8
1 SISTEM INFORMASI INVENTORY DENGAN MENGGUNAKAN METODE FIRST IN FIRST OUT (FIFO) Faisal Rahman ,* Tony Hartono Bagio Fakultas Ilmu Komputer Universitas NAROTAMA, Surabaya ABSTRACT inventory atau persediaan bukan merupakan hal yang asing lagi bagi setiap perusahaan. Namun masalah inventory terkadang masih menjadi salah satu kendala untuk mencapai tujuan perusahaan, karena sistem inventory yang tidak terkendali dan tidak adanya pengawasan yang benar serta metode yang dapat dijalankan dengan baik. Hal ini setelah diteliti ternyata disebabkan kesulitan dalam penentuan harga pokok produk yang berawal dari penentuan biaya bahan baku yang digunakan, sehingga berakibat keuntungan perusahaan terus berkurang walaupun persentase penurunannya tidak banyak, namun apabila permasalahan ini dibiarkan diperkirakan akan terus menurun dan kerugian yang dialami akan semakin besar. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, maka dibuat suatu desain sistem dengan menggunakan metode First in First out (FIFO) perpetual, dimana barang yang pertama kali masuk gudang akan digunakan pertama kali pula dalam produksi, dan siklus keluar masuknya barang dapat diketahui dengan jelas. Keyword : Inventory System, FIFO Method 1. Pendahuluan PT.XYZ adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang Consumer Good dengan produk yang diproduksi adalah tissue. Jenis tissue yang dihasilkan perusahaan ini beraneka ragam, sekitar 7 jenis tissue dengan fungsi dan spefikasi yang berbeda, yaitu : 1. Tissue Roll Tissue ini berbentuk gulungan yang ditengahnya terdapat core, yaitu gulungan kertas karton yang tebal. Tissue jenis ini bisa digunakan dikamar kecil di Hotel- hotel, Restaurant. Ukuran gramatur yang dihasilkan 120 gram, 100 gram dan 90 gram. 2. Napkin Tissue Tissue jenis ini berbentuk bujur sangkar , berukuran sekitar 28 cm 8 x 28 cm dan biasa digunakan sebagai lap makan atau pembungkus sendok dan garpu. 3. MG Tissue MG adalah singkatan dari Machine Glassis, dikatakan demikian karena pada proses akhir pembuatannya, tissue jenis ini dilapisi semacam lilin yang pada hasil akhirnya akan terlihat seperti ada lapisan kaca pada permukaannya. Bentuk dan ukuran yang dihasilkan hampir sama dengan tissue jenis Napkin. Jenis ini biasa digunakan sebagai alas makanan yang berminyak, karena daya serapnya yang baik. 4. Facial Tissue Jenis ini mempunyai 2 kategori, ada yang diberi wangi-wangian dan ada yang tidak. Ukuran sekitar 20 cm x 20 cm, dikemas dalam 11 macam kotak yang berbeda ukuran dan isi lembar tissue yang berbeda pula. 5. Pocket Tissue Pada dasarnya kegunaan dan jenisnya sama dengan facial tissue namun jenis ini dikemas dalam ukuran yang lebih kecil dan sederhana. Kemasan tissue dibagi menjadi 3 jenis, untuk isi 10 lembar, 6 lembar dan 5 lembar. 6. Tissue Towel Fungsinya hampir sama dengan Tissue jenis Roll, namun ukuran dan beratnya saja yang berbeda. Jenis ini diproduksi dengan tinggi 25 cm dan diameter 15 cm, dengan berat 250 gram dan 450 gram. 7. Tissue Cocktail Tissue lebih halus dari tissue jenis facial dan napkin, ukuran yang dihasilkan juga lebih kecil, sekitar 23 cm x 23 cm dan biasa digunakan sebagai tatakan gelas atau alas roti. Narotama Collection http://ejournal.narotama.ac.id

04203119 Faisal Rahman m

  • Upload
    hans09

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

04203119 Faisal Rahman m

Citation preview

Page 1: 04203119 Faisal Rahman m

1

SISTEM INFORMASI INVENTORY DENGAN MENGGUNAKAN

METODE FIRST IN FIRST OUT (FIFO)

Faisal Rahman ,* Tony Hartono Bagio

Fakultas Ilmu Komputer Universitas NAROTAMA, Surabaya

ABSTRACT

inventory atau persediaan bukan merupakan hal yang asing lagi bagi setiap perusahaan. Namun masalah

inventory terkadang masih menjadi salah satu kendala untuk mencapai tujuan perusahaan, karena sistem

inventory yang tidak terkendali dan tidak adanya pengawasan yang benar serta metode yang dapat

dijalankan dengan baik.

Hal ini setelah diteliti ternyata disebabkan kesulitan dalam penentuan harga pokok produk yang berawal

dari penentuan biaya bahan baku yang digunakan, sehingga berakibat keuntungan perusahaan terus

berkurang walaupun persentase penurunannya tidak banyak, namun apabila permasalahan ini dibiarkan

diperkirakan akan terus menurun dan kerugian yang dialami akan semakin besar.

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, maka dibuat suatu desain sistem dengan menggunakan metode

First in First out (FIFO) perpetual, dimana barang yang pertama kali masuk gudang akan digunakan

pertama kali pula dalam produksi, dan siklus keluar masuknya barang dapat diketahui dengan jelas.

Keyword : Inventory System, FIFO Method

1. Pendahuluan

PT.XYZ adalah salah satu perusahaan yang

bergerak dibidang Consumer Good dengan

produk yang diproduksi adalah tissue. Jenis

tissue yang dihasilkan perusahaan ini beraneka

ragam, sekitar 7 jenis tissue dengan fungsi dan

spefikasi yang berbeda, yaitu :

1. Tissue Roll

Tissue ini berbentuk gulungan yang

ditengahnya terdapat core, yaitu gulungan

kertas karton yang tebal. Tissue jenis ini

bisa digunakan dikamar kecil di Hotel-

hotel, Restaurant. Ukuran gramatur yang

dihasilkan 120 gram, 100 gram dan 90

gram.

2. Napkin Tissue

Tissue jenis ini berbentuk bujur sangkar ,

berukuran sekitar 28 cm 8 x 28 cm dan

biasa digunakan sebagai lap makan atau

pembungkus sendok dan garpu.

3. MG Tissue

MG adalah singkatan dari Machine

Glassis, dikatakan demikian karena pada

proses akhir pembuatannya, tissue jenis

ini dilapisi semacam lilin yang pada hasil

akhirnya akan terlihat seperti ada lapisan

kaca pada permukaannya. Bentuk dan

ukuran yang dihasilkan hampir sama

dengan tissue jenis Napkin. Jenis ini biasa

digunakan sebagai alas makanan yang

berminyak, karena daya serapnya yang

baik.

4. Facial Tissue

Jenis ini mempunyai 2 kategori, ada yang

diberi wangi-wangian dan ada yang tidak.

Ukuran sekitar 20 cm x 20 cm, dikemas

dalam 11 macam kotak yang berbeda

ukuran dan isi lembar tissue yang berbeda

pula.

5. Pocket Tissue

Pada dasarnya kegunaan dan jenisnya

sama dengan facial tissue namun jenis ini

dikemas dalam ukuran yang lebih kecil

dan sederhana. Kemasan tissue dibagi

menjadi 3 jenis, untuk isi 10 lembar, 6

lembar dan 5 lembar.

6. Tissue Towel

Fungsinya hampir sama dengan Tissue

jenis Roll, namun ukuran dan beratnya

saja yang berbeda. Jenis ini diproduksi

dengan tinggi 25 cm dan diameter 15 cm,

dengan berat 250 gram dan 450 gram.

7. Tissue Cocktail

Tissue lebih halus dari tissue jenis facial

dan napkin, ukuran yang dihasilkan juga

lebih kecil, sekitar 23 cm x 23 cm dan

biasa digunakan sebagai tatakan gelas atau

alas roti.

Narotama Collectionhttp://ejournal.narotama.ac.id

Page 2: 04203119 Faisal Rahman m

2

Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi

tissue hampir sama dengan kertas, yaitu pulp.

Perbedaan yang pokok adalah pada proses

produksi dan bahan-bahan pembantu lainnya.

Pulp adalah sejenis kayu pinus yang sudah

diproses dan akhirnya berbentuk lembaran-

lembaran. Jenis pulp yang dibeli oleh perusahaan

untuk proses produksi bermacam-macam, karena

setiap jenis tissue membutuhkan komposisi pulp

yang berbeda. Ada 3 jenis pulp yang diperlukan,

yaitu :

a. North Bleach Karft Pulp (NBKP)

Dihasilkan di Kanada dan New Zealand,

dengan panjang serat 2 mm, sering disebut

dengan “Soft Wood” karena mempunyai

serat yang halus dan berwarna putih.

b. Leaf Bleach Karft Pulp (LBKP)

Dihasilkan di Riau,Chili dan Thailand,

berasal dari jenis kayu Equalyptus.

Disebut dengan “Hard Wood” karena

seratnya lebih kasar.

c. Cheme Thermo Mechanical Pulp (CTMP)

Pulp jenis ini agak kasar dari 2 jenis diatas

dan tidak berwarna putih, karena pulp ini

tidak terdapat unsur pemutih (bleaching).

Setiap jenis tissue membutuhkan komposisi pulp

yang berbeda, misalnya untuk tissue

- Facial, NBKP = 35 %

LBKP = 65 %

- Napkin & Towels, NBKP = 30 %

LBKP = 70 %

- Tissue Roll, NBKP = 20 %

LBKP = 80 %

Selain pulp, bahan baku lain yang dibutuhkan

antara lain :

1.Core

2.Lem

3.Plastik Pembungkus

4.Karton Box

5.Parfum

6.Bahan-bahan kimia

7.Karung Plastik

2. Landasan Teori

2.1 Pengertian Inventori

Inventori merupakan sebuah konsep yang

mencerminkan sumber daya yang dapat

digunakan tetapi tidak/belum dipergunakan.

Pengertian inventori dapat diartikan dalam

beberapa hal yang berbeda, antara lain :

1. Stock yang tersedia pada saat itu juga.

2. Daftar perincian barang yang tersedia.

3. (Untuk keuangan dan akunting) jumlah

stock barang yang dimiliki oleh suatu

organisasi pada suatu waktu.

Fungsi pokok dari inventori adalah memenuhi

semua permintaan pelanggan dengan persediaan

barang yang seminimal mungkin. Namun kita

tidak boleh melihat keuntungan yang diperoleh

hanya dengan memperhatikan segi inventori dari

bagian gudang saja karena inventori berpengaruh

dalam semua departemen yang ada dalam suatu

perusahaan.

2.2 Biaya Inventori

Biaya inventori adalah biaya-biaya operasi dari

sebuah sistem inventori yang berasal dari

kegiatan suatu manajemen yang menerapkan

sistem inventori. Sasaran dari manajemen

inventori sendiri adalah untuk mendapatkan nilai

yang sesungguhnya dari bahan baku, supplies

dan barang jadi ditempat yang benar, pada waktu

yang tepat dan biaya yang murah.

1. Biaya pembelian (Purchase cost)

Untuk biaya ini selalu dikategorikan

sebagai biaya dari sebuah jenis barang

apabila unit barang tersebut ditempatkan

dalam inventori. Sebagai contoh untuk

jenis barang yang dibeli, biaya pembelian

adalah harga beli ditambah dengan biaya-

biaya lainnya atau potongan harga. Harga

pembelian dapat berubah tergantung

banyaknya barang yang dibeli, biasanya

semakin besar jumlah yang dibeli,

semakin besar pula potongan yang

diberikan oleh supplier. Sebagai contoh

dipabrik, yang termasuk sebagai biaya

pembelian adalah biaya tenaga kerja

langsung, biaya overhead pabrik dan

bahan baku utama .

2. Biaya pemesanan (Order/Setup Cost)

Biaya ini berasal dari masuknya pesanan

dari supplier. Biaya ini biasanya

diamsusikan sebagai jumlah dari pesanan-

pesanan dan bukan diamsusikan sebagai

Narotama Collectionhttp://ejournal.narotama.ac.id

Page 3: 04203119 Faisal Rahman m

3

ukuran/banyaknya barang yang dipesan.

Sebagai contoh biaya pesanan ini adalah

biaya pemesanan, penulisan pesanan-

pesanan, penerimaan barang,

pengecekan barang, penulisan faktur

penjualan, dan pekerjaan-pekerjaan

penting lainnya yang berfungsi untuk

melengkapi transaksi tersebut. Dalam

suatu produksi biaya yang dapat

dikategorikan dalam biaya ini adalah

penjadwalan kerja, ekspedisi/pengiriman

dan pengecekan kualitas barang.

3. Biaya penyimpanan (Holding Cost)

Adalah biaya-biaya tambahan yang

berasal dari berbagai sumber karena

adanya penyimpanan di gudang seperti

biaya modal ,pajak, asuransi,

penyimpanan dan biaya penyusutan.

4. Biaya kekosongan Barang (Stockout Cost)

Biaya ini dapat berasal dari dua sumber

yaitu sumber eksternal apabila terdapat

kejadian dimana pelanggan tidak dapat

memperoleh apa yang dipesan dan akibat

yang ditimbulkan adalah tertundanya

pengiriman, kehilangan penjualan dan

kepercayaan pelanggan, sedang sumber

internal terjadi apabila perusahaan tidak

mempunyai persediaan barang yang

diminta oleh pelanggan.

Tertundanya pengiriman dapat

mengakibatkan timbulnya biaya

pengangkutan, biaya pengiriman dan

biaya pengepakan.

Kepercayaan langganan dapat

mengakibatkan pelanggan tersebut tidak

akan melakukan pemesanan lagi

dikemudian hari. Namun hal ini biasanya

oleh

perusahaan diatasi dengan cara membeli

produk yang diinginkan ke perusahaan

lain dan dijual kembali kepada pelanggan

tersebut, yang terkadang tidak

mendatangkan keuntungan dan bahkan

tidak jarang perusahaan mengalami

kerugian.

2.3 Metode Inventori FIFO (First In First

Out) Metode alur / flow dari inventori menunjukan

cara suatu barang diambil dari inventori. Alur

inventori dalam akunting mungkin tidak akan

sama dengan alur dalam keadaan sebenarnya dari

barang jadi.

Dengan FIFO, biaya inventori diperhitungkan

dalam barang yang siap dijual atau

dikonsumsikan yang sudah ada lebih lama dan

hal itu berarti stock yang tersedia adalah

pembelian yang paling lama atau paling dulu

diproduksi dan unit yang digunakan akan

dibebankan pada harga dari barang yang terlama.

Metode yang dapat digunakan ada 2, yaitu :

1. Perpetual

Dengan cara ini setiap keluar atau

masuknya barang dapat diketahui dengan

pasti dan terinci, karena selalu dicatat

setiap jenis barang yang keluar atau

masuk, serta biaya bahan yang

dikeluarkan. Dengan cara ini dapat

memudahkan kita dalam melakukan

pengecakan terhadap keluar masuknya

barang.

2. Periodik

Dengan cara periodik persediaan barang

dapat diketahui dalam satu periode

tertentu, namun dengan cara ini keluar

masuknya barang tidak dapat diketahui

dengan rinci, karena dalam pencatatan

hanya masuknya barang saja yang dicatat.

Untuk mengetahui berapa biaya bahan

baku yang dipakai dalam produksi harus

dilakukan dengan cara menghitung sisa

persediaan bahan baku yang masih ada

digudang pada akhir periode akuntansi.

Harga pokok persediaan awal ditambah

harga pokok bahan baku yang dibeli

dikurangi harga pokok persediaan bahan

baku yang masih ada pada akhir periode

adalah biaya-biaya bahan baku yang

dipakai.

Narotama Collectionhttp://ejournal.narotama.ac.id

Page 4: 04203119 Faisal Rahman m

4

3. METODE PENELITIAN

Sistem Inventori terbagi menjadi tiga, yaitu

1. Bahan Baku dan Bahan pembantu

Pada bagian inventori ini menyimpan

persediaan bahan baku sepeti pulp, kertas,

lem, core, bahan-bahan kimia dan bahan

pembantu lainnya. Bahan-bahan ini akan

diproses di departemen Paper Mill yang

akan mengolah bahan baku menjadi

barang setengah jadi.

2. Barang Setengah Jadi (Work in Process)

Barang setengah jadi atau barang dalam

proses, maksudnya adalah persediaan

barang yang sudah jadi namun masih

memerlukan proses selanjutnya untuk

diolah menjadi barang jadi dan siap untuk

dipasarkan. Jumbo roll dengan berbagai

warna, ukuran dan jenis yang berbeda-

beda masuk dalam kategori inventori ini.

3. Barang Jadi (Finished Good)

Barang jadi adalah barang yang sudah

selesai diolah oleh departemen Converting

menjadi produk jadi dalam kemasan yang

telah ditetapkan dan siap untuk

dipasarkan.

4. Barang Rusak

Barang rusak adalah barang yang tidak

memenuhi standart mutu yang telah

ditetapkan oleh departemen Quality

Control, sehingga barang ini disimpan di

gudang persediaan barang rusak yang

mana persediaan ini akan diproduksi

ulang atau dilebur kembali.

Tetapi apabila kerusakan yang terjadi tidak

begitu parah, misalnya warna tissue yang kusam

atau dengan pertimbangan lain seperti biaya

yang akan dikeluarkan akan lebih besar apabila

dilebur ulang, maka bila ada pembeli yang

berminat barang tersebut dijual dengan harga

khusus.

Adapun siklus dari produksi hingga ke inventori

dapat kami gambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Siklus Barang

Gambar 3.2. Siklus Akuntasi Biaya

Narotama Collectionhttp://ejournal.narotama.ac.id

Page 5: 04203119 Faisal Rahman m

5

3.1 Pokok Permasalahan

Permasalahan utama dari perusahaan ini

adalah sering terjadinya kekosongan

persediaan barang jadi maupun barang

setengah jadi (out of stock) yang

mengakibatkan terhambatnya pelayanan

kepada pelanggan yang akhirnya

mempengaruhi seluruh kegiatan dan tujuan

yang ditetapkan oleh perusahaan. Setelah kami

survei dan teliti ternyata penyebab oleh

perusahaan dari permasalahan ini adalah

perusahaan kesulitan dalam menentukan harga

pokok bahan baku yang dipakai dalam

produksi di departemen paper mill. Hal ini

disebabkan perusahaan tidak mempunyai

metode tertentu untuk menetapkan biaya

bahan baku yang digunakan untuk produksi di

departemen paper mill, sehingga barang yang

sudah setengah jadi terhambat untuk

dikeluarkan dari gudang persediaan barang

setengah jadi yang akan diolah lebih lanjut

oleh departemen converting. Akibat

keterlambatan di produksi paper mill akan

menghambat produksi converting,

keterlambatan di departemen converting akan

menghambat keluarnya barang jadi.

Untuk lebih jelasnya kami akan gambarkan

sistem yang ada saat ini secara garis besar.

(Gambar 3.3)

Gambar 3.3 level 0

3.2 Alternatif Penyelaisan Masalah yang Diusulkan

Dari permasalahan yang telah digambarkan

diatas, permasalahan pokok yang terjadi

adalah sulitnya departemen produksi untuk

menentukan biaya bahan baku yang digunakan

yang nantinya akan menentukan berapa harga

pokok dari produk yang dihasilkan, sehingga

barang jadi yang sebenarnya sudah siap

dipasarkan jadi tertunda karena tidak

mengetahui harga pokok barang yang

bersangkutan.

1. Metode First in First out (FIFO) Perpetual

Untuk mengatasi permasalahan ini, kami

menentukan metode penulisan dan

penentuan biaya bahan baku First in First

out (FIFO)

Karena dengan metode ini mempunyai

beberapa kelebihan antara lain :

a. Keluar dan masuknya barang dapat

diketahui dengan jelas.

b. Umum digunakan dalam perusahaan

baik dalam praktek

maupun secara teori.

c. Kualitas barang yang akan dijual

lebih terjaga, siklus barang yang juga

terjaga (Barang yang paling akhir

diproduksi akan digunakan dalam

produksi selanjutnya).

2. Dari Data Flow Diagram yang telah

digambarkan, jelas sekali bahwa yang

berhak meminta bahan baku ke gudang

bahan baku hanya departemen converting

saja, apabila departemen paper mill

membutuhkan bahan baku harus

mengajukan dahulu kepada departmen

converting lalu diteruskan kebagian

gudang bahan baku. Hal ini

mengakibatkan sistem administrasi dan

prosedur yang berbelit-belit dan

menghambat kelancaran produksi,

mengingat perusahaan juga menjual

produk setengah jadi.Untuk mengatasi hal

ini akan dibuat sistem yang baru dimana

masing-masing departemen produksi

berhak untuk meminta bahan baku ke

gudang bahan baku.

3. Dari alur sistem tersebut juga terlihat

bahwa masing-masing produksi baik

paper mill maupun converting hanya

berproduksi berdasarkan permintaan

barang / pesanan, sehingga apabila terjadi

banyak pesanan yang mendadak akan

terjadi overtime mesin dan apabila

pesanan sedikit akan terjadi pengurangan

penggunaan mesin (idle machine), karena

Narotama Collectionhttp://ejournal.narotama.ac.id

Page 6: 04203119 Faisal Rahman m

6

masing-masing produksi tidak mempunyai

stock pengaman (buffer stock). Hal ini

akan diatasi dengan menambahkan suatu

cek yang akan mengatur produksi agar

dibuat suatu ketentuan kapan tiap-tiap

mesin harus berproduksi.

4. DESAIN DAN ANALISA SISTEM

Berdasarkan permasalahan penyelesaian yang

telah dikemukakan di bab sebelumnya dapat

dibuat disain sistem yang sesuai dengan

kebutuhan permasalahan untuk membantu dalam

perancangan sistem.

Langkah – langkah sistem dapat dilakukan

sebagai berikut :

1. Pembuatan DFD

2. Pembuatan ERD

3. Normalisasi

4. Struktur Database

4.1 Pembuatan Data Flow Diagram (DFD) Sistem yang dibuat pada bab ini (Gambar 4.1)

telah merubah sistem yang telah kami

gambarkan pada bab sebelumnya yang banyak

mengalami kesulitan dalam menjalankan.

Perubahan ini antara lain masing-masing

departemen produksi berhak meminta bahan

baku ke gudang bahan baku, mengingat produksi

paper mill juga menjual barang setengah jadi ke

pasaran, sistem pencatatan dan perhitungan

bahan baku yang menggunakan sistem First in

First out (FIFO) perpetual Dan setiap proses

yang ada kami jelaskan seperti dibawah ini :

Gambar 4.1 level 0

4.2 Proses pemesanan barang

Pada saat tiap bagian membutuhkan barang yang

dibutuhkan, maka orang yang memerlukannya

mengisi surat pesanan / Permintaan Barang

(PPB) dan kepala bagian / manager bagian

tersebut harus menyetujui dengan memberikan

tandatangan pada surat tersebut.

4.3 Proses pembelian

Bagian pembelian melaksanakan pembelian

berdasarkan atas dasar surat Order Pembelian

Barang (OPB) dari bagian gudang Bahan Baku.

Untuk pemilihan pemasok atau supplier, bagian

pembelian mengirimkan surat permintaan

penawaran harga kepada supplier atau

melakukan pengecekan lewat telepon. Setelah

pemasok yang dianggap baik, baik dalam arti

kualitas barang, harga barang, pembayaran

maupun syarat-syarat pembelian, maka bagian

pembelian membuat surat order pembelian (OP)

yang ditujukan kepada pemasok yang dipilih.

4.4 Proses penerimaan barang datang

Bagian penerimaan barang yang bertugas

menerima barang, mencocokan jumlah, jenis

serta spefikasi yang sesuai dengan permintaan.

Apabila barang yang diterima telah sesuai

dengan permintaan, maka bagian penerimaan

membuat laporan penerimaan barang untuk

dikirim ke bagian akuntasi dan mengirimkan

barang tersebut ke bagian gudang.

4.5 Proses pencatan di bagian gudang

Bagian penerimaan menyerahkan ke bagian

gudang. Bagian gudang menyiapkan dan

mencatat jumlah dan jenis yang diterima ke

dalam kartu gudang atau stock barang. Kartu ini

digunakan untuk mencatat mutasi tiap jenis

barang. Kartu gudang hanya berisi informasi

jumlah tiap-tiap jenis barang yang disimpan di

gudang dan tidak berisi informasi mengenai

harganya. Catatan dalam kartu gudang diawasi

dengan catatan bagian akuntasi berupa kartu

persedian. Pada kartu persediaan inilah metode

FIFO dilaksanakan dalam perhitungan biaya

bahan baku.

4.6 Proses perhitungan hutang

Bagian pembelian menerima faktur pembelian

dari pemasok. Bagian pembelian memberikan

tandatangan diatas faktur pembelian, sebagai

Narotama Collectionhttp://ejournal.narotama.ac.id

Page 7: 04203119 Faisal Rahman m

7

tanda persetujuan bahwa faktur dapat dibayarkan

karena pemasok telah memenuhi syarat-syarat

yang telah ditentukan oleh perusahaan. Faktur

yang telah ditandatangani diserahkan kepada

bagian akuntasi. Bagian akuntasi memeriksa

faktur pembelian dan mencocokannya dengan

informasi tembusan surat order pembelian

barang (OPB) dan laporan penerimaan barang

yang diterima dari bagian penerimaan. Faktur

pembelian yang dilampiri dengan tembusan OPB

dan laporan OPB dicatat oleh bagian akuntansi

dalam jurnal pembelian. Setelah dicatat dalam

jurnal pembelian, faktur pembelian beserta

dokumen pendukungnya tersebut dicatat dalam

kartu persediaam pada kolom “diterima” dan

kartu hutang untuk mencatat timbulnya hutang

pada suplier.

4.7 Proses hitung biaya bahan baku Terdiri dari harga beli (yang tercantum dalam

faktur) ditambah dengan biaya-biaya pembelian,

dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai

bahan baku tersebut siap diolah, seperti biaya

angkutan, biaya pembongkaran, upah buruh

angkut dan lainnya. Diperusahaan ini biaya

bahan baku yang dipakai berdasarkan harga beli

yang ada di faktur pembelian, sedangkan biaya

angkutan dan lain-lainnya diperlakukan sebagai

unsur biaya overhead pabrik, dimana biaya-biaya

ini pada awal tahun anggaran, jumlah yang akan

dikeluarkan ditaksir selama satu tahun periode.

Biaya bahan baku akan dihitung dengan metode

First in First out (FIFO) perpetual

4.8 Proses quality control

Bagian quality control mengambil / menerima

contoh barang dari converting, lalu menguji

contoh tersebut seperti kadar air, kelembutran,

serat tissue, warna, apakah mengandung zat yang

mengandung racun dan lain sebagainnya.

Setelah contoh produk tersebut telah memenuhi

standart quality control, maka produk tersebut

layak dijual dan masuk stock gudang barang jadi,

tetapi apabila tidak memenuhi standart quality

control, hasil produksi barang tersebut dikirim ke

gudang barang rusak yang nantinya akan diolah

lagi atau dijual dengan harga lebih murah (hal ini

tergantung dari kebijaksanaan pimpinan). Sistem

ini telah teruji kebenarannya.

4.9 Pembuatan Entity Relationship Diagram (ERD)

Dalam penyusunan ER diagram ini, akan

diisikan file-file beserta atribut-atribut yang

ada dan diantara atribut-atribut tersebut salah

satunya digunakan sebagai field kunci

Kirim

Catat

Surat Jalan

Catat

Dicatat

Buat

Kirim_01

Gudang

Kode_Brg

Nama_Brg

Tgl_Masuk

Satuan

Jml_Masuk

Jml_Keluar

Jml_Sisa

Tgl_Keluar

Jml_Awal

Keterangan

Warna

OP

No_OP

Tgl

Kode_Brg

Kode_Supp

Harga_Satuan

Jml_Pesan

Total_Harga

Payment

Keterangan

Kartu_Persediaan

Kode_Brg

No_Bukti

Harga_Masuk

Harga_Keluar

Harga_Sisa

Kartu_Piutang

No_Faktur

Tgl

Kode_Supp

PD_Debet

PD_Kredit

Keterangan

Faktur_Beli

NO_BBM

Kode_Brg

Tgl

Jumlah

Warna

Keterangan

Customer

kode_cust

Nama_cust

Alamat_Cust

Telepon

Jenis_psr

Keterangan

Surat_Jalan

No_SJ

Kode_brg

Tgl

Kode_Cust

Jml_ecer

Jml_Karton

Supplier

Kode_Supp

Nama_Supp

Alamat_Supp

Kota

Telepon

Gambar 4.4 ERD ( Entity

RelationshipDiagram )

Narotama Collectionhttp://ejournal.narotama.ac.id

Page 8: 04203119 Faisal Rahman m

8

5. IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Input Data Kartu Persediaan Pada form ini diinputkan data barang-barang

yang ada pada kartu persediaan.Berikut ini

adalah contoh data yang diinputkan.

Kartu Persediaan

Kode Barang : BAR-00001

No Bukti : BTI-00001

Harga Masuk : 50000

Harga Keluar : 100000

Harga Sisa : 50000

Input Data :

Gambar 5.1 Input Data Persediaan

Output :

Gambar 5.2 Laporan Data Persediaan Barang

6. Kesimpulan

1. Dengan metode FIFO perpetual yang telah

didesain untuk pengendalian inventori, akan

dapat membantu permasalahan tersebut karena

dengan adanya metode yang digunakan dalam

sistem inventori akan memudahkan dalam

pengawasan. Dan dengan metode FIFO ini

akan mudah mengontrol keluar masuknya

barang, karena dapat dilihat dalam kartu

persediaan secara terinci yang akan

memudahkan pula dalam penentuan biaya

bahan baku yang digunakan sebagai dasar

dalam penentuan harga pokok barang yang

dihasilkan.

2. Dengan sistem terkomputerisasi untuk

mengetahui informasi data persediaan barang

menjadi lebih cepat dan efisien.

7. DAFTAR PUSTAKA

C.Lois Hohenstein. 1982, Practical Stock and

Inventori Techniques That Cut Coast and

Improve ProfitC.J. Date, 1995, An Introduction

to Database System, Six Edition, United States

Jogiyanto H.M.,1990, Sistem Analisa dan

Desain, Andi Offset, Yogyakarta

Jefrey L, Whitten, Lonnie D.Bettley, Victor

M.Barlow, 1989, System Analysis & Design

Methods, Second Edition, Boston

Mulyadi, 1991 Akuntasi Biaya. Edisi 5.

Universitas Gajah Mada.

Richard J. Tersine. 1984, Principles of Inventori

and Materials Management Second Edition,

New York

Narotama Collectionhttp://ejournal.narotama.ac.id