Upload
buikhanh
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN BEBAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN BOLAVOLI
(Studi Pengembangan pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet
di Surakarta)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh:
Nurrul Riyad FadhliA 121008021
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN BEBAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN BOLAVOLI
(Studi Pengembangan pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet
di Surakarta)
TESIS
oleh
Nurrul Riyad Fadhli
A 121008021
KomisiPembimbing
Nama Tanda Tangan Tangggal
Pembimbing I Prof. Dr. SugiyantoNIP. 194911081976091001
……………… ..........……….
Pembimbing II Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr. AIFONIP. 194805311976031001
……………… ........………..
Telah dinyatakan memenuhi syarat
Pada tanggal Januari 2013
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Program Pasca Sarjana UNS
Dr. Agus Kristiyanto, M.PdNIP. 19651128 199003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN BEBAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN BOLAVOLI
(Studi Pengembangan Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet di Surakarta)
TESIS
OlehNurrul Riyad Fadhli
A121008021
Tim penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. Agus Kristiyanto, M.PdNIP. 19651128 199003 1 001
....................... .................
Sekretaris Dr. Sapta Kunto Purnama, M.PdNIP. 196803231993031012
........................ .................
Anggota Penguji
Prof. Dr. SugiyantoNIP. 194911081976091001
Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr. AINIP. 194805311976031001
........................
........................
.................
.................
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal 2013
Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.NIP. 196107171986011001
Dr. Agus Kristiyanto, M.PdNIP. 19651128 199003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul, “PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN BEBAN
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK PEMAIN
BOLAVOLI (Studi Pengembangan Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat
Intermediet di Surakarta)” adalah benar-benar karya sendiri dan bebas
plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh dan
disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17,
tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagau author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi
dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-
UNS berhak mempublikasikanya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh
Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari
ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik
yang berlaku.
Surakarta, 8 Januari 2013
Nurrul Riyad FadhliNIM. A 121008021
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Jangan sibukkkan diri untuk mencoba menjadi lebih baik dari
teman atau para pendahulu kita, tapi mencoba untuk menjadi
lebih baik dari diri kita sekarang karena dalam hidup ini tidak
ada competitor, semua adalah teman dan guru untuk belajar.
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DEDICATIONS
With my sincerity and honest, this thesis is dedicated to:
My beloved Father and Mother, for their prayer, support, advice, and love that make the writer grows to be mature.
My sister Novitasari and my brother M. Khoirul Umam who always support me in finishing this thesis.
My critical friends; Taufik , Aziz, Dona, Lubis, Sandi, Nur Satya,Garry, Deaz, Miftah, Ucil and Filli who always accompany me to discuss
both the important things and the silly things.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmatNya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan
serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd selaku ketua program studi ilmu keolahragan
sekaligus sebagai ahli bolavoli yang telah memberikan masukan dan arahan
demi kesempurnaan produk hasil penelitian.
4. Prof. Dr. Sugiyanto, Selaku pembimbing I yang telah secara seksama dan
dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga
untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr, AIFO selaku pembimbing II yang telah secara
seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu,
serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai.
6. Prof. Dr. M. E. Winarno, M.Pd selaku ahli bolavoli yang telah memberikan
masukan dan arahan demi kesempurnaan produk hasil penelitian serta
dukunganya hingga terselesaikanya studi ini.
7. Eriek Satya H, S.Pd dan Teja Krisna, S.Pd selaku ahli bolavoli yang telah
memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan produk hasil penelitian.
8. Ketua dan anggota UKM bolavoli UNS dan UTP Surakarta yang telah
mengjinkan untuk melakukan penelitian.
9. Rekan-rekan program studi IOR angkatan 2010 dan 2011 yang telah
membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril
atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang
diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh
dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap
saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis
ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 8 Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL TESIS............................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
ABSTRAK ....................................................................................................... xvi
ABSTRACT ....................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................. 5
C. Rumusan Masalah ................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
G. Asumsi .................................................................................... 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 12
1. Kajian Teori ...................................................................... 12
a. Profil Bolavoli ................................................................... 12
b. Analisis Kondisi Fisik Bolavoli ........................................ 14
1) Servis ........................................................................... 14
2) Pasing .......................................................................... 16
3) Semes .......................................................................... 19
4) Blok ............................................................................. 23
c. Latihan Fisik ..................................................................... 27
1) Tujuan latihan fisik ..................................................... 29
2) Prinsip latihan fisik ..................................................... 30
3) Komponen latihan fisik ............................................... 34
d. Latihan Beban ................................................................... 40
1) Prinsip Latihan Beban ................................................. 43
2) Intensitas Latihan Beban ............................................. 47
3) Sistem Energi Latihan Beban ...................................... 54
4) Adaptasi Latihan Beban .............................................. 57
e. Model Latihan Beban untuk Bolavoli .............................. 58
1) Model........................................................................... 58
2) Pemain Bolavoli Tingkat Intermediet ......................... 60
3) Latihan Daya Tahan ................................................... 64
4) Latihan Kekuatan ....................................................... 66
5) Latihan Power ............................................................. 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
6) Metode Latihan Beban untuk Bolavoli ...................... 70
2. Penelitian Yang Relevan ................................................... 72
B. Kerangka Berfikir .................................................................... 73
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 78
B. Jenis Penelitian ........................................................................ 80
C. Sumber Data ............................................................................ 91
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 93
E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 94
F. Jenis Data ................................................................................ 101
G. Teknik Pengolahan Data ......................................................... 102
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Hasil Penelitian........................................... 110
B. Tahap Pendahuluan ................................................................. 111
C. Pengembangan Produk ............................................................ 112
D. Uji Efektifitas Produk Pengembangan..................................... 123
E. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 131
BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................... 144
B. Implikasi .................................................................................. 147
C. Saran ........................................................................................ 148
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 150
Lampiran-Lampiran ........................................................................................ 153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tingkat intensitas latihan kecepatan dan kekuatan ....................... 36
2.2 Lima daerah intensitas untuk olahraga cyclic................................ 36
2.3 Intensitas berdasarkan reaksi denyut jantung................................ 38
2.4 Bentuk latihan beban dan kelompok otot utama yang dilatih ....... 42
2.5 Kategori intensitas dan tipe kontraksi ........................................... 47
2.6 Hubungan jumlah beban dan tipe kekuatan .................................. 48
2.7 Bentuk kekuatan dan irama latihan ............................................... 49
2.8 Dosis latihan beban ....................................................................... 51
2.9 Karakteristik sistem energi............................................................ 56
2.10 Ruang lingkup produk pengembangan.......................................... 76
3.1 Waktu dan tempat penelitian......................................................... 78
3.2 Desain uji efektifitas produk ........................................................ 89
3.3 Persentase hasil evaluasi subyek uji coba ..................................... 109
4.1 Gambaran umum hasil penelitian.................................................. 110
4.2 Hasil wawancara pelatih bolavoli di surakarta.............................. 111
4.3 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli akademisi bolavoli 1 .............. 114
4.4 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli akademisi bolavoli 2 .............. 116
4.5 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli praktisi bolavoli 1 ................. 117
4.6 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli bolavoli praktisi 2 ................. 118
4.7 Kesimpulan data kuantitatif evaluasi ahli .................................... 119
4.8 Persentase hasil evaluasi .............................................................. 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
4.9 Data kuantitatif hasil uji coba kelompok kecil, n=12 ................... 121
4.10 Persentase hasil evaluasi .............................................................. 121
4.11 Data kuantitatif hasil uji coba kelompok besar, n=24 .................. 122
4.12 Persentase hasil evaluasi .............................................................. 123
4.13 Rekapitulasi data hasil tes awal kelompok eksperimen ............... 124
4.14 Rekapitulasi data hasil tes awal kelompok kontrol ...................... 124
4.15 Rekapitulasi data hasil tes akhir kelompok eksperimen ............... 125
4.16 Rekapitulasi data hasil tes akhirkelompok kontrol ...................... 125
4.17 Ringkasan hasil uji normalitas distribusi frekuensi ...................... 126
4.18 Ringkasan hasil uji homogenitas variansi populasi ...................... 127
4.19 Data hasil tes awal dan tes akhir ................................................... 128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kelompok otot besar yang harus dilatih dalam latihan beban............ 45
3.1. Bagan prosedur pengembangan, diadaptasi dari Borg & Gall ........... 82
3.2. Bagan instrumen pengumpul data ...................................................... 94
3.3. Bagan bateri tes kemampuan fisik...................................................... 98
3.4. Bagan teknik pengolahan data kualitatif ............................................ 102
3.5. Bagan pemeriksaan keabsahan data ................................................... 105
3.6. Bagan teknik pengolahan data kuantitatif .......................................... 106
4.1. Histogram hasil tes awal dan tes akhir kelompok eksperimen........... 129
4.2. Histogram hasil tes awal dan tes akhir kelompok kontrol.................. 130
4.3. Histogram nilai beda........................................................................... 130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil wawancara ....................................................................... 153
Lampiran 2. Kisi-kisi angket ahli................................................................... 155
Lampiran 3. Kuesioner evaluasi ahli.............................................................. 156
Lampiran 4. Data hasil evaluasi ahli .............................................................. 162
Lampiran 5. Kisi-kisi kuesioner uji coba produk........................................... 168
Lampiran 6. Angket uji coba produk ............................................................. 169
Lampiran 7. Data uji coba kelompok kecil .................................................... 173
Lampiran 8. Data uji coba kelompok besar ..................................................... 174
Lampiran 9. Penyajian data hasil tes awal dan tes akhir.................................. 175
Lampiran 10. Uji prasarat analisis .................................................................. 177
Lampiran 11. Analisis data uji efektifitas ....................................................... 182
Lampiran 12. Produk pengembangan ............................................................. 186
Lampiran 13. Catatan lapangan dan dokkumentasi ......................................... 331
Lampiran 16. Surat keterangan penelitian ....................................................... 349
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Fadhli, Nurrul Riyad, A 121008021.2012. Pengembangan Model Latihan Beban Untuk Meningkatkan Kemampuan Fisik Pemain Bolavoli (Studi Pengembangan Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet di Surakarta). Tesis, Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing (1) Prof. Dr. Sugiyanto, (2) Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr, AIFO.
Kata kunci: Bolavoli, Latihan beban, Penelitian Pengembangan.
Latar belakang penelitian ini adalah belum adanya model-model latihan beban secara khusus yang diberikan untuk pemain bola voli putra tingkat intermediet di Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun model latihan beban yang baik, melaksanaan uji coba produk pengembangan, dan melaksanaan uji efektifitas produk untuk mengetahui hasil uji keefektifan model latihan beban untuk peningkatan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “metode penelitian pengembangan, (Research and Development)”. Hasil penelitian yang pertama adalah analisis kebutuhan dengan menggunakan metode wawancara untuk mengetahui permasalahan kemampuan fisik para pemain tingkat intermediet di surakarta, dari hasil wawancara diketahui bahwa latihan kemampuan fisik tidak menggunakan metode latihan beban.
Tahap kedua adalah perancangan produk awal, dalam hal ini model latihan beban didasarkan pada kajian teoritis, sehingga dirumuskan dalam susunan sebagai berikut: (1) Teori umum bolavoli, (2) Analisis kebutuhan fisik bolavoli. (3) Teori umum latihan beban. (4) Latihan beban untuk bolavoli. (5) Program latihan beban untuk bolavoli. (6) Evaluasi kemampuan fisik dalam bolavoli.
Tahap ketiga adalah uji coba produk. Uji coba yang pertama adalah uji coba ahli dengan menggunakan empat ahli bolavoli dengan 24 butir pertanyaan dengan hasil 80.77 % dan dapat diinterpretasikan bahwa rancangan produk bisa diuji cobakan pada tahap selanjutnya. Uji coba kelompok kecil dengan jumlah subjek 12 menggunakan instrumen angket dengan jumlah pertanyaan 12. Hasil uji kelompok kecil adalah 76.67%. uji coba kelompok besar dengan 24 subjek dengan hasil 72.71%.
Tahap yang keempat adalah uji efektifitas produk dengan membandingkan dua kelompok, satu kelompok diberi perlakuan produk pengembangan dan kelompok lain diberi perlakuan secara konfensional dengan penggunakan pre testdan post test desain. Nilai beda untuk masing-masing kelompok berdasarkan tes adalah: Nilai beda tes 1 kelompok eksperimen 19, kelompok kontrol 8. Nilai beda tes 2 kelompok eksperimen 36, kelompok kontrol 6. Nilai beda tes 3 kelompok eksperimen 40, kelompok kontrol 8. Nilai beda tes 4 kelompok eksperimen 49, kelompok kontrol 12. Nilai beda tes 5 kelompok eksperimen 35, kelompok kontrol 12. Nilai beda tes 6 kelompok eksperimen 28, kelompok kontrol 15. Nilai beda tes 7 kelompok eksperimen 387, kelompok kontrol 100. Sebagai simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
akhir dinyatakan bahwa produk terbukti efektif meningkatkan kemampuan fisikpemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT
Fadhli, Nurrul Riyad, A 121008021. 2012. Developing Weight Training Exeercises Model To Improve Physic Ability Volleyball Player (Development Study for intemediate level of male volleyball player in Surakarta). Thesis, Sport Sience Program Study, Post Graduate Program of Sebelas Maret University. Thesis Adviser (1) Prof. Dr. Sugiyanto, (2) Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr, AIFO.
Keyword: Volleyball, Weight Training, Research and Development.
The background of this study is it has not been a special weight training models for intemediate level of male volleyball player in Surakarta yet. The purpose of this research are to design a good weight training model, to try out the product, and to find out the result of the effectiveness of product to improve physic ability for intemediate level of male volleyball player in Surakarta.
The method used in this research in Research and Development. The first result of the research is the need analysis trough interviews to know the problem of physic ability of male volleyball player in the intermediate level in surakarta. From the interviews, it can be seen that the daily practice of physic ability was done without weight training.
The second step is the planning of preliminary product. In this research, the model was designed based on some related theories so it can be formulated as follows: (1) general theory of volleyball (2) need analiysis of volleyball physic (3) general theory of weight training (4) weight training for volleyball (5) weight training program for volleyball (6)evaliation of physic ability in volleyball.
The third product is the result of try out is from expert jugment by four expert with quetsion of 24 item. The result 80.77%. it can be intepreted that the product design can be trayed out next step. The try ot of small group whose subject is 12 uses quetsionary whose quetsionair whose are 12 item. The result try ot for small group is 76.67%. The result try ot for big group is 72.71%.
The fouth step is the signifince test the product by comparing betwen two group the experiment group was given treatmen of product developed by the researcher and the control group was given the conventional treatmen. The discrimination score to each group based on the test are; (1) the discrimination score for an experiment group is 19 while the control group is 8, (2) the discrimination score for two experiment groups is 36 while the control groups is 6, (3) the discrimination score for three experiment groups is 40 while the control groups is 8, (4) the discrimination score for four experiment groups is 49 while the control group is 12, (5) the discrimination score for five experiment groups is 35 while the control groups is 12, (6) the discrimination score for six experiment groups is 28 while the control groups is 15, (7) the discrimination score for seven experiment groups is 387 while the control groups is 100. In conclusion, the product of this research is effective to improve the physic ability of male volleyball player in the intermediate level in Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bolavoli pertama kali diperkenalkan oleh William G. Morgan dari
Amerika Serikat pada tahun 1855. Bolavoli masuk ke Indonesia pada tahun 1928,
yang dibawa oleh bangsa Belanda. Bolavoli di Indonesia mulai dipertandingkan
pada PON III tahun 1953 di Medan. Pada tanggal 22 Januari 1955, lahirlah
organisasi bolavoli di Indonesia yaitu Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia
(PBVSI), dengan ketuanya W. J. Latumeten. PBVSI di bawah anggota
International Volley Ball Federation (IVBF). IVBF sendiri terbentuk pada tahun
1948 yang beranggotakan 15 negara.
Pada masa sekarang cabang olahraga bolavoli sangat populer di kalangan
pelajar ataupun mahasiswa. Berbagai daerah di Indonesia telah banyak diadakan
acara pertandingan bolavoli antar pelajar dan antar mahasiswa. Pertandingan antar
pelajar dan mahasiswa tersebut merupakan ajang atau tempat adu bakat yang
dimiliki oleh pelajar, khususnya dalam cabang olahraga bolavoli.
Tujuan lain diadakannya pertandingan bolavoli antar pelajar dan
mahasiswa, yaitu untuk memupuk rasa persaudaraan dan persatuan diantara
sesama, memperoleh pengalaman yang berharga, menjauhkan pelajar dan
mahasiswa dari tindakan yang tidak berguna, sehingga diharapkan dengan adanya
ajang pertandingan tersebut, siswa dapat mengisi waktu luang yang ada untuk
kegiatan yang bermanfaat. Untuk pembinaan yang mengarah ke pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
prestasi diarahkan kepada siswa yang berminat pada satu atau beberapa cabang
olahraga tertentu dan dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler, UKM pada
mahasiswa maupun pada klub pembinaan bolavoli tingkat intermediet.
Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan
berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Di tengah
lapangan ada garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi 2 sama
besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan untuk
putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu terdapat 6
pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan. Viera, dkk.
(2000:3-4). Permainan bolavoli maksimal berlangsung selama 5 set. Pada set I
sampai dengan set IV, bagi tim yang mengumpulkan poin 25 terlebih dahulu
dengan minimal selisih 2 angka dinyatakan memenangkan set tersebut. Sedangkan
pada set V tim dinyatakan menang bila telah mengumpulkan poin 15 terlebih
dahulu dengan minimal selisih 2 angka. Suatu regu dinyatakan memenangkan
pertandingan bila telah dapat memenangkan sebanyak 3 set terlebih dahulu. Setiap
regu mendapatkan poin bila mampu memenangkan reli, baik melakukan servis
maupun tidak (FIVB, 2005)
Berdasarkan ide dasar dan peraturan permainan tersebut di atas, beberapa
ahli berpendapat bahwa untuk mendukung penguasaan teknik, taktik dan
kematangan bertanding diperlukan unsur-unsur fisik tertentu. Bertucci (1982:189)
menyebutkan beberapa variabel fisik yang diperlukan dalam permainan bolavoli,
yang meliputi explosive power, speed of movement, dan muscular endurance.
Semua atribut fisik tersebut pada dasarnya tergantung pada kekuatan otot yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
digunakan untuk menampilkan keterampilan yang terlibat. Dengan demikian,
peningkatan kekuatan harus dapat meningkatkan keseluruhan atribut fisik
tersebut.
Gerak yang mendominasi dalam permainan bolavoli adalah gerak
meloncat dan melompat baik pada waktu menyerang dengan melakukan smesh
maupun saat bertahan dengan cara melakukan blok. Untuk itu diperlukan
lompatan dan raihan yang tinggi dari pemain agar dapat memukul dan
mengarahkan bola ke daerah lawan dengan baik. Dengan loncatan yang tinggi
diharapkan kedua lengan dapat melampaui bagian atas net atau bahkan dapat
menjulur ke daerah lawan saat melakukan blok, sehingga sudut pukulan lawan
menjadi terbatas. Kemampuan tersebut mengharuskan pemain memiliki power
otot tungkai yang cukup besar. Disamping itu pemain juga perlu memiliki power
otot lengan yang tinggi agar mampu melakukan smesh yang keras sehingga
pemain lawan akan kesulitan membendung bola yang mengarah ke daerah
permainannya. Keadaan tersebut sesuai dengan pendapat Mc Gown (1994:189)
yang menyatakan bahwa “Explosive strengthis a vital volleyball players. They
need it to jump their highest, hit their hardest, get to balls thst other player can’t.
sedngkan Mc Gown (1994:87), menyatakan bahwa pemain bolavoli memerlukan
pengembangan kekuatan untuk meningkatkan power, stabilitas persendian, daya
tahan otot, dan mencegah cedera.
Permainan bolavoli sangat membutuhkan kekuatan dan power otot, selain
itu dalam permainan bolavoli juga diperlukan kecepatan dan kelincahan.
Kecepatan merupakan salah satu komponen fisik yang penting dalam permainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
bolavoli, hal ini disebabkan karena sebagian besar gerak atlet selama permainan
berlangsung selalu berpindah-pindah tempat, lari, merespon rangsang yang
datang, dan mengubah arah secara cepat. Meskipun kecepatan kontraksi otot atlet
lebih dominan ditentukan oleh faktor genetik, akan tetapi kecepatan dapat
ditingkatkan melalui latihan explosive strenght, latihan teknik gerak yang efisien
dan melalui latihan kecepatan. Bompa (2000:63) menyatakan bahwa kecepatan
mencakup tiga elemen, yaitu waktu reaksi, waktu gerak, dan kecepatan lari. Oleh
karena itu dalam melatih kecepatan perlu memperhatikan ketiga elemen tersebut.
Bompa (2000:197), menyatakan bahwa dalam menyusun program latihan
jangka panjang untuk atlet usia 16-18 tahun, unsur-unsur fisik yang perlu dilatih
yaitu kordinasi yang bersifat kompleks, fleksibilitas khusus, kecepatan memutar
dan mengubah arah, kecepatan reaksi, daya tahan otot, power, daya tahan aerobik,
dan daya tahan anaerobik. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka komponen-
komponen fisik dalam permainan bolavoli yang diteliti dalam penelian ini
mencakup kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, daya tahan otot lengan,
daya tahan otot tungkai, daya tahan otot perut, power otot tungkai dan power otot
lengan.
Bolavoli di Jawa Tengah sangat berkembang dengan pesat, terbukti
dengan salah satu finalis ProLiga berasal dari Jawa Tengah, tetapi hal ini belum
mengimbas kepada Surakarta, terbukti dari hasil PORPROV Jateng untuk cabang
bolavoli, prestasi Kota Surakarta belum maksimal, hal ini disebabkan karena
pembinaan prestasi bolavoli hanya menitik beratkan pada latihan teknik dan
taktik, kemampuan fisik yang menjadi faktor utama untk berprestasi belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menjadi pusat perhatian yang utama. Pernyataan di atas diperkuat dari hasil
wawancara dengan beberapa pelatih bolavoli di Surakarta bahwa proses latihan
bolavoli kurang berjalan secara maksimal karena terkendala oleh beberapa hal,
terutama latihan kemampuan fisik pemain dengan menggunakan latihan beban
belum terlaksana dengan baik. Dari permasalahan tersebut peneliti akan
mengangkat judul. “Pengembangan Model Latihan Beban Untuk
Meningkatkan Kemampuan Fisik Pemain Bolavoli” (Studi Pengembangan
Pada Pemain Bolavoli Putra Tingkat Intermediet Di Surakarta)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Prestasi bolavoli di Surakarta yang belum maksimal.
2. Kemampuan fisik pemain bolavoli intermediet di Surakarta kurang baik.
3. Belum adanya model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat intermediet
di Surakarta .
4. Pelaksanaan latihan untuk pemain bolavoli tingkat intermediet yang belum
maksimal.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model latihan beban yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet
di Surakarta secara efektif dan efisien?
1. Bagaimanakah pelaksanaan dan hasil studi pendahuluan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat
intermediet di Surakarta?
2. Produk model latihan beban seperti apa yang baik untuk meningkatkan
kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta
secara efektif dan efisien?
a. Produk model latihan beban seperti apa yang diduga dapat meningkatkan
kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta?
b. Bagaimana hasil pelaksanaan evaluasi ahli dari penerapan produk
pengembangan model latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat
intermediet di Surakarta?
c. Bagaimana hasil pelaksanaan uji coba kelompok kecil dan uji coba
kelompok besar dari pengembangan model latihan beban untuk pemain
bolavoli tingkat intermediet di Surakarta?
3. Bagaimanakah pelaksanaan dan hasil uji keefektifan model latihan beban
untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat
intermediet di Surakarta?
a. Bagaimanakah signifikasi perbedaan kemampuan fisik pemain bolavoli
putra tingkat intermediet yang mengikuti latihan beban dengan
kemampuan fisik pemain bolavoli putra yang melakukan latihan
peningkatan kemampuan fisik secara konvensional?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Bagaimanakah perbandingan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat
intermediet berdasarkan perbedaan skor tes akhir dan tes awal kelompok
latihan dengan beban dan kelompok latihan peningkatan kemampuan fisik
secara konvensional?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengembangkan
model latihan beban yang baik untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain
bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta secara efektif dan efisien.
1. Melaksanaan dan mengetahui hasil studi pendahuluan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat
intermediet di Surakarta.
2. Mengetahui model latihan beban yang baik untuk meningkatkan kemampuan
fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta secara efektif dan
efisien.
a. Membuat model latihan beban yang diduga dapat meningkatkan
kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta.
b. Melaksanakan dan mengetahui hasil pelaksanaan evaluasi ahli dari
penerapan produk pengembangan model latihan beban untuk pemain
bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.
c. Melaksanakan dan mengetahui hasil pelaksanaan uji coba kelompok kecil
dan uji coba kelompok besar dari pengembangan model latihan beban
untuk pemain bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Melaksanakan dan mengetahui hasil uji keefektifan model latihan beban untuk
meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet di
Surakarta.
a. Mengetahui signifikasi perbedaan kemampuan fisik pemain bolavoli putra
tingkat intermediet yang mengikuti latihan beban dengan kemampuan fisik
pemain bolavoli putra yang melakukan latihan peningkatan kemampuan
fisik secara konvensional.
b. Mengetahui perbandingan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat
intermediet berdasarkan perbedaan skor tes akhir dan tes awal kelompok
latihan dengan beban dan kelompok latihan peningkatan kemampuan fisik
secara konvensional.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian Pengembangan ini dilakukan oleh peneliti setelah melakukan
pengamatan, serta studi pendahuluan dan peneliti mengetahui belum adanya
model-model latihan beban yang dalam hal ini merupakan salah satu hal yang
fundamental dalam olahraga bolavoli karena merupakan unsur pokok dalam
berprestasi, sehingga untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli
dibutuhkan pengembangan model latihan beban yang nantinya diharapkan dapat
memberikan sumbangan untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli.
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini dijelaskan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1. Manfaat Teoritis
Penelitian pengembangan model latihan beban ini dilakukan untuk
memberikan model latihan yang baru atau untuk menambah perbendaharaan
model-model latihan-latihan yang sudah ada sebelumnya guna mencapai tujuan
yang lebih baik dari sebelumnya. Pengembangan model latihan sangat diperlukan
untuk peningkatan kemampuan fisik pemain bolavoli. Dengan adanya penelitian
ini diharapkan dapat menambah referensi baru tentang model-model latihan beban
bolavoli agar dapat digunakan secara maksimal. Diharapkan juga bahwa
penelitian ini dapat dijadikan panduan untuk pemberian latihan-latihan berikutnya
pada tim-tim bolavoli yang membina atlet tingkat intermediet.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti
Penerapan teori dan praktek yang didapat selama menempuh kuliah. Dan
juga dapat memberikan tambahan wawasan tentang peningkatan kemampuan fisik
olahraga bolavoli melalui program latihan beban sacara menyeluruh sehingga
dapat melakukan penerapan ilmu yang telah diperoleh dengan baik.
2. Bagi pelatih bolavoli
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelatih bolavoli
di Surakarta untuk menerapkan cara pelatihan peningkatan kemampuan fisik atlet
bolavoli yang efektif dan efisien sehingga latihan dapat dengan tepat mengenai
sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Bagi Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret
Sebagai bahan pustaka dan tambahan referensi tentang latihan beban untuk
bolavoli.
F. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah suatu pemikiran awal tentang penelitian yang
akan disusun dan merupakan acuan untuk melaksanakan penelitian. Menurut
Winarno (2007:18) “asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang
suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan
penelitian”. Asumsi penelitian ada dua, yaitu:
1. Asumsi substantive
Asumsi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dari masalah
penelitian yang akan di ungkap perlu diberikan suatu asumsi yang terkait masalah
tersebut yang merupakan simpulan awal dari hasil atau tujuan dari penelitian yang
dilakukan. Asumsi substantive ini juga akan terkait penelitian ini dilakukan di
suatu tempat tersebut. Asumsi substantive dalam penelitian ini adalah kemampuan
fisik bisa ditingkatkan dengan menggunakan model latihan beban.
2. Asumsi metodologis
Asumsi metodologis adalah asumsi yang berhubungan dengan metodologi
penelitian. Dari metodologi yang digunakan dalam penelitian dapat diberikan
suatu rancangan metodologi awal guna membatasi atau menentukan rancangan
dari hasil penelitian yang dilakukan. Prosedur yang dilakukan dapat dijelaskan
terlebih dahulu untuk mepermudah dalam melakukan analisis-analisis data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Asumsi metodologis dalam penelitian ini adalah metode penelitian
pengembangan. Penelitian pengembangan merupakan metode yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet di
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kajian Teori
a. Profil Bolavoli
Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan
berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Tengah
lapangan terdapat garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi dua
sama besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan
untuk putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu
terdapat 6 pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan,
Viera (2000:3-4). Permainan bolavoli adalah permainan dilakukan bersama-sama
karena merupakan olahraga beregu. Permainan bolavoli harus berada pada suatu
bidang lapangan yang dibagi dua dengan luas permukaan yang sama.
Teknik dasar dalam bolavoli yang digunakan dalam sebuah pertandingan
diantaranya passing, serve, smash, dan block. Teknik-teknik dasar ini yang harus
dikuasai oleh seorang pemain bolavoli, karena keempat teknik dasar tersebut akan
digunakan untuk menciptakan suatu permainan di dalam bolavoli dan
keseluruhannya merupakan satu rangkaian pada saat tim memainkan bolavoli.
Menurut Durrwachter (1982:1-2) permainan bolavoli mempunyai segi
positif, yaitu: (1) Lapangan permainan relatif kecil, perlengkapan yang
dibutuhkan sederhana, (2) sifat permainan tidak berubah apabila lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dipersempit atau jumlah pemain dikurangi, (3) gagasan permainan sederhana, (4)
kekuatan regu sangat tergantung dari semangat bermain serta kemampuan semua
pemain, (5) kecepatan reaksi kelincahan kewaspadaan serta kemampuan
konsentrasi dan daya loncat sangat dilatih, (6) resiko cedera sangat kecil. Agar
tercapainya suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai, yang berarti perlunya suatu
proses terlebih dahulu yang menuju kearah tersebut, maka perlu adanya suatu
prinsip yang melatar belakangi permainan bolavoli. Prinsip-prinsip bermain
dalam bolavoli pada hakekatnya tidak berbeda dengan permainan yang
mengutamakan kerja sama antar individu dalam suatu regu.
Menurut Roesdiyanto (1989:7) ada beberapa prinsip dalam bermain
bolavoli: (a) Prinsip teknis adalah untuk memvoli bola di udara hilir mudik di atas
net, mempergunakan bagian tubuh pinggang ke atas, dengan syarat pantulan
bersih dan setiap pemain berusaha secepatnya menjatuhkan di lapangan lawan
untuk mencari kemenangan dalam permainan. (b) Prinsip psikologis, merupakan
suatu prinsip kerja sama antar individu. Dengan demikian prinsip bermain
bolavoli secara psikologis adalah harus berpegang pada kekompakan antar
individu dalam syatu regu, jadi dengan demikian gotong royong dalam regu setiap
sikap senang dan gembira di dalam melakukan permainan bolavoli.
Permainan bolavoli terdapat beberapa unsur yang terkandung dalam
permainan tersebut seperti passing, serve, block, dan smash. Keempat unsur
tersebut sangat berpengaruh dalam suatu pertandingan bolavoli karena merupakan
teknik dasar permainan bolavoli. Menurut Roesdiyanto (1989:24) ”teknik dasar
permainan bolavoli adalah suatu proses dasar tubuh untuk melakukan keaktifan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
jasmani dan penguasaan keterampilan praktek sebaik-baiknya dalam permainan
bolavoli dan dapat menyelesaikan permainan dengan baik”.
Olahraga bolavoli memilki karakteristik gerak yang cukup kompleks.
Gerakan yang terkandung dalam olahraga bolavoli terdiri dari berbagai macam
bentuk yang terangkum menjadi satu rangkaian yang akan terbentuk sebuah
keterampilan gerak. Ketrampilan gerak ini yang nantinya muncul sebagai suatu
teknik dasar dalam permainan bolavoli. Suharno (1992:21) menyatakan
“Pengertian teknik ialah suatu proses pelaksanaan kegiatan fisik secara efektif dan
rasional yang memungkinkan tercapainya hasil tebaik dalam pertandingan.
Gerakan dalam bolavoli atau tektik dalam bolavoli akan menjadi baik jika
didasari dengan kemampuan fisik yang baik, setiap teknik dalam bolavoli
memiliki unsur-unsur fisik khusus yang harus dikembangkan untuk menunjang
performa geraknya, berikut adalah teknik dasar permainan bolavoli beserta
analisis tinjauan pendukung teknik dasar sehingga akan diketahui kebutuhan fisik
untuk melakukan masing-masing teknik tersebut.
b. Analisis Kondisi Fisik Bolavoli
Kondisi Fisik dalam bolavoli bisa diketahui dari karakteristik gerak, dalam
hal ini ditinjau dari teknik dasar permainan bolavoli.
1) Servis
Menurut Roesdiyanto (1989:27) “Servis dalam permainan bolavoli adalah
sarana pertama untuk mengadakan serangan terhadap regu lawan.” Servis pada
zaman sekarang bukan lagi sebagai awal dari suatu permainan atau sekedar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menyajikan bola, tetapi sebagai suatu serangan pertama bagi regu yang melakukan
servis. Servis ada beberapa macam: (1) Servis atas adalah service dengan awalan
melemparkan bola ke atas seperlunya. Kemudian Server memukul bola dengan
ayunan tangan dari atas. (2) Servis bawah adalah servis dengan awalan bola
berada di tangan yang tidak memukul bola. Tangan yang memukul bola bersiap
dari belakang badan untuk memukul bola dengan ayunan tangan dari bawah.
Posisi kaki saat servis yaitu dengan membuka kaki selebar bahu serta salah
satu kaki berada di depan, kaki yang berada di depan adalah kaki kebalikan dari
tangan pemukul bola servis, hal ini bertujuan untuk menambah keseimbangan
serta saat melakukan gerak lanjutan menjadi mudah karena posisi kaki salah satu
sudah di depan. Tangan yang akan memukul bola harus lurus sewaktu menyentuh
bola. Karena dalam prinsip biomekanika, Hidayat (1997:132) mengatakan bahwa
pada suatu gerak rotasi, kecepatan berbanding lurus dengan jari-jarinya. Sehingga
untuk memperoleh hasil servis yang keras harus meluruskan lengan saat impact
dengan bola.
Pelaksanaan servis secara umum dibagi 3 bagian, yaitu; (1). Melempar
bola ke atas, dalam hal ini dalam upaya melempar dibutuhkan kekuatan otot-otot
lengan yang cukup kuat terutama deltoid sebagai pangkal lengan yang juga
didukung oleh pektoralis mayor dan lattisimus dorsi. (2). Memukul bola, fase ini
merupakan fase terpenting dalam melakukan teknik servis. Kekuatan akan
berumpu pula pada otot-otot bahu, dada, triceps dan wrist. (3). Follo trough,
merupakan fase tindah lanjut. Ini menunjukkan bahwa kelompok anggota gerak
atas berfungsi maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Teknik mahir sevis dapat dilakukan dengan melompat, atau biasa disebut
dengan jump serve. Teknik servis ini juga bisa dilakukan atau dilatihkan untuk
pemain pada level intermediet, Teknik yang dilakukan hanya menambah saat
melompat ke udara yang tentunya melibatkann otot-otot tungkai, gluteus atau
trunk. Pelaksanaan servis membutuhkan hampir seluruh otot-otot bagian tubuh.
Pelaksanaan servis dengan benar dan mematikan harus didukung kemampuan
fisik yang baik, terutama power otot lengan, power otot tungkai untuk melompat
pada saat melakukan jump serve dan kekuatan otot perut sebagai pendukung dari
hasil servis yang baik.
2) Passing
Menurut Dunphy dan Wilde (2000:24) terminologi pasing adalah sentuhan
pertama dari sebuah tim setelah bola melewati net yang berasal dari servis atau
serangan. Pasing merupakan salah satu teknik dasar bolavoli, pasing betujuan
untuk menerima servis. Pasing dalam bolavoli ada dua macam, pasing bawah dan
pasing atas. Gerakan badan saat melakukan pasing bawah maupun pasing atas
tidak berbeda. Saat posisi siap akan melakukan passing, salah satu kaki didepan
dan kedua kaki ditekuk dan tubuh agak condong ke depan .Tubuh agak
membungkuk, sikap kaki seperti hendak melangkah dengan posisi kaki selebar
bahu, Durrwachter (1982:52)
Sikap awal pasing bawah adalah badan agak ditekuk, dan kaki didepan
ditekuk selebar bahu, kemudian saat perkenaan bola, badan agak tegak dan kaki
lurus mengikuti arah gerakan lengan. Gerak tangan menyongsong bola yaitu lutut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ditekuk, posisi berjongkok rendah atau melangkah lebar, punggung rata, siku
setinggi lutut, Durrwachter (1982:52)
Gerakan ancang-ancang, rentangan tubuh cepat serta gerak mengikuti arah
bola yang terpantul, jadi gerak lengan yang panjang dan diarahkan memperbesar
ketepatan dan pengoperan bola. Gerak selanjutnya adalah tubuh serta lengan
diangkat menyongsong bola, gerak lengan pada persendian bahu, tubuh atas tetap
tegak, lengan lurus, karena jika lengan menekuk pada siku saat perkenaan bola,
maka hasil pantulan bola tidak bagus.
Kaki dibuka selebar bahu agar supaya posisi semakin stabil, hal itu sesuai
dengan hokum kesetimbangan II “stabilitas berbanding lurus dengan luas bidang
tumpuannya”. Posisi badan merendah atau tungkai di tekuk juga mempunyai
tujuan menstabilkan posisi, semakin rendak titik tumpuan,maka smakin stabil
posisi kita. Imam Hidayat (1997:33) mengatakan “ makin besar jarak vertikalnya,
makin kecil stabilitasnya. Sebaliknya makin kecil jarak vertikalnya, makin besar
stabilitasnya”.
Menurut Durrwachter (1982:53) ada beberapa langkah-langkah gerakan
teknik dasar passing bawah dimulai posisi siap melakukan passing sampai posisi
setelah melakukan passing. Posisi siap menunggu kedatangan bola, tubuh agak
membungkuk, sikap kaki seperti hendak melangkah dengan posisi kaki selebar
bahu, lengan bawah diangkat sehingga mendatar. Kekuatan otot tungkai sangant
dominan dalam gerakan tersebut terutama otot-otot pada tungkai bawah, karena
posisi telapak kaki yang jinjit, sehingga diperlukan kekuatan otot tungkai bawah
bagian belakang yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Bola dipantulkan dengan lengan bawah bola mengenai kedua lengan
bawah secara bersamaan dan terpantul ke atas lagi, gerak lengan lebih mirip sikap
mengangkat atau mendorong, dan bukan memukul. Otot lengan sangat berperan
dalam sukses tidaknya melakukan pasing bawah. Otot bisep dan trisep sebagai
penopang lengan atas juga sangat berperan memberikan dorongan kekuatan dalam
melakukan pasing, terlebih pada saat melakukan pasing atas dorongan dari lengan
sangat membantu.
Pasing bawah merupakan upaya pemain dengan menggunakan sisi bagian
dalam lengan bawah untuk mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman
seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri. Pasing bawah yang baik
membutuhkan kemampuan yang baik pula. Ditinjau dari karakteristik gerakanya,
kemampuan fisik yang dominan untuk mendukung pelaksanaan pasing adalah
daya tahan otot tungkai, kekuatan dan daya tahan otot lengan.
Menurut Roesdiyanto (1989:36) berpendapat bahwa pasing atas adalah
mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik
tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun serangan kepada lawan. Set up
atau pasing atas adalah bentuk lain dari teknik dasar pasing. “Teknik dasar pasing
atas merupakan teknik dasar permainan bolavoli yang berperan dalam kelancaran
suatu serangan olae suatu regu, Roesdiyanto (1989:36).” Fungsi dari pasing atas
ini cenderung untuk umpan, namun bisa juga sebagai sajian bola awal kepada
pengumpan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pasing atas menurut
Dunphy dan Wilde (2000:54) adalah mengatur kaki lebih lebar dari bahu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kaki kanan ke depan, tubuh agak condong ke depan, lengan atas harus tegak lurus
dengan lantai, tangan diletakkan agak di depan di atas dahi, jari tangan dibentuk
sesuai lebar ukuran bola, bahu ditarik ke belakang sehingga pada saat mendorong
bola posisi tangan tepat berada di depan dahi, keseluruhan ujuang jari harus
menyentuh permukaan bola, posisi tubuh mengarah ke arah target sasaran, untuk
menghasilkan follow through yang sempurna diikuti dengan tolakan tungkai,
pinggul dan lengan, diarahkan ke target sasaran. Pasing atas dilakukan dengan
dukungan kemampuan fisik yang baik, terutama kekuatan otot lengan dan
kekuatan otot tungkai.
3) Semes
Menurut pendapat Dunpy dan Wilde (2000:68) “Smesh adalah suatu
pukulan yang kuat dimana tangan kontak dengan bola secara penuh pada bagian
atas , sehingga jalannya bola terjal dengan kecepatan yang tinggi, apabila pukulan
bola lebih tinggi berada diatas net , maka bola dapat dipukul tajam ke bawah.”
Menurut Roesdiyanto (1989:49) “Smesh adalah pukulan keras yang biasanya
mematikan karena bola sulit diterima atau dikembalikan.” Spike adalah
merupakan bentuk serangan yang paling banyak digunakan untuk menyerang
dalam upaya memperoleh nilai suatu tim dalam permainan voli . Dari beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik smesh atau spike adalah cara
memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai dengan peraturan permainan
untuk mencapai pukulan keras yang biasanya mematikan ke daerah lawan.
Smesh merupakan bentuk serangan dalam permainan bola voli yang
mempunyai ciri-ciri menukik, tajam, dan cepat. Cara melakukannya adalah ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Berdiri dengan salah satu kaki dibelakang sesuai dengan kebiasaan individu
(tergantung smesher normal atau smesher kidal). Langkahkan kaki satu langkah
kedepan (pemain yang baik, dapat mengambil ancang-ancang sebanyak 2 sampai
4 langkah), kedua lengan mulai bergerak kebelakang, berat badan berangsur-
angsur merendah untuk membantu tolakan. Pada tahap tolakan ini, kaki
berikutnya dilangkahkan hingga kedua telapak kaki hampir sejajar dan salah satu
kaki agak ke depan sedikit untuk mengerem gerak ke depan, dan sebagai
persiapan meloncat ke arah vertikal. Kedua lengan diayun ke belakang atas
sebatas kemampuan berupa gerak rotasi bahu. Bersamaan dengan gerakan ini,
kaki ditekuk sehingga lutut membentuk sudut kurang lebih 110º yang merupakan
sudut yang efektif untuk menolak karena dengan sudut tarikan otot yang besar
akan menghasilkangaya besar, terlebih karena sudut ini bekerja pada sendi lutut
yang mempunyai sistem katrol anatomik pada sendi lutut yang bersifat ellipsoidea
rangkap (sendi bujur telur). Setelah itu badan siap untuk meloncat dengan berat
badan lebih banyak bertumpu pada kaki yang depan. Gerakan ini merupakan
gerak fleksi tungkai bawah (flexi genu) yang melibatkan otot hamstring dan
gerak dorsoflexi yang melibatkan otot tibialis anterio untuk persiapan menolak.
Tahap menolak secara kontinu dilanjutkan gerakan meloncat dengan tumit
dan jari kaki menghentak tanah. Gerakan ini merupakan gerak ekstensi tungkai
bawah (ekstensi genu) yang melibatkan otot quadricep femoris dan gerakan
plantarflexi yang melibatkan otot gastrocnemius, sambil meloncat kedua lengan
diayunkan ke depan atas yang merupakan gerak rotasi bahu ke atas (anteflexi)
pada sendi bahu yang bersifat globoidea (sendi peluru) dengan melibatkan otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
deltoideus, otot pectoralis major, otot biceps brachii, dan otot coracobrachialis.
Sesaat setelah meloncat ketika tubuh melayang di udara posisi togok membusur
ke belakang, yang merupakan gerak hiperekstensi togok (kayang). Telapak kaki,
pergelangan kaki, panggul, dan togok digerakkan serasi untuk memperoleh
rangkaian gerak yang sempurna agar terwujud gerakan eksplosif dan loncatan
vertikal.
Melangkahkan kaki selanjutnya hingga kedua telapak kaki hampir sejajar
dan salah satu kaki kedepan sedikit untuk mengerem gerak kedepan dan sebagai
persiapan meloncat kearah vertikal. Mengayunkan kedua lengan kebelakang atas
sebatas kemampuan, kaki ditekuk sehingga lutut membuat sudut ±110º, badan
siap untuk meloncat dengan berat badan lebih banyak bertumpu pada kaki yang
didepan. Mulai meloncat dengan tumit & jari kaki menghentak lantai dan
mengayunkan kedua lengan kedepan atas saat kedua kaki mendorong naik keatas.
Telapak kaki, pergelangan tangan, pinggul dan batang tubuh digerakkan serasi
merupakan rangkaian gerak yang sempurna. Gerakan dilakukan dengan eksplosif
dan loncatan vertikal.
Jarak bola didepan atas sejangkauan lengan pemukul, segera lecutkan
lengan kebelakang kepala dan dengan cepat lecutkan kedepan sejangkauan lengan
terpanjang dan tertinggi terhadap bola. Pukul bola secepat dan setinggi mungkin,
perkenaan bola dengan telapak tangan tepat diatas tengah bola bagian atas.
Pergelangan tangan aktif menghentak kedepan dengan telapak tangan dan jari
menutup bola. Perkenaan bola lengan pemukul membuat gerakan lanjutan kearah
garis tengah badan dengan diikuti gerak tubuh membungkuk. Gerak lecutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
lengan, telapak tangan, badan, tangan yang tidak memukul dan kaki harus
harmonis dan eksplosif untuk menjaga keseimbangan saat berada diudara.
Pukulan yang benar akan menghasilkan bola keras dan cepat turun kelantai.
Keterampilan ini merupakan kerja koordinasi mata tangan dalam upaya
menepatkan saat yang tepat dari jangkauan lompatan yang tertinggi dengan
keberadaan bola yang jatuh. Fase ini kerja otot-otot perut dan punggung sangat
dominan. Otot yang terlibat dalam melakukan smash dilihat dari analisis
gerakanya adalah pergelangan tangan aktif menghentak ke depan dengan telapak
tangan dan jari menutup bola yang merupakan gerak fleksi pergelangan tangan
dengan melibatkan otot flexor carpi radialis dan otot flexor pollicis longus pada
sendi pergelngan tangan yang bersifat ellipsoidea (sendi bujur telur). Lengan
pemukul membuat gerakan lanjutan ke arah garis tengah badan (gerak retrofleksi)
yang melibatkan otot deltoideus, otot pectoralis major,dan otot lactisimus dorsi,
dengan diikuti gerak tubuh membungkuk (gerak fleksi togok) yang melibatkan
otot abdominis dan otot pectineus. Gerakn lecutan lengan, telapak tangan, togok,
tangan yang tidak memukul, dan kaki harus harmonis dan eksplosif untuk
menjaga keseimbangan saat berada di udara. Pukulan yang benar akan
menghasilkan jalannya bola yang keras dan cepat menurun ke tanah dengan
putaran yang cepat ke arah depan (top spin).
Pukulan menjadi penting juga untuk menunjukkan pukulan yang terkuat.
Dengan kuatnya pukulan memberikan peluang untuk mendapatkan poin. Saat
memukul, otot yang terlibat langsung adalah kelompok bahu seperti deltoid,
travezeus dan triceps serta otot lengan bagian bawah. Mendarat dengan kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kaki. Lutut lentur saat mendarat untuk meredam perkenaan kaki dengan lantai,
mendarat dengan jari-jari kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan
condong kedepan. Otot-otot tungkai menjadi domonan pula dalam menahan berat
badan. Gerakan selanjutnya setelah memukul bola di atas net adalah mendarat
dengan kedua kaki mengeper dengan menekuk lutut (gerak fleksi tungkai bawah)
yang lentur untuk meredam perkenaan kaki dengan tanah. Pendaratan dilekukan
dengan jari-jari kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan condong ke
depan dengan memperlambat gerakan. Perlambatan gerakan dilakukan untuk
memperkecil momentum hingga menjadi nol (berhenti bergerak) untuk mencegah
cedera dalam bentuk kerusakan sendi.
4) Blok
Blok merupakan daya upaya di dekat jaring untuk mencoba
menahan/menghalangi bola yang datang dari daerah lawan. Sikap memblok yang
benar adalah: (1) Jongkok, bersiap untuk melompat. (2) Lompat dengan kedua
tangan rapat dan lurus ke atas. (3) Saat mendarat hendaknya langsung menyingkir
dan memberi kesempatan pada kawan satu regu untuk bergantian melakukan blok.
Blok dapat diartikan sebagai bendungan pertama serangan dari lawan.
“Blok adalah kunci dari taktik pertahanan dalam bolavoli, seerta merupakan garis
pertama pembendung serangan lawan, Dunvy dan Wilde (2000:82).” Blok dapat
menggagalkan ataupun dapat mengurangi efektifitas serangan dari lawan.
Sehingga bola yang mengarah pada pertahanan dapat dibendung secara baik.
Teknik dasar blok bolavoli juga memerlukan kajian biomekanik yang
sangat dalam. Rangakaian gerakan dalam teknik blok memerlukan kajian mekanis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
untuk dapat memperoleh tingkat efisiensi dari gerakannya sehingga penguasaan
tekniknya maksimal. Urutan teknik blok dalam bolavoli dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip mekanis untuk melakukan rangkaian terhadap gerakan selanjutnya.
Tinjauan mekanis terhadap rangkaian gerakan blok bolavoli adalah berdiri
tegak bertumpu pada kedua kaki menghadap ke net, kedua tangan diletakkan di
depan dada dan telapak tangan posisi membuka. Sikap awal untuk menentukan
efisiensi gerakan yang dilakukan. Untuk mendapatkan efisiensi gerakan dalam
melakukan blok maka posisi tangan ditemptkan di depan dada sehingga dapat
memperhitungkan ketepatan dengan bola pada saat melakukan blok di depan net.
Sikap awal ini menganut pengertian dari hukum kesetimbangan pertama
yaitu “Badan selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat
badan tersebut jatuh dalam bidang tumpuannya, Hidayat (1997:27).” Dalam
perlakuan sikap awal ini masih menggunakan posisi berdiri dengan tumpuan kaki
selebar bahu dan membuat tubuh dalam keadaan setimbang karena sebagai awal
persiapan menuju gerakan selanjutnya. Gerak abduksi pada tungkai pada saat
kedua tungkai dibuka selebar bahu.
Terjadi gerak endorotasi pada lengan saat sikap awal ini karena posisi
tangan bersiap untuk melakukan block. Kelompok otot yang bekerja pada saat
gerakan endorotasi tersebut antara lain subscapularis, pectoralis major, Biceps
brachii, Triceps brachii, brachioradialis, Pronator teres, Flexor carpi radialis,
Palmaris Longus, dan Flexor digitorum superficialis. Tumpuan loncatan
menggunakan dua kaki untuk menumpu dan ujung kaki sebagai tolakan. Power
otot tungkai sangat diperlukan dalam melakukan tolakan blok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Mekanisme gerakan tumpuan loncatan dibutuhkan perubahan luas
permukaan tumpuan. Dengan memperkecil bidang tumpuan maka sikap atau
posisi tubuh akan semakin labil. Sesuai dengan bunyi hukum kesetimbangan
kedua “Stabilitas berbanding lurus dengan luas bidang tumpuannya, Hidayat
(1997:29).” Untuk melakukan gerakan loncatan diperlukan posisi tubuh yang labil
sehingga badan akan lebih mudah digerakkan.
Loncatan ke atas juga akan dipengaruhi oleh posisi anatomis tubuh pada
saat meloncat sehingga dapat menghasilkan loncatan maksimal. Posisi tungkai
diharapkan lurus karena untuk tetap menjaga titik berat badan berada di tengah
antara tungkai dan togok sehingga memungkinkan sikap seluruh badan tetap
tegak. Posisi togok juga diharapkan tetap tegak pada saat melakukan loncatan, hal
ini bertujuan untuk menghasilkan loncatan maksimal secara vertikal sehingga
jangkauan yang diperoleh tetap maksimal. Posisi togok yang lurus pada saat
melakukan loncatan ke atas diharapkan untuk menjaga kestabilan serta titik berat
badan tetap pada posisinya.
Posisi kedua tangan lurus dengan kedua telapak tangan dibuka selebar-
lebarnya untuk membendung serangan dari lawan. Kestabilan titik berat badan
akan berubah oleh karena posisi tubuh yang berbeda-beda, Hidayat (1997:15).
Posisi kedua tangan lurus ke atas dikarenakan untuk meraih jangkauan paling
tinggi pada saat membendung serangan serta mempertahankan posisi titik berat
badan sehingga posisi badan tetap stabil meskipun meloncat pada titik maksimal.
Kedua telapak tangan dibuka selebar-lebarnya dikarenakan selain untuk
membendung dengan halangan paling luas juga untuk mempertahankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kesetimbangan bola yang datang dengan permukaan bendungan yang luas juga
memaksimalkan tumbukan bola dengan tangan agar lenting sempurna.
Terjadi gerak Plantar Flexi pada otot kaki pada saat tumpuan loncatan
untuk mendorong ke atas. Tungkai bawah terjadi kontraksi pada otot flexor
digitorum longus, soleus dan gastrocnemius pada saat melakukan loncatan ke
atas, selanjutnya terjadi kontraksi pada otot-otot bagian hamstring dan musculus
gluteus maximus.
Terjadi kontraksi pada otot-otot pada bagian abdomen mulai dari
kelompok otot rectus abdominis, seratus anterior, pectoralis mayor, dan
lattisimus dorsi. Kontraksi terjadi pada saat loncatan vertical diiringi kontraksi
pada otot bagian punggung diantaranya otot punggung, musculus deltoideus, dan
trapezius. Rangkaian gerakan terakhir pada saat loncatan yaitu otot-otot pada
bagian lengan terjadi gerakan elevasi saat tangan merintang di atas net, kemudian
perputaran pada articulatio humeri dan articulation cubiti, serta diikuti kontraksi
pada musculus deltoideus.
Pendaratan menggunakan tumpuan dua kaki dengan luas permukaan
tumpuan selebar bahu. Perubahan luas permukaan tumpuan dengan memperkecil
bidang tumpuan untuk pendaratan maka sikap atau posisi tubuh akan semakin
labil. Sesuai dengan bunyi hukum kesetimbangan kedua “Stabilitas berbanding
lurus dengan luas bidang tumpuannya, Hidayat (1997:29).” Melakukan gerakan
pendaratan diperlukan posisi tubuh yang labil pada saat awal mendarat dengan
ujung kaki sebagai awal tumpuan sehingga badan akan lebih mudah digerakkan.
Gerakan pendaratan ini selanjutnya menganut pengertian dari hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kesetimbangan pertama yaitu “Badan selalu dalam keadaan setimbang selama
proyeksi dari titik berat badan tersebut jatuh dalam bidang tumpuannya, Hidayat
(1997:27).” Dalam gerakan pendaratan ini setelah bertumpu pada ujung kaki
sebagai awal tumpuan kemudian berlanjut dengan seluruh telapak kaki untuk
merubah posisi tubuh menjadi stabil serta menggunakan posisi tumpuan kaki
selebar bahu dan membuat tubuh dalam keadaan setimbang.
Poin utama pada saat pendaratan adalah anteflexi pada plantar fascitis dan
plantar fascia sebagai kebalikan dari gerakan pada saat meloncat. Tingkat
kompleksitas dari gerakan blok sangat memerlukan kajian yang mendalam
terhadapnya. Tinjauan secara anatomi maupun mekanika gerak sangat dibutuhkan
dalam menganalisa kemampuan fisik yang mendukung dalam melakukan blok
dalan bolavoli.
c. Latihan Fisik
Annarino (1980:8) mengatakan bahwa “Latihan ditujukan untuk
mempersiapkan atlet dalam suatu pertandingan atau kompetisi dalam usaha
mencapai prestasi yang optimal. Foss, Keteyian (1998:278) kata exercise
diartikan sebagai (1) Aktivitas fisik yang melibatkan penggunaan kelompok otot
besar dari pada kelompok otot yang sangat khusus, secara relatif gerakan-gerakan
tanpa beban dari kelompok-kelompok otot kecil. Yang termasuk di dalam exercise
adalah: menari, kalestinis, permainan dan aktivitas yang lebih formal seperti
jogging, renang dan lari. (2) Beberapa bentuk gerakan yang dirancang untuk
melatih atau memperbaiki atau meningkatkan keterampilan, sehingga exercise
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dapat disimpulkan sebagai sebagai aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi
waktu. Senada dengan pendapat dua ahli di atas, Lutan dkk (1991:88)
mengungkapkan bahwa latihan fisik adalah latihan yang bertujauan untuk
meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang amat penting bagi setiap atlit. Tanpa
kondisi fisik yang baik, atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan, apalagi
bertanding dengan sempurna. Beberapa unsur kemampuan fisik dasar yang perlu
dikembangkan antara lain kekuatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan dan
kecepatan.
Latihan didefinisikan sebagai sebuah aktivitas dengan menggunakan
otot-otot yang terlibat dalam berbagai cara untuk menjaga kesegaran jasmani atau
penggunaan jasmani demi memelihara organ atau bagian tubuh dan fungsinya
agar selalu dalam keadaan sehat. Latihan adalah suatu aktivitas fisik untuk
neningkatkan kinerja tubuh, kebugaran, kekuatan, daya tahan dan meningkatkan
penampilan tubuh. Dari beberapa pengertian istilah tersebut di atas maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Latihan :
- Penekanan pada aktivitas fisik saja,
- Sebagai aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi waktu,
- Melibatkan kelompok otot-otot besar,
- Pengembangan segala aspek yang ada pada individu untuk mencapai target-
target tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1) Tujuan Latihan Fisik
Tujuan latihan fisik dalam bolavoli secara umum adalah untuk
meningkatkan prestasi secara optimal, sedangkan tujuan yang lebih khusus adalah
untuk meningkatkan performa gerak, dalam hal ini meningkatkan performa
keterampilan dalam bolavoli.
Menurut Bompa (1990:3-5) bahwa dalam rangka mencapai tujuan utama
latihan yaitu puncak penampilan prestasi yang lebih, perlu kiranya memperhatikan
tujuan-tujuan latihan sebagai berikut:
a) Mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh.
b) Menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu
kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek.
c) Menanamkan kualitas kemauan melalui latihan yang mencakup serta
disiplin untuk tingkah laku, ketekunan dan keinginan untuk
menanggulangi kerasnya latihan dan menjamin persiapan psikologis yang
cukup.
d) Mempertahankan keadaan kesehatan.
e) Mencegah cidera melalui pengamanan terhadap penyebabnya dan juga
meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk melaksanakan
gerakan.
f) Memberikan sejumlah pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar-
Dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi.
Selain hal diatas latihan fisik bertujuan untuk:
a) Meningkatkan perkembangan fisik secara umum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b) Mengembangkan fisik secara khusus sesuai dengan tujuan olahraga
tertentu,
c) Menyempurnakan teknik olahraga tertentu (Bompa, 1990:45).
Keberhasilan dalam penampilan olahraga tidak hanya ditentukan oleh
pencapaian pada domain fisik saja, melainkan juga ditentukan oleh pencapaian
pada domain psikomotor, kognitif dan afektif. Domain ini dalam kenyataannya
merupakan satu kesatuan yang saling terkait, maka dalam peningkatannya harus
dikembangkan secara bersamaan atau simultan. Menurut Hare (1982:8) secara
terinci tujuan latihan adalah sebagai berikut:
a) Mengembangkan kepribadian.
b) Kondisi dengan sasaran utama untuk meningkatkan power, kecepatan dan
daya tahan.
c) Meningkatkan teknik dan koordinasi gerak.
d) Meningkatkan taktik.
e) Meningkatkan mental.
Tujuan utama atlet berlatih adalah untuk mencapai puncak prestasinya,
sehingga untuk itu pembinaan atlet harus direncanakan dengan baik dan benar
serta didasarkan pada konsep periodisasi dan metodeologi serta prinsip-prinsip
latihan.
2) Prinsip Latihan Fisik
Latihan olahraga merupakan suatu latihan dalam upaya untuk
meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh
secara optimal ketika berolahraga. Agar latihan olahraga mencapai hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
maksimal, harus memiliki prinsip latihan. Menurut Fox, Bowers & Foss
(1988:288), prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi
utama yang dipakai untuk melakukan suatu aktivitas dan melalui prinsip beban
berlebih (overload) untuk menyusun satu program latihan yang akan
mengembangkan sistem energi yang bersifat khusus pada cabang olahraga.
Adapun prinsip-prinsip latihan yang secara umum diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a) Prinsip Kekhususan (Specificty)
Latihan bertujuan untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan
harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai
dengan tuntutan dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan. Kekhususan
dalam hal ini adalah spesifik terhadap sistem energi utama, spesifik terhadap
kelompok otot yang dilatih, pola gerakan, sudut sendi dan jenis kontraksi otot.
Prinsip kekhususan dalam bolavoli adalah latihan kondisi fisik sesuai dengan
kebutuhan gerak dalam bolavoli
Menurut Bompa (1990:34) bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan
dalam prinsip kekhususan yaitu: (1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai
dengan karakteristik cabang olahraga, (2) melakukan latihan untuk
mengembangkan kemampuan biomotorik khusus dalam olahraga. Soekarman
(1987:60) mengemukakan bahwa latihan itu harus khusus untuk meningkatkan
kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang
bersangkutan. Latihan harus ditujukan khusus terhadap sistem energi atau serabut
otot yang digunakan, juga dikaitkan dengan peningkatan ketrampilan motorik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
khusus. Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam cabang olahraga.
b) Prinsip Beban-Lebih (The Overload Priciples)
Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada
pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet,
Atlet harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang
mampu dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada diatas
ambang rangsang. Kalau beban latihan terlalu ringan (dibawah ambang rangsang),
walaupun latihan sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu yang lama,
peningkatan prestasi tidak mungkin tercapai.
Pemberian beban dimaksud agar tubuh beradaptasi dengan beban yang
diberikan tersebut, jika itu sudah terjadi maka beban harus terus ditambah sedikit
demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan perkembangan kemampuan
tubuh. Penggunaan beban secara overload akan merangsang penyesuaian
fisiologis dalam tubuh, sehingga peningkatan prestasi terus-menerus hanya dapat
dicapai dengan peningkatan beban latihan, Bompa (1990:44). Untuk mendapatkan
efek latihan yang baik organ tubuh harus diberi beban melebihi beban dari
aktivitas sehari-hari. Beban yang diberikan mendekati maksimal hingga
maksimal, Brook & Fahey (1984:84).
c) Prinsip Beban Bertambah (The Prinsiples of Progresive)
Beban latihan adalah sejumlah intensitas, volume, durasi dan frekuensi
dari suatu aktivitas yang harus dijalani oleh atlet dalam jangka waktu tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuhnya agar
mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan latihan.
Peningkatan pemberian beban hendaknya dilakukan secara progresif dan
bertahap. Progresif artinya beban latihan selalu meningkat, dari awal sampai akhir
latihan. Peningkatan berat beban dilakukan tidak sekaligus, tetapi bertahap.
Diawali dengan beban rendah dan dilanjutkan ke beban yang semakin tinggi,
bukan sebaliknya pada awal latihan diberikan beban berat, kemudian makin lama
beban latihanya semakin ringan. Menurut Nala (1998:34) bahwa yang
dimaksudkan dengan beban latihan tidaklah selalu pengertiannya kuantitatif,
tetapi mencakup kuantitatif dan kualitatif. Beban latihan yang bersifat kuantitatif
ini, beban latihannya dapat berupa berat beban yang harus diangkat, banyaknya
repetisi, set, lama istirahat per set, kecepatan, frekuensi perminggu dan
sebagainya. Bagi atlet cabang olahraga yang lain tentu beban latihannya akan
berbeda, sebab tujuan latihannya berbeda. Beban latihan yang bersifat kualitatif
dapat berupa presentase intensitas latihan, berapa persen beban latihan diambil
pada awal latihan dan berapa persen peningkatanya.
d) Prinsip Individualitas (The Prinsiples of Individuality)
Pada prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lain.
Dalam latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan
lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan
berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu faktor-faktor
karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun program
latihan. Berkaitan dengan hal ini Harsono (1988:112-113) mengemukakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar
belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri
psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam menyusun program
latihan. Latihan yang dilakukan harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan
karakteristik dan kondisi individu atlet. Program latihan yang disusun dan
pembebanan yang diberikan dalam latihan harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap
individu.
e) Prinsip Reversibelitas (The Prinsiples of Reversibility)
Kemampuan fisik yang dimiliki seseorang tidak menetap, tetapi dapat
berubah sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukan
latihan atau kegiatan fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik, sebaliknya
ketidakaktifan atau tanpa latihan akan menimbulkan kemunduran kemampuan
fisik. Menurut Soekarman (1987:60) bahwa, setiap hasil latihan kalau tidak
dipelihara akan kembali keadaan semula. Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik
harus secara teratur dan kontinyu.
Prinsip ini harus dipegang oleh pelatih maupun atlet. Latihan yang teratur
dan kontinyu akan membawa tubuh untuk dapat segera menyesuaikan diri pada
situasi latihan. Adaptasi tubuh terhadap situasi latihan ini, maka kemampuan
tubuh dapat meningkat sesuai dengan rangsangan yang diberikan.
3) Komponen Latihan Fisik
Setiap kegiatan fisik yang dilakukan atlet, akan mengarah kepada sejumlah
perubahan yang bersifat anatomis dan fisiologis, biokimia dan kejiwaannya.
Bompa (1990:75) mengatakan bahwa, efisiensi dari suatu latihan merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
akibat dari; waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan
(volume); beban dan kecepatannya (intensitas); serta frekuensi penampilannya
(densitas). Seorang pelatih harus mempertimbangkan semua aspek yang yang
menjadi komponen latihan tersebut diatas.
a. Intensitas Latihan
Menentukan volume dan densitas suatu latihan, faktor intensitas ini harus
ditetapkan terlebih dahulu. Berapa persen akan diberikan takaran pada unsur
volume dan densitas agar latihan mencapai hasil seperti yang direncanakan.
Menurut Bompa (1990:77) bahwa, intensitas merupakan salah satu komponen
yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang
dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan
dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula intensitasnya. Intensitas adalah fungsi
dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan; dan kekuatan atau
rangsangan tergantung dari beban kecepatan gerakannya variasi interval atau
istirahat diantara tiap ulangannya.
Tingkat intensitas dapat diukur sesuai dengan jenis latihannya. Untuk
latihan yang melibatkan kecepatan diukur dalam meter per detik (m/dt) tentang
rata-rata gerakan yang dilakukan untuk setiap menitnya. Intensitas latihan berbeda
satu sama lain tergantung dari cabang olahraga. Ada beberapa cara untuk
mengukur besarnya rangsangan terhadap intensitas. Sebagai contoh bentuk latihan
yang akan mengembangkan kecepatannya, yaitu melalui persentase dari intensitas
maksimalnya, dimana 100% merupakan prestasi tertinggi. Kualitas suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
intensitas yang menyangkut kecepatan dari suatu latihan ditentukan oleh besar
kecilnya persentase dari kemampuan maksimalnya.
Tabel 2.1Tingkat Intensitas Latihan Kecepatan dan Kekuatan
(Harre, 1982 dalam Bompa, 1990:78)
IntensityNumber
Percentage of the Maximum Perfomance
Intensity
123456
30-50 %50-70 %70-80 %80-90 %
90-100 %100-105 %
LowIntermediate
MediumSubmaximum
MaximumSupermaximum
Alternatif lain untuk menentukan intensitas adalah berdasarkan atas sistem
energi yang dipakai dalam latihan. Menurut Bompa (1990:78) klasifikasi ini lebih
tepat untuk cabang olahraga yang cyclic.
Tabel 2.2Lima Daerah Intensitas Untuk Olahraga Cyclic (Bompa, 1990:78)
Zone No.
Duration of Work
Levef of Intensity
System producing the
energy for work
Ergogenesis %
Anaerobic Aerobic
1
2345
1-15 sec
15-60 sec1-6 min6-30 minOver 30 min
Up to maximum limitsMaximum Sub-maximumMediumLow
ATP-PC
ATP-PC and LALA+aerobicAerobic Aerobic
100-90
90-8070-(40-30)(40-30)-10
5
0-5
10-2030-(60-70)(60-70)-90
95
Sumber : Bompa (1990:78)
Zona intensitas pertama merupakan tuntutan yang kuat terhadap atlet
untuk mencapai batas yang lebih tinggi, yang terdiri dari suatu kegiatan atau
latihan dalam waktu yang pendek sampai 15 detik dan dilakukan sangat dinamik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dengan menunjukkan adanya suatu frekuensi gerak yang sangat tinggi dan
mobilitas syaraf yang tinggi. Latihan pada jarak waktu yang pendek, tidak
memberikan kesempatan kepada sistem syaraf autonomic untuk menyesuaikan
diri dengan latihan tersebut. Tuntutan fisik pada cabang yang khusus dalam zona
ini adalah lari cepat 100 meter, membutuhkan aliran oksigen (O2) yang tinggi,
yang tidak dapat disediakan oleh tubuh manusia. Berdasarkan Gandelsman dan
Smirnov dalam Bompa (1990:79), bahwa selama melakukan lari cepat 100 meter,
tuntutan O2 adalah 66-80 liter per menit, dan selama cadangan O2 pada jaringan
tidak mampu memenuhi kebutuhan tadi, mungkin atlet tersebut akan
menghendaki hutang oksigen sebesar atau sampai 80-90 % dari kebutuhan O2
yang dipakai pada pacuan yang cepat. Hutang O2 ini akan dibayar kembali melalui
pemakaian tambahan O2 setelah latihan dilakukan, yang akan memberikan
kesempatan pula untuk mengganti cadangan ATP-PC kembali selama pacuan
tersebut. Akibatnya, kita harus mengambil satu kesimpulan bahwa kelanjutan
terhadap tuntutan suatu latihan akan dibatasi oleh pengiriman O2 dalam organisme
serta ATP-PC yang disimpan dalam otot, seperti kemampuan seseorang dalam
mempertahankan hutang O2 yang tinggi.
Selama berlatih atlet dipaksa untuk merasakan berbagai tingkatan
intensitas, organisme menyesuaikan dirinya terhadap tingkatan intensitas dengan
cara meningkatkan fungsi fisiologinya untuk memenuhi tuntutan latihan.
Berdasarkan atas perubahan fisiologi ini khususnya denyut jantung (HR), pelatih
harus mendeteksi serta memantau intensitas program latihannya. Klasifikasi akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dari intensitas berdasarkan atas denyut jantung, berikut ini tabel intensitas
berdasarkan reaksi denyut jantung terhadap beban latihan:
Tabel 2.3Intensitas Berdasarkan Reaksi Denyut Jantung Terhadap Beban Latihan
(Nikiforov, 1974 dalam Bompa, 1990:81)
Zone Tipe of Intensity Heart Rate/Min
1234
LowMedium
HighMaximum
120-150150-170170-185
>185
Sumber : Bompa, 1990:81
b. Volume Latihan
Volume merupakan komponen latihan yang paling penting dalam setiap
latihan. Volume latihan merupakan jumlah seluruh aktivitas yang dilakukan
selama latihan. Sering tidak tepat, volume latihan ini disamakan dengan durasi
atau lama latihan. Pada hal durasi ini merupakan bagian dari volume latihan. Pada
umumnya volume latihan ini terdiri atas:
(1) Durasi atau lama waktu latihan (dalam detik, menit, jam, hari, minggu atau
bulan).
(2) Jarak tempuh (meter), berat beban (kilogram), jumlah angkatan dalam satuan
waktu (berapa kilogram dapat diangkat dalam waktu satu menit).
(3) Jumlah repetisi, set atau penampilan unsur teknik dalam satu kesatuan waktu
(berapa kali ulangan dapat dilakukan dalam waktu satu menit). Penggunaan
repetisi dan set ini amat penting dalam meningkatkan kemampuan komponen
biomotorik seperti kecepatan, Bompa (1990:75-77).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa, volume latihan
adalah jumlah kerja secara keseluruhan yang dinyatakan dengan satuan jarak,
waktu, berat dan jumlah pengulangan bentuk latihan yang dilakukan selama satu
kali latihan atau selama fase latihan.
c. Densitas Latihan
Densitas merupakan ukuran yang menunjukkan kepadatan atau
kekerapatan (frekuensi) dari suatu seri rangsangan per satuan waktu yang terjadi
pada atlet ketika sedang berlatih. Bompa (1990:89) menyatakan bahwa densitas
merupakan suatu frekuensi dimana atlet dihadapkan pada sejumlah rangsang per
satuan waktu. Densitas berkaitan erat dengan frekuensi dan waktu latihan. Rasio
antara ferkuensi latihan dan interval istirahat menunjukkan densitas dari latihan.
Densitas latihan tinggi jika rasio menujukkan frekuensi banyak sedangkan waktu
(durasi) latihannya pendek.
Densitas yang mencakupi dapat menjamin efesiensi latihan,
menghindarkan atlet dari jangkauan kelelahan yang kritis atau bahkan sangat
melelahkan. Suatu densitas latihan yang seimbang akan mengarah kepada
pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan. Dalam
pelaksanaan latihan dianjurkan istirahat antara dua session latihan sedikitnya 48
jam dan sebaiknya tidak lebih dari 96 jam. Harsono (1988:194) yang menyatakan
bahwa: Istirahat antara dua session latihan sedikitnya 48 jam, dan sebaiknya tidak
lebih dari 96 jam. Demikian sebaiknya latihan dilakukan 3 kali seminggu dan
diselinggi dengan satu hari istirahat (hari senin, rabu dan jumat) untuk
memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasikan diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pada hari istirahat. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Fox, Bower & Foss
(1993:296) bahwa frekuensi latihan untuk lari (anaerob) adalah 3 kali seminggu.
d. Latihan Beban
Latihan beban atau weight training merupakan latihan fisik dengan
bantuan alat berupa besi sebagai beban, yang tujuan utamanya untuk memberikan
efek terhadap otot-otot rangka dan memberikan perubahan secara morfologis,
khususnya ditujukan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot guna
membantu kemajuan penampilan seseorang. Sesuai dengan batasan strength yaitu
kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan, maka
latihan-latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan
tahanan (resistance exercise) dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau
menarik suatu beban, Harsono (2001:25). Beban yang dimaksud adalah beban dari
dalam yaitu beban dari aggota tubuh sendiri (internal resistance) dan beban yang
berasal dari luar (external resistance).
Menurut jenis kontraksi ototnya, latihan tahanan dapat digolongkan
dalam empat kategori Fox (1984:129), yaitu kontraksi isometrik, kontraksi
isotonik, kontraksi eksentrik dan kontraksi isokinetik. Dalam kontraksi isometrik
otot-otot ditegangkan, tetapi tidak memanjang atau memendek sehingga tidak
nampak suatu gerakan, atau dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh.
Kontraksi isotonik dalam latihan tahanan adalah jika suatu gerakan
terjadi akibat dari gerakan otot yang memanjang dan memendek sehingga dapat
terjadi perubahan dalam panjang otot. Tipe kontraksi ini disebut juga dengan
dynamic contraction. Salah satu macam latihan tahanan secara isotonis adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
weight training atau yang biasa kita sebut dengan latihan berbeban. Kontraksi
yang ketiga adalah kontraksi isokinetik, yaitu kontraksi otot secara maksimal
dengan kecepatan konstan. Kontraksi isokinetik ini biasanya terjadi selama
kegiatan olahraga berlangsung. Yang terakhir adalah kontraksi eksentrik,
walaupun dalam penelitian dinyatakan bahwa otot secara maksimal menghasilkan
40% tegangan lebih baik menggunakan latihan eksentrik dari pada latihan
konsentrik dan secara teori hal ini akan menyebabkan pengembangan kekuatan
lebih besar tetapi latihan dengan tipe kontraksi otot ini akan menimbulkan rasa
sakit pada otot.
Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa latihan beban adalah suatu
latihan yang menggunakan beban baik beban dari dalam maupun beban dari luar
yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot, latihan ini termasuk jenis
latihan tahanan yang mempunyai tipe kontraksi otot isotonik. Sebagai hasil dari
latihan kekuatan adalah terbentuknya beberapa tipe kekuatan otot, antara lain
seperti yang dijelaskan oleh Bompa (1990: 23) yaitu: (1) Kekuatan umum
(general strength): mengacu pada kekuatan dari seluruh sistem otot. Karena
kekuatan umum merupakan dasar dari seluruh program kekuatan, maka semua
otot dalam tubuh harus dikembangkan, (2) Kekuatan spesifik (specific strength):
mengacu pada kekuatan otot yang khusus diperlukan untuk cabang olahraga
tertentu, (3) Kekuatan maksimal (maximal strength): kemampuan untuk
mengangkat suatu beban (100%) yang hanya bisa diangkat dalam satu kali
angkatan (1 RM), di dalam latihan beban kekuatan maksimal otot ini digunakan
sebagai dasar untuk menghitung berat beban yang akan diangkat. (4) Daya tahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
otot (muscular endurance): merupakan kemampuan otot untuk bekerja terus-
menerus dalam waktu yang lama, sebagai hasil dari penekanan latihan daya tahan
dan kekuatan. (5) Kekuatan absolut (absolute strength): merupakan kemampuan
atlet untuk menggunakan kekuatan maksimunya tanpa memperhatikan berat
badannya sendiri. (6) Kekuatan relatif (relative strength): merupakan
perbandingan antara kekuatan absolut dengan berat badan, kekuatan relatif ini
penting untuk cabang olahraga seperti senam (gymnastics) dan olahraga yang
menggunakan ketentuan berat badan dalam bertanding.
Di dalam latihan beban, rangkaian latihan harus disusun sesuai dengan
tujuannya, disamping itu juga harus memperhatikan pengaruh kelelahan yang
terjadi pada otot. Maka dari itu tidak boleh melakukan latihan beban dengan
kelompok otot yang sama dalam jangka waktu dua hari, karena otot memerlukan
waktu untuk menguatkan diri kembali dan mendapatkan kekuatan lagi diantara
sesi atau periode latihan beban Rice M (2007). Berikut adalah tabel bentuk latihan
beban dan kelompok otot yang dapat dilatih dalam latihan beban agar lebih
bervariatif dalam memilih bentuk latihan beban, Harsono (2001: 31) memberikan
contoh 22 macam bentuk latihan lain yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Bentuk Latihan Beban dan Kelompok Otot Utama yang Dilatih
Bentuk latihan Otot utama yang dilatih
Press Bahu, deltoid, trisepSit up PerutLeg press Paha depanHeel raise BetisLeg curl Paha belakang, betisRowing PunggungEktensi tubuh PunggungLateral pull down Punggung (latisimus dorsi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Bentuk latihan Otot utama yang dilatih
Wrist curl Lengan bawah, pergelangan tanganCurl BisepPull over DadaBench press Dada, trisep, deltoidTriceps stretch TrisepTriceps extension TrisepLeg extension Paha depanLunge Paha depanHigh pull Bahu, rhomboid, trapesiusUpright rowing Bahu, trapesius, deltoidSquat jump Tungkai (quadrisep)Good morning exercise PunggungShoulders shrug Bahu, pundak, trapesiusSnatch Tungkai, punggung, bahu, deltoid
Sumber: Harsono, (2001: 31)
1) Prinsip Latihan Beban
Secara umum dianjurkan bahwa di dalam melakukan aktivitas fisik harus
menerapkan prinsip-prinsip olahraga yang tepat agar tujuan dari latihan/ aktivitas
fisik tersebut dapat tercapai dengan baik. Menurut Fox (1984:124-127)
menyatakan bahwa latihan beban harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a) Prinsip Overload
Dengan menerapkan prinsip overload maka kelompok otot akan
berkembang kekuatannya secara efektif. Penggunaan beban secara overload akan
merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong meningkatnya
kekuatan otot. Westcott (1982: 38) mengemukakan ”tambahan beban baru
hendaknya tidak lebih dari 5% dari berat beban sebelumnya, hal ini didasarkan
pada penelitiannya yang menunjukkan bahwa kenaikan kekuatan antara 2% - 6%.
b) Prinsip penggunaan beban secara progresif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Sejak otot diberikan beban yang melebihi kemampuannya maka otot akan
mengalami adaptasi fisiologis dimana akan terjadi proses peningkatan kekuatan
otot. Bila proses adaptasi ini telah dicapai, maka kerja otot yang tadinya melebihi
beban kemampuannya akan tidak lagi overload. Ketika otot menerima beban yang
lebih (overload), kekuatannya menjadi bertambah. Jika kekuatan otot sudah
bertambah program latihan berikutnya harus ditingkatkan lagi yaitu dengan
menambahkan beban pada setiap sesi latihan agar hasilnya semakin maju.
Penambahan beban dilakukan bila otot yang sedang dilatih belum merasakan letih
pada suatu set dengan repetisi yang ditentukan.
c) Prinsip pengaturan latihan
Di dalam melakukan latihan beban, kelompok otot yang dilatih harus
kelompok otot yang besar terlebih dahulu sebelum kelompok otot yang kecil,
karena sesuai dengan pola gerak manusia, bahwa otot-otot kecil lebih cepat
mengalami kelelahan daripada otot besar. Sehingga pemberian latihan beban
harus dimulai dari otot besar dan diikuti otot-otot kecil. Di samping itu program
latihan harus diatur agar tidak terjadi dua kelompok otot pada tubuh yang sama
mendapat dua kali latihan secara berurutan. Berikut adalah gambar kelompok otot
besar yang harus dilatih terlebih dahulu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Gambar 2.1 Kelompok Otot Besar yang Harus Dilatih dalam Latihan Beban. Sumber: Sajoto, M (1995: 32)
Keterangan:
1. Tungkai bagian atas dan pinggul
2. Dada dan lengan atas
3. Punggung dan bagian posterior tungkai
4. Tungkai bagian bawah dan pergelangan kaki
5. Bahu dan bagian posterior lengan atas
6. Otot perut
7. Bagian anterior lengan atas
d) Prinsip kekhususan program latihan
Pengembangan kekuatan dalam latihan beban adalah khusus bukan hanya
bagi kelompok tertentu yang dilatih, tetapi juga terhadap pola gerakan yang
dihasilkan. Dengan kata lain, latihan peningkatan kekuatan hendaknya melibatkan
gerakan yang langsung menuju nomor-nomor gerakan cabang olahraga yang
bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dalam latihan beban hendaknya memperhatikan penerapan prinsip lain
yang berkaitan dengan dosis latihan yaitu prinsip FITT. Penerapan prinsip FITT
oleh Bompa, (1990:79) dijelaskan sebagai berikut:
a) Frekuensi
Frekuensi untuk latihan beban hendaknya dilakukan 2-4 hari dalam satu
minggu per kelompok otot.
b) Intensitas
Penerapan intensitas dalam latihan merupakan kunci utama dalam
mencapai tujuan dari program pelatihan. Intensitas merupakan komponen
kualitatif dari penampilan kerja dalam satu periode pada satu waktu, jadi
penampilan kerja yang lebih per satuan waktu disebut intensitas tinggi Bompa,
(1990:79). Intensitas adalah fungsi kekuatan yang mendorong syaraf bekerja
dalam proses pelatihan dan kekuatan pendorong yang bergantung dari suatu beban
latihan, kecepatan penampilan dari pergerakan, variasi dari interval, atau waktu
istirahat antara repetisi latihan. Unsur penting dalam intensitas adalah ketegangan
secara fisiologikal yang menyertai suatu latihan. Jadi intensitas bukan hanya usaha
dari otot saja tetapi juga dipengaruhi oleh syaraf yang mengeluarkan energi
selama latihan atau pada saat berlomba.
c) Time/ Lama latihan
Lama latihan didefinisikan sebagai jumlah satuan waktu (menit atau jam)
setiap kali latihan dilaksanakan dan diartikan berapa minggu atau berapa bulan
suatu program latihan berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
d) Type/ Jenis latihan
Type adalah jenis latihan khusus yang akan ditampilkan, antara lain
macam-macam latihan, jenis peralatan, dan jenis gerakan digunakan untuk latihan
beban, dan perbedaan antara jarak suatu cara latihan dari sedikit menjadi lebih
banyak. Perbedaan tersebut meliputi besarnya kekuatan, waktu menghasilkan
kekuatan, kecepatan kontraksi, stabilitas otot yang digunakan, ROM (range of
motion), dan lain-lain.
2) Intensitas Latihan Beban
Intensitas dalam latihan beban harus diperhatikan karena merupakan
dasar dalam menentukan jumlah repetisi maksimum (RM) yang akan ditampilkan.
1 RM adalah jumlah beban maksimum yang hanya dapat diangkat satu kali.
Beban yang dimaksud dalam latihan ini adalah sebagai pernyataan dari intensitas
yaitu massa atau berat yang akan diangkat dalam latihan. Intensitas dalam latihan
beban dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu supermaximum, maximum, heavy,
medium dan low, Bompa (1994: 59). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.5 Kategori Intensitas dan Tipe Kontraksi
Intensity Value Load % of 1 RM Type of Contraction1 Supermaximum > 100 Eccentric/ Isometric
2 Maximum 90 – 100 Concentric3 Heavy 80 – 90 - “ -
4 Medium 50 – 80 - “ -5 Low 30 – 50 - “ -
Sumber: Bompa. (1994: 59)
Pembagian intensitas dalam lima kategori tersebut akan lebih
mempermudah untuk memilih seberapa besar beban yang akan digunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
memulai latihan beban. Untuk itu pengaturan intensitas latihan sangat penting
dilakukan oleh para pelatih atau instruktur fitness yang ada di klub-klub
kebugaran, karena dengan mengatur intensitas latihan akan terbentuk tipe
kekuatan otot yang akan dikembangkan, selain itu tujuan dari latihan baik untuk
prestasi, kebugaran ataupun memperbaiki penampilan akan tercapai dengan baik.
Tabel berikut akan memperjelas hubungan jumlah beban dan tipe kekuatan yang
akan dikembangkan, Bompa (1994: 60).
Tabel 2.6 Hubungan Jumlah Beban dan Tipe Kekuatan
Sumber: Bompa. (1994: 60)
Dengan mengacu pada tabel tersebut, program latihan kekuatan lebih
mudah untuk dibuat. Di dalam penelitian ini akan menggunakan latihan beban
dengan intensitas rendah dan latihan dengan intensitas sedang, sehingga tipe
kekuatan otot yang dihasilkan adalah daya tahan otot (Muscular Endurance lebih
spesifiknya adalah M – E short dan M – E medium).
Selain unsur kualitatif yaitu intensitas, di dalam latihan beban juga harus
memperhatikan volume latihan yang merupakan unsur kuantitatif dari program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
pelatihan (Bompa, 1990: 77). Volume latihan adalah banyaknya penampilan kerja
latihan. Bompa (1990: 77) dan (1994: 57) menjelaskan bahwa volume latihan
merupakan penggabungan yang bulat dari:
a. Waktu atau durasi pelatihan
b. Jumlah beban yang diangkat per sesi atau tahap pelatihan
c. Jumlah latihan selama pelatihan
d. Jumlah set dan repetisi per sesi latihan atau pelatihan
Variasi dalam pembuatan volume latihan, akan menentukan tipe dari
latihan beban yang akan ditampilkan. Bompa (1994: 63) menjelaskan hubungan
antara repetisi latihan dengan tipe latihan kekuatan sebagai berikut: untuk
mengembangkan kekuatan maksimal (85-105%) jumlah repetisinya adalah sangat
rendah (1-7), power (50-80% dari maksimal) jumlah repetisinya adalah sedang (5-
10) dan gerakan dilakukan dengan dinamis, untuk M – E short jumlah repetisinya
adalah 10-30, M-E medium repetisi latihannya adalah 30-60 harus terus-menerus
tidak boleh berhenti, M-E long repetisi latihan yang dibutuhkan dalam jumlah
yang banyak terkadang sampai mencapai batas limit yang ditentukan yaitu sekitar
100-150. Selain menggunakan pedoman jumlah repetisi dalam menentukan tipe
latihan beban, Bompa (1994: 65) menjelaskan bahwa irama gerakan harus
disesuaikan dengan tujuan dari latihan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.7 Bentuk Kekuatan dan Irama Latihan
Strength training for: The athlete intends to perform it:
How to athlete perform it:
Hypertrophy Medium Slow – MediumMaximum strength Fast Slow
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Strength training for: The athlete intends to perform it:
How to athlete perform it:
Power Fast FastM – E Medium – Slow Medium – Slow
Sumber: Bompa. (1994: 65)
Latihan beban juga harus memperhatikan jumlah set yang akan
ditampilkan. Set dapat diartikan sebagai jumlah repetisi per latihan yang diikuti
oleh jeda istirahat, Bompa (1990: 65). Untuk menentukan jumlah set dalam
latihan tidak terlepas dari jumlah repetisi latihan yang telah ditentukan, artinya
jika repetisi latihan tinggi maka jumlah setnya harus lebih sedikit karena pelaku
latihan tidak akan mempunyai cukup energi untuk menampilkan kerja yang
potensial dalam melakukan bermacam-macam latihan yang diprogramkan.
Dengan kata lain, penentuan jumlah set disesuaikan dengan tujuan dan jumlah
repetisi latihan yang diikuti dengan jeda istirahat.
Penentuan jeda istirahat antar set bertujuan untuk mengembalikan energi
yang terbuang pada saat penampilan set yang sebelumnya. Dalam merencanakan
waktu istirahat hendaknya lebih hati-hati, karena rest interval/ jeda istirahat
merupakan suatu hal yang kritis untuk menghindari pengaruh dan tekanan
fisiologikal yang tidak ada gunanya selama latihan. Durasi jeda istirahat
bergantung pada beberapa hal, antara lain: kombinasi kekuatan yang akan
diusahakan untuk dikembangkan, besarnya beban yang dikerjakan, irama/ ritme
latihan yang ditampilkan, jumlah otot yang dilibatkan dan tentunya level dari
pelatihan yang dilakukan, Bompa (1994: 66). Jeda istirahat antara set adalah
suatu beban yang dikerjakan dalam pelatihan, tipe kekuatan yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dikembangkan dan penampilan kekuatan eksplosif yang ditugaskan. Tabel berikut
menjelaskan tentang hubungan dari penjelasan di atas:
Tabel 2.8 Dosis Latihan Beban menurut Bompa. (1990: 67)
LOAD(%)
Rhythm of Performance
Rest Interval(minutes)
Applicability
> 105 Slow 4 – 5/7Improve maximum strength and muscle tone
80 – 100 Slow to medium 3 – 5/7Improve maximum strength and muscle tone
60 – 80 Slow to medium 2Improve muscle hypertrophy
50 – 80 Fast 4 -5 Improve power30 - 50 Slow to medium 1 - 2 Improve M – E
Latihan beban juga harus memperhatikan jeda istirahat antara pelatihan
yang dilakukan atau dengan kata lain menentukan frekuensi pelatihan. Penentuan
jeda istirahat antar sesi pelatihan ini sangat penting untuk pemulihan kembali yang
digunakan selama masa latihan. Untuk latihan beban sistem energi dan bahan
bakar yang digunakan selama latihan adalah glikogen, maka jeda istirahat setiap
sesi pelatihan adalah 48 jam hal ini dikarenakan penyediaan kembali untuk bahan
bakarnya sudah kembali sempurna, Bompa (1994: 69).
Latihan beban intensitas merupakan dasar dalam menentukan jumlah
repetisi maksimal yang akan ditampilkan. Yang dimaksud dengan latihan beban
intensitas rendah adalah bahwa beban yang dapat diangkat berkisar antara 30-50%
dari berat beban maksimal, hal ini berarti ukuran beratnya beban latihan yang
harus dilaksanakan dalam latihan sebesar 30-50% dari 1 repetisi maksimal (RM).
Jumlah total pengulangan dalam latihan dapat tercermin dari jumlah set dan
repetisi, penentuan jumlah repetisi dan set dalam latihan beban harus tepat, agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
hasil dari latihan dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan. Banyaknya
repetisi dan set dalam latihan beban tergantung pada faktor intensitas dan potensi
kemampuan latihan.
Tipe kontraksi otot pada latihan beban intensitas rendah adalah isotonik
yang bertujuan untuk meningkatkan muscular endurance, khususnya M-E
medium dengan irama slow-medium secara terus menerus dan jumlah repetisinya
adalah 30-60, Bompa (1994: 67), sehingga tipe otot yang terbentuk adalah tipe I
dan Tipe II. Latihan beban yang dilakukan dengan beban rendah, irama lambat
sampai sedang dan repetisi yang cukup banyak mengakibatkan waktu latihan yang
terjadi lebih panjang, dengan demikian akan dapat meningkatkan daya tahan otot.
Sehingga penerapan sistem energi yang berlaku adalah oxidative system sehingga
lemak akan lebih terproses. Hal ini terjadi karena pada otot tipe I mengangkat
oksidasi dan metabolisme aerob, misalnya kemampuan untuk menggunakan
oksigen dalam periode yang cukup lama guna menyatukan dan menggunakan
ATP. Mereka banyak memiliki enzim metokondria yang dapat membakar
karbohidrat dan lemak.
Latihan beban dengan intensitas rendah yang dilakukan pada penelitian
ini yaitu latihan beban dengan beban 30-36% dari 1 repetisi maksimal, beban
tersebut dijadikan ukuran beban yang dilakukan selama pelatihan karena
penambahan beban dilakukan dengan selalu menambah jumlah repetisi tiap
minggunya yaitu sebesar 1%. Latihan dilakukan 2 set per pertemuan, hal ini
dilakukan dengan alasan terbatasnya waktu. Istirahat antar latihan yang diterapkan
adalah 120 detik, sedangkan istirahat antar sirkuit adalah 2 menit. Penerapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
waktu istirahat pada batas maksimal ini dilakukan karena semua siswa yang ikut
latihan adalah pemula, artinya pada saat penelitian ini pertama kalinya mereka
mengikuti latihan beban.
Latihan beban intensitas sedang adalah bahwa beban yang dapat
diangkat berkisar antara 50-80% dari berat beban maksimal, hal ini berarti ukuran
beratnya beban latihan yang harus dilaksanakan dalam latihan sebesar 50-80%
dari 1 repetisi maksimal (RM). Tujuan dan tipe kontraksi pada latihan beban
intensitas sedang pada dasarnya sama dengan latihan beban intensitas rendah,
yaitu kontraksi isotonik yang bertujuan untuk meningkatkan muscular endurance,
tetapi pada intensitas sedang daya tahan otot yang ditingkatkan adalah M-E short
duration dengan irama slow-medium secara terus menerus dan jumlah repetisinya
adalah 10-30 (Bompa, 1994: 67) sehingga durasi latihan yang terjadi lebih pendek
yaitu 20-30 detik. Pada latihan beban intensitas sedang sistem energi yang berlaku
adalah glikolisis anaerobik sehingga terjadi pemecahan glikogen pada sel otot.
Latihan beban dengan intensitas sedang cukup untuk mengembangkan dan
memelihara kebugaran otot dan berat badan ideal.
Latihan beban dengan intensitas sedang yang dilakukan pada penelitian ini
yaitu latihan beban dengan beban 50% dari 1 repetisi maksimal, beban tersebut
dijadikan ukuran beban yang dilakukan selama pelatihan karena penambahan
beban dilakukan dengan selalu menambah jumlah repetisi tiap minggunya yaitu
sebesar 2%. Latihan dilakukan 3 set per pertemuan, istirahat antar latihan yang
diterapkan adalah 4 menit, sedangkan istirahat antar sirkuit adalah 2 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
3) Sistem Energi Latihan Beban
Aktivitas yang terjadi di dalam latihan beban adalah proses
menggerakkan/ mengkontraksikan bagian otot-otot tertentu pada tubuh. Misalnya
gerakan biceps curl, latihan ini hanya bertujuan untuk melatih otot bisep saja
tetapi tidak menutup kemungkinan otot lain juga dapat bergerak sebagai
penggerak pasif. Kontraksi otot ini membutuhkan energi yang didapat dari
perubahan makanan yang berada pada sel otot melalui energi tinggi yang bisasa
disebut dengan adenosine triphosphate atau yang disingkat dengan ATP yang
tersimpan di dalam sel otot. Penyediaan ATP didapatkan dengan 3 cara yaitu: 1)
sistem ATP-PC, 2) sistem lactic acid dan 3) sistem oksigen (O2), Bompa (1994:
26). Sistem ATP-PC dan lactic acid disebut sebagai sistem anaerobik, karena
dalam proses penyediaan ATP tanpa menggunakan O2, sedangkan sistem yang ke
tiga disebut sebagai sistem aerobik dikarenakan proses pemecahan ATPnya
dengan menggunakan O2.
a) Sistem Anaerobik
Terdapat dua macam proses pemecahan ATP pada sistem anaerobik.
Yang pertama adalah sistem ATP-PC (anaerobic alactacid atau phosphagen
system). Karena hanya sedikit jumlah ATP yang disimpan di dalam sel, maka
pengurangan energi terjadi sangat cepat ketika pada awal aktivitas fisik yang berat
dilakukan. Energi yang dapat disediakan kira-kira hanya sekitar 8-10 detik saja.
Sistem energi ini biasanya digunakan pada cabang olahraga yang memerlukan
gerakan cepat dan eksplosif power seperti diving, weight lifting, jumping dan
nomor-nomor lempar pada cabang atletik. Pada latihan kekuatan yang waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
kerjanya pendek seperti pada latihan kekuatan maksimum dan power, juga
menggunakan system energi ini. Setelah otot melakukan aktivitas yang
menggunakan system energi ini, maka akan mengalami pemulihan energi kembali
yang disebut dengan Restoration of Phosphagen. Proses ini terjadi sangat cepat
Fox et al dalam Bompa (1994: 27) menyatakan pemulihan kembali phosphagen
pada 30 detik pertama mencapai 70 % dan pada 3-5 menit akan mengalami
pemulihan yang sempurna. Yang kedua adalah lactic acid system (glikolisis
anaerobik). Pada even olahraga yang sedikit memerlukan waktu yang agak lama
(40 detik), energi yang digunakan masih ATP-PC dan setelah 10-20 detik
dilanjutkan lactic acid system (asam laktad). Proses ini masih terjadi di dalam sel
otot, karena tidak menggunakan O2 selama pemecahan glikogen maka sebagai
hasil yang ditampilkan adalah Lactic Acid (LA). Jika aktivitas dengan intensitas
tinggi dilanjutkan untuk waktu yang lama, jumlah LA di dalam otot menjadi
bertambah banyak dan akan menyebabkan kelelahan. Di dalam latihan beban
sistem LA ini juga digunakan, yaitu ketika akan mengembangkan M-E of short
duration. Seperti pada system ATP-PC yang mengalami restorasi pospagen, maka
pada sistem glikolisis anaerobik ini juga mengalami restorasi glikogen. Restorasi
glikogen yang sempurna agak memerlukan waktu yang cukup panjang bahkan
sampai berhari-hari. Sebagai contoh latihan beban yang menggunakan
perbandingan kerja adalah 40 detik dan istirahat adalah 3 menit, pada 2 jam
pertama restorasi hanya mencapai 40%, setelah 5 jam naik menjadi 55% dan pada
24 jam akan mengalami restorasi yang sempurna. Selama melakukan latihan
beban, jumlah LA dalam darah akan semakin bertambah yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
mengakibatkan kelelahan. Sebelum dikembalikan menjadi seimbang setelah tahap
istirahat, LA telah dikeluarkan dari sistem ini. Fox et al dalam Bompa (1994: 27)
menjelaskan bahwa pada 10 menit terjadi pengeluaran mencapai 25%, 25 menit
mengalami pengeluaran 50% dan pada watu 1 jam 15 menit akan mengalami
pengeluaran 95%.
b) Sistem Aerobik
Sistem aerobik memerlukan waktu 60-80 detik dalam memproduksi
energi untuk meresintesis ATP. Proses ini terjadi dimana asam piruvat memasuki
asam sitrat yang mengandung cukup oksigen dan mengalami metabolisme melalui
siklus ini dan dinamakan jalur enzim pernafasan menjadi CO2 dan H2O.
Karakteristik pada sistem aerobik adalah:
1) Menggunakan glikogen, lemak dan protein sebagai bahan bakar
2) Membutuhkan oksigen
3) Terjadi di mitokondria
4) Sistem ini digunakan setelah beberapa menit latihan, antara 2 menit dan 2-3
jam.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan waktu kerja antara
sistem aerobik dan anaerobik:
Tabel 2.9 Karakteristik Sistem Energi
Energy Systems and CharacteristicsCharacteristics Stored ATP
and PCAnaerobic Glycolysis
Aerobic
Duration 0-10 second 1-3 minutes >16 menutesExercise-to-rest ratio
1:12 to 1:20 1:3 to 1:5 1:1 to 1:3
Intensity High Moderately high Low to moderate
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Energy Systems and CharacteristicsCharacteristics Stored ATP
and PCAnaerobic Glycolysis
Aerobic
Muscle fiber type Type IIIb Type IIa Type ISumber: Wildman dan Miller. (2004: 389)
4) Adaptasi Latihan Beban
Latihan dengan menggunakan prinsip overload menghasilkan adaptasi
dalam otot sesuai dengan jenis latihan. Adaptasi dari latihan beban mencakup
penambahan ukuran otot (hipertropi otot), hal ini dikarenakan meningkatnya
jumlah total myosin, aktin dan protein myofibril lainnya, meningkatnya protein
yang berkontraksi (aktin dan myosin) dan jaringan penghubung yang lebih kuat,
serta peningkatan jaringan peredaran darah dalam serabut otot. Bompa (1994: 39).
Adaptasi khusus pada latihan daya tahan otot mencakup terjadinya
peningkatan sistem enzim aerobik, mitokondria yang lebih besar dan lebih banyak
(meningkatnya densitas mitokondria) dan pembuluh kapiler yang lebih. Semua
perubahan ini meningkatkan penyaluran dan pemanfaatan oksigen dalam serat
otot, sehingga meningkatkan daya tahan. Kelelahan yang berulang-ulang akan
mendorong serat otot untuk lebih beradaptasi dalam menggunakan oksigen dan
enzim aerobik untuk menghasilkan energi (ATP) dalam melakukan kontraksi. Jika
pengulangan dilakukan lebih banyak akan dapat menggunakan lemak sebagai
sumber energi dengan lebih baik.
Adaptasi lain yang dapat terjadi jika melakukan latihan beban yaitu,
pertama yang berkaitan dengan jaringan ikat/ penghubung. Jaringan penghubung
dan tendon akan semakin kuat jika ditempatkan di bawah tekanan, tendon yang
semakin kuat dapat membantu menghentikan pengaruh hambatan reseptor otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
yang dikenali dengan tendon organ. Meningkatnya ketebalan jaringan
penghubung memberikan kontribusi pada seluruh pertumbuhan atau hipertropi
otot. Kedua adalah yang berkaitan dengan system syaraf, adaptasi yang
ditimbulkan oleh latihan beban pada system syaraf adalah meningkatnya
kemampuan untuk menggerakkan otot penggerak utama, mengikat otot-otot yang
disebabkan oleh angkatan beban dan memperbaiki koordinasi dari otot agonis dan
antagonis, Bompa (1994:43). Ketiga adalah perubahan terhadap
cardiorespiratory, adaptasi yang ditimbulkan adalah penebalan dinding jantung
sebelah kiri, sementara bilik sebelah kiri ukurannya tetap (sebagai akibat
pembebanan), hal ini dibutuhkan agar secara berulang-ulang dapat mengatasi
tekanan.
e. Model Latihan Beban Untuk Pemain Bolavoli Tingkat Intermediet
1) Model
Model sebagai noun dapat diartikan sebagai representasi atas struktur yang
dicoba untuk diproyeksikan. Sebagai adjective model mengandung pemahaman
sebagai kesempurnaan atau idealisasi atas suatu gagasan, sementara sebagai
adverbia model mengacu pada pengertian ‘memperagakan’ atau menunjukkan
serta menampilkan apa yang dipresentasikan. Bell (dalam Basuki 2011).
Berdasarkan hal tersebut model dalam konteks ilmiah mengacu pada konotasi
sebuah acuan atau pola/tiruan dari suatu yang akan dibuat, dan merupakan
kesempurnaan atau idealisasi atas suatu gagasan, yang dimaksudkan untuk
‘memperagakan’ atau menunjukan serta menampilkan apa yang dipresentasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Sementara itu, menurut Mills (dalam Sudrajat dalam Basuki, 2011). Model
adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan
seseorang atau sekelompok orang mencoba berdasarkan model itu. Berdasarkan
strukturnya, model juga memiliki tiga tipe, yaitu: (1) tipe ikonik yang berupaya
mendeskripsikan ciri fisik yang digambarkan. (2) tipe analog, yaitu tipe model
yang berupaya memberikan perbandingan yang menyerupai benda yang
dibandingkan. (3) tipe simbolik berupaya menggambarkan fakta faktual melalui
sistem simbol Hourton (dalam basuki, 2011:24). Lebih lanjut Hourton juga
membedakan model atas tipe static dan tipe dinamik. Model static adalah tipe
model yang mengabaikan pengaruh variable waktu, sedangkan model dinamis
adalah tipe model yang mempertimbangkan pengaruh variable waktu, hourton
(dalam basuki, 2011).
Menurut Janali (dalam Waluyo dalam Basuki, 2011) ada tiga tipe
pengembangan model yaitu model teoritik, model konseptual, model prosedural.
Model teoritik adalah model yang menggambarkan kerangka berpikir yang
didasarkan pada teori-teori yang relefan dan didukung data empirik. Model
konseptual bersifat analitis yang menyebutkan komponen-komponen produk dan
menunjukan hubungan antar komponen. Sedangkan model procedural adalah
model yang bersifat deskriptif, berupa langkah-langkah yang diikuti untuk
mencapai hasil.
Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk secara teoritik-
konseptual, prosedural-metodologis, maupun praktik-empirik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bompa bahwa model adalah suatu tiruan, suatu tiruan dari yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
aslinya, mengatur bagian khusus suatu fenomena yang diamati atau diselidiki.
Tujuan suatu model adalah untuk memperoleh suatu yang ideal, dan meskipun
keadaan abstrak ideal diatas adalah kenyataan yang kongkrit, itu juga
menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai, suatu peristiwa yang
akan dapat diperoleh.
Suatu model mempunyai kekhususan untuk setiap perorangan atau tim.
Suatu model latihan akan memperhatikan beberapa faktor lain, potensi dan
fisiologis atlet, fasilitas, dan lingkungan sosial. Dari pendapat tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu bentuk tiruan dari aslinya dengan
tujuan memperoleh sesuatu yang ideal dengan memperhatikan faktor potensi
fisiologis, fasilitas, dan lingkungan sosial.
2) Pemain bolavoli tingkat intermediet
Masa adolesensi merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-
anak menjadi dewasa. Menurut Sugiyanto (1998:9) “masa adolesensi untuk
perempuan yaitu usia 10 sampai 18 tahun, laki-laki usia 12 samapi 20 tahun”.
Usia latihan berdasarkan teori perkembangan dan pertumbuhan tersebut, sama
halnya yang disebutkan oleh Harsono (1988:111), “tahap spesialisasi dimulai pada
umur 11-13 tahun dan tahap prestasi top dimulai pada usia 18-24 tahun”.
Masa adolesensi merupakan masa pertumbuhan yang pesat, yang ditandai
dengan perkembangan biologis yang kompleks, yang meliputi percepatan
pertumbuhan, perubahan proporsi bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi
tubuh, kematangan cirri-ciri seks primer dan sekunder, perkembangan pada sistem
pernafasan dan kerja jantung, dan perkembangan sistem saraf dan endokrin yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
memprakarsai dan mengkoordinasikan perubahan-perubahan tubuh, seksual dan
fisiologis.
Ukuran dan proporsi tubuh pada anak laki-laki adolesensi meningkat ke
arah berotot terutama pada anggota badan, peningkatan tersebut untuk anak laki-
laki berlangsung dengan cepat terutama menjelang dewasa. Pada masa adolesensi
sistem reproduksi mencapai taraf kematangan. Sugiyanto (1998:177), menyatakan
“di daerah panas (khatulistiwa) cenderung lebih cepat terjadinya kematangan
reproduksi pertama dibanding dengan daerah dingin (utara atau selatan)”.
Esppenchade (1960), menyatakan “Iklim merupakan salah satu faktor lingkuangan
jangka panjang yang menyumbang terjadinya perbedaan rasial. Usia rata-rata
menarse (pubertas awal) Afro-Amerika pada usia 12,5 tahun, Eropa pada usia
12,8 tahun. Asia cenderung tempo pertumbuhan sama dengan Afrika terutama
pada anak besar. Tempo pertumbuhan lebih cepat untuk Afrika disbanding Eropa
dalam kematangan skeletal dan perkembangan gerak”.
Dalam perkembangan fisik yang berhubungan dengan kematangan seksual
mencapai puncaknya pada periode adolesensi. Kemudian Sugiyanto (1998:178),
menyatakan “pada anak laki-laki antara usia 13 samapai 15,5 tahun dengan
pertambahan tinggi rata-rata 4 inchi (10,6 cm) setiap tahun. Urutan pencapaian
puncak untuk anak laki-laki dimulai denagan panjang tungkai, kenudian panjang
togok dan disusul dengan pelebaran panggul dan dada, pelebaran pundak (bahu)
dan akhirnya pada penebalan dada. Pertumbuhan puncak panjang tungkai dengan
panjang togok kira-kira berselang satu tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Perubahan pertumbuhan jaringan tubuh yang terjadi pada masa adolesensi
terjadi secara proporsional yaitu terjadi pada tulang otot dan jaringan lemak.
Pertumbuhan tulang dan otot sejalan dengan peningkatan tinggi dan berat badan
dan pada masa adolesensi terjadi penurunan volume lemak. Perubahan secara
fisiologi, pada masa adolesensi penurunan denyut nadi pada anak laki-laki lebih
cepat dibandingkan dengan anak perempuan. Sesuai dengan perubahan yang
terjadi pada denyut nadi, maka terjadi pula perubahan dalam temperatur tubuh
basal. Tekanan darah sistolik naik secara ajeg sejak masa kanak-kanak kemudian
meningkat lebih cepat selama masa adolesensi, sehingga menyebabkan volume
darah pada anak adolesensi semakin besar. Hal ini ditandai dengan bertambah
besarnya sel darah merah. Peningkatan jumlah darah merah pada anak laki-laki
adolesensi berarti meningkat pula hemoglobin dalam darah. Peningkatan sel-sel
darah merah dan hemoglobin dalam darah menambah masuknya oksigen dalam
darah yang dapat digunakan secara efektif dalam tubuh. Sugiyanto (1998:180),
menyatakan “ Selama adolesensi terjadi peningkatan yang besar dalam hal
volume pernafasan, kapasitas vital, dan kapasitas pernafasan maksimum.
Peningkatan-peningkatan fisiologis yang terjadi pada anak laki-laki sejalan
dengan peningkatan ukuran badannya, misalnya laki-laki yang mempunyai
kapasitas vital lebih besar dibandingkan dengan perempuan pada masa puber, hal
ini sesuai dengan terjadinya pelebaran rongga dada dan pundak yang diikuti
dengan pertumbuhan yang lebih cepat otot-otot dan paru-paru laki-laki”.
Terjadinya perubahan-perubahan tersebut maka terjadi peningkatan
kekuatan pada anak laki-laki masa adolesensi. Perubahan-perubahan yang terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
secara biologis dan fungsi fisiologis maka terjadi perkembangan gerak yang
semakin meningkat pada anak laki-laki adolesensi. Peningkatan penampilan gerak
ini sejalan dengan bertambahnya kematangan skeletal. Peningkatan koordinasi
gerak pada anak laki-laki adolesensi terus berlangsung sejalan dengan
bertambahnya umur kronologis. Oleh karena itu agar prestasi yang baik dapat
tercapai dikemudian hari, latihan harus dimulai pada saat organisme dalam
pertumbuhan. Adolensensi merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan untuk menyempurnakan gerakan dan memperluas keterampilan
berbagai macam olahraga khususnya dalam mengusai permainan bolavoli.
Dalam hal ini pemberian kondisi fisik dalam peningkatan belajar gerak
adalah untuk membentuk keterampilan gerak. Pengembangan kondisi fisik
sebelum latihan suatu keterampilan adalah sangat ideal, namun sering dilakukan
latihan kondisi fisik bersaamaan dengan latihan keterampilan itu sendiri. Dari
gambaran tersebut diketahui bahwa untuk menjadi pemain bolavoli yang
berprestasi diperlukan kondisi fisik yang baik. Pengkhususan latihan dan
pemfokusan latihan sudah dapat dilakukan termasuk dalam meningkatkan kondisi
fisik atlet. Prinsip-prinsip latihan telah dapat diterapkan pada usia atlet spesialisasi
untuk meningkatkan segala komponen komponen latihan, baik teknik, taktik,fisik
dan mental. Dalam usaha pencapaian prestasi tinggi dalam permainan bolavoli
peningkatan kondisi fisik perlu dilakukan secara terus menerus.
Penguasaan keterampilan pada tahap ini sudah setingkat lebih baik dari
tahap pemula. Nossek dalam Furqon (1995:129-130) menyimpulkan: (1)
Melanjutkan pengkondisian umum, tetapi lebih diarahkan pada pengkondisian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
khusus untuk event tertentu, (2) perbaikan kemampuan koordinasi, contohnya
koordinasi halus dari gerakan-gerakan yang berkaitan dengan keterampilan gerak
yang lebih sulit dan perbedaanperbedaannya, (3) Taktik dan juga pengembangan
komponen kognitif yang lebih penting yang harus ditransfer ke dalam latihan dan
kompetisi.
Penekanan utamanya diarakan pada pengembangan yang diarahkan pada
tujuan. Kegiatan-kegiatan latihannya mengarah pada pengkondisian terhadap
penguasaan keterampilan. Gerakan-gerakan yang diberikan sudah lebih halus
dibandingkan dengan tingkatan pemula. Penguatan tingkat koordinasi lebih
diutamakan terkait dengan gerakan-gerakan yang diberikan. Pemberian materi
latihan masih mengarah pada teknik dan fisik, namun taktik juga dapat diberikan
tetapi hanya pada pengkondisian pengembangan komponen kognitif.
3) Latihan daya tahan otot
Daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam
waktu yang lama, Lutan dkk (1991:112). Daya tahan ada dua macam, daya tahan
cardiovascular dan daya tahan otot, dalam penelitian ini daya tahan otot yang akan
ditingkatkan dengan pengembangan produk model latihan beban. Ketahanan otot
merupakan kemampuan otot atau kelompok otot melakukan pekerjaan berulang-
ulang dengan ketahanan yang moderat. Pendapat tersebut senada dengan Sajoto,
(1988:58) bahwa daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan suatu kelompok ototnya, untuk kontraksi terus menerus dalam
waktu relatif cukup lama dengan beban tertentu. Ketahanan otot ini sama dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kekuatan otot dalam hal aktivitas yang dilakukan, hanya penekanannya saja yang
berbeda.
Aktivitas pembentukan kekuatan membutuhkan pembebanan otot yang
sangat berat pada tingkat tertentu jika dibandingkan dengan aktivitas ketahanan.
Aktivitas pembentukan ketahanan membutuhkan beban yang lebih sedikit tetapi
dengan pengulangan yang bertambah. Untuk itu, ketahanan bisa dianggap sebagai
kemampuan untuk melajutkan pada performa kekuatan. Melakukan sit-up, push-
up, dan pull-up sebenarnya melakukan aktivitas ketahanan, meskipun pada setiap
gerakan membutuhkan kekuatan. Ketiga aktivitas ini merupakan beberapa hal
yang paling sering digunakan untuk mengukur ketahanan otot, dan menurut
montoye (1970), mereka merupakan bagian dari tes yang paling bagus. Tetapi ada
masalah berhubungan denga pull-up dikarenakan berat badan. Seluruh berat tubuh
harus diangkat, dan banyak atlet yang tidak mampu melakukan hal ini. Karena itu,
tes pull-up yang telah dimodifikasi lebih sering digunakan.
Daya tahan akan selalu ada sepanjang kita melakukan aktifitas dengan
tahapan yang teratur. Memenuhi tuntutan aktifitas degan dengan daya tahan otot
secara periodik akan mengakibatkan kelelahan baik secara kekuatan maupun
secara perhatian dalam upaya mencapai suatu ketrampilan. Daya tahan otot dalam
olahraga bolavoli diperlukan sepanjang pertandingan, mulai dari pasing, smash,
blok dan servis. Pertandingan bolavoli yang bisa mencapai lima set sangat
membutuhkan daya tahan otot yang baik.
Beban latihan yang harus dilaksanakan dalam latihan sebesar 30-50% dari
1 repetisi maksimal (RM). M – E short jumlah repetisinya adalah 10-30, M-E
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
medium repetisi latihannya adalah 30-60 harus terus-menerus tidak boleh berhenti,
M-E long repetisi latihan yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak terkadang
sampai mencapai batas limit yang ditentukan yaitu sekitar 100-150. Program daya
tahan umum dapat dilakukan selama kurang lebih 45 menit. (Furqon 1996:10).
Latiahan beban yang baik serta untuk hasil optimal, latihan dilakukan tiga kali tiap
minggu. (Furqon 1996:10).
4) Latihan kekuatan
Menurut Bompa (1994: 93) kekuatan didefinisiskan sebagai kemampuan
untuk menggunkaan tenaga untuk mengatasi tahanan. Kekuatan otot adalah
kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap tahanan. Oleh karena
itu latihan-latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan-
latihan tahanan, dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu
benda. Beban bisa beban anggota tubuh sendiri atau beban dari luar. Ada prinsip-
prinsip yang harus dipegang teguh dalam melatih kekuatan otot yaitu prinsip 3 in
1 (three in one principle), yang terdiri dari prinsip pembebanan (loading),
peregangan (stretching), dan pemanfaatan sesuai dengan fungsinya (utility).
Latihan kekuatan menghasilkan hipertropi serabut otot. Tipe latihan ini
memerlukan suatu otot untuk mengatasi tahanan atau beban maksimal atau hampir
maksimal. Dalam bolavoli, hipertropi otot yang berlebihan dapat mengurangi
ruang gerak persendian, sehingga program kekuatan otot disesuaikan dengan
kebutuhan olahraga bolavoli, yaitu dengan menggunakan beban sub maksimal.
Kekuatan otot adalah keampuan tubuh untuk mengeluarkan kekuatan.
Mudahnya, ini adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
seseorang. Kekuatan bisa diklasifikasikan sebagai isotonic, isometric, atau
isokinetic. Kekuatan isometric adalah pengerahan usaha terhadap benda tidak
bergerak. Ada kontraksi otot, tetapi hanya ada sedikit perubahan jarak. Kekuatan
isotonic merujuk pada kemampuan otot untuk melakukan gerakan dengan jarak
maksimal. Otot yang diperlukan mengalami kontraksi, dan ada gerakan
memajangkan dan memendekkan otot saat melakukan gerakan. Gerakan
mengangkat barbel dan bench press merupakan contoh dari kekuatan isotonic.
Kekuatan isokinetic adalah kemampuan untuk melakukan kontraksi otot dan
menjaga kontraksi itu pada satu gerakan utuh. Kekuatan isokinetic diukur
menggunakan mesin khusus yang mengakomodir penolakan pada tingkat tertentu
saat otot bekerja.
Tidak ada yang meragukan bahwa kekuatan adalah menjadi dasar dari
semua kemampuan gerak. Dalam sebuah rasa, kekuatan adalah suatu kemampuan
otot yang digunakan untuk membalas suatu takanan dalam satu periode waktu
tertentu. Adalah suatu kelemahan jika : setiap bagian tubuh mempunyai
koordinasi terbatas dalam merespon / menanggapi suatu rangsang (bentuk latihan)
tertentu.
Jadi secara singkat dan sederhana kekuatan adalah unsur yang sangat
diperlukan dalam upaya pencapaian ketrampilan olahraga. Berbagai model
percobaan telah dilakukan untuk membuktikan peran kekuatan dalam pencapaian
ketrampilan, hal tersebut diperkuat dengan pendapat Lutan dkk (1991:118) yang
menyatakan bahwa, “unsur terpenting dalam program latihan kondisi fisik adalah
kekuatan, alasanya karena kekuatan merupakan daya penggerak sekaligus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pencegah cedera. Di samping itu kekuatan merupakan faktor utama untuk
menciptakan prestasi yang optimal.”
Intensitas untuk melatih kekuatan dapat ditinjau dari repetisi yang antara
lain; repetisi sedikit dengan beban berat akan menghasilkan adaptasi terhadap
kekuatan, artinya akan membentuk kekuatan otot, sedangkan repetisi banyak
dengan beban ringan akan menghasilkan perkembangan dalam daya tahan otot,
Harsono (1988: 191). Menurut Nosek, latihan dengan tujuan peningkatan
kekuatan tetapi masih mempertimbangkan peningkatan kecepatan maka
intensitasnya adalah 50-75%, dengan ulangan 6-10 dan dilakukan sebanyak 4-6
set, terkait irama latihan harus dilakukan dengan cepat dan teratur. Hal ini sesuai
dengan tujuan latihan bolavoli yang tidak menghendaki terjadinya hipertropi
berlebihan, karena akan mengurangi luas gerak sendi.
Untuk setiap otot atau kelompok otot yang terlibat memerlukan waktu
yang sangat pendek, karena latihan ini dilakukan dengan intensitas yang tinggi.
Untuk mencapai perubahan kekuatan dalam kelompok otot utama biasanya waktu
latihan kurang lebih 45 menit. Untuk mencapai hasil maksimal, frekuensi latihan
dilakukan tiga sampai empat kali tiap minggu.
5) Latihan power
Power menurut Sajoto, (1988:58) adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu
sependek-pendeknya. Power adalah kemampuan untuk melakukan usaha
maksimum dalam periode yang sesingkat mungkin. Kekuatan seringkali disebut
sebagai eksplosive strength dan perwujudan dari hasil usaha dibagi waktu (force
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dibagi time). Kombinasi dari kekuatan dan kecepatan ditunjukkan pada aktivitas
yang membutuhkan melompat, memukul, melempar yang jauh dan usaha
maksimal lainnya. Tergabung di dalamnya, kontraksi dari kecepatan otot, selain
itu juga kekuatan dan koordinasi dari pemakaian otot-otot ini, menentukan
tingginya kekuatan dari individu. Karena kekuatan meliputi kombinasi dari
kemampuan motorik, ini akan susah, jika tidak mungkin untuk mendapatkan
pengukuran murni dari komponen-komponen ini. Yang paling sering digunakan,
pengukuran melempar dan melompat hanya memberikan hasil kekuatan yang
tidak langsung karena ketrampilan-ketrampilan ini membutuhkan kedua-duanya.
Kemampuan daya ledak otot atau yang sering kita sebut power, ini sangat
dipengaruhi oleh dua unsur komponen fisik lainnya yaitu kekutan otot dan
kecepatan. Kedua komponen fisik ini tidak dapat dipisahkan karena pada prinsip
kerjanya kedua komponen fisik ini bekerja bersamaan untuk menghasilkan
kemampuan daya ledak otot (power), dan dasar dari pembentukan power ini
adalah kekuatan, maka sebelum melatih kondisi fisik power haruslah terlebih
dahulu dilatih kekuatan. Harsono (1988 : 200) menjelaskan bahwa : “Strenght
tetap merupakan dasar (basis) untuk menentukan power. Oleh karena itu, sebelum
latihan untuk power, orang harus sudah memiliki suatu tingkatan kekuatan otot
yang baik”. Pengertian power itu sendiri Harsono (1988 : 200) menjelaskan :
“Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekutan maksimal dalam
waktu yang sangat cepat. Pada olahraga bolavoli power ini diperlukan untuk
melakukan gerakan-gerakan yang kuat dan cepat seperti gerakan meloncat pada
saat melakukan spike, dan block serta pada saat memukul bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Dalam bolavoli, power sangan dibutuhkan, terutama power otot tungkai
yang diperlukan pada saat melompat untuk melakukan smesh dan melakukan
blok, serta power otot lengan pada saat melakukan pukulan smesh. Latihan power
bisa dilakukan dengan menggunakan metode latihan beban.
Ketentuan latihan power dalam Sajoto (1988:166) yaitu, jumlah set =3-5
kali, kecuali dalam latihan dengan pyramid sistem. Jumlah repetisi adalah 1-10
kali. Frekuensi adalah 1-3 kali dalam seminggu. Beban adalah 75-100 % dari
beban maksimal.
6) Metode latihan beban untuk bolavoli
Untuk menampilkan rangkaian latihan beban terdapat bermacam-macam
metode yang dapat digunakan, tetapi dalam penelitian ini hanya akan
menggunakan satu metode yaitu Latihan Sirkuit (Circuit Training). Latihan sirkuit
merupakan bentuk latihan yang terdiri dari beberapa stasiun atau pos yang di
susun berurutan dan bertujuan untuk meningkatkan kesegaran umum. Menurut
Davis et al (1989) “Latihan sirkuit adalah suatu bentuk latihan yang terdiri dari
rangkaian latihan yang berurutan dan di rancang untuk mengembangkan
kesegaran fisik umum dan keterampilan yang berhubungan dengan olahraga
tertentu.” Penggunaan latihan sirkuit untuk meningkatkan kualitas kesegaran
umum mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1) Melibatkan tiga variable latihan, intensitas, durasi dan repetisi.
2) Memungkinkan sejumlah peserta untuk berlatih bersama, sehingga
menghemat waktu.
3) Mampu mentoleransi perbedaan individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
4) Dapat di rancang untuk beberapa kebutuhan.
5) Memungkinkan keterlibatan motifasi.
6) Dapat di gunakan untuk mengetes diri sendiri.
Secara umum di kenal dua tipe utama latihan sirkuit, yakni:
a) Sirkuit dengan beban yang ditentukan (fixed load circuits)
Pada latihan sirkuit tipe ini, pelaku mulai pada sirkuit pertama dan
mencoba dengan lengkap tiga putaran dengan waktu tertentu. Bila waktu yang
di tentukan ini dapat di kerjakan berturut-turut dalam suatu sesi latihan, pelaku
mencoba sirkuit kedua dan seterusnya.
b) Sirkuit dengan beban individu (individual load circuit)
Pada latihan sikuit tipe ini beban latihan di tentukan berdasarkan
kemampuan individu. Setiap individu mencoba tiap latihan untuk di ketahui
jumlah ulangan maksimumnya dalam satu menit. Jumlah ini kemudian di bagi
untuk menentukan jumlah ulangan yang harus di lakukan dalam setiap putaran
latihan.
Meningkatkan beban latihan sirkuit dapat di capai dengan
memperpendek target waktu, meningkatkan kesulitan latihan dan menambah
ulangan. Dalam melakukan latihan sirkuit, mengikuti prinsip latihan
anaerobic. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
(1) Intensitas
Intensitas untuk program latihan anaerobic adalah antara submaksimal
sampai supermaksimal. Bila di lihat dari kecepatan denyut nadi (Fox et al:
1998) memberi pedoman “130 per menit atau lebih besar.” Atau dalam arti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
waktu penampilan untuk menyelesaikan satu sirkuit adalah berkisar antara 40-
55 detik.
(2) Frekuensi
Frekuensi adalah sejumlah ulangan yang dapat di kerjakan seseorang
dalam setiap setnya. Bompa (1994) menyarankan intensitas maksimal diulangi
5-6 kali per latihan, 2-4 kali per minggu selama fase kompetisi.
(3) Pulih asal
Untuk program latihan anaerobic interval istirahat antar ulangan 1-2
menit, atau menurut Chu (1992) dengan perbandingan antara kerja dan
istirahat, 1:5-1:10, sedangkan waktu pulih asal antar set menurut Bompa
(1994) adalah 4-5 menit.
(4) Ritme dan durasi
Ritme dan durasi rangsangan, seperti halnya pada komponen latihan
yang lain harus dioptimalkan. Durasi latihan yang di perlukan untuk
mengetahui pengaruh latihan anaerobic menurut Fox dalam Bompa: (1994)
adalah 8-10 minggu.
2. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan
khususnya yang terkait dengan pengembangan latihan beban untuk pemain
bolavoli. Penelitian oleh Putut Marhaento (2004) dengan judul “ Pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Model Latihan Beban Bervariasi dan Pola Spesialisasi Untuk Meningkatkan
Kualitas Fisik Pemain Bolavoli Putri Yunior Nasional Indonesia” menunjukkan
adanya peningkatan setelah latihan beban. Penelitian eksperimen yang dilakukan
oleh Slamet Riyadi (2008) dengan judul “Pengaruh Metode Latihan dan kekuatan
Terhadap Power Otot Tungkai” menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
antara latihan berbeban dan latihan pliometrik terhadap power otot tungkai.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan argumentasi teoritik terhadap hipotesis yang
diajukan dan langkah-langkah metodologis yang akan dijalankan dalam
penelitian. Latar belakang penelitian ini adalah Prestasi bolavoli di Surakarta yang
belum maksimal, kemampuan fisik pemain bolavoli intermediet di Surakarta
kurang baik serta belum adanya model latihan beban untuk pemain bolavoli
tingkat intermediet di Surakarta.
Ditinjau dari masalah di atas maka pengembangan model latihan beban
sangat sesuai untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet bolavoli yang
merupakan pokok masalah, dalam mengembangkan suatu produk, maka metode
penelitian pengembangan merupakan metode yang sesuai untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Pengembangan model latihan beban harus sesuai dengan teori
agar produk yang dihasilkan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, sehingga
perlu pemahaman tentang foktor yang menentukan tercapainya tujuan dari
penelitian ini, yaitu pengembangan model latihan beban dan langkah-langkah
metodologis yang sesuai untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Kegiatan penelitian ini dimulai dari adanya suatu kebutuhan yang
kemudian dipecahkan dengan pembuatan produk akhir penelitian. Penelitian-
penelitian di bidang pendidikan, umumnya tidak diarahkan pada pengembangan
suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan
dengan fenomena-fenomena fundamental, serta praktik-praktik pendidikan.
Penelitian dan pengembangan dilakukan dengan kaidah ilmiah, setiap tahap
penelitian harus dilakukan secara cermat, dengan demikian diharapkan dapat
menghasilkan suatu produk yang baik dan benar-benar dibutuhkan dalam bidang
olahraga. Pada penelitian pengembangan ini, akan mengembangkan sebuah
produk berupa model latihan beban bervariasi pada atlet bolavoli putra tingkat
intermediet di Surakarta.
Dengan demikian penelitian pengembangan merupakan penelitian yang
menelaah suatu teori, konsep atau model untuk membuat suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang sudah ada yang dimulai dari adanya suatu
kebutuhan dari suatu masalah yang dapat dipecahkan dengan produk tersebut.
Dalam penelitian ini akan membuat tentang model latihan beban
bervariasi, dimana model latihan tersebut akan memuat tentng fenomena yang
akan diselidiki. Diharapkan dari model latihan beban bervariasi tersebut akan
memperoleh bentuk latihan yang ideal untuk peningkatan kondisi fisik, yang
nantinya dapat diterapkan ke dalam kondisi yang nyata yang dalam hal ini adalah
situasi pertandingan.
Rancangan produk dalam pengembangan model latihan beban ini berisi
tentang:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Bab 1: Pendahuluan
Bab 2: Kajian Teori. (a)Teori umum bolavoli, (b)Analisis kebutuhan fisik
bolavoli, (c) Teori umum latihan beban.
Bab 3: Model latihan beban untuk bolavoli. (a) Jenis-jenis latihan beban untuk
bolavoli, (b) Program latihan beban untuk bolavoli, (c) Evaluasi
kemampuan fisik.
Bab 4: Penutup.
Dalam kegiatan pengembangan ini, peneliti akan mengembangkan model
latihan beban bervariasi dengan memperhatikan tahapan pelaksanaan latihan, yang
dilakukan dari yang ringan menuju yang berat. Kemudian akan menjelaskan yaitu
pertama tentang macam-macam latihan beban yang sesuai dengan kebutuhan
kondisi fisik dalam bolavoli yang terdiri dari latihan kelompok otot legs, arm,
back, front dan abdominal.
Dalam penyusunan model latihan beban bervariasi ini subyek penelitian
adalah atlet bolavoli yang berada pada tingkat intermediet, dimana penekanan
utamanya diarakan pada peningkatan kondisi fisik. Kegiatan-kegiatan latihannya
mengarah pada pengkondisian terhadap penguasaan keterampilan melakukan
latihan beban. Dari segi tinjauan usia secara umum subyek penelitian berada
dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, yaitu pada masa adolesensi akhir.
Dalam masa ini pemberian kondisi fisik dalam peningkatan belajar gerak adalah
untuk membentuk keterampilan gerak. Dari gambaran tersebut diketahui bahwa
untuk menjadi pemain bolavoli yang berprestasi diperlukan kondisi fisik yang
baik. Pengkhususan latihan dan pemfokusan latihan sudah dapat dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
termasuk dalam meningkatkan kondisi fisik atlet. Prinsip-prinsip latihan telah
dapat diterapkan pada usia atlet spesialisasi untuk meningkatkan segala komponen
komponen latihan, baik teknik, taktik,fisik dan mental.
Berdasarkan pada karakteristik yang dimunculkan pada kategori dari subyek
penelitian, maka penyusunan model-model latihannya berlandaskan pada
karakteristik tersebut. Model latihan yang dihasilkan akan lebih dominan pada
aspek pembinaan kondisi fisik sebagai pendukung utama dari prestasi bolavoli.
Adapun spesifikasi produk latihan beban adalah sebagai berikut:
Tabel 2.10 Ruang lingkup produk pengembangan.
Konsep Variabel Sub Variabel IndikatorBolavoli Model latihan
beban untuk bolavoli
Teori bolavoli Teori umum bolavoliAnalisis kebutuhan fisik bolavoli
1. Analisis kebutuhan fisik servis2. Analisis kebutuhan fisik pasing3. Analisis kebutuhan fisik blok4. Analisis kebutuhan fisik smash
Teori umum latihan beban
1. Prinsip latihan beban2. Intensitas latihan beban 3. Sistem energi latihan beban4. Adaptasi latihan beban5. Metode latihan beban untuk
bolavoliLatihan beban untuk bolavoli
1.Latihan daya tahan otot2.Latihan kekuatan3.Latihan power4.Latihan fleksibilitas
Program latihan beban untuk bolavoli
1.Program latihan bulanan2.Program latihan mingguan3.Program latihan harian
Evaluasi kemampuan fisik bolavoli
1.Tes daya tahan otot tungkai2.Tes daya tahan otot lengan3.Tes daya tahan otot perut4.Tes kekuatan otot lengan5.Tes kekuatan otot tungkai6.Tes power otot lengan7.Tes power otot tungkai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Model latihan selanjutnya dievaluasi oleh ahli bolavoli, masukan dari ahli
bolavoli dijadikan acuan untuk memperbaiki produk pengembangan sebelum di
uji cobakan. Prosedur selanjutnya adalah pelaksanaan ujicoba kelompok kecil dan
kelompok besar, hal ini bertujuan untuk mengetahui keberterimaan produk
pengembangan.
Prosedur terahir dalam penelitian ini adalah uji efektifitas produk, yaitu
dengan eksperimenkan produk hasil pengembangan dibandingkan dengan produk
yang lain. Dari hasil eksperimen tersebut diharapkan produk pengembangan bisa
meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan di mulai dari awal sampai akhir, yaitu
mulai analisis kebutuhan dengan melakukan wawancara sampai dengan tahap
akhir yaitu tes akhir kemampuan fisik. Berikut akan dijabarkan mengenai waktu
dan tempat pelaksanaan penelitian yang dilakukan.
Tabel 3.1 Waktu dan Tempat penelitian
No Kegiatan Penelitian Tempat Waktu
1 Tahap PertamaWawancara dengan pelatih bolavoli di Surakarta
UNS dan UTP, Surakarta
September 2011
2 Tahap keduaa. Pembuatan Produk awal Surakarta Oktober 11- Maret 12b.Evaluasi ahli bolavoli:
1) Prof. Dr. M.E.Winarno, M.Pd2) Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd3) Eriek Satya H, S.Pd4) Teja Krisna, S.Pd
MalangSurakartaSurakartaSurakarta
April-Mei 2012
c.Uji Kelompok Kecil Fitnes Center UTP Surakarta
Juni 2012
d.Uji Kelompok Besar Fitnes Center UTP Surakarta
Juni 2012
3 Tahap KetigaEksperimen Produk Fitnes Center
UTP SurakartaSeptember-oktober2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
1. Tempat Penelitian
Pemilihan tempat dan pelaksanaan penelitian mempertimbangkan
beberapa aspek, baik dari segi akses maupun lokasi, yang mendukung
terlaksananya penelitian dengan baik. Dengan memperhatikan hal tersebut maka
penelitian ini dilaksanakan di dua tempat. Analisis kebutuhan (wawancara dengan
pelatih bolavoli) dilakukan di UNS dan UTP Surakarta, Evaluasi ahli dilakukan di
Malang dan Surakarta, uji coba produk dan uji efektivitas produk dilaksanakan di
Surakarta dan mengambil tempat di Fitnes Center UTP Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah
analisis kebutuhan, dalam hal ini adalah wawancara dengan pelatih bolavoli untuk
mengetahui masalah kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet. Tahap
yang kedua adalah pembuatan produk, pelaksanaan uji coba produk yang
dilaksanakan mulai bulan April-Juni 2012. Pelaksanaan uji coba berlangsung
selama tiga bulan dikarenakan untuk penyedian waktu uji coba dan revisi dari
produk yang setelah di uji coba. Setelah pelaksanaan uji coba dan revisi produk
selesai maka akan dilanjutkan dengan tahap ketiga.
Tahap ketiga dari pelaksaan penelitian ini adalah uji efektifitas produk
yang telah dihasilkan. Pelaksanaan eksperimen ini berlangsung selama dua bulan,
mulai bulan September 2012 sampai bulan Oktober 2012. Pelaksanaan perlakukan
selama 8 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali dalam seminggu. Hal ini
didasarkan pada prinsip pemberian waktu latihan yang baik sehingga akan
mencapai tujuan yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Fox, Bower & Foss (1993:296) menyatakan untuk latihan interval anaerob
durasi latihan 8-10 minggu, dengan frekuensi 3 kali seminggu. Penentuan waktu
latihan dengan frekuensi 3 kali per minggu sesuai dengan pendapat Brooks &
Fahey (1984:405) menyatakan bahwa latihan dengan frekuensi 3 kali seminggu
akan terjadi peningkatan kualitas latihan, karena dengan latihan 3 kali seminggu
akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi terhadap beban
pelatihan yang diterima. Latihan dilakukan pada sore hari mulai pukul 15.00 WIB
sampai dengan pukul 17.30 WIB. Secara keseluruhan latihan dilakukan selama 8
minggu dengan 24 kali pertemuan, ditambah pelaksanaan tes awal dan tes akhir
sebanyak dua pertemuan.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan, karena
sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam studi pendahuluan serta untuk
memecahkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi.
1. Model Pengembangan
Pengembangan atau yang sering disebut sebagai penelitian pengembangan
dilakukan dengan maksud menjembatani jurang yang terbentang cukup lebar
antara penelitian dan praktek. Degeng (2002:1) menyimpulkan arti dari penelitian
pengembangan yaitu “penelitian ilmiah yang menelaah suatu teori, model, konsep,
atau prinsip, dan menggunakan hasil telaah untuk mengembangkan suatu
produk”.
Penelitian pengembangan tidak selalu mengembangkan produk baru, bisa
dengan menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dipertanggungjawabkan. Penelitian pengembangan selalu diawali dengan adanya
kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan
suatu produk tertentu. Model pengembangan yang digunakan peneliti adalah
model pengembangan (research and development) Borg and Gall (1983:775).
Adapun langkah-langkahnya yaitu:
a. Research and information collecting (Studi pendahuluan)
b. Planning (Perencanaan)
c. Develop preliminary form of product (Pengembangan rancangan produk awal)
d. Preliminary field testing (Uji lapangan awal)
e. Main product revision (Revisi produk awal)
f. Main field testing (Uji lapangan utama)
g. Operational product revision ( Revisi produk kedua)
h. Operational field testing ( Uji kelompok)
i. Final Product Revision ( Revisi produk akhir)
j. Dissemination and implementation (Diseminasi dan implementasi)
2. Prosedur Penelitian Pengembangan
Sepuluh langkah pengembangan yang dikemukakan Borg dan Gall ada
beberapa tahapan yang dilaksanakan oleh peneliti, dengan pertimbangan waktu,
tenaga, dan biaya yang terbatas untuk menghasilkan produk pengembangan
model latihan untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet bolavoli putra tingkat
intermediet. Untuk mengetahui peningkatan dari hasil penerapan pengembangan
produk, maka peneliti melakukan eksperimen terhadap produk model latihan
untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet bolavoli putra tingkat intermediet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tahap PertamaAnalisis kebutuhan
Panduan wawancara bebas terpimpin
Wawancara dengan pelatih bolavoli
Tahap KeduaPengembangan Produk
Kajian teori latihan beban untuk bolavoli
Bentuk bentuk latihan beban
Rancangan Program latihan
beban
Program latihan bulanan
Program latihan
mingguan
Rancangan program
latihan harian
Evaluasi kemampuan
fisik
Uji coba produk
Evaluasi Ahli Bolavoli
Ahli akademisi bolavoli
Ahli praktisi bolavoli
Angket campuran
Revisi Produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Gambar 3.1 Bagan prosedur pengembangan, diadaptasi dari Borg & Gall
Uji Kelompok Kecil12 pemain
1.Angket Campuran2.Ratig Scale
1.Angket Campuran2. Ratig Scale
Uji Kelompok Besar24 pemain
Revisi produk
“Produk pengembangan model latihan beban untuk peningkatan kemampuan fisik pemain bolavoli putra
tingkat interImediate di Surakarta”
Revisi produk
Uji Kelompok Kecil12 pemain
Angket Campuran
Angket CampuranUji Kelompok Besar24 pemain
Revisi produk
Tahap KetigaUji efektifitas produk dengan eksperimen
Catatan Lapanga
Pre-test kemampuan fisik
Post-test kemampuan fisik
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Adapun prosedur pengembangan yang digunakan oleh peneliti dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap Pertama (Analisis kebutuhan)
Analisis kebutuhan meruapakan suatu langkah awal dalam suatu penelitian
yang memiliki karakteristik berbasis masalah dan memunculkan solusi untuk
mengatasi suatu masalah tersebut. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian, analisis kebutuan sangat penting dilakukan. Borg dan Gall
(1983:753) “ menyimpulkan bahwa analisis kebutuhan merupakan pengumpulan
informasi awal terhadap perbedaan kondisi yang ada dilapangan dan kondisi yang
diinginkan, untuk kebutuhan pemecahan masalah yang ada.” Informasi awal yang
dibutuhkan merupakan hal yang sangat penting sebagai awal penemuan terhadap
masalah yang akan dijadikan sebagai perhatian utama dalam penelitian. Analisis
kebutuhan sebagai suatu cara pengumpulan informasi awal dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Analisis kebutuhan juga merupakan cara untuk mengetahui
tentang segala materi yang dibutuhkan dalam penelitian. Informasi awal
dilapangan sangat diperlukan dalam penelitian pengembangan karena merupakan
gambaran nyata kondisi yang ada dan sebagai suatu bahan kajian untuk ditemukan
suatu kekurangan atau kelebihan dari suatu hal.
Analisis kebutuhan merupakan bagian dari langkah-langkah yang
digunakan untuk mengetahui produk yang dikembangkan, dibutuhkan atau tidak
oleh subyek, analisis kebutuhan dalam penelitian ini dilakukan dengan Intervieu
bebas terpimpin dengan pelatih bolavoli putra di Surakarta dan rasionalisasi
masalah oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
b. Tahap Kedua (pengembangan produk)
1. Kajian Teori
Mengkaji secara ilmiah materi yang kita gunakan dalam penelitian dan
merupakan pijakan teoritik untuk mengembangkan produk sebagai hasil
penelitian. Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah melakukan kajian
terhadap teori yang digunakan untuk mendukung penelitian. Borg dan Gall
(1983:777) menyimpulkan, “kajian teori adalah pengumpulan informasi
pendukung penelitian yang berhubungan dengan perencanaan pengembangan.”
Kajian teori merupakan tahapan untuk mengkaji dan menelaah secara ilmiah
materi yang akan digunakan dengan berlandaskan pada teori-teori empiris yang
ada. Materi dalam penelitian ini adalah temuan masalah di lapangan, dimana akan
dikembangkan produk untuk memberikan solusi terhadap masalah yang
ditemukan sebelumnya pada studi pendahuluan.
Teori-teori yang digunakan merupakan teori yang mendukung terhadap
penelitian yang dilakukan. Penelitian ini membahas tentang pengembangan model
latihan beban untuk bolavoli pada pemain tingkat intermediet. Peneliti
mengungkap teori-teori yang relevan dan mendukung terhadap produk penelitian
yang dikembangkan. Teori-teori yang mendasari adalah: (1)Profil bolavoli.
(2)Analisis kondisi fisik bolavoli. (3)Teori latihan fisik. (4)Teori latihan beban.
(5)Penelitian yang relevan. Ditunjang dengan teori tersebut diharapkan penelitian
sekaligus pembuatan produk tidak akan lepas dari prosedur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
2. Pembuatan Produk Awal
Berdasarkan analisis kebutuhan sampai pada kajian teoritik yang
dipaparkan pada bab II, langkah selanjutnya adalah pembuatan rancangan produk
awal model latihan beban untuk meningkatkan kemampuan fisik atlet bolavoli
putra tingkat intermediet di Surakarta. Pembuatan produk pengembangan model
latihan beban ini diawali dengan pembuatan ruang lingkup produk, adapun isi
dalam pengembangan produk ini meliputi:
Bab 1: Pendahuluan
Bab 2: Kajian Teori. (a)Teori umum bolavoli, (b)Analisis kebutuhan fisik
bolavoli, (c) Teori umum latihan beban.
Bab 3: Model latihan beban untuk bolavoli. (a) Jenis-jenis latihan beban untuk
bolavoli, (b) Program latihan beban untuk bolavoli, (c) Evaluasi
kemampuan fisik.
Bab 4: Penutup.
Pemilihan teori-teori tersebut dilakukan peneliti dengan didasarkan pada
logika berfikir empiris. Dalam penyusunan kajian teori dapat digunakan bentuk-
bentuk penalaran yang dapat menunjukkan alur pola berfikir yang logis. Penulisan
kajian teori dalam penelitian ini menggunakan penalaran deduktif. Winarno
(2007:2) “Penalaran deduktif dimulai dari hal-hal yang bersifat umum dan menuju
ke hal-hal yang khusus.” Hal yang cukup luas atau cukup besar cakupan
bahasannya dikaji terlebih dahulu sehingga nanti akan mengerucut pada hal yang
lebih khusus. Peneliti menggunakan penalaran deduktif dalam penyusunan kajian
teori dengan mengungkap kajian terhadap olahraga hingga tinjauan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
mendukung terhadap penelitian yang disusun. Hal ini relevan dengan prosedur
serta teori yang menjadi landasan dan dapat menunjukkan alur berfikir dari
peneliti yang logis.
3. Evaluasi Ahli
Tahap selanjutnya adalah evaluasi dari para ahli untuk kesempurnaan
pembuatan produk yang dalam hal ini adalah model latihan beban dalam bolavoli.
Borg dan Gall (1983:781) menyimpulkan, “Uji coba dengan evaluasi pakar adalah
untuk mengetahui rancangan produk awal dapat di uji coba lapangan.” Sebelum
produk hasil pengembangan awal diuji coba lapangan, maka harus dilakukan
evaluasi untuk kelayakan substansi yang akan diuji cobakan, sehingga diperoleh
tingkat validitas baik internal maupun eksternal yang cukup layak dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pelaksanaan evaluasi ahli ini untuk memperoleh tanggapan dan masukan
dari para ahli untuk kesempurnaan pembuatan. Pelaksanaan evaluasi ahli ini
menggunakan instrumen sebagai alat evaluasi terhadap produk pengembangan.
Instrumen yang digunakan untuk uji coba dengan evaluasi ahli adalah dengan
menggunakan kuisioner campuran dimana terdiri dari pertanyaan dengan jawaban
tertutup (ditentukan sebelumnya), dan jawaban terbuka (jawaban langsung dari
narasumber). Hasil review dari evaluasi ahli terdiri dari data kuantitatif untuk hasil
evaluasi dengan skala likert dan data kualitatif untuk hasil evaluasi dengan
pertanyaan dengan jawaban masukan dari narasumber. Rancangan produk awal
kemudian dievaluasi oleh dua ahli akademisi bolavoli dan dua ahli praktisi
bolavoli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
4. Revisi Produk
Produk direvisi sesuai dengan masukan dari para ahli untuk selanjutnya
diuji coba pada kelompok kecil.
5. Uji Coba Tahap I (kelompok kecil)
Uji coba tahap I (kelompok kecil) dimaksudkan untuk mencari penilaian
dari atlet bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta berkaitan dengan produk
pengembangan. Tahapan yang dilakukan dalam uji coba kelompok kecil adalah
dengan melibatkan subyek penelitian. Tahapan ini sebagai tindak lanjut dari
persetujuan para ahli terhadap model latihan yang dikembangkan. Borg dan Gall
(1983:782) menyimpulkan, “Tujuan dari uji coba kelompok kecil adalah untuk
mengetahui hasil produk pengembangan yang baru dalam skala yang kecil.” Hasil
dari uji coba ini merupakan representasi kelayakan dan keberterimaan produk
yang dikembangkan.
6. Revisi Produk
Setelah uji coba kelompok kecil, maka dilakukan revisi dari akhir uji coba
yang dilakukan sebagai perbaikan produk yang telah diuji cobakan.
7. Uji coba Tahap II (kelompok besar)
Uji coba tahap II (kelompok besar) dimaksudkan untuk mencari saran dan
penilaian dari atlet bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta berkaitan
dengan isi model latihan. Uji coba kelompok besar melibatkan lebih banyak
jumlah subyek penelitian. Tahapan ini sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan uji
coba terbatas terhadap model latihan yang dikembangkan. Borg dan Gall
(1983:783) menyimpulkan, “uji coba luas ditujukan untuk memutuskan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
produk pengembangan telah sesuai dan layak dengan tujuan yang ingin dicapai.”
Uji coba ini untuk mengetahui keberterimaan dan kelayakan produk secara lebih
luas sehingga dapat diuji tingkat efektifitasnya.
8. Revisi Produk
Setelah uji coba kelompok besar, maka dilakukan revisi dari akhir uji coba
yang dilakukan sebagai perbaikan produk yang telah diuji cobakan.
c. Tahap Ketiga (Uji Efektifitas Produk)
1. Eksperimen produk
Eksperimen dilakukan pada peserta program pelatihan bolavoli Universitas
Tunas Pembangunan Surakarta dan Universitas Sebelas Maret dengan tujuan
mengetahui tingkat efektifitas produk pengembangan untuk pemanfaatan lebih
lanjut. Rancangan eksperimen menggunakan rancangan pretest dan postest dengan
pemilihan kelompok yang di acak (two group pre test and post test design).
Tabel 3.2 Desain uji efektifitas produk
Subjek Pre test Perlakuan Post testR X1 Latihan beban X2
R X1 Latihan konvensional X2
Mekanisme pelaksanaan uji efektifitas hasil produk pengembangan ini
dilakukan dengan membandingkan dua kelompok untuk kemudian dilihat hasilnya
dari hasil pre test dan post tes.
2. Laporan Hasil Produk Pengembangan
Hasil akhir berupa produk yang telah dihasilkan dari analisis kebutuhan,
evaluasi ahli, uji coba kelompok kecil, uji kelompok besar, dan hasil eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
produk berupa model latihan beban untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain
bolavoli.
3. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
a. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel independen,
dan variabel dependen. Rinciannya sebagai berikut:
1) Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah latihan beban.
2) Variable dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan fisik pemain
bolavoli.
b. Definisi Operasional Variabel
Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel dalam
penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari variabel-variabel penelitian yang
ada sebagai berikut :
1) Latihan beban adalah latihan beban yang urutan pelaksanaanya dimulai dari
latihan mengangkat beban dengan volume dan intensitas tertentu, dilanjutkan
dengan penguluran pada persendian yang otot-ototnya terlibat dalam gerakan
itu, dan di ahiri dengan latihan eksplosif dari otot-otot tersebut.
2) Kemampuan fisik adalah kapasitas penampilan atlit. Dalam penelitian ini
dimaksudkan adalah kemampuan fisik khusus yang diperlukan dalam cabang
olahraga bolavoli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dimana data diperoleh. Sumber data dalam
penelitian penegembangan model latihan beban untuk bolavoli ini dikelompokkan
menjadi dua sumber data, yaitu sumber data awal dan sumber data dalam uji coba
kelayakan produk program latihan beban untuk bolavoli yang dikembangkan.
Sumber data tersebut meliputi:
1. Peneliti
Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat untuk mengetahui
kebutuhan penelitian, dalam hal ini masalah yang menjadi latar belakang
penelitian serta sebagai observer atau pencatat lapangan saat melakukan uji
efektifitas produk. Menurut Moleong (2007:168), kedudukan peneliti merupakan
sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analis, penafsir data, dan pada
akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian.
2. Pelatih bolavoli
Sumber data pelatih bolavoli dalam penelitian ini dilakukan pada saat
analisis kebutuhan, data diambil dengan menggunakan teknik wawancara,
instrumen pengumpulan data menggunakan intervieu guide.
3. Ahli Akademisi Bolavoli
Sumber data ahli akademisi bolavoli diambil dari unsur perguruan tinggi,
dengan kualifikasi pengampu mata kuliah bolavoli. Sumber data ahli akademisi
bolavoli masing-masing adalah Prof. Dr. M. E. Winarno, M.Pd, dimana beliau
merupakan pakar bolavoli dari Universitas Negeri Malang, Ahli akademisi
bolavoli kedua adalah Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd, dimana beliau adalah ketua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
program studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Ahli Praktisi Bolavoli
Sumber data ahli praktisi bolavoli diambil dari unsur pelatih, dengan
kualifikasi melatih dalam sebuah tim. Sumber data ahli praktisi bolavoli masing-
masing adalah Eriek Satya H, S.Pd, beliau adalah pelatih klub bolavoli UTP, dan
Teja Krisna, S.Pd, beliau adalah ahli latihan beban di Surakarta.
5. Atlit Bolavoli
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah atlet bolavoli putra tingkat
intermediet di Surakarta. Terdiri dari 4 klub yang masing-masing memilki 15-20
pemain sebagai anggota klub. Untuk atlet yang berada pada tingkat intermediet,
rata-rata memili 10-15 pemain.
b. Sampel
Untuk penentuan sampel penelitian dilakukan dengan purposive karena
sudah diketahui ciri-cirinya. Menurut Maksum (2009:44) “purposive sampling
adalah sebuah teknik pengambilan sampel yang ciri atau karateristiknya sudah
diketahui lebih dulu berdasarkan ciri atau sifat populasi.” Kemudian selanjutnya
dengan cara random karena pengambilan dilakukan secara acak. Maksum
(2009:41) menyatakan “random sampling merupakan teknik sampling yang
memberikan peluang yang sama bagi individu yang menjadi anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel.” Dalam penelitian ini pengambilan
sampelnya adalah atlet bolavoli tingkat intermediet dan kemudian diambil secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
acak tanpa memilih sesuai dengan tingkatan-tingkatan baik kemampuan maupun
usia.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini diambil 24 pemain yang
masuk pada kategori intermediet dari jumlah keseluruhan 48 pemain. Rincian
sampel dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1) Uji kelompok kecil: 12 sampel.
2) Uji kelompok besar: 24 sampel.
3) Uji efektifitas produk: kelompok eksperimen menggunakan 6 sampel dan
kelompok kontrol mengguanakan 6 sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data analisis
kebutuhan, data penilaian ahli bolavoli, data uji coba kelompok, dan data hasil uji
efektifitas produk pengembangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah:
1. Teknik wawancara dipergunakan untuk mengumpulkan data kondisi awal
tentang proses latihan kondisi fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet
di Surakarta.
2. Teknik kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data penilaian kelayakan
produk dari para ahli, serta pendapat dari atlit (pengguna produk).
3. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan fisik
pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
4. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data catatan lapangan
tentang keterlaksanaan latihan dan penerapan penelitian (model latihan).
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpul data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatanya mengumpulkan agar kegiatanya tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya, Arikunto (2009:101). Dalam penelitian ini,
instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2 Bagan instrumen pengumpul data
InstrumenPengumpul Data
Kekuatan otot tungkai
Daya tahan otot perut
Daya tahan otot lengan
Daya tahan otot tungkai
Power otot tungkai
Kekuatan otot lengan
Power otot lengan
Intervieu Guide
Kuesioner Campuran
Catatan Lapangan
Tes Kemampuan Fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
1. Intervieu guide
Metode pertama yang digunakan adalah metode wawancara atau intervieu.
“Intervieu adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai (interviewer), Winarno
(2007:64).” Metode wawancara dengan menggunakan teknik intervieu bebas
digunakan untuk memperoleh informasi analisis kebutuhan dari pelatih tim
bolavoli. Intervieu bebas adalah intervieu yang dilakukan oleh pewawancara
dengan menggunakan pedoman wawancara tidak terstruktur.
2. Kuesioner
Instrumen selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
atau kuisioner. “Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden tentang sesuatu yang akan diteliti,
Winarno (2007:62).” Metode angket digunakan untuk memperoleh informasi
analisis kebutuhan dari anggota tim bolavoli, uji coba kelompok kecil dan besar
serta untuk memperoleh informasi dari para ahli.
Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa bentuk.
Bentuk yang pertama adalah kuisioner pilihan ganda dengan disertai juga bentuk
Skala likert. Hal ini dikarenakan butir-butir jawaban yang tersedia merupakan
pilihan ganda dan jawaban yang tersedia menunjukkan tingkatan-tingkatan, mulai
dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju atau sangat baik hinga kurang sekali.
Dalam penelitian ini ada dua jenis kuesioner, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
a. Ahli bolavoli (kuesioner campuaran)
Aspek kelayakan produk pengembangan latihan beban untuk masing-
masing indikator dapat diuraikan sebagai berikut:
Bentuk-bentuk latihan dan program latihan:
1. Aspek Kesesuaian
2. Aspek Kemanfaatan
3. Aspek Keamanan
4. Aspek Keterlaksanaan
Penyajian produk:
1. Aspek kesesuaian dengan kaidah pembuatan produk.
2. Aspek kemudahan untuk dipahami.
b. Atlit bolavoli (kuesioner tertutup)
Aspek kelayakan produk pengembangan latihan beban untuk masing-
masing indikator dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Aspek kemudahan untuk dipahami
2. Aspek kemudahan untuk dilakukan
3. Aspek kemenarikan
4. Aspek kemanfaatan
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007:209)
adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami,dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian.
Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan selama pelaksanaan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan analitis, berisi tentang
rencana, keputusan prosedural, hingga kritik pribadi terhadap keputusan yang
diambil peneliti sehingga seluruh kegiatan dalam pelaksanaan program tersebut
bisa terekam dengan baik.
4. Tes kemampuan fisik
Penelitian ini juga menggunakan metode tes. Menurut Johnson dan Nelson
(1969:1) “Tes adalah suatu bentuk dari suatu pertanyaan dan atau pengukuran,
yang digunakan untuk memperkirakan ingatan dari sutau pengetahuan dan
kemampuan, atau untuk mengukur kemampuan gerak di dalam aktifitas jasmani.”
Kirkendal (1987) menyatakan bahwa, “tes adalah instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi tentang individu atau objek.”
Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah untuk mengetahui hasil
peningkatan dari eksperimen produk pengembangan. Secara khusus tes yang
digunakan adalah tes prestasi. Winarno (2007:61) menyatakan “tes prestasi adalah
tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian prestasi seseorang setelah
mempelajari sesuatu.” Dalam penelitian ini tes prestasi yang dimaksudkan tes
kemampuan fisik sehingga instrumen ini masuk kategori achievement test.
Sugiyanto (1993:66), menyatakan bahwa “kriteria pengukuran dikatakan
baik apabila memenuhi kriteria: instrumen pengukuran harus valid, reliabel,
mudah diadministrasikan dan ada norma penilaiannya”. Dalam penelitian ini
digunakan baterai tes, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, secara
teknis dapat diuraikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Gambar 3.3 Bagan bateri tes kemampuan fisik
a. Kekuatan otot tungkai, leg dynamometer
Untuk mengetahui kekuatan otot tungkai dengan menggunakan tes leg
dynamometer. Tujuan tes adalah untuk mengukur kekuatan kelompok extensor
tungkai. Pelaksanaan tes : berdiri diatas tumpuan leg dynamometer, kedua lengan
memegang bagian lengan tongkat, pegangan setinggi bagian kemaluan, sabuk
pengaman dililitkan antara pinggang dengan kedua ujung tongkat pegangan.
Gerakannya : tarik tungkai dengan kedua tangan bersamaan dengan meluruskan
kedua lutut, pada akhir gerakan kedua lutut hampir lurus sepenuhnya. Penilaian
yaitu hasil yang dapat dicatat dari nilai tertinggi yang diperoleh selama melakukan
tes sebanyak 2-3 kali. Hasil masing-masing testee dapat dibaca pada petunjuk
yang berada di atas bantalan leg dynamometer.
b. Kekuatan otot lengan. Pull and push dynamometer.
Tujuan: Untuk mengukur kekuatan otot tangan dalam menarik dan
mendorong. Alat: pull and push dynamometer. Petugas: (1) pemandu tes dan (2)
pencatat skor. Pelaksanaan: Testee berdiri tegak dengan kaki direnggangkan dan
Tes daya tahan otot tungkai (squat
Tes power otot lengan (lempar bola basket)
Tes daya tahan otot lengan (push-up)
Tes power otot tungkai (standing broad jump)
Tes kekuatan otot lenganTes kekuatan otot tungkai
Tes daya tahan otot perut(sit-up)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
pandangan lurus ke depan. Tangan memegang pull & push dynamometer dengan
kedua tangan di depan dada. Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Tarik
alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat menarik atau mendorong, alat tidak boleh
menempel pada dada, tangan dan siku tetap sejajar dengan bahu. Tes ini dilakukan
sebanyak dua kali. Penilaian: Skor kekuatan tarik atau kekuatan dorong terbaik
dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan kg. dengan tingkat
ketelitian 0,5 kg.
c. Daya tahan otot perut. AAHPERD Modifield Sit-ups (AAHPERD 1980)
Untuk memperoleh data daya tahan otot perut dilakukan dengan
menggunakan instrumen tes sit-up, Nelson (1986:132). Testee harus
menempelkan kedua lengan di depan dada dan melakukan sit-up dengan cara
menyentuhkan siku kiri ke lutut kanan, dan siku kanan ke lutut kiri. Gerakan
tersebut dilakukan sebanyak mungkin.
d. Daya tahan otot lengan. Modifield Push-up
Untuk memperoleh data kekuatan otot perut dilakukan tes dengan
menggunakan instrument push-up, Nelson (1986:139). Posisi awal: testee
mengambil posisi tidur menelungkup dan menempatkan telapak tangan di lantai di
bawah dada testee. Kedua tangan testee terletak di lantai di bawah kedua bahunya,
siku dipertahankan atau dikunci dalam keadaan lengan diluruskan. Seluruh tubuh
lurus, tidak ada bagian tubuh yang menyentuh lantai kecuali kedua tangan dan
tumitnya. Kedua kaki diregangkan sejauh 30 cm.
Pelaksanaan: Testee membengkokkan lengannya, badan diturunkan sampai
dadanya dapat menyentuh tangan penghitung dan dorong kembali ke posisi awal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Tubuh harus tetap dipertahankan dengan lurus sepanjang melakukan gerakan.
Testee melakukan kegiatan sebanyak mungkin tanpa harus berhenti.
e. Daya tahan otot tungkai. Half squat jump test
Untuk mengetahui daya tahan otot tungkai dapat diketahui dengan tes
squat jump, Nelson (1986:137), pelaksanaan: orang coba berada pada sikap
jongkok dengan salah satu tumit kaki yang lainya berada di depan, sedangkan
kedua tangan saling berkait diletakkan dibelakang kepala, pandangan ke depan.
Orang coba lemompat ke atas sehingga tungkai lurus, lalu mendarat dengan
berganti kaki ke depan dan ke belakang,dengan posisi setengah jongkok (half
squat). Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan sikap kaki bergantian
sampai orang coba tak dapat melompat lagi secara sempurna seperti ketentuan
tersebut di atas.
f. Power otot tungkai. Vertical Jump
Johnson dan Nelson (1986:219), untuk mengetahui power otot tungkai
masing-masing testee yaitu dengan tes Vertical Jump. Tujuan tes adalah untuk
mengukur power kaki melompat ke atas. Tingkatan usia untuk tes ini adalah
individu yang berusia 6 tahun sampai usia perguruan tinggi. Tes ini baik
dilakukan untuk laki-laki dan perempuan.
g. Power otot lengan. Two Hand Medicine Ball Put
Untuk memperoleh data power otot lengan dengan cara atlet melakukan
lempar bola medicine, yang dalam penelitian ini diganti dengan menggunakan
bola basket. Caranya dengan menghitung jarak antara jatuhnya bola dengan
tempat duduk atlet pada waktu melempar, dengan satuan meter. Setiap atlet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
melakukan dua kali kesempatan melempar bola, dan diambil yang terjauh dari
hasil lemparanya. Nelson (1986:214).
F. Jenis Data
Data menurut Suharsimi Arikunto dalam “prosedur peneletian suatu
pendekatan praktek” (1997), jenis data merupakan segala fakta dan angka yang
dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi
adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluaan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian pengembangan ini terdiri dari
dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Masing-masing adalah sebagai
berikut:
1. Data Kualitatif
a. Hasil observasi dari peneliti.
b. Hasil wawancara dari pelatih bolavoli pada studi pendahuluan.
c. Masukan dari ahli bolavoli.
d. Catatan lapangan pada saat eksperimen produk.
2. Data kuantitatif
a. Data dari evaluasi ahli adalah termasuk data ordinal.
b. Data dari atlit pada saat uji kelompok termasuk data ordinal.
c. Data dari hasil pree test dan post tes termasuk data ordinal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
G. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini ada dua teknik pengumpulan data, hal ini dilihat dari
jenis data yang dikumpulkan, berikut masing-masing pendekatan pengolahan data
dalam penelitian ini:
Gambar 3.4 Bagan teknik pengolahan data kualitatif
1. Pendekatan kualitatif
a. Analisis data
Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen (dalam Moleong,
2005:248) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
sehingga pada akhirnya akan menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Data
yang dianalisis secara kualitatif berasal dari data yang diperoleh dari berbagai
sumber yaitu wawancara dan catatan lapangan.
Penarikan kesimpulan
Pengujian data
Reduksi data
Analisis Data
Pemeriksaan Keabsahan data
Teknik Kualitatif
Pengecekan sejawat
Perpanjangan keikutsertaan
Triangulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Menurut Moleong (2005:247) proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.
Tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagaimana yang
dilakukan yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan
kesimpulan. Data yang diperoleh melalui perangkat pengumpulan data akan
dianalisis dan selanjutnya direduksi secara sistematis berdasarkan kelompok data,
data tereduksi ini akan disajikan secara terorganisir untuk dilakukan penarikan
kesimpulan.
1) Tahap reduksi data
Adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi,
pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna.
Data yang diperoleh dari hasil observasi, lembar penilaian, dan catatan lapangan
dimungkinkan masih belum dapat memberikan informasi yang jelas. Oleh karena
itu, perlu dilakukan reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan cara pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi kasar yang diperoleh
dari wawancara, observasi, dan catatan lapangan. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh informasi yang jelas dari data tersebut, sehingga peneliti dapat
membuat kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2) Tahap penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau paparan naratif
Sugiyono (2005:95). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
memahami apa yang terjadi atau penarikan kesimpulan sementara yang berupa
temuan penelitian yaitu berupa pencapaian indikator-indikator yang berkaitan
dengan apa yang telah diberikan.
3) Tahap penarikan kesimpulan
Adalah proses pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisir
dari hasil paparan data dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan padat
tetapi mengandung pengertian luas. Temuan penelitian dilakukan pengecekan
keabsahan temuan, sehingga diperoleh hasil penelitian. Selanjutnya hasil
penelitian direfleksi atau diberi makna untuk mendapatkan kesimpulan akhir.
Hasil refleksi ini digunakan untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya.
b. Pemeriksaan keabsahan data
Untuk menjaga keabsahan dari data yang telah diambil di lapangan maka
dilakukan pemeriksaan keabsahan dari data yang dikumpulkan. Dalam penelitian
ini pemerikasaan keabsahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan
metode:
1) Pengecekan sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara memaparkan hasil sementara atau hasil
akhir dengan rekan-rekan sejawat. Menurut Moleong (2007:333), diskusi ini
sebaiknya dilakukan dengan teman sejawat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman dalam bidang yang dipersolakan, terutama tentang isi dan
metodologinya.
Teknik pemeriksaan sejawat ini menurut Moleong (2007:333)
mengandung beberapa maksud untuk membuat agar peneliti tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran dan memberikan suatu kesempatan
awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul
dari pemikiran peneliti.
Tenik pemeriksaan keabsahan data ini jika dilakukan maka hasilnya
adalah: 1)Menyediakan pandangan kritis. 2)Mengetes temuan kerja. 3)Membantu
mengembangkan langkah selanjutnya. 4)Melayani sebagai pembanding, Moleong
(2007:333).
1) Triangulasi
(Bogdan dan Taylor, 1993:189, Zuber, 1996:81) menyimpulkan, untuk
melakukan pemerikasaan terhadap data dari berbagai sumber akan lebih tepat
dengan menggunakan metode triangulasi. Dalam hal ini triangulasi dilakukan
dengan mengumpulkan data yang sejenis dengan menggunakan berbagai sumber
data yang berbeda. Pada penelitian ini sumber data yang dimaksud adalah para
ahli yang memberikan masukan dan evaluasi terhadap produk yang disusun oleh
peneliti.
Gambar 3.5 Bagan pemeriksaan Keabsahan data
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mencocokan hasil pengambilan
data dengan menggunakan kuisioner baik dari pemain maupun ahli dengan hasil
wawancara. Triangulasi teori dilakukan dengan cara mencocokan kesesuaian
Pemeriksaan keabsahan data
Triangulasi teori
Triangulasi metode
Uji Ahli
Teori latihan beban bolavoli
1. Wawancara2. Catatan lapangan3. Kuisioner
1. Ahli Akademisi2. Ahli Praktisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
produk dengan teori yang telah ada sebelumnya yaitu teori mengenai latihan
beban untuk bolavoli. Uji ahli dilakukan untuk memperoleh masukan dari para
narasumber terkait produk pengembangan. Hal ini diharapkan akan mendapatkan
adanya keabsahan data dari sumber yang berbeda
2) Perpanjangan keikutsertaan
Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen itu sendiri, keikutsertaan
peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Perpanjangan keikutsertaan
ini menurut moleong (2007:327) akan membatasi:
a) Gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
b) Membatasi kekeliruan (biases) peneliti.
c) Mengkonpensasi pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
pengaruh sesaat.
2. Pendekatan kuantitatif
Pengolahan data dengan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini
melihat dari jenis data yang dikumpulkan pada saat penelitian, mulai dari
kuesioner ahli bolavoli, kuesioner atlet, dan data tes awal dan tes akhir pada saat
uji eksperimen produk.
Gambar 3.6 Bagan teknik pengolahan data kuantitatif
Teknik Kuantitatif
Uji homogenitas variansi populasi
Uji normalitas distribusi frekuensi
Uji T
Teknik persentase
Analisis Data
Pengujian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
a. Pengujian data
1) Uji Normalitas Distribusi Frekuensi
Uji normalitas distribusi frekuensi dalam penelitian ini menggunakan
metode Lilliefors, Sudjana (2005). Adapun prosedur pengujian normalitas adalah
sebagai berikut:
a) Pengamatan , , . . . , dijadikan bilangan baku , ,. . . ,
dengan menggunakan rumus:
Keterangan : =Nilai tiap kasus, =̅Rata-rata, =Simpangan baku
b) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F ( ) = P ( ≤ )
c) Selanjutnya dihitung proporsi , ,. . . , yang lebih kecil atau sama
dengan . Jika proporsi dinyatakan oleh
S ( ) = , ,..., ,
d) Hitung selisih F ( ) - S ( ) kemudian ditentukan harga mutlaknya
e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut
sebagai Lhitung.
2) Uji Homogenitas variansi populasi
Uji homogenitas variansi populasi dilakukan dengan uji F. Pengujian
homogenitas lebih sesuai menggunakan uji F dikarenakan hanya ada dua
kelompok sampel yang diuji homogenitas. Langkah-langkah pengujiannya
sebagai berikut:
a) Menghitung varians gabungan dari tiap kelompok sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
b) )1.(
)(. 222
nn
XXnSx
c) Varians dari setiap kelompok sampel dengan dk= n-1
d) Menghitung nilai F
e)Skecil
SbesarF
f) Membuat kesimpulan
g) Dari penghitungan diperoleh F hitung, dengan derajat kebebasan (dk)
pembilang n-1, dan derajat kebebasan (dk) penyebut n-1, dan pada taraf
nyata α = 0,05, Apabila F hitung Lebih kecil dari pada F tabel, maka data
pada kelompok X dan Y Homogen.
b. Analisis data
1) Analisis data kuesioner ahli bolavoli dan kuesioner atlit.
Teknik analisis data yang digunakan dalam pengembangan model latihan
beban adalah teknik analisis deskriptif persentase. Analisa data sesuai dengan
pendekatan ini dimaksudkan bahwa, setiap analisa disesuaikan dengan dengan
pendekatan yang digunakan, hanya sampai mengetahui persentase (%), Sudjana
(1990).
Rumus untuk mengolah data kuantitatif subyek uji coba.
%100xXi
XP
Keterangan:
P = Persentase hasil subyek uji coba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
x = Jumlah jawaban skor oleh subyek uji coba
xi = Jumlah jawaban maksimal dalam aspek penilaian oleh subyek uji coba
100% = Konstanta
Untuk menentukan kesimpulan yang telah tercapai maka ditetapkan kriteria
seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Persentase Hasil Evaluasi Subyek Uji Coba
Persentase Keterangan80% - 100 % Valid/digunakan60% - 79% Cukup valid/digunakan50% - 59 % Kurang valid/diganti<50% Tidak valid/diganti
2) Analisi data uji eksperimen produk.
Proses penghitungan hasil eksperimen menggunakan uji t (uji signifikasi)
dengan menggunakan rumus;
)1(
)( 22
NNN
DD
Dt
Dari hasil hitung uji t signifikansi derajat kebebasan menggunakan rumus (n-1)
sehingga diperoleh d.b = n-(n-1) = 5. Dan dari hasil perbandingan t hitung lebih
besar dari t tabel maka dapat disimpulkan data signifikan untuk taraf signifikansi
terdekat dengan t hitung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab IV ini akan diuraikan mengenai penyajian data yang diperoleh
dari tahap pendahuluan (wawancara kepada pelatih bolavoli di Surakarta),
pengembangan produk, evaluasi ahli bolavoli, uji coba kelompok kecil sebanyak
12 orang, uji kelompok besar sebanyak 24 orang, dan uji efektifitas produk
dengan eksperimen yang akan dijabarkan sebagai berikut.
A. Gambaran Umum Hasil Penelitian
Pada tabel 4.1 berikut akan disajikan gambaran umum penelitian
pengembangan model latihan beban untuk pemain putra tingkat intermediet di
Surakarta.
Tabel 4.1 Gambaran umum hasil penelitian.
No Komponen Temuan
1 Tahap Pendahuluan, Wawancara dengan pelatihbolavoli di Surakarta, (n=2) dengan pertanyaan 6 butir soal.
Kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet kurang baik dan belum adanya program latihan beban untuk pemain bolavoli tingkat intermediet.
2 Pengembangan Produk (1)Teori umum bolavoli. (2)Analisis kebutuhan fisik bolavoli. (3) Teori umum latihan beban. (4) Latihan beban untuk bolavoli. (5) Program latihan beban untuk bolavoli. (6) Evaluasi kemampuan fisik.
3 Tahap Uji Cobaa. Hasil Evaluasi ahli bolavoli
(n=4) dengan jumlah instrumensebanyak 26 butir pertanyaan.
a.Hasil evaluasi keempat ahli bolavoli diperoleh 80.77 %.
b.Rancangan model latihan harus disesuaikan dengan kebutuhan atlitdan disesuaikan dengan teori latihan.
b. Uji coba kelompok kecil(n=12), instrumen sebanyak 19 butir pertanyaan.
Diperoleh persentase 76.67%, model latihan bisa dilanjutkan ke tahap uji kelompok besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
No Komponen Temuan
c. Uji coba kelompok besar(n=24), instrumen sebanyak 19 butir pertanyaan.
Diperoleh persentase 72.71%, model latihan bisa dilanjutkan ke tahap uji efektifitas produk.
3 Nilai beda uji efektifitas produk 1. Kelompok eksperimenTes1=19, Tes2=36,Tes3=40,Tes 4=49, Tes 5=35, Tes 6=28, Tes 7=387
2. Kelompok bebasTes1=8, Tes 2=6, Tes 3=8, Tes 4=12, Tes 5=12, Tes 6=15, Tes 7=100
B. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
masalah, dalam penelitian ini tahap pendahuluan dilakukan dengan wawancara
terhadap pelatih bolavoli di Surakrta. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
permasalahan tentang kemampuan fisik atlet bolavoli putra tingkat intermediet.
Pada tabel 4.2 berikut akan disajikan kesimpulan hasil wawancara dengan pelatih
bolavoli di UTP dan pelatih bolavoli dari UNS.
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Pelatih Bolavoli di Surakarta
No Subjek Hasil Wawancara1 Pelatih bolavoli UNS
Surakartaa. Pelatih sering diserahkan kepada mahasiswa
senior.b. Latihan bertujuan untuk prestasi.c. Kemampuan fisik atlit tingkat intermediet
kurang baik.d. Program latihan peningkatan kondisi fisik
sudah ada.e. Latihan kemampuan fisik menggunakan
playometrik.f. Diperlukan program latihan beban.
2 Pelatih bolavoli UTP Surakarta
a. Pelatih membawahi seluruh atlit bolavoli yang ada, tidak ada spesifikasi pelatih.
b. Latihan bertujuan untuk prestasi.c. Kemampuan fisik atlit tingkat intermediet
kurang baik.d. Belum adanya program latihan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
No Subjek Hasil Wawancaratersetruktur.
e. Program latihan fisik yang digunakan adalah latihan playometrik.
f. Diperlukan program latihan beban untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa kemampuan fisik pemain
bolavoli tingkat intermediet kurang baik dan belum adanya program latihan beban
untuk pemain bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta.
C. Pengembangan Produk
Pengembangan produk model latihan beban untuk peningkatan
kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet ini dilakukan melalui
beberapa tahapan, yang pertama adalah pengembangan rancangan produk awal,
evaluasi ahli, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar.
1. Pengembangan Produk Awal
a) Pengkajian Teori
Tahap pengembangan produk terdiri dari pengkajian terhadap teori-teori
pendukung tentang latihan beban untuk bolavoli serta tahap penyusunan draft
awal produk pengembangan. Pengkajian teori diperlukan untuk mendasari
penyusunan produk model latihan beban untuk bolavoli. Teori-teori yang
digunakan adalah teori umum olahraga bolavoli serta teori-teori umum yang
menyangkut permasalahan latihan fisik dan aspek-aspek pendukung dari teori
latihan beban yang dapat melandasi penyusunan produk. Teori-teori pendukung
lain yang digunakan untuk pengembangan produk ini adalah teori analisis gerak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan gerak pada bolavoli serta teori
tentang anatomi untuk identifikasi penggunaan otot pada saat melakukan gerakan
dalam bolavoli, selain itu teori tentang perkembangan yang berfungsi untuk
menganalisis kebutuhan dari subjek penelitian, dalam penelitian ini adalah pemain
tingkat intermediet yang dilihat dari usia kronologis adalah pada masa remaja
akhir.
b) Perancangan Produk
Perancangan produk awal yang dalam hal ini model latihan beban
didasarkan pada kajian teoritis sehingga dirumuskan dalam susunan sebagai
berikut:
Bab 1: Pendahuluan
Bab 2: Kajian Teori. (a) Teori umum bolavoli, (b) Analisis kebutuhan fisik
bolavoli, (c) Teori umum latihan beban.
Bab 3: Model latihan beban untuk bolavoli. (a) Jenis-jenis latihan beban untuk
bolavoli, (b) Program latihan beban untuk bolavoli, (c) Evaluasi
kemampuan fisik.
Bab 4: Penutup
Rancangan produk model latihan ini disusun sesuai urutan pelaksanaan
sistematika latihan dan urutan penyajian produk. Rancangan produk model latihan
beban untuk bolavoli ini selanjutnya akan dilakukan evaluasi oleh ahli untuk
mengetahui tingkat kelayakan produk untuk diuji cobakan pada kelompok kecil
dan pada kelompok besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
2. Evaluasi Ahli
Pelaksanaan evaluasi ahli dalam penelitian pengembangan ini untuk
memperoleh tanggapan dan masukan dari para ahli bolavoli untuk kesempurnaan
pembuatan produk yang dalam hal ini adalah model latihan beban dalam bolavoli.
Pelaksanaan evaluasi ahli ini menggunakan instrumen sebagai alat evaluasi,
instrumen yang digunakan untuk evaluasi ahli adalah dengan menggunakan
kuisioner campuran yang terdiri dari pertanyaan dengan jawaban tertutup
(ditentukan sebelumnya), dan jawaban terbuka (jawaban langsung dari
narasumber). Hasil review dari evaluasi ahli terdiri dari data kuantitatif untuk hasil
evaluasi dengan skala likert dan data kualitatif yang berupa saran ataupun
masukan.
a. Revieu Evaluasi Ahli Akademisi Bolavoli 1
Dalam penelitian ini, ahli akademisi bolavoli yang pertama adalah Dr.
Agus Kristiyanto, M.Pd yang merupakan dosen Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret, evaluasi rancangan produk awal ini dilaksanakan pada 12 Mei 2012 di
Surakarta. Pada tabel 4.3 berikut akan disajikan hasil evaluasi dari ahli bolavoli 1
yang berupa data kuantitatif.
Tabel 4.3 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli akademisi bolavoli 1
No Aspek Evaluasi Skor Hasil Skor Maks1 Latihan peningkatan daya tahan 17 202 Latihan peningkatan kekuatan 17 203 Latihan peningkatan power 16 204 Program latihan selama dua bulan 15 205 Penyajian produk 6 10
Jumlah 71 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui hasil analisis data evaluasi ahli
akademisi bolavoli yang pertama diperoleh persentase:
= 100%P= 78.89%
Dalam tahap evaluasi ahli akademisi bolavoli yang pertama juga diperoleh
data kualitatif yang berupa masukan dan saran, berikut akan disajikan data
kualitatif dari ahli akademisi bolavoli yang pertama.
1. Hindari overlapping efek jenis-jenis latihan terhadap otot-otot yang sama
(alat dominan yang dilatih jangan menggunakan latihan yang berbeda-beda)
2. Prosedur pelaksanaan harus diperjelas, dan pada saat pelaksanaan harus
diberikan contoh peraga yang simpel.
3. Latihan pada kelompok otot tungkai harus disederhanakan sehingga tidak
mengurangi kecepatan.
4. Kesesuaian program latihan selama dua bulan dikombinasikan dengan
kecukupan intensitas dan frekuensi per minggunya.
5. Aspek kemanfaatan program latihan selama dua bulan dipertimbangkan
dengan kecukupan intensitas dan frekuensi.
6. Aspek keamanan program latihan selama dua bulan tergantung pada
mekanisme kontrol kualitas untuk tiap-tiap individu.
Kelebihan dari produk model latihan beban yang dikembangkan ini
menurut ahli akademisi bolavoli 1 adalah progresif dan multilateral, kelemahan
dari produk pengembangan ini adalah tidak semua sub indikator dapat diterapkan
untuk kondisi dimana klub tidak memiliki peralatan fitnes yang dipersyaratkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
sedangkan untuk rekomendasi perbaikan produk dari ahli akademisi bolavoli satu
adalah layak untuk uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran.
b. Revieu Evaluasi Ahli Akademisi Bolavoli 2
Dalam penelitian pengembangan model latihan beban untuk bolavoli ini,
ahli akademisi bolavoli yang kedua adalah Prof. Dr. M.E.Winarno, M.Pd yang
merupakan dosen FIK UM Malang, evaluasi rancangan produk awal ini
dilaksanakan pada 7 Juni 2012 di Kota Malang. Pada tabel 4.4 berikut akan
disajikan hasil evaluasi dari ahli bolavoli 2 yang berupa data kuantitatif.
Tabel 4.4 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli akademisi bolavoli 2
No Aspek Evaluasi Skor Hasil Skor Maks1 Model latihan peningkatan daya tahan 17 202 Model latihan peningkatan kekuatan 17 203 Model latihan peningkatan power 17 204 Program latihan selama dua bulan 15 205 Penyajian produk 6 10
Jumlah 72 90
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui hasil analisis data evaluasi ahli
akademisi bolavoli yang kedua diperoleh persentase:
= x 100
P= 80%
Dalam tahap evaluasi ahli akademisi bolavoli yang pertama juga diperoleh
data kualitatif yang berupa masukan dan saran, berikut akan disajikan data
kualitatif dari ahli akademisi bolavoli yang kedua:
1. Ahli bolavoli yang kedua menyarankan supaya pengkalimatan pada produk
diperbaiki agar tingkat keterbacaanya mudah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
2. Gambar model harus jelas.
3. Pengaturan program harus disesuaikan dengan teori latihan beban.
4. Penyajian produk harus rapi, disesuaikan dengan format penulisan yang baik.
Rekomendasi perbaikan produk dari ahli akademisi bolavoli satu adalah layak
untuk uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran.
c. Revieu Evaluasi Ahli Praktisi Bolavoli 1
Dalam penelitian ini, ahli praktisi bolavoli yang pertama adalah Teja
Krisna, S.Pd yang merupakan ehli latihan beban di Surakarta, evaluasi rancangan
produk awal ini dilaksanakan pada 25 Mei 2012 di Surakarta. Pada tabel 4.5
berikut akan disajikan hasil evaluasi dari ahli praktisi bolavoli 1 yang berupa data
kuantitatif.
Tabel 4.5 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli praktisi bolavoli 1
No Aspek Evaluasi Skor Hasil Skor Maks1 Model latihan peningkatan daya tahan 16 202 Model latihan peningkatan kekuatan 16 203 Model latihan peningkatan power 16 204 Program latihan selama dua bulan 16 205 Penyajian produk 8 10
Jumlah 72 90
Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui hasil analisis data evaluasi ahli
akademisi bolavoli yang pertama diperoleh persentase:
= x 100
P = 80 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Dalam tahap evaluasi ahli praktisi bolavoli yang pertama ini juga
diperoleh data kualitatif yang berupa masukan dan saran, berikut akan disajikan
data kualitatif dari ahli praktisi bolavoli yang pertama:
1. Pendekatan program latihan harus jelas.
2. Pengaturan waktu latihan disesuaikan dengan jadwal subjek yang diteliti.
3. Program latihan harus disesuaikan dengan tempat latihan.
Rekomendasi perbaikan produk dari ahli akademisi bolavoli satu adalah
layak untuk uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran.
d. Revieu Evaluasi Ahli Praktisi Bolavoli 2
Dalam penelitian ini, ahli praktisi bolavoli yang kedua adalah Eriek Satya
H, S.Pd yang merupakan dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas
Tunas Pembangunan Surakarta, evaluasi rancangan produk awal ini dilaksanakan
pada 20 Mei 2012 di Surakarta. Pada tabel 4.6 berikut akan disajikan hasil
evaluasi dari ahli praktisi bolavoli yang kedua yang berupa data kuantitatif.
Tabel 4.6 Data kuantitatif hasil evaluasi ahli praktisi bolavoli 2
No Aspek Evaluasi Skor Hasil Skor Maks1 Model latihan peningkatan daya tahan 17 202 Model latihan peningkatan kekuatan 16 203 Model latihan peningkatan power 16 204 Program latihan selama dua bulan 17 205 Penyajian produk 8 10
Jumlah 74 90
tabel 4.6 diatas dapat diketahui hasil analisis data evaluasi ahli akademisi
bolavoli yang pertama diperoleh persentase:
= x100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
P = 82.23 %
Dalam tahap evaluasi ahli praktisi bolavoli yang kedua ini juga diperoleh
data kualitatif yang berupa masukan dan saran, berikut akan disajikan data
kualitatif dari ahli praktisi bolavoli yang kedua:
1. Seting pelaksanaan uji efektifitas produk harus diperjelas.
2. Program latihan jangan tumpang tindih antar masing-masing jenis otot.
3. Evaluasi harus dicantumkan dalam pengembangan produk.
4. Peningkatan beban latihan harus dicantumkan dalam rancangan program
bulanan maupun mingguan.
Rekomendasi perbaikan produk dari ahli praktisi bolavoli dua adalah layak
untuk uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran.
Pada tabel 4.7 berikut akan disajikan data kuantitatif dari hasil evaluasi
keempat ahli diatas, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 4.7 Kesimpulan data kuantitatif evaluasi ahli
No Ahli Skor Hasil Skor Maks. Persentase1 Ahli Akademisi 1 71 90 78.89 %2 Ahli Akademisi 2 72 90 80 %3 Ahli Praktisi 1 72 90 80 %4 Ahli Praktisi 2 74 90 82.23%
Jumlah 289 360 80.28 %
Dari tabel 4.7 diatas dapat diinterpretasikan bahwa rancangan produk
pengembangan model latihan beban untuk bolavoli tingkat intermediet bisa diuji
cobakan pada tahap selanjutnya, mengacu pada klasifikasi dari Maksum (2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Tabel 4.8 Persentase Hasil Evaluasi
Persentase Keterangan80% - 100 % Valid/digunakan60% - 79% Cukup valid/digunakan50% - 59 % Kurang valid/diganti<50% Tidak valid/diganti
3. Uji Coba Lapangan
Uji coba produk dalam penelitian pengembangan ini bertujuan untuk
mencari penilaian dari atlet bolavoli putra tingkat intermediet di Surakarta
berkaitan dengan isi model latihan. Uji coba produk dilaksanakan di fitnes center
UTP Surakarta. Berikut akan dipaparkan hasil dari uji coba produk pengembangan
model latihan beban uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar. Hasil
uji coba kelompok berupa data kuantitatif dan termasuk jenis data ordinal.
a. Uji Coba Kelompok Kecil
Uji coba kelompok kecil produk pengembangan model latihan beban
untuk peningkatan kondisi fisik pemain bolavoli tingkat intermediet dilaksanakan
pada 16 Juni 2012 dengan jumlah subjek uji coba 12 pemain, 6 pemain dari
Universitas Tunas Pembangunan dan 6 pemain dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Uji coba kelompok kecil dilakukan di fitnes center UTP Surakarta
dimulai pukul 08.00 wib, pelaksanaan uji coba kelompok kecil dihadiri oleh
masing-masing pelatih dari kedua tim, pelaksanaan uji coba kelompok kecil
dimulai dengan pembukaan oleh peneliti dilanjutkan dengan pembagian angket
dan alat tulis kepada subjek uji coba diikuti penjelasan terkait pedoman pengisian
angket dan dilanjutkan dengan pengisian angket oleh subjek. Uji coba kelompok
kecil selesai pukul 10.30 wib. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan nomor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
05/CL /16062012. Pada tabel 4.9 berikut akan disajikan data hasil penilaian atlet
pada uji coba kelompok kecil.
Tabel 4.9 Data kuantitatif hasil uji coba kelompok kecil, n=12
No Aspek PenilaianSkor Hasil
N=12Skor
Maksimal1 Model latihan peningkatan daya tahan 197 2402 Model latihan peningkatan kekuatan 191 2403 Model latihan peningkatan power 164 240
Jumlah 552 720
Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui hasil analisis data uji kelompok kecil
dengan jumlah 12 subjek diperoleh persentase:
= x 100
P = 76.67%
Dari tabel 4.9 diatas dapat diinterpretasikan bahwa rancangan produk
pengembangan model latihan beban untuk bolavoli tingkat intermediet bisa diuji
cobakan pada tahap uji coba kelompok besar, mengacu pada klasifikasi dari
Maksum (2009).
Tabel 4.10 Persentase Hasil Evaluasi
Persentase Keterangan80% - 100 % Valid/digunakan60% - 79% Cukup valid/digunakan50% - 59 % Kurang valid/diganti<50% Tidak valid/diganti
b. Uji Coba Kelompok Besar
Uji coba kelompok besar produk pengembangan model latihan beban
untuk peningkatan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
dilaksanakan pada 23 Juni 2012 dengan jumlah subjek uji coba 24 pemain, 12
pemain dari Universitas Tunas Pembangunan dan 12 pemain dari Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Uji coba kelompok besar dilakukan di fitnes center UTP
Surakarta dimulai pukul 07.00 WIB, pelaksanaan uji coba kelompok kecil dihadiri
oleh masing-masing pelatih dari kedua tim, pelaksanaan uji coba kelompok besar
dimulai dengan pembukaan oleh peneliti dilanjutkan dengan pembagian angket
dan alat tulis kepada subjek uji coba diikuti penjelasan terkait pedoman pengisian
angket dan dilanjutkan dengan pengisian angket oleh subjek. Uji coba kelompok
besar selesai pukul 17.00 WIB. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan nomor
06/CL /23062012.
Pada tabel 4.11 berikut akan disajikan data hasil penilaian atlet pada uji
coba kelompok besar.
Tabel 4.11 Data kuantitatif hasil uji coba kelompok besar, n=24
No Aspek PenilaianSkor Hasil
N=12Skor
Maksimal1 Model latihan peningkatan daya tahan 391 4802 Model latihan peningkatan kekuatan 337 2403 Model latihan peningkatan power 319 240
Jumlah 1047 1440
Dari tabel 4.11 diatas dapat diketahui hasil analisis data uji kelompok
besar dengan jumlah 24 subjek diperoleh persentase:
P = x 100
P = 72.71%
Dari tabel 4.11 diatas dapat diinterpretasikan bahwa rancangan produk
pengembangan model latihan beban untuk bolavoli tingkat intermediet bisa diuji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
cobakan pada tahap uji efektifitas produk (uji eksperimen produk), mengacu pada
klasifikasi dari Maksum (2009).
Tabel 4.12 Persentase Hasil Evaluasi
Persentase Keterangan80% - 100 % Valid/digunakan60% - 79% Cukup valid/digunakan50% - 59 % Kurang valid/diganti<50% Tidak valid/diganti
D. Uji Efektifitas Produk Pengembangan
Uji efektifitas produk dalam penelitian pengembangan model latihan
beban untuk meningkatkan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet
ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh kemampuan fisik pemain bolavoli
tingkat intermediet antara kelompok yang diberikan program latihan beban dari
hasil pengembangan dan kelompok yang diberikan latihan secara konvensional.
Uji efektifitas produk ini menggunakan rancangan eksperimen semu. Uji
efektifitas terhadap kelompok perlakuan dilakukan di Fitnes Center UTP
Surakarta mulai tanggal 3 September 2012 sampai 26 Oktober 2012, pelaksanaan
program latihan dilaksanakan pada sore hari pukul 15.00 WIB.
Tes awal dan akhir kemampuan fisik dilakukan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet, berikut
disajikan data kuantitatif hasil Tes awal dan akhir kemampuan fisik pemain
bolavoli tingkat intermediet di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
1. Deskripsi data tes awal
Pada tabel 4.13 berikut akan disajikan kesimpulan data dari tes awal
kemampuan fisik atlet kelompok eksperimen tingkat intermediet di Surakarta
yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan untuk kelompok eksperimen (n=6).
Tabel 4.13 Rekapitulasi data hasil tes awal kelompok eksperimen
No NamaAspek Penilaian
Tes 1 Tes 2 Tes 3 Tes 4 Tes 5 Tes 6 Tes 71 Dali Yota Pradana 28 115 40 52 18 260 6.802 Dodik Prasetyo 23 123 38 48 23 267 7.223 Beni Susanto 25 137 42 54 22 264 6.304 Ahmad firdaus 30 130 46 44 24 268 5.355 Bibit Joko R 34 117 44 46 20 272 7.506 Angga riyantaka 35 137 46 53 26 274 8.65
Pada tabel 4.14 berikut akan disajikan kesimpulan data dari tes akhir
kemampuan fisik atlet kelompok bebas tingkat intermediet di Surakarta yang
dilakukan sebelum diberikan perlakuan untuk kelompok kontrol (n=6).
Tabel 4.14 Rekapitulasi data hasil tes awal kelompok kontrol
No NamaAspek Penilaian
Tes 1 Tes 2 Tes 3 Tes 4 Tes 5 Tes 6 Tes 71 Bayu Dwi A 38 126 41 63 25 274 5.802 Benidektus A 29 131 40 63 23 259 5.703 Fandi Nur Cholis 20 135 45 54 19 264 6.004 Handre Ugi. P 30 112 39 46 21 256 5.705 Kartono 34 113 45 56 22 274 6.006 Agus 35 130 43 52 22 260 5.90
2. Deskripsi data tes akhir
Pada tabel 4.15 berikut akan disajikan kesimpulan data dari tes akhir
kemampuan fisik atlet kelompok eksperimen tingkat intermediet di Surakarta
yang dilakukan setelah diberikan perlakuan (n=6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Tabel 4.15 Rekapitulasi data hasil tes akhir kelompok eksperimen
No NamaAspek Penilaian
Tes 1 Tes 2 Tes 3 Tes 4 Tes 5 Tes 6 Tes 71 Dali Yota P 31 123 50 60 25 264 7.342 Dodik Prasetyo 25 129 44 56 29 271 7.703 Beni Susanto 28 143 46 63 26 269 6.904 Ahmad firdaus 34 134 52 52 30 274 6.255 Bibit Joko R 37 122 53 55 26 275 8.206 Angga riyantaka 39 144 56 58 32 280 9.30
Pada tabel 4.16 berikut akan disajikan kesimpulan data dari tes akhir
kemampuan fisik atlet kelompok kontrol tingkat intermediet di Surakarta yang
dilakukan setelah diberikan perlakuan (n=6).
Tabel 4.16 Data hasil tes akhir kelompok kontrol.
No NamaAspek Penilaian
Tes 1 Tes 2 Tes 3 Tes 4 Tes 5 Tes 6 Tes 71 Bayu Dwi A 39 127 42 63 27 275 6.002 Benidektus A 31 131 42 66 24 262 6.003 Fandi Nur C 21 136 45 57 23 266 6.104 Handre Ugi. P 31 113 40 48 22 258 5.905 Kartono 34 115 46 58 23 277 6.106 Agus 38 131 46 54 25 264 6.00
3. Pengujian data kuantitatif
a. Pengujian Prasyarat Analisis
1) Uji Normalitas Distribusi Frekuensi Populasi
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors. Hasil uji
normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Tabel 4.17 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Distribusi Frekuensi
Pop. N tes SD LhitungLtabel
α 0.05Kesimpulan
Kel. Eksp.
6 1 29.17 65.22 0.2974 0.319 Normal2 126.5 282.86 0.3173 0.319 Normal3 42.67 95.40 -0.1554 0.319 Normal4 49.5 271.123 0.0095 0.319 Normal5 22.17 49.58 -0.1563 0.319 Normal6 267.5 598.15 -0.1554 0.319 Normal7 6.97 15.5854 -0.1571 0.319 Normal
Kel. bebas
6 1 31 69.32 -0.1583 0.319 Normal2 124.5 278.39 -0.1554 0.319 Normal3 46.17 79.94 -0.1629 0.319 Normal4 55.67 124.47 -0.1563 0.319 Normal5 22 49.19 -0.1557 0.319 Normal6 264.5 591.44 -0.1545 0.319 Normal7 5.85 13.08 -0.3209 0.319 Normal
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok eksperimen
diperoleh Lo lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5%
yaitu; 0,0.319. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada tes
kelompok eksperimen termasuk berdistribusi normal.
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok kontrol diperoleh
Lo lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu;
0,0.319. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada tes kelompok
kontrol termasuk berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas Variansi Populasi
Uji homogenitas variansi populasi dimaksudkan untuk menguji kesamaan
varians pada populasi. Uji homogenitas variansi populasi pada penelitian ini
dilakukan dengan Uji F. Berikut hasil uji homogenitas variansi populasi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Tabel 4.18 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Variansi Populasi
Tes Kel. N∑X dan
∑Y
Rata-rata skor
σ data F� Ft Sum.
1 Eksp. 6 175 29..17 4.791.32 5.05
F� < Ft, HomogenKntrl. 6 186 31 6.32
2 Eksp. 6 759 126.5 17.741.82 5.05
F� < Ft, HomogenKntrl. 6 747 124.5 9.73
3 Eksp. 6 256 42.67 3.261.27 5.05
F� < Ft, HomogenKntrl. 6 253 42.17 2.56
4 Eksp. 6 297 49.5 4.081.61 5.05
F� < Ft, HomogenKntrl. 6 334 55.67 6.59
5 Eksp. 6 133 22.17 2.861.43 5.05
F� < Ft, HomogenKntrl. 6 132 20.5 2
6 Eksp. 6 1605 167.5 5.131.42 5.05
F� < Ft, HomogenKntrl. 6 1587 264.5 7.79
7 Eksp. 6 41.82 6.97 -0.87-0.16 5.05
F� < Ft, HomogenKntrl. 6 35.10 5.85 0.14
Dari penghitungan data tes pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan derajat kebebasan (dk) pembilang = 5, dan derajat kebebasan (dk)
penyebut = 5, dan pada taraf nyata α = 0,05, diperoleh F tabel = 5.05. Tampak
bahwa F hitung Lebih kecil dari pada F tabel, maka data pada kelompok X dan Y
Homogen.
b. Uji Signifikasi
Proses penghitungan hasil eksperimen menggunakan uji t (uji signifikasi)
dengan menggunakan rumus;
21
_
21
_
11
nns
XXt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Kriteria prodak dinyatakan signifikan pengaruhnya dinyatakan jika – t1 –
½α < t < t1 - ½α dimana t1 - ½α didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2
– 2) dan peluang (1 - ½α), untuk harga-harga lainnya ditolak.
Dalam tabel 4.19 berikut akan disajikan data hasil tes awal dan akhir uji
efektifitas produk pengembangan:
Tabel 4.19 Data hasil tes awal dan akhir
Perl.Jenis tes
Hasil tes Nilai Beda
T hitung T tabel SumAwal Akhir
Kelompok Eksperimen
1 175 194 19 10,3049 1.476 signifikan2 759 795 36 10,3932 1.476 signifikan3 256 296 40 6.9844 1.476 signifikan4 297 344 49 10.3075 1.476 signifikan
5 133 168 35 14.5352 1.476 signifikan
6 1605 1633 28 9.4496 1.476 signifikan7 4182 4569 387 1.8345 1.476 signifikan
Kelompok Kontrol
1 186 194 8 3.1553 1.476 signifikan2 747 753 6 3.8729 1.476 signifikan3 253 261 8 3.1546 1.476 signifikan
4 334 346 12 4.4722 1.476 signifikan
5 132 144 12 3.8729 1.476 signifikan6 1587 1602 15 5.8397 1.476 signifikan7 3510 3610 100 5.006 1.476 signifikan
Dari hasil hitung uji t signifikansi tes kelompok eksperimen, derajat
kebebasan menggunakan rumus (n-1) sehingga diperoleh d.b = 6-1 = 5. Dari hasil
t hitung , maka diperlukan harga t tabel untuk target empirik adalah 0.1%, dengan
t tabel = 1.476. Dan dari hasil perbandingan t hitung lebih besar dari t tabel maka
dapat disimpulkan data signifikan untuk taraf signifikansi 0.1%.
Dari hasil hitung uji t signifikansi tes kelompok kontrol, derajat kebebasan
menggunakan rumus (n-1) sehingga diperoleh d.b = 6-1 = 5. Dari hasil t hitung,
maka diperlukan harga t tabel untuk target empirik adalah 0.1%, dengan t tabel =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
1.476. Dan dari hasil perbandingan t hitung lebih besar dari t tabel maka dapat
disimpulkan data signifikan untuk taraf signifikansi 0. 1%.
Dari uji signifikansi dapat diketahui semua menunjukkan adanya
peningkatan hasil dan menunjukkan bahwa produk model latihan terbukti lebih
efektif meningkatkan kemampuan fisik dari para pemain bolavoli tingkat
intermediet. Hal ini didasarkan pada hasil penghitungan selisih antara tes ahkir
dan tes awal.
Dari hasil rekapitulasi skor yang diraih pada tabel 4.19 disajikan
peningkatan hasil tes kelompok terikat dapat diketahui lebih jelas melalui gambar
histogram 4.1 berikut:
Gambar 4.1 histogram hasil tes awal dan akhir kelompok eksperimen
Berdasarkan tabel 4.19 dan gambar histogram 4.1 di atas, terdapat
peningkatan yang cukup signifikan antara hasil tes awal dan akhir kelompok
eksperimen. Dan dalam gambar histogram 4.2 berikut akan disajikan data
peningkatan hasil tes awal dan akhir kelompok bebas.
05
101520253035404550
tes 1 tes 2 tes 3 tes 4 tes 5 tes 6 tes 7
pre-test
post-test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
05
101520253035404550
tes 1 tes 2 tes 3 tes 4 tes 5 tes 6 tes 7
kelompok eksperimen
kelompok kontrol
Gambar 4.2 histogram hasil tes awal dan akhir kelompok kontrol
Dari kedua gambar histogram di atas, dapat diketahui perbedaan tingkat
peningkatan kemampuan fisik antara kelompok eksperimen dan kelompok bebas.
Dalam gambar histogram 4.3 dibahawa akan digambarkan nilai beda antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Gambar 4.3 Histogram nilai beda antara kelompok eksperimen dan kontrol
0
5
10
15
20
25
30
35
40
tes 1 tes 2 tes 3 tes 4 tes 5 tes 6 tes 7
pre-test
post-test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan dikaitkan dengan teori-
teori yang relevan serta penelitian yang terdahulu. Berdasarkan prosedur
penelitian pengembangan manghasilkan tiga kelompok pembahasan yaitu:
1. Studi Pendahuluan
Studi Pendahuluan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan yang merupakan suatu
penelitian dimana secara garis besar dapat di simpulkan sebagai suatu solusi
pemecahan terhadap masalah yang ditemukan di lapangan. Pengembangan atau
yang sering disebut sebagai penelitian pengembangan dilakukan dengan maksud
menjembatani jurang yang terbentang cukup lebar antara penelitian dan praktek
pendidikan. Degeng (2002:1) menyimpulkan arti dari penelitian pengembangan
yaitu “penelitian ilmiah yang menelaah suatu teori, model, konsep, atau prinsip,
dan menggunakan hasil telaah untuk mengembangkan suatu produk”. Dalam
penelitian pengembangan tidak selalu mengembangkan produk baru, bisa dengan
menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penelitian dan pengembangan selalu diawali dengan adanya kebutuhan,
permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk
tertentu.
Penelitian-penelitian di bidang pendidikan, umumnya tidak diarahkan pada
pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan
baru berkenaan dengan fenomena-fenomena fundamental, serta praktik-praktik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
pendidikan. Dengan demikian penelitian pengembangan merupakan penelitian
yang menelaah suatu teori, konsep atau model untuk membuat suatu produk baru
atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dimulai dari adanya suatu
kebutuhan dari suatu masalah yang dapat dipecahkan dengan produk tersebut. Hal
tersebut juga berlaku dalam penelitian dan pengembangan dalam dunia olahraga.
Tahap pelaksanaannya dimulai studi pendahuluan yang merupakan proses
awal dari penelitian yang memiliki sifat berbasis masalah. Menurut Arikunto
(2009:26) “Studi pendahuluan adalah kegiatan yang dilakukan oleh calon peneliti
untuk mengadakan pengumpulan data sementara demi pastinya langkah yang akan
dilalui.” Studi pendahuluan merupakan identifikasi awal terhadap masalah yang
ingin diungkap dan dibahas dalam penelitian. Masalah penelitian yang akan
diangkat dalam penelitian akan dijabarkan dan dijadikan ruang lingkup untuk
membatasi masalah dalam penelitian. Dari ruang lingkup yang telah disusun
tersebut akan dirumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses
penelitian yang berlandaskan teori yang telah ada.
Analisis kebutuhan meruapakan suatu langkah awal dalam suatu penelitian
yang memiliki karakteristik berbasis masalah dan memunculkan solusi untuk
mengatasi suatu masalah tersebut. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian, analisis kebutuan sangat penting dilakukan. Borg dan Gall
(1983:753) “ menyimpulkan bahwa analisis kebutuhan merupakan pengumpulan
informasi awal terhadap perbedaan kondisi yang ada dilapangan dan kondisi yang
diinginkan, untuk kebutuhan pemcahan masalah yang ada.” Informasi awal yang
dibutuhkan merupakan hal yang sangat penting sebagai awal penemuan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
masalah yang akan dijadikan sebagai perhatian utama dalam penelitian. Analisis
kebutuhan sebagai suatu cara pengumpulan informasi awal dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Analisis kebutuhan juga merupakan cara untuk mengetahui
tentang segala materi yang dibutuhkan dalam penelitian. Informasi awal
dilapangan sangat diperlukan dalam penelitian pengembangan karena merupakan
gambaran nyata kondisi yang ada dan sebagai suatu bahan kajian untuk ditemukan
suatu kekurangan atau kelebihan dari suatu hal.
Pengumpulan informasi awal ini tentunya akan memunculkan beberapa
implikasi terkait hasil perolehan informasi kondisi nyata yang ada di lapangan.
Informasi ini akan bisa memunculkan suatu keadaan dimana terungkap
keunggulan dari poin utama yang diamati, namun bisa juga muncul suatu
permasalahan yang membutuhkan suatu solusi pemecahan sehingga menjadi lebih
baik. Ketika muncul suatu keunggulan dari fokus utama yang menjadi bahan
pengamatan, maka secara tidak langsung sejalan dengan harapan yang dimiliki,
namun ketika muncul ketidak sesuaian dengan harapan yang dimilki maka akan
timbul suatu masalah yang menjadi pemisah antara harapan antara kenyataan yang
ada. Menurut Winarno (2007:9) “masalah merupakan kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan, kesenjangan antara teori dan praktik yang memerlukan
jawaban, penjelasan atau pemecahan.” Kemunculan suatu masalah di lapangan
jelas membutuhkan suau solusi untuk pemcahan dari masalah tersebut, sehingga
tidak ada suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang ada di lapangan.
Studi pustaka merupakan salah satu sarana yang dimaksudkan untuk
mempersiapkan pengumpulan data lapangan sebagai awal penentuan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
penelitian. Studi pustaka juga dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang
masalah penelitian yang yang akan diangkat serta pemahaman terhadap
metodologi penelitian yang digunakan. Studi pustaka bertujuan untuk
memudahkan langkah-langkah pelaksanaan penelitian serta menyusun pola pikir
yang lebih terstruktur dan efisien. Studi pustaka juga mempunyai tujuan untuk
mempelajari teori-teori serta konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam analisis kebutuhan
ada beberapa tahap yang dilakukan sehingga dapat menjelaskan dan menemukan
suatu masalah yang pada akhirnya akan diangkat ke dalam penelitian. Adapun
cara pengumpulan informasi awal untuk analisis kebutuhan adalah dengan
menggunakan instrument penelitian. Beberpa instrumen yang dapat digunakan
antara lain wawancara, kuisioner, tes dan observasi.
Pada proses penelitian ini diawali dengan peneliti menentukan bidang
garapan yang akan menjadi bahan yang akan diteliti. Bidang garapan yang ingin
diteliti ditentukan adalah bidang olahraga. Dalam hal ini peneliti memilih olahraga
bolavoli sebagai bidang utama yang akan diteliti. Alasan peneliti memilih
olahraga bolavoli dikarenakan disesuaikan dengan bidang yang ditekuni oleh
peneliti. Diharapkan dengan hal tersebut dapat memudahkan peneliti melakukan
pekerjaan penelitian dengan baik.
Menindaklanjuti pemilihan materi penelitian yang dilakukan sebelumnya,
peneliti melanjutkan langkah-langkah penelitian dengan melakukan analisis
kebutuhan terhadap masalah dan materi penelitian. Analisis kebutuhan dimulai
dari peneliti mulai menentukan masalah yang akan diteliti. Penentuan masalah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
dimulai dari menentukan materi yang akan dijadikan bahan penelitian yang dalam
hal ini adalah olahraga bolavoli. Dalam olahraga bolavoli terdiri dari berbagai
komponen yang diantaranya terdiri dari komponen fisik, teknik, taktik dan mental.
Dari dua komponen tersebut peneliti menentukan salah satu untuk dijadikan fokus
utama penelitian.
Peneliti memilih materi fisik pemain bolavoli sebagai fokus utama yang
akan di angkat sebagai masalah penelitian, yaitu, daya tahan otot lengan, daya
tahan otot tungkai, daya tahan otot perut, kekuatan otot tungkai, kekuatan otot
lengan, power otot tungkai dan power otot lengan. Peneliti kemudian mengarah
lebih lanjut kepada penentuan subyek penelitian, berdasarkan masalah penelitian
yang akan diangkat maka peneliti memilih serta menyesuaikan karakteristik
subyek yang akan diteliti. Peneliti memilih pemain bolavoli tingkat intermediet
sebagai subyek penelitian dengan asumsi bahwa latihan fisik dengan
menggunakan beban bisa dilakukan oleh pemain tingkat intermediet yang jika
dilihat dari usia kronologis masuk pada usia remaja akhir dan sudah bisa diberikan
latihan beban luar .
Dalam olahaga bolavoli banyak aspek yang mempengaruhi di dalamnya.
Ditinjau dari profil olahraga bolavoli maka tidak akan terlepas dari aspek fisik,
teknik, taktik dan mental ketika pada saat situasi petandingan. Aspek tersebut
merupakan bagian terpenting dalam suatu olahraga termasuk olahraga bolavoli.
keseluruhan dari aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang apabila salah satu
dari aspek tersebut tidak terkuasai dengan baik maka tidak akan terlaksana dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
baik pula. Keseluruhan aspek tersebut merupakan hal utuama dalam suatu cabang
olahraga pada umumnya dan olahraga bolavoli khususnya.
Salah satu yang menjadi aspek terpenting dalam olahraga adalah
kemampuan fisik. Bolavoli di Surakarta sangat berkembang dengan pesat, tetapi
latihan fisik belum maksimal dilakukan, hal ini dapat diketahui dari hasil
wawancara peneliti dengan beberapa pelatih bolavoli di Surakarta yang
menyatakan bahwa belum adanya program latihan fisik secara khusus untuk para
pemain bolavoli putra tingkat intermediet. Program latihan fisik hanya
diperuntukkan untuk atlet tingkat lanjut, serta sebatas dengan pendekatan
playometrik saja, program latihan fisik dengan menggunakan beban belum ada,
sehingga kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet belum
maksimal.
Peneliti melakukan pengumpulan informasi awal dengan melakukan
wawancara terhadap para pelatih tim bolavoli yang membina pemain tingkat
intermediet. “Interviu adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai (interviewer),
Winarno (2007:64).” Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dimana
tidak menggunakan pedoman pertanyaan secara khusus. Dari hasil temuan
masalah awal maka peneliti menentukan tempat yang akan digunakan untuk
melaksanakan kegiatan penelitian. Peneliti memilih Kota Surakarta sebagai
tempat pelaksanaan penelitian dimana di Kota Surakarta terdapat banyak tim
bolavoli yang membina pemain tingkat intermediet. Tim yang dipilih adalah tim
yang pada masa penelitian akan memasuki masa off season atau masa bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
mendekati pertandingan. Tim bolavoli yang akan dijadikan subyek penelitian
adalah tim bolavoli UNS dan UTP.
Keseluruhan langkah-langkah tersebut telah dilakukan oleh peneliti.
Proses penentuan masalah penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sudah
sesuai dengan teori mengenai penelitian pengembangan. Dalam prosedur
penelitian pengembangan harus didahului dengan studi pendahuluan sebagai
langkah awal pengumpulan informasi mengenai kejadian yang terjadi dilapangan
yang pada akhirnya mengungkap suatu masalah. Langkah-langkah yang dilakukan
oleh peneliti juga relevan dengan kebutuhan dari penelitian sehingga dapat
memunculkan data-data pendukung mengenai masalah yang ditemukan dan akan
ditemukan solusi dari masalah tersebut.
2. Pengembangan Produk
Pada tahap pengembangan produk ini dilakukan dengan tujuan
memperoleh desain model latihan beban yang sesuai dengan teori dan subjek uji
coba.
a. Pengkajian Teori
Tahap pertama dalam pengembangan produk ini adalah melakukan kajian
terhadap teori yang digunakan untuk mendukung penelitian. Borg dan Gall
(1983:777) menyimpulkan, “kajian teori adalah pengumpulan informasi
pendukung penelitian yang berhubungan dengan perencanaan pengembangan.”
Kajian teori merupakan tahapan untuk mengkaji dan menelaah secara ilmiah
materi yang akan digunakan dengan berlandaskan pada teori-teori empiris yang
ada. Materi dalam penelitian ini adalah temuan masalah di lapangan, dimana akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
dikembangkan produk untuk memberikan solusi terhadap masalah yang
ditemukan sebelumnya pada studi pendahuluan.
Teori-teori yang digunakan merupakan teori yang mendukung terhadap
penelitian yang dilakukan. Penelitian ini membahas tentang pengembangan model
latihan beban bolavoli untuk pemain tingkat intermediet. Peneliti mengungkap
teori-teori yang relevan dan mendukung terhadap produk penelitian yang
dikembangkan. Teori-teori yang mendasari adalah:
a) Profil bolavoli
b) Latihan
c) Latihan beban
d) Latihan beban untuk bolavoli
e) Model
Pemilihan teori-teori tersebut dilakukan peneliti dengan didasarkan pada
logika berfikir empiris. Dalam penyusunan kajian teori dapat digunakan bentuk-
bentuk penalaran yang dapat menunjukkan alur pola berfikir yang logis. Salah
satu contoh untuk menjabarkan penyusunan dalam penulisan kajian teori
menggunakan penalaran deduktif. Winarno (2007:2) “penalaran deduktif dimulai
dari hal-hal yang bersifat umum dan menuju ke hal-hal yang khusus.” Hal yang
cukup luas atau cukup besar cakupan bahasannya dikaji terlebih dahulu sehingga
nanti akan mengerucut pada hal yang lebih khusus. Peneliti menggunakan
penalaran deduktif dalam penyusunan kajian teori dengan mengungkap kajian
terhadap olahraga hingga tinjauan yang mendukung terhadap penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
disusun. Penyusunan ini relevan dengan prosedur serta teori yang menjadi
landasan dan dapat menunjukkan alur berpikir dari peneliti yang logis.
b. Penyusunan Draft Produk Pengembangan
Produk dalam penelitian pengembangan ini berupa model latihan beban
untuk pemain bolavoli. Model sebagai noun dapat diartikan sebagai representasi
atas struktur yang dicoba untuk diproyeksikan. Sebagai adjective model
mengandung pemahaman sebagai kesempurnaan atau idealisasi atas suatu
gagasan, sementara sebagai adverb model mengacu pada pengertian
‘memperagakan’ atau menunjukkan serta menampilkan apa yang dipresentasikan
Bell (dalam Basuki 2011). Berdasarkan hal tersebut model dalam konteks ilmiah
mengacu pada konotasi sebuah acuan atau pola/tiruan dari suatu yang akan dibuat,
dan merupakan kesempurnaan atau idealisasi atas suatu gagasan, yang
dimaksudkan untuk ‘memperagakan’ atau menunjukan serta menampilkan apa
yang dipresentasikan.
Tipe model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tipe
procedural. Hal ini sesuai dengan pendapat Bompa bahwa model adalah suatu
tiruan, suatu tiruan dari yang aslinya, mengatur bagian khusus suatu fenomena
yang diamati atau diselidiki. Tujuan suatu model adalah untuk memperoleh suatu
yang ideal, dan meskipun keadaan abstrak ideal di atas adalah kenyataan yang
kongkrit, hal itu juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai,
suatu peristiwa yang akan dapat diperoleh.
Model pengembangan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa item,
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
1. Kajian teoritis sebagai dasar penyusunan bebtuk-bentuk latihan dan
penyusunan program latihan beban.
2. Bentuk-bentuk latihan beban yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan
fisik dalam bolavoli.
3. Program latihan beban, program bulanan, dan program harian.
4. Evaluasi terhadap produk pengembangan, yaitu evaluasi kemampuan fisik.
c. Tahap uji coba
1) Evaluasi Ahli Bolavoli
Evaluasi ahli dalam penelitian pengembangan ini dimaksudkan untuk
memperoleh masukan dan saran terkait dengan pengembangan produk. Ahli
bolavoli dalam penelitian pengembangan ini ada dua kriteria, yaitu ahli akademisi
bolavoli dan ahli praktisi bolavoli.
Hasil dari evaluasi bolavoli dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan
data kuantitatif, hal ini karena dalam evaluasi ahli digunakan angket campuran.
Hasil evaluasi ahli bolavoli untuk data kuantitatif berupa hasil persentase yaitu
80.77 %, dari hasil tersebut bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan
model latihan beban untuk bolavoli bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya dengan
memperhatikan saran dari ahli.
2) Uji Coba Kelompok Kecil
Tahap uji coba kelompok kecil merupakan tahap untuk mengetahui
pendapat atlit bolavoli terkait dengan produk model latihan beban yang
dikembangkan. Uji coba kelompok kecil dalam penelitian ini menggunakan 12
subjek uji coba yang berasal dari dua klub bolavoli di Surakarta. Uji coba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
kelompok kecil dilaksanakan pada 16 Juni 2012 di Universitas Tunas
Pembangunan Surakarta.
Informasi yang berupa pendapat atlet dalam uji kelompok kecil ini
diperoleh dengan menggunakan instrumen angket tertutup, sehingga data yang
dikumpulkan berupa data kuantitatif. Hasil persentase dari uji kelompok kecil
sebesar 76.67%, sehingga bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan
model latihan beban diterima oleh atlet bolavoli dan siap diuji coba pada
kelompok yang lebih luas.
3) Uji Coba Kelompok Besar
Tahap uji coba kelompok besar merupakan tahap untuk mengetahui
pendapat atlit bolavoli terkait dengan produk model latihan beban yang
dikembangkan dengan subjek lebih banyak dari uji coba kelompok kecil. Uji coba
kelompok besar dalam penelitian ini menggunakan 24 subjek uji coba yang
berasal dari dua klub bolavoli di Surakarta. Uji coba kelompok besar dilaksanakan
pada 23 Juni 2012 di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
Informasi yang berupa pendapat atlet dalam uji kelompok kecil ini
diperoleh dengan menggunakan instrumen angket tertutup, sehingga data yang
dikumpulkan berupa data kuantitatif. Hasil persentase dari uji kelompok besar
sebesar 72.71%, sehingga bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan
model latihan beban diterima oleh atlet bolavoli dan siap untuk dilakukan uji
efektifitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
4) Revisi produk
Setelah pelaksanaan uji coba meluas, maka dilakukan revisi dari hasil uji
coba yang dilakukan sebagai perbaikan produk yang telah diuji cobakan
berdasarkan tanggapan dan masukan dari para subyek. Revisi produk dilakukan
untuk memperoleh hasil pengembangan yang bisa diterima. Revisi produk
dilakukan secara terus menerus mulai dari setelah pengembangan produk awal
sampai sebelum pelaksanaan uji efektifitas produk. Hasil revisi menunjukkan
bahwa produk pengembangan model latihan beban untuk pemain bolavoli putra
tingkat intermediet dapat diuji tingkat efektifitasnya.
d. Uji Efektifitas Produk Pengembangan Model Latihan Beban
Uji efektifitas produk ini dilakukan pada pemain bolavoli UNS dan pemain
bolavoli UTP Surakarta, dengan tujuan mengetahui tingkat efektifitas produk
pengembangan untuk dirumuskan menjadi hasil produk akhir serta pemanfaatan
lebih lanjut untuk penerapan latihan di masa mendatang. Untuk rancangan desain
eksperimen menggunakan rancangan desain tes awal dan akhir dengan pemilihan
kelompok secara acak (Two Group Randomize Pretest and Post Test), atau
dengan kata lain rancangan desain eksperimen ini menggunakan rancangan
eksperimen dengan satu macam perlakuan. Arikunto (2009) menyimpulkan,
“rancangan ekperimen dengan satu macam perlakuan (pretest-posttest control
group design) dilakukan dengan cara kedua kelompok diberi tes awal untuk
mengukur kondisi awal, kemudian pada kelompok eksperimen diberikan
perlakuan sedangkan pada kelompok pembaning tidak diberi.” Dapat diartikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
juga bahwa kelompok pembanding menggunakan tipe konvensional yang telah
diterapkan sebelumnya.
Berdasarkan perbandingan persentase tersebut peningkatan hasil tes untuk
kelompok sampel lebih menunjukkan kenaiikan yang cukup signifikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tes akhir ini didapatkan setelah
dilakukan penerapan program latihan pada masing-masing kelompok. Program
latihan pada masing-masing kelompok ini berbeda dari sisi materi latihan yang
dilakukan. Untuk kelompok sampel menggunakan program latihan yang di
dalamnya berisi produk model latihan yang dikembangkan oleh peneliti,
sedangkan kelompok control menggunakan program latihan secara konvensional.
Untuk hasil akhir dapat disimpulkan bahwa produk model latihan dapat
meningkatkan hasil kemampuan fisik pemain bolavoli tingkat intermediet di
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
penelitian pengembangan ini menghasilkan produk secara teoritik-konseptual,
procedural-metodologis, maupun praktik-empirik yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut;
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan wawancara terhadap pelatih bolavoli di
Surakarta dan disimpulkan bahwa belum adanya program latihan fisik secara khusus
untuk para pemain bolavoli putra tingkat intermediet. Program latihan fisik hanya
diperuntukkan untuk atlet tingkat lanjut, serta sebatas dengan pendekatan plaiometrik
saja. Program latihan fisik dengan menggunakan beban belum ada, sehingga
kemampuan fisik pemain bolavoli putra tingkat intermediet belum maksimal
2. Pengembangan Produk
a. Penyusunan Produk Awal
Model pengembangan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa item, yaitu:
(1). Kajian teoritis sebagai dasar penyusunan bebtuk-bentuk latihan dan penyusunan
program latihan beban. (2). Bentuk-bentuk latihan beban yang sesuai dengan
karakteristik kebutuhan fisik dalam bolavoli. (3). Program latihan beban yang terdiri
dari program bulanan, dan program harian. (4).Evaluasi latihan beban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
b. Uji Coba Produk
1) Evaluasi Ahli Bolavoli
Hasil dari evaluasi bolavoli dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan
data kuantitatif, hal ini karena dalam evaluasi ahli digunakan angket campuran. Hasil
evaluasi ahli bolavoli untuk data kuantitatif berupa hasil persentase yaitu 80.77 %,
dari hasil tersebut bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan model latihan
beban untuk bolavoli bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya dengan memperhatikan
saran dari ahli.
2) Uji Coba Kelompok Kecil
Uji coba kelompok kecil dilaksanakan pada 16 Juni 2012 di Universitas Tunas
Pembangunan Surakarta. Informasi yang berupa pendapat atlet dalam uji kelompok
kecil ini diperoleh dengan menggunakan instrumen angket tertutup, sehingga data
yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Hasil persentase dari uji kelompok kecil
sebesar 76.67%, sehingga bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan model
latihan beban diterima oleh atlet bolavoli dan siap diuji coba pada kelompok yang
lebih luas.
3) Uji Coba Kelompok Besar
Uji coba kelompok kecil dilaksanakan pada 23 Juni 2012 di Universitas Tunas
Pembangunan Surakarta. Informasi yang berupa pendapat atlet dalam uji kelompok
kecil ini diperoleh dengan menggunakan instrumen angket tertutup, sehingga data
yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Hasil persentase dari uji kelompok besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
sebesar 72.71%, sehingga bisa diinterpretasikan bahwa produk pengembangan model
latihan beban diterima oleh atlet bolavoli dan siap untuk dilakukan uji efektifitas.
3. Uji Efektifitas Produk
Dari hasil perlakuan program latihan terhadap subyek penelitian diperoleh
hasil skor peningkatan lebih baik dalam peningkatan kemampuan fisik atlet tingkat
intermediet dari kelompok eksperimen (Kelompok progrm latihan) dibandingkan
dengan kelompok kontrol (Kelompok Konvensional) yang ditinjau dari beberapa
aspek antara lain:
1. Daya tahan otot tungkai.
2. Daya tahan otot lengan
3. Daya tahan otot perut.
4. Kekuatan otot tungkai.
5. Kekuatan otot lengan.
6. Power otot tungkai.
7. Power otot lengan.
Dapat disimpulkan bahwa produk model latihan beban yang dikembangkan
oleh peneliti dapat meningkatkan kemampuan fisik dari pemain putra tingkat
intermediet di Kota Surakarta secara efektif dan efisien.