Upload
hakiet
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Air adalah salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh
makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidup dan memelihara
kesehatan. Air yang mengisi lebih dari dua pertiga bagian dari seluruh
permukaan bumi, memberi tempat hidup yang 300 kali lebih luas dari pada
daratan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat langsung
digunakan untuk kepentingan mahluk hidup. Hanya 1% yang merupakan air
manfaat yang dapat dipergunakan sebagai air bersih, untuk menjadi air bersih
atau air minum harus mengalami suatu teknologi.
Pengolahan air dilakukan pada air baku yang tidak memenuhi standar
kualitas air bersih, sehingga unsur yang tidak memenuhi standar perlu
dihilangkan ataupun dikurangi, agar seluruh air memenuhi standar yang
berlaku. Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal adalah penggunaan
koagulan alami dari tanaman yang barangkali dapat diperoleh di sekitar kita.
Penelitian dari The Environmental Engineering Group di Universitas
Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi penggunaan berbagai
koagulan alami dalam proses pengolahan air skala kecil, menengah, dan
besar. Penelitian mereka dipusatkan terhadap potensi koagulan dari tepung
biji tanaman kelor atau Moringa oleifera.
Salah satu yang akan kami lakukan dalam pengujian eksperimen ini
adalah menggunakan biji kelor sebagai bahan baku untuk menjernihkan air
1
sungai yang keruh. Untuk memenuhi tugas pratikum mata kuliah pratikum
kesehatan lingkungan ini kami mengangkat tema “Pemanfaatan Biji Kelor
Sebagai Penjernihan Air Sungai yang Keruh”.
1. 2 Rumusan Praktikum
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan praktikum yang
diperoleh adalah bagaimana cara menjernihkan air sungai dengan biji kelor?
1. 3 Tujuan Praktikum
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka
tujuan dari praktikum ini adalah
1.3.1 Tujuan Umum
Memanfaatkan biji kelor untuk penjernihan air sungai yang keruh
dan mengukur tubiditas air sungai tersebut.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mempelajari cara penjernihan air sungai menggunakan biji kelor.
2. Melihat hasil setelah melakukan penjernihan air melalui biji kelor.
3. Membandingkan turbiditas air sebelum dan sesudah penjernihan.
1. 4 Manfaat Praktikum
Manfaat dari pratikum ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat
memahami dan menganalisis metode penjernihan air dengan biji kelor, serta
sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah pratikum kesehatan lingkungan.
2
BAB 2
DASAR TEORI
Pohon kelor (Moringa oleifera) diketahui mengandung polielektrolit
kationik dan flokulan alamiah dengan komposisi kimia berbasis polipeptida yang
mempunyai berat molekul mulai dari 6000 sampai 16000 dalton, mengandung
hingga 6 asam-asam amino terutama asam glutamat, mentionin dan arginin (Jahn,
1986). Sebagai bioflokulan, biji kelor kering dapat digunakan untuk
mengkoagulasi-flokulasi kekeruhan air (Jahn, 1986; Sani, 1990; Bina, 1991 dalam
Muyibi dan Evison, 1995; Narasiah dkk, 2002) (Pandia dan Husain, Jurnal
Pengaruh Massa dan Ukuran Biji Kelor pada Proses Penjernihan Air, 2005).
Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa oleifera) dapat dikatakan
sebagai penjernihan air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor
dapat menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang
terkandung dalam air. Proses penjernihan air ini memakai metode koagulasi-
flokulasi.
2.1 Koagulasi
2.1.1 Pengertian Koagulasi
Koagulasi secara umum didefinisikan sebagai penambahan zat
kimia (koagulan) ke dalam air baku dengan maksud mengurangi gaya
tolak-menolak antar partikel koloid, sehingga partikel tersebut dapat
bergabung menjadi flok halus. Koagulasi terpenuhi dengan
penambahan ion yang mempunyai muatan berlawanan dengan partikel
koloid.
3
Partikel koloid umumnya bermuatan negatif oleh karena itu ion-
ion yang ditambahkan harus kation atau bermuatan positif.
2.1.2 Proses Koagulasi
Pada proses koagulasi-flokulasi terdiri dari dua tahap besar, yaitu:
1. Penambahan koagulan
2. Pengadukan campuran koagulan-air umpan, yang terdiri dari:
a) Pengadukan Cepat
Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan
menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah,
serta untuk menghasilkan dispersi yang sama dari partikel koloid,
dan supaya meningkatkan kesempatan partikel untuk kontak dan
bertumbukan satu sama lain.
b) Pengadukan Pelan
Tujuan pengadukan pelan adalah menggumpalkan partikel
terkoagulasi berukuran mikro menjadi partikel flok yang lebih
besar. Flok ini akan beragregasi/ berkumpul dengan partikel-
partikel tersuspensi lainnya (Duliman, 1998). Setelah pengadukan
pelan selesai, flok yang terbentuk dibiarkan mengendap. Setelah
proses pralakuan koagulasi-flokulasi selesai, derajat keasaman
(pH) air umpan mikrofiltrasi akan turun.
2.2 Flokulasi
Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel
terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat
dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Proses flokulasi dalam pengolahan
4
air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok yang telah
dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel yang telah distabilkan selanjutnya
saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk
flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap.
Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan
dengan metode yang sama dengan pengadukan cepat pada proses
koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada
proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan
koagulasi.
2.3 Proses Pengolahan Air (Koagulasi-Flokulasi)
Air baku dari air permukaan sering mengandung bahan-bahan yang
tersusun oleh partikel koloid yang tidak bisa diendapkan secara alamiah
dalam waktu singkat. Partikel-partikel koloid dibedakan berdasarkan ukuran.
Jarak ukurannya antara 0,001 mikron (10-6 mm) sampai 1 mikron (10-3 mm).
Partikel yang ditemukan dalam kisaran ini meliputi:
1. Partikel anorganik, seperti serat asbes, tanah liat, dan lanau/silt
2. Presipitat koagulan
3. Partikel organik, seperti zat humat, virus, bakteri, dan plankton.
Dispersi koloid mempunyai sifat memendarkan cahaya. Sifat
pemendaran cahaya ini terukur sebagai satuan kekeruhan. Koloid merupakan
partikel yang tidak dapat mengendap secara alami karena adanya stabilitas
suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi karena gaya tarik van der Waal's dan
gaya tolak/repulsive elektrostatik serta gerak brown. Kestabilan koloid dapat
dikurangi dengan proses koagulasi (proses destabilisasi) melalui penambahan
5
bahan kimia dengan muatan berlawanan. Terjadinya muatan pada partikel
menyebabkan antar partikel yang berlawanan cenderung bergabung
membentuk inti flok.Untuk penghilangan zat-zat berbahaya dari air, salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah proses koagulasi dan flokulasi.
Koagulasi dan flokulasi merupakan proses yang terjadi secara berurutan
untuk mentidakstabilkan partikel tersuspensi, menyebabkan tumbukan partikel dan
tumbuh menjadi flok.
Proses koagulasi selalui diikuti oleh proses flokulasi, yaitu
penggabungan inti flok atau flok kecil menjadi flok yang berukuran besar.
Tahap awal dimulai dengan proses koagulasi, koagulasi melibatkan netralisasi
dari muatan partikel dengan penambahan elektrolit. Dalam hal ini bahan yang
ditambahkan biasanya disebut sebagai koagulan atau dengan jalan mengubah
pH yang dapat menghasilkan agregat/kumpulan partikel yang dapat dipisahkan. Hal
ini dapat terjadi karena elektrolit atau konsentrasi ion yang ditambahkan
cukup untuk mengurangi tekanan elektrostatis di antara kedua partikel.
Agregat yang terbentuk akan saling menempel dan menyebabkan
terbentuknya partikel yang lebih besar yang dinamakan mikroflok, dimana
mikroflok ini tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Pengadukan cepat
untuk mendispersikan koagulan dalam larutan dan mendorong terjadinya
tumbukan partikel sangat diperlukan untuk memperoleh proses koagulasi
yang bagus. Biasanya proses koagulasi ini membutuhkan waktu sekitar 1-3 menit.
Tahap selanjutnya dari proses koagulasi adalah proses flokulasi.
Flokulasi disebabkan oleh adanya penambahan sejumlah kecil bahan kimia
yang disebut sebagai flokulan (Rath & Singh, 1997). Mikroflok yang
6
terbentuk pada saat proses koagulasi sebagai akibat penetralan muatan, akan
saling bertumbukan dengan adanya pengadukan lambat. Tumbukan tersebut
akan menyebabkan mikroflok berikatan dan menghasilkan flok yang lebih
besar. Pertumbuhan ukuran flok akan terus berlanjut dengan penambahan
flokulan atau polimer dengan bobot molekul tinggi. Polimer tersebut
menyebabkan terbentuknya jembatan, mengikat flok, memperkuat ikatannya
serta menambah berat flok sehingga meningkatkan rate pengendapan flok.
Waktu yang dibutuhkan untuk proses flokulasi berkisar antara 15-20 menit
hingga satu jam.
2.4 Kekeruhan
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air , yang mengakibatkan
pembiasan cahaya ke dalam air. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya ke
dalam air. Kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan yang terapung, dan
teruraikan zat tertentu, seperti bahan organik, jasad renik, lumpur tanah liat,
dan benda lain yang melayang atau terapung sangat halus sekali. Semakin
keruh air, semakin tinggi daya hantar listriknya dan semakin pula padatannya.
( Kristanto, 2002)
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus),
maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan
mikroorganisme lain.
7
Kekeruhan sering di ukur dengan metode Nephelometrik. Pada metode
ini , sumber cahaya dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang
dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur dengan
menggunakan suspensi polimer fomazin sebagai larutan standart. Satuan
kekeruhan yang di ukur dengan Nephelometrik adalah NTU (Nephelometrik
Turbidity Unit). Batas maksimum kekeruhan yang diperbolehkan sebagai
persyaratan kualitas air bersih adalah 25 NTU.
8
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Rancang Bangun
Dalam praktikum ini mengambil sampel satu liter air sungai yang keruh
untuk setiap percobaan. Sebelumnya air diukur dahulu dengan turbidimeter.
Ada tiga percobaan, percobaan pertama adalah memasukkan 0,5 gram bubuk
biji kelor ke dalam satu liter sampel air. Percobaan kedua adalah
memasukkan 0.2 gram bubuk biji kelor ke dalam satu liter sampel air.
Percobaan ketiga adalah memasukkan 0.1 gram bubuk biji kelor ke dalam
satu liter sampel air.
Air tersebut ditempatkan pada botol plastik bervolume 1 liter. Biji kelor
yang telah ditumbuk dimasukkan ke dalam botol tersebut dan diaduk dengan
cara tertentu. Setelah didiamkan beberapa waktu, pada botol akan tampak dua
lapisan yaitu kotoran berada di atas dan air berada di bawah. Air yang sudah
dijernihkan diukur lagi dengan turbidimeter.
Praktikum penjernihan air ini menggunakan air sungai Mulyorejo yang
mana sungai tersebut masih banyak digunakan masyarakat disekitarnya
sebagai air untuk mencuci alat makan dan lain-lain. Dilihat dari kondisi
sungai yang sudah tidak layak digunakan sebagai sumber air bersih.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Botol plastik bervolume 1 liter
2. Pengaduk
9
3. Alat penumbuk
4. Saringan/ ayakan
5. Beker Glass
6. Turbidimeter
7. Timbangan digital
3.2.2 Bahan
1. Biji kelor kering yang sudah dikupas kulitnya.
2. Air sungai Mulyorejo.
3.3 Prosedur Kerja
1. Ambil tiga liter air sungai yang akan dijernihkan
2. Sebelum dijernihkan ukurlah kekeruhannya dengan turbidimeter
3. Lalu tuangkan Air dalam 3 botol plastik masing-masing berukuran 1 liter.
4. Siapkan Biji kelor kering yang sudah dikupas kulitnya.
5. Siapkan alat penumbuk, ayakan, pengaduk dan turbidimeter.
6. Lalu Biji kelor kering yang sudah dikupas ditumbuk sampai halus dan
diayak hingga halus membentuk bubuk.
7. Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan kurang sempurnanya
proses penggumpalan.
8. Timbang Biji kelor yang sudah ditumbuk demgan ukuran yang diinginkan
(0.5 gram, 0,2 gram dan 0,1 gram)
9. Campur tumbukkan biji kelor dengan sedikit air sampai berbentuk pasta.
Masukkan pasta biji kelor ke dalam air kemudian diaduk.
10. Masukkan tumbukan biji kelor masing-masing ukuran tersebut ke dalam
botol plastik , lalu diaduk secara cepat selama 60 detik.
10
11. Kemudian aduk lagi secara perlahan dan beraturan selama 5 menit.
12. Kemudian diamkan air tersebut selama 2-3 jam.
13. Pisahkan air dari endapan, hati-hati dalam proses pemisahan agar
endapan tidak ikut terangkat.
14. Air yang sudah dijernihkan, diukur tingkat kekeruhannya dengan
turbidimeter.
3.4
2.4 Lokasi Praktikum
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan di kost salah satu anggota dan
pengukuran turbiditasnya dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
3.5 Waktu Pelaksanaan Praktikum
Praktikum penjernihan air ini kami laksanakan pada tanggal 27 sampai
29 April 2013 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Praktikum
No. Kegiatan Tanggal
27 28 291 Pengeringan Biji Kelor2 Penyediaan Botol Plastik3 Pelaksanaan Praktikum
3.6 Rincian Biaya
Praktikum ini tidak mengeluarkan biaya karena beberapa alat tersedia
di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga serta didapatkan dari memanfaatkan botol plastik dan biji kelor
yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal.
11
12
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 1. Hasil Praktikum Penjernihan Air Dengan Biji Kelor
Kekeruhan Sebelum
(Dalam NTU)Biji Kelor
Kekeruhan Sesudah
(Dalam NTU)
48,5
0,5 gram 8.67
0.2 gram 4.29
0.1 gram 3.07
4.2 Pembahasan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
416/MENKES/PER/XI 1990 Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas
Air, kekeruhan air yang diperbolehkan adalah 25 NTU. Dari hasil Praktikum
penjernihan Air sungai dengan bubuk biji kelor didapatkan hasil 8,67 NTU untuk
bubuk biji kelor 0.5 gram , 4.29 NTU untuk biji kelor 0.2 gram dan 3.07 NTU
dengan biji kelor 0.1 gram. Hal ini artinya dalam praktikum penjernihan air
dengan bubuk biji kelor yang telah dilakukan kualitas air bertambah jernih dan
masih memenuhi persyaratan air bersih yang diperbolehkan. Dapat disimpulkan
pula bahwa dalam penjernihan air 1 liter lebih efektif / idealnya dengan 0.1 gram
bubuk biji kelor.
13
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Praktikum ini menggunakan biji kelor sebagai bahan koagulan untuk
penjernihan air dengan metode koagulasi dan flokulasi. Untuk mengetahui
apakah air tersebut telah memenuhi syarat kualitas air bersih, salah satu
indikatornya adalah mengukur tingkat kekeruhan.
Pemanfaatan biji kelor sebagai penjernih air adalah salah satu cara
cukup efektif dan efisien karena bahan baku dan teknik penjernihannya tidak
rumit ,sederhana dan murah. Hal yang perlu diperhatikan adalah biji kelor
terlebih dahulu dikupas dari kulit bijinya serta penumbukannya harus benar-
benar halus agar tidak mempengaruhi hasil penjernihan dan pengendapannya
tidak boleh lebih dari sehari atau 24 jam.
Berdasarkan hasil praktikum penjernihan air dengan biji kelor yang di
lakukan, didapatkan hasil yang lebih jernih dibandingkan kondisi air sebelum
penjernihan. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan biji kelor untuk
penjernihan air efektif karena biji kelor bersifat sebagai koagulan dalam
pengendapan flok.
5.2 Saran
Sebaiknya penjernihan air dengan biji kelor dipadukan dengan metode
filtrasi menggunakan batu-batuan, ijuk, dan sebgaianya atau dipadukan
dengan metode penjernihan air yang lainnya supaya hasil yang didapat
menjadi lebih jernih.
14
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Negara Riset dan Teknologi.2005.Penjernihan Air Dengan Biji Kelor
(Moringa Oleifera).http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?
mnu=6&ttg=5&doc=5b5.Diakses pada 1 Maret 2013
Rochintaniawati, Diana.Penjernihan Air Dengan Biji Kelor.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/DIANA_R
OCHINTANIAWATI/BIOLOGY_TERAPAN/
PENJERNIHAN_AIR.pdf.Diakses pada 1 Maret 2013
Pandia, Setiaty dan Amir Husin.2005.Pengaruh Massa dan Ukuran Biji Kelor
pada Proses Penjernihan
Air .http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15385/1/tkp-jul2005-
%20(4).pdf.Diakses pada 1 Maret 2013
Ravina, Louis. 1993.Coagulation and Floculation.Virginia:Zeta-Meter,Inc
Suryadiputra,I.N.N.1995.Pengantar Mata Kuliah Pengolahan
Limbah:Pengolahan Air Limbah Dengan Metode Kimia(Koagulasi dan
Flokulasi).Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor
Anonim.2009.KoagulasidanFlokulasi.http://bulekbasandiang.wordpress.com/
2009/03/26/koagulasi-dan-flokulasi.Diakses pada 2 Maret 2013
Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19736/5/Chapter
%20I.pdf.Diakses pada 13 April 2013
Anonim.2012. Definisi Koagulasi Dalam Koloid.http://vexillum-
nsr.blogspot.com/2012/04/definisi-koagulasi-dalam-koloid.html.Diakses
pada 2 Maret 2013
15
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 416/Men.Kes/Per/Ix/1990 Tentang Syarat-
Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air
16
LAMPIRAN
17
Gambar 1. Penumbuk Gambar 2. Timbangan Digital
Gambar 3. Beker GlassGambar 4. Biji kelor bersih
Gambar 5. Biji Kelor Kering yang sudah ditumbuk halus
Gambar 6. Turbidimeter
18
Gambar 7. Biji kelor yang telah ditimbang gambar 8. Ayakan
Gambar 9. Air sampel sungai mulyorejo
Gambar 10. Kondisi air setelah dicampur dengan koagulan biji kelor
19
Gambar 11. Kondisi air setelah 3 jam pengendapan
Gambar 12. Gayung kecil untuk memisahkan air
Gambar 13. Pengukuran kekeruhan air sebelum penjernihan
Gambar 14. Pengukuran kekeruhan air setelah penjernihan dengan 0.5 gram
bubuk biji kelor
20
Gambar 15. Pengukuran kekeruhan airsetelah penjernihan dengan 0.2 gram
bubuk biji kelor
Gambar 16. Pengukuran kekeruhan airsetelah penjernihan dengan 0.1 gram
bubuk biji kelor
Gambar 17. Bubuk biji kelor yang mengikat kotoran dan mengendap
Gambar 18 . Air setelah dipisahkan dari endapan
21
Endapan