24
MAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter Dosen Pengampu: Teguh Sihono, M.M. & Supriyanto, M.M. Disusun Oleh: Kelompok II 1. Rizky Amalia Fajri (07404241041) 2. Asih Wijayanti (07404241044) 3. Tiya Arfiyanti (08404241009) 4. Chandra Widyadewa (08404241012) 5. Riska Dwi Syam A. (08404241014)

widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

MAKALAH KELOMPOK KE-2

ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok

mata kuliah Ekonomika Moneter

Dosen Pengampu:

Teguh Sihono, M.M. & Supriyanto, M.M.

Disusun Oleh:

Kelompok II

1. Rizky Amalia Fajri (07404241041)

2. Asih Wijayanti (07404241044)

3. Tiya Arfiyanti (08404241009)

4. Chandra Widyadewa (08404241012)

5. Riska Dwi Syam A. (08404241014)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI (R)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011

Page 2: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan sektor moneter dan

perbankan. Sebagai salah satu unsur penting, sektor moneter dan perbankan sering dianggap

mampu untuk memecahkan berbagai masalah ekonomi. Masyarakat secara positif masih

memiliki pemahaman bahwa kebijakan pemerintah atas sektor moneter dan perbankan

memiliki kekuatan yang lebih dari apa yang secara efektif dapat tercapai melalui instrumen

tersebut, akibatnya timbulah anggapan sektor moneter dan sektor perbankan mempunyai

fungsi yang mampu memberikan pelayanan bagi berlangsungnya sektor riil, kegiatan

investasi, kegiatan produksi, kegiatan distribusi, maupun konsumsi. Sangat beralasan tentang

upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dengan cara

merangsang pertumbuhan sektor riil. Dengan demikian dapat digambarkan adanya

pertumbuhan sektor riil yang memacu peningkatan belanja (pengeluaran) pemerintah akan

turut pula memacu meningkatnya jumlah uang beredar.

Jumlah uang beredar merupakan unsur yang cukup signifikan terhadap keadaan

perekonomian suatu negara yaitu hubungannya dengan tingkat inflasi. Perubahan jumlah

uang yang beredar ditentukan oleh hasil interaksi antara masyarakat, lembaga keuangan, serta

bank sentral. Proses bagaimana interaksi ini berjalan, akan dijelaskan dalam makalah ini,

mulai dari proses sederhana hingga yang lebih kompleks (lebih realistis).

Page 3: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Sederhana

Guna mengetahui proses yang sederhana tentang penciptaan kredit (dus juga proses

perubahan jumlah uang beredar) maka perlu dilakukan penyederhanaan keadaan yang

terjadi melalui penggunaan beberapa anggapan. Anggapan ini tentu saja tidak realistis.

Namun, apabila proses yang sederhana ini sudah dipahami dengan menanggalkan/

mengubah anggapan-anggapan tersebut, maka akan bisa dipahami proses yang lebih

kompleks tanpa kehilangan jejak.

Anggapan-anggapan itu adalah:

1. Cadangan minimum 10%

2. Masyarakat tidak akan mengubah jumlah uang kas yang dipegang (tidak ada

“cash drain” dalam proses)

3. Semua kelebihan reserves dipinjamkan (loaned up)

4. Hanya ada satu macam deposito (semuanya giro/demand deposit)

Memakai dasar anggapan tersebut, dengan segera proses penciptaan kredit dapat

dijelaskan. Misalnya, pada permulaannya Bank A dengan menggunakan haknya

meminjam uang pada bank sentral sebagai berikut:

Kekayaan Bank A Utang

Cadangan Kas Rp 1.000,00 Pinjam bank sentral Rp 1.000,00

Selanjutnya, Bank A tersebut meminjamkan uang Rp 1.000,00 ini kepada nasabahnya.

Karena anggapan tidak ada perubahan uang kas yang dipegang, nasabah tersebut

mendepositkan (demand deposit) pada Bank B. Perubahan neraca Bank B sebagai

berikut:

Bank B

Kekayaan Utang

Cadangan kas + Rp 1.000,00 Deposito + Rp 1.000,00

Page 4: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

Bank B hanya diwajibkan mempunyai cadangan minimum sebesar Rp 100,00 (= 10%

x Rp 1.000,00), sisanya dipinjamkan semuanya pada nasabah. Sehingga, neraca Bank B

berubah menjadi :

Bank B

Kekayaan Utang

Cadangan kas - Rp 100,00 Deposito + Rp 1.000,00

Pinjaman + Rp 900,00

Nasabah Bank B (perusahaan misalnya), yang memperoleh pinjaman sebesar Rp

900,00 ini kemudian dibayarkan pada buruhnya. Atas dasar anggapan nomor 2 buruh ini

mendepositokan semuanya pada Bank (perubahan neraca Bank B menjadi:

Bank B

Kekayaan Utang

Cadangan kas + Rp 90,00 Deposito + Rp 900,00

Pinjaman + Rp 810,00

Proses tersebut berjalan terus, misalnya Bank C memberikan kelebihan cadangannya

kepada nasabahnya. Perubahan neraca Bank menjadi:

Bank C

Kekayaan Utang

Cadangan + Rp 81,00 Deposito + Rp 810,00

Pinjam + Rp 729,00

Proses ini seterusnya berlangsung pada Bank D, E, F,……dan seterusnya. Secara

ringkas jumlah deposito (dengan demikian juga jumlah uang beredar) yang diciptakan

oleh sistem perbankan menjadi:

Page 5: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

1 Rp 1.000,00 = Rp 1.000,00

2 Rp 900,00 = 9/10 x Rp 1.000,00

3 Rp 810,00 = 9/10 x Rp 900,00 = 9/10 x 9/10 x Rp 1.000,00

Rp 729,00 = 9/10 x Rp 810,00 = 9/10 x 9/10 x 9/10 x Rp 1.000,00

Dan seterusnya

n n seterusnya

total Rp 10.000,00

Angka 9/10 adalah kelebihan di atas cadangan minimum. Apabila kelebihan cadangan

ini kita beri symbol dengan r, maka diperoleh:

r = 1 - R; dimana R adalah cadangan minimum (sebesar 10%)

r = 1 - 1/10 = 9/10

Angka Rp 1.000,00 adalah tambahan baru dalam deposito bank, apabila tambahan

deposito ini kita beri simbol ΔB, maka proses pertambahan deposito seluruhnya (D)

menjadi:

S = ΔB + rΔB + r2ΔB + ……… + rn-1ΔB

Kemudian persamaan ini kita kalikan dengan (1 - r), hasilnya:

(1 – r)D = (1 – r) (ΔB + rΔB + r2ΔB + ……… + rn-1ΔB)

= ΔB + rΔB + r2ΔB + ……… + rn-1ΔB

-rΔB – rΔB – r2ΔB - ………. - rn-1ΔB

-rnΔB

(1−r ) D=∆ B−r n ∆ B, kemudian hasil kali ini kita bagi dengan (1−r ) ,hasilnya:

D=∆ B−rn . ∆ B1−r

, atau

Page 6: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

D=∆ B 1−r n

1−r

Untuk mengetes formula, dapat dihitung besarnya total deposito setelah proses ke-3

D3, yakni:

D3= Rp 1.000.000,00¿]

= Rp 1.000.000,00 ¿]

= Rp 1.000.000,00 ¿]=Rp 2.710,00

Jumlah ini persis sama dengan total deposito sampai dengan Bank B (n = 3) yakni: Rp

1.000,00 + Rp 900,00 + Rp 810,00 = Rp 2.710,00. Karena r itu merupakan suatu

pecahan (r = 9/10) maka rⁿ akan makin kecil bahkan mendekati nol untuk n yang makin

besar, sehingga dapat diabaikan , sehingga formulasi selanjutnya menjadi:

D=∆ B 11−r

Formula ini selanjutnya dapat disederhanakan. Kita ingat bahwa r = 1-R maka 1- r =

1-1-R = R, sehingga persamaan diatas menjadi:

D= 1R ∆B

Total tambahan deposito (tambahan jumlah uang beredar) sebagai akibat tambahan

deposito mula-mula sebesar Rp 1.000,00 akan menjadi:

ΔD = 1/1/10 x Rp 1.000,00 = Rp 10.000,00

Apabila cadangan minimum (R) dinaikkan menjadi 20%, total tambahan deposito

akan menjadi:

11/15

x Rp 1.000,00=Rp 20.000,00 .

Untuk proses kontraksi (yakni pengurangan deposito) berjalan seperti di atas, tetapi

dengan arak berkebalikan.

B. Modifikasi Anggapan 2: Adanya Kebocoran Kas (Cash Drain)

Page 7: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

Dalam hal ini digunakan anggapan bahwa apabila deposito berubah, masyarakat akan

mengubah jumlah uang kas yang dipegang dengan proporsi (imbangan) tertentu,

misalnya untuk setiap Rp 10,00 transaksi deposito, mereka akan memegang uang kas Rp

5,00 lebih besar dari semula. Secara formula, anggapan ini dapat diformulasikan sebagai

berikut:

K = ΔCΔ D

Dimana:

K = Proporsi uang kas (terhadap deposito)

C = uang kas yang dipegang

D = transaksi deposito

Jadi, setiap bank yang memberikan pinjaman kepada nasabah sebesar kelebihan

cadangannya, oleh nasabah tersebut tidak semuanya didepositokn pada bank yang lain,

tetapi disimpan/ditahan dalam bentuk uang kas (merupakan “cash drain”)

Dengan demikian tambahan deposito mula-mula (ΔB) sekarang dipecah menjadi dua,

yakni uang kas dan deposito. Secara formula dapat dituliskan:

ΔB = R ΔD + ΔC

Dimana B ΔD adalah cadangan minimum dikalikan tambahan deposito yang

merupakan bagian dari ΔB yang tetap tinggal dalam bank. Apabila kita tuliskan

perubahan kas sebagai berikut:

ΔC = ΔD ΔCΔ D , maka dapat diperoleh:

ΔC = KΔD, dengan substitusi diperoleh:

ΔB =RΔD + KΔD

=(R + K)ΔD

ΔD = Δ BR+K atau ΔD = ( 1

R+K¿

Page 8: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

Dari formulasi ini jelas bahwa total tambahan deposito lebih kecil apabila

dibandingkan dengan keadaaan dimana tidak terdapat kebocoran kas (cash drain). Dalam

formula ini angka penggandanya lebih kecil:

( 1R+K

< 1R

¿

Contoh: apabila besarnya K = 5% (= 1/20), maka besarnya total tambahan deposito:

ΔC = Rp 1.000,00 ( 11/10+1/20

¿

= Rp 1.000,00 ( 13/20

¿

= Rp 6.667,00 (lebih kecil daripada Rp 10.000,00)

Kenapa demikian?

Tambahan deposito mula-mula ¿B) sebesar Rp 1.000,00 terbagi menjadi:

ΔB = R ΔD + ΔC

RΔD = Rp 6.667,00 (1/10)

= Rp 667,00

ΔC = Rp 337,00

Jelas disini, bahwa makin tinggi proporsi uang kas terhadap deposito (K), makin kecil

pula kemampuan perbankan menciptakan uang (dalam bentuk deposito). Dengan adanya

kebocoran kas, kini tidak lagi identik (sama) antara pertambahan jumlah uang beredar

dengan pertambahan deposito. Sekarang, tambahan jumlah uang beredar terdiri dari

tambahan deposito dan tambahan uang kas.

ΔM =ΔD + ΔC, dimana ΔM adalah tambahan jumlah uang beredar

ΔM = ΔD + KΔD

= (1 + K¿ ΔD

ΔM = Δ BR+K

(1+K )

Page 9: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

= ΔB 1+KR+K

Dengan menggunakan contoh angka-angka diatas:

ΔM = Rp 1.000,00 (1+1/201

10+ 1

20

¿

= Rp 1.000,00 (21203

20

¿

= Rp 7.000,00

Jumlah uang beredar bertambah dengan Rp 7.000,00, yang berbentuk tambahan

deposito sebesar Rp 6.667,00 dan sisanya Rp 333,00 berbentuk uang kas.

C. Modifikasi Anggapan 3: Adanya Kelebihan Cadangan

Anggapan ketiga adalah tidak adanya kelebihan cadangan. Semua kelebihan ini oleh

bank dipinjamkan semuanya. Beberapa bank (biasanya yang kecil) sering menahan

sejumlah tertentu kelebihan cadangan untuk berjaga-jaga menghadapi adanya

kemungkinan kekurangan cadangan. Adanya perubahan angapan ini tidak mengubah

proses penciptaan uang seperti pada modifikasi anggapan kedua. Seperti halnya tingkah

laku nasabah dalam menahan uang kas, disini bank juga dianggap menahan kelebihan

cadangan dalam proporsi tertentu terhadap deposito. Secara formula dapat ditunjukkan

sebagai berikut:

X= ∆ E∆ D

; dimana X adalah proporsi kelebihan cadangan yang ditahan terhadap

deposito, dan ∆ E adalah kelebihan cadangan yang ditahan.

Sekarang, tambahan deposito mula-mula berbentuk tiga, yakni tambahan deposito,

uang kas, dan kelebihan cadangan.

∆ B=R ∆ D+∆ C+∆ E ; dimana: ∆ E=∆ D ∆ E∆ D

∆ E=X ∆ D

Page 10: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

Dengan metode substitusi diperoleh hasil:

∆ B=R ∆ D+ K ∆ D+X ∆ D

¿∆ D(R+ K+X )

∆ D=∆ B 1R+K+ X

Persamaan ini menggambarkan proses penciptaan deposito. Perubahan jumlah uang

beredar dapat diperoleh dengan cara yang sama seperti modifikasi dua, yakni sebagai

berikut:

∆ M=∆ D(1+K )

∆ M=∆ B 1+KR+K+X

Contoh: Apabila diketahui X=5 %=1/20 , maka

∆ M=Rp 1.000,00 1+1/201/10+1/20+1/20

¿ Rp1.000,00 (214

)

¿ Rp5.250,00 .

∆ D=Rp1.000,00( 11/10+1/20+1/20

)

¿ Rp5.000,00

Jadi tambahan deposito mula-mula (∆ B) sebesar Rp 1.000,00 akan berbentuk

tambahan deposito (R ∆ D) sebesar Rp 500,00; berbentuk uang kas (K ∆ D) sebesar Rp

250,00 dan berbentuk kelebihan kas yang ditahan bank (X ∆ D) sebesar Rp 250,00.

Page 11: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

D. Modifikasi Anggapan 4: Adanya Pembedaan Giro dan Deposito Berjangka (Time

Deposit) dan Adanya Sektor Pemerintah

Satu pertanyaan yang penting disini adalah sampai seberapa jauh bank sentral dapat

mempengaruhi jumlah uang beredar? Dapatkah bank sentral menguasai sepenuhnya

jumlah uang beredar?

Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu akan dijelaskan satu konsep yang

penting dalam kaitannya dengan proses perubahan jumlah uang beredar, yakni “uang inti

(monetary base)”. Dikatakan uang inti karena merupakan pangkal/inti dari adanya uang.

Uang inti dapat didefinisikan sebagai utang neto dari penguasa moneter (pemerintah

c.q.bank sentral) yang ada ditangan masyarakat. Salah satu bentuknya adalah uang

kertas. Uang kertas inilah yang merupakan pangkal/inti dari peubahan jumlah uang

beredar. Tanpa uang kertas yang yang mula-mula diciptakan, tidak akan ada uang

beredar. Oleh karena itu disebut uang inti. Disamping uang kertas, uang inti juga

termasuk cadangan umum pada bank sentral. Secara formula:

MB=RS+C

Di mana:

MB adalah uang inti (monetary base)

RS adalah cadangan bank umum pada bank sentral

C adalah uang kertas

Dengan adanya pembedaan antara giro dan deposito berjangka, maka cadangan

minimumnya juga dibedakan. Deposito berjangka, cadangan minimum umumnya lebih

rendah. Demikian juga deposito dari pemerintah terkena cadangan minimum dengan

adanya ketiga jenis deposito ini, maka formulasi yang semula bentuknya D= 1R

RS, atau

dapat dituliskan RS=R . D, menjadi RS=R (D+T+G), dimana T adalah deposito

berjangka (time deposit), dan G adalah deposito pemerintah pada bank umum. Dari

formulasi terakhir ini tampak ada tiga yang dapat mempengaruhi jumlah uang beredar.

Pertama, masyarakat yang tercermin dalam D dan T, Bank sentral tercermin dalam R dan

peerintah tercermin dalam G.

Page 12: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

Salah satu faktor penting yang memengaruhi kemampuan bank umum untuk

menciptakan uang adalah perbandingan/proporsi antara uang kas dengan deposito yang

ingin dipegang oleh masyarakat, misalnya, untuk setiap Rp 1.000,00 deposito,

masyarakat memegang uang kas Rp 250,00. Jadi proporsi uang kas terhadap deposito

sebesar Rp 250,00Rp 1.000,00

=1/4. Apabila suatu ketika keinginan masyarakat memegang

uang kas turun, misalnya menjadi Rp 100,00 untuk setiap deposito Rp 1.000,00 (jadi

proporsinya turun menjadi 1/10) maka kemampuan bank umum untuk menciptakan uang

akan semakin kecil juga. Apabila proporsi ini kita beri simbol k, maka dapat

diformulasikan:

C = kD atau

K= C/D

Besar k dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya tingkat pendapatan, penggunaan

kartu kredit serta keadaan perekonomian pada umumnya. Makin tinggi tingkat

pendapatan masyarakat k cenderung makin kecil. Demikian pula makin banyak transaksi

yang pembayarannya dilakukan dengan kartu kredit maka k akan lebih kecil. Sebaliknya,

apabila keadaan ekonomi tidak stabil (misalnya karena keadaan inflasi) maka k akan

makin besar.

Meskipun deposito berjangka tidak masuk dalam pengertian atau definisi uang,

namun karena sering bank sentral mengenakan cadangan minimum maka hal ini akan

mempengaruhi keinginan masyarakat untuk mempunyai deposito berjangka. Dari sini

bisa diketahui berapa perubahan jumlah uang sebagai akibat perubahan uang inti. Untuk

jelasnya disini akan ditunjukkan bagaimana perubahan keinginan masyarakat

mempengaruhi jumlah uang. Apabila keinginan masyarakat ini di gambarkan atau

ditunjukkan dengan proporsi antara deposito berjangka dengan giro maka dapatlah secara

simbol dituliskan:

T = t D atau

t = T/D;

dimana:

T = Deposito berjangka

Page 13: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

t = Proporsi deposito berjangka terhadap giro (demand deposit).

Besarnya t sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga deposito berjangka. Makin tinggi

tingkat bunga atas deposito berjangka makin besar nilai t.

Cadangan minimum tidak hanya dikenakan atas deposito yang berasal dari

masyarakat, tetapi juga dikenakan atas deposito yang berasal dari pemerintah. Meskipun

deposito pemerintah ini tidak masuk dalam perhitungan jumlah uang, namun perubahan

proporsi deposito ini terhadap giro (demand deposito) akan mempengaruhi proses

perubahan jumlah uang. Apabila proposisi ini dinyatakan dengan symbol g, maka dapat

diformulasikan sebagai berikut:

G = g D atau

g = G/D

di mana G adalah deposito pemerintah yang besar kecilnya ditentukan dari

pendapatan (dari pajak) dan pengeluaran pemerintah.

Setelah faktor-faktor penting yang mempengaruhi proses perubahan jumlah uang

dijelaskan maka dapatlah kemudian disusun model untuk menentukan apa yang

dinamakan dengan “angka pelipat uang (money multiplier)” sebagai berikut:

M = D+C

MB = RS+C

RS = r(D+T+G)

C = Kd

T = tD

G = gD

Dengan substitusi diperoleh rumusan:

MB = r(D+T+G)+kD

MB = r(D+tD+gD)+kD

MB = [r(1+t+g)]D

Page 14: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

D = 1r (1+t +g )+k

MB

Dari rumusan C = kD, maka diperoleh:

C = kr (1+t +g )+k

MB

Kemudian rumusan ini dimasukkan ke dalam rumusan/definisi uang

M = D + C

M = 1r (1+t +g )+k

MB + 1r (1+t +g )+k MB

M = 1r (1+t +g )+k

MB

Angka pelipat uang (m):

m = 1+kr (1+t +g )+k

Dari formula ini jelas bahwa perubahan jumlah uang tidak haya ditentukan oleh bank

sentral saja, tetapi juga oleh masyarakat (melalui t dan k) serta pemerintah (melalui g).

Memang, factor utama yang mempengaruhi jumlah uang disini adalah cadangan

minimum (r). Haya bank sentral yang dapat mempengaruhi r. Tetapi hasil seluruhnya

terhadap jumlah uang masih tergantung pada sikap masyarakat. Jadi, kesimpulannya,

bank sentral tidak begitu mudah untuk mengatur jumlah uang beredar, karena ada banyak

faktor yang mempengaruhinya.

Dari uraian di atas nampak bahwa perubahan jumlah uang beredar merupakan hasil

interaksi masyarakat, perbankan dan otoritas moneter. Secara sederhana jumlah uang

beredar dapat dirumuskan sebagai berikut:

M = m MB

Angka pengganda uang (m) dipengaruhi masyarakat (melalui t dan k), pemerintah (g)

serta bank sentral (r). Demikian pula uang inti (MB) dipengaruhi oleh banyak faktor.

Page 15: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi uang inti. Uang inti adalah

kewajiban/utang moneter dari otoritas moneter (Bank Sentral) terhadap masyarakat

maupun bank umum. Uang inti dapat diketahui melalui neraca otoritas

Jumlah uang beredar terdiri atas:

a) Uang kartal yang beredar di luar Bank Indonesia, bank-bank umum serta di

luar kantor Bendahara Negara

b) Saldo Giro atu rekening koran yang bukan miliknya bank umum, pemerintah,

atau bukan penduduk

Oleh karena itu giro bank umum yang ada di bank Indonesia tidak dihitung dalam

jumlah uang beredar. Jumlah uang kartal dan giral tersebut disebut uang dalam arti

sempit ¿) dan apabila jumlah tersebut ditambah lagi dengan uang kuasi (deposito

berjangka yang belum jatuh tempo, tabungan, dan simpanan dalam valuta asing milik

penduduk yang disimpan di bank umum) disebut jumlah uang beredar dalam arti luas

(M 2) atau likuiditas perekonomian.

Page 16: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

BAB III

PENUTUP

Analisis jumlah uang yang beredar (JUB) ditentukan oleh hasil interaksi antara

masyarakat, lembaga keuangan serta bank sentral. Analisis jumlah uang beredar dapat dilihat

dari beberapa modifikasi anggapan sebagai berikut:

1. Anggapan pertama

Terdiri dari proses sederhana tentang penciptaan kredit (perubahan jumlah uang beredar).

Anggapan-anggapannya yaitu:

a. Cadangan minimum 10%.

b. Masyarakat tidak akan mengubah jumlah uang kas yang dipegang (tidak ada “cash

drain” dalam proses).

c. Semua kelebihan reserves dipinjamkan.

d. Hanya ada satu macam deposito.

2. Anggapan kedua

Adanya kebocoran kas (cash drain) yakni setiap bank memberikan pinjaman kepada

nasabah sebesar kelebihan cadangannya oleh nasabah tersebut tidak semuanya

didepositokan pada bank yang lain, tetapi disimpan atau ditahan dalam bentuk uang kas.

3. Anggapan ketiga

Adanya kelebihan cadangan. Pada realitanya beberapa bank sering menahan sejumlah

tertentu kelebihan cadangannya untuk berjaga-jaga menghadapi adanya kemungkinan

kekurangan cadangan sebagaimana tingkah laku nasabah dalam menahan uang kas.

4. Anggapan keempat

Adanya pembedaan Giro dan Deposito Berjangka. Uang inti merupakan konsep proses

yang berkaitan erat dengan jumlah uang beredar. Uang inti terdiri dari cadangan bank

umum pada bank sentral dan uang kertas. Dengan adanya pembedaan antara giro dan

deposito berjangka, maka cadangan minimumnya juga dibedakan.

Page 17: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter

DAFTAR PUSTAKA

Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku I. Yogyakarta: BPFE UGM

Page 18: widyadewa.files.wordpress.com · Web viewMAKALAH KELOMPOK KE-2 ANALISIS JUMLAH UANG BEREDAR Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ekonomika Moneter