Upload
hananun-zharfa
View
162
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
materi farmakokinetika dasar, ibu ika p
Citation preview
Farmakokinetika pada pasien dengan gangguan fungsi hati
Ika Puspitaningrum
PENDAHULUAN
• Metabolisme
• Enzim sitokrom P450
????
DOSIS OBAT????
PENDAHULUAN
• Hati memegang peranan sentral dalam farmakokinetika (ADME) sebagian besar obat
• Penyakit hati dapat menyebabkan beberapa perubahan fisiologik dan erat berkaitan dengan ADME obat.
• Penyakit hati sindrom yg dpt disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, parasit), xenobiotik, alkohol, gangguan sirkulasi (mis. Gagal jantung) dan radang autoimun.
• Perubahan fisiologik dan ADME yg mungkin terjadi akibat penyakit hati, a.l.
1.Perlambatan aliran darah hepatik mengurangi klirens plasma atau darah suatu obat
2.Disfungsi sel hati
3.Perubahan protein serum
4.Perubahan aliran empedu
Faktor2 yg mengubah kecepatan aliran darah hepatik
Faktor Meningkat Berkurang
Fisiologik Gangguan respirasi kronik, makan, digesti, posisi tubuh telentang
Gangguan pernafasan akut, stres panas, olah raga, posisi tubuh tegak, tekanan sistemik turun, pengurangan vol darah, usia lanjut (>65 th)
Patologik Hepatitis virus, diabetes tak terkontrol, gagal ginjal berat (Clcr<5ml/menit)
Gagal jantung kongesti, luka bakar berat, sirosis, kolaps sirkulasi, ht renovaskular
Farmakologikal Glukagon, dopamin dosis rendah, isoproterenol, salbutamol, fenobarbital, fentolamin, PGE2, klonidin
Anestetik, dopamin dosis tinggi, dimetilbiguanid, fenilefrin, labetalol, propranolol, norepinefrin, ranitidin, simetidin
Disposisi Obat: Absorpsi & Distribusi
Sirosis • perlambatan GI shg absorpsi obat lambat
hormon sekretin, glukagon, kolesistokinin, atau motilin di GIperlambatan hanya menunda absorpsi bukan jumlah obat yg terabsorpsi
• Obat yg diberikan sec parenteral/jalur lain ketersediaan hayati karena kadar dan aktivitas enzim metabolisme
• Obat2 yg pd fungsi hati normal mengalami fpe ketersediaan hayatinya , krn jumlah & aktivitas enzim CYP
Contoh peningkatan ketersediaan hayati obat secara oral pd px sirosis dibandingkan subyek sehat
ObatSubyek sehat Pasien Sirosis Faktor
Enkainid 0,26 ± 0,20 0,76 ± 0,42 2,92
Flumazenil 0,28 ± 0,06 0,65 ± 0,26 2,32
Klometiazol 0,10 ± 0,07 1,16 ± 0,25 11,6
Labetalol 0,33 ± 0,09 0,63 ± 0,19 1,91
Meperidin 0,48 ± 0,13 0,87 ± 0,27 1,81
Midazolam 0,38 ± 0,16 0,76 ± 0,37 2,00
Morfin 0,47 ± 0,14 1,01 ± 0,43 2,15
• Kenaikan kadar obat dalam darah yg paling signifikan pd sirosis yaitu obat2 dg
1.FPE plg besar
2.FPE besar
3.FPE sedang
Contoh obat yg mengalami FPE oleh CYP3A4 & pengaruhnya pd ketersediaan hayati per oral (Kashuba dkk,
2006)
ObatFirst pass effect Ketersediaan hayati per
oral (%)
Astemizol, buspiron, ergotamin, lovastatin, nimodipin, sakuinavir, simvastatin, terfenadin
Sangat besar < 10
Atorvastatin, estradiol, felodipin, indinavir, isradipin, nikardipin, nitrendipin, propafenon, takrolimus
Besar 10-30
Amiodaron, amprenavir, diltiazem, karbamazepin, losartan, nifedipin, midazolam, verapamil, etinilestradiol, triazolam
Sedang 30-70
Alprazolam, amlodipin, deksametason, disopiramid, ritonavir, kinidin, temazepam
rendah > 70
• Pada sirosis terjadi hipoalbuminemia & penurunan kadar α1-acid glycoprotein (AAG) karena ekspresi protein serum paling banyak terjadi di hati
• Menyebabkan kenaikan fraksi obat bebas yg terdistribusi shg volume distribusi
• Contoh: dapson, diazepam, fenitoin, kinidin, morfin, prednisolon, tolbutamid
• Pada sirosis yg diikuti udem atau asites volume distribusi obat2 hidrofilik
• Contoh: antibiotik β laktam & digoksin
Klirens Hepatik
• Setelah obat berada dalam tubuh distribusi & eliminasi
• Parameter eliminasi yg utama KLIRENS (disbt jg klirens sistemik atau total)
• Jika proses eliminasi linear (belum mengalami saturasi pd proses metabolisme/ekskresi) hubungan dosis (D) dan klirens (Cl) linear sehingga klirens tidak berubah ketika besar dosis diubah
• Pers tsb jg menerangkan bahwa besar dosis ditentukan oleh perubahan klirens
F.D Cl =
AUCatau
Cl.AUC D =
F
• Untuk pemberian berulang, klirens jg dpt ditentukan dg pers:
DM.S.F Cl =
Css.atau
Cl.Css. DM =
S.F
Klirens Hepatik
• Klirens hepatik (ClH) volume darah masuk hepar yang dibersihkan dari obat per satuan waktu
• Biasanya, ClH dihitung dengan klirens nonrenal dan dihitung sebagai klirens tubuh total (ClE) dikurangi klirens renal (ClR).
ClH = ClE - ClR
The model of hepatic clearance
KeteranganV : volumeQ : blood flowCa : kons obat yg menjangkau hepar melalui arteri hepatik dan vena portaCv : darah hepatik venaCl int : klirens intrinsik (kapasitas maks liver)fu : fraksi obat yg tidak berikatan dg plasma protein
• Obat2 yg sbgian besar ( 70% dari dosis) mengalami metabolisme klirens lebih ditentukan oleh klirens hepatik (ClH) dibandingkan klirens renal (ClR)
• Karena ClH dipengaruhi:
1.Fraksi obat bebas (fu, fraksi obat tidak terikat protein plasma)
2.Cl int (klirens intrinsik) y/ kapasitas maksimum liver atau kemampuan menghilangkan obat dalam limitasi aliran akhir
3.Qh (kecepatan aliran darah)
Klirens hepatik (ClH) a/
• Jika kapasitas metabolisme hati & fraksi obat bebas melebihi kecepatan aliran darah hepatik [(fu.Cl int) >> Qh] faktor pembagi menjadi (fu.Cl int), sehingga mjd:
(fu.Cl int) . Qh ClH =
(fu.Cl int) + Qh
ClH = Qh
• Sebaliknya, jk kapasitas metabolisme hati dan fraksi obat bebas lebih rendah dari kecepatan aliran darah hepatik [(fu.Cl int) << Qh]
(fu.Cl int) . Qh ClH =
(fu.Cl int) + Qh
ClH = fu . Cl int
• Klirens hepatik (ClH) juga merupakan fungsi aliran darah hati (Qh) dan rasio ekstraksi hati (Eh) suatu obat
ClH = Qh . Eh
• Rasio ekstraksi hati (Eh) adalah nilai yg menggambarkan fraksi obat yg dapat dimetabolisme oleh hepar pada saat sejumlah obat melalui hepar
• Makin besar Eh makin besar kemampuan hepar membersihkan darah makin sedikit fraksi obat yg masih tertinggal di sirkulasi sistemik
• Juga, makin cepat aliran darah (Qh) yg melalui hepar makin tinggi kemampuan hepar membersihkan darah dari obat
Influence of Change in Blood Flow on Total Clearance and Extraction Ratio
Drug Property:Extraction Ratio
E
Blood Flow
Change in
Extraction Ratio E Total Clearance Cltot
LOW (Eh < 0,30) n.c
n.c
HIGH (Eh > 0,70) n.c
n.c
= increase; = decrease; n.c = no change
• Rasio ekstraksi hepatik (Eh) suatu obat berkisar antara 0 dan 1
• Beberapa obat diklasifikasikan ke dalam
1.Eh rendah (Eh < 0,3)
sering disebut juga obat yg ClH = fu.Cli2.Eh sedang (Eh 0,30-0,60)
3.Eh tinggi (Eh >0,60)
sering juga disebut obat yg ClH = Qh
Eh rendah (<0,30) – ikatan protein
rendah/lemah (<90%)
Eh rendah (<0,30) – ikatan protein
tinggi/kuat (>90%)
Eh sedang (0,30-0,60)
Eh tinggi (> 0,60)
Alprazolam, bromazepam, clobazam, flunitrazepam, flurazepam, nitrazepam, triazolam, methaqualone, zopiclone, citalopram, fluoxentine, fluvoxamine, moclobemide, risperidone, carbamazepine, ethosuximide, lamotrigine, levetiracetam, phenobarbital, primidone, topiramate, pramipexole, cyclophosphamide, hydroxycarbamide, metronidasol, doxycycline, isoniazide, methylprednisolon, prednison, pct, teofilin, difenhidramin, metoclopramide
Chlordiazepoxide, diazepam, lorazepam, oxazepam, temazepam, zolpidem, maprotiline, trazodone, sertindole, fenitoin, tiagabine, valproate, tolcapone, metadon, clorambucil, micophenolate, ceftriaxone, clarithromycin, clindamycin, rifampicin, prednisolon, glipizide, tolbutamide, clofibrate, gemfibrosil, lansoprasol, phenprocoumon, tamoxifen, toremifen, cyproterone
Midazolam, amitriptilin, clomipramin, mirtazapin, nortriptilin, paroxetin, amisulpride, clozapin, fluphenazin, haloperidol, olanzapin, zuclopenthixol, metilphenidate, entacapone, etoposide, ciprofloxacin, eritromisin, itraconazol, amiodarone, lidocaine, carvedilol, diltiazem, felodipine, nifedipine, atorvastatin, pravastatin, simvastatin, omeprazole, ranitidin, medroxyprogesteron, lisuride
Buspiron, klometiazol, zaleplon, dibenzepine, doxepin, imipramine, mianserin, sertralin, trimipramine, venlafaxine, klorpromasin, chlorprothixen, flupenthixol, sulpiride, tacrine, bromocriptine, levodopa, selegiline, biperidine, morfin, pentazocine, propoxyfen, ciclosporin, fluorouracil, idarubicin, mercaptopurin, sirolimus, labetolol, metoprolol, propanolol, verapamil, isdn, nitrogliserid, fluvastatin, lovastatin, sumatriptan, prometazin, sildenafil
Liver Diseases
• Penurunan tergantung pada keparahan penyakit.
• Pada gangguan kronik, seperti SIROSIS penurunan kemampuan akan turun secara nyata dan bermakna secara klinik.
• Pada gangguan akut & reversibel, seperti HEPATITIS VIRAL AKUT penurunan kemampuan tidak begitu nyata
Pharmacological Consequences Due to Pathophysiological Abnormalities in Liver Diseases
PATHOPHYSIOLOGIC CONDITION
PHARMACOLOGICAL CONSEQUENCES
Impaired hepatic blood flow (heart failure, cirrhosis, portal vein thrombosis)
Systemic clearance for drugs with high hepatic extraction (E > 0,7)
Reduced hepatic cell mass (cirrhosis, acute and chronic active hepatitis, acute alkohol intoxication)
FPE for drugs with high hepatic extraction (E > 0,7) Systemic clearance for drugs with low hepatic extraction (E < 0,3)
Decreased protein binding (hepatitis, cholestasis, cirrosis)
Increased distribution of drugs into liver (increased elimination) and other tissues
Cholestasis (primary biliary cirrhosis, common duct obstruction, drug induced)
Impaired metabolism
Portal-systemic shunt (cirrhosis, portal vein thrombosis, shunt operation)
Increased systemic bioavailability for drugs with high hepatic extraction (E > 0,7)
• Penurunan CYP450 paling tampak di penyakit hepar khususnya penyakit sirosis dan kholestatis
• Pengurangan ekspresi dan aktivitas CYP pd penyakit tidak bersamaan, melainkan bertahap dan bervariasi antar px.
• Kholestasis CYP 30% CYP2E1, CYP3A dan CYP2C
• Sirosis 1.CYP1A2 bertahap dari 53%-71%
2.CYP2C19 dari 63% (sirosis ringan) menjadi 96% (sirosis sedang), tetapi CYP2D6 normal
3.Pd sirosis ringan & sedang CYP3A4 msh normal, namun ketika sirosis berlanjut enzim tsb berkurang berkorelasi dg memburuknya sirosis
• Sirosis - penurunan massa & fungsi sel hati (Cl int)
- penurunan aliran darah ke hati (Qh)\
- penurunan serum albumin
• dampak penurunan/perlambatan klirens sehingga menyebabkan perpanjangan waktu paro eliminasi obat (terjadi pada sirosis).
• Tidak demikian pada viral hepatitis akut dan hepatitis kronik aktif tidak terjadi perubahan waktu paro eliminasi
Contoh obat yg mengalami perlambatan klirens (20-90%) dan perpanjangan waktu paro
eliminasi (1,5-5 kali) pada sirosis hepatikus
Alprazolam Meksiletin Ondasetron
Felodipin Midazolam Omeprazol
Flekainid Metoklopramid Paroksetin
Fluvastatin Nifedipin Torasemid
Flumazenil Nisoldipin Triazolam
Losartan Norfluoksetin Zidovudin
Pengaruh sirosis hepatikus tehadap fk obat dg Eh tinggi
Obat Bioavailabilitas(% kenaikan)
T1/2 eliminasi Klirens
Klormetiazol 1.000 8,7 +/- 4,0 jam(6,6 +/- 2,4) jam
12,8 +/- 4,8 a,d
(18,1 +/- 2,9)
Labetalol 91 170 +/- 24 menit(187 +/- 26 menit)
-
Lorkainid - 343 +/- 234 menit(108 +/- 70 menit)
160 menitb,c
(90 menit)c
5,2 +/- 2,1a,d
(9,2 +/- 0,8)13,0 +/- 3,9a,b
(20,0 +/- 3,9)
Meperidin 81 359 +/- 77 menit(213 +/- 25 menit)6,99 +/- 2,74 jamb
(3,37 +/- 0,82 jam)
523 +/- 158d
(900 +/- 316)649 +/- 228b
(1,261 +/- 527)
Metoprolol 65 7,2 +/- 1,2 jam(4,2 +/- 1,1 jam)
610 +/- 130(810 +/- 110)
Morfin - 2,2 +/- 1,3 jam(2,5 +/- 1,5 jam)
1,153 +/- 345(1,233 +/- 427)
Propanolol 42 11,2 +/- 3,2 jam(4,0 +/- 0,3 jam)
580 +/- 140(860 +/- 90)
Pentazosin 278 396 +/- 115 menit(230 +/- 28 menit)
675 +/- 296d
(1,246 +/- 236)
Angka dlm kurung a/ nilai subyek sehat; a: ml/menit/kg; b: pd viral hepatitis akut; c: nilai rata-rata; d: berbeda bermakna dg kontrol
Pengaruh sirosis hepatikus tehadap fk obat dg Eh rendah
Obat T1/2 eliminasi Klirens (ml/menit)
Ampisilin 1,9 +/- 0,56 jam(1,31 +/- 0,15) jam
280 +/- 136(342 +/- 80)
Diazepam 105,6 +/- 15,2 jam(46,6 +/- 14,2 jam)
13,8 +/- 2,4(26,6 +/- 4,1)
Furosemid 129 +/- 75 menit(74 +/- 18 menit)
120 +/- 36(142 +/- 42)
Heksobarbital 1,017 +/- 450 menit(340 +/- 110 menit)
1,26 +/- 0,49(3,32 +/- 0,99)
Ranitidin 166 +/- 41 menit(124 +/- 16 menit)
476 +/- 139(543 +/- 126)
Angka dlm kurung a/ nilai subyek sehat
Klasifikasi tk keparahan fungsi hati: Klasifikasi Child-Pugh
• Selama ini skor child-pugh digunakan u/ klasifikasi tk keparahan fungsi hati, tetapi tidak mencerminkan fungsi hati sbg pusat metabolisme karena parameter yg digunakan (spt: asites, bilirubin, albumin serum) tidak berkorelasi dg kapasitas metabolisme hati khususnya enzim2 CYP & parameter tsb tidak mewakili perubahan aliran darah hepatik.
Klasifikasi Liver Diseases
• Senyawa endogen digunakan sebagai marker fungsi hati tetapi jg belum berhasil shg digunakan senyawa eksogen
• Namun tidak ada satu senyawa pun yg dpt digunakan sbg indikator karena hanya menerangkan perubahan fungsi secara parsial.
Berbagai senyawa eksogen untuk memperkirakan fungsi hati & metabolisme obat
Senyawa Eh (%) Metabolisme Manfaat klinik
Asam empedu dalam serum (endogen)
> 90 Hidroksilasi dan konjugasi, siklus enterohepatik
Untuk porto systemic shunt
Indocyanine green (iv) 90 Ekskresi bilier Estimasi aliran darah hati
Sorbitol (iv) >80 -
Galaktosa (iv) 95 Faktor penentu kecepatannya a/ fosforilasi
Jika eliminasinya orde pertama menunjukkann kapasitas fungsi hati, ttp mengalami metabolisme ekstra hepatik
Lidokain (iv) 80 CYP3A
D-propoksifen (po) 70 CYP3A Rasio norpropoksifen/propoksifen untuk memperkirakan porto systemic shunt
Berbagai senyawa eksogen untuk memperkirakan fungsi hati & metabolisme obat
Senyawa Eh (%) Metabolisme Manfaat klinik
Eritromisin (iv) 30 CYP3A Ekshalasi CO2 sbg marker aktivitas CYP3A
Aminopirin (iv) <30 Berbagai cyp Ekshalasi CO2 sbg marker aktivitas CYP3A
Kafein (po, iv) <30 CYP1A2, N-asetiltransferase tipe 2 (NAT2)
Ekshalasi CO2 sbg marker aktivitas CYP1A2
Antipirin (po) 5 Berbagai cyp Mencerminkan aktivitas berbagai CYP
Pendosisan Obat pada Gangguan Hepar
Risk Group Hepatic Elimination Consequences for Dosage Design
High High extraction (E > 0,7), flow limited
Reduce DL and DM
Limited Low extraction (E < 0,3), capacity limited
Reduce DM only
Low Little or no change No change in dosage regimen