129
Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang Karawang 2014 Pamungkas Satya Putra 1 Teori Asal Mula Negara, Teori Hakekat Negara, dan Teori Tujuan Negara Disusun oleh: Pamungkas Satya Putra

1 Teori Asal Mula Negara, Teori Hakekat Negara, dan Teori ... · PDF filepertumbuhan dan perkembangan. •Metode penyelidikan secara historis atau sejarah dipergunakan para ahli untuk

Embed Size (px)

Citation preview

Fakultas Hukum

Universitas Singaperbangsa Karawang

Karawang

2014

Pamungkas Satya Putra

1

Teori Asal Mula Negara, Teori Hakekat Negara, dan Teori Tujuan

Negara

Disusun oleh:

Pamungkas Satya Putra

• Perkuliahan :Ketiga dan Keempat

• Tema :Teori asal mula negara, teori tentang hakekat

negara.

Pamungkas Satya Putra

2

TEORI ASAL MULA NEGARA

• Ilmu negara sebagai cabang ilmu kenegaraan mengalami proses

pertumbuhan dan perkembangan.

• Metode penyelidikan secara historis atau sejarah dipergunakan

para ahli untuk melakukan penelitian tentang pertumbuhan dan

perkembangan ilmu pengetahuan. Termasuk pula terhadap

pertumbuhan dan perkembangan ilmu negara yang terbagi atas

masa-masa sebagai berikut:

1.Masa Yunani Purba (Kuno);

2.Masa Romawi;

3.Masa Abad Pertengahan;

4.Masa Renaissance;

5.Masa Hukum Kenegaraan Positif.

Pamungkas Satya Putra

3

1.Masa Yunani Purba (Kuno)

• Penyelidikan terhadap negara diawali pada masa Yunani Purba

karena berdasarkan kebudayaan Yunani Purba yang berkembang

dengan memfokuskan pada polis-polis atau disebut dengan The

Greek State atau disebut dengan kumpulan masyarakat yang telah

memiliki pemerintahan (struktur).

• Polis (Politeia atau Politica) tersebut merupakan suatu tempat di

puncak bukit, dengan jalan mendirikan tempat tinggal bersama

dengan dikelilingin oleh benteng atau tembok untuk menjaga

serangan musuh.

• Para ahli berargumen bahwa polis disamakan (identiek) dengan

masyarakat negara atau negara, maka polis merupakan negara

kota (standstaat atau citystate).

Pamungkas Satya Putra

4

• Sir Ernest Barker dalam buku “The Political Theory”

menyatakan:

“(...) the Greek City is one unit of life and in the first place, even

if is a city, it is redolent of the country. If it is the home of

urbanity and of that “civility” from which we have drawn our

world civilization, it is also the home of “summa rusticitas”. (...)

It was not only politically self governed; it had also (what made

its self government possible) a large freedom of social

discussion”.

• Sistem pemerintahan yang dianut pada saat itu demokrasi

langsung atau directe demokratie (direct-democratie atau

klassieke democratie). Hal tersebut didasarkan bahwa rakyat ikut

serta di dalam penentuan beleid atau kebijaksanaan pemerintah

atau disebut dengan government by all the people.

Pamungkas Satya Putra

5

• Hal tersebut didasarkan pada dua (2) hal utama yaitu:

1.Pengertian negara diidentikan dengan pengertian kota atau polis yaitu

memiliki tempat tertentu yang memiliki wilayah sangat terbatas;

2.Penduduk warga kota masih relatif sedikit.

• Rakyat pada masa itu turut serta secara langsung di dalam

pemerintahan sebagai corak khas kebudayaan Yunani Purba sebagai

ciri mutlak demokrasi (demos = rakyat, cratein = pemerintahan).

• Pengawasan adalah rakyat. Pengawasan rakyat dijalankan dengan

musyawarah (Bahasa Yunani Purba = Ecleseia, Bahasa Romawi =

Cometia, Bahasa Arab = Syura).

• “Rakyat” atau warga polis disebut dengan citizen sebagai bagian dari

penduduk Athena.

• R.M. Mac Iver dalam buku The Web of Government menyatakan

bahwa: “(...) but the citizens were a smallish fraction of the population

of Attica, the territory of the Athenian State. (...) Citizen is city

dwellers”, yang berada di daerah Athena.

Pamungkas Satya Putra

6

• Beberapa tokoh yang dipandang memiliki koneksitas dalam

menjelaskan peristiwa penting di dalam perkembangan ilmu

negara pada masa Yunani Purba yaitu:

a.Socrates (± 470-399 Sebelum Masehi (S.M));

b.Plato (± 429-347 Sebelum Masehi (S.M));

c.Aristoteles (± 384-322 Sebelum Masehi (S.M));

d.Epicurus (± 342-271 Sebelum Masehi (S.M));

e.Zeno (± 300 Sebelum Masehi (S.M));

f.Polybios (±204-122 Sebelum Masehi (S.M)).

Pamungkas Satya Putra

7

a.Socrates (± 469-399 Sebelum Masehi (S.M))

• Lahir di Deme Alopece, Athena.

• Berkembangnya paham kaum Sophis atau disebut Sophisme tentang

hukum, keadilan dan negara di mana seketika merusak masyarakat

termasuk pembesar negara yang kehilangan rasa susila yang

berakibat pada tindakan sewenang-wenang, korupsi, pemerasan,

serta ketidakadilan merajalela.

• Paham tersebut didasarkan pada Thrasymachus yang menyatakan

bahwa “Justice is the interest of the stronger” atau keadilan

merupakan keuntungan bagi pihak yang lebih kuat.

• Misalnya: Rahwana yang mengklaim sebagai inkarnasi dari segala

kedzoliman dan angkara murka. “Keadilan di dalam negara yaitu

keadilan yang menguntungkan penguasa negara”.

• Hukum dan keadilan bersifat subjektif (≠ hukum dan keadilan

objektif) tergantung pada siapa yang memegang kekuasaan? Siapa

yang membentuk hukum? Siapa yang menjalankan hukum?

(menjalankan kebatilan dengan bertopeng pada keadilan)

Pamungkas Satya Putra

8

Pamungkas Satya Putra

9

• Berdasarkan hal tersebut Socrates membentuk suatu sistem ajar

berdasarkan metode dialektis atau “tanya jawab (berdialog)”.

Pencarian terhadap pengertian-pengertian tertentu, berdasarkan

hukum dan keadilan yang bersifat objektif dan dapat dijalankan

serta diterapkan kepada setiap manusia.

• Socrates tidak meninggalkan buku-buku akan tetapi prinsip dan

ajarannya telah diabadikan oleh muridnya Plato dalam buku-

bukunya.

• Hukum dan keadilan tersemayam di dalam hati manusia sebagai

kesucian dari cahaya Tuhan Yang Maha Pemurah, Adil dan

Penuh Kasih Sayang. Kendati kesucian tersebut terselubung,

tertutupi oleh kegelapan hati, ketamakan, kezaliman, akan tetapi

tidak dapat menghilangkan cahaya abadi.

Pamungkas Satya Putra

10

• Negara bukan merupakan organisasi yang di buat untuk manusia dari

kepentingan pribadinya. Negara dalam pandangan Socrates merupakan

susunan objektif bersandar kepada sifat hakikat manusia untuk

melaksanakan dan menerapkan hukum-hukum objektif, termuat

“keadilan bagi umum”, dan tidak hanya melayani kebutuhan para

penguasa negara yang saling berganti-ganti orang.

• Negara harus menerapkan keadilan agar masyarakat dapat merasakan

kenyamanan dan ketenangan jiwanya, sebab kebatilan hanya

merupakan kesenangan palsu.

• Sekitar tahun 399 S.M ajaran Socrates di pandang sebagai ajaran yang

berbahaya dan merusak akhlak budi pekerti para pemuda, maka

seketika itu Socrates dijatuhkan hukuman mati dengan cara meminum

racun.

• Socrates berpandangan bahwa putusan negara harus dipatuhi dan oleh

negarawan Kerajaan Inggris Lord Palmerston disebut sebagai “right or

wrong my country”.

Pamungkas Satya Putra

11

b.Plato (± 427-347 Sebelum Masehi (S.M))

• Lahir pada tahun ± 427 S.M. di Athena yang memiliki latar belakangbangsawan dan mengenyam pendidikan tinggi.

• Ajaran Plato mempergunakan metode deduktif-spekulatif transedental.Sebagai murid Socrates, Plato di usia sekitar dua puluh (20) tahun danmelakukan perjalanan ke Cyrene, Mesir, Italia Selatan dan Sisiliasetelahnya. Sekitar tahun 389 S.M. Kembali ke Athena untukmembentuk sekolah ilmu filsafat yang diberi nama “Academia”.

• Buku-buku Plato yang menjelaskan tentang ilmu negara dan ilmupolitik, terdapat tiga (3) buku utama yaitu:

1).Politeia (the Republic) tentang negara;

2).Politicos (the Statemen) tentang ahli negara;

3).Nomoi (the Law) tentang undang-undang;

4).Gorgias tentang kebahagian;

5).Sophist tentang hakikat pengetahuan;

6).Phaedo tentang keabadian jiwa;

7).Phaedrus tentang cinta kasih;

8).Protagoras tentang hakikat kebajikan.

Pamungkas Satya Putra

12

Pamungkas Satya Putra

13

1).Politeia merupakan buku pertama Plato tentang negara yang

mengajarkan tentang ideale staat atau negara sempurna harus

dipimpin dan dipegang oleh penguasa yang memiliki pengetahuan ilmu

filsafat (filsuf) atau disebut juga sebagai the Philosopher King. Plato

mengajarkan tentang ajaran cita filsafatnya “Ideen Leer van Plato” atau

disebut “Idealisme”.

Ideen Leer

Pamungkas Satya Putra

14

Idenwereld (dunia cita) yang bersifat immateril, sebagai idea

atau “kenyataan sejati” yang bersemayam di alam cita “dunia

palsu”. Dunia cita sebagai latar belakang untuk menjelmakan

diri dalam dunia alam “alas”. Jenis-jenis dunia cita:

1.Cita kebenaran (idee der waarheid);

2.Cita keindahan dan keseniaan (idee der schoonheid);

3.Cita kesusilaan (idee der zedelijkheid).

Natuurweld (dunia alam) yang bersifat materil, sebagai dunia

fana yang bersifat “palsu”. Jenis-jenis dunia alam:

1.Pikiran (verstand);

2.Rasa (gevoel);

3.Kemauan (willen).

• Idenwereld (dunia cita) terdapat cita-cita mutlak-mutlak

(absolute ideen) yaitu:

1).idee der waarheid (logica) atau cita kebenaran;

2).idee der schoonheid (asthetica) atau cita keindahan dan kesenian;

3).idee der zedelijkheid (ethica) atau cita kesusilaan.

• Ketiga cita tersebut menurut pandangan Plato merupakan tingkah laku

manusia yang mempunyai tiga (3) macam jenis, yaitu:

1).verstand atau pikiran demi mencari kebenaran;

2).gevoel atau rasa demi mencapai cita keindahan dan kesenian;

3).willen atau kemauan demi mencapai kesusilaan.

Pamungkas Satya Putra

15

• Asal mula negara dalam pandangan Plato didasarkan pada kebutuhan

serta keinginan manusia.

• Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan serta keinginan sendiri-

sendiri. Berdasarkan kecakapan masing-masing, manusia dapat

membagi tugas dengan dasar bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan

dan keinginan tersebut.

• Plato menyatakan bahwa “The state areas out of the wants of mens;

then, as we many wants, and many persons are needed to supply them,

one takes a helper of one purpose and another for another; and when

these partners and helper of one purpose and another; and when these

partners and helper are gethered together in one habitation the body or

inhabitations is termed a state”.

Pamungkas Satya Putra

16

• Negara sempurna dan baik yang bersifat ideal-etis memiliki syaratsebagaimana dinyatakan oleh Socrates sebanyak dua (2) syarat danPlato sebanyak tiga (3) syarat, yaitu:

1).Negara harus dijalankan oleh manusia yang terdidik khusus;

2).Pemerintahan harus ditujukan untuk kepentingan umum;

3).Harus mencapai kesempurnaan susila rakyat.

• Sifat manusia dan sifat negara menghendaki tiga (3) sifat utama yaitu:kebenaran, keberanian, dan kebutuhan.

• Berdasarkan hal tersebut, terdapat tiga (3) kelas dalam negara ideal-etis, yaitu:

1).The rulers atau para penguasa sebagai golongan manusia yangterdidik khusus sebagai pemimpin-pemimpin yang menyelenggarakannegara secara sempurna, good life, serta kepentingan umum ataudisebut sebagai the Philosopher King. Plato berpandangan bahwanegara haruslah dipimpin oleh orang yang paling bijak, berperi,bukanlah dipimpin oleh orang yang paling berambisi, maupun yangterulet, terkeras, dan teramat cerdik dan pandai.

Pamungkas Satya Putra

17

2).The guardians atau para pengawal negara yaitu mereka yangmenyelenggarakan keamanan, ketertiban, dan keselamatan negara, dan

3).The artisans atau para pekerja, yaitu mereka yang menjaminmakanan bagi kedua golongan tersebut.

• Negara dalam pandangan Plato didasarkan pada keadilan, dan keadilanitu harus memerintah serta menjelma dalam negara.

• Dalam bagian kedelapan buku Politeia, Plato menjelaskan bentuk-bentuk negara berdasarkan sifat-sifat tertentu dalam jiwa manusia:

1).Aristokrasi (aristocratie atau aristocracy) di mana secara harfiahberasal dari istilah “aristoi” yaitu cerdik, pandai yang menunjukan padagolongan bangsawan termasuk cendikiawan, dan “archien” atau“cratia” yaitu memerintah. Suatu pemerintahan yang dipegang dandipimpin sejumlah kecil para cerdik pandai yang memerintahberdasarkan keadilan.

2).Oligarki (Oligarchie atau oligarchy), istilah tersebut berasal darikata “oligos” yaitu sedikit, kecil, dan “archien” yaitu memerintah.Apabila golongan kecil memerintah untuk memperoleh kekayaan,sehingga timbul hak milik pribadi.

Pamungkas Satya Putra

18

3).Timokrasi (timocratie atau timocraty) yang berasal dari istilah

“plutos” yaitu kekayaan, dan “criteria” yaitu memerintah.

Pemerintahan yang diperintah oleh para bangsawan, di mana apabila

rakyat menentang dan pertentangan terhadap golongan bangsawan

melahirkan demokrasi.

4).Demokrasi (democratie atau democracy) yang berasal dari istilah

“demos” yaitu rakyat, dan “cratein” yaitu memerintah. Kemudian

apabila rakyat salah mempergunakan hak dan kemerdekaan, maka

lahirlah anarki (anarchie) yang berasal dari kata “a” yaitu tidak, dan

“archien” yaitu memerintah. Tanpa pemerintahan, keadaan kacau-balau

atau chaos. Berdasarkan keadaan tersebut, maka masa memerlukan

seseorang pemimpin yang dapat mengatasi keadaan tersebut dengan

bertindak keras dan tegas.

5).Tirani (tyranie atau tyrany) yaitu suatu pemerintahan yang dipegang

oleh seorang tiran yang bertindak sewenang-wenang sehingga sangat

jauh dari cita-cita tentang keadilan.

Pamungkas Satya Putra

19

• Setelah gagal dalam mengajari cita-cita idealnya terhadap penguasa

negara Syracuse Dionysius II (366-360 S.M). Dalam buku kedua Plato

yaitu “Politikos” timbul perubahan pikiran yang bersifat ideal

mengarah kepada pikiran yang mendekati kenyataan. Pembedaan

terhadap penguasan dan ahli-negara yang sejati harus menjalankan

pendidikan ke arah kebijaksanaan dan keadilan serta berpendirian

sesuai dengan “Politeia”.

• R.M. Mac Iver dalam buku “The Web of Government” bahwa Plato

menggambarkan “Sementara orang berkeinginan mempertahankan

hajat hidupnya, mereka pun berkumpul dalam kota-kota. Tetapi

manakala mereka berkumpul, karena tak mengetahui cara-cara

memerintah negeri, mereka pun saling menggangu antara sesamanya,

dan mulailah kembali proses kekalutan dan kekacauan”.

Pamungkas Satya Putra

20

• Bentuk Negara menurut Plato, yaitu:

1).The ideal form atau bentuk cita. Bentuk negara cita yang berusaha

mencapai dan menyelenggarakan kesempurnaan, good, dan good life, serta

kepentingan umum, berdasarkan keadilan. Keadilan itu memerintah dan

menjelma di dalam negara. Terdapat tiga (3) bentuk negara cita, yaitu:

a).Monarki (monarchie atau monarchy) berasal dari istilah “mono” yaitu

satu, dan “archien” atau “cratia” yaitu memerintah. Suatu pemerintahan

yang dipegang dan dipimpin oleh satu orang biasanya merupakan

kerajaan.

b).Aristrokrasi (aristocratie atau aristocracy) berasal dari istilah “aristoi”

yaitu cerdik, pandai, golongan bangsawan yang berjumlah kecil “elite”,

“geestelijk besten” dan “arcien” atau “cratia” yaitu memerintah. Suatu

pemerintahan yang dipegang dan dipimpin oleh sejumlah kecil cerdik

pandai atau kaum bangsawan.

c).Demokrasi (demokratie atau democracy) berasal dari istilah “demos”

yaitu rakyat, dan “cratia” yaitu memerintah. Suatu pemerintahan yang

dipegang dan dipimpin oleh rakyat.

Pamungkas Satya Putra

21

2).The corruption form (the degenerate form) atau bentuk pemerosotan.

Bentuk negara yang merupakan kebalikan dari bentuk negara cita atau

bentuk negara cita yang merosot (ontaarding). Pemerosotan tersebut

didasarkan pada pemerintahan tidak dapat menciptakan keadilan dan

menyelenggarakan kepentingan umum karena tindakan sewenang-

wenang. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan oleh John Emerick

Edward Dalberg Acton bahwa “Power tends to corrupt and absolute

power tends to corrupt absolutely”.

Bentuk negara pemerosotan yaitu:

a).Tirani (tyranie atau tyrany) yaitu bentuk pemerosotan dari monarki,

pemerintahan dipegang dan dipimpin oleh seorang tiran dan kekuasaan

itu dipusatkan ditangannya sendiri dan memerintah dengan tangan besi

demi kepentingannya sendiri.

b).Oligarki (oligarchie atau oligarchy) yaitu bentuk pemerosotan dari

aristokrasi, di mana pemerintahan dipegang dan dipimpin oleh

segolongan kecil (oligos = kecil, sedikit) yang memerintah demi

kepentingan golongannya.

Pamungkas Satya Putra

22

c).Mobokrasi (mobocratie atau mobocracy) yaitu bentuk pemerosotan

dari demokrasi, pemerintah dipegang dan dipimpin oleh rakyat yang

tidak tahu apa-apa, tidak terdidik atau pemerintahan dari gepeupel

(the rule of the mob) atau ochlocratie (berasal dari istilah oklos

artinya orang biadab tanpa pendidikan atau rakyat hina, dan cratein

atau crateia artinya memerintah).

Kemudian di dalam buku ketiga Plato yaitu Nomoi, yang terdiri atas

dua belas (12) buku, menegaskan pemikiran Plato bahwa

pengutamaan dan pengarahan pada dunia kenyataan atas

pandangannya mengenai negara dan hukum. Pemimpin yang ada

wajib diawasi dengan suatu sistem hukum agar anarkhi dan tirani

dapat dihindari.

Pamungkas Satya Putra

23

c.Aristoteles (384-322 S.M.)

• Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia,

Yunani (dahulunya termasuk wilayah Kerajaan Makedonia

tengah).

• Aristoteles merupakan salah satu murid dari Plato.

• Berasa dari Kerajaan Macedonia yang datang ke Yunani pada

usia ketujuh belas (17) tahun untuk belajar pada Plato.

• Aristoteles tiba di Yunani ketika Yunani mengalami keruntuhan

dan kehilangan kemerdekaannya dan menjadi bagian dari

kerajaan Macedonia.

• Aristoteles pernah diberi tugas oleh Raja Phillipus untuk

mendidik Iskandar Dzulkarnain pada waktu 342 S.M.

• Aristoteles mendirikan sekolah Luceum di Yunani pada tahun

335 S.M.

• Aliran filsafat Aristoteles disebut dengan peripatetis.

Pamungkas Satya Putra

24

• Aristoteles melanjutkan pemikiran idealisme Plato menuju realisme.

Idealisme Realisme.

• Sistem ajar yang dikembangkan oleh Aristoteles dikenal dengan

ajaran-ajaran tentang kenyataan atau disebut ontologi “ontologie”.

• Ontologi merupakan suatu cara berfikir realistis dengan

mempergunakan metode penyelidikan induktif-empiris.

• Kemudian berdasarkan hal tersebut Aristoteles disebut sebagai

Bapak Ilmu Pengetahuan Empiris (Vader der Empirische

Wetenschap).

• Perbedaan pemikiran antara Plato dan Aristoteles terletak pada tata

cara melihat dunia, di mana Plato membagi menjadi dua dunia

(berdasarkan ideen leer dunia cita dan dunia alam). Sedangkan

Aristoteles hanya mengakui satu dunia yang memiliki proses yang

ditujukan kepada kenyataan yang sebenarnya dengan melalui panca

indera.

Pamungkas Satya Putra

25

Pamungkas Satya Putra

26

• Penelitian Aristoteles tentang konstitusi-konstitusi polis-polis

dalam kebudayaan Yunani dilakukan berdasarkan kurang lebih

150-200 konstitusi.

• Tulisan Aristoteles tentang konstitusi tersebut terbagi menjadi

dua bagian yaitu:

1).Penyelidikan pertumbuhan polis sebelum tahun 403 S.M; serta

2).Susunan polis semasa Aristoteles.

• Berdasarkan penyelidikan tersebut Aristoteles sampai pada

kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hal-hal yang bersifat idiil

sebagai pengertian-pengertian abstrak tentang kesusilaan,

keadilan, hukum, serta lainnya.

• Dalam Buku I Aristoteles yang berjudul “Nicomachean Ethics”

atau “Ethica” menjelaskan: “Every art and every inguiry, and

similarly every action and pursuit, is thought to aim at some good; and

for this reason the good has rightly been declared to be that at which all

things aim”.

Pamungkas Satya Putra

27

• Penekanan etika dalam buku pertama Aristoteles merupakan

pendahuluan terhadap hal-hal yang bersifat kenyataan dengan

penegasan bahwa ajaran negara merupakan pembahasan yang

bersifat realistis.

• Buku pertama diletakan sebagai pendahuluan untuk memberikan

dasar pada buku Aristoteles lainnya berjudul “Politica” terdiri

atas delapan (8) buku yang membicarakan persoalan bentuk

negara, undang-undang, hubungan-hubungan sosial dan hal-hal

lainnya yang bersifat riil.

• Pemisahan pembahasan tersebut dimaksudkan bahwa “Ethica”

merupakan pengantar bagi pembahasan “Politica” sehingga

memisahkan pembahasan pengertian-pengertian yang bersifat

abstrak dan pengertian-pengertian yang bersifat riil.

Pamungkas Satya Putra

28

• Dalam buku “Politica” Aristoteles menjelaskan tujuan negara

yang sependapat dengan pemikiran Plato bahwa:

1).Tujuan negara untuk menyelenggarakan kepentingan warga

negaranya; dan

2).Tujuan negara dimaksud berusaha agar setiap warga negara hidup

baik dan bahagia (good life) didasarkan atas keadilan, dan keadilan

itu memerintah dan harus menjelma di dalam negara.

• Berdasarkan hal tersebut pula Aristoteles menjelaskan cara

terjadinya negara dengan peristilahan “zoon politicon” atau

manusia berbeda dengan hewan di mana manusia pada

kodratnya tidak dapat terlepas dari kelompok manusia itu

sendiri. Apabila ada manusia yang terlepas dari ikatan kelompok

maka manusia itu tidak bersifat manusia akan tetapi dewa atau

hewan.

Pamungkas Satya Putra

29

• P.J. Bouman dalam buku “Algemene Maatschappijleer” yang

diterjemahkan oleh Sugito-Sujitno “Ilmu Masyarakat Umum”

menegaskan bahwa “Manusia baru menjadi manusia setelah ia

hidup bersama dengan manusia lain”.

Man is a social being and political being-Hans Kelsen

Manusia itu selalu hidup dalam suatu pergaulan hidup manusia

dan manusia itu selalu berorganisasi-Sudirman Kartohadiprodjo

Summa summarum manusia tidak dapat lepas dari kepribadiannya.

• Menurut Sjachran Basah manusia hidup bersama dengan manusia di

dalam suatu kelompok dan penggabungan-penggabungan di antara

beberapa kelompok tersebut mengakibatkan timbulnya negara. Negara

sebagai otoritas utama yang memberikan jaminan terhadap warga

negara agar terpelihara. Hal tersebut sebagaimana berdasarkan paham

universalism atau collectivisme yang menjadi paham umum di Yunani

Purba bukan Individualisme.

Pamungkas Satya Putra

30

• Aristoteles meletakan dasar terhadap maksud dari tujuan negara

yang berhubungan dengan paham universalisme, yang lebih

diutamakan adalah negara. Maka pemerintah sebaik-baiknya

ditujukan kepada kepentingan umum, berlandaskan keadilan

yang merupakan dasar keseimbangan kepentingan di atas daun

neraca Thermis (Dewi Keadilan di dalam mitologi Yunani).

• Contoh penyimpangan paham Aristoteles:

1).Nazi Pemimpin Adolf Hitler dalam buku “Main Kamff”

dengan penerjemahan universalisme yang sangat berlainan.

Individu sebagai opgeslorpt sebagai masyarakat merupakan

penjumlahan dari individu dengan slogan Dein Volk ist alles, und

du bist nicht (...) Ein Volk, ein Fürther, Ein Ja. Kejatuhan Nazi

sebagai de Dritte Reich telah menyebabkan nilai-nilai

kemanusiaan dirobek-robek dan penyelewenang kekuasaan

hingga hukum digunakan sebagai alat kepentingan segelinting

orang yang tidak memberikan keadilan kepada warga.

Pamungkas Satya Putra

31

2).Facist Italia yang dipimpin oleh Bennito Mussolini yang

menggangap dirinya sebagai il Duce mengalami nasib sama

seperti Adolf Hitler dan konco-konconya.

• Tujuan negara menurut Sjachran Basah adalah kesempurnaan

warganya yang berdasarkan atas keadilan, keadilan memerintah

dan harus menjelma di dalam negara, dan hukum berfungsi

memberi kepada setiap manusia apa sebenarnya yang berhak ia

terima.

• Bentuk negara menurut Arsitoteles berdasarkan penyelidikan

150-200 buah konstitusi polis-polis di Yunani menjelaskan

terdapat tiga bentuk dasar, yaitu:

1).bentuk cita (ideal form);

2).bentuk pemerosotan (corruption or degenerate form), dan

3).bentuk gabungan (mixed form) antara bentuk cita dengan

bentuk pemerosotan.

Pamungkas Satya Putra

32

• Bentuk negara berdasarkan jumlah orang yang memerintah dalam

pandangan Aristoteles, yaitu:

1).One man rule atau pemerintahan satu orang disebut monarki;

2).A few men rule atau pemerintahan beberapa/ sedikit orang disebut

autokrasi; dan

3).The many men or the people rule atau pemerintahan orang banyak

dengan tujuan untuk kepentingan umum: politeia, polity atau republik.

• Bentuk negara berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam

pandangan Aristoteles, yaitu:

1).Tujuan didasarkan pada kepentingan satu orang secara diri sendiri

untuk kepentingan pribadi disebut tirani atau despotie;

2).Tujuan didasarkan pada kepentingan segolongan orang atau

beberapa orang disebut oligarki atau clique form atau Plutocrasi (Pluto

= kekayaan dan cratia atau cratein = memerintah). Pemerintahan yang

dipimpin oleh segolongan orang kaya dan kekayaanlah yang dihormati.

3).Tujuan didasarkan tidak untuk kepentingan rakyat seluruhnya akan

tetapi menggunakan nama rakyat atau demokrasi.

Pamungkas Satya Putra

33

• Kesimpulan yang dipahami oleh Aristoteles yaitu di dalam

kenyataan terhadap bentuk negara tidak terdapat bentuk negara

cita, seperti yang disampaikan oleh Plato (monarki, autokrasi,

politeia/ demokrasi) tidak pernah terlaksana karena selalu

menjadi bentuk negara campuran (mixed form).

• Bentuk Negara yang dipahami oleh Aristoteles pada akhirnya

dapat disimpulkan terdiri atas dua (2) bentuk, yaitu:

1).Bentuk negara campuran (mixed form);

2).Bentuk negara pemerosotan (corruption or degenerate form).

Pamungkas Satya Putra

34

d.Epicurus “Epikuros” (± 341-271 S.M.)

• Epicurus merupakan ahli pikir dan ahli hukum yang dilahirkan di

Samos.

• Mendapatkan pendidikan di Yunani ketika Yunani telah menjadi negara

jajahan Kerajaan Macedonia. Ketika Raja Alexander (The Great) wafat,

kerajaan dunia terpecah-pecah, sehingga timbul perserikatan kota-kota

seperti Atcoha dan Archacia. Hal tersebut berakhir ketika Yunani

menjadi bagian dari imperium Romawi.

• Keadaan seketika itu menimbulkan ketidakpekaan siapapun terhadap

soal-soal kenegaraan dan lebih bersifat skeptis dan apatis.

• Kemudian lahir pendapat yang menyimpang dari pendapat umum yang

terdapat di Yunani pada saat itu. Menurut Epicurus “Masyarakat itu

ada, karena adanya kepentingan manusia sehingga yang

berkepentingan bukanlah masyarakatnya sebagai suatu kesatuan tetapi

manusia-manusia itu yang merupakan bagian dari masyarakat itu”.

Pamungkas Satya Putra

35

Pamungkas Satya Putra

36

• Pandangan pada saat itu lebih bersifat individualistis.

• Kemudian Epicurus menjelaskan bahwa terjadinya negara

disebabkan terdorong oleh adanya kepentingan sebagai unsur-

unsur perseorangan. Tujuan negara hanyalah menjaga tata tertib

dan keamanan dalam masyarakat dengan tidak memperdulikan

macam apa dan bagaimana negara itu.

• Sedangkan tujuan masyarakat di mana kepentingan perorangan

yang berarti keenakan diri pribadi bukan dalam arti matrealistis

atau kebendaan. Akan tetapi keenakan jiwa atau rohani yang

bersifat abadi. Undang-undang dipergunakan sebagai instrumen

agar menyelesaikan perselisihan antara para warga.

• Pemikiran Epicurus lebih kepada penggambaran negara dan

hukum pada suatu saat tertentu dan pemikiran putus asa dan

kondisi diambang keruntuhan yang tidak memikirkan siapa dan

cara bagaimana negara itu diselenggarakan.

Pamungkas Satya Putra

37

e.Zeno (± 300-371 S.M.)

• Zeno lahir di Mauretania sekitar tahun 300 Sebelum Masehi.

• Zeno hidup di dalam keadaan yang serba lesu dan morat-marit.

• Zeno merupakan pemimpin aliran filsafat Stoazijnen (stoa = jalan

pasar yang bergambar) atau “beschilderde marktgaanderij”.

• Sistem ajar yang dipergunakan dengan mengambil tempat di

jalan yang bergambar dan banyak tonggak temboknya.

• Aliran tersebut juga merupakan dasar dari paham Yunani yang

disebut dengan “natural law/ natuurrecht” atau hukum alam

(kodrat, asasi).

• Ajaran hukum alam dibedakan dua (2) aliran, yaitu:

1).Kodrat manusia (natuur van de mens), dan

2).Kodrat benda (natuur van de zaak).

Pamungkas Satya Putra

38

Pamungkas Satya Putra

39

• Hukum alam didasarkan pada pandangan terhadap Tuhan yang

merupakan kodrat itu sendiri (God is de natuur zelf). Karena

manusia merupakan sebagian kodrat, maka manusia merupakan

sebagian dari Tuhan, sehingga budi manusia merupakan sebagian

dari budi Tuhan. Tuhan bersifat langgeng (eewig en alemyattend),

demikian pun manusia, di mana hukum sebagai ciptaan budi

manusia pun merupakan hal yang abadi dan langgeng serta

meliputi segala-galanya.

• Hukum alam itu bersifat langgeng serta meliputi segala-galanya,

karena berlaku bagi setiap orang di dalam keadaan tempat dan

waktu yang mana dan bagaimanapun. Dengan demikian manusia

itu dilukiskan secara statis sehingga hukum bagi manusia itu

tidak mengalami perubahan karena sifatnya abadi dan langgeng.

Pamungkas Satya Putra

40

• Paham kenegaraan sebagai “kosmos politis” yang tidak mengenal

perasaan bangsa, karena manusia berfikir sehat dan tak perlu

orang-orang mencintai negara, akan tetapi cukup mencintai dan

menaati undang-undang sebagai syarat “cinta” kepada negara.

• Kodrat benda merupakan kodrat yang timbul di dalam

kebudayaan Yunani yang memiliki pengertian sentral kosmos

(tata susunan satu kesatuan yang teratur rapi) sebagai lawan dari

chaos (paksaan yang tidak ada ordening dan tidak mengenal tata

sehingga di dalam masyarakat terdapat kekacauan).

• Paham dan cita-cita Zeno diterima oleh Imperium Romawi, dan

paham Zeno memiliki perbedaan dengan Socrates, Plato, dan

Aristoteles di dalam penyelidikan yang tidak terbatas pada polis,

melainkan sifat negara dunia sehingga terdapat universalisme

yang meliputi seluruh manusia, dan mengenai batin yang

merupakan budi manusia.

Pamungkas Satya Putra

41

f.Polibios “Polybius” (± 204-122 S.M.)

• Polybius merupakan ahli negara dan sejarah Yunani dari

Megalopolis. Polybius mendapat pendidikan di lapangan sejarah

dan kenegaraan Yunani dan bekerja sebagai ahli politik di

Yunani.

• Jatuhnya Yunani dan menjadi negara jajahan imperium Romawi

menyebabkan Polybius menjadi tawanan orang Romawi di

Roma. Polybius mendapatkan kesempatan untuk mempelajari

serta meneliti susunan sistem pemerintahan dan jalannya

perkembangan negara Romawi.

• Penyelidikannya tersebut menghasilkan sebuah buku yang terdiri

atas empat puluh (40) jilid yang merupakan hasil karya historis

terbesar dan sangat mengherankan para ahli di zamannya.

Pamungkas Satya Putra

42

Pamungkas Satya Putra

43

• Polybius melanjutkan paham Aristoteles tentang negara dalam buku

tersebut dijelaskan proses perkembangan, pertumbuhan, dan

kemerosotan bentuk-bentuk negara secara psikologis bertalian

dengan sifat–sifat manusia menurut ajaran aristoteles.

• Ajaran tersebut menjelaskan bahwa tiada bentuk negara yang abadi,

hal itu disebabkan sudah tergantung benih-benih pengerusakan,

seperti pemberontakan, revolusi dan kudeta, serta lainnya.

• Polybius menjelaskan bahwa benih-benih tersebut timbul karena

sifat-sifat manusia, yaitu:

1).Keinginan akan persamaan, di mana terdapat hasrat bagi sebagian

manusia yang merasa dirinya sama dengan orang-orang yang lebih

beruntung/ kaya, dan

2).Keinginan akan perbedaan, di mana terdapat hasrat perbedaan

sebagian manusia yang merasa dirinya berbeda dengan orang-orang

lain/ lebih tinggi hingga merasa perlu diperlakukan berbeda.

Pamungkas Satya Putra

44

• Polybius menjelaskan tentang teori proses, perkembangan,

pertumbuhan dan kemesorotan atas bentuk-bentuk negara dengan

memperhatikan faktor-faktor psikologis yang dinamakan dengan

teori siklus (cyclish ferlop).

• Teori tersebut menjelaskan tentang perjalanan perputaran bentuk

negara sebagai suatu lingkaran yang tertutup sebagaimana

pendapat Aristoteles bahwa terdapat hubungan sebab akibat

(causaliteitleer).

• Bentuk-bentuk negara satu sama lain memiliki hubungan sebab

akibat. Bentuk negara yang satu merupakan sebab terhadap

bentuk negara yang lain, di mana hal tersebut merupakan akibat.

• Hal tersebut tergambar secara sederhana, yaitu:

Monarki (bentuk tertua) Oligarki Demokrasi

Pamungkas Satya Putra

45

• Polybios menjelaskan bahwa bentuk negara tertua yaitu monarki,

pemerintahan dijalankan oleh seorang pimpinan negara, di mana

pimpinan negara memiliki bakat kepandaian dan keberanian

sehingga:

1).Primus iner pares sebagai yang pertama di antara sesama

dengan onder de gelijken “memerintah dengan baik untuk tujuan

demi kepentingan umum berlandaskan keadilan”. Akan tetapi

para penggantinya kemudian bertindak sewenang-wenang,

memerintah demi kepentingan diri pribadi dan bertindak

sewenang-wenang karena itu timbullah tirani.

2).Bentuk negara tirani kemudian menyebabkan warga

memberontak karena tidak tahan terhadap penderitaan dan

penindasan yang ditimbulkan. Hasil dari perlawanan tersebut

yaitu pemilihan pemimpin oleh warga kepada golongan

bangsawan yang cerdik pandai untuk diberi kepercayaan untuk

memerintah yang disebut dengan bentuk negara aristokrasi.

Pamungkas Satya Putra

46

3).Bentuk negara aristokrasi yang mengalami proses kemunduran

dan kemerosotan dikarenakan pimpinan negara bertindak demi

kepentingan mereka yang memerintah, bertindak main hakim

sendiri secara semena-mena. Hal tersebut yang mengakibatkan

bentuk negara oligarki.

4).Bentuk negara oligarki mengalami nasib yang sama seperti

tirani, karena tindakan sewenang-wenang dan memperkosa

hukum, menimbulkan perlawanan dari warganya terhadap

beberapa pimpinan negara. Perjuangan warga di dalam

mengambil alih kekuasaan itulah menimbulkan kekuasaan

pimpinan negara dipegang olah dan untuk kepentingan rakyat.

Pemerintahan dipegang oleh dan untuk kepentingan rakyat pada

umumnya disebut dengan bentuk negara demokrasi.

Perbedaan pandangan Polybius terhadap Plato dan Aristoteles, di mana

menegaskan bahwa bentuk negara demokrasi merupakan proses kemajuan,

akan tetapi Polybius menggangap sebagai proses kemunduran.

Pamungkas Satya Putra

47

5).Bentuk negara demokrasi dalam prosesnya mengalami

kemunduran, yang disebabkan para warganya atau rakyat tidak

tahu sedikit pun tentang pemerintahan dan tanpa pendidikan

untuk turut campur dalam pemerintahan, maka timbulah

pemerintahan secara liar dari rakyat atau disebut sebagai bentuk

negara okhlokrasi.

6).Bentuk negara okhlokrasi yang menimbulkan kebejatan dan

kebobrokan dari demokrasi merupakan titik puncak yaitu para

warga sadar dan mengginginkan adanya pemerintahan yang baik

dan adil. Kemudian pimpinan negara diambil oleh seorang warga

yang berani maju di mana timbul kembali akhirnya bentuk negara

monarki.

Demikian bentuk negara yang mengalami proses perkembangan,

perubahan, dan musnahnya antara bentuk negara yang satu

dengan bentuk negara yang lain. Demikian seterusnya hingga

pada akhirnya kembali lagi kepada pangkal permulaan.

Pamungkas Satya Putra

48

Teori Perjalanan Siklus: Overzight dan Inzicht

Pamungkas Satya Putra

49

Okhlokrasi Monarki

Tirani

AristokrasiOligarki

Demokrasi

2.Masa Romawi

• Sejak Yunani menjadi daerah bagian dari Imperium Romawi pada

tahun 146 S.M. Tidak banyak peningggalan orang-orang Romawi

tentang tulisan-tulisan kenegaraan. Hal tersebut dikarenakan

luasnya daerah kenegaraannya dan lebih mengutamakan

pembangunan organisasi-organisasi dan peraturan-peraturan yang

bersifat praktis untuk menjangkau dan mengatur persoalan-

persoalan kenegaraannya.

• Sifat bangsa Yunani selaku ahli fikir berbeda dengan sifat bangsa

Romawi selaku ahli praktik yang menjalakan dan mempraktikan

segala sesuatu yang timbul dan hidup dalam alam pikirannya.

• Berdasarkan hal tersebut pengaruh kebudayaan Romawi di dalam

lapangan ilmu pengetahuan lebih bersifat ilmu pengetahuan

hukum dogmatis atau dogmatische rechtswetenschap atau disebut

sebagai systimatische rechtswetenschap (wetenschaap van het

positievrecht/ hantering van het positiev recht).

Pamungkas Satya Putra

50

• Ilmu pengetahuan hukum dogmatis merupakan ilmu pengetahuan

yang dijalankan oleh ahli hukum sebagai “pemain” yang turut

mengambil peranan. Pada kenyataannya orang Romawi meniru

orang Yunani terutama mengenai polis (polis-gedachte) yang

menganggap bahwa kota Roma sebagai polis sedangkan daerah

lain di luar Roma sebagai lampiran-lampiran (aanghangsels).

• Lebih dari pada itu orang-orang Romawi membuntut dan meniru

bangunan kedaulatan rakyat orang-orang Yunani, berhubungan

dengan polis terdapat demokrasi langsung atau

volkssouvereiniteit.

• Berdasarkan hal-hal tersebut perkembangan sejarah politik

Romawi meliputi 4 masa yaitu: Masa Kerajaan, Masa Republik,

Masa Prinsipat, Masa Dominat.

Pamungkas Satya Putra

51

1. Masa Kerajaan

• Masa kerajaan atau koningschap merupakan bentuk negara di mana

disebut sebagai bentuk negara monarki yang pimpinan negara yaitu

seorang raja. Masa tersebut tidak menujukan pertalian dengan isi

kedaulatan rakyat atau bersifat legende.

2. Masa Republik

• Republik (Republiek = Res “kepentingan” dan Publica “umum”).

• Republik merupakan suatu pemerintahan yang menjalankan

kepentingan umum. Pimpinan negara dipegang oleh konsul-konsul

yang menyelenggarakan dan menjalankan pemerintahan demi

kepentingan umum.

Contoh: Pada kondisi biasa pemerintahan dipegang oleh dua (2)

konsul. Akan tetapi apabila terdapat keadaan bahaya atau darurat

seperti perang, bencana alam, paceklik, maka dipilih seseorang untuk

memegang kekuasaan selama keadaan bahaya untuk mengatasi yang

pada akhirnya dapat melahirkan diktator. Misalnya Cincinnatus, Solon,

Pompey, dan Caesar.

Pamungkas Satya Putra

52

3.Masa Prinsipat

• Masa Caesar dinilai sebagai awal dari Masa Principat. Kendati

Princep’s atau raja-raja Romawi belum memiliki kewibawaan

(gezag), akan tetapi pada hakikatnya merupakan orang yang

memerintah secara mutlak.

• Hal tersebut tidak dapat lepas dari caesarismus atau perwakilan

yang menghisap dari pihak Caesar terhadap kedaulatan rakyat

(Absorptieve representation atau abosorberede

vertegenwoorfdiging). Kondisi itu yang menyebabkan tindakan

raja yang menyeleweng dari kedaulatan rakyat dapat dibenarkan

dan dihalalkan berdasarkan landasan hukumnya.

• Terdapat sekitar lima (5) ahli hukum (doctoris iuris) yang

terkenal seperti Gaius, Modestinus, Paulus, Papinianus, dan

Ulpinianus.

Pamungkas Satya Putra

53

• Konsep dari kedaulatan rakyat dipergunakan untuk mengkonstruksi

Caesarismus pada masa prinsipat dan dominat, yang menyebakan

kedaulatan rakyat disalahgunakan. Berdasarkan pandangan Ulpianus

bahwa “Kedaulatan rakyat itu diberikan kepada Prinsep atau Raja

melalui perjanjian yang termuat di dalam Undang-undang yang disusun

dan termaktum dalam Lex Regia”.

• Kekuasaan diberikan oleh rakyat kepada Prinsep maka rakyat dalam

kenyataannya tidak dapat meminta pertanggungjawaban atau

perbuatan-perbuatan Prinsep.

• Semboyan Caesarismus yaitu Solus publica suprema lex (kepentingan

umum mengatasi Undang-undang), dan Princep legibus solutus est

(rajalah yang menentukan kepentingan umum itu).

• Lex Regia yang baik dan tinggi nilainya disalahgunakan untuk

kepentingan dan keuntungan diri pribadi pimpinan negara berdasarkan

landasan hukum.

Pamungkas Satya Putra

54

• Kedaulatan rakyat dipergunakan sebagai kedok belaka oleh

Pricep untuk mendapatkan feitelijk gezag atau kewibawaan nyata

yang tidak terbatas dengan cara konstruksi: “rakyat berkuasa,

akan tetapi kekuasaan itu dipindahkan kepada Raja lewat

perjanjian yang menelan kekuasaan rakyat, sehingga rakyat tidak

dapat menggugatnya, sebab pemindahan kekuasaan itu tidaklah

merupakan penyerahan bersyarat (voorwardelijke overdracht),

melainkan merupakan penyerahan tanpa syarat dan terhisap

(onvoorwardelijke geabsorbeerd overdracht).

Pamungkas Satya Putra

55

• Peraturan-peraturan hukum Romawi itu pada abad ke-6 atas perintah Kaisar

Justinianus (572-562) dikodifikasikan dan diberi nama “Corpus Iuris Civilis”,

yang terbagi atas empat (4) bagian yaitu:

1).Institutiones: merupakan buku pelajaran atas lembaga-lembaga hukum

Romawi dan berlaku sebagai himpunan Undang-undang, yang diambil dari

karangan-karangan Gaius yang ditulis pada tahun 161.

2).Pandectae atau Digesta: merupakan himpunan karangan-karangan yang

memuat anggapan-anggapan para ahli hukum Romawi yang memiliki

pengaruh sangat besar “lex citandi”.

3).Codex: merupakan kumpulan Undang-undang yang dibuat dan ditetapkan

oleh raja-raja Romawi yang tersusun tidak secara sistematis akan tetapi

kronologis.

4).Novalle: merupakan himpunan tambahan dan penjelasan keterangan bagi

“codex”. Perundang-undangan tambahan tersebut merupakan sarana untuk

melakukan interpretasi terhadap hal yang kurang jelas.

• Sendi keseimbangan “abstractenorm” menurut Ulpianus: a. Honeste vivere

atau hiduplah jujur, b. Alterum non laendre atau janganlah berbuat yang

bersifat merugikan sesama manusia lainnya, c. Suum cuiqum tribuere atau

bersikap adil.

Pamungkas Satya Putra

56

4.Masa Dominat

• Masa Dominat atau masa para kaisar telah terang-terangan tanpa

malu menjadi raja mutlak yang bertindak sewenang-wenang dan

melakukan tindakan tidak berperikemanusiaan. Contoh: manusia

di bakar hidup-hidup, manusia dijadikan gladiator untuk

bertarung dengan binatang buas semisalnya singa.

Pamungkas Satya Putra

57

• Sosial etik dari rakyat harus tunduk kepada negara di samping

berdasarkan hukum, rakyat benar-benar harus dijamin hak-hak dalam

masa sebelum prinsipat dan dominat. Negara sebelum masa-masa

tersebut di konstruksi sebagai badan hukum “rechtpersoon”, dengan

ciri:

a).hidup sendiri;

b).terdapat kepentingan sendiri;

c).kepentingan negara sebagai badan hukum dapat bertentangan dengan

kepentingan warganya;

d).pimpinan negara merupakan penjelmaan dari kemauan negara, di

samping terdapat hak-hak rakyat yang dijamin oleh hukum (undang-

undang dua belas meja “twaalf tafelen wet”).

Hal tersebut menimbulkan hukum publik (ius publicium) dan hukum

perdata (ius privatum). Untuk mengatur ketatanegaraan Roma maka

diberlakukan ius gentium atau hukum antarbangsa dan hukum perdata

internasional.

Pamungkas Satya Putra

58

• Tugas pengadilan Roma dijalankan oleh Praetor sedangkan daerah

taklukan yang merupakan bagian Roma diangkat sebagai wakil

Praetor. Tugas dari Judex yaitu mengenai masalah “ten aanzien de

feiten” fakta-fakta terhadap pertimbangan-pertimbangan hukum.

Sedangkan tugas Praetor yaitu “aku menentukan apa itu hukum”, “aku

menunjukkan hakimnya”, “aku memberinya kekuasaan”. Judex

diberikan kekuasaan oleh Praetor untuk bertindak.

• Undang-undang dua belas (12) meja kemudian tidak dapat

mengakomodir persoalan-persoalan yang timbul antara orang-orang

Romawi dengan bangsa lain, maka untuk mengisi kekosongan hukum

tersebut diadakan dua (2) macam Praetor yaitu:

a).Praetor Urbanus yaitu melaksanakan ius civilis yang termuat di dalam Undang-

undang dua belas (12) meja terhadap rakyat Romawi. Praetor Urbanus dapat

mengadakan: 1. Adivire (menyesuaikan), 2. Supplere (menambah), dan 3.Corrigere

(mengubah).

b). Praetor Peregrinus yaitu melakukan pelaksanaan ius gentium di dalam persoalan

antara rakyat Romawi dengan bangsa-bangsa lainnya, atau orang asing dengan

orang asing lainnya. Putusannya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasa

keadilan (billijkheidsrechtspraak).

Pamungkas Satya Putra

59

5.Cicero “Marcus Tullius Cicero” (± 106-43 S.M.)

• Cicero merupakan pemikir dan pengacara dari negara dan hukum

bangsa Romawi. Pengaruh Plato dan Zeno melekat di dalam buku-

bukunya misalnya:

a).De Oratore atau kumpulan orasi Cicero (In Verrem, In Catilinam I-

IV, Philippicae);

b).De Republica atau tentang negara;

c).De Legibus atau tentang Undang-undang yang melukiskan pikiran-

pikiran ketatanegaraan pada masa imperium Romawi.

d).De Finibus, De Natura Deorum, De Officiis.

• Cicero menolak paham Epicurus yang bersifat individualistis yang

bertitik berat pada kepentingan perseorangan. Cicero yang dipengaruhi

oleh paham Zeno mendasarkan paham kepada ratio murni, di mana

hukum positif harus didasarkan pada hukum alam. Apabila hukum

positif bertentangan dengan hukum alam, maka kekuatan mengikatnya

akan lenyap.

Pamungkas Satya Putra

60

Pamungkas Satya Putra

61

• Peraturan-peraturan Roma disebut logis dan membawa Pax

Romana atau perdamaian dunia. Kemudian di dalam bidang

susunan ketatanegaraan disesuaikan dengan ratio-ratio murni

agar tidak meminta pengorbanan terlalu banyak dari rakyat.

• Sistem ketataneagraan tersebut hanyalah dapat dipertahankan

apabila terbentuk corps pegawai dan tentara yang setia dan suka

mengabdi pada negara.

• Hukum dipandang oleh Cicero sebagai satu-satunya ikatan dalam

negara, sebab pikiran yang murni itu merupakan hukum yang

benar.

• Setelah Cicero dibuang dan meninggal karena di bunuh akibat

perkembangan politik sebagai pengikut partai Senat.

• Kemudian ketika Caesar Nero memerintah terdapat banyak

penyelewengan dari penguasa-penguasa.

Pamungkas Satya Putra

62

• Para ahli seperti Seneca (meninggal 65 Masehi), Marcus Aurelius

(121-180) merupakan orang-orang yang putus asa dan hanya

menonton kebatilan dan kezoliman, serta hanya merenung dan

mengasingkan diri demi mencari kesucian pribadi.

• Berdasarkan paham yang diajarkan pada saat itu bahwa orang-

orang melepaskan neagra dan menganjurkan pandangan pikiran

ke arah Ketuhanan yang indah dan serba gaib.

• Imperium Romawi jatuh tatkala diserbu oleh bangsa Barbar dari

Jerman kuno abad ke 4-5. Sedangkan bagian barat diserbu bangsa

Jerman tahun 476, dan bagian timur diserbu oleh bangsa Turki

tahun 1453.

Pamungkas Satya Putra

63

3.Masa Abad Pertengahan

• Beerling menegaskan bahwa terdapat sifat khas yang membentuk

adab pertengahan yaitu manusia abad pertengahan tak bebas

bergantung pada berbagai hal (kolektivitas).

• Masa abad pertengahan disebut juga sebagai masa biadab atau

the dark ages (sebagai antithese dari masa renaissance).

• Problematika terhadap pengaruh agama Kristen dan penguasa-

penguasa Romawi tidak dapat lagi dihindari. Cara berfikir

manusia pada abad pertengahan yaitu:

Teologis – Dogmatis

Teokratis – Naturalis

Pamungkas Satya Putra

64

Masa Abad Pertengahan

• Kaum Legist: Wakil Tuhan di dunia yang mempunyai

kekuasaan tertinggi adalah Raja Kodifikasi oleh Raja

(Corpus Juris);

• Kaum Canonist: Wakil Tuhan di dunia yang mempunyai

kekuasaan tertinggi adalah Paus Kodifikasi oleh Paus

(Corpus Juris Canonici).

Masa Abad Pertengahan dibagi 2:

1. Sebelum Perang Salib, abad ke-V sampai dengan XII: Ajaran

negara dan hukum sifatnya sangat teokratis. Segala sesuatu

didasarkan kehendak Tuhan.

2. Sesudah Perang Salib abad ke-XII sampai dengan XV: Ajaran

negara dan hukum dipengaruhi sarjana Yunani. Berpikir kritis,

unsur ratio masuk.

a.Agustinus “Aurelius Agustinus atau Agustinus Hippo” (354-430

M)

• Augustinus menyusun pemikiran abad pertengahan berdasarkan

pikiran-pikiran pada masa Yunani dan pikiran dari ajaran agama

Kristen. Buku yang ditulis oleh Augustinus yaitu:

1).Civitas Dei atau negara Tuhan. Negara tersebut merupakan

kerajaan Tuhan yang langgeng dan abadi. Semangat keduniawian

yang terdapat dalam gereja Kristus sebagai bentuk perwakilan

dari Civitas Dei dalam dunia fana.

2).Civitas Terrena (Diabolis) atau negara setan. Negara tersebut

merupakan hasil kerja setan atau keduniawian di dalam dunia

kotor dan fana. Ampunan Tuhan datang dalam paham Civitas

Terrena merupakan kondisi yang menyatakan bahwa negara baik.

Civitas Terrena (terdapat pencampuran antara agama, ilmu pengetahuan

kesenian, dan lainnya) mengabdikan diri kepada Civitas Dei. Hal yang

dicontohkan yaitu Imperium Romawi sebagai Civitas Terrena yang tumbuh

berkembang dan musnah karena keserakahan, kejahatan, dan hawa nafsu.

Pamungkas Satya Putra

67

• Pemimpin negara diharuskan memerintah dengan semangat Civitas Dei

yang mempraktekan dan menganjurkan ajaran agama Kristen

dimasukkan dalam negara seperti Konstantinopel yang dipimpin oleh

Konstantin Theodisius.

• Peran agama pada saat itu sangat sentral, di mana ilmu pengetahuan

dan lainnya harus tunduk dan taat pada agama. Tujuan negara saat itu

merupakan persiapan bagi negara Tuhan.

b.Thomas Aquinas (1225-1274)

• Teori Aquinas merupakan landasan filsafat Katolik Roma, yang

memberikan dasar terhadap hukum yang berlaku bagi golongan Katolik

tersebut. Hukum alam atau hukum alam thomistis (thomistish

natuurrecht) merupakan ajaran dasar dari Thomas Aquinas. Tidak ada

negara setan. Semua negara merupakan perwujudan kehendak Tuhan.

Negara lahir dari pergaulan antarmanusia yang ditentukan oleh hukum

dan tata alam. Sehingga terdapat negara “Civitas Dei” dan “Civitas

Terrana”. Sebaik-baiknya negara adalah yang tunduk pada hukum-

hukum gereja (Civitas Dei).

Pamungkas Satya Putra

68

• Pemikiran Aquinas dipengaruhi oleh paham Aristoteles dan paham

Stoacijnen terutama terhadap permasalahan kenegaraan. Pandangannya

yang tidak terlepas dari agama, dan sependapat dengan Aristoteles yang

menegaskan kodrat manusia merupakan makhluk sosial “zoon politicon”.

• Aquinas menjelaskan terdapat asas-asas hukum alam yang terbagi menjadi

dua (2) jenis, yaitu:

1).Principia Prima atau asas-asas umum. Asas-asas umum tersebut

dimiliki oleh manusia sejak kelahirannya dan mutlak untuk diterima.

Contoh: Manusia diperintahkan berkelakuan baik dan dilarang berbuat

kejahatan sebagaimana Sepuluh Perintah Tuhan “Tien Geboden”;

2).Principia Secundaria atau asas-asas yang diturunkan dari asas-asas

umum (derivatif). Asas-asas tersebut merupakan hasil dari rasio manusia

berdasarkan penafsiran principia prima. Kemudian hal tersebut

menyebabkan bahwa asas-asas tersebut tidak berlaku mutlak dan berubah

menurut tempat dan zaman. Asas tersebut tergantung atas hasil penafsiran

apakah baik atau buruk. Contoh: Penafsiran yang dimaksudkan untuk

mementingkan dirinya sendiri dan merugikan kepentingan orang lain.

Pamungkas Satya Putra

69

• Thomas Aquinas membagi hukum ke dalam empat (4) golongan,

yaitu:

1).Lex Aeterna (Hukum Abadi): Hukum yang berasal dari rasio

Tuhan yang mengatur segala hal yang ada sesuai dengan tujuan dan

sifatnya dan merupakan sumber dari segala hukum.

2).Lex Divina (Hukum Ketuhanan): Hukum yang berasal dari rasio

manusia sebagai bagian kecil dari rasio Tuhan yang diwahyukan

kepada manusia.

3).Lex Naturalis (Hukum Alam): Hukum tersebut merupakan bagian

dari lex divina yang dapat ditangkap oleh rasio manusia atau

merupakan penjelmaan dari lex aeterna di dalam rasio manusia.

4).Hukum Positif: Hukum yang berlaku dan sungguh-sungguh di

dalam masyarakat.

Pamungkas Satya Putra

70

• Aquinas menegaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosial

berdasarkan tabiatnya membentuk negara dengan pemerintahan yang

merupakan jiwa bagi negara. Kemudian bentuk negara monarki

sebagaimana paham Aristoteles diyakini olehnya sebagai bentuk

terbaik yang dipimpin oleh satu orang.

• Tujuan negara memiliki hubungan dengan tujuan manusia yaitu

kemuliaan abadi dan negara memiliki tujuan luas yaitu memberikan

dan menyelenggarakan kebahagiaan untuk dapat mencapai kehidupan

susila dan kemuliaan abadi berdasarkan syarat-syarat agama.

• Perbedaan pandangan antara Augustinus dan Aquinas yaitu tentang

hubungan antara negara dan gereja.

-Augustinus: pada dasarnya negara dan gereja terpisah satu sama lain.

-Aquinas: negara itu didukung serta dilindungi oleh gereja demi

tercapainya kemuliaan yang abadi, sehingga terdapat hubungan antara

gereja dan negara.

Hal tersebut dapat diketengahi berdasarkan teori dua (2) belah pedang

(tweezwaarden theorie).

Pamungkas Satya Putra

71

• Teori tersebut menjelaskan tentang dua (2) penafsiran yang

dilakukan oleh Paus dan Kaisar.

• Penafsiran Paus: dua (2) pedang tersebut sebagai alat guna untuk

melindungi agama. Dalam hal ini satu pedang merupakan pedang

rohaniah yang dipakai oleh gereja, dan pedang satunya

merupakan pedang duniawi yang diberikan pada Kaisar. Maka

kedudukan Paus lebih tinggi derajatnya dari kedudukan Kaisar,

termasuk dalam kehidupan politik. Kemudian Kaisar

diperbolehkan menggunakan pedang duniawi demi kepentingan

dan kebutuhan gereja. Kerja sama antara negara dan gereja di

dukung dan dilindungi oleh gereja untuk mencapai kemuliaan

yang abadi.

• Penafsiran Kaisar: pedang duniawi diberikan secara langsung

kepada Kaisar tanpa melalui Paus, dan pedang rohani diberikan

secara langsung kepada Paus. Tata cara menerima sama, maka

Kaisar berpandangan memiliki derajat yang sama dengan Paus.

Pamungkas Satya Putra

72

c.Dante Alighieri (1265-1321)

• Alighieri merupakan seorang penyair Italia yang terkenal dan

mendapat kedudukan tinggi di Florence di masa kekacauan

perebutan kekuasaan.

• Ajarannya anti Paus. Dante menulis kekuasaan keduniawian dan

menolak setiap kekuasaan Paus dalam urusan keduniawian.

Kaum legist mendapatkan kemenangan. Pemerintahan yang baik

berarti pemusatan kekuasaan pada satu orang.

• Dalam buku yang berjudul “De Monarchia” tahun 1313 yang

merupakan karya tentang kenegaraan, Dante memimpikan

kerajaan dunia sebagai lawan dari kerajaan Paus. Kerajaaan dunia

tersebut dipergunakan untuk menyelenggarakan perdamaian

dunia.

• Tujuan negara dalam pandangan Dante yaitu untuk

menyelenggarakan perdamaian dunia dengan jalan mengadakan

undang-undang yang sama bagi semua umat.

Pamungkas Satya Putra

73

• Buku Dante terdiri atas tiga (bab), yaitu

1).Bab Pertama: tentang kerajaan dunia “imperium”. Dante menekankan

perlu adanya kerajaan dunia yang didirikan di muka bumi untuk

kepentingan dunia sendiri dan penyelenggara perdamaian umum.

Pemerintahan tersebut dipimpin oleh satu orang yang menurutnya serasi

dengan kesatuan Tuhan pencipta alam semesta. Kekuasaan merupakan

instansi tertinggi sebagai pemisah dalam perselisihan-perselisihan antara

raja. Kerajaan dunia merupakan kemerdekaan dan keadilan tertinggi

sebagai satu satunya kekuasaan yang tidak dapat dibagi-bagi, karena

apabila hal tersebut dibagi-bagi maka akan musnah.

2).Bab Dua: tentang legitimasi kekuasaan kaisar Jerman sah atau tidak?

Diawali dengan penggambaran bangsa Romawi yang menaklukan bangsa-

bangsa yang menjelma menjadi keadilan tertinggi yang mengganggap

bahwa raja-raja pada masa abad pertengahan merupakan pewaris sah dari

raja Romawi. Kemudian hukum dalam pandangan Dante sebagai

hubungan benda dan pribadi antara manusia dengan manusia, yang justru

karena inilah keutuhan masyarakat akan tetap terjamin.

Pamungkas Satya Putra

74

3).Bab tiga: tentang penjelasan kekuasaan kaisar berasal dari

Tuhan atau berasal dari seorang perantara? Sebagai penganut

“royalist” atau penganut raja, Dante menjelaskan tentang

kekuasaan raja. Kaisar memperoleh kekuasaan langsung dari

Tuhan untuk memerintah dan mengurus negara. Kaisar tidak

bergantung lagi pada seorang perantara yang menjelma dalam

diri Paus. Paus hanya berkuasa dalam kerohanian, kendati negara

bertugas menganjurkan soal-soal keagamaan.

4.Marsiglio di Padua (1270-1340)

• Marsiglio “marsilius” dilahirkan di kota Padua, sebagai kota

perdagangan di Italia. Pandangannya menegaskan negara sebagai

kekuasaan sudunia diganti oleh negara sebagai pusat kekuasaan

tetap yang berdiri lepas dengan hubungan kekuasaan yang lebih

tinggi seperti gereja. Rakyat dapat menghukum para penguasa

apabila melanggar undang-undang.

Pamungkas Satya Putra

75

• Tahun 1324 terbit buku Marsillius yang berjudul “Defenser Pacis”

yang terdiri atas tiga (3) buku, yaitu:

1).dictiones pertama tentang dasar-dasar negara. Asal mula negara

didasarkan kepada perkembangan alam sebagaimana pengaruh dari

Aristoteles. Kemudian negara merupakan badan iudicialis seu

consiliativa “hidup bebas” yang memiliki tujuan tertinggi yaitu

mempertahankan perdamaian, memajukan kemakmuran dan memberi

kesempatan kepada rakyatnya untuk memperkembangkan dirinya

secara bebas, serta tugas utama negara untuk mencapai pembuatan

undang-undang demi kesejahteraan rakyat.

2).dictiones kedua tentang dasar-dasar gereja dan hubungannya dengan

negara. Penyerangan secara hebat terhadap susunan gereja yang

dihubungkan dengan kekuasaan duniawi dengan kekuasaan rohani

sebagai ajaran dua belah pedang, ajaran tentang cahaya dan perihal

hadiah dari Constanti ditentang dan disingkirkan, sehingga dinyatakan

tidak berharga untuk dijadikan bukti.

Pamungkas Satya Putra

76

3).dictiones ketiga tentang kesimpulan-kesimpulan. Marsilius

memiliki keinginan di mana Paus seharusnya dipilih oleh rakyat,

sehingga kekuasaan tertinggi terletak pada badan

permusyawaratan gereja-gereja (concilie).

• Gereja hanya mengurus kepentingan kerohanian saja, sedangkan

Paus memiliki kedudukan yang tidak lebih tinggi dari uskup.

Kedudukan gereja seharusnya berada di bawah negara dan gereja

tidak berhak membuat undang-undang karena rakyat lebih

berhak.

• Terbentuknya negara tidak semata-mata karena kehendak Tuhan,

melainkan terjadi karena perjanjian dari orang-orang yang hidup

bersama untuk menyelenggarakan perdamaian. Dalam perjanjian

itu, rakyat menunjuk seseorang yang diserahi tugas untuk

memelihara perdamaian. Rakyat selain mengadakan perjanjian

utk membentuk negara juga berjanji menundukkan diri (Pactum

Subjectiones). Sifat perjanjian bertingkat.

Pamungkas Satya Putra

77

Pactum Subjectiones ada dua (2) macam:

1).Bersifat Concessio:

Penundukan bersifat terbatas, raja hanya menyelenggarakan

kekuasaan dari rakyat, sifatnya hanya eksekutif. Raja tidak boleh

membuat undang-undang, yang membuat undang-undang adalah

rakyat sendiri.

2).Bersifat Translatio:

Rakyat tunduk pada penguasa/ raja secara mutlak. Hak membuat

undang-undang ada pada raja, jadi kekuasaan raja tidak hanya bersifat

eksekutif, tetapi konstitutif.

Marsilius menganut pactum subjectiones concessio karena

kedaulatan ada pada rakyat. Jadi rakyatlah yang berhak

membuat undang-undang, raja hanya melaksanakan

kedaulatan rakyat.

Tokoh Teori Teokrasi lainnya

• Friedrich Julius Stahl:

Negara lahir karena takdir Ilahi, termasuk kekuasaan yangdimiliki negara juga karena kehendak dan kekuasaan Tuhan.

• Friedrich Hegel:

“The march of God in the world” perilaku Tuhan di dunia.

4.Masa Renaissance

• Masa tersebut selalu mendapat pertentangan dari orang zaman

pertengahan yang memberlakukan kebenaran mutlak dan agama

(kekuatan gereja dan wahyu).

• Masa Renaissance merupakan akibat dari masa Reformasi

(Prancis) hegemonie gereja Katolik Roma, yang dianggap

sebagai zaman individualistis yang memiliki paham terhadap

kemajuan dan pembebasan berbagai ikatan dan kewajiban serta

menuntut hak-haknya.

• Dalam pandangan J.J. von Schmid menegaskan masa

Renaissance memiliki sisi terang dan gelap, karena tata susila

dipengaruhi oleh kebebasan bertindak yang seluas-luasnya.

Pamungkas Satya Putra

80

a.Niccolo Machiavelli (1469-1527)

• Machiavelli merupakan ahli sejarah dan negarawan Italia yang

menulis buku, yaitu:

1).Pada tahun 1512-1517 “Discorsis opra la prima of Titus Livius

(Discourses on first Ten Books of Titus Livius)” yang terdiri atas

tiga (3) jilid.

2).Pada tahun 1513 “Il Principe (The Prince)”. Buku tersebut

menjelaskan keadaan masyarakat masa Romawi yang

perkembangannya mencakup empat (4) tingkat masa seperti

Kerajaan, Republik, Prinsipat, dan Dominat untuk dipergunakan

pada masa Renaissance.

• Pandangan hidup Machiavelli tidak menitikberatkan pada faktor

moral, akan tetapi kosmos sebagai proses alam. Hal tersebut

diyakini bahwa dunia pada saat itu merupakan dunia tanpa moral

dan saling beradu kekuatan, maka faktor kekuasaan’lah yang

terpenting.

Pamungkas Satya Putra

81

• Dalam buku “Il Principe” Machiavelli menegaskan “penguasa,

yaitu pemimpin negara harus’lah mempunyai sifat-sifat seperti

kancil dan singa. Penguasa harus menjadi kancil untuk mencari

lubang jaring dan menjadi singa untuk mengejutkan serigala”.

• Pandangan Machiavelli menegaskan moral dan kesusilaan tidak

diperlukan, yang pada akhirnya menimbulkan kritik keras oleh

ahli-ahli lainnya dan setelahnya.

• Tujuan paham Machiavelli yaitu untuk mencapai cita-cita atau

tujuan politik demi kebesaran dan kehormatan negara Italia

seperti masa keemasan Romawi. Kekuatan dan kekuasaan

merupakan hal yang diperlukan untuk mempersatukan daerah-

daerah tunggal. Hal tersebut disebabkan daerah-daerah masih

terpecah-pecah (seperti: Naples, Roma, Negara Gereja, Venesia,

Florence, Milan, Saluze, Monfernat, Mantua, Ferrara, Modena,

Lucca, serta Piombino) serta upaya penaklukan yang dilakukan

oleh Spanyol, Prancis, dan Jerman.

Pamungkas Satya Putra

82

• Raja atau pimpinan negara dalam pandangan Machiavelli dapat

berbuat apapun demi mewujudkan tujuan (het doel heilight de

middelen atau tujuan itu menghalalkan atau membenarkan semua

cara dan usaha) ajaran tersebut disebut sebagai ajaran

negara kekuasaan (machts-staatsgedachte): kepentingan negara-

negara “realpolitik” diutamakan dan menindak kepentingan

individu “raison d’etat”.

• Raja harus kuat dan tahu cara mengatasi segala kekacauan yangdihadapi negara. Raja dapat mempergunakan segala alat yangmenguntungkan baginya. Jika perlu, alat yang digunakan bolehmelanggar perikemanusiaan.

• Demi mencapai tujuan (keutuhan negara) segala cara dapatdigunakan “menghalalkan segala cara”-Marciavellismus.

Pamungkas Satya Putra

83

b.Jean Bodin (1530-1596)

• Bodin merupakan sarjana hukum dan pengacara dari Toulouse.

Tahun 1551 tiba di Paris, Prancis dan tinggal di dekat istana.

• Tahun 1576 Bodin menulis buku yang berjudul “Lex six Livres

de la Republique” dan “Heptaplomeres”.

• Pada masa Jean Bodin, kekuasaan raja Prancis Henry IV (1589-

1610) makin meluas dan kuat. Pemerintahan absolut yang

dilakukan oleh raja Henry IV dibenarkan dan diberikan landasan

hukum oleh Jean Bodin.

• Perbedaan paham antara Machiavelli dengan Bodin, terletak pada

pengakuan hukum yang mengandul moral dan moral itu tidak

dapat diabaikan.

• Pemerintahan absolut terletak pada kedaulatan yaitu kekuasaan

raja yang superior-“Lex six Livres de la Republique”.

Pamungkas Satya Putra

84

• Kemudian negara dalam buku Bodin “la republique” merupakan

keseluruhan keluarga-keluarga dengan segala miliknya yang

dipimpin oleh akal seorang penguasa yang berdaulat. Kedaulatan

“maiestatem” merupakan kekuasaan tertinggi untuk memerintah.

Kekuasaan tertinggi dimiliki oleh negara terhadap para warga

negara dan penduduk di wilayah negara.

• Kedaulatan merupakan kekuasaan mutlak atau “puissance

absolute” yang berada di tangan raja dan tidak dibatasi dengan

undang-undang. Raja sebagai pembuat undang-undang tidak

mungkin membatasi pembuatnya.

• Kendati demikian tidaklah terdapat kedaulatan mutlak, akan

tetapi kedaulatan terbatas sebagaimana di dalam dan di luar

wilayah negara “hukum antarbangsa/ hukum internasional”.

• Kedaulatan komparatif superlatif. Berdaulat merupakan

sifat dan tanda negara. Jean Bodin “bapak ajaran kedaulatan”.

Pamungkas Satya Putra

85

• Bentuk negara terbaik dalam pandangan Jean Bodin yaitu

monarki yang secara turun temurun dan hanya laki-laki yang

dapat memerintah.

• Dalam karyanya yang berjudul “Heptoplomeres” digambarkan

terdapat tujuh organisasi gereja yang mendapat hak untuk berdiri

asalkan tidak melanggar undang-undang.

• Kemudian teori Jean Bodin pada abad ke XVII tentang

kedaulatan dipergunakan sebagai landasan hukum raja Louis XIV

sebagai pemimpin yang memerintah secara mutlak. Hal tersebut

melahirkan prase atau “phraseologie” L’etat c’est moi

(negara adalah saya).

Pamungkas Satya Putra

86

c.Aliran Monarchomachen

• Aliran tersebut disebut sebagai pembenci raja atau musuh-musuh

raja. Hal tersebut dimaksudkan terhadap perlawanan keburukan-

keburukan tertentu kepada pemerintahan yang bersifat absolut

atau terhadap raja secara langsung.

1).Persoalan yaitu hubungan antara agama dan negara, serta

gerakan pembaharuan agama dan absolutisme. Contoh: kaum

buruh Protestan di negara Jerman memberontak pada tahun 1524-

1525. Perang 80 tahun di negeri Belanda pada tahun 1568-1648.

kekacauan di negeri Prancis pada malam Bartholomeus pada

tanggal 24 Agustus 1572. Perang 30 tahun di negara Jerman pada

tahun 1618-1648.

a).Hotman pada tahun 1573 menerbitkan buku berjudul “Franco

Gallia” pada pokoknya menentang absolutisme dengan dasar

historis bukan teologis.

Pamungkas Satya Putra

87

b).Brutus pada tahun 1579 dalam buku yang berjudul “Vindiciae

contra Tyranos” menjelaskan alat-alat hukum melawan raja-raja

yang sewenang-wenang dengan mengemukakan empat (4)

pertanyaan:

Apakah bertentangan dengan perintah-perintah Tuhan?

Bolehkah perlawanan ini bersifat umum?

Bolehkah melanggar agama, menindas dan membawa negara

kepada keruntuhannya?

Apakah raja-raja asing wajib menolong bangsa-bangsa asing?

c).George Buchanan dalam buku “De Jure regni apud Scotos” yang

menjelaskan tentang kekuasaan pada bangsa Skot. Tugas raja yaitu

menyelenggarakan keadilan dalam masyarakat. Kekuasaan raja

dibatasi oleh undang-undang. Undang-undang dibentuk oleh raja

melalui badan perwakilan rakyat, dan dijalankan oleh para hakim

dengan diberi keleluasaan untuk menafsirkan kekurangan hukum.

Pamungkas Satya Putra

88

• Buchanan berpandangan keadaan tirani terjadi apabila raja

mendapat kekuasaan tanpa bantuan rakyat dan perlakuannya

secara tidak adil. Karena raja berada di luar undang-undang maka

diharuskan bertanggung jawab kepada rakyat atas pelanggaran

undang-undang tersebut.

d).Johan Althaus atau Johannes Althusius dalam buku yang

berjudul “Politica Methodice Digesta” merupakan karangan

tentang susunan ketatanegaraan yang sistematik dan diperkuat

dengan contoh-contoh biasa dan sejarah suci. Kekuasaan raja

berasal dari suatu perjanjian “oblichkeitsvertrag” yang

melahirkan peraturan-peraturan.

Persekutuan yang berkembang dan menjadi negara membutuhkan

peraturan berdasarkan perjanjian antara rakyat dengan raja.

Kekuasaan raja berasal dari kesukarelaan rakyat dan

menyerahkannya pada raja. Rakyat memberikan kuasa kepada

raja untuk memerintah.

Pamungkas Satya Putra

89

Kekuasaan berada di tangan rakyat, sehingga kedaulatan

merupakan kekuasaan tertinggi untuk menyelenggarakan segala

sesuatu menuju kepentingan materiil maupun spiritual rakyat.

Negara merupakan persetujuan masyarakat “contractus

societatis” di mana raja merupakan pihak dalam perjanjian

tersebut, dan apabila raja melanggar perjanjian dikenakan sanksi

diberhentikan.

e).Juan de Marianan pada tahun 1599 di Spanyol menerbitkan

buku berjudul “De Rege ac Regis Institutione” tentang hal raja

dan kedudukannya. Pembunuhan terhadap para tiran

diperbolehkan asalkan secara diam-diam.

Pamungkas Satya Putra

90

2).Bellarmin (1542-1621) dalam buku “disputationes”

menegaskan menurut teori bentuk negara yang baik yaitu

monarki absolut, akan tetapi dalam prakteknya menimbulkan

keadaan sebaliknya disebabkan kemerosotan akhlak manusia.

Kemudian buku tersebut menegaskan bahwa Paus tidak memiliki

kekuasaan langsung dalam urusan keduniawian.

3).Francesco Suarez (1548-1617) merupakan sarjana asal

Spanyol yang menerbitkan buku berjudul “Tractatus de Legibus

as Des Regislatore” atau uraian tentang undang-undang dan

Tuhan Pembentuk Undang-undang. Tulisannya tersebut

menjelaskan hubungan antara raja, hukum Tuhan dan hukum

alam. Semua makhluk yang bersusila dengan segala hubungan

ditentukan dengan undang-undang. Peraturan yang dikeluarkan

oleh seorang raja yang tak beragama atau tuna susila tidak

mengikat rakyatnya. Hukum alam merupakan peraturan yang

lebih tinggi kekuasaannya dari kekuasaan manusia.

Pamungkas Satya Putra

91

4).John Milton dalam buku “Elkonoklostes” tentang bantahan-

bantahan atas pikiran dan pendapat raja Charles I dan menyetujui

pelaksanaan hukuman mati terhadap raja Charles I (Inggris).

Rakyat menjadi sumber dari kekuasaan pemerintah, sehingga

rakyat itu memang benar ada.

Kesimpulan:

1. Ajaran Monarchomachen memberi dasar baru kekuasaan raja,

berhubungan raja tidak lagi seperti Tuhan Yang Maha Adil;

2. Ajaran Monarchomachen memberi landasan bagi rakyat apabila

raja bertindak sewenang-wenang dan melampaui batas-batas

kekuasaannya. Maka rakyat diberi dasar untuk mengadakan

perlawanan.

Pamungkas Satya Putra

92

5.Masa Hukum Kenegaraan Positif

• Masa tersebut merupakan perkembangan dari paham kedaulatan

negara (staats-souvereiniteit). Paham kedaulatan negara timbul

karena ilmu pengetahuan tentang hukum kenegaraan positif

(“staatsrechtsdogmatiek” atau “wetenschap van het positief”)

sebagai pengaruh dari aliran legisme sebagai ajaran yang

diterima secara rasio waktu bahwa peraturan perundang-

undangan menjadi hukum yang dibentuk oleh badan pembentuk

undang-undang atau badan legislatif yang menggunakan

rasionya, dan hukum kebiasaan tidak dapat diterima sebagai

hukum karena tidak sesuai dengan sifat hukum alam yang

berlaku (universal) yang tergantung pada waktu dan tempat

tertentu.

Pamungkas Satya Putra

93

Masa Hukum Alam

1. Teori Hukum Alam abad ke-XVII

Mulai sadar akan kesewenang-wenangan Raja, bersifat

konstruktif, menerangkan. Cara berpikir induktif, dimulai

dari keadaan yang khusus menuju ke keadaan yang

umum.

2. Teori Hukum Alam abad ke-XVIII

Sudah memberikan penilaian, propagandis dan politis.

Cara berpikir deduktif, dari hal-hal umum menuju hal-hal

khusus.

Hugo GROTIUS (HUGO de GROOT) “De Jure Belli

ac Pacis”

• Negara terjadi karena diselenggarakannya suatu perjanjian.

• Mengapa orang mengadakan perjanjian? Karena orang adalah

makhluk sosial, selalu ada hasrat untuk hidup bersama,

bermasyarakat dan karena manusia memiliki rasio.

• Perjanjian masyarakat sifatnya bertingkat. Penyerahan

kekuasaan dari orang-orang yang menyelenggarakan

perjanjian kepada raja melalui masyarakat.

• Dasar ajaran Grotius adalah manusia dalam keadaan alamiah,

manusia in abstracto yang pada dasarnya bersifat sosial.

SAMUEL Von PUFENDORF (1632-1694)

• Manusia dalam keadaan alamiah telah dipersatukan olehnaluri sosial alamiahnya. Untuk menghindariketidakbahagiaan mereka menyelenggarakan “perjanjiansukarela”.

• Perjanjian bersifat bertingkat:1. Perjanjian untuk membentuk masyarakat;

2. Perjanjian penundukan dengan penguasa/ raja.

• Raja dipilih dan kekuasaannya tidak absolut karena dibatasioleh Tuhan, hukum alam dan adat kebiasaan.

• Tujuan masyarakat didirikan untuk kebahagiaan dankesejahteraan umum.

JOHN LOCKE

• Manusia dalam keadaan alamiah punya hak-

hak secara pribadi:

1. Hak akan hidup;

2. Hak akan kebebasan atau kemerdekaan;

3. Hak akan milik.

• Untuk menjamin hak-haknya kemudian

melakukan Perjanjian Bertingkat.

JOHN LOCKE

• Perjanjian antara wakil rakyat dengan raja bukanlah perjanjianpenyerahan kedaulatan, tetapi raja berjanji untuk melindungi hak-hak asasi rakyat.

• Pactum uniones dan pactum subjectiones sama kuatnya.• Pactum uniones: perjanjian utk membentuk suatu kesatuan antara

individu-individu.• Pactum subjectiones: perjanjian penyerahan kekuasaan dari

rakyat kepada raja.• Raja terikat oleh perjanjian tersebut. Kekuasaan raja terbatas pada

ruang lingkup perjanjian yang dibuat, sehingga apabila rajabertindak sewenang-wenang maka rakyat dapat memintapertanggungjawabannya.

• Negara yang lahir dari konstruksi ini disebut “MonarchieConstitutional”.

JOHN LOCKE

• Manusia merdeka, perlu otoritas penjamin hak-hak manusia

kelompok manusia lahirlah negara dan pemerintah

• Agar pemerintah baik, kekuasaan dibagi:

a. Kekuasaan Legislatif;

b. Kekuasaan Eksekutif;

c. Kekuasaan Federatif.

J.J. ROUSSEAU

• Tidak ada perjanjian penyerahan kedaulatan kepada raja.

• Kedaulatan tetap berada di tangan rakyat sebagai kemauanumum (volonte generale).

• Raja atau pemerintah (volonte de corps) merupakan mandatarisrakyat. Ia harus melaksanakan amanat rakyat.

• Negara yang lahir dari konstruksi ini disebut “NegaraDemokrasi”.

J.J. ROUSSEAU

• Sifat kekuasaan penguasa hanya melaksanakan kehendak

umum, penguasa hanya merupakan wakil rakyat.

• Pendapat Rousseau seperti itu karena akibat dari keadaan di

Prancis pada waktu itu, raja mempunyai kekuasaan mutlak dan

melaksanakan kekuasaan dengan sewenang-wenang. Hal ini

tidak sesuai rasio. Jadi tidak sesuai hukum alam.

Jean Jacques Rousseau

• Contract social Manusia berdaulat atas dirinya

menyerahkan kedaulatan masing-masing masyarakat

Perjanjian masyarkat syaratnya hak untuk menyusun

kemauan umum (volente generale)

• Ada 4 kemauan:

1. Volonte generale: kepentingan umum;

2. Volonte de corps: kepentingan organisasi;

3. Volonte de taous: kepentingan khusus;

4. Volonte particular: kepentingan pribadi.

MONTESQUIEU

Membagi kekuasaan negara menjadi 3:1. Kekuasaan perundang-undangan, legislatif;

2. Kekuasaan melaksanakan pemerintahan, eksekutif;

3. Kekuasaan kehakiman, yudikatif.

Pembagian kekuasaan ini akan menghilangkan timbulnya

kesewenang-wenangan dari penguasa, sehingga kekuasaan

penguasa tidak absolut.

Pada dasarnya kaidah hukum dibuat dan ditentukan oleh

badan kenegaraan yang diserahkan tugas dan kekuasaan

legislatif. Kedaulatan negara itu “kekuasaan tertinggi” yang

terletak pada negara, kemauan dan kehendak negara

terwujud dalam hukum yaitu undang-undang.

TEORI KEKUATAN

• Kekuasaan negara lahir dari mereka yang memiliki

kekuatan, baik secara fisik, materi, maupun politik.

• Kekuatan fisik orang yang kuat dan berani.

• Kekuatan materi/ ekonomi orang yang memiliki harta

atau orang kaya.

• Kekuatan politik orang yang berpengaruh, baik

kepandaian maupun karena keturunan bangsawan.

Teori Kekuatan Fisik

• THOMAS HOBBES

• NICCOLO MACHIAVELLI

• LEON DUGUIT

• FRANZ OPPENHEIMER

THOMAS HOBBES “Leviathan”

• Dua macam status manusia: “status naturalis” yaitu status manusiasebelum ada negara, dan “status civilis” yaitu status manusiasetelah ada negara sebagai warga negara.

• Status naturalis manusia sebagai serigala terhadap manusiayang lain (homo homini lupus); perang semua melawan semua(bellum omnium contra omnes).

• Raja adalah orang yang kuat fisiknya, yang melebihi kekuatanwarga lainnya agar dapat mengatasi segala kekacauan yang timbuldalam masyarakat.

THOMAS HOBBES “Leviathan”

Mengapa terjadi bellum omnium contra omnes?

1. Competitio, Competition, Persaingan.

2. Defentio, defend, mempertahankan/ membela diri.

3. Gloria. Ingin dihormati, disegani, dipuji.

Tiga sifat yg dimiliki manusia:

1. Takut mati;

2. Ingin memiliki sesuatu;

3. Ingin mempunyai kesempatan untuk bekerja agar dapat

memiliki sesuatu.

PERBEDAAN JOHN LOCKE & THOMAS HOBBES

JOHN LOCKE

• Sifat kekuasaan penguasa tidak absolut.

• Manusia dalam keadaan alam bebas, sejak dilahirkan, manusia menurut kodratnya telah memiliki hak-hakasasi.

• Tujuan perjanjian untuk menjaminatau memelihara terlaksananya hak-hak asasi.

• Sifat perjanjian masyarakat adalahbertingkat, artinya orang–orang yang menyelenggarakan perjanjianmenyerahkan hak-hak alamiahnyakepada masyarakat. Masyarakatyang menyerahkan kepada raja.

THOMAS HOBBES

• Sifat kekuasaan penguasa absolut

• Manusia dalam keadaan alamiah, alambebas, in abstracto maksudnya sejakmanusia dilahirkan, manusia menurut kodratnya hidup tanpa hak.

• Tujuan perjanjian masyarakat adalahuntuk menyelenggarakan perdamaian.

• Sifat perjanjian masyarakat adalahLangsung, artinya orang-orang yang menyelenggarakan perjanjianmenyerahkan haknya kepada raja, tidak melalui masyarakat, raja di luarperjanjian.

NICCOLO MACHIAVELLI

“Il Principle”

• Raja harus kuat dan tahu cara mengatasi segala kekacauan yangdihadapi negara. Ia dapat mempergunakan segala alat yangmenguntungkan baginya. Jika perlu, alat yang digunakan bolehmelanggar perikemanusiaan.

• Demi mencapai tujuan (keutuhan negara) segala cara dapatdigunakan “menghalalkan cara”.

Tokoh-Tokoh Penganut Teori Kekuatan

• Leon Duguit:Mereka yang paling kuat (lesplus forts) yang dapat memaksakankehendaknya kepada pihak lain, baik karena faktor fisik,intelegensia, ekonomi, maupun agama.

• Franz Oppenheimer:Negara merupakan susunan masyarakat yang oleh golonganyang menang dipaksakan kepada golongan yang ditaklukkandengan maksud untuk mengatur kekuasaan golongan yang satuatas golongan yang lain dan melindungi terhadap ancamanpihak lain.

Teori Kekuatan Ekonomi

• Karl Marx:

Negara merupakan alat kekuasaan bagi segolongan manusiadalam masyarakat untuk menindas golongan lainnya gunamencapai tujuan.

• Dalam negara, masyarakat terbagi dalam dua kelas yang salingbertentangan, yaitu kaum yang ekonominya kuat dan kaumekonomi lemah.

• Pertentangan antara kedua kelas itu, tidak lain untuk merebutkekuasaan dalam negara, sebab negara adalah alat kekuasaan.

Hans Kelsen• Hans Kelsen yang meletakkan dasar dan melanjutan paham

gurunya yaitu George Jellinek tentang Zweiseiten theorie atau

teori yang memandang negara dari dua sudut yaitu sudut sosial

(soziales Faktum) dan sudut yuridis selaku bangunan-

bangunan atau lembaga-lembaga yuridis (rechtsliche

Institution).

• Hukum dilihat sebagai “das Sollen” keharusan atau “het

behore” (Sollenskategorie) dan bukannya “das Sein” (adanya

atau het zijn) yang termasuk dalam Seinskategorie.

• Hukum itu harus ditaati dan menentukan pedoman tingkah

laku manusia tentang apa yang seharusnya dijalankan dan

tidak dijalankan –normatif- sebagai perintah atau kehendak

negara “Wille des Staates”.

Pamungkas Satya Putra

115

• Negara dalam pandangan Kelsen merupakan persekutuan susunan

zwangsordnung yang dipertahankan oleh paksaan yang mengandung hak

memerintah dan terdapat kewajiban manusia untuk menaati perintah.

Negara identik dengan hukum, sebagai ketertiban negara merupakan

personifikasi dari ketertiban hukum.

• Hakekat negara yaitu “Der Staat ist Zurrechtnungpunkt” atau negara itu

merupakan titik pertanggungjawaban terhadap undang-undang atau tata

hukum. Negara merupakan badan yang memberikan sanksi dan yang

bertanggung jawab.

• Berlakunya hukum sebagai suatu penilaian normatif atau pembentukan

negara didasarkan kepada (Stufenbau des Rechts atau pertanggaan hukum

yang merupakan struktur piramida hirarki norma).

• Dasar berlaku suatu kaidah terletak dalam suatu kaidah yang lebih tinggi

“Grundnorm atau Ursprungsnorm” sebagai wadah perintah

“Sollenskategorie” sebagai kesatuan formal dari hukum positif. Teori

tersebut pertama kali dinyatakan oleh Adolf Merkl pada bukunya berjudul

“Die Lehrevon der Rechtskraft, ent wickelt aus dem Rechtsbegriff”.

Pamungkas Satya Putra

116

• Kelsen menganggap bahwa negara merupakan kesatuan tata

hukum (normordening atau behorenordening). Tata hukum

tersebut memberikan pedoman terhadap tingkah laku apa yang

seharusnya dijalankan dan tidak dijalankan.

Staatslehhre = Rechtslehre objeknya hukum sebagai norma

(kaidah).

Pamungkas Satya Putra

117

TEORI HAKEKAT NEGARA

• Plato: negara merupakan keluarga yang besar. Luas negara

harus diukur atau disesuaikan dengan dapat atau tidaknya,

mampu atau tidaknya negara memelihara kesatuan dalam

negara itu.

ARISTOTELES

• Hakekat negara merupakan organisme, yaitu suatu keutuhan

yang mempunyai dasar-dasar hidup sendiri. Negara selalu

mengalami timbul, berkembang, pasang surut dan kadang-

kadang mati.

• Negara menguasai seluruh segi-segi kehidupan, segala hal

diatur oleh negara. Kekuasaan negara absolut. Nasib warga

negara tergantung dari nasib negaranya.

EPICURUS

• Negara merupakan hasil perbuatan manusia yang

diciptakan untuk menyelenggarakan kepentingan

anggotanya. Negara merupakan alat bagi manusia untuk

menyelenggarakan kepentingan manusia.

• Frans Oppenheimer: Negara merupakan suatu alat dari

golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib

masyarakat.

• H.J Laski: Negara merupakan alat pemaksa untuk

melaksanakan dan melangsungkan suatu jenis sistem produksi

yang stabil dan pelaksana sistem produksi ini semata-mata

akan menguntungkan golongan yang kuat, yang berkuasa.

• Hans Kelsen: Negara sebenarnya merupakan suatu tertib

hukum yang memaksa.

• Kranenburg: Negara merupakan organisasi kekuasaan yang

diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa.

• Logemann: Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang

meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang kemudian

disebut bangsa.

• Karl Marx: Negara sebagai alat dari mereka yang kuat untuk

menindas gololongan yang lemah ekonominya. Golongan

yang kuat adalah mereka yang memiliki alat produksi.

• Perkuliahan :Kelima dan Keenam

• Tema :Teori tentang tujuan negara berdasarkan pe-

ndapat ahli

Pamungkas Satya Putra

122

TEORI-TEORI TUJUAN NEGARA

• Tujuan berbeda dengan fungsi, akan tetapi keduanya tidak

dapat dipisahkan. Tujuan harus dilanjutkan fungsi, fungsi

harus didahului tujuan.

• Tujuan tanpa fungsi adalah steril. Fungsi tanpa tujuan adalah

mustahil.

• Tujuan bersifat abstrak-idiil.

• Fungsi bersifat konkrit dan riil.

Plato

• Negara timbul karena adanya kebutuhan dan keinginan yangberaneka ragam, yang menyebabkan masing-masing orangsecara sendiri-sendiri tidak mampu memenuhinya. Untukmemenuhi itu harus bekerjasama.

• Jadi tujuan negara adalah agar kebutuhan manusia yangberaneka ragam dapat terpenuhi.

EPICURUS

• Negara merupakan hasil perbuatan manusia yang diciptakanuntuk menyelenggarakan kepentingan anggota-anggotanya,untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

• Jadi tujuan negara selain menyelengarakan ketertiban dankeamanan, juga menyelenggarakan kepentingan pribadi.

• Kalau kepentingan individu dipenuhi, maka ia akan kuat dandemikian juga keadaan negara yang diciptakannya.

THOMAS AQUINAS

• Apabila ingin mengetahui tujuan negara, ia harus lebih dulu

tahu apa yang jadi tujuan manusia.

• Tujuan manusia adalah kemuliaan abadi, kemuliaan sesudah

mati.

NICOLLO MACHIAVELLI

• Tujuan negara ada dua (2), tujuan antara dan tujuan akhir.

• Tujuan antara: mengusahakan terselenggaranya ketertiban,

keamanan, dan ketentraman.

• Tujuan akhir: tujuan antara hanya merupakan sarana mencapai

tujuan akhir yang lebih tinggi, yaitu kemakmuran bersama.

Terima Kasih

Pamungkas Satya Putra

128

Waasalamu’alaikum WR. WB.Pamungkas Satya Putra

129