44
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan OJT Pelaksanaan pendidikan disetiap kampus menitikberatkan pada pengembangan kreatifitas mahasiswa, pembekalan dasar keahlian dan pengetahuan akademis. Termasuk di dalamnya On The Job Training (OJT), atau dalam bahasa lain disebut dengan Praktek kerja lapangan. OJT penting untuk setiap mahasiswa dalam mempersiapkan diri supaya lebih berkompeten dibidangnya setelah menyelesaikan study. Penulis merasakan, dengan adanya OJT mahasiswa tentunya dapat mengimplementasikan ilmu yang selama ini didapatkan di kampus. Serta aplikasinya dalam lingkungan kerja yang sesuai dengan bidangnya. Sebagaimana penulis mengambil jurusan Dakwah prodi komunikasi dan penyiaran Islam, maka ilmu yang didapatkan tentunya sarat dengan lingkungan jurnalis dan komunikasi sosial. Jurnalistik bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat 1

rezqiwahyudi.files.wordpress.com · Web viewJurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat melalui media tertentu, baik media cetak ( surat

  • Upload
    vothuan

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelaksanaan OJT

Pelaksanaan pendidikan disetiap kampus menitikberatkan pada

pengembangan kreatifitas mahasiswa, pembekalan dasar keahlian dan

pengetahuan akademis. Termasuk di dalamnya On The Job Training (OJT), atau

dalam bahasa lain disebut dengan Praktek kerja lapangan. OJT penting untuk

setiap mahasiswa dalam mempersiapkan diri supaya lebih berkompeten

dibidangnya setelah menyelesaikan study.

Penulis merasakan, dengan adanya OJT mahasiswa tentunya dapat

mengimplementasikan ilmu yang selama ini didapatkan di kampus. Serta

aplikasinya dalam lingkungan kerja yang sesuai dengan bidangnya. Sebagaimana

penulis mengambil jurusan Dakwah prodi komunikasi dan penyiaran Islam, maka

ilmu yang didapatkan tentunya sarat dengan lingkungan jurnalis dan komunikasi

sosial.

Jurnalistik bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan,

penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui

saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai

kepada penyebarannya kepada masyarakat melalui media tertentu, baik media

cetak ( surat kabar, majalah, tabloid), maupun elektronik ( Tv dan Radio).

Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan

kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing

kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam

penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik

merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini.

Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual

kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam

menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap

pemberitaannya.

1

2

Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan OJT di Lembaga

Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe. Penulis ingin memperdalam pengatahuan

mengenai praktek jurnalistik yang sesungguhnya di lembaga milik pemerintah ini

dengan melakukan peninjauan lebih lanjut dan membahasnya melalui laporan On

The Job Training (OJT) dengan judul Reporter Dan Pengembangan Berita

Pada Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Lhokseumawe.

1.2 Dasar dan Tujuan Pelaksanaan OJT

Adapun untuk dijadikan sebagai landasan hukum dalam penyusunan On

The Job Training (OJT) ini, maka penulis akan mencantumkan empat landasan

hukum sehingga dapat menjadikan sebagai penguatan dari aturan dalam kegiatan

yang akan dilaksanakan, sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional

2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan

Perguruan Tinggi

3. Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Pendirian STAIN

Malikussaleh

Laporan kerja praktek merupakan salah satu program pendidikan STAIN

Malikussaleh Lhokseumawe yang bertujuan untuk mengahasilkan SDM yang

terampil dan siap pakai.

Adapun tujuan diadakannya On The Job Training (OJT):

1. Memperkenalkan mahasiswa/i STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

kepada dunia kerja yang sesungguhnya.

2. Untuk mengukur sejauhmana teori yang didapat pada saat kuliah bisa

diterapkan dengan baik di lapangan.

3. Dalam praktik ini diharapakan bagi mahasiswa/i mempermudah dalam

mencari kerja.

4. Untuk mempermudah dalam penyusunan laporan OJT yang merupakan

tugas akhir setelah praktek kerja lapangan yaitu penyajian dalam bentuk

laporan.

3

5. Memberikan kesiapan pada mahasiswa/i jika sewaktu-waktu memasuki

lapangan pekerjaan.

6. Menambah pengetahuan dan pengalaman yang tidak didapatkan dibangku

perkuliahan.

1.3 Jadwal dan Maksud Pelaksanaan OJT

1. Jadwal Pelaksanaan OJT

Sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa/i dengan panitia pelaksana

OJT untuk mahasiswa Jurusan Dakwah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam,

bahwa lokasi pelaksanaan OJT tidak ditentukan oleh Panitia Pelaksana, melainkan

berdasarkan keinginan masing-masing dari peserta yang kemudian disetujui oleh

Panitia Pelaksana. Sehingga penulis memilih tempat OJT pada Lembaga

Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe, yang bertempat di Jln. Petua Ibrahim No.

75 Tumpok Teungoh Kota Lhokseumawe, mulai tanggal 08 maret s/d 20 April

2012.

2. Maksud Pelaksanaan OJT

Adapun maksud dari pelaksanaan On The Job Training (OJT) yang

dilakukan oleh mahasiswa/i Jurusan Dakwah STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

guna memenuhi mata kuliah yang ada pada semester delapan, dimana mata kuliah

ini dimaksudkan agar mahasiswa/i Jurusan Dakwah STAIN Malikussaleh dapat

mengaplikasikan semua ilmu-ilmu sosial dan komunikasi yang telah diperoleh di

dalam ruang perkuliahan.

Selain itu, kegiatan ini juga melatih dan membantu peserta OJT agar

lebih memahami dunia pekerjaan dengan berbagai pengalaman yang akan dialami.

Sehingga nantinya, penulis /peserta OJT akan lebih mudah mengaplikasikan ilmu

yang didapatkan di ruang perkuliahan dan pengalaman di tempat OJT.

4

BAB II

PROFIL LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK

RRI LHOKSEUMAWE

2.1 Gambaran Umum Lokasi

1. Sejarah Singkat LPP RRI Lhokseumawe

Radio Republlik Indonesia, secara resmi didirikan pada tanggal 11

September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan

beberapa stasiun radio Jepang di enam kota. Rapat utusan enam radio dirumah

Adang Kadarusman, Jln. Menteng Dalam Jakarta mengahasilkan keputusan

mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman

Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. Rapat tersebut juga

menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September

1945, yang berisi tiga butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian

dikenal dengan Tri Prasetya RRI. Butir Prasetya yang ketiga merefleksikan

komitmen RRI untuk bersikap netral tidak memihak kepada salah satu aliran/

keyakinan partai atau golongan. Hal ini memberikan dorongan serta semangat

kepada broadcaster RRI pada era reformasi untuk menjadikan RRI sebagai

lembaga penyiaran publik yang independen, netral dan mandiri serta senantiasa

berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Radio sepeninggalnya Jepang di

Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada Republik Indonesia dan hingga saat ini

RRI terus berjuang demi eksistensinya dibidang komunikasi dengan semangat

“Sekali Di Udara Tetap Di Udara”.

Dewasa ini RRI mempunyai 60 stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran

khusus yang ditujukan ke Luara Negeri, “Suara Indonesia”. Kecuali di Jakarta,

RRI di daerah hampir seluruhnya menyelenggarakan siaran dalam tiga program

yaitu Programa daerah yang melayani segmen masyarakat yang luas sampai

pedesaan, Programa Kota (Pro II) yang melayani masyarakat di perkotaan dan

Programa III (Pro III) yang menyajikan Berita dan informasi (News Chanel)

kepada masyarakat luas. Di stasiun cabang utama Jakarta terdapat enam programa

yaitu Programa I untuk pendengar di Propinsi DKI Jakarta usia dewasa, Programa

4

5

II untuk segment pendengar remaja dan pemuda di Jakarta, Programa III khusus

berita dan informasi, Programa IV kebudayaan, Programa V untuk saluran

pendidikan dan Programa IV Musik Klasik dan Bahasa Asing. Sedangkan LPP

RRI Lhokseumawe mempunyai program siaran Pro I dan Pro II serta Pro III

siaran sentral dari Jakarta. Radio Republik Indonesia (RRI) Lhokseumawe

berlokasi di Jalan Petua Ibrahim No. 75 Tumpok Teungoh Kota Lhokseumawe.

Radio Republik Indonesia, sebagai Lembaga Penyiaran Publik, mempunyai tugas

memberikan pelayanan Indonesia, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan

perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh

lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau

seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Visi dan Misi Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe

a. Visi

Dengan berangsur-angsurnya perubahan status lembaga penyiaran dari

Unit Pelaksana Tehnis (UPT) suatu Departemen menjadi perusahaan Jawatan

kemudian beralih menjadi Lembaga Penyiaran Publik, melahirkan konsekuensi

logis bagi segenap angkasawan RRI untuk merenovasi sikap dan pola pikir, serta

pola tindak yang mengarah pada tercapainya visi dan misi Lembaga Penyiaran

Publik Radio Republik Indonesia.

Kebijakan penyiaran RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik,

diamanatkan melalui Peraturan Pemerintah No. 11 dan 12 tahun 2005, dengan

maksud dan tujuan, menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio sesuai prinsip-

prinsip radio publik yang independen netral dan mandiri, dan program siarannya

berorientasi pada kepentingan publik atau masyarakat secara luas.

Dengan mengacu pada kekuatan mendasar ini, kiranya patut menjadi

pengangan dalam pelaksanaan tugas, yaitu visi dan misi RRI: (Direktur PP LPP

RRI : 2006)

“Menjadikan RRI Lembaga Penyiaran Publik yang Independen, terdepan

dalam Informasi, Pendidikan, Hiburan dan Pemelihara Identitas Negeri”.

6

b. Misi

Untuk mewujudkan visi di atas, maka perlu dijabarkan dalam misi RRI

agar tujuan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik dapat terwujud.

Misi RRI adalah sebagai berikut:

1) Memberikan pelayanan informasi yang terpercaya bagi masyarakat guna

memenuhi hal masyarakat untuk memperoleh akses informasi melalui

proses kerja standar jurnalisme professional yang bersandar pada prinsip

akurat dan berimbang serta berorientasi pada keharmonisan dan

kedamaian.

2) Menjadi wahana kontrol sosial melalui program siaran yang memberikan

ruang yang cukup bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat, kritik

terhadap suprastruktur politik guna mendorong terciptanya

penyelenggaraan negara yang baik.

3) Menjadikan program siaran pendidikan sebagai pemberdaya masyarakat

dan pendorong proses demokratisasi yang bertumpu pada hak masyarakat

untuk mengemukakan pendapat dengan tetap berpegang pada kaidah

hukum dan prinsip masyarakat madani yang berkeadaban.

4) Menjadikan program siaran kebudayaan sebagai perekat sosial dan

keberagaman budaya Indonesia guna memajukan kebudayaan nasional

dengan menumbuhkembangkan unsur budaya lokal, di tengah arus budaya

global.

5) Menjadikan program siaran hiburan yang mampu mendorong kreatifitas

masyarakat.

6) Menyelenggarakan siaran untuk kelompok minoritas.

7) Menyelenggarakan mendorong pemahaman persepsi tentang gender.

8) Memanfaatkan perkembangan teknologi media penyiaran yang efektif dan

efisien guna menjangkau siaran seluruh wilayah Indonesia.

9) Menyelenggarakan siaran internasional bagi masyarakat luar negeri dan

memberikan informasi tentang Indonesia di dunia Internasional.

7

10) Memberikan jasa-jasa yang terkait dengan penyiaran sesuai kebutuhan

guna menambah pendapatan lembaga untuk menunjang pelaksanaan

oprasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan.

3. Bentuk, Kedudukan, Tugas dan Fungsi LPP RRI

RRI memiliki bentuk sebagai sebuah badan hukum yg didirikan oleh

Negara. Kedudukan RRI berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden,

tempat kedudukan RRI di Ibukota Negara Republik Indonesia dan stasiun

penyiarannya berada di pusat dan daerah.

Sebagai sebuah Lembaga Penyiaran Publik, RRI memiliki tugas

memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial

dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh

lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau

seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain beberapa tugas di atas, RRI memiliki beberapa fungsi yaitu:

perumusan kebijakaan umum dan pengawasan di bidang radio publik,

pelaksanaan dan pengendalian kegiatan penyelenggaraan radio publik, pembinaan

dan pelaksanaan adminitrasi serta sumber daya RRI.

4. Prinsip Independen

Siaran RRI harus berpihak kepada kebenaran dan keadilan serta keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Siaran RRI tidak boleh dipengaruhi,

ditekan, dipesan, dibeli oleh pihak manapun seperti pemerintah, politisi,

pengunjuk rasa, pengusaha, kecuali untuk kepentingan publik dan tidak

bertentangan dengan kebijakan redaksional RRI.

Siaran RRI harus dijaga netralitasnya. Dalam hal informasi yang

menyangkut isu-isu kontroversial serta cenderung memunculkan pro dan kontra,

maka siaran terhadap fakta, peristiwa, data dan opini harus diberikan porsi yang

sama kepada para pihak.

Siaran RRI harus menjaga obyektifitas berdasarkan data dan fakta serta

tidak mencampur adukkan fakta dengan opini pribadi. Siaran RRI tidak

8

menyembunyikan fakta yang ada ataupun memberi penekanan yang menyesatkan

apalagi memanipulasi berita untuk tujuan tertentu.

Penanggung jawab penyiaran pada masing-masing tingkatan dilarang

untuk memunculkan secara berlebihan menyangkut fakta, peristiwa, data dan

opini dengan janji dan atau imbalan tertentu.

2.2 Fasilitas Tempat OJT

1. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengamati secara langsung atau tidak langsung terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung di LPP RRI Lhokseumawe. Kegiatan ini

merupakan tahap awal dari pelaksanaan kegiatan On The Job Training (OJT).

Adapun tujuan kegiatan observasi lapangan ini adalah agar mahasisiwa/i peserta

On The Job Training (OJT) angkatan IV Jurusan Dakwah Prodi Komuniksai

Penyiaran Islam STAIN Malikussaleh Lhokseumawe dapat mengenal dengan

cermat situasi dan kondisi serta lingkungan dimana penulis ditempatkan yaitu

pada bagian pemberitaan LPP RRI Lhokseumawe ;

a. Keadaan fisik dan lingkungan beserta tata tertib tempat OJT Sarana dan

prasarana, fasilitas yang tersedia di kantor atau instansi swasta yang

dijadakan tempat OJT mahasiswa/i Jurusan Dakwah Prodi Komunikasi

Penyiaran Islam STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

b. Perangkat administrasi kantor yang menjadi tempat On The Job Training

(OJT)

c. Karakterisasi karyawan dan karyawati yang ada di tempat OJT

d. Kehidupan sosial yang ada di tempat OJT tersebut

e. Berbagai program yang dikembangkan di tempat OJT yang tertuju

f. Sistem kerja yang diterapkan

Kegiatan observasi lapangan ini dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1) Luas tanah : 4026 m2

2) Jumlah ruang kerja : 23 ruang

9

3) Ukuran ruang kerja : 6 x 7 m2

4) Mushalla

Bangunan lainnya : Ruang pemancar, ruang darma wanita, ruang koperasi,

studio (Pro I dan Pro II), aula, ruang rapat, gudang, perpustakaan, lapangan

upacara/lapangan olahraga, tempat parkir, toilet, rumah Kepala Stasiun, dan

rumah Kepala Sub bagian Tata Usaha.

2. Keadaan yang dimiliki oleh LPP RRI Lhokseumawe:

Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe adalah salah satu cabang

dari radio Negara yang ada. Radio ini berlokasikan di Jln. Petuah Ibrahim No. 75

Teumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti.

Instansi pemerintahan ini memiliki dua buah gedung yang besar dan

bertingkat. Di sebelah barat berbatasan dengan tanah milik warga yang bemama

Bapak Lutan, di sebelah timur berbatasan dengan tanah milik Bapak Usman, di

sebelah utara berbatasan dengan Jln. Petuah Ibrahim, sedangkan di sebelah selatan

LPP RRI Lhokseumawe berbatasan dengan pemukiman warga sekitar.

Secara fisik LPP RRI Lhokseumawe dapat dikatakan utuh dan terpelihara,

apalagi Lembaga Penyiaran Publik ini memiliki pagar keliling serta mempunyai

berbagai macam bunga yang ditanam di halaman sekitarnya.

Lingkungannya juga aman dan tentram. Ini semua berkat pembinaan dan

pelaksanaan yang terorganisir oleh semua pihak yang ada di lingkungan LPP RRI

Lhokseumawe.

3. Fasilitas yang dimiliki oleh LPP RRI Lhokseumawe

Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe memiliki beberapa

fasilitas, diantaranya adalah: sebuah tiang pemancar, buku-buku yang ada

diperpustakaan LPP RRI Lhokseumawe, dua buah studio (Pro I dan Pro II), alat-

alat musik, seperti sound system, mobil dinas untuk peliputan berita dan segala

urusan yang berhubungan dengan LPP RRI Lhokseumawe, alat untuk mengedit

dan merekam berita terdiri dari mixer dan program cooledit.

10

Memiliki fasilitas pendukung lainnya, seperti: obat-obatan (kotak P3K),

tape recorder, komputer, mesin ketik, dispenser, Microphone, kaset, baik CD

maupun kaset tape recorder, printer, papan pengumuman.

Fasilitas ruangan yang dimiliki Lembaga Penyiaran Publik RRI

Lhokseumawe seperti: kursi karyawan dan karyawati, meja kerja, komputer,

printer, lemari kaca untuk menyimpan file surat-surat penting, Air Condisioner

(AC) dan box untuk menyimpan alat-alat kantor seperti: penggaris, penjepit

kertas, tinta printer, pembolong kertas, pisau, amplop, kertas HVS dan Folio,

stabillo, pulpen, pensil dan lain-lain.

4. Penggunaan Bangunan LPP RRI Lhokseumawe

Bangunan Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe digunakan untuk

proses pekerjaan yang sebenarnya. Dimana RRI Lhokseumawe merupakan sebuah

Lembaga Penyiaran Publik yang berfungsi untuk memberikan informasi yang

berdasarkan fakta dan tidak memihak kepada pihak tertentu (netral). Selain itu

LPP RRI juga menjadi sarana hiburan massa khususnya remaja, melalui radio

programa II (Pro II). Kegiatan bekerja yang ada di LPP RRI Lhokseumawe

terbagi dua, yaitu:

1) Bagi angkasawan dan angkasawati yang menduduki bagian administrasi

kantor (baik dibidang apapun) bekerja setiap hari kerja yang terhitung dari

hari Senin-Jum’at dengan jam kerja dari pukul 08.00-16.00 Wib

2) Sedangkan, bagi angkasawan dan angkasawati yang berprofesi sebagai

tenaga tehnik studio dan multimedia, penyiar dan wartawan bekerja setiap

hari dengan jam kerja sesuai jadwal yang ditentukan berkisar dari pukul

05.00-01.00 Wib.

11

5. Angkasawan dan angkasawati LPP RRI Lhokseumawe

Jumlah angkasawan dan angkasawati LPP RRI Lhokseumawe semuanya

ada 72 orang yang terbagi dalam tiga golongan dan seorang Kepala Stasiun.

No Seksi/Sub Bagian Pegawai PBPNS Honorer Jumlah

1

2

3

4

5

Tata Usaha

Siaran

Pemberitaan

Sumber Daya Teknologi

Layanan dan Usaha

6

5

3

6

5

12

14

6

5

3

3

1

-

2

-

21

20

9

13

8

Jumlah 25 40 6 71

Keterangan:

PBPNS adalah singkatan dari Pegawai Bukan Pegawai Negri Sipil

a. Kegiatan angkasawan dan angkasawati LPP RRI Lhokseumawe

Setiap bulannya setiap angkasawati Lembaga Penyiaran Publik RRI

Lhokseumawe melakukan kegiatan darma wanita dan kegiatan-kegiatan sosial

sesama angkasawati, sedangkan bagi angkasawannya adalah latihan serta

membuat pertandingan sepak bola dan futsal tiap minggunya. Hal ini dilakukan

untuk menambah keakraban dan kekompakkan antar sesama angkasawan dan

angkasawati LPP RRI Lhkoseumawe.

b. Kegiatan tahunan LPP RRI Lhokseumawe

Kegiatan tahunan adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan diluar

kegiatan kerja Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe. Setiap tahunnya

LPP RRI Lhokseumawe selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan

dengan niat dan bakat masyarakat, khusunya remaja seperti: Festival Bintang

Radio, Festival Lagu Melayu, Festival Lagu Aceh, Festival Nasyid, Tilawatil

Qur’an, Pemilihan Kartini versi LPP RRI Lhokseumawe, serta Pemilihan Penyiar

Terbaik baik untuk penyiar putra maupun putri.

Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan bakat masyarakat,

khususnya remaja. Selain itu kegiatan ini juga berguna untuk memotivasi setiap

12

angkasawan dan angkasawati LPP RRI Lhokseumawe, khususnya penyiar untuk

menjadi lebih baik lagi.

c. Bentuk Kehidupan Sosial di LPP RRI Lhokseumawe

Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe merupakan salah satu

instansi yang bergerak dibidang media, untuk itu LPP RRI Lhokseumawe

memiliki pendengar, baik pendengar untuk radio programa I dan radio programa

II. Sebagai sebuah wujud kehidupan sosial yang ada, maka LPP RRI

Lhokseumawe membentuk sebuah komunitas yang menyatukan semua

pendengarnya. Dimana komunitas tersebut dinamakan dengan “Fans Club RRI

Lhokseumawe”.

Selain itu, hubungan antar sesama angkasawan dan angkasawati LPP RRI

Lhokseumawe juga berlangsung dengan baik dan akrab. Ini terbukti dengan

adanya saling tukar menukar informasi, khusunya yang berhubungan dengan

pekerjaan. Uraian di atas merupakan hasil yang sudah penulis himpun selama

melaksanakan OJT di LPP RRI Lhokseumawe yang kurang lebih selama 40 hari.

2.3 Organisasi dan Struktur Tempat OJT

LPP RRI Lhokseumawe merupakan sebuah lembaga yang bergerak

dibidang penyiaran publik bersifat independent, netral, dan tidak komersial.

Struktur organisasi merupakan suatu badan yang mempunyai tugas yang

berbeda-beda dalam melakukan kegiatan sehari-hari dengan ketentuan yang

berlaku atau yang telah diberikan wewenang oleh pemimpin. Dalam sebuah

organisasi sangat dibutuhkan struktur organisasi yang fungsinya sebagai kerangka

pembagian kerja. Demikian akan terdapat koordinasi antara setiap bagian kerja

yaitu adanya dengan suatu kesatuan pemerintah dan tanggung jawab serta

pengawasan LPP RRI di berbagai aktifitas yang berjalan.

Melalui stuktur organisasi dapat diketahui semua aktivitas yang

dilaksanakan dalam organisasi. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia

telah memberikan pedoman susunan organisasi yang meliputi kedudukan, tugas

pokok, fungsi dan tata kerja.

13

Secara struktural, Lembaga Penyiaran Publik RRI Lhokseumawe terdiri

dari :

1. Kepala Stasiun

2. Kasubag Tata Usaha, membawahi:

a. Kepala Urusan SDM

b. Kepala Urusan Umum

c. Kepala Urusan Keuangan

Tugas-tugas Sub Bagian Tata Usaha:

1) Bertanggung jawab seluruh kegiatan di lingkungan Sub Bag TU

2) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi dengan seksi-seksi lain

3) Menyusun rencana kegiatan Sub Bag TU sebagai pedoman kerja

4) Mendistribusikan tugas kepada staf di lingkungan Sub Bagian TU sesuai

tugasnya

5) Memberi petunjuk dan pengarahan kepada staf di lingkungan Sub TU

sesuai tugasnya

6) Mengkoordinasi staf di lingkungan Sub Bag TU untuk mengetahui

kesesuaian dengan rencana

7) Menyelia (memilah) pelaksana tugas di lingkungan Sub Bag TU sebagai

bahan pembinaan staf

8) Mengevaluasi hasil kerja staf di lingkungan TU sebagai bahan pembinaan

staf

9) Membuat penilaian terhadap Kepala Urusan yang dituangkan dalam DP.3

setiap akhir tahun

10) Memeriksa konsep laporan RRI Stasiun Malang, konsep surat-surat dinas

atau konsep surat-surat tentang kepegawaian dan memberikan catatan

perbaikan apabila diperlukan serta memaraf untuk ditandatangani oleh

Kepala RRI Stasiun Malang sebagai tanda persetujuan

11) Memeriksa konsep DUK, Daftar Gaji, SPP, SPK, Kontrak dan bukti

penagihan berdasarkan data dan ketentuan yang berlaku serta memaraf

untuk ditandatangani oleh Kepala RRI Stasiun Malang sebagai tanda

persetujuan

14

12) Memeriksa dan menyeleksi usulan pengadaan barang dan jasa sesuai

kebutuhan kantor serta perbaikan barang inventaris berdasarkan prioritas

dan dana yang tersedia untuk kelancaran tugas rutin

13) Membuat laporan kegiatan Sub Bagian TU sebagai pertanggung jawaban

pelaksaan tugas

14) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pimpinan

3. Kepala Seksi Siaran, membawahi:

a. Kasubsi Pro 1

b. Kasubsi Pro 2

c. Kasubsi Perencanaan dan Evaluasi Program

Tugas-tugas Kepala Seksi Siaran:

1) Bertanggung jawab seluruh kegiatan di lingkungan Seksi Siaran baik yang

bersifat on air maupun off air

2) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi di lingkungan Seksi dan

Sub Seksi

3) Menyusun langkah kegiatan Seksi Siaran sebagai pedoman kerja

4) Mendistribusikan tugas kepada staf Seksi Siaran sesuai bidang tugasnya

5) Memberi petunjuk dan pengarahan kepada staf di lingkungan Seksi Siaran

sesuai dengan bidang tugasnya

6) Mengkoordinasikan staf di lingkungan Seksi Siaran sesuai dengan bidang

tugasnya

7) Memilah pelaksanaan tugas Seksi Siaran untuk mengetahui kesesuaian

dengan rencana

8) Mengevaluasi hasil kerja staf di lingkungan Seksi Siaran sebagai bahan

pembinaan staf

9) Membuat penilaian terhadap Kasubsi yang dituangkan dalam DP.3 setiap

akhir tahun

10) Menandatangani pengajuan usulan ATK dari staf

11) Merencanakan, menyusun dan mengusulkan RABS (Rencana Anggaran

Biaya Siaran)

15

12) Membuat laporan kegiatan Seksi Siaran sebagai pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas

13) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pimpinan

4. Kepala Seksi Pemberitaan, membawahi:

a. Kasubsi Berita Ulasan dan Dokumentasi

b. Kasubsi Liputan dan Olahraga

c. Kasubsi Pengembangan Berita

Tugas-tugas Seksi Pemberitaan:

1) Bertanggung jawab seluruh kegiatan di lingkungan Seksi Pemberitaan

2) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi di lingkungan Seksi dan

Sub Seksinya

3) Melaksanakan Rapat Redakasi setiap hari Senin dan Kamis bersama tim

Dewan Redaksi untuk menetukan agenda setting dan evaluasi

4) Menyusun rencana kegiatan Seksi Pemberitaan sebagai pedoman kerja

5) Mendistribusikan tugas kepada staf seksi pemberitaan sesuai bidang

tugasnya

6) Memberi petunjuk dan pengarahan kepada staf di lingkungan seksi

pemberitaan sesuai dengan bidang tugasnya

7) Mengkoordinasikan staf di lingkungan seksi pemberitaan sesuai dengan

bidang tugasnya

8) Menyusun jadwal redaksi dan membuat laporan redaksi

9) Menyusun kerabat kerja siaran langsung pemberitaan non olahraga

10) Membuat penilaian terhadap kasubsi yang dituangkan dalam DP.3 tiap

akhir tahun

11) Menandatangani pengajuan usulan ATK dari staf

12) Merencanakan, menyusun dan mengusulkan ABOP

13) Membuat laporan kegiatan seksi Pemberitaan sebagai pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas dan anggaran

14) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pimpinan

16

5. Kepala Seksi Layanan Umum, membawahi:

a. Kasubsi Pengembangan Usaha

b. Kasubsi Layanan dan Usaha

c. Kasubsi Pencitraan

Tugas-tugas Seksi Layanan Umum:

1) Bertanggung jawab seluruh kegiatan di lingkungan Seksi Layanan dan

Usaha

2) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi di lingkungan Seksi dan

Sub Seksinya

3) Menyusun rencana program kerja di seksi Layanan Usaha

4) Melaksanakan pembinaan dan kepada Sub Seksi Layanan Publik,

Pengembangan Usaha, Pencitraan pada khususnya dan staf Layanan Usaha

pada umumnya

5) Membuat penilaian harian, bulanan dan tahunan atas aktivitas bekerja para

Kasubsi dalam rangka pembinaan karier yang dituangkan dalam DP.3

setiap akhir tahun

6) Mendistribusikan tugas kepada staf di lingkungan Seksi Layanan Usaha

sesuai dengan bidang tugasnya

7) Mengkoordinasi staf di lingkungan Seksi LU melalui rapat/langsung agar

sesuai dan saling mendukung dalam pelaksanaan tugasnya

8) Membuat laporan pelaksanaan program LU bulanan dan tahunan kepada

Kepala Stasiun

9) Membuat evaluasi bulanan pelaksanaan Seksi LU

10) Melaksanakan kerjasama dengan relasi, media lain dan limas sektoral yang

ada di wilayah Malang Raya

11) Merencanakan pembuatan standarisasi identitas Coorporate LPP RRI

12) Membuat perencanaan strategi Layanan Publik, Pengembangan Usaha dan

Pencitraan

13) Membuat policy/kebijakan dan usaha dalam penerapan sistem pemasaran

yang efektif dan efisien bagi para Kasubsi dan Marketing

17

14) Mengetahui dan memaraf semua surat-surat penting setelah diparaf oleh

kasubsi

15) Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan oleh pimpinan

6. Kepala Sumber Daya Teknik, membawahi:

a. Kasubsi Sarana dan Prasarana Penyiaran

b. Kasubsi Teknik Transmisi

c. Kasubsi Teknik Studio dan Multimedia

Tugas-tugas Seksi Sumber Daya Teknik:

1) Bertanggung jawab seluruh kegiatan di sekitar Seksi Sumberdaya

Teknologi

2) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi di lingkungan Seksi dan

Sub Seksinya

3) Melakukan konsultasi, koordinasi komunikasi dengan seksi-seksi lain

4) Menyusun rencana kegiatan Seksi Sumberdaya Teknologi sebagai

pedoman kerja

5) Mendistribusikan tugas kepada staf Seksi Sumberdaya Teknologi sesuai

bidang tugasnya

6) Memberi petunjuk dan pengarahan kepada staf di Seksi Sumberdaya

Teknologi

7) Mengkoordinasikan staf di lingkungan Seksi Sumberdaya Teknologi

sesuai dengan bidang tugasnya

8) Menyelia (memilah) pelaksanaan tugas Seksi Sumberdaya Teknologi

untuk mengetahui kesesuaian dengan rencana

9) Mengevaluasi hasil kerja staf di lingkungan Seksi Sumberdaya Teknologi

sebagai bahan pembinaan staf

10) Membuat penilaian terhadap staf yang dituangkan dalam DP.3 setiap akhir

tahun

11) Menandatangani pengajuan usulan ATK dari staf

12) Membuat laporan kegiatan Seksi Sumberdaya Teknologi sebagai

pertanggung jawaban pelaksanaan tugas

13) Melaksanakan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pimpinan

18

BAB III

PELAKSANAAN OJT

3.1 Masalah yang Ditemukan

Selama OJT di RRI Lhokseumawe, penulis ditempatkan pada seksi

pemberitaan. Sebagaimana penulis yang belum memiliki pengalaman dalam hal

reportase tentunya banyak mengalami hambatan dan tantangan, diantaranya :

1. Kurang cermat memilih kata saat menyusun naskah berita.

2. Tidak memiliki relasi tetap untuk menjemput informasi.

3. Sulit mendeteksi suatu berita yang memiliki news value

4. Kurang cermat dalam melakukan reportase.

5. Minimnya pengetahuan penulis tentang alat dalam perekaman radio.

6. Minimnya pengetahuan penulis terhadap pemberitaan di radio,

sehingga menghambat penulis dalam memproduksi berita.

Tidak hanya hambatan yang dirasakan penulis dalam melakukan praktek

kerja lapangan di LPP RRI lhokseumawe, penulis juga mengalami tantangan yang

cukup berarti. Baru satu minggu belajar menulis straight news, penulis

dihadapkan pada program liputan langsung pilkada. Pihak pemberitaan

memberikan jadwal liputan kepada penulis untuk meliput langsung dilokasi

kampanye. Dan di wajibkan untuk melakukan laporan langsung yaitu Report on

The Spot (ROS). Tidak hanya itu, penulis juga harus menyelesaikan jurnal

kampanye dalam jangka waktu satu jam.

Padahal pengalaman menulis jurnal yang penulis miliki masih terlalu

minim, belum lagi saat rekaman yang harus antri dan dikejar oleh waktu. Juga

belum mahirnya penulis dalam mengoperasikan aplikasi cool edit, sehingga dalam

produksi satu berita terkadang memakan waktu yang lama. Sungguh pengalaman

luar biasa penulis rasakan pada liputan langsung kampanye Pilkada Aceh tahun

2012.

18

19

3.2 Pembahasan

Minimya pengetahuan penulis terhadap teknik penulisan dan peliputan

radio, telah menjadikan penulis kewalahan dalam memproduksi berita.

Sebagaimana konsep yang penulis dapatkan dibangku kuliah, menulis untuk radio

adalah menulis untuk telinga bukan untuk mata. Sehingga penulis harus cerdas

dalam memilih kata-kata supaya mudah dimengerti oleh semua khalayak

( pendengar). Kata-kata yang harus digunakan bersifat sederhana, selalu

menggunakan kata-kata atau kalimat yang banyak diketahui maknanya oleh

khalayak umum yang heterogen. Dan menghindari kata-kata rumit yang hanya

dimengerti segelintir orang.

Kendati konsep dan teori sudah pernah penulis pelajari, namun dalam

aplikasinya masih kewalahan, karena penulis belum mahir dalam menulis berita

radio. Juga kurang maksimal proses pembelajaran mata kuliah produksi siaran

ardio dan film. Bahkan ketika dihadapkan pada prakteknya, kami masih merasa

asing dengan beberapa alat produksi berita radio, seperti mixer dan aplikasi cool

edit yang sama sekali tidak diajarkan dikampus.

1. Penulisan Berita Radio

Dalam menulis berita, kita tidak terlepas dari fakta yang didapat dari

sebuah peristiwa. Penggunaan dan pemilihan kalimat harus sesuai dengan ejaan

yang disempurnakan secara baik dan benar, menggunakan Bahasa Indonesia yang

baik dan benar, efisiensi kata, serta penggunaan tanda baca yang tepat. Penulisan

berita jangan sampai mengandung SARA (suku, ras, dan agama), melainkan harus

mengandung unsur 5 W + 1 H secara singkat, jelas, sederhana, serta jujur.

Setelah memenuhi unsur kriteria layak berita (news value) dan 5 W + 1 H,

kemudian berita tersebut diserahkan kepada redaktur / desk editor dan apabila

masih terdapat kata-kata yang tidak perlu dipakai pada berita tersebut, maka

redaktur berhak mengeditnya. Setelah berita itu selesai diproduksi baru disiarkan.

Meskipun merupakan media audio, naskah dan berita radio tidak lepas dari

tulis menulis. Hanya saja teknik dan bentuk tulisannya sangat berbeda dengan

pembuatan naskah berita media cetak. Karena radio mengandalkan telinga

20

pendengar yang kemampuannya terbatas, maka tulisan yang disampaikan harus

singkat namun jelas. Dalam teori penulisan berita radio, disebut KISS – Keep It

Short and Simple. Agar tidak kaku dan enak didengar, untuk menulis naskah

berita radio harus menggunakan bahasa tutur atau bahasa percakapan

2. Reportase / Liputan Berita yang Berkualitas

Menurut Yunus (2010: 55) dalam konteks jurnalistik, liputan dapat

disamakan dengan reportase. Liputan atau reportase merupakan salah satu

kegiatan yang ditempuh wartawan atau jurnalis dalam pencarian bahan atau

materi yang akan dijadikan berita. Bedanya, liputan lebih mengacu pada proses

keseluruhan dalam pencarian berita, sedangkan reportase bertumpu pada aspek

teknikal atau keterampilan yang ditempuh untuk mendapatkan bahan berita.

Namun, dimasukkan ke dalam kategori yang sama, yaitu kegiatan pengumpulan

bahan untuk penulisan karya jurnalistik.

Kualitas liputan sangat berpengaruh terhadap akurasi berita. Kualitas

liputan juga ikut menentukan kapabilitas dan kredibilitas wartawan dalam

menjalankan tugasnya. Liputan yang baik telah menjadi aset besar untuk

menghasilkan berita yang bermutu dan sebaliknya, liputan yang tidak optimal

akan menyebabkan berita menjadi tidak kredibel, bahkan mungkin tidak

dipercaya. Yang gilirannya, liputan yang kurang baik akan dapat menjatuhkan

kredibilitas seorang wartawan.

Jika ditinjau dari prosesnya, menurut Yunus (2010: 56) liputan jurnalistik

dapat diklasifikasikan dalam 2 (dua) bentuk. Pertama, liputan terduga, yang

bertumpu pada upaya-upaya penciptaan berita dari masalah-masalah yang sifatnya

sudah dapat diduga sebelumnya. Dalam liputan terduga, wartawan memainkan

peran sebagai newsmaker atau pembuat berita. Kedua, liputan yang tak terduga,

yang bertumpu pada upaya-upaya perburuan berita atas masalah-masalah yang

sifatnya tidak terduga. Dalam hal ini, wartawan berperan sebagai newshunter atau

pemburu berita.

Teknik reportase atau teknik peliputan berita merupakan hal mendasar

yang perlu dikuasai para jurnalis. Namun, membahas teknik reportase, berarti juga

21

membahas bagaimana cara media bekerja, sebelum mereka memutuskan untuk

meliput suatu acara, kegiatan atau peristiwa. Setiap media memiliki apa yang

disebut kriteria kelayakan berita.

Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional

(editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak

jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan

redaksional setiap media bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang

dianutnya.

Perbedaan visi, misi dan ideologi ini akan berpengaruh pada sudut

pandang atau angle peliputan. Dua media yang berbeda bisa mengambil sudut

pandang yang berbeda terhadap suatu peristiwa yang sama. Terakhir, tentu saja

segmen khalayak yang dilayani tiap media juga berbeda-beda. Keinginan media

untuk memuaskan kebutuhan segmen khalayak tersebut secara tak langsung juga

berarti melakukan seleksi terhadap apa yang layak dan tidak layak diliput.

3. Kelayakan Berita

Saat OJT untuk memilih berita yang memiliki news value atau dianggap

layak untuk diberitakan, penulis merasa harus banyak belajar lagi. Berikut ini

adalah sejumlah kriteria kelayakan berita, yang bersifat umum untuk semua media

. Khusus untuk radio juga memakai kriteria ini, sehingga dapat menjadikan bahan

komporatif penulis dalam menyelesaikan persoalan yang penulis temukan selama

OJT.

Kriteria dibawah ini, setelah dipahami penulis juga akan dilatih secara

aplikatif. Sehingga penulis akan lebih lincah dalam menulis naskah berita radio ,

memilih isu, mengolah berita agar lebih menggigit dan tentunya menjadi berita

yang aktual. Kelayakan sebuah berita itu dapat dilihat dari :

Penting

Suatu peristiwa diliput jika dianggap punya arti penting bagi mayoritas

khalayak. Tentu saja, media tidak akan rela memberikan space atau

durasinya untuk materi liputan yang remeh.

22

Aktual

Suatu peristiwa dianggap layak diliput jika baru terjadi. Maka, ada

ungkapan tentang berita "hangat," artinya belum lama terjadi dan masih

jadi bahan pembicaraan di masyarakat.

Unik. Suatu peristiwa diliput karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau

tidak biasa. Orang digigit anjing, itu biasa. Tetapi, orang mengigit anjing,

itu unik dan luar biasa.

Asas Kedekatan (proximity)

Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan kita (khalayak media), lebih

layak diliput ketimbang peristiwa yang terjadi jauh dari kita.

Asas Keterkenalan (prominence)

Nama terkenal bisa menjadikan berita. Sejumlah media pada Juni-Juli

2006 ini ramai memberitakan kasus perceraian artis Tamara Bleszynski

dan suaminya Teuku Rafli Pasha, serta perebutan hak asuh atas anak

antara keduanya.

Magnitude

Magnitude ini berarti "kekuatan" dari suatu peristiwa. Gempa berkekuatan

6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak kerusakannya,

dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks

peristiwa untuk diliput, sebuah aksi demonstrasi yang dilakukan 10.000

buruh, tentu lebih besar magnitude-nya ketimbang demonstrasi yang cuma

diikuti 100 buruh.

Human Interest

Suatu peristiwa yang menyangkut manusia, selalu menarik diliput.

Mungkin sudah menjadi bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang

lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan, kesedihan,

kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain. Topik-topik kemanusiaan

semacam ini biasanya disajikan dalam bentuk feature.

Unsur Konflik

Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-

manusia, juga menarik untuk diliput.

23

Trend

Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan

masyarakat, patut mendapat perhatian untuk diliput media. Pengertian

trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua orang

saja.

Berakibat pada kehidupan orang banyak, artinya sesuatu yang terjadi

dalam kehidupan sosial itu memiliki dampak pada oranga lain.

4. Menggali Informasi

Tugas seorang reporter pada dasarnya adalah mengumpulkan informasi,

yang membantu publik untuk memahami peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi

kehidupan mereka. Penggalian informasi ini membawa sang reporter untuk

melalui tiga tahapan peliputan:

1) Fakta-fakta permukaan.

Siaran pers, konferensi pers, rekaman pidato, dan sebagainya. Lapisan

pertama ini adalah sumber bagi fakta-fakta, yang digunakan pada sebagian besar

berita. Informasi ini digali dari bahan yang disediakan dan dikontrol oleh

narasumber. Oleh karena itu, isinya mungkin masih sangat sepihak. Jika reporter

hanya mengandalkan informasi lapisan pertama, perbedaan antara jurnalisme dan

siaran pers humas menjadi sangat tipis.

2) Upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter.

Sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas

peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di

luar kontrol narasumber awal.

3) Interpretasi (penafsiran) dan analisis.

Reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa,

penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya. Publik tidak sekadar ingin tahu apa

yang terjadi, tetapi mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa peristiwa itu

terjadi. Apa makna peristiwa itu bagi mereka, dan apa yang mungkin terjadi

sesudahnya (dampak susulan dari peristiwa tersebut).

24

Seorang reporter harus selalu berusaha mengamati peristiwa secara

langsung, ketimbang hanya mengandalkan pada sumber-sumber lain, yang

kadang-kadang berusaha memanipulasi atau memanfaatkan pers. Salah satu taktik

yang dilakukan narasumber adalah mengadakan media event, yakni suatu

tindakan yang sengaja dilakukan untuk menarik perhatian media.

Verifikasi, pengecekan latar belakang, observasi langsung, dan langkah

peliputan yang serius bisa memperkuat, dan kadang-kadang membenarkan bahan-

bahan awal yang disediakan narasumber.

5. Produksi Berita

Proses pembuatan berita pada prinsipnya tak banyak berbeda di semua

media. Di media yang sudah mapan, biasanya telah dibuat semacam prosedur

operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita

yang dihasilkan. Proses pembuatan berita biasanya dimulai dari rapat redaksi,

yang juga merupakan jantung operasional media pemberitaan. Rapat redaksi

merupakan kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan

kualitas berita yang dihasilkan.

Dalam rapat redaksi ini, para reporter, redaktur, bisa mengajukan usulan-

usulan topik liputan. Usulan itu sendiri bisa berasal dari berbagai sumber.

Misalnya: Undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers, siaran pers, berita

yang sudah dimuat atau ditayangkan di media lain, hasil pengamatan pribadi si

jurnalis, masukan dari narasumber/informan, dan sebagainya. Sasaran Rapat

Redaksi:

1) Untuk mengkoordinasikan kebijakan redaksi dan liputan.

2) Untuk menjaga kelancaran komunikasi antar staf redaksi (komunikasi

antara reporter, redaktur, dan sebagainya).

3) Untuk memecahkan masalah yang timbul sedini mungkin (potensi

hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan sarana/alat untuk peliputan,

keamanan dalam peliputan, dan sebagainya)

4) Untuk menghasilkan hasil liputan yang berkualitas.

25

Dari rapat redaksi ini, ditentukan topik yang mau diliput, sekaligus

ditunjuk reporter yang harus meliputnya. Dalam pembahasan yang lebih rinci,

bisa dibahas juga angle (sudut pandang) yang dipilih dari topik liputan

bersangkutan, serta narasumber yang harus diwawancarai. Untuk kelengkapan

data, staf riset bisa diminta mencari data tambahan guna menyempurnakan hasil

liputan nantinya.

Sesudah tugas dibagikan secara jelas dalam rapat redaksi, dan redaktur

memberi brifing pada reporter, berbekal informasi dan arahan tersebut, si reporter

pun meluncur ke lapangan. Pada LPP RRI Lhokseumawe, rapat ini dilakukan jam

09.00 wib. Dan dikondisikan sesuai dengan rapat agenda setting nasional. Selain

menyelaraskan dengan isu nasional juga akan membahas isu lokal yang dianggap

memiliki kriteria kelayakan berita.

3.3.Upaya penelesaian masalah.

Dari semua hambatan dan tantangan yang penulis hadapi selama 40 hari

OJT di LPP RRI Lhokseumawe, kiranya akan terselesaikan apabila ada

penambahan waktu. Karena penulis bersaumsi, bahwa jangka waktu yang

ditetapkan panitia OJT relatif pendek untuk mengaplikasikan ilmu yang

didapatkan dikampus, bahkan terkesan tidak efektif.

Kendati demikian, dari konsep yang ada, dan sudah penulis paparkan

adalah sebagian dari pengetahuan penulis selama belajar dikampus. Sekaligus

menjadikan pengetahuan itu sebagai jawaban dari permasalahan , hambatan dan

juga tantangan yang penulis dapatkan di tempat OJT. Dan sejauh ini, penulis

sudah lebih pro aktif untuk mengaplikasikan dan melatih diri supaya lebih mahir

dalam melakukan kegiatan jurnalistik di LPP RRI Lhokseumawe.

Selain dari latihan yang berkesinambungan, penulis juga mengupayakan

menambah relasi baik dengan reporter RRI sendiri maupun dengan rekan

seprofesi lainnya, juga dengan berbagai stekholder instansi swasta dan

pemerintah. Dengan demikian, kedepannya penulis tidak akan lagi sulit

menjemput informasi yang bisa diolah menjadi berita yang layak saji.

26

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Proses perliputan yang dilakukan seorang wartawan dibutuhkan wawasan

serta daya kreatifitas tinggi untuk dapat menghasilkan liputan yang menarik dan

mengungkapkan suatu peristiwa kepada pendengar secara baik dan mudah

dimengerti. Karena menulis untuk radio adalah menulis untuk telinga bukan untuk

mata, maka menulis naskah berita radio ibarat bercerita di otak.

Selama penulis melakukan OJT di LPP RRI Lhokseumawe, proses

reportase dan produksi berita sudah dilakukan . Tentu saja dalam prosesnya tidak

terlepas dengan hambatan dan tantangan yang penulis hadapi. Dan dengan arahan

dan bimbingan reporter senior, penulis mampu memproduksi berita yang layak

siar. Karena dalam penulisan berita diperlukan suatu pengetahuan luas dan ikatan

emosi yang kuat sehingga penulis mampu meramu berita yang ada menjadi

menarik dan layak siar.

Selama OJT tentunya penulis mendapatkan pelajaran dan pengalaman

yang berharga, yang mungkin tidak bisa diperoleh orang lain dalam waktu dan

kesempatan yang sama. Penulis tidak hanya mendapatkan pengalaman kerja

jurnalistik sesungguhnya melainkan juga mendapatkan pelajaran bagaimana

menghadapi orang lain dan membagi waktu agar tugas yang penulis peroleh tidak

terlantar. Kewajiban memproduksi dalam satu hari dua berita adalah hal yang

paling menantang untuk penulis, mengingat pengetahuan dan pengalaman dalam

dunia jurnalistik minim sekali. Kendati demikian, hambatan dan tantangan itu

sudah penulis lalui dengan dorongan dari reporter-reporter senior yang senantiasa

membimbing penulis.

4.2 Saran

Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan OJT, dengan berbagai

kendala dan hambatan maka perlu kiranya penulis sampaikan saran yang mungkin

26

27

bermanfaat untuk LPP RRI Lhokseumawe dan Prodi Komunikasi dan penyiaran

Islam.

1. Tempat OJT

Kerja sama antara lembaga STAIN Malikussaleh dan LPP RRI

Lhokseumawe telah memberikan konstribusi yang baik terhadap jurusan Dakwah,

khusus prodi komunikasi penyiaran islam. Kendati demikian, ada beberapa hal

yang perlu dikembangkan oleh LPP RRI, mengupayakan reporter untuk lebih

disiplin dan profesional. Alat yang tersedia menurut penulis masih membutuhkan

penambahan, supaya reporter tidak harus mengantri saat memproduksi berita.

2. Kampus

Berdasarkan pengalaman penulis OJT di LPP RRI Lhokseumawe, penulis

dihadapkan pada banyak hambatan karena minim pengetahuan tentang teknik dan

produksi berita radio. Karena itu, menurut penulis jurusan dakwah perlu

menerapkan sistem baru dalam proses pembelajaran mata kuliah produksi siaran

film dan radio, yaitu dengan sistem 50% teori dan 50% praktek. Supaya

mahasiswa dapat lebih maksimal memahami seluk beluk produksi film dan radio,

juga akan tidak asing dengan alat-alat yang digunakan.

Hal yang paling signifikan adalah dalam penempatan peserta, supaya

jurusan dakwah mempriorotaskan peserta untuk mengambil tempat yang sesuai

dengan ilmu yang didapatkan.

28

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Budiman, Kris, Dasar-Dasar Jurnalistik. http://pelitaku.sabda.org/dasar-dasar jurnalistik.html.

Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada). 2007.

Panggabean, Wahyudi. Reportase dan Teknik Peliputan berita. http://forumkerakyatan.blogspot.com/reportase-teknik-peliputan-berita.html

Hasan, Ridwan, Pedoman Pelaksanaan On The Job Trainning, Jurusan Dakwah Prodi Komunikasi Dan Penyiaran Islam, STAIN Malikussaleh Lhokseumawe, 2012