43
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan era globalisasi dan industrialisasi perkapalan yang berorientasi pada komputerisasi dan sejalan dengan industri perminyakan dunia pada saat ini telah banyak berkamebang industri – industry rancang bangun kapal khusus untuk melayani kegiatan Offshore / kegiatan lepas pantai dibidang perminyakan. Kemajuan teknologi dan datangnya era globalisasi menjadikan sarana angkut khususnya pengoperasian pengeboran minyak lepas pantai, menggunakan teknologi modern dalam melaksanakan setiap kegiatan selama beroperasi. Kapal untuk kegiatan Anchor Handling, Supply / Utility, Acommodation Work Boat adalah kapal yang dirancang khusus yang harus dalam kondisi prima sebagai kapal kerja untuk menunjang kegiatan operasi seperti pengeboran minyak lepas pantai, pemeliharaan, perbaikan Oil Rig atau Flatform, transportasi, accommodasi bagi pekerja – pekerja lain yang turut serta dalam kegiatan – kegiatan kerja tersebut diatas. Kegiatan Offshore / lepas pantai adalah suatu kegiatan khusus yang tingkat kesulitan dan berisiko tinggi. Pengertian kegiatan khusus adalah sifat pekerjaannya yang tidak dapat ditunda dan membutuhkan (Sumber Daya Manusia) SDM yang benar-benar menguasai sifat pekerjaan itu dari aspek kesalamatan kerja, dimana pekerjaan anchor handling terdiri dari beberapa tahapan. MSV . MEO GALAXY adalah salah satu jenis kapal yang telah penulis utarakan diatas dan juga merupakan kapal pendukung sebagai support vessel untuk melayani pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan, perbaikan rig dan penyelesain pekerjaan pemasangan

015 NAUTIKA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Optimalisasi Pelaksanaan Anchor Handling Four Point Mooring Pada Kapal MSV . MEO GALAXY

Citation preview

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Seiring dengan era globalisasi dan industrialisasi perkapalan

    yang berorientasi pada komputerisasi dan sejalan dengan industri

    perminyakan dunia pada saat ini telah banyak berkamebang industri

    industry rancang bangun kapal khusus untuk melayani kegiatan

    Offshore / kegiatan lepas pantai dibidang perminyakan. Kemajuan

    teknologi dan datangnya era globalisasi menjadikan sarana angkut

    khususnya pengoperasian pengeboran minyak lepas pantai,

    menggunakan teknologi modern dalam melaksanakan setiap kegiatan

    selama beroperasi. Kapal untuk kegiatan Anchor Handling, Supply /

    Utility, Acommodation Work Boat adalah kapal yang dirancang khusus

    yang harus dalam kondisi prima sebagai kapal kerja untuk menunjang

    kegiatan operasi seperti pengeboran minyak lepas pantai,

    pemeliharaan, perbaikan Oil Rig atau Flatform, transportasi,

    accommodasi bagi pekerja pekerja lain yang turut serta dalam

    kegiatan kegiatan kerja tersebut diatas.

    Kegiatan Offshore / lepas pantai adalah suatu kegiatan khusus

    yang tingkat kesulitan dan berisiko tinggi. Pengertian kegiatan khusus

    adalah sifat pekerjaannya yang tidak dapat ditunda dan membutuhkan

    (Sumber Daya Manusia) SDM yang benar-benar menguasai sifat

    pekerjaan itu dari aspek kesalamatan kerja, dimana pekerjaan anchor

    handling terdiri dari beberapa tahapan.

    MSV . MEO GALAXY adalah salah satu jenis kapal yang telah

    penulis utarakan diatas dan juga merupakan kapal pendukung

    sebagai support vessel untuk melayani pekerjaan-pekerjaan

    pemeliharaan, perbaikan rig dan penyelesain pekerjaan pemasangan

  • 2

    Oil Rig baru serta sebagai sarana accommodasi para tenaga ahli dan

    pekerjaa yang akan melaksanakan pekerjaannya di atas Oil Rig. Juga

    berfungsi storage peralatan peralatan pekerja, sebagai support

    electric, sebagai penyedia kompresi. MSV . MEO GALAXY dilengkapi

    dengan 4 (empat) jangkar yang berfungsi sebagai alat penahan posisi

    kapal.

    Selama penulis bekerja di atas kapal MSV. MEO GALAXY

    banyak penyimpangan yang ditemukan diatas kapal khususnya

    kualitas ABK yang bekerja di MSV. MEO GALAXY sehingga

    menimbulkan hambatan dalam pengoperasian khususnya pada

    kegiatan Anchor Handling.

    Berdasarkan uraian diatas menurut penulis cukup menarik

    untuk dituangkan ke dalam sebuah makalah, untuk itu penulis memilih

    judul makalah ini adalah : Optimalisasi Pelaksanaan Anchor Handling Four Point Mooring Pada Kapal MSV . MEO GALAXY

    B. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

    1. Tujuan Penulisan

    a. Untuk mengidentifikasi masalah dalam optimalisasi pelaksaan

    anchor handling four point mooring

    b. Untuk menganalisis penyebab masalah kurangnya keterampilan

    awak kapal supply dan kurangnya pengetahuan ABK tentang

    alat-alat kerja dan fungsingnya.

    c. Untuk mencari pemecahan atau solusi dari permasalahan

    tersebut

  • 3

    2. Manfaat Penulisan

    a. Manfaat bagi dunia akademis

    1) Sebagai bahan referensi dan bacaan ilmiah bagi pelaut

    Indonesia yang berminat bekerja di kapal-kapal jenis

    Offshore, Supplay / Anchor Handling Tug, khususnya pada

    kapal jenis Acommodation Work Vessel Four Point Mooring

    yang beroperasi diperairan lepas pantai, dengan membaca

    makalah ini diharapkan para tenaga pelaut dapat memahami

    tata cara pelaksanan dan bagaimana seharusnya bekerja di

    kapal Anchor Handling, Acommodation Work Vessel Four

    Point Mooring.

    2) Bagi rekan seprofesi yang bekerja di kapal AHT agar dalam

    pengoperasiannya kelak personel yang terlibat langsung

    dapat mengetahui permasalahan / kendala apa saja yang

    mungkin akan dijumpai, sehingga mampu mengoptimalisasi

    pelaksaan pengerjaan pembuangan jangkar sesuai dengan

    yang telah diprogramkan, sehingga kapal atau perusahaan

    mendapatkan hasil guna dan daya guna yang maksimal.

    3) Memberikan nilai tambah sebagai perbendaharaan bahan

    bacaan yang bermutu diperpustakaan Balai Besar

    Pendidikan Penyegaraan Peningkatan Illmu Pelayaran

    (BP3IP) Jakarta.

    b. Manfaat bagi dunia praktis

    Sebagai masukan bagi perusahaan dimana penulis

    bekerja agar selalau dapat mengoptimalkan dalam

    pemeliharaan armadanya terutama pada Accommodation Work

    Vessel Four Point Mooring MSV . MEO GALAXY.

  • 4

    C. Ruang Lingkup

    Mengingat banyak sekali permasalahan yang terjadi dalam

    optimalisasi pelaksanaan anchor handling four point mooring pada

    kapal MSV . MEO GALAXY, maka dalam penilisan makalah ini penulis

    membatasi pembahasan pada permasalahan kurangnya keterampilan

    awak kapal supply dan kurangnya pengetahuan ABK tentang alat

    alat kerja dan fungsinya.

    D. Metode Penyajian

    Dalam penulisan makalah ini penulis mengumpulkan data

    dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut :

    1. Studi Kepustakaan

    Mengumpulkan data dan informasi dari beberapa literature

    dan buku-buku referensi serta diskusi bersama rekan-rekan

    sesama Pasis dan Dosen Pembimbing materei dan teknis

    selama kurun waktu penulisan makalah ini. Penulisa

    mengumpulkan pada informasi dari beberapa Literatur atau

    sumber bacaan yang ada pada perpustakaan BP3IP dengan

    periode III tahun 2014.

    2. Studi Lapangan

    Data-data yang terkumpul berdasarkan hasil pengamatan

    internal pada lingkungan kerja dan pengalaman penulisa

    selama bekerja sebagai Nakhoda di kapal MSV . MEO

    GALAXY, periode 26 september 2014 s/d 26 february 2015.

  • 5

    BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN

    A. Fakta

    1. Objek Penelitian

    Perusahaan Pelayaran dimana penulis pernah bekerja yaitu

    Perusahaan Miclyn Express Offshore Pte Ltd yang berkantor pusat

    di Singapura, Safety Management System sudah diterapkan, dan

    sudah di Implementasikan kedalam sebuah peraturan sesuai

    dengan SMS (Safety Manual System) yang berada diatas kapal.

    Akan tetapi dalam pelaksanaannya belum berjalan secara optimal,

    terutama dalam system control, lemahnya control dari pihak

    managemen perusahaan dalam penerimaan crew untuk di

    tempatkan bekerja diatas kapal, dalam hal ini pihak manajemen

    tidak secara selektif dalam merekrut crew tersebut sehingga dalam

    melaksanakan tanggung jawabnya, sebagai anak buah kapal

    (Ships Crew) diatas kapal belum dapat bekerja secara maksimal.

    Seperti kapal MSV . MEO GALAXY tempat penulis bekerja

    yang dibangun pada tahun 2011 dan bermesin Caterpillar system

    Twin Screw Propeller, yang digerakan dengan menggunakan 2

    main engine, 3 buah Generator dan 2 thruster , telah banyak

    mengalami perbaikan dari keadaan sebelumnya.

    Seperti kecepatannya berkurang yang tadinya bisa 15 knots

    sekarang hanya mampu 12.5 knots rata-rata, mesin jangkar sering

    mengalami kendala baik dalam suku cadang (sperpart) yang tidak

    cukup ada juga permasalahan dalam remote control system dari

  • 6

    anjungan maupun dari control manual ke mesin jangkar, sering

    terjadi masalah, sehingga kapal / peralatan tidak bisa digunakan

    saat kapal akan melaksanakan pembuangan jangkar.

    System control dari pihak management perusaahan yang

    sangat lemah terhadap hubungan kerja antara kinerja ABK dengan

    pihak perusahaan, seperti yang pernah penulis alami selama

    bekerja diperusahaan miclyn express offshore pte ltd yang

    berkedudukan di Singapore. Dalam kenyataannya yang terjadi

    adalah, pihak perusaahan hanya berpikir tentang bagaimana

    caranya agar kapal tetap dapat beroperasi dan kadang kala

    mengesampingkan masalah keselamatan.

    Dalam kegiatannya pen charter terkadang hanya memberikan

    perintah kepada Nakhoda sesuai dengan waktu yang mereka

    tentukan tanpa memperhitungkan factor-faktor yang mempengaruhi

    pada saat itu, seperti keadaan cuaca dan factor keselamtan kapal

    dan muatannya maupun keselamatan ABK dan penumpang.

    Semua ini diserahkan kepada Nakhoda dan tergantung pada

    Nakhoda apakah bisa melaksanakan perintanya atau tidak, dalam

    hal ini Nakhoda harus hati-hati dalam mengambil keputusan, harus

    memperhitungkan factor cuaca, keselamatan, bentuk dan

    bagaimana keadaan Oil Rig / Platform yang akan dikerjaan, dan

    pekerjaan bawah air.

    Seperti salah satu contoh yang penulis pernah alami di kapal

    MSV . MEO GALAXY bekerja di lepas pantai Malaysia depat

    Serawak. Pencharter selalu meminta pada Nakhoda untuk

    menyuruh Crane Operator membongkar muatan ke Platform pada

    saat musim ombak, sedangkan kapal goyang bersamaan dengan

    crane, mengakibatkan barang yang di angkat dan tergantung

    terayun-ayun, wire sling crane bisa putus yang bisa mengakibatkan

    kecelakaan dan kerugian materi sehingga akhirnya berakibat buruk,

  • 7

    yang menghambat pada operasi kapal atau pada kegiatan

    pengeboran itu sendiri.

    2. Fakta Kondisi

    Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama

    bekerja di atas kapal MSV . MEO GALAXY maka penulis

    menemkan beberapa fakta diantarannya yaitu :

    a. Tingkat Kesulitan dan Resiko Yang Cukup Tinggi

    Kapal MSV. MEO GALAXY adalah jenis kapal Suplay /

    Acommodation work vessel dengan menggunakan 4 (empat)

    buah jangkar yang dilabuhkan ditempat yang telah ditentukan,

    adalah salah satu jenis kapal yang digunakan untuk menunjang

    kelancaran kegiatan pengeboran minyak lepas pantai. Dalam

    pengoperasiannya kapal ini digunakan sebagai supply dan

    storage material-material yang dibutuhkan oleh Oil Rig atau

    platform, atau stasion-stasion lainnya. Juga sebagai

    akommodasi bagi pekerja-pekerja yang bisa menampung

    penumpang sampai 150 (seratus lima puluh) personil termasuk

    crew kapal, tempat alat-alat pekerja ditempatkan diatas dek

    seperti alat-alat penyelam, material basket maupun alat-alat

    yang sesuai kebutuhan pekerjaan.

    Dalam pengerjaan pembuangan jangkar, walaupun kapal

    ini dapat berolah gerak sendiri akan tetapi tetap memerlukan

    bantuan kapal jenis Anchor Handling Tug (AHT) untuk

    membuang jangkar kapal, dan kelak kapal akan berlabuh

    dengan empat jangkar, dengan posisi dua jangkar depan

    bersama dua Mooring Buoy dan dua jangkar belakang bersama

    dua Mooring Buoy yang jaraknya dari kapal disesuaikan dengan

    kedalam air, dan biasanya selalu lebih dari 600 meter kemudian

    sisi belakang kapal merapat ke dekat Oil Rig atau tempat yang

  • 8

    sudah ditentukan sesuai posisi yang diminta, hingga kapal tidak

    bergerak untuk waktu yang cukup lama sampai pekerjaan

    selesai.

    Ada juga cara, karena kondisi yang ada maka kapal hanya

    berlabuh dengan dua jangkar depan dengan dua buoy, dan

    buritan atau belakangan kapal yang merapat mendekati oil rig

    atau platform dan diikat dengan Soft Mooring Line atau tali

    manila dari kedua sisi belakang kapal ke kaki Oil Rig atau

    Platform.

    Pada suatu kondisi / keadaan tertentu dimana kawat

    jangkar (Anchor Wire) bersilangan dengan pipa-pipa didasar laut,

    maka dibutuhkan sebut Mid Buoy guna mengangkat kawat

    jangkar yang bersilangan, agar tidak bersentuhan langsung

    dengan pipa-pipa dasar laut, dan tentunya sebelum pelaksaan

    pembuangan jangkar dilakukan, Nakhoda telah membuat

    Proposed Anchor Pattern Information Sheet dan diserahkan

    kepada pencharter, apakah di terima dan disetujui, maka

    diadakanlah pertemuan antara kapal jenis Anchor Handling Tug

    (AHT) dengan Accommodation Work Vessel untuk membahas

    rencaana pembuangan jangkar bersama surveyor

    Faktor tingkat kesulitan dan resiko yang cukup tinggi dalam

    pelaksanaan pembungan jangkar (Anchor Handling Four Point

    Mooring), sejak dari persiapan, sampai pada pelaksanaannya,

    yang pada pelaksanaan pembuangan jangkar harus dibantu oleh

    1 (satu) atau 2 (dua) unit kapal jenis Anchor Handling Tug (AHT)

    yang telah ditunjuk, sampai pada In Position dengan 4 jangkar

    dengan jarak antara buritan kapal dengan Platform -/+ 10 meter,

    seperti yang pernah penulis alami sebagai Nakhoda pada kapal

    MSV . MEO GALAXY, memang diperlukan tenaga yang terampil

    dan berpengalaman dibidangnya, sehingga kapal dapat

    beroperasi secara maksimal sesuai dengan perencanaan yang

  • 9

    telah dibuat bersama-sama Team, Nakhoda dibantu Perwira

    Deck dan mesin, serta seluruh anak buah kapal.

    Nakhoda yang kelak nanti bertindak sebagai pimpinan

    pelaksana pembuangan jangkar dan di damping oleh pencarter

    (CSR / Company Senior Refresentative), yang bertindak sebagai

    pemberi perintah (order), bila kapal harus bergerak untuk segera

    melaksanakan kegiatan pembuangan jangkar.

    Akan tetapi keputusan tetapi ditangan Nakhoda, dengan

    pertimbangan keselamatan kapal, ABK dan penumpang kapal.

    Apa bila Nakhoda menilai kondisi saat ini memungkinkan untuk

    pelaksanaan pembuangan jangkar, maka kapal akan segera

    bergerak mendekati posisi yang telah ditentukan, dan tentunya 1

    (satu) untuk kapal Anchor Handling Tug (AHT MV. ARMADA

    TUAH) sudah bersiap siap disekitar kapal guna membantu MSV .

    MEO GALAXY dalam pelaksanaan pembuangan jangkar.

    Sesuai dengan perjanjian kontrak kerja antara pemilik kapal

    dengan pengguna kapal, MSV . MEO GALAXY mendapatkan

    waktu 2 (dua) x 24 jam, guna mempersiapkan semua peralatan

    yang akan dipergunakan, dan MSV . MEO GALAXY akan

    dilengkapi dengan 1 Unit peralat DGPS (Digital Global

    Positioning System) dan dibantu oleh 2 orang surveyor yang

    ditunjuk dari pen charter. Adapun kegunaan dari peralatan DGPS

    ini adalah sebagai alat pemantau (monitoring) pergerakan posisi

    kapal, jangkar yang akan dibuang, pergerakan kapal AHT yang

    membawa jangkar kapal untuk ditempatkan pada posisi yang

    telah ditentukan, dengan toleransi kesalahan sekita 20 meter,

    apabila dalam pelaksanaan terjadi kesalahan posisi penempatan

    jangkar, jangkar yang telah dibuang harus di angkat kembali

    untuk ditempatkan pada posisi yang sebenarnya yang telah

    ditentukan.

  • 10

    b. Sumber Daya Manusia yang tidak cakap

    Ialah hambatan yang timbul yang disebabkan oleh

    rendahnya tingkat kompetensi yang dimiliki dengan terbatasnya

    pendidikan keterampilan ABK yang di tempatkan di atas kapal

    sehingga menimbulkan masalah-masalah di dlam pengoperasian

    kapal khusunya pada saat pekerjaan anchor handling atau

    pembuangan jangkar maupun angkat jangkar dan bongkar muat

    material dengan menggunakan batang pemuat kapal, dari kapal

    ke platform atau stasiun-stasiun lainnya demikian juga

    sebaliknya hambatan tersebut terjadi dikarenakan ABK yang

    ditempatkan diatas kapal belum diberikan pelatihan pelatihan

    khusus yang berhubungan dengan pengoperasian kapal jenis Off

    Shore khususnya untuk jenis kapal Anchor Handling. Four Point

    Mooring yang akan bekerja dilepas pantai yang lokasinya

    berdekatan dengan oil rig I platform.

    Dari pengalaman sering kali terjadi hambatan-hambatan

    operasional yang timbul disebabkan oleh sumber daya

    manusianya yang kurang mampu atau terampil dalam bekerja

    baik itu perwiranya maupun anak buah kapalnya, masalah ini

    timbul dikarenakan :

    1) Perusahaan atau agen tidak selektif dalam memilih atau

    menerima anak buah kapal (ABK) yang akan naik kapal.

    2) Tidak tersedianya waktu yang cukup untuk FamiliarizationI

    pengenatan peratatan kesetamatan dan peratatan kerja.

    3) Betum adanya pelatihan khusus dari badan pendidikan

    mengenai kapat kapal jenis Off Shore khususnya untuk

    kapat jenis Anchor Handling, Four Point Mooring.

    4) Betum ada atau jarang nya perusahaan perusahaan yang

    memberi pelatihan pelatihan kepada ABK yang baru

    diterima.

  • 11

    B. Permasalahan

    Dari fakta -fakta yang terjadi di atas kapal, maka pada makalah

    ini penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yaitu :

    1. Kurangnya Keterampilan Awak Kapal Supply

    Pada dasarnya sumber daya manusia sangat memegang

    peranan panting dalam pengoperasian kapal, sesuai dengan

    pengalaman penulis pada saat pelaksanaan pembuangan jangkar

    pada kapat MSV MEO GALAXY, diperairan lepas pantai Malaysia

    Timur (Labuan!Serawak), dimana sering terhambatnya kegiatan

    pelaksanaan pembuangan jangkar (Anchor handling four point

    mooring) akibat dari pada faktor manusia itu sendiri, dimana

    sebagian anak buah kapal maupun perwira kapal yang ada diatas

    kapal belum begitu memahami pekerjaan dan tanggung jawab

    masing - masing sehingga sering terjadi ketidak sesuaian dalam

    pekerjaan. Berdasarkan penetitian beberapa ahli tenaga kerja

    perburuhan telah mengungkapkan bahwa suksesnya suatu rencana

    dan pekerjaan, erat kaitannya dengan kualitas tenaga kerja yang

    dipergunakan. Tenaga kerja yang santai sudah tentu kurang

    bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan tidak akan

    mendatangkan hasil karya yang bermutu atau bernilai cukup. Untuk

    mengatasi berbagai masalah sumber daya manusia diperlukan

    upaya lebih sistematis dalam meningkatkan kapasitas sumber daya

    manusia agar mampu bekerja dengan optimal dalam memberikan

    pelayanan terbaik. Guna memperkecil hambatan I permasalahan

    dan meminimalkan resiko kecelakaan yang mungkin akan dihadapi

    selama pelaksanaan pembuangan jangkar pada kapal jenis

    Accommodation Work Vessel Four Point Mooring MSV MEO

    GALAXY; diperlukan tenaga pelaut dengan tingkat kompetensi

    yang standar sesuai dengan tingkat jabatannya diatas kapal.

  • 12

    Sekedar menempatkan anak buah kapal yang terdidik saja,

    tidak dapat menjamin bahwasanya anak buah kapal tersebut bisa

    langsung menguasai pekerjaannya diatas kapal, akan tetapi anak

    buah kapal tersebut sekiranya juga dibekali dengan pengalaman

    yang dibutuhkan sesuai dengan jenis kapal yang akan dinaikinya.

    Sehingga dalam tugasnya kelak ABK tersebut akan dapat

    langsung memahami dan menguasai apa tugas dan tanggung

    jawabnya.

    2. Kurangnya Pengetahuan ABK Tentang Alat-Aiat Kerja dan

    Fungsinya

    Peralatan kea dikapal Anchor handling Four Point Mooring

    memiliki kekhususan dimana disesuaikan dengan sifat kerja dari

    kapal itu sendiri yang berkaitan dengan daerah operasinya di

    lokasi kerja. Penggunaan alat- alat kerja tersebut harus benar-

    benar dikuasai oleh anak buah kapal didalam melaksanakan tugas

    dan pekejaannya. Sebagaimana kita ketahui jenis pekerjaan

    offshore memiliki nilai dengan tingkat resiko I bahaya kecelakaan

    yang cukup tinggi (High Risk). Jadi dibutuhkan personel yang benar

    - benar terampil untuk bekerja di atas kapal jenis Supply khususnya

    untuk jenis Four Point Mooring, mereka dituntut untuk mampu dan

    mengetahui akan tugasnya serta berpengalaman dibidangnya

    sesuai dengan jabatan yang diembannya.

    Seorang anak buah kapal (ABK) yang akan naik kapal dituntut

    untuk segera bisa bekerja sesuai dengan tingkat kompetensi dan

    tingkat jabatan yang disandangnya diatas kapal. Seringnya penulis

    jumpai selama bekerja di kapal MSV MEO GALAXY, adanya anak

    buah kap.al (ABK) yang baru naik kapal tidak memiliki pengalaman

    berlayar dikapal - kapal jenis offshore, bahkan pernah penulis

    menerima seorang anak buah kapal (ABK) yang akan bekerja

    dikapal MSV MEO GALAXY,, sama sekali belum pernah bekerja

  • 13

    dikapal. Mendapatkan kondisi seperti ini jelas akan menjadi

    masalah yang harus diselesaikan dengan segera, karena apabila

    tidak diatasi akan timbul kendala I hambatan dalam pengoperasian

    kapal, karena akan terjadi ketidak seimbangan (Harmonisasi)

    kerja antara personel diatas kapal.

    Hal itu disebabkan karena kapal bukan untuk tempat latihan

    (training), akan tetapi setiap personal yang akan bekerja diatas

    kapal dituntut untuk siap bekerja diatas kapal, sesuai dengan

    tingkat kompetensi yang dimiliki, mengetahui akan tugas dan

    tanggung jawabnya serta mampu mengoperasikan peralatan I

    perlengkapan kerja dan keselamatan yang ada,. terutama untuk

    jenis kapal Offshore.

    3. Keterbatasan Waktu untuk Pembiasaan atau Pengenalan

    (Familiarization)

    Familiarization I Pembiasaan sangat diperlukan bagi awak

    kapal yang baru bertugas disuatu kapal, karena pada saat itu awak

    kapal yang baru naik keatas kapal diberikan lnformasi tentang

    SMS, pengenalan tentang peralatan keselamatan kerja sehingga

    diharapkan personel yang baru naik keatas kapal dapat mengenali

    dengan baik tentang tugas tugasnya yang berhubungan dengan

    keselamatan dan perlindungan lingkungan dari pada pencemaran.

    Akan tetapi dalam permasalahan ini yang penulis maksudkan

    adalah pembiasaan I pengenalan (Familiarization) tentang

    perlengkapan peralatan kerja pada kapal - kapal jenis Offshore.

    Karena perlengkapan peralatan kerja yang ada diatas kapal jenis

    Offshore memiliki spesifikasi tersendiri terutama pada kapal jenis

    Anchor Handling Four Point Mooring. Jadi dibutuhkan waktu yang

    cukup lama untuk seorang anak buah kapal yang baru bergabung I

    bekerja diatas kapal untuk bisa mengenal, menguasai dan

    mengoperasikan perlengkapan peralatan kerja tersebut.

  • 14

    Seperti yang pernah penulis alami; Sesuai dengan

    perencanaan yang telah dibuat, bahwasanya pada tahapan terakhir

    proses pembuangan jangkar, dibutuhkan Mid Buoy di kawat jangkar

    No: P2, hal ini dilakukan karena kawat jangkar No: P2 bersilangan

    langsung dengan pipa dasar laut. Anak buah kapal yang bertugas

    memang melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang telah

    direncanakan. Akan tetapi 2 (dua) hari kemudian, Mualim Jaga

    melaporkan pada Nakhoda bahwa, Mid Bouy hanyut, dan Nakhoda

    segera memerintahkan untuk segera menurunkan Sekoci Cepat I

    Fast Rescue Boat (FRC), untuk segera menangkap Mid Buoy

    yang hanyut dan membawa kembali ke kapal. Setelah diadakan

    investigasi ternyata pada saat pemasangan Mid Buoy, antara

    Kawat Baja (yang diikatkan pada kawat Jangkar) dan Mid Buoy

    tidak dipasang Pig Tael (Kili - kili), sehingga yang teradi Mid Buoy

    tidak dapat terapung dan berputar dengan sempurna, (yang

    berputar kawat baja) sehingga kawat baja putus dan Mid Buoy

    hanyut. Pada kondisi seperti ini, kawat jangkar No: P2

    bersinggungan langsung dengan pipa - pipa dasar taut, yang bisa

    mengakibatkan rusaknya pipa tersebut. Pihak pencharter tentunya

    tidak bisa menerima kondisi seperti ini karena akibat gesekan

    langsung yang teradi antara Kawat jangkar dan Pipa dasar laut

    akan merusak pipa dasar taut tersebut, dan pencharter

    memerintahkan Nakhoda untuk mengangkat kembali jarigkar

    (Retrive Anchore) No: P2, dan melabuhkannya kembati setelah

    ditengkapi dengan Mid Bouy. Nakhoda memutuskan untuk

    memanggil 1 (satu) unit AHT (Anchor Handling Tug) guna

    menyelesaikan pemasangan Mid Buoy pada kawat jangkar No: P2.

    Suatu kondisi yang tidak menguntungkan karena pen

    Charter membebani semua biaya operasi tersebut kepada pihak

    kapal, karena mereka mengetahui bahwasanya peristiwa tersebut

    terjadi karena kesalahan kapal, dan butuh waktu yang cukup lama

  • 15

    menyelesaikan pekerjaan tersebut.

    4. Kurangnya Pelatihan Terhadap Pemeliharaan Peralatan Kerja

    Dengan mrmmnya Iatihan yang diberikan terhadap anak

    buah kapal, misalnya tidak diadakannya latihan keterampilan kerja,

    guna mensosiatisasikan tugas dan tanggung jawabnya dan juga

    tidak I belum adanya kursus ketrampilan keterampilan khusus untuk

    kapal jenis Offshore, kondisi seperti ini akan membuat anak buah

    kapal gampang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

    terutama tentang bagaimana cara perawatan peralatan, untuk

    menyiapkan kapal selalu dalam kondisi prima dan dapat beroperasi

    secara optimal. Bukan menjadi rahasia lagi bahwa pihak

    perusahaan menginginkan target yang harus dipenuhi segera dan

    secepat mungkin tercapainya maksud dan tujuan yaitu memperoleh

    keuntungan semaksimal mungkin. Disamping itu untuk menjaga

    hubungan baik antara perusahaan dengan relasi-relasinya,

    perusahaan berusaha memberikan pelayanan secara cepat dan

    tepat waktu. Seperti yang telah dijelaskan pada bab diatas

    bahwasanya, kapal MSV MEO GALAXY, adalah kapal yang

    dirancang khusus yang harus selalu dalam kondisi prima sebagai

    kapal kerja untuk menunjang kegiatan operasi seperti pengeboran

    minyak lepas pantai, untuk itu diperlukan tenaga yang terampil

    dibidangnya khususnya dalam perawatan peralatan maupun

    perlengkapan kerja. Karena kapal sudah dipersiapkan dan

    dirancang serta sudah dilengkapi dengan sebaik - baiknya, tugas

    kita sebagai pekerja diatas kapal untuk memelihara dan

    merawatnya sesuai dengan prosedur yang telah digariskan dalam

    Plan Maintenance System (PMS). Karena pada prinsipnya tidak laik

    laut nya sebuah kapal, atau tidak siap nya sebuah kapal untuk

    beroperasi bukan disebabkan karena faktor usia kapal itu, akan

    tetapi tergantung pada personilnya menyiapkan dan merawat serta

  • 16

    memelihara kapalnya sehingga kapal tetap dalam kondisi prima

    pada saat akan digunakan.

    5. Kurangnya Perawatan Peralatan Dan Perlengkapan Kerja

    Anak buah kapal dalam menjalankan perawatan dan

    pemeliharaan terhadap perawatan mesin maupun perlengkapan

    kerja kadang kala tidak mengikuti prosedur yang telah ditentukan

    seperti yang telah digariskan dalam Plan Maintenance System

    (PMS). Kurang kedisplinan anak buah kapal dalam menjaga

    perawatan dan pemeliharaan terhadap peralatan mesin maupun

    perlengkapan kerja diatas kapal. Apabila anak buah kapal dalam

    menjalankan perawatan terhadap peralatan dan keselamatan kerja

    pada saat kapal dalam keadaan tidak beroperasi, membuat anak

    buah kapal menjadi !alai dalam melaksanakan tugas maupun

    tanggung jawabnya dan tidak menata dengan baik, sehingga

    keadaan peralatan-peralatan menjadi tidak benar dan tidak teratur.

    Disisi lain dari pihak perusahaan pada saat kapal tidak di Charter,

    pihak perusahaan tidak menempatkan anak buah kapal untuk

    menjaga kondisi kapal tersebut, terutama untuk melakukan

    perawatan dan pemeliharaan terhadap peralatan mesin

    maupunperlengkapan kerja, agar kondisi kapal tetap dalam

    keadaan normal dan prima, apabila kapal tersebut akan kembali

    beroperasi.

    Kelalaian pihak perusahaan dan anak buah kapal dalam

    menjaga kondisi kapal tersebut membuat kondisi kapal mengalami

    kerusakan, seperti kerusakan pada mesin jangkar (Anchor Winch)

    atau kawat jangkar (Anchor Wire), sehingga sewaktu kapal tersebut

    akan kembali beroperasi, akan mengalami gangguan dengan

    adanya hambatan - hambatan seperti tersebut di atas.

  • 17

    Dari identifikasi masalah tersebut di atas, maka pada makalah

    ini penulis membahas dua permasalahan utama yaitu :

    1. Kurangnya Keterampilan Awak Kapal Supply

    Sumber daya manusia merupakan hal yang paling penting

    dalam pengoperasian kapal. Keterampilan awak kapal sangat

    dibutuhkan di dalam melaksanakan tugas dan mengatasi masalah-

    masalah yang te adi. Keterampilan awak kapal berpengaruh dalam

    kualitas kerja. Meningkatnya kinerja awak kapal mencerminkan

    ABK yang professional.

    Namun Permasalahan yang terjadi di MSV MEO GALAXY

    kurangnya keterampilan awak kapal supply dikarenakan Kurangnya

    Pengalaman yang dimiliki oleh ABK dan Belum Adanya pendidikan

    dan pelatihan khusus yang berkaitan dengan operasi kapal supply.

    Upaya perbaikan manajemen sumber daya manusia akan sangat

    membantu perbaikan produktivitas yang lebih baik dan efesien

    untuk mencapai tujuan, dan secara tidak langsung dengan

    memperbaiki kualitas kinerja sumber daya manusia.

    2. Pengetahuan ABK Tentang Alat-Aiat Kerja dan Fungsinya

    Untuk dapat bekerja diatas kapal jenis Offshore diperlukan

    tenaga yang terampil dibidangnya, karena pada kapal jenis

    Offshore memiliki spesipikasi tersendiri dalam pengoperasiannya,

    yang rata - rata memiliki tingkat kesulitan dan resiko yang cukup

    tinggi. Namun ada beberapa ABK yang masih belum mengetahu

    dan memahati jenis-jenis alat kerj beserta fungsinya. Selain itu

    mereka belum sepenuhnya memahami prosedur Cara Pelaksanaan

    Pembuangan Jangkar (Anchor Handling Four Point Mooring).

  • 18

    BAB III PEMBAHASAN

    A. Landasan Teori

    Dalam bagian ini penulis mengambil beberapa referensi dan

    teori yang berhubungan dengan permasalahan maupun analisis

    penyelesaian masalah tentang keteramplian dan pengetahuan ABK

    kapal pada makalah ini, sebagai berikut :

    ISM Code 6. Sumber daya dan personil

    6.2 Perusahaan harus memastikari bahwa setiap kapal diawaki

    oleh pelaut-pelaut yang memenuhi syarat bersertifikasi dan

    secara medis sehat sesuai persyaratan baik nasional maupun

    international.

    6.3 Perusahaan harus menyusun prosedur yang memastikan agar

    personil baru atau personil yang dipindahkan ketugas baru

    yang berhubungan dengan keselamatan dan perlindungan

    lingkungan diberikan penjelasan yang cukup terhadap tugas-

    tugasnya. Petunjuk penting yang disiapkan sebelum berlayar,

    harus disampaikan setelah sebelumnya diteliti dan

    didokumentasikan,

    6.4 Perusahaan harus memastikan agar seluruh personil yang

    terlibat dalam SMS perusahaan memiliki pengertian yang cukup

    luas atas aturan dan peraturan code dan garis panduan yang

    berkaitan.

    6.5 Perusahaan harus menyusun dan memelihara prosedur agar

    dapat ditentukan pada setiap pelatihan yang diperlukan dalam

    menunjang pelaksanaan SMS dan meyakini bahwa latihan

    dimaksud diberikan kepada seluruh personil terkait.

  • 19

    Sumber daya manusia yang kurang terampil tentunya tidak

    akan memberi manfaat dan tidak akan dapat mencapai hasil guna dan

    daya guna yang maksimal, sesuai dengan harapan usaha perorangan,

    badan usaha, perusahaan, lembaga, maupun instansi. Jadi untuk

    mendapatkan hasil guna dan daya guna yang sebesar besarnya

    perusahaan harus didukung dengan tenaga kerja yang terampil,

    bukan saja terampil tapi harus berkemauan kerja keras dan disiplin,

    yang mau I dapat bekerja dengan bijaksana, berkualitas tinggi dan

    tepat guna.

    Dengan menempatkan I memperkerjakan tenaga kerja yang

    tidak terampil dalam bidangnya misalnya mempekerjakan seseorang

    diatas kapal niaga khususnya di kapal kapal jenis Offshore yang

    mempunyai - tingkat kesulitan dan resiko yang cukup tinggi,

    perusahaan tidak akan mendapatkan hasil guna dan daya guna yang

    maksimal, akan tetapi dapat menjadi kendala I hambatan dalam

    pengoperasian kapal dan akan menjadi kendala I masalah besar yang

    apabila tidak segera diatasi akan berakibat fatal dalam jangka pendek

    maupun dalam jangka panjang.

    Peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pekerja merupakan

    sal?h satu upaya penting dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga

    kerja. Pengikutsertaan dalam program pendidikan dan pelatihan akan

    meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja yang pada

    gilirannya berdampak pada perbaikan penampilan dalam melakukan

    pekejaan.

    Melalui pengkajian masalah, penyebab dan penentuan sasaran

    dapa dilakukan dengan cara sistematis yaitu dengan mengkaji

    hubungan sebab akibat antara masalah yang dihadapi dengan

    penyebab timbulnya masalah. Dari apa yang telah penulis jelaskan

    pada Bab II dan Bab Ill mengenai kondisi saat ini yang terjadi di

    tempat penulis bekerja dan permasalahannya maka terlihat jelas

    bahwa faktor sumber daya manusia adalah kendala I masalah utama

  • 20

    dalam pelaksanaan pengerjaan pembuangan jangkar khususnya

    pada kapal MSV. MEO GALAXY sehingga dalam

    pengoperasiannya tidak berjalan dengan baik sesuai yang

    diharapkan.

    B. Analisis Penyebab Masalah

    1. Kurangnya Keterampilan Awak Kapal Supply

    Dari permasalahan ini penulis menganalisa penyebab

    penyebabnya yang menjadi faktor yang menghambat pelaksanaan

    four point mooring yaitu :

    a. Kurangnya Pengalaman yang dimiliki oleh ABK

    Pengalaman ABK dalam melaksanakan tugas di atas

    kapal sangat mendukung keberhasilan operasional suatu kapal,

    tetapi apabila ABK yang bekerja di atas kapal belum

    mengetahui prosedur kerja serta kurang terampil dalam bekerja

    maka pasti dalam pengoperasian kapal nantinya akan

    mendapat banyak hambatan atau kendala-kendala dalam

    bekerja sehingga operasional kapal kurang lancar sehingga

    perusahaan mendapat teguran dari pencharter dan diteruskan

    kepada Nakhoda di atas kapal sebagai penanggung jawab

    dalam operasional kapal.

    Hal ini yang terjadi dimana tempat penulis bekerja,

    sebagian dari ABK di atas kapal kurang memiliki pengalaman

    dalam bekerja, khususnya untuk kapal jenis anchor handling

    four point mooring sehingga Nakhoda sering mendapat teguran

    dari pihak pencharter karena operasional kapal sering terlambat

    dan kurang lancar. Kurangnya pengalaman dari pada ABK di

    atas kapal juga akibat dari kesalahan perusahaan dalam

  • 21

    merekrut crew kapal, hal ini juga terjadi di atas kapal MSV.MEO

    GALAXY dimana penulis bekerja.

    Dalam perekrutan crew pihak perusahaan hanya

    mengambil dari crew agen dan tidak mengadakan seleksi

    yang sesuai dengan prosedur, pihak agent juga tidak

    mengadakan seleksi atau test kepada crew yang hendak

    bekerja di atas kapal dan hanya melihat data-data

    pengalaman dari crew melalui pengalaman kerja yang ada di

    buku pelaut crew, sehingga crew agent tidak bisa memastikan

    apakah pengalaman yang ada di buku pelaut dari pada crew

    benar-benar adalah sesuai dengan pengalaman yang crew

    tersebut miliki dan meyakinkan bahwa nantinya crew tersebut

    dapat bekerja di atas kapal dengan baik sesuai dengan

    jabatannya di atas kapal.

    b. Belum Adanya Pendidikan Khusus yang Berkaitan dengan Operasi Kapal Supply

    Dengan dilaksanakannya pendidikan dan latihan khusus

    tersebut diatas, maka pemecahan masalah kurangnya

    keterampilan Awak kapal supply dapat teratasi dan mampu

    memberikan pelayanan di pengeboran minyak dengan baik

    serta bisa berbagi ilmu dan pengalaman kepada ternan

    seprofesi yang ingin bekea di kapal supply.

    2. ABK Kurang Menguasai Penggunaan Alat-Alat Kerja

    Dari permasalahan kurangnya pemahaman dan pengetahuan

    ABK dalam menggunakan alat-alat kerja maka penulis

    menganalisa penyebab - penyebabnya yang menjadi faktor yang

    menghambat pelaksanaan four point mooring yaitu :

  • 22

    a. Kurang Dipahaminya Fungsi Peralatan Kapal yang Digunakan

    Nakhoda dituntut dan ditegaskan oleh perusahaan agar

    selalu kapal dalam kondisi laik taut dan awak kapal bisa bekerja

    dengan baik sesuai dengan kecakapan dan keterampilan yang

    dimilki.Apabila terdapat Anak Buah Kapal yang kurang mengerti

    fungsi peralatan diatas kapal yang digunakan sehubungan

    kelancaran operasi kapal, dan biasanya terjadi pada Awak

    kapal yang baru naik kapal. Masalah ini dapat dipecahkan

    melalui sistem antara lain :

    1) Mengadakan familiarisasi terhadap alat-alat yang ada di

    anjungan seperti telegraf/ handel mesin kanan dan kiri yang

    fungsinya mengolah gerak kapal dgn haluan dan buritan

    kapal ke kanan atau ke kiri dengan rpm maksimum.

    2) Familiarisasi pengguanaan bow thruster.

    3) Familiarisasi alat-alat navigasi bantu.

    4) Familiarisasi terhadap Azimuth Steerable Thrusters kapal

    yang sangat membantu cepatnya mesin kapal mengolah

    gerak.

    Dengan melakukan familiarisasi terhadap awak kapal

    yang baru dan serah terima jabatan dengan baik mampu

    menghasilkan awak kapal yang terampil dalam menggunakan

    peralatan kapal.

  • 23

    b. Kurangnya Pemahaman ABK Mengenai Cara Pelaksanaan Pembuangan Jangkar (Anchor Handling Four Point

    Mooring)

    Apabila Awak kapal kurang memahami System dan

    prosedur untuk kapal supply yang telah dibuat oleh

    perusahaan.

    Hal tersebut dapat berakibat operasi kapal kurang lancar

    serta berakibat fatal terhadap manusia sebagai subyek pelaku

    dan offshore (Platform, Rig Barge, Work Boat, serta kapal

    lainnya) sebagai obyek lingkungan kea. ABK yang baru

    pertama kali bekeja di atas kapal supply kurang memahami

    cara pelaksanaan pembuangan jangkar (Anchor Handling Four

    Point Mooring) sehingga pekerjaan tersebut banyak

    mengalami hambatan pada saat pelaksanaannya

    C. Analisis Pemecahan Masalah

    Dalam optimalisasi pelaksanaan anchor handling four point

    mooring pada kapal supply Swissco Supporter, penulis mencari

    pemecahan dari dua permasalahan utama yaitu :

    1. Kurangnya Pengalaman yang Dimiliki Oleh ABK

    Dari permasalahan tersebut di atas, penulis menganalisa

    dan mencari solusi pemecahannya sebagai berikut :

  • 24

    a. Melakukan Penyeleksian Dalam Hal Penerimaan Crew (Recruitment)

    Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat

    penting dan berpengaruh terhadap efektifnya kerja di atas

    kapal, tanpa adanya dukungan sumber daya manusia yang

    terampil dan berkualitas, maka segala usaha sia-sia. Pada

    dasarnya orang-orang yang bekea di atas kapal Supply

    Vessel adalah pekerja yang profesional serta mempunyai

    kemampuan kerja dalam kerja perorangan maupun kelompok.

    Sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi di

    atas kapal MSV MEO GALAXY, maka Nakhoda sebagai

    pemimpin tertinggi di atas kapal memberi masukan kepada

    perusahaan sebagai pemilik kapal agar selektif dalam hal

    penerimaan crew yang hendak bekerja di atas kapal, untuk

    mendapatkan tenaga-tenaga yang berpengalaman dan

    berkualitas maka pihak perusahaan harus benar-benar

    melaksanakan hal-hal sebagai berikut :

    1) Mengecek langsung kelengkapan dari pada dokumen crew

    yang hendak dipekerjakan apakah dokumennya benar-benar

    sesuai dengan STCW dan asli untuk jabatannya di atas

    kapal.

    2) Mengadakan seleksi I test langsung kepada crew yang akan

    bekeja diatas kapal, sehingga pihak perusahaan mengetahui

    dengan jelas pengalaman dan ketrampilan dari pada crew

    tersebut sehingga nantinya dapat bekerja dengan baik di

    atas kapal, utamanya untuk kapal Supply Vessel.

    3) Mengadakan medical check up atau test kesehatan guna

    untuk meyakinkan bahwa crew yang akan bekea di atas

    kapal benar-benar dalam keadaan sehat.

  • 25

    Apabila ketiga hal tersebut di atas tadi dapat dilaksanakan

    oleh perusahaan maka mutu dan kualitas kerja daripada crew

    yang dapat tercapai.

    b. Memberikan pendidikan bagi ABK Secara Baik dan Benar

    Dengan menyediakan sarana lain untuk ABK berlatih alat

    alat bantu anchor handling Adakalanya ABK merasa jenuh

    untuk pelatihan dalam penggunaan Alat Alat bantu anchor

    handling. Dikarenakan terlalu monoton dan terlalu banyak alat

    alat yang perlu diketahui.Sarana lain yang berisi pengetahuan

    seperti, video maintenance program, safety flash, buku-buku

    tentang pelatihan dan penggunaan alat-alat bantu keselamatan

    hendaknya tersedia di atas kapal sebagai pengetahuan ABK

    untuk meningkatkan pengetahuan mereka, adapun untuk

    kelengkapan video ataupun buku buku dapat meminta bantuan

    kantor untuk pengadaan tersebut .

    2. ABK Kurang Menguasai Penggunaan Alat-alat Kerja

    Dari permasalahan tersebut di atas, penulis menganalisa dan

    mencari solusi pemecahannya sebagai berikut :

    a. Meningkatkan Kompetensi ABK

    1) Mempersiapkan ABK dengan tingkat kompetensi yang

    standar sesuai dengan jabatannya diatas kapal.

    2) Memberikan pelatihan tambahan khususnya bagi ABK yang

    akan bekerja diatas kapal jenis Offshore.

    3) Memberikan bimbingan dan pelatihan sebelum ABK naik

    atau bekerja diatas kapal.

  • 26

    4) Mengevaluasi dan mempersiapkan ekstemal dan internal

    training yang dibutuhkan bagi ABK yang telah bekerja

    diatas kapal guna peningkatan pengetahuan dan

    kemampuan ABK.

    5) Dalam pelaksanaan selama pembuangan jangkar cukup

    banyak penulis temui permasalahan - permasalahan yang

    terjadi, disebabkan karena jenis pekerjaannya yang memiliki

    spesipikasi yang khusus dan tingkat kesulitan serta resiko

    yang cukup tinggi, jadi memang dibutuhkan tenaga (awak

    kapal) yang benar - benar terampil dan berpengalaman

    dibidangnya, sehingga bisa memperkecil atau bila mungkin

    menghilangkan permasalahan atau hambatan serta resiko

    kecelakaan yang mungkin akan terjadi karena dalam jenis

    pekerjaan Offshore ada pradigma yang selalu didengungkan;

    II Safety First Zero Accident"

    b. Melakukan Familiarisasi dan Pelatihan kepada ABK

    Mengingat minimnya pengalaman dan ketrampilan dari

    pada ABK yang bekerja di atas kapal MSV MEO GALAXY,

    maka Nakhoda memerintahkan kepada perwiranya agar

    mengadakan familiarisasi dan pelatihan kepada para ABK yang

    baru naik di atas kapal agar mereka memahami prosedur

    keselamatan dan bagaimana cara bekerja dengan baik dan

    aman serta cara-cara pengoperasian alat-alat kerja di atas

    kapal, khususnya pada saat kapal melaksanakan Anchor

    Handling Four Point Mooring. Familiarisasi dan pelatihan ini

    dilakukan di atas kapal guna untuk meningkatkan kualitas kerja

    para ABK yang bekerja di atas kapal. Jadi kalau ABK yang

    bekerja di atas kapal supply sudah dapat bekerja dengan baik

    dan benar, maka dengan sendirinya tingkat kecelakaan kerja di

  • 27

    atas kapal bisa menurun.

    Pada umumnya setiap perusahaan pelayaran telah

    membuat atau menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab

    dari masing-masing crew termasuk Nakhoda di atas kapal yang

    disebut Job Description yang tujuannya adalah untuk menjamin

    kelancaran pelaksanaan tugas di atas kapal. Perlu ada batas-

    batas mengenai tugas dan wewenang dari masinQ- masing

    pelaksana kerja yang dituangkan dalam bentuk uraian jabatan.

    Selanjutnya Job Description tersebut berfungsi sebagai

    pegangan atau panduan bagi Nakhoda dan awak kapal untuk

    melaksanakan tugasnya masing-masing, jadi awak kapal yang

    baru di atas kapal diharuskan untuk membaca, mempelajari

    dan memahami Job Description ini ditambah dengan beberapa

    kebijakan-kebijakan lain seperti : Company policy, HSE Policy,

    No smooking policy, dan Drug and Alcohol policy. lni semua

    kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh perusahaan yang harus

    dipatuhi selama kita masih bekerja di atas kapalnya.

    Dalam pelaksanaan ISM Code yang telah

    direkomendasikan oleh IMO bahwa setiap pelaut sebelum

    memangku jabatannya di atas kapal sudah harus mengikuti

    familiarisasi dengan tugasnya, apalagi personil yang baru naik

    atau dipindahkan pada tugas yang baru, maksudnya agar

    semua personil kapal sadar akan keselamatan dan

    perlindungan lingkungan hingga mereka terampil. dan cukup

    untuk memahami tugas-tugas yang baru.

    Dalam familiarisasi dan pelatihan ini seorang perwira dek

    sesuai dengan bidangnya khususnya untuk kapal supply harus

    belajar semua sifat kapalnya, apalagi personil yang baru, harus

    betul-betul mengenal keadaan kapalnya secara menyeluruh

    dan penulis sadar akan membutuhkan waktu agak lama karena

    kapal supply memiliki karakteristik yang khusus serta melayani

  • 28

    tugas yang berat, berbahaya akan tetapi harus dilakukan

    dengan cepat dan tetap aman.

    Untuk perwira dek yang baru pertama kali bekerja di kapal

    supply, Nakhoda mempunyai tugas tambahan untuk mendidik

    perwira tersebut, serta membiasakan bekea selalu mengikuti

    Safety Managemen System secara terus menerus dengan

    tingkat kinerja yang efektif baik dalam operasi nprmal maupun

    dalam operasi darurat.

    Untuk melengkapi penulisan makalah ini penulis akan

    mencoba menjelaskan secara terperici tentang tata cara

    pelaksanaan pembuangan jangkar Four Point Mooring :

    1) Persiapan Pelaksanaan Pembuangan Jangkar MSV MEO GALAXY, tiba di lokasi standby -/+ 500 Mile dari

    lokasiplatform, Nakhoda bersama - sama dengan Surveyor

    menentukan Posisi 4 (empat) jangkar yang akan di

    tempatkan yang disesuaikan dengan mempertimbangkan

    kondisi, pipa - pipa dasar . laut, bangunan dibawah air

    sekitar Platform, kondisi perairan, cuaca dan arus pasang

    surut. Setelah Nakhoda membuat posisi 4 (empat) buah

    jangkar yang akan di buang (Anchor Pattern), usulan Anchor

    Pattern diberikan ke CSR untuk mendapatkan persetujuan

    dari Marine Coordinator, Petronas Caligari Bhd. Selama

    rnasa persiapan, (biasanya kapal mendapatkan waktu 2 X

    24 jam). Peralatan dan perlengkapan yang harus

    dipersiapkan oleh ABK diantaranya :

    a) Empat (4) utas tali kawat baja ukuran (50 Meter x 42

    mm ).(Pennant Wire untuk Anchor Buoy No: P1 dan No:

    S1).

    b) Dua (2) utas tali kawat baja ukuran (100 Meter x 42 mm

  • 29

    ). (Pennant Wire untuk Anchore Buoy No: P2 dan 82).

    c) 8atu (1) utas tali kawat baja ukuran (80 Meter x 42 mm

    ).(Pennant Wire untuk Mid Buoy).

    d) Lima (5) buah Pig Tael (kili - kili), yang terpasang pada

    Anchor Buoy.

    e) Lima (5) buah Anchor Buoy yang salah satunya

    digunakan untuk Mid Buoy.

    f) Dua (2) buah Jangkar (Mooring Anchor) jenis Flipper

    Delta, yang kelak akan di transfer ke kapal AHT.

    g) Dua (2) utas tali manila ukuran (100 Meter x 44 mm )

    (masangger line), satu utas diletakkan di haluan kapal

    dan yang lainnya di buritan kapal.

    h) ABK deck mempersiapkan jangkar (Mooring Anchor)

    No: P1. (Moring Anchor No: P1 dan 81, posisinya

    selalu tergantung di haluan kapal). Pendant wire panjang

    50 meter dipasang (connect) pada Moring Anchor No:

    P1, dan Pennant Wire panjang 50 Meter yang lainnya

    dipasang pada Anchore Buoy No: P1 (Anchor Buoy

    digantung dilambung kiri kapal), setelah itu kedua ujung

    Pennant Wire digabungkan dengan menggunakan

    seckle dan diatur dengan sebaik baiknya diatas deck

    haluan kapal yang disesuaikan dengan kondisi

    bangunan kapal itu sendiri.

    i) Untuk jangkar (Mooring Anchor) No: 81, hanya dipasang

    1 utas Pendant Wire panjang 50 Meter, sedangkan

    50 meter Pennant Wire yang lainnya berada di AHT

    Armada 4, yang nantinya kedua Pendant Wire akan

    digabungkan dengan seckle, dan jangkar (Mooring

    Anchor No: 82) yang tergantung dihaluan kanan kapal

    dapat ditarik oleh AHT Armada 4 untuk diletakkan diatas

    decknya.

  • 30

    j) Untuk jangkar No: P2, ABK menyiapkan 1 (satu) utas

    kawat baja (Pennant wire) ukuran panjang 80 meter

    untuk mengikat Mid Buoy, (dari data yang diperoleh

    dalam perairan adalah 60 meter, air pasang tertinggi

    adalah 5 meter, maka kawat jangkar bebas dari pipa

    dasar laut +/- 15 meter).

    k) Pemeriksaan secara seksama sesuai dengan

    prosudur yang ada (chek list) mengenai semua

    perlengkapan peralatan kerja, seperti; mesin jangkar

    (Winch Anchor dan kawat jangkar (Anchor Wire),

    Tugger Winch dan Tugger Wire.

    l) Setelah semua prosedur persiapan dijalankan dengan

    baik, maka untuk seluruh anak buah kapal (ABK)

    diberikan "Penjelasan tentang aspek keselamatan

    kerja" dan "Penjelasan tentang pekerjaan yang akan

    dilaksanakan" (11Safety Induction and Safety

    Brieefing') yang dipimpin oleh Mualim I (Chief Officery

    Setelah kapal mendapatkan Anchore Pattern

    Approval, Nakhoda membuat tata cara pelaksanaan

    pembuangan 4 jangkar (Four Point Mooring Procedure I

    Naskah asli terlampir) untuk didiskusikan bersama sama

    dengan, Nakhoda kapal AHT (Anchor Handling Tug) dan

    semua pihak yang terlibat langsung dengan pelaksanaan

    pembuangan jangkar. Setelah semua pihak mengerti

    akan tugas - tugas nya sesuai dengan prosudur yang

    telah dibuat, maka Nakhoda menentukan, kapan

    pelaksanaan pembuangan jangkar dimulai dengan

    mempertimbangkan, kesiapan anak buah kapal untuk

    mempersiapkan dan menjalankan tugasnya masing -

    masing, faktor cuaca, dan yang terpenting, arah dan

    kekuatan arus diperairan tersebut. MSV MEO GALAXY,

  • 31

    tidak akan bergerak mendekati posisi Platform

    sampai situasi dan kondisi memuaskan sesuai dengan :

    a) Keadaan laut, jarak tampak, dan keadaan cuaca

    cukup baik untuk pelaksanaan pembuangan jangkar.

    b) Ramalan cuaca, dan pengamatan langsung keadaan

    cuaca, cukup baik selama pelaksanaan pembuangan

    jangkar, sampai pekerjaan selesai.

    c) Arah dan kekuatan arus telah diketahui, guna

    mempermudah kapal mengolah gerak mendekati

    Platform.

    d) Kecepatan angin tidak melebihi 25 Knot, dan tinggi

    gelombang tidak melebihi 1.5 meter. AHT. Armada

    Tua bergerak mendekati MSV MEO GALAXY, sebelah

    lambung kanan belakang dan dengan menggunakan

    Batang Pemuat sendiri akan memberikan 2 buah

    jangkar (Mooring Anchot}, 3 buah Buoy (Mooring

    Buoy), 2 x 100 meter dan 1 x 50 meter kawat baja

    (Pennant Wire), dan selama pemindahan

    perlengkapan tersebut MSV MEO GALAXY, akan

    memberikan sisi dibawah angin pada AHT. Armada

    Tua

    2) Pelaksanaan Pembuangan Jangkar

    Dalam pelaksanaan pembuangan jangkar Four Point

    Mooring, ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan

    dimana apabila kapal sudah memulai satu tahapan

    tertentu maka pembuangan jangkar pada tahapan tersebut

    harus secepatnya dapat diselesaikan dengan tetap

    mempertimbangkan faktor keselamatan. Kapal akan

  • 32

    bergerak atau memulai pengerjaan pembuangan jangkar

    setelah mendapatkan ijin dari Platform Radio Room.

    a) Tahapan Pertama

    MSV MEO GALAXY, bergerak mendekati Posisi

    Jangkar No: P1 dengan olah geraknya sendiri. Setelah

    fer/it Anchor Wire No: P1 masuk dalam radius yang telah

    ditentukan (20 Meter toleransi kesalahan, yang dapat

    dilihat pada layar monitor I DGPS Screen Monitor). MSV

    MEO GALAXY, akan mempertahankan posisinya

    dengan bantuan mesin penggerak kapal dan Bow

    Truster, dengan catatan posisi kapal harus

    menghadap arus (Againt Current), atas perintah

    Nakhoda, Mualim II yang bertugas dihaluan akan

    membuang Anchor Bouy, setelah Anchor buoy berada

    di-air, Anchor Wire No: P1 (kawat jangkar sebelah kiri),

    jangkar di area memakai mesin jangkar sarnpai jangkar

    menyentuh dasar laut.

    Setelah jangkar menyentuh dasar laut, kawat

    jangkar terus di area dan kapal bergerak mundur pelan,

    dan diusahakan jangkar tidak menggaruk dengan

    menjaga tegangan kawat jangkar (Tensiont), yang dapat

    dilihat dari Tensiont Meter, diusahakan tegangan tidak

    melebihi 15 Ton, karena dikhawatirkan jangkar

    menggaruk.

    Kapal akan tiba pada posisi yang telah

    direncanakan (Parking area No: 1), pada posisi jarak

    buritan kapal dengan platform sekitar 150 Meter, dan

    panjang kawat jangkar No: P1 sekitar 500 Meter. (dapat

    dilihat pada tensiont meter).

  • 33

    b) Tahapan Kedua

    MSV MEO GALAXY, akan mempertahankan pada

    posisi tersebut diatas (Parking area No: 1) dengan

    bertahan pada satu jangkar, dan bila perlu menggunakan

    mesin penggerak kapal dan Bow Truster. Nakhoda dapat

    melanjutkan tahapan berikutnya sesuai dengan prosudur

    yang telah ditentukan, dengan memperhatikan

    perubahan arah arus, apabila pada saat itu arus berubah

    arah maka, Nakhoda dapat merobah prosedur tahapan

    pembuangan jangkar.

    AHT Armada Tua, atas perintah Nakhoda MSV.

    MEO GALAXY mendekat kesebelah kanan haluan kapal,

    untuk menerima tali buangan (heaving line). Tali

    buangan dipasangkan pada Tugger Wire dari AHT

    Armada 4, dan ABK MSV MEO GALAXY, dapat menarik

    tali buangan tadi untuk mendapatkan tugger wire dari

    AHT Armada Tua (tugger wire relatif ringan dapat ditarik

    secara manual karena wire yang digunakan berukuran %

    inch ).

    Tugger wire dipasangkan pada Pennant Wire

    jangkar (Mooring Anchor No: S1) dengan menggunakan

    seckle, selanjutnya AHT Armada Tua menarik tugger

    wire nya dengan menggunakan tugger winch, sampai

    pennant wire bisa disambungkan dengan 50 meter

    pendant wire yang lainnya, yang telah tersusun

    sedemikian rupa pada work wire AHT. Selanjutnya MSV

    MEO GALAXY, meng area kawat jangkar S1 dan

    AHT Armada Tua dapat menarik jangkar S1 untuk

    diletakan diatas decknya.

    AHT Armada Tua akan menggunakan procedur

  • 34

    kerja,- pelaksanaan pekerjaan Anchor Handling dengan

    menggunakan semua perlengkapan standart yang

    dibutuhkan, misalnya: Shark Jaws, mengoperasikan

    Towing Pin dll. Sedemikian rupa sehingga apabila AHT

    Armada Tua telah melaksanakan tugasnya, maka

    Nakhoda AHT Armada Tua akan memberikan laporan

    kepada MSV MEO GALAXY, bahwa dia telah siap untuk

    membawa jangkar ketempat yang telah ditentukan.

    SV. Swissco Supporter akan meng area kawat

    jangkar No: S1 dan menjaga tegangan kawat jangkar

    (agar kawat jangkar tidak terlalu banyak merewang, 10

    sampai 15 Ton), dan AHT Armada Tua bergerak menuju

    posisi jangkar No: S1 c;Jengan arahan Nakhoda MSV

    MEO GALAXY, Setelah AHT Armada Tua tiba diposisi

    jangkar No: S1 (posisi kapal dapat dimonitor dari DGPS

    Screen Monitor yang juga dipasang pada AHT Armada

    4), Nakhoda MSV MEO GALAXY, memerintahkan untuk

    me let go S1 mooring Anchor, sementara itu kawat

    jangkar tetap diare dengan cepat sampai tegangan

    kawat jangkar mendekati 0 (not), hal ini dilakukan untuk

    menghindari pergerakan liar dari jangkar saat di let go,

    jadi diharapkan jangkar akan jatuh tepat pada posisi

    yang telah ditentukan,

    Saat jangkar menyentuh di dasar taut (Anchor on

    the Bottom), Nakhoda AHT Armada Tua akan

    memberikan laporan, maka MSV MEO GALAXY boleh

    Stop mengarea kawat jangkar S1, setelah itu AHT

    Armada Tua dapat me let go Anchor Buoy No: S1.

    Tahapan kedua dari pelaksanaan pembuangan

    jangkar telah selesai, AHT Armada Tua dapat bergerak

    menuju lambung sebelah kanan belakang untuk

  • 35

    melanjutkan tahapan berikutnya, dan MSV MEO

    GALAXY, akan mengatur panjang dan tegangan kawat

    jangkar sesuai dengan kondisi perairan, berolah gerak

    sendiri untuk mempertahankan posisinya dengan

    menggunakan mesin penggeraknya sendiri dan dibantu

    dengan Bow Thruster.

    c) Tahapan Ketiga

    Setelah 2 (dua) jangkar depan telah dilabuhkan,

    kapal akan tetap bertahan pada posisinya (Parking Area

    No: 1) dengan bertahan pada dua jangkar dan

    mengusahakan tegangan kawat jangkar tidak melebihi

    15 ton, dengan perhitungan arah arus masih belum

    berubah-(arah arus dari depan). ApabiJa,pada tahapan

    ini arah arus berubah, maka kapal masih dapat

    mempertahan mempertahankan posisinya dengan

    menggunakan mesin penggeraknya.

    AHT Armada Tua mendekat di lambung sebelah

    kanan belakang kapal, MSV MEO GALAXY akan

    mengirimkan, tali buangan yang telah dihubungkan

    dengan massangger line dan kawat jangkar (Anchor

    Wire). Apabila kawat jangkar telah sampai di deck AHT

    Armada Tua, ABK AHT Armada Tua akan

    memasangkan kawat jangkar pada jangkar yang sudah

    disiapkan sedemikian rupa, bila semua sudah

    dilaksanakan sesuai dengan procedure dan dengan

    menggunakan semua peralatan yang ada, maka AHT

    Armada Tua bergerak menuju posisi jangkar No: S2.

    MSV MEO GALAXY akan meng area kawat jangkar

    No: S2 dan menjaga tegangan kawat jangkar (agar

  • 36

    kawat jangkar tidak terlalu banyak merewang, 10 sampai

    15 Ton), dan AHT Armada Tua bergerak menuju posisi

    jangkar No: S2 dengan arahan Nakhoda SV.Swissco

    Supporter (Pergerakan AHT Armada Tua dapat dilihat

    dari DGPS Screen Monitory . Setelah AHT Armada Tua

    tiba diposisi jangkar No: S2, Nakhoda MSV MEO

    GALAXY memerintahkan untuk me let go S2 Mooring

    Anchor, setelah jangkar telah menyentuh dasar laut,

    AHT Armada Tua boleh me let go Anchor Buoy No: S2.

    Tahapan ketiga dari pelaksanaan pembuangan

    jangkar telah selesai, AHT Armada Tua dapat bergerak

    menuju lambung sebelah kiri belakang untuk

    melanjutkan tahapan berikutnya, yaitu tahapan terakhir

    pada pelaksanaan pembuangan jangkar Four Poin

    Mooring pada kapal MSV MEO GALAXY.

    d) Tahapan Keempat

    Setelah itu AHT Armada Tua bergerak mendekati

    SV. Swissco Supporter disebelah kiri belakang guna

    mengambil kawat jangkar, (proses pengerjaan sama

    seperti Tahapan Ketiga) dan dihubungkan dengan

    jangkar (Menggunakan Shackle SWL 80 Ton). yang

    telah dipersiapkan sebelumnya, dan AHT Armada Tua

    bergerak menuju posisi jangkar P2, akan tetapi ditengah

    perjalanan nanti sekitar 300 meter. jarak antara AHT

    Armada Tua dengan MSV MEO GALAXY, (pergerakan

    kapal dapat dilihat dari DGPS Screen Monitof). AHT

    Armada Tua mengurangi kekuatan mesinnya untuk

    bergerak dan mencoba untuk tetap mempertahankan

    haluan dan posisinya, sementara itu MSV MEO GALAXY

  • 37

    akan memasang Mid Buoy (DP Buoy), yang akan

    diikatkan pada kawat jangkar No: P2.

    Pada kondisi saat itu Mid Buoy diperlukan

    karena kawat jangkar bersilangan dengan pipa dasar

    taut, agar tidak bersentuhan tangsung antara kawat

    jangkar dengan pipa - pipa dasar taut, jadi kawat

    jangkar harus diangkat sedikit diangkat dari dasar taut

    dan ditahan dengan Mid Buoy, yang dihubungkan

    dengan pennant wire yang panjangnya disesuaikan

    dengan dalamnya perairan dan tinggi air pasang

    maximum untuk perairan tersebut.

    Setelah Mid Buoy terikat pada kawat jangkar

    dengan menggunakan kuku macan (wire clip) maka

    Pennant wire dan Mid Buoy di lego kelaut setelah itu

    AHT Armada Tua bergerak menuju , posisi P2 tempat

    jangkar terakhir yang akan dilabuhkan.

    Setelah jangkar No: P2 dilabuhkan dan Anchor

    Bouy NO: P2 di lego kelaut, maka AHT Armada Tua

    selesai menjalankan tugasnya, akan tetapi AHT Armada

    Tua tetap berada disekitar kapal untuk berjaga jaga

    (Stand by), karena kapal belum selesai dalam

    pengoperasiannya, sesuai dengan procedure yang

    berlaku, AHT (Anchore Handling Tug) harus tetap

    berada disekitar kapal sampai pekerjaan benar - benar

    telah selesai.

    e) Tahapan Kelima

    Empat (4) Mooring Anchor sudah dilabuhkan

    ditambah 1 Mid Buoy, MSV MEO GALAXY dengan

    menggunakan kekukatan mesin jangkar bergerak

  • 38

    perlahan - lahan mendekati Platform pada posisi kurang

    lebih 50 meter jarak dari buritan kapal ke Platform

    (Parking Area No: 2), MSV MEO GALAXY akan

    melakukan test ketegangan kawat jangkar (Test

    Tensiont), untuk kawat Jangkar P1, 81, P2 and S2, yang

    akan diberikan tegangan sampai 60

    Ton, selama 15 menit. (Pembacaan bisa dilihat

    pada Tensiont meter). Kegunaan dari test ketegangang

    kawat jangkar untuk mengetahui apakah ke empat

    jangkar sudah tertanam bagus didasar laut (Jangkar

    sudah makan), Apabila ke empat kawat jangkar yang

    diberi tegangan sebesar 60 ton selama kurang lebih 15

    menit, Posisi kapal tidak berubah, dan tegangan kawat

    jangkar tidak berubah, itu berarti jangkar sudah makan.

    Apabila salah satu dari keempat jangkar ada yang

    tidak tertanam dengan baik pada dasar laut, itu berarti

    jangkar tidak makan, maka Nakhoda harus secepatnya

    mengambil keputusan untuk segera mengangkat jangkar

    yang tidak makan tadi, dan melabuhkan kembali- jangkar

    tadi, karena kapal masih mempunyai 1 (satu) unit kapal

    AHT yang tetap berjaga jaga disekitar kapal.

    Setelah Test Tensiont dilakukan dan didapat,

    kondisinya memuaskan MSV MEO GALAXY akan

    bergerak mundur perlahan mendekati Platform

    dengan menggunakan kekuatan ke empat kawat

    jangkar, sampai jarak antara buritan kapal dengan

    platform sekitar 8 meter, dan untuk posisi seperti ini

    tangga penyebrangan yang akan dipasang dapat

    mencapai platform.

    Pekerjaan pembuangan 4 jangkar (Anchor Handling

    Four Point Mooring) pada kapal MSV MEO GALAXY

  • 39

    telah selesai, dan Nakhoda bisa membebaskan (release)

    kapal AHT Armada Tua untuk bisa meninggalkan lokasi.

    Tingkat kesulitan dan resiko kecelakaan yang tinggi

    dalam pengoperasian pembuangan jangkar (Four

    Mooring Point), yang pernah penulis alami selama

    bekerja dikapal MSV MEO GALAXY, dan untuk

    memperkecil hambatan dan resiko kecelakaan yang

    mungkin akan terjadi, pemecahannya adalah sebagai

    berikut :

    1) Hubungan baik antara semua instansi -yang terkait

    tetap terjaga, agar terjalin hubungan kerja yang

    harmonis, sehingga apa yang telah diprogramkan

    dapat tercapai dengan hasil yang maksimal.

    2) Awak kapal (termasuk Nakhoda) yang akan

    bekerja dikapal harus dibekali dengan ilmu dan

    pelatihan yang memadai, khususnya untuk

    pelatihan jenis kapal Offshor I Anchore Handling Tug.

    3) Nakhoda wajib membuat tata cara pelaksanaan

    pembuangan jangkar (Mooring Procedure), yang

    harus didiskusikan bersama - sama dengan semua

    instansi yang terkait sebelum pelaksanaan

    pembuangan jangkar dan memastikan semua

    personel yang terlibat langsung dalam pelaksanaan

    pembuangan jangkar mengerti dan memahami akan

    tugas dan tanggung jawabnya.

    4) Nakhoda dan Kepala Kamar Mesin memastikan

    kembali dengan memeriksa langsung ke Deck Haluan

    dan Buritan, apakah semua peralatan dan

    perlengkapan sudah dipersiapkan dengan sebaik

    baiknya, sesuai dengan Procedure dan rencana yang

  • 40

    akan dibuat.

    5) Penjelasan secara terperinci kepada anak buah kapal

    tentang asfek keselamatan dan jenis pekerjaan

    yang akan dilaksanakan sesuai dengan procedure

    yang telah dibuat oleh Nakhoda. ("Safety Induction

    and Safety Briefing")

  • 41

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari semua pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa

    hambatan - hambatan terjadi pada saat pelaksanaan pembuangan

    jangkar (Anchor Handling Four Point Mooring) pada kapal MSV MEO

    GALAXY sangat dipengaruhi oleh :

    1. Rendahnya tingkat kompetensi anak buah kapal serta kurangnya

    atau tidaadanya pelatihan sebelum naik kapal adalah penyebab

    utama timbulnya permasalahan pada saat pelaksanaan

    pembuangan jangkar (Anchor Handling Four Point Mooring) pada

    kapal MSV MEO GALAXY.

    2. Kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan manajemen kerja

    khususnya pembiasaan (Familiarization) prosedur kepada ABK

    sehubungan dengan kemampuan dan latar belakang ABK yang

    beraneka ragam sehingga proses persiapan dan pelaksanaan

    pekerjaan tidak dapat berjalan dengan baik.

    3. Faktor usia kapal bukanlah penyebab langsung ketidak siapan

    kapal untuk sebuah operasi, akan tetapi tugas dan tanggung

    jawab semua instansi terkait yang berhubungan dengan perawatan

    dan perbaikan, mempunyai peranan yang sangat penting guna

    menjaga keberadaan kapal agar tetap dalam kondisi prima.

    B. Saran

    Untuk memperkecil hambatan dan resiko kecelakaan yang

    mungkin akan terjadi pada saat pelaksanaan pembuangan jangkar

  • 42

    (Anchor Handling Four Point Mooring) pada kapal MSV MEO

    GALAXY, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

    1. Peningkatan kompetensi tenaga petaut Indonesia adalah tanggung

    jawab Pemerintah, untuk menyediakan sarana dan prasarana yang

    memadai khususnya untuk jenis pendidikan dan pelatihan bagi

    tenaga petaut Indonesia yang akan bekerja dikapal - kapal jenis

    Offshore.

    2. Pihak perusahaan sebaiknya mengadakan pelatihan I pengenalan

    peralatan keselamatan dan atau peralatan kerja sebelum ABK

    naik keatas kapal.

    TRAINING BEFORE JOINT SHIP II

    3. Sistim Kontrol dari pihak perusahaan seyogyanya dapat lebih

    ditingkatkan secara berkala sehubungan dengan pelaksanaan Plan

    Maintenance System (PMS), pada saat kapal tidak beroperasi, hal

    ini disebabkan karena pada saat kapat tidak beroperasi, Nakhoda

    dan Senior Officer serta Senior Engginer tidak berada diatas kapal.

  • 43

    DAFTAR PUSTAKA

    H. Waluyo, Edi, Drs. MSC, Pengantar Metodologi Penelit/an Penerbit

    BP31P, Jakarta.

    Prof. Dr. Hj. Sedarmayanti, M.Pd., APU Manajemen Sumber Daya

    Manusia , Penerbit PT. Refika Aditama.

    Sedarmayanti, (2009), Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Keda.

    Mandar Maju, Bandung.

    Yatim, Rozaimi, (2003), Kodefikasi manajemen Keselamatan lntemasional

    OSM CODEJ. Penerbit Yayasan Bina Citra Samudra Jakarta.

    BAB IPENDAHULUANBAB IIBAB IIIPEMBAHASANISM Code 6. Sumber daya dan personilBAB IVPENUTUPTRAINING BEFORE JOINT SHIP IIDAFTAR PUSTAKA