122
PENGARUH PERSEPSI SUPERVISOR ATAS PENERAPAN SPPD DETASERING, KESESUAIAN PENEMPATAN DAN ROTASI PENUGASAN TERHADAP MOTIVASI SUPERVISOR DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI KONSTRUKSI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA SUPERVISOR PADA PT PLN (PERSERO) JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI UNIT MANAJEMEN KONSTRUKSI II TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat Magister Management Oleh ARDILA AZUHARY 041214353014 Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Airlangga Surabaya 2016

repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/55856/13/ARDILA 1-min.pdf · PENGARUH PERSEPSI SUPERVISOR ATAS PENERAPAN SPPD DETASERING, KESESUAIAN PENEMPATAN DAN ROTASI PENUGASAN TERHADAP

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH PERSEPSI SUPERVISOR ATAS PENERAPAN SPPD DETASERING,

    KESESUAIAN PENEMPATAN DAN ROTASI PENUGASAN TERHADAP MOTIVASI

    SUPERVISOR DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI KONSTRUKSI

    DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA SUPERVISOR PADA PT PLN (PERSERO)

    JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI UNIT MANAJEMEN KONSTRUKSI II

    TESIS

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

    Derajat Magister Management

    Oleh

    ARDILA AZUHARY

    041214353014

    Program Magister Manajemen

    Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Airlangga

    Surabaya

    2016

  • PERNYATAAN

    Saya, (Ardila Azuhary, 041214353014) menyatakan bahwa.

    I. Tesis saya ini adalah as li dan benar-benar hasil karya saya sendiri, dan bukan

    has il karya orang lain dengan mengatasnamakan saya, serta bukan merupakan

    hasil peniruan atau penjip lakan (plagiarism) dari karya orang lain. Tesis ini belum

    pemah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas

    Airlangga, maupun di perguruan tinggi laiJUlya

    2. Dalam Tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

    dipublikasikan orang la in , kecuali secara tertl.llis jelas dicantumkan sebagai acuan

    dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar kepustakaan.

    3. Pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabi la dikemudian hari

    terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalarn penyataan ini, maka saya

    bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yarlg telah diperoleh

    karena karya tulis Tesis ini, serta sanksi-sanksi lainma sesual dengan norma dan 'Ii

    peraturan yang berlaku di Universitas Airlangga.

    Surabaya, 01 Agus(l.ls 2016

    Ardila Azuhary ~1'1. 041214353014

    11

    http:Agus(l.ls

  • PENGARUH PERSEPSI SUPERVISOR ATAS PENERAPAN SPPD DETASERING,

    KESESUAJAN PENEMPATAN DAN ROTASI PENUGASAN TERHADAP MOTIVASI

    SUPERVISOR DALAM PELAKSANAAN KEGJATAN SUPERVISI KONSTRUKSI

    DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA SUPERVISOR PADA PI' PLN (PERSERO)

    JASA MANAJEMEN KONSTRUKSI UNIT MANAJEMEN KONSTRUKSI II

    Diajukan oleh

    ARDILA AZUHARY

    0412143530 14

    Telah ctisetujui oleh

    Pembimbing Utama,

    . Fendy Subariadi, MT., Psi. Tanggal: II) Agustus 2016

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Magister Manajemen

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univers itas Airlangga

    D . a ca ra Premanaoto, SE., Msi. NIP. 197407221999031001

    III

    TanggaJ: 113 Agustus 2016

  • HALA~PERSETUJUAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

    Nama : Ardila Azuhary

    NIM : 041214353014

    l'elah melakukan perbaikan terhadap Tesis yang berjudul Pengaruh Persepsi Supervisor Atas Penerapan Sppd Detasering, Kesesuaian Penernpatan Dan Rotasi Penugasan Terhadap Motivasi Supervisor Dalam Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Konstruksi Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Supervisor Pada PT PLN (Persero) Jasa Manajernen Konstruksi Unit Manajemen Konstruksi II

    sebagaimana disarankan oleh tim penguji pada tanggal16 Agustus 2016.

    Tim Penguji

    Ketua, Sekretaris,

    Dr. Dwi Ratmawati, M.Com.

    Anggota,

    Dr. Tri Siwi Agustina, SE., MSi

    IV

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

    karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul : ”Pengaruh Persepsi

    Supervisor atas Penerapan SPPD Detasering, Kesesuaian Penempatan dan Rotasi

    Penugasan Terhadap Motivasi Supervisor Dalam Pelaksanaan Kegiatan Supervisi

    Konstruksi Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Supervisor Pada PT PLN (Persero)

    Jasa Manajemen Konstruksi Unit Manajemen Konstruksi II”

    Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Prof. Dr. Fendy Suhariadi,

    MT., Psi. selaku pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah

    memberikan dorongan, bimbingan, arahan, kritik, saran dalam penelitian ini.

    Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada :

    1. Dr. Gancar C. Premananto, S.E.,M.Si selaku Kepala Program Studi Magister

    Manajemen Universitas Airlangga

    2. Seluruh Tim Dosen Program Magister Management Universitas Airlangga

    yang telah membekali penulis dengan ilmu dan wawasan yang luas

    3. Orang Tuaku tercinta Sadelie Said dan Liliek Hariyanti yang senantiasa

    memberikan bantuan kasih sayang, doa dan materi yang tiada tara.

    4. Istri tercinta Eka Wilda Faida, SKM., Mkes yang penuh dengan kesabaran

    memberikan dorongan dan semangat demi kelancaran studi ini

  • vi

    5. Putri-putri kecilku Kaysah Rafani Azuhary dan Alysha Alodia Azuhary yang

    terus memberikan keceriaan dan inspirasi dalam penyelesaian tesis ini.

    6. Pak Tuwari, Bu Rita, Mbak Asih beserta seluruh staf dan karyawan MM

    Universitas Airlangga yang telah menerima serta bekerjasama dengan baik

    selama penulis berkuliah di MM

    7. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan sampai

    terselesainya pendidikan

    Penulisan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik

    yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

    Dan semoga tesis ini dapat memberikan manfaat.

    Surabaya, 1 Agustus 2016

    Penulis

  • vi

    ABSTRAK

    Dalam sebuah perusahaan, Sumber Daya Manusia memiliki peran dan fungsi

    yang sangat penting dalam usahanya untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengelolaan

    dan pemanfaatan sumber daya manusia dengan baik akan sangat berpengaruh dan

    memiliki dampak positif untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam organisasi.

    Penurunan Kinerja supervisor pegawai yang bertugas untuk melakukan kegiatan

    supervisi dilapangan yang dikuti dengan penurunan motivasi supervisor sebagai

    akibat atas tuntutan pegawai atas penerapan SPPD detasering, kesesuaian penempatan

    dan rotasi penugasan. Atas dasar tersebut, peneliti melakukan penelitian yang

    berjudul “Pengaruh Persepsi Supervisor atas Penerapan SPPD Detasering,

    Kesesuaian Penempatan dan Rotasi Penugasan Terhadap Motivasi Kerja Supervisor

    Dalam Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Konstruksi dan Dampaknya terhadap Kinerja

    Supervisor pada PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit Manajemen

    Konstruksi II”

    Untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, data

    diperoleh dari kuesioner yang diajukan kepada 66 responden yang merupakan seluruh

    supervisor pegawai PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit Manajemen

    Konstruksi II. Teknik Analisis menggunakan Partial Lease Square.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan SPPD Detasering,

    Kesesuaian Penempatan dan Rotasi Penugasan berpengaruh secara signifikan positif

    terhadap Motivasi Supervisor. Selain itu Motivasi Supervisor Mempunyai pengaruh

    singnifikan positif terhadap Kinerja Supervisor.

    Kata Kunci : SPPD Detasering, kesesuaian penempatan, rotasi penugasan,

    motivasi, kinerja

  • vi

    ABSTRACT

    In a company, Human Resources has a role and a very important function in

    their efforts to achieve corporate goals. Management and utilization of human resources properly will be very influential and have a positive impact on improving the performance of employees in the organization. The decline in performance of supervisor whose job is to supervise the project were followed by a decrease in motivation supervisor as a result of the demands of employees for the implementation of the SPPD detasering, placement and job rotation. On this basis, researchers conducted a study entitled "Effect of Perceived Supervisor on Implementation of the SPPD Detasering, Placement and Job Rotation Of Work Supervisor Motivation In the Implementation of Construction Supervision and Their Impact on Performance Supervisor at PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit Manajemen Konstruksi II "

    To answer the problems posed in this study, the data obtained from the questionnaires to the 66 respondents who are employees of the entire supervisor PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit Manajemen Konstruksi II. Analyzed by using Partial Least Square.

    The results of this study indicate that the SPPD Detasering Implementation, placement and job rotation positive significant effect on the Supervisor motivation. Besides Supervisor motivation has a significant positive effect Supervisor Performance. Keywords : SPPD Detasering, placement, job rotation, motivation, performance

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul .................................................................................................................... i

    Lembar Pernyataan ............................................................................................................. ii

    Lembar Persetujuan ............................................................................................................ iii

    Kata Pengantar .................................................................................................................... v

    Abstract ............................................................................................................................... vii

    Daftar Isi ............................................................................................................................. viii

    Daftar Tabel ........................................................................................................................ xii

    Daftar Gambar .................................................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

    1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

    1.2. Perumusan Masalah .................................................................................................... 8

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................... 8

    1.3.1. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 8

    1.3.2. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 10

    1.3.3. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 11

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 13

    2.1. Penelitian Terdahulu .................................................................................................... 13

    2.2. Tinjauan Teoritis .......................................................................................................... 14

    2.2.1. Persepsi ............................................................................................................. 14

    2.2.1.1. Pengertian Persepsi .............................................................................. 14

    2.2.1.2. Syarat Terjadinya Persepsi ................................................................... 15

    2.2.1.3. Faktor yang mempengaruhi Persepsi .................................................... 15

    2.2.1.4. Proses Persepsi ...................................................................................... 16

    2.2.2. Detasering ......................................................................................................... 16

    2.2.2.1. Pengertian Detasering .......................................................................... 16

    2.2.2.2. Ketentuan Detasering ........................................................................... 17

    2.2.2.3. Tarif Penugasan Detasering ................................................................. 17

    2.2.2.4. Indikator-indikator dalam Penentuan Tarif SPPD Detasering .............. 18

    2.2.3. Kesesuaian Penempatan .................................................................................... 18

  • ix

    2.2.3.1. Pengertian Penempatan Kerja .............................................................. 18

    2.2.3.2. Tujuan Penempatan Kerja ..................................................................... 19

    2.2.3.3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penempatan Pegawai .................. 20

    2.2.3.4. Prosedur Penempatan Pegawai ............................................................ 21

    2.2.3.5. Kriteria-Kriteria yang Harus Dipenuhi Dalam Penempatan

    Pegawai ............................................................................................... 21

    2.2.4. Rotasi Penugasan .............................................................................................. 22

    2.2.4.1. Pengertian Rotasi Penugasan ............................................................... 22

    2.2.4.2. Manfaat dan Tujuan Rotasi Pekerjaan ................................................. 23

    2.2.4.3. Sebab-sebab dan alasan rotasi pekerjaan ............................................. 24

    2.2.4.4. Ruang lingkup Rotasi Pekerjaan ........................................................... 24

    2.2.4.5. Pengukuran Rotasi Pekerjaan ............................................................... 25

    2.2.5. Motivasi Kerja .................................................................................................. 25

    2.2.5.1. Pengertian Motivasi Kerja ................................................................... 25

    2.2.5.2. Teori Motivasi Kerja ............................................................................ 27

    2.2.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja .............................. 30

    2.2.6. Kinerja Pegawai ................................................................................................ 30

    2.2.6.1. Pengertian Kinerja Pegawai ................................................................. 30

    2.2.6.2. Penilaian Kinerja .................................................................................. 32

    2.2.6.3. Manfaat dan Tujuan Penilaian Kinerja Pegawai .................................. 32

    2.2.6.4. Indikator Penilaian Kinerja Pegawai .................................................... 33

    2.3. Hipotesis ...................................................................................................................... 34

    2.3.1. Pengaruh Penerapan SPPD Detasering Terhadap

    Motivasi Supervisor ........................................................................................... 34

    2.3.2. Pengaruh Kesesuaian Penempatan Terhadap

    Motivasi Supervisor ........................................................................................... 35

    2.3.3. Pengaruh Rotasi Penugasan Terhadap Motivasi Supervisor ............................ 35

    2.3.4. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Supervisor ............................................. 36

    2.4. Kerangka Konseptual ................................................................................................... 36

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 37

    3.1. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................................................... 37

  • x

    3.2. Identifikasi Variabel..................................................................................................... 37

    3.3. Definisi Operasional Variabel ...................................................................................... 38

    3.4. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................................ 40

    3.5. Populasi dan Sampel .................................................................................................... 41

    3.6. Teknik Analisa ............................................................................................................. 42

    3.6.1. Model Pengukuran atau Outer Model................................................................ 43

    3.6.2. Model Struktural atau Inner Model ................................................................... 43

    BAB IV GAMBARAN UMUM SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN .................. 45

    4.1. Gambaran Umum Perusahaan ...................................................................................... 45

    4.1.1. Sejarah Perusahaan ............................................................................................ 45

    4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan ......................................................................... 45

    4.1.3. Sumber Daya Manusia PLN JMK UMK II ....................................................... 46

    4.2. Gambaran Umum Supervisi Konstruksi PLN JMK UMK II....................................... 47

    4.2.1. Tim Supervisi Konstruksi .................................................................................. 47

    4.2.2. Penugasan Supervisi Konstruksi ........................................................................ 49

    4.2.3. Penerapan SPPD Detasering .............................................................................. 50

    4.2.4. Penerapan Rotasi Penugasan.............................................................................. 51

    BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................. 52

    5.1. Deskripsi Responden ................................................................................................... 52

    5.2. Statistik Deskriptif ....................................................................................................... 53

    5.2.1. Deskripsi Variabel Penerapan SPPD Detasering (X1) ....................................... 55

    5.2.2. Deskripsi Variabel Kesesuaian Penempatan (X2) .............................................. 56

    5.2.3. Deskripsi Variabel Rotasi Penugasan (X3) ........................................................ 57

    5.2.4. Deskripsi Variabel Motivasi Kerja (Z) .............................................................. 58

    5.2.5. Deskripsi Variabel Kinerja (Y) .......................................................................... 59

    5.3. Analisis Model dan Pengujian Hipostesis.................................................................... 60

    5.3.1. Analisis Model Pengukuran atau Outer Model .................................................. 60

    5.3.1.1. Validitas ................................................................................................. 60

    5.3.2.1. Reliabilitas ............................................................................................. 64

    5.3.2. Analisis Model Struktural atau Inner Model ..................................................... 66

    5.3.2.1. Model Struktural .................................................................................... 67

  • xi

    5.3.3. Pengujian Hipotesis ........................................................................................... 74

    5.3.3.1. Pengujian Hipotesis Pertama ................................................................. 74

    5.3.3.2. Pengujian Hipotesis Kedua .................................................................... 74

    5.3.3.3. Pengujian Hipotesis Ketiga .................................................................... 75

    5.3.3.4. Pengujian Hipotesis Keempat ................................................................ 75

    5.4. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................................... 75

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 80

    6.1. Simpulan ..................................................................................................................... 80

    6.2. Saran ............................................................................................................................ 81

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 82

    LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1. Hasil Penilaian Kinerja Individu Pegawai Supervisor Lapangan

    PT PLN (Persero) JMK UMK II ..................................................................... 3

    Tabel 1.2. Ketidaksesuaian Kompetensi dan Penugasan Supervisor PT PLN

    JMK UMK II.................................................................................................... 6

    Tabel 1.3. Data Lama Penugasan Pengawas Lapangan PT PLN (Persero)

    JMK UMK II sampai dengan 2015 ................................................................ 7

    Tabel 4.1. Data SDM PLN JMK UMK II Tahun 2015 ................................................... 47

    Tabel 4.2. Data Proyek PLN JMK Sampai Dengan 2015................................................ 48

    Tabel 5.1. Karakteristik Responden ................................................................................. 52

    Tabel 5.2. Kategori Penilaian Berdasarkan Skala ............................................................ 53

    Tabel 5.3. Statistik Deskriptif .......................................................................................... 54

    Tabel 5.4. Tabel Deskripsi Variabel Penerapan SPPD Detasering (X1) .......................... 56

    Tabel 5.5. Tabel Deskripsi Variabel Kesesuaian Penempatan (X2) ................................. 56

    Tabel 5.6. Tabel Deskripsi Variabel Rotasi Penugasan (X3) ........................................... 57

    Tabel 5.7. Tabel Deskripsi Variabel Motivasi Kerja (Z) ................................................. 58

    Tabel 5.8. Tabel Deskripsi Variabel Kinerja (Y) ............................................................. 59

    Tabel 5.9. Hasil Uji Convergen Validity (Nilai Outer Loading) ..................................... 61

    Tabel 5.10. Matriks Perbandingan Akar AVE dengan Latent Variable Correlation ......... 62

    Tabel 5.11. Cross Loading ................................................................................................. 64

    Tabel 5.12. Hasil Analisis Composite Reliability dan Croncbach Alpha ........................... 65

    Tabel 5.13. Pengujian Kolinearitas ..................................................................................... 67

    Tabel 5.14. Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Jalur (Path) Model Struktural ........... 67

    Tabel 5.15. Nilai Koefisien Determinasi atau R Square (R2) dan Stone-Geisser (Q2) ....... 70

    Tabel 5.16. Analisis Nilai R2 dan Q

    2 atas Variabel Eksogen yang Dimasukkan

    Dalam Model dan dikeluarkan dari Model ....................................................... 72

    Tabel 5.17. Hasil Perhitungan f2 Effect Size dan q2 Effect Size........................................... 72

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Segitiga Maslow ............................................................................................. 28

    Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ..................................................................................... 36

    Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT PLN (Persero) JMK UMK II .................................... 46

    Gambar 4.2. Alur Proses Penugasan Supervisor Pada UMK/TSK ..................................... 50

    Gambar 5.1. Hasil Analisis Outer Model............................................................................ 66

    Gambar 5.2. Hasil Analisis Inner Model ............................................................................ 69

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang Masalah

    Lingkungan bisnis dewasa ini yang tumbuh dan berkembang dengan

    sangat dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan

    efisien artinya dapat dengan mudah berubah atau menyesuaikan diri dan dapat

    mengakomodasikan setiap perubahan baik yang sedang dan telah terjadi dengan

    cepat, tepat dan terarah serta biaya yang murah. Kelangsungan hidup dari suatu

    perusahaan bukan hanya ditentukan dari keberhasilan dalam mengelola keuangan

    yang berdasarkan pada kekuatan modal atau uang semata, tetapi juga ditentukan

    oleh keberhasilannya mengelola sumber daya manusia. Pengelolaan yang

    dimaksud adalah bahwa perusahaan harus mampu untuk menyatukan persepsi

    atau cara pandang karyawan dan pimpinan perusahaan dalam rangka mencapai

    tujuan perusahaan antara lain melalui pembentukan mental bekerja yang baik

    dengan dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaannya, memberikan

    motivasi kerja, bimbingan, pengarahan, dan koordinasi yang baik dalam bekerja

    oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

    Dalam sebuah perusahaan, Sumber Daya Manusia memiliki peran dan

    fungsi yang sangat penting dalam usahanya untuk mencapai tujuan perusahaan.

    Sumber Daya Manusia di dalam perusahaan mencakup keseluruhan manusia yang

    ada dalam organisasi, yaitu mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional

    perusahaan dari level yang paling bawah hingga level yang paling atas. Setiap

    level tersebut memiliki peran yang sama terhadap tercapainya tujuan perusahaan,

  • 2

    sehingga diperlukan suatu pengeloaan sumber daya manusia yang baik.

    Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya manusia dengan baik akan sangat

    berpengaruh dan memiliki dampak positif untuk meningkatkan kinerja karyawan

    dalam organisasi.

    Kinerja (performance) individu sangat penting artinya bagi organisasi.

    Kontribusi-kontribusi yang diberikan oleh pegawai untuk mencapai tujuan-tujuan

    organisasi yang merupakan hasil (output) sumber daya manusia disebut sebagai

    kinerja individu yang berarti seberapa efektif seorang pegawai menyelesaikan

    tanggungjawab kerjanya adalah sangat signifikan dengan upaya pencapaian tujuan

    organisasi (Suhariadi, 2013). Simamora (2000:423) menyatakan kinerja

    (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh

    pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.

    Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen, karena sangat

    berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Menurut Robbins (2006)

    faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja antara lain motivasi dan kepuasan.

    Menurut Luthans (2006) motivasi adalah proses sebagai langkah awal seseorang

    melakukan tindakan akibat kekurangan fisik dan psikis atau dengan kata lain

    adalah dorongan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan tertentu. Apabila kondisi

    ini tidak terjadi, maka akan menurunkan motivasi kerja karyawan dan akan akan

    berdampak pada kinerja karyawan yang menurun.

    Hal inilah yang terjadi pada salah satu unit dari unit bisnis PT PLN

    (Persero) yaitu PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit Manajemen

    Konstruksi II. PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi adalah salah satu

    unit bisnis PT PLN (Persero) yang bergerak di bidang pengawasan pembangunan

  • 3

    Pembangkit Listrik, Transmisi dan Gardu Induk yang berada di wilayah Jawa

    Timur, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan. Pada Semester I tahun 2015 kinerja

    dari para supervisor lapangan PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit

    Manajemen Konstruksi II mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun

    2014 dan tidak sesuai dengan target kinerja tahun 2015. Hasil Kinerja pegawai

    supervisor lapangan mengalami penurunan daripada tahun 2014. Hasil Penilaian

    Kinerja individu Pegawai Supervisor Lapangan pada PT PLN JMK UMK II

    sampai dengan 2015 ditampilkan pada Tabel 1.1.

    Tabel 1.1

    Hasil Penilaian Kinerja Individu Pegawai Supervisor Lapangan

    PT PLN (Persero) JMK UMK II

    Sumber : PT PLN (Persero) JMK UMK II, 2014 – 2015.

    Dari Tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa pegawai yang mendapat nilai

    Kandidat potential sebesar 39,39 % dan perlu penyesuaian pada tahun 2015

    adalah sebesar 15,15 % hal ini mengindikasikan bahwa lebih dari 50 % pegawai

    supervisor lapangan tidak mampu mencapai targetnya. Sedangkan pada tahun

    2014 yang mendapat penilaian kandidat potensial sebesar 17,86% dan perlu

    penyesuaian sebesar 14,29%.

  • 4

    Penurunan kinerja supervisor dilapangan diindikasikan disebabkan oleh

    adanya penurunan motivasi dari para supervisor. Hal ini dikarenakan para

    supervisor yang terlihat kurang antusias dalam melaksanakan tugasnya sebagai

    pengawas dilapangan. Hal ini terlihat dengan adanya keluhan dari sebagian

    supervisor yang ditugaskan untuk melaksanakan pengawasan ke lokasi proyek.

    Keluhan tersebut telah disampaikan kepada manajemen UMK II pada bulan

    Januari 2015 melalui Serikat Pekerja PLN JMK UMK II. Adapun isi dari keluhan

    tersebut adalah adanya penurunan penghasilan dari perjalanan dinas dalam rangka

    penugasan dengan diterapkannya mekanisme SPPD yang baru, adanya penugasan

    yang tidak sesuai dengan kompetensi pengawas dan tidak adanya kejelasan dalam

    rotasi penugasan sehingga supervisor mengalami kejenuhan.

    Sistem pembiayaan penugasan yang dijalankan oleh PLN JMK UMK II

    adalah SPPD Detasering. SPPD detasering menurut Surat Edaran General

    Manajer PLN JMK Nomor 021.E/GM/2014 tanggal 21 November 2014 adalah

    Biaya yang dibayarkan kepada Pegawai yang ditugaskan diluar tempat kedudukan

    administratifnya yaitu kantor induk atau unit manajemen konstruksi untuk

    keperluan pekerjaan rutin atau ditempatkan sementara disuatu tempat. Biaya

    perjalanan dinas penugasan ini diberikan akomodasi Tiket Pergi Pulang, Uang

    saku, Uang konsumsi dan Biaya cuci pakaian. Biaya-biaya seperti uang saku,

    uang konsumsi dan biaya cuci pakaian diberikan sesuai grade atau tingkatan

    pegawai yang bersangkutan. Biaya tersebut diberikan secara lump sum. Menurut

    Surat Edaran General Manajer PLN JMK besarnya biaya pengawasan detasering

    adalah 50% dari biaya perjalanan dinas non-pengawasan. Sampai dengan tahun

    2014, sistem penugasan untuk pengawas lapangan atau supervisor proyek

  • 5

    dilakukan dengan cara penugasan selama 22 hari, dalam arti tenaga supervisor

    ditugaskan selama 22 hari dilokasi proyek kemudian kembali ke kantor UMK dan

    berangkat lagi selama 22 hari. Namun, pada bulan Januari 2015, manajemen

    UMK II melakukan perubahan terhadap pelaksanaan SPPD penugasan

    (detasering) di PLN JMK UMK II dikarenakan pelaksanaan penugasan 22 hari

    tersebut tidak sesuai dengan Surat Edaran General Manajer PLN JMK. Perubahan

    tersebut merubah dari semula penugasan 22 hari dengan sistem Pulang pergi

    menjadi penugasan 1 (satu) bulan penuh dengan sistem penempatan atau sekali

    berangkat dan diperpanjang secara kontinu. Sehingga mereka tidak bisa kembali

    ke tempat asalnya sesering ketika sistem penugasan 22 hari berlaku. Hal inilah

    yang menyebabkan penurunan pada pendapatan yang mereka terima.

    Dalam penugasan supervisor, PLN JMK tidak selalu mempertimbangkan

    kesesuaian antara kompetensi supervisor dengan jenis pekerjaan supervisor. Hal

    ini dikarenakan karena keterbatasan jumlah supervisor jika dibandingkan dengan

    jumlah proyek yang diawasi. Mekanisme sekarang yang dijalankan di PLN JMK

    dalam hal penugasan supervisor adalah melakukan plotting supervisor seadanya

    terlebih dahulu, karena PLN Pemberi Kerja mensyaratkan harus ada supervisor

    atau pengawas yang sudah stand by di lokasi pada saat dimulainya pekerjaan.

    Sampai dengan tahun 2015 ada setidaknya 14 orang supervisor yang melaksankan

    pengawasan yang tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

  • 6

    Tabel 1.2

    Ketidaksesuaian Kompetensi dan Penugasan Supervisor

    PT PLN (Persero) JMK UMK II

    Sumber : PT PLN (Persero) JMK UMK II, 2015

    Rotasi supervisor lapangan pada PT PLN JMK UMK II tidak berjalan

    dengan baik, hal ini dapat dilihat dari data lama penugasan supervisor sampai

    dengan bulan Juli 2015, dimana terdapat beberapa supervisor yang sudah berada

    dilokasi yang sama lebih dari 3 (tiga) tahun. Hal ini secara tidak langsung

    mempengaruhi kondisi psikologis supervisor karena mereka sudah merasa jenuh.

    Tidak jarang mereka juga menanyakan kepada jajaran manajemen kapan mereka

    dapat dirotasi ke proyek yang lain atau lokasi proyek. Disamping itu, banyak

    supervisor yang mengawasi proyek di lokasi yang bukan daerah asal mereka.

    Tabel 1.2 dibawah ini menunjukkan Data Lama Penugasan Pengawas Lapangan

    PT PLN (Persero) JMK UMK II sampai dengan Tahun 2015. Dari tabel tersebut

    dapat diketahui bahwa lebih dari 25% supervisor pegawai mengalami masa

    NO NAMA NIP KOMPETENSI PENUGASAN

    1 SYAFRULLAH LUBIS 8613003ZY ASISTEN ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI LISTRIK JARINGAN SUPERVISOR MEKANIKAL TSK PLTU PULANG PISAU

    2 UMAR SAID 6080167P ASISTEN ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI MESIN PEMBANGKIT SUPERVISOR SIPIL TSK JARINGAN NTB

    3 KHARISMA NARESWARA 8811408Z JUNIOR ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI SIPIL PEMBANGKIT SUPERVISOR ELEKTRIKAL TSK JARINGAN JATIM I

    4 DIMAS WAHYU RAMADHAN 88111595Z JUNIOR ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI MESIN PEMBANGKIT SUPERVISOR ELEKTRIKAL TSK PLTU TANJUNG AWAR AWAR

    5 AGUSTINUS BUDI SANTOSO 85111713Z ASISTEN ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI MESIN PEMBANGKIT PELAPORAN TSK PLTU ADIPALA CILACAP

    6 NURCHOLIS SAHID 6285088JA ASISTEN ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI SIPIL PEMBANGKIT SUPERVISOR MEKANIKAL TSK PLTU ADIPALA CILACAP

    7 NOFA FAJAR JIWANTO 8510586Z ASISTEN ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI SIPIL PEMBANGKIT SUPERVISOR MEKANIKAL TSK PLTU PULANG PISAU

    8 SUBANDRI 6791008KB ASISTEN ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI SIPIL JARINGAN SUPERVISOR ELEKTRIKAL TSK JARINGAN NTB

    9 DEDY PURWANTO 8510002JMK JUNIOR ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI SIPIL JARINGAN SUPERVISOR ELEKTRIKAL TSK JARINGAN NTB

    10 YUDA SIGIT D 8712330ZY ASISTEN ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI SIPIL JARINGAN SUPERVISOR ELEKTRIKAL TSK JARINGAN NTT

    11 EDI JUNAEDI 7091009KB JUNIOR ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI SIPIL JARINGAN SUPERVISOR ELEKTRIKAL TSK JARINGAN NTT

    12 SUMARDI 6591013KB ASISTEN ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI MEKANIKAL JARINGAN SUPERVISOR SIPIL TSK JARINGAN KALIMANTAN

    13 GALIH DEDY GUNAWAN 87111561Z ASISTEN ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI LISTRIK JARINGAN SUPERVISOR MEKANIKAL JARINGAN KALIMANTAN

    14 IVIN FITRIAN WIBOWO 9009027JMK JUNIOR ENGINEER MANAJEMEN KONSTRUKSI MEKANIKAL JARINGAN SUPERVISOR ELEKTRIKAL TSK JARINGAN NTB

  • 7

    penugasan di satu tempat selama lebih dari 3 tahun sehingga tidak menutup

    kemungkinan tingkat kejenuhan para supervisor di Lapangan relative tinggi.

    Tabel 1.3 Data Lama Penugasan Pengawas Lapangan PT PLN Persero) JMK UMK II

    Sampai dengan 2015

    Sumber : PT. PLN (Persero) JMK UMK II, 2015

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti melihat betapa

    pentingnya motivasi terhadap kinerja supervisor lapangan khususnya pada PT.

    PLN (Persero) JMK UMK II Surabaya. Oleh karena itu, penulis melakukan

    penelitian ini dengan mengangkat judul, ”Pengaruh Persepsi Supervisor atas

    Penerapan SPPD Detasering, Kesesuaian Penempatan dan Rotasi Penugasan

    Terhadap Motivasi Kerja Supervisor Dalam Pelaksanaan Kegiatan Supervisi

  • 8

    Konstruksi dan Dampaknya terhadap Kinerja Supervisor pada PT PLN (Persero)

    Jasa Manajemen Konstruksi Unit Manajemen Konstruksi II”.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan diatas, maka

    dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

    1. Apakah Persepsi Penerapan SPPD Detasering berpengaruh signifikan

    terhadap Motivasi Supervisor pada PT PLN (Persero) Jasa Manajemen

    Konstruksi Unit Manajemen Konstruksi II?

    2. Apakah Persepsi Kesesuaian Penempatan berpengaruh signifikan terhadap

    Motivasi Supervisor pada PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit

    Manajemen Konstruksi II?

    3. Apakah Persepsi Rotasi Penugasan berpengaruh signifikan terhadap Motivasi

    Supervisor pada PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit

    Manajemen Konstruksi II?

    4. Apakah Motivasi Supervisor berpengaruh signifikan terhadap Kinerja

    Supervisor pada PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit

    Manajemen Konstruksi II?

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1. Tujuan Penelitian

    Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai

    adalah sebagai berikut :

  • 9

    1. Tujuan Umum

    Tujuan Umum dari penelitian ini adalah Menganalisis Pengaruh Penerapan

    SPPD Detasering, Kesesuaian Penempatan dan Rotasi Penugasan

    Terhadap Motivasi Supervisor Dalam Pelaksanaan Kegiatan Supervisi

    Konstruksi di Lapangan pada PT PLN (Persero) Jasa Manajemen

    Konstruksi Unit Manajemen Konstruksi II

    2. Tujuan Khusus

    Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :

    1. Menganalisis Pengaruh Persepsi Penerapan SPPD Detasering

    Terhadap Motivasi Supervisor Dalam Pelaksanaan Kegiatan Supervisi

    Konstruksi di Lapangan pada PT PLN (Persero) Jasa Manajemen

    Konstruksi Unit Manajemen Konstruksi II

    2. Menganalisis Pengaruh Persepsi Kesesuaian Penempatan Terhadap

    Motivasi Supervisor Dalam Pelaksanaan Kegiatan Supervisi

    Konstruksi di Lapangan pada PT PLN (Persero) Jasa Manajemen

    Konstruksi Unit Manajemen Konstruksi II

    3. Menganalisis Pengaruh Persepsi Rotasi Penugasan Terhadap Motivasi

    Supervisor Dalam Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Konstruksi di

    Lapangan pada PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit

    Manajemen Konstruksi II

    4. Menganalisis Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Supervisor Dalam

    Pelaksanaan Kegiatan Supervisi Konstruksi di Lapangan pada PT PLN

    (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Unit Manajemen Konstruksi II

  • 10

    1.3.2. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif baik

    secara teoritis maupun praktis, sehingga memberikan manfaat kepada beberapa

    pihak diantaranya sebagai berikut:

    1.3.2.1. Manfaat teoritis

    1. Menambah kasanah ilmu pengetahuan, khususnya manajemen sumber daya

    manusia yang berkaitan dengan motivasi kerja, kesesuaian penempatan

    pegawai, rotasi penugasan serta kinerja pegawai.

    2. Menambah referensi bagi peneliti lain, yang menginginkan penelitian di bidang

    sumber daya manusia khususnya tentang pengaruh penerapan tarif detasering,

    kesesuaian penempatan dan rotasi penugasan terhadap motivasi dan

    dampaknya terhadap kinerja supervisor dilapangan.

    1.3.2.2. Manfaat praktis

    1. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh

    penerapan tarif detasering, kesesuaian penempatan dan rotasi penugasan

    terhadap motivasi dan dampaknya terhadap kinerja supervisor dilapangan. pada

    PT. PLN (Persero) JMK UMK II di Surabaya.

    2. Memberikan kontribusi informasi dan sebagai bahan pertimbangan kepada PT.

    PLN (Persero) JMK UMK II di Surabaya dalam mengambil keputusan dan

    menentukan arah kebijakan dalam meningkatkan motivasi kerja dan kinerja

    supervisor lapangan.

  • 11

    1.3.3. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam tesis ini dibagi menjadi enam bab, dimana

    masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjabaran dari

    bab yang bersangkutan. Sistematika bab dalam penulisan tesis ini adalah sebagai

    berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

    manfaat penelitian dan sistematika penulisan

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

    Bab ini disajikan beberapa penelitian terdahulu yang menjadi dasar

    penelitian ini. Beberapa teori yang berkaitan dengan motivasi dan kinerja juga

    diuraikan pada bab ini untuk menjadi landasan penelitian dan dipergunakan untuk

    menganalisis permasalahan. Dalam bab ini juga disajikan hipotesis, dan model

    analisis

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Pada bab ini dibahas mengenai metode yang dipergunakan dalam

    menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Bab ini berisi penjelasan

    mengenai alasan pemilihan metode penelitian atau identifikasi variable, serta jenis

    dan sumber data. Dalam bab ini juga dibahas mengenai prosedur pengumpulan

    data dan teknik analisis data.

    BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

    Pada bab ini disajikan data mengenai gambaran objek penelitian yang

    menjadi dasar penelitian ini. Penjelasan yang diberikan terkait dengan sejarah

  • 12

    perusahaan, struktur perusahaan dan produkterdiri dari gambaran singkat

    perusahaan yang menjadi obyek penelitian.

    BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

    Pada bab ini dilakukan pembahasan baik secara statistic dan juga

    pembahasan yang telah dikaitkan dengan kondidi di lapangan. Tujuannya untuk

    mengetahui apakah hipotesis yang diuji benar adanya dan alasan terkait hipotesa

    tersebut.

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

    Pada bab ini diberikan simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.

    Setelah dilakukan kesimpulan, kemudian diberikan saran kepada manajemen

    sehingga dapat membuat langkah – langkah yang signifikan terkait hasil

    penelitian.

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Penelitian Terdahulu

    Riandini (2015) meneliti dengan judul Pengaruh motivasi dan kepuasan

    kerja terhadap kinerja karyawan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

    Cabang Surabaya Bukit Darmo dengan intervening komitmen organisasional.

    Dengan jumlah populasi dan jumlah responden sebanyak 100 orang. Teknik

    pengambilan sampel menggunakan metode sampling jenuh. Alat analisis yang

    digunakan pada penelitian Riandini adalah skala likert dan Path Analysis. Hasil

    dari penelitian ini adalah Motivasi dan kepusan kerja berpengaruh positif terhadap

    kinerja karyawan melalui komitmen organisasi.

    Kusumah (2015) meneliti dengan judul Pengaruh Pengaruh Budaya

    Organisasi dan Kompensasi Terhadap Kinerja dengan Motivasi Kerja Sebagai

    Variabel Intervening. Dengan jumlah populasi sebanyak 55 orang. Teknik

    pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji reliabilitas, uji

    validitas, uji asumsi klasik, analisi jalur dan uji sobel untuk menguji efek mediasi.

    Hasil dari penelitian ini adalah budaya organisasi berpengaruh secara positif dan

    signifikan terhadap motivasi dan kinerja, kompensasi berpengaruh secara positif

    dan signifikan terhadap motivasi dan kinerja dan motivasi terbukti memediasi

    hubungan antara budaya organisasi dan kompensasi terhadap kinerja.

    Rifa’i (2014) meneliti dengan judul Penempatan Kerja Terhadap Motivasi

    Kerja dan Kinerja Karyawan Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Malang. Dengan

    jumlah populasi sebanyak 50 orang. Alat analisis yang digunakan pada penelitian

  • 14

    ini adalah Path Analysis. Hasil dari penelitian ini adalah Ketepatan Penempatan

    berpengaruh positif terhadap motivasi kerja, Ketepatan Penempatan berpengaruh

    positif terhadap Kinerja dan Motivasi Kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja.

    Mansur (2009) meneliti dengan judul Analisis Pengaruh Budaya

    Organisasi dan Rotasi Pekerjaan Terhadap Motivasi Kerja Untuk Meningkatkan

    Kinerja Pegawai Ditjen Pajak (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak berbasis

    Administrasi Modern KPP Pratama Semarang Timur). Dengan populasi sebanyak

    120 orang. Alat analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling

    (SEM). Hasil penelitian ini adalah budaya organisasi berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap motivasi kerja, rotasi pekerjaan berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap motivasi kerja, budaya organisasi berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap kinerja pegawai, rotasi pekerjaan berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap kinerja pegawai.

    2.2.Tinjauan Teoritis

    2.2.1. Persepsi

    2.2.1.1.Pengertian Persepsi

    Sugiharto, dkk (2007, 8) mengemukakan persepsi adalah kemampuan otak

    dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang

    masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut

    pandang penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi

    positif maupun persepsi negative yang mempengaruhi tindakan manusia yang

    tampak atau nyata.

  • 15

    Bimo Walgito (2004:70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan

    suatu proses pengorganisasian, penginterpetasian, terhadap stimulus yang diterima

    oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan

    merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat

    dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk.

    Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada

    perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan,

    kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama,

    maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin berbeda antar

    individu dengan individu lain.

    2.2.1.2.Syarat Terjadinya Persepsi

    Menurut Sunaryo (2004:98) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah

    sebagai berikut :

    a. Adanya obyek yang akan dipersepsi b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai

    suatu persiapan dalam mengadakan persepsi

    c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak,

    yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon

    2.2.1.3.Faktor yang mempengaruhi persepsi

    Menurut Toha (2003:154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

    seseorang adalah sebagai berikut :

    a. Faktor internal : perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (focus), proses

    belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan

    juga minat dan motivasi.

    b. Faktor eksternal : latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas,

    ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan

    familiar atau ketidak asingan suatu objek.

  • 16

    2.2.1.4.Proses Persepsi

    Menurut Miftah Toha (2003:145), proses terbentuknya persepsi didasari

    pada beberapa tahapan, yaitu :

    a. Stimulus atau rangsangan Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada

    suatu stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya

    b. Registrasi Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah

    mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seorang

    berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang

    dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim

    kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang

    terkirim kepadanya tersebut.

    c. Interpretasi Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang

    sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus

    yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada

    cara pendalaman, motivasi dan kepribadian seseorang.

    2.2.2. SPPD Detasering

    2.2.2.1. Pengertian SPPD Detasering

    SPPD (Surat Penugasan Perjalanan Dinas) Detasering merupakan salah

    satu bentuk kompensasi. Menurut Suhariadi (2013) kompensasi dapat dikatakan

    sebagai suatu penghargaan dari usaha yang diberikan karyawan yang

    dimanifestasikan sebagai hasil produksi atau suatu jasa yang dianggap sama

    dengan itu, yang berwujud uang, tanpa suatu jaminan yang pasti dalam setiap

    mingu atau tiap bulan. Menurut Surat Edaran General Manajer PLN JMK Nomor

    021.E/GM/2014 tanggal 21 November 2014 Perjalanan Dinas Pengawasan

    Pekerjaan Rutin (detasering) adalah Biaya yang dibayarkan kepada Pegawai yang

    ditugaskan diluar tempat kedudukan administratifnya yaitu kantor induk atau unit

    manajemen konstruksi untuk keperluan pekerjaan rutin atau ditempatkan

  • 17

    sementara disuatu tempat. Pekerjaan rutin adalah pekerjaan supervisi konstruksi

    yang dilakukan secara kontinu atau terus menerus.

    2.2.2.2. Ketentuan Detasering

    Menurut Surat Edaran General Manajer PLN JMK Nomor

    021.E/GM/2014 tanggal 21 November 2014, Ketentuan SPPD detasering adalah

    sebagai berikut :

    1. Jarak dari tempat kedudukan ke lokasi pekerjaan lebih dari 50 (lima puluh) kilometer

    2. SPPD detasering berlaku sama baiknya untuk pengawasan pekerjaan konstruksi jaringan maupun konstruksi pembangkit

    sesuai dengan surat penugasan/penempatannya dan

    pembayarannya dilakukan setiap bulan

    3. Bilamana pegawai yang sedang melaksanakan SPPD detasering dan ditugaskan diluar tempat kedudukan asal (dapat

    berupa TSK maupun Mess atau tempat penginapan tenaga

    kerja TSK) dengan jarak lebih dari 50 (lima puluh) kilometer,

    untuk pengawasan masih dalam lingkup pekerjaannya maka

    akan diberikan biaya transportasi dan penginapan (jika

    diperlukan) saja, bilamana diluar lingkup pekerjaannya maka

    diberikan biaya transportasi, uang saku, akomodasi secara

    penuh dan tetap dilakukan pengurangan biaya SPPD detasering

    sejumlah hari SPPD tersebut.

    4. Bilamana pegawai yang sedang melaksanakan SPPD detasering dan ditugaskan di kota tempat kedudukan

    administatifnya maka hanya diberikan biaya hanya transportasi

    pulang pergi.

    5. Bilamana pegawai yang sedang melaksanakan SPPD detasering dan ditugaskan untuk diklat, maka diberikan SPPD

    diklat dan tidak diberikan SPPD detasering selama mengikuti

    diklat.

    2.2.2.3.Tarif Penugasan Detasering

    Pegawai yang sedang melaksanakan detasering diberikan biaya SPPD

    detasering antara lain :

    1. Biaya transportasi pulang pergi jika menggunakan transportasi umum

    2. Uang saku dan akomodasi sebesar 50 % dari biaya SPPD non rutin.

  • 18

    3. Untuk perjalanan dinas pengawasan rutin/detasering, ditiap-tiap lokasi proyek/Tim Supervisi Konstruksi disediakan

    Mess/Penginapan sehingga kepada pegawai yang melakukan

    perjalanan dinas dimaksud tidak diberikan uang penginapan

    4. Bagi Tim Supervisi Konstruksi/Lokasi Proyek yang belum tersedia Mess diberikan penggantian uang penginapan sebesar

    Rp. 750.000,- per orang per bulan.

    2.2.2.4.Indikator-indikator dalam penentuan tarif SPPD Detasering

    Menurut Surat Edaran General Manajer PLN JMK Nomor

    021.E/GM/2014 tanggal 21 November 2014, hal-hal yang menentukan dalam

    penentuan tarif SPPD detasering adalah :

    1) Biaya Transportasi

    2) Uang saku dan akomodasi

    3) Biaya Penginapan

    2.2.3. Kesesuaian Penempatan

    2.2.3.1. Pengertian Penempatan Kerja

    Langkah awal dalam menghasilkan sumber daya manusia yang terampil

    dan andal perlu adanya suatu perencanaan dalam menentukan pegawai yang akan

    mengisi pekerjaan yanga ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Keberhasilan

    dalam pengadaan tenaga kerja terletak pada ketepatan dalam penempatan

    pegawai, baik penempatan pegawai baru maupun pegawai lama pada posisi

    jabatan baru. Proses penempatan merupakan suatu proses yang sangat

    menentukan dalam mendapatkan pegawai yang kompeten yang dibutuhkan

    perusahaan, karena penempatan yang tepat dalam posisi jabatan yang tepat akan

    dapat membantu perusahaan dalam mencapi tujuan yang diharpakan. Menurut

    Hanggraeni (2012), penempatan pegawai merupakan proses penugasan atau

  • 19

    penugasan kembali pekerja untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau menempati

    suatu posisi baru di dalam perusahaan.

    Menurut Mathis dan Jackson (2002:262), penempatan pegawai adalah

    menempatkan posisi seseorang ke posisi pekerjaan yang tepat, seberapa baik

    seorang pegawai cocok dengan pekerjaanya akan mempengaruhi jumlah dan

    kualitas pekerjaan. Sastrohadiwiryo (2005:162) Penempatan adalah suatu proses

    pemberian tugas dan pekerjaan kepada tenaga kerja yang lulus seleksi untuk

    dilaksanakan sesuai ruang lingkup yang telah ditetapkan, serta mampu

    mempertanggungjawabkan segala resikonya dan kemungkinan-kemungkinan yang

    terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang serta tanggungjawab. Menurut

    Sastrohadiwiryo yang dikutip oleh Suwatno (2003:138) “Penempatan pegawai

    adalah untuk menempatkan pegawai sebagai unsure pelaksana pekerjaan pada

    posisi yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan dan keahliannya”.

    Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka

    dapat disimpulkan bahwa penempatan pegawai adalah kegiatan pemberian tugas

    kepada karyawan yang akan dipekerjakan untuk mengisi jabatan yang

    baru/kosong/berbeda yang sesuai dengan ketrampilan, pengetahuan, dan

    kemampuan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang

    diperlukan perusahaan.

    2.2.3.2.Tujuan Penempatan Kerja

    Setiap pekerjaan yang dilaksanakan pada dasarnya memepunyai tujuan.

    Tujuan berfungsi untuk mengarahkan perilaku, begitu juga dengan penempatan

    karyawan, manajemen sumber daya manusia, menempatkan seorang karyawan

    atau calon karyawan dengan tujuan antara lain agar karyawan yang bersangkutan

  • 20

    lebih berdaya guna dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan, serta untuk

    meningkatkan kemampuan dan keterampilan sebagai dasar kelancaran tugas.

    Menurut sastrohadiwiryo yang dikutip oleh suwatno (2005:133) maksud

    diadakan penempatan karyawan adalah untuk menempatkan karyawan sebagai

    unsur pelaksana pekerjaan pada posisi yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

    1. Kemampuan

    2. Kecakapan

    3. Keahlian

    2.2.3.3.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penempatan Pegawai

    Menurut Suwatno (2003:139) dalam melakukan penempatan pegawai

    hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor seperti kesesuaian dengan

    pendidikan, pengetahuan kerja, ketrampilan kerja, dan pengalaman kerja yang

    dimiliki pegawai.

    1. Pendidikan. Pendidikan yang harus dimiliki oleh seorang pegawai,

    pendidikan minimum yang disyaratkan meliputi:

    a. Pendidikan yang disyaratkan. b. Pendidikan alternatif.

    2. Pengetahuan kerja. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang pegawai dengan

    wajar yaitu pengetahuan kerja sebelum ditempatkan dan yang

    baru diperoleh pada waktu pegawai tersebut bekerja dalam

    pekerjaan tersebut.

    3. Keterampilan kerja. Kecakapan atau keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan

    yang harus diperoleh dalam praktek, keterampilan kerja ini

    dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu:

    a. Keterampilan mental, seperti menganalisa data, membuat keputusan dan lain-lain.

    b. Keterampilan fisik, seperti membetulkan listrik, mekanik dan lain lain.

    c. Keterampilan sosial, seperti mempengaruhi orang lain, menawarkan barang atau jasa dan lain-lain.

    4. Pengalaman kerja.

  • 21

    Pengalaman seorang pegawai untuk melakukan pekerjaan

    tertentu. Pengalaman kerja seorang pegawai dapat menjadi

    bahan pertimbangan untuk :

    a. Pekerjaan yang harus ditempatkan. b. Lamanya melakukan pekerjaan.

    2.2.3.4.Prosedur Penempatan Pegawai

    Prosedur penempatan pegawai berkaitan erat dengan sistem dan proses

    yang digunakan. Untuk mengetahui prosedur penempatan pegawai harus

    memenuhi persyaratan (Suwatno, 2003:130) :

    1. Harus ada wewenang untuk menempatkan personalia yang datang dari daftar personalia yang di kembangkan melalui

    analisis tenaga kerja.

    2. Harus mempunyai standar yang digunakan untuk membandingkan calon pekerjaan.

    3. Harus mempunyai pelamar pekerjaan yang akan diseleksi untuk ditempatkan.

    Apabila terjadi salah penempatan (missplacement) maka perlu diadakan suatu program penyesuaian kembali

    (redjustment) pegawai yang berrsangkutan nsesuai dengan keahlian yang dimiliki, yaitu dengan melakukan :

    1. Menempatkan kembali (replacement) pada posisi yang lebih sesuai.

    2. Menugaskan kembali (reasignment) dengan tugas-tugas yang sesuai dengan bakat dan kemampuan.

    2.2.3.5.Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam Penempatan Pegawai

    Adapun dasar penempatan pegawai yang harus dipenuhi adalah sebagai

    berikut (Tohardi 2002:221) :

    1. Job Specification Spesifikasi pekerjaan adalah uraian persyaratan kualitas

    minimum orang yang bisa diterima agar menjalankan satu

    jabatan dengan baik dan kompeten. Pada umumnya spesifikasi

    pekerjaan memuat ringkasan pekerjaan yang jelas dan kualitas

    definitif yang dibutuhkan pemangku jabatan.

    2. Job Description Job description adalah informasi tertulis yang menguraikan

    tugas dan tanggungjawab, kondisi pekerjaan, hubungan

    pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan

    tertentu dalam organisasi.

    3. Skill

  • 22

    Meliputi kemampuan, ketrampilan, pendidikan, dan

    pengalaman yang dimiliki seorang pekerja

    4. Environment Terdiri dari lingkungan tempat bekerja, seperti kenyamanan

    tempat kerja, hubungan dengan rekan kerja, maupun hubungan

    dengan atasan.

    2.2.4. Rotasi Penugasan

    2.2.4.1. Pengertian Rotasi Penugasan

    Karyawan yang melakukan pekerjaan dengan terus menerus dalam kurun

    waktu yang lama serta tidak adanya perubahan tugas dari yang dikerjakan maka

    akan menimbulkan kebosanan. Perusahaan dalam mengatasi masalah yang

    dialami oleh karyawan sengan cara memperbaiki sistem manajemennya dengan

    memperbaharui rancangan pekerjaan. Salah satu alternatifnya adalah penerapan

    kebijakan rotasi pekerjaan. Menurut Mathis and Jackson (2011) ”Rotasi adalah

    proses pemindahan seseorang dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain.”

    Sebuah teknik yang digunakan untuk mengurangi kemonotonan suatu rutinitas

    yang dilakukan karyawan. Biasanya setiap perusahaan memiliki kebijakan-

    kebijakan sendiri dalam penerapan waktu rotasi pekerjaan. Ada yang berkala

    (mingguan, bulanan, tahunan) dan tidak berkala.

    Campion et al (dalam Hsien Ho et al., 2005) mendefinisikan Rotasi

    pekerjaan sebagai berikut :

    ”Job rotation is personnel transfer among departments of different functions or different units of the same department without promotion or salary adjustment” yang berarti rotasi pekerjaan adalah transfer karyawan diantara departemen yang berbeda fungsi

    atau unit pada departemen yang sama tanpa ada penyesuaian

    promosi atau gaji.

    Robbisns (2003) mendefinisikan rotasi pekerjaan sebagai perubahan

    periodeik pekerja dari satu tugas ke tugas yang yang lainnya. Wahyudi (2002:178)

  • 23

    memberikan definisi yaitu “suatu job rotation atau perputaran jabatan merupakan

    suatu mutasi personal yang dilakukan secara horizontal tanpa menimbulkan

    perubahan dalam hal gaji ataupun pangkat/golongan dengan tujuan untuk

    menambah pengetahuan seseorang tenaga kerja dan menghindarkan terjadinya

    kejenuhan. Dalam metode job rotation para karyawan yang mengalami

    perpindahan secara rutin dalam suatu pekerjaan kepekerjaan lain untuk

    memperoleh pengetahuan organisasi atau perusahaan secara menyeluruh.

    2.2.4.2. Manfaat dan Tujuan Rotasi Pekerjaan

    Menurut Bambang Wahyudi (2002:181) mengemukakan beberapa

    keuntungan yang dapat diambil dari rotasi jabatan yaitu antara lain :

    1. Memberikan latar belakang umun tentang organisasi, dan karenanya memberikan sudut pandang yang bersifat

    organisasional.

    2. Mendorong kerjasama antar departemen/unit kerja karena para manajer telah melihat bayak segi persoalan yang dihadapi

    organisasi.

    3. Memperkenalkan sudut pandang yang segar secara periodik kepada berbagai unit kerja.

    4. Mendorong keluwesan organisasi melalui penciptaan Sumber Daya Manusia.

    5. Mampu melaksanakan penilaian prestasi secara komperatif dengan lebih objektif

    6. Memperoleh keunggulan dari on the job training dalam situasi.

    Sedangkan tujuan dari rotasi jabatan adalah untuk menambah

    pengetahuan, pengalaman, meningkatkan keterampilan, dan mengatasi kejenuhan,

    karena mungkin terlalu lama dalam suatu pekerjaan yang ditugaskan kepada para

    karyawan. Untuk lebih jelasnya penulis akan mengemukakan manfaat mutasi

    karyawan menurut Bambang Wahyudi (2002:172) adalah sebagai berikut:

    1. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan jabatan

    yang ada dalam organisasi, sehingga dapat menjamin

    terjadinya kondisi tenaga kerja yang stabil (personal stability).

    2. Membuka kesempatan untuk mengembangkan karier

  • 24

    3. Memperluas dan menambah pengetahuan. 4. Menghilangkan kejenuhan terhadap suatu jabatan. 5. Memberikan imbalan imbalan terhadap prestasi kerja 6. Membuka kesempatan untuk terjadinya persaingan dalam

    meningkatkan prestasi kerja.

    7. Sebagai pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran.

    2.2.4.3.Sebab-sebab dan alasan Rotasi Pekerjaan

    Sebab-sebab rotasi jabatan menurut Malayu Hasibuan (2008:104),

    diklasifikasikan menjadi :

    1. Atas Permintaan Sendiri Rotasi atas permintaan sendiri adalah rotasi yang dilakukan

    atas keinginan sendiri dari karywan yang bersangjutan dan

    mendapat persetujuan pimpinan organisasi

    2. Alih Tugas Produktif (ATP) Alih Tugas Produktif (ATP) adalah rotasi karena kehendak

    pimpinan perusahaan untuk meningkatkan produksi dengan

    menempatkan karyawan yang bersangkutan ke jabatan yang

    sesuai dengan ketrampilannya. ATP ini didasarkan pada

    penilaian prestasi kerja karyawan, kecakapan, kemampuan,

    sikap dan disiplin karyawan.

    Berdasarkan pendapat diatas rotasi jabatan dapat disebabkan atas keinginan

    perusahaan dan keinginan karyawan. Rotasi atas keinginan perusahaan dilakukan

    dengan pertimbangan untuk menghilangkan kejenuhan karyawan, baik dalam

    pekerjaan maupun dalam lingkungan tempat ia bekerja. Sedangkan rotasi jabatan

    atas keinginan karyawan biasanya dilakukan karena alasan keluarga, kesehatan,

    maupun alasan pribadi.

    2.2.4.4. Ruang Lingkup Rotasi Pekerjaan

    Ruang lingkup Rotasi Jabatan menurut Wahyudi (2002:179) dikenal juga

    dengan istilah antara lain :

    1. Mutasi Tempat (Tour of Area), merupakan pemindahan seorang tenaga kerja dari satu tempat/daerah kerja ke

    tempat/daerah kerja yang lain tetapi masih dalam

    jabatan/posisi/pekerjaan yang tingkat atau levelnya sama.

  • 25

    2. Mutasi Jabatan (Tour of Duty), merupakan pemindahan seorang tenaga kerja dari suatu jabatan ke jabatan lain pada

    tingkat/level yang sama dan dalam lokasi yang sama pula.

    3. Rehabilitasi, merupakan suatu kebijaksanaan organisasi untuk menempatkan kembali seorang tenaga kerja pada

    posisi/jabatan/pekerjaannya yang terdahulu, setelah tenaga

    kerja yang bersangkutan menyelesaikan suatu tugas tertentu.

    2.2.4.5.Pengukuran Rotasi Pekerjaan

    Pengukuran rotasi berdasarkan tingkat kebutuhan pegawai dalam

    organisasi. Pegawai hendaknya mengetahui dasar perpindahan posisi dalam

    bekerja, karena jangan sampai Rotasi Pekerjaan akan membuat pegawai tidak

    nyaman dan akan menimbulkan masalah-masalah dalam bekerja.

    Bambang Wahyudi (20 02:109) mendefinisikan rotasi jabatan sebagai

    berikut :

    “rotasi jabatan merupakan suatu mutasi personal yang dilakukan

    secara horizontal tanpa menimbulkan perubahan dalam hal gaji

    ataupun pangkat atau golongan dengan tujuan untuk menambah

    pengetahuan dan pengalaman serta untuk menghindari kejenuhan.”

    Selain itu, agar rotasi jabatan berjalan dengan baik dan sebelum

    rotasi jabatan dilakukan maka menyatakan perlu

    diketahuinya indikator dari rotasi jabatan adalah sebagai berikut :

    1. kemampuan kerja - pengetahuan - keterampilan - penguasaan pekerjaan

    2. sikap kerja - kerja sama

    3. kondisi kerja - Ada/ tidak ada perubahan

    4. sikap pribadi Sikap dan minat terhadap pekerjaan

    2.2.5. Motivasi Kerja

    2.2.5.1. Pengertian Motivasi Kerja

    Motivasi menurut Mathis dan Jackson (2002:88) merupakan hasrat di

    dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan.

  • 26

    Motivasi sebagai penggerak yang mengarahkan pada tujuan. Kata-kata butuh

    ingin, hasrat, dan penggerak sama dengan motivasi yang berasal dari kata motive.

    Hasibuan (2001:143), mendefinisikan motivasi sebagai pemberian daya

    penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau

    bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk

    mencapai kepuasan. Vroom (Gibson et al., 1997:154) mendefinisikan motivasi

    sebagai proses pengaturan pilihan diantara bentuk-bentuk aktivitas suka rela

    alternatif, sebagian besar perilaku dianggap berada di bawah pengendalian orang

    dan karenanya dimotivasi.

    Motivasi merupakan suatu dorongan yang membuat orang bertindak atau

    berperilaku dengan cara-cara. Motivasi ini juga yang dapat menimbulkan

    semangat atau dorongan kerja. Motivasi berasal dari kata motivation, yang artinya

    dorongan daya batin, sedangkan to motivate artinya mendorong untuk berperilaku

    atau berusaha (Sihotang, 2007:243). Pengertian ini menerangkan mengapa

    seorang pegawai bersedia melakukan suatu pekerjaan pada suatu lembaga.

    Keadaan ini tentu karena adanya motif atau dorongan dalam diri seorang

    karyawan. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan,

    mempengaruhi dan memelihara perilaku manusia. Perilaku manusia sebenarnya

    hanyalah cerminan yang paling sederhana dari motivasi dasar mereka. Motivasi

    mengacu pada sebab munculnya sebuah perilaku, seperti faktor-faktor yang

    mendorong seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

    Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud motivasi kerja adalah

    daya dorongan dalam diri seorang pegawai untuk bekerja dengan ketrampilan dan

    pengetahuan yang dimilikinya.

  • 27

    2.2.5.2. Teori Motivasi Kerja

    Ada banyak teori yang membahas tentang motivasi diantaranya adalah

    teori hirarki kebutuhan Maslow, teori ERG Aldefer, dan teori harapan Vroom.

    1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

    Teori hirarki kebutuhan dari Maslow (Gibson et al., 1997) adalah suatu

    teori motivasi manusia yang telah mendapat banyak perhatian pada masa lalu

    dikembangkan oleh Abraham Maslow. Teori ini mengklasifikasikan kebutuhan

    manusia menjadi lima kategori dalam urutan menarik secara berurutan, sampai

    kebutuhan yang paling mendasar cukup dipenuhi, seseorang tidak akan

    mengusahakan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Hirarki kebutuhan

    Maslow (Gibson et al., 1997:189), meliputi :

    a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs). Merupakan kebutuhan pertama yang harus terpenuhi terlebih

    dahulu, kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk

    mempertahankan hidup dan merupakan kebutuhan yang paling

    mendasar dalam pemenuhan akan makan, minum, perumahan,

    seks, istirahat, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan ini

    merupakan kebutuhan yang paling mendasar karena merupakan

    kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai manusia normal dan

    untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.

    b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs). Merupakan kebutuhan kedua setelah kebutuhan pertama

    terpenuhi, kebutuhan ini meliputi perlindungan dan stabilitas.

    Penerapannya dalam organisasi adalah dengan pengembangan

    karyawan, kondisi kerja yang aman, rencana-rencana senioritas

    tenaga kerja, tabungan, uang pesangon, dan jaminan pensiun.

    c. Kebutuhan sosial (social needs). Merupakan penilaian karyawan terhadap pemenuhan organisasi

    terhadap kebutuhan cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan

    diterima dalam kelompok, keluarga asosiasi kelompok-

    kelompok kerja formal dan informal, kegiatan-kegiatan yang

    disponsori oleh organisasi, dan acara-acara peringatan.

    d. Kebutuhan penghargaan (esteem needs). Merupakan penilaian karyawan terhadap pemenuhan organisasi

    terhadap kebutuhan status atau kedudukan, kepercayaan diri,

    pengakuan, reputasi dan prestasi, apresiasi, kehormatan diri,

    penghargaan, kekuasaan, ego, promosi, hadiah, status, simbol,

  • 28

    pengakuan, dan jabatan. Semakin tinggi status makan semakin

    tinggi pula kebutuhan akan pengakuan, penghormatan, dan

    harga diri.

    e. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs). Merupakan kebutuhan yang meliputi penggunaan potensi diri

    un pertumbuhan dan pengembangan diri. Penerapannya adalah

    dalam bentuk menyelesaikan tugas-tugas yang sifatnya

    menantang, melakukan pekerjaan-pekerjaan kreatif, dan

    pengembangan ketrampilan.

    Gambar 2.1

    SEGITIGA MASLOW

    Sumber: http://bk2009.wordpress.com/2009/09/14/teori-maslow/ (2009)

    2. Teori Dua Faktor Herzberg

    Herzberg mengembangkan dan memperluas teori Maslow yang dapat

    diterapkan dalam motivasi kerja dan biasa dikenal dengan The Two Factor

    Theory. Atas dasar hasil penelitiannya, Herzberg (Wexley dan Yukl, 1992:136),

    memisahkan dua kategori pekerjaan, yaitu :

    1) Faktor “Motivator” Faktor motivator ini dapat memacu seseorang untuk bekerja

    lebih baik dan bergairah. Yang termasuk kategori ini antara

    lain : pengakuan dari orang lain, peluang untuk berprestasi,

    tantangan dan tanggung jawab. Terpenuhinya faktor ini,

    menyebabkan orang merasa puas, tetapi bila tidak terpenuhi,

    tidak akan mengakibatkan ketidakpuasan yang berlebihan.

  • 29

    2) Faktor “Hygiene” Keberadaan faktor ini tidak akan meningkatkan motivasi,

    namun faktor ini kalau tidak ada akan menimbulkan

    ketidakpusan. Yang termasuk dalam faktor ini antara lain gaji,

    cara pengawasan, hubungan antara pekerja, kondisi kerja.

    Faktor-faktor ini bertindak sebagai pencegah ketidakpuasan.

    Herzberg dalam Robbins (2006: 219) mengemukakan hipotesis bahwa

    motivator-motivator menyebabkan seseorang beralih dari suatu keadaan tidak

    puas ke keadaan puas. Oleh karena itu, teori Herzberg memprediksi bahwa para

    manajer dapat memotivasi individu-individu dengan jalan ”memasukkan”

    motivator-motivatornya ke dalam pekerjaan seseorang individu, yaitu proses yang

    dinamakan perkayaan pekerjaan (job enrichment). Selanjutnya untuk faktor-faktor

    higienes dikatakan bahwa mereka tidak bersifat motivasional. Menurut Herzberg,

    seorang individu tidak akan mengalami perasaan tidak puas dengan pekerjaannya

    apabila individu tidak memiliki keluhan-keluhan tentang faktor-faktor higienes

    tersebut. Yang menarik dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Herzberg ialah

    apabila para pekerja merasa puas dengan pekerjaan, kepuasan itu didasarkan pada

    faktor-faktor yang sifatnya intrinsik seperti keberhasilan mencapai sesuatu,

    pengakuan yang diperoleh, sifat pekerjaan yang dilakukan, rasa tanggung jawab,

    kemajuan dalam karier dan pertumbuhan profesional dan intelektual, yang dialami

    oleh seseorang. Sebaliknya apabila para pekerja merasa tidak puas dengan

    pekerjaannya, ketidakpuasan itu pada umumnya dikaitkan dengan faktor-faktor

    yang sifatnya ekstrinsik, artinya bersumber dari luar diri pekerja yang

    bersangkutan, seperti kebijaksanaan organisasi, pelaksanaan kebijaksanaan yang

    telah ditetapkan, supervisi oleh para manajer, hubungan interpersonal dan kondisi

    kerja.

  • 30

    2.2.5.3.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja

    Adapun indikator yang menjadi faktor untuk menilai motivasi kerja

    menurut teori dua faktor Herzberg (dalam sedarmayanti, 2008:233)

    dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

    1) Faktor Pemuas yang disebut juga motivator merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari

    dalam diri seseorang tersebut (condition intrinsic) antara lain :

    a. Prestasi yang diraih (achievement) b. Pengakuan orang lain (recognition) c. Tanggungjawab (responsibility) d. Peluang untuk maju (advancement) e. Pekerjaan itu sendiri (the work itself) f. Kemungkinan pengembangan karir (the possibility of growth) 2) Faktor pemelihara (maintenance factor) disebut juga hygiene

    factor merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan

    kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai

    manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Faktor ini

    juga disebut dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang

    merupakan tempat pemenuhan kebutuhan tingkat rendah yang

    dikualifikasikan ke dalam faktor ekstrinsik, yang meliputi :

    a. Kompensasi b. Keamanan dan Keselamatan Kerja c. Kondisi Kerja d. Status e. Prosedur Perusahaan f. Mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal diantara

    teman sejawat, dengan atasan dan dengan bawahan.

    2.2.6. Kinerja Pegawai

    2.2.6.1. Pengertian Kinerja Pegawai

    Kinerja merupakan perilaku organisasi yang secara langsung berhubungan

    dengan produksi barang atau penyampaian jasa. Informasi tentang kinerja

    organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting digunakan untuk

    mengevaluasi apakah proses kinerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah

    sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam

    kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada

  • 31

    ang mempunyai informasi tentang kinerja dalam organisasinya. Kinerja sebagai

    hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu

    organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan

    organisasi dalam periode waktu tertentu.

    Simamora (2000:423) menyatakan kinerja (performance) diartikan sebagai

    ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan

    motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Masalah kinerja selalu mendapat perhatian

    dalam manajemen, karena sangat berkaitan dengan produktivitas lembaga atau

    organisasi. Faktor utama yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai atau

    karyawan adalah kemampuan dan kemauan, memang diakui banyak orang yang

    mampu, tetapi tidak mau sehingga tetap tidak menghasilkan kinerjanya.

    Menurut Rivai dan Basri (2005) kinerja adalah kesediaan seseorang atau

    kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya

    sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.

    Soedarmayanti (2001) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil atau keluaran dari

    suatu proses. Kinerja memiliki hubungan yang erat dengan produktivitas karena

    merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat

    produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai

    adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai atau karyawan dalam

    melaksanakan tugas atau pekerjaannya guna pencapaian tujuan organisasi atau

    tujuan perusahaan.

  • 32

    2.2.6.2. Penilaian Kinerja

    Penilaian kinerja (Performance appraisal) adalah suatu cara yang

    dilakukan untuk menilai prestasi kerja seorang karyawan apakah mencapai target

    pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Penilaian kinerja mengacuk kepada suatu

    sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan

    mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil

    termasuk tingkat kehadiran. Dengan demikian penilaian prestasi merupakan hasil

    ekerja karyawandalam lingkup tanggung jawab.

    Penilaian kinerja karyawan dapat diartikan sebagai sebuah mekanisme

    yang baik untuk mengendalikan karyawan. Penilaian kinerja karyawan yang

    dilakukan dengan benar akan menguntungkan perusahaan karena adanya

    kepastian bahwa upaya-upaya individu memberikan kontribusi kepada focus

    strategi perusahaan (Rivai, 2006)

    Menurut mangkuprawira (2002), penilaian kinerja merupakan proses yang

    dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerja seseorang. Apabila hal

    itu dilakukan dengan benar para karyawan, penyelia mereka, departemen sumber

    daya manusia dan perusahaan akhirnya akan memperoleh keuntungan dengan

    jaminan bahwa upaya para individu karyawan mampu berkontribusi pada focus

    strategic perusahaan.

    2.2.6.3. Manfaat dan Tujuan Penilaian Kinerja Pegawai

    Manfaat dan tujuan penilaian menurut Suhariadi (2013) adalah sebagai

    berikut :

    Penilaian kinerja dilakukan agar suatu organisasi dapat melihat

    sampai sejauh mana faktor manusia dapat menunjang organisasi,

    seperti misalnya : memilih, menempatkan, menentukan kebutuhan

  • 33

    dan evaluasi secara obyektif. Tujuan dasar penilaian tersebut

    adalah sebagai berikut :

    1. Administratif Melakukan identifikasi individu (mengukur akurasi dan

    konsistensi performa individu) yang meliputi antara lain :

    promosi, monitoring kualitas kinerja, standar kinerja, dan basis

    data upah penghargaan.

    2. Pengembangan Mengembangkan penilaian yang berlandaskan umpan balik

    untuk bantu karyawan pahamii ekspektasi, dimensi performa

    kunci kerja, kekuatan dan kelemahan performanya

    3. Supervisori Membantu para supervisor untuk lebih berfikir sistematis

    tentang performa karyawan dan memperlancar jalur

    komunikasi dengan karyawan dalam proses penilaian kinerja

    4. Simbolik Kepedulian pihak manajemen terhadap performa karyawan

    yang baik dan benar-benar diukur dengan sistem penilaian

    yanjg tepat

    2.2.6.4. Indikator Penilaian Kinerja Pegawai

    Menurut Bernadin dan Russel (1993) dalam Sulistuyani (2003)

    mengutarakan untuk pengukuran kinerja atau hasil dari seorang karyawan

    digunakan sebuah daftar pertanyaan yang berisikan beberapa dimensi tentang

    hasil kerja atau kinerja. Indikator yang menjadi faktor untuk menilai kinerja

    karyawan, yaitu :

    1. Quality (Kualitas Kerja Karyawan) Adalah sebagai The degree to which the process or either corforming ti some idea way performing to activity of fulfilling the activity’s intended purpose. Quality berati suatu tingkatan yang menunjukkan proses pekerjaan atau hasil yang telah

    dicapai dari suatu pekerjaan yang mendekati kesempurnaan

    2. Quantity (Kuantitas Kerja Karyawan) Adalah sebagai The amount producer, expressed in such term as dollar value, member of unit or nmber of completes activity cycler. Quantity berarti jumlah yang diproduksi yang dinyatakan dalam nilai mata uang, jumlah unit produksi

    ataupun dalam jumlah siklus aktivitas yang telah terselesaikan.

    3. Timeliness (Kecepatan Kerja Karyawan) Adalah sebagai The degree to which an activity completed, or a result produced, at the earliest time desirable from the stand point of both coordinating with the putput of other and

  • 34

    maximizing the time available for other activities. Timeliness berarti suatu tingkatan yang menunjukkan bahwa suatu

    pekerjaan dapat terselesaikan lebih cepat dari waktu yang telah

    ditentukan.

    4. Need for supervision (Kemandirian Kerja) Adalah sebagai The degree to which a performer can carry out a job function without eithe having to request supervisory intervention to prevent an adverse outcome. Need for supervision berarti suatu tingkatan dimana seorang karyawan dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa harus

    meminta bimbingan atau campur tangan dari penyelia.

    5. Interpersonal Impact (Kenyamanan Kerja) Adalah sebagai The degree to which a performer promotes feelings sefesteem, goodwill and cooperation among coworkerr dan subordinates. Interpersonal Impact berarti suatu tingkat keadaan dimana karyawan dapat menciptakan suasana nyaman

    dalam bekerja, percaya diri, berbuat baik dan bekrja sama antar

    rekan sekerja.

    2.3. Hipotesis

    Hipotesis disini merupakan suatu jawaban sementara mengenai suatu

    permasalahan yang dibuat untuk memecahkan permasalahan tersebut.

    Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan kerangka

    konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi hipotesis

    penelitian ini adalah :

    2.3.1. Pengaruh Persepsi Penerapan SPPD Detasering Terhadap Motivasi

    Supervisor

    SPPD Detasering adalah salah satu jenis Kompensasi Finansal yang

    diterima supervisor dalam rangka penugasan pengawasan proyek di lapangan.

    Menurut Suhariadi (2013) kompensasi dapat dikatakan sebagai suatu penghargaan

    dari usaha yang diberikan karyawan yang dimanifestasikan sebagai hasil produksi

    atau suatu jasa yang dianggap sama dengan itu, yang berwujud uang, tanpa suatu

    jaminan yang pasti dalam setiap mingu atau tiap bulan. Menurut Surat Edaran

  • 35

    General Manajer PLN JMK Nomor 021.E/GM/2014 tanggal 21 November 2014

    Perjalanan Dinas Pengawasan Pekerjaan Rutin (detasering) adalah Biaya yang

    dibayarkan kepada Pegawai yang ditugaskan diluar tempat kedudukan

    administratifnya yaitu kantor induk atau unit manajemen konstruksi untuk

    keperluan pekerjaan rutin atau ditempatkan sementara disuatu tempat. Penelitian

    yang dilakukan oleh Kusumah (2015) dengan judul Pengaruh Pengaruh Budaya

    Organisasi dan Kompensasi Terhadap Kinerja dengan Motivasi Kerja Sebagai

    Variabel Intervening, menemukan bukti bahwa Kompensasi berpengaruh positif

    dan signifikan terhadap motivasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka

    dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

    H1 : Persepsi Penerapan SPPD detasering berpengaruh positif signifikan

    terhadap motivasi supervisor

    2.3.2. Pengaruh Persepsi Kesesuaian Penempatan Terhadap Motivasi

    Supervisor

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rifa’i (2014) dengan judul

    Penempatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan Pada Bank

    Syariah Mandiri Cabang Malang, menemukan bukti bahwa ketepatan penempatan

    kerja berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi. Berdasarkan hal tersebut,

    maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

    H2 : Kesesuaian penempatan berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi

    supervisor

    2.3.3. Pengaruh Persepsi Rotasi Penugasan Terhadap Motivasi Supervisor

    Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Mansur (2009) dengan judul

    Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Rotasi Pekerjaan Terhadap Motivasi

  • 36

    Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Pegawai Ditjen Pajak (Studi Pada Kantor

    Pelayanan Pajak berbasis Administrasi Modern KPP Pratama Semarang Timur),

    menemukan bahwa rotasi pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

    motivasi kerja. Berdasarkan hal tersebut maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

    H3 : Rotasi penugasan berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi

    supervisor

    2.3.4. Pengaruh Motivasi Supervisor Terhadap Kinerja Supervisor

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Riandini (2015) meneliti dengan

    judul Pengaruh motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan PT Bank

    Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Surabaya Bukit Darmo dengan

    intervening komitmen organisasional, menemukan bahwa motivasi kerja

    berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Atas dasar inilah dapat ditarik

    hipotesis :

    H4 : Motivasi Supervisor berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja

    Supervisor

    2.4. Kerangka Konseptual

    Berdsarkan teori-teori yang telah dikemukakan maka dapat digambarkan

    model hubungan antar variable dalam kerangka konseptual pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2

    Kerangka Konseptual

    Persepsi Penerapan SPPD Detasering (X1)

    Persepsi Kesesuaian Penempatan (X2)

    Persepsi Rotasi Penugasan (X3)

    Motivasi Supervisor

    (Z)

    Kinerja Supervisor (Y)

  • 37

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis dan Disain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian yang bersifat cross

    sectional, yaitu jenis desain penelitian yang berupa pengumpulan data dari sampel

    tertentu yang hanya dilakukan satu kali. Metode yang digunakan dalam penelitian

    ini merupakan metode kuantitatif, dimana yang akan diteliti tentang pengaruh

    antar variable dengan menggunakan metode statistic.

    Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dimana variable

    yang diteliti tidak dimanipulasi dan dikontrol oleh peneliti karena manifestasinya

    sudah berlangsung dan tidak dimanipulasi (Kerlinger dan Lee, 2000). Penelitian