Upload
phamtram
View
257
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK
WISATA, DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENDAPATAN
DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN LINGGA
PERIODE 2011-2013
ETI IBRIANTI
080420103089
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
ABSTRAK
Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan
meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan
merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang
mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah
wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional dan tingkat
hunian hotel. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jumlah
kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel terhadap
pendapatan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga.
Tempat penelitian ini adalah di Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga. Sampel
dalam penelitian ini adalah Sampel dalam penelitian ini adalah data jumlah
kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel serta pendapatan
daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga periode Tahun 2011 sampai dengan
2013. Metode analisis data yang digunkan dalam penelitian ini yaitu dengan
metode Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan SPSS Versi 21 yang
nantinya menggambarkan pengaruh jumlah kunjungan wisata, jumlah objek
wisata, dan tingkat hunian hotel terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata di
Kabupaten Lingga
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari hasil
perhitungan nilai adjusted R square sebesar 41,5%. Artinya 41,5 % pendapatan
sektor pariwisata dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas Kunjungan wisatawan,
tingkat hunian hotel, serta jumlah objek wisata. Sedangkan sisanya 58,5 %
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.
Kata Kunci : Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, Tingkat Hunian
Hotel, Pendapatan sektor Pariwisata
2
PENDAHULUAN
Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki fungsi dalam
mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Agar dapat
mewujudkan hal tersebut, segala potensi dan sumber daya yang ada harus
dialokasikan secara efektif dan efisien secara terus-menerus yang disebut dengan
pembangunan nasional. Dalam mewujudkan pembangunan nasional bukan hanya
menjadi tanggung jawab dari pemerintah pusat saja, tetapi pemerintah daerah juga
memiliki peran yang sama untuk keberhasilan tersebut. Hal ini terlihat pada
pemerintah pusat melalui otonomi kepada pemerintah daerah untuk mengelolah
daerahnya sendiri.
Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran
paradigma dari sistem pemerintah bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem
pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan terhadap
daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang bertanggung jawab, untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi dan
potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pemberian otonomi daerah pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan
dan pelayanan masyarakat serta peningkatan pembinaan kesatuan politik dan
kesatuan bangsa.
Masalah yang sering muncul dalam pelaksanaan otonomi daerah selain
perimbangan keuangan antar pusat dan daerah yang kurang merata, prospek
kemampuan pembiayaan pemerintah dalam melaksanakan fungsinya sebagai
penyelenggara pembangunan dan pelayanan masyarakat dianggap belum
maksimal. Oleh karena itu, penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah
senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah.
Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara periodik oleh
setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang
efektif dan efisien sesuai dengan yang ditetapkan di dalam berbagai peraturan
perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan. Berikut merupakan data
pendapatan sektor pariwisata pada pemerintah Kabupaten Lingga :
3
Pendapatan Sektor Pariwisata
No Tahun Jumlah
1 2011 179.055.665
2 2012 1.678.881.991
3 2013 60.447.600
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga, 2015
Berdasarkan dari penjelasan tabel diatas dapat diketahui bahwa
pendapatan sektor pariwisata pada Pemerintah Kabupaten Lingga pada Tahun
2012 merupakan angka tertinggi dengan mencapat nilai 1.678.881.991 dan pada
tahun 2013 merosot jauh menjadi 60.447.600 hal ini tentu saja menjadi
pertimbangan bahwa pemerintah Kabupaten Lingga harus memperhatikan sektor
pariwisata kabupaten Lingga agar dapat memberikan dampak baik bagi
pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Lingga.
Pembiayaan pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan
dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat
diandalkan. Sumber-sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan
sumbangan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah
sendiri. Namun yang menjadi komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD)
adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah, retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan
meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan
merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang
mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah
wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional dan tingkat
hunian hotel (Pendit,2003).
Kepariwisataan dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam menggalakkan
pembangunan perekonomian karena memberikan dampak terhadap perekonomian
di Negara yang dikunjungi wisatawan. Kedatangan wisatawan pada suatu daerah
4
tujuan wisata telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk
setempat. Seperti halnya dengan sektor lainnya, pariwisata juga berpengaruh
terhadap perekonomian di suatu daerah atau negara tujuan wisata.
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas
utama dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi daerah serta dapat
meningkatkan kemandirian dan daya saing, dengan demikian pendapatan daerah
sektor pariwisata diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap PAD. Pendapatan sektor pariwisata merupakan pendapatan yang
diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak dan
retribusi. Seperti retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan restoran,
pajak hiburan dan lainnya dengan satuan rupiah
Sebagai salah satu daerah yang dianggap mempunyai potensi pariwisata.
Kabupaten lingga membutuhkan pengelolaan yang baik dan terencana agar
memperoleh hasil yang optimal bagi daerah dan layak menjadi potensi yang
dibanggakan. Hotel berfungsi bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan
wisata namun juga untuk tujuan lain seperti menjalankan kegiatan bisnis,
mengadakan seminar atau sekedar mendapatkan ketenangan
Selain itu Kabupaten Lingga merupakan daerah dengan letak wilayah yang
masih asli dengan kondisi daerah yang hijau serta memiliki kebudayaan asli yang
belum tercampur dengan kebudayaan luar, tidak menutup kemungkinan untuk
para wisatawan transit sejenak di Kabupaten Lingga. Keragaman produk dan
potensi pariwisata yang ada ditambah tersedianya fasilitas penunjang pariwisata
yang memadai seperti penginapan, fasilitas rekreasi, tempat dan atraksi wisata,
bermanfaat sebagai pengenalan sektor pariwisata kepada wisatawan yang datang
di Kabupaten Lingga dan akan meningkatkan penerimaan daerah dalam sektor
pariwisata
Dalam Penelitian ini penulis tertarik ingin meneliti dan menganalisis suatu
judul penelitian dengan judul : “PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN
WISATA, JUMLAH OBJEK WISATA, DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL
TERHADAP PENDAPATAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI
KABUPATEN LINGGA”
5
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Pendapatan Daerah
Definisi Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 adalah Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan
yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 pasal 6 ayat (1) yaitu sebagai berikut:
a. Pajak daerah;
b. Retribusi daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. Lain-lain PAD yang sah.
Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 pasal 6 ayat (2) meliputi:
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b. Jasa giro;
c. Pendapatan bunga;
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
e. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
Pendapatan pariwisata adalah bagian dari pendapatan asli daerah yang
berasal dari kegiatan kepariwisataan, seperti retribusi tempat rekreasi dan
olahraga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, dan lainnya dengan satuan
rupiah pertahun (Yoeti, 1996). Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan
diatas yang dimaksud dengan pendapatan sektor pariwisata adalah pendapatan
yang diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak
dan retribusi. Seperti retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan
restoran, pajak hiburan dan lainnya dengan satuan rupiah.
6
Jumlah Kunjungan Wisata
Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata
tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik
wisata yang besar. Ada beberapa ahli yang mencoba untuk mendefinisikan kata
wisatawan salah satunya adalah Sammeng. Dalam Nasrul (2010), wisatawan
menurut Sammeng yaitu:
“Orang yang melakukan perjalanan atau kunjungan sementara secara
sukarela ke suatu tempat di luar lingkungan tempat tinggalnya sehari-hari untuk
maksud tertentu dan tidak memperoleh penghasilan tetap di tempat yang
dikunjunginya”.
Ada beberapa manfaat jika banyak wisatawan mengunjungi suatu tujuan
wisata tertentu, salah satunya melalui penerimaan berbagai retribusi dan pajak
yang disetorkan kepada daerah setempat. Dalam bukunya Nawawi mengutip
pernyataan dari Ramdani yang pada intinya berisi mengenai pengaruh langsung
kunjungan wisatawan terhadap pendapatan dan perekonomian daerah. Semakin
lama wisatawan menginap dalam setiap kunjungan wisata maka secara langsung
pengaruh ekonomi dari keberadaan wisatawan tersebut juga semakin meningkat.
Salah satu pengaruh ekonomi dalam kegiatan pariwisata di suatu daerah
terletak pada purchasing power yang diperoleh masyarakat di daerah penerima
wisatawan melalui pengeluaran dari wisatawan yang cenderung membelanjakan
lebih banyak uang daripada yang dilakukan wisatawan tersebut di daerah asalnya.
Selanjutnya pengeluaran wisatawan tersebut menjadi sumber pendapatan bagi
pemerintah daerah (PAD), pengusaha yang bergerak dibidang pariwisata dan
masyarakat yang terlibat dalam kegiatan kepariwisataan (Nawawi,2003).
Menurut Apriori dalam Ida Austriana (2005), semakin lama wisatawan
tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang
dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan
makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai
macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan menimbulkan
gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan
adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik,
7
maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Dapat
diketahui bahwa jumlah kunjungan wisata pada setiap tahunnya mengalami
peningkatan sehinnga nantinya akan memberikan dampak terhadap pendapatan
sektor pariwisata Kabupaten Lingga. Dapat diketahui pada tahun 2013 pendapatan
sektor pariwisata merosot jauh akan tetapi pada tahun 2013 jumlah kunjungan
wisata meningkat hal ini tentunya menjadi permasalahan yang akan diteliti
sehingga penulis akan melihat apakah jumlah kunjungan wisata berpengaruh
terhadap pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Lingga.
Objek Wisata
Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata
tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik
wisata yang besar. Ada beberapa ahli yang mencoba untuk mendefinisikan kata
wisatawan salah satunya adalah Sammeng. Dalam Nasrul (2010), wisatawan
menurut Sammeng yaitu: “Orang yang melakukan perjalanan atau kunjungan
sementara secara sukarela ke suatu tempat di luar lingkungan tempat tinggalnya
sehari-hari untuk maksud tertentu dan tidak memperoleh penghasilan tetap di
tempat yang dikunjunginya”. Pacific Area Travel Association memberi batasan
bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan
dalam jangka waktu 24 jam.
Menurut Mursid (2003), obyek wisata merupakan potensi yang menjadi
pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam
kedudukannya yang sangat menentukan itu maka obyek wisata harus dirancang
dan dibangun atau dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan
untuk datang. Membangun suatu obyek wisata harus dirancang sedemikian rupa
berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut.
Obyek wisata umumnya berdasarkan pada :
a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman
dan bersih.
b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
c. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka
8
d. Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir, huta, dan sebagainya.
e. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur
yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa
lampau.
Prasarana Obyek Wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah
tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan
lain sebagainya, dan itu termasuk ke dalam prasarana umum. Untuk kesiapan
obyek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata,
prasarana wisata tersebut perlu di bangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan
kondisi obyek wisata yang bersangkutan (Mursid, 2003). Pembangunan prasarana
wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan
aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan
daya tarik obyek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah
disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah
tujuan wisata, seperti bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat
perbelanjaan dan lainlain. Dalam pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih
dominan, karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan
tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus
mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya yang tentu saja meningkatkan
kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya.
Sarana Obyek Wisata Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan
wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya (Mursid, 2003). Pembangunan sarana wisata di daerah
tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan
wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar
pun dapat menentukan tuntutan sarana yang di maksud. Berbagai sarana wisata
yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat
transportasi, restoran, dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak
9
semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan
sarana wisata tersebut harus disesuikan dengan kebutuhan wisatawan. Sarana
wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus
disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang
diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh
pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di
daerah tujuan wisata telah di susun suatu standar wisata yang baku baik secara
nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata tinggal
memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan. pada
kabupaten lingga dapat diketahui jumlah objek wisata pada akhir tahun 2013 yaitu
berjumlah 7 objek wisata.
Tingkat Hunian Hotel
Dalam Agin dan Christiono (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh
Tingkat Hunian pada Keputusan Investasi Proyek Hotel Santika Surabaya, tingkat
hunian kamar hotel (okupansi hotel) adalah banyaknya kamar yang dihuni dibagi
kamar yang tersedia dikalikan 100%. Tingkat okupansi menjadi salah satu unsur
pengitung pendapatan hotel. Tingkat hunian kamar adalah suatu keadaan sampai
sejauh mana jumlah kamar-kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh
jumlah kamar yang mampu untuk dijual. Pengertian rasio occupancy merupakan
tolak ukur keberhasilan hotel dalam menjual produk utamanya, salah satunya
yaitu kamar (Vicky,Hanggara, 2011).
Pada jurnal yang berjudul Menggali Sumber PAD DIY Melalui
Pengembangan Industri Pariwisata yang ditulis oleh Barudin (2001) dalam
jurnalnya, menyatakan bahwa ketika jumlah kamar hotel yang tersedia memadai,
maka jumlah wisatawan yang berkunjung meningkat dan semakin banyak pula
permintaan terhadap kamar hotel. Saat hotel tersebut terasa nyaman untuk
disinggahi, mereka akan semakin nyaman untuk tinggal lebih lama lagi.Sehingga
industri pariwisata dan kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel,
baik berbintang atau melati akan memperoleh pendapatan pariwisata yang
semakin tinggi jika wisatawan semakin lama menginap.Sehingga akan
meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak penghasilan.
10
Menurut Wahab (2003) dalam Pleanggra (2012) peran hotel dalam industri
pariwisata adalah:
1. Seseorang yang sedang melakukan perjalanan atau sedang berwisata
tidak akan lepas dari kebutuhan dalam hidup yang paling pokok,
yaitu makan dan tidur. Hotel menyediakan jasa penginapan, makan,
dan minum serta jasa lainnya yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup para wisatawan.
2. Hotel menggantikan fungsi rumah “di luar rumah” (away home
from home) bagi para wisatawan atau pelaku perjalanan, dengan
usaha memberikan: Rasa aman (secure), Rasa kenyamanan yang
menyenangkan (comfort), Kesendirian (privacy).
3. Hotel sebagaimana rumah adalah tempat awal atau basis seseorang
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-
hari, seperti bekerja, bersantai, hidup bermasyarakat, berolaraga dan
kegiatan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan ini hotel
menyediakan fasilitas serta sarana yang diperlukan seperti televisi,
telepon, lobby, aula, computer, dan lain lain .
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan konsep teori di atas maka peneliti mencoba menguraikan
dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut:
H1
H2
H3
H4
Jumlah Kunjungan Wisata (X1)
Jumlah Objek Wisata (X2)
Tingkat Hunian Hotel (X3)
Pendapatan Sektor Pariwisata (Y)
11
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Jumlah kunjungan wisata terhadap pendapatan daerah sektor
pariwisata
Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata
tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik
wisata yang besar. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan daerah sektor
pariwisata perlu dikaji pengelolaanya untuk mengetahui berapa besar potensi yang
riil atau wajar, tingkat keefektifan dan efisiensi. pendapatan sektor pariwisata
dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan dimana dalam hal ini dapat dilihat
dari penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2010) dimana dalam penelitiannya
jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan daerah
sektor pariwisata. berdasarkan asumsi diatas dapat dbuat suatu hipotesis sebagai
berikut :
H1 : Jumlah Kunjungan Wisatawan berpengaruh positif terhadap
pendapatan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga
Pengaruh Jumlah objek wisata terhadap pendapatan daerah sektor
pariwisata
Jumlah objek wisata dalam suatu daerah merupakan sarana yang dapat
dikunjungi oleh wisatawan untuk berlibur. Datangnya wisatawan yang
berkunjung ke suatu daerah juga didasarkan oleh banyaknya objek wisata yang
akan dikunjungi. hal ini dapat diketahui juga akan memberikan dampak bagi
pendapatan sektor pariwisata di daerah dimana dengan adanya jumlah objek
wisata yang banyak dan menarik maka akan meningkatkan pendapatan sektor
pariwisata. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pleanggra
(2012) dimana dalam penelitiannya jumlah objek wisata berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata. berdasarkan asumsi diatas dapat
dibuat suatu hipotesis sebagai berikut :
H2 : Jumlah Objek Wisata berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor
pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga
12
Pengaruh Tingkat hunian hotel terhadap pendapatan daerah sektor
pariwisata
Banyaknya wisatawan yang diikuti dengan lamanya waktu tinggal di suatu
daerah tujuan wisata tertentunya akan membawa dampak positif terhadap tingkat
penerimaan pariwisata. Hal ini berarti pengelolaan perhotelan sebagai sarana
tempat tinggal wisatawan memberikan dampak terhadap pendapatan pariwisata.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator yang penting dalam
menganalisis pembangunan ekonomi yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus
berjalan secara berdampingan dan terencana dalam upaya terciptanya pemerataan
kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Nasrul (2010) dimana dalam penelitiannya dapat diketahui bahwa
tingkat hunian hotel berpengaruh terhadap penerimaan sektor pariwisata.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut :
H3 : Tingkat Hunian Hotel berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor
pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga
Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, Tingkat hunian
hotel terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas
utama dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi daerah serta dapat
meningkatkan kemandirian dan daya saing, dengan demikian pendapatan daerah
sektor pariwisata diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap PAD. Pendapatan sektor pariwisata merupakan pendapatan yang
diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak dan
retribusi. Seperti retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan restoran,
pajak hiburan dan lainnya dengan satuan rupiah
Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan
meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan
merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang
mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah
wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional dan tingkat
13
hunian hotel (Pendit,2003). Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik suatu hipotesis
sebagai berikut :
H4 : Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, Tingkat Hunian
Hotel berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor pariwisata
Pemerintah Kabupaten Lingga
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian menurut Iqbal Hasan (2004:4) adalah sebagai berikut :
“Penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu masalah dengan perlakuan
tertentu (seperti memeriksa, mengusut, menelaah, dan mempelajari secara cermat
dan sungguh sungguh) sehingga diperoleh sesuatu (seperti mencapai kebenaran
memperoleh jawaban atas masalah, pengembangan ilmu pengetahuan, dan
sebagainya).”
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Kuantitatif bersifat Asosiatif, yaitu berupaya menggambarkan hubungan diantara
variabel yang diteliti. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih.
Variabel Dependen
Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang keadaannya merupakan
hasil dari pengaruh variabel-variabel independen yang ada. Pendapatan Sektor
Pariwisata (Y) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data dari tahun
2011 sampai dengan 2013
Variabel Independen
1. Jumlah Kunjungan Wisata (X1) yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data kunjungan wisata dari tahun 2011 sampai dengan
2013
2. Jumlah Objek Wisata (X2) yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data objek wisata dari tahun 2011 sampai dengan 2013
3. Tingkat Hunian Hotel (X3) yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data tingkat hunian hotel dari tahun 2011 sampai dengan
2013
14
Sampel Data Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah data jumlah kunjungan wisata, jumlah
objek wisata, dan tingkat hunian hotel serta pendapatan daerah sektor pariwisata
di Kabupaten Lingga periode Tahun 2011 sampai dengan 2013
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Data penelitian yang digunakan adalah sebanyak 36 sampel data. Data dalam
penelitian dilakukan melalui tahapan pengujian data yaitu Outliers. Outliers
adalah data yang menyimpang terlalu jauh dari data yang lainnya dalam suatu
rangkaian data. Adanya data outliers ini akan membuat analisis terhadap
serangkaian data menjadi bias, atau tidak mencerminkan fenomena yang
sebenarnya. Deteksi terhadap outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai
batas yang dapat dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan
mengkonversikan nilai data ke dalam skor standaridized atau yang biasa disebut z-
score. Menurut Ghozali (2006:40) standar skor yang dapat digunakan dalam
penentuan outlier adalah nilai -2,5 < z-score < 2,5.
Dalam penelitian ini sampel yang dinyatakan sebagai data outlier sebanyak 3
data sehingga harus dihapus dari sampel penelitian, dari total 36 data penelitian
setelah dilakukan pengujian outlier data, maka jumlah data sampel penelitian yaitu
33 sampel.
Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data (N) yang
digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai
minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi (δ) dari masing-masing
variabel. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap temuan-temuan empiris
mengenai pengaruh jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata dan tingkat
hunian hotel sebagai variabel independen terhadap pendapatan sektor pariwisata
sebagai variabel dependen. Adapun hasil olahan statistic deskriptif data yang
menjadi variabel penelitian dengan menggunakan spss versi 22 disajikan dalam
tabel berikut.
15
Statistik Deskriptif Data
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Kunjungan_Wisata 33 1044.00 12013.00 4473.8182 3471.08678
Objek_Wisata 33 5.00 7.00 6.0606 .86384
Hunian_Hotel 33 473.00 1204.00 927.3636 185.59412
Pendapatan_Sektor_Pariwis
ata 33
2475600.0
0 194800130.00
39989644.
4242
59642746.2
1869
Valid N (listwise) 33
Sumber : Output SPSS 22. 2016 (data diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tersebut nampak bahwa 33 sampel yang
menjadi populasi dalam penelitian ini. Variabel kunjungan wisata mempunyai
nilai rata-rata (mean) sebesar 4473,81 dengan nilai minimum sebesar 1044.
Variabel objek wisata diperoleh rata-rata sebesar 6,06 dan nilai terendah sebesar
5,00 dan tertinggi sebesar 7,00 dan standar deviasi sebesar 0,863 masih lebih kecil
dibandingkan nilai rata-ratanya. Variabel Hunian Hotel mempunyai nilai rata-rata
(mean) sebesar 927,36 dengan nilai minimum sebesar 473,00 dan nilai maksimum
sebesar 1204,00 serta standar deviasi sebesar 185,59. Data Pendapatan Sektor
Pariwisata terendah (minimum) adalah 2.475.600 sementara nilai pendapatan
sektor pariwisata tertinggi (maksimum) 194.800.130. serta dapat diketahui dari
tabel diatas bahwa rata-rata pendapatan sektor pariwisata adalah 39.989.644.
Standar deviasi menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang
diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Semakin besar nilai standar
deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang
diharapkan.
16
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Statistik Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 33
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 43429651.4094
9222
Most Extreme Differences Absolute .131
Positive .131
Negative -.131
Test Statistic .131
Asymp. Sig. (2-tailed) .161c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Hasil Olahan SPSS Versi 22
Berdasarkan hasil analisis metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,161 lebih besar dari 0,05, ini berarti
variabel residual berdistribusi normal.
Hasil Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya
Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Kunjungan_Wisata .911 1.098
Objek_Wisata .895 1.117
Hunian_Hotel .964 1.038
a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata
Sumber : Output SPSS 22, 2016 (data diolah)
17
Berdasarkan Tabel 4.3 nilai Tolerance dan VIF terlihat bahwa tidak ada
nilai Tolerance di bawah 0.10 dan nilai VIF tidak ada di atas 10 hal ini berarti
ketiga variabel independen tersebut tidak terdapat hubungan multikolinieritas dan
dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan sektor pariwisata selama periode
pengamatan 2011-2013.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Hal yang harus
terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 22, 2016
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa data (titik-titik)
menyebar secara merata di atas dan di bawah garis nol, tidak berkumpul di satu
tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada uji regresi ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
18
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Kekuatan pengaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat dapat
diketahui dari besarnya nilai koefisien determinan (R2), yang berbeda antara nol
dan satu.
Hasil koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .685a .470 .415
45620740.8553
7 1.164
a. Predictors: (Constant), Hunian_Hotel, Kunjungan_Wisata, Objek_Wisata
b. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata
Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)
Tabel diatas menunjukkan koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R
square). Nilai R menerangkan tingkat hubungan antar variabel-variabel
independen (x) dengan variabel dependen (y). Dari hasil olehan data diperoleh
nilai koefisien korelasi sebesar 0,685 < 0,32 artinya pengaruh antara variabel x
(Hunian Hotel, Kunjungan Wisata dan Objek Wisata) terhadap variabel y
(Pendapatan Sektor Pariwisata) memiliki pengaruh yang signifikan.
R square menjelaskan seberapa besar variasi y yang disebabkan oleh x, dari
hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0,470 atau 47,0%. Adjusted R Square
merupakan nilai R2 yang disesuaikan sehingga gambarannya lebih mendekati
mutu penjajakan model, dari hasil perhitungan nilai adjusted R square sebesar
41,5%. Artinya 41,5 % pendapatan sektor pariwisata dipengaruhi oleh ketiga
variabel bebas Jumlah Kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel, serta jumlah
objek wisata. Sedangkan sisanya 58,5 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar
model. Maka dapat disimpulkan bahwa kunjungan wisatawan, tingkat hunian
hotel serta jumlah objek wisata berpengaruh terhadap pendapatan sektor
pariwisata.
19
Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients berdasarkan
output SPSS versi 22 terhadap ketiga variabel independen yaitu jumlah kunjungan
wisata, jumlah objek wisata serta tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor
pariwisata ditunjukkan pada tabel berikut :
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 82538694.147 65597728.420 1.258 .218
Kunjungan_Wisata 10869.596 2434.460 .633 4.465 .000
Objek_Wisata -3173919.857 9868211.699 -.046 -.322 .750
Hunian_Hotel -77576.656 44263.711 -.241 -1.753 .090
a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata
Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau
lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen. Persamaan regresi
dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients. Pada tabel coefficients yang dibaca
adalah nilai dalam kolom B, baris pertama menunjukkan konstanta (a) dan baris
selanjutnya menunjukkan konstanta variabel independen. Berdasarkan tabel di
atas maka model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut.
Y = 82538694.147 + 10869.596X1 - 3173919.857X2 - 77576.656X3
Berdasarkan model regresi dan tabel di atas maka hasil regresi berganda
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Persamaan regresi linear berganda diatas, diketahui mempunyai konstanta
sebesar 82.538.694,147. Sehingga besaran konstanta menunjukkan bahwa
jika variabel-variabel independen (jumlah kunjungan wisata, jumlah ojek
wisata, tingkat hunian hotel) akan menyebabkan kenaikan pendapatan sektor
pariwisata sebesar 82.538.694,147
20
2. Koefisien variabel kunjungan wisata 10.869,596 berarti setiap kenaikan
kunjungan wisata sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pendapatan sektor
pariwisata sebesar 10.869,596.
3. Berdasarkan tabel diatas, koefisien variabel objek wisata sebesar -
3.173.919,857 artinya bahwa setiap terjadi kenaikan objek wisata sebesar 1%
maka tidak akan memberikan dampak terhadap pendapatan sektor pariwisata
di Kabupaten Lingga
4. Koefisien variabel Hunian Hotel sebesar -77.576,656 menunjukkan bahwa
setiap terjadi kenaikan hunian hotel sebesar 1% maka tidak akan memberikan
dampak terhadap pendapatan sektor pariwisata di kabupaten lingga.
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen
(jumlah kunjungan wisata, jumlah onjek wisata serta tingkat hunian hotel)
terhadap variabel dependen (pendapatan sektor pariwisata). Untuk menguji
pengaruh parsial tersebut dapat dilakukan dengan cara berdasarkan nilai
probabilitas. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis
yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan. Jika nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak
signifikan.
Hasil uji analisis regresi coefficients dengan menggunakan SPSS versi 22
terlihat pada di bawah ini :
Hasil Uji t (parsial)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 82538694.147 65597728.420 1.258 .218
Kunjungan_Wisata 10869.596 2434.460 .633 4.465 .000
Objek_Wisata -3173919.857 9868211.699 -.046 -.322 .750
Hunian_Hotel -77576.656 44263.711 -.241 -1.753 .090
a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata
Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)
21
Dari tabel di atas, maka hasil regresi berganda dapat menganalisis pengaruh
dari masing-masing variabel jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata serta
tingkat hunian hotel terhadap pendaptan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten
Lingga dapat dilihat dari arah tanda dan tingkat signifikan (probabilitas). Variabel
jumlah kunjungan wisata mempunyai arah yang positif, sedangkan variabel objek
wisata dan hunian hotel menunjukkan arah negatif.
1. Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisata (X1) terhadap Pendapatan Sektor
Pariwisata (Y)
Variabel Jumlah Kunjungan Wisata mempunyai thitung 4,465 dan dapat
diketahui nilai ttabel untuk sampel 36 dengan tingkat kesalahan 5% yaitu
sebesar 2,03, sehingga nilai thitung > ttabel, yaitu 4,465>2,03. Berdasarkan nilai
probabilitas sebagai dasar pengambilan keputusan dapat diketahui bahwa Sig.
< α, untuk α = 5%, maka Ha diterima. Dapat diketahui bahwa nilai signifikasi
untuk Kunjungan Wisata yaitu 0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan nilai
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, ini
menunjukkan bahwa secara parsial Kunjungan Wisata berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan Sektor Wisata. Hal ini mengindikasikan bahwa
perubahan yang terjadi pada Kunjungan Wisata akan berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan Sektor Wisata.
2. Pengaruh Jumlah Objek Wisata (X2) terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata
(Y)
Berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa nilai t untuk variabel ini
bernilai 0,322 sedangkan nilai t tabel 2,02, dimana hal ini menunjukkan
bahwa jumlah objek wisata berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan
sektor pariwisata.
3. Pengaruh Tingkat Hunian Hotel (X3) terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata
(Y)
Berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa nilai t untuk variabel ini
bernilai -1,753, sehingga dapat diartikan bahwa pengaruh yang diberikan oleh
variabel tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor pariwisata adalah
negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat hunian hotel tidak
22
mempengaruhi pendapatan sektor pariwisata yang diperoleh Pemerintah
Kabupaten Lingga.
Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)
Uji f digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara
bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen (Wahid
Sulaiman,2004:86). Langkah-langkah Uji f sebagai berikut :
1. Menentukan Hipotesis
Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
2. Menentukan Tingkat Signifikan
Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan
mengambil keputusan 5%
3. Pengambilan Keputusan
a. Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen
b. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh
yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel dependen
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5347592175862
0072.000 3
1782530725287
3360.000 8.565 .000b
Residual 6035630788960
0336.000 29
2081251996193
115.200
Total 1138322296482
20400.000 32
a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata
b. Predictors: (Constant), Hunian_Hotel, Kunjungan_Wisata, Objek_Wisata
Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)
23
Pada tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji F menunjukkan nilai F hitung
sebesar 8,565 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikasi tersebut lebih
kecil dari pada 0,05 dimana berdasarkan nilai probabilitas nilai Sig. < α, untuk α =
5%, maka Ha diterima sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa variabel
independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependent. Dapat
diketahui berdasarkan hasil pengujian tersebut diatas bahwa Ha diterima dan Ho
ditolak dimana variabel independen yaitu Kunjungan Wisata, Objek Wisata, dan
Hunian Hotel secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pendapatan Sektor
Pariwisata. Nilai f tabel pada taraf kepercayaan signifikansi 0,05 adalah 4,11
dengam demikian F hitung = 8,565 > F tabel = 4,11 dengan demikian maka model
regresi dapat dikatakan bahwa Jumlah Kunjungan Wisata (X1), Jumlah Objek
Wisata (X2), Hunian Hotel (X3) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian dapat disimpulkan hasil
penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel kunjungan wisata mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 4473,81
dengan nilai minimum sebesar 1044. Variabel objek wisata diperoleh rata-rata
sebesar 6,06 dan nilai terendah sebesar 5,00 dan tertinggi sebesar 7,00 dan
standar deviasi sebesar 0,863 masih lebih kecil dibandingkan nilai rata-
ratanya. Variabel Hunian Hotel mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar
927,36 dengan nilai minimum sebesar 473,00 dan nilai maksimum sebesar
1204,00 serta standar deviasi sebesar 185,59. Data Pendapatan Sektor
Pariwisata terendah (minimum) adalah 2.475.600 sementara nilai pendapatan
sektor pariwisata tertinggi (maksimum) 194.800.130. serta dapat diketahui
dari tabel diatas bahwa rata-rata pendapatan sektor pariwisata adalah
39.989.644.
2. Berdasarkan tampilan grafik Normal P-Plot, dapat disimpulkan bahwa pola
grafik normal terlihat dari titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal
24
dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan grafik normal
plot, menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini
karena memenuhi asumsi normalitas.
3. R square menjelaskan seberapa besar variasi y yang disebabkan oleh x, dari
hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0,470 atau 47,0%. Adjusted R
Square merupakan nilai R2 yang disesuaikan sehingga gambarannya lebih
mendekati mutu penjajakan model, dari hasil perhitungan nilai adjusted R
square sebesar 41,5%. Artinya 41,5 % pendapatan sektor pariwisata
dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas Kunjungan wisatawan, tingkat hunian
hotel, serta jumlah objek wisata. Sedangkan sisanya 58,5 % dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain diluar model.
4. Secara parsial Kunjungan Wisata berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan
Sektor Wisata. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada
Kunjungan Wisata akan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Sektor
Wisata.
5. Objek wisata berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan sektor
pariwisata.
6. Tingkat hunian hotel tidak mempengaruhi pendapatan sektor pariwisata yang
diperoleh Pemerintah Kabupaten Lingga
7. Kunjungan Wisata (X1), Objek Wisata (X2), Hunian Hotel (X3) secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan sektor
pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga.
Saran
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian dapat disimpulkan hasil
penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Disarankan kepada pemerintah kebupaten lingga khususnya pada sektor
pariwisata untuk dapat mengolah daerahnya menjadi lebih menarik perhatian
pengunjung baik itu dari luar daerah maupun dari luar negeri sehingga dapat
memberikan kontribusi yang baik bagi pendapatan sektor pariwisata
pemerintah Kabupaten Lingga
25
2. Dalam pengelolaan kepariwisataan dapat disarankan kepada pemerintah
Kabupaten Lingga untuk dapat membuat objek wisata yang menggambarkan
objek wisata khas daerah sehingga hal ini dapat memicu kedatangan tamu dari
luar daerah maupun luar negeri untuk dapat memberikan dampak baik bagi
pertumbuhan pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Lingga.
3. Dalam pengelolaan sektor pariwista dapat disarankan kepada Pemerintah
Daerah untuk dapat bekerja sama dengan pihak ketiga dalam hal ini dapat
dikatakan investor untuk dapat mengembangkan daerah Lingga menjadi
daerah wisata yang menarik untuk dikunjungi.
4. Kepada Pemerintah Kabupaten Lingga khususnya Dinas Pariwisata disarankan
untuk lebih memperhatikan perkembangan pariwisata dengan membuka
Obyek Wisata baru atau lebih mengembangkan potensi wisata yang sudah ada
sehingga dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke
Kabupaten Lingga sehingga diharapkan penerimaan sektor pariwisata juga
akan meningkat.
5. Pemerintah Kabupaten Lingga diharapkan untuk dapat memberikan pelatihan
kepada pelaku wisata untuk dapat meningkatkan kualitas kepariwisataan
kabupaten lingga yang nantinya dapat berdampak baik bagi pendapatan sektor
pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan
BPFE Yogyakarta. Austriana, Ida. 2005, “Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata”. Skripsi.
Fakultas Ekonomi,Universitas Diponegoro
Hasan, M. Iqbal. 2004. Pokok –Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif ).
Jakarta: Bumi Aksara
Mursid. (2003). Manajemen Pemasaran. Edisi 1. Penerbit Bumi Aksara Jakarta
Bekerja Sama Dengan Pusat Antar Universitar Studi Ekonomi UI, Jakarta.
26
Nasrul, Qadarochman .2010, “Analisis Penerimaan Daerah Dari Sektor Pariwisata
Di Kota Semarang dan Faktor Yang Mempengaruhinya”. Skripsi. Fakultas
Ekonomi,Universitas Diponegoro
Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang
Kompetitif. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Pendit, Nyoman . 2003. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT Pradaya
Pleanggra,. 2008.Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan
dan Pendapatan perkapita Terhadap Pendapatan Retribusi Obyek
Pariwisata 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah . Jurnal Pariwisata. Volume
1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-8 Rudi,
Supriyanto.2010, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontribusi Sektor
Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Wonogiri
Tahun 2001-2008”. Skripsi. Fakultas Ekonomi,Universitas Sebelas Maret
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Wahab, Salah. 2003. Industri Pariwisata Dan Peluang Kesempatan Kerja,
PT.Pertja Jakarta Yoeti, Oka A.1996. Pengantar Ilmu
Pariwisata.PT.Angkasa. Bandung