01-Laporan Akhir M-KRPL 2011.pdf

  • Upload
    aand

  • View
    104

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • LLAAPPOORRAANN AAKKHHIIRR KKEEGGIIAATTAANN

    PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN MMOODDEELLKKAAWWAASSAANN RRUUMMAAHH PPAANNGGAANN LLEESSTTAARRII

    DDII PPRROOVVIINNSSII AACCEEHH

    Oleh:MM.. FFeerriizzaallNNaazzaarriiaahhMM.. NNaassiirr

    CCuutt HHiillddaa RRaahhmmiiRRiinnii AAnnddaarriinnii

    AAhhmmaadd

    BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANDEPARTEMEN PERTANIAN

    2011

  • RINGKASAN

    M. FERIZAL, dkk. Pada tahun 2011 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Acehmembangun 1 (satu) unit Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yangberlokasi di Desa Lipah Rayeuk, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen. Tujuankegiatan adalah (1) Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalampemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidayatanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaanternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadikompos; (2) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secaralestari dalam suatu kawasan; dan (3) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktifkeluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.Pada awal kegiatan jumlah rumahtangga peserta sebanyak 35 KK. Kegiatan yangtelah dilaksanakan antara lain: survey pendahuluan, sosialisasi program, pelatihanteknis budidaya, pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD), pembinaan penguatankelembagaan, pemanfaatan lahan pekarangan dengan tanaman sayuran, tanamanobat, dan buah pada media tanah bedengan, rak vertikultur (polibag dan bambu),kolam ikan dan teknak itik. Relatif cepatnya proses pengembangan KRPL diKabupaten Bireuen antara lain didukung oleh adanya partisipasi masyarakat danPemerintah Daerah melalui petugas pendamping di lapangan untuk mewujudkanketahanan pangan melalui pengembangan diversifikasi pangan denganmengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan dengan menerapkan model KRPL.

    Kata Kunci : rumah pangan lestari, pekarangan, kebun bibit desa, dan vertikultur.

  • KATA PENGANTAR

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh pada tahun 2011 ditugaskan

    untuk membangun model Kawasan Rumah Pangan Lestari sebagai tindak lanjut dari

    program kementerian Pertanian dalam pengembangan pemikiran dan konsep bagi

    optimalisasi pemanfaatan pekarangan, utamanya melalui pemanfaatan berbagai

    inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian

    lainnya. BPTP Aceh berperan dalam mendorong upaya optimalisasi pemanfaatann

    pekarangan adalah melalui dukungan inovasi teknologi dan bimbingan teknis, serta

    mewujudkannya dalam pengembangan Model KRPL di Provinsi Aceh.

    Laporan kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban atas

    pelaksanaan kegiatan dan juga sebagai bahan bagi penyebarluasan informasi atas

    capaian-capaian yang telah dapat dilaksanakan dalam kurun waktu yang singkat

    selama melaksanakan kegiatan pengembangan model KRPL di Provinsi Aceh.

    Semoga Laporan ini dapat menjadi kilas balik dan bahan pertimbangan

    dalam perumusan, perencanaan, serta pelaksanaan kegiatan serupa pada masa-

    masa selanjutnya.

    Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dan memberi partisipasi positif baik selama pelaksanaan kegiatan

    maupun dalam penyuusan laporan ini.

    Banda Aceh, Desember 2011Penanggung jawab Kegiatan,

    Ir. M. Ferizal, M.Sc.NIP. 19650219 199103 1 002

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    RINGKASAN ..................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

    DAFTAR ISI ..................................................................................... iii

    DAFTAR TABEL ................................................................................ iv

    I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    1.1. Latar Belakang .................................................................... 1

    1.2. Tujuan .................................................................................. 3

    1.3. Keluaran yang Diharapkan .................................................... 3

    1.4. Hasil yang Diharapkan ......................................................... 3

    1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ............................................ 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4

    III. METODE PELAKSANAAN ............................................................. 9

    3.1. Tahapan Pelaksanaan .......................................................... 9

    3.2. Tata Kelola Kegiatan ............................................................. 11

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 13

    4.1. Gambaran Umum Lokasi ...................................................... 13

    4.2. Karakteristik Rumah Tangga Peserta ..................................... 15

    4.3. Pelaksanaan Kegiatan ......................................................... 16

    V. KESIMPULAN ............................................................................. 20

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 21

    Iv

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kesadaran tentang pentingnya upaya diversifikasi pangan telah lama dilaksanakan di

    Indonesia, namun demikian hasil yang dicapai belum seperti yang diharapkan.

    Kebijakan diversifikasi pangan diawali dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14

    tahun 1974 tentang Upaya Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR), dengan

    menggalakkan produksi telo, Kacang dan Jagung yang dikenal dengan Tekad,

    sampai yang terakhir adanya Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang

    Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber

    Daya Lokal. Walaupun telah berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan

    berbagai kalangan terkait, namun pada kenyataannya tingkat konsumsi masyarakat

    masih bertumpu pada pangan utama beras. Hal itu diindikasikan oleh skor Pola

    Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya

    pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam mendukung

    penganekaragaman konsumsi pangan (BKP, 2010).

    Dikaitkan dengan potensi yang ada, Indonesia memiliki sumber daya hayati

    yang sangat kaya. Ironisnya, tingkat konsumsi sebagian penduduk Indonesia masih

    dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk

    meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga dapat dilakukan melalui

    pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di

    lingkungannya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan

    pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga.

    Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam terbentang dari

    wilayah Sabang sampai Merauke. Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-

    padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani

    banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan

    dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian

    realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena

    itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi

    masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun

  • yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan

    pekarangan yang dikelola oleh keluarga.

    Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif

    sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-

    buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan

    pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang

    akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat memenuhi kebutuhan

    konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan

    tambahan pendapatan bagi keluarga.Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini sebagai salah

    satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik

    bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan. Balai Pengkajian Teknologi

    Pertanian Aceh bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh pada tahun

    2011 mengembangkan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kabupaten

    Bireuen yang diharapkan akan memicu lahirnya pemikiran dan konsep bagi

    optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan. Pada prinsipnya, KRPL merupakan

    program pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan

    kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada

    akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Ke

    depan diharapkan melalui inisiatif ini akan semakin berkembang upaya-upaya kreatif

    di tengah masyarakat dalam pemanfaatan lahan dan ruang yang ada di sekitar

    mereka.

    Melalui pengembangan KRPL tersebut ditargetkan skor Pola Pangan Harapan

    (PPH) masyarakat meningkat dari 65,6 persen menjadi lebih dari 90 persen dan

    pengeluaran pangan keluarga menurun menjadi 50-55 persen.

    Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk

    ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama

    dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai pergeseran.

    Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan

    kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya

    menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

  • 1.2. Tujuan

    Tujuan pengembangan Model KRPL ini di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh antara

    lain:

    1. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan

    pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan,

    buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan

    ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.

    2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari

    dalam suatu kawasan.

    3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan

    lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

    1.3. Keluaran Yang Diharapkan

    Model pemanfaatan pekarangan rumah tangga secara optimal berbasis

    sumberdaya lokal melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

    di satu desa binaan di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.

    1.4. Hasil yang Diharapkan

    Tersedianya model pemanfaatan pekarangan rumah tangga secara optimal

    berbasis sumberdaya lokal untuk pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari

    (KRPL) di wilayah lain dalam Provinsi Aceh.

    1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak

    Manfaat dan dampak yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah

    berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial

    dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan

    masyarakat yang mandiri dan sejahtera serta terwujudnya diversifikasi pangan dan

    pelestarian tanaman pangan lokal.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Model

    Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL) yang merupakan himpunan

    dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan

    pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan

    kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya

    lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan,serta peningkatan pendapatan

    yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjaga

    keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep Model KRPL dilengkapi

    dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan serta pemasaran untuk

    penyelamatan hasil yang melimpah (Kementerian Pertanian, 2011).

    Berdasar pemikiran tersebut, seperti tertuang Pedoman Umum Model KRL

    (Kementerian Pertanian, 2011), tujuan pengembangan Model KRPL adalah: (1)

    memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi

    pemanfaatan pekarangan secara lestari; (2) meningkatkan kemampuan keluarga

    dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun

    perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat

    keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan

    limbah rumah tangga menjadi kompos; (3) mengembangkan sumber benih/bibit

    untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan pekarangan dan melakukan pelestarian

    tanaman pangan lokal untuk masa depan; dan (4) mengembangkan kegiatan

    ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan

    menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

    Rumah Pangan Lestari (RPL) didefinisikan sebagai tempat tinggal bagi

    keluarga atau rumah tangga yang memanfaatkan pekarangannya secara intensif

    melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana sehingga menjamin

    kesinambungan persediaaanya dengan tetap memelihara dan meningkatkn kualitas,

    nilai dan keanekaragamannya. Penataan pekarangan ditujukan untuk memperoleh

    manfaat yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara

    intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas.

  • Pengelompokan lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan

    dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik dalam menetapkan

    komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara

    menata tanaman, ternak, dan ikan.

    a. Pekarangan Perkotaan. Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4,

    yaitu: (1) Rumah Tipe 21, dengan total luas tanah sekitar 36 m2 atau tanpa

    halaman; (2) Rumah Tipe 36, luas tanam sekitar 72 m2 atau halaman sempit; (3)

    Rumah Tipe 45, luas tanah sekitar 90 m2 atau halaman sedang; dan (4) Rumah

    Tipe 54 atau 60, luas tanah sekitar 120 m2, atau halaman luas.

    b. Pekarangan Perdesaan. Pekarangan perdesaan dikelompokkan menjadi 4,

    yaitu: (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit

    (< 120 m2), (3) pekarangan sedang (120 - 400 m2), dan (4) pekarangan luas

    (> 400 m2).

    Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan

    kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber pangan

    lokal, pelestarian sumber pangan lokal, serta kemungkinan pengembangannya

    secara komersial berbasis kawasan. Komoditas yang dapat dikembangkan antara

    lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, buah (pepaya, belimbing, jambu biji,

    srikaya, sirsak, labu, dan lainnya yang disesuaikan dengan lokasi setempat), serta

    berbagai sumber pangan lokal (ubijalar, ubikayu, ganyong, garut, talas, suweg,

    ubikelapa, gembili). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan budidaya

    ikan dalam kolam dan ternak.

    Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) diwujudkan dalam satu Rukun

    Tetangga atau Rukun Warga/Dusun (Kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL

    dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan

    fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah), lahan terbuka hijau, serta

    mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus

    menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial. Untuk

    menjamin keberlanjutan usaha pemanfaatan pekarangan, kawasan juga harus

    dilengkapi dengan kebun bibit yang dikelola oleh masyarakat secara partisipatif.

  • Tabel 1. Basis komoditas dan model budidaya rumah pangan lestari menurutkelompok lahan Pekarangan Perdesaan

    No. Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas

    1. Pekarangan sangatsempit (tanpahalaman)

    Vertikultur(modelgantung,tempel, tegak,rak)

    Sayuran: Sawi, kucai, pakcoi,kangkung, bayam, kemangi,caisim, seledri. Selada bokor,bawang daun

    Toga: kencur, jahe merah,sirih, daun jinten, sambiloto,antanan, gempur batu

    Pot/polibag

    Benih/bibit

    Sayuran: cabai,terong, tomat,mentimun

    Toga: jahe, kencur, kunyit,temulawak, kumis kucing,sirih hijau/merah, pegagan,lidah buaya, sambiloto

    2. Pekarangan sempit(

  • No. Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas

    3. Pekarangan sedang(120 - 400 m2)

    Pot/polibag/tanam langsung

    Sayuran: cabai, sawi, kenikir,terong, tomat, bayam,kangkung, kacang panjang,kecipir

    Toga: jahe, kencur, lengkuas,kunyit, temulawak, sirih

    Kandang Ternak kambing, domba dan/atau ayam buras

    Kolam Pemeliharaan ikan atau lele:lele/nila/gurame

    Bedengan,surjan,multistrata

    Intensifikasi pekarangan:Sayuran/buah/umbi/kacang-kacangan

    Multistrata Intensifikasi pagar: kaliandra,dadap, gliriside, rumput, garut,talas, pisang, nenas, melinjo,ganyong, garut.

    4. Pekarangan luas(>400 m2)

    Bedengan,pot/polibag

    Sayuran: cabai, sawi, kenikir,terong, tomat, bayam, kangkung,kacang panjang, kecipir, buncistegak & rambat

    Bedengan,pot/polibag

    Toga: jahe, kencur, lengkuas,kunyit, temulawak, kumis kucing,sirih hijau/merah, pegagan, lidahbuaya, sambiloto

    Kandang Ternak kambing, domba dan/atau ayam buras

    Kolam Pemeliharaan ikan atau lele:lele/nila/gurame

    Bedengan,surjan,multistrata

    Benih/bibit

    Intensifikasi pekarangan:

    Sayuran/buah/umbi/kacang-kacangan

    Multistrata Intensifikasi pagar: kaliandra,dadap, gliriside, rumput, garut,talas, pisang, nenas, melinjo,ganyong, garut.

  • No. Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas

    5. Intensifikasi pagarjalan

    Multistrata Tanaman buah, tanaman hijauanmakanan ternak

    6. Intensifikasi halamankantor desa, sekolah,dan fasilitas umumlainnya

    Pot, bedengan,tanam langsung

    Tanaman sayuran

    Tanaman buah

    Tanaman pagar multistrata

    7. Kebun Bibit Desa Pot, rak,bedengan

    Tanaman sayuran

    Tanaman pangan

    8. Pelestarian tanamanpangan lokal untukmasa depan

    Bedengan Tanaman pangan lokal: anekaumbi (ubi gembili, dll), anekatalas, suweg, aneka jenis jagungdan serealia (sorgum, jewawut,hotong, dll)

  • III. METODE PELAKSANAAN

    3.1. Tahapan Pelaksanaan

    Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan Model KRPL,

    dibutuhkan 9 (sembilan) tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam Pedoman

    Umum Model KRPL (Kementerian Pertanian, 2011), yaitu:

    a. Persiapan: (1) Pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya,

    lokasi dan kelompok sasaran, (2) Pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari

    kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, (3)

    koordinasi dengan Dinas pertanian dan dinas terkait lainnya di kabupaten/kota,

    (4) Memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat

    sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

    b. Pembentukan Kelompok: Kelompok sasaran adalah rumahtangga atau

    kelompok rumahtangga dalam satu Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW)

    atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif,

    dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa.

    Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok

    itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan beriinisiatif dari

    para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari

    mereka sendiri.

    c. Sosialisasi: Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat

    kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan

    sosialisasi dilakukan pada kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta

    petugas pelaksana dari instansi terkait.

    d. Penguatan Kelembagaan Kelompok: Dilakukan untuk meningkatkan

    kemampuan kelompok: (1) Mengambil keputusan bersama melalui

    musyawarah; (2) Menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3)

    Memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) Bekerjasama dalam kelompok

    (sifat kegotong-royongan); dan (5) Bekerjasama dengan aparat maupun dengan

    kelompok-kelompok masyarakat lainnya.

  • e. Perencanaan Kegiatan: Melakukan perencanaan/rancang bangun

    pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan,

    sayuran dan obat jeluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis

    sumberdaya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit

    desa, serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu, dilakukan juga

    penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan ini dilakukan bersama-

    sama dengan kelompok dan instansi terkait.

    f. Pelatihan: Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis

    pelatihan yang dilakukan diantaranya: teknik budidaya tanaman pangan, buah

    dan sayuran, toga, teknik budidaya ikan dan ternak, perbenihan dan

    pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan

    limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan

    kelompok.

    g. Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan

    pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh Penyuluh

    dan Petani Andalan. Secara bertahap, pelaksanaan kegiatan ini diarahkan untuk

    menuju pada pencapaian kemandirian pangan rumah tangga, diversifikasi

    pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman pangan untuk masa

    depan, pengelolaan kebun bibit desa, dan peningkatan kesejahteraan.

    h. Pembiayaan: Bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi pemerintah

    daerah dan pusat, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, swasta dan

    dana lain yang tidak mengikat.

    i. Monitoring dan Evaluasi: Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan

    pelaksanaan kegiatan kawasan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah

    dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok.

    Evaluator dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota

    kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan

    sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari.

  • 3.2. Tata Kelola Kegiatan

    Model KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan

    instansi terkait baik di tingkat pusat maupun daerah, yang masing-masing

    bertanggungjawab terhadap sasaran atau keberhasilan kegiatan. Secara rinci, peran

    setiap elemen tersebut adalah sebagai berikut:

    Tabel 2. Peran masing-masing pelaku dalam kegiatan Model KRPL

    No. Pelaksana Tugas/peran dalam kegiatan

    1. Masyarakat Kelompok sasaran Pamong desa (RT, RW, Kadus) dan

    tokoh masyarakat

    Pelaku utama Pendamping Monitoring dan Evaluasi

    2. Pemerintah Daerah (Dinas PertanianTanaman Pangan dan Hortikultura,Kantor Ketahanan Pangan danPenyuluhan Pertanian, DinasPerikanan dan Peternakan, Bakorluhdan Bapeluh, Kantor Kecamatan,Kantor Kelurahan dan lembaga terkaitlainnya)

    Pembinaan dan pendampingankegiatan oleh petugas lapang

    Penanggung jawabkeberlanjutan kegiatan

    Replikasi kegiatan ke lokasilainnya

    3. Pokja 3, PKK Kantor Ketahanan Pangan

    Koordinator lapangan

    4. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Membangun model KRPL Narasumber dan pengawalan

    inovasi teknologi dankelembagaan

    5. Perguruan Tinggi/Swasta/LSM Dukungan dan pengawalan

    6. Pengembang perumahan Fasilitasi pemanfaatan lahankosong di kawasan perumahan

    3.3. Upaya Menuju Lestari

    Untuk melestarikan KRPL, para petugas lapangan setempat dan ketua

    kelompok sejak awal dilibatkan secara aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan

    evaluasi kegiatan. Keterlibatan ini akan memudahkan proses keberlanjutan dan

    kemandiriannya.

  • Beberapa faktor lain yang mendukung keberlanjutan KRPL adalah

    ketersediaan benih/bibit, penanganan pascapanen dan pengolahan, dan pasar bagi

    produk yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan penumbuhan dan penguatan

    kelembagaan kebun benih/bibit, pengolahan hasil, dan pemasaran. Selanjutnya,

    untuk mewujudkan kemandirian kawasan, maka dilakukan pengaturan pola dan

    rotasi tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-ternak.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Lokasi

    Pada tahun 2011, BPTP Aceh melaksanakan kegiatan pengembangan model

    KRPL yang berupa pembangunan 1 (satu) unit KRPL yang ditempatkan di Desa Lipah

    Rayeuk, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen. Dasar pemilihan lokasi adalah:

    (1) Masyarakat/rumahtangga di Kabupaten Bireuen umumnya sudah mengenal dan

    menerapkan pemanfaatan pekarangan rumahnya walaupun masih dalam skala

    dan cara yang sederhana.

    (2) Adanya dukungan Pemerintah Kabupaten, hal ini ditunjukkan dengan

    diterbitkannya Surat Keputusan Bupati tentang himbauan pada masyarakat

    untuk mengintensifkan pemanfaatan lahan pekarangan.

    (3) Desa Lipah Rayeuk merupakan desa binaan BPTP Aceh melalui kegiatan

    Pembinaan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang didanai oleh Australian Centre

    for International Agriculture Research (ACIAR). Di desa ini kegiatan KWT sudah

    berjalan baik yang ditandai dengan aktifnya kegiatan kelompok dalam

    pemanfaatan lahan-lahan kosong untuk budidaya tanaman sayuran.

    Desa Lipah Rayeuk berada dalam wilayah Kecamatan Jeumpa, Kabupaten

    Bireuen, Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelah Utara Kecamatan Jeumpa berbatasan

    dengan Selat Malaka, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Juli, Sebelah

    Barat dengan Kecamatan Peudada dan Sebelah Timur dengan Kota Juang, Bireuen.

    Desa Lipah Rayeuk memiliki luas wilayah 225 hektar dengan jumlah penduduk

    sebanyak 1.810 jiwa (tahun 2011) dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak

    268 KK dan memiliki 4 (empat) buah Dusun.

    Penggunaan lahan terluas adalah pertanian/perkebunan terdiri atas: lahan

    sawah mencapai sekitar 90 Ha, Perkebunan 18 Ha dan Pekarangan 6 Ha. Sedangkan

    sisanya merupakan semak belukar dan lainnya sebagai kawasan non-budidaya.

    Rata-rata mata pencaharian penduduk di Desa Lipah Rayeuk adalah sebagai

    petani, ada 213 Keluarga Tani yang memiliki status pekerjaan yang berbeda.

    Sebanyak 28,5% sebagai Peternak; 26,2% di bidang Pertanian dan Hortikultura;

    3,8% Perkebunan; 6,4% Nelayan; 5,7% Berdagang; 2,5% Petani tambak; dan

  • 6,7% sebagai pegawai.

    Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap mata pencaharian yang

    dijalankan oleh penduduk yang kebanyakan adalah sebagai petani. Sebanyak 15

    orang menderita buta huruf, tingkat SD ditempuh oleh 580 orang, SLTP 312 orang,

    SLTA 113 orang, dan S1 sebanyak 15 orang.

    Kelembagaan

    Desa Lipah Rayeuk memiliki kelembagaan yang aktif dijalankan, 1 kelompok

    tani dewasa dan 1 kelompok tani wanita. Masing-masing kelompok beranggotakan

    70 dan 50 orang. Setiap kelompok memiliki struktur yang jelas, seperti adanya

    Ketua, Wakil, Sekretaris dan Bendahara. Kelembagaan ini memiliki modal

    Rp.100.000.000,- yang masing-masing kelompok dibagi berdasarkan keperluan

    usaha yang dijalankan oleh anggotanya. Usaha yang utama dijalankan yaitu

    pertanian pangan dan hortikultura.

    Pertanian dan Perkebunan

    Desa Lipah Rayeuk memiliki potensi yang cukup besar di bidang pertanian

    dan perkebunan. Pertanian di desa ini menghasilkan beras dan sayur-sayuran.

    Sedangkan di bidang perkebunan menghasilkan kelapa, pinang, coklat, sawit dan

    pala. Selain itu juga menghasilkan di bidang hortikultura yaitu mangga, bawang

    merah, sawi, pisang dan ubi kayu.

    Produksi hasil pertanian Tahun 2011 di Desa Lipah Rayeuk menunjukkan

    data-data berikut:

    Luas panen padi adalah 90 Ha dengan produksi rata-rata tiap hektar mencapai

    6,0 ton.

    Untuk perkebunan, luas tanaman kelapa adalah 10 ha, pinang 1 ha, dan coklat

    1 ha.

    Luas tanaman hortikultura mangga adalah 1 ha, bawang merah 1 ha, sawi 0,5

    ah, pisang 1 ha dan ubi kayu 0,5 Ha.

  • Peternakan

    Di sektor peternakan, desa ini menghasilkan kerbau, sapi, kambing, domba,

    ayam buras, bebek, ayam ras pedaging, entok dan angsa. Hasil ternak utama pada

    tahun 2011 adalah sebagai berikut: populasi kerbau 6 ekor, sapi 85 ekor, kambing

    62 ekor, domba 25 ekor, ayam buras 1.608 ekor, bebek 1.200 ekor, entok 400 ekor

    dan angsa 20 ekor.

    4.2. Karakteristik Rumah Tangga Peserta

    Pada awal kegiatan, jumlah rumah tangga perserta kegiatan pengembangan

    model KRPL di Desa Lipah Rayeuk adalah sebanyak 35 orang yang berada dalam

    satu dusun. Kepemilikan lahan pekarangan rumah tangga dapat dikelompokkan

    seperti pada Tabel 3 berikut.

    Tabel 3. Karakteristik rumah tangga peserta KRPL di Desa Lipah Rayeuk, 2011.

    No. Uraian Jumlah Persentase(%)

    1. Luas kepemilikan halaman:a. Sangat sempit (tanpa halaman)b. Sempit ( < 120 m2)c. Sedang (120 400 m2)d. Luas (> 400 m2)

    27

    215

    5,720,060,014,3

    2. Sumber utama pendapatan keluarga:a. Bertani (sawah, perkebunan)b. Perdagangan (pedagang, kios)c. Sektor jasa (buruh, bangunan, supir)d Pegawai (PNS, swasta)

    12995

    34,325,725,714,3

    3. Tenaga kerja dalam keluarga:a. 1-2 orangb. 3-4 orangc. > 4 orang

    10178

    28,648,622,8

  • 4.3. Pelaksanaan Kegiatan

    Pada tahap awal jumlah rumah tangga yang berpartisipasi dalam kegiatan

    KRPL di Desa Lipah Rayeuk, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen sebanyak 35

    rumah tangga. Kegiatan yang telah direncanakan dan telah dilaksanakan antara

    lain:

    a. Survey awal lokasi kegiatan.

    Baseline survey dilaksanakan untuk mendapatkan kondisi awal lokasi kegiatan.

    Data yang dikumpulkan meliputi: luas pekarangan, jumlah tenaga kerja keluarga,

    jenis usaha pertanian yang dilakukan (tanaman pangan, sayuran perikanan, dan

    peternakan), kelembagaan desa, pengolahan dan pemasaran, serta potensi

    pengembangan.

    Survey Baseline pada awal kegiatan di lokasi terpilih

  • b. Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD)

    KBD telah siap dibangun dan sudah mulai beroperasi. Meskipun masih terus

    dilakukan pembenahan bangunan dan perlengkapannya, pengelola KBD telah

    melakukan penyemaian untuk penyediaan bibit berbagai tanaman sayuran,

    TOGA, dan pangan bagi keperluan rumah tangga yang akan menanam di

    pekarangan rumah masing-masing. KBD Desa Lipah Rayeuk sudah mampu

    mendistribusikan bibit sayuran dan ternak itik ke rumah-rumah peserta untuk

    putaran pertama siklus produksi di KRPL Lipah Rayeuk.

    KBD Desa Lipah Rayeuk, Bireuen Media Persemaian

    Media pembesaran bibit ternak itik Benih sayuran siap antar

  • c. Pemanfaatan Pekarangan Rumah Tangga

    Seluruh rumah tangga yang terlibat kegiatan telah mempersiapkan pekarangan

    masing-masing dengan mengolah tanah pada lahan pekarangan, pembuatan

    bedengan, pembuatan rak-rak tanaman, pembuatan kolam ikan, dan rehabilitasi

    kandang ternak (ayam, itik, dan kambing).

    Media tanam pada bedengan

    Media tanam pada rak

    d. Penguatan Kelembagaan Desa

    Saat ini sedang dilaksanakan pembinaan kelembagaan desa guna pengaktifan

    dan penguatan kembali kegiatan-kegiatannya. Kelembagaan yang ada saat ini

    antara lain: Kelompok Tani Ingin Maju (Gapoktan Maju Bersama) dengan

    anggota 70 orang, Kelompok Wanita Tani (KWT) Semangat Baru beranggota 50

    orang, Koperasi 1 unit beranggotakan 168 orang, dan Kios saprodi 1 unit.

  • Gerbang masuk KRPL Lokasi kegiatan KWT

    Kegiatan Kelompok Wanita Tani

  • V. KESIMPULAN

    (1) Pada tahun 2011, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh membangun 1

    (satu) unit Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang berlokasi di

    Desa Lipah Rayeuk, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen. M-KRPL tersebut

    dikembangkan untuk dapat direplikasi oleh Pemerintah Daerah setempat pada

    wilayah lainnya dalam kabupaten Bireuen.

    (2) Pada awal kegiatan rumahtangga peserta berjumlah 35 KK. Relatif cepatnya

    proses pengembangan KRPL di Kabupaten Bireuen antara lain didukung oleh

    adanya partisipasi masyarakat dan Pemerintah Daerah melalui petugas

    pendamping di lapangan untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui

    pengembangan diversifikasi pangan dengan mengoptimalkan pemanfaatan

    lahan pekarangan dengan menerapkan model KRPL.

    (3) Beberapa faktor kunci yang perlu dicermati sebagai simpul kritis untuk

    keberhasilan dan keberlanjutan secara lestari dari pengembangan model KRPL

    ini adalah:

    a. Para petugas lapangan setempat dan ketua kelompok sejak awal harus

    dilibatkan secara aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

    kegiatan. Diharapkan keterlibatan ini akan memudahkan proses

    keberlanjutan dan kemandiriannya.

    b. Ketersediaan benih/bibit, penanganan pascapanen dan pengolahan,

    serta pasar bagi produk yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan

    penumbuhan dan penguatan kelembagaan Kebun Benih/Bibit, pengolahan

    hasil, dan pemasaran.

    c. Untuk menuju Pola Pangan Harapan, diperlukan model diversifikasi

    yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok pangan bagi keluarga.

    d. Komitmen dan dukungan serta fasilitasi dari pengambil kebijakan

    utamanya Pemerintah Daerah untuk mendorong implementasi model

    inovasi teknologi seperti model KRPL tersebut dalam gerakan secara masif

    di wilayah kerjanya untuk dilaksanakan secara konsisten.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Badan Ketahanan Pangan (BKP). 2010. Perkembangan Situasi KonsumsiPenduduk di Indonesia.

    Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2011. PetunjukPelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Bogor.

    Handewi P. S. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL): Sebagai SolusiPemantapan Ketahanan Pangan. Makalah pada Kongres Ilmu PengetahuanNasional (KIPNAS), Jakarta, 8-10 Nopember 2011.

    http://bengkulu.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=236:model-kawasan-rumah-pangan-lestari&catid=153:ad-hock&Itemid=192 Model Kawasan Rumah Pangan Lestari.

    http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=63&Itemid=70. KRPL.

    http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/903/. Kawasan Rumah Pangan Lestaridi Pacitan

    http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/916/ Mentan Tinjau Kawasan RumahPangan Lestari di Pacitan.

    http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1020/. Rumah Pangan Lestari menjadiPrimadona di HPS Gorontalo.

    Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah PanganLestari. Jakarta.

    Rachman, Handewi .P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman KonsumsiPangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan danProgram. Makalah pada Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi SistemikMasalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan KebijakanPengembangan Penganekaragaman Pangan, Hotel Bidakara, Jakarta, 28November 2007. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RepublikIndonesia.