64
p PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : a. bahwa Provinsi Sulawesi Selatan memiliki kekayaan yang potensial untuk dikelola secara baik agar fungsi dan kemanfaatannya dapat dikembangkan guna memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat; b. bahwa Kekayaan Daerah salah satu potensi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah; c. bahwa Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 4 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 39 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah secara substansi tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan tuntutan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, sehingga perlu ditinjau dan dilakukan penyederhanaan dalam pengaturannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu dibentuk Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan Rumah Negara Kepada Pegawai Negeri, sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 158); 2. Undang-Undang Nomor 47, Prp Tahun 1960 tentang 1

 · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

p

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

NOMOR 5 TAHUN 2008

TENTANG

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

Menimbang : a. bahwa Provinsi Sulawesi Selatan memiliki kekayaan yang potensial untuk dikelola secara baik agar fungsi dan kemanfaatannya dapat dikembangkan guna memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa Kekayaan Daerah salah satu potensi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;

c. bahwa Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 4 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 39 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah secara substansi tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan tuntutan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, sehingga perlu ditinjau dan dilakukan penyederhanaan dalam pengaturannya;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu dibentuk Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan Rumah Negara Kepada Pegawai Negeri, sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 158);

2. Undang-Undang Nomor 47, Prp Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara dan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2102 ) Juncto Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2687);

1

Page 2:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pengamanan dan Pengalihan Barang Milik/Kekayaan Negara Dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4073);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2007, tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

14.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

2

Page 3:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

15.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

16.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 1998 tentang Komponen Penetapan tarif Retribusi;

17.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

18.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

19.Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tahun 1988 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 50 );

20.Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 231);

21.Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Yang Menjadi Kewenangan Pemeritah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 235);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

dan

GUBERNUR SULAWESI SELATAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur

3

Page 4:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan;

4. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Selatan.

5. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

7. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha, yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

9. Kekayaan Daerah adalah semua harta benda berwujud yang dimiliki/dikelola oleh Pemerintah Daerah, baik bergerak maupun tidak bergerak, termasuk bagian-bagiannya, kelengkapannya serta peralatannya, kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya.

10. Pengelolaan kekayaan daerah adalah rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, penentuan kebutuhan, penganggaran, standarisasi barang dan harga, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penggunaan, pemeliharaan, pengembangan, penjualan, pengendalian, pengawasan, evaluasi, penghapusan, sewa beli, penggunausahaan, serta penatausahaan.

11. Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemanfaatan/penggunaan kekayaan daerah yang dimiliki/dikelola oleh Pemerintah Daerah.

12. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pungutan atas jasa pemanfaatan/penggunaan kekayaan daerah.

13. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

14. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

15. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang, sampai kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi, serta pengawasan penyetorannya.

16. Tanah adalah tanah yang dimiliki/dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

4

Page 5:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

17. Bangunan dan gedung adalah bangunan dan gedung yang dimiliki/dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

18. Ruangan adalah kamar tertutup atau terbuka dalam gedung/bangunan yang dimiliki/ dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang dapat digunakan untuk pertemuan/pesta, kegiatan perkantoran, kediklatan, pameran, dan sebagainya.

19. Alat berat adalah alat berat atau alat besar yang dimiliki/ dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

20. Barang/Peralatan adalah barang atau peralatan yang dimiliki/dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki kegunaan dan fungsi tertentu.

21. Sarana olah raga adalah tempat berolah raga yang dimiliki/dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

22. Dokumen/File adalah berkas/dokumen/file milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang berisi informasi/data/keterangan, baik cetak maupun elektronik, tidak termasuk yang bersifat rahasia negara/daerah.

23. Tempat rekreasi dan wisata adalah tempat rekreasi dan wisata yang dimiliki/dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

24. Sarana pelabuhan regional atau pelabuhan pemerintah daerah adalah sarana dan pelabuhan yang pengelolaannya berada dalam kewenangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

25. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD adalah surat yang digunakan wajib retribusi untuk melaporkan obyek Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang.

26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.

27. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya terutang.

29. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

5

Page 6:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II

NAMA, OBYEK DAN WAJIB RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa pemakaian kekayaan daerah.

Pasal 3

(1) Obyek Retribusi adalah pemakaian kekayaan daerah, meliputi :a. tanah;b. bangunan/gedung/ruangan;c. kendaraan/alat berat;d. barang, peralatan dan sarana laboratorium;e. sarana olah raga;f. dokumen/file daerah, baik cetak maupun elektronik;g. tempat rekreasi dan tempat wisata.h. sarana pelabuhan regional, pelabuhan sungai dan danau, serta

pelabuhan penyeberangan.

(2) Tidak termasuk obyek retribusi adalah pemakaian kekayaan daerah yang dipisahkan dan pemakaian kekayaan daerah yang sudah merupakan obyek pungutan retribusi tersendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4

Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak untuk memakai kekayaan daerah.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha.

BAB IV

PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 6

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi yang tergolong Retribusi Jasa Usaha adalah didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

6

Page 7:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BAB V

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 7

(1) Struktur tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis-jenis kekayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(2) Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan tarif pasar yang berlaku di wilayah Daerah atau di tempat lain di mana obyek retribusi itu berada.

(3) Struktur dan besarnya tarif retribusi tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

(4) Terhadap obyek retribusi lainnya, yang tidak disebutkan secara tegas dalam peraturan daerah ini, tetap dipungut retribusi dengan tarif yang mengacu pada obyek sejenis sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

(5) Rincian per jenis obyek retribusi yang dikelola oleh masing-masing SKPD ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur yang berpedoman pada tarif yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

BAB VI

WILAYAH PEMUNGUTAN DANSAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 8

Pemungutan retribusi atas pemakaian kekayaan daerah dilakukan dalam wilayah Daerah dan / atau di tempat kekayaan daerah berada.

Pasal 9

(1) Retribusi terutang dipungut oleh SKPD yang mengelola kekayaan Daerah.

(2) Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD.

7

Page 8:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BAB VII

CARA PEMUNGUTAN

Pasal 10

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Pemungutan retribusi diawali dengan pengisian SPdORD dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.

(3) Pemungutan retribusi dilakukan oleh petugas pemungut yang penunjukkannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

(4) Bentuk dan isi SPdORD serta tata cara pemungutan lebih lanjut ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

BAB VIII

CARA PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 11

(1) Besarnya retribusi yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi sesuai jenis obyeknya dengan tingkat penggunaan jasa.

(2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan jumlah dan/atau lamanya pemakaian kekayaan daerah.

(3) Retribusi yang terutang ditetapkan dengan SKRD.

(4) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

BAB IX

PEMBAYARAN DAN PENYETORAN RETRIBUSI

Pasal 12

(1) Pembayaran retribusi terutang harus dilakukan secara tunai/ lunas.

(2) Pembayaran dilakukan di Kas Daerah Provinsi Sulawesi Selatan atau di tempat pelayanan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Setiap pembayaran retribusi diberikan tanda bukti pembayaran retribusi dan dicatat dalam buku penerimaan retribusi daerah.

8

Page 9:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Pasal 13

(1) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat pelayanan, maka seluruh hasil penerimaan retribusi harus disetor di Kas Daerah Provinsi Sulawesi Selatan paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak saat diterima pembayaran retribusi, atau dalam waktu yang ditentukan oleh Gubernur.

(2) Tata cara pembayaran dan penyetoran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

BAB X

PENAGIHAN

Pasal 14

(1) Tindakan penagihan dilakukan terhadap wajib retribusi yang tidak melakukan pembayaran retribusi sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.

(2) Pengeluaran surat teguran atau surat peringatan sebagai awal tindakan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran.

(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(4) Apabila sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Wajib Retribusi belum melunasi utang Retribusinya, Pemerintah Daerah mengeluarkan STRD yang memuat utang pokok retribusi ditambah denda atau bunga.

(5) Bentuk dan isi STRD, serta tata cara penagihan lebih lanjut ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

BAB XI

KEBERATAN

Pasal 15

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan atas suatu SKRD atau STRD hanya kepada Gubernur atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung yang dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi.

(3) Keberatan disampaikan paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya SKRD atau STRD oleh wajib retribusi, kecuali apabila yang bersangkutan dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhinya karena keadaan yang di luar kekuasaannya.

(4) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada

9

Page 10:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 16

(1) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Gubernur atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini telah lewat dan Gubernur tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XII

RESTITUSI RETRIBUSI

Pasal 17

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian (restitusi) kepada Gubernur.

(2) Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Gubernur tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Gubernur memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 18

10

Page 11:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) diajukan secara tertulis kepada Gubernur dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :a. nama dan alamat wajib retribusi;b. SKRD atau STRD dan bukti pembayaran retribusi;c. besarnya kelebihan pembayaran;d. alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos.

(3) Bukti penerimaan oleh pejabat daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Gubernur.

BAB XIII

IZIN DAN LARANGAN

Pasal 19

(1) Gubernur memberikan izin pemakaian kekayaan daerah dan dapat melimpahkan kewenangannya kepada kepala/pimpinan SKPD atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Izin atas pemakaian kekayaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dipindahtangankan dengan alasan atau cara apapun kepada pihak lain tanpa persetujuan Gubernur atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin dan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

BAB XIV

PENGURANGAN DAN KERINGANAN

Pasal 20

(1) Gubernur dapat memberikan pengurangan atau keringanan pembayaran retribusi atas permohonan wajib retribusi.

(2) Pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan untuk kegiatan pendidikan, sosial dan keagamaan serta kepada wajib retribusi lainnya.

(3) Kriteria dan tatacara wajib retribusi memperoleh pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

BAB XV

KADALUARSA PENAGIHAN

11

Page 12:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Pasal 21

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan surat teguran;

b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Retribusi yang tidak dapat ditagih lagi karena kadaluarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihapuskan.

(4) Gubernur menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi yang telah kadaluarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

BAB XVI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 22

(1) Dalam rangka pembinaan atas pelaksanaan pemungutan retribusi, SKPD yang menjadi koordinator di bidang pendapatan daerah bersama SKPD yang terkait melakukan kegiatan pembinaan teknis, evaluasi, monitoring, dan pengendalian;

(2) Dalam rangka pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini lembaga pengawasan fungsional berwenang melakukan tindakan pemeriksaan;

(3) Tata cara pemeriksaan dibidang retribusi daerah berpedoman kepada ketentuan Perundang-Undangan yang berlaku.

BAB XVII

OPTIMALISASI PEMUNGUTAN

Pasal 23

(1) Sebagian penerimaan retribusi dapat dianggarkan untuk membiayai kegiatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan pelayanan dan optimalisasi pemungutan retribusi oleh SKPD pengelola.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

12

Page 13:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BAB XVIII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 24

Apabila wajib retribusi tidak membayar tepat waktu, atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar yang ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XIX

PENYIDIKAN

Pasal 25

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah dengan mengikuti tata cara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah.

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana pada huruf e;

h. memotret dan mengambil sidik jari seseorang yang berkaitan dengan

13

Page 14:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

tindak pidana retribusi daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan dan segera melaporkannya kepada penyidik Polri dan Penuntut Umum;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang -undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 26

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XXI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 39 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 4 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga beserta peraturan pelaksanaannya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 28

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 29

14

Page 15:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Ditetapkan di Makassarpada tanggal 19 Juni 2008

GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

Dr. H. SYAHRUL YASIN LIMPO, S.H., M.Si., M.H.

Diundangkan di Makassarpada tanggal

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN,

H. A. MUALLIM, SH, M.Si

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 5.

PENJELASAN

15

Page 16:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

NOMOR 5 TAHUN 2008

T E N T A N G

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

I. PENJELASAN UMUM

Untuk melakukan pembangunan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara maksimal dan berkelanjutan, Pemerintah Daerah memerlukan anggaran pendapatan yang memadai dan berkesinambungan. Untuk itu Pemerintah Daerah perlu melakukan pemberdayaan asset-asset yang dimilikinya secara maksimal untuk dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, dan di saat yang sama menyediakan pelayanan publik yang bermutu namun terjangkau oleh masyarakat umum.

Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan telah menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 4 Tahun 1999 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga dan juga Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 39 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dan telah diberlakukan selama ini dengan baik dan tanpa kendala yang berarti. Namun seiring dengan pertumbuhan asset yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan juga perkembangan kewenangan yang diterima oleh Pemerintah Daerah dalam rangka implementasi otonomi daerah, maka kedua peraturan daerah tersebut tidak mampu lagi mengakomodir perkembangan yang ada sehingga sudah saatnya dilakukan peninjauan kembali.

Selain karena perkembangan asset daerah serta penambahan tugas dan fungsi yang diemban oleh Pemerintah Daerah, alasan lain perlunya peninjauan kembali atas Peraturan Daerah No.4 tahun 1999 dan Peraturan Daerah Nomor 39 tahun 2001 adalah masalah tarif. Tarif atas retribusi yang tergolong Retribusi Jasa Usaha adalah tarif yang pada dasarnya mengacu kepada harga pasar yang berlaku atas pelayanan pemanfaatan asset yang bersangkutan, karena umumnya jasa ini dapat pula disediakan oleh pihak swasta maupun pemerintah daerah lainnya. Pertumbuhan harga pasar ini melaju dengan sangat cepat, terutama dalam hal pemanfaatan tanah, bangunan dan ruangan pertemuan. Akibatnya, tarif yang diatur dalam kedua peraturan daerah yang selama ini berlaku tertinggal cukup jauh. Jika terus dibiarkan, tarif retribusi yang rendah akan dapat merugikan usaha masyarakat umum yang bergerak di bidang yang sama. Tentu saja Pemerintah Daerah tidak boleh mematikan usaha masyarakat, bahkan sebaliknya harus mendorong dan memfasilitasi usaha tersebut agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam suasana persaingan yang sehat dan bermartabat.

Adapun penggabungan pengaturan materi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga menjadi satu kesatuan dengan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah didasarkan atas pertimbangan penyederhanaan peraturan perundang-undangan daerah dan juga efisiensi dalam pengelolaan administrasi pemungutan pada saat diimplementaskan. Sebelumnya, Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 1999 mengatur tentang retribusi tempat oleh raga khusus volly pantai, sedangkan Peraturan

Daerah Nomor 39 Tahun 2001 mengatur tentang retribusi atas penggunaan lapangan tenis, bulutangkis, basket dan lain-lain. Hal ini menimbulkan tumpang tindih dalam pengaturan tentang tempat olah raga yang dimiliki oleh Peermintah Daerah

16

Page 17:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

sehingga perlu disederhanakan. Penyederhanaan ini memungkinkan karena secara substantatif, karena tempat rekreasi dan olah raga adalah juga asset/kekayaan daerah yang dalam penggolongan retribusinya termasuk Retribusi Jasa Usaha sehingga secara umum perlakuannya tidak banyak berbeda. Perbedaannya hanya pada jenis obyek.

Dibandingkan dengan peraturan daerah yang lama, peraturan daerah ini lebih sederhana namun juga lebih komperhensif. Ada beberapa jenis tarif yang meningkat, namun juga ada yang menurun. Hal ini didasarkan atas hasil evaluasi atas pelaksanaan pemungutan retribusi yang telah berlangsung beberapa tahun. Sebagai konsekuensi logis dari kenaikan tarif dan penambahan obyek retribusi, Pemerintah Daerah harus meningkatkan kualitas pelayanan. Pelayanan pemerintah daerah harus dapat diakses dengan mudah, dan disukai oleh masyarakat karena bermutu dan terjangkau.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup jelas.

Pasal 2 : Termasuk jasa pemakaian kekayaan daerah adalah sewa, kerjasama pemanfaatan asset, dan pemanfaatan asset daerah lainnya sesuai fungsinya masing-masing.

Pasal 3 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Pasal 4 : Cukup jelas.

Pasal 5 : Digolongkan jasa usaha karena :(1) Retribusi jasa usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan

retribusi jasa umum atau retribusi perizinan tertentu;(2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersil yang

seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapat harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 6 : Yang dimaksud dengan keuntungan yang layak yaitu keuntungan yang dapat dianggap memadai jika jasa yang bersangkutan diselenggarakan oleh swasta.

Pasal 7 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Ayat (3) : Cukup jelas.

Ayat (4) : Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepastian hukum terhadap kemungkinan adanya kekayaan daerah yang

17

Page 18:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

belum terinventarisir, atau adanya kekayaan daerah baru pada waktu yang akan datang, yang mana obyek tersebut belum diatur secara tegas dalam peraturan daerah ini.

Ayat (5) : Cukup jelas.

Pasal 8 : Cukup jelas.

Pasal 9 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Pasal 10 :

Ayat (1) : Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun, dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan retribusi secara lebih efisien.

Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi, dan penagihan retribusi.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Ayat (3) : Cukup jelas.

Ayat (4) : Cukup jelas.

Pasal 11 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Ayat (3) : Cukup jelas.

Ayat (4) : Cukup jelas.

Pasal 12 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Ayat (3) : Cukup jelas.

Pasal 13 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Pasal 14 :

18

Page 19:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Ayat (1) : Cukup jelas.Ayat (2) : Cukup jelas.Ayat (3) : Cukup jelas.Ayat (4) : Cukup jelas.Ayat (5) : Cukup jelas.

Pasal 15 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Ayat (3) : Yang dimaksud dengan keadaan di luar kekuasaan adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak/kekuasaan wajib retribusi misalnya karena wajib retribusi terkena musibah bencana alam.

Ayat (4) : Cukup jelas.

Ayat (5) : Cukup jelas.

Pasal 16 :

Ayat (1) : Ayat ini mencerminkan adanya kepastian hukum bagi wajib retribusi, bahwa dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak saat surat keberatan diterima harus ada keputusan.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Ayat (3) : Cukup jelas.

Pasal 17 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Gubernur sebelum memberikan keputusan dalam hal kelebihan pembayaran retribusi harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Ayat (3) : Cukup jelas.

Ayat (4) : Cukup jelas.

Ayat (5) : Cukup jelas.

Ayat (6) : Imbalan bunga atas keterlambatan pengambilan kelebihan pembayaran retribusi dihitung dari batas waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB sampai dengan saat dilakukannya pembayaran kelebihan.

Pasal 18 :Ayat (1) : Cukup jelas.Ayat (2) : Cukup jelas.Ayat (3) : Cukup jelas.

Pasal 19 :Ayat (1) : Cukup jelas.Ayat (2) : Cukup jelas.Ayat (3) : Cukup jelas.

Pasal 20 :

19

Page 20:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Ayat (1) : Yang dimaksud dengan Pengurangan adalah pemberian kesempatan kepada Wajib Retribusi tertentu untuk memperoleh pengurangan jumlah retribusi yang harus dibayar. Pengurangan dapat meliputi pengurangan jumlah sanksi administrasi maupun pengurangan jumlah pokok retribusi.

Yang dimaksud keringanan adalah pemberian kesempatan kepada wajib retribusi tertentu untuk mengansur atau menunda pembayaran dengan syarat-syarat tertentu.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Ayat (3) : Cukup jelas.

Pasal 21 :

Ayat (1) : Saat kadaluarsa penagihan retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberi kepastian hukum kapan utang retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Huruf a : Dalam hal diterbitkan surat teguran atauu surat peringatan, kadaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian surat teguran atau surat peringatan tersebut.

Huruf b : Yang dimaksud dengan pengakuan utang secara langsung adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

Yang dimaksud dengan pengakuan utang secara tidak langsung adalah wajib retribusi tidak secara nyata langsung menyatakan bahwa ia mempunyai utang retribusi kepada Pemerintah Daerah.

Contoh : Wajib retribusi mengajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran, atau wajib retribusi mengajukan permohonan keberatan.

Ayat (3) : Cukup jelas.

Ayat (4) : Cukup jelas.

Pasal 22 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Ayat (3) : Cukup jelas.

Pasal 23 :

Ayat (1) : Cukup jelas.

Ayat (2) : Cukup jelas.

Pasal 24 : Sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan diberikan kepada Wajib Retribusi yang belum melakukan pembayaran dan/atau yang hanya membayar sebagian dari jumlah retribusi yang terutang sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

20

Page 21:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Pasal 25 :

Ayat (1) : Penyidik di bidang Retribusi Daerah adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang di angkat oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penyidikan di bidang Retribusi Daerah dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam ketentuan-ketentuan Hukum Acara Pidana yang berlaku.

Ayat (2) : Cukup Jelas.

Ayat (3) : Cukup Jelas.

Pasal 26 :

Ayat (1) : Pengenaan sanksi pidana ditujukan kepada Wajib Retribusi tidak melakukan pembayaran retribusi, atau membayar tidak lunas sampai dengan batas waktu yang diberikan, setelah dilakukan tindakan penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.

Ayat (2) : Cukup Jelas.

Pasal 27 : Cukup Jelas.

Pasal 28 : Cukup Jelas.

Pasal 29 : Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 237

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATANNOMOR : 5 TAHUN 2008

21

Page 22:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

TANGGAL : 19 JUNI 2008TENTANG : RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

A. TARIF RETRIBUSI PEMANFAATAN TANAH

  KRITERIA TANAH LOKASI KETERANGA

N

NO. JENIS PENGGUNAAN

DALAM WILAYAH

PEMERINTAH KOTA PER-M2

DALAM KOTA

IBUKOTA KABUPATEN PER-

M2

LUAR KOTA

IBUKOTA KABUPATEN PER-

M2

WAKTU PEMAKAI

AN

    (Rp) (Rp) (Rp)  

I. TANAH DAERAH DI LUAR MANFAAT JALAN        

1 Untuk rumah tinggal 1,000 750 500 /Tahun Bangunan Tidak Permanen

2 Untuk Lahan Usaha 2,000 1,750 1,500 /Tahun  a. Bangunan Darurat          B. Areal Parkir          C. Pool Matrial        

3 Untuk Tanaman Palawija atau Tanaman Musim Pendek (Per Tahun)

500

400

300 /Tahun  

           II TANAH LAHAN        

1 Lahan Perikanan (Empang/Tambak)      

Kriteria Produktif dan kurang produktif ditetapkan dengan Peraturan Gubernur

  a. Produktif Strategis     300 /Tahun

  b. Produktif     200 /Tahun  c. Kurang Produktif     100 /Tahun       

2 Lahan Pertanian      a. Produktif Strategis     200 /Tahun    b. Produktif     100 /Tahun    c. Kurang Produktif     50 /Tahun  

B. TARIF RETRIBUSI PEMAKAIAN BANGUNAN / GEDUNG / RUANGAN

22

Page 23:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

               

NO JENIS OBYEKDALAM

WILAYAHDI DAERAH

KAB/ DILUARKETERANGANIBU KOTA

PROVINSIKOTA

SESULSEL PROV.SULSEL

               1 Mess/pesanggrahan/ penginapan          A. Mess/Penginapan (Per orang/Hari):    

Tarif pemakaian Mess/ Penginapan berlaku untuk PNS Pemda dan Anggota DPRD, sedangkan bagi pengguna lainnya dikenakan tambahan sebesar 25% dari tarif tersebut.

    a. VIP 75,000 50,000 100,000     b. Standar 50,000 40,000 80,000     c. Ekonomi 40,000 30,000 50,000                B. Asrama (Per Orang/Bulan):          a. Pegawai            ~ Kapasitas 2 orang per

kamar 85,000 50,000  

    b. Mahasiswa            ~ Kapasitas 2 orang per

kamar 75,000 25,000 50,000

      ~ Kapasitas 4 orang per kamar

50,000    

2 Gedung Diklat/ Balai Latihan       Pengklasifikasia

n kamar VIP, Standar dan Ekonomi untuk Mess dan Gedung Diklat di atur dengan Peraturan Gubernur

  A. Kamar Diklat (/Orang/Hari):          a. VIP            Kegiatan Pemda/ DPRD 40,000 35,000        Organisasi lainnya 50,000 40,000                   b. Standar            Kegiatan Pemda/ DPRD 35,000 30,000        Organisasi lainnya 40,000 35,000                       c. Ekonomi / Paket

Pelatihan       

      Kegiatan Pemda/ DPRD 20,000 15,000          Organisasi lainnya 25,000 20,000                     B. Aula Diklat (Per Hari)     

 Tidak dikenakan

bagi pemakai yang telah menyewa

kamar Diklat 

Kapasitas :    a. 50-100 orang 350,000 200,000      b. di atas 100 s/d 200 orang 500,000 400,000      c. di atas 200 s/d 300 Orang 750,000 500,000  

  C. Ruang Belajar/Diskusi (/Hari) 300,000 200,000               

3 Ruangan/Aula :       A. Gedung Pertemuan/ Gedung Serbaguna (Per hari/Sekali

Pakai)    

    Kapasitas:        ,   a. Di bawah 100 Orang 750,000          b. Di atas 100-150 Orang 1,000,000          c. Di atas 150-200 Orang 1,500,000          d. Di atas 200-300 Orang 2,000,000          e. Di atas 300-400 Orang 2,500,000          f. Di atas 400-500 Orang 3,000,000                       B. Khusus Ruangan/Bangunan di Benteng Somba Opu:        a. Baruga / Aula 250,000          b. Rumah Adat 100,000      

NO JENIS OBYEK DALAM DI DAERAH KAB/

KETERANGAN

23

Page 24:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

WILAYAHIBU KOTA PROVINSI

KOTA SESULSEL

  C. Khusus Gedung Promosi KUKM, CCC:         a. untuk pertunjukan dan festival

(/Hari) :     

      Hall A (1,800 x Rp.10.000) 18,000,000          Hall B (1,800 x Rp.10.000) 18,000,000          Prefunction (900 x Rp.10.000) 9,000,000        b. Untuk perjamuan/pesta (Perhari)            Hall A (1,800 x Rp.8.000) 14,000,000          Hall B (1,800 x Rp.8.000) 14,000,000          Prefunction (900 x Rp.8.000) 7,200,000        c. untuk Pameran oleh masy.umum

(Per Hari) :     

      Hall A (1,800 x Rp.10.000) 18,000,000    

      Hall B (1,800 x Rp.10.000) 18,000,000    

      Prefunction (900 x Rp.10.000) 9,000,000    

    d. untuk Pameran oleh KUKM: Max.50% dari tarif umum  

    e. Untuk pertunjukan & seminar:      

     ~ untuk Pertemuan dan Seminar oleh masy.umum (Per Hari)

     

      Hall A (1,800 x Rp.8.000) 14,000,000    

      Hall B (1,800 x Rp.8.000) 14,000,000    

      Prefunction (900 x Rp.8.000) 7,200,000    

    ~  untuk Pertemuan/seminar oleh KUKM:

Max.50% dari tarif umum  

    f. Ruang Kantor (Per Bulan):            ~ Umum 2,600,000          ~ Tenant UKM 2,000,000        g. Ruang Meeting (Per Hari):      

      ~ Umum            8 x 9 m2 1,300,000          8 x 12 m2 1,600,000          ~ Tenant UKM            8 x 9 m2 1,000,000          8 x 12 m2 1,200,000                 4 Panggung Terbuka(Per Hari):      

  a. Pelataran Monumen Mandala          ~ Pameran (komersial) 2,500,000        ~ Non Komersial 2,000,000                   b. Open Stage Monumen Mandala          ~ Pameran (komersial) 3,000,000        ~ Non Komersial 2,500,000                 5 Rumah Dinas (Per Bulan):      

a. Type A (Luas Bangunan di atas 120 m2) 125,000 80,000  b. Type B (Luas Bangunan di atas 70-120 m2) 100,000 60,000    c. Type C (Luas Bangunan di atas 54-70 m2) 70,000 50,000    d. Type D (Luas Bangunan di atas 45-54 m2) 50,000 40,000    e. Type E (Luas Bangunan di atas 36-45 m2) 30,000 25,000    f. Type F (Luas Bangunan s/d 35 m2) 25,000 20,000               

JENIS OBYEK DALAM WILAYAH

DI DAERAH KAB/

KETERANGAN

IBU KOTA KOTA SESULSEL

24

Page 25:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

PROVINSI

6 Gedung Perkantoran        a. Ruangan Perkantoran (Per m2, Per

bulan)     

    ~ untuk usaha swasta (apotik, pertokoan)

10,000 7,500

Tarif ini tidak termasuk bagi hasil keuntungan yang diatur dalam Kontrak

         

    ~ Untuk Organisasi Mitra Pemerintah Daerah 7,500 5,000 Biaya Listrik

dan Telepon ditanggung oleh pemakai.

~ untuk Koperasi & Kantin (UKM) yang melayani masyarakat umum (rumah sakit, Samsat, dll) 7,500 5,000

    ~ untuk Koperasi & Kantin (UKM) khusus pegawai 5,000 2,500

7 Tempat Penitipan Anak (TPA) Inang Matutu Biaya ini sudah termasuk

konsumsi dan jasa pegawai

  a.  Harian (Per Orang /Hari)  10,000  b.  Bulanan  (Per Orang /Bulan)  75,000

8 Gedung Olah Raga Sudiang (Per Hari) 4,000,000    

9 Gedung Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an/LPTQ (Perhari)

2,000,000

10 Gedung Society the Harmony (Perhari) 2,000,000

11 VIP Room Emmy Saelan Bandara Hasanuddin (Per sekali pakai)

150,000    

             

C. TARIF RETRIBUSI PEMAKAIAN KENDARAAN / ALAT - ALAT BERAT

 NO. 

 JENIS PERALATAN

 

 HP

 

 KAPASITAS

 

SEWA ALAT PER HARI ( 7 JAM ) BAIK SEDANG RSK

RINGAN

25

Page 26:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

>80 - 100% 60 - 80% < 60 %(Rp.) (Rp.) (Rp.)

1 Asphalt Mixing Plant 150 50,0 T/jam 2,650,000 1,750,000 985,000

2 Asphalt Finisher 50 5.0 Ton 800,000 530,000 310,000

3 Asphalt Sprayer 15 800,0 Liter 140,000 91,000 53,000

4 Buldozer 100 - 150 HP 140 - 730,000 500,000 275,000

5 Compressor 4000 - 6500 L/M 80 - 210,000 135,000 78,000

6 Concrete Mixer 0,3 - 0.6 m3 15 500,0 liter 600,000 390,000 225,000

7 Crane 10 -15 ton 150 15 Ton 665,000 450,000 250,000

8 Dump Truck 3 - 4 m3 100 6 Ton 230,000 150,000 85,000

9 Dump Truck 125 8 Ton 300,000 200,000 115,000

10 Excavator 80 - 140HP 80 0,5 M3 765,000 500,000 300,000

11 Flat bed truck 3 - 4 m3 100 4,0 M3 265,000 175,000 100,000

12 Generator set 175 125 KVA 135,000 86,500 52,000

13 Motor grader > 100 HP 125 - 1,035,000 680,000 385,000

14 Track Loader 75 - 100 HP 90 1,6 M3 530,000 345,000 200,000

15 Wheel Loader 1,0 - 1,6 m 3 105 1,5 M3 860,000 560,000 330,000

16 Theeer Wheel Roller 6 - 8 T 55 8 Ton 1,212,000 790,000 455,000

17 Tenden Roller 6 - 8 T 50 8 Ton 765,000 500,000 300,000

18 Tire Roller 8 - 10 T 60 10 Ton 600,000 400,000 250,000

19 Vibratory roller 5 - 8 T 75 7 Ton 665,000 430,000 265,000

20 Concrete Vibrator 10 - 80,000 52,000 32,000

21 Stone Crusher 220 50 T/Jam 1,300,000 850,000 500,000

22 Water Pump 7 - 100 mm 6 - 152,000 100,000 75,000

23 Water Tanker 3000 - 4500 L 100 4000 liter 235,000 155,000 90,000

24 Pedestrian Roller 11 1,0 Ton 112,000 80,000 42,000

25 Temper 5 0,2 Ton 165,000 110,000 62,000

26 Jack Hammer 3 - 35,000 25,000 15,000

27 Fulvi Mixer 75 - 160,000 100,000 65,000

28 Concrette Pump 100 8 M3 465,000 295,000 168,000

29 Trailer 20 Ton 175 10 Ton 450,000 290,000 165,000

30 Pile Driver + Hammer 25 2,5 Ton 650,000 412,000 140,000

31 Crane On Track 35 Ton 125 35 Ton 1,300,000 798,000 460,000

32 Welding Set 40 250 AMP 72,000 50,000 30,000

33 Bore Pile Machine 150 2000 Meter 4,500,000 2,950,000 1,750,000

34 Asphalt Liquid Mixer 5 1000 Liter 62,000 40,000 35,000

35 Trailler 15 Ton 150 15 Ton 265,000 175,000 110,000

36 Cold Milling 125 - 630,000 410,000 245,000

37 Rock Drill Breaker 3 - 40,000 30,000 15,000

D. TARIF RETRIBUSI PEMANFAATAN BARANG, PERALATAN DAN SARANA LABORATORIUM

I. BIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI

26

Page 27:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

No. OBYEK RETRIBUSI TARIF (RP) KETERANGAN

a. Pemanfaatan Sarana Laboratorium:

1 Pengujian/pemeriksaaan : batuan/mineral 132,500 /Sampel

2 Pengujian/pemeriksaaan : Air 75,000 /Sampel

b. Permakaian Peralatan:1 Peralatan Geolistik 50,000 Per titik2 Alat Seismik 50,000 Per Bentang

3 Alat Magnet 35,000 Per meter persegi

4 Alat Ukur Topografi 15,000 Per hari5 Alat Topo (EDM/T.Station) 15,000 Per titik6 Alat Logging Test 50,000 Per titik7 Alat Soundir 75,000 Per titik8 Alat Oseanografi 15,000 Per titik9 Alat Sampling 10,000 Per titik

10 Alat Sounding (Batimetri) 20,000 Per meter persegi

11 Peralatan mesin bor :a. Mesin Bor Air Bawah Tanah (ABT) 5,000,000 Per Bulanb. Mesin Pompa Sirkulasi 2,500,000 Per Bulan

c. Sewa Rod/Stan Bor 100,000 Per Batang/Bulan

12 Pemboran Coring/Teknik:a. Mesin Bor 2,500,000 Per Bulanb. Mesin Pompa Sirkulasi 1,000,000 Per Bulan

c. Sewa Rod/Stan Bor 50,000 Per Batang/Bulan

13 Peralatan pengolahan Marmo 5,000 Per meter persegi

14 Peralatan pengolahan Peramata 2,500 Per Biji15 Alat Current Meter 15,000 Per hari16 Alat GPS :

a. Navigasi 10,000 Per harib. Mapping 30,000 Per haric. Geodetik 50,000 Per hari

         

II. BIDANG PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

No. URAIAN TARIF (Rp) KETERANGAN

Pemanfaatan Laboratorium

1 Pengujian Benih Padi 2,- /Kg  

2 Uji Residu Pestisida 250,000.00/Sampel

3 Uji Mutu Pestisida 85,000.00/Sampel

III. BIDANG PERIKANAN DAN KELAUTAN

NO Obyek / Produk Kegiatan Tarif ( 2008 ) KET

27

Page 28:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Ekspor Antar Prop(Rp/ Kg) (Rp/ Kg)

Pemanfaatan Laboratorium:

Pengujian Mutu Hasil Perikanan

1 Ikan/ Udang/ Lobster/ Kepiting Hidup Organoleptik 75 30

2 Udang/ Lobster Segar Organoleptik 50 30

3 Ikan/ Daging Ikan/ Kepiting/ Gurita, Cumi, Sotong Segar Organoleptik 30 30

4 Teripang/ Telur Ikan Terbang Kering Organoleptik 60 30

5 Udang/ Lobster Beku Organoleptik/ Mikrobiologi 140 50

6 Ikan/ Daging Ikan/ Kepiting/ Gurita, Cumi, Sotong Beku

Organoleptik/ Mikrobiologi 75 50

7 Teripang/ Telur Ikan Terbang Beku Organoleptik/ Mikrobiologi 100 50

8 Produk Perikanan Lainnya Organoleptik 30 30

9 Produk Perikanan Lainnya Organoleptik/ Mikrobiologi 75 50

IV. BIDANG PERKEBUNAN

No. OBYEK TARIF (RP) KETERANGAN

1 Tarif Pemeriksaan Tanaman :      - Kebun Induk 1,500,-/pohon    - Kebun Entres 1,250,-/pohon    - Blok Penghasil Tinggi 1,250,-/pohon    - Kebun Penangkaran 30,000,-hektar    - Kebun Perbanyakan 1,000,-/pohon         2 Tarif Pemeriksaan Benih :      - Bibit Asal Biji (Kecuali Kelapa sawit) 50,-/batang    - Bibit Hasil Sambungan 100,-/batang    - Bibit Asal Stek (Entres) 50,-/batang    - Bibit Asal Rizome 50,-/batang    - Bibit Asal T.S.E.G (Kultur Jaringan) 100,-/batang    - Bibit Kelapa Sawit 100,-/batang    - Stek atau Entres 25,-/batang         3 Tarif Pengujian Mutu Benih :    

  - Daya Kecambah 250,-/Kg dan 10,-/biji Bagi benih ukuran besar dihitung per biji sedangkan bagi benih uk. Kecil dihitung per

Kg.

  - Kadar Air 150,-/Kg dan 5,-/biji   - Kemurnian Fisik 100,-/Kg dan 2,-/biji   - Tetrazodium 500,- /Kg             

V. BIDANG PETERNAKAN

No. OBYEK TARIF (Rp) KETERANGAN

28

Page 29:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

A. PEMERIKSAAN ORGANOLEPTIK

1 Daging dan Olahannya 10,000 / Sampel2 Jeroan 10,000 / Sampel3 Susu dan Olahannya 10,000 / Sampel4 Telur Konsumsi 10,000 / Sampel5 Kulit Kering

a. Sapi, Kerbau 1,000 / Sampelb. Kambing 200 / Sampel

6 Kulit Bsaha. Sapi, Kerbau 250 / Sampelb. Kambing 50 / Sampel

7 Tanduk 100 / Kg8 Tulang 10 / Kg

B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

a. Uji Fisik1 PH, Warna, bau, rasa dan tekstur 10,000 / Sampel2 Uji Kimia 10,000 / Sampel3 Uji Lemak Susu 20,000 / Sampel4 Uji Bakteriologi 20,000 / Sampel

b. Uji Mutu PPAH Cemaran Mikroba1 Uji TPC 38,500 / Sampel2 Uji E. Coli 75,500 / Sampel3 Uji Colifrom 37,500 / Sampel4 Uji Salmonelia Sp 75,000 / Sampel5 Uji Salmonelia Sp dan Strephylococcus 150,000 / Sampel6 Uji Funiside 50,000 / Sampel7 Kapang 50,000 / Sampel

c. Uji Residu1. Residu Antibiolika :~ Uji tapis (Screening) 150,000 / Sampel~ Komfirmasi Golongan PC's 150,000 / Sampel~ Komfirmasi Golongan TC's 235,000 / Sampel~ Komfirmasi Golongan ML's 200,000 / Sampel~ Komfirmasi Golongan AG's 200,000 / Sampel

2. Residu Sulfonamida :~ Sulfa (Screening) 187,500 / Sampel~ Komfirmasi Sulfa 250,000 / Sampel~ Klopido 250,000 / Sampel~ Nicarbosina 200,000 / Sampel

3. Residu Hormon 375,000 / Sampel

4. Residu Pestisida 1,250,000 / Sampel

5. Residu Logam Berat 225,000 / Sampel

No. OBYEK TARIF (Rp) KETERANGAN

d. Uji Mutu Pakan Ternak1. Proximat~ Kadar Air 10,000 / Sampel

29

Page 30:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

~ Kadar Abu 10,000 / Sampel~ Kadar Protein Kasar 60,000 / Sampel~ Kadar Lemak Kasar 15,000 / Sampel~ Kadar Serat Kasar 30,000 / Sampel

2. Mineral~ Kadar Kalsium 15,000 / Sampel~ Kadar Posfor 15,000 / Sampel

3. Gros Energi 30,000 / Sampel

4. Aflatoxin~ Kuantitatif (HPLC) 215,000 / Sampel~ Kualitatif (TLC) 150,000 / Sampel~ Elisa 30,000 / Sampel

VI. BIDANG KEHUTANAN

No. URAIAN TARIF (Rp) KETERANGAN

Pemeriksaan, Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan

1 Kayu:a. Kayu Bulat 1,500 / m3

b. Kayu Olahan 5,000 / m3

c. Kayu Gergajian 3,000 / m3

2 Non Kayu 3,500 / Ton

3 Pengujian Mutu Hasil Hutan: 25,000 / Pengujian

VII. BIDANG PRASARANA WILAYAH

NO OBYEK TARIF (RP) KET

       1 Penyilidikan Tanah (Survey lapangan )      1 Pemboran tangan per meter 73,500 / Sampel

30

Page 31:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

  2 Pengambilan contoh tanah asli 21,000 / Sampel  3 S. P . T 21,000 / Sampel  4 Pemboran mwsin (tanah/meter) 73,500 / Sampel  5 Pemboran mwsin (batu/meter) 94,500 / Sampel  6 Sumur uji/meter 12,800 / Sampel  7 Geo listrik/meter 315,000 / Sampel  8 Penyondiran /titik max 20 x meter 189,800 / Sampel  9 Seismic/meter rentang 15,800 / Sampel  10 Ventes/titik 21,000 / Sampel       2 Penyilidikan bahan beton ( Lab )    1 Ph air 14,300 / Sampel  2 Konsistensi normal semen 26,600 / Sampel  3 Kuat tekan mortar 12,900 / Sampel  4 Berat jenis semen 23,300 / Sampel  5 Pengikatan awal semen 23,300 / Sampel  6 Kadar air semen 4,500 / Sampel  7 Bobot isi 5,000 / Sampel  8 Ketepatan bentuk/buah 9,800 / Sampel  9 Kehalusan seme 34,700 / Sampel     3 Pengujian agregat beton    1 Abrasi/contoh 26,300 / Sampel  2 Gradasi/contoh 24,200 / Sampel  3 Berat jenis /contoh 24,200 / Sampel  4 Berat isi/contoh 8,600 / Sampel  5 Kadar lumpur/contoh 12,900 / Sampel  6 Kadar organik/contoh 10,400 / Sampel  7 MIX design/K 210,000 / Sampel  8 Modifikasi/set 63,600 / Sampel  9 Soundness-kasar 84,800 / Sampel  10 soundness-halus 69,600 / Sampel  11 Sand equivalen 17,100 / Sampel

  12 Gumpalan lempung dan partikel yang mudah hancur 12,900 / Sampel

  13 Bahan yang lolos ayakan 200 12,900 / Sampel     4 Pengukian beton keras (jadi)      1 Kuat tekan /buah 8,400 / Sampel  2 Kuat tekan tidak langsung/buah 8,400 / Sampel  3 kuat lentur/buah 8,400 / Sampel  4 Kuat tekan dengan hammer test /titik 1,100 / Sampel  5 Pemboran beton /buah 63,000 / Sampel  6 Kuat tarik besi 13,900 / Sampel  7 Kuat tekan besi 13,900 / Sampel  8 Kuat tarik besi 8,400 / Sampel  9 Gorong-gorong 46,200 / Sampel  10 Bantalan karet 57,800 / Sampel  11 sand cone/titik 18,900 / Sampel

NO. OBYEK RETRIBUSI TARIF (RP) KETERANGAN

5 Pekerjaan laboratorium      1 Ayakan 24,200  2 Berat jenis 24,200  3 Berat isi 11,600  4 Abrasi 26,300 Per Sampel  5 Atterberr 16,800 Per Sampel  6 Kepipihan 24,200 Per Sampel  7 Soundness 69,600 Per Sampel  8 Sand Equ 17,100 Per Sampel

31

Page 32:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

  9 EXT 26,300 Per Sampel  10 Kadar air 8,400 Per Sampel  11 Pemadatan tanah biasa 64,400 Per Sampel  12 Pemadatan tanah pilihan 84,000 Per Sampel  13 Mix Pemadatan sub base}+base 210,000 Per Sampel  14 Design CBR 210,000 Per Sampel  15 Mix Design (Hot Mix) 276,900 Per Sampel  16 viscositas 26,300 Per Sampel  17 penyulingan 30,900 Per Sampel  18 Penetrasi 21,600 Per Sampel  19 Dektilitas 16,700 Per Sampel  20 Kelarutan CCL4 11,300 Per Sampel  21 Berat jenis 12,200 Per Sampel

22 Titik nyala 15,800 Per Sampel23 Kelekatan 20,600 Per Sampel24 Kadar air 15,300 Per Sampel25 Destilasi 30,900 Per Sampel26 Residu aspal 30,900 Per Sampel27 Extrasi 47,300 Per Sampel28 Pengendapan 30,900 Per Sampel29 Kelekatan aspal terhadap batuan keras 15,300 Per Sampel30 Kelekatan aspal terhadap pengadukan 15,300 Per Sampel31 Analisa saringan 24,200 Per Sampel32 Pengambilan aspal dari drum 63,000 Per Sampel33 Pengambilan aspal dari tangki 56,400 Per Sampel34 Pengambilan aspal dari jalan 69,900 Per Sampel35 Pengambilan aspal dari aspal Buton 57,200 Per Sampel36 Pengambilan aspal dari aspal cair 57,200 Per Sampel37 uji bintik (spot test) 11,300 Per Sampel

6 Penyilidikan bahan beton ( Lab )1 Coredrill 18,000 Per Sampel2 Sandcone/cutter 24,000 Per Sampel3 CBR 27,000 Per Sampel

I Penyelidikan tanah idem dngn bangunan jembatan

II Uji mortar 12,900 Per Sampel

III Uji bata merah/buaha. Elemen berat 3,000 Per Sampelb. Kadar garam 2,700 Per Sampelc. Kuat tekan 11,000 Per Sampeld. Penyerapan air 4,500 Per Sampel

NO. OBYEK RETRIBUSI TARIF (RP) KETERANGAN

IV Uji kayua. kadarair/buah 3,800 Per Sampelb. Berat jenis kering udara 3,800 Per Sampelc. Kekerasan/buah 3,800 Per Sampeld. kuat tekan/buah 3,800 Per Sampele. Kuat geser/buah 3,800 Per Sampelf. Kuat tarik/buah 3,800 Per Sampelg. Kuat lentur 3,800 Per Sampelh. Penetrasi 3,800 Per Sampeli. Pengeringan 120 m 78,800 Per Sampel

32

Page 33:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

VIII. BIDANG TATA RUANG DAN PERMUKIMAN

No. OBYEK JENIS PENGUJIAN TARIF (Rp) LAMA

PENGUJIAN KETERANGAN

Pengujian Bahan Bangunan1 Pasir Analisa Saringan 54,500 3 Hari

Kadar Lumpur 54,500 3 Hari109,000

2 Paving Blok Kuat Tekan 67,500 1 Hari

3 Kerikil/Sirtu Abrasi 89,400 3 HariKadar Lumpur 89,400 3 Hari

178,800

4 Batu Gunung, Batu Kali Abrasi 131,000 3 Hari

5 Batu Bata Merah Kuat Tekan 125,000 7 HariPenyerapan Air 60,000 3 Hari

185,000

6 Kubus Beton/ Selinder Beton Kuat Tekan 67,500 1 Hari

7 Tegel Keramik/Genteng Kuat Tekan 50,000 1 Hari

8 Kayu Kuat Tarik 60,000 3 HariKuat Lentur 60,000 3 HariKuat Tekan 60,000 3 Hari

180,000

9 Mix Beton Kuat Tekan 755,000 14 Hari

10 Pipa PVC @ 50 mm Kuat Tekan 150,000 3 HariPipa PVC @ 75 mm Kuat Tekan 175,000 3 HariPipa PVC @ 100 mm Kuat Tekan 200,000 3 HariPipa PVC @ 150 mm Kuat Tekan 250,000 3 HariPipa PVC @ 200 mm Kuat Tekan 300,000 3 Hari

IX. BIDANG PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

1 Pemakaian Peralatan pada UPTD Balai Pengembangan Teknologi Tekstil dan Logam:

No OBYEK TARIF KETERANGAN

a. Las Baja 2.500 / btg Las  b. Las Stainless Steel 3.000 / btg Las  c. Las Besi Cor 20.000 / btg Las  d. Mesin Bubut 12.500 / jam  e. Mesin Scrap 15.000 / jam  f. Alat Pemintalan 15.000 / kg  g. Alat Pengering 3.000 / kg  h. Alat Pencelupan Benang 10.000 / kg  i. Mesin Twist 15.000 / kg  j. Alat Tenun Bukan Mesin 7.500 / mtr  

33

Page 34:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

k. Mesin Hani 15.000 / boom     

2. Pemakaian Peralatan pada UPTD Balai Metrologi

A. Biaya Tera atas Jenis Alatan Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya

 No 

OBYEK Tera /

Pengesahan /

Pembatalan

Tera Ulang /Pengesahan Keterangan

1. Ukuran Panjang     Lebih panjang dari 10 M dan setiap 10 M

berikutnya dihitung 10 M 9,000 6,000   2 m s/d 10 m 4,500 3,000   1 m dan kurang 3,000 2,000  

2. Pemaras 1,000 500  3. Takaran Basah dan Takaran Kering      

Lebih besar dari 25 liter 2,500 1,500   5 liter s/d 25 liter 1,500 1,000   2 liter dan kurang 1,000 500  

4. Anak Timbangan Biasa :       10 Kg s/d 50 Kg 10,000 5,000   2 Kg s/d 5 Kg 3,000 2,000   1 Kg dan kurang 1,000 500  

5. Anak Timbangan Halus       Lebih dari 1 Kg 1,500 1,500   1 Kg dan kurang 1,000 1,000   Anak Timbangan Miligram 500 500  

6. Timbangan untuk menimbang biasa:       Kekuatan 1.000 Kg s/d 3,000 Kg 50,000 30,000   Kekuatan 250 Kg sampai kurang dari 1.000

Kg 25,000 15,000   Kekuatan 100 Kg sampai kurang dari 250

Kg 12,000 10,000   Kekuatan 26 Kg s/d kurang dari 100 Kg 10,000 7,500   Kekuatan 25 Kg dan kurang 7,500 5,000  

7. Timbangan untuk Menimbang Halus:       Kekuatan diatas 100 g 25,000 20,000   Kekuatan s/d 100 g 20,000 15,000  

8. Alat Pencap Kartu :       Otomatis 25,000 15,000   Tidak Otomatis 15,000 10,000  

9. Meter Kadar Air 60,000 50,000  10. Timbangan untuk menimbang dengan kekuatan

lebih dari 3,000 Kg 10,000  5,000   /1,000 Kg

11. Timbangan dengan 2 (dua) skala atau lebih yang masing-masing skala ditera atau ditera ulang atau diuji

atau diperiksa tersendiri, maka tiap skala dikenakan biaya sebesar angka 6, atau angka 7, atau angka

10 di atas.

12. Meter Arus Minyak :

a. Meter Kerja

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera dan tera ulang untuk tiap pesawat dihitung

berdasarkan batas uji di dalam maksimum (dalam m3/h) sebagai berikut :

100 m3/h pertama Rp.2.000,00 tiap m3/h dengan ketentuan minimum Rp.50.000,00

34

Page 35:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Selebihnya dari 100 m3/h sampai dengan 500 m3/h Rp.1.000,00 tiap m3/h.

Bagian-bagian dari m3/h menjadi 1 (satu) m3/h.

b. Meter Induk

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang untuk 1 (satu) pesawat dihitung

berdasarkan kapasitas maksimum (dalam m3/h) dan banyaknya jenis cairan uji yang digunakan

sebagai berikut :

(1) Meter Induk yang menggunakan 1 (satu) atau 2 (dua) jenis cairan uji dihitung sama dengan 2

(dua) kali biaya yang berlaku bagi 1 (satu) pesawat meter kerja yang kapasitas maksimumnya

sama dengan kapasitas meter induk yang diperiksa dengan ketentuan minimum

Rp.100.000,00;

(2) Meter Induk yang menggunakan 3 (tiga) jenis cairan uji atau lebih dihitung sama dengan 3

(tiga) kali biaya yang berlaku bagi 1 (satu) pesawat meter kerja yang kapasitas maksimumnya

sama dengan kapasitas meter induk yang diperiksa dengan ketentuan minimum

Rp.150.000,00;

c. Meter Prover

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang untuk 1 (satu) pesawat dihitung

berdasarkan volume bolak balik antara 2 (dua) detector switch (dalam liter) dan banyaknya seksi

yang diperiksa.

(1) Meter prover yang mempunyai 1 (satu) seksi sebagai berikut :

(a) 2.000 liter pertama sebesar Rp.1.000,00 per 10 liter dengan ketentuan minimum

Rp.150.000,00

(b) di atas 2.000 liter sampai dengan 10.000 liter sebesar 50% dari tarif (a);

(c) di atas 10.000 liter sebesar 20% dari tarif (a).

(d) Bagian-bagian dari liter dibulatkan menjadi 1 (satu) liter dan tarifnya disesuaikan.

(2) Meter prover yang mempunyai 2 (dua) seksi atau lebih dihitung sama dengan 2 (dua)

pesawat meter prover yang terdiri dari 1 (satu) seksi yang volumenya sama dengan masing-

masing seksi (seksi besar I dan seksi besar II) meter prover yang diperiksa, dengan ketentuan

minimum Rp.200.000,00

d. Pompa Ukur

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang untuk 1 (satu) pesawat dihitung

berdasarkan jenis cairan ukurnya (murni atau campur) :

(1) Pompa Ukur minyak Murni Rp.100.000,00 tiap pesawat;

(2) Pompa Ukur minyak Campur Rp.150.000,00 tiap pesawat.

13. Meter Gas (Tekanan Rendah dan Tekanan Tinggi)

a. Meter Kerja

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang dihitung berdasarkan kapasitas

maksimum (dalam m3/h) dari tiap pesawat yang diperiksa sebagai berikut :

(1) kapasitas maksimum diatas 500 m3/h Rp.10.000,00 tiap pesawat;

(2) kapasitas maksimum diatas 100 m3/h sampai dengan 500 m3/h Rp.5.000,00 tiap pesawat;

(3) kapasitas maksimum diatas 10 m3/h sampai dengan 100 m3/h Rp.3.000,00 tiap pesawat;

(4) kapasitas maksimum kurang dari atau sampai dengan 10 m3/h Rp.2.000,00 tiap pesawat;

b. Meter Induk

35

Page 36:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang untuk tiap pesawat sama dengan

10 (sepuluh) kali biaya yang berlaku bagi 1 (satu) meter kerja yang kapasitas maksimumnya sama

dengan kapasitas maksimum meter induk yang diperiksa.

c. Meter Gas Orifis

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang Rp.50.000,00 tiap pesawat.

14. Meter Air

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang dihitung berdasarkan kapasitas

maksimum (dalam m3/h) dari tiap pesawat sebagai berikut :

a. kapasitas diatas 100 m3/h Rp.15.000,- tiap pesawat;

b. kapasitas diatas 10 m3/h sampai dengan 100 m3/h Rp.10.000,- tiap pesawat;

c. kapasitas kurang atau sampai dengan 10 m3/h Rp.2.000,- tiap pesawat;

15. Meter Listrik

a. Meter kWh

(1) Meter Kerja

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang dihitung berdasarkan kapasitas

maksimum (dalam m3/h) dari tiap pesawat sebagai berikut :

Rp.7.500,00 tiap pesawat 3 (tiga) fasa ;

Rp.2.000,00 tiap pesawat 1 (satu) fasa.

(2) Meter induk 1 (satu) fasa

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang Rp.50.000,00 tiap pesawat.

b. Meter Pembatas Arus

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang Rp.1.500,00 tiap pesawat.

16. Tangki Ukur Tetap

a. Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang tangki ukur tetap dihitung sebagai

berikut;

1.000 kiloliter pertama Rp.1.000,00 untuk setiap kiloliter dengan minimum Rp.250.000,00;

selebihnya dari 1.000 kiloliter sampai dengan 10.000 kiloliter Rp.200,00 setiap kiloliter;

selebihnya dari 10.000 kiloliter Rp.100,00 setiap kiloliter.

Bagian-bagian dari kiloliter dihitung sama dengan kiloliter.

b. untuk tangki ukur tetap selinder datar biaya tersebut pada huruf a angka ini ditambah 25%

(duapuluh lima persen);

c. untuk tangki ukur tetap bola dan tangki ukur sperodial biaya tersebut pada huruf a angka ini

ditambah 50% (lima puluh persen).

17. Tangki Ukur Gerak

a. Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang Tangki Ukur Mobil atau Tangki

Ukur Cikar atau Tangki Ukur Wagon dihitung Rp.10.000,00 untuk setiap kiloliter dengan minimum

Rp.50.000,00;

36

Page 37:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

b. Biaya pengesahan atau pambatalan pada tera atau tera ulang Tangki Ukur Tongkang atau Tangki

Ukur Kapal (tanker) atau Tangki Ukur pindah dihitung sebagai berikut:

1.000 kiloliter pertama Rp.1.000,00 untuk setiap kiloliter dengan minimum Rp.150.000,00;

Selebihnya dari 1.000 kiloliter sampai dengan 10.000 kiloliter Rp.200,00 setiap kiloliter;

Selebihnya dari 10.000 kiloliter Rp.100,00 setiap kiloliter.

Bagian – bagian dari kiloliter dihitung 1 (satu) kiloliter;

c. Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang Tangki Ukur Apung dihitung sesuai

dengan angka 17.

18. Alat Ukur Gelas

Biaya pengesahan atau pambatalan pada tera gelas ukur, laba ukur, buret dan semacamnya adalah

sebesar Rp.1.000,00 setiap garis skala, dengan ketentuan minimum Rp.15.000,00.

19. Bejana Ukur

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang dihitung sebagai berikut :

a. Kapasitas lebih dari 500 liter sampai dengan 1.000 liter Rp.100.000,00 tiap pesawat;

b. Kapasitas lebih dari 200 liter sampai dengan 500 liter Rp.75.000,00 tiap pesawat;

c. kapasitas lebih dari 50 liter sampai dengan 200 liter Rp.50.000,00 tiap pesawat;

d. kapasitas 50 liter dan kurang Rp.40.000,00 tiap pesawat;

e. kapasitas lebih dari 1.000 liter biaya pada huruf a angka ini ditambah Rp.20.000,00 tiap pesawat.

20. Meter Taksi

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang dihitung sebagai berikut :

Meter taksi yang hanya menghitung berdasarkan jarak yang ditempuh adalah Rp.12.500,00 tiap

pesawat;

Meter taksi yang hanya menghitung berdasarkan jarak dan waktu yang ditempuh adalah

Rp.20.000,00 tiap pesawat.

21. Alat Ukur Tekstil, Kabel dan Sejenisnya

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang dihitung sebagai berikut :

a. yang terbentuk bilah berlaku ketentuan dalam angka romawi I nomor 1 peraturan ini untuk setiap

pesawat;

b. yang mekanik dengan alat hitung Rp.15.000,00 tiap pesawat;

c. yang elektronik dengan alat hitung Rp.20.000,00 tiap pesawat.

22. Alat Ukur Tinggi

Biaya pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang dihitung sebagai berikut;

a. alat ukur tinggi dengan ukuran panjang biasa berlaku ketentuan Huruf A nomor 1 ayat ini;

b. alat ukur tinggi dengan alat penunjukan secara mekanik atau elektronik dikenakan biaya

Rp.10.000,00 tiap 10 meter.

c. Bagian-bagian dari 10 meter dihitung 10 meter.

23. Biaya pemeriksaan atau pengujian pada tera atau tera ulang atau pembatalan tera atau tera ulang

atas :

a. Penghitungansekon (stopwatch) dihitung Rp.10.000,00 tiap pesawat;

b. Penghitungan kecepatan (speedometer) dan lain-lainnya dihitung Rp.10.000,00 tiap pesawat;

37

Page 38:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

c. Meter rem (ralentometer) dan lainnya dihitung Rp.10.000,00 tiap pesawat

d. Meter parkir dihitung Rp.10.000,00 tiap pesawat;

e. Neraca Analisa dihitung Rp.25.000,00 tiap pesawat;

f. Neraca Substitusi dihitung Rp.50.000,00 tiap pesawat;

24. Biaya pemeriksaan atau pengujian pada tera atau tera ulang atau pembatalan tera atau tera ulang

dihitung tiap Rp.2.000,00 dengan minimum biaya Rp.20.000,00 terhadap:

a. Termometer;

b. Mesin ukur luas dan alat ukur luas;

c. Alat ukur sudut ;

d. Balok ukur (block gauge);

e. Mikrometer;

f. Areometer dan Densimeter;

g. Perlengkapan meter gas orifis;

h. Perlengkapan meter arus minyak ;

i. UTTP yang lain yang tidak termasuk pada nomor 1 sampai dengan nomor 24 huruf h dan juga tidak

termasuk pada angka 25 dan angka 26 dibawah ini.

j. Bagian-bagian dari jam dihitung 1 (satu) jam.

25. Biaya pemeriksaan, pengesahan atau pembatalan pada tera atau tera ulang timbangan ban berjalan

( conveyer belt weighting scale ) dihitung sebagai berikut :

a. 100 ton/h pertama Rp.4.000,00 tiap ton/h dengan ketentuan minimum Rp.150.000,00;

b. Selebihnya dari 100 ton/h sampai dengan 500 ton/h Rp. 400,00 tiap ton/h;

c. Selebihnya dari 500 ton/h Rp.100,00 tiap ton/h.

d. Bagian – bagian dari ton dihitung satu ton.

26. Biaya pengujian untuk pertama kalinya bagi UTTP yang dibebaskan dari tera atau tera ulang dihitung

Rp.20.000,00 tiap pesawat.

B. Biaya sebagaimana dimaksud pada huruf A nomor 6, nomor 7 dan nomor 10, khusus untuk pengesahan pada tera atau tera ulang ditambah dengan :1. Rp.1.000,00 tiap pesawat bagi timbangan sentisimal;

2. a. Rp. 1.500,00 tiap peasawat bagi timbangan bobot ingsut (majemuk) atau timbangan pegas dengan

kekuatan 26 kilogram atau lebih;

b. Rp 1.000,00 tiap pesawat bagi timbangan bobot ingsut (majemuk) atau timbangan pegas dengan

kekuatan 26 kilogram atau kurang;

3. a. Rp. 2.000,00 tiap pesawat bagi timbangan cepat (timbangan kwadran majemuk) dengan kekuatan

26 kilogram atau lebih;

b. Rp. 1.500,00 tiap pesawat bagi timbangan cepat (timbangan kwadran majemuk) dengan kekuatan

26 kilogram atau kurang;

4 Rp.25.000,00 tiap pesawat bagi timbangan majemuk jenis mesin penimbang atau mesin pengisi

ditambah dengan biaya Bagian A angka 6 ketentuan ini;

5. Rp. 5.000,00 tiap pesawat bagi yang bekerjanya dengan sistem elektronik ketelitian biasa;

6. Rp. 20.000,00 tiap pesawat bagi yang bekerjanya dengan sistem elektronik ketelitian halus;

7. Rp.50.000,00 tiap pesawat untuk timbangan AMP dan Batching Plant.

38

Page 39:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

C. Biaya pengujian atau penelitian pendahuluan untuk memperoleh Izin Tanda Pabrik (ITP) atau izin tipe terhadap alat–alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya dihitung Rp.10.000,00 tiap jam tiap pesawat dengan minimum sebesar Rp.100.000.

Bagian – bagian dari 1 (satu) jam dihitung 1 (satu) jam.

D. Terhadap alat – alat ukur , takar, timbang dan perlengkapannya yang : ditanam, atau

mempunyai sifat dan atau konstruksi khusus ,atau

tidak ditanam tetapi terkumpul dalam satu tempat dengan jumlah sekurang – kurangnya lima

pesawat, maka penelitian pendahuluan, pemeriksaan ,pengujian, peneraan dan pengulangan

teranya dapat dilakukan di tempat pakai atau ditempat terkumpul, dengan dihitung selain biaya

tersebut sebagaimana dimaksud pada huruf A, huruf B, dan huruf C ayat ini juga dikenakan

tambahan biaya sebagai berikut :

No Alat–alat ukur, takar, timbangan dan perlengkapannya yang :

Sebesar

1.

2.

3.

4.

Ditanam

Mempunyai sifat dan / atau konstruksi khusus

Tidak ditanam tetapi terkumpul dalam satu tempat dengan jumlah sekurang – kurangnya lima pesawat

Tidak ditanam, tetapi terdapat di tempat pesawat yang ditanam atau ditempat pesawat yang mempunyai kekhususan.

Rp. 10.000,-/ pesawat

Rp. 5.000,- /pesawat, dengan pembayaran minimum Rp.25.000,-.

Rp. 5.000,- /pesawat, dengan pembayaran minimum Rp.25.000,-

Rp.5.000,00 / pesawat, dengan pembayaran minimum Rp.25.000,-

3. Biaya Pengujian dan Sertifikasi pada UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang

No OBYEK TARIF (Rp) Keterangan

A.  Sertifikasi :  1. Kakao 40.000 / MT Pengambilan

Contoh dan Pengujian( Bagian - bagian kelebihan MT dihitungPer Kg dan tarifnyadisesuaikan)

  2. Kopi 40.000 / MT  3. Gaplek 10.000 / MT  4. T e h hitam 50.000 / MT  5. Karet konvensional 10.000 / MT  6. Pala 50.000 / MT  7. Fuli 50.000 / MT  8. Mete kupas 50.000 / MT  9. Mete gelondong 50.000 / MT         

No OBYEK TARIF (Rp) Keterangan

 B. Fumigasi: Dosis Biaya (Rp)    1. Tent fumigasi/Methil bromida 48 gr/MT 12.000/MT    2. Tent fumigasi/Methil bromida 80 gr/MT 23.000/MT    3. Tent fumigasi/Methil bromida 128 gr/MT 27.500/MT    4. Tent fumigasi/Phostoxin 1,5 gr.M³ 7.000/MT    5. Tent fumigasi/Phostoxin 2 gr/M³ 8.000/MT    6. Contailner :        20 Feet / Methil bromida 48 gr/M³ 850.000/Container    20 Feet / Methil bromida 80 gr/M³ 1.200.000/Container    20 Feet / Methil bromida 128 gr/M³ 1.300.000/Container    20 Feet / Phostoxin 1,5 gr/M³ 150.000/Container  

39

Page 40:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

  20 Feet / Phostoxin 2 gr/M³ 175.000/Contoh    40 Feet / Methil bromida 48 gr/M³ 1.200.000/Contoh    40 Feet / Methil bromida 80 gr/M³ 1.400.000/Contoh    40 Feet / Methil bromida 128 gr/M³ 1.700.000/Contoh    40 Feet / Phostoxin 1,5 gr/M³ 250.000/Contoh    40 Feet / Phostoxin 2 gr/M³ 275.000/Contoh  

 C Spraying, Fogging dan Penimbangan

  1. Spraying 1.500/M²    2. Fogging 1.000/M²    3. Penimbangan 1.000/MT         

 D. Kalibrasi Peralatan

  1. O v e n 200.000    2. Furnace 200.000    3. Oil / Water Bath 200.000    4. Freezer 200.000    5. Incubator 200.000    6. Thermometer Gelas 50.000    7. Thermometer Digital / Thermocouple 150.000    8. Autoclave 200.000    9. MKA / Cera Tester Metode Oven 200.000    10. MKA / Cera Tester Metode Destilasi 200.000    11. Neraca Analitis 200.000    12. Electronic Reading Balance 200.000    13. Top Pan Balance 150.000    14. Weighat Set 200.000    15. Metric Ruler 150.000    16. Micrometer 150.000    17. Gauge Block 15.000,-perbuah    18. Caliper 150.000    19. Pressure Gauge 150.000    20. Mesin Uji Tarik 150.000    21. Mesin Uji Tekan 150.000    22. Anak Timbangan 50.000,perbuah    23. Volumetric Glassware 100.000    24. Microvolumetric Glassware 150.000    25. Lab Mill 150.000    26. pH Meter 150.000    27. Refractometer 150.000    28. Spectrophotometer 200.000    29. Protimeter 150.000    30. Thermohygrometer 200.000    31. Hidrometer 150.000    32. Stop Watch 150.000    33. Polarimeter 150.000  

No OBYEK TARIF (Rp) Keterangan

  34. Trap Kadar Air 150.000    35. Plastimeter 150.000    36. Money Viscosimeter 200.000    37. Huminity Chamber 200.000  

X. BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

NOOBYEK RETRIBUSI TARIF (RP) KETERANGAN

KRITERIA UJI METODE ANALISIS

40

Page 41:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

 A. AIR      1 Ammonium (NH3-N) Spektrofotometri 40,000  2 Bau Visual/ Spektro 10,000  3 BOD5 Titrimetri 35,000  4 CO2 Titrimetri 10,000  5 COD Titrimetri 35,000  6 Daya Antar Listrik Elektrometri 10,000  7 Deterjen (MBAS) Spektrofotometri 40,000  8 Kekeruhan Spektrofotometri 10,000  9 DO (Oksigen Terlarut) Turbidimetri 15,000  

10 Fenol Titrimetri 40,000  11 Flourida (F) Spektrofotometri 30,000  12 Kesadahan Ca Spektrofotometri 15,000  13 Kesadahan Mg Titrimetri 15,000  14 Kesadahan Total Titrimetri 15,000  15 Khorida (CI) Titrimetri 15,000  16 Khlor Bebas Argentometri 15,000  17 Khromium Argentometri 40,000  18 Aluminium AAS 40,000  19 Arsen (As) AAS 75,000  20 Besi (Fe) AAS 40,000  21 Cadmium (Cd) AAS 40,000  22 Kalium (K) AAS 40,000  23 Kalsium (Ca) AAS 40,000  24 Magnesium (Mg) AAS 40,000  25 Mangan (Ma) AAS 40,000  26 Natrium (Na) AAS 40,000  27 Nikel (Ni) AAS 40,000  28 Tembaga (Cu) AAS 40,000  29 Raksa (Hg) AAS 75,000  30 Seng (Zn) AAS 40,000  31 Timbal (Pb) AAS 40,000  32 Barium AAS 40,000  33 Boron AAS 40,000  34 Cobalt AAS 40,000  35 M. Alkalinity Titrimetri 15,000  36 Minyak dan Lemak Gravimetri 40,000  37 Nitrat (NO3) Spektrofotometri 20,000  38 Nitrit (N02) Spektrofotometri 20,000  39 P. Alkalinity Titrimetri 10,000  

40 Padatan TerlarutGravimetri/

Spektrofotometri 15,000  

41 Padatan TersuspensiGravimetri/

Spektrofotometri 20,000  42 Ph Ph meter 10,000  43 Posfat (PO4) Spektrofotometri 20,000  44 Rasa Visual/ Spektro 10,000  45 RSC Perhitungan 10,000  

NOOBYEK RETRIBUSI TARIF (RP) KETERANGANKRITERIA UJI METODE ANALISIS

46 Salinitas Titrimetri 15,000  47 SAR Perhitungan 10,000  48 Selenium AAS 75,000  49 Sianida Spektrofotometri 40,000  50 Silika Spektrofotometri 20,000  51 Suhu Termometer 10,000  52 Sulfat (SO4) Spektrofotometri 20,000  

53 Sulfida (H2S)Titrimetri/

Spektrofotometri 30,000  54 Total Nitrogen Titrimetri 40,000  55 Warna Spektrofotometri 20,000  56 Zat Organik (KMnO4) Titrimetri 20,000  

41

Page 42:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

57 TOC Anatoc Analyzer 75,000            B. BIOTA AIR      

1 Benda Apung Gravimetri 25,000  2 Bentos Mikrobiologi 150,000  3 Plankton Mikrobiologi 150,000  

          C. UDARA      

1 Sox Spektrofotometri 150,000  2 Partikel Debu Gravimetri 400,000  3 Nox NDIR Analyzer 150,000  4 Ox/ O3 NDIR Analyzer 150,000  5 NH3 Cheliminences 150,000  6 Cox Cheliminences 150,000  7 Logam Per-Unsur AAS 75,000  8 CI2 Spektrofotometri 150,000  9 HCI Spektrofotometri 150,000  

10 HF Spektrofotometri 150,000  11 H2S Spektrofotometri 150,000  12 Mercury (Hg) Spektrofotometri 150,000  13 Hidrogen Carbon Flame Ionization 400,000  14 Opasitas Spektrofotometri 100,000  15 Kebisingan Sound levelmeter 50,000  16 Geteran Hz 50,000  

          D. MIKROBIOLOGI AIR      

1 Clostridium Perfringens Angka Lempeng 100,000  2 Colifrom Angka Paling Mungkin 75,000  3 Escheria Coli Angka Paling Mungkin 75,000  4 Salmonelia Angka Lempeng 60,000  5 Fecal Coli Angka Lempeng 60,000  6 Total Coli Angka Lempeng 60,000  

         

9. PEMAKAIAN /PEMANFAATAN PERALATAN LAINNYA

NO. OBYEK TARIF (RP) KETERANGAN

1  Pemakaian Peralatan Rumah Sakit  A. Loundry 10,000 / KgB. Incenerator 25,000 / Kg

2 Pemanfaatan Laboratorium untuk Pelatihan/Praktek

20,000 / Orang Per Paket

3. Sauna 25,000 / Orang

E. PEMAKAIAN SARANA OLAH RAGA

No. JENIS PENGGUNAAN OBYEK TARIF (Rp) KETERANGAN

1 Pemakaian Lapangan TenisLapangan Terbuka 5,000 Per Jam

Lapangan Tertutup 15,000 Per Jam

2 Pemakaian Lapangan Bulutangkis Lapangan Tertutup 20,000 Per Jam

3 Pemakaian Lapangan Basket Lapangan Tertutup 15,000 Per Jam

4 Pemakaian Lapangan Volly Lapangan Tertutup 25,000 Per sekali pakai

42

Page 43:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5 Pemakaian Lapangan Sepak Bola Lapangan Terbuka 200,000 Per hari

6 Pemakaian Kolam Renang 20,000 Per Orang

7 Pemakaian Alat Fitness 25,000 Per Orang

F. PEMANFAATAN DOKUMEN/FILE MILIK DAERAH

PEMANFAATAN SARANA PERPUSTAKAAN DAERAH

NO JENIS PENGGUNAAN TARIF (Rp) KETERANGAN

       1 Akses Internet 3,000 Per Jam- Cetak Internet Hitam Putih 500 Per Lembar- Cetak Internet Warna 750 Per Lembar2 Komputer Baca 1,000 Per Jam- Cetak Komputer Baca Hitam Putih 200 Per Lembar- Cetak Komputer Baca Warna 5,000 Per Lembar3 Keterlambatan Pengembalian Per Hari

- Buku 300 Per Hari- CD, VCD, DVD 500 Per Hari

4 Menghilangkan Buku/ Koleksi Perpustakaan

Harga buku yg hilang + Denda keterlambatan pengembalian

Mengganti Buku yang sama, atau yang themanya sama + Denda keterlambatan pengembalian

5 Pengiriman melalui :

~ Pos 500 Per lembar + biaya pengiriman jasa pos

~ Fax 5,000 Per lembar + biaya pulsa fax

6 Micro Film Reader :~ Penggunaan : 2,000 Per Jam~ Cetak 10,000 Per Lembar

7 Duplikat Arsip :~ Fotocopy 1,000 Per Lembar~ Scan 10,000 Per Lembar

G. PEMAKAIAN TEMPAT REKREASI DAN WISATA

NO JENIS PENGGUNAAN TARIF (Rp) KETERANGAN

1 Tiket Masuk Obyek Rekreasi dan Wisataa. Pantai Barombong~ Dewasa : 2.000 per orang~ Anak-Anak : 1,000 per orang

b. Museum Lagaligo~ Dewasa : 3,000 per orang~ Anak-Anak : 2,000 per orang

43

Page 44:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

c. Monumen Mandala~ Dewasa : 5,000 per orang~ Anak-Anak : 2,500 per orang

2 Pemanfaatan Sarana Tempat Rekreasi dan Olah Ragaa. Menara Mandala~ Dewasa : 10,000 per orang~ Anak-Anak / Grup: 5,000 per orangb. Pondok Wisata Barombong 10,000 per jam

H. RETRIBUSI PEMAKAIAN/PEMANFAATAN PELABUHAN:1. PELABUHAN REGIONAL

NO OBYEK RTRIBUSI TARIF (Rp) KETERANGAN

       A Jasa Labuh.      1.  Kapal yang melakukan kegiatan di pelabuhan.      a)   Kapal angkutan laut. 50/GT kapal/3 Hari    b)  Kapal wisata bahari. 50/GT kapal/3 Hari    c)   Kapal pelayaran rakyat/perintis. 30/GT kapal/3 Hari    d)  Kapal penangkapan ikan/nelayan. 10/GT kapal/3 hari           2.  Kapal yang melakukan kegiatan tetap di pelabuhan.      a)   Kapal angkutan laut 400/GT kapal/Bulan    b)  Kapal wisata bahari. 300/GT kapal/Bulan    c)   Kapal pelayaran rakyat/perintis. 200/GT kapal/Bulan    d)  Kapal penangkapan ikan/nelayan. 50/GT kapal /Bulan           3. Kapal tidak melaksanakan kegiatan niaga.      a)     Kapal angkutan laut. 20/GT kapal/Minggu    b)     Kapal wisata bahari. 15/GT kapal/Minggu    c)      Kapal pelayaran rakyat/perintis. 10/GT kapal/Minggu    d)     Kapal penangkapan ikan/nelayan. 5/GT kapal/Minggu         B Jasa Tambat.      1.  Kapal yang melakukan kegiatan di pelabuhan      a)   Kapal angkutan laut. 30/GT kapal/Bulan    b)  Kapal wisata bahari. 25/GT kapal/Bulan    c)   Kapal pelayaran rakyat/perintis. 15/GT kapal/Bulan    d)  Kapal penangkapan ikan/nelayan. 5/GT kapa/Bulan         

NO OBYEK RTRIBUSI TARIF (Rp) KETERANGAN

  2. Tambatan Breasthing, Dolphin, Pelampung.      a)   Kapal angkutan laut. 20/GT kapal/Hari    b)  Kapal wisata bahari. 15/GT kapal/Haril    c)   Kapal pelayaran rakyat/perintis. 10/GT kapal/Hari    d)  Kapal penangkapan ikan/nelayan. 5/GT kapal/Hari           3. Tambatan pinggiran laut.      a)   Kapal angkutan laut. 10/GT kapal/Minggu    b)  Kapal wisata bahari. 5/GT kapal/Minggu         C Jasa Pelayanan Barang.      1.  Jasa Dermaga.      a)   Barang antar pulau.      (1)   Garam pupuk dan Bulog. 200/Ton/m3    (2)   Barang lainnya. 350/Ton/m3         

44

Page 45:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

  b)  Hewan.      (1)   Kerbau, sapi, kuda dan sejenisnya. 500/Ekor    (2)   Kambing, babi dan sejenisnya. 250/Ekor         D Jasa Penumpukan.      1.   Gudang tertutup. 100/Ton/ m3/Hari    2.   Lapangan. 50/Ton/ m3/Hari    3.   Penyimpanan Hewan.      a)    Kerbau, sapi, kuda dan sejenisnya. 300/Ekor/Hari    b)   Kambing, babi dan sejenisnya. 250/Ekor/Hari         E Jasa Pelayanan Alat.      1.  Apabila menggunakan alat yg dimiliki pelabuhan.      a)   Alat mekanik.      (1)  Alat mekanik Forklift.      (a)   s/d 2 Ton. 5.000/Unit/Hari    (b)  3 s/d 7 Ton. 7.500/Unit/Hari    (c)   4 Ton keatas. 10.000/Unit/Hari    (2)  Kapal pelayaran rakyat/perintis.      (a)   s/d 3 Ton. 5.000/Unit/Hari    (b)  3 s/d 7 Ton. 12.000/Unit/Hari    (c)   7 Ton keatas. 40.000/Unit/Hari    (3)  Motor Boat.      (a) s/d 40 PK. 15.000/Unit/Hari    (b) Lebih dari 41 PK. 20.000/Unit/Hari    2.  Apabila menggunakan alat yang bukan milik

pelabuhan. 20% dari pungutan

jasa pelayanan alat/unit/Hari  

       F Jasa Pelayanan Kepelabuhan lainnya.      1.  Sewa tanah dan penggunaan perairan.      (1) Untuk bangunan industri galangan dan dock. 1.000/m2/Tahun    (2) penggunaan perairan untuk bangunandan

kegiatan lainnya diatas air.500/m2/Tahun

          2.  Untuk bangunan industrri perusahaan.      (1).  Untuk bangunan industri galangan dan dock. 1.500/m2/Tahun    (2).  Penggunaan perairan untuk bangunandan kegiatan

lainnya diatas air.500/m2/Tahun

        

NO OBYEK RTRIBUSI TARIF (Rp) KETERANGAN

  3.   Untuk kepentingan lainnya.      (1).  Toko, warung dan sejenisnya. 500/m2/Tahun    (2).  Perumahan penduduk. 300/m2/Tahun           4.   Pelayanan terminal penumpang kapal laut. 1.000/Orang/Sekali

masuk         G Tanda masuk kendaraan ( termasuk uang parkir).      1.  Tanda masuk harian.      a)  Trailer, Truk Gandengan 2,500/sekali Masuk    b) Truk, Bus Besar 2,000/sekali Masuk    c)  Pick –up, mini bus , sedan dan jeep. 1,000/sekali Masuk    d)  Sepeda motor. 500/sekali Masuk           2.  Tanda masuk tetap.      a)  Trailer, Truk Gandengan 120,000 / Tahun    b) Truk, Bus Besar 100,000 / Tahun    c)  Pick –up, mini bus , sedan dan jeep. 80,000 / Tahun    d)  Sepeda motor. 40,000 / Tahun  

45

Page 46:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

H Jasa pemanduan di pelabuhan Umum Regional.      1. Kelompok I      Pemanduan dengan jarak 0 s/d 10 Mil.      (1)    kapal Angkutan laut luar negeri.      a)  Ukuran 500 GT s/d 1000. 250.000/Kpl/gerakan    b)  Diatas 1000 GT tiap kelebihan GT ditambah. 110/GT/kelbhn/grkan           (2)    Kapal Angkutan laut dalam negeri      a)  Ukuran 500 GT s/d 1000. 33.000/ Kpl/grkan    b)  Diatas 1000 GT tiap kelebihan GT ditambah. 15/GT/ kelbhn/grkan           2.  Kelompok II      Pemanduanan dengan jarak 10 mil s/d 20 mil.      a) Kapal Angkutan laut luar negeri.      (1) Ukuran 500 GT s/d 1000. 270.000/Kpl/gerakan    (2) Diatas 1000 GT tiap kelebihan GT ditambah. 110/GT/kelbhn/grkan           b) Kapal Angkutan laut dalam negeri.      (1) Ukuran 500 GT s/d 1000. 36.000/

Kapal/gerakan    (2) Diatas 1000 GT tiap kelebihan GT ditambah. 15/GT/ kelbhn/grkan           3.  Kelompok III      Pemanduan dengan jarak diatas 20 mil.      a)  Kapal Angkutan laut luar negeri.      (1) Ukuran 500 GT s/d 1000. 300.000/Kpl/gerakan    (2) Diatas 1000 GT tiap kelebihan GT ditambah. 110/GT/kelbhn/grkan

        b) Kapal Angkutan laut dalam negeri      (1) Ukuran 500 GT s/d 1000. 33.000/

Kapal/gerakan    (2) Diatas 1000 GT tiap kelebihan GT ditambah. 15/GT/ kelbhn/grkan         

NO OBYEK RTRIBUSI TARIF (Rp) KETERANGAN

I Jasa penundaan di pelabuhan Umum Regional.      1. Apabila menggunakan kapal tunda yang dimiliki

pelabuhan. 

   a)  Kapal Angkutan laut luar negeri.      (1)  Kapal s/d 1500 GT. 700.000/ Kapal/Jam    (2)  Kapal 1501 s/d 8000 GT. 1.800.000/ Kapal/Jam    (3)  Kapal 8001 s/d 18000 GT. 3.600.000/ Kapal/Jam    (4)  Kapal 18001 GT s/d 75000 GT. 6.300.000/ Kapal/Jam    (5)  Kapal diatas 75000 GT. 9.500.000/ Kapal/Jam           b)  Kapal Angkutan laut dalam negeri.      (1)  Kapal s/d 1500 GT. 100.000/ Kapal/Jam    (2)  Kapal 1501 s/d 8000 GT. 250.000/ Kapal/Jam    (3)  Kapal 8001 s/d 18000 GT. 500.000/ Kapal/Jam    (4)  Kapal 18001 GT s/d 75000 GT. 900.000/ Kapal/Jam    (5)  Kapal diatas 75000 GT 1.300.000/ Kapal/Jam           2. Apabila menggunakan kapal tunda yang bukan

dimiliki oleh pelabuhan. 20% dari pendapatan

jasa penundaan/ Kapal/jam  

46

Page 47:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

  3. Kapal berukuran sama dengan atau lebih ( GT ≥ 7) yang berlayar hanya diperairan daratan (sungai dan danau).

 

   Pelaksanaan pengukuran Kapal sampai dengan

GT 300 ditugaskan pembantuankan kepada provinsi.

50.000/Tahun

   Pelaksanaan pengawasan keselamatan kapal. 50.000/Tahun    Pelaksanaan pemeriksaan Radio/Elektronika

Kapal.50.000/Tahun

   Pelaksanaan pengukuran kapal. 250.000/Pengujian    Pelaksanaan pemeriksaan perlengkapan kapal. 50.000/Tahun  

2. PELABUHAN SUNGAI DAN DANAU

NO OBYEK RTRIBUSI RANPERDA 2008 KETERANGAN

       A Jasa sandar      a. Dermaga Beton 75/m panjang kapal per

sekali sandar    b. Kapal Istirahat pada Dermaga 10 /GT /Jam         

B. Tarif Jasa Masuk Pelabuhan :      a) Tanda masuk penumpang, pengantar dan

penjemput1,000/ Orang / Sekali

masuk    b) tanda masuk bulanan karyawan

perusahaan di pelabuhan 5,000 /Orang/Bulan    c) Tanda Masuk Kendaraan Gol.I 500/Unit/Sekali masuk    d) Tanda Masuk Kendaraan Gol.II 1,000/Unit/Sekali masuk    e) Tanda Masuk Kendaraan Gol.III 1,000/Unit/Sekali masuk    f) Tanda Masuk Kendaraan Gol.IV 1,500/Unit/Sekali masuk Kend.Penumpang  g) Tanda Masuk Kendaraan Gol.V 1,500/Unit/Sekali masuk Kend.Penumpang  h) Tanda Masuk Kendaraan Gol.VI 2,000/Unit/Sekali masuk Kend.Penumpang

NO OBYEK RTRIBUSI RANPERDA 2008 KETERANGAN

  i) Tanda Masuk Kendaraan Gol.VII 2,500/Unit/Sekali masuk    j) Tanda Masuk Kendaraan Gol.VIII 3,000/Unit/Sekali masuk    k) Tanda Masuk bulanan kendaraan Golongan II

yang beroperasi di Pelabuhan penyeberangan. 4,500/Unit/Bulan    l) Tanda Masuk bulanan kendaraan Golongan III

yang beroperasi di Pelabuhan penyeberangan. 5,000/Unit/Bulan         

C. Tarif Penumpukan barang/Hewan:      a) Setiap Ton 400 /Ton /Hari    b) Kuda/Sapi/Kerbau 500 /Ton /Hari    c) Kambing, Domba, dan Rusa 300 /Ton /Hari    d) Ayam, Unggas 150 /Ton /Hari         

3. PELABUHAN PENYEBERANGAN

NO 

OBYEK RTRIBUSI  RANPERDA 2008 KETERANGAN

       A. Jasa Sandar    

47

Page 48:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

  a) Dermaga Beton Jembatan Bergerak 45 /Grt /Call    b) Dermaga Beton Jembatan Bergerak Side

Ramp40 /Grt /Call

   c) Kapal Istirahat pada Dermaga 15 /Grt /Call  B Tarif Masuk jasa Pelabuhan:      Tanda masuk penumpang, pengantar

dan penjemput1,000/ Orang / Sekali

masuk    tanda masuk bulanan karyawan

perusahaan di pelabuhan 5,000 /Orang/Bulan    Tanda Masuk Kendaraan Gol.I 500/Unit/Sekali masuk    Tanda Masuk Kendaraan Gol.II 1,000/Unit/Sekali masuk    Tanda Masuk Kendaraan Gol.III 1,000/Unit/Sekali masuk    Tanda Masuk Kendaraan Gol.IV 1,500/Unit/Sekali masuk Kend.Penumpang  Tanda Masuk Kendaraan Gol.V 1,500/Unit/Sekali masuk Kend.Penumpang  Tanda Masuk Kendaraan Gol.VI 2,000/Unit/Sekali masuk Kend.Penumpang  Tanda Masuk Kendaraan Gol.VII 2,500/Unit/Sekali masuk    Tanda Masuk Kendaraan Gol.VIII 3,000/Unit/Sekali masuk    Tanda Masuk bulanan kendaraan

Golongan II yang beroperasi di Pelabuhan penyeberangan. 4,500/Unit/Bulan  

  Tanda Masuk bulanan kendaraan Golongan III yang beroperasi di Pelabuhan penyeberangan. 5,000/Unit/Bulan  

C. Tarif Jasa Pemeliharaan dermaga :      a. Kendaraan Gol.II 1,000/ Unit    Kendaraan Gol.III 1,000 / Unit    Kendaraan Gol.IV 1,500 / Unit Kend.Penumpang  Kendaraan Gol.V 2,000 / Unit Kend.Penumpang  Kendaraan Gol.VI 2,000 / Unit Kend.Penumpang  Kendaraan Gol.VII 15,000 / Unit    Kendaraan Gol.VIII 20,000 / Unit           b. Barang di Atas Kendaraan 500 /Ton/M3  

NO 

OBYEK RTRIBUSI  RANPERDA 2008 KETERANGAN

D. Jasa Penumpukan Barang: 500 /Ton/Hari  

E. Sewa Tanah dan Bangunan:      a. Sewa Tanah:      Untuk kepentingan toko, warung dan

sejenisnya2,500 /m2 /Tahun

   untuk pertokoan 1,500 /m2 /Tahun    untuk reklame 7,500 /m2 /Tahun    b. Sewa Ruangan:      Untuk kantor 2,500 /m2 /Bulan    untuk kantin, warung dan sejenisnya. 3,000 /m2 /Bulan         

GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

48

Page 49:  · Web viewUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Dr. H. SYAHRUL YASIN LIMPO, S.H., M.Si., M.H.

49