Upload
doankien
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
MAKALAHDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perpajakan
Disusun Oleh : Kelompok 13
Nama Kelompok :
1. Dian Damayanti (103341013)
2. Fuji Kurniawan (103341018)
Semester IV Akuntansi Reguler Pagi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
LA TANSA MASHIRO
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap orang dan badan yang melakukan kegiatan usaha yang memperoleh
penghasilan dari Indonesia, akan dikenakan pajak oleh Pemerintah Indonesia.
Oleh karena itu setiap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan
dari Indonesia harus mengetahui kewajiban-kewajiban serta hak-haknya yang
berhubungan dengan pajak.
Sebagian besar dari undang-undang pajak yang berlaku sebelum
berlakunya Undang-Undang Pajak Nasional 1983, adalah berasal dari
Undang-Undang Pajak produk pemerintahan Hindia Belanda. Undang-
undang ini banyak mengalami perubahann dan tambahan yang disusun dalam
bahasa Indonesia mengingat dalam UUD 1945 yang berbunyi: “Segala Badan
Negara dan peraturan yang masih langsung berlaku, selama belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.”
Pemerintah menyadari bahwa undang-undang pajak peninggalan
pemerintahan Hindia Belanda itu terlalu menitik beratkan pada hukum barat
dan sedikit sekali. Kalau tidak dapat dikatakan sama sekali tidak memuat
ketentuan-ketentuan Hukum Adat yang berlaku. Hal ini sangat betentangan
dengan kepribadian kita dan perlu mendapat perhatian sepenuhnya.
Pemerintah Indonesia pada akhir tahun 1983 telah membuat peraturan
perundang-undangan yang baru yang terdiri dari tiga buah undang-undang
perpajakan, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah.
2
Makalah ini membahas tentang salah satu dari hkuum pajak formal yaitu
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan Ketentuan Umum?
1.2.2. Bagimanakah seharusnya tata cara perpajakan dilakukan?
1.3. Tujuan
Tujuan kami menulis makalah yang berjudul tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perpaajakan, juga untuk menjelaskan dan menguraikan isi dari Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan tersebut.
3
BAB 2
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
2.
2.1. Tinjauan Umum
Seiring berkembangnya perekonomian, diperlukan undang-undang yang
mampu menjamin kepentingan rakyat tetap diatas segala-galanya. Salah
satunya upaya yang dilakukan pemerintah adalah meng-update undang-
undang termasuk di antaranya undang-undang perpajakan. Dalam undang-
undang perpajakan mengalami reformasi kebijakan perpajakan yang meliputi
2 (dua) aspek utama, yaitu perumusan dan pembuatan peraturan
perundangan-undangan pajak dan penyempurnaan administrasi pajak dalam
rangka meningkatkan kepastian hukum, memberikan kemudahan dan
pelayanan kepada masyarakat wajib pajak.
Reformasi yang telah dilakukan oleh pemerintah telah mengalami 4
(empat) tahap reformasi yaitu:
2.1.1. Reformasi Pajak Pertama Tahun 1983
Reformasi perpajakan pertama menghasilkan 5 (lima) buah
undang-undang perpajakan. Secara umum pembaruan pajak nasional
selain melakukan rasionalisasi pelbagai pungutan pajak meletakan prinsip-
prinsip dasar perpajakan nasional yaitu menghapus sistem pajak warisan
kolonial, mengubah sistem official assessment menjadi self assessment,
kesempatan untuk melaporkan, menghitung, dan melaksanakan
perpajakan, mengubah persepsi tentang pembayaran pajak,
penyederhanakan tarif pajak, penghapusan berbagai jenis tax holiday, dan
kepastian hukum dan perlindungan hak-hak masyarakat wajib pajak.
2.1.2. Reformasi Pajak Kedua Tahun 1994
Reformasi perpajakan kedua menghasilkan 4 (empat) buah
undang-undang perpajakan yang merupakan perubahan dan
penyempurnaan undang-undang sebelumnya. Secara umum tujuan
pembaruan perpajakan kedua adalah ekstensifikasi Pajak Penghasilan
4
(PPh) dengan penerapan tarif final, ektensifikasi Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), juga menghindari loopboles dan meningkatkan keadilan beban
pajak bagi masyarakat, dan memenuhi amanat Garis-garis Besar Haluan
Negara 1993 yang mengacu pada kebijakan pokok.
2.1.3. Reformasi Pajak Ketiga Tahun 1997
Reformasi perpajakan ketiga menghasilkan 5 (lima) buah undang-
undang perpajakan baru. Repormasi pajak ketiga dimaksudkan untuk
mnyesuaikan dengan cepatnya perubahan dalam ekonomi nasional
maupun Internasional dan meningkatkan persaingan pengusaha nasiona
menghadapi globalisasi.
2.1.4. Reformasi Pajak Keempat Tahun 2000
Reformasi perpajakan keempat menghasilkan 5 (lima) buah
undang- undang perpajakan yang merupakan perubahan atas undang-
undang sebelumnya. Sebagai rangkaian reformasi pajak keempat pada
tahun 2002 diundangkan undang-undang tentang pengadilan pajak, yang
mengantikan undang-undang tentang badan penyelesaian sengketa pajak.
2.1.5. Reformasi Pajak Kelima Tahun 2007 / 2008
Reformasi perpajakan kelima mnghasilkan 3 (tiga) buah undang-
undang perpajakan. Dua diantaranya telah di tentukan dan satunya sampai
sekarang pun masih dalam peroses pembahasan di dewan perwakilan
rakyat.
2.2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (NPPKP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada
wajib pajak sebagai sarana dalam administarasi perpajakanyang dipergunakan
sebagai tanda pengenal dari atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakanya.
NPWP dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pajak yang merupakan satu set
nomor yang terdiri dari 15 (lima belas) digit dan dikelompokan menjadi 3
(tiga) yaitu 8 angka sebagai nomor pokok, 1 angka sebagai angka pengecekan
5
dan 6 kode kantor pajak yaitu 3 kode kantor pajak bersangkutan dan 3 kode
kantor pusat/cabang.
Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) adalah nomor yang
diberikan kepada pengusaha yang memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Dan menurut surat edaran No. SE. 02/PJ09/1998 tanggal 4 mei
1998 yang berlaku 1 juni 1998 setiap pengusaha kena pajak diberlakukan
sama antara NPWP dan NPPKP yaitu di jadikan satu nomor identias
perpajakan, dalam rangka menyederhanakan administrasi perpajakan.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak (NPPKP) mempuyai fungsi-fungsi yaitu untuk mengetahui
identitas wajib pajak atau pengusaha kena pajak, untuk administrasi
perpajakan, pemenuhan kewajiban pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan barang mewah, dan untuk pengawasan administrasi perpajakan.
Tata cara pendaftaran NPWP dan NPPKP yaitu harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pajak, bagi wajib pajak atau
pengusaha yaitu telah memiliki penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) bagi pengusaha setelah pendirian pada suatu tahun penerbitan
akta pendirian usaha dari notaris (sebelum di daptarkan ke panitera
pengadilan negeri) maka pendaftaran selambat-lambatnya akhir tahun yang
bersangkutan di Kantor Dirjen Pajak dan jika tidak mendaftar maka akan di
kenakan sanksi.
NPWP dan NPPKP dapat di hapus dengan permohonan penghapusan
kepada Dirjen Pajak dengan alasan wajib pajak telah meninggal dunia dan
perusahan telah di likudasi atau yang lainya, maka Dirjen Pajak dapat
menghapus NPWP dan NPPKP dalam jangka 6 bulan bagi wajib pajak dan 12
bulan bagi wajib pajak badan.
2.3. Surat Pemberitahuan (SPT)
2.3.1. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Ada beberapa pengertian pajak yang harus di pahami mengena surat
pemberitahuan yaitu :
6
2.3.1.1.Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak
untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam
jangka waktu tertentu.
2.3.1.2.Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender atau tahun buku.
2.3.1.3.Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1(satu) tahun pajak.
2.3.1.4.Pajak Yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
2.3.1.5.Surat Pemberitahuan adalah surat yang diperoleh wajib pajak yang
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak,
objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2.3.2. Fungsi Surat Pemberitahuan
Fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghutungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang pembayaran dan
pelunasan pajak, penghasilan objek pajak, harta dan kewajiban, dan
pembayaran dari pemotongan pajak.
2.3.3. Macam-macam Surat Pemberitahuan (SPT)
2.3.3.1.Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa adalah surat pemberitahunan untuk
suatu masa pajak. Surat pemberitahuan masa terdiri dari dua macam yaitu
SPT masa pajak penghasilan dengan lampiran berupa Surat Setoran Pajak
(SSP) dan bukti pemotongan, dan SPT masa PPN untuk pengusaha kena
pajak melaporkan kewajiban masa atas pemumutan.
2.3.3.2.Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan adalah surat pemberitahuan
untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak. dapat dibedakan untuk
wajib pajak perseorangan dan wajib pajak badan.
Dalam pengisian SPT yang harus diperhatikan bahwa SPT harus diisi
secara benar, jelas dan lengkap.
7
2.3.3.2.1. Benar adalah benar dalam perhitungan, penerapan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan , dalam penulisan, dan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
2.3.3.2.2. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan
objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam surat
pemberitahuan; dan
2.3.3.2.3. Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan
unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam surat pemberitahuan.
Diwajibkan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) yaitu bagi wajib
pajak orang pribadi adalah wajib pajak telah memperoleh dan menerima
penghasilan dari pekerjaannya, karyawan/karyawati yang memperoleh
penghasilan lain di luar penghasilan sehubungan dengan pekerjaan lain,
pihak yang dibagi warisan yang belum dibagi, warga negara Indonesia
yang berkerja pada bukan sobjek pajak, dan warga negara asing yang
tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka 12 bulan. Sedangkan
untuk wajib pajak badan yang wajib mengisi SPT.
Batas wajib pajak menyampaian surat pemberitahuan (SPT) diatur
dalam pasal 3 ayat (3) undang-undang nomor 28 tahun 2007 yaitu untuk
surat pemberitahuan masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir
masa pajak, untuk surat pemberitahuan tahunan pribadi paling lama 3
(tiga) bulan setelah akhir tahun pajak, dan untuk surat pemberitahuan
tahunan badan paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.
Sanksi karena tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT atau
terlambat menyampaikan SPT di maksud dalam pasal 3 ayat (3) UU No.
16/2000 atas batas waktu penyampaian SPT sebagaimana tertera di pasal 7
ayat (10) UU No.28/2007 di kenakan sanksi administrasi berupa denda.
Jika SPT yang telah disampaikan terdapatkan kesalahan yang
menyebabkan jumlah pajak yang dilaporkan kurang dari yang semestinya
atau sebaliknya, maka wajib pajak dapat membetulkan SPT yang telah
disampaikan ats kemauan sendiri yang dilakukan secara tertulis.
8
Surat pemberitahuan SPT menjadi pasti apabila dalam jangka waktu 5
tahun sesudah saat terutangnya/berakhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak, dan tahun pajak tidak diterbitkan SKP.
2.4. Tata Cara Pembayaran Pajak dan Batas Waktu Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak ini menggunakan surat setoran pajak yaitu surat yang
oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran
pajak terutang atau yang dipotong/dipungut. Satu set SSP yang harus diisi
terdiri dari 4 lembar masing-masing untuk :
Lembar 1 : untuk Arsip Wajib Pajak
Lembar 2 : untuk KPP melalui KPKN
Lembar 3 : untuk dilaporkan oleh wajib pajak ke KPP
Lembar 4 : untuk Arsip kantor penerima pembayaran
lembar 5 : untuk Arsip wajib pungut atau pihak lain sesuai dengan
ketentuan perundangan perpajakan yang berlaku
2.4.1. Pembayaran Masa
Ketika tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang
terutang untuk suatu saat atau masa pajak bagi masing-masing jenis pajak,
paling lama 15 hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa
pajak (pasal 9 ayat (1) UU No. 28/2007). Batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak diatur dalam pasal 9 UU No.28/2007 dan
peraturan mentri keuangan No. 184/PMK.03/2007.
Apabila wajib pajak terlambat membayar pajak sesuai dengan batas
waktu yang telah ditentukan untuk pembayaran masa, dikenal sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan yang dihitung dari tanggal
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 bulan.(pasal 9 ayat 2a UU No.28/2007).
2.4.2. Pembayaran Kekurangan Pajak (PPh pasal 29)
Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan harus dibayar lunas sebelum surat
9
pemberitahuan pajak penghasilan disampaikan. (pasal 9 ayat (2) UU
No.28/2007).
Apabila pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak dilakukan
setelah tanggal jatuh tempo penyampaian surat pemberitahuan tahunan,
dikenal sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan yang
dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian surat
pemberitahuan tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 bulan.(pasal 9 ayat (2b) UU No.28/2007).
2.4.3. Pembayaran ketetapan pajak
Pembayaran ketetapan pajak (surat tagihan pajak, surat ketetapan pajak
kurang bayar, serta surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, dan surat
keputusan keberatan, surat keputusan pembetulan, putusan banding, serta
putusan peninjau kembali), yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal
diterbitkan. (pasal 9 ayat (3) UU No.28/2007).
Apabila dalam pembayaran pajak wajib pajak mengalami betul-betul
kesulitan likuiditas diperkenankan mngejukan permohonan tertulis untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang terutang termasuk
kekurangan pembayaran pajak penghasilan dalam surat pemberitahuan
tahunan pajak penghasilan, meskipun tanggal jatuh tempo telah telewat
diberikan kelonggaran jangka waktu paling lama 12 bulan.
2.4.4. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian kelebihan pembayaran pajak telah diatur dalam pasal 11
UU N0. 28/2007 yaitu tentang hak wajib pajak untuk meminta kelmbalian
kelebihan pembayaran pajak, dengan catatan wajib pajak tersebut tidak
mempunyai utang pajak, dengan cara mengajukan permohonan tertulis
kepada direktur jendral pajak atau pejabat yang ditunjuk, dan batas waktu
penyelesaiannya setelah Direktur Jendral Pajak memeriksa permohonan
tersebut maka direktur pajak harus menerbitkan surat ketetapan pajak
selambat-lambatnya 12 bulan setelah surat permohonan diterima.
10
Cara pengembaliannya yaitu dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan
setelah diterima permohonannya sehubungan dengan diterbitnya surat
ketetapan pajak lebih bayar atau surat ketetapan pajak nihil. Sedangkan
jangka waktu untuk pengembalian kelebihan pembayaran pajak bagi wajib
pajak yang memperoleh kembalian paling lambat 3 bulan untuk pajak
penghasilan, dan 1 bulan untuk pajak pertambahan nihil.
Sedangkan sanksi berkaitan dengan surat ketetapa pajak lebih bayar
dilakukan setelah jangka waktu 1 bulan, pemerintah memberikan imbalan
bunga sebesar 2% sebulan atas keterlambatan pembayaran pajak, dihitung
sejak berakhirnya 1 bulan sampai dengan dilakukanya pembayaran, yaitu
ketika surat perintah membayar kelebihan pajak diterbitkan.
2.4.5. Penetapan dan Ketetapan Pajak
Prinsip self-assessment dalam pemenuhan kewajiban perpajakan adalah
bahwa Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar sendiri, dan melaporkan pajak yang terutang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya
pajak yang terutang dipercayakan pada Wajib pajak sendiri melalui Surat
Pemberitahuan (SPT) yang disampaikannya. Penerbitan suatu surat
ketetapan pajak hanya terbatas kepada wajib pajak tertentu yang disebabkan
oleh ketidak benaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data
fiskal yang tidak dilaporkan oleh wajib pajak.
2.4.5.1. Macam-macam Ketetapan Pajak
Dalam undang-undang pajak Nomor 28/2007 ditetapkan beberapa
ketetapan pajak yang di keluarkan dalam bentuk surat ketetapan, yaitu :
2.4.5.1.1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat ketetapan pajak kurang bayar adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,besarnya sanksi
administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
Fungsinya yaitu sebagai koreksi atas jumlah pajak terhutang menurut
SPT-nya, sebagai sarana untuk mengenalkan sanksi pajak, dan alat
11
untuk menagih hutang pajak. dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, tahun pajak, direktur
jendral pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar
dalam beberapa hal, sebagai berikut :
2.4.5.1.1.1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak
yang kurang dibayar.
2.4.5.1.1.2. Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu tertentu dan telah
di tegur secara tertulis.
2.4.5.1.1.3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPN dan PPABM
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisihnya lebih pajak atau
tidak seharusnya dikenai tarif 0%.
2.4.5.1.1.4. Apabila pasal 28 atau 29 tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang.
2.4.5.1.1.5. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan NPWP dan dikukuhkan
sebagai PKP secara jabatan.
Sanksi dalam SKPKB karena alasan (a) dan (b) maka pajak yang
kurang atau tidak dibayar ditambah bunga 2% sebelum maksimum 24
bulan, yang dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya
pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkan
SKPKB. Sedangkan alasan (b) (c) dan (d) pajak yang kurang atau tidak
dibayar ditambah denda sebesar 50% dari PPh yang kurang atau tidak
dibayar dalam satu tahun pajak (PPh yang dibayar sendiri) dan
kenaikan 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong/disetorkan
(PPH pasal 21, 22, 23, dan 26) dan 100% dari PPN dan PPnBM yang
tidak atau tidak dibayar.
2.4.5.1.2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT) adalah surat
keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan. Dan SKPKBT memiliki fungsi sebagai koreksi atas jumlah
yang terhutang menurut SKPKB atau SKPKBT sebelumnya, sarana
untuk mengenakan sanksi, dan alat untuk menagih pajak dan kenaikan.
12
Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT) dapat
diterbitkan apabila berdasarkan data baru diketahui bahwa dasar
penetapan SKPKB, SKPLB dan SKPN kurang dari yang semestinya,
dan dasar penetapan SKPKBT yang telah dikeluarkan kurang dari
semestinya SKPKBT dapat dikeluarkan lebih dari satu kali.
Bila sanksi dalam SKPKBT yang dikeluarkan pajak dalam SKPKBT
ditambah denda administrasi berupa kenaikan 100% dari jumlah
kekurangan pajak, tidak dikenakan sanksi administrasi jika SKPKBT
dikeluarkan berdasarkan keterangan tertulis dari wajib pajak sepanjang
Dirjen pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan.
2.4.5.1.3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Surat ketetapan pajak nihil (SKPN) adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah pajak penghasilan terutang sama dengan besarnya
kredit pajak, surat ketetapan pajak nihil ini diterbitkan untuk pajak
penghasilan apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang
terutang atau pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak, pajak
pertambahan nilai apabila jumlah kredit pajak sama dengan jumlah
pajak yang terutang, dan pajak penjualan atas barang mewah apabila
jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang
atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.
2.4.5.1.4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB) adalah surat keputusan
yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang. Fungsi SKPLB adalah sebagai alat atau sarana untuk
mengembalikan pajak.
Surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB) diterbitkan setelah
dilakukan pemeriksaan atas surat pemberitahuan yang disampaikan
wajib pajak yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang
tidak disertai dengan permohonan kelebihan pembayaran pajak. apabila
wajib pajak setelah menerima SKPLB dan menghendaki pengembalian
13
kelebihan pajak dan wajib mengajukan permohonan tertulis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) UU No.28/2007.
Jika pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah
jangka waktu satu bulan sejak SKPLB diterbitkan, pemerintah
memberikan imbalan bunga 2% perbulan atas keterlambatan
pembayaran kelebihan pajak tersebut.
2.4.6. Surat Tagihan Pajak (STP)
2.4.6.1. Pengertian Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan
pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan denda. Surat
Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat
ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan
dengan surat paksa.
STP diterbitkan dalam hal Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan
tidak atau kurang dibayar; Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan
pembayaran pajak akibat salah tulis dan atau salah hitung; WP dikenakan
sanksi administrasi denda atau bunga; pengusaha yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau
membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu; pengusaha yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur
pajak Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai
dengan masa penerbitan faktur pajak; atau Pengusaha Kena Pajak yang
gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan.
2.4.6.2. Fungsi surat tagihan pajak
2.4.6.2.1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terhutang SPT wajib pajak.
2.4.6.2.2. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.
2.4.6.2.3. Alat untuk menagih pajak.
Ada dua macam penagihan pajak diantaranya penagihan seketika
adalah pengihan yang dilaksanakan sebelum tanggal jatuh tempo
pembayaran dan tidak mengikuti jadwal waktu penagihan, sedangkan
14
penagihan sekaligus berarti ntuk seluruh jenis pajak (PPh,PPN, dan PPn,
PPnBM) serta biaya penagihan.
Negara mempunyai hak mendahului untuk tagihan pajak atas
barang-barang milik penaggung jawab. Ketentuan tentang pajak hak
mendahuluai meliputi pokok pajak, bunga, denda administrasi, kenaikan
dan biaya penagihan pajak,
Penagihan dengan surat paksa dilakukan jika wajib pajak tidak
melunasi utang pajak sesuai waktu yang telah ditentukan dalam surat
teguran (21 hari setelah tanggal surat teguran). Surat paksa ini
dikeluarkan oleh jurusita pajak negara dengan dibebani biaya penagihan.
Pencegahan menurut (pasal 29 UU No. 28/2007) dapat dilakukan
dengan syarat penanggung pajak mempunyai utang pajak sekurang-
kurangnya seratus juta rupiah dan penanggung pajak dragukan itikad
baiknya dalam melunasi pajak, pencegahan ini dapat dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 6 bulan.
Penyanderaan (pasal 33 UU No.19/2000) dapat dilakukan dengan
syarat penanggung pajak mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya
seratus juta rupiah dan penanggung pajak dragukan itikad baiknya dalam
melunasi pajak, pelaksanaan penyanderaan dilakukan pada saat surat
perintah penyenderaan diterima oleh penanggung pajak yang
bersangkutan dalam waktu 6 bulan.
Gugatan (pasal 37 UU No.19/2000) penanggung pajak terhadap
pelaksanaan penyanderaan hanya dapat diajukan kepada pengadilan
negeri, jangka waktu gugatan untuk penyanderaan diajukan selama
penanggung pajak dalam penyanderan, gugatan untuk pelaksanaan
penyanderaan tidak dapat diajukan setelah masa penyanderaan berakhir.
2.4.7. Keberatan dan Banding
2.4.7.1. Pengertian Keberatan dan Banding
Keberatan adalah cara yang ditempuh oleh Wajib Pajak jika merasa
tidak puas atau kurang puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan
15
kepadanya atau atas pemotongan / pemungutan oleh pihak ketiga. sebagian
besar Wajib Pajak melakukan proses keberatan karena Surat Ketetapan
Pajak (SKP) yang dianggap tidak adil. Dan surat ketetapan pajak itu
biasanya diterbitkan sebagai produk dari pemeriksaan pajak. Keberatan
umumnya didahului dengan proses pemeriksaan. Dan mengajukan
keberatan ini langsung ke Dirjen pajak.
2.4.8. Pembukuan dan Pencatatan
2.4.8.1. Pengertian Pembukuan dan Pencatatan
Pembukuan (pasal 1 angka 49, UU No. 28/2007) adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan
dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan Barang atau Jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir.
Pencatatan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran
bruto dan atau penjualan bruto dari usahanya dan penerimaan penghasilan
lainya dari luar usaha dengan tujuan untuk mempermudah pengisian surat
pemberitahuan, mempernudah penghitungan penghasilan kena pajak dan
mempermudah penghitungan PPN/PPnBM.
2.4.8.2. Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan
Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan Adalah untuk
mempermudah :
a. Pengisian SPT
b. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
c. Penghitungan PPN dan PPnBM,
d. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan
dan hasil kegiatan usaha/pekerjaan bebas
2.4.8.3. Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan/Pencatatan
a. Wajib Pajak (WP) Badan.
16
b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran
brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp. 600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah).
c. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
2.4.8.4. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan
a. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
b. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia
atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
c. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas.
d. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri
Keuangan.
e. Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
f. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
g. Dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan
serta dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas Wajib Pajak wajib disimpan selama sepuluh tahun.
2.4.8.5. Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata Uang Selain Rupiah
Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan dalam rangka Penanaman Modal Asing;
Kontrak Karya; Kontrak Bagi Hasil; BUT; dan WP yang berafiliasi dengan
perusahaan induk di luar negeri.
17
2.4.9. Penelitian, pemeriksaan dan penyidikan pajak
2.4.9.1. Penelitian
Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelengkapan pengisian surat pemberitahuan dan lampiran-lampirannya
termasuk penilaian tentang kebenaran peulisan dan penghitungannya.
Penelitian ini bersifat formal tentang kebenaran, supaya wajib pajak dalam
melakukan penulisan atau penghitungan serta kelengkapan lampirannya,
dan apabila terdapat kesalahan akan cepat di benarkan.
2.4.9.2. Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainya untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.(pasal 1 angka (25) UU No. 28/2007)
a. Tujuan dari pemeriksaan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah
1) Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan .
2) Melaksanakan ketentuan peraturan perundangan perpajakan.
Ruang lingkup pemeriksaan berkaitan dengan cara pemeriksaan terdiri
dari pemeriksaan lengkap yaitu pemeriksaan dilakukan di tempat wajib
pajak meliputi seluruh jenis pajak dan tujuan lain baik tahun berjalan
maupun tahun sebelumnya, pemeriksaan sederhana dapat dilakukan di
lapangan dan di kantor meliputi jenis-jenis pajak tertentu untuk tahun
berjalan dan tahun sebelumnya dengan teknik pemeriksaan dengan bobot
yang sederhana.
b. Tata cara pemeriksaan
Pemeriksaan dapat dilakukan berdasarkan tata cara yang ditentukan.
Tata cara yang di lakukan adalah :
1) Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan surat perintah
pemeriksaan (SPT) dan harus memperlihatkannya kepada wajib
pajak yang diperiksa.
18
2) Wajib pajak yang harus diperiksa harus memperlihatkan dan
meminjamkan buku atau catatan yang menjadi dasar yang
berhubungan dengan penghasilan dari kegiatan usahanya,
memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu guna kelancaran pemeriksaan, memberikan
keterangan yang diperlukan, dan wajib pajak berkewajiban untuk
mengungkapkan rahasia yang terikat kepadanya tu ditindakan
oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.
2.4.9.3. Penyidikan
Penyidikan adalah kelanjutan dari pemeriksaan yang menemukan hal-
hal yang tidak sesuai fakta, maka serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik untuk mencari atau mengumpulkan bukti yang dengan bukti
itu dapat membuat terang tentang tindak pindana di bidang perpajakan
yang terjadi serta menemukan tersangka. Dengan dasar penyidikan jika
ditemukannya bukti setelah diadakannya pemeriksaan adanya indikasi
tindakan pidana di bidang perpajakan, dan hanya dapat dilakukan oleh
pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan Dirjen pajak yang
memberikan wewenang khusus sebagai penyidik dibidang perpajakan.
Untuk cara mengadakan penyidikan, maka penyidikan
memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikannya hasil
penyidikannya kepada penuntut umum sesuai ketentuan UU No. 8 /1981
tentang hukum pidana. Dan untuk menghentikan penyidikan dalam hal ini
apabila terjadi peristiwa tidak terdapat cukup bukti, peristiwa tersebut
bukan merupakan tindakan pidana di bidang perpajakan, pristiwanya telah
daluwarsa, dan tersangka meniggal dunia.
2.4.10. Sanksi perpajakan
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dengan dua macam sanksi,
yaitu sanksi administarsi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi adalah sanksi
terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi ketentuan peratuaran perpajakan
akan di sanksi berupa pembayaran kerugian kepada negara, dapat berupa
19
bunga, dan denda. Sedangkan sanksi pidana menurut undang-undang
perpajakan sanksi pidana dibagi menjadi denda pidana, pidana kurungan, dan
pidana penjara. Yang dapat dikenakan kepada wajib pajak, pejabat pajak dan
pihak ketiga. Sehingga dapat dikenakan sanksi administrasi, sanksi pidana, atau
kedua-duanya.
2.4.11. Imbalan Bunga bagi Wajib Pajak
Wajib Pajak akan mendapatkan imbalan bunga dalam hal sebagai berikut :
1. Keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) Undang-Undang KUP;
2. Keterlambatan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (3) Undang-Undang KUP;
3. Kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B
ayat (4) Undang-Undang KUP;
4. Kelebihan pembayaran pajak karena pengajuan keberatan, permohonan
banding, atau permohonan peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau
seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1) Undang-
Undang KUP;
5. Kelebihan pembayaran pajak karena Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan
Pembatalan Ketetapan Pajak atas surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan
Pajak mengabulkan sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27A ayat (1a) Undang-Undang KUP; atau
6. Kelebihan pembayaran sanksi administrasi berupa denda Pasal 14 ayat (4)
dan/atau bunga Pasal 19 ayat (1) karena Surat Keputusan Pengurangan
Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi sebagai akibat diterbitkan Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang mengabulkan
sebagian atau seluruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (2)
Undang-Undang KUP.
20
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Dalam pembahasan Tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
yaitu mengatur ketentuan pelaksanaan perpajakan, baik bagi Pajak
Penghasilan maupun bagi Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, Pajak
Penjualan Barang Mewah dan lain sebagainya. Pada dasarnya memuat hal-
hal separti kewajiban-kewajiban wajib pajak, hak-hak wajib pajak, wewenang
pemerintah sebagai pemungut pajak, Kewajiban pemerintah sebagai
pemungut pajak, Ketentuan sanksi administrasi dan sanksi pidana atas
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan.
21