193
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ZONASI POTENSI PENCEMARAN AIRTANAH BEBAS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI ANTARA SUNGAI GROMPOL DENGAN SUNGAI TEMPURAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011 Skripsi Oleh: Yunus Aris Wibowo K5407049 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ZONASI POTENSI PENCEMARAN AIRTANAH BEBAS

UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN

DI ANTARA SUNGAI GROMPOL DENGAN SUNGAI TEMPURAN

KABUPATEN KARANGANYAR

TAHUN 2011

Skripsi

Oleh:

Yunus Aris Wibowo

K5407049

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ZONASI POTENSI PENCEMARAN AIRTANAH BEBAS

UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN

DI ANTARA SUNGAI GROMPOL DENGAN SUNGAI TEMPURAN

KABUPATEN KARANGANYAR

TAHUN 2011

Oleh:

Yunus Aris Wibowo

K5407049

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 3: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Yunus Aris Wibowo. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Untuk Arahan

Penggunaan Lahan Di Antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Kabupaten Karanganyar Tahun 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, November 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui dan melakukan

analisis tentang zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis di

antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran. (2) Mengetahui dan

melakukan analisis tentang zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara

Dinamis di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran. (3) Membuat

arahan penggunaan lahan sesuai dengan hasil yang diperoleh.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

pendekatan spasial. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan

bentuklahan yang ada di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran.

Sampel yang diambil adalah kedalaman muka airtanah bebas dan tekstur tanah

yang diperoleh dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Teknik

pengumpulan data menggunakan Observasi lapangan, wawancara, uji

laboratorium dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah

scoring faktor-faktor yang berpengaruh terhadap potensi pencemaran airtanah

bebas, dan analisis peta menggunakan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Potensi pencemaran

airtanah bebas secara statis daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran termasuk dalam tiga kelas yaitu potensi agak mudah tercemar dengan

luas 770,930 Hektar (12,41%), potensi agak sulit tercemar dengan luas 5372,940

Hektar (86,48%), potensi sulit tercemar dengan luas 68,822 Hektar (1,108%),

(2) Potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran terdiri dari dua kelas, yaitu kelas potensi agak sulit

tercemar dengan luas 347,404 Hektar (5,59 %) dan kelas potensi sulit tercemar

5865,287 Hektar (94,41%). (3) Arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan

hasil penelitian, yaitu kelas potensi kelas potensi agak mudah tercemar,

digunakan sebagai permukiman dengan tingkat kepadatan rendah, pertanian lahan

basah dan pertanian lahan kering, kelas potensi agak sulit tercemar, digunakan

sebagai permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sampai sedang,

pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, kawasan industri kecil

sampai menengah dan peternakan dalam skala kecil, kelas potensi sulit tercemar,

sebaiknya dikembangkan sebagai pertanian lahan basah, pertanian lahan kering,

perkebunan, permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sampai

sedang dengan sistem sanitasi dan pembuangan limbah rumah tangga yang baik.

Kata kunci : Airtanah, pencemaran, penggunaan lahan

Page 6: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Yunus Aris Wibowo. The Zonation Of Unconfined Groundwater Pollution

Potention Used For The Directions Of Landuse Between Grompol River And

Tempuran River Karanganyar Regency Year 2011. Thesis, Surakarta: Teacher

Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, November 2012.

The research is aimed to : (1) Understand and analyze about the

zonation of unconfined groundwater pollution staticly between Grompol River

and Tempuran River (2) Understand and analyze about the zonation of

unconfined groundwater pollution dinamicly between Grompol River and

Tempuran River (3 ) To make instruction the landuse dealling with the result

obtained.

This research uses qualitative descriptive method with spatial approach.

Population of this research is all of landform unit located between Grompol River

and Tempuran River. Sample which was taken is the deep of unconfined

groundwater surface and soil texture which obtained used purposive sampling

method. The technique of collecting data uses observatian, interview, laboratory

test, and documentation. The technique of analyzing data which is used scoring of

factors influencing toward unconfined groundwater pollution and map analyzing

uses GIS (Geography Information System) application.

Based on the research result, it can be concluded : (1) Potention of static

unconfined groundwater pollution between Grompol River and Tempuran River

included in three levels such as, potention polluted probable or possible width

770,930 Hectare (12,41%), potention possible but not likely width 5372,940

Hectare (86,48%), and potention polluted very improbable width 68,822 Hectare

(1,108%). (2) Meanwhile the potention of dinamically unconfined groundwater

pollution Grompol River and Tempuran River consist of two level, that is

potention possible but not likely width 347,404 Hectare (5,59 %) and potention

very improbable level width 5865,287 Hectare (94,41%). (3) The direction of

landuse suittable with result, such as probable or possible polluted potention level

used as settlement with low density level, wet agriculture land and dry agriculture

land, possible but not likely polluted potention level used as settlement with low

density to medium, wet agriculture land, dry agriculture land, plantation, small

industry area to medium and cattle in small scale, very improbable polluted

potention level and impossible polluted potention level should be developed as

wet agriculture land, dry agriculture land, plantation, fields, settlement with low

density to medium with a good sanitation system and home industrial waste.

Keywords : Groundwater, Pollution, Landuse

Page 7: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Semua orang adalah guru, semua buku adalah ilmu.

( Ki Hartarta )

“If you want to make a dream come true, wake up!”

( Anonim )

“Tidak ada sesuatu hal yang tidak bisa dikerjakan”

(Anonim)

Page 8: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kupersembahkan karyaku ini

sebagai wujud terima kasih, bakti, cinta dan kasih sayangku kepada: Kedua orang tuaku

Bapak Sutanto dan Ibu Sunarmi Terima kasih atas segala pengorbanan, perjuangan, do’a serta kasih sayang yang selalu

tercurah dan mengiringi langkahku. Adik-adikku, Muhammad Dimas Wijayanto dan Jatmiko Aji Wicaksono terima kasih telah

menjadi bagian dari semangatku. Lintang Ronggowulan, terima kasih atas semua bantuan, dukungan, semangat dan motivasi.

Serta Almamater

Page 9: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh,

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang,

yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak,

maka dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd., selaku pelaksana tugas Ketua Program

Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Drs. Wakino, M.S. dan Ibu Pipit Wijayanti, S.Si., M.Sc. selaku

pembimbing I dan pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan dan

motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si. selaku Pembimbing Akademis yang telah

memberikan motivasi, saran serta bekal ilmu yang bermanfaat.

7. Bapak Setya Nugraha, S.Si, M.Si. yang telah berkenan memberikan

pengarahan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Page 10: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberi bekal

ilmu yang bermanfaat.

9. Pimpinan dan Staf Kesbanglinmas, Pimpinan dan Staf Bappeda Kabupaten

Karanganyar, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

10. Eri Setiawan, Raditya Adi Nugraha, Yaskinul Anwar, Rifky Ardhy Nugraha

terima kasih atas kerja keras dan bantuannya selama penyelesaian skripsi ini.

11. Rekan – rekan Pendidikan Geografi 2007, semoga persahabatan dan

persaudaraan kita tetap terjalin, terimakasih untuk pembelajaran hidup yang

pernah aku lalui bersama kalian.

12. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, meskipun demikian semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarakaatuh.

Surakarta, 18 Januari 2013

Penulis

Yunus Aris Wibowo

Page 11: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v

HALAMAN ABSTRACT ................................................................................. vi

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DARTAR TABEL ............................................................................................ xvii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx

DAFTAR PETA ............................................................................................... xxii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxiv

BAB I. PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B Perumusan Masalah .................................................................... 7

C Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

D Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

1. Manfaat Teoritis ................................................................... 7

2. Manfaat Praktis .................................................................... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 9

A Kajian Teori ................................................................................ 9

1. Airtanah ............................................................................... 9

2. Aliran airtanah ..................................................................... 12

3. Kualitas Airtanah ................................................................. 13

4. Pencemaran Airtanah ........................................................... 16

Page 12: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

5. Potensi Pencemaran Airtanah .............................................. 19

6. Zonasi Potensi Pencemaran ................................................. 21

7. Penggunaan Lahan ............................................................... 22

8. Metode Evaluasi Potensi Pencemaran Airtanah .................. 24

9. Satuan Lahan ....................................................................... 25

B Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 28

C Kerangka Pemikiran................................................................... 34

BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 37

A Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 37

1. Tempat Penelitian ................................................................ 37

2. Waktu Penelitian .................................................................. 37

B Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................. 39

C Data dan Sumber Data ................................................................ 40

1. Data Primer .......................................................................... 40

2. Data Sekunder ...................................................................... 41

D Teknik Sampling......................................................................... 42

1. Populasi ................................................................................ 42

2. Sampel ................................................................................. 42

3. Teknik Sampling .................................................................. 43

E Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 44

1. Observasi Lapangan ............................................................. 44

2. Analisis Data Sekunder ........................................................ 45

3. Analisis Laboratorium ......................................................... 45

F Validitas Data ............................................................................. 45

1. Data Penggunaan Lahan ...................................................... 46

2. Data Tekstur Tanah .............................................................. 47

G Analisis Data .............................................................................. 47

1. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas

Secara Statis ......................................................................... 49

a. Satuan Lahan ................................................................... 49

Page 13: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

1) Menyusun Peta Formasi Batuan .............................. 49

2) Menyusun Peta Morfografi ...................................... 49

3) Menyusun Peta Kemiringan Lereng ........................ 49

4) Menyusun Peta Macam Tanah ................................. 50

5) Menyusun Peta Besar Laju Erosi ............................. 50

6) Tumpangsusun ( Overlay ) ....................................... 50

b. Sifat Fisik yang Berpengaruh pada Zonasi Potensi

Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis ...................... 52

1) Menentukan Kedalaman Muka Airtanah Bebas ...... 52

2) Menentukan Gradien Hidrolik ................................. 54

3) Menentukan Daya Serap Di Atas Permukaan Tanah

/ Tekstur Tanah ........................................................ 55

4) Menentukan Material Penyusun Akifer ................... 56

2. Zonasi Potensi Pencemaran Air Tanah Bebas

Secara Dinamis .................................................................... 57

a. Menentukan Besarnya Penggunaan Lahan ..................... 58

3. Menentukan Arahan Penggunaan Lahan Berdasarkan

Zonasi Potensi Pencemaran Air Tanah Bebas ...................... 59

H Prosedur Penelitian ..................................................................... 60

1. Penyusunan Proposal Penelitian .......................................... 60

2. Penyusunan Instrumen Penelitian ........................................ 60

3. Pengumpulan Data ............................................................... 60

4. Analisis Data ........................................................................ 61

5. Penulisan Laporan Penelitian .............................................. 61

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 63

A Deskripsi Wilayah ...................................................................... 63

1. Letak dan Luas Daerah Penelitian ....................................... 63

a. Letak................................................................................ 63

b. Luas Daerah Penelitian ................................................... 63

2. Iklim ..................................................................................... 66

a. Temperatur ...................................................................... 66

Page 14: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

b. Curah Hujan .................................................................... 67

3. Geologi ................................................................................ 70

a. Alluvium (Qa) ................................................................. 71

b. Endapan Lahar lawu (Qlla) ............................................. 72

c. Batuan Gunungapi Lawu (Qvl) ....................................... 72

4. Geomorfologi ....................................................................... 74

a. Bentuklahan .................................................................... 74

1) Teras Sungai (Fts) .................................................... 75

2) Tanggul Alam (Fta) .................................................. 75

3) Dataran Banjir (Fdb) ................................................ 75

4) Dataran Fluvial (Fda) ............................................... 75

b. Proses Geomorfologi....................................................... 75

c. Wilayah Ketinggian ........................................................ 77

1) Bagian Wilayah Rendah ........................................... 77

2) Bagian Wilayah Pertengahan ................................... 77

3) Bagian Wilayah Pegunungan ................................... 78

5. Tanah .................................................................................... 78

a. Latosol Coklat ................................................................. 78

b. Mediteran Merah Kuning ................................................ 79

6. Hidrologi .............................................................................. 80

7. Penggunaan Lahan ............................................................... 83

8. Keadaan Penduduk .............................................................. 85

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ................................... 86

1) Kecamatan Kebakkramat ......................................... 86

2) Kecamatan Tasikmadu ............................................. 87

3) Kecamatan Mojogedang .......................................... 88

4) Kecamatan Karanganyar .......................................... 89

5) Kecamatan Karangpandan ....................................... 90

b. Tingkat Kepadatan Penduduk ......................................... 90

Page 15: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

B Hasil dan Pembahasan ................................................................ 94

1. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas

Secara Statis ......................................................................... 94

a. Satuan Lahan Daerah Penelitian ..................................... 94

1) Parameter Penyusun Satuan Lahan .......................... 94

2) Satuan Lahan ............................................................ 101

b. Sifat Fisik yang Berpengaruh pada Zonasi Potensi

Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis ...................... 112

1) Kedalaman Muka Airtanah Bebas di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran ............. 112

2) Gradien Hidrolik Bebas di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ......................................... 120

3) Daya Serap di atas Permukaan Tanah/Tekstur Tanah

di antara Sungai Grompol dengan

Sungai Tempuran ..................................................... 123

4) Material Penyusun Akuifer di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ......................................... 124

5) Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas

Secara Statis ............................................................. 128

2. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas

Secara Dinamis .................................................................... 137

a. Penggunaan Lahan dan Kepadatan Penduduk

di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran ..... 136

1) Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas

Secara Dinamis ........................................................ 142

3. Arahan Penggunaan Lahan di Antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ..................................................... 150

a. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi

Agak Mudah Tercemar pada Potensi Pencemaran

Airtanah Bebas Secara Statis .......................................... 153

Page 16: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

b. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi

Agak Sulit Tercemar pada Potensi Pencemaran

Airtanah Bebas Secara Statis .......................................... 156

c. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi

Sulit Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas

Secara Statis .................................................................... 159

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 163

A Kesimpulan ................................................................................. 163

B Implikasi ..................................................................................... 164

C Saran ........................................................................................... 167

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 168

LAMPIRAN ..................................................................................................... 171

Page 17: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Kelas Lereng .................................................................. 27

Tabel 2.1. Penelitian yang Relevan ................................................................... 31

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian .............................................................................. 38

Tabel 3.2. Sumber Data dan Sifat Fisik Penyusun Satuan Lahan ..................... 51

Tabel 3.3. Nilai Kedalaman Muka Airtanah...................................................... 53

Tabel 3.4. Nilai Gradien Hidrolik ..................................................................... 55

Tabel 3.5. Nilai Penyerapan Di Atas Permukaan Tanah ................................... 56

Tabel 3.6. Nilai Material Penyusun Akuifer...................................................... 56

Tabel 3.7. Nilai Total Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis ........ 57

Tabel 3.8. Nilai Penggunaan Lahan .................................................................. 58

Tabel 3.9. Nilai Total Tingkat Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis .. 59

Tabel 4.1. Letak dan Luas Daerah Di antara Sungai Grompol dengan

Sungai Tempuran ............................................................................. 64

Tabel 4.2. Sebaran Titik Sampel Pengukuran Temperatur di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran...................................... 66

Tabel 4.3. Curah Hujan pada Setiap Stasiun Pengamatan Di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran 2001-2010 .................. 67

Tabel 4.4. Kriteria Penggolongan Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan

Menurut Schmidt dan Ferguson ....................................................... 68

Tabel 4.5. Perhitungan Tipe Curah Hujan Di antara Sungai Grompol

dengan Sungai TempuranTahun 2001 – 2010 menurut Schmidt

dan Ferguson di Setiap Stasiun Pengamatan .................................... 69

Tabel 4.6. Penggunaan lahan di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 84

Tabel 4.7. Kepadatan Penduduk Kecamatan Kebakkramat Tahun 2010 .......... 86

Tabel 4.8. Kepadatan Penduduk Kecamatan Tasikmadu Tahun 2010............... 87

Tabel 4.9. Kepadatan Penduduk Kecamatan Mojogedang Tahun 2010 ............ 88

Tabel 4.10. Kepadatan Penduduk Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ........... 89

Tabel 4.11. Kepadatan Penduduk Kecamatan Karangpandan Tahun 2010 ......... 90

Page 18: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Tabel 4.12. Kategori Kepadatan Penduduk ......................................................... 91

Tabel 4.13. Kategori Kepadatan Penduduk di Daerah Penelitian ....................... 91

Tabel 4.14. Formasi Batuan di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 94

Tabel 4.15. Satuan Morfografi di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 95

Tabel 4.16. Klasifikasi Kelas Lereng di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 96

Tabel 4.17. Macam Tanah di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 96

Tabel 4.18. Faktor Dalam Perhitungan SES (Soil Erosion Status)...................... 97

Tabel 4.19. Besar Laju Erosi di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 97

Tabel 4.20. Satuan Lahan di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 109

Tabel 4.21. Kedalaman Muka Airtanah di Daerah Penelitian ............................. 114

Tabel 4.22. Gradien Hidrolik di Antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 121

Tabel 4.23. Tekstur Tanah di Antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 124

Tabel 4.24. Material Akuifer Di Antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 125

Tabel 4.25. Sebaran Kelas Potensi Agak Mudah tercemar Potensi Pencemaran

Statis Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol

dengan SungaiTempuran .................................................................. 129

Tabel 4.26. Sebaran Kelas Potensi Agak Sulit tercemar Potensi Pencemaran

Statis Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol

dengan SungaiTempuran .................................................................. 132

Tabel 4.27. Sebaran Kelas Potensi Sulit tercemar di antara Sungai Grompol

dengan SungaiTempuran .................................................................. 135

Page 19: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Tabel 4.28. Penggunaan Lahan di antara Sungai Grompol

dengan SungaiTempuran .................................................................. 139

Tabel 4.29. Sebaran Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar Potensi Pencemaran

Airtanah Bebas Secara Dinamis di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 143

Tabel 4.30. Sebaran Kelas Potensi Sulit Tercemar Potensi Pencemaran

Airtanah Bebas Secara Dinamis di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran ................................................................. 148

Tabel 4.31. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi

Agak Mudah Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas

Secara Statis dan Kelas Potensi Sulit Tercemar pada Potensi

Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis................................... 155

Tabel 4.32. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi

Agak Sulit Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas

Secara Statis dan Kelas Potensi Sulit Tercemar pada Potensi

Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis................................... 158

Tabel 4.33. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi

Sulit Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas

Secara Statis dan Kelas Potensi Sulit Tercemar pada Potensi

Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis................................... 158

Tabel 5.1. Implikasi Penelitian Dalam Pembelajaran di Sekolah ..................... 165

Page 20: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran ....................................................... 36

Gambar 3.1. Triangulasi Sumber Penggunaan Lahan ........................................ 47

Gambar 3.2. Triangulasi Sumber Tekstur Tanah ................................................ 47

Gambar 3.3. Pengukuran Kedalaman Muka Airtanah Pada Sumur Gali ............ 53

Gambar 3.4. Penampang Sumur ......................................................................... 54

Gambar 3.5. Segitiga untuk perhitungan Gradien Hidrolik ................................ 55

Gambar 3.6. Diagram Alir Penelitian ................................................................. 62

Gambar 4.1. Diagram Rata-rata Bulan Kering dan Bulan Basah di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran Tahun 2001 – 2010

Menurut Schmidt dan Ferguson ..................................................... 70

Gambar 4.2. Proses Geomorfologi yang terjadi di Sungai Grompol .................. 77

Gambar 4.3. Klasifikasi geologi terhadap sistem aliran sungai .......................... 81

Gambar 4.4. Sungai Grompol bagian hulu dan Sungai Tempuran

bagian tengah ................................................................................. 83

Gambar 4.5. Grafik penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dengan

Sungai Tempuran ........................................................................... 85

Gambar 4.6. Sampel Airtanah Bebas di Kelurahan Karanganyar dan Sampel

Kedalaman Muka Airtanah Bebas di Kelurahan Gedong ............. 115

Gambar 4.7. Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar pada Satuan Lahan

2 (Qa - F1 - I - Mk - S) di Desa Kaliwuluh dan Satuan Lahan

7 (Qlla - F1 - I - Mk - B) di Kelurahan Gedong ........................... 130

Gambar 4.8. Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar pada Satuan Lahan

16 (Qlla - F1 - I - Mk - B) di Desa Kaliwuluh dan Satuan Lahan

9 (Qlla - F1 - II - Lc - B) di Kelurahan Delingan ......................... 134

Gambar 4.9. Kelas Potensi Sulit Tercemar pada Satuan Lahan

6 (Qlla – F2 - I - Lc - S) di Desa Sewurejo dan Satuan Lahan

9 (Qlla - F1 - II - Lc - B) di Desa Pojok ....................................... 135

Page 21: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

Gambar 4.10. Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar pada Satuan Lahan

7 (Qlla - F1 - I - Mk - B) di Desa Kalijirak dan Satuan Lahan

8 (Qlla - F1 - I - Mk - S) di Desa Banjarharjo ............................ 143

Gambar 4.11. Kelas Potensi Sulit Tercemar pada Satuan Lahan

21 (Qlla - F2 - II - Mk - S) di Desa Tohkuning dan Satuan Lahan

2 (Qa - F1 - I - Mk - S) di Desa Alastuwo .................................. 150

Gambar 4.12. Lahan dengan Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Semusim

di Kelurahan Bejen, Kecamatan Karanganyar dan Lahan dengan

Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan di Desa Tohkuning,

Kecamatan Karangpandan .......................................................... 155

Gambar 4.13. Lahan dengan Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Semusim

di Desa Kaliboto dan di Desa Pojok,

Kecamatan Mojogedang ............................................................. 158

Gambar 4.14. Penggunaan Lahan sebagai Permukiman dan Perkebunan

di Desa Sewurejo, Kecamatan Mojogedan ................................. 160

Page 22: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

DAFTAR PETA

Halaman

Peta 4.1. Administrasi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 65

Peta 4.2. Geologi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 73

Peta 4.3. Macam Tanah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 82

Peta 4.4. Kepadatan Penduduk di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 93

Peta 4.5. Morfografi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 98

Peta 4.6. Kelas Lereng di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 99

Peta 4.7. Besar Laju Erosi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 100

Peta 4.8. Satuan Lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 111

Peta 4.9. Sampel Kedalaman Muka Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 116

Peta 4.10. Kontur Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 117

Peta 4.11. Arah Aliran Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 118

Peta 4.12. Kedalaman Muka Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 119

Peta 4.13. Gradien Hidrolik di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 122

Peta 4.14. Tekstur Tanah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 126

Page 23: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiii

Peta 4.15. Material Akuifer di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 127

Peta 4.16. Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 136

Peta 4.17. Penggunaan Lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Skala 1 : 65.000 .................................................................................. 141

Peta 4.18. Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 161

Peta 4.19. Arahan Penggunaan Lahan di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran Skala 1 : 65.000 ........................................ 162

Page 24: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Curah Hujan

Lampiran 2. Lokasi Pengukuran Kedalaman Muka Airtanah Bebas

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Sampel Airtanah Bebas

Lampiran 4. Data Pengambilan Tekstur Tanah

Lampiran 5. Permeabilitas Tanah

Lampiran 6. Perhitungan Gradien Hidrolik

Lampiran 7. Sampel Gradien Hidrolik

Lampiran 8. Pengharkatan/Scoring Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Statis

Lampiran 9. Pengharkatan/Scoring Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Dinamis

Lampiran 10. Pedoman Wawancara

Lampiran 11. Data Bor Daerah Penelitian

Lampiran 12. Hasil Uji Laboratorium untuk Tekstur Tanah dan Permeabilitas

Tanah

Lampiran 13. Surat Perijinan

Page 25: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumberdaya alam merupakan unsur lingkungan yang mutlak dibutuhkan

dalam kehidupan di permukaan bumi. Sumberdaya alam merupakan semua tata

lingkungan biofisik yang potensial untuk pemenuhan kebutuhan manusia, bisa

juga dipahami bahwa sumberdaya alam merupakan bahan-bahan yang ditemukan

manusia dari alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pengertian lain,

sumberdaya alam diartikan sebagai suatu sumberdaya yang terbentuk karena

kekuatan alamiah. Sumberdaya alam berdasarkan kelestarian pemanfaatannya

dibagi menjadi dua, yaitu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (Renewable

resources) dan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (Unrenewable

resources). Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (Renewable resources)

merupakan sumberdaya alam yang dapat dikembalikan persediaannya dalam

waktu yang relatif cepat, seperti tumbuhan, air dan udara. Sumberdaya alam yang

tidak dapat diperbaharui (Unrenewable resources) merupakan sumberdaya alam

yang setelah habis dipergunakan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk

pemulihannya atau bahkan tidak dapat dilakukan pemulihan kembali, seperti

minyak bumi, batu bara dan berbagai jenis tambang mineral yang lain.

Sumberdaya alam yang paling sering dimanfaatkan dan paling

dibutuhkan semua makhluk hidup khususnya manusia adalah sumberdaya air. Air

merupakan salah satu komponen kebutuhan dasar hidup manusia yang sangat

penting. Sumber air di bumi ini berasal dari air hujan, air permukaan (sungai),

mata air dan airtanah. Manusia sangat membutuhkan air untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya baik kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan

pembangunan di berbagai bidang seperti industri, pertanian, dan lain – lain.

Adanya kegiatan pembangunan pada berbagai bidang, menyebabkan kebutuhan

air semakin meningkat. Penggunaan untuk keperluan rumah tangga meningkat

sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Keberadaan sumberdaya air di

Page 26: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

bumi secara kuantitatif persebarannya terbatas baik secara keruangan maupun

menurut waktu. Terbatas secara keruangan maksudnya kuantitas air di suatu

tempat berbeda dengan tempat yang lain. Keterbatasan menurut waktu adalah

kuantitas air dari waktu ke waktu tidak sama jumlahnya. Disamping kuantitas,

untuk memenuhi kebutuhan air dituntut pula kualitas. Kualitas air menyatakan

tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan tertentu bagi

kehidupan manusia, seperti untuk mengairi tanaman, minuman ternaknya dan

kebutuhan langsung untuk minum, mandi dan mencuci (Arsyad, 1989: 171). Hal

itu dikarenakan seringkali air mencukupi dari segi kuantitas, tetapi dari sisi

kualitas tidak memenuhi syarat untuk pemenuhan kebutuhan.

Sumber air yang paling baik secara kualitas untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia baik untuk dikonsumsi maupun dimanfaatkan untuk kebutuhan

yang lain adalah airtanah. Airtanah adalah air yang terdapat dalam lajur jenuh di

bawah permukaan tanah (Seyhan, 1990: 254). Airtanah bergerak dan mengalir di

dalam tanah, Aliran air bawah tanah yaitu air yang masuk dan terpekolasi jauh ke

dalam tanah dan menjadi air bawah tanah (Groundwater) (Arsyad, 1989: 41).

Airtanah merupakan sumber air yang paling banyak dirnanfaatkan oleh manusia.

Hal ini karena airtanah memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sumber air

lainnya, seperti kualitas air relatif lebih baik, keterdapatannya tidak dipengaruhi

oleh musim, memiliki persebaran yang luas dan tidak mengandung bahan

tersuspensi atau kapur sehingga kelihatan jernih (Arsyad, 1989: 41). Meskipun

demikian, tidak selamanya airtanah mempunyai kualitas yang baik. Kualitas

airtanah yang pada awalnya memenuhi syarat-syarat untuk digunakan suatu

kebutuhan, pada suatu saat kualitasnya dapat tidak memenuhi syarat lagi

Kualitas airtanah dapat dipengaruhi banyak faktor, baik faktor alami

maupun faktor non alami. Faktor alami yang berpengaruh terhadap kualitas air

adalah iklim, geologi, vegetasi, dan waktu, sedangkan faktor non alami yang

berpengaruh terhadap kualitas air adalah manusia. Manusia dengan berbagai

macam aktivitasnya secara langsung maupun tidak langsung dapat membawa

dampak yang merugikan terhadap kualitas air, dampak tersebut berupa penurunan

kualitas air atau pencemaran. Pencemaran air khususnya pencemaran airtanah

Page 27: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dapat disebabkan oleh kondisi sifat fisik suatu daerah dan pencemaran yang

disebabkan oleh pengaruh aktivitas manusia. Pencemaran airtanah yang

disebabkan oleh sifat fisik suatu wilayah disebut pencemaran airtanah secara

statis, hal ini disebabkan oleh sifat fisik suatu daerah yang rentan atau kurang baik

dalam menahan masuknya polutan atau limbah masuk ke dalam airtanah, sifat

fisik tersebut dapat berupa kedalaman muka airtanah, tekstur tanah, gradien

hidrolik, dan material akuifer. Pencemaran airtanah yang disebabkan oleh

aktivitas manusia terjadi karena adanya berbagai aktivitas mulai dari yang

sederhana seperti mandi, mencuci, hingga pemupukan pertanian, industri dan

perubahan penggunaan lahan. Pencemaran ini bergantung pada besar dan

intensitas aktivitas-aktivitas tesebut dilakukan. Oleh karena itu pencemaran ini

biasa disebut pencemaran airtanah secara dinamis, karena besar atau kecilnya

pencemaran bergantung pada aktivitas yang dilakukan. Semakin banyak dan

semakin sering dilakukan maka polutan atau limbah yang dihasilkan juga semakin

besar, sehingga potensi pencemaran juga semakin besar. Selain pengaruh aktivitas

manusia, pencemaran airtanah secara dinamis juga dipengaruhi oleh sifat fisik

seperti pada pencemaran airtanah bebas secara statis dan pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan penduduk juga dapat mempengaruhi kualitas air, dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kepadatan penduduk maka

tingkat kebutuhan semakin meningkat, semakin meningkatnya kebutuhan

penduduk maka tekanan terhadap alam lingkungan akan semakin besar. Karena

polutan atau limbah yang berpotensi menyebabkan pencemaran airtanah juga

semakin besar. Selain itu peningkatan jumlah penduduk juga mempengaruhi

penggunaan lahan serta menuntut peningkatan sarana dan prasarana untuk

mendukung segala aktivitasnya.

Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi peruntukan ruang akan

berpengaruh pada kualitas lingkungan. Penggunakan lahan (Landuse) diartikan

sebagai setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap lahan dalam

rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual.

Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar, yaitu

penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian (Arsyad,

Page 28: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1989: 207). Berubahnya lahan pertanian menjadi permukiman atau kawasan

industri menyebabkan tumbuhnya pusat-pusat pelayanan baru. Perubahan

penggunaan lahan merupakan potensi pencemaran airtanah yang berakibat pada

penurunan kualitas airtanah. Hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan

merupakan salah satu sumber pencemaran airtanah dan mempunyai kontribusi

besar bagi masuknya polutan ke dalam airtanah. Proses masuknya zat pencemar

ke dalam airtanah dipengaruhi oleh karakteristik hidrogeologi (Todd,1980: 317).

Berdasarkan karakteristik hidrogeologi dapat diperkirakan tingkat kerentanan

airtanah terhadap pencemaran. Karakteristik hidrogeologi tersebut antara lain :

kedalaman muka airtanah, curah hujan, topografi, litologi, tekstur tanah, akuifer

dan gradien hidrolik.

Daerah penelitian meliputi wilayah di antara Sungai Grompol dengan

Sungai Tempuran yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Karanganyar. Daerah

di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran meliputi sebagian dari lima

Kecamatan, terdiri dari lima Kelurahan dan 14 Desa di Kabupaten Karanganyar.

Luas daerah tersebut 6212,691 hektar, dengan perincian Kecamatan Kebakkramat

1235,4 hektar (19,88%), Kecamatan Tasikmadu 726,9 hektar (11,70%),

Kecamatan Mojogedang 1345,9 hektar (21,66%), Kecamatan Karanganyar 2066

hektar (33,26%) dan Kecamatan Karangpandan 838,4 hektar (13,50%) (Hasil

Analisis Data dengan Aplikasi SIG Tahun 2011). Penggunaan lahan di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran bervariasi, diantaranya permukiman

dengan luas 2281,384 Ha (36,72%), kebun/perkebunan dengan luas 811,147 Ha

(13,06%), sawah tadah hujan dengan luas 285,993 Ha (4,60%), sawah irigasi

dengan luas 1839,302 Ha (29,61%), tegalan/ladang dengan luas 888,670 Ha

(14,30%), peternakan 31,556 Ha (0,51%), waduk dengan luas 25,360 Ha (0,41%),

dan lahan kosong dengan luas 49,279 Ha (0,79%) (Hasil Analisis Data dengan

Aplikasi SIG Tahun 2011). Masing-masing penggunaan lahan memiliki

karakteristik polutan dan pengaruh terhadap pencemaran airtanah yang berbeda-

beda. Penggunaan lahan yang memiliki potensi besar terhadap pencemaran

airtanah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran adalah pemukiman,

karena merupakan penggunaan lahan paling dominan dan menghasilkan limbah

Page 29: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

domestik dalam jumlah besar dalam intensitas tinggi. Penggunaan lahan lain yang

memiliki potensi besar terhadap pencemaran airtanah adalah peternakan dan

industri, karena menghasilkan limbah dalam jumlah yang relatif besar, meskipun

industri yang terdapat di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran tidak

begitu banyak dan bukan merupakan industri besar. Jumlah industri yang ada pada

lokasi penelitian adalah 34 industri yang terdiri dari 20 industri kecil dan 14

industri sedang (Badan Pusat Statistik, 2010: 192). Penggunaan lahan yang

memiliki pengaruh terhadap pencemaran airtanah adalah kebun/perkebunan,

sawah irigasi, dan sawah tadah hujan, penggunaan lahan tersebut karena adanya

proses pemupukan dan pengolahan lahan untuk mencapai hasil yang maksimal.

Aktivitas penggunaan lahan saat ini yang tidak terencana mengakibatkan

kerusakan Iahan, tata air maupun lingkungan. Penggunaan lahan untuk

permukiman dan perkembangan sektor industri berpengaruh pada penurunan luas

lahan pertanian. Sejalan dengan itu limbah yang dihasilkan juga semakin besar,

baik limbah rumah tangga maupun limbah industri. Hal ini mengakibatkan potensi

pencemaran lingkungan khususnya pencemaran airtanah semakin meningkat.

Peningkatan potensi pencemaran tersebut karena pembuangan limbah rumah

tangga secara langsung ke lingkungan sekitar dan sebagian peternakan serta

industri masih membuang limbahnya langsung ke lingkungan sekitar tanpa

pengolahan terlebih dahulu, aktivitas tersebut menyebabkan potensi pencemaran

airtanah semakin besar. Fakta-fakta tersebut menunjukan bahwa, perlu dilakukan

suatu perencanaan penggunaan lahan yang baik. Penggunaan lahan yang baik

merupakan penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan, fungsi

kawasan dan penggunaan lahan yang sesuai dengan pembangunan berwawasan

lingkungan, supaya kelestarian dan kualitas lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Dalam menyusun perencanaan penggunaan lahan tersebut hendaknya juga

memperhitungkan perlindungan terhadap sumberdaya air dalam kawasan tersebut,

sehingga air dalam kawasan tersebut dapat terhindar dari pencemaran.

Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan untuk perlindungan air

adalah dengan adanya penelitian mengenai potensi pencemaran airtanah bebas.

Dengan dilakukan penelitian maka dapat diketahui daerah mana yang berpotensi

Page 30: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

besar untuk tercemar. Metode evaluasi potensi pencemaran airtanah bebas dapat

dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah metode Le Grand

(Todd,1980: 344-345). Dalam menentukan potensi pencemaran airtanah bebas Le

Grand menggunakan sifat-sifat fisik yang dianggap dapat mempengaruhi potensi

pencemaran airtanah bebas. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa limbah yang

dibuang dalam suatu saluran atau langsung dibuang ke tanah akan meresap ke

dalam tanah dan dapat mencemari airtanah. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan metode Le Grand dilakukan karena dalam penelitian-penelitian

airtanah sebelumnya lebih mengutamakan kualitas tanpa mempertimbangkan sifat

fisik yang berpengaruh pada pencemaran airtanah khususnya aitanah bebas.

Penelitian ini dilakukan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran,

karena batas alami airtanah adalah sungai khususnya sungai dengan sistem aliran

effluent, berbeda dengan air permukaan (sungai) yang batas alaminya berupa

bukit/punggungan yang kemudian secara alami membentuk suatu sistem aliran

sungai dan keluar melalui satu outlet. Sungai Grompol dan Sungai Tempuran

adalah sungai dengan sistem aliran effluent yang berarti bahwa kedua sungai

tesebut aliran airnya dipasok oleh aitanah. Sistem aliran effluent pada umumnya

berlangsung sepanjang tahun, hal ini disebabkan permukaan airtanah pada daerah

di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran lebih tinggi dari pada aliran

sungai, sehingga aliran airtanah akan mengalir dan terhenti di kedua sungai

tesebut, hal ini merupakan salah satu yang menjadi dasar penentuan lokasi

penelitian ini. Satuan analisis dalam penelitian berupa satuan lahan, yang

disusun dari parameter-parameter yang dapat berpengaruh terhadap

keterdapatan, proses pembentukan, dan kualitas airtanah bebas.

Berdasarkan permasalahan yang ada pada daerah di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran, perlu adanya tindakan untuk mengatasi

permasalahan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan melakukan penelitian

mengenai potensi pencemaran airtanah bebas. Hal inilah yang melatarbelakangi

penulis untuk melakukan penelitian dengan judul "Zonasi Potensi Pencemaran

Airtanah Bebas Untuk Arahan Penggunaan Lahan di Antara Sungai

Grompol Dengan Sungai Tempuran, Kabupaten Karanganyar Tahun 2011''.

Page 31: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis di

antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran, Kabupaten Karanganyar

Tahun 2011?

2. Bagaimana zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis di

antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran, Kabupaten Karanganyar

Tahun 2011?

3. Bagaimana arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan hasil yang

diperoleh dari penelitian tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mengetahui dan melakukan analisis tentang zonasi potensi pencemaran

airtanah bebas secara statis di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran, Kabupaten Karanganyar Tahun 2011.

2. Mengetahui dan melakukan analisis tentang zonasi potensi pencemaran

airtanah bebas secara dinamis di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran, Kabupaten Karanganyar Tahun 2011.

3. Membuat arahan penggunaan lahan sesuai dengan hasil yang diperoleh.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

tentang kajian ilmu geografi fisik, khususnya bidang hidrologi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian-penelitian

sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

Page 32: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan manfaat sebagai pertimbangan pemerintah daerah setempat

sebagai kerangka acuan dalam bidang pembangunan, sehingga

kerusakan-kerusakan yang terjadi pada daerah penelitian tersebut dapat

teratasi yang selanjutnya dapat dilakukan pengelolaan dengan baik

sesuai dengan daya dukungnya.

b. Memberikan manfaat untuk menambah wawasan dan meningkatkan

kesadaran bagi masyarakat dalam mengelola lingkungan, sehingga

sesuai dengan daya dukung lingkungan tersebut.

c. Bagi pembelajaran dapat digunakan untuk menambahkan materi

sekaligus untuk mempertajam pemahaman pembelajaran geografi di

SMA Kelas X pada Kompetensi Dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan

Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”.

Page 33: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Airtanah

Airtanah merupakan air yang berada pada lapisan tanah atau batuan yang

tembus air dalam keadaan jenuh, sehingga dapat menghasilkan sejumlah air

apabila lapisan batu tersebut tersingkap. Menurut Seyhan (1990: 254) Airtanah

adalah air yang terdapat dalam lajur jenuh di bawah permukaan tanah. Lajur jenuh

air merupakan lapisan batuan yang mempunyai celahan batuan di dalamnya dan

celahan tersebut saling berhubungan sehingga air yang berada di dalamnya dapat

bergerak mengalir. Airtanah menurut Asdak (1995: 238) adalah air yang yang

berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah. Airtanah sangat penting bagi

kehidupan manusia, karena airtanah merupakan salah satu sumber kehidupan.

Santosa (2006: 142) berpendapat :

“Groundwater issue is a complicated study and has important meaning

for human being, especially for the use of drinking water need or other

need.The planning of usage, management, and groundwater conservation

are needed in the light of the importance of this natural resource for the

living”.

Definisi di atas menyebutkan bahwa permasalahan airtanah adalah

sebuah studi yang kompleks dan memiliki arti penting bagi manusia, khususnya

untuk kebutuhan air minum atau kebutuhan lainnya. Perencanaan penggunaan,

dan konservasi airtanah dibutuhkan demi kepentingan kelangsungan airtanah

untuk kehidupan. Airtanah merupakan bagian dari siklus hidrologi yang berawal

dari presipitasi dalam berbagai bentuk seperti hujan, salju, hujan es dan salju

(sleet) yang jatuh ke permukaan tanah, selanjutnya meresap ke dalam tanah

(Infiltrasi) dan sebagian tertampung sementara dalam cekungan-cekungan

permukaan tanah yang selanjutnya mengalir ke permukaan tanah yang lebih

rendah, menuju ke sungai hingga akhirnya sampai ke laut. Berdasarkan asalnya,

Page 34: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

airtanah dapat digolongkan menjadi empat tipe airtanah yang jelas (Todd, 1959

dan Dam, 1966 dalam Seyhan, 1990: 256), yaitu :

a. Air meteorik : Air ini berasal dari atmosfer dan mencapai mintakat

kejenuhan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan :

- Secara langsung oleh infiltrasi pada permukaan.

- Secara tidak langsung oleh perembesan inffluent (dimana

kemiringan muka airtanah meyusup di bawah aras air permukaan,

kebalikan dari effluent) dari danau, sungai, saluran buatan dan

lautan.

- Secara langsung dengan kondensaai uap air (dapat diabaikan)

b. Air Juvenil : Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada

mintakat kejenuhan dari kerak bumi yang dalam. Selanjutnya air ini

dibagi lagi menurut sumber spesifiknya ke dalam :

- Air magmatik

- Air gunungapi dan air kosmik (yang dibawa oleh meteor)

c. Air diremajakan (rejuvenated) : air yang untuk sementara waktu telah

dikeluarkan dari daur hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab-

sebab lain, kembali ke daur lagi dengan proses- proses metamorfisme,

pemadatan atau proses- proses yang serupa (Dam, 1966 dalam

Seyhan, 1990: 256).

d. Air konat : Air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau

gunung pada saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat

termineralisasi dan mempunyai salinitas yang lebih tinggi daripada air

laut.

Banyaknya air yang tersimpan di bawah permukaan bergantung pada

kesarangan lapisan di bawah tanah. Airtanah ditemukan pada formasi geologi

permeabel (tembus air) yang dikenal sebagai akuifer. Akuifer merupakan formasi

geologi yang menentukan perjalanan air hujan ke zone saturasi ( zone jenuh),

yang berfungsi menyimpan airtanah dalam jumlah yang besar (Asdak, 1995: 231).

Seyhan (1990: 256) berpendapat bahwa akuifer disebut juga reservoir airtanah,

formasi pengikat air, dan dasar-dasar yang tembus air merupakan formasi

pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak

melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa. Volume airtanah yang dapat

disimpan dalam suatu akuifer dapat diketahui dengan melihat karakteristik dari

akuifer tersebut. Tidak semua lapisan batuan dapat menjadi pembawa air. Lapisan

batuan yang tidak dapat meloloskan air merupakan lapisan kedap air, lapisan ini

tidak mampu menyimpan atau meloloskan air. Deposit glasial pasir dan kerikil,

kipas aluvial dataran banjir, dan deposit delta pasir semuanya merupakan sumber-

Page 35: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

sumber air yang baik (Seyhan, 1990: 256). Sedangkan Santosa (2006: 145)

menyatakan bahwa :

“The variation or the difference of litology will affect the difference of

groundwater quality, and the aquifer permeability coefficient as the

measurement to the relative potential of groundwater”

Definisi di atas menekankan bahwa variasi atau perbedaan litologi akan

berpengaruh pada kualitas airtanah, dan koefisien permeabilitas akuifer serta

potensi airtanah. Menurut Seyhan (1990: 259-260) ada empat tipe akuifer, yaitu :

a. Akuifer tidak tertekan : Batas- batas atasnya adalah muka airtanah

beragam tergantung pada kondisi- kondisi permukaan, luas pengisian

kembali, debit, pemompaan dari sumur, permeabilitas dan lain-lain.

b. Akuifer tertekan : Airtanah tertutup antara dua strata yang kedap air.

Air ini ada di bawah tekanan dan bagian atasnya dibatasi oleh

permukaan piezometrik. Jika suatu sumur dimasukan dalam akuifer

ini, arus air akan naik sampai pada piezometrik dan akan membentuk

suatu sumur yang mengalir.

c. Akuifer melayang : Akuifer ini merupakan kasus khusus dari akuifer

tak terbatas yang terjadi dimana tubuh airtanah dipisahkan dari tubuh

utama airtanah oleh stratum yang relatif kedap air dengan luas yang

kecil.

d. Akuifer semi tertekan : Akuifer ini merupakan kasus khusus akuifer

bertekanan yang dibatasi oleh lapisan- lapisan semi permeabel.

Pendapat lain dikemukakan oleh Todd (1980: 42-45) akuifer dibagi

menjadi empat macam, yaitu :

a. Akuifer bebas (Unconfined Aquifer) : Merupakan akuifer yang berada

di bagian atas dibatasi oleh muka air tanah, sedang di bagian bawah

dibatasi oleh lapisan batuan yang mempunyai sifat impermeabel atau

kedap air.

b. Akuifer tertekan (Confined Aquifer) : Merupakan akuifer yang di

bagian atas dan bawah dibatasi oleh lapisan batuan yang mempunyai

sifat impermeabel atau kedap air.

c. Akuifer setengah tertekan (Semi Confined Aquifer) : Merupakan

Akuifer yang di bagian atas dibatasi oleh batuan yang semi

impermeabel, sedang di bawah dilapisi oleh lapisan batuan yang

impermeabel atau kedap air.

d. Akuifer Setengah Bebas (Semi Unconfined Aquifer) : Merupakan

akuifer yang di bagian atasnya dibatasi oleh lapisan batuan yang

permeabilitasnya antara semi confined dan confined, sedang di bagian

bawah dibatasi oleh lapisan impermeabel atau kedap air.

Page 36: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Aliran Airtanah

Air dapat bergerak dan berubah bentuk, tidak hanya air permukaan yang

dapat bergerak melainkan juga airtanah. Airtanah selalu bergerak berdasarkan

prinsip-prinsip hidrolika. Gradien hidrolik merupakan beda tinggi airtanah dari

dua titik dibandingkan jaraknya searah dengan aliran airtanah. Permeabilitas

merupakan tingkat kemudahan aliran air yang melewati akuifer. Menurut Seyhan

(1990: 262) permeabilitas merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui

suatu media porus. Pendapat lain dikemukakan oleh Mahida (1986: 176)

permeabilitas merupakan konstanta yang penting dalam persamaan aliran, Gerak

air dalam tanah pada pokoknya disebabkan oleh gravitasi dan tegangan kapiler.

Informasi mengenai gerakan airtanah dapat diperoleh dengan memberikan suatu

zat ke dalam aliran yang kemudian dirunut dalam ruang dan waktu (Todd, 1980:

72). Seyhan (1990: 285) berpendapat bahwa proses umum gerakan airtanah

sangatlah sederhana, suatu gerakan yang didorong oleh gaya berat, ditahan oleh

gesekan cairan pada medium yang porus.

Air bergerak dari tempat dengan potensi kelembaban tinggi ke tempat

dengan potensi kelembapan yang rendah. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan

potensi kelembaban total dan kemiringan antara dua titik atau lokasi dalam

lapisan tanah. Selanjutnya air akan bergerak mengikuti lapisan atau lempengan

formasi geologi sesuai dengan kemiringan lapisan formasi geologi tersebut.

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap aliran airtanah adalah kerapatan,

kekentalan, kesarangan, dan kelulusan.

Secara umum ada dua macam gerakan airtanah, yaitu gerakan secar

horizontal dan secara vertikal. Gerakan airtanah secara horizontal dipengaruhi

oleh kemiringan lapisan karena biasanya muka airtanah mengikuti kontur

permukaan topografi. Menurut Asdak (1995: 249) air bergerak mengikuti lapisan

formasi geologi sesuai dengan arah kemiringan lapisan formasi lapisan geologi

tersebut untuk dapat memperkirakan laju gerakan airtanah. Permukaan airtanah

selalu dalam keadaan seimbang, oleh sebab itu airtanah akan bergerak ke tempat

yang lebih rendah. Gerakan airtanah horizontal dapat diketahui dengan membuat

kontur airtanah. Langkah awal pembuatan kontur airtanah adalah dengan

Page 37: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

mengukur elevasi dan kedalaman muka airtanah, selanjutnya dihitung ketinggian

muka airtanah dengan cara ketinggian tempat dikurangi kedalaman muka airtanah.

Gerakan airtanah secara vertikal dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang

menyebabkan air bergerak ke bawah dan gaya kapiler yang menyebabkan air

bergerak ke atas. Menurut Seyhan (1990: 293-295) metode-metode yang paling

sering digunakan untuk pengukuran arah aliran airtanah adalah :

a. Metode Kartografi : Metode ini melibatkan konstruksi kontur- kontur

airtanah (atau permukaan piezometrik) dari pengamatan permukaan-

peermukaan air pada jaringan sumur- sumur alami atau lubang-

lubang pengeboran.

b. Pelacak : Ada 3 cara menggunakan pelacak, yaitu :

- Memasukan pelacak buatan (Pewarna garam, hidrogen, kobalt) ke

dalam lubang bor dan tempat konsentrasi puncaknya pada

airtanah pada jaringan sumur- sumur pengamatan hilir.

- Pemasangan bahan- bahan pelacak yang terjadi secara alami,

misalnya konsentrasi trilium yang terdapat pada air hujan

dibandingkan dengan yang terdapat pada airtanah.

- Pemasukan dan pengamatan pada lubang bor tunggal. Isotop

radioaktif dimasukan ke dalam sumur dan dibawa oleh airtanah

dari sumur ke dalam tanah. Penghitung geiger dimasukan ke

dalam sumur yang sama dan diputar 360 untuk menentukan

arah yang memberikan skala pembacaan yang maksimum. Arah

ini merupakan arah aliran airtanah yang utama.

c. Pengukur Aliran : Pada keadaan tertentu dengan melibatkan

kecepatan airtanah yang relatif tinggi (seperti pada batukapur

bercelah) pengukuran langsung arah aliran airtanah dimungkinkan

dengan menggunakan pengukuran arus atau pengukur arus termal.

Pengukur arus diputar secar perlahan hingga pembacaan maksimum

diperoleh pada arah yang sama dengan sumbu utama aliran airtanah.

Pengukur arus termal mengukur jumlah air yang dipanaskan antara

dua tempat pengamatan. Ini berbanding terbalik dengan kecepatan

airtanah (Ward, 1967 dalam Seyhan, 1990: 295).

d. Model- model airtanah (Sevenhuysen, 1970 dalam Seyhan, 1990:

295).

3. Kualitas Airtanah

Kualitas air merupakan mutu yang dimiliki oleh air untuk penggunaan

tertentu berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi air pada suatu

daerah. Airtanah merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi

kehidupan dan penghidupan di bumi. Hal ini dikarenakan airtanah merupakan air

Page 38: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

yang paling banyak dimanfaatkan dalam kehidupan. Pendapat lain dikemukakan

oleh Ashraf, Afshari, dan Ebadi (2011: 843) :

“Groundwater quality is something relative characteristics of the use of

water for specific uses will affect, characteristics of water quality

through physical, chemical and biological definition is national

committee of irrigation and drainage”.

Kualitas airtanah di setiap tempat berbeda- beda. Kualitas air dinilai

berdasarkan parameter tertentu sesuai dengan tujuan dan keguanannya, karena

kualitas air untuk tiap penggunaan berbeda-beda. Kualitas air yang baik untuk

pengairan belum tentu baik untuk untuk keperluan yang lain, sehingga perlu

diketahui mutu air yang ada, khususnya airtanah karena akan bergantung pada

tujuan dan penggunaannya. Tujuan utama dari pemeriksaan air adalah

menentukan mutu sanitasi air bagi kebutuhan manusia, pengolahan air yang

diperlukan, hasil pengolahan air, dan derajat polusi air sehingga diketahui tingkat

pencemarannya. Kualitas airtanah juga dipengaruhi oleh kondisi fisik suatu

daerah. Sifat-sifat fisik suatu daerah, seperti geologi, tanah, geomorfologi

memiliki pengaruh terhadap kualitas airtanah tergantung dari tipe masing-masing

sifat fisik tersebut.

A landform of a region is characterized by the present of earth surface

topography or relief, the genesis, geomorphologic structure, and its

compounding material. Each compounding material of the landform will

affect the groundwater condition, either the quality, the depth of

groundwater surface (water table), groundwater movement, hydro-

chemical type, or its aquifer permeability. Hence, the condition of

groundwater in a region can be shown with the hydromorphological

condition of that region (Santosa, 2006: 143).

Definisi di atas menekankan bahwa suatu bentuklahan dari suatu wilayah

adalah perwujudan dari karakteristik topografi permukaan bumi atau relief,

genesis, struktur geomorfologi dan bahan induk. Bahan induk dari suatu

bentuklahan akan berpengaruh pada kondisi airtanah, kualitas, kedalaman muka

airtanah, aliran airtanah, tipe hidrokimia, dan permeabilitas akuifer. Kondisi

airtanah pada suatu wilayah dapat dilihat dari kondisi hidromorfologi wilayah

tersebut. Airtanah jika dilihat dari segi mikrobiologis umumnya tampak bersih,

karena sewaktu proses pengaliran airtanah mengalami penyaringan alamiah dan

Page 39: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

kebanyakan mikroba sudah tidak terdapat lagi di dalamnya. Airtanah banyak

mengandung garam dan mineral terlarut, pada waktu air melalui lapisan-lapisan

secara praktis airtanah bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah,

tetapi banyak bahn-bahan pencemar atau limbah yang dihasilkan oleh aktivitas

manusia yang dapat memyebabkan penurunan kualitas air. Air yang sudah

tercemar memiliki perbedaan kandungan mineral yang berbeda dengan air dengan

kualitas yang baik.

Permasalahan kualitas air tanah tidak hanya penting untuk kepentingan

sehari-hari saja, tetapi juga untuk keperluan lainnya. Karena itu dalam

penggunaan air harus memperhatikan kualitasnya. Adapun faktor- faktor yang

mempengaruhi kualitas air tanah antara lain :

a. Iklim

Meliputi curah hujan dan temperatur udara. Curah hujan yang tinggi

akan melarutkan unsur kimia dalam atmosfer yang akhirnya masuk ke

dalam tanah. Temperatur mempunyai pengaruh terhadap pelarutan gas,

makin rendah temperatur makin banyak gas yang tinggal sebagai larutan.

Makin tinggi tekanan udara makin besar gas yang terlarut dalam.

b. Litologi

Tanah dan batuan merupakan sumber mineral yang dilarutkan yang

melaluinya (makin tua umur batuan maka makin besar tingkat pelapukan

batuan) berakibat semakin tinggi tingkat pelapukan garam yang terlarut

dalam tanah.

c. Waktu

Lamanya air tanah itu tinggal pada suatu batuan akan semakin unsur

batuan yang terlarut.

d. Aktivitas Manusia

Aktivitas manusia yang tidak memperhatikan lingkungan akan

berpengaruh pada kualitas air tanah. Misalnya pembuangan limbah industri,

pembuangan sampah.

Kualitas air memiliki standar yang harus dipenuhi untuk dapat digunakan

dalam suatu kebutuhan, standar tersebut dikenal dengan baku mutu air. Menurut

Page 40: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Fardiaz (1992: 15-16) baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang

diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air tetapi air

tersebut dapat digunakan sesuai dengan kriterianya. Untuk mendapatkan standar

air yang bersih tidaklah mudah tergantung pada banyak faktor penentu. Menurut

Wardhana (2001: 71-72) air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air,

akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya. Keadaan normal air tergantung

pada faktor penentu antara lain :

a. Kegunaan Air

- Air untuk minum

- Air untuk keperluan rumah tangga

- Air untuk industri

- Air untuk mengairi sawah

- Air untuk kolam perikanan

b. Asal sumber air

- Air dari mata air pegunungan

- Air danau

- Air sungai

- Air sumur

- Air hujan

Menurut Fardiaz (1992: 15-16) kegunaan air pada sumber air dibedakan menjadi :

a. Golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum

langsung tanpa harus diolah terlebih dahulu.

b. Golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk

diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.

c. Golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

peternakan dan perikanan.

d. Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian

dan dimanfaatkannuntuk industri perkotaan, industri tenaga air.

4. Pencemaran Airtanah

Menurut PPRI No 82 Tahun 2001 pencemaran air adalah suatu unsur

organisme atau unsur lain dalam suatu sumberdaya dalam kadar yabg

mengganggu peruntukan sumberdaya alam tersebut. Air yang tersebar di alam

tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah

terpolusi (Fardiaz, 1992: 19). Pencemaran air sebagian besar disebabkan oleh

aktivitas manusia baik dalam bidang industri maupun kehidupan rumah tangga,

limbah yang berasal dari industri dan rumah tangga banyak yang dibuang

langsung ke alam tanpa mengalami suatu proses pengelolaan terlebih dahulu. Hal

Page 41: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

ini menyebabkan pencemaran air semakin meningkat, tidak hanya pencemaran

terhadap air permukaan tetapi juga pencemaran terhadap airtanah. Menurut

Ishaku (2011: 219) :

“Groundwater quality is mainly controlled by the range and type of

human influence as well as geochemical, physical and biological

processes occurring in the ground”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas airtanah

juga dikontrol oleh jarak dan jenis pengaruh manusia yang meliputi proses

geokimia, proses fisik, dan proses biologi di atas permukaan tanah. Mekanisme

masuknya pencemar sehingga mencemari air tanah tidak terlepas dari siklus

hidrologi. Air hujan melalui presipitasi mencapai permukaan tanah. Dengan

adanya gaya gravitasi air hujan meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah.

Proses meresapnya air ke dalam tanah disebut infiltrasi. Mekanisme masuknya

polutan sehingga mencapai sumur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Jarak penyebaran pencemar di dalam tanah.

b. Frekuensi pemakaian air.

c. Porositas.

d. Tekstur tanah.

e. Aliran air tanah.

f. Temperatur.

Bahan buangan dan air limbah baik limbah industri maupun limbah

rumah tangga merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air. Daerah

yang memiliki banyak industri atau daerah tersebut merupakan kawasan industri,

akan memiliki potensi pencemaran air yang lebih besar dibandingkan dengan

daerah yang jauh dari pusat industri. Hal ini dikarenakan sebagian besar industri

membuang limbahnya langsung ke lingkungan melalui sungai, danau, atau

langsung ke laut tanpa pengelolaan terlebih dahulu. Bahan buangan baik berupa

padatan maupun cairan yang masuk ke air lingkungan menyebabkan terjadinya

penyimpangan dari keadaan normal air dan ini berarti suatu pencemaran

(Wardhana, 2001: 72). Raman dan Sathiyanarayanan pada tahun 2011,

menyatakan bahwa :

Page 42: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

“The physico-chemical parameters of water and the dependence of all

life process of these factors make it desirable to take as an

environmentally viable or not, the leachate produced by waste disposal

sites contains a large amount of contaminants which are likely to pollute

ground water” ( Raman dan Sathiyanarayanan, 2011: 481).

Menurut Wardhana (2001: 79-83) komponen pencemaran air

dikelompokan sebagai berikut :

a. Bahan buangan padat

Bahan buangan padat baik yang kasar maupun yang halus berupa :

1) Pelarutan bahan buangan padat oleh air

Bahan buangan padat yang terlarut ditandai dengan perubahan warna

yang akan mengurangi jumlah oksigen dalam air.

2) Pengendapan bahan buangan padat di dasar air

Pengendapan bahan buangan akan mengganggu kehidupan organisme di

dalam air.

3) Pembentukan koloidal yang melayang di dalam air.

b. Bahan buangan organik

Pada umumnya merupakan limbah yang mudah membusuk, apabila

dibuang ke air lingkungan menyebabkan berkembangnya bakteri patogen

yang berbahaya bagi manusia.

c. Bahan buangan anorganik

Pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk.

d. Bahan buangan olahan bahan makanan

Bersifat organik dan mudah membusuk akan terurai menjadi senyawa

yang mudah menguap dan berbau busuk.

e. Bahan buangan cairan berminyak

Bahan buangan ini akan menutupi permukaan air, cairan berminyak

tersebut mengandung zat-zat beracun dan tidak dapat dikonsumsi manusia.

f. Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan ini akan menimbulkan racun yang dapat mematikan

hewan, tanaman bahkan manusia.

g. Bahan buangan yang berupa panas.

Page 43: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

5. Potensi Pencemaran Airtanah

Potensi dalam arti luas diartikan sebagai suatu kandungan atau

kemampuan suatu objek yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan

hidup manusia. Potensi merupakan kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang

mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.Tidak semua potensi berarti

positif, karena ada potensi yang bersifat negatif seperti potensi pencemaran.

Pencemaran airtanah dapat diartikan adanya bahan-bahan atau zat-zat

asing dalam airtanah yang dapat menyebabkan perubahan komposisi airtanah dari

keadaan normalnya. Air yang terdapat di bumi tidak benar-benar bersih

seutuhnya, akan tetapi terdapat unsur-unsur lain yang terlarut di dalamnya.

Menurut Wardhana (2001: 72) Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal

maka hal itu berarti air tersebut telah mengalami pencemaran.

Potensi pencemaran airtanah merupakan suatu kemampuan atau

kemungkinan yang dimiliki oleh airtanah untuk dapat tercemar oleh berbagai

macam zat pencemar baik yang berasal dari alam maupun yang berasal dari hasil

kegiatan manusia. Mudah atau tidaknya airtanah untuk dapat tercemar akan sangat

berpengaruh terhadap kualitas airtanah yang sesuai dengan baku mutu kualitas air

yang diperbolehkan untuk dikonsumsi manusia, jika tidak sesuai dengan baku

mutu kualitas air akan menimbulkan gangguan kesehatan. Untuk menanggulangi

hal itu maka perlu dilakukan langkah-langkah konservasi untuk menjaga dan

melestarikan sumberdaya air, atau setidaknya meminimalisasi potensi pencemaran

airtanah agar kualitasnya tetap terjaga dengan baik.

Pencemaran airtanah dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor.

penilaian pencemaran airtanah dapat dilakukan berdasarkan sifat fisik yang

berpengaruh terhadap pencemaran airtanah. Berdasarkan penilaian terhadap sifat

fisik yang berpengaruh, potensi pencemaran airtanah dibedakan menjadi dua,

yaitu :

a. Potensi pencemaran airtanah secara statis

Potensi pencemaran airtanah secara statis merupakan pendugaan

pencemaran airtanah yang didasarkan pada penilaian terhadap sifat fisik

yang berpengaruh terhadap mudah atau tidaknya polutan atau limbah masuk

Page 44: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

ke dalam airtanah. Sifat fisik yang berpengaruh terhadap mudah atau

tidaknya polutan atau limbah masuk ke dalam airtanah, yaitu:

1) Kedalaman muka airtanah bebas

Kedalaman muka airtanah akan berpengaruh terhadap cepat

tidaknya polutan sampai ke airtanah. Jika kedalaman muka airtanah

dangkal, maka potensi untuk tercemar lebih besar, sebaliknya jika

kedalaman muka airtanah dalam maka potensi tercemar semakin kecil.

Hal ini karena semakin dalam muka aitanah maka polutan akan semakin

lambat untuk masuk ke dalam airtanah, sedangkan semakin dangkal

muka airtanah maka polutan akan semakin cepat masuk ke dalam

airtanah.

2) Gradien Hidrolik

Gradien hidrolik merupakan beda tinggi airtanah dari dua titik

dibandingkan jaraknya searah dengan aliran airtanah. Dengan kata lain

gradien hidrolik merupakan kemiringan muka airtanah. Semakin besar

kemiringan muka airtanah maka semakin cepat pula polutan masuk dan

menyebar ke dalam airtanah, sedangkan semakin kecil gradien hidrolik

maka semakin lambat pula polutan masuk dan menyebar ke dalam

airtanah.

3) Daya serap di atas permukaan tanah/tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan perbandingan perbandingan relatif

pasir, debu, dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil

dari kerikil (diameternya kurang dari 2 milimeter) (Foth, 1991: 34).

Semakin kasar tekstur tanah maka semakin cepat polutan untuk masuk ke

dalam airtanah karena pada tanah dengan tekstur kasar tingkat

porositasnya tinggi, sedangkan semakin halus tekstur tanah maka polutan

akan semakin lambat untuk masuk ke dalam sumber pencemar karena

tingkat porositas pada tanah dengan tekstur halus semakin rendah.

4) Material akuifer

Akuifer adalah suatu formasi batuan atau lapisan yang dapat

menyimpan air dan meloloskannya. Material penyusun akuifer

Page 45: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

berpengaruh terhadap cepat lambatnya airtanah tercemar. Semakin

tinggi tingkat porositas media akuifer maka potensi airtanah untuk

tercemar semakin besar, karena dengan tingkat porositas tinggi polutan

atau bahan pencemar semakin cepat dan semakin mudah masuk ke

dalam airtanah. Dalam penelitian ini data material penyusun akuifer

diperoleh dari Peta Geologi lembar Surakarta-Giritontro, lembar

Ponorogo skala 1 : 100.000 dan dari data bor daerah penelitian.

b. Potensi pencemaran airtanah secara dinamis

Potensi pencemaran airtanah secara dinamis merupakan pendugaan

pencemaran airtanah yang didasarkan pada penilaian terhadap sifat fisik dan

sumber pencemar yang berpengaruh terhadap mudah atau tidaknya polutan

atau limbah masuk ke dalam airtanah. Penilaian terhadap sumber pencemar

disesuaikan dengan jenis dan besar pengaruh sumber pencemar tersebut

terhadap pencemaran airtanah. Sifat fisik yang digunakan sebagai bahan

penilaian potensi pencemaran airtanah secara dinamis hampir sama seperti

pada penilaian potensi pencemaran airtanah secara statis, yaitu kedalaman

muka aitanah, gradien hidrolik, daya serap di atas permukaan tanah/tekstur

tanah, material akuifer, yang membedakan adalah pada penilaian potensi

pencemaran airtanah secara dinamis dilakukan penilaian pada sumber

pencemar. Sumber pencemar pada penelitian ini adalah penggunaan lahan,

besarnya nilai/skor tergantung pada macam penggunaan lahan yang ada.

6. Zonasi Potensi Pencemaran

Zonasi merupakan pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi

beberapa bagian sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan.

(kamusbahasaindonesia.org/zonasi, 26 April 2011).

Zonasi potensi pencemaran berarti pembagian atau pemecahan suatu

daerah atau areal menjadi beberapa bagian sesuai dengan besarnya potensi daerah

atau areal tersebut untuk tercemar. Besar potensi suatu daerah untuk tercemar

tergantung pada mudah atau tidaknya daerah tersebut tercemar, sumber pencemar

tersebut sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia untuk memenuhi

Page 46: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

kebutuhannya. Zonasi potensi pencemaran bisa diterapkan dalam beberapa bentuk

pencemaran seperti, pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran tanah.

7. Penggunaan Lahan

Pengertian lahan (land) sangat berbeda dengan pengertian tanah, dimana

tanah merupakan salah satu aspek dari lahan, karena lahan merupakan suatu

kesatuan lingkungan fisik. Menurut FAO (1976) dalam Arsyad (1989: 207) lahan

diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruh terhadap penggunaan

lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang,

seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan

seperti tanah yang tersalinasi.

Lahan merupakan bagian dari ruang sehingga pemanfaatan lahan harus

sesuai dengan perencanaan tata ruang. Pemanfaatan lahan merupakan penggunaan

lahan pada fungsi dan waktu tertentu. Lahan memiliki fungsi penting dalam

kehidupan karena lahan merupakan ruang tempat terjadinya interaksi antara

makhluk hidup dengan lingkungannya. Menurut FAO (1995) dalam Rayes (2007:

2) lahan memiliki banyak fungsi yaitu :

a. Fungsi produksi

Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan, melalui

produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat,

bahan bakar kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik

secara langsung maupun melalui binatang ternak termasuk budidaya

kolam dan tambak ikan.

b. Fungsi lingkungan biotik

Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terrestrial) yang

menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan,

hewan dan jasad mikro di atas dan dibawah permukaan tanah.

c. Fungsi pengatur iklim

Lahan dan peggunaannya merupakan sumber (source) dan rosot

(sink) gasrumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa

pantulan, serapan dan transformasi dari energi radiasi matahari dan

daur hidrologi global.

d. Fungsi hidrologi

Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya airtanah dan air

permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.

e. Fungsi penyimpanan

Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan

mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia.

Page 47: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

f. Fungsi pengendali sampah dan polusi

Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, penyanggga dan

peengubah senyawa-senyawa berbahaya.

g. Fungsi ruang kehidupan

Lahan menyediakan saran fisik untuk tempat tinggal manusia,

industri dan aktivitas sosial seperti olahraga dan rekreasi

h. Fungsi peninggalan dan penyimpanan

Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda-

benda bersejarah dan sebagai suatu sumber informasi tentang kondisi

iklim dan penggunaan lahan masa lalu.

i. Fungsi penghubung

Spasial lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia

masukan dan produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan

binatang antara daerah terpencil dari suatu ekosistem alami.

Berdasarkan fungsi lahan yang telah diuraikan di atas, maka penggunaan

lahan harus disesuaikan dengan fungsi dan kemampuan lahan. Menurut Arsyad

(1989: 207) penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan)

manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik

materiil maupun spiritual.

Saat ini penggunaan lahan banyak dipengaruhi oleh jumlah penduduk

dan kebutuhannya, karena semakin besar jumlah penduduk maka sarana prasarana

yang dibutuhkan juga semakin bertambah, Kebutuhan bentuklahan yang

beranekaragam dan berbeda-beda menyebabkan manusia merubah lahan untuk

disesuaikan dengan kebutuhannya. Faktor utama yang mendorong perubahan

penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga

akan mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan penggunaan lahan. Selain

akibat dari meningkatnya jumlah penduduk perubahan penggunaan lahan juga

bisa disebabkan antara lain kebijakan pemerintah dalam melaksanakan kegiatan

pembangunan di suatu wilayah. Selain itu adanya pembangunan sektor industri

juga akan sangat berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan walaupun

tidak diiringi oleh pertumbuhan penduduk.

Dalam penggunaan lahan baik untuk permukiman, pertanian maupun

pusat industri harus diperhitungkan beberapa unsur alam seperti ketinggian

tempat, ketersediaan air dan lain sebagainya sehingga diharapkan akan tercipta

Page 48: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

keseimbangan dan keserasian dalam tata guna lahan dan diperoleh manfaat yang

optimal dari penggunaannya dan menjaga kelestariaannya.

Menurut Dit. Land Use (1967) dalam Arsyad (1989:207) penggunaan

lahan dapat dikelompokkan menjadi kedalam dua gologan besar yaitu penggunaan

lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan

pertanian dibedakan dalam garis besar kedalam macam penggunaan lahan

berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan

atau yang terdapat diatas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam

penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang

rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang dan sebagainya.

Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan kedalam penggunaan kota

atau desa (permukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya.

Pengelompokan penggunaan lahan seperti dikemukakan diatas

merupakan pengelompokan yang sangat kasar, oleh karena belum

mempertimbangkan berbagai aspek lain penggunaan lahan seperti, skala usaha

atau luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga

kerja, orientasi pasar dan sebagainya. Jika faktor-faktor tersebut dimasukkan maka

akan didapatkan tipe penggunaan lahan, yang memberikan gambaran yang lebih

rinci mengenai penggunaan lahan.

Menurut Sandy (1977: 25-29) klasifikasi penggunaan lahan di bagi

menjadi dua yaitu klasifikasi penggunaan lahan pedesaan dan pengggunaan lahan

perkotaan. Dalam pengertian yang sederhana Penggunaan lahan merupakan suatu

keadaan dimana suatu areal lahan ditempati oleh vegetasi, bangunan, atau objek/

kegiatan lain, baik yang ditata maupun yang tidak ditata untuk memenuhi

kebutuhan manusia.

8. Metode Evaluasi Potensi Pencemaran Airtanah

Metode evaluasi potensi pencemaran adalah cara mengetahui potensi

atau nilai kerentanan suatu areal/wilayah terhadap pencemaran. Dalam studi

mengenai pencemaran airtanah terdapat berbagai macam metode yang dapat

digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Le Grand.

Metode Le Grand merupakan metode evaluasi potensi pencemaran airtanah

Page 49: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dengan cara pengharkatan (scoring) terhadap sifat fisik dan sumber pencemar

yang berpengaruh terhadap pencemaran airtanah, khususnya airtanah bebas. Sifar

fisik yang digunakan pada metode Le Grand adalah kedalaman muka airtanah,

gradien hidrolik, daya serap di atas permukaan tanah/tekstur tanah, dan material

akuifer, sedangkan sumber pencemar yang digunakan telah disesuaikan dengan

kondisi daerah penelitian, yaitu penggunaan lahan.

9. Satuan Lahan

Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang berhubungan,

mempunyai bentuk lahan tertentu di dalam sistem dan seluruh satuan lahan yang

sama tersebar akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula (Sitorus, 1995 :

93). Satuan lahan digunakan untuk satuan analisis potensi pencemaran airtanah

bebas yaitu untuk mendapatkan kualitas dan karakteristik di lapangan. Data yang

diperoleh di lapangan dan analisis laboratorium kemudian dianalisis dengan

tujuan agar dapat diketahui faktor apa saja yang menjadi faktor mudah atau

tidaknya suatu area untuk tercemar. Parameter penyusun satuan lahan pada

penelitian ini di antaranya :

a. Formasi Batuan

Formasi batuan yang digunakan penyusun satuan lahan adalah

nama batuan. Hal ini karena setiap formasi batuan mempunyai jenis dan

struktur batuan yang berbeda sehingga karakteristik dalam menanggapi

tenaga asal luar juga berbeda. Struktur batuan akan berpengaruh terhadap

tipe dan ketebalan akuifer serta arah pergerakan airtanah, khususnya

airtanah semi tertekan maupun tertekan. Karakteristik batuan penyusun

(litologi) dengan berbagai mineral penyusunnya, secara kimiawi akan

berpengaruh terhadap kualitas airtanah dan secara fisik akan berpengaruh

terhadap nilai permeabilitas dan porositas akuifer, sehingga secara relatif

akan menetukan potensi cadangan airtanah di dalamnya.

Formasi batuan juga berkaitan dengan kerentanan akuifer airtanah,

pada batuan yang keras dan kompak akan lebih sulit mengalami pencemaran

airtanah dibandingkan sifat batuan yang lunak dan banyak terdapat struktur

retakan (joint) dan patahan (fault). Dengan demikian dapat disimpulkan

Page 50: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

bahwa semakin porus suatu material akuifer maka akan semakin rentan

terhadap pencemaran. Formasi batuan juga berpotensi menentukan pola

sungai yang terbentuk sehingga berpengaruh terhadap keberadaan

sumberdaya air dan berpengaruh terhadap sifat, keterdapatan serta kualitas

airtanah, karena sifat fisik dan batuannya.

b. Morfografi

Aspek-aspek dalam kajian geomorfologi mencakup aspek-aspek

morfologi (morfografi dan morfometri), morfogenesis (endogen dan

eksogen), morfokronologi (dalam ruang dan waktu), serta litologi. Salah

satu parameter penyusun satuan lahan dalam penelitian ini adalah bagian

dari aspek morfologi (aspek relief), yaitu morfografi. Morfografi merupakan

susunan objek alami yang ada di permukaan bumi, bersifat pemerian atau

dekriptif suatu bentuklahan yang ditelaah dan dicerminkan dengan istilah-

istilah tertentu baik yang berukuran besar seperti pegunungan, gunungapi,

dataran, maupun yang berukuran kecil seperti bukit, lembah, dan kipas

aluvial.

Morfografi digunakan sebagai salah satu parameter penyusun

satuan lahan dalam penelitian ini, karena morfografi adalah bagian dari

aspek morfologi yang merupakan salah satu aspek penting dalam studi

geomorfologi. Morfologi yang ditunjukan oleh relief permukaan bumi yang

dikontrol oleh struktur di bawahnya akan berpengaruh terhadap kedalaman

dan arah pergerakan airtanah, khususnya airtanah bebas (Sutikno, 1992

dalam Santosa, 2010: 31). Morfografi di daerah penelitian dibedakan

menjadi empat, yaitu dataran aluvial (F1), teras sungai (F2), dataran banjir

(F3), dan tanggul alam (F4).

c. Kemiringan Lereng

Penyusun satuan lahan yang ketiga adalah kemiringan lereng.

Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang

horisontal. Nilai dari kelerengan merupakan perbedaan jarak vertikal untuk

setiap jarak horisontal dalam satuan yang sama. Kemiringan lereng

berkaitan erat dengan topografi suatu wilayah. Hal ini berpengaruh pada laju

Page 51: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

peresapan atau infiltrasi polutan ke dalam airtanah, semakin curam suatu

lereng maka laju peresapan semakin rendah, karena air permukaan atau air

limpasan akan mengalir menuju permukaan yang lebih rendah dengan

energi yang lebih besar, sedangkan semakin landai suatu lereng laju

peresapan semakin tinggi karena air permukaan atau air limpasan akan

cenderung bergerak lambat bahkan diam dan lama kelamaan akan

menimbulkan genangan pada permukaan tanah jika area resapan tersebut

sudah mencapai titik jenuh. Klasifikasi kelas lereng yang digunakan pada

penelitian ini adalah klasifikasi kelas lereng menurut Chay Asdak, (1995 :

512), terdapat lima kelas lereng menurut Asdak, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi Kelas Lereng

No Kelas Kemiringan

Lereng (%)

Simbol

1. Datar 0 – 8 I

2. Landai 8 – 15 II

3. Agak Curam 15 – 25 III

4. Curam 25 – 45 IV

5. Sangat Curam ≥ 45 V

Sumber : - Asdak, (1995: 512)

d. Tanah

Penyusun satuan lahan yang keempat adalah tanah. Satuan tanah

yang digunakan adalah kategori macam. Tanah digunakan sebagai penyusun

satuan lahan dalam penelitian ini, karena tekstur tanah berpengaruh terhadap

mudah tidaknya polutan masuk ke dalam airtanah. Semakin kasar tekstur

tanah maka airtanah akan semakin rentan terhadap pencemaran, semakin

halus tekstur tanah maka tingkat kerentanan airtanah terhadap pencemaran

semakin rendah.

e. Besar Laju Erosi

Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau

bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Di

dalam peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat

terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat yang

Page 52: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami

yaitu air dan angin (Arsyad, 1989: 30). Pada saat terjadi proses erosi tanah,

sebagian besar air akan menghilang dalam bentuk aliran permukaan yang

sangat cepat dengan membawa partikel-partikel tanah pada lapisan atas

yang kemudian terendapakan atau terdeposisikan pada tempat yang datar

dalam bentuk sedimentasi.

Erosi digunakan sebagai salah satu penyusun satuan lahan dalam

penelitian ini karena proses erosi dapat mempengaruhi tekstur tanah. Dalam

satu macam tanah teksturnya bisa sama dan bisa pula berbeda tergantung

pada kelas lereng daerah tersebut. Pada kelas lereng yang berbeda tekstur

tanahnya berbeda, karena terjadi proses yang berbeda. Daerah yang terletak

pada lereng bagian atas terjadi proses erosi sehingga teksturnya tanahnya

kasar dan daerah yang terletak pada lereng bagian bawah tekstur tanahnya

cenderung lebih halus, karena terjadi proses sedimentasi. Perbedaan tekstur

dapat tanah tersebut dapat mempengaruhi cepat atau tidaknya polutan

masuk ke dalam airtanah.

Adanya variasi penyusun lahan yang berupa formasi batuan, morfografi,

kemiringan lereng, tanah dan besar laju erosi menyebabkan terjadinya perbedaan

sifat dan karakteristik lahan. Perbedaan ini mengakibatkan pada setiap areal

mempunyai daya tahan dan tingkat kerentanan yang berbeda terhadap

pencemaran.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Noor Tri Ummiyatun (2006) melakukan penelitian yang berjudul

“Zonasi Potensi Pencemran Airtanah Bebas Untuk Arahan Penggunaan Lahan Di

Sub Daerah Aliran Sungai Tambakbayan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis maupun

dinamis, Faktor-faktor yang menyebabkan wilayah tersebut berpotensi untuk

tercemar, dan arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan hasil yang

diperoleh. Hasil penelitian menunjukan bahwa ditinjau dari potensi

Page 53: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pencemaran secara dinamis, sub DAS Tambakbayan termasuk dalam kategori

zona sulit tercemar. Hal ini karena penggunaan lahan di daerah penelitian

masih didominasi oleh persawahan. Ditinjau dari potensi pencemaran secara

statis, sub DAS Tambakbayan termasuk dalam kategori zone mudah tercemar.

Hal ini tergantung pada faktor yang mempengaruhi. Faktor – faktor yang

mempengaruhi lokasi mudah tercemar adalah kedalaman muka airtanah,

tekstur tanah, dan material penyusun akuifer.

Heni Kadarsih (2004) melakukan penelitian yang berjudul “Dampak

Pembuangan Limbah Cair Industri Pada Sungai Ngringo Terhadap Kualitas

Airtanah di Desa Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada dampak yang ditimbulkan oleh

pembuangan limbah cair industri pada Sungai Ngringo terhadap kualitas airtanah

dan untuk mengetahui tingkat dampak yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah

cair industri pada Sungai Ngringo terhadap kualitas airtanah di Desa Ngringo,

Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Hasil dari penelitian ini menunjukan

bahwa pembuangan limbah cair industri pada Sungai Ngringo tidak berdampak

pada kualitas airtanah, karena arah aliran airtanah di Desa Ngringo bersifat

effluent dan pembuangan limbah cair industri pada Sungai Ngringo tidak

berdampak pada kualitas airtanah karena kualitas airtanah dari sampel yang

diambil masih di bawah ambang batas baku mutu yang dipersyaratkan.

M. Widyastuti (2003) melakukan penelitian yang berjudul “Prediksi

Kerentanan Airtanah Bebas Terhadap Pencemaran (Studi kasus : Kecamatan

Sleman, Ngaglik, dan Ngemplak Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta)", menyatakan bahwa airtanah di daerah penelitian mempunyai

kerentanan tinggi terhadap pencemaran. Hal itu ditunjukkan luasnya daerah

kerentanan statis maupun dinamis yang melebihi 50 % dari luasan adalah

termasuk kelas kerentanan tinggi dan sangat tinggi. Faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat kerentanan adalah kedalaman muka airtanah, material yang

relatif porus serta penggunaan lahan yang beragam. Muka airtanah yang dangkal

lebih berpotensi untuk tercemar sedangkan material yang porus mengakibatkan

jalannya pencemar ke dalam airtanah semakin cepat. Dalam perencanaan daerah

Page 54: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

penelitian sebenarnya sudah mempertimbangkan kondisi hidrogeologinya, namun

penempatan kegiatan yang tidak tepat merupakan wujud lemahnya perencanaan

daerah penelitian.

Wahyu Widiastuti (2002) melakukan penelitian yang berjudul “Kualitas

Airtanah Bebas di Beting Gisik Antara Sungai Luk Ulo dan Sungai Wawar

Kabupaten Kebumen Jawa Tengah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui sebaran kualitas airtanah, kelayakan untuk air minum dan air bersih,

serta mengetahui pengaruh air laut terhadap airtanah. Hasil analisis dibandingkan

dengan baku mutu air dari Departemen Kesehatan. Ditinjau dari sifat fisik dan

kimia kualitas airtanah masih baik, tetapi berdasarkan sifat biologinya telah

terjadi pencemaran bakteri E. Coli. Unsur kimia yang ditemui melebihi batas

maksimum yang dianjurkan di beberapa tempat. Analisis hidrokimia menunjukan

kualitas airtanah masih baik, karena antar unit lahan tidak terdapat sesuatu unsure

yang dominan, yang mencirikan unit lahan tersebut. Kualitas airtanah di daerah

penelitian masih baik digunakan untuk air minum dan air bersih. Pengolahan perlu

dilakukan sebelum dikonsumsi untuk mematikan bakteri yang terdapat di

dalamnya, supaya tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

Page 55: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tabel 2.1. Penelitian yang Relevan

No Nama Tahun

Penelitian

Jenis

Penelitian

Daerah

Penelitian Tujuan Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

1 Widiastuti 2002 Skripsi

Universitas

Gadjah Mada

Yogyakarta

Beting Gisik

Antara

Sungai Luk

Ulo dan

Sungai

Wawar

Kabupaten

Kebumen

Jawa Tengah

- Mengetahui sebaran kualitas

airtanah di Beting Gisik Antara

Sungai Luk Ulo dan Sungai

Wawar Kabupaten Kebumen

Jawa Tengah.

- Mengetahui kelayakan untuk air

minum dan air bersih di Beting

Gisik Antara Sungai Luk Ulo

dan Sungai Wawar Kabupaten

Kebumen Jawa Tengah.

- Mengetahui pengaruh air laut

terhadap airtanah di Beting Gisik

Antara Sungai Luk Ulo dan

Sungai Wawar Kabupaten

Kebumen Jawa Tengah.

Metode

Deskriptif

Kualitatif

- Ditinjau dari sifat fisik dan

kimia kualitas airtanah

masih baik, tetapi

berdasarkan sifat biologinya

telah terjadi pencemaran

bakteri E. Coli.

- Unsur kimia yang ditemui

melebihi batas maksimum

yang dianjurkan di beberapa

tempat.

- Analisis hidrokimia

menunjukan kualitas airtanah

masih baik, karena antar unit

lahan tidak terdapat sesuatu

unsur yang dominan, yang

mencirikan unit lahan

tersebut.

- Kualitas airtanah di daerah

penelitian masih baik

digunakan untuk air minum

dan air bersih.

2 Widyastuti 2003 Thesis

Institut

Pertanian

Bogor

Kecamatan

Sleman,

Ngaglik, dan

Ngemplak

Kabupaten

Sleman,

Provinsi

Daerah

Istimewa

Yogyakarta

- Mengetahui sebaran masing-

masing parameter DRASTIC,

yaitu : kedalaman muka airtanah,

curah hujan, media akifer, tekstur

tanah, lereng, media zona tak

jenuh, dan konduktivitas

hidrolik.

- Mengetahui sebaran penggunaan

lahan yang merupakan potensi

sumber pencemaran airtanah.

Metode

Deskriptif

Kualitatif

- Airtanah di daerah penelitian

mempunyai kerentanan

tinggi terhadap pencemaran.

Hal itu ditunjukkan luasnya

daerah kerentanan statis

maupun dinamis yang

melebihi 50 % dari luasan

adalah termasuk kelas

kerentanan tinggi dan sangat

tinggi.

31

Page 56: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

No Nama Tahun

Penelitian

Jenis

Penelitian

Daerah

Penelitian Tujuan Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

- Mengetahui sebaran tingkat

kerentanan airtanah bebas

terhadap pencemaran.

- Melakukan evaluasi pada

masing-masing tingkatan

kerentanan airtanah bebas

terhadap pencemaran.

3 Heni

Kadarsih

2004 Skripsi

Universitas

Sebelas

Maret

Surakarta

Desa Ngringo

Kecamatan

Jaten

Kabupaten

Karanganyar

- Mengetahui apakah ada dampak

yang ditimbulkan oleh

pembuangan limbah cair industri

pada Sungai Ngringo terhadap

kualitas airtanah di Desa

Ngringo.

- Mengetahui tingkat dampak yang

ditimbulkan oleh pembuangan

limbah cair industri pada Sungai

Ngringo terhadap kualitas

airtanah di Desa Ngringo.

Metode

Deskriptif

Kualitatif

- Pembuangan limbah cair

industri pada Sungai Ngringo

tidak berdampak pada

kualitas airtanah, karena arah

aliran airtanah di Desa

Ngringo bersifat effluent.

- Pembuangan limbah cair

industri pada Sungai Ngringo

tidak berdampak pada

kualitas airtanah karena

kualitas airtanah dari sampel

yang diambil masih di bawah

ambang batas baku mutu

yang dipersyaratkan.

4 Ummiyatun 2006 Skripsi

Universitas

Gadjah Mada

Yogyakarta

Sub Daerah

Aliran Sungai

Tambakbaya

n, Kabupaten

Sleman,

Provinsi

Daerah

- Mengetahui dan menganalisis

zonasi potensi pencemaran

airtanah bebas secara statis

maupun dinamis.

- Mengetahui dan menganalisis

faktor–faktor yang menyebabkan

Metode

Deskriptif

Kualitatif

- Ditinjau dari potensi

pencemaran secara dinamis,

sub DAS Tambakbayan

termasuk dalam kategori

zona sulit tercemar. Hal ini

karena penggunaan lahan di

32

Page 57: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

No Nama Tahun

Penelitian

Jenis

Penelitian

Daerah

Penelitian Tujuan Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Istimewa

Yogyakarta

wilayah tersebut berpotensi

untuk tercemar.

- Membuat arahan penggunaan

lahan.

daerah penelitian masih

didominasi oleh persawahan.

- Ditinjau dari potensi

pencemaran secara statis, sub

DAS Tambakbayan termasuk

dalam kategori zone mudah

tercemar.

5 Wibowo 2011 Skripsi

Universitas

Sebelas

Maret

Surakarta

Daerah di

antara Sungai

Grompol

dengan

Sungai

Tempuran,

Kabupaten

Karanganyar,

Jawa Tengah.

- Mengetahui dan menganalisis

zonasi potensi pencemaran

airtanah bebas secara statis

maupun dinamis.

- Mengetahui dan menganalisis

faktor–faktor yang menyebabkan

wilayah tersebut berpotensi

untuk tercemar.

- Membuat arahan penggunaan

lahan yang sesuai dengan hasil

yang diperoleh.

Metode

Deskriptif

Kualitatif

33

Page 58: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

C. Kerangka Pemikiran

Daerah penelitian di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

meliputi lima kecamatan, yaitu Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu,

Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan

Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Penggunaan lahan di daerah penelitian

cukup beragam, dengan kata lain polutan atau limbah yang dihasilkan juga

beragam, karena setiap penggunaan lahan memiliki karakteristik dan aktivitas

yang berbeda-beda. Polutan atau limbah yang berpengaruh paling dominan

terhadap pencemaran airtanah adalah limbah domestik, yang dihasilkan dari

aktivitas rumah tangga, limbah beikutnya yang berpengaruh adalah limbah

industri dan peternakan, serta limbah dari penggunaan lahan sebagai sawah

tadah hujan, sawah irigasi, kebun/perkebunan, tegalan/ladang, penggunaan

lahan tersebut memiliki pengaruh terhadap pencemaran airtanah karena adanya

aktivitas pengelolaan lahan dan pemupukan. Pada umumnya limbah tersebut

dibuang langsung ke lingkungan seperti sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Selain penggunaan lahan pertumbuhan penduduk juga berpengaruh, karena

semakin banyak jumlah penduduk maka aktivitas dan sarana yang dibutuhkan

semakin banyak sehingga limbah yang dihasilkan juga semakin banyak.

Pembuangan limbah sembarangan dapat menyebabkan pencemaran airtanah.

Airtanah merupakan air yang paling banyak digunakan oleh manusia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, oleh karena itu kualitas air tanah harus dijaga

agar sesuai dengan baku mutu kualitas air dan aman digunakan manusia. Sungai

Grompol dan Sungai Tempuran merupakan sungai dengan sistem aliran effluent,

sehingga daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran merupakan

lokasi yang sesuai untuk penelitian airtanah bebas karena sungai, khususnya

sungai dengan sistem aliran effluent merupakan batas alami airtanah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif dengan pendekatan keruangan (spatial), analisis data dilakukan

dengan metode Le Grand dengan perubahan, analisis data dilakukan dengan

memberikan pengharkatan atau scoring pada sifat fisik yang mempengaruhi

Page 59: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

pencemaran airtanah. Sifat fisik yang digunakan dalarn penelitian ini, adalah

kedalaman muka airtanah, gradien hidrolik, daya serap di atas permukaan

tanah/tekstur tanah, material penyusun akuifer dan penggunaan lahan.

Berdasarkan hasil scoring dari kelima sifat fisik tersebut disusun peta potensi

pencemaran airtanah bebas secara dinamis, sedangkan potensi pencemaran

secara statis hanya menggunakan empat parameter tanpa parameter

penggunaan lahan. Potensi pencemaran airtanah bebas secara statis merupakan

kemampuan fisik suatu wilayah terhadap suatu pencernaran jika belum

terdapat sumber pencemar, sedangkan potensi pencemaran airtanah bebas

secara dinamis merupakan potensi suatu wilayah terhadap suatu pencemar.

Sumber pencemar dalam penelitian ini adalah penggunaan lahan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan untuk

merencanakan atau mengarahkan penggunaan lahan yang ada. Dengan adanya

arahan tersebut, diharapkan penggunaan lahan yang ada dapat diterapkan

scsuai dengan kemampuan lahan sehingga tidak akan menimbulkan

pencemaran yang merusak lingkungan. Untuk lebih jelasnya kerangka

pemikiran di atas dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Page 60: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran

Metode Le Grand

Tanah Tata Air Iklim

Penggunaan Lahan Abiotik

Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di

Antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Biotik

1. Kedalaman muka airtanah

2. Gradien hidrolik

3. Penyerapan di atas permukaan/Tekstur

Tanah

4. Material penyusun akuifer

5. Jarak horizontal terhadap sumber pencemar

1. Kedalaman muka airtanah

2. Gradien hidrolik

3. Penyerapan di atas permukaan/Tekstur

Tanah

4. Material penyusun akuifer

5. Penggunaan lahan (Sumber pencemar)

Potensi pencemaran Airtanah

Bebas secara statis (Tanpa

sumber pencemar)

Arahan penggunaan lahan

Modifikasi

1. Kedalaman muka airtanah

2. Gradien hidrolik

3. Penyerapan di atas

permukaan/Tekstur Tanah

4. Material penyusun akuifer

Potensi pencemaran Airtanah

Bebas secara dinamis

Page 61: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran yang meliputi lima kelurahan dan 14 desa dari sebagian Kecamatan

Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan

Karanganyar, dan Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Secara

secara astronomis terletak di antara 07030’ 12,1” LS – 07

036’52,3” LS dan

110055’33,6” BT – 111

004’58,8” BT, menurut sistem koordinat UTM terletak di

antara 9170606 mU – 9158315 mU dan 491836 mT – 509155 mT.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dari tahap persiapan, tahap

pelaksanaan penelitian, dan tahap penulisan hasil penelitian. Perincian tahap-tahap

dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. Tahap persiapan dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan proposal

disetujui yaitu dari bulan Juni 2011.

b. Tahap penyusunan instrumen penelitian dilakukan bulan Juli – Agustus

2011.

c. Tahap pelaksanaan penelitian lapangan dimulai dari bulan September –

November 2011.

d. Tahap analisis data atau pengolahan data dimulai dari bulan Desember 2011

– Januari 2012.

e. Tahap penulisan hasil penelitian dimulai dari bulan Maret – Oktober 2012.

Tahapan perincian penelitian dari tahap persiapan , tahap pelaksanaan

penelitian, tahap penulisan hasil penelitian, dan tahap penyajian hasil penelitian

dapat dilihat pada Tabel 3.1.:

Page 62: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Kegiatan Tahun 2011 Tahun 2012

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober

Penyusunan

Proposal

Penyusunan

Instrumen

Penelitian

Pengumpulan

Data

Analisis

Data

Penulisan

Laporan

Penelitian

38

Page 63: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah suatu strategi atau cara yang biasa digunakan

dalam usaha mengumpulkan data untuk menjawab pesoalan yang dihadapi dalam

penelitian melalui langkah-langkah tertentu. Penelitian yang dilakukan di antara

Sungai Grompol dan Sungai Tempuran yang meliputi lima kecamatan yaitu,

Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang,

Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar

sesuai dengan masalah yang diteliti adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan suatu penelitian dalam status

sekelompok manusia, suatu obyek, suatu satuan kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Menurut Pabundu Tika (2005: 4) penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan

sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-

kadang diberikan interpretasi atau analisis. Pendapat lain dikemukakan oleh

Arikunto (2010: 3) :

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

menyelidiki keadaan, kondisi atau hal – hal lain yang sudah disebutkan,

yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Data yang

terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok – kelompokan menurut

jenis, sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat

kesimpulan.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan

keruangan (spatial). Analisis data dilakukan secara kualitatif dan disajikan secara

visual dalam bentuk peta, peta yang ditampilkan adalah peta tematik yang disusun

berdasarkan peta dasar, data lapangan dan data dari instansi terkait. Kemudian

dilakukan pengharkatan dan tumpangsusun (overlay) pada data-data tersebut.

Berdasarkan pengolahan data-data tersebut diperoleh hasil akhir penelitian ini

berupa zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis, dinamis dan arahan

penggunaan lahan yang sesuai dengan hasil penelitian. Hasil tersebut ditampilkan

dalam peta zonasi potensi pencemaran airtanah bebas dan peta arahan penggunaan

Page 64: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

lahan. Peta tersebut merupakan peta tematik yang mempresentasikan hasil dari

penelitian ini sebagai deskripsi, analisis dan sintesis objek dari penelitian ini.

C. Data dan Sumber Data

Dalam suatu penelitian data memiliki peranan yang sangat penting sebagai

pencapaian tujuan penelitian. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari

mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Sumber data utama dicatat

melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video / audio tape, pengambilan

foto, atau film (Moleong, 2007: 157). Menurut Pabundu Tika (2005: 44) sumber

data dapat digolongkan menjadi data primer dan data sekunder, data dalam

penelitian ini diperoleh dari :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau

objek yang diteliti, atau ada hubunganya dengan yang diteliti (Tika, 2005: 44).

Data primer dalam penelitian ini adalah :

a. Kedalaman muka airtanah bebas

Data kedalaman muka airtanah bebas diperoleh dari pengukuran sumur gali

di daerah penelitian. Kedalaman muka airtanah bebas digunakan sebagai

dasar untuk pembuatan peta kedalaman muka airtanah bebas. Kemudian

dari data kedalaman tersebut dibuat Peta kontur airtanah bebas untuk

penentuan gradien hidrolik.

b. Tekstur tanah

Data tekstur tanah diperoleh dari pengambilan sampel di lapangan

berdasarkan peta satuan lahan daerah penelitian dan hasil analisa

laboratorium. Data tekstur tanah digunakan untuk pembuatan peta tekstur

tanah.

c. Permeabilitas Tanah

Data permeabilitas tanah diperoleh dari survei lapangan dan hasil analisa

laboatorium. Data permeabilitas tanah digunakan sebagai data penguat,

cepat atau tidaknya limbah atau polutan masuk ke dalam airtanah.

Page 65: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

d. Data penggunaan lahan

Data penggunaan lahan diperoleh dari Peta Rupabumi lembar 1408-344

Karanganyar, 1408-622 Karangpandan dan Citra dari Google Earth tahun

2011. Data yang yang telah terkumpukan kemudian di cek di lapangan

untuk diketahui perubahannya. Data penggunaan lahan digunakan sebagai

dasar pembuatan Peta penggunaan lahan dan digunakan sebagai sumber

pencemar di daerah penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun data

yang dikumpulkan itu sesungguhnya data yang asli (Tika, 2005: 44). Data

sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penentuan lokasi sampel pcngukuran di lapangan melalui Peta RBI

skala 1 : 25000 lembar 1408-344 Karanganyar dan 1408-622

Karangpandan.

b. Data macam tanah lokasi penelitian sebagai dasar pengambilan sampel

tanah untuk penentuan tekstur tanah yang diperoleh dari Peta Tanah

semi detail Kabupaten Karanganyar skala 1:50.000.

c. Data klasifikasi iklim daerah penelitian yang diperoleh dari data curah

hujan.

d. Data material penyusun akuifer daerah penelitian yang diperoleh dari

data bor dan Peta Geologi lembar Surakarta-Giritontro dan lembar

Ponorogo.

e. Data jumlah dan tingkat kepadatan penduduk di daerah penelitian yang

diperoleh dari data statistik penduduk dalam angka Kabupaten

Karanganyar. Data kepadatan penduduk digunakan sebagai data

pendukung dalam pengharkatan penggunaan lahan. Daerah dengan

kriteria kepadatan penduduk sangat padat memiliki potensi pencemaran

lebih besar dibandingkan daerah dengan kriteria kepadatan penduduk

cukup padat atau kurang padat, karena limbah yang dihasilkan jauh

lebih banyak.

Page 66: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

D. Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas

atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Populasi adalah semua individu yang menjadi

sumber pengambilan sampel. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa populasi adalah semua individu atau obyek yang menjadi

sumber pengambilan sampel yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.

Populasi dalam penelitian ini adalah satuan lahan yang terdapat di antara Sungai

Grompol dan Sungai Tempuran. Satuan analisis yang digunakan adalah Satuan

lahan. Satuan lahan di antara Sungai Grompol dan Sungai Tempuran merupakan

gabungan dari beberapa karakteristik lahan yang sama, yaitu hasil tumpangsusun

(Overlay) dari formasi batuan (peta geologi), bentuklahan (peta bentuklahan),

lereng (peta kelas lereng), macam tanah (peta macam tanah), dan besar laju erosi

(peta besar laju erosi). Berdasarkan tumpangsusun (Overlay) dari beberapa peta

tersebut diperoleh 20 Satuan lahan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari bahan penelitian yang sangat penting

keberadaannya. Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang

mewakili suatu populasi (Tika, 2005: 24). Sampel yang baik adalah sampel yang

representatif yaitu sampel yang dapat mewakili seluruh daerah yang ada. Sampel

yang diambil di lapangan dalam penelitian ini adalah wakil dari setiap unit Satuan

lahan yang tersebar dalam populasi dan jumlah sampel yang mempunyai

perbandingan yang sama. Sampel dalam penelitian ini adalah kedalaman muka

airtanah dan tekstur tanah. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dijelaskan

sebagai berikut.

a. Sampel Kedalaman Muka Airtanah

Sampel kedalaman muka airtanah pada penelitian ini diambil

berdasarkan sistem grid dengan jarak antar grid adalah 500 meter. Hal ini

dilakukan agar memperoleh data yang rinci. Dalam setiap grid diambil

minimal satu sampel sumur gali untuk dilakukan pengukuran kedalaman

Page 67: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

muka airtanah. Semakin banyak sampel pengukuran kedalaman muka

airtanah maka data yang diperoleh semakin rinci dan akurat.

Penentuan lokasi pengukuran kedalaman muka airtanah dangkal

dilakukan dengan metode grid yang disesuaikan dengan kondisi di

lapangan, hal ini dilakukan karena pada tiap grid yang telah ditentukan

sebelumnya belum tentu terdapat sumur gali dan belum tentu pada setiap

grid yang telah ditentukan tepat berada pada area permukiman yang terdapat

sumur gali, sehingga perlu dilakukan penyesuaian antara metode grid

dengan penggunaan lahan dan keterdapatan sumur gali. Area yang berupa

sawah, kebun/perkebunan dan tegalan, kedalaman muka airtanah dangkal

diasumsikan sama dengan area permukiman atau data dari sumur gali yang

berada di dekatnya karena tidak mungkin dilakukan pengukuran jika tidak

terdapat sumur gali. Dengan metode ini diharapkan dapat mewakili seluruh

kedalaman muka airtanah dangkal pada lokasi penelitian.

b. Sampel Tanah Berdasarkan Satuan lahan

Pengambilan sampel tanah disesuaikan dengan Satuan lahan di

antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran. Jumlah sampel tanah yang

diambil adalah 20 sampel tanah terganggu dan 20 sampel tanah tidak

terganggu. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada lokasi yang belum

terusik atau diolah dengan kata lain tanah tersebut merupakan tanah asli

daerah tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat pengujian sampel

tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dengan memperhatikan dan

mempertimbangkan kualitas, karakteristik lahan dan morfologi daerah

penelitian, maka sampel tanah yang diuji di laboratorium adalah 10 sampel

tanah terganggu untuk mengetahui tekstur tanah dan 20 sampel tanah tidak

terganggu untuk mengetahui permeabilitas tanah.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara

Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu. Sampel dipilih secara cermat dengan mengambil objek

Page 68: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

penelitian secara selektif dan mempunyai ciri-ciri spesifik yang dianggap cukup

mewakili dan sesuai dengan tujuan penelitian (Tika, 2005: 41). Ciri-ciri spesifik

yang sesuai dengan objek penelitian ini adalah kedalaman muka airtanah bebas,

tekstur tanah, formasi batuan, dan penggunaan lahan. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini Purposive Sampling, pengambilan data kedalaman muka

airtanah bebas dilakukan dengan metode grid dan disesuaikan dengan kondisi

keterdapatan sumur gali di lapangan, pengambilan data tekstur tanah disesuaikan

dengan satuan lahan di daerah penelitian dan dilakukan pada daerah yang belum

terlalu terolah untuk mendapatkan data yang baik, pengambilan data formasi

batuan di sesuaikan dengan peta geologi dan data bor di lokasi penelitian,

pengecekan data penggunaan lahan di lakukan pada daerah-daerah yang

kemungkinan terjadi perubahan penggunaan lahan, karena belum tentu terjadi

perubahan penggunaan lahan dalam waktu yang relatif cepat.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara

langsung di lokasi penelitian setelah kegiatan pralapangan dilaksanakan.

Observasi lapangan biasa disebut juga dengan observasi langsung. Observasi

langsung adalah observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau

tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer (orang yang melakukan

observasi) berada bersama objek yang diteliti (Tika, 2005: 44). Observasi

lapangan pada penelitian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran hasil

kegiatan pralapangan, untuk mengetahui langsung kondisi penggunaan lahan di

lapangan serta untuk mengetahui kedalaman muka airtanah dan pengambilan

sampel tanah. Dalam pelaksanaan observasi lapangan diperlukan peralatan

sebagai berikut :

a. Rol meter yang digunakan untuk mengukur kedalaman muka airtanah.

b. Beban timbangan dan tali yang digunakan untuk mengukur kedalaman muka

air tanah.

Page 69: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

c. Peta Rupa Bumi Indonesia, Kompas dan GPS (Global Positioning System)

yang digunakan untuk orientasi arah.

d. Kamera digital yang digunakan untuk membuat dokumentasi yang berkaitan

dengan fenomena yang diteliti.

e. Ring permeabilitas yang digunakan untuk pengambilan sampel tanah.

2. Analisis Data Sekunder

Analisis data sekunder merupakan analisis data yang dilakukan untuk

mengolah data yang diperoleh dari instansi terkait dan sumber-sumber lain yang

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data sekunder pada penelitian ini

diperoleh dari buku- buku literatur yang berkaitan dengan penelitian, data bor,data

statistik penduduk Kabupaten Karanganyar dan data-data yang diperoleh dari data

curah hujan, Peta RBI skala 1 : 25.000 lembar 1408-344 Karanganyar, 1408-

622 Karangpandan, dan Peta tanah semi detail Kabupaten Karanganyar skala

1 : 50.000.

3. Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium dilakukan setelah pengambilan sampel tanah,

sampel tanah dikirim ke laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Analisis laboratorium dilakukan

untuk mengetahui tekstur tanah dan permeabilitas tanah agar hasilnya lebih

akurat.

F. Validitas Data

Dalam suatu penelitian data yang dikumpulkan merupakan salah satu

kunci yang sangat penting, dari data yang terkumpul akan dilakukan analisis yang

selanjutnya digunakan sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan.

Karena data sangat penting dalam penelitian, maka validitas atau keabsahan data

yang terkumpul menjadi sangat vital. Validitas data diperlukan untuk menjaga

kesahihan data yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang salah akan

menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah demikian sebaliknya, data yang

sah maka akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar ( Bachri,

2010: 54).

Page 70: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Data yang valid sangat penting dalam penelitian dan akan sangat

berpengaruh pada hasil akhir penelitian, Oleh karena itu dalam pengumpulan data,

peneliti perlu melakukan validitas data agar data yang diperoleh tidak invalid.

Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, teknik

pemeriksaan untuk menguji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2007: 330). Moleong (2007:

330) membagi teknik triangulasi menjadi empat, yaitu triangulasi sumber,

triangulasi metode, triangulasi penyidik dan triangulasi teori. Teknik triangulasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yang berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Selain itu pelaksanaan validitas

data dilakukan dengan mengadakan cek lapangan atau observasi lapangan secara

langsung. Dari data yang diperoleh diberlakukan sebagai berikut :

1. Data penggunaan lahan

Data penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data tahun 2001 dan tahun 2011. Data penggunaan lahan diperoleh dari Peta

Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000 Tahun 2001 lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan, yang diterbitkan oleh

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Untuk

memperoleh validitas data tahun 2011 dilakukan observasi lapangan dengan

dibantu citra dari Google Earth tahun 2011. Pelaksanaan observasi ini

dilakukan secara random atau acak dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya

disamping sangat luasnya lokasi penelitian. Data penggunaan lahan ini

digunakan sebagai salah satu faktor dalam perhitungan potensi pencemaran

airtanah bebas secara dinamis.

Page 71: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar 3.1. Triangulasi Sumber Penggunaan Lahan

2. Data tekstur tanah.

Data tekstur tanah diperoleh dari Peta Macam Tanah Kabupaten

Karanganyar skala 1 : 50.000. Untuk validitas data tekstur tanah daerah

penelitian dilakukan observasi lapangan dengan mengambil beberapa sampel

tanah pada area yang tanahnya belum terlalu terolah, selanjutnya untuk

mendapatkan hasil yang akurat dilakukan analisis laboratorium untuk

mengetahui tekstur tanah dan permeabilitas tanah. Data tekstur tanah juga

merupakan salah satu data masukan untuk menghitung besarnya potensi

pencemaran airtanah bebas secara statis dan dinamis.

Gambar 3.2. Triangulasi Sumber Tekstur Tanah

G. Analisis data

Analisis data merupakan kegiatan pengurutan data dalam suatu

penelitian. Analisis data bertujuan menyederhanakan data kedalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang dikumpulkan diseleksi,

kemudian diolah selanjutnya diambil kesimpulan atas dasar hasil analisis yang

dilakukan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif, yang berarti hasil pengamatan di lapangan dan hasil laboratorium

Peta Macam Tanah Data Hasil Laboratorium

Observasi Lapangan

Peta RBI Skala 1 : 25000 Citra Dari Google Earth

Tahun 2011

Observasi Lapangan

Page 72: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dianalisis tanpa perhitungan statistik. Adanya perhitungan pada teknik ini hanya

untuk memperjelas. Bogdan & Biklen (1982) dalam Moleong (2007: 248)

menjelaskan bahwa :

Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari

dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode Le Grand dengan

modifikasi, yaitu dengan menghilangkan faktor jarak horisontal terhadap

pencemar dalam perhitungan potensi pencemaran secara statis dan mengganti

faktor jarak horisontal terhadap pencemar dengan faktor penggunaan lahan

sebagai sumber pencemar dalam perhitungan potensi pencemaran secara dinamis.

Metode ini menggunakan sistem penilaian melalui pemberian skor pada masing-

masing sifat fisik. Sifat-sifat fisik tersebut yaitu kedalaman muka airtanah, daya

serap di atas permukaan, permeabilitas, gradien hidrolik dan jarak horisontal

terhadap sumber pencemar.

Nilai pada masing-masing sifat fisik tersebut dibuat sesuai dengan besar

kecilnya pengaruh sifat fisik tersebut terhadap pencemaran. Penilaian setiap faktor

dilakukan dengan melakukan pengharkatan atau scoring terhadap sifat-sifat fisik

yang digunakan. Pengharkatan atau scoring didasarkan pada besar kecilnya sifat-

sifat tersebut berpengaruh terhadap pencemaran airtanah bebas. Skor besar

diberikan pada sifat fisik yang memiliki pengaruh kecil terhadap pencemaran,

sedangkan skor kecil diberikan pada sifat fisik yang memiliki pengaruh besar

terhadap pencemaran. Selanjutnya untuk mengetahui potensi pencemaran airtanah

bebas dilakukan dengan menjumlahkan masing-masing skor dari kelima sifat fisik

tersebut, yang selanjutnya disajikan secara spasial dalam bentuk peta dengan cara

tumpang susun atau overlay.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pemrosesan dan analisis

data dalam penelitian ini adalah :

Page 73: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

1. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis

a. Satuan Lahan

Satuan lahan dalam penelitian ini digunakan sebagai satuan

analisis. Satuan lahan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

tumpangsusun peta geologi, peta morfografi, peta kelas lereng, peta macam

tanah, dan peta besar laju erosi, sehingga batas satuan lahan ditetapkan

berdasarkan batas yang dibentuk oleh tumpangsusun dari peta-peta tersebut

dalam skala yang sama. Satuan lahan digunakan sebagai satuan pemetaan

karena setiap satuan lahan menggambarkan adanya pengaruh sifat dan

watak dari setiap penyusun satuan lahan terhadap airtanah bebas di daerah

penelitian. Langkah pertama dalam penyusunan satuan lahan adalah

membuat peta tiap sifat fisik penyusun satuan lahan, kemudian peta-peta

tersebut ditumpangsusunkan (overlay)membentuk sebuah peta satuan lahan.

Langkah-langkah dalam menentukan satuan lahan di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran adalah sebagai berikut :

1) Menyusun Peta Formasi Batuan

Formasi batuan di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran diperoleh dari analisis Peta Geologi Lembar Surakarta-

Giritontro dan Lembar Ponorogo Tahun 1992 Skala 1 : 100.000.

2) Menyusun Peta Morfografi

Data morfografi di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran diperoleh dari interpretasi Peta Rupabumi Indonesia skala 1 :

25.000 Tahun 2001 lembar 1408-344 Karanganyar, lembar 1408-622

Karangpandan dan citra dari Google Earth tahun 2011.

3) Menyusun Peta Kemiringan Lereng

Data kemiringan lereng diperoleh dari data kontur topografi Peta

Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000 Tahun 2001 lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan. Data tersebut

kemudian digolongkan menjadi kelas lereng berdasarkan klasifikasi

kemiringan lereng menurut Chay Asdak.

Page 74: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

4) Menyusun Peta Macam Tanah

Satuan tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kategori macam. Data macam tanah diperoleh dari Peta Tanah Kabupaten

Karanganyar Skala 1 : 50.000.

5) Menyusun Peta Besar Laju Erosi

Penyusunan peta besar laju erosi pada penelitian ini berdasarkan

penilaian besar laju erosi permukaan secara kualitatif dengan aplikasi

penginderaan jauh dan SIG. Metode yang digunakan adalah Soil Erosion

Status (SES) dengan modifikasi, disesuaikan dengan kondisi daerah

penelitian. Parameter yang digunakan pada metode Soil Erosion Status

(SES) adalah aspek arah lereng, kemiringan lereng dan penggunaan lahan

(landuse). Sumber data dalam metode Soil Erosion Status (SES) adalah

Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000 Tahun 2001 lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan, serta citra dari Google

Earth tahun 2011.

6) Tumpangsusun (overlay)

Peta-peta yang telah tersusun dari data sifat fisik yang

digunakan sebagai parameter penyusun satuan lahan, selanjutnya

ditumpangsusunkan menjadi sebuah peta satuan lahan. Peta satuan lahan

yang telah terbentuk selanjutnya digeneralisasi berdasarkan satuan

pemetaan dan skala peta menurut Tatat Sutarman. Satuan lahan yang

ideal, sebaiknya antara peta sumber data dengan peta sifat fisik penyusun

satuan lahan memiliki skala yang sama atau peta sumber data memiliki

skala yang lebih besar dari pada peta sifat fisik penyusun satuan lahan,

karena perbedaan skala peta dapat mempengaruhi satuan pemetaan dan

tingkat kerincian data yang dipetakan. Jika skala peta sumber data lebih

kecil dari pada skala peta sifat fisik penyusun satuan lahan, seharusnya

data yang ditampilkan lebih rinci. Karena keterbatasan data yang dapat

dikumpulkan, maka dalam penelitian ini terdapat perbedaan skala antara

peta sumber data dengan peta sifat fisik penyusun satuan lahan. Sumber

data dan sifat fisik yang digunakan sebagai penyusun satuan lahan di

Page 75: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada Tabel

3.2.

Tabel 3.2. Sumber Data Dan Sifat Fisik Penyusun Satuan Lahan Di Antara

Sungai Grompol Dengan Sungai Tempuran No. Sumber Data Peta Sifat Fisik Penyusun

Satuan Lahan

Hasil

Tumpangsusun

(overlay)

1. Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro

Tahun 1992 Skala 1 : 100.000

Peta Geologi Lembar Ponorogo Tahun

1992 Skala 1 : 100.000

Peta Geologi Di Antara

Sungai Grompol Dengan

Sungai Tempuran Kabupaten

Karanganyar Tahun 2011

Skala 1 : 65.000

Peta Satuan

Lahan Di Antara

Sungai Grompol

Dengan Sungai

Tempuran

Kabupaten

Karanganyar

Tahun 2011

Skala 1 : 65.000

2. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000

Tahun 2001 lembar 1408-344 Karanganyar

Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-

622 Karangpandan

Citra dari Google Earth tahun 2011

Peta Morfografi Di Antara

Sungai Grompol Dengan

Sungai Tempuran Kabupaten

Karanganyar Tahun 2011

Skala 1 : 65.000

3. Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000

Tahun 2001 lembar 1408-344 Karanganyar

Peta Rupabumi Indonesia skala 1 : 25.000

Tahun 2001 lembar 1408-622

Karangpandan

Peta Kemiringan Lereng Di

Antara Sungai Grompol

Dengan Sungai Tempuran

Kabupaten Karanganyar

Tahun 2011 Skala 1 : 65.000

4. Peta Tanah Kabupaten Karanganyar Skala

1 : 50.000

Peta Macam Tanah Di Antara

Sungai Grompol Dengan

Sungai Tempuran Kabupaten

Karanganyar Tahun 2011

Skala 1 : 65.000

5. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000

Tahun 2001 lembar 1408-344 Karanganyar

Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-

622 Karangpandan

Citra dari Google Earth tahun 2011

Peta Besar Laju Erosi Di

Antara Sungai Grompol

Dengan Sungai Tempuran

Kabupaten Karanganyar

Tahun 2011 Skala 1 : 65.000

Sumber : - Hasil Analisis Data

Page 76: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

b. Sifat Fisik yang Berpengaruh pada Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah

Bebas Secara Statis

Penentuan zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis

diperoleh dengan menjumlahkan skor dari empat sifat fisik, yaitu kedalaman

muka airtanah, gradien hidrolik, daya serap di atas permukaan, dan material

akuifer. Langkah-langkah dalam menentukan potensi pencemaran airtanah

bebas secara statis adalah sebagai berikut :

1) Menentukan Elevasi dan Kedalaman Muka Airtanah Bebas

a) Menentukan kedalaman muka airtanah bebas

Kedalaman muka airtanah bebas diketahui dengan melakukan

terhadap sumur gali, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Mengukur elevasi muka airtanah bebas pada sumur gali dengan

menggunakan beban timbangan dan tali.

Mengukur ketinggian bibir sumur terhadap muka tanah dengan

menggunakan pita ukur.

b) Menentukan elevasi/ketinggian tempat

Ketinggian tempat dapat diketahui dengan menggunakan

Global Positioning System (GPS) dan Altimeter. Berdasarkan hasil

pengukuran tersebut dapat diketahui kedalaman muka airtanah dengan

perhitungan sebagai berikut :

(Sumber: Indriatmoko dan Wahjono, 1999: 2)

Keterangan :

t = Ketinggian tempat

h = Ketinggian bangunan bibir sumur

d = Kedalaman muka airtanah dari puncak bangunan bibir sumur

Kedalaman muka airtanah = d – h

Page 77: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Gambar 3.3. Pengukuran Kedalaman Muka Airtanah bebas pada Sumur Gali

Dari hasil pengukuran kedalaman muka airtanah bebas,

selanjutnya dilakukan scoring terhadap kedalaman muka airtanah yang

telah diperoleh. Hal ini dilakukan karena kedalaman muka airtanah pada

setiap sampel berbeda – beda. Kedalaman muka airtanah akan

berpengaruh terhadap cepat tidaknya polutan sampai ke airtanah. Jika

kedalaman muka airtanah dangkal, maka potensi untuk tercemar lebih

besar, sebaliknya jika kedalaman muka airtanah dalam maka potensi

tercemar semakin kecil. Berikut adalah parameter yang digunakan dalam

scoring kedalaman muka airtanah bebas :

Tabel 3.3. Nilai Kedalaman Muka Airtanah

No Kedalaman Muka Airtanah (meter) Skor 1. 0 - < 5 2

2. 5 - < 10 4

3. 10 - < 15 5

4. 15 - < 20 6

5. 20 - < 25 7

6. 25 - < 30 8

7. 30 - < 80 9

8. 80 - < 300 10

Sumber : Todd (1980: 345)

Hasil analisis kedalaman muka airtanah bebas juga digunakan

sebagai dasar pembuatan peta kontur airtanah bebas, yang akan

digunakan dalam penentuan arah aliran airtanah bebas. Peta kontur

airtanah bebas diperoleh dengan cara interpolasi linier terhadap data

Page 78: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

ketinggian muka airtanah bebas yang diplotkan pada peta Rupabumi

Indonesia, selanjutnya dapat diperkirakan arah aliran airtanah bebas.

2) Menentukan Gradien Hidrolik

Gradien hidrolik diperoleh dari peta kontur airtanah bebas,

dalam pembuatan peta kontur airtanah bebas terlebih dahulu harus

mengukur kedalarnan muka airtanah bebas pada sumur gali. Caranya

dengan terlebih dahulu mencari kedudukan, elevasi sumur terhadap muka

air laut. Jika telah diketahui elevasi sumur adalah X meter dan kedalaman

muka airtanah bebas dari permukaan tanah adalah Y meter, maka tinggi

muka airtanah bebas adalah (X-Y) meter dari permukaan air laut. Secara

visual cara pengukuran kedalaman muka airtanah bebas pada sumur gali

dapat dilihat pada Gambar 3.3. Berdasarkan Gambar 3.3. tersebut dapat

diketahui kedalaman muka airtanah bebas dari permukaan tanah adalah

Y. Jika elevasi sumur adalah X, maka kontur airtanah bebasnya adalah

sebesar X-Y.

Gambar 3.4. Penampang Sumur Gali

Gradien hidrolik dibuat berdasarkan peta kontur airtanah bebas,

berikut ini adalah langkah-langkah dalam menentukan gradien hidrolik :

h = hx - hY

s = jarak Y – X

H = ℎ

𝑠

Page 79: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Dimana :

H : Gradien Hidrolik

h : Selisih ketinggian antara hx dengan hY

s : Jarak antara X dan Y

hx : Ketinggian X

hY : Ketinggian di Y

X

h

s Y

Gambar 3.5. Segitiga untuk perhitungan gradien hidrolik

Dari hasil perhitungan gradien hidrolik, selanjutnya dilakukan

scoring dengan parameter sebagai berikut :

Tabel 3.4. Nilai Gradien Hidrolik

No Gradien Hidrolik Skor 1. 0 - <10 2

2. 10 - <20 1

3. >20 0,5

Sumber : Todd (1980: 345)

3) Menentukan daya serap di atas permukaan tanah / tekstur tanah

Tekstur tanah diperoleh dengan pengambilan sampel di

lapangan dan dilakukan analisis besar butir di laboratorium untuk

mengetahui tekstur tanahnya. Sampel tanah diambil dari daerah yang

belum terganggu. Dalam kenyataan di lapangan sulit menemukan tanah

yang belum terganggu / terolah, oleh karena itu dipilih di area yang

tanahnya belum terlalu terolah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih

akurat dilakukan analisis laboratorium untuk mengetahui tekstur tanah.

Setelah tekstur tanah diketahui, selanjutnya dilakukan pengharkatan atau

scoring dengan parameter sebagai berikut :

Page 80: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 3.5. Nilai Penyerapan Di Atas Permukaan Tanah

No Penyerapan Di Atas Permukaan Tanah Skor

1. Pasir Kasar 0,5

2. Pasar Halus 1,5

3. Pasir Berlempung 2,5

4. Debu 3,5

5. Geluh Pasiran 3,75

6. Geluh Lempung Pasiran 4

7. Geluh 4,5

8. Geluh Lempungan 5

9. Lempung 6

Sumber : Todd (1980: 345)

4) Menentukan Material Penyusun Akuifer

Data material penyusun akuifer diperoleh dari peta geologi dan

data bor yang telah ditentukan. Setelah material penyusun akuifer

diketahui, selanjutnya dilakukan scoring dengan parameter sebagai

berikut :

Tabel 3.6. Nilai Material Penyusun Akuifer

No Material Penyusun Akuifer Skor

1. Kerikil 0,5

2. Pasar Kasar 1

3. Pasir 1,5

4. Pasir Berlempung 2

5. Debu, Lempung berpasir 3

6. Lempung 4

Sumber : Todd (1980: 345)

Setelah pengharkatan atau scoring pada keempat sifat fisik

tersebut dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengkelasan

potensi pencemaran airtanah bebas statis. Potensi pencemaran statis

hanya menggunakan empat parameter karena tidak menggunakan sumber

pencemar sebagai salah satu faktornya, maka dalam menentukan skor

totalnya menggunakan rumus Sturgess berikut ini :

Page 81: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

𝑐 =𝑋𝑛 − 𝑋1

𝑘

Keterangan :

𝑐 = Perkiraan Besarnya (class width, class size, class length)

𝑘 = Banyaknya Kelas

𝑋𝑛 = Nilai Observasi Terbesar

𝑋1 = Nilai Observasi Terkecil

(Sumber : Supranto, 2000 : 64)

Potensi pencemaran airtanah bebas secara statis digolongkan

menjadi lima kelas berdasarkan nilai dari empat sifat fisik yang

digunakan sebagai parameter. Lima kelas tersebut diperoleh dari hasil

perhitungan dengan menggunakan rumus Sturgess. Nilai total potensi

pencemaran airtanah bebas secara statis disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Nilai Total Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis

No Nilai Total Tingkat pencemaran

1. 3,5 - <7,2 Mudah tercemar

2. 7,2 - <10,9 Agak mudah tercemar

3. 10,9 - <14,6 Agak sulit tercemar

4. 14,6 - <18,3 Sulit tercemar

5. 18,3 - <22 Sangat sulit tercemar

Sumber : Hasil Analisis Data

2. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis

Penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis hampir

sama dengan penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara statis.

Analisis potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis juga dilakukan

berdasarkan satuan lahan. Perbedaan potensi pencemaran airtanah bebas

dinamis dengan potensi pencemaran airtanah bebas secara statis adalah pada

sumber pencemar. Penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara

dinamis tidak hanya menjumlahkan skor dari empat sifat fisik saja tetapi juga

memperhitungkan penggunaan lahan sebagai sumber pencemar. Sifat-sifat fisik

yang digunakan dalam penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara

Page 82: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

dinamis, yaitu kedalaman muka airtanah, gradien hidrolik, daya serap di atas

permukaan dan penggunaan lahan sebagai sumber pencemar. Data sifat fisik

yang digunakan dalam penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara

dinamis sama dengan penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara

statis, kecuali data penggunaan lahan sebagai sumber pencemar. Langkah-

langkah dalam menentukan potensi pencemaran airtanah bebas dinamis adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan Besarnya Nilai Penggunaan Lahan

Data mengenai penggunaan lahan diperoleh dari peta Rupabumi

Indonesia skala 1 : 25000 dan citra dari Google earth tahun 2011 yang

didelineasi kemudian dicek kebenarannya di lapangan. Penggunaan lahan

digunakan sebagai sumber pencemar dalam perhitungan potensi pencemaran

airtanah secara dinamis, karena tanpa adanya sumber pencemar maka tidak

mungkin suatu daerah dapat tercemar. pemberian nilai pada masing-masing

komponen penggunaan lahan memperhitungkan pada besarnya kontribusi

terhadap pengaruh pencemaran airtanah bebas dan skor pada jarak

horisontal pada metode Le Grand. Dari hasil analisis penggunaan lahan,

langkah selanjutnya adalah melakukan pengharkatan atau scoring

berdasarkan parameter berikut :

Tabel 3.8. Nilai Penggunaan Lahan

No Besarnya Penggunaan Lahan Skor

1. Lahan kosong/tidak terolah/hutan 8

2. Persawahan/kebun/perkebunan/tegalan 7

3. Permukiman dengan kepadatan penduduk rendah 6

Ada lokasi industri dan peternakan 5

4 Permukiman dengan kepadatan penduduk sedang 4

Ada lokasi industri dan peternakan 3

5 Permukiman dengan kepadatan penduduk tinggi 2

Ada lokasi industri dan peternakan 1

Sumber : Todd (1980: 345) dengan Perubahan

Setelah diperoleh jumlah potensi pencemaran airtanah bebas secara

dinamis maka langkah selanjutnya adalah mengkelaskan potensi

pencemaran airtanah bebas secara dinamis. Pengkelasan potensi

pencemaran airtanah bebas secara dinamis dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Page 83: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 3.9. Nilai Total Tingkat Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis

No Nilai Total Tingkat pencemaran

1. 0 - <4 Mudah tercemar

2. 4 - <8 Agak mudah tercemar

3. 8 - <12 Agak sulit tercemar

4. 12 - <25 Sulit tercemar

5. 25 – 35 Sangat sulit tercemar

Sumber : Todd (1980: 345)

3. Menentukan Arahan Penggunaan Lahan Berdasarkan Zonasi Potensi

Pencemaran Airtanah Bebas

Arahan penggunaan dianalisis berdasarkan hasil potensi pencemaran

airtanah bebas secara statis, potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis,

dan ditinjau dari sifat-sifat fisik yang memiliki pengaruh dominan terhadap

potensi pencemaran airtanah bebas serta ditinjau dari rencana tata ruang

wilayah Kabupaten Karanganyar. Daerah yang memiliki potensi tercemar

tinggi diarahkan untuk kegiatan atau penggunaan lahan yang tidak

menimbulkan limbah atau yang memiliki limbah sedikit, selain itu juga

disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah dan fungsi kawasan daerah

tersebut. Apabila suatu daerah termasuk dalam daerah yang sulit tercemar

tetapi fungsi kawasan daerah tersebut adalah sebagai kawasan lindung atau

kawasan budidaya maka daerah tetap diarahkan untuk kegiatan atau

penggunaan lahan yang tidak menimbulkan limbah atau yang memiliki limbah

sedikit. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan menghasilkan

limbah dalam jumlah besar diarahkan atau direncanakan pada daerah yang sulit

tercemar dan daerah dengan fungsi kawasan sebagai kawasan budidaya. Hal ini

dilakukan untuk meminimlisasi terjdinya kerusakan lingkungan khususnya

terjadinya pencemaran airtanah bebas.

Page 84: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

H. Prosedur Penelitian

1. Penyusunan Proposal Penelitian

Pada tahap ini penulis melakukan observasi pendahuluan dengan mencari

beberapa literatur dan sumber pustaka yang dapat mendukung penelitian. Dalam

hal ini penulis mempelajari literatur dan sumber pustaka untuk memperoleh

arahan serta acuan dalam penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah menyusun

proposal penelitian.

Proposal merupakan rancangan suatu penelitian yang berisi tentang latar

belakang masalah dan alasan penelitian, kajian pustaka, pemilihan lapangan

penelitian, penentuan jadwal penelitian, alat penelitian, rancangan pengumpulan

data, analisis data dan mengurus perijinan serta administrasi penelitian. Setelah

penyusunan proposal penelitian, tahap selanjutnya adalah penyusunan instrumen

penelitian yang akan digunakan untuk pengumpulan data.

2. Penyusunan Instrumen Penelitian

Tahap ini adalahan kegiatan persiapan dan penyusunan instrumen yang

digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian dalam penelitian ini diantaranya

peta Satuan lahan, daftar isian pengukuran kedalaman muka airtanah, daftar isian

pengambilan sampel tanah, peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-344 dan

lembar 1408-622, serta alat-alat pendukung seperti rol meter, Global Positioning

System (GPS), ring permeabilitas, kantong plastik, karet gelang, palu, sekop dan

alat tulis. Sedangkan dokumentasi seperti gambar-gambar daerah penelitian

digunakan untuk menampilkan perbedaan-perbedaan kenampakan dari setiap

pengunaan lahan.

3. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data adalah tahap pengambilan sampel di lapangan

yang selanjutnya untuk dilakukan uji di laboratorium, selain informasi yang dapat

diamati secara langsung. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder, data primer berupa data kedalaman muka airtanah,

tekstur tanah dan data penggunaan lahan yang diperoleh melalui observasi

lapangan. Data sekunder berupa data jenis tanah, data klasifikasi iklim, data

material penyusun akuifer, data jumlah dan tingkat kepadatan penduduk daerah

Page 85: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

penelitian yang diperoleh melalui Peta RBI, Peta Tanah dan data dari instansi-

instansi terkait.

4. Analisis Data

Pada tahap ini data yang telah diperoleh dihitung, dianalisis dan

diklasifikasikan untuk dapat menyimpulkan hasil dari penelitian. Analisis data

dilakukan dengan melakukan pengharkatan atau scoring pada data kedalaman

muka airtanah, tekstur tanah, gradien hidrolik, material penyusun akuifer dan luas

penggunaan lahan untuk menentukan besarnya potensi pencemaran dan arahan

penggunaan lahan.

5. Penulisan Laporan Penelitian

Tahap akhir dari seluruh langkah-langkah di atas adalah penyusunan/

penulisan laporan penelitian. Penulisan laporan penelitian merupakan hasil

penelitian yang melibatkan keseluruhan tahapan kegiatan dan unsur-unsur

penelitian. Dalam tahap ini laporan ditulis sesuai dengan hasil dari penelitian yang

diperoleh, dilaporkan atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, gambar dan peta.

dengan tujuan agar dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak.

Page 86: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Keterangan

= Arah Penelitian

= Input

= Proses

= Hasil

Gambar 3.6. Diagram Alir Penelitian

Peta Rupa Bumi

Indonesia Lembar

Karanganyar dan

Lembar Karangpandan

Skala 1 : 25.000

Peta Tanah

Kabupaten

Karanganyar

Skala 1 : 50.000

Citra Dari

Google Earth

Tahun 2011

Peta Geologi Lembar

Surakarta – Giritontro

dan Lembar Ponorogo

Skala 1 : 100.000

Peta Satuan Lahan Tentatif

Peta Formasi

Batuan

Peta Kelas Lereng Peta Macam

Tanah

Peta Penggunaan

Lahan

Peta Besar Laju

Erosi

Overlay

Peta Satuan Lahan

Survei Lapangan

Penskoran dan

Overlay

Arahan Penggunaan Lahan

Penentuan Titik Sampel

Kerja Lapangan Data Primer Data Sekunder

Analisis Laboratorium

(Tekstur Tanah)

Kedalaman Muka

Airtanah Bebas

Kontur Airtanah

Gradien Hidrolik

Penggunaan Lahan

Material Akifer

Analisis dan

Klasifikasi

Potensi Pencemaran Airtanah

Bebas

Zonasi Pencemaran Airtanah

Bebas Secara Dinamis

Zonasi Pencemaran Airtanah

Bebas Secara Statis

Peta Rencana Tata

Ruang Kabupaten

Karanganyar Skala

1 : 200.000

Peta Fungsi

Kawasan

Page 87: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah

1. Letak dan Luas Daerah Penelitian

a. Letak

Lokasi penelitian terletak di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran dengan kondisi topografi antara datar hingga agak curam serta

ketinggian antara 87 meter sampai dengan 600 meter di atas permukaan laut.

Daerah tersebut dilihat dalam Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000

Tahun 2001 lembar 1408-344 Karanganyar dan lembar 1408-622

Karangpandan, yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan

Nasional (Bakosurtanal) secara astronomis terletak di antara 07030’ 12,1” LS

– 07036’52,3” LS dan 110

055’33,6” BT – 111

004’58,8” BT, Sedangkan

menurut sistem koordinat UTM terletak di antara 9170606 mU – 9158315

mU dan 491836 mT – 509155 mT.

Daerah penelitian terletak di Kabupaten Karanganyar yang meliputi

lima Kelurahan dan 14 Desa dari lima kecamatan, yaitu meliputi sebagian

Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang,

Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Karangpandan dengan batas dua

sungai yaitu Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran yang mengalir dari

arah timur menuju arah barat kemudian berbelok ke arah barat laut dan

bermuara di Bengawan Solo. Letak dan batas daerah di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada Peta 4.1.

b. Luas Daerah Penelitian

Luas daerah penelitian dapat diukur dengan berbagai macam metode,

di antaranya adalah metode grid dengan menggunakan kertas milimeter dan

dengan metode digital. Perhitungan luas pada penelitian ini menggunakan

metode digital (Digitizer Computer) melalui program Sistem Informasi

Geografi (SIG). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode

digital (Digitizer Computer) melalui program Sistem Informasi Geografi

Page 88: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

(SIG), luas daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

6212,691 Ha. Luas daerah penelitian di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran secara administratif dapat dijabarkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Luas Daerah Penelitian di Antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

No Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (km2) Luas (%) Luas

Kecamatan

(%)

1. Kebakkramat Kaliwuluh 0,862 1,39 19,88

Malanggaten 3,567 5,74

Banjarharjo 3,235 5,21

Alastuwo 4,690 7,55

2. Tasikmadu Wonolopo 0,508 0,82 11,70

Kalijirak 5,038 8,11

Gaum 1,723 2,77

3. Mojogedang Kaliboto 3,843 6,19 21,66

Pojok 3,107 5,00

Sewurejo 6,509 10,48

4. Karanganyar Delingan 9,504 15,30 33,26

Bejen 1,933 3,11

Popongan 1,391 2,24

Gayamdompo 1,551 2,50

Gedong 6,281 10,11

5. Karangpandan Bangsri 1,647 2,65 13,50

Ngemplak 0,903 1,45

Tohkuning 5,004 8,06

Karangpandan 0,830 1,34

Total 62,126 100,00 100,00

Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan.

Page 89: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Peta 4.1. Peta Administrasi

Page 90: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

2. Iklim

Iklim merupakan rata-rata cuaca di suatu tempat atau daerah yang luas

serta berlangsung dalam waktu yang lama (sedikitnya sepuluh tahun). Cuaca

adalah keadaan udara di suatu tempat yang sempit selalu berubah-ubah di setiap

waktu. Iklim ditentukan oleh unsur-unsur penyusun cuaca yaitu kecepatan angin,

curah hujan, kelembaban udara dan temperatur udara. Unsur penyusun cuaca yang

digunakan dalam penelitian ini adalah curah hujan.

Keadaan curah hujan di daerah penelitian dapat dilihat dari data curah

hujan selama sepuluh tahun yang diperoleh dari pengukuran pada stasiun - stasiun

pengamatan/observatorium meteorologi oleh Dinas Pekerjaan Umum Sub

Pengairan Kabupaten Karanganyar. Jumlah stasiun yang digunakan untuk

penentuan tipe iklim daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

sebanyak tiga stasiun.

a. Temperatur

Temperatur biasanya dinyatakan dalam satuan derajat celcius (ºC).

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, temperatur tertinggi di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran adalah 26 ºC dan temperatur

terendah adalah 23 ºC. Sebaran titik sampel pengukuran temperatur di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Sebaran Titik Sampel Pengukuran Temperatur

Di Antara Sungai Grompol Dengan Sungai Tempuran

No. Lokasi Koordinat Temperatur

(ºC) Waktu

Pengambilan

Sampel Lintang Bujur

1. Kebakkramat 492658 9168018 25

3 Januari 2013

Jam 11.00 WIB

494699 9166142 24 3 Januari 2013

Jam 11.00 WIB

2. Tasikmadu 496389 9163152 26 3 Januari 2013

Jam 12.00 WIB

3. Mojogedang 502270 9161268 24 3 Januari 2013

Jam 13.00 WIB

4. Karanganyar 498890 9161873 25 4 Januari 2013 Jam

11.30 WIB 5. Karangpandan

507213 9158640 23 4 Januari 2013

Jam 12.00 WIB

504615 9160008 23 4 Januari 2013

Jam 12.30 WIB

Sumber : - Survei Lapangan Bulan Januari 2013

Page 91: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

b. Curah Hujan

Daerah penelitian seperti halnya daerah-daerah lainnya di Pulau Jawa

dipengaruhi oleh angin Muson tenggara yang bertiup antara bulan Juli sampai

Oktober dan angin Muson Barat Laut yang bertiup antara bulan November

sampai April. Angin Muson Tenggara bersifat kering, sedang angin Muson

Barat Laut bersifat basah yang menyebabkan musim hujan.

Curah hujan (presipitasi) merupakan turunnya air dari atmosfer ke

permukaan bumi dan laut. Curah hujan ini merupakan faktor utama yang

mengendalikan proses daur hidrologi. Pengukuran curah hujan akan

menunjukkan adanya rerata bulan basah maupun bulan kering pada daerah

penelitian. Data curah hujan daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran diperoleh dari hasil pencatatan yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan

Umum Sub Dinas Pengairan Kabupaten Karanganyar, yaitu data curah hujan

harian selama 10 tahun (2001-2010). Curah hujan pada setiap stasiun

pengamatan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran tahun 2001-

2010 disajikan pada Tabel 4.3. Hasil perhitungan curah hujan daerah di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Tabel 4.3. Curah Hujan pada Setiap Stasiun Pengamatan Di antara

Sungai Grompol Dengan Sungai TempuranTahun 2001-2010

No. Stasiun

Pengamatan

Curah

Hujan

(mm/th)

Jumlah Rata-rata

Bulan

Basah

Bulan

Kering

Bulan

Basah

Bulan

Kering

1. Kebakkramat 2366,6 68 48 6,8 4,8

2. Tasikmadu 2550,4 70 45 7,0 4,5

3. Mojogedang 2887,0 72 45 7,2 4,5

4. Karangpandan 2478,8 71 39 7,1 3,9

Sumber: - Hasil Perhitungan Tabel Curah Hujan Tahun 2001-2010

- Subdin Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Karanganyar.

Penentuan tipe iklim dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi

iklim menurut Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi iklim menurut Schmidt dan

Ferguson hanya memperhatikan salah satu unsur iklim saja yaitu hujan dan

memerlukan data hujan bulanan paling sedikit 10 tahun. Kriteria yang

Page 92: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

digunakan adalah penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah

dengan pengertian sebagai berikut :

1) Bulan basah merupakan suatu bulan yang curah hujannya lebih besar

daripada 100 mm, sehingga dinyatakan curah hujan lebih besar daripada

penguapan.

2) Bulan kering merupakan suatu bulan yang curah hujannya lebih kecil

daripada 60 mm, sehingga dinyatakan curah hujan lebih kecil daripada

penguapan.

3) Bulan lembab merupakan suatu bulan yang curah hujannya lebih besar dari

60 mm tetapi lebih kecil daripada 100 mm, sehingga dinyatakan curah

hujan sama dengan besarnya penguapan.

Penentuan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson tersebut

dinyatakan dengan nilai “Quotient” (Q). Q merupakan perbandingan jumlah

rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah.

Rata – Rata Bulan Kering (BK)

Q = x 100 %

Rata – Rata Bulan Basah (BB)

Tipe iklim berdasarkan nilai Q menurut Schmidt dan Ferguson

sebagai berikut :

Tabel 4.4. Kriteria Penggolongan Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut

Schmidt dan Ferguson

Tipe CH Nilai Q Sifat

A 0 < Q < 0,143 Sangat basah

B 0,143 < Q < 0,333 Basah

C 0,333 < Q < 0,666 Agak basah

D 0,666 < Q < 1,000 Sedang

E 1,000 < Q < 1,670 Agak kering

F 1,670 < Q < 3,000 Kering

G 3,000 < Q < 7,000 Sangat kering

H 7,000 < Q ~ Luar biasa kering

Sumber : Kartasapoetra, (1986:26)

Page 93: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Berdasarkan rumus di atas dapat diketahui tipe curah hujan dari

masing-masing stasiun pengamatan meteorologi. Adapun perhitungan nilai “Q”

dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Perhitungan Tipe Curah Hujan Di antara Sungai Grompol dengan

Sungai TempuranTahun 2001-2010 menurut Schmidt dan Ferguson di

Setiap Stasiun Pengamatan.

No. Stasiun

Pengamatan

Q = (Bulan kering/Bulan Basah) x 100 % Tipe Iklim

Berdasarkan

Curah Hujan

1. Kebakkramat (4,8 / 6,8) x 100 % = 70,59 % D

2. Tasikmadu (4,5 / 7,0) x 100 % = 64,29 % C

3. Mojogedang (4,5 / 7,2) x 100 % = 62,50 % C

4. Karangpandan (3,9 / 7,1) x 100 % = 54,93 % C

Sumber: - Subdin Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Karanganyar

- Analisis data Tahun 2011

Berdasarkan nilai Q tersebut, dapat diketahui bahwa daerah di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran memiliki dua tipe iklim

berdasarkan curah hujan, yaitu :

Tipe iklim C : Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba.

Tipe iklim D : Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim.

Page 94: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

)

Gambar 4.1. Diagram Rata-rata Bulan Kering dan Bulan Basah Di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran Tahun 2001-2010 Menurut

Schmidt dan Ferguson.

3. Geologi

Formasi geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam

proses evolusi. Formasi geologi sangat berpengaruh terhadap kondisi topografi

dan sumberdaya air suatu daerah. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Surakarta-

Giritontro dan Lembar Ponorogo skala 1 : 100.000 daerah penelitian termasuk

bagian dari lereng Gunung Lawu, sehingga proses geologi yang terjadi banyak

didominasi oleh aktivitas vulkanisme. Bagian timur banyak dipengaruhi oleh

material-material hasil proses Lawu tua dan Lawu muda, sedangkan pada

11

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

12

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

Rata-rata Bulan Basah

Rat

a-ra

ta B

ula

n K

erin

g

H

G

F

E

D

C

B

A

7,000

3,000

1,670

1,000

0,143

0,333

0,666 1 (4,8/6,8)

2 (4,5/7,0)

Nilai Q

3 (4,5/7,2)

4 (3,9/7,1)

Page 95: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

bagian barat banyak dipengaruhi oleh material-material Lawu muda dan

sebagian kecil dipengaruhi Gunung Merapi.

Gunung Lawu dihasilkan oleh adanya proses penunjaman pada masa

kuarter muda yang terjadi secara terus-menerus hingga saat ini. Pada masa

pertengahan pleistosen berlangsung aktivitas Gunung Jobolarangan atau Lawu

tua yang diikuti oleh runtuhnya lereng gunungapi disepanjang Sesar Cemoro

Sewu. Aktivitas vulkanisme tersebut membentuk kerucut Lawu muda di bagian

tepi sesar utara. Sesar pada umumnya ke arah timur laut sampai barat daya dan

saling berpotongan, di antara Sesar Gunung Lawu terdapat sesar yang

berpotongan dengan Sesar Sidoramping dan kemudian Sesar Sidoramping

berpotongan dengan Sesar Cemoro Sewu.

Karena terjadinya proses vulkanisme secara terus-menerus tersebut,

secara umum daerah penelitian mempunyai ketebalan tanah yang dalam dan

subur. Formasi geologi berpotensi menentukan pola sungai yang terbentuk

sehingga berpengaruh terhadap keberadaan sumberdaya air dan berpengaruh

terhadap sifat, keterdapatan serta kualitas airtanah, karena sifat fisik dan

batuannya.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro dan Lembar

Ponorogo skala 1 : 100.000, formasi batuan penyusun daerah di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran terdiri dari:

a. Alluvium (Qa)

Satuan ini banyak terdapat di sepanjang lembah Bengawan Solo,

pada daerah penelitian terdapat di sebagian besar Kecamatan

Kebakkramat. Batuannya tersusun lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil,

kerakal, dan berangkal. Ketebalannya berkisar dari beberapa sentimeter

hingga tiga meter. Bongkahnya kebanyakan batuan vulkanik, terutama

andesit, berdiameter sampai sebesar satu meter, kebanyakan keras dan

tidak lapuk. Terdapat juga bongkah-bongkah batugamping dan batupasir

jarang. Luas formasi batuan ini pada daerah penelitian sebesar 309,072 Ha

(4,97 %).

Page 96: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

b. Endapan Lahar Lawu (Qlla)

Satuan ini terdiri dari jenis batuan andesit, basal dan sedikit

batuapung beragam ukuran yang bercampur dengan pasir gunungapi.

Sebarannya terutama mengisi wilayah dataran di kaki gunungapi atau

membentuk beberapa perbukitan rendah. Mata air banyak ditemukan pada

satuan ini. Formasi batuan ini merupakan formasi yang mendominasi pada

daerah penelitian dengan luas sebesar 5894,281 Ha (94,87 %).

c. Batuan Gunungapi Lawu (Qvl)

Satuan ini terdiri dari jenis batuan breksi gunungapi, lava, tuf dan

sisipan lava andesit. Pada umumnya berupa endapan lahar dengan sumber

dari Gunung Lawu dan kepingan batuan pada breksi umumnya bersusunan

andesit. Satuan ini tersebar mulai dari puncak Gunung Lawu sebelah utara

sampai Bengawan Solo. Tebal satuan ini diduga lebih dari 250 meter dan

menebal ke timur. Luas formasi batuan ini pada daerah penelitian sebesar

9,338 Ha (0,15 %).

Sebaran satuan geologi atau formasi batuan di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Peta 4.2.

Page 97: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Peta 4.2 Geologi

Page 98: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

4. Geomorfologi

Geomorfologi merupakan ilmu yang mendeskripsikan secara genetik

bentuklahan dan proses yang mempengaruhi pembentukan bentuklahan dan

mencari hubungan dengan proses dalam susunan keruangannya.

a. Bentuklahan

Salah satu aspek kajian geomorfologi adalah bentuklahan

(landform). Bentuklahan (landform) merupakan bagian dari permukaan

bumi yang terbentuk akibat pengaruh dari proses geomorfologis, proses

geologis, dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu

dalam urutan tertentu. Aspek bentuklahan merupakan studi yang

mempelajari relief secara umum yang meliputi morfografi dan morfometri.

Penjelasan mengenai morfologi suatu daerah meliputi bentuklahan yang

dicirikan oleh relief (topografi), proses geomorfologi dan struktur geologi

(litologi).

Daerah penelitian terletak pada ketinggian antara 87 meter sampai

dengan 600 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi daerah

penelitian antara datar hingga agak curam dengan variasi kemiringan lereng

0 sampai 8% yang merupakan kemiringan lereng paling dominan dan

tersebar hampir merata di seluruh daerah penelitian, kemiringan lereng 8

sampai 15 % tersebar pada bagian tengah hingga bagian atas atau hulu

sungai daerah penelitian, sedangkan kemiringan lereng 15 sampai 25 %

merupakan kemiringan lereng dengan luasan terkecil hanya terletak pada

bagian tengah daerah penelitian.

Bentuklahan di daerah penelitian didominasi oleh bentuklahan asal

proses fluvial. Berdasarkan bentuklahan asal proses fluvial tersebut

selanjutnya dapat dibagi menjadi empat satuan bentuklahan. Secara umum

apabila dilihat dari foto udara atau citra, kenampakan bentuklahan hasil

proses fluvial mempunyai struktur horisontal, menyebar dan meluas di

kanan kiri sungai dengan tekstur halus dan seragam, rona agak gelap sampai

gelap, material berupa endapan pasir dan kerikil yang relatif halus, pola

aliran dendritik kompleks, ada ciri khas aliran meanders dan braided di

Page 99: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

bagian hilir, penggunaan lahan untuk sawah irigasi dan permukiman padat.

Bentuklahan asal proses fluvial di daerah penelitian dibedakan menjadi teras

sungai (Fts), tanggul alam (Fta), Dataran Banjir (Fdb), dan dataran fluvial

(Fda).

1) Teras Sungai (Fts)

Teras sungai (rivers terraces) merupakan undak-undakan di kanan dan

kiri sungai yang mempunyai struktur sama.

2) Tanggul Alam (Fta)

Tanggul alam (natural levees) terbentuk pada waktu terjadi banjir,

akibatnya material-material dari air sungai meluap di kanan kiri sungai.

Ketika banjir mereda, material tersebut terendapkan di kanan kiri sungai

dan lama-kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul

3) Dataran Banjir (Fdb)

Dataran banjir (flood plain) berupa dataran yang luas yang berada pada

kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir

sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur. Pada saat

banjir datang, air meluap ke kanan kiri alur sungai. Luapan air ini

membawa material sedimen yang kemudian diendapkan di kanan kiri

sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga terbentuk dataran banjir.

4) Dataran Fluvial (Fda)

Dataran fluvial merupakan wilayah yang datar atau hampir datar yang

terbentuk oleh endapan yang dibawa aliran sungai.

Proses geomorfologi yang terjadi pada bentuklahan ini adalah

banjir dan erosi. Erosi terjadi pada seluruh bagian bentuklahan ini dengan

besar laju erosi sedang hingga berat, penilaian besar laju erosi dilakukan

secara kualitatif dengan aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh. Sedangkan

banjir terjadi di bagian hilir Sungai Grompol ketika debit aliran sungai

meningkat, seperti yang terjadi pada tahun 2007.

b. Proses Geomorfologi

Semua perubahan fisika dan kimia yang mempengaruhi modifikasi

permukaan bumi disebut sebagai proses geomorfologi (Nugraha, 39: 1997).

Page 100: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Setiap proses geomorfologi yang berkembang akan mempunyai

karakteristik bentuklahan tertentu. Bentuklahan di daerah penelitian di

dominasi oleh bentuklahan asal proses fluvial, karena terletak diantara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran yang bermuara di Bengawan

Solo. Material pembentuk bentuklahan ini adalah hasil pengendapan atau

sedimentasi dari material yang diangkut oleh aliran sungai. Proses

sedimentasi ini akan berakibat pula pada pendangkalan alur-alur sungai,

sehingga pada musim penghujan terjadi banjir di daerah-daerah tertentu.

Secara alami proses yang berlangsung diakibatkan oleh kinerja

sungai yang meliputi tiga aktivitas yang berkaitan satu dengan lainnya, yaitu

erosi, transportasi dan penimbunan/pengendapan. Peristiwa pengendapan

atau sedimentasi biasanya diawali oleh proses erosi (pengikisan material),

kemudian terangkut oleh aliran air dan akhirnya diendapkan di tempat yang

lebih rendah seperti dataran rendah atau cekungan. Pengendapan ini bisa

terjadi karena gradien sungai yang relatif kecil sehingga menyebabkan

kecepatan dan energi aliran berkurang. Karena terjadi penurunan energi

yang mengangkut material erosi maka terjadi pengendapan atau

sedimentasi. Proses geomorfologi yang terjadi pada bentuklahan ini adalah

banjir, pengendapan dan erosi. Banjir terjadi pada bagian hilir Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran yang termasuk wilayah Desa Kaliwuluh,

Kecamatan Kebakkramat. Berdasarkan penilaian besar laju erosi yang

dilakukan secara kualitatif dengan aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh,

besar laju erosi pada daerah penelitian termasuk dalam kategori sedang

hingga berat.

Page 101: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Gambar 4.2. Proses geomorfologi yang terjadi di Sungai Grompol

(Foto diambil bulan oktober 2011)

c. Wilayah Ketinggian

Klasifikasi wilayah ketinggian yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan pada penggolongan relief muka bumi, dengan ketinggian dan

kelerengan merupakan faktor utama pembentukannya. Berdasarkan

klasifikasi tersebut daerah penelitian termasuk ke dalam wilayah kikisan.

Wilayah kikisan merupakan bagian muka bumi yang secara menyeluruh

mempunyai lereng yang memungkinkan air untuk mengikisnya ke bagian

yang lebih rendah dari permukaan air, yaitu wilayah yang datar dan hampir

tidak berlereng, sehingga hampir tidak ada aliran air. Wilayah kikisan di

daerah penelitian digolongkan atas dasar ketinggian, yaitu bagian wilayah

rendah, bagian wilayah pertengahan, dan bagian wilayah pegunungan.

1) Bagian Wilayah Rendah

Bagian wilayah rendah, biasa disebut sebagai dataran rendah, yaitu

bagian muka bumi yang terletak kira-kira di bawah 100 m.dpl sampai

batas wilayah endapan di atas 6 m.dpl. Karakteristik wilayah ini adalah

permukaannya datar, bagian berlereng tidak banyak bahkan hampir tidak

ada. Bagian wilayah rendah di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran meliputi sebagian Kecamatan Kebakkramat.

2) Bagian Wilayah Pertengahan

Bagian wilayah pertengahan, terletak pada ketinggian 100 – 500 m.dpl.

Karakteristiknya adalah permukaan tidak sedatar wilayah rendah, jurang-

jurang yang dalam tidak banyak, dan terdapat permukaan yang

Page 102: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

bergelombang. Bagian wilayah pertengahan di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran meliputi sebagian Kecamatan Kebakkramat,

Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan

Karanganyar, dan Kecamatan Karangpandan.

3) Bagian Wilayah Pegunungan

Bagian wilayah pegunungan, terletak pada ketinggian di 500 – 1000

m.dpl. Karakteristiknya berbeda dengan daerah tropis pada umumnya,

yaitu lebih lembab dan curah hujan relatif lebih tinggi. Bagian wilayah

pegunungan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

meliputi sebagian Kecamatan Karangpandan.

5. Tanah

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar

permukaan planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki

sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap

bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula

(Darmawijaya, 1990: 9). Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat

diketahui bahwa faktor-faktor pembentuk tanah terdiri dari : iklim, bahan

induk, relief, organisme dan waktu. Dalam mempengaruhi pembentukan dan

perkembangan tanah, faktor-faktor tersebut tidak mempunyai intensitas yang

sama, sehingga berakibat bahwa pada setiap tempat di permukaan bumi

mempunyai sifat dan karakteristik tanah yang tidak homogen atau sama. Dari

perbedaan tersebut dimungkinkan terjadi perbedaan penamaan dalam setiap

kategorinya. Berdasarkan Peta Tanah Kabupaten Karanganyar skala 1 : 50.000

tanah di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam tanah yaitu:

a. Latosol Coklat

Tanah latosol merupakan tanah yang banyak mengandung zat besi

dan alumunium. Tanah ini sudah sangat tua sehingga kesuburannya rendah.

Tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horison, kedalaman

tanah, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur

hingga agak teguh, warna coklat, merah hingga kuning. Tanah latosol coklat

berasal dari berbagai batuan tetapi paling umum dari abu vulkanik basa pada

Page 103: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

daerah berbukit yang agak tinggi dan vegetasi hutan basah, di Indonesia

tanah ini merupakan peralihan dari latosol coklat kemerahan-kelam dan

andosol, terutama diemukan di Jawa pada gunungapi yang masih muda

(Darmawijaya, 1990: 307). Pada daerah penelitian luas macam tanah ini

adalah 1538,024 Ha (24,76 % ) yang tersebar di Kelurahan Gedong (Kec.

Karanganyar), Desa Kaliboto, Desa Pojok, Desa Sewurejo (Kec.

Mojogedang), Desa Ngemplak, Desa Bangsri, Desa Tohkuning, Desa

Karangpandan (Kec. Karangpandan).

b. Mediteran Merah Kuning

Mediteran merah kuning adalah tanah yang mengalami pelapukan

intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur

hara, bahan organik, dan silika, dengan meninggalkan sesquioxsida

berwarna merah sebagai sisa. Mediteran merah kuning merupakan tanah-

tanah di mana terdapat penimbunan liat di horison bawah, liat yang

tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison diatasnya dan tercuci ke

bawah bersama gerakan air perkolasi. Mediteran merah kuning termasuk

tanah yang relatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang

mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsurhara. Tanah ini

mempunyai kejenuhan basa tinggi, KTK dan cadangan unsur hara tinggi.

Ciri morfologi yang umum adalah tekstur lempung sampai geluh, drainase

baik, struktur remah sampai gumpal dan konsistensi gembur, warna tanah

sekitar merah, tergantung susunan mineralogi, bahan induk, drainase, umur

tanah dan keadaan iklim.

Pada daerah penelitian luas macam tanah ini adalah 4674,666 Ha

(75,24 %), meliputi wilayah Desa Kaliwuluh, Desa Malangganten, Desa

Banjarharjo, Desa Alastuwo (Kec. Kebakkramat), Desa Wonolopo, Desa

Kalijirak, Desa Gaum (Kec. Tasikmadu), Desa Kaliboto, Desa Sewurejo

(Kec. Mojogedang), Kel. Gedong, Kel. Popongan, Kel. Bejen, Kel.

Delingan, Kelurahan Gayamdompo (Kec. Karanganyar), Desa Ngemplak,

Desa Tohkuning (Kec. Karangpandan). Sebaran macam tanah di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Peta 4.3.

Page 104: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

6. Hidrologi

Kondisi hidrologi daerah penelitian meliputi air permukaan yang

berupa sungai serta aliran airtanah yang berupa sumur. Kondisi hidrologi di

suatu wilayah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: curah hujan,

jenis batuan, jenis tanah, kerapatan vegetasi dan penggunaan lahan. Kabupaten

Karanganyar merupakan bagian dari cekungan airtanah Surakarta, satu

cekungan dengan Kabupaten Sukoharjo, Boyolali, Sragen, Klaten dan Kota

Surakarta. Cekungan Airtanah Surakarta membentang dari puncak Gunung

Merapi dan Merbabu di bagian barat sampai dengan puncak Gunung Lawu di

bagian timur, sedangkan di bagian utara mulai dari Pendem sampai bukit

Watukelir di bagian selatan.

Daerah penelitian dibatasi oleh dua buah sungai, yaitu Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran yang mengalir dari arah timur menuju arah

barat kemudian berbelok ke arah barat laut dan bermuara di Bengawan Solo.

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran merupakan sungai perenial. Hal ini

karena tinggi muka airtanah pada daerah penelitian berada di atas atau lebih

tinggi dari pada dasar aliran sungai. Oleh karena itu aliran airtanah bebas akan

selalu mengalir ke sungai dan menimbulkan aliran meskipun tidak ada hujan,

sehingga kedua sungai tersebut termasuk dalam aliran sungai sistem Effluent.

Pada aliran sungai sistem Effluent sumber aliran sungai berasal dari airtanah.

Sistem aliran Effluent pada umumnya berlangsung sepanjang tahun oleh

karenanya sering juga disebut aliran tahunan atau Perenial Stream

(Asdak,1995: 20).

Page 105: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Gambar 4.3. Klasifikasi geologi terhadap sistem aliran sungai (Asdak,1995: 20)

Kondisi air permukaan dapat mencerminkan penggunaan lahan di

suatu daerah. Penggunaan lahan yang berupa hutan dapat berfungsi sebagai

daerah resapan air hujan, sedangkan penggunaan lahan yang berupa

permukiman atau industri akan berpotensi menimbulkan pencemaran, baik

pencemaran air permukaan maupun pencemaran airtanah. Penggunaan lahan di

daerah penelitian banyak didominasi oleh permukiman dan sawah. Bagian hulu

sampai bagian tengah banyak didominasi oleh kebun/perkebunan, permukiman

dan tegalan/ladang, sedangkan bagian tengah sampai hilir banyak didominasi

oleh permukiman dan sawah. Penduduk di daerah penelitian memenuhi

kebutuhan sehari-hari menggunakan airtanah dangkal dari sumur gali, karena

keadaan topografi dan keterdapatan airtanah yang tidak merata sebagian

penduduk menggunakan airtanah dari sumur bor dan PAM swadaya

masyarakat. Bahkan ketika musim kemarau ada sebagian penduduk yang

menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Page 106: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Peta 4.3 Macam Tanah

Page 107: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Airtanah di daerah penelitian banyak dipengaruhi oleh kondisi

topografi, formasi batuan, dan curah hujan sehingga keterdapatan airtanah

tidak merata. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran pada, kedalaman

muka airtanah di daerah penelitian penelitian antara 0,62 – 22,57 meter, pH

airtanah di bagian hilir Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran berkisar

antara 3,11 – 4,85, suhu airtanah berkisar antara 26,5 – 29,4 C, daya hantar

listrik berkisar antara 0,6 – 1,16 mS, kandungan bahan terlarut berkisar antara

0,05 – 0,58 ppt, pH airtanah di bagian tengah Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran berkisar antara 3,09 – 5,55, suhu airtanah berkisar antara 27,4 –

30,3 C, daya hantar listrik berkisar antara 0,09 – 0,49 mS, kandungan bahan

terlarut berkisar antara 0,04 – 0,24 ppt, pH airtanah di bagian hulu Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran berkisar antara 3,06 – 5,17, suhu airtanah

berkisar antara 28,4 – 30,6 C, daya hantar listrik berkisar antara 0,04 – 0,55

mS, kandungan bahan terlarut berkisar antara 0,02 – 0,27 ppt. Arah aliran

airtanah pada suatu daerah secara umum akan mengikuti topografi dari

daerah tersebut.

Gambar 4.4. Sungai Grompol bagian hulu (kiri) dan Sungai Tempuran

bagian tengah (kanan) (Foto diambil bulan oktober 2011).

7. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan)

manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik

materiil maupun spiritual (Arsyad, 1989: 207). Manusia memiliki kemampuan

Page 108: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

untuk mengubah lahan menjadi lebih produktif, pengubahan ini tentu saja

berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus bertambah.

Luas lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

adalah 6212.691 Ha Bentuk penggunaan lahan di daerah tersebut dipengaruhi

oleh oleh kualitas dan karakteristik lahan. Bentuk penggunaan lahan di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran antara lain: sawah, sawah irigasi,

permukiman, tegalan/ladang, kebun/perkebunan, industri, peternakan,

waduk/tubuh air dan lahan kosong. Penggunaan lahan yang paling dominan

adalah permukiman dan sawah. Bagian hulu sampai bagian tengah banyak

didominasi oleh kebun/perkebunan,permukiman dan tegalan/ladang, sedangkan

bagian tengah sampai hilir banyak didominasi oleh permukiman dan sawah.

Secara keseluruhan bentuk dan luas penggunaan lahan di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

No Bentuk Penggunaan Lahan Luas (Ha) Luas (%)

1. Permukiman 2281,384 36,72

2. Kebun/Perkebunan 811,147 13,06

3. Sawah Tadah Hujan 285,993 4,60

4. Sawah Irigasi 1839,302 29,61

5. Tegalan/Ladang 888,670 14,30

6. Peternakan 31,556 0,51

7. Waduk/Tubuh Air 25,360 0,41

8. Lahan Kosong 49,279 0,79

Jumlah 6212,691 100,00

Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan.

- Hasil Interpretasi Citra dari Google Earth tahun 2011

Page 109: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Gambar 4.5. Grafik penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dan

Sungai Tempuran

8. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan sumberdaya manusia yang mempunyai peranan

yang sangat penting dalam proses pembangunan baik sebagai subyek atau

pelaku pembangunan maupun sebagai obyek pembangunan. Dengan

mengetahui keadaan penduduk maka potensi sumberdaya manusianya dapat

diketahui. Untuk memberikan gambaran mengenai keadaan penduduk di

daerah penelitian maka berikut ini akan diuraikan mengenai jumlah penduduk

dan kepadatan penduduk. Daerah penelitian terletak di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran meliputi sebagian dari Kecamatan Kebakkramat,

Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Karanganyar, dan

Kecamatan Karangpandan.

Penyajian data mengenai jumlah dan kepadatan penduduk tiap

Kecamatan yang termasuk dalam daerah penelitian berdasarkan data dari

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar tahun 2010 dan hasil

perhitungan. Terdapat perbedaan antara kepadatan penduduk secara

administratif dan kepadatan penduduk yang termasuk dalam daerah penelitian.

Hal ini dikarenakan tidak seluruh luas desa atau kecamatan termasuk dalam

daerah penelitian, pada kepadatan penduduk secara administrasi perhitungan

Page 110: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

dilakukan dengan membagi jumlah seluruh penduduk dalam satu

desa/kelurahan dengan luas desa/kelurahan secara keseluruhan. Perhitungan

kepadatan penduduk di daerah penelitian dilakukan dengan cara luas desa

yang termasuk dalam daerah penelitian dibagi dengan luas desa secara

administrasi kemudian dikalikan dengan kepadatan penduduk secara

administrasi, data-data penduduk tersebut dapat dilihat pada uraian berikut :

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

1) Kecamatan Kebakkramat

Kecamatan Kebakkramat merupakan Kecamatan yang terletak

paling utara pada daerah penelitian, yang berbatasan dengan Kecamatan

Tasikmadu dan Kecamatan Mojogedang. Kecamatan Kebakkramat

merupakan sentra industri batubata dan genteng, industri tersebut

terdapat di Desa Kaliwuluh, Desa Alastuwo, Desa Malanggaten dan Desa

Banjarharjo. Sebagian besar penduduk di empat Desa tersebut bekerja

sebagai perajin batubata atau genteng dan sebagai petani. Jumlah dan

Kepadatan penduduk Kecamatan Kebakkramat yang termasuk dalam

daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Kepadatan Penduduk Kecamatan Kebakkramat Tahun 2010 No Desa/

Kelurahan

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Luas Desa

(Km2)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Km)

1. Kaliwuluh 8618 0,86228 104

2. Malanggaten 4855 3,56653 1361

3. Banjarharjo 3997 3,23532 1235

4. Alastuwo 6483 4,68974 1361

Total 23953 12,35387 4061

Sumber: - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar Tahun 2010

- Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel di atas wilayah Kecamatan Kebakkramat

yang termasuk dalam daerah penelitian meliputi sebagian dari empat

desa, yaitu Desa Kaliwuluh, Desa Alastuwo, Desa Malanggaten dan Desa

Banjarharjo dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 12,3539 Km2.

Berdasarkan data Kabupaten Karanganyar dalam angka tahun 2010 dan

hasil perhitungan, jumlah penduduk dari keempat desa tersebut adalah

Page 111: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

23953 jiwa. Desa dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah

Desa Alastuwo dan Desa Malanggaten dengan tingkat kepadatan

penduduk sebesar 1361 jiwa/Km2, sedangkan Desa dengan tingkat

kepadatan terendah adalah Desa Kaliwuluh dengan kepadatan penduduk

sebesar 104 jiwa/Km2.

2) Kecamatan Tasikmadu

Kecamatan Tasikmadu terletak di sebelah selatan Kecamatan

Kebakkramat dan di sebelah Barat Kecamatan Mojogedang. Wilayah

Kecamatan Tasikmadu yang termasuk dalam daerah penelitian meliputi

sebagian dari tiga Desa, yaitu Desa Wonolopo, Desa Kalijirak dan Desa

Gaum. Penduduk Desa Wonolopo, Desa Kalijirak dan Desa Gaum

bermata pencaharian sebagai petani, padagang dan sebagian kecil sebagai

perajin batubata. Jumlah dan Kepadatan penduduk Kecamatan

Tasikmadu yang termasuk dalam daerah penelitian dapat dilihat pada

Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Kepadatan Penduduk Kecamatan Tasikmadu Tahun 2010 No Desa/

Kelurahan

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Luas Desa

(Km2)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/ Km2)

1. Wonolopo 4559 0,50788 328

2. Kalijirak 5622 5,03831 1116

3. Gaum 5298 1,72255 667

Total 15479 7,26874 2111

Sumber: - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar Tahun 2010

- Hasil perhitungan

Berdasarkan Tabel 4.8. wilayah Kecamatan Tasikmadu yang

termasuk dalam daerah penelitian meliputi tiga desa, yaitu Desa

Wonolopo, Desa Kalijirak, dan Desa Gaum dengan luas wilayah

keseluruhan sebesar 7,2687 Km2. Berdasarkan data Kabupaten

Karanganyar dalam angka tahun 2010 hasil perhitungan, jumlah

penduduk dari ketiga desa tersebut adalah 15479 jiwa. Desa dengan

tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa Kalijirak dengan

tingkat kepadatan penduduk sebesar 1116 jiwa/Km2, sedangkan Desa

Page 112: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

dengan tingkat kepadatan terendah adalah Desa Wonolopo dengan

kepadatan penduduk sebesar 328 jiwa/Km2.

3) Kecamatan Mojogedang

Kecamatan Mojogedang berbatasan dengan Kecamatan

Kebakkramat dan Kecamatan Tasikmadu di sebelah barat, berbatasan

dengan Kecamatan Karangpandan di sebelah timur dan berbatasan

dengan Kecamatan Karanganyar di sebelah selatan. Kecamatan

Mojogedang yang termasuk dalam daerah penelitian meliputi sebagian

dari tiga Desa, yaitu Desa Kaliboto, Desa Pojok dan Desa Sewurejo.

Jumlah dan Kepadatan penduduk Kecamatan Tasikmadu yang termasuk

dalam daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Kepadatan Penduduk Kecamatan Mojogedang Tahun 2010 No Desa/

Kelurahan

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Luas Desa

(Km2)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/ Km2)

1. Kaliboto 5936 3,84279 497

2. Pojok 5784 3,10689 828

3. Sewurejo 6086 6,50898 892

Total 17806 13,45866 2217

Sumber: - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar Tahun 2010

- Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel di atas wilayah Kecamatan Mojogedang yang

termasuk dalam daerah penelitian meliputi sebagian dari tiga desa, yaitu

Desa Kaliboto, Desa Pojok, dan Desa Sewurejo dengan luas keseluruhan

sebesar 13,4587 Km2. Berdasarkan data Kabupaten Karanganyar dalam

angka tahun 2010 dan hasil perhitungan, jumlah penduduk dari ketiga

desa tersebut adalah 17806 jiwa. Desa dengan tingkat kepadatan

penduduk tertinggi adalah Desa Sewurejo dengan tingkat kepadatan

penduduk sebesar 892 jiwa/Km2, sedangkan Desa dengan tingkat

kepadatan terendah adalah Desa Kaliboto dengan kepadatan penduduk

sebesar 497 jiwa/ Km2.

Page 113: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

4) Kecamatan Karanganyar

Kecamatan Karanganyar merupakan pusat pemerintahan

Kabupaten Karanganyar dan memiliki kepadatan penduduk tertinggi

dibandingkan dengan Kecamatan lain yang termasuk dalam daerah

penelitian. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Karanganyar

sebagian besar sudah beralih dari bidang pertanian ke bidang jasa,

perdagangan dan karyawan atau pegawai. Jumlah dan Kepadatan

penduduk Kecamatan Karanganyar yang termasuk dalam daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Kepadatan Penduduk Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 No Desa/

Kelurahan

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Luas Desa

(Km2)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/ Km2)

1. Delingan 4881 9,50407 514

2. Bejen 9288 1,93319 917

3. Popongan 7463 1,39137 689

4. Gayamdompo 5703 1,55142 508

5. Gedong 6447 6,28093 994

Total 33782 20,66098 3622

Sumber: - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar Tahun 2010

- Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel di atas wilayah Kecamatan Karanganyar yang

termasuk dalam daerah penelitian meliputi sebagian dari empat

Kelurahan, yaitu Kelurahan Delingan, Kelurahan Bejen, Kelurahan

Popongan, Kelurahan Gayamdompo dan Kelurahan Gedong dengan luas

wilayah keseluruhan sebesar 20,6610 Km2. Berdasarkan data Kabupaten

Karanganyar dalam angka tahun 2010 dan hasil perhitungan, jumlah

penduduk dari keempat Kelurahan tersebut adalah 33782 jiwa. Kelurahan

dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kelurahan Gedong

dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 994 jiwa/Km2, sedangkan

Kelurahan dengan tingkat kepadatan terendah adalah Kelurahan

Popongan dengan kepadatan penduduk sebesar 508 jiwa/ Km2.

Page 114: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

5) Kecamatan Karangpandan

Kecamatan Karangpandan merupakan kecamatan yang terletak

paling timur pada daerah penelitian. Kecamatan Karangpandan yang

termasuk dalam daerah penelitian meliputi sebagian dari empat desa,

yaitu Desa Bangsri, Desa Ngemplak, Desa Tohkuning dan Desa

Karangpandan. Jumlah dan Kepadatan penduduk Kecamatan

Karangpandan yang termasuk dalam daerah penelitian dapat dilihat pada

Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Kepadatan Penduduk Kecamatan Karangpandan Tahun 2010 No Desa/

Kelurahan

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Luas Desa

(Km2)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/ Km2)

1. Bangsri 4519 1,64715 350

2. Ngemplak 3952 0,90341 266

3. Tohkuning 5415 5,00439 1078

4. Karangpandan 6309 0,82971 562

Total 20195 8,38466 2256

Sumber: - Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar Tahun 2010

- Hasil perhitungan

Berdasarkan tabel di atas, luas keseluruhan dari empat desa di

Kecamatan Karangpandan yang termasuk dalam daerah penelitian adalah

8,3847 Km2. Jumlah penduduk dari keempat desa tersebut adalah 20195

jiwa. Desa dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa

Tohkuning dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 1078 jiwa/ Km2,

sedangkan Desa dengan tingkat kepadatan terendah adalah Desa

Ngemplak dengan kepadatan penduduk sebesar 266 jiwa/ Km2.

b. Tingkat Kepadatan Penduduk

Perhitungan kepadatan penduduk di daerah penelitian berbeda

dengan perhitungan kepadatan penduduk secara administrasi. Perhitungan

kepadatan penduduk di daerah penelitian dilakukan dengan cara luas desa

yang termasuk dalam daerah penelitian dibagi dengan luas desa secara

administrasi kemudian dikalikan dengan kepadatan penduduk secara

administrasi. Ketentuan untuk menentukan klasifikasikan kepadatan

penduduk di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran didasarkan

Page 115: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

pada Undang-undang Nomor 56 1960 tentang kategori jumlah penduduk.

Klasifikasi tingkat kepadatan penduduk menurut Undang-undang Nomor

56 1960 disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Kategori Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk (Jiwa/ Km2 ) Tingkat Kepadatan

0 – 50 Tidak Padat

51 – 250 Kurang Padat

251 – 400 Cukup Padat

> 400 Sangat Padat

Sumber : - Undang-undang Nomor 56 Tahun 1960

Mengacu pada ketentuan Undang-undang Nomor 56 1960 tentang

kategori jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran termasuk dalam tiga kategori

kepadatan, yaitu kurang padat, cukup padat, dan sangat padat. Sebaran

kategori kepadatan penduduk di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran disajikan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Kategori Kepadatan Penduduk di daerah penelitian No Kepadatan Penduduk

(Jiwa/ Km2 )

Tingkat

Kepadatan

Desa/Kecamatan

1. 51 – 250 Kurang

Padat

Kaliwuluh (Kebakkramat)

2. 251 – 400 Cukup

Padat

Wonolopo (Tasikmadu)

Bangsri (Karangpandan)

Ngemplak (Karangpandan)

3. > 400 Sangat

Padat

Malanggaten (Kebakkramat)

Banjarharjo (Kebakkramat)

Alastuwo (Kebakkramat)

Kalijirak (Tasikmadu)

Gaum (Tasikmadu)

Kaliboto (Mojogedang)

Pojok (Mojogedang)

Sewurejo (Mojogedang)

Delingan (Karanganyar)

Bejen (Karanganyar)

Popongan (Karanganyar)

Gayamdompo (Karanganyar)

Gedong (Karanganyar)

Tohkuning (Karangpandan)

Karangpandan (Karangpandan)

Sumber : Hasil Analisis Data

Page 116: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat kepadatan

penduduk sangat padat tertinggi secara administrasi adalah Kelurahan

Bejen dengan kepadatan penduduk 2099 jiwa/Km2 dan tingkat kepadatan

penduduk kurang padat terendah adalah Kelurahan Delingan dengan

kepadatan penduduk 514 jiwa/ Km2. Sedangkan tingkat kepadatan

penduduk sangat padat tertinggi di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran adalah Desa Alastuwo dan Desa Malanggaten dengan

kepadatan penduduk 1361 jiwa/Km2, desa dengan tingkat kepadatan

penduduk kurang padat terendah adalah Desa Kaliwuluh dengan kepadatan

penduduk 104 jiwa/Km2. Berdasarkan data tersebut terdapat perbedaan

tingkat kepadatan penduduk antara kepadatan penduduk secara

administrasi dengan kepadatan penduduk pada daerah penelitian.

Kepadatan penduduk dapat dipetakan menggunakan simbol area

dengan warna bertingkat atu bergradasi. Semakin tinggi tingkat kepadatan

penduduk suatu daerah maka simbol warna yang digunakan semakin

gelap, sebaliknya semakin rendah tingkat kepadatan penduduknya maka

simbol warna yang digunakan semakin terang. Secara visual kepadatan

penduduk di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran dapat

dilihat pada Peta 4.4.

Page 117: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Peta 4.4 Kepadatan penduduk

Page 118: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

B. Hasil dan Pembahasan

1. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis

a. Satuan Lahan Daerah Penelitian

Satuan lahan merupakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan

karakteristik bahan induk, bentuklahan, morfologi, tanah, proses geomorfologi

dan penggunaan lahan. Parameter penyusun satuan lahan dan satuan lahan di

antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada penjelasan

berikut :

1) Parameter Penyusun Satuan Lahan

a) Formasi Batuan

Berdasarkan litologinya daerah batuan di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran tersusun atas tiga formasi batuan.

Formasi batuan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

diperoleh dari analisis Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro dan

Lembar Ponorogo Tahun 1992 Skala 1 : 100.000, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Formasi Batuan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

No Formasi Batuan Simbol Luas

Ha %

1. Alluvium Qa 309,072 4,97

2. Endapan Lahar Lawu Qlla 5894,281 94,87

3 Batuan Gunungapi Lawu Qvl 9,337 0,15

Jumlah 6212,691 100,00

Sumber : - Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro dan Lembar Ponorogo

Tahun 1992 Skala 1 : 100.000

- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG

b) Morfografi

Daerah penelitian terdiri dari morfografi dataran aluvial, teras

sungai, tanggul alam, dataran banjir. Pada penelitian ini tidak semua

macam morfografi tersebut dapat digambarkan dalam peta, karena

berkaitan dengan skala peta dan satuan pemetaan (mapping unit). Skala

peta pada penelitian ini adalah 1 : 65.000 sehingga data morfografi yang

terliput tidak dapat ditampilkan dengan sangat rinci. Macam morfografi

Page 119: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

seperti teras sungai, tanggul alam dan dataran banjir dapat ditampilkan

secara rinci pada peta dengan skala minimal 1 : 10.000 atau foto udara

skala 1 : 10.000 dengan kombinasi band yang disesuaikan. Berdasarkan

skala peta dan keterbatasan tersebut maka morfografi di daerah penelitian

digolongkan menjadi 2 macam, yaitu Dataran Aluvial (F1) dan

Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam, dan Dataran Banjir (F2). Data

satuan morfografi di daerah penelitian disajikan pada Tabel 4.15, dan

sebaran satuan bentuklahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Peta

4.5.

Tabel 4.15. Satuan Morfografi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

No Satuan Morfografi Simbol Luas

Ha %

1. Dataran Aluvial F1 4545,974

73,17

2. Kompleks Teras Sungai, Tanggul

Alam, dan Dataran Banjir

F2 1666,717

26,83

Jumlah 6212,691

100,00

Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan

- Citra dari Google Earth Tahun 2011

c) Kemiringan Lereng

Penyusun satuan lahan yang ketiga adalah kemiringan lereng.

Kemiringan lereng di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

digolongkan dalam 3 kelas berdasarkan klasifikasi kelas lereng menurut

Chay Asdak. Data kemiringan lereng di daerah penelitian disajikan pada

Tabel 4.16, dan sebaran kemiringan lereng di daerah penelitian dapat

dilihat pada Peta 4.6.

Page 120: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Tabel 4.16. Klasifikasi Kelas Lereng di antara Sungai Grompol Dengan

Sungai Tempuran

No Kelas Kemiringan

Lereng (%)

Simbol Luas

Ha %

1. Datar 0 – 8 I 5072,487 81,64

2. Landai 8 – 15 II 1068,383 17,20

3. Agak Curam 15 – 25 III 71,821 1,16

Jumlah 6212,691 100,00

Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan

- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG

d) Tanah

Penyusun satuan lahan yang keempat adalah tanah. Satuan tanah

yang digunakan adalah kategori macam. Berdasarkan Peta Tanah

Kabupaten Karanganyar Skala 1 : 50.000 daerah di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran digolongkan menjadi 2 macam tanah,

yaitu latosol coklat dan mediteran merah kuning. Sebaran dan luas

macam tanah di daerah penelitian disajikan pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Macam Tanah di antara Sungai Grompol Dengan Sungai Tempuran

No Macam Tanah Simbol Luas

Ha %

1. Latosol Coklat Lc 1538,025 24,76

2. Mediteran Merah Kuning Mk 4674,666 75,24

Jumlah 6212,691

100,00

Sumber : - Peta Tanah Kabupaten Karanganyar Skala 1 : 50.000

- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG

e) Besar Laju Erosi

Penilaian besar laju erosi pada penelitian ini adalah penilaian

besar laju erosi permukaan secara kualitatif dengan aplikasi penginderaan

jauh dan SIG. Metode yang digunakan adalah Soil Erosion Status (SES)

dengan modifikasi, disesuaikan dengan kondisi daerah penelitian.

Parameter yang digunakan pada penentuan besar laju erosi dengan

metode Soil Erosion Status (SES) dalam penelitian ini adalah arah

kemiringan lereng, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Nilai dari

Page 121: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

setiap parameter pada metode Soil Erosion Status (SES) dapat dilihat

pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Faktor dalam Perhitungan Soil Erosion Status (SES)

No. Faktor Kategori Kelas Erosi Skor

1. Aspek Arah Lereng Utara Sangat Rendah 1

Tenggara dan Timur

laut

Rendah 2

Timur dan Barat Sedang 3

Barat daya, Barat laut Tinggi 4

Selatan Sangat Tinggi 5

2. Kemiringan Lereng < 15 % Sangat Rendah 1

15 – 45 Rendah 2

45 – 65 Sedang 3

65 – 85 Tinggi 4

> 85 % Sangat Tinggi 5

3. Landuse/Landcover Hutan Alam Sangat Rendah 1

Hutan

Produksi/Perkebunan

Rendah 2

Semak/Belukar Sedang 3

Sawah/Teras-teras Tinggi 4

Tegalan/Permukiman Sangat Tinggi 5

Sumber: Harjadi, 2010 dengan perubahan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan Soil Erosion Status

(SES) daerah penelitian memiliki dua kelas besar laju erosi yaitu,

sedang dan berat. Dalam menentukan skor total erosi atau kelas erosi

menggunakan rumus Sturgess. Dari hasil perhitungan kelas erosi di

daerah dibagi menjadi lima kelas, yaitu sangat ringan, ringan, sedang,

berat, dan sangat berat. Hasil perhitungan besar laju erosi di daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19. Besar Laju Erosi di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

No Besar Laju Erosi Simbol Luas

Ha %

1. Sedang S 3050,528 49,10

2. Berat B 3136,803 50,49

Jumlah 6187,331

99,59

Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan

- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG

Page 122: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Peta 4.5 Morfografi

Page 123: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Peta 4.6 kelas lereng

Page 124: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Peta 4.7 Besar Laju erosi

Page 125: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Berdasarkan data di atas besar laju erosi sedang memiliki luas

sebesar 3050,528 Ha (49,10 %) dan sebarannya hampir merata pada

daerah penelitian, sedangkan besar laju erosi berat memiliki luas

3136,803 Ha (50,49%) serta sebarannya juga hampir merata pada

daerah penelitian. Dari data di atas terdapat area yang tidak dimasukan

dalam perhitungan, karena area tersebut berupa waduk yang didominasi

oleh proses sedimentasi atau pengendapan. Luas waduk tersebut adalah

25,36 Ha (0,41 %). Sebaran besar laju erosi di daerah penelitian dapat

dilihat pada Peta 4.7.

2) Satuan Lahan

Berdasarkan hasil tumpangsusun (overlay) peta dasar dan analisis

data, yaitu Peta Geologi (formasi batuan), Peta Bentuklahan, Peta

Kemiringan lereng, Peta Macam Tanah, dan Peta Besar Laju Erosi,

diperoleh 20 jenis satuan lahan yang berasal dari tiga jenis formasi batuan,

dua satuan bentuklahan, tiga kelas kemiringan lereng, dua macam tanah dan

dua kelas besar laju erosi yang tersebar di seluruh daerah penelitian. Satuan

lahan sebagai satuan analisis, maka pada setiap satuan lahan yang ada

dilakukan pengamatan di lapangan. Sifat dan karakteristik pada setiap

satuan lahan dijelaskan secara singkat pada uraian berikut :

a) Alluvium Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah

Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Berat (Qa - F1- I - Mk - B)

Satuan lahan ini terbentuk sebagai hasil dari proses fluvial yaitu

pengendapan. Satuan lahan ini merupakan daerah datar dengan

kemiringan lereng 0 - 8%. Penggunaan lahan di satuan lahan ini adalah

sebagai permukiman. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa

Malanggaten dan Desa Alastuwo. Luas satuan lahan ini secara

keseluruhan adalah 38,339 Ha atau 0,62% dari luas seluruh daerah

penelitian.

Page 126: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

b) Alluvium Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah

Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qa - F1- I - Mk - S)

Satuan lahan ini mempunyai luas 115,001 Ha atau 1,85% dari luas

seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa

Kaliwuluh, Desa Malanggaten, dan Desa Alastuwo. Bentuk penggunaan

lahannya adalah sebagai permukiman, kebun, dan sawah irigasi.

c) Alluvium Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir

Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju

Erosi Berat (Qa - F2 - I - Mk - B)

Satuan lahan ini terbentuk karena adanya proses pengendapan. Topografi

satuan lahan ini datar dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk

penggunaan lahannya adalah sebagai permukiman, kebun, dan sawah

irigasi. Satuan lahan ini meliputi Desa Kaliwuluh, Desa Malanggaten,

dan Desa Alastuwo. Luas Satuan lahan ini adalah 56,661 Ha atau 0,91 %

dari luas seluruh daerah penelitian.

d) Alluvium Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir

Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju

Erosi Sedang (Qa - F2 - I - Mk - S)

Satuan lahan ini mempunyai luas 99,026 Ha atau 1,59 % dari luas

seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi Desa Kaliwuluh,

Desa Malanggaten, dan Desa Alastuwo. Topografi satuan lahan ini datar

dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk penggunaan lahannya adalah

permukiman, sawah irigasi, dan kebun.

e) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8%

Macam Tanah Latosol Coklat Laju Erosi Berat (Qlla - F1- I - Lc - B)

Satuan lahan ini mempunyai luas 722,182 Ha atau 11,62% dari luas

seluruh daerah penelitian. Topografi satuan lahan ini landai dengan

kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk penggunaan lahannya cukup

bervariasi, yaitu permukiman, tegalan/ladang, dan peternakan. Satuan

lahan ini meliputi sebagian Desa Kalijirak, Bangsri, Kaliboto, Ngemplak,

Pojok, Sewurejo, Tohkuning, Karangpandan dan Kelurahan Gedong.

Page 127: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

f) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8%

Macam Tanah Latosol Coklat Laju Erosi Berat (Qlla - F1- I - Lc - S)

Satuan lahan ini terbentuk karena adanya proses pengendapan. Topografi

satuan lahan ini landai dengan kemiringan lereng 8 - 15%. Bentuk

penggunaan lahannya adalah permukiman, kebun, dan peternakan.

Satuan lahan ini meliputi Desa Kaliboto, Ngemplak, Pojok, Sewurejo,

Bangsri, Tohkuning, dan Kelurahan Gedong. Luas Satuan lahan ini

adalah 206,726 Ha atau 3,33% dari luas seluruh daerah penelitian.

g) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8%

Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Berat (Qlla - F1- I -

Mk - B)

Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Banjarharjo, Malanggaten,

Alastuwo, Wonolopo, Gaum, Sewurejo, Kaliboto, Kalijirak, Bangsri,

Tohkuning, Kelurahan Delingan, Bejen, Gedong Popongan dan

Kelurahan Gayamdompo. Luas satuan lahan ini adalah 1206,485 Ha atau

19,42% dari luas seluruh daerah penelitian. Topografi satuan lahan ini

landai dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk penggunaan lahannya

adalah permukiman, tegalan/ladang, sawah irigasi, dan peternakan.

h) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 0 - 8%

Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F1- I

- Mk - S)

Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Alastuwo, Malanggaten,

Banjarharjo, Wonolopo, Kalijirak, Kaliboto, Sewurejo, Gaum, Bangsri,

Tohkuning, Kelurahan Delingan, Kelurahan Gayamdompo, Kelurahan

Popongan, Kelurahan Bejen dan Kelurahan Gedong. Topografi satuan

lahan ini landai dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk penggunaan

lahannya adalah sebagai permukiman, tegalan/ladang, sawah irigasi,

sawah tadah hujan dan kebun. Luas satuan lahan ini adalah 1217,433 Ha

atau 19,60% dari luas seluruh daerah penelitian.

Page 128: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

i) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 8 - 15%

Macam Tanah Latosol Coklat Laju Erosi Berat (Qlla - F1- II - Lc - B)

Satuan lahan ini mempunyai luas 186,798 Ha atau 3,01% dari luas

seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa

Tohkuning, Ngemplak, Sewurejo, Bangsri, Kelurahan Delingan dan

Gayamdompo. Topografi satuan lahan ini antara 8 - 15%.Penggunaan

lahannya sebagai permukiman, tegalan/ladang dan kebun.

j) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 8 - 15%

Macam Tanah Latosol Coklat Laju Erosi Sedang (Qlla - F1- II - Lc - S)

Satuan lahan ini relatif lebih mudah untuk terendam air atau banjir.

Daerah ini terdapat di kanan kiri Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran. Material di daerah ini relatif baru karena adanya pengendapan

material ketika terjadi luapan air sungai. Topografi satuan lahan ini

antara 8 - 15%. Bentuk penggunaan lahannya adalah permukiman,

tegalan/ladang, sawah irigasi, kebun, dan peternakan. Satuan lahan ini

meliputi sebagian Desa Kaliboto, Karangpandan, Ngemplak, Pojok,

Sewurejo, Tohkuning, Ngemplak, Karangpandan dan Kelurahan Gedong.

Luas satuan lahan ini adalah 130,716 Ha atau 2,10% dari luas seluruh

daerah penelitian.

k) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 8 - 15%

Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Berat (Qlla - F1- II -

Mk - B)

Satuan lahan ini mempunyai luas 130,971 Ha atau 2,11% dari luas

seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa

Kaliboto, Kalijirak, Karangpandan, Bangsri, Ngemplak, Pojok, Sewurejo,

Tohkuning, Kelurahan Gedong, Kelurahan Gayamdompo, dan Kelurahan

Delingan.. Topografi satuan lahan ini datar dengan kemiringan lereng 8 -

15%. Bentuk penggunaan lahannya adalah sebagai permukiman,

tegalan/ladang, sawah irigasi, sawah tadah hujan dan kebun.

Page 129: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

l) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 8 - 15%

Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F1- II

- Mk - S)

Satuan lahan ini terletak di bagian hilir dari Sungai Grompol dengan

Sungai Tempuran. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Alastuwo,

Kaliwuluh, Malanggaten, Sewurejo, Bangsri, Tohkuning, Kelurahan

Delingan, Kelurahan Popongan dan Kelurahan Gayamdompo dengan

luas keseluruhan 384,232 Ha atau 6,18% dari luas seluruh daerah

penelitian. Satuan lahan ini mempunyai letak yang relatif lebih rendah,

sehingga kemungkinan untuk terendam air atau terjadi banjir lebih besar.

Topografi satuan lahan ini datar dengan kemiringan lereng 8 - 15%.

Airtanah pada satuan lahan ini mudah didapat dan dimanfaatkan oleh

penduduk. Bentuk penggunaan lahan yang dominan adalah permukiman.

m) Endapan Lahar Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 15 - 25%

Macam Tanah Mediteran Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F1-

III - Mk - S)

Satuan lahan ini juga terletak di bagian hilir dari Sungai Grompol dengan

Sungai Tempuran. Letak satuan lahan ini juga relatif lebih rendah

sehingga kemungkinan untuk terendam air lebih besar dibandingkan

daerah yang lain. Topografi satuan lahan ini agak curam dengan

kemiringan lereng 15 - 25%. Bentuk penggunaan lahannya adalah

permukiman dan kebun. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa

Sewurejo, Kelurahan Gedong, dan Kelurahan Delingan. Luas satuan

lahan ini adalah 42,585 Ha atau 0,69% dari luas seluruh daerah

penelitian.

n) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan

Dataran Banjir Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Latosol Coklat

Laju Erosi Berat (Qlla - F2- I - Lc - B)

Satuan lahan ini mempunyai luas 186,587 Ha atau 3,00% dari luas

seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa

Kaliboto, Pojok, Tohkuning, Sewurejo, dan Kelurahan Gedong.

Page 130: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Topografi satuan lahan ini datar dengan kemiringan lereng 0 - 8%.

Bentuk penggunaan lahannya adalah sebagai permukiman,

tegalan/ladang, kebun dan sawah irigasi.

o) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan

Dataran Banjir Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Latosol Coklat

Laju Erosi Sedang (Qlla - F2- I - Lc - S)

Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Kaliboto, Bangsri, Tohkuning,

Sewurejo, Ngemplak, dan Kelurahan Gedong. Topografi satuan lahan ini

datar dengan kemiringan lereng 0 - 8%. Bentuk penggunaan lahannya

adalah permukiman, sawah tadah hujan, sawah irigasi, dan kebun. Luas

satuan lahan ini adalah 113,371 Ha atau 1,82% dari luas seluruh daerah

penelitian.

p) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan

Dataran Banjir Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Mediteran

Merah Kuning Laju Erosi Berat (Qlla - F2- I - Mk - B)

Satuan lahan ini mempunyai luas 364,901 Ha atau 5,87% dari seluruh

luas seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa

Alastuwo, Banjarharjo, Wonolopo, Kalijirak, Gaum, Kaliboto, Pojok,

Sewurejo, Tohkuning, Bangsri, Kelurahan Gedong, Delingan, Bejen,

Popongan dan Kelurahan Gayamdompo. Bentuk penggunaan lahannya

adalah permukiman, tegalan/ladang, sawah irigasi, kebun, dan

peternakan. Topografi satuan lahan ini landai dengan kemiringan lereng

0 - 8%.

q) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan

Dataran Banjir Kemiringan Lereng 0 - 8% Macam Tanah Mediteran

Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F2- I - Mk - S)

Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Malanggaten, Alastuwo,

Kaliboto, Kalijirak, Banjarharjo, Wonolopo, Gedong, Gaum, Sewurejo,

Tohkuning dan Karangpandan, Kelurahan Popongan, Kelurahan

Gayamdompo, Kelurahan Bejen, Kelurahan Delingan, dan Kelurahan

Gedong. Topografi satuan lahan ini landai dengan kemiringan lereng 0 -

Page 131: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

8%. Bentuk penggunaan lahannya adalah permukiman, tegalan/ladang,

sawah irigasi, sawah tadah hujan dan kebun. Luas satuan lahan ini adalah

636,077 Ha atau 10,24% dari luas seluruh daerah penelitian.

r) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan

Dataran Banjir Kemiringan Lereng 8 - 15% Macam Tanah Latosol

Coklat Laju Erosi Berat (Qlla - F2- II - Lc - B)

Satuan lahan ini hanya meliputi sebagian Desa Tohkuning. Bentuk

penggunaan lahan yang dominan adalah permukiman, sawah irigasi dan

kebun. Topografi satuan lahan ini landai dengan kemiringan lereng 8 -

15%. Kedalaman muka airtanah di satuan lahan ini relatif dangkal

sehingga mudah dimanfaatkan penduduk untuk memenuhi kebutuhannya.

Luas satuan lahan ini 12,087 Ha atau 0,19% dari luas seluruh daerah

penelitian.

s) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan

Dataran Banjir Kemiringan Lereng 8 - 15% Macam Tanah Latosol

Coklat Laju Erosi Sedang (Qlla - F2- II - Lc - S)

Satuan lahan ini mempunyai luas 71,786 Ha atau 1,16% dari seluruh luas

seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa

Tohkuning, Desa Pojok, Desa Sewurejo dan Desa Karangpandan. Bentuk

penggunaan lahannya adalah permukiman, tegalan/ladang, sawah irigasi,

kebun, dan peternakan. Topografi satuan lahan ini landai dengan

kemiringan lereng 8 - 15%.

t) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan

Dataran Banjir Kemiringan Lereng 8 - 15% Macam Tanah Mediteran

Merah Kuning Laju Erosi Berat (Qlla - F2- II - Mk - B)

Satuan lahan ini terletak di bagian hulu dari Sungai Tempuran. Satuan

lahan ini meliputi sebagian Desa Bangsri dengan luas keseluruhan 22,491

Ha atau 0,36% dari luas seluruh daerah penelitian. Topografi satuan

lahan ini landai dengan kemiringan lereng 8 - 15%. Bentuk penggunaan

lahan pada satuan lahan ini adalah permukiman.

Page 132: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

u) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan

Dataran Banjir Kemiringan Lereng 8 - 15% Macam Tanah Mediteran

Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F2- II - Mk - S)

Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Bangsri, Sewurejo, Tohkuning,

Kelurahan Delingan, Kelurahan Gayamdompo dan Kelurahan Gedong.

Topografi satuan lahan ini landai dengan kemiringan lereng 8 - 15%.

Bentuk penggunaan lahannya adalah sebagai permukiman,

tegalan/ladang, sawah irigasi, sawah tadah hujan dan kebun. Luas satuan

lahan ini adalah 229,428 Ha atau 3,69% dari luas seluruh daerah

penelitian.

v) Endapan Lahar Lawu Kompleks Teras Sungai, Tanggul Alam dan

Dataran Banjir Kemiringan Lereng 15 - 25% Macam Tanah Mediteran

Merah Kuning Laju Erosi Sedang (Qlla - F2- III - Mk - S)

Satuan lahan ini mempunyai luas 29,590 Ha atau 0,48% dari seluruh luas

seluruh daerah penelitian. Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa

Sewurejo, Kelurahan Gedong, dan Kelurahan Delingan. Bentuk

penggunaan lahannya adalah kebun. Topografi satuan lahan ini agak

curam dengan kemiringan lereng 15 - 25%.

w) Batuan Gunungapi Lawu Dataran Aluvial Kemiringan Lereng 8 - 15%

Macam Tanah Latosol Coklat Laju Erosi Sedang (Qvl - F1 - II - Lc - S)

Satuan lahan ini meliputi sebagian Desa Karangpandan. Topografi satuan

lahan ini landai dengan kemiringan lereng 8 - 15%. Bentuk penggunaan

lahannya adalah sebagai permukiman, dan sawah irigasi. Luas satuan

lahan ini adalah 9,222 Ha atau 0,15% dari luas seluruh daerah penelitian.

Macam, simbol, dan luas dari masing-masing satuan lahan di daerah

penelitian disajikan pada Tabel 4.20. Sedangkan sebaran satuan lahan

disajikan pada Peta 4.8.

Page 133: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Tabel 4.20. Satuan Lahan Di Antara Sungai Grompol Dengan Sungai Tempuran No Nama Satuan Lahan Id

Simbol Luas

Ha %

1. Alluvium - Dataran Aluvial

- Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Berat

1 Qa - F1 - I - Mk - B

38,339

0,62

2. Alluvium - Dataran Aluvial

- Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Sedang

2 Qa - F1 - I - Mk - S

115,001

1,85

3. Alluvium - Kompleks Teras Sungai, Tanggul

Alam dan Dataran Banjir

- Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Berat

3 Qa - F2 - I - Mk - B

56,661

0,91

4. Alluvium - Kompleks Teras Sungai, Tanggul

Alam dan Dataran Banjir

- Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Sedang

4 Qa - F2 - I - Mk - S

99,026

1,59

5. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -

Lereng Kelas I - Latosol Coklat - Laju Erosi

Berat

5 Qlla - F1 - I - Lc - B

722,182

11,62

6. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -

Lereng Kelas I - Latosol Coklat - Laju Erosi

Sedang

6 Qlla - F1 - I - Lc - S

206,726

3,33

7. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -

Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Berat

7 Qlla - F1 - I - Mk - B

1206,485

19,42

8. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -

Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Sedang

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1217,433

19,60

9. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -

Lereng Kelas II - Latosol Coklat - Laju Erosi

Berat

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 186,798

3,01

10. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -

Lereng Kelas II - Latosol Coklat - Laju Erosi

Sedang

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 130,716

2,10

11. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -

Lereng Kelas II - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Berat

11 Qlla - F1 - II - Mk - B

130,971

2,11

12. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -

Lereng Kelas II - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Sedang

12 Qlla - F1 - II - Mk - S

384,232

6,18

13. Endapan Lahar Lawu - Dataran Aluvial -

Lereng Kelas III - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Sedang

13 Qlla - F1 - III - Mk - S

42,585

0,69

14. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras

Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -

Lereng Kelas I - Latosol Coklat - Laju Erosi

Berat

14 Qlla - F2 - I - Lc - B

186,587

3,00

15. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras

Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -

Lereng Kelas I - Latosol Coklat - Laju Erosi

Sedang

15 Qlla - F2 - I - Lc - S

113,371

1,82

16. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras

Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -

Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Berat

16 Qlla - F2 - I - Mk - B

364,901

5,87

17. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras

Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -

Lereng Kelas I - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Sedang

17 Qlla - F2 - I - Mk - S

636,077

10,24

Page 134: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

No Nama Satuan Lahan Id

Simbol Luas

Ha %

18. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras

Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -

Lereng Kelas II - Latosol Coklat - Laju Erosi

Berat

18 Qlla - F2 - II - Lc - B

12,087

0,19

19. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras

Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -

Lereng Kelas II - Latosol Coklat - Laju Erosi

Sedang

19 Qlla - F2 - II - Lc - S

71,786

1,16

20. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras

Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -

Lereng Kelas II - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Berat

20 Qlla - F2 - II - Mk - B

22,491

0,36

21. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras

Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -

Lereng Kelas II - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Sedang

21 Qlla - F2 - II - Mk - S

229,428

3,69

22. Endapan Lahar Lawu - Kompleks Teras

Sungai, Tanggul Alam dan Dataran Banjir -

Lereng Kelas III - Mediteran Merah Kuning -

Laju Erosi Sedang

22 Qlla - F2 - III - Mk - S

29,590

0,48

23. Batuan Gunungapi Lawu - Dataran Aluvial -

Lereng Kelas II - Latosol Coklat - Laju Erosi

Sedang

23 Qvl - F1 - II - Lc - S

9,222

0,15

Jumlah 6212,691 100,00

Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan

- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG

Page 135: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Peta 4.8 Satuan lahan

Page 136: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

b. Sifat Fisik yang Berpengaruh Pada Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah

Bebas Secara Statis

Penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara statis dalam

penelitian ini menggunakan metode Le Grand. Penjelasan tentang sifat fisik

yang menjadi parameter potensi pencemaran airtanah bebas secara statis dan

sebarannya dijelaskan dalam uraian berikut.

1) Kedalaman Muka Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol dengan

Sungai Tempuran

Kedalaman muka airtanah adalah jarak minimum antara permukaan

tanah dengan muka airtanah. Kedalaman muka airtanah merupakan salah

satu parameter yang digunakan dalam menentukan potensi pencemaran

airtanah, karena kedalaman muka airtanah sangat berpengaruh pada cepat

atau lambatnya bahan pencemar masuk ke dalam airtanah. Semakin dangkal

kedalaman muka airtanah, maka semakin cepat bahan pencemar masuk ke

dalam airtanah sehingga airtanah semakin cepat untuk tercemar.

Pengukuran kedalaman muka airtanah bebas dilakukan pada 51

sumur gali di luar daerah penelitian dan 178 sumur gali yang tersebar pada

lokasi penelitian. Pengukuran juga dilakukan di luar daerah penelitian

karena data kedalaman muka airtanah dari luar daerah penelitian diperlukan

dalam pembuatan peta kontur airtanah dan digunakan sebagai indikator

untuk mengetahui bahwa Sungai Grompol dan Sungai Tempuran

merupakan sungai dengan sistem aliran effluent.

Pengukuran kedalaman muka airtanah bebas dilakukan pada

pertengahan bulan oktober sampai awal bulan november 2011. Pengukuran

dilakukan pada bulan pada bulan oktober hingga bulan november 2011,

untuk memperoleh data kedalaman muka airtanah bebas yang akurat dan

relatif stabil. Pada bulan tersebut belum turun hujan di daerah penelitian,

sehingga belum ada imbuhan ( recharge) terhadap airtanah bebas. Imbuhan

( recharge) berpengaruh pada fluktuasi atau naik turunnya kedalaman muka

airtanah bebas. Apabila pengukuran kedalaman muka airtanah bebas

dilakukan ketika musim hujan maka data kedalaman muka airtanah bebas

Page 137: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

kurang akurat, karena adanya imbuhan (recharge) yang berasal dari

presipitasi air hujan hal ini juga sangat berpengaruh dalam proses interpolasi

kontur airtanah bebas dan analisis arah aliran airtanah bebas. Adanya

imbuhan ( recharge) maka kedalaman muka airtanah bebas akan naik. Titik-

titik elevasi muka airtanah bebas pada tiap sampel kedalaman muka airtanah

bebas menjadi tidak stabil dan akan berubah sesuai dengan besarnya

imbuhan ( recharge) pada masing-masing daerah. Ketika dilakukan analisis

dengan teknik interpolasi pada titik-titik elevasi muka airtanah bebas

tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis arah aliran airtanah bebas,

maka kontur airtanah bebas dan arah aliran airtanah bebas menjadi berbeda

dibandingkan pada saat kondisi normal tanpa adanya imbuhan ( recharge).

Hal ini berpengaruh pada hasil penelitian, khususnya potensi pencemaran

airtanah bebas secara statis dan potensi pencemaran airtanah bebas secara

dinamis. Sebaran sampel kedalaman muka airtanah bebas di daerah

penelitian disajikan pada Peta 4.9. Sedangkan kontur airtanah di daerah

penelitian dapat dilihat pada Peta 4.10.

Kedalaman muka airtanah pada lokasi penelitian antara 0,62 –

22,57 meter. Arah aliran airtanah pada lokasi penelitian tidak terlalu cepat

karena topografi lokasi penelitian tidak terlalu besar perbedaannya.

Kedalaman dasar sumur pada lokasi penelitian antara 2,7 – 25,53 meter.

Kedalaman dasar sumur pada lokasi penelitian tergolong dalam, karena

pada tingkat kedalaman tersebut airtanah dangkal baru bisa diperoleh dan

pada musim kemarau keterdapatan airtanah dangkal pada sebagian besar

lokasi penelitian sedikit dengan ketebalan airtanah mencapai 0,3 meter

bahkan ada sebagian yang kering, sehingga penduduk menggali sumur lebih

dalam lagi untuk mendapatkan airtanah. Sedangkan pada musim penghujan

ketebalan airtanah pada lokasi penelitian bertambah dan berlimpah antara

1,3 – 22,2 meter dengan kedalaman muka airtanah hanya 0,23 meter dari

permukaan tanah. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi airtanah dangkal

pada lokasi penelitian tinggi, berdasarkan hasil wawancara dengan

penduduk fluktuasi airtanah dangkal pada lokasi penelitian berkisar antara

Page 138: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

0,3 – 16,13 meter. Kedalaman muka airtanah di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21. Kedalaman Muka Airtanah di daerah penelitian No Kedalaman

Muka

Airtanah

(meter)

Skor Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

1. 0 - <5 2 1 Qa - F1 - I - Mk – B 37,075 450,311 7,25

2 Qa - F1 - I - Mk – S 93,361

3 Qa - F2 - I - Mk – B 45,600

4 Qa - F2 - I - Mk – S 66,697

5 Qlla - F1 - I - Lc - B 35,867

6 Qlla - F1 - I - Lc – S 63,138

7 Qlla - F1 - I - Mk – B 24,525

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 14,309

9 Qlla - F1 - II - Lc – B 0,234

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 13,454

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 6,233

16 Qlla - F2 - I - Mk – B 12,350

17 Qlla - F2 - I - Mk – S 18,400

19 Qlla - F2 - II - Lc – S 9,904

23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,164

2. 5 - <10 4 1 Qa - F1 - I - Mk – B 1,260 2186,154 35,19

2 Qa - F1 - I - Mk – S 21,633

3 Qa - F2 - I - Mk – B 11,057

4 Qa - F2 - I - Mk – S 32,321

5 Qlla - F1 - I - Lc - B 176,083

6 Qlla - F1 - I - Lc – S 70,519

7 Qlla - F1 - I - Mk – B 532,294

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 448,190

9 Qlla - F1 - II - Lc – B 37,332

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 45,307

11 Qlla - F1 - II - Mk – B 48,071

12 Qlla - F1 - II - Mk – S 26,427

13 Qlla - F1 - III - Mk – S 7,051

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 101,065

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 23,198

16 Qlla - F2 - I - Mk – B 168,880

17 Qlla - F2 - I - Mk – S 247,489

18 Qlla - F2 - II - Lc - B 10,776

19 Qlla - F2 - II - Lc – S 39,623

20 Qlla - F2 - II - Mk - B 4,188

21 Qlla - F2 - II - Mk – S 128,975

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 4,415

3. 10 - <15 5 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 402,298 2479,200 39,91

6 Qlla - F1 - I - Lc – S 57,452

7 Qlla - F1 - I - Mk – B 372,683

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 509,406

9 Qlla - F1 - II - Lc – B 97,063

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 65,930

11 Qlla - F1 - II - Mk – B 63,373

12 Qlla - F1 - II - Mk – S 222,192

13 Qlla - F1 - III - Mk – S 35,407

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 85,275

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 64,157

16 Qlla - F2 - I - Mk – B 129,962

17 Qlla - F2 - I - Mk – S 250,975

18 Qlla - F2 - II - Lc - B 1,277

19 Qlla - F2 - II - Lc – S 22,162

20 Qlla - F2 - II - Mk - B 18,299

21 Qlla - F2 - II - Mk – S 56,142

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 25,147

Page 139: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

No Kedalaman

Muka

Airtanah

(meter)

Skor Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

4. 15 - <20 6 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 108,094 1085,111 17,47

6 Qlla - F1 - I - Lc – S 15,778

7 Qlla - F1 - I - Mk – B 269,555

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 244,268

9 Qlla - F1 - II - Lc – B 52,177

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 5,858

11 Qlla - F1 - II - Mk – B 19,426

12 Qlla - F1 - II - Mk – S 135,615

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 19,564

16 Qlla - F2 - I - Mk – B 53,821

17 Qlla - F2 - I - Mk – S 116,716

21 Qlla - F2 - II - Mk – S 44,239

5. 20 - <25 7 7 Qlla - F1 - I - Mk – B 7,779 11,915 0,19

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1,663

17 Qlla - F2 - I - Mk – S 2,473

Jumlah 6212,691 6212,691 100,00

Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan

- Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG

Gambar 4.6. Sampel Airtanah Bebas Di Kelurahan Karanganyar (kiri) dan Sampel

Kedalaman Airtanah Bebas Pada Sumur Gali Di Kelurahan Gedong

(Foto diambil Bulan Oktober 2011)

Berdasarkan Tabel 4.21. dapat diketahui bahwa kedalaman muka

airtanah dangkal di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

didominasi kedalaman 10 - <15 meter dengan luas sebesar 2479,200 Hektar

atau 39,91 % dari luas seluruh daerah penelitian. Sedangkan kedalaman

muka airtanah dangkal dengan luasan terkecil adalah kedalaman 20 - <25

meter dengan luas 11,915 Ha atau 0,19 % dari luas seluruh daerah

penelitian. Sebaran kedalaman muka airtanah bebas di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada Peta 4.12.

Page 140: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Peta 4.9 Sampel kedalaman airtanah bebas

Page 141: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Peta 4.10 Kontur airtanah

Page 142: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Peta 4.11. Arah Aliran Airtanah

Page 143: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Peta 4.12 Kedalaman Muka Airtanah

Page 144: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

2) Gradien Hidrolik di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

Gradien hidrolik merupakan kemiringan muka airtanah atau beda

tinggi airtanah dari dua titik dibandingkan jaraknya searah dengan aliran

airtanah. Gradien hidrolik diperoleh dari perhitungan berdasarkan peta

kontur airtanah dan arah aliran airtanah. Gerakan airtanah secara horizontal

dipengaruhi oleh kemiringan lapisan karena pada umumnya muka airtanah

mengikuti kontur permukaan topografi. Airtanah akan selalu bergerak ke

tempat yang lebih rendah, karena permukaan airtanah selalu dalam keadaan

seimbang. Oleh karena itu semakin besar gradien hidrolik, aliran airtanah

akan semakin cepat, sehingga polutan atau bahan pencemar semakin cepat

masuk ke dalam airtanah bebas dan semakin cepat menyebar ke dalam

airtanah bebas, sedangkan semakin kecil gradien hidrolik aliran airtanah

semakin lambat sehingga polutan semakin lambat masuk dan menyebar ke

dalam airtanah.

Berdasarkan hasil perhitungan, daerah penelitian memiliki tiga

kelas gradien hidrolik yaitu antara 0 -<10, 10 -<20, dan >20. Kelas gradien

hidrolik tersebut terletak di seluruh daerah penelitian. Gradien hidrolik di

daerah penelitian didominasi kelas sangat kecil karena pengaruh kondisi

topografi atau kemiringan lereng yang kurang bervariasi, yaitu hanya

memiliki tiga kelas kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi kelas lereng

menurut Chay Asdak. Kondisi topografi atau kemiringan lereng sangat

berpengaruh terhadap gradien hidrolik. Kemiringan lereng berpengaruh

pada kedalaman muka airtanah, karena pada umumnya kedalaman muka

airtanah mengikuti kemiringan lerengnya. Sedangkan besar gradien hidrolik

tergantung pada kedalaman muka airtanah, sehingga jika kemiringan lereng

relatif datar dan kurang bervariasi maka gradien hidrolik juga relatif kecil.

Daerah penelitian didominasi oleh kelas gradien hidrolik yang sangat kecil

maka pengaruh gradien hidrolik terhadap pencemaran airtanah bebas juga

sangat kecil, karena semakin kecil gradien hidrolik maka aliran polutan atau

bahan pencemar semakin lambat masuk dan menyebar kedalam airtanah

bebas. Berdasarkan kontur airtanah bebas di daerah penelitian, secara umum

Page 145: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

aliran airtanah pada daerah penelitian mengalir ke arah utara dan timur laut.

Semakin ke arah utara dan timur laut kecepatan aliran airtanah semakin

lambat dan gradien hidrolik semakin kecil, hal ini karena semakin ke arah

utara dan timur laut kondisi topografi semakin datar. Besar dan luas gradien

hidrolik dapat dilihat pada Tabel 4.22. Sebaran gradien hidrolik di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran disajikan pada Peta 4.13.

Tabel 4.22. Gradien Hidrolik di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran No Besar Gradien

Hidrolik

Skor Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

1. 0 - <10 2 1 Qa - F1 - I - Mk - B 38,415 4924,248

79,26

2 Qa - F1 - I - Mk - S 114,989

3 Qa - F2 - I - Mk - B 56,737

4 Qa - F2 - I - Mk - S 99,013

5 Qlla - F1 - I - Lc - B 539,805

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 127,688

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 966,584

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1124,238

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 96,321

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 99,970

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 98,266

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 291,211

13 Qlla - F1 - III - Mk - S 42,362

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 153,724

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 89,109

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 235,856

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 504,774

18 Qlla - F2 - II - Lc - B 12,163

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 35,651

20 Qlla - F2 - II - Mk - B 8,119

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 159,654

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 29,599

2. 10 - <20 1 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 182,527 1157,965 18,64

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 79,190

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 239,471

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 80,549

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 68,579

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 30,543

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 13,468

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 61,527

13 Qlla - F1 - III - Mk - S 0,284

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 32,747

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 24,147

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 116,893

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 130,476

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 36,199

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 51,835

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 0,232

23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,298

3. >20 0,5 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,477 130,478

2,10

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 12,694

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 21,947

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 19,377

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 31,367

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 11,936

20 Qlla - F2 - II - Mk - B 14,613

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 18,067

Jumlah 6212,691 6212,691 100,00

Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG

Page 146: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Peta 4.13 Gradien Hidrolik

Page 147: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

3) Daya Serap di atas Permukaan Tanah/Tekstur Tanah di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran

Dalam penelitian ini, tekstur tanah merupakan parameter yang

menentukan cepat atau lambatnya polutan meresap masuk ke dalam

airtanah. Tekstur tanah berpengaruh terhadap kandungan udara dalam

tanah dan menentukan kecepatan peresapan air kedalam tanah. Polutan

atau bahan pencemar akan larut dan ikut terbawa air yang meresap

tersebut, melalui air yang meresap tersebut polutan mencapai airtanah dan

menyebabkan pencemaran airtanah. Semakin kasar ukuran butir tekstur

tanah maka potensi airtanah terhadap pencemaran semakin besar. Tanah

yang mempunyai tekstur yang didominasi oleh fraksi pasir atau kerikil

sangat mudah untuk meloloskan air sehingga potensi masuknya polutan ke

dalam airtanah semakin besar.

Pengambilan sampel untuk menentukan tekstur tanah berdasarkan

Peta Satuan lahan Di Antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran.

Validaditas data tekstur tanah dilakukan dengan mencocokan antara data

dari Peta Macam Tanah Kabupaten Karanganyar, observasi lapangan, dan

analisis laboratorium. Validitas data tekstur tanah dilakukan untuk

mendapatkan data yang akurat dan menghindari terjadinya kesalahan data

yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pada tekstur tanah dilakukan

penyesuaian nilai terhadap klasifikasi yang sudah ada. Penyesuaian

tersebut dilakukan karena tekstur tanah di daerah penelitian tidak

semuanya ada pada klasifikasi yang sudah ada. Berdasarkan hasil uji

laboratorium, terdapat empat jenis tekstur tanah di daerah penelitian, yaitu

tekstur lempungan, geluh pasiran, geluh lempungan dan geluh lempung

pasiran. Tanah yang paling dominan di daerah penelitian adalah tanah

dengan tekstur geluh pasiran. Luas tekstur tanah di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Tabel 4.23. Sebaran

keruangan tekstur tanah di daerah penelitian dapat dilihat pada Peta 4.14.

Page 148: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Tabel 4.23. Tekstur Tanah di Antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran No Tekstur Tanah Skor Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

1. Lempungan 6 6 Qlla - F1 - I - Lc - S 206,725 506,683

8,16

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 186,587

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 113,371

2. Geluh Pasiran 3,75 2 Qa - F1 - I - Mk - S 115,000 2478,150 39,88

3 Qa - F2 - I - Mk - B 56,661

4 Qa - F2 - I - Mk - S 99,026

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 1206,485

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 364,901

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 636,077

3. Geluh

Lempungan

2,5 1 Qa - F1 - I - Mk - B 38,338 1324,591 21,32

5 Qlla - F1 - I - Lc - B 722,182

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 186,798

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 130,716

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 130,971

18 Qlla - F2 - II - Lc - B 12,087

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 71,786

20 Qlla - F2 - II - Mk - B 22,491

23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,222

4. Geluh Lempung

Pasiran

4 8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1217,433 1903,267

30,64

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 384,232

13 Qlla - F1 - III - Mk - S 42,585

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 229,427

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 29,590

Jumlah 6212,691 6212,691 100,00

Sumber : - Hasil Analisis Laboratorium Tahun 2012

- Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG

4) Material Penyusun Akuifer di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran

Akuifer adalah suatu formasi batuan atau lapisan yang dapat

menyimpan air dan meloloskannya. Material penyusun akuifer dapat

berupa debu, lempung, pasir maupun kerikil. Material penyusun akuifer

berpengaruh terhadap cepat lambatnya airtanah tercemar. Semakin tinggi

tingkat porositas media akuifer maka potensi airtanah untuk tercemar

semakin besar, karena dengan tingkat porositas tinggi polutan atau bahan

pencemar semakin cepat dan semakin mudah masuk ke dalam airtanah.

Dalam penelitian ini data material penyusun akuifer diperoleh dari Peta

Geologi lembar Surakarta-Giritontro, lembar Ponorogo skala 1 : 100.000

dan dari data bor daerah penelitian.

Page 149: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Berdasarkan data dari Peta Geologi lembar Surakarta-Giritontro

dan lembar Ponorogo skala 1 : 100.000, dapat diketahui bahwa material

akuifer pada daerah penelitian memiliki tingkat porositas yang tinggi.

Berdasarkan data bor, terdapat dua jenis material akuifer di daerah

penelitian, yaitu Debu lempung berpasir dan pasir. Material akuifer yang

paling dominan di daerah penelitian adalah pasir. Ditinjau dari tingkat

porositas yang relatif tinggi maka daerah penelitian memiliki potensi

pencemaran airtanah yang besar. Sebaran material akuifer di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Tabel 4.24. Sebaran

keruangan material akuifer di daerah penelitian dapat dilihat pada Peta

4.15.

Tabel 4.24. Material Akuifer di Antara Sungai Grompol Dengan Sungai Tempuran No Material

Akuifer

Skor Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

1. Debu

Lempung

Berpasir

3 1 Qa - F1 - I - Mk - B 38,338 309,109

4,98

2 Qa - F1 - I - Mk - S 114,999

3 Qa - F2 - I - Mk - B 56,660

4 Qa - F2 - I - Mk - S 99,112

2. Pasir 1,5 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 722,180 5903,582 95,02

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 206,724

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 1206,480

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1217,428

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 186,793

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 130,710

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 130,967

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 384,225

13 Qlla - F1 - III - Mk - S 42,582

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 186,582

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 113,366

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 364,892

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 636,064

18 Qlla - F2 - II - Lc - B 12,086

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 71,783

20 Qlla - F2 - II - Mk - B 22,490

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 229,424

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 29,589

23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,217

Jumlah 6212,691 6212,691 100,00

Sumber : - Data Bor Desa Grompol, Kecamatan Kebakkramat

- Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG

Page 150: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Peta 4.14 Tekstur Tanah

Page 151: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Peta 4.15 Material Akifer

Page 152: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

5) Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis

Berdasarkan hasil pengharkatan (Scoring), tumpangsusun

(Overlay) dan analisis data diperoleh tiga kelas potensi pencemaran

airtanah bebas secara statis, yaitu agak mudah tercemar, agak sulit

tercemar, dan sulit tercemar. Ketiga kelas tersebut dihasilkan dari

tumpangsusun (Overlay) lima kelas kedalaman muka airtanah bebas, tiga

kelas gradien hidrolik, empat kelas tekstur tanah dan dua kelas material

penyusun akuifer. Penjelasan mengenai potensi pencemaran airtanah bebas

secara statis dijelaskan pada uraian berikut.

a) Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar

Kelas potensi agak mudah tercemar memiliki luas sebaran

770,930 Hektar dan 12,41 % dari luas seluruh daerah penelitian, kelas

potensi agak mudah tercemar terjadi karena karakteristik lahannya yang

didominasi oleh kedalaman muka airtanah antara 0 - <5 dan 5 -<10

meter, besar gradien hidrolik antara 10 - <20 dan >20, tekstur tanah

geluh pasiran dan geluh lempung pasiran dengan tingkat permeabilitas

yang bervariasi, yaitu lambat hingga sedang sampai cepat, serta

material penyusun akifer yang berupa pasir. Sifat fisik yang terdapat

pada daerah ini menyebabkan daerah ini termasuk dalam kelas potensi

agak mudah tercemar. Kedalaman muka airtanah yang tergolong

dangkal, material akuifer dan tekstur tanah yang memiliki porositas

yang relatif tinggi menyebabkan polutan atau bahan pencemar lebih

cepat masuk kedalam airtanah tanah, sedangkan gradien hidrolik pada

daerah ini tergolong dalam kelas sedang dan tinggi. Semakin besar nilai

gradien hidrolik maka polutan atau bahan pencemar semakin cepat

masuk ke dalam airtanah, karena semakin besar nilai gradien hidrolik,

kemiringan airtanah semakin besar dan laju aliran airtanah semakin

cepat. Kelas potensi agak mudah tercemar tersebar di lima Kecamatan,

yaitu Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan

Mojogedang, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Karangpandan.

Kelas potensi agak mudah tercemar dengan sebaran terluas terletak di

Page 153: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Kecamatan Karanganyar. Sebaran dan luas kelas potensi agak mudah

tercemar disajikan pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25. Sebaran Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar di antara Sungai Grompol

dengan SungaiTempuran No Kecamatan Desa/

Kelurahan

Id Satuan lahan Luas Jumlah

Ha (%)

1. Kebakkramat Kaliwuluh 2 Qa - F1 - I - Mk - S 31,287 301,708 4,86

3 Qa - F2 - I - Mk - B 6,504

4 Qa - F2 - I - Mk - S 39,796

Malanggaten 1 Qa - F1 - I - Mk - B 37,696

2 Qa - F1 - I - Mk - S 70,507

3 Qa - F2 - I - Mk - B 48,807

4 Qa - F2 - I - Mk - S 38,355

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 4,691

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 9,520

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 4,288

Banjarharjo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,052

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1,839

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 4,054

Alastuwo 1 Qa - F1 - I - Mk - B 0,558

2 Qa - F1 - I - Mk - S 1,200

4 Qa - F2 - I - Mk - S 2,107

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,103

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 0,416

2. Tasikmadu Kalijirak 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 2,401 16,273 0,26

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 3,417

Gaum 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 10,320

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 0,135

3. Mojogedang Kaliboto 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,108 0,319 0,01

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 0,211

4. Karanganyar Delingan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 28,165 308,386 4,96

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1,011

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 16,541

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 18,546

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 1,058

Popongan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 12,355

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 3,172

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 0,042

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 2,615

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 1,169

Gayamdompo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 3,112

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 11,096

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 2,522

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 0,258

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 10,738

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 38,184

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 18,340

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 33,174

Gedong 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 39,971

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 8,877

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 11,575

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 22,068

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 15,974

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 7,823

5. Karangpandan Bangsri 8 Qlla - F1 - I - Mk - S 0,329 144,172 2,32

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 3,041

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 1,476

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 2,890

Ngemplak 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 2,900

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 10,381

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 1,267

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 4,272

Tohkuning 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 20,338

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 12,480

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 0,213

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 1,855

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 0,743

Page 154: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

No Kecamatan Desa/

Kelurahan

Id Satuan lahan Luas Jumlah

Ha (%)

19 Qlla - F2 - II - Lc – S 1,574

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 0,244

Karangpandan 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 12,685

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 39,722

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 10,296

19 Qlla - F2 - II - Lc – S 8,326

23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,140

Jumlah 770,930 770,930 12,41

Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG

Gambar 4.7. Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar Pada Satuan Lahan

2 (Qa - F1 - I - Mk - S) di Desa Kaliwuluh (kiri) dan SatuanLahan

7 (Qlla - F1 - I - Mk - B) di Desa Gedong (kanan)

(Foto diambil Bulan Oktober 2011)

b) Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar

Kelas potensi agak sulit tercemar merupakan kelas potensi

dengan persebaran paling luas yaitu 5372,940 Hektar atau 86,48 % dari

luas seluruh daerah penelitian. Karakteristik lahan pada kelas potensi

agak sulit tercemar didominasi oleh Kedalaman muka airtanah pada

daerah ini relatif merata antara 5 - <10, 10 - <15, 15 - <20 dan 20 - <25

meter, besar gradien hidrolik antara 0 - <10 dan 10 - <20, tekstur tanah

terdiri dari tekstur lempungan, geluh pasiran, geluh lempungan, dan

geluh lempung pasiran, material penyusun akuifer yang berupa pasir.

Kedalaman muka airtanah bebas antara 5 - <10 tersebar di

bagian timur, tengah dan bagian barat daerah ini, kedalaman 10 - <15

meter tersebar di bagian tengah, kedalaman 15 - <20 tersebar di bagian

timur dan barat, sedangkan kedalaman 20 - <25 meter merupakan

kedalaman dengan sebaran terkecil terletak di bagian tengah daerah ini.

Page 155: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Besar gradien hidrolik 10 - <20 di daerah ini terletak di bagian tengah,

meliputi satuan lahan 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 22, besar

gradien hidrolik >20 meliputi satuan lahan 7, 9, 11, 12, 16, 20, 21,

sedangkan besar gradien hidrolik 0 - <10 memiliki persebaran paling

luas di bagian timur dan barat daerah ini. Tekstur geluh lempung

pasiran dan geluh pasiran pada daerah ini tersebar merata dan memiliki

luas yang dominan, sedangkan tekstur lempungan, geluh lempungan

tersebar di bagian tengah bagian utara. Material akuifer pada daerah ini

didominasi oleh pasir. Daerah ini termasuk dalam kelas potensi agak

sulit tercemar karena pengaruh sifat-sifat fisik yang telah diuraikan di

atas, tetapi tidak semua sifat fisik memiliki pengaruh yang sama pada

setiap daerah. Hal ini karena belum tentu setiap daerah memiliki sifat

fisik yang sama. Pada bagian tengah, sifat fisik yang berpengaruh

dominan adalah kedalaman muka airtanah antara 5 - <10 meter dan 10 -

<15 meter, besar gradien hidrolik 0 - <10, tekstur tanah geluh lempung

pasiran, geluh pasiran, lempungan, dan geluh lempungan. Kedalaman

muka airtanah yang relatif dalam, dan tekstur tanah dengan dominasi

geluh dan lempung menyebabkan polutan atau bahan pencemar lambat

masuk ke dalam airtanah, sedangkan besar gradien hidrolik tergolong

kecil sehingga polutan atau bahan pencemar semakin lambat masuk ke

dalam airtanah dan penyebarannya juga semakin lambat. Pada bagian

timur dan barat, sifat fisik yang berpengaruh dominan adalah

kedalaman muka airtanah antara 15 - <20 meter, besar gradien hidrolik

0 - <10, tekstur tanah geluh lempung pasiran dan geluh pasiran.

Kedalaman muka airtanah tergolong dalam, besar gradien hidrolik

tergolong sangat kecil, dan tekstur tanah dengan dominasi geluh dan

lempung, sifat fisik tersebut menyebabkan polutan atau bahan pencemar

lambat masuk ke dalam airtanah dan penyebarannya juga semakin

lambat. Sifat fisik lainnya seperti material penyusun akuifer yang

berupa pasir, memiliki tingkat porositas yang tinggi, sehingga dapat

menyebabkan polutan atau bahan pencemar lebih cepat masuk dan

Page 156: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

menyebar ke dalam airtanah, meskipun demikian pengaruh sifat fisik

seperti kedalaman muka airtanah, gradien hidrolik dan tekstur tanah

memiliki pengaruh yang lebih dominan dibandingkan material

penyusun akuifer. Sebaran dan luas kelas potensi agak mudah tercemar

disajikan pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26. Sebaran Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar Potensi Pencemaran

Airtanah Bebas Secara Statis Di Antara Sungai Grompol Dan SungaiTempuran No Kecamatan Desa/

Kelurahan

Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

1. Kebakkramat Kaliwuluh 2 Qa - F1 - I - Mk - S 2,321 933,393 15,02

4 Qa - F2 - I - Mk - S 6,183

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 0,033

Malanggaten 2 Qa - F1 - I - Mk - S 8,958

4 Qa - F2 - I - Mk - S 5,937

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 7,850

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 65,029

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 54,832

Banjarharjo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 59,064

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 171,870

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 14,700

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 72,052

Alastuwo 1 Qa - F1 - I - Mk - B 0,046

2 Qa - F1 - I - Mk - S 0,642

3 Qa - F2 - I - Mk - B 1,333

4 Qa - F2 - I - Mk - S 6,547

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 124,258

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 180,366

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 12,820

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 138,552

2. Tasikmadu Wonolopo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 5,202 710,541 11,44

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 21,604

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 4,795

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 19,173

Kalijirak 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 2,186

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 194,875

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 145,675

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 11,068

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 74,904

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 69,507

Gaum 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 83,219

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 13,544

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 57,004

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 7,785

3. Mojogedang Kaliboto 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 128,272 1277,011 20,55

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 8,375

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 77,560

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 28,602

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 3,719

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 35,409

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 18,885

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 26,454

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 56,772

Pojok 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 114,085

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 47,622

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 14,539

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 94,865

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 19,917

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 19,362

Sewurejo 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 234,634

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 24,713

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 41,160

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 50,924

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 27,374

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 35,020

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 73,025

13 Qlla - F1 - III - Mk - S 21,935

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 31,178

Page 157: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

No Kecamatan Desa/

Kelurahan

Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 8,853

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 19,746

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 4,033

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 9,978

4. Karanganyar Delingan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 179,994 1757,843 28,29

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 258,844

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 94,527

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 0,011

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 222,921

13 Qlla - F1 - III - Mk - S 14,309

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 31,495

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 56,204

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 15,046

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 12,734

Bejen 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 109,458

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 15,522

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 22,977

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 45,049

Popongan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 49,589

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 16,234

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 5,112

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 8,124

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 39,910

Gayamdompo 8 Qlla - F1 - I - Mk - S 9,838

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 2,051

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 10,881

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 6,612

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 7,815

Gedong 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 105,401

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 10,342

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 173,811

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 138,140

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 38,298

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 1,800

13 Qlla - F1 - III - Mk - S 6,143

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 14,290

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 0,734

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 18,135

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 6,861

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 1,794

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 6,837

5. Karangpandan Bangsri 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 1,928 694,152 11,17

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 0,068

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 0,159

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 8,527

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 3,760

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 77,043

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 23,913

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 1,106

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 8,904

20 Qlla - F2 - II - Mk - B 22,459

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 9,024

Ngemplak 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 17,475

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 8,688

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 10,098

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 14,529

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 20,873

Tohkuning 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 58,032

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 33,520

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 65,811

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 27,868

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 10,836

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 25,384

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 34,444

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 10,512

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 18,120

18 Qlla - F2 - II - Lc - B 12,011

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 20,295

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 146,448

Karangpandan 19 Qlla - F2 - II - Lc - S 2,317

Jumlah 5372,940 5372,940 86,48

Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG

Page 158: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Gambar 4.8. Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar Pada Satuan Lahan

16 (Qlla - F2 - I - Mk - B) di Desa Kaliwuluh (kiri) dan Satuan

Lahan 9 (Qlla - F1 - II - Lc - B) di Kelurahan Delingan (kanan)

(Foto diambil Bulan Oktober 2011)

c) Kelas Potensi Sulit Tercemar

Kelas potensi sulit tercemar merupakan kelas potensi

pencemaran dengan persebaran paling kecil yaitu 68,822 Hektar atau

1,108 % dari luas seluruh daerah penelitian. Kelas potensi sulit

tercemar tersebar pada satuan lahan 5 (Qlla - F1 - I - Lc - B), 6 (Qlla -

F1 - I - Lc - S), 9 (Qlla - F1 - II - Lc - B) dan 15 (Qlla - F2 - I - Lc - S).

Karakteristik lahan di daerah tersebut didominasi oleh kedalaman muka

airtanah antara 15 - <20 meter, besar gradien hidrolik 0 - <10, tekstur

tanah berupa lempungan dan material penyusun akuifer berupa pasir.

Berdasarkan karakteristik sifat fisik tersebut maka daerah ini tergolong

dalam kelas potensi sulit tercemar. Kedalaman muka airtanah di daerah

ini tergolong dalam, gradien hidrolik tergolong sangat kecil dan tekstur

tanah berupa lempungan. Kedalaman muka airtanah yang tergolong

dalam menyebabkan polutan atau bahan pencemar semakin lambat

masuk ke dalam airtanah, gradien hidrolik yang tergolong sangat kecil

berpengaruh pada penyebaran polutan atau bahan pencemar, karena

semakin kecil gradien hidrolik maka aliran airtanah semakin lambat.

Material penyusun akuifer daerah ini berupa pasir, meskipun demikian

daerah ini tetap tergolong kelas potensi sulit tercemar karena sifat fisik

yang lain memiliki pengaruh yang lebih dominan. Kelas potensi sulit

Page 159: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

tercemar tersebar di sebagian Kecamatan Mojogedang dan Kecamatan

Karangpandan. Sebaran kelas potensi sulit tercemar di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran dapat dilihat pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27. Sebaran Kelas Potensi Sulit Tercemar Potensi Pencemaran Statis

Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol dan SungaiTempuran No Kecamatan Desa/

Kelurahan

Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

1. Mojogedang Pojok 6 Qlla - F1 - I - Lc - S 0,084 68,734 1,106

Sewurejo 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 24,574

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 11,059

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 13,554

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 19,463

2. Karangpandan Tohkuning 15 Qlla - F2 - I - Lc - S 0,087 0,087 0,001

Jumlah 68,822 68,822 1,108

Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG

Gambar 4.9. Kelas Potensi Sulit Tercemar Pada Satuan Lahan 6 (Qlla - F2 - I - Lc - S)

di Desa Sewurejo (kiri) dan Satuan Lahan 9 (Qlla - F1 - II - Lc - B)

di Desa Pojok (kanan) (Foto diambil Bulan Oktober 2011)

Sebaran keruangan potensi pencemaran airtanah bebas secara

statis disajikan dalam bentuk peta, simbol yang digunakan adalah

simbol area/luasan dengan warna bertingkat sesuai kelas potensi

pencemaran. Semakin tinggi kelas potensi pencemaran suatu daerah

maka warna yang digunakan semakin gelap, sebaliknya semakin rendah

kelas potensi pencemaran suatu daerah maka simbol warna yang

digunakan semakin terang. Sebaran potensi pencemaran airtanah bebas

secara statis di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran dapat

dilihat pada Peta 4.16.

Page 160: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Peta 4.16 Pencemaran airtanah Bebas secara statis

.

Page 161: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

2. Zonasi Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis

Parameter yang digunakan pada penentuan potensi pencemaran

airtanah bebas secara dinamis sama dengan parameter yang digunakan pada

penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara statis, tetapi pada

penentuan potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis ditambah satu

parameter lagi sebagai sumber pencemar, yaitu penggunaan lahan. Sumber

pencemar yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan lahan.

Potensi Pencemaran airtanah bebas secara dinamis di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran hanya terdiri dari dua kelas, yaitu kelas potensi agak

sulit tercemar dan kelas potensi sulit tercemar. Penjelasan mengenai

pencemaran airtanah bebas secara dinamis dan sifat fisik yang memiliki

pengaruh dominan terhadap potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis

dijelaskan sebagai berikut.

a. Penggunaan Lahan dan Kepadatan Penduduk di antara Sungai Grompol

dengan Sungai Tempuran

Penggunaan lahan digunakan sebagai salah satu faktor untuk

menentukan tingkat potensi pencemaran airtanah bebas di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran berdasarkan pertimbangan bahwa

penggunaan lahan merupakan sumber potensial bagi pencemaran airtanah.

Dalam berbagai macam penggunaan lahan terdapat berbagai macam aktivitas

manusia. Dalam setiap aktivitas manusia hampir selalu menghasilkan limbah

baik dalam jumlah yang sedikit maupun dalam jumlah yang banyak. Data

penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

diperoleh dari interpretasi citra dari Google Earth tahun 2011, untuk

mendapatkan data yang valid dan meminimalisasi kesalahan maka dilakukan

uji validitas data. Uji validitas data dilakukan dengan membandingkan

penggunaan lahan dari Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000 Tahun

2001 lembar 1408-344 Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan

dengan penggunaan lahan hasil interpretasi citra dari Google Earth tahun

2011, kemudian dilakukan survei lapangan untuk mencocokan dan menguji

Page 162: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

kebenaran data yang diperoleh dari peta rupa bumi dan citra dari Google

Earth tersebut.

Luas lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran

adalah 6212,691 Ha atau 62,12691 Km2. Bentuk penggunaan lahan di antara

Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran beraneka ragam, bentuk

penggunaan lahan tersebut terdiri dari sawah tadah hujan, sawah irigasi,

permukiman, tegalan/ladang, kebun/perkebunan, industri, peternakan,

waduk/tubuh air dan lahan kosong. Penggunaan lahan yang paling dominan

adalah permukiman dan sawah. Bagian hulu sampai bagian tengah banyak

didominasi oleh kebun/perkebunan, permukiman dan tegalan/ladang,

sedangkan bagian tengah sampai hilir banyak didominasi oleh permukiman

dan sawah.

Lahan kosong maupun hutan mempunyai nilai/skor tinggi karena

pengaruhnya terhadap pencemaran relatif kecil. Persawahan,

kebun/perkebunan, tegalan/ladang mempunyai nilai/skor sama di bawah lahan

kosong dan hutan karena pertimbangan bahwa pada persawahan,

kebun/perkebunan, tegalan/ladang, terdapat pengolahan dengan menggunakan

peralatan pertanian dan penggunaan pupuk, meskipun intensitas dan jumlah

penggunaan pupuk berbeda. Selain itu limpasan dan tingkat infiltrasinya lebih

besar dibandingkan dengan lahan kosong maupun hutan.

Pengharkatan atau scoring pada bentuk penggunaan lahan yang

berupa permukiman dibuat lebih rinci dengan membuat kelas yang berbeda

antara permukiman dengan kepadatan penduduk sangat padat, permukiman

dengan kepadatan penduduk cukup padat dan permukiman dengan kepadatan

penduduk kurang padat. Hal ini dilakukan karena semakin padat suatu

permukiman maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan, khususnya

limbah rumah tangga/domestik. Kepadatan penduduk yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dengan membagi jumlah penduduk yang termasuk

dalam daerah penelitian dengan luas area yang termasuk dalam daerah

penelitian. Kategori kepadatan penduduk yang digunakan dalam pengharkatan

atau scoring penggunaan lahan dibagi dalam tiga kelas sesuai dengan

Page 163: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Undang-undang Nomor 56 1960 tentang kategori jumlah penduduk, yaitu

kategori kepadatan penduduk sangat padat, cukup padat dan kurang padat.

Selain itu dalam pengkelasan permukiman juga mempertimbangkan adanya

lokasi industri dan peternakan di sekitar permukiman tersebut, karena limbah

yang berasal dari industri dan peternakan memberikan pengaruh terhadap

pencemaran airtanah bebas. Klasifikasi penggunaan lahan untuk masing-

masing desa di setiap kecamatan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel

4.28. Sebaran keruangan penggunaan lahan di daerah penelitian disajikan

pada Peta 4.17.

Tabel 4.28. Penggunaan Lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran No Penggunaan Lahan Skor Desa/

Kelurahan

Nomor Satuan Lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

1. Lahan Kosong 8 Kaliwuluh 4 12,208 49,279 0,79

Gaum 17 12,094

Pojok 6 12,116

Gedong 8,17 12,862

2. Sawah Tadah Hujan 7 Kalijirak 7,8,11,17 147,561 285,993 4,60

Gaum 8,17 16,459

Kaliboto 6,7,8,11,15,16,17 105,493

Bejen 8,17 16,481

Sawah Irigasi 7 Kalijirak 8,17 76,307 1839,302 29,61

Alastuwo 2,3,8,17 275,406

Bangsri 6,8,12,16 48,887

Banjarharjo 8,17 245,870

Gaum 8 15,283

Kaliboto 8 17,896

Kaliwuluh 2,3,4 76,724

Karangpandan 6,10,19,23 74,665

Malanggaten 2,3,4,8,17 265,166

Ngemplak 6,10,15 39,794

Pojok 6,10,14,15,19 112,721

Sewurejo 6,9,10,15,19 83,332

Tohkuning 6,8,10,15 46,747

Wonolopo 8,17 55,923

Bejen 8,17 61,741

Delingan 8,12,17,21,22 149,698

Gayamdompo 8,12,16,17,21 86,211

Gedong 6,8,14,15,17,21 39,951

Popongan 8,16,17 66,989

Kebun 7 Alastuwo 1,4,8,17 34,178 811,147 13,06

Delingan 8,12,17,21,22 342,881

Kalijirak 8,17 12,901

Bangsri 10,12,15,16 11,496

Banjarharjo 8,17 8,341

Gaum 8,17 14,803

Kaliwuluh 2,3,4,17 10,608

Malanggaten 1,2,3,4,8,17 28,181

Ngemplak 6,10,15 27,996

Sewurejo 6,8,10,12,13,22 163,205

Tohkuning 6,8,9,10,11,12,14,18,21 90,643

Wonolopo 17 2,789

Bejen 8,17 6,226

Gayamdompo 8,17,21 10,134

Gedong 8,11,13,17,21,22 34,540

Popongan 8,12,17 12,224

Page 164: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

No Penggunaan Lahan Skor Desa/

Kelurahan

Nomor Satuan Lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

Tegalan/Ladang 7 Banjarharjo 7,16 24,082 888,670 14,30

Kalijirak 5,7,11,16,17 114,822

Kaliboto 5,7,11,14,16,17 215,660

Gaum 7,16 54,244

Ngemplak 5,9 25,962

Pojok 5,14,19 77,868

Sewurejo 5,7,10 53,544

Tohkuning 5,9,11,21 38,743

Bejen 7,16 48,193

Gayamdompo 9,17,21 23,285

Gedong 5,7,10,14,16,21 189,003

Popongan 7 23,267

3. Permukiman Kepadatan Penduduk Kurang Padat

6 Kaliwuluh 2,3,4 28,719 28,719 0,46

4. Permukiman Kepadatan

Penduduk Cukup Padat

4 Wonolopo 7,16 13,551 67,702 1,09

Ngemplak 5,9,15 41,041

Bangsri 11,21 13,110

5. Permukiman Kepadatan Penduduk Sangat Padat

2 Malanggaten 1,3,4,7,17 84,643 1225,77 19,73

Alastuwo 7,16,17 56,781

Gaum 7,16 122,934

Kaliboto 5,7,11,14,16 42,412

Banjarharjo 7,16,17 89,750

Karangpandan 5,6,10,19,23 26,574

Delingan 7,9,11,12,16,17,21 164,389

Tohkuning 5,10,14,15,19,21 21,626

Bejen 7,16 110,770

Gayamdompo 9,16,21 64,637

Popongan 7,12,16,17 80,149

Gedong 5,7,11,16,21 165,449

Kalijirak 5,7,11,16,17 195,656

6. Permukiman Kepadatan

Penduduk Sangat Padat,

Ada Lokasi Industri dan Peternakan

1 Alastuwo 7,16,17 127,675 1016,096 16,36

Kaliboto 5,7,14,17 56,495

Pojok 5,14, 160,520

Sewurejo 5,7,9,10,12,13,14,15,21 359,204

Tohkuning 5,9,10,11,12,15,18,19,21 236,432

Gedong 5,7,10,11,14 75,770

Jumlah 6212,691 6212,691 100,00

Sumber : - Hasil Interpretasi Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-344

Karanganyar dan lembar 1408-622 Karangpandan

- Hasil Interpretasi Citra dari Google Earth Tahun 2011

- Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG

Page 165: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Peta 4.17 penggunaan lahan

Page 166: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

1) Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Dinamis

a) Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar

Kelas potensi agak sulit tercemar memiliki luas persebaran

347,404 Hektar atau 5,59 % luas seluruh daerah penelitian. Karakteristik

lahan di daerah ini adalah kedalaman muka airtanah antara 0 - <5, 5 - <10,

dan 10 - <15 meter, besar gradien hidrolik antara 0 - <10 dan 10 - <20,

tekstur tanah geluh pasiran, geluh lempungan dan lempungan, sedangkan

material penyusun akuifer berupa pasir. Sumber pencemar pada daerah ini

adalah permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk sangat padat,

sawah irigasi, sawah tadah hujan, kebun/perkebunan, tegalan/ladang.

Berdasarkan sifat fisik dan sumber pencemar yang terdapat di daerah ini,

maka daerah ini tergolong dalam kelas potensi agak sulit tercemar.

Kedalaman muka airtanah didominasi antara 5 - <10 dan 10 - <15 meter,

gradien hidrolik tergolong dalam kelas sangat kecil hingga sedang, tekstur

tanah daerah ini didominasi oleh fraksi geluh dan lempung, sehingga

polutan atau sumber pencemar semakin lambat masuk ke dalam airtanah.

Polutan atau bahan pencemar daerah ini berupa limbah domestik yang

berasal dari permukiman dan limbah pertanian yang berasal dari

pengelolaan lahan untuk sawah tadah hujan, sawah irigasi,

kebun/perkebunan dan tegalan/ladang. Kepadatan penduduk di daerah ini

tergolong sangat padat, sehingga polutan atau bahan pencemar yang paling

besar adalah limbah domestik. Media yang berpengaruh pada pencemaran

airtanah bebas di daerah ini adalah media dari darat, yaitu melalui tanah.

Semakin kasar tekstur tanah dan semakin tinggi tingkat permeabilitas tanah,

maka polutan atau bahan pencemar semakin cepat masuk ke dalam airtanah.

Sungai yang berada di daerah ini termasuk sungai dengan sistem aliran

effluent, sehingga sangat kecil kemungkinan polutan atau bahan pencemar

masuk melalui media pencemaran air permukaan atau air sungai, karena

aliran sungai dengan sistem aliran effluent lebih rendah dari airtanah dan

dipasok oleh airtanah. Kelas potensi agak sulit tercemar tersebar di lima

Kecamatan, yaitu Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu,

Page 167: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan

Karangpandan. Sebaran dan luas kelas potensi agak sulit tercemar secara

rinci disajikan pada Tabel 4.29.

Tabel 4.29. Sebaran Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar Potensi Pencemaran

Dinamis Airtanah Bebas di antara Sungai Grompol dan SungaiTempuran No Kecamatan Desa/

Kelurahan

Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

1. Kebakkramat Malanggaten 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 4,688 20,270 0,33

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 5,555

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 4,289

Banjarharjo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,049

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 1,530

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 4,055

Alastuwo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 0,104

2. Tasikmadu Kalijirak 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 21,874 90,980 1,46

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 15,462

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 2,724

Gaum 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 10,317

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 32,872

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 7,731

3. Mojogedang Kaliboto 16 Qlla - F2 - I - Mk - B 2,960 2,960 0,05

4. Karanganyar Gayamdompo 8 Qlla - F1 - I - Mk - S 0,598 136,328 2,19

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 0,255

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 0,525

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 4,363

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 6,864

Gedong 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 68,160

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 9,111

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 32,514

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 13,938

5. Karangpandan Tohkuning 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 4,326 96,866 1,56

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 9,356

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 0,744

Karangpandan 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 12,688

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 39,696

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 10,290

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 10,625

23 Qvl - F1 - II - Lc - S 9,141

Jumlah 347,404 347,404 5,59

Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG

Gambar 4.10. Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar Pada Satuan Lahan

7 (Qlla - F1 - I - Mk - B) di Desa Kalijirak (Kiri) dan Satuan

Lahan 8 (Qlla - F1 - I - Mk - S) di Desa Banjarharjo (Kanan)

(Foto diambil Bulan Oktober 2011)

Page 168: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

b) Kelas Potensi Sulit Tercemar

Kelas potensi sulit tercemar tersebar di sebagian Kecamatan

Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang,

Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Karangpandan. Luas

persebarannya 5865,287 Hektar atau 94,41 % dari luas seluruh daerah

penelitian. Karakteristik lahan di Kecamatan Kebakkramat berupa

kedalaman muka airtanah antara 0 - <5, 5 - <10 dan 10 - <15 meter,

kedalaman muka airtanah di Kecamatan Kebakkramat didominasi

kedalaman antara 0 - <5 dan 5 - <10 meter, sehingga polutan atau bahan

pencemar lebih cepat masuk ke dalam airtanah. Besar gradien hidrolik 0 -

<10, gradien hidrolik tersebut tergolong sangat kecil sehingga polutan atau

bahan pencemar lebih lambat masuk ke dalam airtanah. Tekstur tanah

berupa geluh lempung pasiran, geluh pasiran, dan geluh lempungan.

Tekstur tanah didominasi oleh fraksi geluh dan lempung, sehingga polutan

atau sumber pencemar lebih lambat masuk ke dalam airtanah. Material

penyusun akuifer berupa debu, lempung berpasir dan pasir. Material

penyusun akuifer sebagian debu, lempung berpasir sehingga polutan atau

bahan pencemar lebih lambat untuk menyebar dibandingkan dengan

material akuifer pasir yang memiliki tingkat porositas lebih tinggi. Sumber

pencemar di daerah ini adalah permukiman dengan tingkat kepadatan

penduduk sangat padat, permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk

kurang padat, peternakan, kebun/perkebunan, tegalan/ladang, dan sawah

irigasi. Sumber pencemar di daerah ini cukup bervariasi, tetapi sumber

pencemar yang paling besar adalah permukiman dengan tingkat kepadatan

sangat padat dan limbah pertanian dari pengelolaan sawah irigasi, selain

itu juga ada limbah dari peternakan ayam. Daerah yang terletak dekat

dengan peternakan berpotensi tercemar lebih besar, artinya semakin dekat

dengan sumber pencemar maka potensi untuk tercemar semakin besar.

Daerah ini termasuk dalam kelas potensi sulit tercemar, karena sifat

fisiknya lebih tahan terhadap pencemaran dan polutan atau bahan

Page 169: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

pencemar yang dihasilkan oleh sumber pencemar jumlahnya tidak terlalu

besar.

Kecamatan Tasikmadu termasuk dalam kelas potensi sulit

tercemar karena memiliki karakteristik lahan berupa, kedalaman muka

airtanah antara 5 - <10, 10 - <15, 15 - <20, dan 20 - <25 meter. Besar

gradien hidrolik antara 0 - <10, tekstur tanah geluh lempung pasiran dan

geluh pasiran, serta material penyusun akuifer berupa pasir. Sumber

pencemar di Kecamatan Tasikmadu antara lain permukiman dengan

tingkat kepadatan penduduk cukup padat, permukiman dengan tingkat

kepadatan penduduk sangat padat, sawah tadah hujan, sawah irigasi,

kebun/perkebunan, dan tegalan/ladang. Polutan atau bahan pencemar yang

paling dominan adalah limbah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakat

sehari-hari, seperti mandi dan mencuci. Polutan atau bahan pencemar yang

lain adalah limbah pertanian dari pengelolaan sawah, tegalan/ladang dan

kebun/perkebunan. Limbah pertanian yang tersebut sebagian besar berasal

dari pengelolaan seperti pemupukan. Limbah yang dihasilkan oleh

aktivitas masyarakat atau limbah rumah tangga merupakan limbah yang

paling besar pengaruhnya terhadap pencemaran airtanah bebas, karena

limbah tersebut dihasilkan terus-menerus setiap hari. Semakin tinggi

tingkat kepadatan penduduk, maka limbah yang dihasilkan juga semakin

besar. Limbah pertanian yang berasal dari pengelolaan sawah,

kebun/perkebunan, dan tegalan/ladang jumlahnya tidak sebesar limbah

rumah tangga, karena tidak setiap hari dilakukan pengelolaan seperti

pemupukan. Polutan atau bahan pencemar di Kecamatan Tasikmadu relatif

bervariasi, tetapi sifat fisik daerah tersebut tahan terhadap pencemaran

airtanah bebas. Kedalaman muka airtanah bebas daerah tersebut tergolong

dalam, gradien hidroliknya tergolong sangat kecil, tekstur tanahnya

didominasi oleh fraksi geluh dan lempung, sehingga kemungkinan terjadi

pencemaran airtanah bebas kecil karena polutan atau bahan pencemar

lebih sulit atau lebih lambat masuk ke dalam airtanah bebas.

Page 170: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Karakteristik lahan di Kecamatan Mojogedang adalah kedalaman

muka airtanah antara 10 - <15 dan 15 - <20 meter, besar gradien hidrolik

sebagian besar antara 0 - <10 dan sebagian lagi antara 10 - <20, tekstur

tanah geluh lempungan dan lempungan, serta material akuifer didominasi

oleh pasir. Sumber pencemar di Kecamatan Mojogedang adalah

permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk sangat padat, peternakan,

sawah tadah hujan, sawah irigasi, kebun/perkebunan, dan tegalan/ladang.

Polutan atau bahan pencemar yang dominan adalah limbah rumah tangga,

limbah pertanian yang berasal dari pengelolaan kebun/perkebunan,

tegalan/ladang. Limbah yang berasal dari peternakan tidak begitu besar

karena peternakan di daerah tersebut tidak terlalu luas. Sifat fisik daerah

ini memiliki daya tahan yang baik terhadap pencemaran airtanah,

meskipun sumber pencemarnya cukup bervariasi tetapi daerah ini tetap

tergolong dalam kelas potensi sulit tercemar.

Daerah selanjutnya yang termasuk dalam kelas potensi sulit

tercemar adalah Kecamatan Karanganyar. Karakteristik lahan di

Kecamatan Karanganyar adalah Kedalaman muka airtanah antara 5 - <10,

10 - <15, 15 - <20 dan 20 - <25 meter, besar gradien hidrolik antara 0 -

<10, 10 - <20 dan >20, tekstur tanah geluh pasiran, geluh lempungan, dan

geluh lempung pasiran, sedangkan material penyusun akuifer didominasi

oleh pasir. Sumber pencemar di Kecamatan Karanganyar adalah

permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk sangat padat, peternakan,

sawah tadah hujan, sawah irigasi, kebun/perkebunan, dan tegalan/ladang.

Polutan atau bahan pencemar yang dominan adalah limbah rumah tangga,

limbah yang berasal dari peternakan, dan limbah pertanian yang berasal

dari pengelolaan kebun/perkebunan, tegalan/ladang. Peternakan dan

perkebunan di Kecamatan Karanganyar cukup luas, sehingga limbah yang

dihasilkan juga lebih besar, begitu juga pengaruhnya terhadap pencemaran

airtanah bebas di daerah tersebut. Polutan atau bahan pencemar di daerah

tersebut lebih bervariasi dan lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan

daerah lain yang termasuk dalam daerah penelitian, meskipun demikian

Page 171: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

sifat fisik di daerah tersebut sangat baik atau memiliki daya tahan yang

baik terhadap pencemaran airtanah bebas. Kedalaman muka airtanah bebas

sebagian besar tergolong dalam, besar gradien hidrolik tergolong sedang,

tekstur tanah didominasi oleh fraksi geluh dan lempung, sifat-sifat fisik

tersebut yang menyebabkan Kecamatan Karanganyar memiliki daya tahan

yang baik terhadap pencemaran airtanah bebas.

Kecamatan Karangpandan termasuk dalam kelas potensi sulit

tercemar, karena memiliki karakteristik lahan berupa kedalaman muka

airtanah antara 0 - <5, 5 - <10, 10 - <15 dan 15 - <20 meter, besar gradien

hidrolik antara 0 - <10, 10 - <20 dan >20, tekstur tanah lempungan, geluh

lempungan dan geluh lempung pasiran, serta material penyusun akuifer

didominasi oleh pasir. Sumber pencemar di Kecamatan Karangpandan

adalah permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk cukup padat,

permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk sangat padat, peternakan,

sawah tadah hujan, sawah irigasi, kebun/perkebunan, dan tegalan/ladang.

Polutan atau bahan pencemar yang dominan adalah limbah rumah tangga

dan limbah pertanian yang berasal dari pengelolaan kebun/perkebunan,

tegalan/ladang. Polutan atau bahan pencemar yang dominan adalah limbah

rumah tangga, limbah pertanian yang berasal dari pengelolaan

kebun/perkebunan, sawah. Limbah yang berasal dari peternakan tidak

begitu besar karena peternakan di daerah tersebut tidak terlalu luas dan

hanya terletak pada satu tempat. Sifat fisik daerah ini memiliki daya tahan

yang baik terhadap pencemaran airtanah, meskipun sumber pencemarnya

cukup bervariasi tetapi daerah ini tetap tergolong dalam kelas potensi sulit

tercemar. Besar gradien hidrolik tergolong sangat kecil dan sedang, serta

tekstur tanah didominasi oleh fraksi geluh dan lempung, sifat-sifat fisik

tersebut yang menyebabkan Kecamatan Karangpandan memiliki daya

tahan yang baik terhadap pencemaran airtanah bebas. Sebaran dan luas

kelas potensi sulit tercemar secara rinci disajikan pada Tabel 4.30.

Page 172: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

Tabel 4.30. Sebaran Kelas Potensi Sulit Tercemar Potensi Pencemaran Airtanah Bebas

Secara Dinamis di antara Sungai Grompol Dengan SungaiTempuran No Kecamatan Desa/

Kelurahan

Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

1. Kebakkramat Kaliwuluh 2 Qa - F1 - I - Mk - S 33,618 1214,964 19,56

3 Qa - F2 - I - Mk - B 6,505

4 Qa - F2 - I - Mk - S 45,999

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 0,030

Malanggaten 1 Qa - F1 - I - Mk - B 37,692

2 Qa - F1 - I - Mk - S 79,453

3 Qa - F2 - I - Mk - B 48,814

4 Qa - F2 - I - Mk - S 44,292

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 7,844

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 68,988

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 54,880

Banjarharjo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 59,029

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 172,207

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 14,691

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 72,055

Alastuwo 1 Qa - F1 - I - Mk - B 0,602

2 Qa - F1 - I - Mk - S 1,836

3 Qa - F2 - I - Mk - B 1,330

4 Qa - F2 - I - Mk - S 8,660

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 124,194

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 180,820

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 12,787

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 138,638

2. Tasikmadu Wonolopo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 5,193 636,015 10,24

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 21,598

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 4,782

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 19,192

Kalijirak 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 2,195

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 175,464

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 145,615

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 11,080

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 62,947

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 66,812

Gaum 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 83,214

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 13,562

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 24,269

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 0,092

3. Mojogedang Kaliboto 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 128,291 1337,883 21,53

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 8,359

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 77,663

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 28,587

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 3,732

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 35,425

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 18,879

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 23,747

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 56,785

Pojok 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 114,070

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 47,664

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 14,544

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 94,881

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 19,908

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 19,360

Sewurejo 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 259,188

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 35,725

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 36,116

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 50,888

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 40,902

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 35,013

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 73,005

13 Qlla - F1 - III - Mk - S 21,928

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 31,169

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 28,321

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 19,737

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 4,024

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 9,972

4. Karanganyar Delingan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 208,104 1929,867 31,06

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 259,773

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 94,486

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 0,016

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 223,017

Page 173: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

No Kecamatan Desa/

Kelurahan

Id Satuan lahan Luas

(Hektar)

Jumlah

Ha (%)

13 Qlla - F1 - III - Mk - S 14,306

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 48,012

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 74,825

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 16,152

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 12,728

Bejen 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 109,475

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 15,489

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 22,981

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 45,037

Popongan 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 61,903

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 19,363

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 5,150

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 10,721

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 41,094

Gayamdompo 7 Qlla - F1 - I - Mk - B 3,109

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 20,309

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 4,623

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 21,082

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 33,814

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 24,994

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 34,150

Gedong 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 105,446

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 10,329

7 Qlla - F1 - I - Mk - B 145,624

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 137,893

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 38,307

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 13,381

13 Qlla - F1 - III - Mk - S 6,134

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 14,303

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 0,742

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 7,689

17 Qlla - F2 - I - Mk - S 8,848

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 9,630

22 Qlla - F2 - III - Mk - S 6,828

5. Karangpandan Bangsri 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 1,925 746,558 12,02

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 0,113

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 0,544

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 8,524

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 3,757

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 77,004

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 26,944

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 1,107

16 Qlla - F2 - I - Mk - B 10,361

20 Qlla - F2 - II - Mk - B 22,433

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 11,907

Ngemplak 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 20,352

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 19,046

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 10,080

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 15,790

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 25,159

Tohkuning 5 Qlla - F1 - I - Lc - B 74,065

6 Qlla - F1 - I - Lc - S 36,646

8 Qlla - F1 - I - Mk - S 65,767

9 Qlla - F1 - II - Lc - B 28,054

10 Qlla - F1 - II - Lc - S 12,719

11 Qlla - F1 - II - Mk - B 25,406

12 Qlla - F1 - II - Mk - S 34,419

14 Qlla - F2 - I - Lc - B 10,517

15 Qlla - F2 - I - Lc - S 18,202

18 Qlla - F2 - II - Lc - B 12,020

19 Qlla - F2 - II - Lc - S 21,884

21 Qlla - F2 - II - Mk - S 146,771

Karangpandan 6 Qlla - F1 - I - Lc - S 5,042

Jumlah 5865,287 5865,287 94,41

Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG

Page 174: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Gambar 4.11. Kelas Potensi Sulit Tercemar Pada Satuan Lahan

21 (Qlla - F2 - II - Mk - S) di Desa Tohkuning (kiri) dan Satuan

Lahan 2 (Qa - F1 - I - Mk - S) di Desa Alastuwo (kanan)

(Foto diambil Bulan Oktober 2011)

3. Arahan Penggunaan Lahan di Antara Sungai Grompol dengan

Sungai Tempuran

Penggunaan lahan merupakan sumber pencemaran yang potensial dan

dinamis, karena merupakan representasi dari aktivitas manusia. Macam

penggunaan lahan di daerah penelitian cukup bervariasi, yaitu permukiman,

tegalan/ladang, kebun, sawah irigasi, sawah tadah hujan, lahan kosong. Masing-

masing penggunaan lahan mempunyai pengaruh dan kontribusi terhadap potensi

pencemaran airtanah bebas sesuai dengan tingkatan pengaruh.

Pengharkatan atau scoring pada penggunaan lahan khususnya

permukiman harus memperhatikan kepadatan penduduk, lokasi peternakan dan

industri. Permukiman dengan kepadatan penduduk sangat padat, terdapat

industri dan peternakan memiliki tingkat potensi pencemaran lebih tinggi

dibandingkan permukiman dengan kepadatan penduduk cukup padat atau kurang

padat tanpa adanya industri dan peternakan.

Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhannya juga akan

semakin bertambah, hal ini mengakibatkan tekanan terhadap alam lingkungan

juga semakin besar. Peningkatan jumlah penduduk menuntut peningkatan sarana

dan prasarana untuk mendukung segala aktivitasnya, hal ini berpengaruh pada

penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi

lahan non pertanian, seperti permukiman, kawasan industri dan peternakan.

Page 175: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan penggunaan lahan dapat

berdampak pada penurunan efisiensi pemanfaatan ruang, penurunan kualitas

lingkungan, dan terjadinya pencemaran. Oleh karena itu dibutuhkan suatu

perencanaan dalam pemanfaatan ruang dan penggunaan lahan yang sesuai

dengan kondisi alam serta sifat fisik lingkungan untuk mencegah atau

meminimalisasi terjadinya pencemaran. Berdasarkan potensi pencemaran

airtanah bebas secara statis, daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran termasuk dalam kelas agak mudah tercemar, agak sulit tercemar, dan

sulit tercemar, sedangkan berdasarkan potensi pencemaran airtanah bebas secara

dinamis, daerah di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran termasuk

dalam dua kelas. Kelas tersebut, yaitu kelas potensi agak sulit tercemar dan

kelas potensi sulit tercemar.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karanganyar,

daerah penelitian termasuk dalam kawasan yang diperuntukan untuk

permukiman, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan kawasan

penyangga. Jika dikaitkan dengan tata ruang yang ada, sebenarnya sudah

mempertimbangkan sifat fisik daerah tersebut. Namun pada kenyataannya,

implementasi rencana dalam penempatan aktivitas yang tidak tepat merupakan

representasi dari aktivitas manusia yang selalu berkembang. Hal ini merupakan

salah satu kelemahan perencanaan tata ruang, adanya aktivitas dan penggunaan

lahan lebih dahulu dibandingkan perencanaan tata ruang.

Sebagian besar daerah penelitian merupakan kawasan budidaya.

Meskipun daerah tersebut merupakan kawasan budidaya tetapi daerah tersebut

mendekati fungsi sebagai kawasan penyangga, yang merupakan batas antara

kawasan lindung dan kawasan budidaya. Sehingga perkembangan daerah ini

perlu dibatasi untuk menjaga kualitas dan kuantitas airtanah serta

meminimalisasi pencemaran airtanah bebas. Pembatasan perkembangan daerah

tersebut bukan berarti melakukan pembatasan terhadap semua jenis penggunaan

lahan yang berpotensi menghasilkan limbah atau polutan, tetapi dengan

melakukan arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan sifat fisik dan

kemampuan lahan daerah tersebut. Arahan penggunaan lahan merupakan upaya

Page 176: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

untuk menata pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan

kemampuannya dengan tujuan untuk mencapai keseimbangan antara

kemampuan lahan dengan jenis penggunaan lahan dan teknologi sebagai upaya

untuk menjaga fungsi dan manfaat sunberdaya alam, khususnya airtanah bebas.

Apabila penggunaan lahan tidak sesuai dengan fungsi utama suatu kawasan

maka perlu dilakukan tindakan arahan penggunaan lahan untuk mengembalikan

dan menjaga fungsi utama kawasan.

Arahan penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran ditentukan berdasarkan potensi pencemaran airtanah bebas secara

statis, potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis dan fungsi kawasan

daerah tersebut. Dasar utama dalam penentuan arahan penggunaan lahan di

antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran adalah potensi pencemaran

airtanah bebas secara statis. hal ini dilakukan karena dalam potensi pencemaran

airtanah bebas secara statis hanya mempertimbangkan sifat fisik suatu daerah

saja, sehingga dalam membuat arahan penggunaan lahan dapat disesuaikan

dengan kemampuan sifat fisik suatu daerah terhadap pencemaran airtanah bebas,

selain itu karena hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas secara statis

antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran lebih bervariasi dibandingkan

potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis.

Dasar atau parameter lain yang digunakan dalam penentuan arahan

penggunaan lahan di antara Sungai Grompol dengan Sungai Tempuran adalah

hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis dan fungsi

kawasan daerah tersebut. Hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas

secara dinamis, meskipun tidak digunakan sebagai dasar utama dalam penentuan

arahan penggunaan lahan, tetapi tetap digunakan sebagai dasar pertimbangan

karena potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis tidak hanya

mempertimbangkan sifat fisik saja tetapi juga penggunaan lahan di daerah

tersebut. Penggunaan lahan sebagai salah satu parameter dalam penentuan

potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis, dapat digunakan sebagai

pembanding agar penentuan arahan penggunaan lahan dapat sesuai dengan

kondisi di daerah tersebut.

Page 177: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

Fungsi kawasan digunakan sebagai salah satu dasar atau parameter

dalam penentuan arahan penggunaan lahan agar dalam penentuan arahan

penggunaan lahan dapat sesuai dengan kemampuan lahan dan fungsi kawasan di

daerah tersebut. Fungsi kawasan di antara Sungai Grompol dengan Sungai

Tempuran diperoleh dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Karanganyar. Jika arahan penggunaan lahan sudah sesuai dengan potensi

pencemaran airtanah bebas secara statis, potensi pencemaran airtanah bebas

secara dinamis dan fungsi kawasan daerah tersebut, diharapkan pencemaran

airtanah bebas dapat dicegah dan diminimalisasi.

a. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar

pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis

Hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas secara statis

menunjukan bahwa kelas potensi agak mudah tercemar pada potensi

pencemaran airtanah bebas secara statis termasuk dalam Kecamatan

Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar, dan

Kecamatan Karangpandan. Berdasarkan potensi pencemaran airtanah bebas

secara dinamis daerah tersebut termasuk dalam kelas potensi agak sulit

tercemar dan sulit tercemar.

Dengan demikian daerah yang termasuk dalam kelas potensi agak

mudah tercemar tidak sesuai digunakan sebagai kawasan industri dan

peternakan, karena daerah tersebut relatif mudah tercemar. Daerah yang

termasuk dalam kelas potensi agak mudah tercemar sebaiknya digunakan

sebagai permukiman dengan tingkat kepadatan kurang padat hingga cukup

padat, pertanian lahan basah (sawah) dan digunakan sebagai pertanian lahan

kering (tegalan/ladang dan kebun/perkebunan) dengan pengelolaan yang

disesuaikan kemampuan lahannya.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Karanganyar, sebagian besar Kecamatan Kebakkramat dan Kecamatan

Tasikmadu diperuntukan sebagai permukiman, pertanian lahan basah dan

pertanian lahan kering, dalam fungsi kawasan daerah tersebut termasuk

dalam kawasan budidaya tanaman semusim. Dalam potensi pencemaran

Page 178: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

airtanah bebas statis daerah tersebut termasuk agak mudah tercemar.

Sebagian besar Kecamatan Kebakkramat sebaiknya digunakan sebagai

permukiman dengan kepadatan penduduk kurang padat hingga kurang padat,

pertanian lahan basah (sawah) dan digunakan sebagai pertanian lahan kering

(tegalan/ladang) dengan pengelolaan yang disesuaikan kemampuan lahannya.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Karanganyar, Kecamatan Karanganyar sebagian besar diperuntukan sebagai

pertanian lahan kering, dan sebagian lagi sebagai permukiman dan pertanian

lahan basah. Fungsi kawasan daerah tersebut termasuk dalam kawasan

budidaya tanaman semusim dan kawasan budidaya tanaman tahunan. Arahan

penggunaan lahan sebagai permukiman dengan kepadatan penduduk kurang

padat hingga kurang padat, pertanian lahan basah (sawah) dan digunakan

sebagai pertanian lahan kering (tegalan/ladang) dengan pengelolaan yang

disesuaikan kemampuan lahannya tersebar di sebagian Kelurahan Delingan,

Kelurahan Popongan, Kelurahan Gedong, Kelurahan Gayamdompo dan

Kelurahan Bejen. Di Kecamatan Karangpandan yang merupakan kecamatan

yang terletak paling timur pada daerah penelitian, sebaran arahan penggunaan

lahan ini di sebagian Desa Karangpandan yang termasuk dalam kawasan

penyangga serta sebagian Desa Tohkuning dan sebagian Desa Ngemplak.

Sebaran dan luas arahan penggunaan lahan pada Kelas Agak Mudah

Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Statis disajikan pada

Tabel 4.31.

Page 179: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

Tabel 4.31. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Agak Mudah Tercemar

Pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Statis dan Kelas Potensi

Sulit Tercemar Pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Dinamis No

.

Dominasi

Wilayah

Id Satuan

Lahan

Fungsi

Kawasan

Potensi

Pencemaran

Airtanah

Bebas Statis

Potensi

Pencemaran

Airtanah

Bebas

Dinamis

Arahan

Penggunaan

Lahan

Luas

Hektar (%)

1. Kebakkramat 1,2,3,4,7,8,17 Fungsi

Kawasan Budidaya

Tanaman

Semusim

Agak Mudah

Tercemar

Sulit

tercemar

Permukiman

dengan tingkat kepadatan rendah,

pertanian lahan

basah (sawah)

dan digunakan

sebagai pertanian lahan kering

(tegalan/ladang)

dengan pengelolaan yang

disesuaikan

kemampuan lahannya

770,930 12,41

Tasikmadu 7,16 Fungsi

Kawasan

Budidaya Tanaman

Semusim

Agak Mudah

Tercemar

Sulit

tercemar

Karanganyar 7,8,9,11,12,16,17,21

Fungsi Kawasan

Budidaya

Tanaman Semusim

Agak Mudah Tercemar

Agak Mudah Tercemar

Mojogedang 7,16 Fungsi

Kawasan

Budidaya Tanaman

Tahunan

Agak Mudah

Tercemar

Sulit

tercemar

Karangpandan 5,6,8,9,10,12,15,16,19,21

Fungsi Kawasan

Penyangga

Agak Mudah Tercemar

Agak Mudah Tercemar

Total 770,930 12,41

Sumber : - Hasil Analisis Data Dengan Aplikasi SIG

Gambar 4.12. Lahan dengan Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Semusim

di Kelurahan Bejen, Kecamatan Karanganyar (kiri) dan Lahan dengan

Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan di Desa Tohkuning,

Kecamatan Karangpandan (kanan).

(Foto diambil Bulan Oktober 2011)

Page 180: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

b. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar

pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis

Kelas potensi agak sulit tercemar merupakan kelas potensi dengan

persebaran paling luas, yaitu 5372,940 Hektar. Kelas potensi agak sulit

tercemar meliputi sebagian besar Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan

Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mojogedang dan

Kecamatan Karangpandan. Berdasarkan hasil penelitian potensi pencemaran

airtanah bebas dinamis sebagian Kecamatan Kebakkramat termasuk kelas

potensi sulit tercemar di sebagian Desa Kaliwuluh, Desa Alastuwo, Desa

Banjarharjo, Desa Malanggaten dan kelas potensi agak sulit tercemar di

sebagian Desa Malanggaten dan Desa Banjarharjo pada satuan lahan 1 (Qa -

F1 - I - Mk - B), 7 (Qlla - F1 - I - Mk - B), 8 (Qlla - F1 - I - Mk - S), 17 (Qlla

- F2 - I - Mk - S). Kecamatan Tasikmadu termasuk kelas potensi agak sulit

tercemar di sebagian Desa Kalijirak pada satuan lahan 7 (Qlla - F1 - I - Mk -

B), Desa Gaum pada satuan lahan 7 (Qlla - F1 - I - Mk - B), 16 (Qlla - F2 - I -

Mk - B), 17 (Qlla - F2 - I - Mk - S). Kelas potensi sulit tercemar meliputi

sebagian besar Desa Wonolopo, Desa Kalijirak, dan Desa Gaum.

Kecamatan Karanganyar berdasarkan hasil penelitian potensi

pencemaran airtanah bebas dinamis termasuk kelas potensi agak sulit

tercemar di sebagian Kelurahan gedong pada satuan lahan 7 (Qlla - F1 - I -

Mk - B), 8 (Qlla - F1 - I - Mk - S) dan sebagian Kelurahan Gayamdompo

pada satuan lahan 8 (Qlla - F1 - I - Mk - S), 11 (Qlla - F1 - II - Mk - B), 12

(Qlla - F1 - II - Mk - S), 16 (Qlla - F2 - I - Mk - B), 21 (Qlla - F2 - II - Mk -

S). Kelas potensi agak sulit tercemar di Kecamatan Karanganyar meliputi

sebagian besar Kelurahan Bejen, Kelurahan Gedong, Kelurahan Delingan,

Kelurahan Popongan dan Kelurahan Gayamdompo. Kelas potensi agak sulit

tercemar di Kecamatan Karangpandan meliputi sebagian Desa Ngemplak

pada satuan lahan 5 (Qlla - F1 - I - Lc - B), 6 (Qlla - F1 - I - Lc - S) dan Desa

Karangpandan pada satuan lahan 5 (Qlla - F1 - I - Lc - B), 6 (Qlla - F1 - I -

Lc - S),10 (Qlla - F1 - II - Lc - S),19 (Qlla - F2 - II - Lc - S), 23 (Qvl - F1 - II

Page 181: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

- Lc - S), sedangkan kelas potensi sulit tercemar meliputi sebagian Desa

Bangsri, Desa Ngemplak dan Desa Tohkuning.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Karanganyar, fungsi kawasan sebagian Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan

Tasikmadu dan sebagian Kecamatan Karanganyar termasuk kawasan

budidaya tanaman semusim dengan peruntukan sebagai permukiman,

pertanian lahan basah, dan pertanian lahan kering. Fungsi kawasan sebagian

Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mojogedang dan Kecamatan

Karangpandan termasuk kawasan budidaya tanaman tahunan. Kecamatan

Karangpandan sebagian termasuk kawasan budidaya tanaman semusim, yaitu

di sebagian Desa Ngemplak, Desa Bangsri dan Desa Tohkuning, sedangkan

sebagian Desa Karangpandan bagian timur termasuk kawasan penyangga.

Berdasarkan hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas

secara statis daerah tersebut termasuk kelas potensi agak sulit tercemar,

sedangkan berdasarkan hasil penelitian potensi pencemaran airtanah bebas

secara dinamis daerah tersebut termasuk kelas potensi agak sulit tercemar dan

sulit tercemar, sedangkan dalam fungsi kawasan sebagian daerah tersebut

termasuk dalam kawasan budidaya tanaman semusim, kawasan budidaya

tanaman tahunan dan kawasan penyangga. Berdasarkan data tersebut maka

arahan penggunaan lahan yang sesuai untuk daerah tersebut adalah sebagai

permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sampai sedang,

pertanian lahan basah (sawah), pertanian lahan kering (tegalan/ladang),

perkebunan, kawasan industri kecil sampai menengah dan peternakan dalam

skala kecil. Meskipun daerah tersebut dalam potensi pencemaran airtanah

bebas secara statis termasuk kelas potensi agak sulit tercemar tetapi tetap

memiliki potensi untuk tercemar, oleh karena itu daerah ini tidak sesuai

digunakan untuk penggunaan lahan yang berpotensi menghasilkan limbah

dalam jumlah besar, seperti kawasan industri besar dan peternakan dengan

skala besar. Arahan penggunaan lahan ini tersebar di sebagian Kecamatan

Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan

Karanganyar dan sebagian Kecamatan Karangpandan. Sebaran dan luas

Page 182: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

arahan penggunaan lahan pada kelas potensi agak sulit tercemar pada potensi

pencemaran airtanah bebas statis disajikan pada Tabel 4.32.

Tabel 4.32. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Agak Sulit Tercemar

pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Statis dan Kelas Potensi

Sulit Tercemar pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Dinamis No

.

Dominasi

Wilayah

Id Satuan

Lahan

Fungsi

Kawasan

Potensi

Pencemaran

Airtanah

Bebas Statis

Potensi

Pencemaran

Airtanah

Bebas

Dinamis

Arahan

Penggunaan

Lahan

Luas

Hektar (%)

1. Kebakkramat 1,2,3,4,7,8,16,17

Fungsi Kawasan

Budidaya

Tanaman Semusim

Agak Sulit Tercemar

Sulit tercemar

Permukiman

dengan tingkat

kepadatan

penduduk

rendah sampai

sedang,

pertanian lahan

basah (sawah),

pertanian lahan

kering

(tegalan/ladang)

perkebunan,

kawasan

industri kecil

sampai

menengah dan

peternakan

dalam skala

kecil

5372,940 86,48

Tasikmadu 5,7,8,11,16,17 Fungsi

Kawasan

Budidaya Tanaman

Semusim

Agak Sulit

Tercemar

Sulit

tercemar

Karanganyar 5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,

17,21,22

Fungsi Kawasan

Budidaya

Tanaman Semusim

Agak Sulit Tercemar

Sulit tercemar

Mojogedang 5,6,8,9,10,11,1

2,14,15,16,18,1

9,20,21,22

Fungsi

Kawasan

Budidaya Tanaman

Tahunan

Agak Sulit

Tercemar

Sulit

tercemar

Karangpandan 19 Fungsi Kawasan

Penyangga

Agak Sulit Tercemar

Agak Sulit Tercemar

Total 5372,940 86,48

Sumber : - Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG

Gambar 4.13. Lahan dengan Fungsi Kawasan Budidaya Tanaman Semusim

di Desa Kaliboto, Kecamatan Mojogedang (kiri) dan di Desa Pojok,

Kecamatan Mojogedang (kanan).

(Foto diambil Bulan Oktober 2011)

Page 183: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

c. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Sulit Tercemar pada

Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis

Kelas potensi sulit tercemar merupakan kelas potensi dengan

persebaran terkecil, yaitu 68,822 Hektar atau 1,108 % dari luas seluruh

daerah penelitian. Kelas potensi sulit tercemar meliputi sebagian Kecamatan

Mojogedang, yaitu sebagian Desa Sewurejo pada satuan lahan 5 (Qlla - F1 - I

- Lc - B), 6 (Qlla - F1 - I - Lc - S) dan 15 (Qlla - F2 - I - Lc - S). Berdasarkan

potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis daerah tersebut juga

termasuk dalam kelas potensi sulit tercemar. Bentuk penggunaan lahan

daerah tersebut adalah sebagai permukiman, perkebunan dan sawah irigasi.

Fungsi kawasan daerah tersebut berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kabupaten Karanganyar adalah sebagai kawasan budidaya tanaman

tahunan. Berdasarkan data tersebut maka arahan penggunaan lahan yang

sesuai untuk daerah tersebut adalah sebagai permukiman dengan kepadatan

penduduk kurang padat hingga sangat padat, pertanian lahan basah (sawah),

pertanian lahan kering (tegalan/ladang), dan perkebunan. Daerah tersebut

termasuk kelas potensi sulit tercemar, tetapi karena letaknya yang dekat

dengan kawasan penyangga dan sebagian besar penggunaan lahannya adalah

sebagai permukiman, maka daerah tersebut tidak sesuai diperuntukan sebagai

peternakan dan industri. Sebaran dan luas arahan penggunaan lahan pada

kelas potensi sulit tercemar potensi pencemaran airtanah bebas statis

disajikan pada Tabel 4.33.

Page 184: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

Tabel 4.33. Arahan Penggunaan Lahan pada Kelas Potensi Sulit Tercemar Pada Potensi

Pencemaran Airtanah Bebas Secara Statis dan Kelas Potensi Sulit Tercemar

pada Potensi Pencemaran Airtanah Bebas Dinamis No. Dominasi

Wilayah

Nomor Satuan

Lahan

Fungsi

Kawasan

Potensi

Pencemaran

Airtanah

Bebas Statis

Potensi

Pencemaran

Airtanah

Bebas

Dinamis

Arahan

Penggunaan

Lahan

Luas

Hektar (%)

1. Mojogedang 5,6,9,15 Fungsi

Kawasan Budidaya

Tanaman

Tahunan

Sulit

tercemar

Sulit

tercemar Pertanian lahan

basah (sawah),

pertanian lahan

kering

(tegalan/ladang)

, perkebunan,

dan

permukiman

dengan tingkat

kepadatan

penduduk

rendah sampai

sedang dengan

sistem sanitasi

dan

pembuangan

limbah rumah

tangga yang

baik

68,822 1,108

Karangpandan 15 Fungsi

Kawasan

Penyangga

Sulit

tercemar

Sulit

tercemar

Total 68,822 1,108

Sumber : - Hasil Analisis Data dengan Aplikasi SIG

Gambar 4.14. Penggunaan Lahan sebagai Permukiman (kiri) dan Perkebunan (kanan)

di Desa Sewurejo, Kecamatan Mojogedang.

(Foto diambil Bulan Oktober 2011)

Page 185: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

Peta 4.18 Potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis

Page 186: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

Peta 4.19 Arahan Penggunaan Lahan

Page 187: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

Page 188: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

Page 189: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian maka dapat

dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara statis di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran digolongkan menjadi tiga kelas potensi

pencemaran airtanah bebas, yaitu :

a. Kelas Potensi Agak mudah tercemar memiliki memiliki luas persebaran

770,930 Hektar (12,41%) yang tersebar di sebagian Kecamatan

Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar,

Kecamatan Mojogedang dan Kecamatan Karangpandan.

b. Kelas potensi agak sulit tercemar dengan luas persebaran 5372,940 Hektar

(86,48%) yang tersebar di sebagian Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan

Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mojogedang dan

Kecamatan Karangpandan.

c. Kelas potensi sulit tercemar dengan luas persebaran 68,822 Hektar

(1,108%) yang tersebar di sebagian Kecamatan Mojogedang dan

Kecamatan Karangpandan.

2. Zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis di antara Sungai

Grompol dengan Sungai Tempuran digolongkan menjadi dua kelas potensi

pencemaran airtanah bebas, yaitu :

a. Kelas potensi agak sulit tercemar dengan luas persebaran 347,404 Hektar

(5,59%) yang tersebar di sebagian Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan

Tasikmadu, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mojogedang dan

Kecamatan Karangpandan.

b. Kelas potensi sulit tercemar luas persebaran 5865,287 (94,41%) yang

tersebar di sebagian Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Tasikmadu,

Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mojogedang dan Kecamatan

Karangpandan.

Page 190: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

3. Arahan penggunaan lahan yang sesuai dengan hasil yang diperoleh dari

penelitian disesuaikan dengan zonasi potensi pencemaran airtanah bebas

secara statis, zonasi potensi pencemaran airtanah bebas secara dinamis dan

fungsi kawasan, dengan rincian sebagai berikut :

a. Kelas potensi kelas potensi agak mudah tercemar, permukiman dengan

tingkat kepadatan rendah, pertanian lahan basah (sawah) dan digunakan

sebagai pertanian lahan kering (tegalan/ladang) dengan pengelolaan yang

disesuaikan kemampuan lahannya.

b. Kelas potensi agak sulit tercemar, sebaiknya digunakan sebagai

permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sampai sedang,

pertanian lahan basah (sawah), pertanian lahan kering (tegalan/ladang)

perkebunan, kawasan industri kecil sampai menengah dan peternakan

dalam skala kecil.

c. Kelas potensi sulit tercemar sebaiknya dikembangkan sebagai pertanian

lahan basah (sawah), pertanian lahan kering (tegalan/ladang), perkebunan,

dan permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk rendah sampai

sedang dengan sistem sanitasi dan pembuangan limbah rumah tangga yang

baik.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian maka implikasi dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan masyarakat

agar lebih memperhatikan kondisi dan kelestarian lingkungan hidup.

2. Bagi para peneliti lain yang melakukan penelitian mengenai airtanah bebas,

hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi maupun masukan yang

menunjang dalam penelitiannya.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa

SMA/sederajat disesuaikan kelas, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan

materi pelajaran, seperti dijelaskan pada Tabel 5.1.

Page 191: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

Tabel 5.1. Implikasi Penelitian Dalam Pembelajaran di Sekolah

Kelas Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

Materi

Pelajaran

Manfaat

X 3. Menganalisis

unsur-unsur

geosfer

3.3 Menganalisis

hidrosfer dan

dampaknya

terhadap

kehidupan di

muka bumi

Perairan darat

- Air tanah

- Sungai

- Daerah aliran

Sungai (DAS)

- Danau

- Rawa

- Materi mengenai

airtanah dapat

digunakan sebagai

materi dasar untuk

pembelajaran

mengenai airtanah

dan hal-hal yang

berkaitan dengan

airtanah

- Peta Kontur

Airtanah bebas

dapat digunakan

sebagai media

dalam

pembelajaran

mengenai pola

aliran airtanah dan

sifat-sifat airtanah.

- Peta Kedalaman

Muka Airtanah

bebas dapat

digunakan sebagai

media dalam

pembelajaran

mengenai airtanah.

Perairan laut

- Zona pesisir

dan laut

- Materi mengenai

kualitas air dapat

digunakan sebagai

Page 192: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

Kelas Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar

Materi

Pelajaran

Manfaat

- Klasifikasi laut

- Morfologi laut

- Gerakan air

laut

- Kualitas air

materi tambahan

dalam

pembelajaran

mengenai kualitas

air.

- Peta Zonasi Potensi

Pencemaran

Airtanah bebas

Statis dan Dinamis

dapat digunakan

sebagai media

pembelajaran

mengenai

pencemaran

airtanah dan faktor-

faktor yang

menyebabkan

pencemaran

airtanah.

Page 193: digilib.uns.ac.id/Zonasi...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang dapat dikemukakan

adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah daerah atau instansi yang berwenang diharapkan

memperhatikan daerah-daerah yang rentan terhadap pencemaran airtanah bebas

dan melakukan penanganan terhadap pencemaran yang terjadi serta

memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

2. Selain penanganan konservasi juga perlu dilakukan pendekatan sosial ekonomi

kepada masyarakat tentang arti penting dalam memperhatikan pengelolaan

lahan.

3. Kegiatan industri yang dikembangkan di daerah penelitian yang berpotensi

bagi pencemaran airtanah bebas diharuskan mempunyai instalasi pengelolaan

air limbah (IPAL) dan dioperasikan dengan baik.

4. Kebijakan pemerintah dalam pengaturan pemanfaatan tata ruang dan

penggunaan lahan di daerah penelitian perlu adanya pengawasan, pengendalian

dan penindakan tegas terhadap alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan

kemampuan lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar.