Bahwa skripsi yang berjudul : “Peningkatan Hasil Belajar Melalui
Metode Bermain Peran Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul
Huda Cipayung Bogor” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan
dosen :
Nama Pembimbing : Dr. Faridal Arkam, M.Pd
NIP : 195003071979031004
Jurusan/Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil
karya sendiri.
Jakarta, 11 Maret 2016
Yang Menyatakan,
Irma Mayawati
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE
BERMAIN PERAN PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV
MI MIFTAHUL HUDA CIPAYUNG BOGOR Di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Cipayung Bogor
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Irma Mayawati
NIM 1812018300133
Pembimbing
Dr. Faridal Arkam, M.Pd
NIP. 195003071979031004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH DUAL MODE SYSTEM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul : “Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Bermain Peran
Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Huda Cipayung Bogor”
disusun oleh Irma Mayawati, NIM. 1812018300133, Program Studi Dual Mode
System, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiyah yang berhak
untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh
fakultas.
Jakarta, 11 Maret 2016
Yang Mengesahkan,
Dosen Pembimbing Skripsi,
Dr. Faridal Arkam, M.Pd
NIP. 195003071979031004
Uji Referensi
Seluruh Referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul :
“Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Bermain Peran Pada Mata
Pelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Huda Cipayung Bogor” disusun oleh
Irma Mayawati, NIM. 1812018300133, Program Studi Dual Mode System,
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah diuji kebenarannya oleh Dosen
Pembimbing Skripsi pada tanggal 11 Maret 2016.
Jakarta, 11 Maret 2016
Dosen Pembimbing,
Dr. Faridal Arkam, M.Pd
NIP. 195003071979031004
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Irma Mayawati
NIM : 1812018300133
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Bermain
Peran Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul
Huda Cipayung Bogor
Dosen Pembimbing : Dr. Faridal Arkam, M.Pd
BAB No Sumber Referensi Paraf
Pembimbing
I 1 Tatang Syaripudin. 2012. Landasan Pendidikan. Cetakan
ke-2. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam. hal.
35.
2 Undang-undang RI. 2003. Tentang Sistem Pendidian
Nasional. Jakarta : Depdiknas. hal 2.
3 Sapriya. 2008. Pendidikan IPS. Cetakan ke-1. Bandung:
CV Yasindo Multi Aspek. hal. 6.
4 Yulia siska, Penerapan Metode Bermaina Peran, (Bandar
lampung : ISSN, 2011), No 2. hal .33.
BAB No Sumber Referensi Paraf
Pembimbing
II 5 Iwan Purwanto. 2014. Pembelajaran Ilmu Penggetahuan
Sosial. Jakarta. hal. 2
6 Sapriya. 2008. Pendidikan IPS. Cetakan ke-1. Bandung:
CV Yasindo Multi Aspek. hal. 9
7 Nana Supriiatna. 2013. Bahan Belajar Mandiri Pendidikan
IPS di SD. Bandung. hal. 11
(http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENDIDIKAN_IPS_DI_SD/BBM_1.pdf)
8 Nana Supriiatna. 2013. Bahan Belajar Mandiri Pendidikan
IPS di SD. Bandung. hal. 11
(http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENDIDIKAN_IPS_DI_SD/BBM_1.pdf)
9 http://www.academia.edu/8613400/Materi_1_Pendidikan_IPS_
di_SD_Semester_3_FKIP_PGSD_UNIVERSITAS_RIAU
10 H. Nashar. 2004. Peranan Motivasi & Kemampuan Awal.
Cetakan ke 2. Jakarta: Delia Press. hal. 77
11 http://forumgurunusantara.blogspot.com/2012/02/laporan-
penelitian-tindkan-kelas.html
12 Iwan Purwanto. 2014. Pembelajaran Ilmu Penggetahuan
Sosial. Jakarta. hal. 103
13 Iwan Purwanto. 2014. Pembelajaran Ilmu Penggetahuan
Sosial. Jakarta. hal. 103
14 Iwan Purwanto. 2014. Pembelajaran Ilmu Penggetahuan
Sosial. Jakarta. hal. 103
15 Masitoh dan laksmi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. h. 4
16 Masitoh dan laksmi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. h. 4
17 M. Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan.
Bndung: PT REMAJA ROSDAKARYA. h. 84
18 Muhiibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan. Bndung: PT
REMAJA ROSDAKARYA. h. 118
19 Sudarman Damin. 2011. Pengembangan Profesi Guru.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. h. 109.
20 Pusat bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (jakarta:
Balai Pustaka, 2007,cet.4 hal.810.
21 Pusat bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (jakarta:
Balai Pustaka, 2007,cet.4 hal.1180.
22 Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA. h. 132
23 Anang Prasetyo, Metode role playing untuk meningkatkan
hasil belajar biologi siswa kelas IV SLPTnegeri 1driyorejo
Gersik, ( Buletin Pelangi Pendidikan, Vol 4, no.2, 2001)
24 Arifin, Pengaruh Penerapan Model Pembeelajaran Role
Playing terhadap aktifitas guru dan hasil belajar murid,
(Majalah Ilmuah Ukhuwah, vol 1, No.4, 2006)
25 Lelawati, Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar
IPS Terpatu melalui Model Bermain Peran (Role Palying),
(http://digilib.unila.ac.id/173, 2013)
26 Nurhatim, Penggunaan Metode Role Playing untuk
Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Isi Cerpen,
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-
indonesia/article/view/298, (23-6-2009)
BAB No Sumber Referensi Paraf
Pembimbing
III 27 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-
Karyawan dan Peneliti Muda, (Bandung: Alfabeta, 2013)
hal. 52
28 Zainal Aqib. dkk, Penelitian Tindakan kelas Untuk Guru
SD, SLB dan TK, (Bandung: YRAMA WINDA, 2014),
cetakan 5. hal. 16
29 Krisyanto, Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 2011,
(http://krizi.wordpress.com/tag/ptk/).
30 Zainal Aqib. dkk, Penelitian Tindakan kelas Untuk Guru
SMP, SMA, dan SMK, (Bandung: YRAMA WINDA,
2014), cetakan 4. hal. 3
31 Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatiif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: ALFABETA, 2009), hal. 226.
32 Rochiati Wratmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. ke-5, hal
125.
33 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatiif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: ALFABETA, 2009), hal. 137.
34 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. 10, hal. 32.
35 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-
Karyawan dan Peneliti Muda, (Bandung: Alfabeta, 2013)
hal. 11
36 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2005) cet ke-15, h. 43
37 Ridwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan
dan Peneliti Pemula, (bandung: Alfabeta, 2009), h. 89
38 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan
Sains, (Jakarta : Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN
Syarif Hidayatullah, 2006), h. 70
39 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan
Sains, (Jakarta : Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN
Syarif Hidayatullah, 2006), h. 70
40 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-
Karyawan dan Peneliti Pemula, .... h. 222
Pembimbing,
Dr. Faridal Arkam, M.Pd
NIP. 195003071979031004
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH
Skripsi berjudul : “Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Bermain
Peran Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Huda Cipayung
Bogor” diajukan oleh Irma Mayawati, NIM. 1812018300133, kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah dinyatakan
lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 10 Juni 2016 di hadapan dewan
penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I) dalam bidang pendidikan guru Madrasah Ibtidaiyah.
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
Dr. Khalimi, M.Ag .......................... ............................
NIP. 19650515 199403 1 006
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Asep Ediana Latip, M.Pd .......................... ............................
NIP. 19810623 200912 1 003
Penguji I
Dr. Khalimi, M.Ag .......................... ............................
NIP. 19650515 199403 1 006
Penguji II
Dr. Muhammad Arif, M.Pd .......................... ............................
NIP. 19700606 199702 1 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A
NIP. 19550421 198203 1 007
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Zainal. dkk, Penelitian Tindakan kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK,
(Bandung: Yrama Winda, 2014), cetakan 5.
Arifin, Pengaruh Penerapan Model Pembeelajaran Role Playing terhadap
aktifitas guru dan hasil belajar murid, (Majalah Ilmuah Ukhuwah, vol
1, No.4, 2006)
Arikunto Suharsimi, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), Cet. 10.
Damin Sudarman. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatiif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
ALFABETA, 2009).
H. Nashar. 2004. Peranan Motivasi & Kemampuan Awal. Cetakan ke 2. Jakarta:
Delia Press.
Herlanti Yanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta :
Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2006).
http://forumgurunusantara.blogspot.com/2012/02/laporan-penelitian-tindkan-
kelas.html
http://www.academia.edu/8613400/Materi_1_Pendidikan_IPS_di_SD_
Semester_3_FKIP_PGSD_Universitas_Riau
Krisyanto, Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 2011,
(http://krizi.wordpress.com/tag/ptk/).
Lelawati, Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar IPS Terpatu melalui
Model Bermain Peran (Role Palying), (http://digilib.unila.ac.id/173,
2013)
Masitoh dan laksmi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam.
Nurhatim, Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Kemampuan
Menceritakan Isi Cerpen, http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-
indonesia/article/view/298, (23-6-2009)
Prasetyo Anang, Metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar biologi
siswa kelas IV SLPTnegeri 1driyorejo Gersik, ( Buletin Pelangi
Pendidikan, Vol 4, no.2, 2001)
Purwanto Iwan. 2014. Pembelajaran Ilmu Penggetahuan Sosial. Jakarta.
Purwanto M. Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bndung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pusat bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (jakarta: Balai Pustaka,
2007,cet.4.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Muda,
(Bandung: Alfabeta, 2013).
Sapriya. 2008. Pendidikan IPS. Cetakan ke-1. Bandung: CV Yasindo Multi
Aspek.
Siska Yulia, Penerapan Metode Bermaina Peran, (Bandar lampung : ISSN,
2011), No 2.
Sudjiono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005) cet ke-15.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatiif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
ALFABETA, 2009).
Supriatna Nana. 2013. Bahan Belajar Mandiri Pendidikan IPS di SD. Bandung.
hal. 11 (http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PENDIDIKAN_IPS_DI_SD/BBM_1.pdf)
Syah Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA. h. 132
Syaripudin Tatang. 2012. Landasan Pendidikan. Cetakan ke-2. Jakarta :
Direktorat Jendral Pendidikan Islam. hal. 35.
Undang-undang RI. 2003. Tentang Sistem Pendidian Nasional. Jakarta :
Depdiknas. hal 2.
Wratmadja Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), Cet. ke-5, hal 125.
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta :
Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 70
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur, pada tanggal 31
Agustus 1979. Anak Kedua dari pasangan Bapak H.
Cecep Haryanto (Alm) dan Hj. Ande Asyiah.
Penulis menikah dengan bapak Rachman Ali
Basyah, dan dikaruniai dua orang anak yaitu : 1)
Cantieka Cheisya Alica Cyrin Auryn (Alm), 2)
M. Arkan Ghani Javier Rahman Bryan. Penulis
menempuh jenjang pendidikan jenjang Pendidikan TK AL-I’ANAH Cianjur
tahun 1986, Sekolah Dasar Negeri Ibu Jenab I Cianjur tahun 1992, SMP Negeri
1 Cianjur tahun 1995, SMU Negeri 2 Cianjur tahun 1998, D3 Institut Pertanian
Bogor tahun 2002, dan melanjutkan pada jenjang S1 PGMI Program Dual Mode
System yang diselenggaran Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakaerta pada tahun 2012 samapi sekarang.
Penulis diangkat menjadi Guru yang ditempatkan di Miftahul Huda
Cipayung Bogor Megamendung No. 63 Rt 02/03 Cipayung girang Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor pada tahun 2005 sampai dengan sekarang.
Foto 4x6
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang paling efektif dalam menanamkan pendidikan karakter
tertentu adalah usia enam sampai sepuluh tahun atau setara dengan usia anak
siswa Sekolah Dasar. Dalam rentan usia tersebut setiap pengalaman dan kejadian-
kejadian yang pernah dialaminya akan menentukan bagaimana perkembangan si
anak selanjutnya atau dapat dikatakan usia tersebut adalah fondasi bagi masa
depan anak. Apabila fondasi yang ditanam pada si anak adalah karakter-karakter
yang baik maka secara otomatis karakter-karakter itu akan tetap melekat dalam
diri anak dalam setiap proses pendewasaannya.
Dalam arti luas, Pendidikan adalah hidup. Artinya, pendidikan adalah segala
pengalaman (belajar) diberbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat
dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu.1 Pendidikan dilakukan
dalam bentuk pengajaran (intriction) yang terprogram dan bersifat formal.
Pendidikan langsung di sekolah atau di dalam lingkungan tertentu yang diciptakan
secara sengaja dalam konteks kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2
Salah satu realisasi inovasi pendidikan itu dengan lebih ditingkatkannya
profesionalisme dan kompetensi guru atau kualifikasi guru melalui program
workshop, pelatihan dan seminar-seminar pendidikan, baik yang diselenggarakan
di Tingkat Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota dan Tingkat Kecamatan. Hal
tersebut bertujuan untuk membekali dan memperkaya pengetahuan dan wawasan
guru dalam proses pembelajaran serta memotivasi mereka untuk dapat
1 Tatang Syaripudin. 2012. Landasan Pendidikan. Cetakan ke-2. Jakarta : Direktorat Jendral
Pendidikan Islam. hal. 35. 2 Undang-undang RI. 2003. Tentang Sistem Pendidian Nasional. Jakarta : Depdiknas. hal 2
1
2
mengaplikasikan kembali pengetahuan dan keterampilannya di lapangan. Harapan
tersebut sangatlah wajar dan relevan sekali dengan motto pendidikan yang saat ini
mulai didengungkan yaitu “Aku Ingin Lebih Baik” yang mengandung makna
mendalam, bahwa pendidikan merupakan porses panjang yang harus
dikonsentrasikan secara bonafid, antusias, fleksibel dan menuntun para pendidik
memiliki dedikasi, responsibilitas tinggi dalam mengarahkan, mengayomi dan
mengantarkan peserta didik menjadi out put / out come yang berkualitas ilmu
pengetahuannya dan akhlaknya, tidak saja dalam kehidupan yang sempit atau
sekilas, tetapi juga bermakna dalam kehidupannya kelak.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan untuk melaksanakan fungsinya
kesulitan dalam membentuk akhlakul karimah. Hal ini disebabkan karena
terbatasnya pendidikan dan kemampuan dalam mendidik anak serta kurangnya
kesadaran semua warga sekolah dalam mematuhi peraturan serta tata tertib
sekolah, inilah yang menjadi dasar kuat perlunya pendidikan formal dan informal
dilakukan secara seimbang dan berkesinambungan, sehingga pendidikan formal
ataupun in formal dapat dikerjakan secara bersama-sama.
Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS dan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang seringkali disingkat Pendidikan IPS atau PIPS
merupakan dua istilah yang sering diucapkan atau dituliskan dalam berbagai karya
akademik secara tumpang tindih (overlaping). Kekeliruan ucapan ataupun tulisan
tidak dapat sepenuhnya kesalahan pengucap atau penulis melainkan disebabkan
kurangnya sosialisasi sehingga menimbulkan perbedaan persepsi.3
Pada pembelajaran IPS anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat
studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan
mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data,
mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial serta merumuskan
kesimpulan.
Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan, maka latar belakang
pendidikan guru dan kemampuan dasar harus dimiliki oleh guru, khususnya guru
bidang studi IPS hendaknya benar-benar diperhatikan. Keberhasilan program
3 Sapriya. 2008. Pendidikan IPS. Cetakan ke-1. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek. hal. 6.
3
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari peran masyarakat secara keseluruhan baik
sebagai sumber asal, sumber daya maupun sebagai pemakai hasil lulusan.
Selama ini hasil belajar mengajar IPS di MI Miftahul Huda sangatlah rendah
sekali dikarnakan; (1) Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, (2)
rendahnya kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran, (3) kurangnya
kreatifitas guru dalam menggunakan tekhnik pembelajaran , (4) media yang
digunakan guru sangat monoton, dan (5) lingkungan keluarga kurang mendorong
terhadap pendidikan, sehingga banyak siswa yang nilainya di bawah kriteria
ketuntasan minimal. Oleh karna itu permasalahan ini tidak boleh dibiarkan dan
harus segera dipecahkan, salah satunya usaha yang harus dilakukan untuk
menaikan KKM adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk itu peneliti akan mencoba
menggunakan model bermain peran dalam proses pembelajaran IPS. Dengan
model pembelajaran seperti ini siswa akan lebih mudah menemukan dan
meningkatkan hasil belajar, dengan berdiskusi dan bekerja sama diharapkan siswa
akan termotivasi untuk belajar sesuai dengan keinginan peneliti yang akan
melakukan penelitian.
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan sebuah bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan tekhnik pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pembelajaran bidang
studi IPS adalah model role playing.
Metode bermain peran ini dikategorikan sebagai metode belajar yang
berumpun kepada metode perilaku yang diterapkan dalam kegiatan
pengembangan. Karakteristiknya adalah adanya kecenderungan memecahkan
tugas belajar dalam sejumlah perilaku yang berurutan, konkret dan dapat diamati.
4
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penelitian ini diberi judul:
“Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Bermain Peran Pada Mata
Pelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Huda Cipayung Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas penulis menemukan
beberapa masalah yang perlu didentifikasi, yaitu :
1. Terdapat banyak nilai siswa yang rendah dari ulangan harian.
2. Kurangnya minat/perhatian/fokus siswa dalam mengikuti pembelajaran
IPS.
3. Banyaknya siswa yang tidak memahami materi yang diajarkan.
4. Model pembelajaran yang disampaikan guru cenderung monoton.
5. Kurangnya kreatifitas guru untuk menyediakan fasilitas pembelajaran.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas tentang Peningkatan hasil
belajar Siswa Kelas IV Tahun Ajaran 2015-2016, dan Roll Playing.
Pengertian dari kata peningkatan atau meningkatkan merupakan kegiatan
peneliti membangun atau mengusahakan tercapainya suatu kemampuan yang
lebih baik dari sebelumnya.
Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa tetelah
melalui belajar. Belajar itu sendiri adala suatu proses dalam diri seseorang yang
berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif
menetap.4
Bermain peran dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura, khayalan,
fantasi, make belive, atau simbolik. Menurut Piaget, awal main peran dapat
menjadi bukti perilaku anak. Ia menyatakan bahwa main peran ditandai oleh
penerapan cerita pada objek dan mengulang perilaku menyenangkan yang
diingatnya. Piaget menyatakan bahwa keterlibatan anak dalam main peran dan
4 Masitoh dan laksmi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam. h. 4
5
upaya anak mencapai tahap yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lainnya
disebut sebagai collective symbolisme. Ia juga menerangkan percakapan lisan
yang anak lakukan dengan diri sendiri sebagai idiosyncratic soliloquies..5
Dari kutipan tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran Roll Playing
yaitu model pembelajaran yang bertujuan untuk melatih siswa dalam menerima
dan menyampaikan pesan serta secara tidak langsung melatih daya berfikir siswa
dengan baik.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Dari uraian diatas penulis merumuskan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS di Kelas
IV MI Miftahul Huda Cipayung Bogor ?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran IPS di Kelas IV MI
Miftahul Huda Cipayung Bogor
F. Manfaat/Kegunaan Hasil Penelitian
Dari penelitian ini agar bisa berguna bagi seluruh kalangan, khususnya bagi
dunia pendidikan yang masih kurang memanfaatkan metode yang lebih baik dan
untuk acuan pengajaran yang lebih maksimal serta bermanfaat di masa yang akan
datang.
Dengan menggunakan metode bermain peran akan menambah pengalaman
baru bagi siswa, yang mana diharapkan bisa memberikan masukan terhadap
peningkatan hasil belajar siswa dalam mengembangkan nilai-nilai diri siswa itu
sendiri.
Siswa agar bisa memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran
akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat yang
sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya
5Yulia Siska, Penerapan Metode Bermaina Peran, (Bandarlampung : ISSN, 2011), No 2.
hal .33.
6
pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik
strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan
didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut.
Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan
mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Kegunaan bagi guru, agar metode ini bisa lebih percaya diri. Guru yang selalu
merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis kinerjanya sendiri di
dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan
tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan
alternatif pemecahan masalah / kelemahan yang ada pada dirinya dalam
pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri
yang kuat.
Harapan Peneliti bagi sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah
tersebut akan berkembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya
suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan
berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan
diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki
keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan
memperoleh manfaat yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran
mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
7
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Pembelajaran IPS
a. Pengertian pembelajaran IPS
Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli
IPS atau social studies. Dalam istilah asing untuk Pendidian IPS istilah yang
siring digunakan adalah Sosial Studies, Sosial Education, Sosial Studies
Education, Sosial Science Education, Citezepship Eucation, Studies of Society and
Environment. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social
studies. Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies.5
Pengertian IPS di Indonesia sebagaimana yang terjadi disejumlah negara pada
umumnya masih dipersepsikan secara beragam. Yang dikemukakannya dalam
Forum Komunikasi II Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Indonesia.6
Mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa Tujuan pendidikan
IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu
disiplin ilmu. Oleh karena itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan
pendidikan nasional. Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu
sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.7
Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi, pemanfaatan media
pembelajaran yang lebih lengkap, merupakan upaya untuk menarik minat dan
menggerakkan potensi yang ada dalam diri peserta didik, karena pada kurikulum
yang semakin berkembang penekanan aktivitas dan peran peserta didik dalam
proses belajar mengajar diupayakan lebih menonjol/dominan.
5 Iwan Purwanto. 2014. Pembelajaran Ilmu Penggetahuan Sosial. Jakarta. hal. 2
6 Sapriya. 2008. Pendidikan IPS. Cetakan ke-1. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek. hal. 9
7 Nana Supriiatna. 2013. Bahan Belajar Mandiri Pendidikan IPS di SD. Bandung. hal. 11
7
8
Dalam proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, penyajian media
pembelajaran seorang guru dituntut agar bervariatif dan inovatif guna merangsang
motivasi siswa untuk belajar dan mencegah siswa dari kejenuhan proses belajar,
sehingga memberi kesegaran agar proses belajar menjadi suatu proses yang
menyenangkan bagi siswa, dengan demikian tujuan dari pembelajaran dapat
dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan Pengertian pendidikan Sosial di atas maka dapat dinyatakan
bahwa pendidikan IPS merupakan usaha untuk membekali siswa dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan warga negara yang
ditekankan pada pengalaman dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Pembelajaran IPS
Mata palajaran IPS disusun secara sistematis, konprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan dimasyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik
akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan.8
Adapun tujuan pelajaran IPS yang harus dicapai meliputi hal-hal berikut :
1) Membekali peserta didik dengan pengetauan sosial yang berguna dalam
kehidupan masyarat.
2) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang
terjadi dalam kehiidupan di masyarakat.
3) Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan
sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan.
4) Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif,
dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian
kehidupan yang tidak terpisahkan; dan
8 Ibid
9
5) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan,
perkembangan masyarakat, dan perkembangan ilmu dan teknologi.
c. Karakteristik Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Untuk mempelajari karakteristik IPS di SD dapat dilihat dari dua sudut
pandang yaitu :9
1) Materi IPS
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
a) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari
keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara
dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b) Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,
produksi, komunikasi, transportasi.
c) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai
yang terjauh.
d) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang
dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang
tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
e) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan,
pakaian, permainan,keluarga.
2) Strategi Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan
pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga,
masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia.
Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut.
a) Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman
sebaya, tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain
yang dikenalnya.
9 http://www.academia.edu/8613400/Materi_1_Pendidikan_IPS_di_SD_Semester_3_FKIP_
PGSD_Universitas_Riau
10
b) Anak memiliki kemampuan sintetik-analitik, artinya dapat mengenal
bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali
bagian-bagian tersebut.
c) Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
d. Manfaat Pembelajaran IPS
1) Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupannya kelak di masyarakat.
2) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi,
menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang
terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
3) Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan
sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang
keahlian.
4) Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif
dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi
bagian dari kehidupan tersebut.
5) Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan,
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di sisi lain, melalui pembelajaran IPS diharapkan mampu dikembangkan
aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge and understanding), aspek sikap
dan nilai (atitude and value), dan aspek keterampilan (skill). Untuk skala
Indonesia, maka tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah
dasar sebagimana tecantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar
peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari. Ilmu pengetahuan sosial
juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu
lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang.10
10
H. Nashar. 2004. Peranan Motivasi & Kemampuan Awal. Cetakan ke 2. Jakarta: Delia
Press. hal. 77
11
2. Pembelajaran Metode Bermain Peran
a. Pengertian bermain Peran
Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan dalam
dramatis masalah sosial atau psikologis.11
Bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan pengayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memmerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini
tergantung pada apa yang diperankan.12
Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar memecahkan
masalah pribadi, ddengan sosial yang anggotanya teman-temannya sendiri.
Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses
kelompok sosial.
Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa
mampu memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Termasuk
permainan pendidikan yang dapat dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap,
tingkahlaku, dan nilai dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan
cara berfikir.13
b. Tujuan Penggunaan Bermain Peran
Tujuan dari penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut :
1) Untuk motivasi siswa,
2) Untuk menarik minat dan perhatian siswa,
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi
dimana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat dan permasalahan
dalam lingkungan kehidupan sosial anak,
4) Menarik siswa untuk bertanya
5) Mengembangkan kemampuan komunikasi siswa,
6) Melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata,
11
http://forumgurunusantara.blogspot.com/2012/02/laporan-penelitian-tindkan-kelas.html 12
Iwan Purwanto. 2014. Pembelajaran Ilmu Penggetahuan Sosial. Jakarta. hal. 103 13
Ibid
12
c. Langkah-langkah dalam persiapan bermain peran
Agar proses pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
bermain peran tidak mengalami kaku, maka perlu adalnya langkah-langkah
yang harus kita pahami terlebih dahulu adalah sebagai berikut :14
1) Identifikasi masalah dengan cara memotivasi para peserta didik,
2) Memilih tema,
3) Menyusun skenario pembelajaran,
4) Pemeranan,
5) Tahapan diskusi dan evaluasi,
6) Melakukan pemeranan ulang, melakukan diskusi dan evaluasi tahap 2,
7) Membagi pengalaman dan menarik generasi.
d. Karakteristik Metode Bermain Peran (Role Playing)
Dalam pembaharuan pendidikan ada 3 hal yang perlu di soroti yaitu
pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektifitas
metode pembelajaran. Peningkatan kualitas ini menuntut guru untuk
mengembangkan tatanan dan mengoptimalkan pembelajaran agar siswa juga
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Upaya peningkatan hasil belajar
siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
hasil belajar adalah metode pembelajaran. Melalui metode pembelajaran role
palying siswa mencoba mengekspresikan hubungan antara manusia dengan
cara memperagakannya, bekerja sama, mendiskusikannya sehingga bersama-
sama dapat mengekplorasi perasaan, sikap, nilai dan strategi pemecahan
masalahnya.
Pada metode role playing ini, proses pembelajaran ditekankan pada
keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah
yang secara nyata dihadapi, baik guru maupun siswa. Kedua istilah ini (role
playing dan bermain peran), kadang-kadang juga disebut metode dramatisasi.
Hanya bedanya, kedua metode tersebut tidak disiapkan terlebih dahulu
naskahnya.
14
Ibid
13
Menurut Alhafidzh (2010:1)15
, metode role playing memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran, dan dapat digunakan apabila: Pelajaran
dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan
seseorang.
Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial
dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan.
Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan.
Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga
diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah
mereka terjun dalam masyarakat kelak.
Dapat menghilangkan malu, dimana bagi siswa yang tadinya mempunyai
sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat
dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa
sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak,
terutama yag berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Peran (Role Playing)
Sebagaimana dengan metode-metode pembelajaran yang lain, metode
role playing memiliki kelebihan dan kelemahan, karena secara prinsip tidak
ada satupun metode pembelajaran yang sempurna. Semua metode
pembelajaran saling melengkapi satu sama lain. Penggunaannya di dalam
proses pembelajaran dapat dikolaborasikan, bergantung dari karakteristik
materi pokok pelajaran yang diajarkan kepada siswa.
Kelebihan maupun kelemahan metode role playing sebagaimana dijelaskan
Makhrufi (2009:3)16
adalah:
a) Kelebihan
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
15
Desitta.blogspot.co.id/2012/04/metode-pembelajaran-role-playing.html 16
Ibid.
14
Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling
untuk dilupakan.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias.
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa
serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial
yang tinggi.
4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan
dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya
dengan penghayatan siswa sendiri.
5. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa,
dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan
kerja.
b) Kelemahan
Menurut Wahab (2007:109)17
kelemahan metote role playing antara
lain:
1. Jika siswa tidak dipersiapkan secara baik ada kemungkinan tidak
akan melakukan secara sunguguh-sungguh.
2. Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika
suasana kelas tidak mendukung.
3. Bermain peran tidak selamanya menuju arah yang diharapkan
seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan
berlawanan dengan apa yang diharapkan.
4. Siswa sering mengalami kesulitas untuk memerankan peran secara
baik, khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi
dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang
diperankannya.
5. Bermain membutuhkan waktu yang banyak/lama.
6. Untuk lancarnya bermain peran, diperlukan kelompok yang
17
Ibid.
15
sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal hingga bekerjasama
dengan baik.
f. Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran IPS dan Sekolah
Pengunaan metode bermain peran tidak terlepas dari kegiatan tanya jawab
dan evaluasi. Pembelajaran IPS dengan mengunakan bermain peran siswa akan
menentukan bahwa dengan pemeranan para pemain dan pengamat memiliki
kesempatan untuk merefleksikan apa yang sedang terjadi.
Bermain peran dapat digunakan untuk melatih para siswa mengekspresikan
masalah-masalah hubungan manusia, serta untuk mengilustrasikan bagaimana
bermain peran bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan
mengembangkan kemampuan perasaan, sikap dan nilai.
3. Hasil Belajar Siswa
a. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa tetelah
melalui belajar. Belajar itu sendiri adala suatu proses dalam diri seseorang yang
berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif
menetap.18
Hasil belajar sangat berguna baik bagi siswa maupun bagi guru pengelola
pendidian. Hasil belajar dapat disumbangkan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dengan cara : 1. Menjelaskan hasil belajar yang dimaksud; 2. Melengkapi
tujuan pendek untuk waktu yang akan datang; 3. Memberikan umpan balik
terhadap kemajuan belajar; 4. Pemberian informasi tentang kesulitan belajar,
sehingga dapat dipergunakan untuk memilih pengalaman belajar yang akan
datang.19
Belajar menurut Morgan yang dikutif Ngalim Purwanto adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.20
18
Masitoh dan laksmi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam. h. 4 19
Ibid 20
M. Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bndung: PT REMAJA
ROSDAKARYA. h. 84
16
Dari dua definisi di atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi pada anak didik (pembelajar) baik secara fisik ataupun
psikis yang mengarah kepada suatu tingkah laku yang positif, yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik faktor inten ataupun faktor ekstern. Hasil belajar yang
diharapkan yaitu adanya perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor,
serta dibuktikan dalam bentuk perilaku yang merupakan pembiasaan suri tauladan
serta kesalehan sosial.
b. Manifestasi Perilaku Hasil Belajar
Hasil Belajar yang ditunjukan dalam perilaku dapat berbentuk : a) kebiasaan.
b) Keterampilan. c) Pengamatan. d) Berfikir Asosiatif. e) Berfikir Rasional dan
Kritis. f) Sikap. g) Inhibisi. h) Apresiasi. dan i) Tingkah laku afektif. Adapun
uraian untuk asfek yang telah dikemukakan di atas adala sebagai berikut :21
a. Kebiasaan
Kebiasaan adalah suatu cara bertindak yang telah dikuasai, bersifat persistent
(tahan uji), seragam, dan hampir-hampir otomatis. Di samping itu, pelakunya
hampir-hampir tiak menyadarinya. Karenanya, orang yang melakukan suatu
kebiasaan masih dapat memusatkan pikirannya terhadap persoalan lain.
b. Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan
otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis,
mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun
keterampian itu memerlukan koordinasi gerak yang teiti dan kesadaran yang
tinggi. Siswa yang melaukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran
yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.
c. Pengamatan
Pengamatan artinya proses penerimaan, manafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan teinga. Berkat
pengalaman belajar seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar
21
Muhiibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan. Bndung: PT REMAJA ROSDAKARYA. h.
118
17
objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan
mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula.
d. Berfikir Asosiatif
Secara sederhana, berfikir asosiatif adalah berfikir secara mengasosiasikan
sesuatu dengan yang lainnya. Berfikir asosiatif itu merupaan proses pembentukan
hubunan antara rangsangan dengan respon. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa
kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat
dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil
belajar.
e. Berfikir Rasional dan Kritis
Belajar dimanifestasikan dalam berfikir rasional. Dalam belajar, seseorang
bekerja dengan prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian dasar yang menuntut
abstraksi tingkat tinggi. Dengan berfikir rasional, pelajar berusaha memperoleh
jawaban terhadap pertanyaan bagaimana (how) dan mengapa (why). Dalam
pelajaran-pelajaran seperti ilmu pasti, sejarah, ilmu pengetahuan alam atau
psikologi pelajar dididik untuk mempertimbangkan hubungan sebab-akibat,
menguraikan masalah dan situasi, mencari implikasi, dan menarik kesimpulan.
f. Sikap
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu.
Perbuatan belajar yang telah dilakukan oleh pelajar akan memperlihatkan
kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah terhadap suatu objek, tata
nilai, peristiwa, dan sebagainya.
g. Inhibisi
Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respons
tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung. Pelajar yang
telah melakukan perbuatan belajar mestinya memiliki kesanggupan untuk
mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau
melakukan tindakan lain yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan
lingkungannya.
h. Apresiasi
18
Apresiasi berarti suatu pertimbangan (judgment) mengenai arti penting atau
nilai. Dalam penerapannya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau
penlaian terhadap benda-benda baik abstrak maupn kongkrit yang memiliki nilai
luhur.
i. Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman
perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was,
dan sebagainya. Tingkah laku sepertii inii tidak terlepas dari pengaruh
pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan
perilaku belajar.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal guru harus melakukan langkah-
langkah yang tepat dan cermat dalam menghadapi situasi dan kondisi
pembelajaran. Oleh karenanya, guru harus profesional. Keprofesionalan guru
tersebut tentunya akan memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa.
Guru diharapkan memiliki persyaratan profesional sebagai berikut :
a. Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani yang berarti guru harus
memiliki badan yang sehat tidak memiliki penyakit menular.
b. Persyaratan psychis, yaitu sehat rohani yang tidak gangguan jiwa.
c. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap
profesi terhadap kependidikan.
d. Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki
sikap susila yang tinggi.
e. Persyataran intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan
tinggi yang diperoleh dalam lembaga pendidikan .
Tugas guru melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu itu memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian anak sebagai pemegang amanah
yang dilimpahkan oleh orang tua anak dan sebagai salah satu pelaksanaan
Pendidikan Islam, guru madrasah tidak hanya bertugas memberi pendidikan
ilmiah melainkan merupakan kelanjutan dan sejalan dengan tugas orang tua, yaitu
merupakan pendidikan muslim pada umumnya yaitu memberikan pengetahuan
yang berwawasan keimanan, ketakwaan dan berahlakul karimah.
19
Guru Madrasah selain sebagai pemegang amanat orang tua dan sebagai salah
satu pelaksanaan Pendidikan Islam. Tugas guru madrasah selain harus sejalan
dengan tugas yang juga merupakan pendidik muslim.
Guru yang menjadikan dirinya sebagai pendidik propesional memiliki tugas
dan tanggung jawab untuk menyandang suatu pekerjaan dan jabatan tersebut
berdasarkan prinsip.22
Sebagai beriut :
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan.
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentuakan sesuai dengan pretasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
c. Indikator Hasil Belajar Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa ditunjukan hasil pembelajaran yang
merupakan indikator pada penelitian ini yaitu dengan mengklasifikasikan tipe
hasil belajar siswa menjadi 3 (tiga) aspek: yaitu kognitif (pengusaha intelektual),
Afektif (Berhubungan dengan sikap dan nilai), Psikomotorik (kemampuan,
keterampilan, bertindak, berprilaku).
a. Kognitif, meliputi :
1) Pengetahuan
Indikator ini mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat materi
yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai kepada teori-teori yang sukar,
ini diperlukan untuk menyimpan informasi yang cepat. Pengetahuan merupakan
hasil belajar yang sangat rendah ditingkatnya.
2) Pemahaman
Pemahaman merupakan proses atau cara perbuatan untuk memahami segala
sesuatu yang kita pelajari.23
kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau
22
Sudarman Damin. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. h. 109.
20
bahan yang dipelajari. Ada 3 (tiga) pemahaman yang berlaku secara umum, yaitu :
Pertama, Penerjemahan, yaitu kesanggupan memahami makna yang terkandung
dalam suatu objek. Kedua, Penafsiran, misalnya menghubungkan dua konsep
yang berbeda. Ketiga, Ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang
tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan.
3) Penerapan
Penerapan adalah proses a menerapkan,24
atau mengabstrasikan suatu konsep,
ide, rumusan hukum dalam situasi yang baru. Misalnya memecahkan persoalan
dengan menggunakan rumusan tertentu.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu materi atau bahan
kedalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami
hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan
aturannya dapat lebih dimengerti.
5) Sintesis
Sintesis merupakan tipe hasil belajar dalam bentuk kegiatan menghubungkan
potongan-potongan, bagian-bagian, unsur-unsur dan sebaginya serta
menyusunnya sehingga terbentuknya suatu pola atau struktur yang baru. Dalam
berfikir sintesis ini diperlukan kemampuan untuk hapalan, pemahaman, aplikasi
dan analisis, sehingga pengetahuan anak bersifat kritis.
6) Evaluasi
Merupakan kemampuan untuk mengkaji nilai atau harga dari sesuatu seperti
pernyataan, ceritra, novel, puisi dan laporan penelitian untuk suatu tujuan
(Hardjanto, 61) tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi dan terkandung
semua tipe hasil belajar yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan
sintesis.
23
Pusat bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (jakarta: Balai Pustaka, 2007,cet.4 hal.810. 24
Ibid. h.1180.
21
b. Afektif
1) Penerimaan
Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan
memberikan respons terhadap situasi yang tepat, penerimaan merupakan tingkat
hasil belajar terendah dalam domain afektif.
2) Pemberian respons
Satu tingkat di atas penerimaan dalam hal ini siswa menjadi tersangkut secara
aktif, menjadi peserta dan tertarik.
3) Penilaian
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak
menghiraukan.
4) Pengorganisasian
Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang membuat
lebih konsisten dapat menyimpulkan konflik-konflik internal dan membentuk
suatu sistem nilai internal, mengacu tingkah laku yang tercermin dalam suatu
filsafat hidup.
5) Karakteristik
Mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat
berkembang dengan teratur sehingga tingkah laku menjadi konsisten dan lebih
mudah diperkirakan. Tujuan dalam katagori ini bisa ada hubungannya dengan
ketentuan pribadi, sosial dan emosi siswa.
c. Psikomotor
1) Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan mulai memberi respons serupa
dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf.
Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2) Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada
22
tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya
meniru tingkah laku.
3) Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Respons-respons terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai
pada tingkat minimum.
4) Artikulasi
Menekankan kordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang
tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-
gerakan yang berbeda.
5) Pengalamiahan
Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan
energi fisik maupun psikis gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan
merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita
bedakan menjadi 3 macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal, faktor
pendekatan belajar. Faktor-fakrtor tersenbut dalam banyak hall sering saling
berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini seorang guru yang
kompeten dan profesional diharapkan bisa mengatasi faktor yang menghambat
proses belajar mereka.25
Dengan demikian, hasil belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu
pengetahuan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
tersebut, penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa untuk mencapai
hasil belajar yang se-optimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-
masing.
25
Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
h. 132
23
a. Faktor Internal
1) Faktor Kematangan
Kematangan ialah tingkat perkembangan dimana organ-organ individu sudah
berfungsi. Dalam proses belajar faktor kematangan ini sangat menentukan. Oleh
karena itu setiap usaha belajar akan lebih berhasil bila dilakukan bersamaan
dengan tingkat kematangan individu, sebab kematangan ini erat sekali
hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak pada diri manusia,
kematangan ini dilihat pada saat berfungsinya organ tubuh sebagaimana mestinya,
artinya jika kemampuan mental sudah dapat berfungsi dengan baik, maka
kematangan sudah tercapai atau sudah siap.
2) Faktor Kecerdasan
Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat
lambatnya atau terpecahkan tidaknya suatu permasalahan. Intelegensi siswa
sangat membantu terhadap pengajar untuk menentukan apakah siswa mampu
mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk menentukan keberhasilan siswa
yang telah mengikuti pelajaran, meskipun tidak akan terlepas dari faktor yang
lainnya.
Kemampuan intelegensi merupakan potensi dasar bagi pencapaian hasil
belajar yang dibawa sejak lahir. Adapun intelegensi bisa dibagi kedalam tiga
aspek kemampuan, yaitu : 1) Direction, artinya kemampuan untuk memusatkan
kepada suatu masalah yang harus dipecahkan. 2) Adaptation, yaitu kemampuan
untuk mengadakan adaptasi terhadap suatu masalah yang dihadapinya atau
fleksibel.. 3) Criticisn, artinya kemampuan untuk mengadakan kritik, baik
terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri.
3) Faktor Latihan
Latihan adalah mengulang-ulang suatu kegiatan, sehingga kecakapan,
pengetahuan, keterampilan akan dikuasainya secara mendalam dan akan
menghasilkan hasil belajar yang memuaskan, pengetahuan, kecakapan,
pengalaman dan yang lainnya yang telah dimiliki, tanpa latihan akan berkurang
atau bisa hilang dan tidak bermanfaat.
24
4) Faktor Motivasi
Faktor motivasi merupakan faktor yang sangat penting, sehingga dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar, di dalam proses belajar mengajar, motivasi
ini berfungsi sebagai penuntun anak untuk belajar. Guru sebagai pengajar
mempunyai peranan penting dalam proses menumbuhkan motivasi belajar.
Motivasi adalah hal yang penting bagi proses belajar. Karena motivasi
menggerakan orgasme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang
dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.
Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di
dalam menentukan tujuan dan untuk mencapainya perlu berbuat atau bertindak,
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak atau pendorongnya. Dalam proses belajar mengajar haruslah
diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak mendapat proses pendidikan,
sehingga pengaruh pendidikan keluarga terhadap perkembangan anak sangat besar
sekali, karena waktu atau peluang untuk bergaul di rumah lebih banyak
dibandingkan dengan lingkungan lain. Suasana dalam keluarga yang
mempengaruhi keberhasilan belajar anak adalah berupa cara orang tua mendidik,
hubungan orang tua dengan anak serta anggota keluarga yang lain, ekonomi dan
sebagainya. Termasuk dalam keluarga, ada tidaknya fasilitas yang diperlukan
dalam belajar turut memegang peranan penting pula.
Suasana rumah dapat mempengaruhi hasil belajar anak, karena rumah
merupakan tempat belajar anak yang paling banyak mempengaruhi terhadap hasil
belajarnya. Untuk itu agar anak dapat belajar dengan baik, perlulah diciptakan
suasana rumah yang tenang, tentram, Serta masih banyak faktor dari dalam
keluarga, yang akan mempengaruhi terhadap proses belajar anak juga terhadap
hasil atau prestasi anak itu sendiri.
25
2) Faktor Sekolah
Faktor Sekolah yang mempengaruhi belajar siswa sangat banyak, seperti
metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswanya, disiplin sekolah,
media pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung atau sarana dan sebagainya.
Semuanya berkaitan dengan sekolah dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, serta membantu terhadap kelancaran proses belajar mengajar, yang
akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Misalnya metode mengajar, guru sebagai tenaga pengajar memiliki peranan
penting dalam menggunakan metode mengajar. Oleh sebab itu seorang guru
dituntut untuk terampil dan berpengalaman dalam mengembangkan metode
mengajar tersebut. Metode mengajar adalah cara yang diperlukan guru dalam
mengadakan hubungan interaksi dengan siswa pada saat berlangsungnya proses
belajar mengajar.
3) Faktor Masyarakat
Masyarakat adalah tempat atau lingkunan serta orang-orang yang hidup di
sekitar kita setelah keluarga. Jadi masyarakat merupakan satu kesatuan sosial
yang mempunyai ikatan dan norma-norma, serta saling ketergantungan antara satu
individu dengan individu lainnya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan pembelajaran
Kooperatif dan Pkn antara lain adalahsebagai berikut.
1. Anang Prasetyo mengatakan bahwa metode role playing menjadikan
siswa ikut aktif terlibat dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak
didominasi guru.26
2. Menurut Arifin model pembelajaran role playing merupakan salah satu
alternatif yang ayak dikembangkan untuk mengatasi masalah rendahnya mutu
proses dan hasil pembelajaran di jenajng sekolah dasar.27
26
Anang Prasetyo, Metode role playing untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas
IV SLPTnegeri 1driyorejo Gersik, ( Buletin Pelangi Pendidikan, Vol 4, no.2, 2001) 27
Arifin, Pengaruh Penerapan Model Pembeelajaran Role Playing terhadap aktifitas guru
dan hasil belajar murid, (Majalah Ilmuah Ukhuwah, vol 1, No.4, 2006)
26
3. Lelawati dalam penelitiannya mengatakan upaya untuk meningkatkan
aktifitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif bermain peran (Role Playing) mengalami peningkatan pada setiap
siklus dalam penelitian. 28
4. Menurut Nurhatim setelah diterapkan metode Role Playing, aspek
kebahasaan pada kemampuan berbicara siswa mengaalami peningkatan. Hal ini
terbukti dengan adanya peningkatan yang sangat signifikan mulai tahap
pembelajaran, siklus I, sampai dengan siklus II. Dalam aspek non-kebahasaan
juga mengalami peningkatan yang baik.29
C. Hipotesis Tindakan
Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap Hasil belajar siswa
melalui penerapan Pembelajaran Metode bermain peran dalam pelajaran IPS di
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Cipayung Bogor.
28
Lelawati, Upaya Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar IPS Terpatu melalui Model
Bermain Peran (Role Palying), (http://digilib.unila.ac.id/173, 2013) 29
Nurhatim, Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Kemampuan
Menceritakan Isi Cerpen, http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/298,
(23-6-2009)
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MI Miftahul Huda, Jl. Megamendung No.63
Cipayung Girang Bogor. memilih madrasah ini untuk melaksanakan penelitian
dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang masih rendah, termasuk pada
Pelajaran IPS yang berkaitan dengan sub materi tentang Pahlawan yang ada di
Indonesia yang dilakukan oleh peneliti pada waktu observasi awal pelaksanaan
praktek mengajar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di kelas IV MI Miftahul Huda pada semester
ganjil tahun pelajaran 2015-2016 pada bulan September s.d. bulan Nopember
2015, dengan mengambil sub materi tentang Pahlawan yang ada di Indonesia.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
1. Metode Penelitian
Peneliti awal melakukan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan
serta malakukan perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan, yaitu untuk
memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa yang masih rendah dalam
pemahaman tentang Pahlawan yang ada di Indonesia dengan menggunakan
metode bermain peran.
Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang
paling efesien.27
Dalam PTK guru secara kontinyu dapat menganalisis terhadap
apa yang telah dilakukan di kelas. Dalam hal ini dengan melakukan PTK,
pendidik dapat memperbaiki sekaligus berinovasi terhadap proses pembelajaran
sehingga lebih efektif dan efisien. Hal tersebut nantinya, tidak hanya akan
27
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Muda, (Bandung:
Alfabeta, 2013) hal. 52
27
28
meningkatkan profesionalisme guru semata, akan tetapi juga berimbas pada
peningkatan motivasi belajar para siswa.
2. Rancangan dan Penelitian
Rancangan siklus penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart.28
meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas (MPTK) Menurut Stephen Kemmis
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas dengan empat tahap tindakan. Apabila belum ada perubahan pada
siswa, maka dilakukan siklus selanjutnya hingga mencapai hasil yang diinginkan.
28
Zainal Aqib. dkk, Penelitian Tindakan kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK, (Bandung:
YRAMA WINDA, 2014), cetakan 5. hal. 16
Rencana awal
Tindakan
Observasi
Refleksi
Rencana Yang
Direvisi
Refleksi
Tindakan
Observasi
29
Adapun model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan
menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart.29
yang terdiri dari empat
komponen, yaitu :
a. Perencanaan (planning)
Kegiatan Perencanaan (Planning) adalah langkah awal dalam melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Langkah ini menjadi landasan bagi langkah-
langkah berikutnya, yaiyu pelaksanaan, obsevasi dan refleksi. Meskipun,
pelaksanaan tindakan memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran,
namun tindakan tersebut tidaklah berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kegiatan perencanaan. Dengan perencanaan yang baik,
guru pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong
guru untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, guru
sebagai peneliti harus berkolaborasi (bekerja sama) dan berdiskusi dengan sejawat
untuk membangun kriteria dan kesamaan bahasa dan persepsi dalam merancang
tindakan perbaikan.
b. Tindakan (acting)
Guru melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan tahapan sebagai berikut :
Tindakan yaitu penerapan dari tahap perencanaan yang telah disimulasi dan
direvisi. Pada Siklus I, diawali dengan mengkondisikan kelas. Pertama-tama
mengadakan tanya-jawab sebagai apersepsi sebagai penajajakan pemahaman awal
siswa. Tahap selanjutnya, siswa diberikan informasi singkat tentang materi dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Adapun kegiatan selanjutnya guru
merumuskan masalah yang telah ditemukan.
c. Observasi (observing)
Observasi aitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes sehingga
diketahui hasilnya. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan
di lakukan oleh observer pada guru yang sedang melakukan pembelajaran.dan
29
Krisyanto, Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 2011, (http://krizi.wordpress.com/tag/ptk/).
30
guru melakukan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Atas dasar hasil tes
tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
d. Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini data-data yang diperoleh dari tiap siklus dikumpulkan untuk
selanjutnya dianalisis kemudian diadakan refleksi terhadap hasil analisis sehingga
dapat diketahui ada tidaknya peningkatan motivasi belajar sebelum tindakan dan
sesudah tindakan. Hasil pengamatan inilah yang nantinya digunakan sebagai
bahan pertimbangan pelaksanaan siklus berikutnya. Secara Desain Intervensi
tindakan tiap siklus adalah sebagai berikut:
Adapun uraian tentang Desain Intervensi tindakan adalah sebagai berikut :
a. Siklus I
1) Perencanaan
(a) Menyusun dan menelaah materi dan sumber belajar yang sesuai
dengan konsep pembelajaran.
(b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
acuan pelaksanaan proses pembelajaran dengan berdasar kurikulum
yang berlaku saat ini/KTSP.
(c) Penyusunan RPP ini juga disesuaikan dengan langkah-langkah
pada model pembelajaran yang diterapkan, dalam hal ini model
pembelajaran bermain peran antara lain :
Guru menyusun/menyiapan skenario yang akan di tampilkan
Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam
waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
Guru meembentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
Memberikan penjelasan tentang kompetnsi yang akan dicapai
Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakukan
skenario yang sudah dipersiapkan.
Masing-masing siswa berada dikelompoknya sambil
mengamati yang sedang diperagakan
31
Setelah selesai masing –masing siswa diberikan lembar kerja
untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing
masing kkelompok
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
Guru memberikan kesimpulan secara umum
Evaluasi
2) Pelaksanaan Tindakan
(a) Melaksanakan pembelajaran di kelas sebagai kelas yang sudah
ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran
bermain peran yang diterapkan berdasarkan RPP yang telah dibuat
peneliti.
(b) Peneliti dalam hal ini bekerjasama dengan mitra membagi tugas
sesuai dengan skenario pembelajaran.
(c) Memberikan angket motivasi belajar kepada siswa tentang
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran bermain peran.
3) Pengamatan / Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai hasil
belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan bantuan guru mitra
ataupun rekan peneliti lain yang bertindak sebagai observer.
4) Refleksi
Data yang diperoleh pada siklus I dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis
kemudian diadakan refleksi terhadap hasil analisis sehingga dapat diketahui
apakah permasalahan yang dihadapi sudah mampu terpecahkan, yaitu terjadinya
peningkatan hasil belajar siswa setelah adanya tindakan.pada tahap ini perlu juga
dilakukan perenungan terhadap prencanaan lanjutan pada tahap siklus selanjutnya.
Seandainya pada refleksi siklus I kegiatan belajar masih belum sesuai dengan apa
yang diharapkan maka dilanjutkan dengan siklus ke II.
32
b. Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan tindakan pada siklus II ini dilakukan berasarkan hasil
refleksi tindakan siklus I. perencanaan tindakan pada siklus II merupakan hasil
perbaikan dari pelaksanaan tindakan pada siklus I. adapun kegiatan perencanaan
tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
(a) Membuat skenario pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada metode
bermain peran
(b) Menyiapkan fasilitas pembelajaran berupa media, alat dan fasilitas yang
lain.
(c) Menyusun instrument penelitian untuk melaksanakan monitoring
pelaksanaan pembelajaran (lembar observasi) berupa lembar
pengamatan aktivitas belajar siswa.
(d) Menentukan teknis pelaksanaan penelitian.
(e) Menyiapkan kegiatan refleksi.
(f) Pembelajaran diakhiri dengan pengambilan kesimpulan mengenai topik
pembelajaran, dilanjutkan dengan evaluasi dan pemberian angket
motivasi siswa.
2) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada tahap ini langkah-langkahnya berpedoman pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang yang dibuat dan diseting oleh peneliti
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru dan mitra memfasilitatori
dan melakukan observasi terhadap keaktifan siswa, melalui lembar pengamatan
yang tersedia. Pada akhir siklus II siswa diberi angket untuk memperoleh data
hasil belajar siswa pada pelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain
peran.
3) Observasi
Observer melakukan tindakan yang sama pada tiap siklus, demikian halnya
pada siklus II ini, pelaksanaannya adalah melakukan pengamatan sambil
33
mengerjakan lembar observasi, mencatat kegiatan pembelajaran dan
menginterpretasi data yang diperoleh, selanjutnya mengumpulkannya untuk
direfleksi pada tahapan berikutnya.
4) Refleksi
Data yang diperoleh dalam tahap observasi siklus II dikumpulkan dan
dilakukan analisis serta pengambilan kesimpulan apakah masih ada permasalahan
atau tidak dalam siklus II atau telah terselesaikan, sehingga tidak perlu diadakan
rencana tindakan pada siklus berikutnya.
C. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester ganjil tahun
pelajaran 2015/2016, jumlah siswa dalam kelas tersebut sebanyak 20 siswa, yang
terdiri dari 10 putra dan 10 putri. Peneliti menggunakan dua siklus yaitu siklus I,
dan II. Pelaksanaan tindakan kelas ini dibantu oleh observer dalam memonitor
objek penelitian yang dilakukan peneliti .
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
1. Peran Peneliti
Dalam penelitian ini peran yang di ambil peneliti adalah sebagai pelaksana
dan perencana penelitian ini termasuk pengamatan terhadap proses kegiatan
pembelajaran IPS di kelas IV yang menggunakan metode bermain peran di
MI Miftahul Huda Cipayung Bogor, yang kemudian membuat perencanaan
tindakan.
2. Posisi Peneliti
Posisi peneliti sebagai peneliti yang aktif ikut terjun langsung dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung dan berusaha mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya sesuai fokus penelitian untuk di jadikan sebuah bahan
peneliti. Zainal Aqib menyebutkan. Guru menemukan solusi dari masalah yang
timbul di kelasnya sendiri, bukan dari kelas orang lain, yaitu dengan menerapkan
berbagai ragam teori dan tehnik pembelajaran yang relevan secara kreatif.30
30
Zainal Aqib. dkk, Penelitian Tindakan kelas Untuk Guru SMP, SMA, dan SMK, (Bandung:
YRAMA WINDA, 2014), cetakan 4. hal. 3
34
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Berikut ini adalah gambaran umum mengenai rencana dan prosedur
penelitian yang akan dilaksanakan dalam keseluruhan penelitian tindakan kelas.
Adapun rencana dan langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini dapat
digambarkan secara sederhana dalam bentuk table sebagai berikut.
Tabel 3.1
Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I Perencanaan :
Identifikasi masalah
dan penetapan
alternatif pemecahan
masalah
Merencanakan pembelajaran yang
akan diterapkan dalam PBM
Menentukan pokok bahasan
Mengembangkan skenario
pembelajaran
Menyusun lembar angket skala sikap
Menyiapkan media dan sumber belajar
Mengembangkan format evaluasi
Mengembangkan format observasi
prabelajaran
Tindakan Menerapkan tindakan yang mengacu
pada skenario pembelajaran
Pengamatan Melakukan observasi dengan
menggunakan format observasi
Menilai hasil tindakan dengan meng-
gunakan format angket skala sikap
Refleksi Melakukan evaluasi tindakan yang
telah dilakukan yang meliputi evaluasi
mutu, jumlah dan waktu dari setiap
macam tindakan
Melakukan pertemuan untuk
membahas evaluasi tentang skenario,
angket, dan lain-lain
Memperbaiki pelaksanaan tindakan
sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan
pada siklus berikutnya
Evaluasi tindakan I
Siklus II Perencanaan : Identifikasi masalah dan penetapan
alternatif pemecahan masalah
Pengembangan program tindakan II
Tindakan Pelaksanaan program tindakan II
Pengamatan Pengumpulan data tindakan II
Refleksi Evaluasi tindakan II
35
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan siswa dalam
mata pelajaran IPS bisa mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 65, dengan
menggunakan metode bermain peran bisa meningkatkan prestasi belajar dalam
mencapai tujuan dari hasil yang dicapai anak.
Bila semua siswa mendapatkan nilai rata-rata keselurahan hanya 70%, maka
perlu dilakukan refleksi ulang untuk melakukan tindakan selanjutnya, yaitu
dengan mengobservasi kembali penelitian yang dilakukan. Hal ini bisa
dilaksankan berulang-ulang sampai target yang ditentukan nilai siswa tercapai
atau sampai titik jenuh siswa. Penentuan keberhasilan menulis pun disesuaikan
dengan instrument-instrument yang telah ditentukan.
G. Data dan Sumber Data
1) Data Penelitian
Pada data penelitian ini terdapat data yang diperoleh yaitu nilai siswa yang
mencakup kognitif dalam aktifitas siswa ketika proses pembelajaran yang
berlangsung melalui lembar observasi di lapangan.
2) Sumber Data
Sumber data penelitian ini pun didapatkan dari peneliti sendiri yang
melaksanakan penelitian secara langsung dan siswa kelas IV MI Miftahul Huda
Cipayung Bogor yang dijadikan sumber penelitian.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Peneliti melakukan penelitian ini dengan tekhik:
1. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.31
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah lembar observasi siswa. Dalam kegiatan observasi ini
untuk mengetahui kekurangan setiap tahapan-tahapan tindakan pembelajaran IPS
dalam materi Pahlawan yang ada di Indonesia dengan menggunakan metode
bermain peran.
31
Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatiif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2009), hal. 226.
36
Tabel 3.2 Pedoman Observasi Siswa
Tahapan Aktifitas yang diamati Ya Tidak
Persiapan Membentuk kelompok
Pelaksanaan Mendengarkan penjelasan
Melaksanakan Kerja Kelompok
Memperhatikan Jalannya
Pembelajaran
Penutupan Mendiskusikan Hasil Belajar Mempersentasikan Hasil Belajar
2. Wawancara
Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data. Apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.32
terhadap penelitian
ini dilakukan wawancara terhadap siswa pada akhir siklus, untuk mengetahui
kesulitan dan kendala dalam proses pembelajaran IPS dengan menerapkan metode
bermain peran berupaya untuk memperbaiki pembelajaran.
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara
No. Indikator /Pertanyaan Alternatif
S K TP
1. Apakah kamu membaca buku pelajaran yang
berkaitan dengan materi IPS?
2. Apakah kamu antusias untuk belajar mandiri
mengerjakan tugas-tugas pelajaran di rumah ?
3. Apakah kamu memiliki dorongan belajar
melalui dorongan orang lain?
4. Apakah kamu bertanya kepada guru tentang
materi yang kurang dipahami?
5. Apakah kamu selalu menggunakan media
pembelajaran?
6. Apakah kamu merasa rugi bila tidak mengikuti
pelajaran IPS?
7. Apakah kamu mau bekerjasama dan belajar
dengan teman dalam satu kelompok?
32
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatiif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2009), hal. 137.
37
8. Apakah kamu memahami langkah-langkah
pembelajaran IPS dengan menggunakan model
pembelajaran Bermain Peran?
9. Apakah model pembelajaran Bermain Peran
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?
10.
Bermain Peran mudah memahami materi
pembelajaran IPS dengan menggunakan model
pembelajaran Bermain Peran?
Ket.
S. Selalu
K. Kadang-kadang
TP. Tidak Pernah
3. Tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistemati atau objektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat atau suatu percobaan
tentang hasil pelajaran seorang murid atau kelompok murid .33
I. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data disini adalah tehnik pengumpulan data mana yang
paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliabel. Setiap
tehnik pengumpulan data yang dicantumkan harus ada datanya.34
Tehnik
pengumpulan data yang digunakan adalah :
1) Data tentang aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung diambil dengan
cara observasi menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan.
2) Data tentang respon siswa terhadap pembelajaran IPS pada materi Pahlawan
yang ada di Indonesia diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap
beberapa siswa dari seluruh siswa yang ada.
33
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009),
Cet. 10, hal. 32. 34
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Muda, (Bandung:
Alfabeta, 2013) hal. 11
38
3) Data tentang hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes kepada
siswa pada setiap akhir siklus dengan cara angket.
J. Tehnik Pemeriksaan Kepercayaan
Dalam menetapkan pemeriksaan kepercayaan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa tehnik :
1) Mengetahui sumber data yang sesuai dengan menggunakan cara berbeda.
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang aktifitas siswa
dilakukan dengan mengobservasi siswa.
2) Mengetahui data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh data yang
sama. Tehnik ini dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa, wawancara
dengan guru, dan melihat hasil observasi guru.
3) Memeriksa kembali data-data yang sudah terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Teknik analisis data penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Analisis
data dalam penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan statistic, menghitung
korelasi, regresi, uji perbedaan, dan analisis jalur. Data yang telah diperoleh harus
diolah dengan menggunakan statistik yang harus dilewati beberapa tahap :
1) Lembar Observasi
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tehnik
persentase untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
Rumus yang digunakan :35
p
Keterangan :
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (Jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
35
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
cet ke-15, h. 43
39
P = Angka Persentase
Kemudian untuk mengelompokan lembar observasi dikatagorikan dalam
klasifikasi sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat kurang baik :36
Tabel 3.4 Interpretasi Observasi Siswa
No Nilai yang diperoleh Kriteria
1 81 – 100 % Sangat Baik
2 61 – 80 % Baik
3 41 – 60 % Cukup
4 21 – 40 % Kurang
5 0 – 20 % Sangat Kurang
a) Uji Normal Gain
Yanti Herlanti mendefinisikan, gain sebagai selisih antara postest dan pretest
yang dapat menunjukan adanya peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep
siswa setelah pembelajaran dilakukan guru.37
Uji ini dilakukan untuk menghindari
hasil kesimpulan yang dapat menimbulkan bias penelitian. Uji normal gain dapat
dilakukan dengan menggunakan Rumus Normal Gain menurut Meitzer, adalah :38
Gain =
Rentang normalitas indek gain memberikan kategori peningkatan hasil belajar
siswa, sebagai berikut :39
Tabel 3.5 Kriteria konsep siswa berdasarkan kriteria Gain
Rentang Indek Gain Kategori Peningkatan
0,8 - 0,1 Sangat Tinggi
0,6 - 0,79 Tinggi
0,4 - 0,59 Sedang
0,2 - 0,39 Rendah
0,0 - 0,19 Sangat Rendah
36
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (bandung:
Alfabeta, 2009), h. 89 37
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta : Jurusan
Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 70 38
Ibid 39
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, .... h. 222
40
Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara
siklus I dan siklus II, harus dilakukan uji-t. rumus yang digunakan untuk
melakukan uji-t adalah sebagai berikut :
√
Dengan :
√( )
( )
Kemudian hasil t-hitung di atas dibandingkan dengan nilai t-tabel pada taraf
signifikansi 5% (ɑ = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) =( ) + ( ). Jika
ttabel < thitung < ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan normal gain
antara siklus I dan siklus II. Jika thirung ≤ ttabel, atau ttabel ≤ thitung, maka dapat
disimpulkan terdapat perbedaan normal gain antara siklus I dan siklus II.
41
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Sejarah singkat berdirinya MI Miftahul Huda
Awal berdirinya seklah ini dengan atas inisiatif dari para tokoh masyarakat di
sekitar untuk bertujuan mendirikan sekolah dasar berlatar islami dengan itu
yayasan mendirikan MI Miftahul Huda Bogor pada tahun 1950 bertempat di
Megamendung No. 63 Rt 02/03 Cipayung girang Kecamatan Megamendung
Kabupaten Bogor, berada di bawah yayasan Miftahul Huda. Jumlah siswa pada
saat itu tidak kurang dari 50 siswa. Pada tahun 1971 diresmikan dan diakui
sebagai madrasah yang bersertifikat pendidikan pada no Akta pendirian madrasah
: 99 /sek /H.8 / B / 1971.
2. Identitas Madrasah
Nama Madrasah : MI Miftahul Huda
Nomor Statistik : 11.12.23.010.392
Alamat : Jalan Megamendung No.63 Rt 02/03/ Cipayung
Girang POBOX 8 Cisarua Bogor Jawa Barat
Kode Pos : 16770
E-mail : [email protected]
Nama Yayasan : Darussalam
No. Akta Pendirian : 99/sek/H.8/B/71
Jenjang Akreditasi : A/2010
Tahun Didikan : 1970
Kepemilikan Tanah : Swasta
Status Tanah : Tanah Wakaf
Luas Tanah : 620 M²
Status Bangunan : Milik Sendiri
Luas Seluruh Bangunan : 550 M²
41
42
Visi :
“MENJADIKAN LULUSAN YANG BERGUNA BAGI
PEMBANGUNAN AGAMA, BANGSA, DAN NEGARA”.
Misi :
a. Memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik.
b. Melahirkan mutu lulusan yang beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah
dan beramal ilmiah.
c. Membantu mutu lulusan yang terampil dan kreatif.
3. Letak Geografis MI Miftahul Huda Bogor
Lokasi MI Miftahul Huda Bogor pada tahun 1950 bertempat di
Megamendung No. 63 Rt 02/03 Cipayung girang Kecamatan Megamendung
Kabupaten Bogor terletak di dataran rendah -6.65 lintang utara dan 106.90 bujur
timur. sekitar 36 km sebelah timur Kabupaten Bagor.
4. Keadaan Sarana Prasarana MI Miftahul Huda Bogor
Sarana dan prasarana fisik bangunan MI Miftahul Huda Bogor cukup
memadai, karena telah memiliki bangunan sebagai berikut: lima bangunan,
delapan lokal ruang belajar, satu lokal ruang kepala, satu lokal ruang guru, satu
lokal ruang TU, satu lokal ruang laboratorium komputer, satu lokal ruang
perpustakaan dll, yang terdiri dari dua kampus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada lampiran
5. Keadaan Siswa MI Miftahul Huda Bogor
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Madrasah dan Kepala TU
mengenai keadaan siswa tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 344 orang yang
terbagi menjadi 11 rombel, yaitu kelas I terdiri dari 2 rombel, kelas II terdiri dari 2
rombel, kelas III terdiri dari 2 rombel, kelas IV terdiri dari 2 rombel, kelas V
terdiri dari 2 rombel, dan kelas VI terdiri dari 1 rombel.
Prestasi yang pernah diraih oleh siswa MI Miftahul Huda Bogor di awali dari
tahun 2006 sampai sekarang, diantaranya adalah: juara pidato, puisi, atletik,
43
volley ball, dll. Untuk lebih jelasnya keadaan siswa dan prestasi yang pernah
diraihnya dapat dilihat pada lampiran
6. Keadaan Guru MI Miftahul Huda Bogor
Jenjang pendidikan tenaga pengajar di MI Miftahul Huda sebagian besar
lulusan S 1 dan jumlahnya cukup memadai. Jumlah tenaga pengajar sebanding
dengan jumlah rombel yang terdiri dari 11 rombel. Adapun jumlah guru-gurunya
adalah 17 orang ditambah Kepala Madrasah, Kepala TU dan 1 orang, dan tenaga
kependidikan 3 orang. Untuk keterangan lebih jelasnya mengenai guru/personil
dan stuktur organigram MI Miftahul Huda Bogor dapat dilihat pada lampiran.
7. Observasi
Aktivitas pembelajaran IPS di kelas IV MI Miftahul Huda telah penulis
lakukan diperoleh beberapa temuan hasil observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang penulis lakukan dengan beberapa pertemuan. Adapun
beberapa temuan yang berhasil penulis catat tentang kegiatan siswa dalam
pembelajaran antara lain pada pertemuan pertama masih banyak siswa yang
belum baik mengikuti kegiatan pembelajaran secara sungguh-sungguh. Hal ini
ditandai oleh sikap siswa yang acuh tak acuh dalam mengikuti pembelajaran.
Di samping itu, sebagian siswa tidak terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran terutama dalam hal partisipasi kerjasama kelompok. Siswa yang
malas lebih banyak mengandalkan temannya yang pandai untuk menyelesaikan
LKS yang diberikan kontribusi bagi kelompoknya justru menjadi sumber
keributan bagi teman/siswa lain. Mengatasi situasi yang berkembang di dalam
pembelajaran di kelas IV penulis melakukan upaya untuk mengatasi siswa yang
aktif dalam memberikan kontribusi terhadap kelompoknya dengan cara
menasehati untuk tidak membuat keributan ataupun kegaduhan.
B. Analisis Data
Seperti telah peneliti kemukakan bahwa masalah yang diteliti dalam
penelitian ini adalah rendahnya tingkat kemampuan siswa, khususnya siswa kelas
44
IV MI Miftahul Huda dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil identifikasi
permasalahan dan refleksi awal, siswa kelas IV MI Miftahul Huda, yang dinilai
sudah mampu berbicara dengan baik dan benar dengan menggunakan pendekatan
bermain peran baru sekitar 7 sampai 9 siswa dari 30 siswa. Data ini masih jauh
dari standar Ketuntasan Minimal, yaitu 75.
Materi pembelajaran bersumber dari standar isi dalam lampiran Peraturan
Mendiknas No. 22/2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dan
Menengah Mata Pelajaran IPS. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Berbicara tersebut yaitu:
a. Mengekspresikan dialog para tokoh dalam bermain peran.
b. Menggunakan pelafalan, intonasi, penjedaan, mimik (ekspresi), dan gerak-
gerik sesuai dengan watak tokoh dalam bermain peran. Masalah rendahnya
tingkat kemampuan berbicara siswa dalam mengekspresikan dialog para
tokoh dalam bermain peran dan menggunakan pelafalan, intonasi,
penjedaan, mimik (ekspresi), dan gerak-gerik sesuai dengan watak tokoh
dalam bermain peran akan dipecahkan dengan menggunakan pendekatan
yang sesuai dengan kaedah bahasa yang baik dan benar, meliputi, antara
lain sebagai berikut:
1) Siswa mampu menghayati watak tokoh yang akan diperankan.
2) Siswa mampu mengekspresikan dialog para tokoh dalam bermain
peran.
3) Siswa mampu menaggapi penampilan dialog para tokoh dalam bermain
peran.
4) Siswa mampu memerankan drama dengan memperhatikan penggunaan
lafal, intonasi, penjedaan, mimik (ekspresi), dan gerak-gerik yang tepat
sesuai dengan watak tokoh.
5) Siswa mampu menanggapi peran yang ditampilkan dalam bermain
peran.
Melalui alur penggunaan pendekatan tersebut, siswa diharapkan dapat
berbicara dengan baik dan benar sesuai pilihan kata yang tepat dan kalimat yang
efektif dalam konteks dan situasi tutur. Artinya, pilihan kata dan struktur kalimat
45
yang digunakan dalam berbicara sangat ditentukan oleh konteks dan situasi tutur
yang telah ditentukan oleh siswa saat bermain peran. Pendekatan ini memberikan
keleluasan kepada siswa untuk memilih dan menentukan kemampuan berbicara
sesuai dengan tokoh drama yang ditampilkan, sedangkan guru memberikan arahan
sebagai pedoman bagi siswa dalam bermain peran.
1. Pelaksanaan Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Rencana tindakan yang dilakukan dalam menggunakan pendekatan
komunikatif untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas IV MI
Miftahul Huda Cipayung Bogor dalam berbicara yang baik dan benar dengan
pilihan kata dan kalimat yang efektif, antara lain sebagai berikut :
1) Guru menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar kemampuan berbicara mata pelajaran IPS seperti yang tercantum
dalam Standar Isi (lampiran Permendiknas No. 22/2006). Dalam silabus
dicantumkan nama sekolah, identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran,
kelas/semester, komponen, aspek, dan standar kompetensi), kompetensi
dasar, materi pokok, kegiatan belajar, indikator penilaian (teknik, bentuk,
dan contoh instrumen), alokasi waktu, dan sumber/media belajar.
2) Guru mengembangkan silabus menjadi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang memuat komponen: nama sekolah, identitas
mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas/semester, komponen, aspek,
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu), tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, penilaian dan pedoman
penilaian.
3) Guru melakukan replanning untuk merencanakan tindakan yang akan
dilakukan pada siklus berikutnya berdasarkan hasil refleksi bersama
kolaborasi.
4) Guru menganalisis data hasil keterampilan siswa dalam bermain peran
dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat.
46
Langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan. Jika penggunaan pendekatan ini dinilai sudah memberikan hasil
yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan, penelitian dinyatakan
selesai dan tinggal melakukan tindakan pemantapan kepada siswa (subjek
penelitian). Namun, jika hasil analisis data belum menunjukkan hasil yang
signifikan, peneliti kembali melakukan refleksi bersama untuk merencanakan
tindakan perbaikan (replanning) yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Pada tahap perencanaan tindakan ini, guru mempersiapkan sarana dan
prasarana yang berkaitan dengan proses tindakan di kelas. Rancangan tindakan
yang akan dilaksanakan dituangkan dalam bentuk Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dalam rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut,
dicantumkan tujuan pembelajaran pokok-pokok kegiatan guru dan siswa, materi
pembelajaran serta butir evaluasi sebagai alat ukur ketercapaian tujuan. Selain itu,
guru juga mempersiapkan alat pembelajaran atau buku penunjang lainnya yang
ada hubungannya dengan materi pembelajaran.
b. Tahap Tindakan
1. Aktivitas Visual
Aktivitas visual yang dilakukan siswa diantaranya adalah mempersiapkan diri
untuk mengikuti pembelajaran terlebih dahulu dengan membaca materi yang akan
dipelajari. Namun aktivitas ini masih kurang maksimal di karnakan terdapat
beberapa siswa yang tidak membaca atau mencermati hal-hal yang berkaitan
dengan materi.
2. Aktivitas mendengarkan
Aktivitas mendengarkan pada pelajaran IPS diantaranya meliputi
mendengarkan dan menyimak tertiap penjelasan yang disampaikan oleh guru,
tetapi masih terdapat siswa yang mengalihkan perhatiannya pada saat guru
memberikan penjelasan. Yang akhirnya pada waktu diskusi dilaksanakan masih
banyak siswa yang tidak aktif mengikutinya.
47
3. Aktivitas Oral
Aktivitas oral diantaranya siswa bertanya tentang materi yang akan di ajarkan
pada saat pembelajaran berlangsung. Namun masih banyak siswa yang tidak
berani memberikan pernyanyataan kepada guru baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam hal ini siswa cenrung malu dan takut untuk memberikan pertanyaanya.
4. Aktivitas Menulis
Pada kegiatan ini keinginan siswa untuk mencatatan materi yang disampaikan
oleh guru sangat kurang, disebabkan siswa lebih memilih melihat buku penunjang
tentang materi yang disampaikan. Terdapat juga siswa yang mengcopy catatan
materi yang ada pada buku paket.
5. Aktivitas Mental
Pada aktivitas ini siswa siswa dalam melaksanakan tugas berdiskusi belum
berani dan malu dalam mengungkapkan pendapatnya. Bahkan banyak yang saling
menunjuk satu sama lain, sedikit siswa yang berkeinginan untuk maju ke depan
kelas. Di akhir pelajaran pun siswa belum berani mengeluarkan pendapatnya di
hadapan kelompok-kelompok yang lain.
6. Aktivitas Emosional
Tahap ini siswa sangat bersemangat dan senang dalam mengikuti
pembelajaran yang di tunjukan dengan rasa semangat, berani dan tidak bosan. Hal
ini di sebabkan karna jarang sekali dilakukan dalam penerapan model Bermain
dimana siswa langsung berperan pada kelas tersebut. Sampai beberapa siswa
merasa terganggu apabila ada siswa yang bermain pada saat pembelajaran
berlangsung.
c. Observasi
Rendahnya hasil belajar matematika di kelas IV MI Miftahul Huda
dipengaruhi oleh guru. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang
konvensional yang bersifat satu arah, dimana pembelajaran hanya berpusat pada
guru, sementara siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran, siswa cendrung
menunggu dan menerima sebatas apa saja yang disampaikan oleh guru, tanpa
berusaha berfikir dan menemukan sendiri secara lebih mendalam tentang konsep
48
yang sedang diajarkan oleh guru, sehingga siswa akan kesulitan dalam meguasai
konsep pada materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru.
Melihat kondisi pembelajaran yang cenderung hal tersebut berdampak pada
nilai yang diperoleh siswa kelas IV pada materi Meneladani patriotisme dan
pahlawan, seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Nilai Hasil pretest dan postest Siklus 1 Pertemuan I
Siswa Pretest Postest Nilai
N-Gain Kategori Keterangan
1 25 45 0.27 Rendah Belum
2 25 45 0.27 Rendah Belum
3 45 60 0.27 Sedang Tercapai
4 35 50 0.23 Rendah Belum
5 30 35 0.07 Sangat Belum
6 25 35 0.13 Rendah Belum
7 35 60 0.38 Rendah Belum
8 25 35 0.13 Sangat Belum
9 25 50 0.33 Sangat Tercapai
10 50 65 0.30 Sangat Belum
11 50 65 0.30 Randah Tercapai
12 45 60 0.27 Rendah Belum
13 30 50 0.29 Rendah Belum
14 50 65 0.30 Rendah Tercapai
15 45 65 0.36 Sangat Belum
16 25 30 0.07 Sangat Belum
17 25 30 0.07 Rendah Belum
18 30 60 0.43 Rendah Belum
19 20 35 0.19 Rendah Belum
20 25 50 0.33 Sangat Belum
Rata-rata 33.25 49.5 0.25
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa, maka siswa yang tuntas sebanyak 4
siswa atau 20%, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 16 siswa atau 80% dari
20 jumlah seluruh siswa. Adapun dari hasil nilai pada pertemuan 1 siklus I dapat
49
dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 65, nilai terendah 20 dengan
nilai rata-rata sebesar 33,25.
Tabel 4.2
Data Nilai Hasil pretest dan postest Siklus 1 Pertemuan 2
Siswa Pretest Postest Nilai N-
Gain Kategori Keterangan
1 30 55 0.36 Rendah Belum
2 30 50 0.29 Rendah Belum
3 45 65 0.36 Sedang Tercapai
4 40 55 0.25 Rendah Belum
5 30 45 0.21 Rendah Belum
6 25 40 0.20 Rendah Belum
7 40 60 0.33 Rendah Belum
8 25 40 0.20 Rendah Belum
9 30 55 0.36 Sangat Rendah Tercapai
10 50 70 0.40 Sangat Rendah Belum
11 55 70 0.33 Sedang Tercapai
12 45 65 0.36 Rendah Tercapai
13 35 50 0.23 Sangat Rendah Belum
14 50 70 0.40 Rendah Tercapai
15 45 70 0.45 Rendah Belum
16 30 35 0.07 Sangat Rendah Belum
17 30 35 0.07 Rendah Belum
18 35 60 0.38 Rendah Belum
19 25 40 0.20 Rendah Belum
20 30 50 0.29 Sangat Rendah Belum
Rata-rata 36.25 54 0.29
Dari tabel tersebut ada beberapa siswa yang sudah meningkat dari hasil
belajar sebelumnya, walaupun pencapaian ketuntasan belajar masih dibawah
KKM dalam mempelajari materi tersebut. Untuk lebih memperjelas hasil belajar
IPS di sajikan dalam tabel 4.3. dan tabel 4.4
50
Tabel 4.3
Statistik diskriptif Nilai Hasil Belajar IPS Siklus 1
Statistik Disktiptif Pretest
Pertemuan I
Pretest
Pertemuan II
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Rata-rata
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan
Nilai KKM
50
20
33,25
20
0
0%
65
55
25
36,25
20
0
0%
65
Tabel 4.4
Statistik diskriptif Nilai Hasil Belajar IPS Siklus 1
Statistik Disktiptif Postest
Pertemuan I
Postest
Pertemuan II
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Rata-rata
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan
Nilai KKM
65
30
49,5
16
4
20%
65
70
35
54
14
6
30%
65
Dari tabel 4.3 dan 4.4 tes akhir dilaksanakan setelah memenuhi ketuntasan
pembelajaran. Di karnakan masih banyak siswa yang nilainya belum memenuhi
ketuntasan minimal dalam menggunakan Metode Bermain Perran Pada siklus 1
pertemuan pertama dan pertemuan yang kedua.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa, maka siswa yang tuntas pada
pertemuan yang kedua sebanyak 6 siswa atau 30%, sedangkan yang belum tuntas
sebanyak 14 siswa atau 70% dari 20 jumlah seluruh siswa.
51
Observasi dilaksanakan pada seluruh kegiatan tatap muka, dalam hal ini
observasi dilakukan oleh satu observer yaitu guru kelas pada MI Miftahul Huda
Bogoor. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui secara detail keaktifan,,
ketepatan, prilaku, dan presentasi guru dalam memberian materi. Hasil observasi
ini dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5
Hasil Observasi Guru Siklus 1 Pert. 1
No Aspek yang diamati Siklus 1
Pertemuan 1
1
2
3
4
Membuat RPP
Membuat dan Menggunakan Media
Pelaksanaan Pembelajaran
a. Apresiasi
b. Motivasi siswa
c. Kualitas penguasaan
d. Kualitas penjelasan materi
e. Penggunaan metode pembelajaran
f. Keterampilan memberi dan
menjawab pertanyaan
g. Pemberian tugas
h. Penutup pelajaran
Kepribadian
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
Jumlah (Ʃ)
Persentase (%)
32
75%
Rata-rata
Keterangan
80,0%
Sangat Baik
d. Tahap Observasi/Pengamatan
Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan
oleh peneliti tahap observasi dalam tindakan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal
10 Nopember 2015, pukul 8.10 sampai dengan pukul 9.20 WIB.
Ketika peneliti melaksanakan tindakan, peneliti langsung melakukan
pengamatan terhadap siswa dalam situasi yang terjadi selama kegiatan
52
pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh peneliti
dalam lembar observasi, di antaranya:
1. Respon siswa, perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran;
2. Keterampilan guru dalam menggunakan pendekatan komunikatif efektif,
baik dalam tindakan awal, tindakan inti, maupun tindakan akhir; dan
3. Kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan.
Lembaran berupa angket yang berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada
siswa yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan peneliti.
Tujuan penyebaran angket ini berupa soal tes untuk menilai hasil pembelajaran
yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran yang dengan menggunakan
metode bermain peran dan siswa memberikan jawaban yang benar dalam
pengisian daftar pertanyaan.
Angket disebarkan sesudah tindakan yang diperlakukan pada siklus I. Data
dari penyebaran angket terkait dengan sikap dan pandangan siswa terhadap
pembelajaran dengan bermain peran untuk melihat hasil belajar siswa terhadap
pelajaran IPS di kelas IV, melalui (10) butir pertanyaan dalam pretes dan 10 butir
pertanyaan dalam postest. Adapun peneliti juga mendapatkan padangan nilai yang
positif dalam metode bermain peran juga seperti : (1) pembelajaran berbicara
melalui metode bermain peran lebih menyenangkan dari pada teknik lain; (2)
pembelajaran berbicara melalui metode bermain peran membuat siswa aktif dalam
belajar; (3) pembelajaran berbicara dengan metode bermain peran dapat
menumbuhkan percaya diri berbicara di depan kelas; (4) pembelajaran berbicara
dengan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa di
depan kelas; (5) pembelajaran berbicara dengan metode bermain peran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk banyak berlatih; (6) dengan metode
bermain peran baik digunakan untuk pembelajaran berbicara lainnya.
1. Lembar observasi Guru
Dari hasil observasi yang dilaksanakan selama pelaksanaan pelajaran IPS
menggunakan model pembelajaran bermain peran, pengamatan dilakukan oleh
observer (guru IPS) yang mencatat seluruh aktifitas guru selama proses
53
pembelajaran. hasil observasi dari tindakan pertama terhhadap peneliti sesuai
perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Hasil Observasi Guru Siklus 1 Pert. 2
No Aspek yang diamati Siklus 1
Pertemuan 2
1
2
3
4
Membuat RPP
Membuat dan Menggunakan Media
Pelaksanaan Pembelajaran
i. Apresiasi
j. Motivasi siswa
k. Kualitas penguasaan
l. Kualitas penjelasan materi
m. Penggunaan metode
pembelajaran
n. Keterampilan memberi dan
menjawab pertanyaan
o. Pemberian tugas
p. Penutup pelajaran
Kepribadian
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
Jumlah (Ʃ)
Persentase (%)
33
82,5%
Rata-rata
Keterangan
81,25%
Sangat Baik
Berdasarkan data yang dihasilkan pada tabel diatas terkait aktivitas guru
dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik, guru melakukannya sesuai dengan
rencana dan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Data yang diperoleh sesuai
dengan perttemuannya, pada pertemuan pertama hasil yang dilaukan oleh guru
adalah 81,25% keteragan sangat baik.
54
2. Lembar Observasi Siswa
Sedangkan untuk hasil observasi pada siswa terhadap siklus 1 dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Persentase Hasil Observasi Terhadap Siswa Pada Siklus 1
No Aktivitas yang diobservasi Persentase
pertemuan ke
Persentase
Rata-rata
1 Aktivitas Visual dan Mendengarkan
Siswa memperhatikan dan
mendengarkan penjelasan guru
50% 50% 50%
2 Aktivitas Menulis
Siswa mencatat penjelasan guru 40% 45% 42,5%
Siswa mengerjakan latihan soal
atau tugas
50% 55% 52,5%
3 Aktivitas Oral
Siswa mengajukan pertanyaan 40% 48% 44%
Siswa menjawab pertanyaan 36% 47% 41,5%
Siswa berdiskusi dengan baik 40% 50% 45%
4 Aktivitas Mentaldan Emosional
Ekspresi siswa dalam 39% 40% 39,5
Rata-rata 42,14% 47,85% 44,99%
e. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I
dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih dibawah kriteria
ketuntasan minimal. Pada siklus 1 pertemuan pertama jumlah siswa yang di
bawah KKM sebanyak 18 siswa. Pada pertemuan kedua jumlah siswa dibawah.
Nilai rata-rata kelas meningkat dari 34,00 menjadi 52,00.
55
Berdasarkan dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa, penggunaan
metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada
materi Meneladani patriotisme dan pahlawan. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan
jumlah siswa yang tuntas, pada siklus 1 siswa yang tuntas sebanyak 2 siswa (12,5
%). Rata-rata nilai siswa juga mengalami kenaikan, di siklus 1 rata-rata nilai siswa
sebesar 34,00 menjadi 52,00. Walaupun mengalami kenaikan seperti tersebut di
atas, namun hasil tersebut belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi
bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang kurang
aktif karena mereka masih belum memahami metode bermain peran sehingga ada
beberapa siswa yang masih kebingungan, siswa juga kurang bisa berinteraksi
dengan temannya karena masih ada sifat egois dan tidak mau bekerja sama
dengan teman lain, siswa tersebut merasa dia sudah sangat pandai sehingga tidak
mau berbagi dengan teman yang lain. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan
pembelajaran pada siklus II, guru harus lebih memotivasi siswa untuk belajar dan
saling berbagi ilmu dengan teman yang lain, sehingga pembelajaran akan lebih
aktif dan lebih baik lagi.
f. Keputusan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I ini dapat dikatakan bahwa hasil belajar
siswa dalam memahami materi tentang Pahlawan yang ada di Indonesia dapat
ditingkatkan sepenuhnya dengan menggunakan metode bermain peran. Oleh
karena itu, sebagai langkah berikutnya maka perlu dilanjutkan ke tindakan
pembelajaran pada siklus II.
2. Pelaksanaan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka pelaksanaan tindakan pada
siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a. Tahap Rencana Tindakan
Berdasarkan temuan dan masukan dari dosen pembimbing dan rekan sejawat
yang mengamati pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka perlu dilakukan
56
perbaikan terhadap pelaksanaan tindakan. Untuk keperluan itu dilakukan dengan
rekan sejawat, dan peneliti sendiri. Berdasarkan temuan pada tindakan pertama,
perbaikan perlu dilakukan pada hal-hal berikut:
1) Pokok-pokok kegiatan pembelajaran disempurnakan agar tujuan yang
dirumuskan dapat dicapai secara optimal.
2) Waktu untuk membaca topik dan bermain peran harus ditambah agar
siswa lebih memahami perannya masing-masing.
3) Pengalokasian waktu untuk membahas dan memberi komentar terhadap
materi yang dilaksanakan.
4) Hasil evaluasi yang dicapai perlu ditingkatkan, sehingga pembelajaran
dapat tuntas.
Hal-hal di atas dituangkan dalam rencana pembelajaran pada tindakan siklus
II. Dengan perbaikan-perbaikan pada proses dan materi pembelajaran diharapkan
pelaksanaan tindakan pada siklus II lebih efektif dan mencapai hasil yang optimal.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah rencana tindakan kedua disusun secara optimal, peneliti sebagai guru
melaksanakan tindakan kedua di kelas IV MI Miftahul Huda yang telah
ditetapkan sebagai sampel penelitian. Pelaksanaan tindakan kedua ini dilakukan
pada hari Selasa tanggal 18 Nopember 2015. Adapun pokok-pokok tindakan yang
telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Guru membuka proses pembelajaran dengan cara mengarahkan siswa
untuk membicarakan materi pembelajaran dengan pendekatan
komunikatif.
2) Siswa membaca topik yang akan diucapkan, kemudian melaksanakannya
dalam kelompok belajar.
3) Kelompok yang tampil dipilih yang lebih dahulu siap.
4) Hasil komunikasi kelompok dibicarakan lagi bersama-sama peneliti dan
rekan sejawat.
57
5) Setelah selesai, guru menyimpulkan kembali hasilnya agar sesuai dengan
tujuan materi pembelajaran yang dibicarakan dalam tindakan kelas.
6) Setelah semuanya pembicaraan berakhir, guru memberikan evaluasi.
Dalam tindakan kedua ini ternyata hasil dari evaluasi siswa lebih meningkat.
Hal itu disebabkan, karena siswa betul-betul sudah memahami apa yang dibaca
dan diungkapkan dalam bermain peran.
c. Hasil Belajar IPS Siswa
setelah kegiatan penelitian tindakan kelas pada tatap muka dalam siklus II
selesai. Maka pembelajaran denganan menggunakan metode bermain peran
selesai oleh guru terhadap beberapa siswa dengan melihat hasil belajar yang
meningkat secara signifikan. Dalam pertemuan pada siklus II diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana perasaan siswa dalam memahami materi penyimpulan
pikiran, unruk meningkatkan hasil belajar yang diinginkan oleh peneliti yang
berkaitan dengan pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan hasil
pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus 2
No Nama Siswa L/P Pretest Siklus
II
Postest Siklus
II
1 1 P 65 75
2 2 L 75 90
3 3 L 80 100
4 4 P 45 65
5 5 L 40 55
6 6 P 60 70
7 7 L 75 85
8 8 P 70 80
9 9 L 45 60
10 10 L 60 75
11 11 P 80 100
12 12 L 65 70
13 13 P 65 70
14 14 L 45 60
15 15 L 60 75
16 16 P 50 70
58
17 17 P 85 100
18 18 L 50 70
19 19 P 75 90
20 20 P 50 60
NILAI
Pretest Siklus
II
Postest Siklus
II
Jumlah 1240 1520
Terendah 40 55
Tertinggi 85 100
Rata-rata 62 76
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan
tiap siklus hal ini dapat kita lihat rata-rata posttest yang meningkat dari rata-rata
pre test, baik pada siklus I (34,00 menjadi 52,00), maupun pada sikus II (62,00
menjadi 76.00).
Nilai rata-rata dalam pertemuan siklus ke II menunjukan sedang atas
perlakuan tingkat efektifitas dan perlakuan tindakan pada pelajaran IPS dengan
menggunakan model pembelajaran bermain peran. Untuk lebih memperjelas hasil
belajar IPS disajikan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.9
Statistik diskriftif Nilai Hasil Belajar IPS Siklus II
Statistik Disktifs Keterangan
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Rata-rata
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan
Nilai KKM
100
55
76
4
16
80%
70
59
d. Lembar Observasi
Dari hasil siklus II ini, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai di atas
KKM adalah 16 siswa, sedangkan yang mendapat nilai di bawah KKM adalah 4
siswa. Untuk itu hasil belajar dalam rombongan belajar sudah mencapat 80%,
dengan ini tujuan peneliti dalam melakukan penelitian dengan menggunakan
metode bermain cukup baik.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa, maka siswa yang tuntas sebanyak 17
siswa atau 80% dari 20 jumlah siswa, sedangkan yang tidak tuntas 4 siswa 20%.
Adapun dari hasil nilai siklus II dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi
adalah 100, nilai terendah adalah 55, dengan nilai rata-rata sebesar 76.00 seperti
tertera pada tabel di atas.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Guru Siklus II
No Aspek yang diamati Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1
2
3
4
Membuat RPP
Membuat dan Menggunakan Media
Pelaksanaan Pembelajaran
q. Apresiasi
r. Motivasi siswa
s. Kualitas penguasaan
t. Kualitas penjelasan materi
u. Penggunaan metode
pembelajaran
v. Keterampilan memberi dan
menjawab pertanyaan
w. Pemberian tugas
x. Penutup pelajaran
Kepribadian
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
Jumlah (Ʃ)
Persentase (%)
42
95,45%
43
97,72%
Rata-rata
Keterangan
96,58%
Sangat Baik
60
Berdasarkan data yang dihasilkan pada tabel diatas terkait aktivitas guru
dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik, guru melakukannya sesuai dengan
rencana dan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Guru juga sudah tidak
memeberikan banyak penjelasan kepada siswa dalam membuat laporan pun guru
sudah menempatkan fungsinya sebagai mana mestinya. Data yang diperoleh
sesuai dengan pertemuannya, sehingga pada siklus II persentse guru adalah
96,58% keteragan sangat baik.
1. Lembar Observasi Siswa
Sedangkan untuk hasil observasi pada siswa terhadap siklus II dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.11
Persentase hasil observasi terhadap siswa pada siklus II
No Aktivitas yang diobservasi
Persentase
pertemuan ke Persentase
Rata-rata 1 2
1 Aktivitas Visual dan Mendengarkan
Siswa memperhatikan dan
mendengarkan penjelasan guru
59% 73% 66%
2 Aktivitas Menulis
Siswa mencatat penjelasan guru 60% 75% 67,5%
Siswa mengerjakan latihan soal atau
tugas
60% 78% 69%
3 Aktivitas Oral
Siswa mengajukan pertanyaan 65% 75% 70%
Siswa menjawab pertanyaan 55% 65% 57,5
Siswa berdiskusi dengan baik 61% 75% 70%
61
4
Aktivitas Mentaldan Emosional
Ekspresi siswa 60% 80% 70%
Rata-rata 60,00% 74,42%
Rata-rata 67,21%
Pada tabel di atas terlihat bahwa dari aspek yang diamati menunjukan bahwa
aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah baik, banyak siswa
yang bertanya dalam mendapatkan kesulitan dan lebih semangat dalam
menjalankan belajar mengajar, setiap kelompok sudah terlihat kompak dalam
berkeja sama, pemahaman siswa pun semakin bertambah pada materi yang telah
di ajarkan. Hal ini menggambarkan bahwa peningkatan siswa telah terjadi
terhadap siklus yang sebelumnya yaitu siklus I
e. Refleksi
Berdasarkan hasil nilai siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa
penggunaan pembelajaran melalui metode bermain peran dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi Meneladani patriotisme dan pahlawan, pendapat
dan gagasan dalam wacana. Untuk hasil lebih jelasnya pada tabel 4.3. Berikut
dipaparkan hasil refleksi pada siklus II. Perbandingan nilai hasil tes kondisi awal,
siklus I dan siklus II. Jika dibandingkan hasil kondisi awal, siklus I dan siklus II,
dapat dilihat peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dan nilai rata-rata.
Berdasarkan data pada tabel dapat disimpulkan bahwa penggunaan
pembelajaran melalui metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi penyimpulan pikiran, pendapat dan gagasan dalam wacana. Hal
ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah siswa yang tuntas, pada kondisi awal siklus
I menjadi adalah 3 siswa dan pada siklus II naik lagi menjadi 17 siswa. Rata-rata
nilai siswa juga mengalami kenaikan, di kondisi awal rata-rata nilai siswa pada
siklus I pembelajaran 52,00 dan pada siklus II naik menjadi 76,00. Sedangkan
berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran siswa sudah aktif dan kreatif
dalam belajar, sudah terjadi kerjaasama yang baik antar siswa.
62
f. Keputusan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II diperoleh hasil belajar dan aktivitas
siswa dan guru mengalami peningkatan pada siklus II. Siswa mampu belajar
mandiri, aktif dan kondusif selama pelaksanaan pembelajaran. ketuntasan belajar
siswa telah mencapai KKM yang diharapkan yaitu 85% sehingga tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa sudah berhasil.
3. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Berdasarkan hasi penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan
pembelajaran melalui metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi penyimpulan pikiran, pendapat dan gagasan dalam wacana pada
siswa kelas IV/1 semester I tahun ajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dianalisis
dan dibahas sebagai berikut.
a. Pembahasan Siklus I
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa pretest dan postest.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam proses
pembelajaran dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan
siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:
1. Hasil Belajar siklus I dan siklus II
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa, maka siswa yang tuntas sebanyak 17
siswa, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 3 siswa,dari 20 jumlah seluruh
siswa. adapun dari hasil nilai pada nilai N-Gain siklus I dan siklus II dapat
dijelaskan pada perolehan nilai nilai rata-rata tersebut dalam tabel 4.3
Tabel 4.12 Nilai N-Gain Siklus I dan II
Siswa Pretest
1
Postest
1
Nilai N-
Gain
Pretest
2
Postest
2
Nilai N-
Gain
1 20 50 0.38 65 75 0.29
2 40 65 0.42 75 90 0.60
3 50 60 0.20 80 100 1.00
4 20 40 0.25 45 65 0.36
63
5 25 35 0.13 40 55 0.25
6 30 55 0.36 60 70 0.25
7 40 60 0.33 75 85 0.40
8 40 60 0.33 70 80 0.33
9 25 30 0.07 45 60 0.27
10 30 50 0.29 60 75 0.38
11 30 70 0.57 80 100 1.00
12 40 55 0.25 65 70 0.14
13 25 60 0.47 65 70 0.14
14 20 45 0.31 45 60 0.27
15 45 55 0.18 60 75 0.38
16 25 40 0.20 50 70 0.40
17 65 70 0.14 85 100 1.00
18 20 30 0.13 50 70 0.40
19 60 70 0.25 75 90 0.60
20 30 40 0.14 50 60 0.20
Rata2 Gain
Siklus 1 0,27
Rata2 Gain
Suklus 2 0.,43
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan
tiap siklus hal ini dapat kita lihat rata-rata posttest yang meningkat dari rata-rata
pre test, baik pada siklus I (34,00 menjadi 52,00), maupun pada sikus II (62,00
menjadi 76,00).
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tiap siklus, maka data skor
belajar siswa dianalisis dengan menggunakan N Gain. Tabel 4.3 di bawah ini
menyajikan skor rata-rata pre test, post test, dan nilai N Gain pada siklus I dan
siklus II.
Tabel 4.13 Nilai N Gain Pada Siklus I dan Siklus II.
Siswa Pretest
1
Postest
1
Nilai N-
Gain
Pretest
2
Postest
2
Nilai N-
Gain
X 34,00 52,00 0.27 62,00 76,00 0.43
64
Gambar 4.14 Histrogram Nilai N Gain Pada siklus I dan Siklus II
2. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus I dilihat dari hasil observasi bahwa dalam
kegiatan masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif karena mereka masih
belum memahami pembelajaran melalui metode Bermain Peran sehingga ada
beberapa siswa yang masih kebingungan, siswa juga kurang bias berinteraksi
dengan temannya karena masih ada sifat egois dan tidak mau bekerja sama denga
teman yang lain, siswa tersebut merasa dia sudah sangat pandai sehingga tidak
mau berbagi dengan teman yang lain, namun walaupun demikian sebagian dari
mereka ada yang aktif, mereka berani bertanya dan menanggapi pertanyaan dari
kelompok lain sehingga antar kelompok saling berinteraksi dan terjadi persaingan
positif, Dilihat dari hasil wawancara, merekan menyukai pembelajran dengan
menggunakan pembelajaran melalui metode Bermain Peran karena mereka bisa
saling bekerja sama dengan teman dan bisa berdiskusi untuk menjawab semua
jawaban, serta pembelajaran juga lebih menyenangkan.
Hasil antara kondisi kondisi awal dengan siklus I menyebabkan ada
perubahan walaupun belum optimal, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah
siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Dari hasil akhir tes siklus I ternyata lebih
baik dibandingkan dengan hasil tes kondisi awal.
Berdasarkan perbandingan kegiatan dan hasil pada kondisi awal dan siklus I
dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran melalui metode
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Siklus 1 Siklus 2
Nilai N Gain Siklus I dan Siklus II
Siklus
65
Bermain Peran, hasil belajar IPS pada siswa kelas IV Semester 1 MI Miftahul
Huda mengalami peningkatan baik dalam mencapai ketuntasan belajar yaitu dari
18 siswa yang tuntas pada kondisi awal naik menjadi 20 siswa yang tuntas pada
siklus II dan nilai rata-rata kelas juga mengalami kenaikan pada kondisi awal nilai
rata-rata kelas hanya 62,00 naik menjadi 76,00 pada siklus II. Siswa juga
menyukai belajar dengan menggunakan pembelajaran metode Bermain Peran
dibandingkan dengan metode konvensional dimana siswa hanya duduk, diam dan
dengar, sedangkan dengan menggunakan pembelajaran metode Bermain Peran
siswa akan lebih aktif dan bias menemukan sendiri teori pembelajaran secara
langsung.
Hasil tindakan pada siklus II berupa hasil tes dan non tes, berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh Peneliti dalam melakukan penilaian dan
wawancara yang dilakukan peneliti juga terhadap pelaksanaan siklus II diperoleh
keterangan sebagai berikut:
a. Hasil belajar
Dari hasil tes siklus II ini, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai di
atas KKM sebanyak 16 siswa sedangkan yang mendapat nilai dibawah KKM
adalah 4 siswa. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa, maka siswa yang tuntas
sebanyak 16 siswa atau dari 20 jumlah siswa, sedangkan yang tidak tuntas
sebanyak 4 siswa. Adapun dari hasil nilai siklus II dapat dijelaskan bahwa
perolehan nilai tertingggi adalah 100, nilai terendah adalah 55, dengan nilai rata-
rata sebesar 76,00.
3. Analisis Hipotesis Tindakan
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa telah dilaksanakan tindakan
pada setiap siklus. Dalam membuktikan hipotesis maka dilakukan lah uji t.
adapun hipotesis tindakan yang dilakukan “Terdapat peningkatan hasil belajar
siswa setelah menggunakan metode Bermain Peran Sebelum melakukan
pengujian hipotesis, terlebih dahulu melakukan persyaratan uji hipotesis yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas.
66
Tabel 4.15 Hasil uji “t”
Satatistik Siklus I Siklus II
Pretest postest pretest Postest
N 20 20 20 20
X 34,0 52,0 62,0 76,0
S² 14,62 12,01 27,11 35,38
t hitung 26,63 62,49
t tabel 2,46 4,26
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaaan Tidak terdapat perbedaaan
C. PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN
Siklus pertama dilakukan dengan membagi siswa menjadi lima kelompok
dengan masing-masing kelompok beranggotakan empat orang, dengan
pembentukan kelompok berdasarkan pada heterogenitas siswa yang
dikelompokan berdasarkan tingkat kemampuan, kreatifitas, keaktifan dengan
menggunakan teknik penyeleksian.
Berdasarkan instrumen hasil pada tabel 4.1 didapatkan bahwa hasil belajar
belajar siswa masih rendah, hal itu dibuktikan dengan jawaban siswa dalm soal
pretest dan postest masih dibahaw standar KKM yang berkaitan dengan materi
Meneladani patriotisme dan pahlawan, hasilnya dapat diperoleh pada rata-rata
jawaban siswa sebagaimana tergambar pada pembahasan siklus I sebesar 52,00,
hal iitu jika dikorelasikan dengan pedoman penentuan kategori KKM belajar
siswa, nilai tersebut termasuk kategori rendah karena berada di bawah nilai 70,00.
Hasil pengamatan lanjutan selama proses pembelajaran dan isian angket yang
disebarkan pada setiap siswa pada tabel 3.4 siklus II terlihat peserta didik
mengalami peningkatan hasil belajarnya dalam mengikuti pembelajaran materi
Meneladani patriotisme dan pahlawan dengan menggunakan metode pembelajaran
bermain peran. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan jawaban yang cukup
signifikan dengan hasilnya dapat diperoleh rata-rata sebesar 76,00.
Mengacu pada hasil rata-rata jawaban siswa sebagaimana tergambar pada
pembahasan siklus II, dapat diakumulasikan tentang perolehan nilai hasil belajar
siswa sebesar 76,00, hal itu jika dikorelasikan dengan pedoman penentuan
67
kategori keberhasilan belajar siswa pada standar KKM, nilai tersebut termasuk
kategori baik karena beradadi atas nilai rata-rata 70,00.
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus I, dan II, sebagaimana tergambar pada
tabel-tabel motivasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS dengan materi Meneladani patriotisme dan pahlawan
melalui penggunaan metode pembelajaran bermain peran, mendapat respon yang
baik. Hal tersebut terbukti dari perolehan jawaban soal yang berhasil dijawab
dengan baik dan mengalami peningkatan secara berkala pada siklus I, dan siklus
II yaitu dari nilai rata-rata 52,00 menjadi 76,00.
Hal ini menunjukan bahwa Metode pembelajaran bermain peran sangat
sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS sebab jika dilihat dari persentase
ketercapaian pada setiap siklus mengalami kenaikan yang sangat signifikan.
Untuk itu sesui dengan kajian teoritik pada Bab II tentang Hasil belajar dapat diuji
kebenarannya pada nilai yang telah ditentukan. Dengan metode pembelajaran
bermain peran dapat menumbuhkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
terutama pada materi Meneladani patriotisme dan pahlawan di Kelas IV MI
Miftahul Huda Cisarua Bogor.
Penelitian tes hasil belajar siswa diberikan sebanyak dua kali yaitu pretest dan
postest pada setiap siklusnya terdiri dari 10 soal dalam bentuk pilihan ganda, nilai
dari penelitian siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut :
1. Pada siklus I nilai tertinggi adalah 70 sedangkan nilai paling rendah adalah
30, rata-rata siswa hanya 52,0. Jumlah siswa yang belum tuntas 18 dari 20
siswa yang mengikuti pembelajaran, sedangkan siswa yang sudah tuntas
adalah 2 siswa dan hanya mencapai persentase 15% dari KKM yang telah
ditentukan sekolah yaitu 70. Dari data tersebut menunjukan bahwa perlu
dilanjukan pada siklus II.
2. Pada siklus II nilai tertinggi mencapai 100 sedangkan nilai terendah sebesar
55 dan rata-rata nilai pada siklus ini adalah 76,0. Jumlah yang belum tuntas
belajar ada 4 siswa dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran, dan
persentase keetuntasan sebesar 80% dari nilai KKm yang ditentukan sekolah.
68
Dari data tersebut bahwa hasil tes belajar IPS pada materi pemerintahan
mengalami peningkatan pada siklus II. Rata-rata nilai siswa pun meningkat 76,0
pada siklus II. Sebanyak 16 siswa sudah memenuhi KKM yaitu 70. Peningkatan
ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah meningkat, karena siswa sudah
paham akan materi yang telah disampaikan guru dengan menggunakan metode
pembelajaran bermain peran.
Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
bermain peran pada siklus I terhadap mata pelajaran IPS dalam materi Meneladani
patriotisme dan pahlawan ketuntasan belajar hanya mencapai 20%. Pada siklus II
ketercpaian pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran bermain
peran pada mata pelajaran IPS melalui materi pemerintahan ketuntasan belajar
siswa mencapai 80%. Hal ini menunjukan bahwa siswa dapat memahami
pembelajaran melalui metode pembelajaran bermain peran. Model pembelajaran
ini sangat membatu siswa untuk memahami pembelajaran secara langsung hingga
meningkatkan persentase pembelajaran sampai mencapai 60%.
Dengan demikian metode pembelajaran bermain peran mampu membuat
belajar siswa lebih mandiri, mudah, aktif dan dapat memahami materi yang
dipelajari melalui kegiatan belajar yang sistematis, memberikan pengetahuan baru
yang disampaikan guru dalam menghubungkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya.
Model pembelajaran ini juga mampu melatih siswa untuk bisa
mengembangkan keahlian dan keterampialannya. Maka dengan pembelajaran
seperti ini siswa lebih bisa memberikan hasil yang diinginkan dan digharapkan
oleh peneliti.
Selain itu sikap siswa terhadapa pembelajaran IPS dengan menggunakan
metode pembelajaran bermain peran sangatlah baik, siswa senang dengan
pembelajaran seperti ini yang menggunakan metode pembelajaran bermain peran,
mereka juga merasa lebih percaya diri dan tidak hanya tergantung pada guru dan
materi yang disampaikannya serta lebih termotivasi dan lebih semangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
69
D. KETERBATASAN DALAM PENELITIAN
Dalam penelitian ini masih ada temuan dalam kekurangan-kekurangan yang
diantaranya :
2. Keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian, dikarnakan terbentur
dengan kegiatan UAS dan libur semester.
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah dalam menunjang
pembelajaran yang dilakukan pada wakktu penelitian.
4. Terbatasnya peneliti dan observer selama PBM dan refleksi rangkaian
pembelajaran pada setiap siklusnya.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas dapat penulis simpulkan bahwa meningkatnya
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran
Bermain Peran (Role Playing) pada siswa kelas IV MI Miftahul Huda Cipayung
Bogor.
Penerapan model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam
memudahkan kegitan belajar mengajardan lebih cepat memahami materi yang
disampaikan guru. Mereka juga dapat menumbuhkan sikap akktif, kreatif dan
inovatif sehingga memberikan semangat dan motivasi untuk meningkatkan
prestasi belajar.
Pada tes siklus I postes pertemuan ke 2 diperoleh nilai terendah 30 dari nilai
tertinggi 65 dengan nilai rata-rata 49,5. Dan pada siklus II postes pertemuan ke 2
terdapat peningkatan dengan nilai tertinggi 100, jumlah siswa yang menycapai
sebanyai 19 dan terdapat persentase ketuntasan minimal meningkat hingga 95%.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa dan tenaga pendidik yaitu :
1. Agar siswa terlatih dalam belajar berimajinasi dan berkreasi, sebaiknya
frekuensi penggunaan teknik pembelajaran model Pembelajaran Bermain Peran
lebih ditingkatkan sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan
2. Penerapan model pembelajaran bermain peran harus disesuaikan dengan
kebutuhan, khususnya pada materi yang cocok, keadaan, dan situasi siswa
sehingga mempunyai nilai lebih dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna
bagi siswa.
3. Diharapkan kepada seluruh guru Madrasah Ibtidaiyah mampu memahami
serta manggunakan model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dalam
70
71
melakukan pembelajaran sehingga dapat memberikan hasil belajar yang baik,
seperti menggunakan model pembelajaran bermain peran, hal ini memeberikan
siswa lebih efektif dalam mengikuti pembelajara sesuai penelitian yang dilakukan.
4. Kepada sekolah agar dapat memberikan secara penuh dukungan terhadap
pengembangan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
bermain peran, sehingga siswa mampu memberikan pembelajaran yang baik yang
mengarah pada kekuatan mental dan kemampuan berdiskusi secara baik.
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MI MIFTAHUL HUDA
Mata Pelajaran : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
Kelas / Semester : IV / I
Standar Kompetensi :1. Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi
1.6. Meneladani
kepahlawanan
dan patriotisme
tokoh-tokoh dilingkungannya
Meneladani
patriotisme dan
pahlawan
Menyebutkan ciri-ciri
sikap pahlawan dan
patriotisme
Mampu bersikap rela berkorban dalam
kehidupan sehari-hari
Menyebutkan ciri-ciri
sikap berjiwa besar
Memberi contoh sikap
bersedia menerima
kekalahan dan
kemenangan dengan jiwa besar
Bersedia meminta maaf
dan memberi maaf
Menjelaskan pentingya
memiliki sikap kepahlawanan
dan patriotisme
Memberi contoh rela berkorban
Menunjukkan sikap positif
atas jasa para pahlawan dalam
membela bangsa dan negara
Menghargai para pahlawan
bangsa dengan mengingat
jasa-jasa mereka
Menjelaskan perlunya memiliki sikap berjiwa besar
Memberi contoh sikap berjiwa
besar dalam kehidupan sehari-
hari
Tes
Tulis
Uraian Jelaskan
pentingya
memiliki sikap
kepahlawanan dan patriotisme
9 x 35 menit
pert 16 - 18
(3 minggu)
Buku IPS kelas IV
Gambar
pahlawanan
gambar tempat
bersejarah
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Jujur ( fairnes ) dan Ketelitian ( carefulness)
Mengetahui
Kepala Sekolah
( ................................... )
Sukabumi, .................. 20...
Guru Kelas IV
(..................................)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
MATA PELAJARAN : IPS
KELAS / SEMESTER : IV / I
PERTEMUAN KE : 1
ALOKASI WAKTU : 1 x 25 menit
STANDAR KOMPETENSI : 1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh
dilingkungannya
I. KOMPETENSI DASAR : Meneladani Patriotisme dan Pahlawan.
II. INDIKATOR
Menghargai para pahlawan bangsa dengan mengingat jasa-jasa mereka (Disiplin :
Discipline, Rasa hormat dan perhatian : respect)
Menjelaskan perlunya memiliki sikap berjiwa besar (Tekun : diligence, Jujur :
fairnes, dan Ketelitian : carefulness)
Memberi contoh sikap berjiwa besar dalam kehidupan sehari-hari (Tekun :
diligence, Jujur : fairnes, dan Ketelitian : carefulness)
III. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menghargai para pahlawan bangsa dengan mengingat jasa-jasa mereka
(Ketelitian : carefulness)
Siswa dapat menjelaskan perlunya memiliki sikap berjiwa besar Ketelitian :
carefulness)
Siswa dapat memberi contoh sikap berjiwa besar dalam kehidupan sehari-hari
(Ketelitian : carefulness)
IV. MATERI AJAR (MATERI POKOK)
A. Materi Pokok : Meneladani patriotisme dan pahlawan
B. Sub Materi Pokok : - Pahlawan yang ada di Indonesia
Pahlawan
Pahlawan adalah orang yang melakukan perbuatan baik tearhadap orang lain tanpa
dilandasi keinginan untuk mendapatkan pujian atau imbalan. Pahlawan juga disebut orang
yang telah berjasa pada negara. Sedangkan patriotisme yaitu sikap yang mewujudkan
semangat cinta tanah air untuk bersedia mengorbankan segala-galanya. Pahlawan yang
berjuang untuk negara memiliki jiwa patriotisme untuk kejayaan bangsa dan negaranya. Para
pejuang kemerdekaan disebut mewujudkan indonesia yang merdeka. Pahlawan pada masa
penjajahan adalah mereka yang gugur dalam membela negara. Para pejuang mengguanakan
senjata seadanya misalnya bambu runcing, keris, panah, pedang. Para pejuang berani
mengorbankan harta, benda, waktu, pikiran, jiwa, raga, dan nyawa untuk kepentingan bangsa
dan negara. Berkat pengorbanan para pahlawan sekarang kita dapat menikmati kemerdekaan.
Tugas dan tanggung jawab kita sekarang adalah menjaga tetap utuhnya bangsa dan negara
kita dan mengisi kemerdekaan dengan membangun serta dapat mewarisi sikap-sikap para
pahlawan.
a. Sikap-sikap kepahlawanan yang harus kita miliki antara lain :
Membantu tanpa pamrih dan ikhlas
Berani membela kebenaran dan keadilan
Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara
Jujur dan bertanggung jawab
Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara/kepentingan umum
Memiliki rasa cinta tanah air dan pantang menyerah
Bertindak terpuji dalam kehidupan sehari-hari
Memiliki jiwa pengabdian yang tinggi
b. Setiap warga diharapkan memiliki sikap rela berkorban dalam kehidupannya
1) Dalam masyarakat misalnya:
Menolong orang yang sedang kesusahan
Menolong atau memberi sumbangan korban bencana alam
Memberi bantuan kepada fakir miskin
Membantu atau menolong orang yang perlu mendapatkan bantuan
Mau hidup tertib dan sadar akan hukum dan peraturan yang berlaku
2) Sebagai siswa sekolah:
Selalu menjaga ketertiban dan nama baik sekolah
Tekun, disiplin selalu menerima pelajaran
Dapat bergaul dengan baik sesama teman di sekolah
Dapat menyeleseikan tugas-tugas sekolah tepat waktu.
3) Sebagai anggota keluarga
Dapat menjaga nama baik keluarga
Saling membantu antara anggota keluarga
Selalu rajin dan tekun belajar serta berperilakuan santun
Mau menghormati sesama keluarga
c. Sikap atau cara menghargai menghargai para pahlawan bangsa antara lain dapat
dilakukan dengan cara:
Mendoakan para pahlawan agar semua amal baiknya diterima oleh Tuhan Yang Maha
Esa dan segala dosa-dosanya diampuni
Meneladani sikap-sikap perilaku para pahlawan
Melanjutkan usaha-usaha perjuangannya
Mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang bermanfaat dan belajar dengan tekun
Ikut menjaga kesatuan dan persaatuan bangsa
d. Dari berbagi bidang pekerjaan seseorang dapat dikatakan sebagai pahlawan misalnya
Orang yang gigih melakukan pembangunan disebut pahlawan pembangunan
Guru melaksanakan tugas kewajibanya kepada anak didiknya dengan tekun dan
profesional sehingga anak didiknya berhasil disebur sebagai pahlawan tanpa tanda
jasa
Hansip dapat menjaga keamanan lingkungan dengan sebaik-baiknya disebut pahlawan
dalam bidang keamanan
Tukang sampah dapat melakukan tugas dengan sebaik-baiknya disebut pahlawan
dalam bidang kebersihan lingkungan.
e. Setiap orang dapat menjadi pahlawan bagi diri sendiri, orang lain, bangsa dan negara.
Contoh pahlawan bagi diri sendiri, misalnya melakukan hal-hal yang baik bagi diri
sendiri, contoh dapat melukis dengan baik sampai memperoleh juara, selalu rangking
satu dikelas, menjadi contoh yang baik bagi teman-temanya, selalu bertindak terpuji
dalam hidupnya
Contoh pahlawan bagi orang lain yaitu dapat berbuat baik untuk kebahagiaan dan
manfaat bagi orang lain Misal : menyeberangkan orang tua yang kesulitan
menyeberang jalan, Menolong orang yang sedang menderita atau kesusahan
Contoh pahlawan bagi bangsa dan negara, yaitu dapat membebaskan bangsa dan
negara dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, penindasan bangsa asing atau
penjajahan. Contoh : Bung Tomo pembakar semangan arek-arek surabaya untuk
melawan sekutu, Cut Nyak Dien sangat gigih menentang penjajah, Pattimura sangat
gigih membela negara dari tangan penjajah
f. Sifat-sifat kepahlawanan
Rela berkorban, maksudnya berbuat apapun dilandasi rasa ikhlas, tanpa mengharap
pujian, imbalan pada orang lain maupun negara.
Kesatria, maksudnya berani mengakui kesalahan bila salah, bertanggung jawab segala
ucapan dan tindakan yang dilakukan.
Berjuang tanpa pamrih, maksudnya selalu berbuat ikhlas
Pemberani, maksudnya pemberani dalam bidang kebenaran.
Pantang menyerah, maksudnya tak mudah putus asa semua usaha pekerjaan harus
berhasil, kegagalan merupakan pelajaran diulangi lagi sampai berhasil.
Berperilaku terpuji, maksudnya segala tindakan perilaku, tutur kata dapat dijadikan
contoh orang lain
g. Penerapan sehari-hari tindakan terpuji antara lain
Mengakui kesalahn dan minta maaf
Menolong orang yang sedang kesusahan
Rela berkorban untuk teman dan orang lain
Menegur teman yang berbuat tercela
h. Penerapan sehari-hari tindakan rela berkorban
Ikut kerja bakti membersihkan jalan dan sekolah
Ikut berpartisipasi menjaga keamanan kampong
Menyingkirkan benda berbahaya ditengah jalan
Membantu mengantarkan adik yang mau belajar kelompaok
Membantu pekerjaan orang tua atau orang yang disekitarnya
Sejarah singkat Sang Jenderal
Jenderal Besar Sudirman merupakan pahlawan yang pernah untuk merebut
kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan pejajahan. Saat usianya masih yang masih
relatif muda yaitu saat berumur 31 tahun sudah menjadi seorang jenderal. Walaupun
menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda.
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya
teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak
dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam
membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi
Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun
bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi
semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya
kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri
ini.
Kepribadian Sang Jenderal Besar
Mencintai rakyat.
Kecintaan Pak Dirman pada Rakyat telah terbentuk jauh sebelum beliau menjadi
pemimpin bangsa. Dengan pengetahuan, tenaga, kemampuan yang dimiliki, Soedirman muda
yang waktu itu sudah menjadi tokoh masyarakat setempat berupaya membantu rakyat tidak
hanya dalam bidang pendidikan (mengajar di sekolah rakyat), tapi juga dalam hal
kepemimpinan (melalui organisasi pandu yang beliau pimpin), dan ekonomi (melalui
kegiatan koperasi yang beliau rintis). Kecintaan pada rakyat terus berlanjut ketika beliau
memasuki masa dinas ketentaraan. Jendral Soedirman sadar bahwa rakyat pada awal
berdirinya Republik Indonesia banyak mengalami tekanan baik secara ekonomi, politik,
maupun sosial. Beliau juga paham bahwa Tentara Republik Indonesia tidak bisa berjuang
sendirian untuk membangun bangsa. Untuk itu Pak Dirman dan pasukan berjuang untuk dan
bersama rakyat. Perjuangan rakyat yang pada awalnya cenderung terkotak-kotak berdasarkan
idealisme dan kedaerahan dihimbau untuk bersatu melawan musuh yang ingin kembali
bertakhta, sambil berupaya terus membangun bangsa walaupun dengan sarana yang terbatas.
Bijak.
Seperti layaknya seorang pemimpin besar, Pak Dirman terkenal sebagai sosok
pemimpin yang bijak, baik dalam berkata-kata maupun dalam bertindak. Ketika Presiden
Soekarno memerintahkan Jenderal Soedirman dan Pasukan untuk "mundur" sebagai tindak
lanjut dari Perjanjian Renville, sang jendral tidak langsung protes. Dengan saksama Jendral
Soedirman memikirkan cara terbaik untuk menjalankan perintah tersebut tanpa mematahkan
semangat anak buah yang mungkin saja merasa harga diri mereka terinjak-injak karena harus
mundur. Kemudian, sang pemimpin besar memerintahkan anak buahnya dengan kata-kata
yang bijak namun tegas untuk "hijrah" dari garis belakang pasukan Van Mook. Masa "hijrah"
ini digunakan Jendral Besar Soedirman dan pasukannya untuk membangun strategi dan
menyusun kekuatan yang lebih besar.
Teguh.
Keteguhan hati Pak Dirman sudah terlihat sejak masa beliau aktif di kepanduan. Pada
suat kegiatan kepanduan di padang terbuka di daerah pegunungan, banyak peserta yang
menyerah pada hawa dingin dan bergegas pulang. Tidak demikian dengan Soedirman muda
yang teguh bertahan di medan yang dingin untuk menyelesaikan tugas yang telah dibebankan
kepadanya. Keteguhan ini juga diperlihatkan beliau pada masa bergerilya. Walaupun kondisi
fisik lemah, Jenderal Soedirman tetap teguh mendampingi pasukannya di lapangan untuk
menyusun kekuatan mengusir musuh. Keteguhan ini merupakan salah satu kualitas yang
membuat berbagai pihak hormat dan percaya kepada pemimpin bangsa yang satu ini.
Perjuangan Jenderal Soedirman menunjukkan bahwa prinsip, kecintaan pada rakyat, sikap
bijak, dan keteguhan hati yang senantiasa dilandaskan pada niat yang suci merupakan
landasan penting dalam bertindak.
V. MODEL PEMBELAJARAN
Tanya jawab
Diskusi
Bermain peran
VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan (Waktu :
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Mengucapkan salam dan mengajak
semua siswa berdoa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-
masing, mengabsen, mengawali
pelajaran.
Memberikan motivasi dan
menjelaskan tujuan pembelajaran
Menyiapkan media pembelajaran dan
menunjukkan gambar pahlawan yang
ada di Indonesia.
Menjelaskan tujuan belajar yang akan
dicapai dan mengkomunikasikan
kompetensi yang akan dicapai.
Guru menjelaskan cakupan materi.
- Pahlawan yang ada di Indonesia
Uraian Kegiatan.
- Membagi siswa untuk membentuk
kelompok belajar
- Siswa bersama anggota
kelompoknya melakukan demonstrasi
bermain peran sesuai karakter
pahlawan
Menjawab salam,
berdo’a bersama sama,
mengisi daftar hadir.
Mengikuti apa yang di
jelaskan guru.
Memperhatikan gambar
yang disediakan guru,
menjawab pertanyaan
yang disampaikan oleh
guru
Mencapai tujuan
pembelajaran
Memperhatikan serta
mencatat penjelasan
yang disampaikan guru
Membuat kelompok
kecil untuk berdiskusi
bersama teman-
temannya.
Religius, jujur
Tanggung Jawab
Rasa ingin tahu,
Berani
Tanggung jawab
Tekut
Disiplin, Kerja
sama
B. Kegiatan Inti (Waktu :
B.1. Eksplorasi
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Guru melakukan tanya jawab dengan
siswa tentang seputar drama.
Guru menugaskan siswa membaca dan
mengamati sebuah naskah.
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
Guru menugaskan siswa menceritakan
kembali isi dari naskah.
Guru menugaskan beberapa
kelompok untuk memberikan
contoh cara memainkan peran
tokoh pada naskah percakapan
yang telah di buat
memperhatikan menjawab
pertanyaan guru
malakukan perintag guru
dengan membaca serta
mengamati naskah.
Bertanya tentang cara
bermain
Memberikan sebuah cotah
naskah dalam bermain peran
Perhatian: respect
Rasa ingin tahu
Tanggung Jawab
B.2. Elaborasi
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Memerintahkan siswa untuk mencari
kelompoknya masing-masing.
Setiap kelompok diperintahkan
untuk melakukan drama dengan
naskah yang telah di ada
Memberikan pertanyaan kepada
beberapa orang mengenai berbagai
pahlawan yang ada di indonesia.
Siswa disuruh mengidentifikasi
berbagai tindakan yang dilakukan
selama pembelajaran dengan
peragaan bermain peran
mengumpulkan laporan kelompok
hasil pembelajaran yang telah
diskusinya
Mencari kelompoknya
masing-masing.
Secara berkelompok
belakukan kegiatan bermain
peran.
Menjewab pertanyaan yang
mengenai pahlawan yang
ada di Indonesia.
mengidentifikasi kegiatan
dengan karakter masing
masing
Melaporkan hasil
diskusinya Kelompok
Jujur : fairnes
Perhatian/ respect
Tanggung Jawab
Jujur : fairnes
Tanggung Jawab
B.3. Konfirmasi
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Memberikan saran perbaikan atas
hasil kerja siswa.
Menyajikan materi merefleksi
/memperbaiki hasil kerjanya
setelah mendapat perbaikan dari
guru atau dari teman yang lainnya.
Siswa diberi pertanyaan lisan
terkait dengan materi yang telah
dibahas.
Memberikan umpan balik positif
dan refleksi dari kegiatan belajar
yang telah dilakukan.
Menanggapi saran yang
diberikan guru serta
mencatatnya.
memperbaiki hasil kerjanya
setelah mendapat perbaikan
dari guru atau dari teman
yang lainnya.
Menjewab pertanyaan yang
telah dibahas.
Menerima umpan balik
positif dan refleksi dari
kegiatan belajar yang telah
dilakukan.
Disiplin :
Discipline
Disiplin :
Discipline
Rasa Ingin Tahu,
Berani
Tanggung Jawab
C. Kegiatan Penutup (Waktu :
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Membimbing siswa untuk
menyimpulkan yang terkait dengan
materi pelajaran.
Melakukan penilaian belajar.
Mengajak siswa bermain mengenai
materi pahlawan.
memberikan tindak lanjut (berupa
tugas rumah yang terkait dengan
materi pelajaran).
Mengakhiri pembelajaran dengan
sama-sama membaca
“Alhamdulillah.
Memperhatikan kesimpulkan
yang terkait dengan materi
pelajaran.
Mematuhi perintah guru.
bermain mengenai materi
pahlawan.
Mengerjakan tugas rumah
yang terkait dengan materi
pelajaran.
Membacakan
”Alhamdulillah. Untuk
mengakhiri pembelajaran
Disiplin,
Rasa Ingin Tahu
Disiplin
Kerja sama
Tanggung Jawab
Religius
VII. MEDIA /ALAT DAN SUMBER BELAJARAN
Sulistyanto, Heri, dan Edy Wiyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI
Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Buku IPS IV BSE
Kurikulum kelas IV mata pelajaran IPS
LKS
Internet
Tabel Isian
Naskah Drama
VIII. PENILAIAN
No Indikator Tehnik Bentuk Instrumen Penilaian
Soal Skor
1
2
3
Menghargai para
pahlawan bangsa
dengan mengingat
jasa-jasa mereka
Menjelaskan perlunya
memiliki sikap
berjiwa besar
Memberi contoh sikap
berjiwa besar dalam
kehidupan sehari-hari
Tertulis Soal
Uraian
1. Sebutkan jasa-jasa pahlawan
Jendral Sudirman?
2. Bagaimanakah cara kita untuk
menghargai jasa para pahlawan?
3. Apa yang dimaksud dengan
sikap berjiwa besar?
4. Seberapa pentingkah mempunyai
sikap berjiwa besar?
5. Sebutkan contoh sikap berjiwa
besar dalam kegiatan sehari-hari?
20
20
20
20
20
Skor Maksimal 100
Bogor, ......................................
Guru kelas
(IRMA MAYAWATI)
Mengetahui
Kepala Sekolah
(......................................................)
Judul: Jasa Jendral Sudirman Terhadap Bangsa
Tema: Sosial
Durasi: Pendek
Jumlah pemeran: 4 orang
Sinopsis Drama Pahlawan
Ada empat orang bersahabat, yaitu Mirza, Nina, Imam, dan Yoga. Yoga adalah sosok remaja
yang kurang menghargai jasa pahlawan, bahkan sejarah tentang Jendral Sudirman pun tidak
diketahuinya. Yoga mendapat teguran dari teman-temannya.
Dialog Drama Dimulai...
Yoga: Jendral Sudirman itu siapa sih?
Mirza: Memangnya kenapa? Kamu ini aneh, masak jendral Sudirman kamu nggak tahu.
Nina: Iya nih orang, masak pahlawan bangsa nggak tahu.
Imam: Itu arinya, kamu itu tidak menghargai perjuangan dan jasa Jendral Sudirman, Ga.
Jendral Sudirman itu salah satu pahlawan bangsa, mestinya kamu tahu.
Yoga: Emangnya aku harus menghafal semua nama-nama pahlawan, kan ada banyak gimana
aku bisa menghafal.
Mirza : Ya tapi setidaknya kalau Jendral Sudirman harusnya kamu tahu lah..
Nina: Iya, benar itu.
Yoga: Memangnya apa sih jasa Jendral Sudirman terhadap bangsa Indonesia? Kok dimana-
mana nama jalan itu Jendral Sudirman melulu.
Imam: Banyak sekali. Pokonya dia itu punya jasa yang tak terhingga terhadap kita-kita ini.
Mirza: Iya, benar apa yang dikatakan imam itu. Makanya, kamu itu kebangetan sekali Ga
kalau Jendral Sudirman saja nggak tahu.
Nina: Iya, seharusnya kamu tahu kalau Jendral Sudirman adalah salah satu tokoh sekaligus
pahlawan nasional yang sangat dibangga-banggakan.
Yoga : Oh... gitu toh
Nina : Kok cuman bilang gitu toh... gimana sih kamu ini, Ga ?
Yoga : Nah, trus aku harus gimna? Iya sekarang aku sudah tahu kalau jendral sudirman itu
salah satu pahlawan bangsa.
Imam : ya jangan cuman bilang sudah tahu, kamu harus menghargai perjuangan beliau.
Yoga : menghargai gimana? Trus aku harus gimana? Kamu ini bikin aku pusing saja.
Mirza : bingung gimana? Kalau kamu sudah tahu bahwa jendral sudirman itu salah satu
pahlawan bangsa, maka kamu harus menghargai perjuangannya.
Yoga : iya, aku menghargai, tetapi gimana maksud kamu?
Mirza : kamu harus bisa menjadi anak bangsa yang mau meneruskan perjuangan jendral
sudirman. Itu namanya au meenghargai jasa beliau.
Yoga : Ok....
Rubrik Penilaian Berbicara
No Unsur yang dinilai SKOR
1 2 3 4 5
1 Ekspresi Fisik
a) Berdiri tegak melihat khalayak
b) Mengubah ekspresi wajah sesuai perubahan
pernyataan yang disampaikan
c) Gerak tubuh dan gerak tangan (unsur kinestik)
membantu memberikan penegasan
2. Ekspresi Suara
a) Berbicara dengan kata-kata yang jelas
b) Nada dan suara berubah-ubah sesuai pernyataan
c) Berbicara cukup keras untuk didengar khalayak
3 Ekspresi Verbal
a) Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan
arti
b) Tidak mengulang-ulang pernyataan
c) Menggunakan kalimat yang lengkap untuk
mengutarakan satu pikiran
d) Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang
penting
Jumlah Skor
Skor maksimal adalah 10 x 5 = 50
Skor Perolehan
Nilai = ————————— x 100
Skor Maksimal
Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut :
1). Jika seorang siswa memperoleh skor 45-59 dapat ditetapkan sangat kompeten
2). Jika seorang siswa memperoleh skor 35-44 dapat ditetapkan kompeten
3). Jika seorang siswa memperoleh skor 30-34 dapat ditetapkan cukup kompeten
4). Jika seorang siswa memperoleh skor kurang dari 30 dapat ditetapkan tidak kompeten.
Evaluasi : Soal Benar / Salah
Nama Siswa : .......................................... Mapel : PKn
Kelas : IV Nilai :
Kerjakan soal dibawah ini dengan memilih jawaban benar atau salah !
No. Soal Jawaban
Benar Salah
1. Sikap yang menunjukkan keberanian dan pengorbanan
yang tinggi dalam berjuang mencapai suatu hal
merupakan sikap kepahlawanan
2. Rasa tidak percaya diri sabar dan leguh pendirian
merupakan seorang pahlawan yang memiliki
ketangguhan
3. Sebagai salah satu tanda cinta tanah air itu mencintai
dang menggunakan produk-produk dalam negeri.
4. Yang terlahir di negeri haria pulau saparua Maluku
pada tahun 1983 yakni Thomas Matulessy.
5. RA., Kartini gemar sekali membaca dan menulis
sehingga dapat mengarang buku yang berjudul
“Seandainya aku seorang belanda”.
SOAL PRETEST SIKLUS
1. Berikut ini yang termasuk ciri-ciri sikap kepahlawanan adalah ....
a. berani dan tertib c. berani dan rela berkorban
b. gotong royong dan berani d. sabar dan gotong royong
2. Seorang pahlawan sejati akan melakukan perjuangan dengan tujuan ....
a. mendapat imbalan c. ikhlas tanpa pamrih
b. mendapat pujian d. untuk kepentingan diri sendiri
3. Menghargai pahlawan yang paling penting adalah dengan cara ....
a. menjadikan namanya sebagai nama jalan
b. menabur bunga di makamnya
c. memuat gambarnya pada uang kertas
d. meneruskan cita-cita perjuangannya
4. Seorang pahlawan wanita yang berasal dari Aceh adalah ....
a. RA Kartini c. Dewi Sartika
b. Cut Nyak Dhien d. Nyi Ahmad Dahlan
5. Menghargai jasa pahlawan merupakan salah satu bentuk sikap ....
a. ingin dipuji c. berjiwa besar
b. chauvinisme d. kapitalis
6. Sikap kepahlawanan harus diterapkan oleh ....
a. pegawai negeri c. presiden dan para menteri
b. para anggota DPR dan MPR d. seluruh masyarakat Indonesia
7. Orang yang berjasa terhadap bangsa atau negara disebut ....
a. pahlawan c. polisi
b. presiden d. tentara
8. Jenderal Ahmad Yani adalah salah satu pahlawan ....
a. Revolusi c. Kemerdekaan
b. Proklamasi d. Pergerakan Nasional
9. Berkat perjuangan dan jasa para pahlawan di masa penjajahan, akhirnya bangsa
Indonesia mendapat ....
a. kejayaan c. kemudahan
b. kemerdekaan d. kesengsaraan
10. Menyerahkan sebagian tanahnya untuk pembangunan merupakan wujud rela berkorban
yang diwujudkan di ....
a. lingkungan sekolah c. lingkungan bernegara
b. lingkungan kelas d. lingkungan keluarga
SOAL POST TES SIKLUS
1. Menyeberangkan seorang nenek di jalan merupakan contoh wujud dari sikap ....
a. berani c. kerukunan
b. kepahlawanan d. toleransi
2. Wujud ikut serta seorang pelajar dalam memajukan bangsa adalah dengan cara ....
a. semangat lebih maju c. menjaga kesehatan badan
b. bersikap terbuka d. belajar dengan giat
3. Orang yang disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa adalah ....
a. pejuang kemerdekaan c. dokter
b. pegawai pemerintah d. guru
4. Musuh utama pelajar yang harus diperangi saat ini adalah ....
a. penjajah c. penjahat
b. pemerintah d. kemalasan
5. Salah satu sikap kepahlawanan adalah ... .
a. berani menentang siapa saja
b. berani membela kebenaran dan keadilan
c. mendahulukan kepentingan sendiri
d. mendahulukan kepentingan kelompok sendiri
6. Seorang siswa Kelas 4 SD mempraktikkan semangat kepahlawanan dengan cara … .
a. tekun dan rajin belajar c. memberantas kemiskinan
b. mencegah kejahatan d. menegakkan keadilan
7. Mohammad Husni Thamrin adalah pahlawan nasional. Selain itu, beliau adalah tokoh
masyarakat ... .
a. Minangkabau c. Betawi
b. Yogyakarta d. Bugis
8. Jendral Ahmad Yani, Mayor Jenderal R. Suprapto, Mayor Jenderal MT Haryono, dan
Mayor Jenderal S. Parman adalah pahlawan bangsa. Mereka termasuk Pahlawan ... .
a. revolusi c. kemerdekaan
b. reformasi d. proklamator
9. Yang merupakan pahlawan proklamator Indonesia adalah... .
a. Ir. Sutami dan Drs. Muhammad Musa
b. Ir. Soekarno dan Drs. Muhamad Hatta
c. Ir. Sutardjo dan Drs. Muhammad Haiti
d. Ir. Sukandar dan Drs. Muhamad Abubakar
10. Berjiwa besar untuk mengakui kekalahan biasanya disebut dengan sikap ... .
a. sportif c. pantang menyerah
b. percaya diri d. tidak semena-mena
KUNCI JAWABAN TES TIAP SIKLUS
1. C 3. D 5. C 7. A 9. D
2. C 4. B 6. D 8. B 10. B
KUNCI JAWABAN TES TIAP SIKLUS
1. B 3. D 5. B 7. C 9. B
2. D 4. D 6. A 8. C 10. A
Persentase hasil observasi terhadap Guru
No Aspek yang diamati Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1
2
3
4
Membuat RPP
Membuat dan Menggunakan Media
Pelaksanaan Pembelajaran
a. Apresiasi
b. Motivasi siswa
c. Kualitas penguasaan
d. Kualitas penjelasan materi
e. Penggunaan metode pembelajaran
f. Keterampilan memberi dan
menjawab pertanyaan
g. Pemberian tugas
h. Penutup pelajaran
Kepribadian
Jumlah (Ʃ)
Persentase (%)
Rata-rata
Keterangan
Persentase hasil observasi terhadap siswa
No Aspek Rincian Persentase Rata-
rata
1 Visual
a. Siswa memperhatikan dan
mendengarkan penjelasan
guru
2 Menulis
a. Siswa mencatat
penjelasan guru
b. Siswa mengerjakan
latihan soal atau tugas
3 Oral
a. Siswa mengajukan
pertanyaan
b. Siswa menjawab
pertanyaan
c. Siswa berdiskusi dengan
baik
4 Mental dan
Emosional
a. Ekspresi siswa dalam
Rata-rata