Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1. PENDAHULUAN
PT. Buana Centra Swakarsa adalah sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan
mempunyai 5 core business yaitu:
transportation, warehouse, packaging, freight
forwarding dan railway. PT. Buana Centra
Swakarsa yang sering dikenal masyarakat
sebagai BCS-Logistics mempunyai kantor pusat
di Jl. Raya Merak Km. 115 Cilegon Banten dan
mempunyai beberapa site di Jawa dan Bali.
Pada jurnal ini, secara khusus penulis
membahas tentang sistem order (pemesanan)
unit kendaraan dari kustomer di bidang bisnis
transportasi. BCS-Logistics mempunyai
berbagai moda transportasi darat yaitu: trailer
bulk, trailer flat bed, dump truck, light truck
CDD, tronton bulk dan tronton flat bed.
Order dari kustomer yang diterima oleh
marketing akan dieksekusi oleh pihak
operasional transport. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan pihak operasional transport
terdiri dari pengurus dan fleet. Tugas dari
pengurus untuk melakukan perencanaan
plotting unit kendaraan dan driver sesuai
dengan order yang diterima oleh marketing.
Fleet bertugas untuk merealisasikan
perencanaan itu dan memastikan bahwa unit
kendaraan dan driver yang sudah ditentukan
siap untuk berangkat. Apabila jumlah unit
kendaraan yang diminta oleh kustomer tidak
mencukupi seharusnya pihak operasional
menginformasikan kepada pihak marketing.
Tapi pada kenyataannya informasi seperti ini
tidak otomatis didapatkan oleh pihak marketing.
Mereka harus bertanya dulu ke pihak
operasional tentang ketersediaan unit kendaraan
untuk memenuhi order dari kustomer.
Selama ini komunikasi antara marketing
dan operasional belum mampu menjawab
berapa ketersediaan unit kendaraan pada suatu
waktu, berapa unit yang sudah dialokasikan
atau plotting untuk memenuhi customer request
dalam rentang waktu tertentu. Misalnya dua
hari atau tiga hari ke depan berapa unit
kendaraan yang sudah dialokasikan atau berapa
yang available serta order untuk kustomer
mana saja yang sudah dialokasikan. Walaupun
komunikasi antara marketing dan operasional
sudah dilakukan melalui beberapa media seperti
email, WhatsApp dan telepon, tetapi masih
sering terjadi permasalahan karena
ketidakakuratan data dan sistem pencatatan
yang tidak baku.
Adapun permasalahan yang paling sering
muncul adalah mengenai ketidaksinkronan
pengetahuan atau data antara marketing dan
operasional tentang jumlah unit kendaraan
yang tersedia. Sering pihak marketing merasa
malu kepada kustomer karena sudah
menjanjikan ketersediaan unit kendaraan, tapi
pada saat unit kendaraan diperlukan ternyata
tidak tersedia. Adapun kesanggupan pengadaan
unit kendaraan oleh marketing berdasarkan
komunikasi yang dilakukan dengan operasional
sebelumnya. Tentu saja permasalahan ini
menimbulkan konflik internal antara marketing
dan operasional. Selain itu, image atau citra
perusahaan di mata kustomer menjadi tidak
baik, karena tidak mampu memberikan
pelayanan yang maksimal.
Selama ini belum ada suatu sistem yang
dapat memberikan data secara online kepada
semua pihak yang berkepentingan, baik pihak
marketing, operasional transport bahkan para
middle atau top management. Selain itu,
marketing tidak tahu status dari sebuah unit
kendaraan, apakah sudah mendapat surat tugas ,
sudah menerima uang jalan operasional atau
sudah kembali dari kustomer. Jika status unit
kendaraan sudah ada surat tugas, berarti driver
nya dapat mengambil Uang Jalan Operasional
(UJO) ke kasir. Jika sudah mendapat UJO,
maka driver dapat segera berangkat. Setelah
berangkat dan tiba di kustomer, maka unit
kendaraan akan melakukan bongkar muatan dan
kembali dari kustomer menuju pool BCS-
Logistics.
Dari pihak manajemen, hal ini menjadi
kendala dalam hal menentukan kebijakan-
kebijakan strategis untuk melakukan perluasan
pasar atau mencari pasar baru. Hal ini
disebabkan, mereka tidak mengetahui secara
persis berapa rata-rata armada atau unit
kendaraan yang tersedia pada suatu saat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
dan tim IT (Information & Technology) BCS-
Logistics bermaksud membangun sebuah
sistem aplikasi yang mampu memberikan
informasi akurat tentang ketersediaan unit
kendaraan pada waktu tertentu beserta status
unit kendaraan tersebut. Sistem aplikasi ini sub
system dari Sistem Customer Order (Trucking).
Sebelumnya di BCS-Logistics sudah dibangun
Sistem Customer Order (Trucking). Selain
sistem aplikasi matriks visualisasi yang akan
dibangun, banyak modul lain yang dimiliki oleh
sistem Customer Order (Trucking), diantaranya
interface dengan sistem GPS (Global
Positioning System), sub system Monitoring,
sub system pembutan surat jalan. Penulis tidak
akan membahas sub system tersebut pada
tulisan ini.
Dengan adanya sistem matriks visualisasi
ini, semua pihak berkepentingan dapat secara
cepat mengetahui jumlah ketersediaan unit
kendaraan pada suatu waktu, jumlah unit
kendaraan yang sudah plotting atau
dialokasikan pada rentang waktu tertentu tanpa
perlu melakukan komunikasi yang rumit. Jika
sistem aplikasi sudah tersedia, maka pihak
manajemen dapat secara cepat mengetahui
ketersediaan unit kendaraan pada suatu saat dan
dapat melakukan koordinasi segera dengan
pihak operasional trasnport. Walaupun
sebenarnya sistem aplikasi matriks visualisasi
yang dimaksud merupakan konsumsi pada level
operasional, akan tetapi dengan adanya sistem
ini, pihak manajemen dapat melakukan kontrol
secara lebih detail.
2. METODE PENELITIAN
Dalam membangun sistem aplikasi matriks
visualisasi, penulis dan tim IT BCS-Logistics
menggunakan metode penelitian sebagai
berikut:
a. Untuk pengumpulan data
dipergunakan metode observasi atau
penelitian kasus / lapangan dan
wawancara dengan user.
b. Untuk pengembangan aplikasi
perangkat lunak menggunakan metode
penelitian kualitatif yaitu prototype
karena user tidak tahu persis proses
dan output seperti apa yang mereka
butuhkan. Sementara tim pengembang
aplikasi (IT) juga belum tahu pasti
program aplikasi seperti apa, misalnya
user interface dan report seperti apa
yang akan dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan user.
Sebelum melakukan pembahasan lebih
lanjut, berdasarkan hasil wawancara dengan
user, penulis merasa perlu menjelaskan secara
singkat hal - hal yang menjadi permasalahan
bagi marketing untuk mengetahui secara tepat
dan cepat tentang ketersediaan unit kendaraan:
a. Ketidaksinkronan pengetahuan antara
marketing dan operasional mengenai
jumlah unit kendaraan yang tersedia
(available) pada suatu waktu.
b. Ketidaktahuan marketing tentang status
order, apakah order tersebut sudah
diproses oleh operasional atau belum.
Hal ini berkaitan dengan status unit
kendaraan apakah sudah
mempunyai surat tugas, apakah sudah
mendapatkan uang jalan operasional
atau sudah kembali dari kustomer.
c. Tidak ada tools atau alat bantu yang
dapat memvisualisasikan tentang
kebutuhan unit kendaraan pada suatu
waktu tertentu
Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya, maka permasalahan hanya akan
membahas tentang bagaimana marketing dapat
melakukan input data order. Selanjutnya data
order itu diproses oleh pengurus transport
dalam membuat perencanaan plotting unit
kendaraan dan driver. Perencanaan itu
dieksekusi oleh fleet dengan melakukan input
data plotting unit kendaraan dan driver pada
sistem aplikasi yang dibangun. Sehingga
dihasilkan output dari sistem adalah berupa
matriks visualisasi plotting unit kendaraan.
Pembahasan tidak mencakup sistem lain
yang ada pada marketing, seperti quotation,
intelijen pemasaran maupun operasi pemasaran,
monitoring atau tracking unit kendaraan,
pembuatan surat tugas. Selain itu, pembahasan
juga tidak mencakup proses penentuan status
unit kendaraan seperti: pembuatan surat tugas,
pemberian uang jalan operasional kepada driver
yang membawa unit kendaraan tersebut serta
proses unit kendaraan kembali dari kustomer.
Perubahan status unit kendaraan tersebut
dilakukan pada modul lain dari sistem informasi
yang ada. Namun output dari modul tersebut
mampu memberikan informasi status unit
kendaraan pada matriks visualisasi yang
dimaksud.
Walaupun goal atau tujuan dari
pengembangan sistem ini adalah untuk
membuat visualisasi berupa matriks plotting
unit kendaraan, akan tetapi ruang lingkup
pengembangan sistem mencakup beberapa hal
lain yaitu pembuatan screen untuk input order,
pembuatan screen untuk melakukan plotting
unit kendaraan dan driver, serta pembuatan
matriks untuk visualisasi plotting unit. Untuk
selanjutnya, penulis cukup menulis unit untuk
istilah unit kendaraan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang diharapkan dari
implementasi sistem visualisasi plotting unit
kendaraan dapat penulis uraikan sebagai
berikut:
a. Untuk mempermudah user baik
marketing maupun operasional
transport atau pihak-pihak lain yang
berkepentingan misalnya pihak
manajemen, dalam melihat jumlah unit
yang dialokasikan pada waktu tertentu.
b. Untuk mempermudah user melihat unit
kendaraan sudah dialokasikan untuk
order kustomer mana saja.
c. Untuk memberikan pengetahuan
kepada user, berapa unit kendaraan
yang available pada waktu tertentu.
d. Untuk mempermudah user mengetahui
berapa total unit yang sudah
dialokasikan untuk memenuhi order
tertentu dan berapa yang belum
dialokasikan sesuai dengan order.
e. Memperlancar komunikasi dan
koordinasi yang lebih baik antara
marketing dan operasional transport.
f. Mengetahui status unit kendaraan yang
sudah plotting apakah sudah mendapat
surat tugas, apakah sudah menerima
uang jalan operasional dan apakah
sudah kembali dari kustomer.
3.2 Hasil Analisa Dan Perancangan Sistem
Untuk mengetahui proses dan data yang
diperlukan oleh user dalam pengembangan
aplikasi ini, maka penulis terlebih dahulu
berdiskusi dengan user, baik marketing maupun
pihak operasional transport. Di bawah ini
adalah alur proses untuk pembuatan matriks
plotting unit. Yang menjadi perhatian adalah
bagan yang diberi kotak merah.
Gambar 1. Alur proses pembuatan
matriks plotting unit
Pada Gambar 1, proses berupa Matriks
Order Request menunjuk ke sistem matriks
visualisasi plotting unit dan driver. Dari diagram
tersebut dapat dilihat bahwa matriks visualisasi
merupakan output dari proses plotting unit dan
driver. Setelah marketing menerima order, maka
mereka akan input data ke sistem Customer
Order (Trucking). Data ini akan dilengkapi oleh
pihak fleet trasnport dengan melakukan plotting
unit dan driver sesuai kebutuhan order
marketing. Selanjutnya hasil plotting dapat
dilihat pada matriks visualisasi plotting unit dan
driver, sebagai sistem yang akan dikembangkan.
Dari hasil diskusi dengan user, diperoleh
rancangan visualisasi berupa matriks plotting
unit yang mereka harapkan untuk dapat
dikembangkan. Adapun rancangan matriks yang
dimaksud seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Matriks visualisasi plotting unit
Untuk penjelasan lebih lanjut, penulis
menggunakan gambar di atas untuk
menjelaskan beberapa hal yang terdapat pada
matriks.
Dari matriks dapat dilihat pengalokasian
atau plotting suatu unit untuk tanggal
tertentu. Misalnya unit A9066RM sudah
dialokasikan untuk suatu order pada tanggal
2,6,7 dan 8 Mei 2018. Artinya A9066RM
tidak dapat dipakai untuk memenuhi order
dari kustomer lain pada tanggal tersebut.
Pada tanggal tanggal 2 Mei 2018 unit
A9066RM sudah dialokasikan dengan
menggunakan kode BAH.1.U Arti dari kode
ini adalah
o Tiga huruf pertama kode kustomer,
BAH = Bahari Caraka Sarana
Indonesia, PT
o Satu angka berikutnya setelah
BAH menunjukkan jumlah ritase.
BAH.1 berarti A9066RM untuk
tanggal 2 Mei 2018 dialokasikan
bagi kustomer Bahari Caraka
Sarana Indonesia, PT sebanyak 1
rit.
o Satu huruf berikutnya memberikan
informasi tentang status unit : S
berarti sudah mendapat surat tugas,
U berarti sudah menerima uang
jalan operasional dan P berarti
sudah kembali dari kustomer
Secara singkat, kode BAH.1.U yang ada pada
unit A9066RM pada kolom 2 adalah: pada
tanggal 2 (current month and current year)
telah dialokasikan unit A9066RM untuk
memenuhi order dari Bahari Caraka Sarana
Indonesia, PT sebanyak 1 rit dan pada saat data
dilihat, status dari unit itu adalah sudah
mendapatkan Uang Jalan Operasional (UJO).
Hal ini berarti, untuk tanggal 2 unit A9066RM
tidak dapat dialokasikan untuk order lain,
harus dicari unit lain yang available. Dengan
demikian pihak marketing akan sangat terbantu
untuk memutuskan apakah menerima order dari
pihak kustomer atau tidak pada tanggal tersebut.
Mereka akan mengetahui secara pasti berapa
unit available pada hari atau tanggal itu.
Ada kalanya sebuah unit dialokasikan untuk
lebih dari satu ritase dalam satu hari.
Tergantung dari jarak dan lama tempuh. Kalau
jarak dekat misalnya dari pelabuhan Merak ke
Kawasan Industri Cilegon, sebuah unit dapat
dialokasikan 4 atau 5 rit dalam sehari. Tapi
kalau rute Cilegon ke Cikarang, dialokasikan 1
rit dalam sehari.
Beberapa nama kustomer dapat diketahui
dari kodenya seperti yang terlihat pada table
berikut:
Table 1. Kode kustomer
Penulis juga merasa perlu memaparkan
beberapa user’s requirement dan hasil analisa
sebagai berikut:
a. Jumlah unit yang dioperasikan dan diinput
pada sistem ini sebanyak 95 unit
kendaraan, yaitu hanya untuk : tronton flat
bed, trailer flat bed dan trailer bulk. Tidak
termasuk unit CDD dan dump truck. Hal ini
disebabkan karena sistem operasional
untuk tipe kendaraan tersebut berbeda.
Misalnya untuk dump truck, sudah jelas
plotting unit kendaraan dan driver setiap
hari tanpa harus input order customer
request dari marketing. Hal ini disebabkan
untuk transportasi dump truck terikat
dengan kontrak kustomer dalam jangka
waktu 2 atau 3 tahun. Sedangkan untuk
trailer, sistem operasional dapat bersifat
spots atau retail. Order dari kustomer
mungkin hanya 5 unit kendaraan untuk 1
bulan atau rentang waktu tertentu.
b. Sebelum unit berangkat, inspektor harus
melakukan inspeksi terhadap unit dan
driver, apakah unit layak beroperasi dan
apakah kesehatan driver cukup fit untuk
berkendara.
c. Marketing dapat input satu order (customer
references number) untuk beberapa tanggal,
tipe unit dan rute yang berbeda seperti
contoh berikut ini.
Gambar 3. Contoh input order marketing
Dari Gambar 3 di atas, marketing akan input
data order berupa nama kustomer, PIC
kustomer, nomor telepon, nomor order dan
cargo yang mau dibawa. Nomor order akan
auto generate oleh sistem dengan format
tertentu. Setelah input data kustomer, marketing
akan melanjutkan untuk input tanggal unit
dibutuhkan, tipe unit dan rute yang akan
ditempuh. Kolom UoM dapat terdiri dari ritase
atau tonase, sesuai dengan satuan tarif yang
sudah disepakati dengan kustomer.
d. Setelah marketing selesai input data order,
maka fleet dapat melakukan plotting unit
dan driver.
Gambar 4. Plotting unit dan driver
Berdasarkan data order yang sudah di-input
marketing, pihak fleet melakukan plotting unit
dan driver. Gambar 4 di atas adalah hasil
plotting unit oleh fleet untuk order tanggal 02-
05-2018 yang membutuhkan 10 rit dengan rute
dari pelabuhan Cigading ke Latinusa. Untuk
order tanggal 3,4,5 dan 6 Mei 2018, fleet dapat
melakukan hal yang sama.
e. Apabila sudah ada unit dan driver yang
dialokasikan untuk tanggal tertentu dan
ternyata jumlah unit nya masih kurang,
maka fleet dapat input jumlah unit yang
akan ditambah atau direvisi seperti tabel
berikut.
Gambar 5. Revisi plotting unit dan driver
f. Unit yang sedang dalam perbaikan, tidak
dapat dialokasikan untuk suatu order. Pada
sistem akan muncul message. Apabila
kerusakan hanya sedikit dan pihak inspektor
mengijinkan unit dapat dialokasikan, maka
saat melakukan plotting harus ada approval
dari supervisor atau manager operasional
transport.
Setelah melakukan diskusi dengan user dan
observasi ke lapangan, penulis segera membuat
rancangan user interface dan matriks visualisasi
seperti yang dibutuhkan oleh user. Sebelum
implementasi sistem, penulis melakukan
presentasi secara bertahap ke user yang dikenal
dengan metode prototype yaitu dengan
melakukan presentasi ke user setiap kali selesai
beberapa fungsi atau user interface dibuat.
Apabila ada perubahan, segera dilakukan
modifikasi program. Setelah itu, dilakukan lagi
presentasi sampai user benar-benar yakin
bahwa sistem sudah memenuhi requirement
mereka.
3.2 Data Flow Diagram
Pada pembahasan ini, akan dijelaskan
bagaimana alur data yang ada pada sistem yang
akan dikembangkan.
Sebelumnya, penulis perlu menjelaskan
bahwa pada sistem yang lain sudah terbentuk
beberapa master data seperti master data untuk
kustomer, nomor unit, driver, rute, dll.
Sehingga dalam pembuatan sistem ini, ada link
data ke sub sistem lain yang sudah dibangun di
BCS-Logistics. Hal ini sangat memudahkan
user dalam menginput data dan secara sistem
data menjadi lebih terintegrasi antar satu sub
system dengan sub system lainnya.
Proses lebih detail dari DFD di atas dapat
dijelaskan pada DFD berikut ini:
Gambar 6a. DFD Master data
Proses diawali dengan marketin input data
order. Untuk melengkapi data order seperti
kustomer, rute, tipe unit dan jenis kargo, sistem
mengambil dari tabel master yang sudah ada.
Gambar 6b. DFD Input Order
Setelah input data, maka sistem akan
menampilkan inquery daftar order yang sudah
di-input.
Gambar 6c. DFD Plotting unit
Berdasarkan data order yang sudah diinput
oleh marketing, maka fleet akan melakukan
plotting unit dan driver. Sebelumnya sudah
dijelaskan bahwa unit yang masih dalam
perbaikan tidak boleh dialokasikan untuk order
tertentu. Pada saat fleet melakukan plotting unit,
maka sistem akan melakukan pengecekan
apakah unit ada dalam perbaikan atau tidak.
Jika dalam perbaikan dan dianggap unit masih
layak beroperasi, maka fleet menghubungi
supervisor atau manajer untuk melakukan
approval. Sistem akan ubah status unit
kendaraan menjadi tidak sedang dalam
perbaikan dan unit dapat beroperasi untuk
memenuhi suatu order.
DFD ini sebenarnya bukan merupakan
bagian dari sistem matriks visualisasi tapi
mempunyai kaitan yang erat dengan proses
plotting sehingga penulis merasa perlu untuk
membahasnya secara sepintas.
Gambar 6d. DFD Revisi unit
Unit yang sudah di-plotting untuk suatu order
masih dapat direvisi, misalnya ada penambahan
unit atau perubahan nama driver.
Gambar 6e. DFD Create matriks visualisasi
plotting unit dan driver
Sebagai hasil dari proses input data order dan
plotting unit adalah matriks visualisasi yang
merupakan output dari sistem yang akan
dikembangkan.
3.3 Implementasi Dan Pengujian
Sesuai dengan flow process dan data flow
diagram yang sudah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya, maka dapat dilihat bahwa ada 2
table yang dipergunakan untuk membangun
sistem ini, selain dari beberapa table master
yang sudah terbentuk sebelumnya. Adapun
kedua table tersebut adalah sebagai berikut:
g. omc_kustomer_request
h. omc_kustomer_request_unit
Adapun struktur kedua table tersebut dapat
dilihat pada Gambar 7a dan Gambar 7b berikut.
Gambar 7a. Struktur table
omc_kustomer_request
Gambar 7b. Struktur table
omc_kustomer_request_unit
Akan tetapi pada Gambar 6d terdapat table
trans_transaksi_planning_detail yang pada
proses berikutnya diperlukan yaitu setelah
plotting unit dan driver maka dicetak surat
tugas sebagai bukti perintah bagi driver untuk
mengambil uang jalan operasional. Tetapi untuk
sampai ke tujuan yaitu pembentukan matriks
visualisasi plotting unit, cukup hanya 2 table.
Untuk implementasi dan pengujian, penulis
mengambil contoh data pada sub bab Hasil
Analisa Dan Perancangan Sistem. Terdapat
beberapa screen sebagai user interface bagi
marketing dan fleet dalam melakukan input
data, diantaranya adalah :
i. Add Customer Request
Gambar 8a. Screen add customer request
header – detail
Gambar 8b. Add customer request – header
Gambar 8c. Add customer request – detail
Pada Gambar 8c, data detail yang di-input
sebanyak 5 baris karena ada perbedaan tipe unit
dan rute. Sehingga pada daftar customer request
untuk field Cust, Reference Number 052018-
0001 terbentuk 5 baris data seperti gambar
berikut:
Gambar 8d. List customer request
Proses selanjutnya adalah melakukan plotting
unit dan driver oleh fleet. Plotting dilakukan ke
semua data ( 5 baris data ) sesuai dengan tipe
unit dan rute. Fleet akan melakukan proses
plotting satu per satu sesuai dengan rute yang
sudah ditetapkan marketing. Jika unit kendaraan
yang diperlukan sebanyak 10 rit, maka plotting
dilakukan terhadap 10 unit kendaraan karena
jaraknya jauh. Kalau jarak dekat bisa saja di-
plotting 2 unit masing-masing 5 ritase.
Gambar 8e. Pengujian proses add customer
request
Gambar 8e, memperlihatkan hasil pengujian
input data untuk menambah customer request.
Hasil pengujian proses input dan simpan data
untuk header dan detail berhasil dengan baik.
ii. Plotting Unit Dan Driver
Gambar 9a. Plotting unit dan driver
Gambar 9a. adalah hasil plotting unit
berdasarkan customer request baris 1 yang di-
input marketing sesuai dengan Gambar 8c dan
Gambar 8d. Untuk kolom Kode Kustomer,
Tanggal, Tipe Unit, Cargo dan lainnya pada
Gambar 9a, akan muncul secara otomatis
berdasarkan hasil input data yang dilakukan
oleh marketing saat akan melakukan proses
plotting.
Gambar 9b. Pengujian proses plotting unit dan
driver
iii. Revisi Unit Kendaraan
Gambar 10. Revisi jumlah unit
Jika ada revisi, karena menurut hitungan fleet
kurang unit dari 3 menjadi 4, maka di-input
kekurangan unit pada kolom Qty Rev dan
lakukan proses plotting unit pada screen
PLOTTING REVISI. Semua field pada scree
tersebut sama dengan screen pada plotting unit
detail.
iv. Matriks Visualisasi
Gambar 11. Matriks visualisasi plotting unit dan
driver
Dari hasil plotting tersebut, maka dapat dilihat
matriks visualisasi booking unit dan driver
untuk tanggal 02-05-2018 seperti yang terlihat
pada Gambar 11. di atas.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Matrks visualisasi plotting unit dan
driver serta komunikasi dan koordinasi
yang baik antara marketing dan
operasional transport sangat diperlukan
untuk mengetahui jumlah unit yang
available pada waktu tertentu.
b. Matriks visualisasi plotting unit dan
driver dapat memberikan informasi
kepada semua pihak khususnya
marketing untuk mengetahui progress
dari setiap request untuk unit kendaraan
c. Matriks visualisasi plotting unit dan
driver dapat memberikan informasi
kebutuhan unit pada tanggal tertentu.
Adapun saran yang dapat diberikan untuk
perbaikan atau improvement sistem ini adalah :
Mengembangkan fungsi pada sistem
sehingga marketing dapat mengetahui
status request akan unit untuk suatu
order by email. Hal ini penting karena
marketing mempunyai mobilitas yang
cukup tinggi, sehingga tanpa login ke
sistem aplikasi, mereka dapat dengan
cepat mengetahui status request unit
untuk suatu order dengan melihat
email.
Report secara mobile untuk diakses
oleh pihak manajemen
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Shi Chuan. 2012. HTML5 Mobile Development
Cookbook Birmingham: Packt Publising
Lorna Mitchell, Davey Shafik, Matthew
Turland. 2011. PHP Master: Write Cutting-
edge Code. SitePoint Pty. Ltd.
Larry Ullman.2007. Visual QuickPro Guide
PHP 5 Advanced. Berkeley : Peachpit Press