24
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH KACANG TANAH Pendahuluan Latar belakang Penyimpanan benih merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas selama mungkin sehingga mutu benih saat ditanam tetap tinggi. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah faktor internal, faktor lingkungan simpan. Faktor internal mencakup-sifat-sifat benih secara genetik, faktor kondisi benih meliputi kadar air dan vigor awal, kebersihan, tingkat kerusakan mekanis.faktor lingkungan meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik mencakup RH, suhu dan gas. Kondisi benih apakah disimpan dalam polong atau dalam bentuk biji akan berpengaruh terhadap viabilitas benih selama penyimpanan. Peningkatan kadar air benih karena kondisi lingkungan khususnya RH akan mempercepat laju kemunduran benih. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi benih kacang tanah dan RH ruang simpan terhadap viabilitas benih kacang tanah selama di penyimpanan. Bahan dan Metode : 1. Siapkan benih kacang tanah dalam bentuk biji dan polong . Kemas benih dalam plastic yang telah beri lubang-lubang. 2. Siapkan toples diisi dengan silica, dan toples yang lain diisi dengan larutan garam NaCl jenuh. Siapkan toples untuk penyimpanan selama 10 minggu. 3. Selanjutnya simpan benih yang sudah dikemas pada toples tersebut . Penyimpanan dilaksanakan pada kondisi kamar . Amati suhu dan RH toples penyimpanan. 4. Setiap minggu dilakukan pengujian daya berkecambah benih dan kadar air benih 5. Masukan data pengamatan ke dalam tabel. Buat grafik untuk menjelaskan viabilitas benih selama periode penyimpanan. Amati bagaimana kecenderungan daya berkecambah benih dan kadar air benih sampai akhir periode penyimpanan.

1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

  • Upload
    trannga

  • View
    245

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP

DAYA SIMPAN BENIH KACANG TANAH

Pendahuluan

Latar belakang

Penyimpanan benih merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas selama

mungkin sehingga mutu benih saat ditanam tetap tinggi. Beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap daya simpan benih adalah faktor internal, faktor lingkungan simpan.

Faktor internal mencakup-sifat-sifat benih secara genetik, faktor kondisi benih

meliputi kadar air dan vigor awal, kebersihan, tingkat kerusakan mekanis.faktor lingkungan

meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik mencakup RH, suhu dan gas. Kondisi benih

apakah disimpan dalam polong atau dalam bentuk biji akan berpengaruh terhadap viabilitas

benih selama penyimpanan. Peningkatan kadar air benih karena kondisi lingkungan

khususnya RH akan mempercepat laju kemunduran benih.

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi benih kacang tanah dan

RH ruang simpan terhadap viabilitas benih kacang tanah selama di penyimpanan.

Bahan dan Metode :

1. Siapkan benih kacang tanah dalam bentuk biji dan polong . Kemas benih dalam

plastic yang telah beri lubang-lubang.

2. Siapkan toples diisi dengan silica, dan toples yang lain diisi dengan larutan garam

NaCl jenuh. Siapkan toples untuk penyimpanan selama 10 minggu.

3. Selanjutnya simpan benih yang sudah dikemas pada toples tersebut . Penyimpanan

dilaksanakan pada kondisi kamar . Amati suhu dan RH toples penyimpanan.

4. Setiap minggu dilakukan pengujian daya berkecambah benih dan kadar air benih

5. Masukan data pengamatan ke dalam tabel. Buat grafik untuk menjelaskan viabilitas

benih selama periode penyimpanan.

Amati bagaimana kecenderungan daya berkecambah benih dan kadar air benih sampai akhir

periode penyimpanan.

Page 2: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Tabel 1. Pengamatan kadar air benih (KA)

Periode

simpan

(minggu)

Ulangan

Perlakuan

Polong Biji

RH Tinggi RH rendah RH Tinggi RH rendah

0

1

2

3

1

1

2

3

2

1

2

3

3

1

2

3

4

1

2

3

5

1

2

3

6

1

2

3

7

1

2

3

8

1

2

3

9

1

2

3

Page 3: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Tabel 2. Pengamatan daya berkecambah benih (DB)

Periode

simpan

(minggu)

Ulangan

Perlakuan

Polong Biji

RH Tinggi RH rendah RH Tinggi RH rendah

0

1

2

3

1

1

2

3

2

1

2

3

3

1

2

3

4

1

2

3

5

1

2

3

6

1

2

3

7

1

2

3

8

1

2

3

9

1

2

3

Page 4: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

2. PENENTUAN BOBOT KERING KECAMBAH

Pendahuluan

Latar belakang Pengujian viabilitas benih melalui pendekatan fisiologis dilakukan dengan mengamati

gejala pertumbuhan benih tersebut. Tolok ukur yang digunakan untuk pengujian tersebut

misalnya daya berkecambah benih yaitu penentuan persentase kecambah normal dari benih

yang diuji.

Viabilitas benih juga dapat dinilai berdasarkan kemampuannya dalam pembentukan

biomas kecambah yang diukur berdasarkan bobot kering kecambah. Lot benih yang

viabilitasnya lebih tinggi akan mampu menghasilkan bobot kering kecambah lebih besar.

Pengukuran bobot kering kecambah merupakan tolok ukur yang lebih kuantitatif dan

obyektif.

Praktikum ini bertujuan untuk menguji viabilitas benih dengan tolok ukur bobot

kering kecambah dari 2 lot benih kacang tanah.

Bahan dan Metode

1. Tanam benih kacang tanah dengan metoda UKDdp, 20 butir setiap gulung dan

dikecambahkan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 72-1

2. Hitung daya berkecambah benih pada hari ke-5

3. Setelah pengamatan daya berkecambah, lakukan pengukuran bobot kering kecambah

normal dengan cara sebagai berikut :

4. Buang kotiledon dengan hati-hati

5. Masukkan kecambah yang sudah dibuang kotiledonnya ke dalam kantong kecambah.

Kantong ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal (Ko)

6. Masukkan kantong berisi kecambah dalam keadaan terbuka ke dalam oven suhu 60oC

selama 3 x 24 jam

7. Selanjutnya masukkan kantong dalam desikator, tunggu sampai dingin dan ditimbang

(K1)

8. Bobot kering kecambah = K1 – Ko

Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel berikut

Tabel 3. Hasil pengamatan daya berkecambah dan bobot kering kecambah

Lot Benih Ulangan Daya berkecambah

(%)

Bobot kering

kecambah (g)

Viabilitas

tinggi

1

2

3

Viabilitas

rendah

1

2

3

Page 5: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

3. EFISIENSI ALAT PEMBERSIH DAN PEMILAH BENIH

Pendahuluan

Latar Belakang

Pembersihan benih sangat penting karena benih yang kotor tidak baik bila disimpan

lama, secara tidak langsung akan mempengaruhi viabilitas benih karena tersumbat ruang

antara benih akan menimbulkan panas dan kelembaban yang tinggi sehingga menjadi tempat

bersarangnya cendawan maupun hama.

Proses pembersihan benih bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran fisik

maupun biji-bijian lain yang mencampuri suatu kelompok benih. Kotoran fisik antara lain

yaitu pecahan-pecahan biji, benih-benih yang berukuran kurang sempurna (keriput, inferior,

membatu akibat kurang masak atau terserang penyakit), pecahan-pecahan batu maupun

ranting-ranting yang terbawa pada waktu proses permanen.

Dalam proses pembersihan dapat terjadi kerusakan fisik atau kurang sempurna proses

pembersihannya sehingga diperoleh hasil yang tidak bersih 100%. Prinsip kerja dari alat

pembersih ini adalah, memisahkan benih berdasarkan perbedaan ukuran/bentuk dan berat

benih

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari efisiensi alat pembersih benih model

clipper

Bahan dan metode

Siapkan calon benih padi 25 kg untuk setiap ulangan. Masukkan ke dalam mesin ASC

dengan perlakuan sbb :

1. Hoper lebar, blower kecepatan tinggi

2. Hoper sedang, blower kecepatan tinggi

3. Hoper lebar, blower kecepatan sedang

4. Hoper sedang, blower kecepatan sedang

Page 6: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Tabel 4. Hasil Pengamatan pembersihan dan pemilahan benih padi

Perlakuan Jumlah benih bersih (kg) Jumlah kotoran (g)

1.Hoper lebar,blower tinggi

2.Hoper sedang, blower tinggi

4.Hoper lebar,blower sedang

3.Hoper sedang ,blower sedang

Page 7: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

4. EFISIENSI PEMBERSIHAN DAN PEMILAHAN DENGAN

BLOWER SEPARATOR

Pendahuluan

Latar belakang

Blower separator merupakan alat prosesing benih yang berfungsi untuk memisahkan

kotoran atau pemilahan benih berdasarkan bobot materinya Materi yang ringan akan tertiup

lebih jauh dan akan tertampung di posisi paling atas. Materi yang lebih berat akan tertampung

di bagian yang lebih bawah . Sehingga berdasarkan bobotnya kotoran atau benih dapat

dipisahkan

Praktikum ini bertujuan untuk membersihkan calon benih cabe

Bahan dan metode

Benih cabe

1. Siapkan calon benih cabe sebanyak 5 g.

2. Masukan dalam blower separator dan lakukan pembersihan dengan kecepatan tinggi,

sedang dan rendah.

3. Amati komponen pada tiap-tiap bagian

Tabel 5. Hasil Pengamatan pembersihan cabe dengan blower

Perlakuan Bayam Padi

Tinggi 1………

2……..

3……..

1………

2……..

3……..

Sedang 1………

2……..

3……..

1………

2……..

3……..

Rendah 1………

2……..

3……..

1………

2……..

3……..

Page 8: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

5.PENETAPAN KADAR AIR BENIH

Pendahuluan

Latar Belakang

Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pada

kegiatan pemanenan, pengolahan, penyimpanan dan pemasaran benih. Kadar air benih sangat

menentukan ketepatan saat panen, tingkat kerusakan mekanis saat pengolahan, kemampuan

benih mempertahankan viabilitasnya selama penyimpanan sehingga pengukuran kadar air

benih harus dilakukan dalam pengujian mutu benih (termasuk uji rutin).

Ada dua metode pengukuran kadar air yang dapat dilakukan, yaitu metode langsung

dan metode tak langsung. Pada metode langsung kadar air benih dihitung secara langsung

dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dari dalam benih. Sedangkan secara tidak

langsung kadar air dapat diukur tanpa mengeluarkan air dalam benih, tetapi dengan

memanfaatkan hambatan listrik dalam benih yang kemudiaan dikorelasikan dengan kadar air.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar air benih menggunakan

metoda langsung dengan oven suhu tinggi (130-1330C), dan metoda tidak langsung

menggunakan alat moisture tester yaitu Steinlite moisture tester

Bahan dan Metode.

Metode langsung

1. Ambil benih padi untuk masing-masing lot kurang lebih 5 g dan benih dihancurkan

dengan blender selama 0.5 menit.

2. Timbang cawan dan tutup (M1), kemudian masukkan benih yang sudah dihancurkan

ke dalam cawan dan timbang kembali (M2).

3. Masukan cawan tersebut kedalam oven 130-133 0C, waktu sesuai komoditas dengan

kondisi cawan terbuka.

4. Setelah min. 1 jam cawan dikeluarkan dari oven dalam keadaan tertutup, kemudian

dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit hingga dingin

5. Timbang benih, cawan dan tutup yang telah di oven (M3).

4. Hitunglah kadar air benih dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(M2 – M3)

KA= -------------- X 100%

(M2-M1)

Keterangan :

KA = Kadar air benih

M1 = Berat cawan + tutup kosong

M2 = Berat cawan + tutup + benih sebelum dipanaskan

M3 = Berat cawan + tutup + benih setelah dipanaskan

Metode tidak langsung

Timbang masing-masing lot benih 100 g padi. Kadar air diukur dengan alat Steinlite

moisture tester.

Page 9: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Data kadar air yang diperoleh dimasukkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Penentuan kadar air benih padi dengan metode oven dan Steinlite

Benih ulangan Lot 1 Lot 2

Oven Steinlite Oven Steinlite

Padi

1

2

3

Rata-rata

Page 10: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

6. PEMATAHAN DORMANSI BENIH

Pendahuluan

Latar Belakang

Dormasi benih merupakan suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah walaupun

ditanam dalam kondisi yang optimum. Salah satu keuntungan sifat dormansi pada benih yaitu

untuk melestarikan spesies tersebut. Namun dormansi dapat menjadi masalah karena saat

konsumen benih akan menanam benih yang masih dorman tidak tumbuh dengan seragam,

selain itu juga mengacaukan interpretasi dalam pengujian benih.

Beberapa jenis benih tidak dapat berkecambah karena adanya hambatan dari kulit

benih yang impermeabel terhadap air dan gas, kulit benih yang tebal dan keras. Sebagian

jenis benih yang lain tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat

berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Kasus tersebut disebut after-

fipening.

Beberapa metode pematahan dormansi telah dikembangkan berdasarkan kasus

penyebab dormansi benihnya, karena metode yang efektif untuk suatu kasus belum tentu

efektif untuk kasus dormansi lainnya.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pematahan dormansi yang tepat

pada kasus dormansi fisiologi (salah satunya after-ripening) dan dormansi fisik.

Bahan dan Metode

Bahan yang diperlukan adalah benih padi yang baru dipanen, benih saga pohon, 0.2 %

KNO3, air panas (mendidih), aquades, kertas merang, plastik, label dan pasir.

Teknik pematahan dormansi benih padi

1. kontrol (P0)

2. perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam (P1)

3. perendaman dengan air selama 24 jam (P2).

4. Setelah diberi perlakuan benih ditanam dengan metode UKDdp

5. Pengamatan dilakukan setelah 1 minggu dengan menghitung daya berkecambah dan

potensi tumbuh maksimum

Teknik pematahan dormansi benih saga

1. kontrol (P0)

2. perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam (P1)

3. Skarifikasi fisik yaitu dengan menggunting kulit benih pada posisi yang berlawanan

dengan embrio (P2).

4. Setelah diberi perlakuan benih ditanam dengan media pasir

5. Pengamatan dilakukan setelah 1 minggu dengan menghitung daya berkecambah dan

potensi tumbuh maksimum

Page 11: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Tabel 7. Pengamatan daya berkecambah benih saga

Ulangan Perlakuan

Kontrol Skarifikasi KNO3 0.2 %

1

2

3

4

Tabel 8. Pengamatan potensi tumbuh maksimum benih saga

Ulangan Perlakuan

Kontrol Skarifikasi KNO3 0.2 %

1

2

3

4

Page 12: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Tabel 9. Pengamatan potensi tumbuh maksimum /daya berkecambah benih padi

Periode

simpan

(minggu)

Ulangan Perlakuan

Kontrol KNO3 Air

0 1

2

3

1 1

2

3

2 1

2

3

3 1

2

3

4 1

2

3

5 1

2

3

6 1

2

3

7 1

2

3

8 1

2

3

9 1

2

3

Page 13: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

7.PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH

Pendahuluan

Latar belakang

Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih. Berbagai macam

metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas benih. Pengujian daya

berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter viabilitas potensial benih. Daya

berkecambah atau daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk

tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum.

Sesuai dengan tujuan pengujian yaitu untuk mendeteksi viabilitas benih dalam

kondisi optimum, kondisi pengujian daya berkecambah benih dibuat serba optimum dan

standar. Media untuk menumbuhkan benih digunakan : kertas merang dan pasir, kertas

saring atau kertas koran bila benih dikecambahkan dalam alat pengecambah benih. Media

pasir, serbuk gergaji atau arang sekam digunakan bila benih ditumbuhkan diruang persemaian

(leathouse). Ukuran media kertas atau boks plastik yang digunakan harus standar untuk

menanam sejumlah benih tertentu , pelembaban media harus optimum karena media terlalu

kering atau terlalu basah akan menyebabkan kondisi menjadi tidak optimum.

Metode penanaman benih dalam uji daya berkecambah yang menggunakan media

kertas: benih ditanam diatas media kertas (UDK), diantara media kertas (UAK), diantara

media kertas kemudian digulung (UKD) yang diletakkan berdiri dalam germinator (UKDdp),

bila dilapisi plastik dibagian luarnya adalah UKDdp.

Ciri lain dan khas dari pengujian daya berkecambah benih adalah pengamatan

terhadap benih yang tumbuh dilakukan dua kali. Pengamatan pertama biasa disebut hitungan

pertama, dilakukan pada hari ketiga setelah tanam untuk benih jagung, kedelai, kacang tanah;

untuk benih padi pada hari kelima dan untuk benih cabe, tomat dan terong pada 7 hari setelah

benih ditanam. Pengamatan pertama ditujukan untuk optimalisasi media, benih yang telah

tumbuh menjadi kecambah normal dihitung, dicatat jumlahnya, setelah itu dikeluarkan dari

media. Benih yang busuk, bercendawan juga disingkirkan. Bila media kering ditambah

kelembabannya. Benih yang belum berkecambah atau kecambah belum tumbuh normal

dibiarkan dalam media tanam hingga akhir pengujian.

Pengamatan kedua atau hitungan kedua semua kecambah normal, kecambah

abnormal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh dijumlah. Penentuan daya berkecambah

benih adalah jumlah kecambah normal hitungan satu dan dua dibagi jumlah benih yang diuji

dikali 100%.

Kriteria kecambah normal yang digunakan bagi bermacam jenis tanaman juga harus

standar. Untuk tanaman dikotil bagian kecambah yang harus diperhatikan ialah : perakaran

yang terdiri akar primer dan sekunder, hipokotil yaitu calon batang yang terletak di bawah

kotiledon, kedua kotiledon, epikotil dan plumula. Untuk kecambah monokotil bagian yang

diperhatikan : akar seminal primer dan sekunder, mesokotil, koleoptil, dan plumula.

Tujuan

Setelah mengikuti praktikum Pengujian Daya Berkecambah Benih mahasiswa dapat

melakukan beberapa metode uji daya berkecambah benih serta dapat mendetek si viabilitas

potensial suatu lot benih dengan tolok ukur daya berkecambah benih

Page 14: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Bahan dan Metode

Bahan

Benih yang digunakan : jagung, kacang panjang, , caisin, cabe, terong, bawang,

kangkung,bayam

Media yang digunakan : kertas merang segi empat panjang berukuran 20X30 cm, kertas

merang bentuk bulat diameter 10 cm

Alat yang digunakan : germinator tipe : IPB 72-1; IPB 73-2A/B, IPB 73-2A. Boks Plastik

ukuran 20X30X10, Alat pengepres kertas merang IPB 75-1.

Alat pengepres kertas merang IPB 75-1

Metode

Pengujian daya berkecambah benih dengan metode UDK (Uji Diatas Kertas)

- Cawan petri diameter 10 cm dilapisi tiga lembar media kertas merang bentuk bulat

- Diatas kertas merang ditetesi air hingga merata. Cawan dimiringkan sehingga air yang

berlebih terkumpul dibagia bawah. Air berlebih dibuang.

- Benih yang ditanam dengan metode UDK ialah benih yang berukuran kecil : cabe,terong

caisin, bawang, bayam.

- Jumlah benih yang ditanam satu cawan petri 25 butir.

- Cawan petri ditutup, diletakkan dalam germinator tipe IPB 73-2A. Setelah benih

mulai berkecambah, tutup cawan dibuka.

- Pengamatan terhadap jumlah kecambah nornal

Pengujian daya berkecambah benih dengan metode UKDdp (Uji Kertas Digulung

dalam Plastik)

IPB 72 – 1 IPB 73-2A/B IPB 73-2A

Page 15: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

- Kertas merang segi empat panjang berukuran 20X30 cm direndan dalam air. Setelah

lembab diangkat dan diriskan airnya menggunakan alat pengepres kertas merang IPB 75-1

- Benih ditanam diatas 3 media kertas merang yang dibawahnya dilapisi plastik, untuk media

ukuran 20X30 ditanam 25 butir benih ukuran sedang-besar (jagung, kacang panjang,

kangkung). Setelah benih ditanam, ditutup dengan 3 lembar media lembab, kemudian

digulung.

- Benih dikecambahkan dalam germinator tipe IPB 72-1.

- Pengujian UKDdp untuk padi digunakan media kertas merang ukuran 20X30 cm dilipat jadi

dua sejajar panjangnya. Diatas media ditanam 25 butir benih padi, media setengahnya

ditutupkan, kemudian media digulung. Germinator yang digunakan Tipe IPB 73-2A/B.

Tabel 10. Pengamatan Daya Berkecambah Benih

Komoditi Ulangan Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

Benih

Mati

% Daya

Berkecambah

Kangkung

1

2

3

Jagung 1

2

3

Kacang

panjang

1

2

3

Caisin 1

2

3

Bawang 1

2

3

Bayam

1

2

3

Cabe 1

2

3

Terong 1

2

3

Page 16: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

8.UJI VIGOR BENIH

Pendahuluan

Latar Belakang

Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman berproduksi normal

dalam kondisi subobtimum. Beberapa kondisi suboptimum di lapang misalnya ; kondisi

kekeringan, tanah salin, tanah asam, tanah penyakit, dsb. Benih yang mampu mengatasi

kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi.

Pengujian ketahanan benih terhadap kekeringan dapat dilakukan secara simulasi di

Laboratorium menggunakan larutan NaCl. Pada konsentrasi tinggi larutan ini tidak hanya

memberikan cekaman akibat tekanan osmotiknya sehingga benih mengalami hambatan dalam

proses imbibisi, tetapi juga memberikan cekaman terhadap kondisi salin. Pada kondisi

tersebut hanya benih vigor yang mampu tumbuh dengan baik.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari uji vigor kekuatan tumbuh benih kedelai

terhadap kekeringan (VKTkekeringan

).

Bahan dan Metoda

Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan adalah dua lot benih kedelai yang berbeda vigornya, kertas

merang, plastik, label, larutan NaCl 5.12 g/l dan air.

Alat yang dibutuhkan adalah alat pengecambah benih IPB 72-1, gelas ukur, beaker

glass, pengaduk gelas, timbangan serta alat penunjang yang lain.

Metode

Prosedur pelaksanaan

1. Tanam masing-masing lot benih kedelai sebanyak 25 butir pada substrat kertas merang

yang sudah dilembabkan dengan larutan NaCl 5.12 g/l. Untuk kontrol substrat

perkecambahan dilembabkan dengan aquades. Lakukan sebanyak 4 ulangan untuk

masing-masing perlakuan pada kedua lot benih.

2. Pengecambahan dilakukan pada alat pengecambah benih IPB 72-1.

3. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 setelah tanam terhadap kecambah normal,

abnormal dan mati (isikan pada Tabel ). Bandingkan bagaimana pertumbuhan kecambah

pada kedua substrat (kontrol dan perlakuan NaCl) pada kedua lot benih.

4. Bahas dan buat kesimpulannya.

Page 17: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Tabel 11. Hasil pengamatan uji vigor dengan media yang dilembabkan larutan NaCl

Lot Perlakuan Ulangan Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal Mati

Vigor

Tinggi

Kontrol

1

2

3

4

Rata-rata

NaCl

1

2

3

4

Rata-rata

Vigor

Rendah

Kontrol

1

2

3

4

Rata-rata

NaCl

1

2

3

4

Rata-rata

Page 18: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

9.UJI CEPAT VIABILITAS BENIH DENGAN TETRAZOLIUM

Pendahuluan

Latar Belakang

Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih atau uji cepat viabilitas. Disebut uji

biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di

dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indiksi yang

diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-

pola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium

tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah.

Pengujian tetrazolium menggunakan senyawa indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium klorida

yang larut dalam air untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi

oleh benih kedalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan

terjadi proses reduksi sehingga terbentuk endapan formazan yang berwarna merah. Pada sel-

sel yang mati tidak terjadi reduksi, sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah

pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan benih mampu

menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.

Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak : untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan

ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya

benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai

uji vigor bila dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih dapat dikembangkan

ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam uji tetrazolium ialah : penyiapan benih yang

akan diuji dengan menghitung jumlahnya, pelembaban benih untuk aktivasi enzim dan

pelunakan jeringan benih, pembukaan jaringan benih untuk pewarnaan ( penusukan,

pemotongan, pengupasan testa, pengeluaran embrio), penyiapan larutan tetrazolium, suhu dan

lama perendaman, penilaian benih viabel dan benih non viabel.

Bahan dan Metode

1. Dua lot benih jagung masing-masing 50 butir dilembabkan selama 1 malam.

2. Belah bagian embrio untuk mempercepat masuknya larutan tetrazolium ke dalam

benih. Rendam benih tersebut dengan larutan Tetrazolium 0.5 % secukupnya sampai

benih terendam seluruhnya. Untuk mempercepat proses pewarnaan bisa dipakai suhu

400C selama 1 jam

3. Evaluasi/Pengamatan

Setelah proses pewarnaan biji harus segera diamati :

Tuang larutan tetrazolium dengan menggunakan saringan teh, cuci benih dengan air mengalir sampai bersih (bebas dari larutan tetrazolium).

Rendam dalam air bersih.

Amati benih satu per satu dengan kaca pembesar, klasifikasikan sesuai dengan

gambar 1 – 10. Gambar dan hitung persentase benih viabel.

Apabila perlu gunakan mikroskop stereo

Page 19: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Gambar 1. Pola pewarnaan Tetrazolium untuk benih /biji jagung yang hidup dan yang

mati

Kriteria dalam interpretasi hasil uji tetrazolium pada biji jagung. Bagian gambar yang

berwarna hitam menunjukkan adanya pewarnaan merah dari jaringan yang hidup; bagian

yang berwarna putih adalah bagian yang tidak berwarna yang berarti jaringannya mati.

No.1 Biji dapat tumbuh (Germinable)

Seluruh embrio berwarna merah cemerlang

No.2-4 Biji dapat tumbuh (Germinable)

Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna

No.5-6 Biji dapat tumbuh (Germinable)

Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna;dan bagian yang tidak kritis dari radikula (calon

akar) juga tidak berwarna

No.7-8 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Bagian di mana tempat akar seminal berasal (pada struktur biji) tidak ada pewarnaan

No.9 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Plumula tidak terjadi pewarnaan (kadar jaringannya mati)

No.10 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Bagian tengah dari skutelum dan bagian dari tempat pertumbuhan akar seminal tidak

berwarna

No.11 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Plumula dan radikula tidak berwarna

No.12 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Page 20: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Bagian bawah skutelum dan radikula sampai ke bagian tempat tumbuh akar seminal tidak

berwarna

No.13 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Skutelum seluruhnya tidak berwarna

No.14 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Skutelum dan radikula tidak berwarna

No.15 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Pewarnaan embrio merah muda yang sangat redup

No.16 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Seluruh embrio tidak berwarna

Gambar 2. Benih/biji dan struktur bibit jagung

Keterangan:

A. Penampang luar kariopsis

a. Pericap

b. Embrio

c. Endosperm

B. Penampang membujur dari luar

a. Skutelum

b. Koleoptil

c. Plumula

C. Bibit

a. Akar seminal

b. Radikula

c. Koleoriza

Hasil Pengamatan Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium

Page 21: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Gambar 3. Pola pewarnaan Tetrazolium untuk benih /biji kedele yang hidup dan yang

mati

Kriteria dalam interpretasi hasil uji tetrazolium pada biji kedele. Ilustrasi berupa gambar

sepasang kotiledon, dan menyajikan kedua belah permukaan dari biji tersebut. Bagian

gambar yang berwarna hitam adanya pewarnaan merah dari jaringan yang hidup; bagian yang

berwarna putih adalah bagian yang tidak berwarna yang berarti jaringannya mati.

No.1 Biji dapat tumbuh (Germinable)

Biji seluruhnya berwarna (merah); di mana pewarnaannya tidak amat sangat berlebihan

hingga berwarna merah tua (keunguan)

No.2-5 Biji dapat tumbuh (Germinable)

Hanya bagian kecil kotiledon tidak berwarna

No.6 Biji dapat tumbuh (Germinable)

Sedikit bagian ujung dari radikula (calon akar) tidak berwarna dan bagian kecil kotiledon

tidak berwarna.

No.7 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Bagian ujung dari radikula yang tidak berwarna cukup panjang (lebih dari titik ujung

radikula)

No.8 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Page 22: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

Pada bagian bertautnya kotiledon dengan poros radikula-hipokotil tidak berwarna

(jaringannya mati)

No.10 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Terdapat beberapa bagian tidak berwarna pada bagian atas poros radikula-hipokotil

No.11 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Lebih dari setengah kotiledon bagian atas tidak berwarna

No.12 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Bagian bawah kotiledon dan poros radikula-hipokotil pewarnaan merah kusam atau merah

keputihan seperti susu; sedangkan bagian kotiledon yang lain berwarna merah.

No.13 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Sama seperti no.12, namun bagian yang dengan pewarnaan merah keputihan seperti susu

lebih besar

No.14 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Biji berwarna merah tua keunguan. Pewarnaan tersebut pada seluruh bagian kedua

permukaan kotiledon.

No.15 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable)

Biji seluruhnya tidak terjadi pewarnaan (semua jaringan mati).

Gambar 4. Benih/biji dan struktur kedelai

Page 23: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

A. Benih

B. Bibit

C. Embrio

a. kulit biji

b. Hilum

c. Hipokotil

d. Plumula

e. Kotiledon

f. Akar primer

Tabel 12. Hasil pengamatan uji tetrazolium

Ulangan Jenis

Benih

Viable

(%)

Non-Viable

(%)

Kecambah

Normal (%)

Kecambah

Abnormal (%)

Benih

Mati (%)

1 Jagung

Kedelai

2 Jagung

Kedelai

3 Jagung

Kedelai

4 Jagung

Kedelai

Page 24: 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN · PDF filePanduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012 1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH

Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 2012

10. STRUKTUR BENIH

Pendahuluan

Latar Belakang :

Struktur internal benih pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu benih yang

mempunyai endosperm (endospermik) dan benih yang tidak mempunyai endoaperm (non

endospermik). Contoh benih endospermik adalah benih tanaman dari familia Gramineae dan

Euphorbiaceae, sedangkan contoh benih non endospermik adalah benih tanaman dari familia

Leguminosae da Cucurbitaceae.

Struktur lain dari benih adalah kult benih (testa) dan embrio. Testa benih bervariasi

warnanya, teksturnya serta ada atau tidaknya struktur tambahan seperti sayap, karunkula.

Embrio tanaman terdisi dari poros embrio dan kotiledon. Poros embrio terdiri dari calon akar

(radikula), calon batang (eppikotil, hipokotil atau mesokotil), dan calon daun (plumula).

Pada embrio benih monokotil calon daun dibungkus oleh koleoptil. Letak, ukuran dan bentuk

embrio bervariasi.

Tujuan :

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari variasi struktur benih tanaman beberapa familia.

Bahan dan Metode :

Benih dari beberapa familia tanaman : Gramineae (jagung, padi), Leguminosae (kacang

tanah, kedele, kacang merah, lamtoro), Solanaceae (tomat, cabe, terong), Eophorbiacea (jarak

kepyar, jarak pagar, karet) dan lainnya yang tersedia.

1. Benih yang kering dilembabkan dahulu selama 24 jam supaya lunak, mempermu

dah diiris atau dikupas

2. Iris benih dengan arah vertikal sehingga seluruh bagian internal dapat diamati

3. Amati warna, tekstur kulit benih serta adanya struktur tambahan

4. Gambar benih utuk dan struktur internalnya, beri keterangan masing masing ba

gian benih