Upload
rygarosada
View
112
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Tn. “ M ” dengan Diagnosa Medis “ STEMI ”
( ST Elevasi Miokard Infark )
Di Ruang “ ICU ” RSUD dr. Soedomo Trenggalek
ANGGOTA KELOMPOK I :
1. Ackhip Triana2. Adif Zainul Arifin3. Ana4. Bachtiar Redy A.5. Bayu Nurhianto6. Chairirul Fawaid Santoso7. Dedik Budianto8. Dian Permanasari9. Illuh Wuwuh Asrining Puri10. Mei Cristiana11. Muhibbatul Husna12. Zulvia Mayanti
AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB TRENGGALEK
Jln. Dr. Soedomo No. 5 Telp (0355) 791293 Kode Pos 66312
TRENGGALEK
2012
1. DEFINISI KASUS
SKA adalah kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner (Andra, 2006).
SKA adalah fase akut dari Angina Pectoralis Tidak Stabil/ APTS yang disertai infark
miokard akut/ IMA gelombang Q ( IMA Q ) dan non ST elevasi (Non STEMI) tanpa
gelombang Q (IMA TQ) dengan ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya thrombosis
akibat rupture plak aterosklerosis yang tidak stabil (Wasid, 2007).
SKA adalah salah satu sindrom yang terdiri dari beberapa penyakit koroner yaitu angina tak
stabil (unstable angina), infark miokard non elevasi ST, infark miokard ST elevasi ( STEMI ).
Maupun angina pectoralis fase infark/ pasca tindakan intervensi koroner perakutan (Harum,
2007).
SKA adalah gabungan gejala klinis yang menandakan iskemia miokard akut terdiri dari
infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI). Infark miokard akut tanpa elevasi
segment ST (NSTEMI), dan angina pectoris tidak stabil (Unstable Angina Pectoris).
SKA adalah keadaan darurat jantung dengan manifestasi klinis rasa tidak enak di dada/ gejala
lain sebagai kaibat iskemia miokardium (HARUM, 2007)
SKA adalah terjadi ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 miokard (Heni
Rohani).
Infark miokard akut didefinisikan sebagai nekrosis mikard yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner.
2. PATOFISIOLOGI
A. SKEMA
B. URAIAN
Aterosklerosis merupakan suatu penyumbatan yang diakibatkan karena lemak
menggumpul. Aterosklerosis diakibatkan karena hiperkolesterolemia, DM, Merokok, HT,
usia lanjut, kegemukan. Aterosklerosis menyebabkan pembuluh darah pecah yang akhirnya
mengakibatkan faktor pembekuan dan pengeluaran faktor jaringan, disertai produksi
thrombin meningkat yang terjadi secra agresi yang akhirnya terjadi pembekuan trombus yang
berakibat penurunan aliran darah koroner, hal ini juga merupakan faktor penyebab
dekompensasi kordis. Dan dari penurunan aliran darah koroner terjadilah SKA (Sindroma
Koroner Akut).
SKA dapat menyebabkan berbagai masalah, salah satunya akan terjadi peningkatan
kebutuhan O2 dan suplai O2 yang akan menyebabkan terjadinya metabolism anaerob,
sehingga produksi asam laktat meningkat dan menimbulkan nyeri, sehingga muncul masalah
keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri . gangguan rasa nyaman nyeri menyebabkan
banyak masalah diantaranya gangguan pola tidur , intoleransi aktivitas, gangguan pemasukan
nutrisi kurang dari kebutuhan dan gangguan kecemasan karena kurang pengetahuan.
Pada metabolism anaerob dapat juga menyebabkan energy/ ATP turun yang
menyebabkan kelemahan fisik , kelemahan fisik menyebabkan intoleransi aktivitas dan
betrest. Bedrest menyebabkan penekanan yang lama pada bagian tubuh yang mengakibatkan
tubuh terjadi lecet dan muncul ulkus sehingga muncul diagnosa keperawatan resiko tiggi
gangguan integritas kulit, selain itu juga menyebabkan gangguan personal hygiene. Bedrest
mengakibatkan mobilitas kurang, akhirnya terjadi penurunan peristaltic maka terjadi
konstipasi dan muncul diagnose keperawatan perubahan pola eliminasi, selain menyebabkan
kelemahan fisik ATP/ energy turun yang menyebabkan penurunan suplai O2 dan peningkatan
kebutuhan O2 juga menyebabkan STEMI bila danya ST elevasi dan mengakibatkan NSTEMI
bila tidak ada ST elevasi . SKA mengakibatkan curah jantung menurun yang berakibat resiko
gangguan cairan elektrolit, hipokalemia, crah jantung menurun, juga menyebabkan suplai O2
ke paru turun, mengakibatkan kebutuhan O2 meningkat, maka untuk kompensasi resirasi
meningkat akhirnya terjadi gangguan pola nafas.
3. ETIOLOGI
Rilantono (1996) mengatakan sumber masalah sesungguhnya hanya terletak pada
penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh 4
hal, meliputi :
a. Adanya timbunan lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi
kolesterol tinggi.
b. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus).
c. Vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah akibat kejang terus menerus).
d. Infeksi pada pembuluh darah.
Wasid (2007) menambahkan mulainya terjadinya SKA dipengaruhi oleh beberapa keadaan
yaitu :
a. Aktivitas / latihan fisik yang berlebihan (tidak terkondisikan).
b. Stres, emosi, terkejut.
c. Udara dingin, keadaan tersebut ada hubungan dengan peningkatan aktivitas simpatis,
sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar jantung meningkat.
d. Anemia berat.
Menurut Covie MR Dar O (2008) penyebab SKA adalah
a. Aritmia
b. Kegagalan dalam abnormalitas miokard, dapat disebabkan oleh hilangnya miosit (infark
miokard) , kontraksi tidak terkoordinasi, berkurangnya kontraktilitas.
c. Hipertensi
d. Takikardia (kegiatan abnormalitas ritmis jantung).
e. Kelainan congenital jantung.
f. Intake/ masukan garam tinggi.
4. KLASIFIKASI SKA
Wasid (2007) mengatakan berat/ ringan SKA menurut Braunwald (1993) adalah :
a. Kelas I : serangan baru, yaitu kurang dari 2 bulan progesif, berat, dengan nyeri pada
waktu istirahat/ aktivitas sangat ringan, terjadi > 2 kali/ hari.
b. Kelas II : subakut, yaitu sakit dada antara 48 jam s/d 1 bulan.
c. Kelas akut , yakni kurang dari 48 jam.
Secara klinis :
a. Kelas A : sekunder, dicetuskan oleh hal-hal diluar koroner, seperti anemia, infeksi,
demam, hipotensi, hipoksia dan gagal nafas.
b. Kelas B : primer.
c. Kelas C : setelah infark (dalam 2 minggu IMA) belum pernah diobati.
Fase Fase Rehabilitasi SKA
1. Fase I : Inpatient
Anggota tim multidisiplin rehabilitasi jantung akan mengunjungi pasien jantung di ICU dan di bangsal perawatan, tujuan kunjungan ini untuk memberikan exercise dan edukasi.
Fase I terdiri dari 5 tahap Myocardial infark tanpa complikasi
Step 1 :
Latihan lingkup gerak sendi assistif Bangun dari tempat tidur duduk dikursi
BAB/BAK disamping tempat tidur, jika kamar mandi agak jauh
Dapat melakukan aktifitas sendiri dengan duduk
Terapi fisik dada (Chest physical therapy)
Aktivitas level : 1 – 2 Mets
Step 2 :
Latihan LGS aktif Duduk dikursi sesering mungkin
ADL partial self care
Mandi dengan shower dengan posisi duduk
Berjalan short distance 2-3x/hari dengan supervisi
Aktivitas level : 1 – 3 Mets
Step 3 :
Jalan ditingkatkan (in Hall) perlahan 5-10 menit 2-3 kali sehari ADL partial selfcare
Aktivitas level : 2 – 3 Mets
Step 4 :
Jalan ditingkatkan 5-10 menit di ruangan 3-4 kali sehari ADL/Perawatan diri secara mandiri
Naik turun tangga ½ lantai atau turun tangga 1 lantai..
Aktivitas level : 3 – 4 Mets
Step 5 :
Melanjutkan program diatas Naik turun tangga 1 lantai.
Rencana pulang.
Program Konseling
Aktivitas level : 3 – 4 Mets
1. Fase II : Outpatient
Terdiri dari : Program latihan terstruktur, Pasien individual/group, Konselling dan edukasi.
Durasi : 4-8 minggu, Goal : 6 Mets
1. Fase III : Mainte
Terdiri dari: Sesi edukasi formal mengenai faktor risiko; Program latihan; Durasi : 3-6 bulan; Goal : 6-8 Mets.
1. Fase IV : Long Term Cardiac Rehabilitation
Pemeliharaan jangka panjang dari goal individu (seumur hidup)
Monitoring secara professional dari status klinik dan follow up perkembangan secara keseluruhan oleh tim primary healthcare
Kemungkinan akan dibentuk kelompok pendukung pasien jantung (klub)
5. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluhan nyeri di tengah dada. Rasa dingin, rasa diremas-remas, menjalar ke leher, lengan
kiri dan kanan, serta ulu hati.
2. Rasa terbakar
3. Keringat ringan
4. Keluhan nyeri yang merambat ke kedua rahang gigi kanan/ kiri, bahu, serta punggung.
5. Kadang disertai kembung pada ulu hati
6. Kadang disertai masuk angin
7. Mual
8. Pening kemudian pingsan.
6. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian B1- B6
B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi nomal dan mengeluh sesak nafas seperti
tercekik. Dispnea kardiak biasa ditemukan.
B2 (Blood)
Inspeksi
Keluhan lokasi nyeri biasanya di daerah substernal atau nyeri diatas pericardium.
Palpasi
Denyut nadi perifer melemah.
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun.
Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
B3 (Brain)
Kesadaran umum biasanya composmentis.
B4 (Bladder)
Adanya oliguri pada klien merupakan tanda awal syok kardiogenik
B5 (Bowel)
Klien mengalami mual, muntah. Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan di ke empat
kuadran, penurunan peristaltic usus.
B6 (Bone)
Klien sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, kesulitan melakukan perawatan
diri.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur.
Pola hidup menetap.
Tanda : Takikardi, dispnea pada istirahat/ aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IM sebelumnya, penyait arteri koroner, GJK, masalah TD, DM
Tanda : - TD : dapat normal atau naik/ turun ; perubahan postural dari tidur sampai
duduk.
- Nadi dapat normal; penuh/ tak kuat, atau lemah/ kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur. Disritmia mungkin terjadi.
- Bunyi jantung ekstra : S3/S4 mungkin menunjukkan gagal jantung/
penurunan kontraktilitas atau complain ventrikel.
- Friksi : dicurigai perikarditis.
- Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
- Edema : distensi vena juguler, edema dependen/ perifer, edema umum,
krekels.
- Warna pucat atau sianosis/ kulit abu-abu, kuku datar, pada membrane
mukosa dan bibir.
3. Eliminasi
Penurunan berkemih
Urine berwarna gelap
Nocturia
Diare/ konstipasi.
4. Makanan / cairan
Gejala : Mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/ terbakar.
Tanda : penurunan turgor kulit; kulit kering/ berkeringat, muntah, perubahan berat
badan.
5. Hygiene
Gejala/ tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan.
6. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidu atau saat bangun.
Tanda : perubahan mental, kelemahan.
7. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak, tidak hilang dengan istirahat atau
nirogliserin. Lokasi : tipikal pada dada anterior, substernal, prekordia, dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah. Tidak tentu likasinya seperti epigastrium, siku, rahang , abdomen,
punggung, leher.
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, menggeliat.
Menarik diri, kehilangan kontak mata.
Respons otomatik ; perubahan frekuensi/ irama jantung, TD, pernafasan, warna kulit/
kelembaban, kesadaran.
8. Pernafasan
Gejala : dispnea , batuk dengan/tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis.
Tanda : peningkatan frekueinsi pernafasan, sesak nafas, pucat, sianosis. Bunyi nafas :
bersih atau krekels atau mengi.
Sputum : bersih, merah muda kental.
7. PENATALAKSANAAN
a. Oksigenasi
b. Nitrogliserin (digunakan pada px yang tidak hipotensi).
c. Morphin
d. Aspirin
e. Antitrombolitik lain (clopidogrel, TIC (opidine)).
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. EKG untuk menentukan kelainan jantung.
2. Fraksi lemak menunjukkan peningkatan kadar kolesterol.
3. Elektrolit serum untukmengetahui kadar Na + yang rendah.
4. Foto thorax untuk menentukan terjadinya pembesaran jantung, oedema, efusi pleura.
9. MASALAH KOLABORATIF
a. Syok kardiogenik.
b. Acites
c. Gagal ginjal
d. Hipoksemia.
10. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
2. Penurunan curah jantung
3. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elekrolit
4. Gangguan pola nafas
5. Intoleransi aktivitas
6. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
7. Gangguan kecemasan
8. Gangguan pola tidur
9. Gangguan personal hygiene
10. Resiko syok neurogenik
11. Resti gangguan integritas kulit
12. Perubahan pola eliminasi
13. Bersihan jalan nafas tak efektif.
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d penurunan suplai O2 ke miokard.
2. Penurunan curah jantung b/d proses penyakit.
3. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elekrolit : hipokalemia b/d penurunan filtrasi
glomerulus.
4. Gangguan pola nafas b/d penurunan suplai O2 ke paru.
5. Intoleransi aktivitas b/d nyeri/ kelemahan fisik.
6. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d nyeri.
7. Gangguan kecemasan b/d kurang pengetahuan.
8. Gangguan pola tidur b/d nyeri.
9. Resiko syok neurogenik b/d nyeri
10. Gangguan personal hygiene b/d bedrest.
11. Resti gangguan integritas kulit b/d bedrest.
12. Perubahan pola eliminasi b/d konstipasi.
13. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d penumpukan sekret.
12. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d penurunan suplai O2 ke miokard.
Tujuan umum : kx dapat beradaptasi dengan nyeri setelah mendapatkan perawatan 1x
24 jam dan nyeri berkurang.
Kriteria hasil : skala nyeri berkurang, klien mengatakan nyeri berkurang, kx tampak
tenang.
a. BHSP
R/ untuk mempermudah hubungan dan komunikasi antara perawat dan pasien.
b. Kurangi/ batasi aktivitas fisik selama serangan
R/ Pembatasan aktivitas fisik mengurangi konsumsi oksigen dan bebban kerja
jantung
c. Posisi tidur supine semi fowler.
R/ posisi semifowler membantu meringankan gejala kesulitan bernafas dan
memerbaiki ekspansi paru.
d. Pelihara ketenangan, lingkungan yang nyaman, batasi jumlah pengunjung klien.
R/ lingkungan yang nyaman dan tenang menunjang kebutuhan istirahat dan
mengurangi kecemasan.
e. Monitor tanda-tanda vital, bunyi jantung setiap 2 jam bila keadaan sudah stabil,
dan catat tiap perubahan penting yang timbul.
R/ perubahan tanda-tanda vital dan bunyi jantung merupakan indicator perubahan
hemodinamik.
f. Observasi timbulnya nyeri dengan melihat isyarat verbal dan non verbal.
R/ nyeri merangsang respon stress yang memicu pelepasan katekolamin endogen
sehingga meningkatkan konsumsi oksigen.
g. Kolaborasi medikasi vasodilator, ISDN, pemberian diuretic furosemid.
R/ vasodilator dan diuretic bertujuan untuk mengurangi beban jantung dengan
cara menurunkan preload dan afterload.
2. Penurunan curah jantung b/d proses penyakit.
Tujuan : curah jantung meningkat setelah intervensi 1 jam.
Kriteria hasil: TD normal 110/ 80-140/90, nadi kuat dan regular.
a. Berikan posisi kepala head up (15o-30o)
R/ Untuk memperlancar darah balik ke jantung, sehingga menghindari bendungan
vena jugularis, dan beban jantung tidak bertambah berat.
b. Motivasi px untuk bedrest/ istirahat.
R/ istirahat bisa mengurangi O2 demand sehingga jantung tidak terkontriksi
melebihi kemampuannya.
c. Evaluasi perubahan TD, Nadi, Klinis.
R/ mengevaluasi terapi yang sudah diberikan, sehingga perbaikan intervensi
selanjutnya.
h. Kolaborasi medikasi vasodilator, ISDN, pemberian diuretic furosemid.
R/ vasodilator dan diuretic bertujuan untuk mengurangi beban jantung dengan
cara menurunkan preload dan afterload.
3. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elekrolit : hipokalemia b/d penurunan
filtrasi glomerulus.
Tujuan : terjadi keseimbangan caira dan elektrolit setelah intervensi 1 jam.
Kriteria hasil : TD normal 110/ 80-140/90, nadi kuat, px mengatakan kelelahan
berkurang.
a. Pantau nadi dan TD lebih intensive.
R/ penurunan kalium pada darah berpengaruh pada kontraksi jantung, hal ini
mempengaruhi TD, nadi px , sehingga memanatu lebih intensive, lebih waspada.
b. Anjurkan px untuk istirahat.
R/ beristirahat akan mengurangi O2 demand sehingga jantung tidak berkontraksi
melebihi kemampuannya.
c. Evaluasi perubahan TD, Nadi, serum elekrolit dan klinis .
R/ untuk mengevaluasi terapi yang sudah diberikan dan untuk program intervensi
selanjutnya.
d. Kolaborasi dalam pemberian kalium dan panau pemberian kecepatan kalium.
R/ koreksi kalium akan membantu menaikkan kadar kalium dalam darah.
4. Gangguan pola nafas b/d penurunan suplai O2 ke paru.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam gangguan pola
nafas dapat teratasi.
Kriteria hasil : px tidak sesak, irama nafas teratur, RR 16-20 x / menit.
a. Observasi suara nafas,frekuensi, kedalaman pernafasan.
R/ untuk mengetahui suara nafas, frekuensi nafas, cepat lambat.
b. Atur posisi px senyaman mungkin (semifowler).
R/ mengurangi sesak/ meningkatkaan ekspansi paru.
c. Berikan tambahan O2 seperlunya.
R/ meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas.
d. Ajarkan teknik pernafasan dalam
R/ mempermudah dalam penarikan nafas.
5. Intoleransi aktivitas b/d nyeri/ kelemahan fisik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawtan 3x 24 jam adanya perubahan dalam
tanda vital karena aktivits.
Kriteria hasil : px mampu melakukan aktivitas meskipun hanya minimal.
a. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan adanya dan perubahan dalam
hal kelemahan.
R/ miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel
miokardial sebagai akbat GJK.
b. Pantau frekuensi/ irama jantung,TD, dan frekuensi pernafasan sebelum / setelah
aktivitas dan selama diperlukan.
R/ membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal,
penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipneu.
c. Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
R/ meningkatkan resolusi inflamsi selama fase akut dari perikarditsi.
d. Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan px.
R/ memenuhi kebutuhan yang diperlukan px
e. Berikan motivasi kepada px unuk berlatih melakukan aktivitas.
R/ memberikan semangat kepada px untuk mempercepat penyembuhan.
13. DAFTAR PUSTAKA
Rilantono, dkk. 1998. Buku ajar kardiologi. Jakarta : FKUI.
Carpenito. 1998. Diagnose keperawatan : aplkasi pada praktek klinik. Edisis III. Jakarta :
EGC.
Marlynn. E dongoes. 1999. Pedomana rencana asuhan keperawatan praktek klinik . kajarta :
EGC.
FORMAT PENGKAJIAN GAWAT DARURAT
(TRAUMA/ NON TRAUMA)
1. BIODATA
Nama Pasien : Tn. M
Jenis kelamin : Laki- laki
Umur : 71 tahun
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaaan : Pensiunan PNS
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SLTA
Alamat :Karangan
Tgl MRS :16 November 2012
Tgl pengkajian :20 November 2012
2. Diagnosa medis : STEMI
3. Masalah keperawatan yang muncul, gangguan system : Kardiovaskuler
4. Data Fokus: Nyeri dada sebelah kiri.
A. Data subyektif
Keluhan utama (PQRST, mekanisme kejadian, SAMPLE)
P : px mengatakan nyeri pada dada sebelah kirinya. Lebih berat bila digunakan untuk
bergerak.
Q : nyeri dirasakan seperti tertindih benda berat.
R : nyeri dirasakan pada dada sebelah kirinya.
S : skala nyeri 7 (1-10).
T : nyeri dirasakan hilang timbul.
S : px mengatakan nyeri dada sebelah kiri, nyeri seperti tertindih benda berat.
A : px mengatakan tidak mempuyai alergi obat-obatan atau makanan.
M : sebelum kejadian px tidak minum obat.
P : makanan terakhir yang dimakan klien adalah sambal kentang yang pedas.
L : minuman terakhir yang diminum px adalah susu.
E : Pada hari jum’at 16 november 2012 pukul 12.30 wib , sewaktu px di rumah setelah
shalat jum’at, px tiba-tiba mengeluh dada sebelah kirinya sakit, kemudian bersama
keluarganya px dibawa ke IGD RSUD Dr. Soedomo pukul 12.50 wib, kemudian dari
IGD pindah ke ICU pada pukul 15.45 WIB.
B. Data obyektif
i. Airway :
Tidak ada sumbatan jalan nafas.
Lidah tidak jatuh ke belakang.
ii. Breathing :
Frekuensi/ RR : 24 x/ menit
Irama : irregular.
Pola nafas : cepat dangkal.
Tidak ada tanda-tanda hipoksia.
Tidak ada tanda-tanda sulit bernafas.
iii. Circulation
CRT kembali dalam 2 detik.
Tidak ada sianosis, tidak anemis.
Akral hangat, suhu 373 0C
Nadi : 87 x/ menit.
TD : 145/ 101 mmHg
Tidak ada tanda-tanda syok.
iv. Disability
GCS : 4,5,6
Kesadaran : composmentis
Reflek babinsky : - -
Kekuatan otot :
4 4
4 4
v. Exposure ; Environment :
Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung.
Pengunjung dibatasi 1 orang.
Memberikan posisi head up 15-30 0.
Melonggarkan pakaian px.
vi. Full vital Sign ; Five Intervensi :
TD : 145/101 mmHg.
N :87 x/ menit
S : 370 C
RR : 24x / menit
Terpasang O2 nasal kanul 3 lt/ menit
Terpasang DC
Terpasang infuse RL 14 tetes/ menit.
Terpasang oksimetri.
Terpasng monitor EKG, respirasi, tekanan darah.
vii. Give Comfort :
Px dianjurkan untuk bedrest total
Posisikan px head up 15-30 0
viii. History ; head to toe assessment :
Pada hari jum’at 16 November 2012 pukul 12.30 wib , sewaktu px di rumah
setelah shalat jum’at, px tiba-tiba mengeluh dada sebelah kirinya sakit, kemudian
bersama keluarganya px dibawa ke IGD RSUD Dr. Soedomo pukul 12.50 wib,
kemudian dari IGD pindah ke ICU pada pukul 15.45 WIB.
a. Kepala :
Bentuk kepala simetris antara kanan dan kiri.
Kulit kepala bersih.
Rambut putih dan sebagian hitam.
Penyebaran rambut merata.
Rambut berbau.
Struktur wajah simetris antara kanan dan kiri.
b. Mata :
Lengkap, simetris antara kanan dan kiri.
Kelopak mata tidak ada oedema dan tidak cowong.
Pupil mengecil jika kena cahaya.
Konjungtiva merah muda
Sclera putih.
c. Hidung :
Simetris, septum nasi di tengah.
Tidak ada pembengkakan eptum nasi
Lubang hidung bersih, tidak ada sekret, benda asing dan perdarahan.
Tidak ada pernafasan cuping hidung.
d. Telinga :
Simetris kanan dan kiri,
Bersih tidak ada serumen, benda asing, perdarahan.
e. Mulut dan faring :
Keadaan bibir lembab,
Keadaan gig dn gusi tidak ada perdarahan, gigi tidak lengkap, sudah ada yang
tangal.
Faring tidak ada pembengkakan dan perdarahan.
f. Leher :
Posisi trakea simetris antara kanan dan kiri.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran klenjar limfe
Tidak ada pembesaran vena jugularis
Ada denyut nadi karotis
g. Thorak
Inspeksi : Bentuk dada normal chest.
Perkusi : Terdengar sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan.
h. Jantung
Inspeksi : tidak ada pulsasi.
Palpasi : ictus cordis terletak pada ICS 5 mid clavicula sinistra selebar 2 cm.
Auskultasi : BJ I di ICS V linea sternalis kiri.
BJ II di ICS II linea sternalis kiri dan kanan.
i. Abdomen :
Bentuk abdomen : Datar.
Benjolan/ masa : tidak ada benjolan / masa.
Peristaltik usus : 29 x/ menit.
Suara abdomen : timpani.
j. Ekstremitas :
Tidak ada fraktur.
Tidak ada oedema
Kekuatan otot :
4 4
4 4
k. Pelvis dan genetalia
Rambut pubis merata,
Tidak ada benjolan, pembengkakan dan peradangan pada inguinal.
Keadaan kotor.
ix. Inspeksi Back/ Posterior Surface
Tidak ada kelainan pada punggung dan tulang belakang.
5. Lain – lain :
k/u lemah
ADL dibantu : pemberian makan, mandi, eliminasi (BAK dan BAB) dan berdandan/
berpakaian.
Px bedrest
Intake Nutrisi : Px. Makan Bubur Halus dan Habis 2 Sendok makan
Intake Cairan : Px. Minum Susu yang disediakan oleh RS dan Minum Susu Kedelai dan
habis ¼ gelas.
Eliminasi:
BAB : Px. Belum BAB selama 5 Hari sejak Masuk Rumah sakit
BAK : 1200 cc
6. Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium
WBC 7.0 103/ ul
HGB 16.1 g/ dl
PLT 202 103/ ul
Glucose 137,8 mg/ dl (70-110)
Trigliserid 226.9 mg/dl (40-150)
AST 46. 7 u/l (9-40)
Uric acid 7. 96 mg/dl (2.6-7.2)
Cholesterol 238 mg/dl (140-200)
Elektrolit
Natrium 144 mmol/ L
Kalium 3.98 mmol/ L
Clorida 105 mmol/L
Kalsium 1.24 mmol/L
EKG :
Sinus rytmy : …normal Paxis Vrate 50-99
Ekstensive anterior infark, acute Q > 35 Ms, ST 0.15 MV , V1-V6.
ST elevation, consider inferior injury ST > 0.08 m V2, II, III, aVf.
Rate 94
PR 168
QRSD 92
QT 334
QTC 430
Axis
P35
QRS 48
T 46
7. Penatalaksanaan (Medis dan Perawatan):
Medis
Infuse RL 14 tetes/ menit
Diet BH
O2 3 liter/ menit
Injeksi ketorolac 30 x 3 inj
Injeksi Hexen 1x
Injeksi miniaspi
Obat oral
Miniaspi 1x 80 mg
Vaclo 3x 30 mg
Simvastatin 1x 10 mg
Allopurinol 1x 100 mg
Lactulosa 1x CN
MST Continus 1x 1
TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari / Tanggal : Selasa, 20 November 2012
Inj. Hexer 3x1 apl
Inj. Ketorolak 3x300 mg
Inj. Aristra 1x 2,5 g ( 2,5 cc )
Inj. Bralin 2x 1000
Obat Oral :
Miniaspi 1x80 mg
Vaclo 1x75 mg
Simvastatin 1x10 mg
Hitrin 2g
Allopurinol 1x100 mg
Lactulosa 1xCH
MST 2x1 tab
ISDN 3x5gr
DAST 2x1 Tab.
Hari / Tanggal : Rabu, 21 November 2012
Inj. Hexer 3x1 apl
Inj. Ketorolak 3x300 mg
Inj. Aristra 1x 2,5 g ( 2,5 cc )
Inj. Bralin 2x 1000
Obat Oral :
Miniaspi 1x80 mg
Vaclo 1x75 mg
Simvastatin 1x10 mg
Hitrin 2g
Hari / Tanggal : Kamis, 22 November 2012
Inj. Hexer 3x1 apl
Inj. Ketorolak 3x300 mg
Inj. Bralin 2x 1000
Obat Oral :
Miniaspi 1x80 mg
Vaclo 1x75 mg
Simvastatin 1x10 mg
Hitrin 2g
Allopurinol 1x100 mg
MST 2x11Tab
Allopurinol 1x100 mg
Lactulosa 1xCH