Upload
arif-partono-prasetio
View
14
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
#11 – APMMI 2014
1
Positioning dan Strategi Pemasaran berdasarkan Penguatan Merek
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas TELKOM, Bandung
Bachruddin Saleh Luturlean,
Arif Partono Prasetio [email protected],
aFakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom
bFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom
Abstraksi
Lembaga pendidikan sudah menjadi komoditas industri yang diperlakukan seperti suatu
perusahaan. Pertumbuhan perguruan tinggi swasta membuat persaingan memperebutkan
calon siswa berlangsung ketat. Persaingan dimulai bahkan ketika calon mahasiswa masih
menempuh pendidikan SMA-nya. Hal serupa dialami oleh Universitas Telkom di Bandung.
Salah satu faktor penting dalam keberhasilan pemasaran adalah dengan penerapan strategi
yang tepat sasaran. Strategi pemasaran yang dirancang perlu mengacu pada posisi Universitas
Telkom sekarang. Riset ini meneliti posisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom
saat ini dibandingkan tiga perguruan tinggi lain yang juga memiliki fakultas serupa (ekonomi
dan manajemen). Penelitian ini bertujuan mengetahui peta posisi perguruan tinggi di
Bandung (4 perguruan tinggi) berdasarkan persepsi mahasiswanya dan memberikan usulan
kajian strategi pemasaran Universitas Telkom untuk rekrutasi mahasiswa mendatang. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif dengan membandingkan cara 4 perguruan tinggi di
Bandung (Ekuitas, Widyatama, Telkom, dan Unisba). Selanjutnya dilakukan analisis
multidimensional scaling untuk memetakan posisi masing-masing perguruan tinggi. Penulis
menggunakan 10 dimensi untuk mengukur persepsi mahasiswa. Responden yang digunakan
adalah sebanyak 100 mahasiswa untuk setiap perguruan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Universitas Telkom diposisikan hampir sama dengan Unisba secara kualitas.
Keduanya relatif berdekatan sehingga bisa dikatakan ketat jika bersaing mendapatkan
mahasiswa. Secara keseluruhan Unisba masih lebih baik karena mereka dinilai terbaik untuk
7 dimensi sedangkan Universitas Telkom hanya 2 dimensi. Strategi pemasaran yang
disarankan kepada pihak Universitas Telkom harus mengacu pada faktor penting yang
menjadi dasar bagi calon mahasiswa dalam memilih perguruan tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa akreditasi, kemudahan lulusan dalam bekerja, dan kualitas dosen
merupakan faktor yangdianggap terpenting. Oleh karena itu strategi pemasaran Universitas
Telkom sebaiknya dirancang dengan penekanan pada ketiga faktor tersebut. Tentunya ini
#11 – APMMI 2014
2
tidak sekedar disajikan dalam konsep pemasaran saja akan tetapi juga diwujudkan dalam
prakteknya. Dengan fokus pada tiga faktor penting ini diharapkan pemasaran Universitas
Telkom bisa dirancang dengan lebih tepat sasaran dan efektif.
Kata Kunci: Strategi pemasaran, perguruan tinggi, lembaga pendidikan tinggi, strategi
bersaing, keunggulan bersaing.
Pendahuluan
Pengelolaan sebuah perguruan tinggi saat ini sudah tidak bisa dilakukan secara
konvensional. Meski lembaga pendidikan selayaknya tidak mengedepankan keuntungan,
tetapi fenomena sekarang sudah berubah. Perguruan tinggi yang berbasiskan pendanaan dari
lembaga atau yayasan tertentu secara mandiri sangat jarang. Bantuan dari pemerintah pun
bisa dikatakan sangat sedikit dan hanya pada bidang-bidangtertentu saja. Lebih banyak
perguruan tinggi yang harus menyediakan dana sendiri dan biasanya sumber penghasilan
utama mereka adalah dari penerimaan mahasiswanya. Dengan demikian semakin banyak
mahasiswa yang bersedia bersekolah di perguruan tinggi tersebut, maka potensi peningkatan
pendapatan bisa terjadi. Kondisi ini juga dialami perguruan tinggi di kota Bandung. Saat ini
ada setidaknya 115 perguruan tinggi di Bandung (BPS, 2013). Keberadaan jumlah sebanyak
ini tentu berpengaruh terhadap tingkat penerimaan mahasiswa baru setiap tahunnya. Salah
satu informasi terkait ketatnya persaingan memperebutkan pasar mahasiswa adalah ketika
salah satu lembaga yang bisanya menyelenggarakan dua kelas baru, untuk tahun ajaran
2014/2015 ini hanya mendapatkan mahasiswa satu kelas saja. Meski jumlah mahasiswa baru
yang mendaftar bukan merupakan satu-satunya ukuran keberhasilan perguruan tinggi, akan
tetapi kegagalan merekrut mahasiswa sesuai target bisa berdampak pada berkurangnya
pemasukan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Perguruan tinggi harus mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan untuk
mendapatan mahasiswa baru. Tidak terkecuali Universitas Telkom, khususnya pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis (FEB). Meski fakultas ekonomi merupakan salah satu fakultas yang
diminati calon mahasiswa, akan tetapi organisasi juga perlu menyadari bahwa perguruan
tinggi lain memiliki potensi untuk merancang kondisi yang bisa lebih mempengaruhi
ketertarikan calon mahasiswa. Saat ini FEB Universitas Telkom mentargetkan untuk
menerima setidaknya 400 orang mahasiswa baru (sumber internal Universitas Telkom).
Meski angka tersebut nampak sedikit jika di bandingkan dengan jumlah lulusan SMA di
#11 – APMMI 2014
3
Bandung yang sekitar 38.175 orang (Nurmatari, 2013) jumlah tersebut dirasa terbatas jika
dialokasikan ke 115 perguruan tinggi tersebut. Ini belum diperhitungkan banyaknya siswa
yang ingin masuk ke perguruan tinggi negeri dan lulusan yang tidak mampu secara ekonomis
sehingga tidak melanjutkan. Sebagai catatan tambahan, FEB Universitas Telkom saat ini
memiliki akreditasi A untuk Program Studi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan
Informatika dan B untuk Program Studi Akuntansi. Akreditasi ini diperoleh dari Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (Universtas Telkom, 2014).
Penjelasan dan angka-angka di atas memperlihatkan persaingan untuk
memperebutkan pangsa pasar mahasiswa akan berlangsung ketat. Masing-masing perguruan
tinggi harus memiliki keunggulan bersaing untuk bisa menarik calon mahasiswa tersebut.
Salah satu perguruan tinggi yang sudah menyadari pentingnya pemasaran strategis untuk
perguruan tinggi adalah Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta (UII, 2014). Akan tetapi
sebelum memilih atau membangun keungulan bersaing, ada baiknya jika perguruan tinggi
mengidentifikasi posisi mereka di pasar pendidikan tinggi. Penelitian ini mencoba
memetakan posisi dari empat perguruan tinggi di Bandung yang telah memiliki akreditasi
minimal B untuk fakultas ekonomi atau manajemennya. Ke empatnya adalah Universitas
Islam Bandung (Unisba), Universitas Widyatama (Utama), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Ekuitas (ekuitas), dan Universitas Telkom (Tel-U). Satu perguruan tinggi lain yang dinilai
memiliki pasar yang relatif sama, Universitas Pasundan tidak diteliti karena ketika
penyebaran kuesioner dilakukan, sedang menjalani masa libur setelah ujian.
Landasan Teori
Calon mahasiswa akan memilih perguruan tinggi swasta (PTS) yang terbaik
berdasarkan persepsi mereka. Persepsi ini terbentuk dengan cara membandingkan reputasi
antar PTS tersebut. Citra positif biasaya terbentuk jika PTS memiliki sarana prasarana belajar
yang baik, status akreditasi dan lulusannyapun tidak kesulitan dalam mencari pekerjaan
(Handayani et al, 2013). Kotler dan Armstrong mendefinisikan posisi merek/produk sebagai
bagaimana suatu produk atau jasa tersebut diidentifikasikan oleh konsumennya berdasarkan
atribut yang dinilai penting. Selanjutnya ketika konsumen mengidentifikasikan produk, jasa,
atau suatu merek, maka mereka akan membandingkan dengan yang sejenis (Kotler &
Armstrong, 2012:207). Agar organisasi bisa membangun cira positif, mereka perlu
menyajikan produk yang bisa memuaskan konsumennya. Atau setidaknya bisa membangun
persepsi positif di benak konsumennya.
#11 – APMMI 2014
4
Kotler & Armstrong (2012:188) menyarankan konsep strategi pemasaran yang
berorientasi pada konsumen. Langkah-langkah di dalam strategi tersebut antara lain;
membagi konsumen menjadi pangsa pasar yang berbeda (segmentasi), memilih konsumen
yang benar-benar tepat dengan produk/jasa (targeting), menciptkakan penawaran khas bagi
target pasar tertentu (diferensiasi), dan menempatkan konsepsi penawaran tersebut di benak
konsumen (pemposisian). Strategi pemasaran diyakini bisa mengarahkan organisasi untuk
lebih efektif dalam menjalankan program pemasarannya. Konsumen sangat beragam,
tersebar, dan memiliki kebutuhan serta preferensi membeli yang berbeda-beda (Kotler &
armstrong, 2012:190). Untuk memaksimalkan upayanya, organisasi harus membagi dan
mengidentifikasi jenis konsumen yang akan dilayani.
Untuk memposisikan suatu produk agar melekat di benak konsumen, organisasi harus
menyajikan produk yang unik. Dengan demikian pemposisian ini akan terkait erat dengan
diferensiasi produk atau jasa yang ditawarkan. Biasanya untuk menentukan langkah
diferensiasi dan pemposisian, para pemasar menggunakan perceptual positioning maps yang
akan memperlihatkan persepsi konsumen terhadap suatu produk/jasa yang dibandingkan
dengan produk/jasa yang ditawarkan oleh pesaing (Kotler & Armstrong, 2012:208).
Berdasarkan hasil yang didapat, organisasi kemudian menetapkan keunikan penawarannya
yang biasanya dikaitkan dengan manfaat yang bisa diperoleh konsumen dengan membeli
produk/jasa tersebut. Seperti contoh, misalnya Dunkin Donuts dan Starbuck yang sama-sama
menjual kopi. Meski produknya serupa, tetapi masing-masing memiliki konsumen tersendiri
karena apa yang ditawarkan dan dipersepsikan berbeda.
Hal ini juga sama berlaku bagi industri pendidikan. Keunikan ini diharapkan bisa
menjadi keunggulan bersaing bagi perguruan tinggi dalam menarik minat calon mahasiswa
(Beneke, 2011). Meski yang ditawarkan adalah serupa, akan tetapi masing-masing organisaisi
perlu merancang konsep pemasaran yang menonjolkan keunikan mereka. Dengan demikian
konsumen bisa mengidentifikasi dengan lebih tepat mana yang sesuai dengan kebutuhannya.
Pemposisian dan diferensiasi ini juga bisa menghindarkan organisasi dari pemborosan biaya
pemasaran karena target yang dituju sudah jelas. Untuk itu, diperlukan perancangan strategi
pemasaran yang baik.
Strategi pemasaran adalah bagian dari hirarki dalam suatu perusahaan. Pada dasarnya
perusahaan memiliki tiga tingkatan strategi, korporasi, bisnis, dan fungsional. Strategi
pemasaran merupakan strategi fungsional (Assauri, 2012:77). Di dalam suatu strategi terdapat
beberapa komponen yang perlu dipertimbangkan; cakupan wilayah, sumberdaya yang
dimiliki, diferensiasi atau keunggulan bersaing, perencanaan, dan terakhir teknis
#11 – APMMI 2014
5
implementasinya. Sebagai bagian dari strategi fungsional, maka strategi pemasaran haruslah
berorientasi pada tingkat operasional. Meski demikian dalam pelaksanaannya harus terkait
dengan strategi pada tingkat bisnis. Pada tingkatan ini organisasi harus bisa
mengkoordinasikan sumberdaya pemasaran yang dimiliki untuk menjalankan kegiatan yang
ditujukan pada pasar tertentu. Dengan demikian hal penting yang harus ditetapkan di awal
adalah menentukan pasar sasaran. Setelah teridentifikasi, maka selanjutnya mereka bisa mulai
fokus pada penentuan diferensiasi atau keunggulan bersaing yang akan ditonjolkan.
Mengingat pemasaran bukan merupakan kegiatan yang terlepas sendiri, maka perlu juga
dipertimbangkan keputusan sinergi antara bauran pemasaran yang lain (harga, layanan,
lokasi, promosi, dan lainnya). Sehingga pada akhirnya strategi pemasaran yang ditentukan
bisa berjalan searah dengan keputusan lain di bidang pemasaran. Salah satu yang ditekankan
disini adalah konsep reputasi merek atau citra merek. Citra merek dinilai penting dalam aspek
pemasaran karena saat ini perguruan tinggi tidak bisa dilepaskan dari komersialisasi (Beneke,
2011). Perlunya citra merek yang kuat bagi perguruan tinggi dikemukakan oleh Cosser
(Beneke, 2013). Dikemukakan bahwa reputasi suatu lembaga atau program studi meruakan
kriteria utama yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan tempat belajar. Citra merek
perguruan tinggi yang bak akan berdmpak pada citra kualitas lulusannya, memberikan
keunggulan dalam proses rekrutmen, meningkatkan kredibilitas karya ilmiah, dan
memberikan keuntungan dalam strategi beriklan atau promosi.
Berdasarkan konsepsi di atas, khususnya terkait pentingnya program pemasaran
terpadu bagi lembaga pendidikan, maka penulis melakukan penelitian dengan tema strategi
pemasaran lembaga pendidikan berdasarkan peta persepsi perpetual konsumen di perguruan
tinggi Bandung. Penelitian ini akan mengidentifikasi posisi Universitas Telkom di mata
konsumen dan kemudian memberikan saran strategi pemasaran untuk merekrut mahasiswa
baru. Di dalam mengkaji strategi bersaing pada perguruan tinggi, penulis mengidentifikasi
beberapa penelitian yang membahas hal serupa; Supandi et al (2009), Handayani et al (2013),
Beneke (2011), Raj et al (2013), dan Widyaningrum & Herawati (2013).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik sampling Non probability sampling dengan
metode convenience sampling. Non Probability sampling merupakan teknik pengambilan
sampel dimana setiap orang dari populasi tidak memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih
(Zikmund, 2010:395). Sedangkan convenience sampling adalah proses pengambilan sample
dimana setiap element populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai
#11 – APMMI 2014
6
responden (Sekaran & Bougie 2010:279). Terkait dengan batasan penelitian di Kota
Bandung, maka penulis menggunakan perguruan tinggi yang beroperasi di wilayah tersebut.
Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan kuisioner yang disebar di empat
perguruan tinggi. Responden yang digunakan di dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang
sudah berkuliah di masing-masing perguruan tinggi yang dipilih. Untuk menghitung jumlah
sample penulis menggunakan rumus dari Bernoulli (Zikmund 2010:436). Penggunaan rumus
Bernoulli dikarenakan jumlah pasti populasi tidak diketahui sehingga untuk menentukan
ukuran sampel minimum tidak bisa digunakan tabel karena jumlah sampel yang diambil
harus cukup mewakili populasi responden yang diteliti. Penelitian menggunakan tingkat
ketelitian ( ) 5%, tingkat kepercayaan 95%, tingkat kesalahan sebesar 10%, dan probabilitas
kuisioner benar (diterima) atau salah (ditolak) masing-masing adalah 0,5. Berdasar
perhitungan dipdapatkan angka 96.04 yang akhirnya dibulatkan menjadi 100 responden per
perguruan tinggi.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah multidimensional scaling.
Menurut Zikmund et.al (2010:599), multidimensional scaling merupakan prosedur dimana
peneliti bisa menentukan gambaran yang sesuai dengan sekumpulan objek. Analisis
multidimensional scalingbertujuan mengubah penilaian kesamaan ataupun preferensi dari
konsumen dalam bentuk jarak yang ditampilkan dalam ruang multidimensional. Menurut
Hair et al (2013:478) multidimensional scaling (MDS), juga dikenal dengan pemetaan
perseptual, suatu prosedur yang membantu peneliti dalam menentukan persepsi relatif
terhadap cuatu citra (perusahaan, produk, jasa). Tujuan MDS adalah untuk mengubah
penilaian konsumen terhadap suatu preferensi (merek, produk) menjadi tampilan jarak yang
diwakili oleh ruang multidimensional. Teknik ini digunakan untuk menganalisis atau
menentukan posisi dari perguruan tinggi yang diteliti, Universitas Telkom dibandingkan
dengan pesaingnya.
Pendekatan riset yang digunakan adalah riset bisnis yang bertujuan untuk
meminimalkan ketidakpastian dan membantu dalam menghasilkan keputusan. Menurut
Zikmund (2010:54) terdapat sedikitnya tiga jenis riset bisnis; eksploratori, deskriptif, dan
kausal. Penelitian ini akan menggabungkan dua jenis eksploratori dan deskriptif. Penelitian
deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran situasi dan posisi perguruan tinggi.
Sedangkan penelitian eksploratif diterapkan untuk untuk menjelaskan suatu kondisi yang
ambigu atau menggali potensi bisnis yang ada. Seringkali riset eksploratif ini menjadi awal
dari riset selanjutnya yang lebih fokus untuk mengkaji masalah yang ada (Zikmund,
#11 – APMMI 2014
7
2010:54). Pada penelitian ini riset eksploratif akan menjadi dasar penentuan alternatif strategi
yang bisa digunakan oleh Universitas Telkom dalam menangkap pangsa pasar mahasiswa
baru.
Hasil Penelitian
Bagian pertama menyajikan persepsi mahasiswa terhadap perguruan tinggi dimana
mereka saat ini menjalani studi. Sebelum itu pada Tabel 1 akan disajikan profil responden per
perguruan tinggi berdasarkan lamanya mereka menjalani pendidikan.
Tabel 1 Profil Responden Berdasarkan Lamanya Menjalani Pendidikan
Tahun Pendidikan UTAMA TEL-U UNISBA EKUITAS Total %
Tahun 1 12 6 7 17 42 10.50%
Tahun 2 74 74 78 67 293 73.25%
Tahun 3 8 12 11 9 40 10.00%
> Tahun 3 6 8 4 7 25 6.25%
Total 100 100 100 100 400
Berdasarkan tabel tersebut, nampak sebagian besar responden adalah mahasiswa pada
tahun kedua. Hal ini relatif mudah dipahami karena pada tahun ini mereka sudah lebih lama
berinteraksi dengan kampus dan meluangkan waktu lebih banyak di kampus.
Pada Tabel 2, penulis menyajikan profil responden berdasarkan daerah asal mereka. Hal ini
dilakukan untuk mengidentifikasi berapa banyak mahasiswa yang berasa dari luar Kota
Bandung.
Tabel 2 Profil Responden Berdasarkan Daerah Asalnya
Daerah Asal UTAMA TEL-U UNISBA EKUITAS Total %
Bandung 35 28 35 24 122 30.50%
Jakarta 9 15 18 21 63 15.75%
Jawa Barat 14 13 16 14 57 14.25%
Jawa Tengah 18 20 11 20 69 17.25%
Jawa Timur 8 10 11 12 41 10.25%
Luar Jawa 16 14 9 9 48 12.00%
Total 100 100 100 100 400
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar mahasiswa masih berasal dari
Kota Bandung. Akan tetapi persentasenya relatif tidak terlalu besar. Sedangkan mahasiswa
dari daerah lain secara rata-rata memiliki kisaran jumlah yang relatif sama. Ini
mengindikasikan bahwa Kota Bandung menarik mahasiswa dari daerah secara merata. Tidak
ada daerah khusus yang jumlah mahasiswanya mendominasi. Selanjutnya penulis
menampilkan hasil penelitian terkait peta posisi perguruan tinggi yang menjadi objek
penelitian ini. Seperti diketahui di dalam penelitian ini digunakan 10 dimensi untuk
mengukur posisi empat perguruan tinggi; Universitas Telkom, Universitas Islam Bandung,
Universitas Widyatama, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ekuitas. Ke sepuluh dimensi
tersebut adalah :
#11 – APMMI 2014
8
Tabel 3 Sepuluh Dimensi untuk Mengukur Posisi Perguruan Tinggi
Row 1 Biaya perkuliahan terjangkau
Row 2 Kualitas dosen (pendidikan & pengalaman)
Row 3 Lulusannya mudah bekerja
Row 4 Sarana Perpustakaan (jumlah & kemudahan proses)
Row 5 Tersedia beasiswa bagi mahasiswa
Row 6 Fasilitas untuk kegiatan mahasiswa (dana & dukungan)
Row 7 Kepedulian dosen
Row 8 Sarana laboratorium/penelitian
Row 9 Sarana perkuliahan yang lengkap (ruangan & pendukungnya)
Row 10 Pelayanan staf akademik dan sekretariat
Menggunakan metode pengukuran Multidimensional Scalling ALSCAL dan dibantu
program SPSS versi 22, penelitian ini menghasilkan peringkat atau ranking untuk setiap
dimensi yang digunakan. Perlu diperhatikan disini adalah bahwa posisi ke empat perguruan
tinggi tersebut diperoleh dari persepsi responden yang merupakan mahasiswa di perguruan
tinggi masing-masing. Sebelum melangkah lebih lanjut, penulis melakukan uji validitas
dengan melihat R-Square (RSQ). Suatu model multidimensional scaling diterima jika RSQ
≥0,6 (Hair et al, 2013:477). Semakin tinggi nilai RSQ, maka model ini semakin baik. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa RSQ pada adalah sebesar 1.000 yang berarti bisa diterima.
Dalam penelitian multidimensional scaling uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan stress measure. Menurut Hair et.al (2013:496), stress measure menunjukkan
proporsi varians kesenjangan (perbedaan jarak antara objek pada peta persepsi dengan
penilaian responden) yang tidak dijelaskan oleh model. Rumus yang sering digunakan untuk
mengukur stress measure yaitu rumus Kruskal. Untuk interpretasi berlaku prinsip “Semakin
rendah stress measure, semakin baik model MDS yang dihasilkan”. Untuk mengetahui
indikator stress measure penulis menggunakan kajian Maholtra dalam buku Simamora
(2005:269). Berikut adalah tabel kesesuaian yang dimaksud:
Tabel 4 Goodness of Fit
Stress Index of Fit
20 Poor
10 Fair
5 Good
2.5 Excellent
0 Perfect
Perhitungan statistik melalui SPSS 22 menunjukkan stress measure sebesar 0,022
(2,2%). Berdasarkan Tabel 4, nilai 4,1% terdapat di antara kategori Excellent dan Perfect.
Model MDS yang ada dapat dikatakan baik dan bisa digunakan dalam penelitian ini. Hasil
perhitungan SPSS disajikan sebagai berikut;
#11 – APMMI 2014
9
Gambar 2 Hasil Perhitungan Stress Measure dan RSQ
Pembahasan berikutnya menyajikan hasil pemetaan posisi berdasarkan dan
kedekatannya dengan masing-masing dimensi. Gambar ini merupakan gabungan antara
semua pemetaan posisi perguruan tinggi yang diteliti. Pada gambar tersebut nampak posisi
Universitas Telkom dibandingkan perguruan tinggi lain.
Gambar 2. Peta Posisi Perguruan Tinggi Berdasarkan Keseluruhan Dimensi
Pada Gambar 2, nampak posisi Universitas Telkom lebih dekat (unggul) pada dimensi
row 3 (lulusannya mudah bekerja) dan row 6 (fasilitas untuk kegiatan mahasiswa). Pada
gambar tersebut juga nampak bahwa pesaing terdekat Universitas Telkom adalah Universitas
Islam Bandung. Perguruan tinggi ini memiliki keunggulan pada row 1, 2, 4, 7, 8, 9, 10.
Tabel 5 Faktor Penting yang Menjadi Pertimbangan Memilih Perguruan Tinggi
FAKTOR PENTING TELKOM UTAMA UNISBA EKUITAS RATA2
1. Akreditasi 2.69 2.81 2.69 2.74 2.7325
2. Prospek Alumni/Lulusannya 3.11 3.81 3.23 3.06 3.3025
3. Kualitas dosen 3.73 3.77 3.62 3.7 3.705
4 Biaya kuliah 4.01 4.1 3.89 4.12 4.03
5. Ada Beasiswa 5.36 4.86 5.09 4.81 5.03
6. Lokasi 6.15 5.37 6.14 5.86 5.88
7. Sarana kegiatan mahasiswa 6.06 6 5.81 5.97 5.96
8. Kemudahan untuk lulus 6.07 6.35 6.29 6.6 6.3275
9. Informasi/promosi menarik 7.85 7.73 8.23 8.05 7.965
Hal positif bagi Universitas Telkom disini adalah jika mengacu pada Tabel 5
mengenai faktor-faktor yang dianggap penting oleh mahasiswa ketika mempertimbangkan
perguruan tinggi yang akan dimasuki, mereka menilai bahwa kemudahan lulusan untuk
bekerja menduduki urutan kedua dibawah akreditas perguruan tinggi tersebut. Artinya,
Universitas Telkom sudah memiliki keunggulan yang menjadi daya tarik bagi calon
#11 – APMMI 2014
10
mahasiswa. Meski demikian, penelitian ini akan lebih bermanfaat dan akurat lagi jika
respondennya dikembangkan pada siswa pada tingkat pendidikan menengah atas. Mengingat
keterbatasan waktu, maka riset ini menggunakan responden dari tingkat mahasiswa, dengan
mengasumsikan preferensi pemilihan mereka akan perguruan tinggi relatif sama dengan
siswa sekolah menengah atas.
Pembahasan
Bagi Universitas Telkom, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pesaing
terdekatnya adalah Unisba. Hal ini nampak dari kedekatan kedua perguruan tinggi tersebut
pada Gambar 2. Meski terletak pada kuadran yang sedikit berbeda, akan tetapi keduanya
saling bersaing secara ketat pada beberapa dimensi; kualitas dosen, lulusannya mudah
bekerja, fasilitas kegiatan mahasiswa, kepedulian dosen, sarana laboratorium, dan sarana
perkuliahan yang lengkap. Kondisi ini memberikan wawasan bagi Universitas Telkom untuk
memperbaiki strategi pemasarannya dengan memperhatikan kajian pada Tabel 5.
Tabel 5 menunjukkan faktor penting yang menjadi pertimbangan mahasiswa (calon
mahasiswa) dalam memilih perguruan tinggi. Informasi pada tabel tersebut sudah disusun
secara runtut dari yang dianggap paling penting (akreditasi) hingga yang tidak penting
(informasi atau promosi yang menarik). Identifikasi terhadap faktor ini sangat diperlukan
bagi organisasi agar bisa merancang program pemasaran yang tepat sasaran. Selanjutnya,
organisasi juga harus mempertimbangkan sumberdaya yang dimilikinya dalam menentukan
strategi pemasarannya. Hal ini perlu diperhatikan agar apa yang direncanakan pada akhirnya
bisa terealisir karena organisasi memiliki sumberdaya yang cukup (waktu, dana, manusia).
Apabila mengacu pada faktor penting yang dipersepsikan oleh mahasiswa, maka
sebaiknya Universitas Telkom tidak fokus pada model pemasaran tradisional. Strategi yang
tepat menurut penulis adalah mengembangkan pemasaran berdasarkan penguatan aspek
merek. Jika dilihat dari faktor penting pada Tabel 5, nampak bahwa tingkat akreditasi
merupakan faktor yang dianggap paling penting dalam pertimbangan memilih tempat belajar.
Kemudian prospek lulusan perguruan tinggi dalam bekerja adalah faktor kedua yang
dianggap penting, dan diikuti oleh faktor selanjutnya adalah kualitas dosen. Universitas
Telkom harus mampu menguatkan dan mengkaitkan posisi merek mereka berdasarkan ke tiga
faktor utama ini. Konsumen akan merasa dan menilai bahwa merek Universitas Telkom
cukup kuat dan bisa memenuhi kebutuhan mereka di kemudian hari. Berikut penulis
memberikan alternatif strategi pemasaran bagi Universitas Telkom dengan mengoptimalkan
tiga faktor penting utama.
#11 – APMMI 2014
11
Faktor pertama, akreditasi, saat ini FEB Universitas Telkom masih memiliki
keunggulan mengingat poin akreditas A untuk Prodi MBTI dan B untuk Prodi Akuntansi.
Mengingat mahasiswa menganggap faktor ini penting, maka di dalam strategi pemasarannya
Universitas Telkom bisa mengeksploitasi tingkat akreditasi yang sudah bagus ini. Di dalam
setiap media pemasaran penulis menyarankan agar selalu menonjolkan unsur akreditasi
tersebut. Hal ini sangat perlu dilakukan mengingat belum semua calon mahasiswa dan juga
orangtua siswa mengerti apa itu akreditasi dan hubungannya dengan kualitas sebuah
perguruan tinggi.
Beralih dari penguatan citra dari sisi tingkat akreditasi, pada urutan kedua adalah
bagaimana peluang lulusan Universitas Telkom dalam mencari pekerjaan atau berwiraswasta.
Kesempatan mendapatkan pekerjaan atau membangun usaha sendiri merupakan kendala bagi
lulusan sarjana. Ketika jumlah lulusan meningkat maka perusahaan memiliki nilai tawar yang
lebih baik sehingga mereka akan memilih lulusan terbaik. Beberapa hal yang bisa dilakukan
oleh Universitas Telkom untuk meningkatkan peluang bagi lulusannya dalam bekerja atau
berwiraswasta adalah menjalin hubungan dengan pihak industri. Meski saat ini hal tersebut
sudah dilakukan, penulis menilai masih banyak peluang lain yang bisa dioptimalkan. Salah
satunya adalah bagi lulusan dengan indeks prestasi kumulatif tertentu bisa dijaminkan untuk
mendapatkan pekerjaan misalnya di lingkungan kelompok usaha Telkom. Cara lain adalah
menjalin interaksi mutualisme dengan para alumni yang sudah berhasil. Interaksi dengan
alumni harus dilakukan dengan rutin dan berkualitas. Tidak sekedar mengundang mereka
untuk berbagi pengalaman, tetapi bisa juga dibuat kesepakatan yang memungkinkan alumni
FEB Unversitas Telkom mendapat prioritas tertentu. Masih terkait alumni, pihak Universitas
Telkom bisa mengajak mereka untuk menjadi salah satu pembicara ketika sedang melakukan
roadshow ke sekolah-sekolah yang menjadi target pasarnya. Melalui cara ini, calon
mahasiswa bisa melihat bukti nyata keberhasilan sistem pendidikan di Universitas Telkom.
Alternatif strategi yang terakhir terkait dengan kualitas dosen. Ukuran seorang dosen
yang baik ini sangat beragam dan mahasiswa memiliki preferensi yang luas mengenai dosen
yang baik. Mahasiswa tertentu menyukai suasana kuliah dimana dosennya mengelola kelas
dengan suasana santai, akan tetapi ternyata ada mahasiswa lain yang tidak menyukai suasana
tersebut. Menghadapi keragaman ukuran tersebut, Universitas Telkom sebaiknya fokus pada
fungsi utama seorang dosen. Dosen bertugas mentransfer pengetahuan kepada mahasiswa dan
menjadi agent of change bagi mahasiswa tersebut. Tentunya pihak perguruan tinggi telah
memilii standar kualitas dosen yang akan mengajar disana. Akan tetapi tidak ada salahnya
dilakukan studi banding baik ke perguruan tinggi di dalam negeri maupun di luar negeri.
#11 – APMMI 2014
12
Melalui cara ini diharapkan kualitas dosen di Universitas Telkom bisa lebih meningkat. Apa
yang positif dari hasil studi banding tersebut bisa diterapkan. Beberapa indikator kualitas
dosen antara lain tingkat pendidikan (syarat formal), kesesuaian dan keluasan pengalaman di
bidang yang diajarkan, fleksibilitas dalam menjalin interaksi dengan mahasiswa, integritas,
dan komitmen terhadap pengembangan pendidikan dan sumberdaya manusia.
Pembahasan mengenai alternatif strategi pemasaran tersebut memang nampak unik
karena tidak mengacu pada konsep pemasaran pada umumnya. Penulis menilai bahwa
aktivitas pemasaran yang saat ini dilakukan relatif sudah baik. Akan tetapi pemasaran yang
ditujukan untuk menarik calon konsumen akan lebih memiliki kekuatan jika didukung
dengan kondisi internal yang baik juga. Universitas Telkom sebaiknya mempertahankan dan
meningkatkan faktor-faktor yang dianggap penting bagi calon mahasiswa dalam memilih
perguruan tinggi. Berdasarkan penelitian kali ini, penulis berpendapat bahwa tiga faktor
utama; akreditasi, kemudahan lulusan dalam bekerja, dan kualitas dosen menjadi fokus utama
yang perlu diangkat atau dikuatkan citranya.
Penutup
Posisi Unversitas Telkom jika dibandingkan dengan tiga perguruan tinggi lain relatif
cukup baik karena menempat urutan kedua secara rata-rata. Hal yang terpenting adalah
akreditasi A dan B yang dimiliki lembaga. Dikatakan demikian karena tingkat akreditasi ini
merupakan faktor utama yang digunakan mahasiswa dalam memilih tempat belajar.
Universitas Telkom juga memiliki kelebihan dalam hal kemudahan lulusannya dalam
bekerja. Faktor ini menduduki peringkat kedua dari faktor yang dianggap penting. dengan
demikian Universitas Telkom sudah memiliki dua faktor yang dianggap penting oleh calon
mahasiswa. Ditambah lagi dengan faktor ketiga yaitu kualitas dosen yang saat ini masih
dipersepsikan pada peringkat dua. Dengan kekuatan yang dimiliki Universitas Telkom
sebaiknya merancang pemasaran dengan mengedepankan citra mereka. Membangun citra ini
dilakukan berdasarkan ketiga faktor penting tersebut. Ketiganya diharapkan bisa menjadi
keunggulan bagi Universitas Telkom karena saat ini persepsi mahasiswa relatif baik.
Penelitian ini masih terbatas pada empat perguruan tinggi di Bandung. Pada
kesempatan berikut cakupan ini akan diperluas dan menggunakan konsepsi strategi pemsaran
lain disamping penguatan citra merek. Persaingan antar pergurauan tinggi di Bandung
menjadikan riset semacam ini dalam skala lebih besar dan dengan responden lebih luas
(mahasiswa, calon mahasiswa, orang tua, masyarakat) akan bermanfaat bagi perguruan tinggi
dalam merancang strategi pemasarannya dengan lebih efektif.
#11 – APMMI 2014
13
Daftar Pustaka
Assauri, Sofjan. (2012). Strategic Marketing. Sustaining Lifetime Customer Value. Jakarta:
Rajawali Press.
Beneke, J.H. (2011). Marketing the Institution to Prospective Students, A Review of Brand
(Reputation) Management in Higher Education. International Journal of Business and
Management. Vol. 6, No. 1, pp. 29-44.
Simamora, Bilson. (2005). Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
BPS Bandung, 2013. http://bandungkota.bps.go.id/subyek/pendidikan. Di akses 12 November
2014.
Nurmatari, Avitia. (2013). Kelulusan UN SMA di Bandung 100 Persen, Ayi Imbau Siswa
Tidak Konvoi. http://news.detik.com/bandung/read/2013/05/24/130259/2254991/
486/kelulusan-un-sma-di-bandung-100-persen-ayi-imbau-siswa-tidak-konvoi. Di
akses 12 November 2014.
Handayani, Tati, Dwi M., Bernadin, Triwahyuningtyas, Nunuk (2013). Analisis Perceptual
Mapping Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta Selatan. Journal & Proceeding
Universitas Jenderal Soedirman. Vol. 3, No. 1.
Hair Jr, J.F.,Black, W.C., Babin, B. J., Anderson, R.E. (2013). Multivariate Data Analysis, 7th
Edition. Edinburgh Gate: Pearson Education Limited.
Kotler, P. & Armstrong, G. (2012). Principle of Marketing, 14th edition. New Jersey: Pearson
Education Inc.
Raj, Maria Antony, Raguraman M., Veerappan, R. (2013). Marketing of Educational
Services: A New Strategy for Customer Satisfaction. International Journal of
scientific research and management. Vol. 1, Issue 8, pp 435-440.
Supandi, Epha Diana, Wardati, Khurul, Kuswidi, Iwan. (2009). Aplikasi Multidimensional
Scalling (Studi Kasus : Analisis Segmentasi dan Peta Posisi UIN Sunan Kalijaga
terhadap Perguruan Tinggi di Yogyakarta). Prosiding Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika.
UII. (2014). Promosi Perguruan Tinggi Perlu Kembangkan Strategi Brand Management.
http://www.uii.ac.id/content/view/2626/257/. Di akses 10 November 2014.
Universitas Telkom. (2014). http://www.telkomuniversity.ac.id/index.php/page/ acreditation-
ban-pt. Di akses 10 November 2014.
Widyaningrum, Endah & Herawati, F. Anita. (2013). Positioning Universitas Atma Jaya
Yogyakarta (Studi Deskriptif Kuantitatif mengenai Peta Persepsi Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, Universitas Kristen Duta Wacana,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Universitas Islam Indonesia, dan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Benak Siswa SMA yang
Menyelenggarakan Expo Pendidikan di Kota Yogyakarta).
Zikmund, W.G.; Babin, B.J.; Carr, J.C.; dan Griffin, M. (2010). Business Research
Methods, 9th edition. Australia: South-Western Cengage Learning.