Upload
hoangtuong
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ZONASI POTENSI PENCEMARAN AIRTANAH BEBAS
UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DI ANTARA SUNGAI GROMPOL DENGAN SUNGAI TEMPURAN
KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2011
Skripsi
Oleh:
Yunus Aris Wibowo
K5407049
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ZONASI POTENSI PENCEMARAN AIRTANAH BEBAS
UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DI ANTARA SUNGAI GROMPOL DENGAN SUNGAI TEMPURAN
KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2011
Oleh:
Yunus Aris Wibowo
K5407049
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Yunus Aris Wibowo. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Untuk Arahan
Penggunaan Lahan Di Antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Kabupaten Karanganyar Tahun 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, November 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui dan melakukan
analisis tentang zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis di
antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran. (2) Mengetahui dan
melakukan analisis tentang zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara
Dinamis di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran. (3) Membuat
arahan penggunaan lahan sesuai dengan hasil yang diperoleh.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan
pendekatan spasial. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan
bentuklahan yang ada di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran.
Sampel yang diambil adalah kedalaman muka airtanah bebas dan tekstur tanah
yang diperoleh dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan Observasi lapangan, wawancara, uji
laboratorium dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
scoring faktor-faktor yang berpengaruh terhadap potensi pencemaran airtanah
bebas, dan analisis peta menggunakan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Potensi pencemaran
airtanah bebas secara statis daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran termasuk dalam tiga kelas yaitu potensi agak mudah tercemar dengan
luas 770,930 Hektar (12,41%), potensi agak sulit tercemar dengan luas 5372,940
Hektar (86,48%), potensi sulit tercemar dengan luas 68,822 Hektar (1,108%),
(2) Potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran terdiri dari dua kelas, yaitu kelas potensi agak sulit
tercemar dengan luas 347,404 Hektar (5,59 %) dan kelas potensi sulit tercemar
5865,287 Hektar (94,41%). (3) Arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan
hasil penelitian, yaitu kelas potensi kelas potensi agak mudah tercemar,
digunakan sebagai permukiman dengan tingkat kepadatan rendah, pertanian lahan
basah dan pertanian lahan kering, kelas potensi agak sulit tercemar, digunakan
sebagai permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sampai sedang,
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, kawasan industri kecil
sampai menengah dan peternakan dalam skala kecil, kelas potensi sulit tercemar,
sebaiknya dikembangkan sebagai pertanian lahan basah, pertanian lahan kering,
perkebunan, permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sampai
sedang dengan sistem sanitasi dan pembuangan limbah rumah tangga yang baik.
Kata kunci : Airtanah, pencemaran, penggunaan lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Yunus Aris Wibowo. The Zonation Of Unconfined Groundwater Pollution
Potention Used For The Directions Of Landuse Between Grompol River And
Tempuran River Karanganyar Regency Year 2011. Thesis, Surakarta: Teacher
Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, November 2012.
The research is aimed to : (1) Understand and analyze about the
zonation of unconfined groundwater pollution staticly between Grompol River
and Tempuran River (2) Understand and analyze about the zonation of
unconfined groundwater pollution dinamicly between Grompol River and
Tempuran River (3 ) To make instruction the landuse dealling with the result
obtained.
This research uses qualitative descriptive method with spatial approach.
Population of this research is all of landform unit located between Grompol River
and Tempuran River. Sample which was taken is the deep of unconfined
groundwater surface and soil texture which obtained used purposive sampling
method. The technique of collecting data uses observatian, interview, laboratory
test, and documentation. The technique of analyzing data which is used scoring of
factors influencing toward unconfined groundwater pollution and map analyzing
uses GIS (Geography Information System) application.
Based on the research result, it can be concluded : (1) Potention of static
unconfined groundwater pollution between Grompol River and Tempuran River
included in three levels such as, potention polluted probable or possible width
770,930 Hectare (12,41%), potention possible but not likely width 5372,940
Hectare (86,48%), and potention polluted very improbable width 68,822 Hectare
(1,108%). (2) Meanwhile the potention of dinamically unconfined groundwater
pollution Grompol River and Tempuran River consist of two level, that is
potention possible but not likely width 347,404 Hectare (5,59 %) and potention
very improbable level width 5865,287 Hectare (94,41%). (3) The direction of
landuse suittable with result, such as probable or possible polluted potention level
used as settlement with low density level, wet agriculture land and dry agriculture
land, possible but not likely polluted potention level used as settlement with low
density to medium, wet agriculture land, dry agriculture land, plantation, small
industry area to medium and cattle in small scale, very improbable polluted
potention level and impossible polluted potention level should be developed as
wet agriculture land, dry agriculture land, plantation, fields, settlement with low
density to medium with a good sanitation system and home industrial waste.
Keywords : Groundwater, Pollution, Landuse
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Semua orang adalah guru, semua buku adalah ilmu.
( Ki Hartarta )
“If you want to make a dream come true, wake up!”
( Anonim )
“Tidak ada sesuatu hal yang tidak bisa dikerjakan”
(Anonim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kupersembahkan karyaku ini
sebagai wujud terima kasih, bakti, cinta dan kasih sayangku kepada: Kedua orang tuaku
Bapak Sutanto dan Ibu Sunarmi Terima kasih atas segala pengorbanan, perjuangan, do’a serta kasih sayang yang selalu
tercurah dan mengiringi langkahku. Adik-adikku, Muhammad Dimas Wijayanto dan Jatmiko Aji Wicaksono terima kasih telah
menjadi bagian dari semangatku. Lintang Ronggowulan, terima kasih atas semua bantuan, dukungan, semangat dan motivasi.
Serta Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh,
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang,
yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd., selaku pelaksana tugas Ketua Program
Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drs. Wakino, M.S. dan Ibu Pipit Wijayanti, S.Si., M.Sc. selaku
pembimbing I dan pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan dan
motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si. selaku Pembimbing Akademis yang telah
memberikan motivasi, saran serta bekal ilmu yang bermanfaat.
7. Bapak Setya Nugraha, S.Si, M.Si. yang telah berkenan memberikan
pengarahan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberi bekal
ilmu yang bermanfaat.
9. Pimpinan dan Staf Kesbanglinmas, Pimpinan dan Staf Bappeda Kabupaten
Karanganyar, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
10. Eri Setiawan, Raditya Adi Nugraha, Yaskinul Anwar, Rifky Ardhy Nugraha
terima kasih atas kerja keras dan bantuannya selama penyelesaian skripsi ini.
11. Rekan – rekan Pendidikan Geografi 2007, semoga persahabatan dan
persaudaraan kita tetap terjalin, terimakasih untuk pembelajaran hidup yang
pernah aku lalui bersama kalian.
12. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, meskipun demikian semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh.
Surakarta, 18 Januari 2013
Penulis
Yunus Aris Wibowo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT ................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DARTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx
DAFTAR PETA ............................................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxiv
BAB I. PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B Perumusan Masalah .................................................................... 7
C Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis ................................................................... 7
2. Manfaat Praktis .................................................................... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 9
A Kajian Teori ................................................................................ 9
1. Airtanah ............................................................................... 9
2. Aliran airtanah ..................................................................... 12
3. Kualitas Airtanah ................................................................. 13
4. Pencemaran Airtanah ........................................................... 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
5. Potensi Pencemaran Airtanah .............................................. 19
6. Zonasi Potensi Pencemaran ................................................. 21
7. Penggunaan Lahan ............................................................... 22
8. Metode Evaluasi Potensi Pencemaran Airtanah .................. 24
9. Satuan Lahan ....................................................................... 25
B Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 28
C Kerangka Pemikiran................................................................... 34
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 37
A Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 37
1. Tempat Penelitian ................................................................ 37
2. Waktu Penelitian .................................................................. 37
B Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................. 39
C Data dan Sumber Data ................................................................ 40
1. Data Primer .......................................................................... 40
2. Data Sekunder ...................................................................... 41
D Teknik Sampling......................................................................... 42
1. Populasi ................................................................................ 42
2. Sampel ................................................................................. 42
3. Teknik Sampling .................................................................. 43
E Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 44
1. Observasi Lapangan ............................................................. 44
2. Analisis Data Sekunder ........................................................ 45
3. Analisis Laboratorium ......................................................... 45
F Validitas Data ............................................................................. 45
1. Data Penggunaan Lahan ...................................................... 46
2. Data Tekstur Tanah .............................................................. 47
G Analisis Data .............................................................................. 47
1. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas
Secara Statis ......................................................................... 49
a. Satuan Lahan ................................................................... 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
1) Menyusun Peta Formasi Batuan .............................. 49
2) Menyusun Peta Morfografi ...................................... 49
3) Menyusun Peta Kemiringan Lereng ........................ 49
4) Menyusun Peta Macam Tanah ................................. 50
5) Menyusun Peta Besar Laju Erosi ............................. 50
6) Tumpangsusun ( Overlay ) ....................................... 50
b. Sifat Fisik yang Berpengaruh pada Zonasi Potensi
Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis ...................... 52
1) Menentukan Kedalaman Muka Airtanah Bebas ...... 52
2) Menentukan Gradien Hidrolik ................................. 54
3) Menentukan Daya Serap Di Atas Permukaan Tanah
/ Tekstur Tanah ........................................................ 55
4) Menentukan Material Penyusun Akifer ................... 56
2. Zonasi Potensi Pencemaran Air Tanah Bebas
Secara Dinamis .................................................................... 57
a. Menentukan Besarnya Penggunaan Lahan ..................... 58
3. Menentukan Arahan Penggunaan Lahan Berdasarkan
Zonasi Potensi Pencemaran Air Tanah Bebas ...................... 59
H Prosedur Penelitian ..................................................................... 60
1. Penyusunan Proposal Penelitian .......................................... 60
2. Penyusunan Instrumen Penelitian ........................................ 60
3. Pengumpulan Data ............................................................... 60
4. Analisis Data ........................................................................ 61
5. Penulisan Laporan Penelitian .............................................. 61
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 63
A Deskripsi Wilayah ...................................................................... 63
1. Letak dan Luas Daerah Penelitian ....................................... 63
a. Letak................................................................................ 63
b. Luas Daerah Penelitian ................................................... 63
2. Iklim ..................................................................................... 66
a. Temperatur ...................................................................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
b. Curah Hujan .................................................................... 67
3. Geologi ................................................................................ 70
a. Alluvium (Qa) ................................................................. 71
b. Endapan Lahar lawu (Qlla) ............................................. 72
c. Batuan Gunungapi Lawu (Qvl) ....................................... 72
4. Geomorfologi ....................................................................... 74
a. Bentuklahan .................................................................... 74
1) Teras Sungai (Fts) .................................................... 75
2) Tanggul Alam (Fta) .................................................. 75
3) Dataran Banjir (Fdb) ................................................ 75
4) Dataran Fluvial (Fda) ............................................... 75
b. Proses Geomorfologi....................................................... 75
c. Wilayah Ketinggian ........................................................ 77
1) Bagian Wilayah Rendah ........................................... 77
2) Bagian Wilayah Pertengahan ................................... 77
3) Bagian Wilayah Pegunungan ................................... 78
5. Tanah .................................................................................... 78
a. Latosol Coklat ................................................................. 78
b. Mediteran Merah Kuning ................................................ 79
6. Hidrologi .............................................................................. 80
7. Penggunaan Lahan ............................................................... 83
8. Keadaan Penduduk .............................................................. 85
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ................................... 86
1) Kecamatan Kebakkramat ......................................... 86
2) Kecamatan Tasikmadu ............................................. 87
3) Kecamatan Mojogedang .......................................... 88
4) Kecamatan Karanganyar .......................................... 89
5) Kecamatan Karangpandan ....................................... 90
b. Tingkat Kepadatan Penduduk ......................................... 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
B Hasil dan Pembahasan ................................................................ 94
1. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas
Secara Statis ......................................................................... 94
a. Satuan Lahan Daerah Penelitian ..................................... 94
1) Parameter Penyusun Satuan Lahan .......................... 94
2) Satuan Lahan ............................................................ 101
b. Sifat Fisik yang Berpengaruh pada Zonasi Potensi
Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis ...................... 112
1) Kedalaman Muka Airtanah Bebas di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran ............. 112
2) Gradien Hidrolik Bebas di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ......................................... 120
3) Daya Serap di atas Permukaan Tanah/Tekstur Tanah
di antara Sungai Grompol dengan
Sungai Tempuran ..................................................... 123
4) Material Penyusun Akuifer di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ......................................... 124
5) Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas
Secara Statis ............................................................. 128
2. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas
Secara Dinamis .................................................................... 137
a. Penggunaan Lahan dan Kepadatan Penduduk
di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran ..... 136
1) Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas
Secara Dinamis ........................................................ 142
3. Arahan Penggunaan Lahan di Antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ..................................................... 150
a. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi
Agak Mudah Tercemar pada Potensi Pencemaran
Airtanah Bebas Secara Statis .......................................... 153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
b. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi
Agak Sulit Tercemar pada Potensi Pencemaran
Airtanah Bebas Secara Statis .......................................... 156
c. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi
Sulit Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas
Secara Statis .................................................................... 159
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 163
A Kesimpulan ................................................................................. 163
B Implikasi ..................................................................................... 164
C Saran ........................................................................................... 167
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 168
LAMPIRAN ..................................................................................................... 171
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Kelas Lereng .................................................................. 27
Tabel 2.1. Penelitian yang Relevan ................................................................... 31
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian .............................................................................. 38
Tabel 3.2. Sumber Data dan Sifat Fisik Penyusun Satuan Lahan ..................... 51
Tabel 3.3. Nilai Kedalaman Muka Airtanah...................................................... 53
Tabel 3.4. Nilai Gradien Hidrolik ..................................................................... 55
Tabel 3.5. Nilai Penyerapan Di Atas Permukaan Tanah ................................... 56
Tabel 3.6. Nilai Material Penyusun Akuifer...................................................... 56
Tabel 3.7. Nilai Total Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis ........ 57
Tabel 3.8. Nilai Penggunaan Lahan .................................................................. 58
Tabel 3.9. Nilai Total Tingkat Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis .. 59
Tabel 4.1. Letak dan Luas Daerah Di antara Sungai Grompol dengan
Sungai Tempuran ............................................................................. 64
Tabel 4.2. Sebaran Titik Sampel Pengukuran Temperatur di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran...................................... 66
Tabel 4.3. Curah Hujan pada Setiap Stasiun Pengamatan Di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran 2001-2010 .................. 67
Tabel 4.4. Kriteria Penggolongan Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan
Menurut Schmidt dan Ferguson ....................................................... 68
Tabel 4.5. Perhitungan Tipe Curah Hujan Di antara Sungai Grompol
dengan Sungai TempuranTahun 2001 – 2010 menurut Schmidt
dan Ferguson di Setiap Stasiun Pengamatan .................................... 69
Tabel 4.6. Penggunaan lahan di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 84
Tabel 4.7. Kepadatan Penduduk Kecamatan Kebakkramat Tahun 2010 .......... 86
Tabel 4.8. Kepadatan Penduduk Kecamatan Tasikmadu Tahun 2010............... 87
Tabel 4.9. Kepadatan Penduduk Kecamatan Mojogedang Tahun 2010 ............ 88
Tabel 4.10. Kepadatan Penduduk Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ........... 89
Tabel 4.11. Kepadatan Penduduk Kecamatan Karangpandan Tahun 2010 ......... 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Tabel 4.12. Kategori Kepadatan Penduduk ......................................................... 91
Tabel 4.13. Kategori Kepadatan Penduduk di Daerah Penelitian ....................... 91
Tabel 4.14. Formasi Batuan di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 94
Tabel 4.15. Satuan Morfografi di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 95
Tabel 4.16. Klasifikasi Kelas Lereng di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 96
Tabel 4.17. Macam Tanah di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 96
Tabel 4.18. Faktor Dalam Perhitungan SES (Soil Erosion Status)...................... 97
Tabel 4.19. Besar Laju Erosi di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 97
Tabel 4.20. Satuan Lahan di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 109
Tabel 4.21. Kedalaman Muka Airtanah di Daerah Penelitian ............................. 114
Tabel 4.22. Gradien Hidrolik di Antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 121
Tabel 4.23. Tekstur Tanah di Antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 124
Tabel 4.24. Material Akuifer Di Antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 125
Tabel 4.25. Sebaran Kelas Potensi Agak Mudah tercemar Potensi Pencemaran
Statis Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol
dengan SungaiTempuran .................................................................. 129
Tabel 4.26. Sebaran Kelas Potensi Agak Sulit tercemar Potensi Pencemaran
Statis Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol
dengan SungaiTempuran .................................................................. 132
Tabel 4.27. Sebaran Kelas Potensi Sulit tercemar di antara Sungai Grompol
dengan SungaiTempuran .................................................................. 135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Tabel 4.28. Penggunaan Lahan di antara Sungai Grompol
dengan SungaiTempuran .................................................................. 139
Tabel 4.29. Sebaran Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar Potensi Pencemaran
Airtanah Bebas Secara Dinamis di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 143
Tabel 4.30. Sebaran Kelas Potensi Sulit Tercemar Potensi Pencemaran
Airtanah Bebas Secara Dinamis di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran ................................................................. 148
Tabel 4.31. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi
Agak Mudah Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas
Secara Statis dan Kelas Potensi Sulit Tercemar pada Potensi
Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis................................... 155
Tabel 4.32. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi
Agak Sulit Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas
Secara Statis dan Kelas Potensi Sulit Tercemar pada Potensi
Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis................................... 158
Tabel 4.33. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi
Sulit Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas
Secara Statis dan Kelas Potensi Sulit Tercemar pada Potensi
Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis................................... 158
Tabel 5.1. Implikasi Penelitian Dalam Pembelajaran di Sekolah ..................... 165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran ....................................................... 36
Gambar 3.1. Triangulasi Sumber Penggunaan Lahan ........................................ 47
Gambar 3.2. Triangulasi Sumber Tekstur Tanah ................................................ 47
Gambar 3.3. Pengukuran Kedalaman Muka Airtanah Pada Sumur Gali ............ 53
Gambar 3.4. Penampang Sumur ......................................................................... 54
Gambar 3.5. Segitiga untuk perhitungan Gradien Hidrolik ................................ 55
Gambar 3.6. Diagram Alir Penelitian ................................................................. 62
Gambar 4.1. Diagram Rata-rata Bulan Kering dan Bulan Basah di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran Tahun 2001 – 2010
Menurut Schmidt dan Ferguson ..................................................... 70
Gambar 4.2. Proses Geomorfologi yang terjadi di Sungai Grompol .................. 77
Gambar 4.3. Klasifikasi geologi terhadap sistem aliran sungai .......................... 81
Gambar 4.4. Sungai Grompol bagian hulu dan Sungai Tempuran
bagian tengah ................................................................................. 83
Gambar 4.5. Grafik penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dengan
Sungai Tempuran ........................................................................... 85
Gambar 4.6. Sampel Airtanah Bebas di Kelurahan Karanganyar dan Sampel
Kedalaman Muka Airtanah Bebas di Kelurahan Gedong ............. 115
Gambar 4.7. Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar pada Satuan Lahan
2 (Qa - F1 - I - Mk - S) di Desa Kaliwuluh dan Satuan Lahan
7 (Qlla - F1 - I - Mk - B) di Kelurahan Gedong ........................... 130
Gambar 4.8. Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar pada Satuan Lahan
16 (Qlla - F1 - I - Mk - B) di Desa Kaliwuluh dan Satuan Lahan
9 (Qlla - F1 - II - Lc - B) di Kelurahan Delingan ......................... 134
Gambar 4.9. Kelas Potensi Sulit Tercemar pada Satuan Lahan
6 (Qlla – F2 - I - Lc - S) di Desa Sewurejo dan Satuan Lahan
9 (Qlla - F1 - II - Lc - B) di Desa Pojok ....................................... 135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
Gambar 4.10. Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar pada Satuan Lahan
7 (Qlla - F1 - I - Mk - B) di Desa Kalijirak dan Satuan Lahan
8 (Qlla - F1 - I - Mk - S) di Desa Banjarharjo ............................ 143
Gambar 4.11. Kelas Potensi Sulit Tercemar pada Satuan Lahan
21 (Qlla - F2 - II - Mk - S) di Desa Tohkuning dan Satuan Lahan
2 (Qa - F1 - I - Mk - S) di Desa Alastuwo .................................. 150
Gambar 4.12. Lahan dengan Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Semusim
di Kelurahan Bejen, Kecamatan Karanganyar dan Lahan dengan
Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan di Desa Tohkuning,
Kecamatan Karangpandan .......................................................... 155
Gambar 4.13. Lahan dengan Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Semusim
di Desa Kaliboto dan di Desa Pojok,
Kecamatan Mojogedang ............................................................. 158
Gambar 4.14. Penggunaan Lahan sebagai Permukiman dan Perkebunan
di Desa Sewurejo, Kecamatan Mojogedan ................................. 160
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
DAFTAR PETA
Halaman
Peta 4.1. Administrasi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 65
Peta 4.2. Geologi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 73
Peta 4.3. Macam Tanah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 82
Peta 4.4. Kepadatan Penduduk di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 93
Peta 4.5. Morfografi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 98
Peta 4.6. Kelas Lereng di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 99
Peta 4.7. Besar Laju Erosi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 100
Peta 4.8. Satuan Lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 111
Peta 4.9. Sampel Kedalaman Muka Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 116
Peta 4.10. Kontur Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 117
Peta 4.11. Arah Aliran Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 118
Peta 4.12. Kedalaman Muka Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 119
Peta 4.13. Gradien Hidrolik di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 122
Peta 4.14. Tekstur Tanah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
Peta 4.15. Material Akuifer di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 127
Peta 4.16. Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 136
Peta 4.17. Penggunaan Lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 141
Peta 4.18. Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 161
Peta 4.19. Arahan Penggunaan Lahan di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Curah Hujan
Lampiran 2. Lokasi Pengukuran Kedalaman Muka Airtanah Bebas
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Sampel Airtanah Bebas
Lampiran 4. Data Pengambilan Tekstur Tanah
Lampiran 5. Permeabilitas Tanah
Lampiran 6. Perhitungan Gradien Hidrolik
Lampiran 7. Sampel Gradien Hidrolik
Lampiran 8. Pengharkatan/Scoring Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Statis
Lampiran 9. Pengharkatan/Scoring Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Dinamis
Lampiran 10. Pedoman Wawancara
Lampiran 11. Data Bor Daerah Penelitian
Lampiran 12. Hasil Uji Laboratorium untuk Tekstur Tanah dan Permeabilitas
Tanah
Lampiran 13. Surat Perijinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumberdaya alam merupakan unsur lingkungan yang mutlak dibutuhkan
dalam kehidupan di permukaan bumi. Sumberdaya alam merupakan semua tata
lingkungan biofisik yang potensial untuk pemenuhan kebutuhan manusia, bisa
juga dipahami bahwa sumberdaya alam merupakan bahan-bahan yang ditemukan
manusia dari alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pengertian lain,
sumberdaya alam diartikan sebagai suatu sumberdaya yang terbentuk karena
kekuatan alamiah. Sumberdaya alam berdasarkan kelestarian pemanfaatannya
dibagi menjadi dua, yaitu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (Renewable
resources) dan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (Unrenewable
resources). Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (Renewable resources)
merupakan sumberdaya alam yang dapat dikembalikan persediaannya dalam
waktu yang relatif cepat, seperti tumbuhan, air dan udara. Sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbaharui (Unrenewable resources) merupakan sumberdaya alam
yang setelah habis dipergunakan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
pemulihannya atau bahkan tidak dapat dilakukan pemulihan kembali, seperti
minyak bumi, batu bara dan berbagai jenis tambang mineral yang lain.
Sumberdaya alam yang paling sering dimanfaatkan dan paling
dibutuhkan semua makhluk hidup khususnya manusia adalah sumberdaya air. Air
merupakan salah satu komponen kebutuhan dasar hidup manusia yang sangat
penting. Sumber air di bumi ini berasal dari air hujan, air permukaan (sungai),
mata air dan airtanah. Manusia sangat membutuhkan air untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya baik kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan
pembangunan di berbagai bidang seperti industri, pertanian, dan lain – lain.
Adanya kegiatan pembangunan pada berbagai bidang, menyebabkan kebutuhan
air semakin meningkat. Penggunaan untuk keperluan rumah tangga meningkat
sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Keberadaan sumberdaya air di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bumi secara kuantitatif persebarannya terbatas baik secara keruangan maupun
menurut waktu. Terbatas secara keruangan maksudnya kuantitas air di suatu
tempat berbeda dengan tempat yang lain. Keterbatasan menurut waktu adalah
kuantitas air dari waktu ke waktu tidak sama jumlahnya. Disamping kuantitas,
untuk memenuhi kebutuhan air dituntut pula kualitas. Kualitas air menyatakan
tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan tertentu bagi
kehidupan manusia, seperti untuk mengairi tanaman, minuman ternaknya dan
kebutuhan langsung untuk minum, mandi dan mencuci (Arsyad, 1989: 171). Hal
itu dikarenakan seringkali air mencukupi dari segi kuantitas, tetapi dari sisi
kualitas tidak memenuhi syarat untuk pemenuhan kebutuhan.
Sumber air yang paling baik secara kualitas untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia baik untuk dikonsumsi maupun dimanfaatkan untuk kebutuhan
yang lain adalah airtanah. Airtanah adalah air yang terdapat dalam lajur jenuh di
bawah permukaan tanah (Seyhan, 1990: 254). Airtanah bergerak dan mengalir di
dalam tanah, Aliran air bawah tanah yaitu air yang masuk dan terpekolasi jauh ke
dalam tanah dan menjadi air bawah tanah (Groundwater) (Arsyad, 1989: 41).
Airtanah merupakan sumber air yang paling banyak dirnanfaatkan oleh manusia.
Hal ini karena airtanah memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sumber air
lainnya, seperti kualitas air relatif lebih baik, keterdapatannya tidak dipengaruhi
oleh musim, memiliki persebaran yang luas dan tidak mengandung bahan
tersuspensi atau kapur sehingga kelihatan jernih (Arsyad, 1989: 41). Meskipun
demikian, tidak selamanya airtanah mempunyai kualitas yang baik. Kualitas
airtanah yang pada awalnya memenuhi syarat-syarat untuk digunakan suatu
kebutuhan, pada suatu saat kualitasnya dapat tidak memenuhi syarat lagi
Kualitas airtanah dapat dipengaruhi banyak faktor, baik faktor alami
maupun faktor non alami. Faktor alami yang berpengaruh terhadap kualitas air
adalah iklim, geologi, vegetasi, dan waktu, sedangkan faktor non alami yang
berpengaruh terhadap kualitas air adalah manusia. Manusia dengan berbagai
macam aktivitasnya secara langsung maupun tidak langsung dapat membawa
dampak yang merugikan terhadap kualitas air, dampak tersebut berupa penurunan
kualitas air atau pencemaran. Pencemaran air khususnya pencemaran airtanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dapat disebabkan oleh kondisi sifat fisik suatu daerah dan pencemaran yang
disebabkan oleh pengaruh aktivitas manusia. Pencemaran airtanah yang
disebabkan oleh sifat fisik suatu wilayah disebut pencemaran airtanah secara
statis, hal ini disebabkan oleh sifat fisik suatu daerah yang rentan atau kurang baik
dalam menahan masuknya polutan atau limbah masuk ke dalam airtanah, sifat
fisik tersebut dapat berupa kedalaman muka airtanah, tekstur tanah, gradien
hidrolik, dan material akuifer. Pencemaran airtanah yang disebabkan oleh
aktivitas manusia terjadi karena adanya berbagai aktivitas mulai dari yang
sederhana seperti mandi, mencuci, hingga pemupukan pertanian, industri dan
perubahan penggunaan lahan. Pencemaran ini bergantung pada besar dan
intensitas aktivitas-aktivitas tesebut dilakukan. Oleh karena itu pencemaran ini
biasa disebut pencemaran airtanah secara dinamis, karena besar atau kecilnya
pencemaran bergantung pada aktivitas yang dilakukan. Semakin banyak dan
semakin sering dilakukan maka polutan atau limbah yang dihasilkan juga semakin
besar, sehingga potensi pencemaran juga semakin besar. Selain pengaruh aktivitas
manusia, pencemaran airtanah secara dinamis juga dipengaruhi oleh sifat fisik
seperti pada pencemaran airtanah bebas secara statis dan pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan penduduk juga dapat mempengaruhi kualitas air, dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kepadatan penduduk maka
tingkat kebutuhan semakin meningkat, semakin meningkatnya kebutuhan
penduduk maka tekanan terhadap alam lingkungan akan semakin besar. Karena
polutan atau limbah yang berpotensi menyebabkan pencemaran airtanah juga
semakin besar. Selain itu peningkatan jumlah penduduk juga mempengaruhi
penggunaan lahan serta menuntut peningkatan sarana dan prasarana untuk
mendukung segala aktivitasnya.
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi peruntukan ruang akan
berpengaruh pada kualitas lingkungan. Penggunakan lahan (Landuse) diartikan
sebagai setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap lahan dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual.
Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar, yaitu
penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian (Arsyad,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1989: 207). Berubahnya lahan pertanian menjadi permukiman atau kawasan
industri menyebabkan tumbuhnya pusat-pusat pelayanan baru. Perubahan
penggunaan lahan merupakan potensi pencemaran airtanah yang berakibat pada
penurunan kualitas airtanah. Hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan
merupakan salah satu sumber pencemaran airtanah dan mempunyai kontribusi
besar bagi masuknya polutan ke dalam airtanah. Proses masuknya zat pencemar
ke dalam airtanah dipengaruhi oleh karakteristik hidrogeologi (Todd,1980: 317).
Berdasarkan karakteristik hidrogeologi dapat diperkirakan tingkat kerentanan
airtanah terhadap pencemaran. Karakteristik hidrogeologi tersebut antara lain :
kedalaman muka airtanah, curah hujan, topografi, litologi, tekstur tanah, akuifer
dan gradien hidrolik.
Daerah penelitian meliputi wilayah di antara Sungai Grompol dengan
Sungai Tempuran yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Karanganyar. Daerah
di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran meliputi sebagian dari lima
Kecamatan, terdiri dari lima Kelurahan dan 14 Desa di Kabupaten Karanganyar.
Luas daerah tersebut 6212,691 hektar, dengan perincian Kecamatan Kebakkramat
1235,4 hektar (19,88%), Kecamatan Tasikmadu 726,9 hektar (11,70%),
Kecamatan Mojogedang 1345,9 hektar (21,66%), Kecamatan Karanganyar 2066
hektar (33,26%) dan Kecamatan Karangpandan 838,4 hektar (13,50%) (Hasil
Analisis Data dengan Aplikasi SIG Tahun 2011). Penggunaan lahan di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran bervariasi, diantaranya permukiman
dengan luas 2281,384 Ha (36,72%), kebun/perkebunan dengan luas 811,147 Ha
(13,06%), sawah tadah hujan dengan luas 285,993 Ha (4,60%), sawah irigasi
dengan luas 1839,302 Ha (29,61%), tegalan/ladang dengan luas 888,670 Ha
(14,30%), peternakan 31,556 Ha (0,51%), waduk dengan luas 25,360 Ha (0,41%),
dan lahan kosong dengan luas 49,279 Ha (0,79%) (Hasil Analisis Data dengan
Aplikasi SIG Tahun 2011). Masing-masing penggunaan lahan memiliki
karakteristik polutan dan pengaruh terhadap pencemaran airtanah yang berbeda-
beda. Penggunaan lahan yang memiliki potensi besar terhadap pencemaran
airtanah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran adalah pemukiman,
karena merupakan penggunaan lahan paling dominan dan menghasilkan limbah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
domestik dalam jumlah besar dalam intensitas tinggi. Penggunaan lahan lain yang
memiliki potensi besar terhadap pencemaran airtanah adalah peternakan dan
industri, karena menghasilkan limbah dalam jumlah yang relatif besar, meskipun
industri yang terdapat di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran tidak
begitu banyak dan bukan merupakan industri besar. Jumlah industri yang ada pada
lokasi penelitian adalah 34 industri yang terdiri dari 20 industri kecil dan 14
industri sedang (Badan Pusat Statistik, 2010: 192). Penggunaan lahan yang
memiliki pengaruh terhadap pencemaran airtanah adalah kebun/perkebunan,
sawah irigasi, dan sawah tadah hujan, penggunaan lahan tersebut karena adanya
proses pemupukan dan pengolahan lahan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Aktivitas penggunaan lahan saat ini yang tidak terencana mengakibatkan
kerusakan Iahan, tata air maupun lingkungan. Penggunaan lahan untuk
permukiman dan perkembangan sektor industri berpengaruh pada penurunan luas
lahan pertanian. Sejalan dengan itu limbah yang dihasilkan juga semakin besar,
baik limbah rumah tangga maupun limbah industri. Hal ini mengakibatkan potensi
pencemaran lingkungan khususnya pencemaran airtanah semakin meningkat.
Peningkatan potensi pencemaran tersebut karena pembuangan limbah rumah
tangga secara langsung ke lingkungan sekitar dan sebagian peternakan serta
industri masih membuang limbahnya langsung ke lingkungan sekitar tanpa
pengolahan terlebih dahulu, aktivitas tersebut menyebabkan potensi pencemaran
airtanah semakin besar. Fakta-fakta tersebut menunjukan bahwa, perlu dilakukan
suatu perencanaan penggunaan lahan yang baik. Penggunaan lahan yang baik
merupakan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan, fungsi
kawasan dan penggunaan lahan yang sesuai dengan pembangunan berwawasan
lingkungan, supaya kelestarian dan kualitas lingkungan dapat terjaga dengan baik.
Dalam menyusun perencanaan penggunaan lahan tersebut hendaknya juga
memperhitungkan perlindungan terhadap sumberdaya air dalam kawasan tersebut,
sehingga air dalam kawasan tersebut dapat terhindar dari pencemaran.
Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan untuk perlindungan air
adalah dengan adanya penelitian mengenai potensi pencemaran airtanah bebas.
Dengan dilakukan penelitian maka dapat diketahui daerah mana yang berpotensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
besar untuk tercemar. Metode evaluasi potensi pencemaran airtanah bebas dapat
dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah metode Le Grand
(Todd,1980: 344-345). Dalam menentukan potensi pencemaran airtanah bebas Le
Grand menggunakan sifat-sifat fisik yang dianggap dapat mempengaruhi potensi
pencemaran airtanah bebas. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa limbah yang
dibuang dalam suatu saluran atau langsung dibuang ke tanah akan meresap ke
dalam tanah dan dapat mencemari airtanah. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan metode Le Grand dilakukan karena dalam penelitian-penelitian
airtanah sebelumnya lebih mengutamakan kualitas tanpa mempertimbangkan sifat
fisik yang berpengaruh pada pencemaran airtanah khususnya aitanah bebas.
Penelitian ini dilakukan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran,
karena batas alami airtanah adalah sungai khususnya sungai dengan sistem aliran
effluent, berbeda dengan air permukaan (sungai) yang batas alaminya berupa
bukit/punggungan yang kemudian secara alami membentuk suatu sistem aliran
sungai dan keluar melalui satu outlet. Sungai Grompol dan Sungai Tempuran
adalah sungai dengan sistem aliran effluent yang berarti bahwa kedua sungai
tesebut aliran airnya dipasok oleh aitanah. Sistem aliran effluent pada umumnya
berlangsung sepanjang tahun, hal ini disebabkan permukaan airtanah pada daerah
di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran lebih tinggi dari pada aliran
sungai, sehingga aliran airtanah akan mengalir dan terhenti di kedua sungai
tesebut, hal ini merupakan salah satu yang menjadi dasar penentuan lokasi
penelitian ini. Satuan analisis dalam penelitian berupa satuan lahan, yang
disusun dari parameter-parameter yang dapat berpengaruh terhadap
keterdapatan, proses pembentukan, dan kualitas airtanah bebas.
Berdasarkan permasalahan yang ada pada daerah di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran, perlu adanya tindakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan melakukan penelitian
mengenai potensi pencemaran airtanah bebas. Hal inilah yang melatarbelakangi
penulis untuk melakukan penelitian dengan judul "Zonasi Potensi Pencemaran
Airtanah Bebas Untuk Arahan Penggunaan Lahan di Antara Sungai
Grompol Dengan Sungai Tempuran, Kabupaten Karanganyar Tahun 2011''.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis di
antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2011?
2. Bagaimana zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis di
antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2011?
3. Bagaimana arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan hasil yang
diperoleh dari penelitian tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui dan melakukan analisis tentang zonasi potensi pencemaran
airtanah bebas secara statis di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran, Kabupaten Karanganyar Tahun 2011.
2. Mengetahui dan melakukan analisis tentang zonasi potensi pencemaran
airtanah bebas secara dinamis di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran, Kabupaten Karanganyar Tahun 2011.
3. Membuat arahan penggunaan lahan sesuai dengan hasil yang diperoleh.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang kajian ilmu geografi fisik, khususnya bidang hidrologi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian-penelitian
sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan manfaat sebagai pertimbangan pemerintah daerah setempat
sebagai kerangka acuan dalam bidang pembangunan, sehingga
kerusakan-kerusakan yang terjadi pada daerah penelitian tersebut dapat
teratasi yang selanjutnya dapat dilakukan pengelolaan dengan baik
sesuai dengan daya dukungnya.
b. Memberikan manfaat untuk menambah wawasan dan meningkatkan
kesadaran bagi masyarakat dalam mengelola lingkungan, sehingga
sesuai dengan daya dukung lingkungan tersebut.
c. Bagi pembelajaran dapat digunakan untuk menambahkan materi
sekaligus untuk mempertajam pemahaman pembelajaran geografi di
SMA Kelas X pada Kompetensi Dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Airtanah
Airtanah merupakan air yang berada pada lapisan tanah atau batuan yang
tembus air dalam keadaan jenuh, sehingga dapat menghasilkan sejumlah air
apabila lapisan batu tersebut tersingkap. Menurut Seyhan (1990: 254) Airtanah
adalah air yang terdapat dalam lajur jenuh di bawah permukaan tanah. Lajur jenuh
air merupakan lapisan batuan yang mempunyai celahan batuan di dalamnya dan
celahan tersebut saling berhubungan sehingga air yang berada di dalamnya dapat
bergerak mengalir. Airtanah menurut Asdak (1995: 238) adalah air yang yang
berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah. Airtanah sangat penting bagi
kehidupan manusia, karena airtanah merupakan salah satu sumber kehidupan.
Santosa (2006: 142) berpendapat :
“Groundwater issue is a complicated study and has important meaning
for human being, especially for the use of drinking water need or other
need.The planning of usage, management, and groundwater conservation
are needed in the light of the importance of this natural resource for the
living”.
Definisi di atas menyebutkan bahwa permasalahan airtanah adalah
sebuah studi yang kompleks dan memiliki arti penting bagi manusia, khususnya
untuk kebutuhan air minum atau kebutuhan lainnya. Perencanaan penggunaan,
dan konservasi airtanah dibutuhkan demi kepentingan kelangsungan airtanah
untuk kehidupan. Airtanah merupakan bagian dari siklus hidrologi yang berawal
dari presipitasi dalam berbagai bentuk seperti hujan, salju, hujan es dan salju
(sleet) yang jatuh ke permukaan tanah, selanjutnya meresap ke dalam tanah
(Infiltrasi) dan sebagian tertampung sementara dalam cekungan-cekungan
permukaan tanah yang selanjutnya mengalir ke permukaan tanah yang lebih
rendah, menuju ke sungai hingga akhirnya sampai ke laut. Berdasarkan asalnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
airtanah dapat digolongkan menjadi empat tipe airtanah yang jelas (Todd, 1959
dan Dam, 1966 dalam Seyhan, 1990: 256), yaitu :
a. Air meteorik : Air ini berasal dari atmosfer dan mencapai mintakat
kejenuhan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan :
- Secara langsung oleh infiltrasi pada permukaan.
- Secara tidak langsung oleh perembesan inffluent (dimana
kemiringan muka airtanah meyusup di bawah aras air permukaan,
kebalikan dari effluent) dari danau, sungai, saluran buatan dan
lautan.
- Secara langsung dengan kondensaai uap air (dapat diabaikan)
b. Air Juvenil : Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada
mintakat kejenuhan dari kerak bumi yang dalam. Selanjutnya air ini
dibagi lagi menurut sumber spesifiknya ke dalam :
- Air magmatik
- Air gunungapi dan air kosmik (yang dibawa oleh meteor)
c. Air diremajakan (rejuvenated) : air yang untuk sementara waktu telah
dikeluarkan dari daur hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab-
sebab lain, kembali ke daur lagi dengan proses- proses metamorfisme,
pemadatan atau proses- proses yang serupa (Dam, 1966 dalam
Seyhan, 1990: 256).
d. Air konat : Air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau
gunung pada saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat
termineralisasi dan mempunyai salinitas yang lebih tinggi daripada air
laut.
Banyaknya air yang tersimpan di bawah permukaan bergantung pada
kesarangan lapisan di bawah tanah. Airtanah ditemukan pada formasi geologi
permeabel (tembus air) yang dikenal sebagai akuifer. Akuifer merupakan formasi
geologi yang menentukan perjalanan air hujan ke zone saturasi ( zone jenuh),
yang berfungsi menyimpan airtanah dalam jumlah yang besar (Asdak, 1995: 231).
Seyhan (1990: 256) berpendapat bahwa akuifer disebut juga reservoir airtanah,
formasi pengikat air, dan dasar-dasar yang tembus air merupakan formasi
pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak
melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa. Volume airtanah yang dapat
disimpan dalam suatu akuifer dapat diketahui dengan melihat karakteristik dari
akuifer tersebut. Tidak semua lapisan batuan dapat menjadi pembawa air. Lapisan
batuan yang tidak dapat meloloskan air merupakan lapisan kedap air, lapisan ini
tidak mampu menyimpan atau meloloskan air. Deposit glasial pasir dan kerikil,
kipas aluvial dataran banjir, dan deposit delta pasir semuanya merupakan sumber-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sumber air yang baik (Seyhan, 1990: 256). Sedangkan Santosa (2006: 145)
menyatakan bahwa :
“The variation or the difference of litology will affect the difference of
groundwater quality, and the aquifer permeability coefficient as the
measurement to the relative potential of groundwater”
Definisi di atas menekankan bahwa variasi atau perbedaan litologi akan
berpengaruh pada kualitas airtanah, dan koefisien permeabilitas akuifer serta
potensi airtanah. Menurut Seyhan (1990: 259-260) ada empat tipe akuifer, yaitu :
a. Akuifer tidak tertekan : Batas- batas atasnya adalah muka airtanah
beragam tergantung pada kondisi- kondisi permukaan, luas pengisian
kembali, debit, pemompaan dari sumur, permeabilitas dan lain-lain.
b. Akuifer tertekan : Airtanah tertutup antara dua strata yang kedap air.
Air ini ada di bawah tekanan dan bagian atasnya dibatasi oleh
permukaan piezometrik. Jika suatu sumur dimasukan dalam akuifer
ini, arus air akan naik sampai pada piezometrik dan akan membentuk
suatu sumur yang mengalir.
c. Akuifer melayang : Akuifer ini merupakan kasus khusus dari akuifer
tak terbatas yang terjadi dimana tubuh airtanah dipisahkan dari tubuh
utama airtanah oleh stratum yang relatif kedap air dengan luas yang
kecil.
d. Akuifer semi tertekan : Akuifer ini merupakan kasus khusus akuifer
bertekanan yang dibatasi oleh lapisan- lapisan semi permeabel.
Pendapat lain dikemukakan oleh Todd (1980: 42-45) akuifer dibagi
menjadi empat macam, yaitu :
a. Akuifer bebas (Unconfined Aquifer) : Merupakan akuifer yang berada
di bagian atas dibatasi oleh muka air tanah, sedang di bagian bawah
dibatasi oleh lapisan batuan yang mempunyai sifat impermeabel atau
kedap air.
b. Akuifer tertekan (Confined Aquifer) : Merupakan akuifer yang di
bagian atas dan bawah dibatasi oleh lapisan batuan yang mempunyai
sifat impermeabel atau kedap air.
c. Akuifer setengah tertekan (Semi Confined Aquifer) : Merupakan
Akuifer yang di bagian atas dibatasi oleh batuan yang semi
impermeabel, sedang di bawah dilapisi oleh lapisan batuan yang
impermeabel atau kedap air.
d. Akuifer Setengah Bebas (Semi Unconfined Aquifer) : Merupakan
akuifer yang di bagian atasnya dibatasi oleh lapisan batuan yang
permeabilitasnya antara semi confined dan confined, sedang di bagian
bawah dibatasi oleh lapisan impermeabel atau kedap air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Aliran Airtanah
Air dapat bergerak dan berubah bentuk, tidak hanya air permukaan yang
dapat bergerak melainkan juga airtanah. Airtanah selalu bergerak berdasarkan
prinsip-prinsip hidrolika. Gradien hidrolik merupakan beda tinggi airtanah dari
dua titik dibandingkan jaraknya searah dengan aliran airtanah. Permeabilitas
merupakan tingkat kemudahan aliran air yang melewati akuifer. Menurut Seyhan
(1990: 262) permeabilitas merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui
suatu media porus. Pendapat lain dikemukakan oleh Mahida (1986: 176)
permeabilitas merupakan konstanta yang penting dalam persamaan aliran, Gerak
air dalam tanah pada pokoknya disebabkan oleh gravitasi dan tegangan kapiler.
Informasi mengenai gerakan airtanah dapat diperoleh dengan memberikan suatu
zat ke dalam aliran yang kemudian dirunut dalam ruang dan waktu (Todd, 1980:
72). Seyhan (1990: 285) berpendapat bahwa proses umum gerakan airtanah
sangatlah sederhana, suatu gerakan yang didorong oleh gaya berat, ditahan oleh
gesekan cairan pada medium yang porus.
Air bergerak dari tempat dengan potensi kelembaban tinggi ke tempat
dengan potensi kelembapan yang rendah. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
potensi kelembaban total dan kemiringan antara dua titik atau lokasi dalam
lapisan tanah. Selanjutnya air akan bergerak mengikuti lapisan atau lempengan
formasi geologi sesuai dengan kemiringan lapisan formasi geologi tersebut.
Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap aliran airtanah adalah kerapatan,
kekentalan, kesarangan, dan kelulusan.
Secara umum ada dua macam gerakan airtanah, yaitu gerakan secar
horizontal dan secara vertikal. Gerakan airtanah secara horizontal dipengaruhi
oleh kemiringan lapisan karena biasanya muka airtanah mengikuti kontur
permukaan topografi. Menurut Asdak (1995: 249) air bergerak mengikuti lapisan
formasi geologi sesuai dengan arah kemiringan lapisan formasi lapisan geologi
tersebut untuk dapat memperkirakan laju gerakan airtanah. Permukaan airtanah
selalu dalam keadaan seimbang, oleh sebab itu airtanah akan bergerak ke tempat
yang lebih rendah. Gerakan airtanah horizontal dapat diketahui dengan membuat
kontur airtanah. Langkah awal pembuatan kontur airtanah adalah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mengukur elevasi dan kedalaman muka airtanah, selanjutnya dihitung ketinggian
muka airtanah dengan cara ketinggian tempat dikurangi kedalaman muka airtanah.
Gerakan airtanah secara vertikal dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang
menyebabkan air bergerak ke bawah dan gaya kapiler yang menyebabkan air
bergerak ke atas. Menurut Seyhan (1990: 293-295) metode-metode yang paling
sering digunakan untuk pengukuran arah aliran airtanah adalah :
a. Metode Kartografi : Metode ini melibatkan konstruksi kontur- kontur
airtanah (atau permukaan piezometrik) dari pengamatan permukaan-
peermukaan air pada jaringan sumur- sumur alami atau lubang-
lubang pengeboran.
b. Pelacak : Ada 3 cara menggunakan pelacak, yaitu :
- Memasukan pelacak buatan (Pewarna garam, hidrogen, kobalt) ke
dalam lubang bor dan tempat konsentrasi puncaknya pada
airtanah pada jaringan sumur- sumur pengamatan hilir.
- Pemasangan bahan- bahan pelacak yang terjadi secara alami,
misalnya konsentrasi trilium yang terdapat pada air hujan
dibandingkan dengan yang terdapat pada airtanah.
- Pemasukan dan pengamatan pada lubang bor tunggal. Isotop
radioaktif dimasukan ke dalam sumur dan dibawa oleh airtanah
dari sumur ke dalam tanah. Penghitung geiger dimasukan ke
dalam sumur yang sama dan diputar 360 untuk menentukan
arah yang memberikan skala pembacaan yang maksimum. Arah
ini merupakan arah aliran airtanah yang utama.
c. Pengukur Aliran : Pada keadaan tertentu dengan melibatkan
kecepatan airtanah yang relatif tinggi (seperti pada batukapur
bercelah) pengukuran langsung arah aliran airtanah dimungkinkan
dengan menggunakan pengukuran arus atau pengukur arus termal.
Pengukur arus diputar secar perlahan hingga pembacaan maksimum
diperoleh pada arah yang sama dengan sumbu utama aliran airtanah.
Pengukur arus termal mengukur jumlah air yang dipanaskan antara
dua tempat pengamatan. Ini berbanding terbalik dengan kecepatan
airtanah (Ward, 1967 dalam Seyhan, 1990: 295).
d. Model- model airtanah (Sevenhuysen, 1970 dalam Seyhan, 1990:
295).
3. Kualitas Airtanah
Kualitas air merupakan mutu yang dimiliki oleh air untuk penggunaan
tertentu berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi air pada suatu
daerah. Airtanah merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi
kehidupan dan penghidupan di bumi. Hal ini dikarenakan airtanah merupakan air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang paling banyak dimanfaatkan dalam kehidupan. Pendapat lain dikemukakan
oleh Ashraf, Afshari, dan Ebadi (2011: 843) :
“Groundwater quality is something relative characteristics of the use of
water for specific uses will affect, characteristics of water quality
through physical, chemical and biological definition is national
committee of irrigation and drainage”.
Kualitas airtanah di setiap tempat berbeda- beda. Kualitas air dinilai
berdasarkan parameter tertentu sesuai dengan tujuan dan keguanannya, karena
kualitas air untuk tiap penggunaan berbeda-beda. Kualitas air yang baik untuk
pengairan belum tentu baik untuk untuk keperluan yang lain, sehingga perlu
diketahui mutu air yang ada, khususnya airtanah karena akan bergantung pada
tujuan dan penggunaannya. Tujuan utama dari pemeriksaan air adalah
menentukan mutu sanitasi air bagi kebutuhan manusia, pengolahan air yang
diperlukan, hasil pengolahan air, dan derajat polusi air sehingga diketahui tingkat
pencemarannya. Kualitas airtanah juga dipengaruhi oleh kondisi fisik suatu
daerah. Sifat-sifat fisik suatu daerah, seperti geologi, tanah, geomorfologi
memiliki pengaruh terhadap kualitas airtanah tergantung dari tipe masing-masing
sifat fisik tersebut.
A landform of a region is characterized by the present of earth surface
topography or relief, the genesis, geomorphologic structure, and its
compounding material. Each compounding material of the landform will
affect the groundwater condition, either the quality, the depth of
groundwater surface (water table), groundwater movement, hydro-
chemical type, or its aquifer permeability. Hence, the condition of
groundwater in a region can be shown with the hydromorphological
condition of that region (Santosa, 2006: 143).
Definisi di atas menekankan bahwa suatu bentuklahan dari suatu wilayah
adalah perwujudan dari karakteristik topografi permukaan bumi atau relief,
genesis, struktur geomorfologi dan bahan induk. Bahan induk dari suatu
bentuklahan akan berpengaruh pada kondisi airtanah, kualitas, kedalaman muka
airtanah, aliran airtanah, tipe hidrokimia, dan permeabilitas akuifer. Kondisi
airtanah pada suatu wilayah dapat dilihat dari kondisi hidromorfologi wilayah
tersebut. Airtanah jika dilihat dari segi mikrobiologis umumnya tampak bersih,
karena sewaktu proses pengaliran airtanah mengalami penyaringan alamiah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kebanyakan mikroba sudah tidak terdapat lagi di dalamnya. Airtanah banyak
mengandung garam dan mineral terlarut, pada waktu air melalui lapisan-lapisan
secara praktis airtanah bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah,
tetapi banyak bahn-bahan pencemar atau limbah yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia yang dapat memyebabkan penurunan kualitas air. Air yang sudah
tercemar memiliki perbedaan kandungan mineral yang berbeda dengan air dengan
kualitas yang baik.
Permasalahan kualitas air tanah tidak hanya penting untuk kepentingan
sehari-hari saja, tetapi juga untuk keperluan lainnya. Karena itu dalam
penggunaan air harus memperhatikan kualitasnya. Adapun faktor- faktor yang
mempengaruhi kualitas air tanah antara lain :
a. Iklim
Meliputi curah hujan dan temperatur udara. Curah hujan yang tinggi
akan melarutkan unsur kimia dalam atmosfer yang akhirnya masuk ke
dalam tanah. Temperatur mempunyai pengaruh terhadap pelarutan gas,
makin rendah temperatur makin banyak gas yang tinggal sebagai larutan.
Makin tinggi tekanan udara makin besar gas yang terlarut dalam.
b. Litologi
Tanah dan batuan merupakan sumber mineral yang dilarutkan yang
melaluinya (makin tua umur batuan maka makin besar tingkat pelapukan
batuan) berakibat semakin tinggi tingkat pelapukan garam yang terlarut
dalam tanah.
c. Waktu
Lamanya air tanah itu tinggal pada suatu batuan akan semakin unsur
batuan yang terlarut.
d. Aktivitas Manusia
Aktivitas manusia yang tidak memperhatikan lingkungan akan
berpengaruh pada kualitas air tanah. Misalnya pembuangan limbah industri,
pembuangan sampah.
Kualitas air memiliki standar yang harus dipenuhi untuk dapat digunakan
dalam suatu kebutuhan, standar tersebut dikenal dengan baku mutu air. Menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Fardiaz (1992: 15-16) baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air tetapi air
tersebut dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Untuk mendapatkan standar
air yang bersih tidaklah mudah tergantung pada banyak faktor penentu. Menurut
Wardhana (2001: 71-72) air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air,
akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya. Keadaan normal air tergantung
pada faktor penentu antara lain :
a. Kegunaan Air
- Air untuk minum
- Air untuk keperluan rumah tangga
- Air untuk industri
- Air untuk mengairi sawah
- Air untuk kolam perikanan
b. Asal sumber air
- Air dari mata air pegunungan
- Air danau
- Air sungai
- Air sumur
- Air hujan
Menurut Fardiaz (1992: 15-16) kegunaan air pada sumber air dibedakan menjadi :
a. Golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum
langsung tanpa harus diolah terlebih dahulu.
b. Golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk
diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
c. Golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
peternakan dan perikanan.
d. Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian
dan dimanfaatkannuntuk industri perkotaan, industri tenaga air.
4. Pencemaran Airtanah
Menurut PPRI No 82 Tahun 2001 pencemaran air adalah suatu unsur
organisme atau unsur lain dalam suatu sumberdaya dalam kadar yabg
mengganggu peruntukan sumberdaya alam tersebut. Air yang tersebar di alam
tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah
terpolusi (Fardiaz, 1992: 19). Pencemaran air sebagian besar disebabkan oleh
aktivitas manusia baik dalam bidang industri maupun kehidupan rumah tangga,
limbah yang berasal dari industri dan rumah tangga banyak yang dibuang
langsung ke alam tanpa mengalami suatu proses pengelolaan terlebih dahulu. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ini menyebabkan pencemaran air semakin meningkat, tidak hanya pencemaran
terhadap air permukaan tetapi juga pencemaran terhadap airtanah. Menurut
Ishaku (2011: 219) :
“Groundwater quality is mainly controlled by the range and type of
human influence as well as geochemical, physical and biological
processes occurring in the ground”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas airtanah
juga dikontrol oleh jarak dan jenis pengaruh manusia yang meliputi proses
geokimia, proses fisik, dan proses biologi di atas permukaan tanah. Mekanisme
masuknya pencemar sehingga mencemari air tanah tidak terlepas dari siklus
hidrologi. Air hujan melalui presipitasi mencapai permukaan tanah. Dengan
adanya gaya gravitasi air hujan meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah.
Proses meresapnya air ke dalam tanah disebut infiltrasi. Mekanisme masuknya
polutan sehingga mencapai sumur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Jarak penyebaran pencemar di dalam tanah.
b. Frekuensi pemakaian air.
c. Porositas.
d. Tekstur tanah.
e. Aliran air tanah.
f. Temperatur.
Bahan buangan dan air limbah baik limbah industri maupun limbah
rumah tangga merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air. Daerah
yang memiliki banyak industri atau daerah tersebut merupakan kawasan industri,
akan memiliki potensi pencemaran air yang lebih besar dibandingkan dengan
daerah yang jauh dari pusat industri. Hal ini dikarenakan sebagian besar industri
membuang limbahnya langsung ke lingkungan melalui sungai, danau, atau
langsung ke laut tanpa pengelolaan terlebih dahulu. Bahan buangan baik berupa
padatan maupun cairan yang masuk ke air lingkungan menyebabkan terjadinya
penyimpangan dari keadaan normal air dan ini berarti suatu pencemaran
(Wardhana, 2001: 72). Raman dan Sathiyanarayanan pada tahun 2011,
menyatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
“The physico-chemical parameters of water and the dependence of all
life process of these factors make it desirable to take as an
environmentally viable or not, the leachate produced by waste disposal
sites contains a large amount of contaminants which are likely to pollute
ground water” ( Raman dan Sathiyanarayanan, 2011: 481).
Menurut Wardhana (2001: 79-83) komponen pencemaran air
dikelompokan sebagai berikut :
a. Bahan buangan padat
Bahan buangan padat baik yang kasar maupun yang halus berupa :
1) Pelarutan bahan buangan padat oleh air
Bahan buangan padat yang terlarut ditandai dengan perubahan warna
yang akan mengurangi jumlah oksigen dalam air.
2) Pengendapan bahan buangan padat di dasar air
Pengendapan bahan buangan akan mengganggu kehidupan organisme di
dalam air.
3) Pembentukan koloidal yang melayang di dalam air.
b. Bahan buangan organik
Pada umumnya merupakan limbah yang mudah membusuk, apabila
dibuang ke air lingkungan menyebabkan berkembangnya bakteri patogen
yang berbahaya bagi manusia.
c. Bahan buangan anorganik
Pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk.
d. Bahan buangan olahan bahan makanan
Bersifat organik dan mudah membusuk akan terurai menjadi senyawa
yang mudah menguap dan berbau busuk.
e. Bahan buangan cairan berminyak
Bahan buangan ini akan menutupi permukaan air, cairan berminyak
tersebut mengandung zat-zat beracun dan tidak dapat dikonsumsi manusia.
f. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan ini akan menimbulkan racun yang dapat mematikan
hewan, tanaman bahkan manusia.
g. Bahan buangan yang berupa panas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
5. Potensi Pencemaran Airtanah
Potensi dalam arti luas diartikan sebagai suatu kandungan atau
kemampuan suatu objek yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Potensi merupakan kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.Tidak semua potensi berarti
positif, karena ada potensi yang bersifat negatif seperti potensi pencemaran.
Pencemaran airtanah dapat diartikan adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing dalam airtanah yang dapat menyebabkan perubahan komposisi airtanah dari
keadaan normalnya. Air yang terdapat di bumi tidak benar-benar bersih
seutuhnya, akan tetapi terdapat unsur-unsur lain yang terlarut di dalamnya.
Menurut Wardhana (2001: 72) Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal
maka hal itu berarti air tersebut telah mengalami pencemaran.
Potensi pencemaran airtanah merupakan suatu kemampuan atau
kemungkinan yang dimiliki oleh airtanah untuk dapat tercemar oleh berbagai
macam zat pencemar baik yang berasal dari alam maupun yang berasal dari hasil
kegiatan manusia. Mudah atau tidaknya airtanah untuk dapat tercemar akan sangat
berpengaruh terhadap kualitas airtanah yang sesuai dengan baku mutu kualitas air
yang diperbolehkan untuk dikonsumsi manusia, jika tidak sesuai dengan baku
mutu kualitas air akan menimbulkan gangguan kesehatan. Untuk menanggulangi
hal itu maka perlu dilakukan langkah-langkah konservasi untuk menjaga dan
melestarikan sumberdaya air, atau setidaknya meminimalisasi potensi pencemaran
airtanah agar kualitasnya tetap terjaga dengan baik.
Pencemaran airtanah dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor.
penilaian pencemaran airtanah dapat dilakukan berdasarkan sifat fisik yang
berpengaruh terhadap pencemaran airtanah. Berdasarkan penilaian terhadap sifat
fisik yang berpengaruh, potensi pencemaran airtanah dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. Potensi pencemaran airtanah secara statis
Potensi pencemaran airtanah secara statis merupakan pendugaan
pencemaran airtanah yang didasarkan pada penilaian terhadap sifat fisik
yang berpengaruh terhadap mudah atau tidaknya polutan atau limbah masuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
ke dalam airtanah. Sifat fisik yang berpengaruh terhadap mudah atau
tidaknya polutan atau limbah masuk ke dalam airtanah, yaitu:
1) Kedalaman muka airtanah bebas
Kedalaman muka airtanah akan berpengaruh terhadap cepat
tidaknya polutan sampai ke airtanah. Jika kedalaman muka airtanah
dangkal, maka potensi untuk tercemar lebih besar, sebaliknya jika
kedalaman muka airtanah dalam maka potensi tercemar semakin kecil.
Hal ini karena semakin dalam muka aitanah maka polutan akan semakin
lambat untuk masuk ke dalam airtanah, sedangkan semakin dangkal
muka airtanah maka polutan akan semakin cepat masuk ke dalam
airtanah.
2) Gradien Hidrolik
Gradien hidrolik merupakan beda tinggi airtanah dari dua titik
dibandingkan jaraknya searah dengan aliran airtanah. Dengan kata lain
gradien hidrolik merupakan kemiringan muka airtanah. Semakin besar
kemiringan muka airtanah maka semakin cepat pula polutan masuk dan
menyebar ke dalam airtanah, sedangkan semakin kecil gradien hidrolik
maka semakin lambat pula polutan masuk dan menyebar ke dalam
airtanah.
3) Daya serap di atas permukaan tanah/tekstur tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan perbandingan relatif
pasir, debu, dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil
dari kerikil (diameternya kurang dari 2 milimeter) (Foth, 1991: 34).
Semakin kasar tekstur tanah maka semakin cepat polutan untuk masuk ke
dalam airtanah karena pada tanah dengan tekstur kasar tingkat
porositasnya tinggi, sedangkan semakin halus tekstur tanah maka polutan
akan semakin lambat untuk masuk ke dalam sumber pencemar karena
tingkat porositas pada tanah dengan tekstur halus semakin rendah.
4) Material akuifer
Akuifer adalah suatu formasi batuan atau lapisan yang dapat
menyimpan air dan meloloskannya. Material penyusun akuifer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
berpengaruh terhadap cepat lambatnya airtanah tercemar. Semakin
tinggi tingkat porositas media akuifer maka potensi airtanah untuk
tercemar semakin besar, karena dengan tingkat porositas tinggi polutan
atau bahan pencemar semakin cepat dan semakin mudah masuk ke
dalam airtanah. Dalam penelitian ini data material penyusun akuifer
diperoleh dari Peta Geologi lembar Surakarta-Giritontro, lembar
Ponorogo skala 1 : 100.000 dan dari data bor daerah penelitian.
b. Potensi pencemaran airtanah secara dinamis
Potensi pencemaran airtanah secara dinamis merupakan pendugaan
pencemaran airtanah yang didasarkan pada penilaian terhadap sifat fisik dan
sumber pencemar yang berpengaruh terhadap mudah atau tidaknya polutan
atau limbah masuk ke dalam airtanah. Penilaian terhadap sumber pencemar
disesuaikan dengan jenis dan besar pengaruh sumber pencemar tersebut
terhadap pencemaran airtanah. Sifat fisik yang digunakan sebagai bahan
penilaian potensi pencemaran airtanah secara dinamis hampir sama seperti
pada penilaian potensi pencemaran airtanah secara statis, yaitu kedalaman
muka aitanah, gradien hidrolik, daya serap di atas permukaan tanah/tekstur
tanah, material akuifer, yang membedakan adalah pada penilaian potensi
pencemaran airtanah secara dinamis dilakukan penilaian pada sumber
pencemar. Sumber pencemar pada penelitian ini adalah penggunaan lahan,
besarnya nilai/skor tergantung pada macam penggunaan lahan yang ada.
6. Zonasi Potensi Pencemaran
Zonasi merupakan pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi
beberapa bagian sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan.
(kamusbahasaindonesia.org/zonasi, 26 April 2011).
Zonasi potensi pencemaran berarti pembagian atau pemecahan suatu
daerah atau areal menjadi beberapa bagian sesuai dengan besarnya potensi daerah
atau areal tersebut untuk tercemar. Besar potensi suatu daerah untuk tercemar
tergantung pada mudah atau tidaknya daerah tersebut tercemar, sumber pencemar
tersebut sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia untuk memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kebutuhannya. Zonasi potensi pencemaran bisa diterapkan dalam beberapa bentuk
pencemaran seperti, pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran tanah.
7. Penggunaan Lahan
Pengertian lahan (land) sangat berbeda dengan pengertian tanah, dimana
tanah merupakan salah satu aspek dari lahan, karena lahan merupakan suatu
kesatuan lingkungan fisik. Menurut FAO (1976) dalam Arsyad (1989: 207) lahan
diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan
vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruh terhadap penggunaan
lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang,
seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan
seperti tanah yang tersalinasi.
Lahan merupakan bagian dari ruang sehingga pemanfaatan lahan harus
sesuai dengan perencanaan tata ruang. Pemanfaatan lahan merupakan penggunaan
lahan pada fungsi dan waktu tertentu. Lahan memiliki fungsi penting dalam
kehidupan karena lahan merupakan ruang tempat terjadinya interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Menurut FAO (1995) dalam Rayes (2007:
2) lahan memiliki banyak fungsi yaitu :
a. Fungsi produksi
Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan, melalui
produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat,
bahan bakar kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik
secara langsung maupun melalui binatang ternak termasuk budidaya
kolam dan tambak ikan.
b. Fungsi lingkungan biotik
Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terrestrial) yang
menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan,
hewan dan jasad mikro di atas dan dibawah permukaan tanah.
c. Fungsi pengatur iklim
Lahan dan peggunaannya merupakan sumber (source) dan rosot
(sink) gasrumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa
pantulan, serapan dan transformasi dari energi radiasi matahari dan
daur hidrologi global.
d. Fungsi hidrologi
Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya airtanah dan air
permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.
e. Fungsi penyimpanan
Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan
mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
f. Fungsi pengendali sampah dan polusi
Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, penyanggga dan
peengubah senyawa-senyawa berbahaya.
g. Fungsi ruang kehidupan
Lahan menyediakan saran fisik untuk tempat tinggal manusia,
industri dan aktivitas sosial seperti olahraga dan rekreasi
h. Fungsi peninggalan dan penyimpanan
Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda-
benda bersejarah dan sebagai suatu sumber informasi tentang kondisi
iklim dan penggunaan lahan masa lalu.
i. Fungsi penghubung
Spasial lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia
masukan dan produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan
binatang antara daerah terpencil dari suatu ekosistem alami.
Berdasarkan fungsi lahan yang telah diuraikan di atas, maka penggunaan
lahan harus disesuaikan dengan fungsi dan kemampuan lahan. Menurut Arsyad
(1989: 207) penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan)
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
materiil maupun spiritual.
Saat ini penggunaan lahan banyak dipengaruhi oleh jumlah penduduk
dan kebutuhannya, karena semakin besar jumlah penduduk maka sarana prasarana
yang dibutuhkan juga semakin bertambah, Kebutuhan bentuklahan yang
beranekaragam dan berbeda-beda menyebabkan manusia merubah lahan untuk
disesuaikan dengan kebutuhannya. Faktor utama yang mendorong perubahan
penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga
akan mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan penggunaan lahan. Selain
akibat dari meningkatnya jumlah penduduk perubahan penggunaan lahan juga
bisa disebabkan antara lain kebijakan pemerintah dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan di suatu wilayah. Selain itu adanya pembangunan sektor industri
juga akan sangat berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan walaupun
tidak diiringi oleh pertumbuhan penduduk.
Dalam penggunaan lahan baik untuk permukiman, pertanian maupun
pusat industri harus diperhitungkan beberapa unsur alam seperti ketinggian
tempat, ketersediaan air dan lain sebagainya sehingga diharapkan akan tercipta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
keseimbangan dan keserasian dalam tata guna lahan dan diperoleh manfaat yang
optimal dari penggunaannya dan menjaga kelestariaannya.
Menurut Dit. Land Use (1967) dalam Arsyad (1989:207) penggunaan
lahan dapat dikelompokkan menjadi kedalam dua gologan besar yaitu penggunaan
lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan
pertanian dibedakan dalam garis besar kedalam macam penggunaan lahan
berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan
atau yang terdapat diatas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam
penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang
rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang dan sebagainya.
Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan kedalam penggunaan kota
atau desa (permukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya.
Pengelompokan penggunaan lahan seperti dikemukakan diatas
merupakan pengelompokan yang sangat kasar, oleh karena belum
mempertimbangkan berbagai aspek lain penggunaan lahan seperti, skala usaha
atau luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga
kerja, orientasi pasar dan sebagainya. Jika faktor-faktor tersebut dimasukkan maka
akan didapatkan tipe penggunaan lahan, yang memberikan gambaran yang lebih
rinci mengenai penggunaan lahan.
Menurut Sandy (1977: 25-29) klasifikasi penggunaan lahan di bagi
menjadi dua yaitu klasifikasi penggunaan lahan pedesaan dan pengggunaan lahan
perkotaan. Dalam pengertian yang sederhana Penggunaan lahan merupakan suatu
keadaan dimana suatu areal lahan ditempati oleh vegetasi, bangunan, atau objek/
kegiatan lain, baik yang ditata maupun yang tidak ditata untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
8. Metode Evaluasi Potensi Pencemaran Airtanah
Metode evaluasi potensi pencemaran adalah cara mengetahui potensi
atau nilai kerentanan suatu areal/wilayah terhadap pencemaran. Dalam studi
mengenai pencemaran airtanah terdapat berbagai macam metode yang dapat
digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Le Grand.
Metode Le Grand merupakan metode evaluasi potensi pencemaran airtanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dengan cara pengharkatan (scoring) terhadap sifat fisik dan sumber pencemar
yang berpengaruh terhadap pencemaran airtanah, khususnya airtanah bebas. Sifar
fisik yang digunakan pada metode Le Grand adalah kedalaman muka airtanah,
gradien hidrolik, daya serap di atas permukaan tanah/tekstur tanah, dan material
akuifer, sedangkan sumber pencemar yang digunakan telah disesuaikan dengan
kondisi daerah penelitian, yaitu penggunaan lahan.
9. Satuan Lahan
Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang berhubungan,
mempunyai bentuk lahan tertentu di dalam sistem dan seluruh satuan lahan yang
sama tersebar akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula (Sitorus, 1995 :
93). Satuan lahan digunakan untuk satuan analisis potensi pencemaran airtanah
bebas yaitu untuk mendapatkan kualitas dan karakteristik di lapangan. Data yang
diperoleh di lapangan dan analisis laboratorium kemudian dianalisis dengan
tujuan agar dapat diketahui faktor apa saja yang menjadi faktor mudah atau
tidaknya suatu area untuk tercemar. Parameter penyusun satuan lahan pada
penelitian ini di antaranya :
a. Formasi Batuan
Formasi batuan yang digunakan penyusun satuan lahan adalah
nama batuan. Hal ini karena setiap formasi batuan mempunyai jenis dan
struktur batuan yang berbeda sehingga karakteristik dalam menanggapi
tenaga asal luar juga berbeda. Struktur batuan akan berpengaruh terhadap
tipe dan ketebalan akuifer serta arah pergerakan airtanah, khususnya
airtanah semi tertekan maupun tertekan. Karakteristik batuan penyusun
(litologi) dengan berbagai mineral penyusunnya, secara kimiawi akan
berpengaruh terhadap kualitas airtanah dan secara fisik akan berpengaruh
terhadap nilai permeabilitas dan porositas akuifer, sehingga secara relatif
akan menetukan potensi cadangan airtanah di dalamnya.
Formasi batuan juga berkaitan dengan kerentanan akuifer airtanah,
pada batuan yang keras dan kompak akan lebih sulit mengalami pencemaran
airtanah dibandingkan sifat batuan yang lunak dan banyak terdapat struktur
retakan (joint) dan patahan (fault). Dengan demikian dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bahwa semakin porus suatu material akuifer maka akan semakin rentan
terhadap pencemaran. Formasi batuan juga berpotensi menentukan pola
sungai yang terbentuk sehingga berpengaruh terhadap keberadaan
sumberdaya air dan berpengaruh terhadap sifat, keterdapatan serta kualitas
airtanah, karena sifat fisik dan batuannya.
b. Morfografi
Aspek-aspek dalam kajian geomorfologi mencakup aspek-aspek
morfologi (morfografi dan morfometri), morfogenesis (endogen dan
eksogen), morfokronologi (dalam ruang dan waktu), serta litologi. Salah
satu parameter penyusun satuan lahan dalam penelitian ini adalah bagian
dari aspek morfologi (aspek relief), yaitu morfografi. Morfografi merupakan
susunan objek alami yang ada di permukaan bumi, bersifat pemerian atau
dekriptif suatu bentuklahan yang ditelaah dan dicerminkan dengan istilah-
istilah tertentu baik yang berukuran besar seperti pegunungan, gunungapi,
dataran, maupun yang berukuran kecil seperti bukit, lembah, dan kipas
aluvial.
Morfografi digunakan sebagai salah satu parameter penyusun
satuan lahan dalam penelitian ini, karena morfografi adalah bagian dari
aspek morfologi yang merupakan salah satu aspek penting dalam studi
geomorfologi. Morfologi yang ditunjukan oleh relief permukaan bumi yang
dikontrol oleh struktur di bawahnya akan berpengaruh terhadap kedalaman
dan arah pergerakan airtanah, khususnya airtanah bebas (Sutikno, 1992
dalam Santosa, 2010: 31). Morfografi di daerah penelitian dibedakan
menjadi empat, yaitu dataran aluvial (F1), teras sungai (F2), dataran banjir
(F3), dan tanggul alam (F4).
c. Kemiringan Lereng
Penyusun satuan lahan yang ketiga adalah kemiringan lereng.
Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang
horisontal. Nilai dari kelerengan merupakan perbedaan jarak vertikal untuk
setiap jarak horisontal dalam satuan yang sama. Kemiringan lereng
berkaitan erat dengan topografi suatu wilayah. Hal ini berpengaruh pada laju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
peresapan atau infiltrasi polutan ke dalam airtanah, semakin curam suatu
lereng maka laju peresapan semakin rendah, karena air permukaan atau air
limpasan akan mengalir menuju permukaan yang lebih rendah dengan
energi yang lebih besar, sedangkan semakin landai suatu lereng laju
peresapan semakin tinggi karena air permukaan atau air limpasan akan
cenderung bergerak lambat bahkan diam dan lama kelamaan akan
menimbulkan genangan pada permukaan tanah jika area resapan tersebut
sudah mencapai titik jenuh. Klasifikasi kelas lereng yang digunakan pada
penelitian ini adalah klasifikasi kelas lereng menurut Chay Asdak, (1995 :
512), terdapat lima kelas lereng menurut Asdak, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Klasifikasi Kelas Lereng
No Kelas Kemiringan
Lereng (%)
Simbol
1. Datar 0 – 8 I
2. Landai 8 – 15 II
3. Agak Curam 15 – 25 III
4. Curam 25 – 45 IV
5. Sangat Curam ≥ 45 V
Sumber : - Asdak, (1995: 512)
d. Tanah
Penyusun satuan lahan yang keempat adalah tanah. Satuan tanah
yang digunakan adalah kategori macam. Tanah digunakan sebagai penyusun
satuan lahan dalam penelitian ini, karena tekstur tanah berpengaruh terhadap
mudah tidaknya polutan masuk ke dalam airtanah. Semakin kasar tekstur
tanah maka airtanah akan semakin rentan terhadap pencemaran, semakin
halus tekstur tanah maka tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran
semakin rendah.
e. Besar Laju Erosi
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau
bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Di
dalam peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat
terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami
yaitu air dan angin (Arsyad, 1989: 30). Pada saat terjadi proses erosi tanah,
sebagian besar air akan menghilang dalam bentuk aliran permukaan yang
sangat cepat dengan membawa partikel-partikel tanah pada lapisan atas
yang kemudian terendapakan atau terdeposisikan pada tempat yang datar
dalam bentuk sedimentasi.
Erosi digunakan sebagai salah satu penyusun satuan lahan dalam
penelitian ini karena proses erosi dapat mempengaruhi tekstur tanah. Dalam
satu macam tanah teksturnya bisa sama dan bisa pula berbeda tergantung
pada kelas lereng daerah tersebut. Pada kelas lereng yang berbeda tekstur
tanahnya berbeda, karena terjadi proses yang berbeda. Daerah yang terletak
pada lereng bagian atas terjadi proses erosi sehingga teksturnya tanahnya
kasar dan daerah yang terletak pada lereng bagian bawah tekstur tanahnya
cenderung lebih halus, karena terjadi proses sedimentasi. Perbedaan tekstur
dapat tanah tersebut dapat mempengaruhi cepat atau tidaknya polutan
masuk ke dalam airtanah.
Adanya variasi penyusun lahan yang berupa formasi batuan, morfografi,
kemiringan lereng, tanah dan besar laju erosi menyebabkan terjadinya perbedaan
sifat dan karakteristik lahan. Perbedaan ini mengakibatkan pada setiap areal
mempunyai daya tahan dan tingkat kerentanan yang berbeda terhadap
pencemaran.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Noor Tri Ummiyatun (2006) melakukan penelitian yang berjudul
“Zonasi Potensi Pencemran Airtanah Bebas Untuk Arahan Penggunaan Lahan Di
Sub Daerah Aliran Sungai Tambakbayan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis maupun
dinamis, Faktor-faktor yang menyebabkan wilayah tersebut berpotensi untuk
tercemar, dan arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan hasil yang
diperoleh. Hasil penelitian menunjukan bahwa ditinjau dari potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pencemaran secara dinamis, sub DAS Tambakbayan termasuk dalam kategori
zona sulit tercemar. Hal ini karena penggunaan lahan di daerah penelitian
masih didominasi oleh persawahan. Ditinjau dari potensi pencemaran secara
statis, sub DAS Tambakbayan termasuk dalam kategori zone mudah tercemar.
Hal ini tergantung pada faktor yang mempengaruhi. Faktor – faktor yang
mempengaruhi lokasi mudah tercemar adalah kedalaman muka airtanah,
tekstur tanah, dan material penyusun akuifer.
Heni Kadarsih (2004) melakukan penelitian yang berjudul “Dampak
Pembuangan Limbah Cair Industri Pada Sungai Ngringo Terhadap Kualitas
Airtanah di Desa Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada dampak yang ditimbulkan oleh
pembuangan limbah cair industri pada Sungai Ngringo terhadap kualitas airtanah
dan untuk mengetahui tingkat dampak yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah
cair industri pada Sungai Ngringo terhadap kualitas airtanah di Desa Ngringo,
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa pembuangan limbah cair industri pada Sungai Ngringo tidak berdampak
pada kualitas airtanah, karena arah aliran airtanah di Desa Ngringo bersifat
effluent dan pembuangan limbah cair industri pada Sungai Ngringo tidak
berdampak pada kualitas airtanah karena kualitas airtanah dari sampel yang
diambil masih di bawah ambang batas baku mutu yang dipersyaratkan.
M. Widyastuti (2003) melakukan penelitian yang berjudul “Prediksi
Kerentanan Airtanah Bebas Terhadap Pencemaran (Studi kasus : Kecamatan
Sleman, Ngaglik, dan Ngemplak Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta)", menyatakan bahwa airtanah di daerah penelitian mempunyai
kerentanan tinggi terhadap pencemaran. Hal itu ditunjukkan luasnya daerah
kerentanan statis maupun dinamis yang melebihi 50 % dari luasan adalah
termasuk kelas kerentanan tinggi dan sangat tinggi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kerentanan adalah kedalaman muka airtanah, material yang
relatif porus serta penggunaan lahan yang beragam. Muka airtanah yang dangkal
lebih berpotensi untuk tercemar sedangkan material yang porus mengakibatkan
jalannya pencemar ke dalam airtanah semakin cepat. Dalam perencanaan daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
penelitian sebenarnya sudah mempertimbangkan kondisi hidrogeologinya, namun
penempatan kegiatan yang tidak tepat merupakan wujud lemahnya perencanaan
daerah penelitian.
Wahyu Widiastuti (2002) melakukan penelitian yang berjudul “Kualitas
Airtanah Bebas di Beting Gisik Antara Sungai Luk Ulo dan Sungai Wawar
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sebaran kualitas airtanah, kelayakan untuk air minum dan air bersih,
serta mengetahui pengaruh air laut terhadap airtanah. Hasil analisis dibandingkan
dengan baku mutu air dari Departemen Kesehatan. Ditinjau dari sifat fisik dan
kimia kualitas airtanah masih baik, tetapi berdasarkan sifat biologinya telah
terjadi pencemaran bakteri E. Coli. Unsur kimia yang ditemui melebihi batas
maksimum yang dianjurkan di beberapa tempat. Analisis hidrokimia menunjukan
kualitas airtanah masih baik, karena antar unit lahan tidak terdapat sesuatu unsure
yang dominan, yang mencirikan unit lahan tersebut. Kualitas airtanah di daerah
penelitian masih baik digunakan untuk air minum dan air bersih. Pengolahan perlu
dilakukan sebelum dikonsumsi untuk mematikan bakteri yang terdapat di
dalamnya, supaya tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 2.1. Penelitian yang Relevan
No Nama Tahun
Penelitian
Jenis
Penelitian
Daerah
Penelitian Tujuan Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Widiastuti 2002 Skripsi
Universitas
Gadjah Mada
Yogyakarta
Beting Gisik
Antara
Sungai Luk
Ulo dan
Sungai
Wawar
Kabupaten
Kebumen
Jawa Tengah
- Mengetahui sebaran kualitas
airtanah di Beting Gisik Antara
Sungai Luk Ulo dan Sungai
Wawar Kabupaten Kebumen
Jawa Tengah.
- Mengetahui kelayakan untuk air
minum dan air bersih di Beting
Gisik Antara Sungai Luk Ulo
dan Sungai Wawar Kabupaten
Kebumen Jawa Tengah.
- Mengetahui pengaruh air laut
terhadap airtanah di Beting Gisik
Antara Sungai Luk Ulo dan
Sungai Wawar Kabupaten
Kebumen Jawa Tengah.
Metode
Deskriptif
Kualitatif
- Ditinjau dari sifat fisik dan
kimia kualitas airtanah
masih baik, tetapi
berdasarkan sifat biologinya
telah terjadi pencemaran
bakteri E. Coli.
- Unsur kimia yang ditemui
melebihi batas maksimum
yang dianjurkan di beberapa
tempat.
- Analisis hidrokimia
menunjukan kualitas airtanah
masih baik, karena antar unit
lahan tidak terdapat sesuatu
unsur yang dominan, yang
mencirikan unit lahan
tersebut.
- Kualitas airtanah di daerah
penelitian masih baik
digunakan untuk air minum
dan air bersih.
2 Widyastuti 2003 Thesis
Institut
Pertanian
Bogor
Kecamatan
Sleman,
Ngaglik, dan
Ngemplak
Kabupaten
Sleman,
Provinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
- Mengetahui sebaran masing-
masing parameter DRASTIC,
yaitu : kedalaman muka airtanah,
curah hujan, media akifer, tekstur
tanah, lereng, media zona tak
jenuh, dan konduktivitas
hidrolik.
- Mengetahui sebaran penggunaan
lahan yang merupakan potensi
sumber pencemaran airtanah.
Metode
Deskriptif
Kualitatif
- Airtanah di daerah penelitian
mempunyai kerentanan
tinggi terhadap pencemaran.
Hal itu ditunjukkan luasnya
daerah kerentanan statis
maupun dinamis yang
melebihi 50 % dari luasan
adalah termasuk kelas
kerentanan tinggi dan sangat
tinggi.
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
No Nama Tahun
Penelitian
Jenis
Penelitian
Daerah
Penelitian Tujuan Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
- Mengetahui sebaran tingkat
kerentanan airtanah bebas
terhadap pencemaran.
- Melakukan evaluasi pada
masing-masing tingkatan
kerentanan airtanah bebas
terhadap pencemaran.
3 Heni
Kadarsih
2004 Skripsi
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
Desa Ngringo
Kecamatan
Jaten
Kabupaten
Karanganyar
- Mengetahui apakah ada dampak
yang ditimbulkan oleh
pembuangan limbah cair industri
pada Sungai Ngringo terhadap
kualitas airtanah di Desa
Ngringo.
- Mengetahui tingkat dampak yang
ditimbulkan oleh pembuangan
limbah cair industri pada Sungai
Ngringo terhadap kualitas
airtanah di Desa Ngringo.
Metode
Deskriptif
Kualitatif
- Pembuangan limbah cair
industri pada Sungai Ngringo
tidak berdampak pada
kualitas airtanah, karena arah
aliran airtanah di Desa
Ngringo bersifat effluent.
- Pembuangan limbah cair
industri pada Sungai Ngringo
tidak berdampak pada
kualitas airtanah karena
kualitas airtanah dari sampel
yang diambil masih di bawah
ambang batas baku mutu
yang dipersyaratkan.
4 Ummiyatun 2006 Skripsi
Universitas
Gadjah Mada
Yogyakarta
Sub Daerah
Aliran Sungai
Tambakbaya
n, Kabupaten
Sleman,
Provinsi
Daerah
- Mengetahui dan menganalisis
zonasi potensi pencemaran
airtanah bebas secara statis
maupun dinamis.
- Mengetahui dan menganalisis
faktor–faktor yang menyebabkan
Metode
Deskriptif
Kualitatif
- Ditinjau dari potensi
pencemaran secara dinamis,
sub DAS Tambakbayan
termasuk dalam kategori
zona sulit tercemar. Hal ini
karena penggunaan lahan di
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
No Nama Tahun
Penelitian
Jenis
Penelitian
Daerah
Penelitian Tujuan Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Istimewa
Yogyakarta
wilayah tersebut berpotensi
untuk tercemar.
- Membuat arahan penggunaan
lahan.
daerah penelitian masih
didominasi oleh persawahan.
- Ditinjau dari potensi
pencemaran secara statis, sub
DAS Tambakbayan termasuk
dalam kategori zone mudah
tercemar.
5 Wibowo 2011 Skripsi
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
Daerah di
antara Sungai
Grompol
dengan
Sungai
Tempuran,
Kabupaten
Karanganyar,
Jawa Tengah.
- Mengetahui dan menganalisis
zonasi potensi pencemaran
airtanah bebas secara statis
maupun dinamis.
- Mengetahui dan menganalisis
faktor–faktor yang menyebabkan
wilayah tersebut berpotensi
untuk tercemar.
- Membuat arahan penggunaan
lahan yang sesuai dengan hasil
yang diperoleh.
Metode
Deskriptif
Kualitatif
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Kerangka Pemikiran
Daerah penelitian di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
meliputi lima kecamatan, yaitu Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu,
Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Penggunaan lahan di daerah penelitian
cukup beragam, dengan kata lain polutan atau limbah yang dihasilkan juga
beragam, karena setiap penggunaan lahan memiliki karakteristik dan aktivitas
yang berbeda-beda. Polutan atau limbah yang berpengaruh paling dominan
terhadap pencemaran airtanah adalah limbah domestik, yang dihasilkan dari
aktivitas rumah tangga, limbah beikutnya yang berpengaruh adalah limbah
industri dan peternakan, serta limbah dari penggunaan lahan sebagai sawah
tadah hujan, sawah irigasi, kebun/perkebunan, tegalan/ladang, penggunaan
lahan tersebut memiliki pengaruh terhadap pencemaran airtanah karena adanya
aktivitas pengelolaan lahan dan pemupukan. Pada umumnya limbah tersebut
dibuang langsung ke lingkungan seperti sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Selain penggunaan lahan pertumbuhan penduduk juga berpengaruh, karena
semakin banyak jumlah penduduk maka aktivitas dan sarana yang dibutuhkan
semakin banyak sehingga limbah yang dihasilkan juga semakin banyak.
Pembuangan limbah sembarangan dapat menyebabkan pencemaran airtanah.
Airtanah merupakan air yang paling banyak digunakan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, oleh karena itu kualitas air tanah harus dijaga
agar sesuai dengan baku mutu kualitas air dan aman digunakan manusia. Sungai
Grompol dan Sungai Tempuran merupakan sungai dengan sistem aliran effluent,
sehingga daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran merupakan
lokasi yang sesuai untuk penelitian airtanah bebas karena sungai, khususnya
sungai dengan sistem aliran effluent merupakan batas alami airtanah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dengan pendekatan keruangan (spatial), analisis data dilakukan
dengan metode Le Grand dengan perubahan, analisis data dilakukan dengan
memberikan pengharkatan atau scoring pada sifat fisik yang mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pencemaran airtanah. Sifat fisik yang digunakan dalarn penelitian ini, adalah
kedalaman muka airtanah, gradien hidrolik, daya serap di atas permukaan
tanah/tekstur tanah, material penyusun akuifer dan penggunaan lahan.
Berdasarkan hasil scoring dari kelima sifat fisik tersebut disusun peta potensi
pencemaran airtanah bebas secara dinamis, sedangkan potensi pencemaran
secara statis hanya menggunakan empat parameter tanpa parameter
penggunaan lahan. Potensi pencemaran airtanah bebas secara statis merupakan
kemampuan fisik suatu wilayah terhadap suatu pencernaran jika belum
terdapat sumber pencemar, sedangkan potensi pencemaran airtanah bebas
secara dinamis merupakan potensi suatu wilayah terhadap suatu pencemar.
Sumber pencemar dalam penelitian ini adalah penggunaan lahan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan untuk
merencanakan atau mengarahkan penggunaan lahan yang ada. Dengan adanya
arahan tersebut, diharapkan penggunaan lahan yang ada dapat diterapkan
scsuai dengan kemampuan lahan sehingga tidak akan menimbulkan
pencemaran yang merusak lingkungan. Untuk lebih jelasnya kerangka
pemikiran di atas dapat dilihat pada Gambar 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran
Metode Le Grand
Tanah Tata Air Iklim
Penggunaan Lahan Abiotik
Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di
Antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Biotik
1. Kedalaman muka airtanah
2. Gradien hidrolik
3. Penyerapan di atas permukaan/Tekstur
Tanah
4. Material penyusun akuifer
5. Jarak horizontal terhadap sumber pencemar
1. Kedalaman muka airtanah
2. Gradien hidrolik
3. Penyerapan di atas permukaan/Tekstur
Tanah
4. Material penyusun akuifer
5. Penggunaan lahan (Sumber pencemar)
Potensi pencemaran Airtanah
Bebas secara statis (Tanpa
sumber pencemar)
Arahan penggunaan lahan
Modifikasi
1. Kedalaman muka airtanah
2. Gradien hidrolik
3. Penyerapan di atas
permukaan/Tekstur Tanah
4. Material penyusun akuifer
Potensi pencemaran Airtanah
Bebas secara dinamis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran yang meliputi lima kelurahan dan 14 desa dari sebagian Kecamatan
Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan
Karanganyar, dan Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Secara
secara astronomis terletak di antara 07030’ 12,1” LS – 07
036’52,3” LS dan
110055’33,6” BT – 111
004’58,8” BT, menurut sistem koordinat UTM terletak di
antara 9170606 mU – 9158315 mU dan 491836 mT – 509155 mT.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan penelitian, dan tahap penulisan hasil penelitian. Perincian tahap-tahap
dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Tahap persiapan dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan proposal
disetujui yaitu dari bulan Juni 2011.
b. Tahap penyusunan instrumen penelitian dilakukan bulan Juli – Agustus
2011.
c. Tahap pelaksanaan penelitian lapangan dimulai dari bulan September –
November 2011.
d. Tahap analisis data atau pengolahan data dimulai dari bulan Desember 2011
– Januari 2012.
e. Tahap penulisan hasil penelitian dimulai dari bulan Maret – Oktober 2012.
Tahapan perincian penelitian dari tahap persiapan , tahap pelaksanaan
penelitian, tahap penulisan hasil penelitian, dan tahap penyajian hasil penelitian
dapat dilihat pada Tabel 3.1.:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Kegiatan Tahun 2011 Tahun 2012
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Penyusunan
Proposal
Penyusunan
Instrumen
Penelitian
Pengumpulan
Data
Analisis
Data
Penulisan
Laporan
Penelitian
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah suatu strategi atau cara yang biasa digunakan
dalam usaha mengumpulkan data untuk menjawab pesoalan yang dihadapi dalam
penelitian melalui langkah-langkah tertentu. Penelitian yang dilakukan di antara
Sungai Grompol dan Sungai Tempuran yang meliputi lima kecamatan yaitu,
Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang,
Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar
sesuai dengan masalah yang diteliti adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan suatu penelitian dalam status
sekelompok manusia, suatu obyek, suatu satuan kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Menurut Pabundu Tika (2005: 4) penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan
sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-
kadang diberikan interpretasi atau analisis. Pendapat lain dikemukakan oleh
Arikunto (2010: 3) :
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal – hal lain yang sudah disebutkan,
yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Data yang
terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok – kelompokan menurut
jenis, sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat
kesimpulan.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
keruangan (spatial). Analisis data dilakukan secara kualitatif dan disajikan secara
visual dalam bentuk peta, peta yang ditampilkan adalah peta tematik yang disusun
berdasarkan peta dasar, data lapangan dan data dari instansi terkait. Kemudian
dilakukan pengharkatan dan tumpangsusun (overlay) pada data-data tersebut.
Berdasarkan pengolahan data-data tersebut diperoleh hasil akhir penelitian ini
berupa zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis, dinamis dan arahan
penggunaan lahan yang sesuai dengan hasil penelitian. Hasil tersebut ditampilkan
dalam peta zonasi potensi pencemaran airtanah bebas dan peta arahan penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
lahan. Peta tersebut merupakan peta tematik yang mempresentasikan hasil dari
penelitian ini sebagai deskripsi, analisis dan sintesis objek dari penelitian ini.
C. Data dan Sumber Data
Dalam suatu penelitian data memiliki peranan yang sangat penting sebagai
pencapaian tujuan penelitian. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Sumber data utama dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video / audio tape, pengambilan
foto, atau film (Moleong, 2007: 157). Menurut Pabundu Tika (2005: 44) sumber
data dapat digolongkan menjadi data primer dan data sekunder, data dalam
penelitian ini diperoleh dari :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
objek yang diteliti, atau ada hubunganya dengan yang diteliti (Tika, 2005: 44).
Data primer dalam penelitian ini adalah :
a. Kedalaman muka airtanah bebas
Data kedalaman muka airtanah bebas diperoleh dari pengukuran sumur gali
di daerah penelitian. Kedalaman muka airtanah bebas digunakan sebagai
dasar untuk pembuatan peta kedalaman muka airtanah bebas. Kemudian
dari data kedalaman tersebut dibuat Peta kontur airtanah bebas untuk
penentuan gradien hidrolik.
b. Tekstur tanah
Data tekstur tanah diperoleh dari pengambilan sampel di lapangan
berdasarkan peta satuan lahan daerah penelitian dan hasil analisa
laboratorium. Data tekstur tanah digunakan untuk pembuatan peta tekstur
tanah.
c. Permeabilitas Tanah
Data permeabilitas tanah diperoleh dari survei lapangan dan hasil analisa
laboatorium. Data permeabilitas tanah digunakan sebagai data penguat,
cepat atau tidaknya limbah atau polutan masuk ke dalam airtanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
d. Data penggunaan lahan
Data penggunaan lahan diperoleh dari Peta Rupabumi lembar 1408-344
Karanganyar, 1408-622 Karangpandan dan Citra dari Google Earth tahun
2011. Data yang yang telah terkumpukan kemudian di cek di lapangan
untuk diketahui perubahannya. Data penggunaan lahan digunakan sebagai
dasar pembuatan Peta penggunaan lahan dan digunakan sebagai sumber
pencemar di daerah penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun data
yang dikumpulkan itu sesungguhnya data yang asli (Tika, 2005: 44). Data
sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penentuan lokasi sampel pcngukuran di lapangan melalui Peta RBI
skala 1 : 25000 lembar 1408-344 Karanganyar dan 1408-622
Karangpandan.
b. Data macam tanah lokasi penelitian sebagai dasar pengambilan sampel
tanah untuk penentuan tekstur tanah yang diperoleh dari Peta Tanah
semi detail Kabupaten Karanganyar skala 1:50.000.
c. Data klasifikasi iklim daerah penelitian yang diperoleh dari data curah
hujan.
d. Data material penyusun akuifer daerah penelitian yang diperoleh dari
data bor dan Peta Geologi lembar Surakarta-Giritontro dan lembar
Ponorogo.
e. Data jumlah dan tingkat kepadatan penduduk di daerah penelitian yang
diperoleh dari data statistik penduduk dalam angka Kabupaten
Karanganyar. Data kepadatan penduduk digunakan sebagai data
pendukung dalam pengharkatan penggunaan lahan. Daerah dengan
kriteria kepadatan penduduk sangat padat memiliki potensi pencemaran
lebih besar dibandingkan daerah dengan kriteria kepadatan penduduk
cukup padat atau kurang padat, karena limbah yang dihasilkan jauh
lebih banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
D. Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas
atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Populasi adalah semua individu yang menjadi
sumber pengambilan sampel. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa populasi adalah semua individu atau obyek yang menjadi
sumber pengambilan sampel yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.
Populasi dalam penelitian ini adalah satuan lahan yang terdapat di antara Sungai
Grompol dan Sungai Tempuran. Satuan analisis yang digunakan adalah Satuan
lahan. Satuan lahan di antara Sungai Grompol dan Sungai Tempuran merupakan
gabungan dari beberapa karakteristik lahan yang sama, yaitu hasil tumpangsusun
(Overlay) dari formasi batuan (peta geologi), bentuklahan (peta bentuklahan),
lereng (peta kelas lereng), macam tanah (peta macam tanah), dan besar laju erosi
(peta besar laju erosi). Berdasarkan tumpangsusun (Overlay) dari beberapa peta
tersebut diperoleh 20 Satuan lahan.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari bahan penelitian yang sangat penting
keberadaannya. Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang
mewakili suatu populasi (Tika, 2005: 24). Sampel yang baik adalah sampel yang
representatif yaitu sampel yang dapat mewakili seluruh daerah yang ada. Sampel
yang diambil di lapangan dalam penelitian ini adalah wakil dari setiap unit Satuan
lahan yang tersebar dalam populasi dan jumlah sampel yang mempunyai
perbandingan yang sama. Sampel dalam penelitian ini adalah kedalaman muka
airtanah dan tekstur tanah. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dijelaskan
sebagai berikut.
a. Sampel Kedalaman Muka Airtanah
Sampel kedalaman muka airtanah pada penelitian ini diambil
berdasarkan sistem grid dengan jarak antar grid adalah 500 meter. Hal ini
dilakukan agar memperoleh data yang rinci. Dalam setiap grid diambil
minimal satu sampel sumur gali untuk dilakukan pengukuran kedalaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
muka airtanah. Semakin banyak sampel pengukuran kedalaman muka
airtanah maka data yang diperoleh semakin rinci dan akurat.
Penentuan lokasi pengukuran kedalaman muka airtanah dangkal
dilakukan dengan metode grid yang disesuaikan dengan kondisi di
lapangan, hal ini dilakukan karena pada tiap grid yang telah ditentukan
sebelumnya belum tentu terdapat sumur gali dan belum tentu pada setiap
grid yang telah ditentukan tepat berada pada area permukiman yang terdapat
sumur gali, sehingga perlu dilakukan penyesuaian antara metode grid
dengan penggunaan lahan dan keterdapatan sumur gali. Area yang berupa
sawah, kebun/perkebunan dan tegalan, kedalaman muka airtanah dangkal
diasumsikan sama dengan area permukiman atau data dari sumur gali yang
berada di dekatnya karena tidak mungkin dilakukan pengukuran jika tidak
terdapat sumur gali. Dengan metode ini diharapkan dapat mewakili seluruh
kedalaman muka airtanah dangkal pada lokasi penelitian.
b. Sampel Tanah Berdasarkan Satuan lahan
Pengambilan sampel tanah disesuaikan dengan Satuan lahan di
antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran. Jumlah sampel tanah yang
diambil adalah 20 sampel tanah terganggu dan 20 sampel tanah tidak
terganggu. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada lokasi yang belum
terusik atau diolah dengan kata lain tanah tersebut merupakan tanah asli
daerah tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat pengujian sampel
tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan kualitas, karakteristik lahan dan morfologi daerah
penelitian, maka sampel tanah yang diuji di laboratorium adalah 10 sampel
tanah terganggu untuk mengetahui tekstur tanah dan 20 sampel tanah tidak
terganggu untuk mengetahui permeabilitas tanah.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara
Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Sampel dipilih secara cermat dengan mengambil objek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
penelitian secara selektif dan mempunyai ciri-ciri spesifik yang dianggap cukup
mewakili dan sesuai dengan tujuan penelitian (Tika, 2005: 41). Ciri-ciri spesifik
yang sesuai dengan objek penelitian ini adalah kedalaman muka airtanah bebas,
tekstur tanah, formasi batuan, dan penggunaan lahan. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini Purposive Sampling, pengambilan data kedalaman muka
airtanah bebas dilakukan dengan metode grid dan disesuaikan dengan kondisi
keterdapatan sumur gali di lapangan, pengambilan data tekstur tanah disesuaikan
dengan satuan lahan di daerah penelitian dan dilakukan pada daerah yang belum
terlalu terolah untuk mendapatkan data yang baik, pengambilan data formasi
batuan di sesuaikan dengan peta geologi dan data bor di lokasi penelitian,
pengecekan data penggunaan lahan di lakukan pada daerah-daerah yang
kemungkinan terjadi perubahan penggunaan lahan, karena belum tentu terjadi
perubahan penggunaan lahan dalam waktu yang relatif cepat.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Observasi lapangan merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara
langsung di lokasi penelitian setelah kegiatan pralapangan dilaksanakan.
Observasi lapangan biasa disebut juga dengan observasi langsung. Observasi
langsung adalah observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau
tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer (orang yang melakukan
observasi) berada bersama objek yang diteliti (Tika, 2005: 44). Observasi
lapangan pada penelitian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran hasil
kegiatan pralapangan, untuk mengetahui langsung kondisi penggunaan lahan di
lapangan serta untuk mengetahui kedalaman muka airtanah dan pengambilan
sampel tanah. Dalam pelaksanaan observasi lapangan diperlukan peralatan
sebagai berikut :
a. Rol meter yang digunakan untuk mengukur kedalaman muka airtanah.
b. Beban timbangan dan tali yang digunakan untuk mengukur kedalaman muka
air tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Peta Rupa Bumi Indonesia, Kompas dan GPS (Global Positioning System)
yang digunakan untuk orientasi arah.
d. Kamera digital yang digunakan untuk membuat dokumentasi yang berkaitan
dengan fenomena yang diteliti.
e. Ring permeabilitas yang digunakan untuk pengambilan sampel tanah.
2. Analisis Data Sekunder
Analisis data sekunder merupakan analisis data yang dilakukan untuk
mengolah data yang diperoleh dari instansi terkait dan sumber-sumber lain yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data sekunder pada penelitian ini
diperoleh dari buku- buku literatur yang berkaitan dengan penelitian, data bor,data
statistik penduduk Kabupaten Karanganyar dan data-data yang diperoleh dari data
curah hujan, Peta RBI skala 1 : 25.000 lembar 1408-344 Karanganyar, 1408-
622 Karangpandan, dan Peta tanah semi detail Kabupaten Karanganyar skala
1 : 50.000.
3. Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dilakukan setelah pengambilan sampel tanah,
sampel tanah dikirim ke laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Analisis laboratorium dilakukan
untuk mengetahui tekstur tanah dan permeabilitas tanah agar hasilnya lebih
akurat.
F. Validitas Data
Dalam suatu penelitian data yang dikumpulkan merupakan salah satu
kunci yang sangat penting, dari data yang terkumpul akan dilakukan analisis yang
selanjutnya digunakan sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan.
Karena data sangat penting dalam penelitian, maka validitas atau keabsahan data
yang terkumpul menjadi sangat vital. Validitas data diperlukan untuk menjaga
kesahihan data yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang salah akan
menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah demikian sebaliknya, data yang
sah maka akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar ( Bachri,
2010: 54).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Data yang valid sangat penting dalam penelitian dan akan sangat
berpengaruh pada hasil akhir penelitian, Oleh karena itu dalam pengumpulan data,
peneliti perlu melakukan validitas data agar data yang diperoleh tidak invalid.
Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, teknik
pemeriksaan untuk menguji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2007: 330). Moleong (2007:
330) membagi teknik triangulasi menjadi empat, yaitu triangulasi sumber,
triangulasi metode, triangulasi penyidik dan triangulasi teori. Teknik triangulasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yang berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Selain itu pelaksanaan validitas
data dilakukan dengan mengadakan cek lapangan atau observasi lapangan secara
langsung. Dari data yang diperoleh diberlakukan sebagai berikut :
1. Data penggunaan lahan
Data penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data tahun 2001 dan tahun 2011. Data penggunaan lahan diperoleh dari Peta
Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000 Tahun 2001 lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan, yang diterbitkan oleh
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Untuk
memperoleh validitas data tahun 2011 dilakukan observasi lapangan dengan
dibantu citra dari Google Earth tahun 2011. Pelaksanaan observasi ini
dilakukan secara random atau acak dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya
disamping sangat luasnya lokasi penelitian. Data penggunaan lahan ini
digunakan sebagai salah satu faktor dalam perhitungan potensi pencemaran
airtanah bebas secara dinamis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 3.1. Triangulasi Sumber Penggunaan Lahan
2. Data tekstur tanah.
Data tekstur tanah diperoleh dari Peta Macam Tanah Kabupaten
Karanganyar skala 1 : 50.000. Untuk validitas data tekstur tanah daerah
penelitian dilakukan observasi lapangan dengan mengambil beberapa sampel
tanah pada area yang tanahnya belum terlalu terolah, selanjutnya untuk
mendapatkan hasil yang akurat dilakukan analisis laboratorium untuk
mengetahui tekstur tanah dan permeabilitas tanah. Data tekstur tanah juga
merupakan salah satu data masukan untuk menghitung besarnya potensi
pencemaran airtanah bebas secara statis dan dinamis.
Gambar 3.2. Triangulasi Sumber Tekstur Tanah
G. Analisis data
Analisis data merupakan kegiatan pengurutan data dalam suatu
penelitian. Analisis data bertujuan menyederhanakan data kedalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang dikumpulkan diseleksi,
kemudian diolah selanjutnya diambil kesimpulan atas dasar hasil analisis yang
dilakukan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, yang berarti hasil pengamatan di lapangan dan hasil laboratorium
Peta Macam Tanah Data Hasil Laboratorium
Observasi Lapangan
Peta RBI Skala 1 : 25000 Citra Dari Google Earth
Tahun 2011
Observasi Lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dianalisis tanpa perhitungan statistik. Adanya perhitungan pada teknik ini hanya
untuk memperjelas. Bogdan & Biklen (1982) dalam Moleong (2007: 248)
menjelaskan bahwa :
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode Le Grand dengan
modifikasi, yaitu dengan menghilangkan faktor jarak horisontal terhadap
pencemar dalam perhitungan potensi pencemaran secara statis dan mengganti
faktor jarak horisontal terhadap pencemar dengan faktor penggunaan lahan
sebagai sumber pencemar dalam perhitungan potensi pencemaran secara dinamis.
Metode ini menggunakan sistem penilaian melalui pemberian skor pada masing-
masing sifat fisik. Sifat-sifat fisik tersebut yaitu kedalaman muka airtanah, daya
serap di atas permukaan, permeabilitas, gradien hidrolik dan jarak horisontal
terhadap sumber pencemar.
Nilai pada masing-masing sifat fisik tersebut dibuat sesuai dengan besar
kecilnya pengaruh sifat fisik tersebut terhadap pencemaran. Penilaian setiap faktor
dilakukan dengan melakukan pengharkatan atau scoring terhadap sifat-sifat fisik
yang digunakan. Pengharkatan atau scoring didasarkan pada besar kecilnya sifat-
sifat tersebut berpengaruh terhadap pencemaran airtanah bebas. Skor besar
diberikan pada sifat fisik yang memiliki pengaruh kecil terhadap pencemaran,
sedangkan skor kecil diberikan pada sifat fisik yang memiliki pengaruh besar
terhadap pencemaran. Selanjutnya untuk mengetahui potensi pencemaran airtanah
bebas dilakukan dengan menjumlahkan masing-masing skor dari kelima sifat fisik
tersebut, yang selanjutnya disajikan secara spasial dalam bentuk peta dengan cara
tumpang susun atau overlay.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pemrosesan dan analisis
data dalam penelitian ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis
a. Satuan Lahan
Satuan lahan dalam penelitian ini digunakan sebagai satuan
analisis. Satuan lahan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
tumpangsusun peta geologi, peta morfografi, peta kelas lereng, peta macam
tanah, dan peta besar laju erosi, sehingga batas satuan lahan ditetapkan
berdasarkan batas yang dibentuk oleh tumpangsusun dari peta-peta tersebut
dalam skala yang sama. Satuan lahan digunakan sebagai satuan pemetaan
karena setiap satuan lahan menggambarkan adanya pengaruh sifat dan
watak dari setiap penyusun satuan lahan terhadap airtanah bebas di daerah
penelitian. Langkah pertama dalam penyusunan satuan lahan adalah
membuat peta tiap sifat fisik penyusun satuan lahan, kemudian peta-peta
tersebut ditumpangsusunkan (overlay)membentuk sebuah peta satuan lahan.
Langkah-langkah dalam menentukan satuan lahan di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran adalah sebagai berikut :
1) Menyusun Peta Formasi Batuan
Formasi batuan di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran diperoleh dari analisis Peta Geologi Lembar Surakarta-
Giritontro dan Lembar Ponorogo Tahun 1992 Skala 1 : 100.000.
2) Menyusun Peta Morfografi
Data morfografi di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran diperoleh dari interpretasi Peta Rupabumi Indonesia skala 1 :
25.000 Tahun 2001 lembar 1408-344 Karanganyar, lembar 1408-622
Karangpandan dan citra dari Google Earth tahun 2011.
3) Menyusun Peta Kemiringan Lereng
Data kemiringan lereng diperoleh dari data kontur topografi Peta
Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000 Tahun 2001 lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan. Data tersebut
kemudian digolongkan menjadi kelas lereng berdasarkan klasifikasi
kemiringan lereng menurut Chay Asdak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
4) Menyusun Peta Macam Tanah
Satuan tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kategori macam. Data macam tanah diperoleh dari Peta Tanah Kabupaten
Karanganyar Skala 1 : 50.000.
5) Menyusun Peta Besar Laju Erosi
Penyusunan peta besar laju erosi pada penelitian ini berdasarkan
penilaian besar laju erosi permukaan secara kualitatif dengan aplikasi
penginderaan jauh dan SIG. Metode yang digunakan adalah Soil Erosion
Status (SES) dengan modifikasi, disesuaikan dengan kondisi daerah
penelitian. Parameter yang digunakan pada metode Soil Erosion Status
(SES) adalah aspek arah lereng, kemiringan lereng dan penggunaan lahan
(landuse). Sumber data dalam metode Soil Erosion Status (SES) adalah
Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000 Tahun 2001 lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan, serta citra dari Google
Earth tahun 2011.
6) Tumpangsusun (overlay)
Peta-peta yang telah tersusun dari data sifat fisik yang
digunakan sebagai parameter penyusun satuan lahan, selanjutnya
ditumpangsusunkan menjadi sebuah peta satuan lahan. Peta satuan lahan
yang telah terbentuk selanjutnya digeneralisasi berdasarkan satuan
pemetaan dan skala peta menurut Tatat Sutarman. Satuan lahan yang
ideal, sebaiknya antara peta sumber data dengan peta sifat fisik penyusun
satuan lahan memiliki skala yang sama atau peta sumber data memiliki
skala yang lebih besar dari pada peta sifat fisik penyusun satuan lahan,
karena perbedaan skala peta dapat mempengaruhi satuan pemetaan dan
tingkat kerincian data yang dipetakan. Jika skala peta sumber data lebih
kecil dari pada skala peta sifat fisik penyusun satuan lahan, seharusnya
data yang ditampilkan lebih rinci. Karena keterbatasan data yang dapat
dikumpulkan, maka dalam penelitian ini terdapat perbedaan skala antara
peta sumber data dengan peta sifat fisik penyusun satuan lahan. Sumber
data dan sifat fisik yang digunakan sebagai penyusun satuan lahan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2. Sumber Data Dan Sifat Fisik Penyusun Satuan Lahan Di Antara
Sungai Grompol Dengan Sungai Tempuran No. Sumber Data Peta Sifat Fisik Penyusun
Satuan Lahan
Hasil
Tumpangsusun
(overlay)
1. Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro
Tahun 1992 Skala 1 : 100.000
Peta Geologi Lembar Ponorogo Tahun
1992 Skala 1 : 100.000
Peta Geologi Di Antara
Sungai Grompol Dengan
Sungai Tempuran Kabupaten
Karanganyar Tahun 2011
Skala 1 : 65.000
Peta Satuan
Lahan Di Antara
Sungai Grompol
Dengan Sungai
Tempuran
Kabupaten
Karanganyar
Tahun 2011
Skala 1 : 65.000
2. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000
Tahun 2001 lembar 1408-344 Karanganyar
Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-
622 Karangpandan
Citra dari Google Earth tahun 2011
Peta Morfografi Di Antara
Sungai Grompol Dengan
Sungai Tempuran Kabupaten
Karanganyar Tahun 2011
Skala 1 : 65.000
3. Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000
Tahun 2001 lembar 1408-344 Karanganyar
Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000
Tahun 2001 lembar 1408-622
Karangpandan
Peta Kemiringan Lereng Di
Antara Sungai Grompol
Dengan Sungai Tempuran
Kabupaten Karanganyar
Tahun 2011 Skala 1 : 65.000
4. Peta Tanah Kabupaten Karanganyar Skala
1 : 50.000
Peta Macam Tanah Di Antara
Sungai Grompol Dengan
Sungai Tempuran Kabupaten
Karanganyar Tahun 2011
Skala 1 : 65.000
5. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000
Tahun 2001 lembar 1408-344 Karanganyar
Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-
622 Karangpandan
Citra dari Google Earth tahun 2011
Peta Besar Laju Erosi Di
Antara Sungai Grompol
Dengan Sungai Tempuran
Kabupaten Karanganyar
Tahun 2011 Skala 1 : 65.000
Sumber : - Hasil Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Sifat Fisik yang Berpengaruh pada Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah
Bebas Secara Statis
Penentuan zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis
diperoleh dengan menjumlahkan skor dari empat sifat fisik, yaitu kedalaman
muka airtanah, gradien hidrolik, daya serap di atas permukaan, dan material
akuifer. Langkah-langkah dalam menentukan potensi pencemaran airtanah
bebas secara statis adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Elevasi dan Kedalaman Muka Airtanah Bebas
a) Menentukan kedalaman muka airtanah bebas
Kedalaman muka airtanah bebas diketahui dengan melakukan
terhadap sumur gali, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Mengukur elevasi muka airtanah bebas pada sumur gali dengan
menggunakan beban timbangan dan tali.
Mengukur ketinggian bibir sumur terhadap muka tanah dengan
menggunakan pita ukur.
b) Menentukan elevasi/ketinggian tempat
Ketinggian tempat dapat diketahui dengan menggunakan
Global Positioning System (GPS) dan Altimeter. Berdasarkan hasil
pengukuran tersebut dapat diketahui kedalaman muka airtanah dengan
perhitungan sebagai berikut :
(Sumber: Indriatmoko dan Wahjono, 1999: 2)
Keterangan :
t = Ketinggian tempat
h = Ketinggian bangunan bibir sumur
d = Kedalaman muka airtanah dari puncak bangunan bibir sumur
Kedalaman muka airtanah = d – h
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 3.3. Pengukuran Kedalaman Muka Airtanah bebas pada Sumur Gali
Dari hasil pengukuran kedalaman muka airtanah bebas,
selanjutnya dilakukan scoring terhadap kedalaman muka airtanah yang
telah diperoleh. Hal ini dilakukan karena kedalaman muka airtanah pada
setiap sampel berbeda – beda. Kedalaman muka airtanah akan
berpengaruh terhadap cepat tidaknya polutan sampai ke airtanah. Jika
kedalaman muka airtanah dangkal, maka potensi untuk tercemar lebih
besar, sebaliknya jika kedalaman muka airtanah dalam maka potensi
tercemar semakin kecil. Berikut adalah parameter yang digunakan dalam
scoring kedalaman muka airtanah bebas :
Tabel 3.3. Nilai Kedalaman Muka Airtanah
No Kedalaman Muka Airtanah (meter) Skor 1. 0 - < 5 2
2. 5 - < 10 4
3. 10 - < 15 5
4. 15 - < 20 6
5. 20 - < 25 7
6. 25 - < 30 8
7. 30 - < 80 9
8. 80 - < 300 10
Sumber : Todd (1980: 345)
Hasil analisis kedalaman muka airtanah bebas juga digunakan
sebagai dasar pembuatan peta kontur airtanah bebas, yang akan
digunakan dalam penentuan arah aliran airtanah bebas. Peta kontur
airtanah bebas diperoleh dengan cara interpolasi linier terhadap data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
ketinggian muka airtanah bebas yang diplotkan pada peta Rupabumi
Indonesia, selanjutnya dapat diperkirakan arah aliran airtanah bebas.
2) Menentukan Gradien Hidrolik
Gradien hidrolik diperoleh dari peta kontur airtanah bebas,
dalam pembuatan peta kontur airtanah bebas terlebih dahulu harus
mengukur kedalarnan muka airtanah bebas pada sumur gali. Caranya
dengan terlebih dahulu mencari kedudukan, elevasi sumur terhadap muka
air laut. Jika telah diketahui elevasi sumur adalah X meter dan kedalaman
muka airtanah bebas dari permukaan tanah adalah Y meter, maka tinggi
muka airtanah bebas adalah (X-Y) meter dari permukaan air laut. Secara
visual cara pengukuran kedalaman muka airtanah bebas pada sumur gali
dapat dilihat pada Gambar 3.3. Berdasarkan Gambar 3.3. tersebut dapat
diketahui kedalaman muka airtanah bebas dari permukaan tanah adalah
Y. Jika elevasi sumur adalah X, maka kontur airtanah bebasnya adalah
sebesar X-Y.
Gambar 3.4. Penampang Sumur Gali
Gradien hidrolik dibuat berdasarkan peta kontur airtanah bebas,
berikut ini adalah langkah-langkah dalam menentukan gradien hidrolik :
h = hx - hY
s = jarak Y – X
H = ℎ
𝑠
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dimana :
H : Gradien Hidrolik
h : Selisih ketinggian antara hx dengan hY
s : Jarak antara X dan Y
hx : Ketinggian X
hY : Ketinggian di Y
X
h
s Y
Gambar 3.5. Segitiga untuk perhitungan gradien hidrolik
Dari hasil perhitungan gradien hidrolik, selanjutnya dilakukan
scoring dengan parameter sebagai berikut :
Tabel 3.4. Nilai Gradien Hidrolik
No Gradien Hidrolik Skor 1. 0 - <10 2
2. 10 - <20 1
3. >20 0,5
Sumber : Todd (1980: 345)
3) Menentukan daya serap di atas permukaan tanah / tekstur tanah
Tekstur tanah diperoleh dengan pengambilan sampel di
lapangan dan dilakukan analisis besar butir di laboratorium untuk
mengetahui tekstur tanahnya. Sampel tanah diambil dari daerah yang
belum terganggu. Dalam kenyataan di lapangan sulit menemukan tanah
yang belum terganggu / terolah, oleh karena itu dipilih di area yang
tanahnya belum terlalu terolah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat dilakukan analisis laboratorium untuk mengetahui tekstur tanah.
Setelah tekstur tanah diketahui, selanjutnya dilakukan pengharkatan atau
scoring dengan parameter sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 3.5. Nilai Penyerapan Di Atas Permukaan Tanah
No Penyerapan Di Atas Permukaan Tanah Skor
1. Pasir Kasar 0,5
2. Pasar Halus 1,5
3. Pasir Berlempung 2,5
4. Debu 3,5
5. Geluh Pasiran 3,75
6. Geluh Lempung Pasiran 4
7. Geluh 4,5
8. Geluh Lempungan 5
9. Lempung 6
Sumber : Todd (1980: 345)
4) Menentukan Material Penyusun Akuifer
Data material penyusun akuifer diperoleh dari peta geologi dan
data bor yang telah ditentukan. Setelah material penyusun akuifer
diketahui, selanjutnya dilakukan scoring dengan parameter sebagai
berikut :
Tabel 3.6. Nilai Material Penyusun Akuifer
No Material Penyusun Akuifer Skor
1. Kerikil 0,5
2. Pasar Kasar 1
3. Pasir 1,5
4. Pasir Berlempung 2
5. Debu, Lempung berpasir 3
6. Lempung 4
Sumber : Todd (1980: 345)
Setelah pengharkatan atau scoring pada keempat sifat fisik
tersebut dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengkelasan
potensi pencemaran airtanah bebas statis. Potensi pencemaran statis
hanya menggunakan empat parameter karena tidak menggunakan sumber
pencemar sebagai salah satu faktornya, maka dalam menentukan skor
totalnya menggunakan rumus Sturgess berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
𝑐 =𝑋𝑛 − 𝑋1
𝑘
Keterangan :
𝑐 = Perkiraan Besarnya (class width, class size, class length)
𝑘 = Banyaknya Kelas
𝑋𝑛 = Nilai Observasi Terbesar
𝑋1 = Nilai Observasi Terkecil
(Sumber : Supranto, 2000 : 64)
Potensi pencemaran airtanah bebas secara statis digolongkan
menjadi lima kelas berdasarkan nilai dari empat sifat fisik yang
digunakan sebagai parameter. Lima kelas tersebut diperoleh dari hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus Sturgess. Nilai total potensi
pencemaran airtanah bebas secara statis disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Nilai Total Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis
No Nilai Total Tingkat pencemaran
1. 3,5 - <7,2 Mudah tercemar
2. 7,2 - <10,9 Agak mudah tercemar
3. 10,9 - <14,6 Agak sulit tercemar
4. 14,6 - <18,3 Sulit tercemar
5. 18,3 - <22 Sangat sulit tercemar
Sumber : Hasil Analisis Data
2. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis
Penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis hampir
sama dengan penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara statis.
Analisis potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis juga dilakukan
berdasarkan satuan lahan. Perbedaan potensi pencemaran airtanah bebas
dinamis dengan potensi pencemaran airtanah bebas secara statis adalah pada
sumber pencemar. Penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara
dinamis tidak hanya menjumlahkan skor dari empat sifat fisik saja tetapi juga
memperhitungkan penggunaan lahan sebagai sumber pencemar. Sifat-sifat fisik
yang digunakan dalam penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dinamis, yaitu kedalaman muka airtanah, gradien hidrolik, daya serap di atas
permukaan dan penggunaan lahan sebagai sumber pencemar. Data sifat fisik
yang digunakan dalam penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara
dinamis sama dengan penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara
statis, kecuali data penggunaan lahan sebagai sumber pencemar. Langkah-
langkah dalam menentukan potensi pencemaran airtanah bebas dinamis adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan Besarnya Nilai Penggunaan Lahan
Data mengenai penggunaan lahan diperoleh dari peta Rupabumi
Indonesia skala 1 : 25000 dan citra dari Google earth tahun 2011 yang
didelineasi kemudian dicek kebenarannya di lapangan. Penggunaan lahan
digunakan sebagai sumber pencemar dalam perhitungan potensi pencemaran
airtanah secara dinamis, karena tanpa adanya sumber pencemar maka tidak
mungkin suatu daerah dapat tercemar. pemberian nilai pada masing-masing
komponen penggunaan lahan memperhitungkan pada besarnya kontribusi
terhadap pengaruh pencemaran airtanah bebas dan skor pada jarak
horisontal pada metode Le Grand. Dari hasil analisis penggunaan lahan,
langkah selanjutnya adalah melakukan pengharkatan atau scoring
berdasarkan parameter berikut :
Tabel 3.8. Nilai Penggunaan Lahan
No Besarnya Penggunaan Lahan Skor
1. Lahan kosong/tidak terolah/hutan 8
2. Persawahan/kebun/perkebunan/tegalan 7
3. Permukiman dengan kepadatan penduduk rendah 6
Ada lokasi industri dan peternakan 5
4 Permukiman dengan kepadatan penduduk sedang 4
Ada lokasi industri dan peternakan 3
5 Permukiman dengan kepadatan penduduk tinggi 2
Ada lokasi industri dan peternakan 1
Sumber : Todd (1980: 345) dengan Perubahan
Setelah diperoleh jumlah potensi pencemaran airtanah bebas secara
dinamis maka langkah selanjutnya adalah mengkelaskan potensi
pencemaran airtanah bebas secara dinamis. Pengkelasan potensi
pencemaran airtanah bebas secara dinamis dapat dilihat pada Tabel 3.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 3.9. Nilai Total Tingkat Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis
No Nilai Total Tingkat pencemaran
1. 0 - <4 Mudah tercemar
2. 4 - <8 Agak mudah tercemar
3. 8 - <12 Agak sulit tercemar
4. 12 - <25 Sulit tercemar
5. 25 – 35 Sangat sulit tercemar
Sumber : Todd (1980: 345)
3. Menentukan Arahan Penggunaan Lahan Berdasarkan Zonasi Potensi
Pencemaran Airtanah Bebas
Arahan penggunaan dianalisis berdasarkan hasil potensi pencemaran
airtanah bebas secara statis, potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis,
dan ditinjau dari sifat-sifat fisik yang memiliki pengaruh dominan terhadap
potensi pencemaran airtanah bebas serta ditinjau dari rencana tata ruang
wilayah Kabupaten Karanganyar. Daerah yang memiliki potensi tercemar
tinggi diarahkan untuk kegiatan atau penggunaan lahan yang tidak
menimbulkan limbah atau yang memiliki limbah sedikit, selain itu juga
disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah dan fungsi kawasan daerah
tersebut. Apabila suatu daerah termasuk dalam daerah yang sulit tercemar
tetapi fungsi kawasan daerah tersebut adalah sebagai kawasan lindung atau
kawasan budidaya maka daerah tetap diarahkan untuk kegiatan atau
penggunaan lahan yang tidak menimbulkan limbah atau yang memiliki limbah
sedikit. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan menghasilkan
limbah dalam jumlah besar diarahkan atau direncanakan pada daerah yang sulit
tercemar dan daerah dengan fungsi kawasan sebagai kawasan budidaya. Hal ini
dilakukan untuk meminimlisasi terjdinya kerusakan lingkungan khususnya
terjadinya pencemaran airtanah bebas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
H. Prosedur Penelitian
1. Penyusunan Proposal Penelitian
Pada tahap ini penulis melakukan observasi pendahuluan dengan mencari
beberapa literatur dan sumber pustaka yang dapat mendukung penelitian. Dalam
hal ini penulis mempelajari literatur dan sumber pustaka untuk memperoleh
arahan serta acuan dalam penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah menyusun
proposal penelitian.
Proposal merupakan rancangan suatu penelitian yang berisi tentang latar
belakang masalah dan alasan penelitian, kajian pustaka, pemilihan lapangan
penelitian, penentuan jadwal penelitian, alat penelitian, rancangan pengumpulan
data, analisis data dan mengurus perijinan serta administrasi penelitian. Setelah
penyusunan proposal penelitian, tahap selanjutnya adalah penyusunan instrumen
penelitian yang akan digunakan untuk pengumpulan data.
2. Penyusunan Instrumen Penelitian
Tahap ini adalahan kegiatan persiapan dan penyusunan instrumen yang
digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian dalam penelitian ini diantaranya
peta Satuan lahan, daftar isian pengukuran kedalaman muka airtanah, daftar isian
pengambilan sampel tanah, peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-344 dan
lembar 1408-622, serta alat-alat pendukung seperti rol meter, Global Positioning
System (GPS), ring permeabilitas, kantong plastik, karet gelang, palu, sekop dan
alat tulis. Sedangkan dokumentasi seperti gambar-gambar daerah penelitian
digunakan untuk menampilkan perbedaan-perbedaan kenampakan dari setiap
pengunaan lahan.
3. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data adalah tahap pengambilan sampel di lapangan
yang selanjutnya untuk dilakukan uji di laboratorium, selain informasi yang dapat
diamati secara langsung. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder, data primer berupa data kedalaman muka airtanah,
tekstur tanah dan data penggunaan lahan yang diperoleh melalui observasi
lapangan. Data sekunder berupa data jenis tanah, data klasifikasi iklim, data
material penyusun akuifer, data jumlah dan tingkat kepadatan penduduk daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
penelitian yang diperoleh melalui Peta RBI, Peta Tanah dan data dari instansi-
instansi terkait.
4. Analisis Data
Pada tahap ini data yang telah diperoleh dihitung, dianalisis dan
diklasifikasikan untuk dapat menyimpulkan hasil dari penelitian. Analisis data
dilakukan dengan melakukan pengharkatan atau scoring pada data kedalaman
muka airtanah, tekstur tanah, gradien hidrolik, material penyusun akuifer dan luas
penggunaan lahan untuk menentukan besarnya potensi pencemaran dan arahan
penggunaan lahan.
5. Penulisan Laporan Penelitian
Tahap akhir dari seluruh langkah-langkah di atas adalah penyusunan/
penulisan laporan penelitian. Penulisan laporan penelitian merupakan hasil
penelitian yang melibatkan keseluruhan tahapan kegiatan dan unsur-unsur
penelitian. Dalam tahap ini laporan ditulis sesuai dengan hasil dari penelitian yang
diperoleh, dilaporkan atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, gambar dan peta.
dengan tujuan agar dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Keterangan
= Arah Penelitian
= Input
= Proses
= Hasil
Gambar 3.6. Diagram Alir Penelitian
Peta Rupa Bumi
Indonesia Lembar
Karanganyar dan
Lembar Karangpandan
Skala 1 : 25.000
Peta Tanah
Kabupaten
Karanganyar
Skala 1 : 50.000
Citra Dari
Google Earth
Tahun 2011
Peta Geologi Lembar
Surakarta – Giritontro
dan Lembar Ponorogo
Skala 1 : 100.000
Peta Satuan Lahan Tentatif
Peta Formasi
Batuan
Peta Kelas Lereng Peta Macam
Tanah
Peta Penggunaan
Lahan
Peta Besar Laju
Erosi
Overlay
Peta Satuan Lahan
Survei Lapangan
Penskoran dan
Overlay
Arahan Penggunaan Lahan
Penentuan Titik Sampel
Kerja Lapangan Data Primer Data Sekunder
Analisis Laboratorium
(Tekstur Tanah)
Kedalaman Muka
Airtanah Bebas
Kontur Airtanah
Gradien Hidrolik
Penggunaan Lahan
Material Akifer
Analisis dan
Klasifikasi
Potensi Pencemaran Airtanah
Bebas
Zonasi Pencemaran Airtanah
Bebas Secara Dinamis
Zonasi Pencemaran Airtanah
Bebas Secara Statis
Peta Rencana Tata
Ruang Kabupaten
Karanganyar Skala
1 : 200.000
Peta Fungsi
Kawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah
1. Letak dan Luas Daerah Penelitian
a. Letak
Lokasi penelitian terletak di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran dengan kondisi topografi antara datar hingga agak curam serta
ketinggian antara 87 meter sampai dengan 600 meter di atas permukaan laut.
Daerah tersebut dilihat dalam Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000
Tahun 2001 lembar 1408-344 Karanganyar dan lembar 1408-622
Karangpandan, yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal) secara astronomis terletak di antara 07030’ 12,1” LS
– 07036’52,3” LS dan 110
055’33,6” BT – 111
004’58,8” BT, Sedangkan
menurut sistem koordinat UTM terletak di antara 9170606 mU – 9158315
mU dan 491836 mT – 509155 mT.
Daerah penelitian terletak di Kabupaten Karanganyar yang meliputi
lima Kelurahan dan 14 Desa dari lima kecamatan, yaitu meliputi sebagian
Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang,
Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Karangpandan dengan batas dua
sungai yaitu Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran yang mengalir dari
arah timur menuju arah barat kemudian berbelok ke arah barat laut dan
bermuara di Bengawan Solo. Letak dan batas daerah di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada Peta 4.1.
b. Luas Daerah Penelitian
Luas daerah penelitian dapat diukur dengan berbagai macam metode,
di antaranya adalah metode grid dengan menggunakan kertas milimeter dan
dengan metode digital. Perhitungan luas pada penelitian ini menggunakan
metode digital (Digitizer Computer) melalui program Sistem Informasi
Geografi (SIG). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode
digital (Digitizer Computer) melalui program Sistem Informasi Geografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
(SIG), luas daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
6212,691 Ha. Luas daerah penelitian di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran secara administratif dapat dijabarkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Luas Daerah Penelitian di Antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
No Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (km2) Luas (%) Luas
Kecamatan
(%)
1. Kebakkramat Kaliwuluh 0,862 1,39 19,88
Malanggaten 3,567 5,74
Banjarharjo 3,235 5,21
Alastuwo 4,690 7,55
2. Tasikmadu Wonolopo 0,508 0,82 11,70
Kalijirak 5,038 8,11
Gaum 1,723 2,77
3. Mojogedang Kaliboto 3,843 6,19 21,66
Pojok 3,107 5,00
Sewurejo 6,509 10,48
4. Karanganyar Delingan 9,504 15,30 33,26
Bejen 1,933 3,11
Popongan 1,391 2,24
Gayamdompo 1,551 2,50
Gedong 6,281 10,11
5. Karangpandan Bangsri 1,647 2,65 13,50
Ngemplak 0,903 1,45
Tohkuning 5,004 8,06
Karangpandan 0,830 1,34
Total 62,126 100,00 100,00
Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Peta 4.1. Peta Administrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Iklim
Iklim merupakan rata-rata cuaca di suatu tempat atau daerah yang luas
serta berlangsung dalam waktu yang lama (sedikitnya sepuluh tahun). Cuaca
adalah keadaan udara di suatu tempat yang sempit selalu berubah-ubah di setiap
waktu. Iklim ditentukan oleh unsur-unsur penyusun cuaca yaitu kecepatan angin,
curah hujan, kelembaban udara dan temperatur udara. Unsur penyusun cuaca yang
digunakan dalam penelitian ini adalah curah hujan.
Keadaan curah hujan di daerah penelitian dapat dilihat dari data curah
hujan selama sepuluh tahun yang diperoleh dari pengukuran pada stasiun - stasiun
pengamatan/observatorium meteorologi oleh Dinas Pekerjaan Umum Sub
Pengairan Kabupaten Karanganyar. Jumlah stasiun yang digunakan untuk
penentuan tipe iklim daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
sebanyak tiga stasiun.
a. Temperatur
Temperatur biasanya dinyatakan dalam satuan derajat celcius (ºC).
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, temperatur tertinggi di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran adalah 26 ºC dan temperatur
terendah adalah 23 ºC. Sebaran titik sampel pengukuran temperatur di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Sebaran Titik Sampel Pengukuran Temperatur
Di Antara Sungai Grompol Dengan Sungai Tempuran
No. Lokasi Koordinat Temperatur
(ºC) Waktu
Pengambilan
Sampel Lintang Bujur
1. Kebakkramat 492658 9168018 25
3 Januari 2013
Jam 11.00 WIB
494699 9166142 24 3 Januari 2013
Jam 11.00 WIB
2. Tasikmadu 496389 9163152 26 3 Januari 2013
Jam 12.00 WIB
3. Mojogedang 502270 9161268 24 3 Januari 2013
Jam 13.00 WIB
4. Karanganyar 498890 9161873 25 4 Januari 2013 Jam
11.30 WIB 5. Karangpandan
507213 9158640 23 4 Januari 2013
Jam 12.00 WIB
504615 9160008 23 4 Januari 2013
Jam 12.30 WIB
Sumber : - Survei Lapangan Bulan Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b. Curah Hujan
Daerah penelitian seperti halnya daerah-daerah lainnya di Pulau Jawa
dipengaruhi oleh angin Muson tenggara yang bertiup antara bulan Juli sampai
Oktober dan angin Muson Barat Laut yang bertiup antara bulan November
sampai April. Angin Muson Tenggara bersifat kering, sedang angin Muson
Barat Laut bersifat basah yang menyebabkan musim hujan.
Curah hujan (presipitasi) merupakan turunnya air dari atmosfer ke
permukaan bumi dan laut. Curah hujan ini merupakan faktor utama yang
mengendalikan proses daur hidrologi. Pengukuran curah hujan akan
menunjukkan adanya rerata bulan basah maupun bulan kering pada daerah
penelitian. Data curah hujan daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran diperoleh dari hasil pencatatan yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Sub Dinas Pengairan Kabupaten Karanganyar, yaitu data curah hujan
harian selama 10 tahun (2001-2010). Curah hujan pada setiap stasiun
pengamatan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran tahun 2001-
2010 disajikan pada Tabel 4.3. Hasil perhitungan curah hujan daerah di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Tabel 4.3. Curah Hujan pada Setiap Stasiun Pengamatan Di antara
Sungai Grompol Dengan Sungai TempuranTahun 2001-2010
No. Stasiun
Pengamatan
Curah
Hujan
(mm/th)
Jumlah Rata-rata
Bulan
Basah
Bulan
Kering
Bulan
Basah
Bulan
Kering
1. Kebakkramat 2366,6 68 48 6,8 4,8
2. Tasikmadu 2550,4 70 45 7,0 4,5
3. Mojogedang 2887,0 72 45 7,2 4,5
4. Karangpandan 2478,8 71 39 7,1 3,9
Sumber: - Hasil Perhitungan Tabel Curah Hujan Tahun 2001-2010
- Subdin Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Karanganyar.
Penentuan tipe iklim dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi
iklim menurut Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi iklim menurut Schmidt dan
Ferguson hanya memperhatikan salah satu unsur iklim saja yaitu hujan dan
memerlukan data hujan bulanan paling sedikit 10 tahun. Kriteria yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
digunakan adalah penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah
dengan pengertian sebagai berikut :
1) Bulan basah merupakan suatu bulan yang curah hujannya lebih besar
daripada 100 mm, sehingga dinyatakan curah hujan lebih besar daripada
penguapan.
2) Bulan kering merupakan suatu bulan yang curah hujannya lebih kecil
daripada 60 mm, sehingga dinyatakan curah hujan lebih kecil daripada
penguapan.
3) Bulan lembab merupakan suatu bulan yang curah hujannya lebih besar dari
60 mm tetapi lebih kecil daripada 100 mm, sehingga dinyatakan curah
hujan sama dengan besarnya penguapan.
Penentuan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson tersebut
dinyatakan dengan nilai “Quotient” (Q). Q merupakan perbandingan jumlah
rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah.
Rata – Rata Bulan Kering (BK)
Q = x 100 %
Rata – Rata Bulan Basah (BB)
Tipe iklim berdasarkan nilai Q menurut Schmidt dan Ferguson
sebagai berikut :
Tabel 4.4. Kriteria Penggolongan Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut
Schmidt dan Ferguson
Tipe CH Nilai Q Sifat
A 0 < Q < 0,143 Sangat basah
B 0,143 < Q < 0,333 Basah
C 0,333 < Q < 0,666 Agak basah
D 0,666 < Q < 1,000 Sedang
E 1,000 < Q < 1,670 Agak kering
F 1,670 < Q < 3,000 Kering
G 3,000 < Q < 7,000 Sangat kering
H 7,000 < Q ~ Luar biasa kering
Sumber : Kartasapoetra, (1986:26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan rumus di atas dapat diketahui tipe curah hujan dari
masing-masing stasiun pengamatan meteorologi. Adapun perhitungan nilai “Q”
dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Perhitungan Tipe Curah Hujan Di antara Sungai Grompol dengan
Sungai TempuranTahun 2001-2010 menurut Schmidt dan Ferguson di
Setiap Stasiun Pengamatan.
No. Stasiun
Pengamatan
Q = (Bulan kering/Bulan Basah) x 100 % Tipe Iklim
Berdasarkan
Curah Hujan
1. Kebakkramat (4,8 / 6,8) x 100 % = 70,59 % D
2. Tasikmadu (4,5 / 7,0) x 100 % = 64,29 % C
3. Mojogedang (4,5 / 7,2) x 100 % = 62,50 % C
4. Karangpandan (3,9 / 7,1) x 100 % = 54,93 % C
Sumber: - Subdin Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Karanganyar
- Analisis data Tahun 2011
Berdasarkan nilai Q tersebut, dapat diketahui bahwa daerah di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran memiliki dua tipe iklim
berdasarkan curah hujan, yaitu :
Tipe iklim C : Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba.
Tipe iklim D : Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
)
Gambar 4.1. Diagram Rata-rata Bulan Kering dan Bulan Basah Di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran Tahun 2001-2010 Menurut
Schmidt dan Ferguson.
3. Geologi
Formasi geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam
proses evolusi. Formasi geologi sangat berpengaruh terhadap kondisi topografi
dan sumberdaya air suatu daerah. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Surakarta-
Giritontro dan Lembar Ponorogo skala 1 : 100.000 daerah penelitian termasuk
bagian dari lereng Gunung Lawu, sehingga proses geologi yang terjadi banyak
didominasi oleh aktivitas vulkanisme. Bagian timur banyak dipengaruhi oleh
material-material hasil proses Lawu tua dan Lawu muda, sedangkan pada
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
12
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
Rata-rata Bulan Basah
Rat
a-ra
ta B
ula
n K
erin
g
H
G
F
E
D
C
B
A
7,000
3,000
1,670
1,000
0,143
0,333
0,666 1 (4,8/6,8)
2 (4,5/7,0)
Nilai Q
3 (4,5/7,2)
4 (3,9/7,1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
bagian barat banyak dipengaruhi oleh material-material Lawu muda dan
sebagian kecil dipengaruhi Gunung Merapi.
Gunung Lawu dihasilkan oleh adanya proses penunjaman pada masa
kuarter muda yang terjadi secara terus-menerus hingga saat ini. Pada masa
pertengahan pleistosen berlangsung aktivitas Gunung Jobolarangan atau Lawu
tua yang diikuti oleh runtuhnya lereng gunungapi disepanjang Sesar Cemoro
Sewu. Aktivitas vulkanisme tersebut membentuk kerucut Lawu muda di bagian
tepi sesar utara. Sesar pada umumnya ke arah timur laut sampai barat daya dan
saling berpotongan, di antara Sesar Gunung Lawu terdapat sesar yang
berpotongan dengan Sesar Sidoramping dan kemudian Sesar Sidoramping
berpotongan dengan Sesar Cemoro Sewu.
Karena terjadinya proses vulkanisme secara terus-menerus tersebut,
secara umum daerah penelitian mempunyai ketebalan tanah yang dalam dan
subur. Formasi geologi berpotensi menentukan pola sungai yang terbentuk
sehingga berpengaruh terhadap keberadaan sumberdaya air dan berpengaruh
terhadap sifat, keterdapatan serta kualitas airtanah, karena sifat fisik dan
batuannya.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro dan Lembar
Ponorogo skala 1 : 100.000, formasi batuan penyusun daerah di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran terdiri dari:
a. Alluvium (Qa)
Satuan ini banyak terdapat di sepanjang lembah Bengawan Solo,
pada daerah penelitian terdapat di sebagian besar Kecamatan
Kebakkramat. Batuannya tersusun lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil,
kerakal, dan berangkal. Ketebalannya berkisar dari beberapa sentimeter
hingga tiga meter. Bongkahnya kebanyakan batuan vulkanik, terutama
andesit, berdiameter sampai sebesar satu meter, kebanyakan keras dan
tidak lapuk. Terdapat juga bongkah-bongkah batugamping dan batupasir
jarang. Luas formasi batuan ini pada daerah penelitian sebesar 309,072 Ha
(4,97 %).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
b. Endapan Lahar Lawu (Qlla)
Satuan ini terdiri dari jenis batuan andesit, basal dan sedikit
batuapung beragam ukuran yang bercampur dengan pasir gunungapi.
Sebarannya terutama mengisi wilayah dataran di kaki gunungapi atau
membentuk beberapa perbukitan rendah. Mata air banyak ditemukan pada
satuan ini. Formasi batuan ini merupakan formasi yang mendominasi pada
daerah penelitian dengan luas sebesar 5894,281 Ha (94,87 %).
c. Batuan Gunungapi Lawu (Qvl)
Satuan ini terdiri dari jenis batuan breksi gunungapi, lava, tuf dan
sisipan lava andesit. Pada umumnya berupa endapan lahar dengan sumber
dari Gunung Lawu dan kepingan batuan pada breksi umumnya bersusunan
andesit. Satuan ini tersebar mulai dari puncak Gunung Lawu sebelah utara
sampai Bengawan Solo. Tebal satuan ini diduga lebih dari 250 meter dan
menebal ke timur. Luas formasi batuan ini pada daerah penelitian sebesar
9,338 Ha (0,15 %).
Sebaran satuan geologi atau formasi batuan di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Peta 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Peta 4.2 Geologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
4. Geomorfologi
Geomorfologi merupakan ilmu yang mendeskripsikan secara genetik
bentuklahan dan proses yang mempengaruhi pembentukan bentuklahan dan
mencari hubungan dengan proses dalam susunan keruangannya.
a. Bentuklahan
Salah satu aspek kajian geomorfologi adalah bentuklahan
(landform). Bentuklahan (landform) merupakan bagian dari permukaan
bumi yang terbentuk akibat pengaruh dari proses geomorfologis, proses
geologis, dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu
dalam urutan tertentu. Aspek bentuklahan merupakan studi yang
mempelajari relief secara umum yang meliputi morfografi dan morfometri.
Penjelasan mengenai morfologi suatu daerah meliputi bentuklahan yang
dicirikan oleh relief (topografi), proses geomorfologi dan struktur geologi
(litologi).
Daerah penelitian terletak pada ketinggian antara 87 meter sampai
dengan 600 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi daerah
penelitian antara datar hingga agak curam dengan variasi kemiringan lereng
0 sampai 8% yang merupakan kemiringan lereng paling dominan dan
tersebar hampir merata di seluruh daerah penelitian, kemiringan lereng 8
sampai 15 % tersebar pada bagian tengah hingga bagian atas atau hulu
sungai daerah penelitian, sedangkan kemiringan lereng 15 sampai 25 %
merupakan kemiringan lereng dengan luasan terkecil hanya terletak pada
bagian tengah daerah penelitian.
Bentuklahan di daerah penelitian didominasi oleh bentuklahan asal
proses fluvial. Berdasarkan bentuklahan asal proses fluvial tersebut
selanjutnya dapat dibagi menjadi empat satuan bentuklahan. Secara umum
apabila dilihat dari foto udara atau citra, kenampakan bentuklahan hasil
proses fluvial mempunyai struktur horisontal, menyebar dan meluas di
kanan kiri sungai dengan tekstur halus dan seragam, rona agak gelap sampai
gelap, material berupa endapan pasir dan kerikil yang relatif halus, pola
aliran dendritik kompleks, ada ciri khas aliran meanders dan braided di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
bagian hilir, penggunaan lahan untuk sawah irigasi dan permukiman padat.
Bentuklahan asal proses fluvial di daerah penelitian dibedakan menjadi teras
sungai (Fts), tanggul alam (Fta), Dataran Banjir (Fdb), dan dataran fluvial
(Fda).
1) Teras Sungai (Fts)
Teras sungai (rivers terraces) merupakan undak-undakan di kanan dan
kiri sungai yang mempunyai struktur sama.
2) Tanggul Alam (Fta)
Tanggul alam (natural levees) terbentuk pada waktu terjadi banjir,
akibatnya material-material dari air sungai meluap di kanan kiri sungai.
Ketika banjir mereda, material tersebut terendapkan di kanan kiri sungai
dan lama-kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul
3) Dataran Banjir (Fdb)
Dataran banjir (flood plain) berupa dataran yang luas yang berada pada
kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir
sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur. Pada saat
banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai. Luapan air ini
membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri
sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terbentuk dataran banjir.
4) Dataran Fluvial (Fda)
Dataran fluvial merupakan wilayah yang datar atau hampir datar yang
terbentuk oleh endapan yang dibawa aliran sungai.
Proses geomorfologi yang terjadi pada bentuklahan ini adalah
banjir dan erosi. Erosi terjadi pada seluruh bagian bentuklahan ini dengan
besar laju erosi sedang hingga berat, penilaian besar laju erosi dilakukan
secara kualitatif dengan aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh. Sedangkan
banjir terjadi di bagian hilir Sungai Grompol ketika debit aliran sungai
meningkat, seperti yang terjadi pada tahun 2007.
b. Proses Geomorfologi
Semua perubahan fisika dan kimia yang mempengaruhi modifikasi
permukaan bumi disebut sebagai proses geomorfologi (Nugraha, 39: 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Setiap proses geomorfologi yang berkembang akan mempunyai
karakteristik bentuklahan tertentu. Bentuklahan di daerah penelitian di
dominasi oleh bentuklahan asal proses fluvial, karena terletak diantara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran yang bermuara di Bengawan
Solo. Material pembentuk bentuklahan ini adalah hasil pengendapan atau
sedimentasi dari material yang diangkut oleh aliran sungai. Proses
sedimentasi ini akan berakibat pula pada pendangkalan alur-alur sungai,
sehingga pada musim penghujan terjadi banjir di daerah-daerah tertentu.
Secara alami proses yang berlangsung diakibatkan oleh kinerja
sungai yang meliputi tiga aktivitas yang berkaitan satu dengan lainnya, yaitu
erosi, transportasi dan penimbunan/pengendapan. Peristiwa pengendapan
atau sedimentasi biasanya diawali oleh proses erosi (pengikisan material),
kemudian terangkut oleh aliran air dan akhirnya diendapkan di tempat yang
lebih rendah seperti dataran rendah atau cekungan. Pengendapan ini bisa
terjadi karena gradien sungai yang relatif kecil sehingga menyebabkan
kecepatan dan energi aliran berkurang. Karena terjadi penurunan energi
yang mengangkut material erosi maka terjadi pengendapan atau
sedimentasi. Proses geomorfologi yang terjadi pada bentuklahan ini adalah
banjir, pengendapan dan erosi. Banjir terjadi pada bagian hilir Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran yang termasuk wilayah Desa Kaliwuluh,
Kecamatan Kebakkramat. Berdasarkan penilaian besar laju erosi yang
dilakukan secara kualitatif dengan aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh,
besar laju erosi pada daerah penelitian termasuk dalam kategori sedang
hingga berat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Gambar 4.2. Proses geomorfologi yang terjadi di Sungai Grompol
(Foto diambil bulan oktober 2011)
c. Wilayah Ketinggian
Klasifikasi wilayah ketinggian yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan pada penggolongan relief muka bumi, dengan ketinggian dan
kelerengan merupakan faktor utama pembentukannya. Berdasarkan
klasifikasi tersebut daerah penelitian termasuk ke dalam wilayah kikisan.
Wilayah kikisan merupakan bagian muka bumi yang secara menyeluruh
mempunyai lereng yang memungkinkan air untuk mengikisnya ke bagian
yang lebih rendah dari permukaan air, yaitu wilayah yang datar dan hampir
tidak berlereng, sehingga hampir tidak ada aliran air. Wilayah kikisan di
daerah penelitian digolongkan atas dasar ketinggian, yaitu bagian wilayah
rendah, bagian wilayah pertengahan, dan bagian wilayah pegunungan.
1) Bagian Wilayah Rendah
Bagian wilayah rendah, biasa disebut sebagai dataran rendah, yaitu
bagian muka bumi yang terletak kira-kira di bawah 100 m.dpl sampai
batas wilayah endapan di atas 6 m.dpl. Karakteristik wilayah ini adalah
permukaannya datar, bagian berlereng tidak banyak bahkan hampir tidak
ada. Bagian wilayah rendah di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran meliputi sebagian Kecamatan Kebakkramat.
2) Bagian Wilayah Pertengahan
Bagian wilayah pertengahan, terletak pada ketinggian 100 – 500 m.dpl.
Karakteristiknya adalah permukaan tidak sedatar wilayah rendah, jurang-
jurang yang dalam tidak banyak, dan terdapat permukaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
bergelombang. Bagian wilayah pertengahan di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran meliputi sebagian Kecamatan Kebakkramat,
Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan
Karanganyar, dan Kecamatan Karangpandan.
3) Bagian Wilayah Pegunungan
Bagian wilayah pegunungan, terletak pada ketinggian di 500 – 1000
m.dpl. Karakteristiknya berbeda dengan daerah tropis pada umumnya,
yaitu lebih lembab dan curah hujan relatif lebih tinggi. Bagian wilayah
pegunungan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
meliputi sebagian Kecamatan Karangpandan.
5. Tanah
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar
permukaan planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki
sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap
bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula
(Darmawijaya, 1990: 9). Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat
diketahui bahwa faktor-faktor pembentuk tanah terdiri dari : iklim, bahan
induk, relief, organisme dan waktu. Dalam mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan tanah, faktor-faktor tersebut tidak mempunyai intensitas yang
sama, sehingga berakibat bahwa pada setiap tempat di permukaan bumi
mempunyai sifat dan karakteristik tanah yang tidak homogen atau sama. Dari
perbedaan tersebut dimungkinkan terjadi perbedaan penamaan dalam setiap
kategorinya. Berdasarkan Peta Tanah Kabupaten Karanganyar skala 1 : 50.000
tanah di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam tanah yaitu:
a. Latosol Coklat
Tanah latosol merupakan tanah yang banyak mengandung zat besi
dan alumunium. Tanah ini sudah sangat tua sehingga kesuburannya rendah.
Tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horison, kedalaman
tanah, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur
hingga agak teguh, warna coklat, merah hingga kuning. Tanah latosol coklat
berasal dari berbagai batuan tetapi paling umum dari abu vulkanik basa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
daerah berbukit yang agak tinggi dan vegetasi hutan basah, di Indonesia
tanah ini merupakan peralihan dari latosol coklat kemerahan-kelam dan
andosol, terutama diemukan di Jawa pada gunungapi yang masih muda
(Darmawijaya, 1990: 307). Pada daerah penelitian luas macam tanah ini
adalah 1538,024 Ha (24,76 % ) yang tersebar di Kelurahan Gedong (Kec.
Karanganyar), Desa Kaliboto, Desa Pojok, Desa Sewurejo (Kec.
Mojogedang), Desa Ngemplak, Desa Bangsri, Desa Tohkuning, Desa
Karangpandan (Kec. Karangpandan).
b. Mediteran Merah Kuning
Mediteran merah kuning adalah tanah yang mengalami pelapukan
intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur
hara, bahan organik, dan silika, dengan meninggalkan sesquioxsida
berwarna merah sebagai sisa. Mediteran merah kuning merupakan tanah-
tanah di mana terdapat penimbunan liat di horison bawah, liat yang
tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison diatasnya dan tercuci ke
bawah bersama gerakan air perkolasi. Mediteran merah kuning termasuk
tanah yang relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang
mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsurhara. Tanah ini
mempunyai kejenuhan basa tinggi, KTK dan cadangan unsur hara tinggi.
Ciri morfologi yang umum adalah tekstur lempung sampai geluh, drainase
baik, struktur remah sampai gumpal dan konsistensi gembur, warna tanah
sekitar merah, tergantung susunan mineralogi, bahan induk, drainase, umur
tanah dan keadaan iklim.
Pada daerah penelitian luas macam tanah ini adalah 4674,666 Ha
(75,24 %), meliputi wilayah Desa Kaliwuluh, Desa Malangganten, Desa
Banjarharjo, Desa Alastuwo (Kec. Kebakkramat), Desa Wonolopo, Desa
Kalijirak, Desa Gaum (Kec. Tasikmadu), Desa Kaliboto, Desa Sewurejo
(Kec. Mojogedang), Kel. Gedong, Kel. Popongan, Kel. Bejen, Kel.
Delingan, Kelurahan Gayamdompo (Kec. Karanganyar), Desa Ngemplak,
Desa Tohkuning (Kec. Karangpandan). Sebaran macam tanah di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Peta 4.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
6. Hidrologi
Kondisi hidrologi daerah penelitian meliputi air permukaan yang
berupa sungai serta aliran airtanah yang berupa sumur. Kondisi hidrologi di
suatu wilayah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: curah hujan,
jenis batuan, jenis tanah, kerapatan vegetasi dan penggunaan lahan. Kabupaten
Karanganyar merupakan bagian dari cekungan airtanah Surakarta, satu
cekungan dengan Kabupaten Sukoharjo, Boyolali, Sragen, Klaten dan Kota
Surakarta. Cekungan Airtanah Surakarta membentang dari puncak Gunung
Merapi dan Merbabu di bagian barat sampai dengan puncak Gunung Lawu di
bagian timur, sedangkan di bagian utara mulai dari Pendem sampai bukit
Watukelir di bagian selatan.
Daerah penelitian dibatasi oleh dua buah sungai, yaitu Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran yang mengalir dari arah timur menuju arah
barat kemudian berbelok ke arah barat laut dan bermuara di Bengawan Solo.
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran merupakan sungai perenial. Hal ini
karena tinggi muka airtanah pada daerah penelitian berada di atas atau lebih
tinggi dari pada dasar aliran sungai. Oleh karena itu aliran airtanah bebas akan
selalu mengalir ke sungai dan menimbulkan aliran meskipun tidak ada hujan,
sehingga kedua sungai tersebut termasuk dalam aliran sungai sistem Effluent.
Pada aliran sungai sistem Effluent sumber aliran sungai berasal dari airtanah.
Sistem aliran Effluent pada umumnya berlangsung sepanjang tahun oleh
karenanya sering juga disebut aliran tahunan atau Perenial Stream
(Asdak,1995: 20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Gambar 4.3. Klasifikasi geologi terhadap sistem aliran sungai (Asdak,1995: 20)
Kondisi air permukaan dapat mencerminkan penggunaan lahan di
suatu daerah. Penggunaan lahan yang berupa hutan dapat berfungsi sebagai
daerah resapan air hujan, sedangkan penggunaan lahan yang berupa
permukiman atau industri akan berpotensi menimbulkan pencemaran, baik
pencemaran air permukaan maupun pencemaran airtanah. Penggunaan lahan di
daerah penelitian banyak didominasi oleh permukiman dan sawah. Bagian hulu
sampai bagian tengah banyak didominasi oleh kebun/perkebunan, permukiman
dan tegalan/ladang, sedangkan bagian tengah sampai hilir banyak didominasi
oleh permukiman dan sawah. Penduduk di daerah penelitian memenuhi
kebutuhan sehari-hari menggunakan airtanah dangkal dari sumur gali, karena
keadaan topografi dan keterdapatan airtanah yang tidak merata sebagian
penduduk menggunakan airtanah dari sumur bor dan PAM swadaya
masyarakat. Bahkan ketika musim kemarau ada sebagian penduduk yang
menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Peta 4.3 Macam Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Airtanah di daerah penelitian banyak dipengaruhi oleh kondisi
topografi, formasi batuan, dan curah hujan sehingga keterdapatan airtanah
tidak merata. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran pada, kedalaman
muka airtanah di daerah penelitian penelitian antara 0,62 – 22,57 meter, pH
airtanah di bagian hilir Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran berkisar
antara 3,11 – 4,85, suhu airtanah berkisar antara 26,5 – 29,4 C, daya hantar
listrik berkisar antara 0,6 – 1,16 mS, kandungan bahan terlarut berkisar antara
0,05 – 0,58 ppt, pH airtanah di bagian tengah Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran berkisar antara 3,09 – 5,55, suhu airtanah berkisar antara 27,4 –
30,3 C, daya hantar listrik berkisar antara 0,09 – 0,49 mS, kandungan bahan
terlarut berkisar antara 0,04 – 0,24 ppt, pH airtanah di bagian hulu Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran berkisar antara 3,06 – 5,17, suhu airtanah
berkisar antara 28,4 – 30,6 C, daya hantar listrik berkisar antara 0,04 – 0,55
mS, kandungan bahan terlarut berkisar antara 0,02 – 0,27 ppt. Arah aliran
airtanah pada suatu daerah secara umum akan mengikuti topografi dari
daerah tersebut.
Gambar 4.4. Sungai Grompol bagian hulu (kiri) dan Sungai Tempuran
bagian tengah (kanan) (Foto diambil bulan oktober 2011).
7. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan)
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
materiil maupun spiritual (Arsyad, 1989: 207). Manusia memiliki kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
untuk mengubah lahan menjadi lebih produktif, pengubahan ini tentu saja
berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus bertambah.
Luas lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
adalah 6212.691 Ha Bentuk penggunaan lahan di daerah tersebut dipengaruhi
oleh oleh kualitas dan karakteristik lahan. Bentuk penggunaan lahan di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran antara lain: sawah, sawah irigasi,
permukiman, tegalan/ladang, kebun/perkebunan, industri, peternakan,
waduk/tubuh air dan lahan kosong. Penggunaan lahan yang paling dominan
adalah permukiman dan sawah. Bagian hulu sampai bagian tengah banyak
didominasi oleh kebun/perkebunan,permukiman dan tegalan/ladang, sedangkan
bagian tengah sampai hilir banyak didominasi oleh permukiman dan sawah.
Secara keseluruhan bentuk dan luas penggunaan lahan di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
No Bentuk Penggunaan Lahan Luas (Ha) Luas (%)
1. Permukiman 2281,384 36,72
2. Kebun/Perkebunan 811,147 13,06
3. Sawah Tadah Hujan 285,993 4,60
4. Sawah Irigasi 1839,302 29,61
5. Tegalan/Ladang 888,670 14,30
6. Peternakan 31,556 0,51
7. Waduk/Tubuh Air 25,360 0,41
8. Lahan Kosong 49,279 0,79
Jumlah 6212,691 100,00
Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan.
- Hasil Interpretasi Citra dari Google Earth tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.5. Grafik penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dan
Sungai Tempuran
8. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan sumberdaya manusia yang mempunyai peranan
yang sangat penting dalam proses pembangunan baik sebagai subyek atau
pelaku pembangunan maupun sebagai obyek pembangunan. Dengan
mengetahui keadaan penduduk maka potensi sumberdaya manusianya dapat
diketahui. Untuk memberikan gambaran mengenai keadaan penduduk di
daerah penelitian maka berikut ini akan diuraikan mengenai jumlah penduduk
dan kepadatan penduduk. Daerah penelitian terletak di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran meliputi sebagian dari Kecamatan Kebakkramat,
Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Karanganyar, dan
Kecamatan Karangpandan.
Penyajian data mengenai jumlah dan kepadatan penduduk tiap
Kecamatan yang termasuk dalam daerah penelitian berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar tahun 2010 dan hasil
perhitungan. Terdapat perbedaan antara kepadatan penduduk secara
administratif dan kepadatan penduduk yang termasuk dalam daerah penelitian.
Hal ini dikarenakan tidak seluruh luas desa atau kecamatan termasuk dalam
daerah penelitian, pada kepadatan penduduk secara administrasi perhitungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
dilakukan dengan membagi jumlah seluruh penduduk dalam satu
desa/kelurahan dengan luas desa/kelurahan secara keseluruhan. Perhitungan
kepadatan penduduk di daerah penelitian dilakukan dengan cara luas desa
yang termasuk dalam daerah penelitian dibagi dengan luas desa secara
administrasi kemudian dikalikan dengan kepadatan penduduk secara
administrasi, data-data penduduk tersebut dapat dilihat pada uraian berikut :
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
1) Kecamatan Kebakkramat
Kecamatan Kebakkramat merupakan Kecamatan yang terletak
paling utara pada daerah penelitian, yang berbatasan dengan Kecamatan
Tasikmadu dan Kecamatan Mojogedang. Kecamatan Kebakkramat
merupakan sentra industri batubata dan genteng, industri tersebut
terdapat di Desa Kaliwuluh, Desa Alastuwo, Desa Malanggaten dan Desa
Banjarharjo. Sebagian besar penduduk di empat Desa tersebut bekerja
sebagai perajin batubata atau genteng dan sebagai petani. Jumlah dan
Kepadatan penduduk Kecamatan Kebakkramat yang termasuk dalam
daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Kepadatan Penduduk Kecamatan Kebakkramat Tahun 2010 No Desa/
Kelurahan
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Luas Desa
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km)
1. Kaliwuluh 8618 0,86228 104
2. Malanggaten 4855 3,56653 1361
3. Banjarharjo 3997 3,23532 1235
4. Alastuwo 6483 4,68974 1361
Total 23953 12,35387 4061
Sumber: - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
- Hasil perhitungan
Berdasarkan tabel di atas wilayah Kecamatan Kebakkramat
yang termasuk dalam daerah penelitian meliputi sebagian dari empat
desa, yaitu Desa Kaliwuluh, Desa Alastuwo, Desa Malanggaten dan Desa
Banjarharjo dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 12,3539 Km2.
Berdasarkan data Kabupaten Karanganyar dalam angka tahun 2010 dan
hasil perhitungan, jumlah penduduk dari keempat desa tersebut adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
23953 jiwa. Desa dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah
Desa Alastuwo dan Desa Malanggaten dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 1361 jiwa/Km2, sedangkan Desa dengan tingkat
kepadatan terendah adalah Desa Kaliwuluh dengan kepadatan penduduk
sebesar 104 jiwa/Km2.
2) Kecamatan Tasikmadu
Kecamatan Tasikmadu terletak di sebelah selatan Kecamatan
Kebakkramat dan di sebelah Barat Kecamatan Mojogedang. Wilayah
Kecamatan Tasikmadu yang termasuk dalam daerah penelitian meliputi
sebagian dari tiga Desa, yaitu Desa Wonolopo, Desa Kalijirak dan Desa
Gaum. Penduduk Desa Wonolopo, Desa Kalijirak dan Desa Gaum
bermata pencaharian sebagai petani, padagang dan sebagian kecil sebagai
perajin batubata. Jumlah dan Kepadatan penduduk Kecamatan
Tasikmadu yang termasuk dalam daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Kepadatan Penduduk Kecamatan Tasikmadu Tahun 2010 No Desa/
Kelurahan
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Luas Desa
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/ Km2)
1. Wonolopo 4559 0,50788 328
2. Kalijirak 5622 5,03831 1116
3. Gaum 5298 1,72255 667
Total 15479 7,26874 2111
Sumber: - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
- Hasil perhitungan
Berdasarkan Tabel 4.8. wilayah Kecamatan Tasikmadu yang
termasuk dalam daerah penelitian meliputi tiga desa, yaitu Desa
Wonolopo, Desa Kalijirak, dan Desa Gaum dengan luas wilayah
keseluruhan sebesar 7,2687 Km2. Berdasarkan data Kabupaten
Karanganyar dalam angka tahun 2010 hasil perhitungan, jumlah
penduduk dari ketiga desa tersebut adalah 15479 jiwa. Desa dengan
tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa Kalijirak dengan
tingkat kepadatan penduduk sebesar 1116 jiwa/Km2, sedangkan Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
dengan tingkat kepadatan terendah adalah Desa Wonolopo dengan
kepadatan penduduk sebesar 328 jiwa/Km2.
3) Kecamatan Mojogedang
Kecamatan Mojogedang berbatasan dengan Kecamatan
Kebakkramat dan Kecamatan Tasikmadu di sebelah barat, berbatasan
dengan Kecamatan Karangpandan di sebelah timur dan berbatasan
dengan Kecamatan Karanganyar di sebelah selatan. Kecamatan
Mojogedang yang termasuk dalam daerah penelitian meliputi sebagian
dari tiga Desa, yaitu Desa Kaliboto, Desa Pojok dan Desa Sewurejo.
Jumlah dan Kepadatan penduduk Kecamatan Tasikmadu yang termasuk
dalam daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Kepadatan Penduduk Kecamatan Mojogedang Tahun 2010 No Desa/
Kelurahan
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Luas Desa
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/ Km2)
1. Kaliboto 5936 3,84279 497
2. Pojok 5784 3,10689 828
3. Sewurejo 6086 6,50898 892
Total 17806 13,45866 2217
Sumber: - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
- Hasil perhitungan
Berdasarkan tabel di atas wilayah Kecamatan Mojogedang yang
termasuk dalam daerah penelitian meliputi sebagian dari tiga desa, yaitu
Desa Kaliboto, Desa Pojok, dan Desa Sewurejo dengan luas keseluruhan
sebesar 13,4587 Km2. Berdasarkan data Kabupaten Karanganyar dalam
angka tahun 2010 dan hasil perhitungan, jumlah penduduk dari ketiga
desa tersebut adalah 17806 jiwa. Desa dengan tingkat kepadatan
penduduk tertinggi adalah Desa Sewurejo dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 892 jiwa/Km2, sedangkan Desa dengan tingkat
kepadatan terendah adalah Desa Kaliboto dengan kepadatan penduduk
sebesar 497 jiwa/ Km2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
4) Kecamatan Karanganyar
Kecamatan Karanganyar merupakan pusat pemerintahan
Kabupaten Karanganyar dan memiliki kepadatan penduduk tertinggi
dibandingkan dengan Kecamatan lain yang termasuk dalam daerah
penelitian. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Karanganyar
sebagian besar sudah beralih dari bidang pertanian ke bidang jasa,
perdagangan dan karyawan atau pegawai. Jumlah dan Kepadatan
penduduk Kecamatan Karanganyar yang termasuk dalam daerah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Kepadatan Penduduk Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 No Desa/
Kelurahan
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Luas Desa
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/ Km2)
1. Delingan 4881 9,50407 514
2. Bejen 9288 1,93319 917
3. Popongan 7463 1,39137 689
4. Gayamdompo 5703 1,55142 508
5. Gedong 6447 6,28093 994
Total 33782 20,66098 3622
Sumber: - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
- Hasil perhitungan
Berdasarkan tabel di atas wilayah Kecamatan Karanganyar yang
termasuk dalam daerah penelitian meliputi sebagian dari empat
Kelurahan, yaitu Kelurahan Delingan, Kelurahan Bejen, Kelurahan
Popongan, Kelurahan Gayamdompo dan Kelurahan Gedong dengan luas
wilayah keseluruhan sebesar 20,6610 Km2. Berdasarkan data Kabupaten
Karanganyar dalam angka tahun 2010 dan hasil perhitungan, jumlah
penduduk dari keempat Kelurahan tersebut adalah 33782 jiwa. Kelurahan
dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kelurahan Gedong
dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 994 jiwa/Km2, sedangkan
Kelurahan dengan tingkat kepadatan terendah adalah Kelurahan
Popongan dengan kepadatan penduduk sebesar 508 jiwa/ Km2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
5) Kecamatan Karangpandan
Kecamatan Karangpandan merupakan kecamatan yang terletak
paling timur pada daerah penelitian. Kecamatan Karangpandan yang
termasuk dalam daerah penelitian meliputi sebagian dari empat desa,
yaitu Desa Bangsri, Desa Ngemplak, Desa Tohkuning dan Desa
Karangpandan. Jumlah dan Kepadatan penduduk Kecamatan
Karangpandan yang termasuk dalam daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Kepadatan Penduduk Kecamatan Karangpandan Tahun 2010 No Desa/
Kelurahan
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Luas Desa
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/ Km2)
1. Bangsri 4519 1,64715 350
2. Ngemplak 3952 0,90341 266
3. Tohkuning 5415 5,00439 1078
4. Karangpandan 6309 0,82971 562
Total 20195 8,38466 2256
Sumber: - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
- Hasil perhitungan
Berdasarkan tabel di atas, luas keseluruhan dari empat desa di
Kecamatan Karangpandan yang termasuk dalam daerah penelitian adalah
8,3847 Km2. Jumlah penduduk dari keempat desa tersebut adalah 20195
jiwa. Desa dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa
Tohkuning dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 1078 jiwa/ Km2,
sedangkan Desa dengan tingkat kepadatan terendah adalah Desa
Ngemplak dengan kepadatan penduduk sebesar 266 jiwa/ Km2.
b. Tingkat Kepadatan Penduduk
Perhitungan kepadatan penduduk di daerah penelitian berbeda
dengan perhitungan kepadatan penduduk secara administrasi. Perhitungan
kepadatan penduduk di daerah penelitian dilakukan dengan cara luas desa
yang termasuk dalam daerah penelitian dibagi dengan luas desa secara
administrasi kemudian dikalikan dengan kepadatan penduduk secara
administrasi. Ketentuan untuk menentukan klasifikasikan kepadatan
penduduk di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran didasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
pada Undang-undang Nomor 56 1960 tentang kategori jumlah penduduk.
Klasifikasi tingkat kepadatan penduduk menurut Undang-undang Nomor
56 1960 disajikan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Kategori Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk (Jiwa/ Km2 ) Tingkat Kepadatan
0 – 50 Tidak Padat
51 – 250 Kurang Padat
251 – 400 Cukup Padat
> 400 Sangat Padat
Sumber : - Undang-undang Nomor 56 Tahun 1960
Mengacu pada ketentuan Undang-undang Nomor 56 1960 tentang
kategori jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran termasuk dalam tiga kategori
kepadatan, yaitu kurang padat, cukup padat, dan sangat padat. Sebaran
kategori kepadatan penduduk di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran disajikan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Kategori Kepadatan Penduduk di daerah penelitian No Kepadatan Penduduk
(Jiwa/ Km2 )
Tingkat
Kepadatan
Desa/Kecamatan
1. 51 – 250 Kurang
Padat
Kaliwuluh (Kebakkramat)
2. 251 – 400 Cukup
Padat
Wonolopo (Tasikmadu)
Bangsri (Karangpandan)
Ngemplak (Karangpandan)
3. > 400 Sangat
Padat
Malanggaten (Kebakkramat)
Banjarharjo (Kebakkramat)
Alastuwo (Kebakkramat)
Kalijirak (Tasikmadu)
Gaum (Tasikmadu)
Kaliboto (Mojogedang)
Pojok (Mojogedang)
Sewurejo (Mojogedang)
Delingan (Karanganyar)
Bejen (Karanganyar)
Popongan (Karanganyar)
Gayamdompo (Karanganyar)
Gedong (Karanganyar)
Tohkuning (Karangpandan)
Karangpandan (Karangpandan)
Sumber : Hasil Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat kepadatan
penduduk sangat padat tertinggi secara administrasi adalah Kelurahan
Bejen dengan kepadatan penduduk 2099 jiwa/Km2 dan tingkat kepadatan
penduduk kurang padat terendah adalah Kelurahan Delingan dengan
kepadatan penduduk 514 jiwa/ Km2. Sedangkan tingkat kepadatan
penduduk sangat padat tertinggi di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran adalah Desa Alastuwo dan Desa Malanggaten dengan
kepadatan penduduk 1361 jiwa/Km2, desa dengan tingkat kepadatan
penduduk kurang padat terendah adalah Desa Kaliwuluh dengan kepadatan
penduduk 104 jiwa/Km2. Berdasarkan data tersebut terdapat perbedaan
tingkat kepadatan penduduk antara kepadatan penduduk secara
administrasi dengan kepadatan penduduk pada daerah penelitian.
Kepadatan penduduk dapat dipetakan menggunakan simbol area
dengan warna bertingkat atu bergradasi. Semakin tinggi tingkat kepadatan
penduduk suatu daerah maka simbol warna yang digunakan semakin
gelap, sebaliknya semakin rendah tingkat kepadatan penduduknya maka
simbol warna yang digunakan semakin terang. Secara visual kepadatan
penduduk di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran dapat
dilihat pada Peta 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Peta 4.4 Kepadatan penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
B. Hasil dan Pembahasan
1. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis
a. Satuan Lahan Daerah Penelitian
Satuan lahan merupakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan
karakteristik bahan induk, bentuklahan, morfologi, tanah, proses geomorfologi
dan penggunaan lahan. Parameter penyusun satuan lahan dan satuan lahan di
antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada penjelasan
berikut :
1) Parameter Penyusun Satuan Lahan
a) Formasi Batuan
Berdasarkan litologinya daerah batuan di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran tersusun atas tiga formasi batuan.
Formasi batuan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
diperoleh dari analisis Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro dan
Lembar Ponorogo Tahun 1992 Skala 1 : 100.000, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Formasi Batuan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
No Formasi Batuan Simbol Luas
Ha %
1. Alluvium Qa 309,072 4,97
2. Endapan Lahar Lawu Qlla 5894,281 94,87
3 Batuan Gunungapi Lawu Qvl 9,337 0,15
Jumlah 6212,691 100,00
Sumber : - Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro dan Lembar Ponorogo
Tahun 1992 Skala 1 : 100.000
- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG
b) Morfografi
Daerah penelitian terdiri dari morfografi dataran aluvial, teras
sungai, tanggul alam, dataran banjir. Pada penelitian ini tidak semua
macam morfografi tersebut dapat digambarkan dalam peta, karena
berkaitan dengan skala peta dan satuan pemetaan (mapping unit). Skala
peta pada penelitian ini adalah 1 : 65.000 sehingga data morfografi yang
terliput tidak dapat ditampilkan dengan sangat rinci. Macam morfografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
seperti teras sungai, tanggul alam dan dataran banjir dapat ditampilkan
secara rinci pada peta dengan skala minimal 1 : 10.000 atau foto udara
skala 1 : 10.000 dengan kombinasi band yang disesuaikan. Berdasarkan
skala peta dan keterbatasan tersebut maka morfografi di daerah penelitian
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu Dataran Aluvial (F1) dan
Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam, dan Dataran Banjir (F2). Data
satuan morfografi di daerah penelitian disajikan pada Tabel 4.15, dan
sebaran satuan bentuklahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Peta
4.5.
Tabel 4.15. Satuan Morfografi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
No Satuan Morfografi Simbol Luas
Ha %
1. Dataran Aluvial F1 4545,974
73,17
2. Kompleks Teras Sungai, Tanggul
Alam, dan Dataran Banjir
F2 1666,717
26,83
Jumlah 6212,691
100,00
Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan
- Citra dari Google Earth Tahun 2011
c) Kemiringan Lereng
Penyusun satuan lahan yang ketiga adalah kemiringan lereng.
Kemiringan lereng di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
digolongkan dalam 3 kelas berdasarkan klasifikasi kelas lereng menurut
Chay Asdak. Data kemiringan lereng di daerah penelitian disajikan pada
Tabel 4.16, dan sebaran kemiringan lereng di daerah penelitian dapat
dilihat pada Peta 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 4.16. Klasifikasi Kelas Lereng di antara Sungai Grompol Dengan
Sungai Tempuran
No Kelas Kemiringan
Lereng (%)
Simbol Luas
Ha %
1. Datar 0 – 8 I 5072,487 81,64
2. Landai 8 – 15 II 1068,383 17,20
3. Agak Curam 15 – 25 III 71,821 1,16
Jumlah 6212,691 100,00
Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan
- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG
d) Tanah
Penyusun satuan lahan yang keempat adalah tanah. Satuan tanah
yang digunakan adalah kategori macam. Berdasarkan Peta Tanah
Kabupaten Karanganyar Skala 1 : 50.000 daerah di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran digolongkan menjadi 2 macam tanah,
yaitu latosol coklat dan mediteran merah kuning. Sebaran dan luas
macam tanah di daerah penelitian disajikan pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17. Macam Tanah di antara Sungai Grompol Dengan Sungai Tempuran
No Macam Tanah Simbol Luas
Ha %
1. Latosol Coklat Lc 1538,025 24,76
2. Mediteran Merah Kuning Mk 4674,666 75,24
Jumlah 6212,691
100,00
Sumber : - Peta Tanah Kabupaten Karanganyar Skala 1 : 50.000
- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG
e) Besar Laju Erosi
Penilaian besar laju erosi pada penelitian ini adalah penilaian
besar laju erosi permukaan secara kualitatif dengan aplikasi penginderaan
jauh dan SIG. Metode yang digunakan adalah Soil Erosion Status (SES)
dengan modifikasi, disesuaikan dengan kondisi daerah penelitian.
Parameter yang digunakan pada penentuan besar laju erosi dengan
metode Soil Erosion Status (SES) dalam penelitian ini adalah arah
kemiringan lereng, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Nilai dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
setiap parameter pada metode Soil Erosion Status (SES) dapat dilihat
pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Faktor dalam Perhitungan Soil Erosion Status (SES)
No. Faktor Kategori Kelas Erosi Skor
1. Aspek Arah Lereng Utara Sangat Rendah 1
Tenggara dan Timur
laut
Rendah 2
Timur dan Barat Sedang 3
Barat daya, Barat laut Tinggi 4
Selatan Sangat Tinggi 5
2. Kemiringan Lereng < 15 % Sangat Rendah 1
15 – 45 Rendah 2
45 – 65 Sedang 3
65 – 85 Tinggi 4
> 85 % Sangat Tinggi 5
3. Landuse/Landcover Hutan Alam Sangat Rendah 1
Hutan
Produksi/Perkebunan
Rendah 2
Semak/Belukar Sedang 3
Sawah/Teras-teras Tinggi 4
Tegalan/Permukiman Sangat Tinggi 5
Sumber: Harjadi, 2010 dengan perubahan
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Soil Erosion Status
(SES) daerah penelitian memiliki dua kelas besar laju erosi yaitu,
sedang dan berat. Dalam menentukan skor total erosi atau kelas erosi
menggunakan rumus Sturgess. Dari hasil perhitungan kelas erosi di
daerah dibagi menjadi lima kelas, yaitu sangat ringan, ringan, sedang,
berat, dan sangat berat. Hasil perhitungan besar laju erosi di daerah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19. Besar Laju Erosi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
No Besar Laju Erosi Simbol Luas
Ha %
1. Sedang S 3050,528 49,10
2. Berat B 3136,803 50,49
Jumlah 6187,331
99,59
Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan
- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Peta 4.5 Morfografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Peta 4.6 kelas lereng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Peta 4.7 Besar Laju erosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Berdasarkan data di atas besar laju erosi sedang memiliki luas
sebesar 3050,528 Ha (49,10 %) dan sebarannya hampir merata pada
daerah penelitian, sedangkan besar laju erosi berat memiliki luas
3136,803 Ha (50,49%) serta sebarannya juga hampir merata pada
daerah penelitian. Dari data di atas terdapat area yang tidak dimasukan
dalam perhitungan, karena area tersebut berupa waduk yang didominasi
oleh proses sedimentasi atau pengendapan. Luas waduk tersebut adalah
25,36 Ha (0,41 %). Sebaran besar laju erosi di daerah penelitian dapat
dilihat pada Peta 4.7.
2) Satuan Lahan
Berdasarkan hasil tumpangsusun (overlay) peta dasar dan analisis
data, yaitu Peta Geologi (formasi batuan), Peta Bentuklahan, Peta
Kemiringan lereng, Peta Macam Tanah, dan Peta Besar Laju Erosi,
diperoleh 20 jenis satuan lahan yang berasal dari tiga jenis formasi batuan,
dua satuan bentuklahan, tiga kelas kemiringan lereng, dua macam tanah dan
dua kelas besar laju erosi yang tersebar di seluruh daerah penelitian. Satuan
lahan sebagai satuan analisis, maka pada setiap satuan lahan yang ada
dilakukan pengamatan di lapangan. Sifat dan karakteristik pada setiap
satuan lahan dijelaskan secara singkat pada uraian berikut :
a) Alluvium Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah
Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Berat (Qa - F1- I - Mk - B)
Satuan lahan ini terbentuk sebagai hasil dari proses fluvial yaitu
pengendapan. Satuan lahan ini merupakan daerah datar dengan
kemiringan lereng 0 - 8%. Penggunaan lahan di satuan lahan ini adalah
sebagai permukiman. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa
Malanggaten dan Desa Alastuwo. Luas satuan lahan ini secara
keseluruhan adalah 38,339 Ha atau 0,62% dari luas seluruh daerah
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
b) Alluvium Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah
Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qa - F1- I - Mk - S)
Satuan lahan ini mempunyai luas 115,001 Ha atau 1,85% dari luas
seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa
Kaliwuluh, Desa Malanggaten, dan Desa Alastuwo. Bentuk penggunaan
lahannya adalah sebagai permukiman, kebun, dan sawah irigasi.
c) Alluvium Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir
Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju
Erosi Berat (Qa - F2 - I - Mk - B)
Satuan lahan ini terbentuk karena adanya proses pengendapan. Topografi
satuan lahan ini datar dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk
penggunaan lahannya adalah sebagai permukiman, kebun, dan sawah
irigasi. Satuan lahan ini meliputi Desa Kaliwuluh, Desa Malanggaten,
dan Desa Alastuwo. Luas Satuan lahan ini adalah 56,661 Ha atau 0,91 %
dari luas seluruh daerah penelitian.
d) Alluvium Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir
Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju
Erosi Sedang (Qa - F2 - I - Mk - S)
Satuan lahan ini mempunyai luas 99,026 Ha atau 1,59 % dari luas
seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi Desa Kaliwuluh,
Desa Malanggaten, dan Desa Alastuwo. Topografi satuan lahan ini datar
dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk penggunaan lahannya adalah
permukiman, sawah irigasi, dan kebun.
e) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8%
Macam Tanah Latosol Coklat Laju Erosi Berat (Qlla - F1- I - Lc - B)
Satuan lahan ini mempunyai luas 722,182 Ha atau 11,62% dari luas
seluruh daerah penelitian. Topografi satuan lahan ini landai dengan
kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk penggunaan lahannya cukup
bervariasi, yaitu permukiman, tegalan/ladang, dan peternakan. Satuan
lahan ini meliputi sebagian Desa Kalijirak, Bangsri, Kaliboto, Ngemplak,
Pojok, Sewurejo, Tohkuning, Karangpandan dan Kelurahan Gedong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
f) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8%
Macam Tanah Latosol Coklat Laju Erosi Berat (Qlla - F1- I - Lc - S)
Satuan lahan ini terbentuk karena adanya proses pengendapan. Topografi
satuan lahan ini landai dengan kemiringan lereng 8 - 15%. Bentuk
penggunaan lahannya adalah permukiman, kebun, dan peternakan.
Satuan lahan ini meliputi Desa Kaliboto, Ngemplak, Pojok, Sewurejo,
Bangsri, Tohkuning, dan Kelurahan Gedong. Luas Satuan lahan ini
adalah 206,726 Ha atau 3,33% dari luas seluruh daerah penelitian.
g) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8%
Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Berat (Qlla - F1- I -
Mk - B)
Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Banjarharjo, Malanggaten,
Alastuwo, Wonolopo, Gaum, Sewurejo, Kaliboto, Kalijirak, Bangsri,
Tohkuning, Kelurahan Delingan, Bejen, Gedong Popongan dan
Kelurahan Gayamdompo. Luas satuan lahan ini adalah 1206,485 Ha atau
19,42% dari luas seluruh daerah penelitian. Topografi satuan lahan ini
landai dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk penggunaan lahannya
adalah permukiman, tegalan/ladang, sawah irigasi, dan peternakan.
h) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8%
Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F1- I
- Mk - S)
Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Alastuwo, Malanggaten,
Banjarharjo, Wonolopo, Kalijirak, Kaliboto, Sewurejo, Gaum, Bangsri,
Tohkuning, Kelurahan Delingan, Kelurahan Gayamdompo, Kelurahan
Popongan, Kelurahan Bejen dan Kelurahan Gedong. Topografi satuan
lahan ini landai dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk penggunaan
lahannya adalah sebagai permukiman, tegalan/ladang, sawah irigasi,
sawah tadah hujan dan kebun. Luas satuan lahan ini adalah 1217,433 Ha
atau 19,60% dari luas seluruh daerah penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
i) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 8 - 15%
Macam Tanah Latosol Coklat Laju Erosi Berat (Qlla - F1- II - Lc - B)
Satuan lahan ini mempunyai luas 186,798 Ha atau 3,01% dari luas
seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa
Tohkuning, Ngemplak, Sewurejo, Bangsri, Kelurahan Delingan dan
Gayamdompo. Topografi satuan lahan ini antara 8 - 15%.Penggunaan
lahannya sebagai permukiman, tegalan/ladang dan kebun.
j) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 8 - 15%
Macam Tanah Latosol Coklat Laju Erosi Sedang (Qlla - F1- II - Lc - S)
Satuan lahan ini relatif lebih mudah untuk terendam air atau banjir.
Daerah ini terdapat di kanan kiri Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran. Material di daerah ini relatif baru karena adanya pengendapan
material ketika terjadi luapan air sungai. Topografi satuan lahan ini
antara 8 - 15%. Bentuk penggunaan lahannya adalah permukiman,
tegalan/ladang, sawah irigasi, kebun, dan peternakan. Satuan lahan ini
meliputi sebagian Desa Kaliboto, Karangpandan, Ngemplak, Pojok,
Sewurejo, Tohkuning, Ngemplak, Karangpandan dan Kelurahan Gedong.
Luas satuan lahan ini adalah 130,716 Ha atau 2,10% dari luas seluruh
daerah penelitian.
k) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 8 - 15%
Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Berat (Qlla - F1- II -
Mk - B)
Satuan lahan ini mempunyai luas 130,971 Ha atau 2,11% dari luas
seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa
Kaliboto, Kalijirak, Karangpandan, Bangsri, Ngemplak, Pojok, Sewurejo,
Tohkuning, Kelurahan Gedong, Kelurahan Gayamdompo, dan Kelurahan
Delingan.. Topografi satuan lahan ini datar dengan kemiringan lereng 8 -
15%. Bentuk penggunaan lahannya adalah sebagai permukiman,
tegalan/ladang, sawah irigasi, sawah tadah hujan dan kebun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
l) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 8 - 15%
Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F1- II
- Mk - S)
Satuan lahan ini terletak di bagian hilir dari Sungai Grompol dengan
Sungai Tempuran. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Alastuwo,
Kaliwuluh, Malanggaten, Sewurejo, Bangsri, Tohkuning, Kelurahan
Delingan, Kelurahan Popongan dan Kelurahan Gayamdompo dengan
luas keseluruhan 384,232 Ha atau 6,18% dari luas seluruh daerah
penelitian. Satuan lahan ini mempunyai letak yang relatif lebih rendah,
sehingga kemungkinan untuk terendam air atau terjadi banjir lebih besar.
Topografi satuan lahan ini datar dengan kemiringan lereng 8 - 15%.
Airtanah pada satuan lahan ini mudah didapat dan dimanfaatkan oleh
penduduk. Bentuk penggunaan lahan yang dominan adalah permukiman.
m) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 15 - 25%
Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F1-
III - Mk - S)
Satuan lahan ini juga terletak di bagian hilir dari Sungai Grompol dengan
Sungai Tempuran. Letak satuan lahan ini juga relatif lebih rendah
sehingga kemungkinan untuk terendam air lebih besar dibandingkan
daerah yang lain. Topografi satuan lahan ini agak curam dengan
kemiringan lereng 15 - 25%. Bentuk penggunaan lahannya adalah
permukiman dan kebun. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa
Sewurejo, Kelurahan Gedong, dan Kelurahan Delingan. Luas satuan
lahan ini adalah 42,585 Ha atau 0,69% dari luas seluruh daerah
penelitian.
n) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan
Dataran Banjir Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Latosol Coklat
Laju Erosi Berat (Qlla - F2- I - Lc - B)
Satuan lahan ini mempunyai luas 186,587 Ha atau 3,00% dari luas
seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa
Kaliboto, Pojok, Tohkuning, Sewurejo, dan Kelurahan Gedong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Topografi satuan lahan ini datar dengan kemiringan lereng 0 - 8%.
Bentuk penggunaan lahannya adalah sebagai permukiman,
tegalan/ladang, kebun dan sawah irigasi.
o) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan
Dataran Banjir Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Latosol Coklat
Laju Erosi Sedang (Qlla - F2- I - Lc - S)
Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Kaliboto, Bangsri, Tohkuning,
Sewurejo, Ngemplak, dan Kelurahan Gedong. Topografi satuan lahan ini
datar dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk penggunaan lahannya
adalah permukiman, sawah tadah hujan, sawah irigasi, dan kebun. Luas
satuan lahan ini adalah 113,371 Ha atau 1,82% dari luas seluruh daerah
penelitian.
p) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan
Dataran Banjir Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Mediteran
Merah Kuning Laju Erosi Berat (Qlla - F2- I - Mk - B)
Satuan lahan ini mempunyai luas 364,901 Ha atau 5,87% dari seluruh
luas seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa
Alastuwo, Banjarharjo, Wonolopo, Kalijirak, Gaum, Kaliboto, Pojok,
Sewurejo, Tohkuning, Bangsri, Kelurahan Gedong, Delingan, Bejen,
Popongan dan Kelurahan Gayamdompo. Bentuk penggunaan lahannya
adalah permukiman, tegalan/ladang, sawah irigasi, kebun, dan
peternakan. Topografi satuan lahan ini landai dengan kemiringan lereng
0 - 8%.
q) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan
Dataran Banjir Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Mediteran
Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F2- I - Mk - S)
Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Malanggaten, Alastuwo,
Kaliboto, Kalijirak, Banjarharjo, Wonolopo, Gedong, Gaum, Sewurejo,
Tohkuning dan Karangpandan, Kelurahan Popongan, Kelurahan
Gayamdompo, Kelurahan Bejen, Kelurahan Delingan, dan Kelurahan
Gedong. Topografi satuan lahan ini landai dengan kemiringan lereng 0 -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
8%. Bentuk penggunaan lahannya adalah permukiman, tegalan/ladang,
sawah irigasi, sawah tadah hujan dan kebun. Luas satuan lahan ini adalah
636,077 Ha atau 10,24% dari luas seluruh daerah penelitian.
r) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan
Dataran Banjir Kemiringan Lereng 8 - 15% Macam Tanah Latosol
Coklat Laju Erosi Berat (Qlla - F2- II - Lc - B)
Satuan lahan ini hanya meliputi sebagian Desa Tohkuning. Bentuk
penggunaan lahan yang dominan adalah permukiman, sawah irigasi dan
kebun. Topografi satuan lahan ini landai dengan kemiringan lereng 8 -
15%. Kedalaman muka airtanah di satuan lahan ini relatif dangkal
sehingga mudah dimanfaatkan penduduk untuk memenuhi kebutuhannya.
Luas satuan lahan ini 12,087 Ha atau 0,19% dari luas seluruh daerah
penelitian.
s) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan
Dataran Banjir Kemiringan Lereng 8 - 15% Macam Tanah Latosol
Coklat Laju Erosi Sedang (Qlla - F2- II - Lc - S)
Satuan lahan ini mempunyai luas 71,786 Ha atau 1,16% dari seluruh luas
seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa
Tohkuning, Desa Pojok, Desa Sewurejo dan Desa Karangpandan. Bentuk
penggunaan lahannya adalah permukiman, tegalan/ladang, sawah irigasi,
kebun, dan peternakan. Topografi satuan lahan ini landai dengan
kemiringan lereng 8 - 15%.
t) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan
Dataran Banjir Kemiringan Lereng 8 - 15% Macam Tanah Mediteran
Merah Kuning Laju Erosi Berat (Qlla - F2- II - Mk - B)
Satuan lahan ini terletak di bagian hulu dari Sungai Tempuran. Satuan
lahan ini meliputi sebagian Desa Bangsri dengan luas keseluruhan 22,491
Ha atau 0,36% dari luas seluruh daerah penelitian. Topografi satuan
lahan ini landai dengan kemiringan lereng 8 - 15%. Bentuk penggunaan
lahan pada satuan lahan ini adalah permukiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
u) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan
Dataran Banjir Kemiringan Lereng 8 - 15% Macam Tanah Mediteran
Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F2- II - Mk - S)
Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Bangsri, Sewurejo, Tohkuning,
Kelurahan Delingan, Kelurahan Gayamdompo dan Kelurahan Gedong.
Topografi satuan lahan ini landai dengan kemiringan lereng 8 - 15%.
Bentuk penggunaan lahannya adalah sebagai permukiman,
tegalan/ladang, sawah irigasi, sawah tadah hujan dan kebun. Luas satuan
lahan ini adalah 229,428 Ha atau 3,69% dari luas seluruh daerah
penelitian.
v) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan
Dataran Banjir Kemiringan Lereng 15 - 25% Macam Tanah Mediteran
Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F2- III - Mk - S)
Satuan lahan ini mempunyai luas 29,590 Ha atau 0,48% dari seluruh luas
seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa
Sewurejo, Kelurahan Gedong, dan Kelurahan Delingan. Bentuk
penggunaan lahannya adalah kebun. Topografi satuan lahan ini agak
curam dengan kemiringan lereng 15 - 25%.
w) Batuan Gunungapi Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 8 - 15%
Macam Tanah Latosol Coklat Laju Erosi Sedang (Qvl - F1 - II - Lc - S)
Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Karangpandan. Topografi satuan
lahan ini landai dengan kemiringan lereng 8 - 15%. Bentuk penggunaan
lahannya adalah sebagai permukiman, dan sawah irigasi. Luas satuan
lahan ini adalah 9,222 Ha atau 0,15% dari luas seluruh daerah penelitian.
Macam, simbol, dan luas dari masing-masing satuan lahan di daerah
penelitian disajikan pada Tabel 4.20. Sedangkan sebaran satuan lahan
disajikan pada Peta 4.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Tabel 4.20. Satuan Lahan Di Antara Sungai Grompol Dengan Sungai Tempuran No Nama Satuan Lahan Id
Simbol Luas
Ha %
1. Alluvium - Dataran Aluvial
- Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Berat
1 Qa - F1 - I - Mk - B
38,339
0,62
2. Alluvium - Dataran Aluvial
- Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Sedang
2 Qa - F1 - I - Mk - S
115,001
1,85
3. Alluvium - Kompleks Teras Sungai, Tanggul
Alam dan Dataran Banjir
- Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Berat
3 Qa - F2 - I - Mk - B
56,661
0,91
4. Alluvium - Kompleks Teras Sungai, Tanggul
Alam dan Dataran Banjir
- Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Sedang
4 Qa - F2 - I - Mk - S
99,026
1,59
5. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -
Lereng Kelas I - Latosol Coklat - Laju Erosi
Berat
5 Qlla - F1 - I - Lc - B
722,182
11,62
6. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -
Lereng Kelas I - Latosol Coklat - Laju Erosi
Sedang
6 Qlla - F1 - I - Lc - S
206,726
3,33
7. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -
Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Berat
7 Qlla - F1 - I - Mk - B
1206,485
19,42
8. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -
Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Sedang
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1217,433
19,60
9. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -
Lereng Kelas II - Latosol Coklat - Laju Erosi
Berat
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 186,798
3,01
10. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -
Lereng Kelas II - Latosol Coklat - Laju Erosi
Sedang
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 130,716
2,10
11. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -
Lereng Kelas II - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Berat
11 Qlla - F1 - II - Mk - B
130,971
2,11
12. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -
Lereng Kelas II - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Sedang
12 Qlla - F1 - II - Mk - S
384,232
6,18
13. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -
Lereng Kelas III - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Sedang
13 Qlla - F1 - III - Mk - S
42,585
0,69
14. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras
Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -
Lereng Kelas I - Latosol Coklat - Laju Erosi
Berat
14 Qlla - F2 - I - Lc - B
186,587
3,00
15. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras
Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -
Lereng Kelas I - Latosol Coklat - Laju Erosi
Sedang
15 Qlla - F2 - I - Lc - S
113,371
1,82
16. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras
Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -
Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Berat
16 Qlla - F2 - I - Mk - B
364,901
5,87
17. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras
Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -
Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Sedang
17 Qlla - F2 - I - Mk - S
636,077
10,24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
No Nama Satuan Lahan Id
Simbol Luas
Ha %
18. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras
Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -
Lereng Kelas II - Latosol Coklat - Laju Erosi
Berat
18 Qlla - F2 - II - Lc - B
12,087
0,19
19. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras
Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -
Lereng Kelas II - Latosol Coklat - Laju Erosi
Sedang
19 Qlla - F2 - II - Lc - S
71,786
1,16
20. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras
Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -
Lereng Kelas II - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Berat
20 Qlla - F2 - II - Mk - B
22,491
0,36
21. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras
Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -
Lereng Kelas II - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Sedang
21 Qlla - F2 - II - Mk - S
229,428
3,69
22. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras
Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -
Lereng Kelas III - Mediteran Merah Kuning -
Laju Erosi Sedang
22 Qlla - F2 - III - Mk - S
29,590
0,48
23. Batuan Gunungapi Lawu - Dataran Aluvial -
Lereng Kelas II - Latosol Coklat - Laju Erosi
Sedang
23 Qvl - F1 - II - Lc - S
9,222
0,15
Jumlah 6212,691 100,00
Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan
- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Peta 4.8 Satuan lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
b. Sifat Fisik yang Berpengaruh Pada Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah
Bebas Secara Statis
Penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara statis dalam
penelitian ini menggunakan metode Le Grand. Penjelasan tentang sifat fisik
yang menjadi parameter potensi pencemaran airtanah bebas secara statis dan
sebarannya dijelaskan dalam uraian berikut.
1) Kedalaman Muka Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol dengan
Sungai Tempuran
Kedalaman muka airtanah adalah jarak minimum antara permukaan
tanah dengan muka airtanah. Kedalaman muka airtanah merupakan salah
satu parameter yang digunakan dalam menentukan potensi pencemaran
airtanah, karena kedalaman muka airtanah sangat berpengaruh pada cepat
atau lambatnya bahan pencemar masuk ke dalam airtanah. Semakin dangkal
kedalaman muka airtanah, maka semakin cepat bahan pencemar masuk ke
dalam airtanah sehingga airtanah semakin cepat untuk tercemar.
Pengukuran kedalaman muka airtanah bebas dilakukan pada 51
sumur gali di luar daerah penelitian dan 178 sumur gali yang tersebar pada
lokasi penelitian. Pengukuran juga dilakukan di luar daerah penelitian
karena data kedalaman muka airtanah dari luar daerah penelitian diperlukan
dalam pembuatan peta kontur airtanah dan digunakan sebagai indikator
untuk mengetahui bahwa Sungai Grompol dan Sungai Tempuran
merupakan sungai dengan sistem aliran effluent.
Pengukuran kedalaman muka airtanah bebas dilakukan pada
pertengahan bulan oktober sampai awal bulan november 2011. Pengukuran
dilakukan pada bulan pada bulan oktober hingga bulan november 2011,
untuk memperoleh data kedalaman muka airtanah bebas yang akurat dan
relatif stabil. Pada bulan tersebut belum turun hujan di daerah penelitian,
sehingga belum ada imbuhan ( recharge) terhadap airtanah bebas. Imbuhan
( recharge) berpengaruh pada fluktuasi atau naik turunnya kedalaman muka
airtanah bebas. Apabila pengukuran kedalaman muka airtanah bebas
dilakukan ketika musim hujan maka data kedalaman muka airtanah bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
kurang akurat, karena adanya imbuhan (recharge) yang berasal dari
presipitasi air hujan hal ini juga sangat berpengaruh dalam proses interpolasi
kontur airtanah bebas dan analisis arah aliran airtanah bebas. Adanya
imbuhan ( recharge) maka kedalaman muka airtanah bebas akan naik. Titik-
titik elevasi muka airtanah bebas pada tiap sampel kedalaman muka airtanah
bebas menjadi tidak stabil dan akan berubah sesuai dengan besarnya
imbuhan ( recharge) pada masing-masing daerah. Ketika dilakukan analisis
dengan teknik interpolasi pada titik-titik elevasi muka airtanah bebas
tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis arah aliran airtanah bebas,
maka kontur airtanah bebas dan arah aliran airtanah bebas menjadi berbeda
dibandingkan pada saat kondisi normal tanpa adanya imbuhan ( recharge).
Hal ini berpengaruh pada hasil penelitian, khususnya potensi pencemaran
airtanah bebas secara statis dan potensi pencemaran airtanah bebas secara
dinamis. Sebaran sampel kedalaman muka airtanah bebas di daerah
penelitian disajikan pada Peta 4.9. Sedangkan kontur airtanah di daerah
penelitian dapat dilihat pada Peta 4.10.
Kedalaman muka airtanah pada lokasi penelitian antara 0,62 –
22,57 meter. Arah aliran airtanah pada lokasi penelitian tidak terlalu cepat
karena topografi lokasi penelitian tidak terlalu besar perbedaannya.
Kedalaman dasar sumur pada lokasi penelitian antara 2,7 – 25,53 meter.
Kedalaman dasar sumur pada lokasi penelitian tergolong dalam, karena
pada tingkat kedalaman tersebut airtanah dangkal baru bisa diperoleh dan
pada musim kemarau keterdapatan airtanah dangkal pada sebagian besar
lokasi penelitian sedikit dengan ketebalan airtanah mencapai 0,3 meter
bahkan ada sebagian yang kering, sehingga penduduk menggali sumur lebih
dalam lagi untuk mendapatkan airtanah. Sedangkan pada musim penghujan
ketebalan airtanah pada lokasi penelitian bertambah dan berlimpah antara
1,3 – 22,2 meter dengan kedalaman muka airtanah hanya 0,23 meter dari
permukaan tanah. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi airtanah dangkal
pada lokasi penelitian tinggi, berdasarkan hasil wawancara dengan
penduduk fluktuasi airtanah dangkal pada lokasi penelitian berkisar antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
0,3 – 16,13 meter. Kedalaman muka airtanah di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21. Kedalaman Muka Airtanah di daerah penelitian No Kedalaman
Muka
Airtanah
(meter)
Skor Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
1. 0 - <5 2 1 Qa - F1 - I - Mk – B 37,075 450,311 7,25
2 Qa - F1 - I - Mk – S 93,361
3 Qa - F2 - I - Mk – B 45,600
4 Qa - F2 - I - Mk – S 66,697
5 Qlla - F1 - I - Lc - B 35,867
6 Qlla - F1 - I - Lc – S 63,138
7 Qlla - F1 - I - Mk – B 24,525
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 14,309
9 Qlla - F1 - II - Lc – B 0,234
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 13,454
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 6,233
16 Qlla - F2 - I - Mk – B 12,350
17 Qlla - F2 - I - Mk – S 18,400
19 Qlla - F2 - II - Lc – S 9,904
23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,164
2. 5 - <10 4 1 Qa - F1 - I - Mk – B 1,260 2186,154 35,19
2 Qa - F1 - I - Mk – S 21,633
3 Qa - F2 - I - Mk – B 11,057
4 Qa - F2 - I - Mk – S 32,321
5 Qlla - F1 - I - Lc - B 176,083
6 Qlla - F1 - I - Lc – S 70,519
7 Qlla - F1 - I - Mk – B 532,294
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 448,190
9 Qlla - F1 - II - Lc – B 37,332
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 45,307
11 Qlla - F1 - II - Mk – B 48,071
12 Qlla - F1 - II - Mk – S 26,427
13 Qlla - F1 - III - Mk – S 7,051
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 101,065
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 23,198
16 Qlla - F2 - I - Mk – B 168,880
17 Qlla - F2 - I - Mk – S 247,489
18 Qlla - F2 - II - Lc - B 10,776
19 Qlla - F2 - II - Lc – S 39,623
20 Qlla - F2 - II - Mk - B 4,188
21 Qlla - F2 - II - Mk – S 128,975
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 4,415
3. 10 - <15 5 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 402,298 2479,200 39,91
6 Qlla - F1 - I - Lc – S 57,452
7 Qlla - F1 - I - Mk – B 372,683
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 509,406
9 Qlla - F1 - II - Lc – B 97,063
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 65,930
11 Qlla - F1 - II - Mk – B 63,373
12 Qlla - F1 - II - Mk – S 222,192
13 Qlla - F1 - III - Mk – S 35,407
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 85,275
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 64,157
16 Qlla - F2 - I - Mk – B 129,962
17 Qlla - F2 - I - Mk – S 250,975
18 Qlla - F2 - II - Lc - B 1,277
19 Qlla - F2 - II - Lc – S 22,162
20 Qlla - F2 - II - Mk - B 18,299
21 Qlla - F2 - II - Mk – S 56,142
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 25,147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
No Kedalaman
Muka
Airtanah
(meter)
Skor Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
4. 15 - <20 6 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 108,094 1085,111 17,47
6 Qlla - F1 - I - Lc – S 15,778
7 Qlla - F1 - I - Mk – B 269,555
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 244,268
9 Qlla - F1 - II - Lc – B 52,177
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 5,858
11 Qlla - F1 - II - Mk – B 19,426
12 Qlla - F1 - II - Mk – S 135,615
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 19,564
16 Qlla - F2 - I - Mk – B 53,821
17 Qlla - F2 - I - Mk – S 116,716
21 Qlla - F2 - II - Mk – S 44,239
5. 20 - <25 7 7 Qlla - F1 - I - Mk – B 7,779 11,915 0,19
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1,663
17 Qlla - F2 - I - Mk – S 2,473
Jumlah 6212,691 6212,691 100,00
Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan
- Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG
Gambar 4.6. Sampel Airtanah Bebas Di Kelurahan Karanganyar (kiri) dan Sampel
Kedalaman Airtanah Bebas Pada Sumur Gali Di Kelurahan Gedong
(Foto diambil Bulan Oktober 2011)
Berdasarkan Tabel 4.21. dapat diketahui bahwa kedalaman muka
airtanah dangkal di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
didominasi kedalaman 10 - <15 meter dengan luas sebesar 2479,200 Hektar
atau 39,91 % dari luas seluruh daerah penelitian. Sedangkan kedalaman
muka airtanah dangkal dengan luasan terkecil adalah kedalaman 20 - <25
meter dengan luas 11,915 Ha atau 0,19 % dari luas seluruh daerah
penelitian. Sebaran kedalaman muka airtanah bebas di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada Peta 4.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Peta 4.9 Sampel kedalaman airtanah bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Peta 4.10 Kontur airtanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Peta 4.11. Arah Aliran Airtanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Peta 4.12 Kedalaman Muka Airtanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
2) Gradien Hidrolik di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
Gradien hidrolik merupakan kemiringan muka airtanah atau beda
tinggi airtanah dari dua titik dibandingkan jaraknya searah dengan aliran
airtanah. Gradien hidrolik diperoleh dari perhitungan berdasarkan peta
kontur airtanah dan arah aliran airtanah. Gerakan airtanah secara horizontal
dipengaruhi oleh kemiringan lapisan karena pada umumnya muka airtanah
mengikuti kontur permukaan topografi. Airtanah akan selalu bergerak ke
tempat yang lebih rendah, karena permukaan airtanah selalu dalam keadaan
seimbang. Oleh karena itu semakin besar gradien hidrolik, aliran airtanah
akan semakin cepat, sehingga polutan atau bahan pencemar semakin cepat
masuk ke dalam airtanah bebas dan semakin cepat menyebar ke dalam
airtanah bebas, sedangkan semakin kecil gradien hidrolik aliran airtanah
semakin lambat sehingga polutan semakin lambat masuk dan menyebar ke
dalam airtanah.
Berdasarkan hasil perhitungan, daerah penelitian memiliki tiga
kelas gradien hidrolik yaitu antara 0 -<10, 10 -<20, dan >20. Kelas gradien
hidrolik tersebut terletak di seluruh daerah penelitian. Gradien hidrolik di
daerah penelitian didominasi kelas sangat kecil karena pengaruh kondisi
topografi atau kemiringan lereng yang kurang bervariasi, yaitu hanya
memiliki tiga kelas kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi kelas lereng
menurut Chay Asdak. Kondisi topografi atau kemiringan lereng sangat
berpengaruh terhadap gradien hidrolik. Kemiringan lereng berpengaruh
pada kedalaman muka airtanah, karena pada umumnya kedalaman muka
airtanah mengikuti kemiringan lerengnya. Sedangkan besar gradien hidrolik
tergantung pada kedalaman muka airtanah, sehingga jika kemiringan lereng
relatif datar dan kurang bervariasi maka gradien hidrolik juga relatif kecil.
Daerah penelitian didominasi oleh kelas gradien hidrolik yang sangat kecil
maka pengaruh gradien hidrolik terhadap pencemaran airtanah bebas juga
sangat kecil, karena semakin kecil gradien hidrolik maka aliran polutan atau
bahan pencemar semakin lambat masuk dan menyebar kedalam airtanah
bebas. Berdasarkan kontur airtanah bebas di daerah penelitian, secara umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
aliran airtanah pada daerah penelitian mengalir ke arah utara dan timur laut.
Semakin ke arah utara dan timur laut kecepatan aliran airtanah semakin
lambat dan gradien hidrolik semakin kecil, hal ini karena semakin ke arah
utara dan timur laut kondisi topografi semakin datar. Besar dan luas gradien
hidrolik dapat dilihat pada Tabel 4.22. Sebaran gradien hidrolik di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada Peta 4.13.
Tabel 4.22. Gradien Hidrolik di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran No Besar Gradien
Hidrolik
Skor Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
1. 0 - <10 2 1 Qa - F1 - I - Mk - B 38,415 4924,248
79,26
2 Qa - F1 - I - Mk - S 114,989
3 Qa - F2 - I - Mk - B 56,737
4 Qa - F2 - I - Mk - S 99,013
5 Qlla - F1 - I - Lc - B 539,805
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 127,688
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 966,584
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1124,238
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 96,321
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 99,970
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 98,266
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 291,211
13 Qlla - F1 - III - Mk - S 42,362
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 153,724
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 89,109
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 235,856
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 504,774
18 Qlla - F2 - II - Lc - B 12,163
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 35,651
20 Qlla - F2 - II - Mk - B 8,119
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 159,654
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 29,599
2. 10 - <20 1 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 182,527 1157,965 18,64
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 79,190
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 239,471
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 80,549
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 68,579
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 30,543
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 13,468
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 61,527
13 Qlla - F1 - III - Mk - S 0,284
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 32,747
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 24,147
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 116,893
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 130,476
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 36,199
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 51,835
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 0,232
23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,298
3. >20 0,5 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,477 130,478
2,10
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 12,694
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 21,947
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 19,377
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 31,367
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 11,936
20 Qlla - F2 - II - Mk - B 14,613
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 18,067
Jumlah 6212,691 6212,691 100,00
Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Peta 4.13 Gradien Hidrolik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
3) Daya Serap di atas Permukaan Tanah/Tekstur Tanah di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran
Dalam penelitian ini, tekstur tanah merupakan parameter yang
menentukan cepat atau lambatnya polutan meresap masuk ke dalam
airtanah. Tekstur tanah berpengaruh terhadap kandungan udara dalam
tanah dan menentukan kecepatan peresapan air kedalam tanah. Polutan
atau bahan pencemar akan larut dan ikut terbawa air yang meresap
tersebut, melalui air yang meresap tersebut polutan mencapai airtanah dan
menyebabkan pencemaran airtanah. Semakin kasar ukuran butir tekstur
tanah maka potensi airtanah terhadap pencemaran semakin besar. Tanah
yang mempunyai tekstur yang didominasi oleh fraksi pasir atau kerikil
sangat mudah untuk meloloskan air sehingga potensi masuknya polutan ke
dalam airtanah semakin besar.
Pengambilan sampel untuk menentukan tekstur tanah berdasarkan
Peta Satuan lahan Di Antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran.
Validaditas data tekstur tanah dilakukan dengan mencocokan antara data
dari Peta Macam Tanah Kabupaten Karanganyar, observasi lapangan, dan
analisis laboratorium. Validitas data tekstur tanah dilakukan untuk
mendapatkan data yang akurat dan menghindari terjadinya kesalahan data
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pada tekstur tanah dilakukan
penyesuaian nilai terhadap klasifikasi yang sudah ada. Penyesuaian
tersebut dilakukan karena tekstur tanah di daerah penelitian tidak
semuanya ada pada klasifikasi yang sudah ada. Berdasarkan hasil uji
laboratorium, terdapat empat jenis tekstur tanah di daerah penelitian, yaitu
tekstur lempungan, geluh pasiran, geluh lempungan dan geluh lempung
pasiran. Tanah yang paling dominan di daerah penelitian adalah tanah
dengan tekstur geluh pasiran. Luas tekstur tanah di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Tabel 4.23. Sebaran
keruangan tekstur tanah di daerah penelitian dapat dilihat pada Peta 4.14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Tabel 4.23. Tekstur Tanah di Antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran No Tekstur Tanah Skor Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
1. Lempungan 6 6 Qlla - F1 - I - Lc - S 206,725 506,683
8,16
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 186,587
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 113,371
2. Geluh Pasiran 3,75 2 Qa - F1 - I - Mk - S 115,000 2478,150 39,88
3 Qa - F2 - I - Mk - B 56,661
4 Qa - F2 - I - Mk - S 99,026
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 1206,485
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 364,901
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 636,077
3. Geluh
Lempungan
2,5 1 Qa - F1 - I - Mk - B 38,338 1324,591 21,32
5 Qlla - F1 - I - Lc - B 722,182
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 186,798
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 130,716
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 130,971
18 Qlla - F2 - II - Lc - B 12,087
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 71,786
20 Qlla - F2 - II - Mk - B 22,491
23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,222
4. Geluh Lempung
Pasiran
4 8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1217,433 1903,267
30,64
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 384,232
13 Qlla - F1 - III - Mk - S 42,585
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 229,427
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 29,590
Jumlah 6212,691 6212,691 100,00
Sumber : - Hasil Analisis Laboratorium Tahun 2012
- Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG
4) Material Penyusun Akuifer di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran
Akuifer adalah suatu formasi batuan atau lapisan yang dapat
menyimpan air dan meloloskannya. Material penyusun akuifer dapat
berupa debu, lempung, pasir maupun kerikil. Material penyusun akuifer
berpengaruh terhadap cepat lambatnya airtanah tercemar. Semakin tinggi
tingkat porositas media akuifer maka potensi airtanah untuk tercemar
semakin besar, karena dengan tingkat porositas tinggi polutan atau bahan
pencemar semakin cepat dan semakin mudah masuk ke dalam airtanah.
Dalam penelitian ini data material penyusun akuifer diperoleh dari Peta
Geologi lembar Surakarta-Giritontro, lembar Ponorogo skala 1 : 100.000
dan dari data bor daerah penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Berdasarkan data dari Peta Geologi lembar Surakarta-Giritontro
dan lembar Ponorogo skala 1 : 100.000, dapat diketahui bahwa material
akuifer pada daerah penelitian memiliki tingkat porositas yang tinggi.
Berdasarkan data bor, terdapat dua jenis material akuifer di daerah
penelitian, yaitu Debu lempung berpasir dan pasir. Material akuifer yang
paling dominan di daerah penelitian adalah pasir. Ditinjau dari tingkat
porositas yang relatif tinggi maka daerah penelitian memiliki potensi
pencemaran airtanah yang besar. Sebaran material akuifer di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Tabel 4.24. Sebaran
keruangan material akuifer di daerah penelitian dapat dilihat pada Peta
4.15.
Tabel 4.24. Material Akuifer di Antara Sungai Grompol Dengan Sungai Tempuran No Material
Akuifer
Skor Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
1. Debu
Lempung
Berpasir
3 1 Qa - F1 - I - Mk - B 38,338 309,109
4,98
2 Qa - F1 - I - Mk - S 114,999
3 Qa - F2 - I - Mk - B 56,660
4 Qa - F2 - I - Mk - S 99,112
2. Pasir 1,5 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 722,180 5903,582 95,02
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 206,724
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 1206,480
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1217,428
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 186,793
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 130,710
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 130,967
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 384,225
13 Qlla - F1 - III - Mk - S 42,582
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 186,582
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 113,366
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 364,892
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 636,064
18 Qlla - F2 - II - Lc - B 12,086
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 71,783
20 Qlla - F2 - II - Mk - B 22,490
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 229,424
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 29,589
23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,217
Jumlah 6212,691 6212,691 100,00
Sumber : - Data Bor Desa Grompol, Kecamatan Kebakkramat
- Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Peta 4.14 Tekstur Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Peta 4.15 Material Akifer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
5) Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis
Berdasarkan hasil pengharkatan (Scoring), tumpangsusun
(Overlay) dan analisis data diperoleh tiga kelas potensi pencemaran
airtanah bebas secara statis, yaitu agak mudah tercemar, agak sulit
tercemar, dan sulit tercemar. Ketiga kelas tersebut dihasilkan dari
tumpangsusun (Overlay) lima kelas kedalaman muka airtanah bebas, tiga
kelas gradien hidrolik, empat kelas tekstur tanah dan dua kelas material
penyusun akuifer. Penjelasan mengenai potensi pencemaran airtanah bebas
secara statis dijelaskan pada uraian berikut.
a) Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar
Kelas potensi agak mudah tercemar memiliki luas sebaran
770,930 Hektar dan 12,41 % dari luas seluruh daerah penelitian, kelas
potensi agak mudah tercemar terjadi karena karakteristik lahannya yang
didominasi oleh kedalaman muka airtanah antara 0 - <5 dan 5 -<10
meter, besar gradien hidrolik antara 10 - <20 dan >20, tekstur tanah
geluh pasiran dan geluh lempung pasiran dengan tingkat permeabilitas
yang bervariasi, yaitu lambat hingga sedang sampai cepat, serta
material penyusun akifer yang berupa pasir. Sifat fisik yang terdapat
pada daerah ini menyebabkan daerah ini termasuk dalam kelas potensi
agak mudah tercemar. Kedalaman muka airtanah yang tergolong
dangkal, material akuifer dan tekstur tanah yang memiliki porositas
yang relatif tinggi menyebabkan polutan atau bahan pencemar lebih
cepat masuk kedalam airtanah tanah, sedangkan gradien hidrolik pada
daerah ini tergolong dalam kelas sedang dan tinggi. Semakin besar nilai
gradien hidrolik maka polutan atau bahan pencemar semakin cepat
masuk ke dalam airtanah, karena semakin besar nilai gradien hidrolik,
kemiringan airtanah semakin besar dan laju aliran airtanah semakin
cepat. Kelas potensi agak mudah tercemar tersebar di lima Kecamatan,
yaitu Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan
Mojogedang, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Karangpandan.
Kelas potensi agak mudah tercemar dengan sebaran terluas terletak di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Kecamatan Karanganyar. Sebaran dan luas kelas potensi agak mudah
tercemar disajikan pada Tabel 4.25.
Tabel 4.25. Sebaran Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar di antara Sungai Grompol
dengan SungaiTempuran No Kecamatan Desa/
Kelurahan
Id Satuan lahan Luas Jumlah
Ha (%)
1. Kebakkramat Kaliwuluh 2 Qa - F1 - I - Mk - S 31,287 301,708 4,86
3 Qa - F2 - I - Mk - B 6,504
4 Qa - F2 - I - Mk - S 39,796
Malanggaten 1 Qa - F1 - I - Mk - B 37,696
2 Qa - F1 - I - Mk - S 70,507
3 Qa - F2 - I - Mk - B 48,807
4 Qa - F2 - I - Mk - S 38,355
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 4,691
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 9,520
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 4,288
Banjarharjo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,052
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1,839
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 4,054
Alastuwo 1 Qa - F1 - I - Mk - B 0,558
2 Qa - F1 - I - Mk - S 1,200
4 Qa - F2 - I - Mk - S 2,107
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,103
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 0,416
2. Tasikmadu Kalijirak 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 2,401 16,273 0,26
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 3,417
Gaum 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 10,320
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 0,135
3. Mojogedang Kaliboto 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,108 0,319 0,01
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 0,211
4. Karanganyar Delingan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 28,165 308,386 4,96
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1,011
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 16,541
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 18,546
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 1,058
Popongan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 12,355
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 3,172
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 0,042
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 2,615
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 1,169
Gayamdompo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 3,112
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 11,096
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 2,522
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 0,258
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 10,738
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 38,184
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 18,340
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 33,174
Gedong 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 39,971
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 8,877
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 11,575
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 22,068
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 15,974
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 7,823
5. Karangpandan Bangsri 8 Qlla - F1 - I - Mk - S 0,329 144,172 2,32
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 3,041
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 1,476
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 2,890
Ngemplak 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 2,900
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 10,381
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 1,267
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 4,272
Tohkuning 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 20,338
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 12,480
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 0,213
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 1,855
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 0,743
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
No Kecamatan Desa/
Kelurahan
Id Satuan lahan Luas Jumlah
Ha (%)
19 Qlla - F2 - II - Lc – S 1,574
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 0,244
Karangpandan 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 12,685
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 39,722
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 10,296
19 Qlla - F2 - II - Lc – S 8,326
23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,140
Jumlah 770,930 770,930 12,41
Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG
Gambar 4.7. Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar Pada Satuan Lahan
2 (Qa - F1 - I - Mk - S) di Desa Kaliwuluh (kiri) dan SatuanLahan
7 (Qlla - F1 - I - Mk - B) di Desa Gedong (kanan)
(Foto diambil Bulan Oktober 2011)
b) Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar
Kelas potensi agak sulit tercemar merupakan kelas potensi
dengan persebaran paling luas yaitu 5372,940 Hektar atau 86,48 % dari
luas seluruh daerah penelitian. Karakteristik lahan pada kelas potensi
agak sulit tercemar didominasi oleh Kedalaman muka airtanah pada
daerah ini relatif merata antara 5 - <10, 10 - <15, 15 - <20 dan 20 - <25
meter, besar gradien hidrolik antara 0 - <10 dan 10 - <20, tekstur tanah
terdiri dari tekstur lempungan, geluh pasiran, geluh lempungan, dan
geluh lempung pasiran, material penyusun akuifer yang berupa pasir.
Kedalaman muka airtanah bebas antara 5 - <10 tersebar di
bagian timur, tengah dan bagian barat daerah ini, kedalaman 10 - <15
meter tersebar di bagian tengah, kedalaman 15 - <20 tersebar di bagian
timur dan barat, sedangkan kedalaman 20 - <25 meter merupakan
kedalaman dengan sebaran terkecil terletak di bagian tengah daerah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Besar gradien hidrolik 10 - <20 di daerah ini terletak di bagian tengah,
meliputi satuan lahan 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 22, besar
gradien hidrolik >20 meliputi satuan lahan 7, 9, 11, 12, 16, 20, 21,
sedangkan besar gradien hidrolik 0 - <10 memiliki persebaran paling
luas di bagian timur dan barat daerah ini. Tekstur geluh lempung
pasiran dan geluh pasiran pada daerah ini tersebar merata dan memiliki
luas yang dominan, sedangkan tekstur lempungan, geluh lempungan
tersebar di bagian tengah bagian utara. Material akuifer pada daerah ini
didominasi oleh pasir. Daerah ini termasuk dalam kelas potensi agak
sulit tercemar karena pengaruh sifat-sifat fisik yang telah diuraikan di
atas, tetapi tidak semua sifat fisik memiliki pengaruh yang sama pada
setiap daerah. Hal ini karena belum tentu setiap daerah memiliki sifat
fisik yang sama. Pada bagian tengah, sifat fisik yang berpengaruh
dominan adalah kedalaman muka airtanah antara 5 - <10 meter dan 10 -
<15 meter, besar gradien hidrolik 0 - <10, tekstur tanah geluh lempung
pasiran, geluh pasiran, lempungan, dan geluh lempungan. Kedalaman
muka airtanah yang relatif dalam, dan tekstur tanah dengan dominasi
geluh dan lempung menyebabkan polutan atau bahan pencemar lambat
masuk ke dalam airtanah, sedangkan besar gradien hidrolik tergolong
kecil sehingga polutan atau bahan pencemar semakin lambat masuk ke
dalam airtanah dan penyebarannya juga semakin lambat. Pada bagian
timur dan barat, sifat fisik yang berpengaruh dominan adalah
kedalaman muka airtanah antara 15 - <20 meter, besar gradien hidrolik
0 - <10, tekstur tanah geluh lempung pasiran dan geluh pasiran.
Kedalaman muka airtanah tergolong dalam, besar gradien hidrolik
tergolong sangat kecil, dan tekstur tanah dengan dominasi geluh dan
lempung, sifat fisik tersebut menyebabkan polutan atau bahan pencemar
lambat masuk ke dalam airtanah dan penyebarannya juga semakin
lambat. Sifat fisik lainnya seperti material penyusun akuifer yang
berupa pasir, memiliki tingkat porositas yang tinggi, sehingga dapat
menyebabkan polutan atau bahan pencemar lebih cepat masuk dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
menyebar ke dalam airtanah, meskipun demikian pengaruh sifat fisik
seperti kedalaman muka airtanah, gradien hidrolik dan tekstur tanah
memiliki pengaruh yang lebih dominan dibandingkan material
penyusun akuifer. Sebaran dan luas kelas potensi agak mudah tercemar
disajikan pada Tabel 4.26.
Tabel 4.26. Sebaran Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar Potensi Pencemaran
Airtanah Bebas Secara Statis Di Antara Sungai Grompol Dan SungaiTempuran No Kecamatan Desa/
Kelurahan
Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
1. Kebakkramat Kaliwuluh 2 Qa - F1 - I - Mk - S 2,321 933,393 15,02
4 Qa - F2 - I - Mk - S 6,183
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 0,033
Malanggaten 2 Qa - F1 - I - Mk - S 8,958
4 Qa - F2 - I - Mk - S 5,937
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 7,850
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 65,029
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 54,832
Banjarharjo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 59,064
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 171,870
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 14,700
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 72,052
Alastuwo 1 Qa - F1 - I - Mk - B 0,046
2 Qa - F1 - I - Mk - S 0,642
3 Qa - F2 - I - Mk - B 1,333
4 Qa - F2 - I - Mk - S 6,547
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 124,258
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 180,366
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 12,820
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 138,552
2. Tasikmadu Wonolopo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 5,202 710,541 11,44
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 21,604
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 4,795
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 19,173
Kalijirak 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 2,186
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 194,875
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 145,675
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 11,068
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 74,904
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 69,507
Gaum 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 83,219
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 13,544
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 57,004
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 7,785
3. Mojogedang Kaliboto 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 128,272 1277,011 20,55
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 8,375
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 77,560
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 28,602
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 3,719
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 35,409
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 18,885
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 26,454
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 56,772
Pojok 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 114,085
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 47,622
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 14,539
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 94,865
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 19,917
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 19,362
Sewurejo 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 234,634
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 24,713
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 41,160
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 50,924
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 27,374
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 35,020
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 73,025
13 Qlla - F1 - III - Mk - S 21,935
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 31,178
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
No Kecamatan Desa/
Kelurahan
Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 8,853
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 19,746
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 4,033
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 9,978
4. Karanganyar Delingan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 179,994 1757,843 28,29
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 258,844
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 94,527
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 0,011
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 222,921
13 Qlla - F1 - III - Mk - S 14,309
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 31,495
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 56,204
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 15,046
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 12,734
Bejen 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 109,458
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 15,522
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 22,977
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 45,049
Popongan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 49,589
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 16,234
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 5,112
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 8,124
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 39,910
Gayamdompo 8 Qlla - F1 - I - Mk - S 9,838
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 2,051
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 10,881
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 6,612
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 7,815
Gedong 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 105,401
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 10,342
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 173,811
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 138,140
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 38,298
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 1,800
13 Qlla - F1 - III - Mk - S 6,143
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 14,290
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 0,734
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 18,135
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 6,861
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 1,794
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 6,837
5. Karangpandan Bangsri 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 1,928 694,152 11,17
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 0,068
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 0,159
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 8,527
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 3,760
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 77,043
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 23,913
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 1,106
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 8,904
20 Qlla - F2 - II - Mk - B 22,459
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 9,024
Ngemplak 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 17,475
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 8,688
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 10,098
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 14,529
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 20,873
Tohkuning 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 58,032
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 33,520
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 65,811
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 27,868
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 10,836
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 25,384
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 34,444
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 10,512
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 18,120
18 Qlla - F2 - II - Lc - B 12,011
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 20,295
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 146,448
Karangpandan 19 Qlla - F2 - II - Lc - S 2,317
Jumlah 5372,940 5372,940 86,48
Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Gambar 4.8. Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar Pada Satuan Lahan
16 (Qlla - F2 - I - Mk - B) di Desa Kaliwuluh (kiri) dan Satuan
Lahan 9 (Qlla - F1 - II - Lc - B) di Kelurahan Delingan (kanan)
(Foto diambil Bulan Oktober 2011)
c) Kelas Potensi Sulit Tercemar
Kelas potensi sulit tercemar merupakan kelas potensi
pencemaran dengan persebaran paling kecil yaitu 68,822 Hektar atau
1,108 % dari luas seluruh daerah penelitian. Kelas potensi sulit
tercemar tersebar pada satuan lahan 5 (Qlla - F1 - I - Lc - B), 6 (Qlla -
F1 - I - Lc - S), 9 (Qlla - F1 - II - Lc - B) dan 15 (Qlla - F2 - I - Lc - S).
Karakteristik lahan di daerah tersebut didominasi oleh kedalaman muka
airtanah antara 15 - <20 meter, besar gradien hidrolik 0 - <10, tekstur
tanah berupa lempungan dan material penyusun akuifer berupa pasir.
Berdasarkan karakteristik sifat fisik tersebut maka daerah ini tergolong
dalam kelas potensi sulit tercemar. Kedalaman muka airtanah di daerah
ini tergolong dalam, gradien hidrolik tergolong sangat kecil dan tekstur
tanah berupa lempungan. Kedalaman muka airtanah yang tergolong
dalam menyebabkan polutan atau bahan pencemar semakin lambat
masuk ke dalam airtanah, gradien hidrolik yang tergolong sangat kecil
berpengaruh pada penyebaran polutan atau bahan pencemar, karena
semakin kecil gradien hidrolik maka aliran airtanah semakin lambat.
Material penyusun akuifer daerah ini berupa pasir, meskipun demikian
daerah ini tetap tergolong kelas potensi sulit tercemar karena sifat fisik
yang lain memiliki pengaruh yang lebih dominan. Kelas potensi sulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
tercemar tersebar di sebagian Kecamatan Mojogedang dan Kecamatan
Karangpandan. Sebaran kelas potensi sulit tercemar di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Tabel 4.27.
Tabel 4.27. Sebaran Kelas Potensi Sulit Tercemar Potensi Pencemaran Statis
Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol dan SungaiTempuran No Kecamatan Desa/
Kelurahan
Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
1. Mojogedang Pojok 6 Qlla - F1 - I - Lc - S 0,084 68,734 1,106
Sewurejo 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 24,574
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 11,059
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 13,554
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 19,463
2. Karangpandan Tohkuning 15 Qlla - F2 - I - Lc - S 0,087 0,087 0,001
Jumlah 68,822 68,822 1,108
Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG
Gambar 4.9. Kelas Potensi Sulit Tercemar Pada Satuan Lahan 6 (Qlla - F2 - I - Lc - S)
di Desa Sewurejo (kiri) dan Satuan Lahan 9 (Qlla - F1 - II - Lc - B)
di Desa Pojok (kanan) (Foto diambil Bulan Oktober 2011)
Sebaran keruangan potensi pencemaran airtanah bebas secara
statis disajikan dalam bentuk peta, simbol yang digunakan adalah
simbol area/luasan dengan warna bertingkat sesuai kelas potensi
pencemaran. Semakin tinggi kelas potensi pencemaran suatu daerah
maka warna yang digunakan semakin gelap, sebaliknya semakin rendah
kelas potensi pencemaran suatu daerah maka simbol warna yang
digunakan semakin terang. Sebaran potensi pencemaran airtanah bebas
secara statis di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran dapat
dilihat pada Peta 4.16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Peta 4.16 Pencemaran airtanah Bebas secara statis
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
2. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis
Parameter yang digunakan pada penentuan potensi pencemaran
airtanah bebas secara dinamis sama dengan parameter yang digunakan pada
penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara statis, tetapi pada
penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis ditambah satu
parameter lagi sebagai sumber pencemar, yaitu penggunaan lahan. Sumber
pencemar yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan lahan.
Potensi Pencemaran airtanah bebas secara dinamis di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran hanya terdiri dari dua kelas, yaitu kelas potensi agak
sulit tercemar dan kelas potensi sulit tercemar. Penjelasan mengenai
pencemaran airtanah bebas secara dinamis dan sifat fisik yang memiliki
pengaruh dominan terhadap potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis
dijelaskan sebagai berikut.
a. Penggunaan Lahan dan Kepadatan Penduduk di antara Sungai Grompol
dengan Sungai Tempuran
Penggunaan lahan digunakan sebagai salah satu faktor untuk
menentukan tingkat potensi pencemaran airtanah bebas di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran berdasarkan pertimbangan bahwa
penggunaan lahan merupakan sumber potensial bagi pencemaran airtanah.
Dalam berbagai macam penggunaan lahan terdapat berbagai macam aktivitas
manusia. Dalam setiap aktivitas manusia hampir selalu menghasilkan limbah
baik dalam jumlah yang sedikit maupun dalam jumlah yang banyak. Data
penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
diperoleh dari interpretasi citra dari Google Earth tahun 2011, untuk
mendapatkan data yang valid dan meminimalisasi kesalahan maka dilakukan
uji validitas data. Uji validitas data dilakukan dengan membandingkan
penggunaan lahan dari Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000 Tahun
2001 lembar 1408-344 Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan
dengan penggunaan lahan hasil interpretasi citra dari Google Earth tahun
2011, kemudian dilakukan survei lapangan untuk mencocokan dan menguji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
kebenaran data yang diperoleh dari peta rupa bumi dan citra dari Google
Earth tersebut.
Luas lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran
adalah 6212,691 Ha atau 62,12691 Km2. Bentuk penggunaan lahan di antara
Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran beraneka ragam, bentuk
penggunaan lahan tersebut terdiri dari sawah tadah hujan, sawah irigasi,
permukiman, tegalan/ladang, kebun/perkebunan, industri, peternakan,
waduk/tubuh air dan lahan kosong. Penggunaan lahan yang paling dominan
adalah permukiman dan sawah. Bagian hulu sampai bagian tengah banyak
didominasi oleh kebun/perkebunan, permukiman dan tegalan/ladang,
sedangkan bagian tengah sampai hilir banyak didominasi oleh permukiman
dan sawah.
Lahan kosong maupun hutan mempunyai nilai/skor tinggi karena
pengaruhnya terhadap pencemaran relatif kecil. Persawahan,
kebun/perkebunan, tegalan/ladang mempunyai nilai/skor sama di bawah lahan
kosong dan hutan karena pertimbangan bahwa pada persawahan,
kebun/perkebunan, tegalan/ladang, terdapat pengolahan dengan menggunakan
peralatan pertanian dan penggunaan pupuk, meskipun intensitas dan jumlah
penggunaan pupuk berbeda. Selain itu limpasan dan tingkat infiltrasinya lebih
besar dibandingkan dengan lahan kosong maupun hutan.
Pengharkatan atau scoring pada bentuk penggunaan lahan yang
berupa permukiman dibuat lebih rinci dengan membuat kelas yang berbeda
antara permukiman dengan kepadatan penduduk sangat padat, permukiman
dengan kepadatan penduduk cukup padat dan permukiman dengan kepadatan
penduduk kurang padat. Hal ini dilakukan karena semakin padat suatu
permukiman maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan, khususnya
limbah rumah tangga/domestik. Kepadatan penduduk yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dengan membagi jumlah penduduk yang termasuk
dalam daerah penelitian dengan luas area yang termasuk dalam daerah
penelitian. Kategori kepadatan penduduk yang digunakan dalam pengharkatan
atau scoring penggunaan lahan dibagi dalam tiga kelas sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Undang-undang Nomor 56 1960 tentang kategori jumlah penduduk, yaitu
kategori kepadatan penduduk sangat padat, cukup padat dan kurang padat.
Selain itu dalam pengkelasan permukiman juga mempertimbangkan adanya
lokasi industri dan peternakan di sekitar permukiman tersebut, karena limbah
yang berasal dari industri dan peternakan memberikan pengaruh terhadap
pencemaran airtanah bebas. Klasifikasi penggunaan lahan untuk masing-
masing desa di setiap kecamatan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel
4.28. Sebaran keruangan penggunaan lahan di daerah penelitian disajikan
pada Peta 4.17.
Tabel 4.28. Penggunaan Lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran No Penggunaan Lahan Skor Desa/
Kelurahan
Nomor Satuan Lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
1. Lahan Kosong 8 Kaliwuluh 4 12,208 49,279 0,79
Gaum 17 12,094
Pojok 6 12,116
Gedong 8,17 12,862
2. Sawah Tadah Hujan 7 Kalijirak 7,8,11,17 147,561 285,993 4,60
Gaum 8,17 16,459
Kaliboto 6,7,8,11,15,16,17 105,493
Bejen 8,17 16,481
Sawah Irigasi 7 Kalijirak 8,17 76,307 1839,302 29,61
Alastuwo 2,3,8,17 275,406
Bangsri 6,8,12,16 48,887
Banjarharjo 8,17 245,870
Gaum 8 15,283
Kaliboto 8 17,896
Kaliwuluh 2,3,4 76,724
Karangpandan 6,10,19,23 74,665
Malanggaten 2,3,4,8,17 265,166
Ngemplak 6,10,15 39,794
Pojok 6,10,14,15,19 112,721
Sewurejo 6,9,10,15,19 83,332
Tohkuning 6,8,10,15 46,747
Wonolopo 8,17 55,923
Bejen 8,17 61,741
Delingan 8,12,17,21,22 149,698
Gayamdompo 8,12,16,17,21 86,211
Gedong 6,8,14,15,17,21 39,951
Popongan 8,16,17 66,989
Kebun 7 Alastuwo 1,4,8,17 34,178 811,147 13,06
Delingan 8,12,17,21,22 342,881
Kalijirak 8,17 12,901
Bangsri 10,12,15,16 11,496
Banjarharjo 8,17 8,341
Gaum 8,17 14,803
Kaliwuluh 2,3,4,17 10,608
Malanggaten 1,2,3,4,8,17 28,181
Ngemplak 6,10,15 27,996
Sewurejo 6,8,10,12,13,22 163,205
Tohkuning 6,8,9,10,11,12,14,18,21 90,643
Wonolopo 17 2,789
Bejen 8,17 6,226
Gayamdompo 8,17,21 10,134
Gedong 8,11,13,17,21,22 34,540
Popongan 8,12,17 12,224
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
No Penggunaan Lahan Skor Desa/
Kelurahan
Nomor Satuan Lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
Tegalan/Ladang 7 Banjarharjo 7,16 24,082 888,670 14,30
Kalijirak 5,7,11,16,17 114,822
Kaliboto 5,7,11,14,16,17 215,660
Gaum 7,16 54,244
Ngemplak 5,9 25,962
Pojok 5,14,19 77,868
Sewurejo 5,7,10 53,544
Tohkuning 5,9,11,21 38,743
Bejen 7,16 48,193
Gayamdompo 9,17,21 23,285
Gedong 5,7,10,14,16,21 189,003
Popongan 7 23,267
3. Permukiman Kepadatan Penduduk Kurang Padat
6 Kaliwuluh 2,3,4 28,719 28,719 0,46
4. Permukiman Kepadatan
Penduduk Cukup Padat
4 Wonolopo 7,16 13,551 67,702 1,09
Ngemplak 5,9,15 41,041
Bangsri 11,21 13,110
5. Permukiman Kepadatan Penduduk Sangat Padat
2 Malanggaten 1,3,4,7,17 84,643 1225,77 19,73
Alastuwo 7,16,17 56,781
Gaum 7,16 122,934
Kaliboto 5,7,11,14,16 42,412
Banjarharjo 7,16,17 89,750
Karangpandan 5,6,10,19,23 26,574
Delingan 7,9,11,12,16,17,21 164,389
Tohkuning 5,10,14,15,19,21 21,626
Bejen 7,16 110,770
Gayamdompo 9,16,21 64,637
Popongan 7,12,16,17 80,149
Gedong 5,7,11,16,21 165,449
Kalijirak 5,7,11,16,17 195,656
6. Permukiman Kepadatan
Penduduk Sangat Padat,
Ada Lokasi Industri dan Peternakan
1 Alastuwo 7,16,17 127,675 1016,096 16,36
Kaliboto 5,7,14,17 56,495
Pojok 5,14, 160,520
Sewurejo 5,7,9,10,12,13,14,15,21 359,204
Tohkuning 5,9,10,11,12,15,18,19,21 236,432
Gedong 5,7,10,11,14 75,770
Jumlah 6212,691 6212,691 100,00
Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344
Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan
- Hasil Interpretasi Citra dari Google Earth Tahun 2011
- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Peta 4.17 penggunaan lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
1) Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis
a) Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar
Kelas potensi agak sulit tercemar memiliki luas persebaran
347,404 Hektar atau 5,59 % luas seluruh daerah penelitian. Karakteristik
lahan di daerah ini adalah kedalaman muka airtanah antara 0 - <5, 5 - <10,
dan 10 - <15 meter, besar gradien hidrolik antara 0 - <10 dan 10 - <20,
tekstur tanah geluh pasiran, geluh lempungan dan lempungan, sedangkan
material penyusun akuifer berupa pasir. Sumber pencemar pada daerah ini
adalah permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk sangat padat,
sawah irigasi, sawah tadah hujan, kebun/perkebunan, tegalan/ladang.
Berdasarkan sifat fisik dan sumber pencemar yang terdapat di daerah ini,
maka daerah ini tergolong dalam kelas potensi agak sulit tercemar.
Kedalaman muka airtanah didominasi antara 5 - <10 dan 10 - <15 meter,
gradien hidrolik tergolong dalam kelas sangat kecil hingga sedang, tekstur
tanah daerah ini didominasi oleh fraksi geluh dan lempung, sehingga
polutan atau sumber pencemar semakin lambat masuk ke dalam airtanah.
Polutan atau bahan pencemar daerah ini berupa limbah domestik yang
berasal dari permukiman dan limbah pertanian yang berasal dari
pengelolaan lahan untuk sawah tadah hujan, sawah irigasi,
kebun/perkebunan dan tegalan/ladang. Kepadatan penduduk di daerah ini
tergolong sangat padat, sehingga polutan atau bahan pencemar yang paling
besar adalah limbah domestik. Media yang berpengaruh pada pencemaran
airtanah bebas di daerah ini adalah media dari darat, yaitu melalui tanah.
Semakin kasar tekstur tanah dan semakin tinggi tingkat permeabilitas tanah,
maka polutan atau bahan pencemar semakin cepat masuk ke dalam airtanah.
Sungai yang berada di daerah ini termasuk sungai dengan sistem aliran
effluent, sehingga sangat kecil kemungkinan polutan atau bahan pencemar
masuk melalui media pencemaran air permukaan atau air sungai, karena
aliran sungai dengan sistem aliran effluent lebih rendah dari airtanah dan
dipasok oleh airtanah. Kelas potensi agak sulit tercemar tersebar di lima
Kecamatan, yaitu Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan
Karangpandan. Sebaran dan luas kelas potensi agak sulit tercemar secara
rinci disajikan pada Tabel 4.29.
Tabel 4.29. Sebaran Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar Potensi Pencemaran
Dinamis Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol dan SungaiTempuran No Kecamatan Desa/
Kelurahan
Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
1. Kebakkramat Malanggaten 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 4,688 20,270 0,33
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 5,555
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 4,289
Banjarharjo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,049
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1,530
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 4,055
Alastuwo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,104
2. Tasikmadu Kalijirak 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 21,874 90,980 1,46
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 15,462
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 2,724
Gaum 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 10,317
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 32,872
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 7,731
3. Mojogedang Kaliboto 16 Qlla - F2 - I - Mk - B 2,960 2,960 0,05
4. Karanganyar Gayamdompo 8 Qlla - F1 - I - Mk - S 0,598 136,328 2,19
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 0,255
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 0,525
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 4,363
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 6,864
Gedong 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 68,160
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 9,111
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 32,514
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 13,938
5. Karangpandan Tohkuning 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 4,326 96,866 1,56
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 9,356
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 0,744
Karangpandan 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 12,688
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 39,696
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 10,290
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 10,625
23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,141
Jumlah 347,404 347,404 5,59
Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG
Gambar 4.10. Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar Pada Satuan Lahan
7 (Qlla - F1 - I - Mk - B) di Desa Kalijirak (Kiri) dan Satuan
Lahan 8 (Qlla - F1 - I - Mk - S) di Desa Banjarharjo (Kanan)
(Foto diambil Bulan Oktober 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
b) Kelas Potensi Sulit Tercemar
Kelas potensi sulit tercemar tersebar di sebagian Kecamatan
Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang,
Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Karangpandan. Luas
persebarannya 5865,287 Hektar atau 94,41 % dari luas seluruh daerah
penelitian. Karakteristik lahan di Kecamatan Kebakkramat berupa
kedalaman muka airtanah antara 0 - <5, 5 - <10 dan 10 - <15 meter,
kedalaman muka airtanah di Kecamatan Kebakkramat didominasi
kedalaman antara 0 - <5 dan 5 - <10 meter, sehingga polutan atau bahan
pencemar lebih cepat masuk ke dalam airtanah. Besar gradien hidrolik 0 -
<10, gradien hidrolik tersebut tergolong sangat kecil sehingga polutan atau
bahan pencemar lebih lambat masuk ke dalam airtanah. Tekstur tanah
berupa geluh lempung pasiran, geluh pasiran, dan geluh lempungan.
Tekstur tanah didominasi oleh fraksi geluh dan lempung, sehingga polutan
atau sumber pencemar lebih lambat masuk ke dalam airtanah. Material
penyusun akuifer berupa debu, lempung berpasir dan pasir. Material
penyusun akuifer sebagian debu, lempung berpasir sehingga polutan atau
bahan pencemar lebih lambat untuk menyebar dibandingkan dengan
material akuifer pasir yang memiliki tingkat porositas lebih tinggi. Sumber
pencemar di daerah ini adalah permukiman dengan tingkat kepadatan
penduduk sangat padat, permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk
kurang padat, peternakan, kebun/perkebunan, tegalan/ladang, dan sawah
irigasi. Sumber pencemar di daerah ini cukup bervariasi, tetapi sumber
pencemar yang paling besar adalah permukiman dengan tingkat kepadatan
sangat padat dan limbah pertanian dari pengelolaan sawah irigasi, selain
itu juga ada limbah dari peternakan ayam. Daerah yang terletak dekat
dengan peternakan berpotensi tercemar lebih besar, artinya semakin dekat
dengan sumber pencemar maka potensi untuk tercemar semakin besar.
Daerah ini termasuk dalam kelas potensi sulit tercemar, karena sifat
fisiknya lebih tahan terhadap pencemaran dan polutan atau bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
pencemar yang dihasilkan oleh sumber pencemar jumlahnya tidak terlalu
besar.
Kecamatan Tasikmadu termasuk dalam kelas potensi sulit
tercemar karena memiliki karakteristik lahan berupa, kedalaman muka
airtanah antara 5 - <10, 10 - <15, 15 - <20, dan 20 - <25 meter. Besar
gradien hidrolik antara 0 - <10, tekstur tanah geluh lempung pasiran dan
geluh pasiran, serta material penyusun akuifer berupa pasir. Sumber
pencemar di Kecamatan Tasikmadu antara lain permukiman dengan
tingkat kepadatan penduduk cukup padat, permukiman dengan tingkat
kepadatan penduduk sangat padat, sawah tadah hujan, sawah irigasi,
kebun/perkebunan, dan tegalan/ladang. Polutan atau bahan pencemar yang
paling dominan adalah limbah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakat
sehari-hari, seperti mandi dan mencuci. Polutan atau bahan pencemar yang
lain adalah limbah pertanian dari pengelolaan sawah, tegalan/ladang dan
kebun/perkebunan. Limbah pertanian yang tersebut sebagian besar berasal
dari pengelolaan seperti pemupukan. Limbah yang dihasilkan oleh
aktivitas masyarakat atau limbah rumah tangga merupakan limbah yang
paling besar pengaruhnya terhadap pencemaran airtanah bebas, karena
limbah tersebut dihasilkan terus-menerus setiap hari. Semakin tinggi
tingkat kepadatan penduduk, maka limbah yang dihasilkan juga semakin
besar. Limbah pertanian yang berasal dari pengelolaan sawah,
kebun/perkebunan, dan tegalan/ladang jumlahnya tidak sebesar limbah
rumah tangga, karena tidak setiap hari dilakukan pengelolaan seperti
pemupukan. Polutan atau bahan pencemar di Kecamatan Tasikmadu relatif
bervariasi, tetapi sifat fisik daerah tersebut tahan terhadap pencemaran
airtanah bebas. Kedalaman muka airtanah bebas daerah tersebut tergolong
dalam, gradien hidroliknya tergolong sangat kecil, tekstur tanahnya
didominasi oleh fraksi geluh dan lempung, sehingga kemungkinan terjadi
pencemaran airtanah bebas kecil karena polutan atau bahan pencemar
lebih sulit atau lebih lambat masuk ke dalam airtanah bebas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Karakteristik lahan di Kecamatan Mojogedang adalah kedalaman
muka airtanah antara 10 - <15 dan 15 - <20 meter, besar gradien hidrolik
sebagian besar antara 0 - <10 dan sebagian lagi antara 10 - <20, tekstur
tanah geluh lempungan dan lempungan, serta material akuifer didominasi
oleh pasir. Sumber pencemar di Kecamatan Mojogedang adalah
permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk sangat padat, peternakan,
sawah tadah hujan, sawah irigasi, kebun/perkebunan, dan tegalan/ladang.
Polutan atau bahan pencemar yang dominan adalah limbah rumah tangga,
limbah pertanian yang berasal dari pengelolaan kebun/perkebunan,
tegalan/ladang. Limbah yang berasal dari peternakan tidak begitu besar
karena peternakan di daerah tersebut tidak terlalu luas. Sifat fisik daerah
ini memiliki daya tahan yang baik terhadap pencemaran airtanah,
meskipun sumber pencemarnya cukup bervariasi tetapi daerah ini tetap
tergolong dalam kelas potensi sulit tercemar.
Daerah selanjutnya yang termasuk dalam kelas potensi sulit
tercemar adalah Kecamatan Karanganyar. Karakteristik lahan di
Kecamatan Karanganyar adalah Kedalaman muka airtanah antara 5 - <10,
10 - <15, 15 - <20 dan 20 - <25 meter, besar gradien hidrolik antara 0 -
<10, 10 - <20 dan >20, tekstur tanah geluh pasiran, geluh lempungan, dan
geluh lempung pasiran, sedangkan material penyusun akuifer didominasi
oleh pasir. Sumber pencemar di Kecamatan Karanganyar adalah
permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk sangat padat, peternakan,
sawah tadah hujan, sawah irigasi, kebun/perkebunan, dan tegalan/ladang.
Polutan atau bahan pencemar yang dominan adalah limbah rumah tangga,
limbah yang berasal dari peternakan, dan limbah pertanian yang berasal
dari pengelolaan kebun/perkebunan, tegalan/ladang. Peternakan dan
perkebunan di Kecamatan Karanganyar cukup luas, sehingga limbah yang
dihasilkan juga lebih besar, begitu juga pengaruhnya terhadap pencemaran
airtanah bebas di daerah tersebut. Polutan atau bahan pencemar di daerah
tersebut lebih bervariasi dan lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan
daerah lain yang termasuk dalam daerah penelitian, meskipun demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
sifat fisik di daerah tersebut sangat baik atau memiliki daya tahan yang
baik terhadap pencemaran airtanah bebas. Kedalaman muka airtanah bebas
sebagian besar tergolong dalam, besar gradien hidrolik tergolong sedang,
tekstur tanah didominasi oleh fraksi geluh dan lempung, sifat-sifat fisik
tersebut yang menyebabkan Kecamatan Karanganyar memiliki daya tahan
yang baik terhadap pencemaran airtanah bebas.
Kecamatan Karangpandan termasuk dalam kelas potensi sulit
tercemar, karena memiliki karakteristik lahan berupa kedalaman muka
airtanah antara 0 - <5, 5 - <10, 10 - <15 dan 15 - <20 meter, besar gradien
hidrolik antara 0 - <10, 10 - <20 dan >20, tekstur tanah lempungan, geluh
lempungan dan geluh lempung pasiran, serta material penyusun akuifer
didominasi oleh pasir. Sumber pencemar di Kecamatan Karangpandan
adalah permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk cukup padat,
permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk sangat padat, peternakan,
sawah tadah hujan, sawah irigasi, kebun/perkebunan, dan tegalan/ladang.
Polutan atau bahan pencemar yang dominan adalah limbah rumah tangga
dan limbah pertanian yang berasal dari pengelolaan kebun/perkebunan,
tegalan/ladang. Polutan atau bahan pencemar yang dominan adalah limbah
rumah tangga, limbah pertanian yang berasal dari pengelolaan
kebun/perkebunan, sawah. Limbah yang berasal dari peternakan tidak
begitu besar karena peternakan di daerah tersebut tidak terlalu luas dan
hanya terletak pada satu tempat. Sifat fisik daerah ini memiliki daya tahan
yang baik terhadap pencemaran airtanah, meskipun sumber pencemarnya
cukup bervariasi tetapi daerah ini tetap tergolong dalam kelas potensi sulit
tercemar. Besar gradien hidrolik tergolong sangat kecil dan sedang, serta
tekstur tanah didominasi oleh fraksi geluh dan lempung, sifat-sifat fisik
tersebut yang menyebabkan Kecamatan Karangpandan memiliki daya
tahan yang baik terhadap pencemaran airtanah bebas. Sebaran dan luas
kelas potensi sulit tercemar secara rinci disajikan pada Tabel 4.30.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Tabel 4.30. Sebaran Kelas Potensi Sulit Tercemar Potensi Pencemaran Airtanah Bebas
Secara Dinamis di antara Sungai Grompol Dengan SungaiTempuran No Kecamatan Desa/
Kelurahan
Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
1. Kebakkramat Kaliwuluh 2 Qa - F1 - I - Mk - S 33,618 1214,964 19,56
3 Qa - F2 - I - Mk - B 6,505
4 Qa - F2 - I - Mk - S 45,999
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 0,030
Malanggaten 1 Qa - F1 - I - Mk - B 37,692
2 Qa - F1 - I - Mk - S 79,453
3 Qa - F2 - I - Mk - B 48,814
4 Qa - F2 - I - Mk - S 44,292
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 7,844
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 68,988
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 54,880
Banjarharjo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 59,029
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 172,207
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 14,691
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 72,055
Alastuwo 1 Qa - F1 - I - Mk - B 0,602
2 Qa - F1 - I - Mk - S 1,836
3 Qa - F2 - I - Mk - B 1,330
4 Qa - F2 - I - Mk - S 8,660
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 124,194
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 180,820
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 12,787
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 138,638
2. Tasikmadu Wonolopo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 5,193 636,015 10,24
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 21,598
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 4,782
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 19,192
Kalijirak 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 2,195
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 175,464
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 145,615
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 11,080
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 62,947
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 66,812
Gaum 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 83,214
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 13,562
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 24,269
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 0,092
3. Mojogedang Kaliboto 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 128,291 1337,883 21,53
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 8,359
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 77,663
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 28,587
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 3,732
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 35,425
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 18,879
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 23,747
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 56,785
Pojok 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 114,070
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 47,664
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 14,544
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 94,881
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 19,908
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 19,360
Sewurejo 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 259,188
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 35,725
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 36,116
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 50,888
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 40,902
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 35,013
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 73,005
13 Qlla - F1 - III - Mk - S 21,928
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 31,169
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 28,321
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 19,737
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 4,024
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 9,972
4. Karanganyar Delingan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 208,104 1929,867 31,06
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 259,773
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 94,486
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 0,016
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 223,017
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
No Kecamatan Desa/
Kelurahan
Id Satuan lahan Luas
(Hektar)
Jumlah
Ha (%)
13 Qlla - F1 - III - Mk - S 14,306
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 48,012
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 74,825
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 16,152
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 12,728
Bejen 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 109,475
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 15,489
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 22,981
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 45,037
Popongan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 61,903
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 19,363
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 5,150
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 10,721
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 41,094
Gayamdompo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 3,109
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 20,309
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 4,623
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 21,082
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 33,814
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 24,994
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 34,150
Gedong 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 105,446
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 10,329
7 Qlla - F1 - I - Mk - B 145,624
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 137,893
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 38,307
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 13,381
13 Qlla - F1 - III - Mk - S 6,134
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 14,303
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 0,742
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 7,689
17 Qlla - F2 - I - Mk - S 8,848
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 9,630
22 Qlla - F2 - III - Mk - S 6,828
5. Karangpandan Bangsri 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 1,925 746,558 12,02
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 0,113
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 0,544
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 8,524
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 3,757
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 77,004
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 26,944
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 1,107
16 Qlla - F2 - I - Mk - B 10,361
20 Qlla - F2 - II - Mk - B 22,433
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 11,907
Ngemplak 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 20,352
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 19,046
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 10,080
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 15,790
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 25,159
Tohkuning 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 74,065
6 Qlla - F1 - I - Lc - S 36,646
8 Qlla - F1 - I - Mk - S 65,767
9 Qlla - F1 - II - Lc - B 28,054
10 Qlla - F1 - II - Lc - S 12,719
11 Qlla - F1 - II - Mk - B 25,406
12 Qlla - F1 - II - Mk - S 34,419
14 Qlla - F2 - I - Lc - B 10,517
15 Qlla - F2 - I - Lc - S 18,202
18 Qlla - F2 - II - Lc - B 12,020
19 Qlla - F2 - II - Lc - S 21,884
21 Qlla - F2 - II - Mk - S 146,771
Karangpandan 6 Qlla - F1 - I - Lc - S 5,042
Jumlah 5865,287 5865,287 94,41
Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Gambar 4.11. Kelas Potensi Sulit Tercemar Pada Satuan Lahan
21 (Qlla - F2 - II - Mk - S) di Desa Tohkuning (kiri) dan Satuan
Lahan 2 (Qa - F1 - I - Mk - S) di Desa Alastuwo (kanan)
(Foto diambil Bulan Oktober 2011)
3. Arahan Penggunaan Lahan di Antara Sungai Grompol dengan
Sungai Tempuran
Penggunaan lahan merupakan sumber pencemaran yang potensial dan
dinamis, karena merupakan representasi dari aktivitas manusia. Macam
penggunaan lahan di daerah penelitian cukup bervariasi, yaitu permukiman,
tegalan/ladang, kebun, sawah irigasi, sawah tadah hujan, lahan kosong. Masing-
masing penggunaan lahan mempunyai pengaruh dan kontribusi terhadap potensi
pencemaran airtanah bebas sesuai dengan tingkatan pengaruh.
Pengharkatan atau scoring pada penggunaan lahan khususnya
permukiman harus memperhatikan kepadatan penduduk, lokasi peternakan dan
industri. Permukiman dengan kepadatan penduduk sangat padat, terdapat
industri dan peternakan memiliki tingkat potensi pencemaran lebih tinggi
dibandingkan permukiman dengan kepadatan penduduk cukup padat atau kurang
padat tanpa adanya industri dan peternakan.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhannya juga akan
semakin bertambah, hal ini mengakibatkan tekanan terhadap alam lingkungan
juga semakin besar. Peningkatan jumlah penduduk menuntut peningkatan sarana
dan prasarana untuk mendukung segala aktivitasnya, hal ini berpengaruh pada
penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian, seperti permukiman, kawasan industri dan peternakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan penggunaan lahan dapat
berdampak pada penurunan efisiensi pemanfaatan ruang, penurunan kualitas
lingkungan, dan terjadinya pencemaran. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
perencanaan dalam pemanfaatan ruang dan penggunaan lahan yang sesuai
dengan kondisi alam serta sifat fisik lingkungan untuk mencegah atau
meminimalisasi terjadinya pencemaran. Berdasarkan potensi pencemaran
airtanah bebas secara statis, daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran termasuk dalam kelas agak mudah tercemar, agak sulit tercemar, dan
sulit tercemar, sedangkan berdasarkan potensi pencemaran airtanah bebas secara
dinamis, daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran termasuk
dalam dua kelas. Kelas tersebut, yaitu kelas potensi agak sulit tercemar dan
kelas potensi sulit tercemar.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karanganyar,
daerah penelitian termasuk dalam kawasan yang diperuntukan untuk
permukiman, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan kawasan
penyangga. Jika dikaitkan dengan tata ruang yang ada, sebenarnya sudah
mempertimbangkan sifat fisik daerah tersebut. Namun pada kenyataannya,
implementasi rencana dalam penempatan aktivitas yang tidak tepat merupakan
representasi dari aktivitas manusia yang selalu berkembang. Hal ini merupakan
salah satu kelemahan perencanaan tata ruang, adanya aktivitas dan penggunaan
lahan lebih dahulu dibandingkan perencanaan tata ruang.
Sebagian besar daerah penelitian merupakan kawasan budidaya.
Meskipun daerah tersebut merupakan kawasan budidaya tetapi daerah tersebut
mendekati fungsi sebagai kawasan penyangga, yang merupakan batas antara
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Sehingga perkembangan daerah ini
perlu dibatasi untuk menjaga kualitas dan kuantitas airtanah serta
meminimalisasi pencemaran airtanah bebas. Pembatasan perkembangan daerah
tersebut bukan berarti melakukan pembatasan terhadap semua jenis penggunaan
lahan yang berpotensi menghasilkan limbah atau polutan, tetapi dengan
melakukan arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan sifat fisik dan
kemampuan lahan daerah tersebut. Arahan penggunaan lahan merupakan upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
untuk menata pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan
kemampuannya dengan tujuan untuk mencapai keseimbangan antara
kemampuan lahan dengan jenis penggunaan lahan dan teknologi sebagai upaya
untuk menjaga fungsi dan manfaat sunberdaya alam, khususnya airtanah bebas.
Apabila penggunaan lahan tidak sesuai dengan fungsi utama suatu kawasan
maka perlu dilakukan tindakan arahan penggunaan lahan untuk mengembalikan
dan menjaga fungsi utama kawasan.
Arahan penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran ditentukan berdasarkan potensi pencemaran airtanah bebas secara
statis, potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis dan fungsi kawasan
daerah tersebut. Dasar utama dalam penentuan arahan penggunaan lahan di
antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran adalah potensi pencemaran
airtanah bebas secara statis. hal ini dilakukan karena dalam potensi pencemaran
airtanah bebas secara statis hanya mempertimbangkan sifat fisik suatu daerah
saja, sehingga dalam membuat arahan penggunaan lahan dapat disesuaikan
dengan kemampuan sifat fisik suatu daerah terhadap pencemaran airtanah bebas,
selain itu karena hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas secara statis
antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran lebih bervariasi dibandingkan
potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis.
Dasar atau parameter lain yang digunakan dalam penentuan arahan
penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran adalah
hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis dan fungsi
kawasan daerah tersebut. Hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas
secara dinamis, meskipun tidak digunakan sebagai dasar utama dalam penentuan
arahan penggunaan lahan, tetapi tetap digunakan sebagai dasar pertimbangan
karena potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis tidak hanya
mempertimbangkan sifat fisik saja tetapi juga penggunaan lahan di daerah
tersebut. Penggunaan lahan sebagai salah satu parameter dalam penentuan
potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis, dapat digunakan sebagai
pembanding agar penentuan arahan penggunaan lahan dapat sesuai dengan
kondisi di daerah tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Fungsi kawasan digunakan sebagai salah satu dasar atau parameter
dalam penentuan arahan penggunaan lahan agar dalam penentuan arahan
penggunaan lahan dapat sesuai dengan kemampuan lahan dan fungsi kawasan di
daerah tersebut. Fungsi kawasan di antara Sungai Grompol dengan Sungai
Tempuran diperoleh dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Karanganyar. Jika arahan penggunaan lahan sudah sesuai dengan potensi
pencemaran airtanah bebas secara statis, potensi pencemaran airtanah bebas
secara dinamis dan fungsi kawasan daerah tersebut, diharapkan pencemaran
airtanah bebas dapat dicegah dan diminimalisasi.
a. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar
pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis
Hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas secara statis
menunjukan bahwa kelas potensi agak mudah tercemar pada potensi
pencemaran airtanah bebas secara statis termasuk dalam Kecamatan
Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar, dan
Kecamatan Karangpandan. Berdasarkan potensi pencemaran airtanah bebas
secara dinamis daerah tersebut termasuk dalam kelas potensi agak sulit
tercemar dan sulit tercemar.
Dengan demikian daerah yang termasuk dalam kelas potensi agak
mudah tercemar tidak sesuai digunakan sebagai kawasan industri dan
peternakan, karena daerah tersebut relatif mudah tercemar. Daerah yang
termasuk dalam kelas potensi agak mudah tercemar sebaiknya digunakan
sebagai permukiman dengan tingkat kepadatan kurang padat hingga cukup
padat, pertanian lahan basah (sawah) dan digunakan sebagai pertanian lahan
kering (tegalan/ladang dan kebun/perkebunan) dengan pengelolaan yang
disesuaikan kemampuan lahannya.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Karanganyar, sebagian besar Kecamatan Kebakkramat dan Kecamatan
Tasikmadu diperuntukan sebagai permukiman, pertanian lahan basah dan
pertanian lahan kering, dalam fungsi kawasan daerah tersebut termasuk
dalam kawasan budidaya tanaman semusim. Dalam potensi pencemaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
airtanah bebas statis daerah tersebut termasuk agak mudah tercemar.
Sebagian besar Kecamatan Kebakkramat sebaiknya digunakan sebagai
permukiman dengan kepadatan penduduk kurang padat hingga kurang padat,
pertanian lahan basah (sawah) dan digunakan sebagai pertanian lahan kering
(tegalan/ladang) dengan pengelolaan yang disesuaikan kemampuan lahannya.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Karanganyar, Kecamatan Karanganyar sebagian besar diperuntukan sebagai
pertanian lahan kering, dan sebagian lagi sebagai permukiman dan pertanian
lahan basah. Fungsi kawasan daerah tersebut termasuk dalam kawasan
budidaya tanaman semusim dan kawasan budidaya tanaman tahunan. Arahan
penggunaan lahan sebagai permukiman dengan kepadatan penduduk kurang
padat hingga kurang padat, pertanian lahan basah (sawah) dan digunakan
sebagai pertanian lahan kering (tegalan/ladang) dengan pengelolaan yang
disesuaikan kemampuan lahannya tersebar di sebagian Kelurahan Delingan,
Kelurahan Popongan, Kelurahan Gedong, Kelurahan Gayamdompo dan
Kelurahan Bejen. Di Kecamatan Karangpandan yang merupakan kecamatan
yang terletak paling timur pada daerah penelitian, sebaran arahan penggunaan
lahan ini di sebagian Desa Karangpandan yang termasuk dalam kawasan
penyangga serta sebagian Desa Tohkuning dan sebagian Desa Ngemplak.
Sebaran dan luas arahan penggunaan lahan pada Kelas Agak Mudah
Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Statis disajikan pada
Tabel 4.31.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Tabel 4.31. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar
Pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Statis dan Kelas Potensi
Sulit Tercemar Pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Dinamis No
.
Dominasi
Wilayah
Id Satuan
Lahan
Fungsi
Kawasan
Potensi
Pencemaran
Airtanah
Bebas Statis
Potensi
Pencemaran
Airtanah
Bebas
Dinamis
Arahan
Penggunaan
Lahan
Luas
Hektar (%)
1. Kebakkramat 1,2,3,4,7,8,17 Fungsi
Kawasan Budidaya
Tanaman
Semusim
Agak Mudah
Tercemar
Sulit
tercemar
Permukiman
dengan tingkat kepadatan rendah,
pertanian lahan
basah (sawah)
dan digunakan
sebagai pertanian lahan kering
(tegalan/ladang)
dengan pengelolaan yang
disesuaikan
kemampuan lahannya
770,930 12,41
Tasikmadu 7,16 Fungsi
Kawasan
Budidaya Tanaman
Semusim
Agak Mudah
Tercemar
Sulit
tercemar
Karanganyar 7,8,9,11,12,16,17,21
Fungsi Kawasan
Budidaya
Tanaman Semusim
Agak Mudah Tercemar
Agak Mudah Tercemar
Mojogedang 7,16 Fungsi
Kawasan
Budidaya Tanaman
Tahunan
Agak Mudah
Tercemar
Sulit
tercemar
Karangpandan 5,6,8,9,10,12,15,16,19,21
Fungsi Kawasan
Penyangga
Agak Mudah Tercemar
Agak Mudah Tercemar
Total 770,930 12,41
Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG
Gambar 4.12. Lahan dengan Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Semusim
di Kelurahan Bejen, Kecamatan Karanganyar (kiri) dan Lahan dengan
Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan di Desa Tohkuning,
Kecamatan Karangpandan (kanan).
(Foto diambil Bulan Oktober 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
b. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar
pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis
Kelas potensi agak sulit tercemar merupakan kelas potensi dengan
persebaran paling luas, yaitu 5372,940 Hektar. Kelas potensi agak sulit
tercemar meliputi sebagian besar Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan
Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mojogedang dan
Kecamatan Karangpandan. Berdasarkan hasil penelitian potensi pencemaran
airtanah bebas dinamis sebagian Kecamatan Kebakkramat termasuk kelas
potensi sulit tercemar di sebagian Desa Kaliwuluh, Desa Alastuwo, Desa
Banjarharjo, Desa Malanggaten dan kelas potensi agak sulit tercemar di
sebagian Desa Malanggaten dan Desa Banjarharjo pada satuan lahan 1 (Qa -
F1 - I - Mk - B), 7 (Qlla - F1 - I - Mk - B), 8 (Qlla - F1 - I - Mk - S), 17 (Qlla
- F2 - I - Mk - S). Kecamatan Tasikmadu termasuk kelas potensi agak sulit
tercemar di sebagian Desa Kalijirak pada satuan lahan 7 (Qlla - F1 - I - Mk -
B), Desa Gaum pada satuan lahan 7 (Qlla - F1 - I - Mk - B), 16 (Qlla - F2 - I -
Mk - B), 17 (Qlla - F2 - I - Mk - S). Kelas potensi sulit tercemar meliputi
sebagian besar Desa Wonolopo, Desa Kalijirak, dan Desa Gaum.
Kecamatan Karanganyar berdasarkan hasil penelitian potensi
pencemaran airtanah bebas dinamis termasuk kelas potensi agak sulit
tercemar di sebagian Kelurahan gedong pada satuan lahan 7 (Qlla - F1 - I -
Mk - B), 8 (Qlla - F1 - I - Mk - S) dan sebagian Kelurahan Gayamdompo
pada satuan lahan 8 (Qlla - F1 - I - Mk - S), 11 (Qlla - F1 - II - Mk - B), 12
(Qlla - F1 - II - Mk - S), 16 (Qlla - F2 - I - Mk - B), 21 (Qlla - F2 - II - Mk -
S). Kelas potensi agak sulit tercemar di Kecamatan Karanganyar meliputi
sebagian besar Kelurahan Bejen, Kelurahan Gedong, Kelurahan Delingan,
Kelurahan Popongan dan Kelurahan Gayamdompo. Kelas potensi agak sulit
tercemar di Kecamatan Karangpandan meliputi sebagian Desa Ngemplak
pada satuan lahan 5 (Qlla - F1 - I - Lc - B), 6 (Qlla - F1 - I - Lc - S) dan Desa
Karangpandan pada satuan lahan 5 (Qlla - F1 - I - Lc - B), 6 (Qlla - F1 - I -
Lc - S),10 (Qlla - F1 - II - Lc - S),19 (Qlla - F2 - II - Lc - S), 23 (Qvl - F1 - II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
- Lc - S), sedangkan kelas potensi sulit tercemar meliputi sebagian Desa
Bangsri, Desa Ngemplak dan Desa Tohkuning.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Karanganyar, fungsi kawasan sebagian Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan
Tasikmadu dan sebagian Kecamatan Karanganyar termasuk kawasan
budidaya tanaman semusim dengan peruntukan sebagai permukiman,
pertanian lahan basah, dan pertanian lahan kering. Fungsi kawasan sebagian
Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mojogedang dan Kecamatan
Karangpandan termasuk kawasan budidaya tanaman tahunan. Kecamatan
Karangpandan sebagian termasuk kawasan budidaya tanaman semusim, yaitu
di sebagian Desa Ngemplak, Desa Bangsri dan Desa Tohkuning, sedangkan
sebagian Desa Karangpandan bagian timur termasuk kawasan penyangga.
Berdasarkan hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas
secara statis daerah tersebut termasuk kelas potensi agak sulit tercemar,
sedangkan berdasarkan hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas
secara dinamis daerah tersebut termasuk kelas potensi agak sulit tercemar dan
sulit tercemar, sedangkan dalam fungsi kawasan sebagian daerah tersebut
termasuk dalam kawasan budidaya tanaman semusim, kawasan budidaya
tanaman tahunan dan kawasan penyangga. Berdasarkan data tersebut maka
arahan penggunaan lahan yang sesuai untuk daerah tersebut adalah sebagai
permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sampai sedang,
pertanian lahan basah (sawah), pertanian lahan kering (tegalan/ladang),
perkebunan, kawasan industri kecil sampai menengah dan peternakan dalam
skala kecil. Meskipun daerah tersebut dalam potensi pencemaran airtanah
bebas secara statis termasuk kelas potensi agak sulit tercemar tetapi tetap
memiliki potensi untuk tercemar, oleh karena itu daerah ini tidak sesuai
digunakan untuk penggunaan lahan yang berpotensi menghasilkan limbah
dalam jumlah besar, seperti kawasan industri besar dan peternakan dengan
skala besar. Arahan penggunaan lahan ini tersebar di sebagian Kecamatan
Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan
Karanganyar dan sebagian Kecamatan Karangpandan. Sebaran dan luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
arahan penggunaan lahan pada kelas potensi agak sulit tercemar pada potensi
pencemaran airtanah bebas statis disajikan pada Tabel 4.32.
Tabel 4.32. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar
pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Statis dan Kelas Potensi
Sulit Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Dinamis No
.
Dominasi
Wilayah
Id Satuan
Lahan
Fungsi
Kawasan
Potensi
Pencemaran
Airtanah
Bebas Statis
Potensi
Pencemaran
Airtanah
Bebas
Dinamis
Arahan
Penggunaan
Lahan
Luas
Hektar (%)
1. Kebakkramat 1,2,3,4,7,8,16,17
Fungsi Kawasan
Budidaya
Tanaman Semusim
Agak Sulit Tercemar
Sulit tercemar
Permukiman
dengan tingkat
kepadatan
penduduk
rendah sampai
sedang,
pertanian lahan
basah (sawah),
pertanian lahan
kering
(tegalan/ladang)
perkebunan,
kawasan
industri kecil
sampai
menengah dan
peternakan
dalam skala
kecil
5372,940 86,48
Tasikmadu 5,7,8,11,16,17 Fungsi
Kawasan
Budidaya Tanaman
Semusim
Agak Sulit
Tercemar
Sulit
tercemar
Karanganyar 5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,
17,21,22
Fungsi Kawasan
Budidaya
Tanaman Semusim
Agak Sulit Tercemar
Sulit tercemar
Mojogedang 5,6,8,9,10,11,1
2,14,15,16,18,1
9,20,21,22
Fungsi
Kawasan
Budidaya Tanaman
Tahunan
Agak Sulit
Tercemar
Sulit
tercemar
Karangpandan 19 Fungsi Kawasan
Penyangga
Agak Sulit Tercemar
Agak Sulit Tercemar
Total 5372,940 86,48
Sumber : - Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG
Gambar 4.13. Lahan dengan Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Semusim
di Desa Kaliboto, Kecamatan Mojogedang (kiri) dan di Desa Pojok,
Kecamatan Mojogedang (kanan).
(Foto diambil Bulan Oktober 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
c. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Sulit Tercemar pada
Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis
Kelas potensi sulit tercemar merupakan kelas potensi dengan
persebaran terkecil, yaitu 68,822 Hektar atau 1,108 % dari luas seluruh
daerah penelitian. Kelas potensi sulit tercemar meliputi sebagian Kecamatan
Mojogedang, yaitu sebagian Desa Sewurejo pada satuan lahan 5 (Qlla - F1 - I
- Lc - B), 6 (Qlla - F1 - I - Lc - S) dan 15 (Qlla - F2 - I - Lc - S). Berdasarkan
potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis daerah tersebut juga
termasuk dalam kelas potensi sulit tercemar. Bentuk penggunaan lahan
daerah tersebut adalah sebagai permukiman, perkebunan dan sawah irigasi.
Fungsi kawasan daerah tersebut berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Karanganyar adalah sebagai kawasan budidaya tanaman
tahunan. Berdasarkan data tersebut maka arahan penggunaan lahan yang
sesuai untuk daerah tersebut adalah sebagai permukiman dengan kepadatan
penduduk kurang padat hingga sangat padat, pertanian lahan basah (sawah),
pertanian lahan kering (tegalan/ladang), dan perkebunan. Daerah tersebut
termasuk kelas potensi sulit tercemar, tetapi karena letaknya yang dekat
dengan kawasan penyangga dan sebagian besar penggunaan lahannya adalah
sebagai permukiman, maka daerah tersebut tidak sesuai diperuntukan sebagai
peternakan dan industri. Sebaran dan luas arahan penggunaan lahan pada
kelas potensi sulit tercemar potensi pencemaran airtanah bebas statis
disajikan pada Tabel 4.33.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Tabel 4.33. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Sulit Tercemar Pada Potensi
Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis dan Kelas Potensi Sulit Tercemar
pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Dinamis No. Dominasi
Wilayah
Nomor Satuan
Lahan
Fungsi
Kawasan
Potensi
Pencemaran
Airtanah
Bebas Statis
Potensi
Pencemaran
Airtanah
Bebas
Dinamis
Arahan
Penggunaan
Lahan
Luas
Hektar (%)
1. Mojogedang 5,6,9,15 Fungsi
Kawasan Budidaya
Tanaman
Tahunan
Sulit
tercemar
Sulit
tercemar Pertanian lahan
basah (sawah),
pertanian lahan
kering
(tegalan/ladang)
, perkebunan,
dan
permukiman
dengan tingkat
kepadatan
penduduk
rendah sampai
sedang dengan
sistem sanitasi
dan
pembuangan
limbah rumah
tangga yang
baik
68,822 1,108
Karangpandan 15 Fungsi
Kawasan
Penyangga
Sulit
tercemar
Sulit
tercemar
Total 68,822 1,108
Sumber : - Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG
Gambar 4.14. Penggunaan Lahan sebagai Permukiman (kiri) dan Perkebunan (kanan)
di Desa Sewurejo, Kecamatan Mojogedang.
(Foto diambil Bulan Oktober 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Peta 4.18 Potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Peta 4.19 Arahan Penggunaan Lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian maka dapat
dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran digolongkan menjadi tiga kelas potensi
pencemaran airtanah bebas, yaitu :
a. Kelas Potensi Agak mudah tercemar memiliki memiliki luas persebaran
770,930 Hektar (12,41%) yang tersebar di sebagian Kecamatan
Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar,
Kecamatan Mojogedang dan Kecamatan Karangpandan.
b. Kelas potensi agak sulit tercemar dengan luas persebaran 5372,940 Hektar
(86,48%) yang tersebar di sebagian Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan
Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mojogedang dan
Kecamatan Karangpandan.
c. Kelas potensi sulit tercemar dengan luas persebaran 68,822 Hektar
(1,108%) yang tersebar di sebagian Kecamatan Mojogedang dan
Kecamatan Karangpandan.
2. Zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis di antara Sungai
Grompol dengan Sungai Tempuran digolongkan menjadi dua kelas potensi
pencemaran airtanah bebas, yaitu :
a. Kelas potensi agak sulit tercemar dengan luas persebaran 347,404 Hektar
(5,59%) yang tersebar di sebagian Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan
Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mojogedang dan
Kecamatan Karangpandan.
b. Kelas potensi sulit tercemar luas persebaran 5865,287 (94,41%) yang
tersebar di sebagian Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu,
Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mojogedang dan Kecamatan
Karangpandan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
3. Arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan hasil yang diperoleh dari
penelitian disesuaikan dengan zonasi potensi pencemaran airtanah bebas
secara statis, zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis dan
fungsi kawasan, dengan rincian sebagai berikut :
a. Kelas potensi kelas potensi agak mudah tercemar, permukiman dengan
tingkat kepadatan rendah, pertanian lahan basah (sawah) dan digunakan
sebagai pertanian lahan kering (tegalan/ladang) dengan pengelolaan yang
disesuaikan kemampuan lahannya.
b. Kelas potensi agak sulit tercemar, sebaiknya digunakan sebagai
permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sampai sedang,
pertanian lahan basah (sawah), pertanian lahan kering (tegalan/ladang)
perkebunan, kawasan industri kecil sampai menengah dan peternakan
dalam skala kecil.
c. Kelas potensi sulit tercemar sebaiknya dikembangkan sebagai pertanian
lahan basah (sawah), pertanian lahan kering (tegalan/ladang), perkebunan,
dan permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sampai
sedang dengan sistem sanitasi dan pembuangan limbah rumah tangga yang
baik.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian maka implikasi dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan masyarakat
agar lebih memperhatikan kondisi dan kelestarian lingkungan hidup.
2. Bagi para peneliti lain yang melakukan penelitian mengenai airtanah bebas,
hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi maupun masukan yang
menunjang dalam penelitiannya.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa
SMA/sederajat disesuaikan kelas, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
materi pelajaran, seperti dijelaskan pada Tabel 5.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Tabel 5.1. Implikasi Penelitian Dalam Pembelajaran di Sekolah
Kelas Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi
Pelajaran
Manfaat
X 3. Menganalisis
unsur-unsur
geosfer
3.3 Menganalisis
hidrosfer dan
dampaknya
terhadap
kehidupan di
muka bumi
Perairan darat
- Air tanah
- Sungai
- Daerah aliran
Sungai (DAS)
- Danau
- Rawa
- Materi mengenai
airtanah dapat
digunakan sebagai
materi dasar untuk
pembelajaran
mengenai airtanah
dan hal-hal yang
berkaitan dengan
airtanah
- Peta Kontur
Airtanah bebas
dapat digunakan
sebagai media
dalam
pembelajaran
mengenai pola
aliran airtanah dan
sifat-sifat airtanah.
- Peta Kedalaman
Muka Airtanah
bebas dapat
digunakan sebagai
media dalam
pembelajaran
mengenai airtanah.
Perairan laut
- Zona pesisir
dan laut
- Materi mengenai
kualitas air dapat
digunakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Kelas Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi
Pelajaran
Manfaat
- Klasifikasi laut
- Morfologi laut
- Gerakan air
laut
- Kualitas air
materi tambahan
dalam
pembelajaran
mengenai kualitas
air.
- Peta Zonasi Potensi
Pencemaran
Airtanah bebas
Statis dan Dinamis
dapat digunakan
sebagai media
pembelajaran
mengenai
pencemaran
airtanah dan faktor-
faktor yang
menyebabkan
pencemaran
airtanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang dapat dikemukakan
adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah daerah atau instansi yang berwenang diharapkan
memperhatikan daerah-daerah yang rentan terhadap pencemaran airtanah bebas
dan melakukan penanganan terhadap pencemaran yang terjadi serta
memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
2. Selain penanganan konservasi juga perlu dilakukan pendekatan sosial ekonomi
kepada masyarakat tentang arti penting dalam memperhatikan pengelolaan
lahan.
3. Kegiatan industri yang dikembangkan di daerah penelitian yang berpotensi
bagi pencemaran airtanah bebas diharuskan mempunyai instalasi pengelolaan
air limbah (IPAL) dan dioperasikan dengan baik.
4. Kebijakan pemerintah dalam pengaturan pemanfaatan tata ruang dan
penggunaan lahan di daerah penelitian perlu adanya pengawasan, pengendalian
dan penindakan tegas terhadap alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan
kemampuan lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar.