29

Click here to load reader

1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

  • Upload
    hakiet

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

PROGRAM AUDIT KINERJA BERBASIS SPKN

Oktarika Ayoe Sandha – BPK

ABSTRAKSI

Untuk dapat menghasilkan audit yang baik, BPK-RI harus memiliki sebuah standar pemeriksaan yang baik pula. Berdasarkan pasal 9(1e) UU no 15 tahun 2006 tentang BPK, pada bulan Januari 2007, BPK-RI telah menerbitkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sebagai patokan dalam melakukan pemeriksaan pengelolaan keuangan Negara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah ada perbedaan antara aturan dalam SPKN dengan praktik yang dilakukan auditor dalam menyusun sebuah program audit kinerja. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara praktik penyusunan program audit kinerja oleh auditor dengan aturan yang ada dalam SPKN. Perbedaan yang terjadi di sini adalah lebih ketatnya aturan yang dimuat SPKN daripada yang dijalankan oleh auditor dalam menyusun program audit kinerja.

Kata kunci : Audit Kinerja, Auditor, SPKN

1. PENDAHULUAN

Sesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki

kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan,

pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Untuk dapat

menghasilkan audit yang baik BPK-RI harus memiliki sebuah standar pemeriksaan

yang baik pula. Sesuai dengan pasal 9(1e) UU no 15 tahun 2006 tentang BPK, BPK-RI

memiliki kewenangan untuk menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah

konsultasi dengan Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam

pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Berdasarkan

peraturan tersebut pada bulan Januari 2007 BPK-RI telah menerbitkan Standar

Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sebagai patokan dalam melakukan

pemeriksaan pengelolaan keuangan Negara. Sebagian besar isi dari SPKN terutama

untuk standar pelaksanaan audit kinerja adalah adopsi dari beberapa standar yang telah

ada terutama standar audit dari Amerika Serikat yang diterbitkan oleh Government

1

Page 2: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

Accountability Office (GAO). Adopsi tersebut memiliki sisi positif yaitu menjadikan

SPKN setingkat dengan standar internasional namun perlu diperhatikan apakah adopsi

tersebut telah sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia. Standar audit menjadi

sangat penting karena standar tersebut menjadi panduan dasar bagi auditor untuk

mempertahankan nilai-nilai etika dan memenuhi tujuan dari audit (Na’im, 2006).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah ada

perbedaan antara aturan dalam SPKN dengan praktik yang dilakukan auditor dalam

menyusun sebuah program audit kinerja.

Struktur dari artikel ini adalah sebagai berikut: Pada bagian berikut disajikan

penjelasan mengenai penyusunan program audit kinerja. Selanjutnya penyajian

hipotesis dalam penelitian ini, dan setelah itu adalah interpretasi dari hasil-hasil

statistik yang diperoleh berdasarkan survey terhadap 60 orang responden yang

merupakan auditor dari BPK-RI yang sudah pernah melakukan audit kinerja atau sudah

pernah mengikuti pelatihan audit kinerja.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan atau auditing merupakan suatu investigasi independen terhadap

beberapa aktivitas khusus. Mekanisme pemeriksaan/audit merupakan sebuah

mekanisme yang dapat menggerakkan makna akuntabilitas di dalam pengelolaan

sektor publik. Pengujian atas laporan keuangan oleh auditor independen ini, bertujuan

mengekspresikan suatu opini secara jujur tentang posisi keuangan, hasil operasi dan

aliran kas yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi berterima umum. Laporan auditor

merupakan media yang mengekspresikan opini auditor atau dalam kondisi tertentu,

menyangkal suatu opini.

Sebagai suatu proses, audit berhubungan dengan prinsip dan prosedur akuntansi

yang digunakan oleh organisasi. Bagi auditor dan pengawas, pemahaman terlebih

dahulu sistem akuntansi yang dipakai oleh Pemda merupakan hal yang penting. Agar

pemeriksaan lebih efisien, efektif, dan ekonomis, pemerintah daerah juga harus

memahami bagaimana mempersiapkan segala sesuatu terkait audit yang akan

dilakukan oleh auditor.

Dalam Bastian (2006: 57), audit kinerja adalah pemeriksaan secara objektif dan

sistematik terhadap berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara

independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan Pemerintah yang diaudit.

2

Page 3: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

Dengan audit kinerja, peningkatan tingkat akuntabiltas Pemerintah dalam proses

pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab akan mendorong

pengawasan dan, kemudian, tindakan koreksi.

Audit kinerja mengikuti pola audit keuangan, tapi mereka juga mencakup

pengujian, mengacu pada standar audit, merupakan ukuran keberhasilan pencapaian

tujuan manajemen. Tujuan ini dievaluasi dengan diukur efisiensi dan faktor ekonomis

dari penggunaan sumber daya, efektivitas pencapaian sasaran, dan kepatuhan dengan

peraturan. Audit kinerja bergantung dengan skope audit keuangan dan teknik dan

metode yang digunakan. Sebagai hasilnya, laporan audit kinerja akan lebih rinci

dibandingkan laporan audit tradisional.

Penyusunan Program Audit Kinerja

Menurut SPKN, yang dimaksud dengan audit kinerja adalah pemeriksaan atas

pengelolaan keuangan negara yang terdiri dari audit atas aspek ekonomi, efisiensi serta

efektivitas. Audit kinerja pada sebuah program pemerintah meliputi juga audit atas

kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan serta pengujian terhadap

pengendalian intern.

Menurut Government Auditing Standards (revisi 2007) pada paragraf 1.28

dinyatakan bahwa tujuan audit kinerja adalah sangat variatif, termasuk penilaian atas

efektivitas, ekonomi dan efisiensi, penilaian atas internal control , kepatuhan dan

analisis yang sifatnya prospektif. Tujuan-tujuan tersebut tidaklah bersifat mutually

exclusive. Sedangkan yang dimaksud dengan program audit adalah kerangka dari

prosedur-prosedur yang dibutuhkan untuk dapat mencapai tujuan audit dan melakukan

penilaian terhadap kriteria (ASOSAI, 2000).

Berikut ini akan disajikan metodologi audit kinerja dari Amerika Serikat,

Kanada dan metodologi audit kinerja berdasarkan manual audit INTOSAI. Dari

metodologi ini nantinya bisa dilihat bagaimana penyusunan program audit kinerja

dilakukan.

3

Page 4: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

Tabel 1. Metodologi Audit Kinerja dari Amerika, Kanada, dan INTOSAI

Amerika Kanada INTOSAIPerencanaan Perencanaan Perencanaan

Pemahaman entitas Pemahaman entitas Pemahaman entitas

Penilaian pengendalian intern Penetapan tujuan audit Identifikasi hasil audit terdahulu

Penilaian pengendalian sistem informasi Penentuan lingkup Identifikasi kriteria audit

Identifikasi persyaratan hukum dan peraturan Identifikasi kriteria audit

Pertimbangan terhadap persyaratan politis, hukum, dan peraturan

Identifikasi hasil audi terdahulu Merancang metode audit Pendefinisian masalah

Identifikasi kriteria yang potensial

Membuat pertanyaan dasar audit

Pertimbangan terhadap bukti audit Penetapan kriteria audit

Penilaian kebutuhan keahlian pihak lain Identifikasi bukti audit

Perencanaan staf dan sumber daya lain yang dibutuhkan

Pertimbangan kebutuhan penggunaan keahlian pihak lain

Mengkomunikasikan rencana audit Perencanaan sumberdaya

Membuat rencana secara tertulis

Pertimbangan terhadap kesimpulan yang mungkin

Pengujian Pengujian PengujianPengumpulan bukti audit Pengumpulan bukti audit Pengumpulan data

Penilaian terhadap bukti audit Penggunaan pekerjaan auditor lain Pengembangan temuan audit

Pengembangan temuan audit Analisis bukti Penilaian signifikansi dari temuan audit

Pembuatan kesimpulan dan rekomendasi audit

Melakukan observasi atas bukti

Penilaian konsekuensi dari temuan audit

Membuat draft laporan audit (preliminary report) Membuat rekomendasi audit Kesimpulan dan rekomendasi

auditMemperoleh tanggapan dari auditee Pendokumentasian audit

Pembuatan kesimpulan auditPelaporan Pelaporan Pelaporan

Menyelesaikan laporan audit final

Membuat laporan audit yang memenuhi standar pelaporan Menerbitkan laporan audit

Tindak lanjut Tindak Lanjut Tindak LanjutMelihat apakah tindakan korektif yang tepat telah dijalankan

Memantau apakah audit yang dilakukan menghasilakan perbedaan bagi kesejahteraan masyarakat

Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan dampak dari audit

4

Page 5: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan berfokus pada audit kinerja sebagai salah satu mandatory

audit BPK-RI. Pertama penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam menyusun sebuah program audit kinerja. Setelah itu penelitian

ini akan melihat apakah pembuatan program audit kinerja yang diatur oleh SPKN

sudah sama dengan praktik yang dilakukan oleh para auditor.

Berdasarkan perbandingan metodologi audit dari beberapa negara dan

INTOSAI serta SPKN, maka penulis menurunkan faktor-faktor yang dibutuhkan dalam

menyusun sebuah program audit kinerja adalah (1) pemahaman entitas (2) penilaian

pengendalian intern (3) resiko penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan,

dan ketidakpatutan (4) hasil audit terdahulu (5) kriteria audit (6) metoda audit (7) bukti

audit (8) temuan audit (9) kesimpulan dan rekomendasi audit (10) laporan audit dan

(11) tindak lanjut audit sebagai variabel penelitian. Skala likert digunakan untuk

mengukur faktor-faktor tersebut menjadi variabel dalam penelitian.

Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian yaitu “apakah ada

perbedaan antara aturan dalam SPKN dengan praktik yang dilakukan auditor dalam

menyusun sebuah program audit kinerja” maka hipotesis untuk penelitian ini adalah:

H0: Tidak ada perbedaan antara aturan dalam SPKN dengan praktik yang

dilakukan auditor dalam menyusun program audit kinerja.

H1: Terdapat perbedaan antara aturan dalam SPKN dengan pratik penyusunan

program audit kinerja yang dilakukan oleh auditor.

Berdasarkan observasi operasional, hipotesis ini dapat diturunkan dalam hipotesis-

hipotesis berikut:

Ho1.1: Auditor tidak perlu memperoleh pemahaman terhadap entitas yang diaudit

dalam menyusun sebuah program audit kinerja.

H11.1: Auditor perlu memperoleh pemahaman terhadap entitas yang diaudit dalam

menyusun sebuah program audit kinerja.

H01.2: Auditor tidak perlu mempertimbangkan pengendalian intern dari entitas yang

diaudit dalam menyusun sebuah program audit kinerja.

H11.2: Auditor perlu mempertimbangkan pengendalian internl dari entitas yang

diaudit dalam menyusun sebuah program audit kinerja.

5

Page 6: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

H01.3: Auditor tidak perlu untuk mempertimbangkan resiko terjadinya penyimpangan

dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan dalam menyusun

sebuah program audit kinerja.

H11.3: Auditor perlu untuk mempertimbangkan resiko terjadinya penyimpangan dari

hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan dalam menyusun

sebuah program audit kinerja.

H01.4: Auditor tidak perlu mempertimbangkan hasil audit terdahulu dalam menyusun

sebuah program audit kinerja.

H11.4: Auditor perlu mempertimbangkan hasil audit terdahulu dalam menyusun

sebuah program audit kinerja.

H01.5: Auditor tidak perlu mempertimbangkan kriteria audit yang akan dipakai dalam

menyusun sebuah program audit kinerja.

H11.5: Auditor perlu mempertimbangkan kriteria audit yang akan dipakai dalam

menyusun sebuah program audit kinerja.

H01.6: Auditor tidak perlu mempertimbangkan metode audit yang tepat dalam

menyusun sebuah program audit kinerja.

H11.6: Auditor perlu mempertimbangkan metode audit yang tepat dalam menyusun

sebuah program audit kinerja.

H01.7: Auditor tidak perlu mempertimbangkan bukti audit yang akan dikumpulkan

dalam menyusun sebuah program audit kinerja.

H11.7: Auditor perlu mempertimbangkan bukti audit yang akan dikumpulkan dalam

menyusun sebuah program audit kinerja.

H01.8: Auditor tidak perlu mempertimbangkan kelengkapan unsur temuan audit

dalam menyusun sebuah program audit kinerja.

H11.8: Auditor perlu mempertimbangkan kelengkapan unsur temuan audit dalam

menyusun sebuah program audit kinerja.

H01.9: Auditor tidak perlu mempertimbangkan kesimpulan dan rekomendasi audit

dalam menyusun sebuah program audit kinerja.

H11.9: Auditor perlu mempertimbangkan kesimpulan dan rekomendasi audit dalam

menyusun sebuah program audit kinerja.

H01.10: Auditor tidak perlu mempertimbangkan kerangka isi laporan audit dalam

menyusun sebuah program audit kinerja.

6

Page 7: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

H11.10: Auditor perlu mempertimbangkan kerangka isi laporan audit dalam menyusun

sebuah program audit kinerja.

H01.11: Auditor tidak perlu mempertimbangkan tindak lanjut audit dalam menyusun

program audit kinerja.

H11.11: Auditor perlu mempertimbangkan tindak lanjut audit dalam menyusun

program audit kinerja.

H02. : Tidak ada hubungan korelasional antara variabel pemahaman entitas,

pengendalian intern, resiko penyimpangan dari hukum dan peraturan,

kecurangan, dan ketidakpatutan, hasil audit terdahulu, kriteria audit, metode

audit, bukti audit, temuan audit, rekomendasi audit, kerangka isi laporan, dan

tindak lanjut audit.

H12. :Ada hubungan korelasional antara variabel pemahaman entitas, pengendalian

intern, resiko penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan

ketidakpatutan, hasil audit terdahulu, kriteria audit, metode audit, bukti audit,

temuan audit, rekomendasi audit, kerangka umum laporan, dan tindak lanjut

audit.

4. ANALISA HASIL PENELITIAN

Pertama kali akan dilihat apakah variabel-variabel dalam penelitian ini menurut

auditor perlu untuk dipertimbangkan dalam menyusun sebuah program audit kinerja.

One sample t-test digunakan untuk menilai setiap aspek dari sebuah program audit

kinerja pada peneilitian ini. Uji korelasi selanjutnya dilakukan untuk melihat pola

program audit kinerja pada praktiknya. Korelasi signifikan yang kuat dan positif antara

dua variabel diinterpretasikan bahwa suatu variabel perlu untuk dipertimbangkan ulang

pada saat auditor mempertimbangkan variabel yang lainnya tersebut pada saat

menyusun program audit kinerja. Sebagai tambahan penelitian ini juga akan menggali

apakah ada karakteristik responden yang dipilih dalam penelitian ini yang berpengaruh

secara signifikan terhadap praktik penyusunan program audit kinerja. Karakteristik

responden pada penelitian ini adalah jenjang pendidikan, latar belakang pendidikan,

pengalaman kerja, dan kedudukan auditor.

Bukti empiris yang dihasilkan dari pengujian diringkas dalam tabel-tabel

berikut:

7

Page 8: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

Tabel 2.Hasil Pengujian One Sample T-Test

Variables tvalue ttable P-valuePemahaman Entitas 9,376 1,671 0,000Penilaian pengendalian intern 3,407 1,671 0,000Resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan

3,538 1,671 0,000

Hasil audit terdahulu 3,809 1,671 0,000Kriteria audit 4,763 1,671 0,000Metode audit 5,254 1,671 0,000Bukti audit 3,541 1,671 0,000Temuan audit 5,031 1,671 0,000Kesimpulan dan rekomendasi audit 5,780 1,671 0,000Kerangka laporan audit 4,593 1,671 0,000Tindak lanjut audit 3,119 1,671 0,000

Tabel 2 menjelaskan bahwa menurut auditor, seluruh variabel dalam penelitian

ini yaitu pemahaman entitas, pengendalian intern, resiko terjadinya penyimpangan dari

hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, hasil audit terdahulu, kriteria

audit, metode audit, bukti audit, temuan audit, kesimpulan dan rekomendasi audit,

laporan, dan tindak lanjut audit perlu untuk dipertimbangkan dalam menyusun sebuah

program audit kinerja.

Tabel berikut ini akan menyajikan hubungan korelasional antar variabel-

variabel dalam penelitian ini.

Table 3. Korelasi Antar variabel

Variabel

Pengendalian internal

Resiko terjadinya penyimpangan dari hukum, peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan

Hasil audit terdahulu

Kriteria audit

Metoda audit

Bukti audit

Temuan audit

Kesimpulan dan rekomendasi

Laporan audit

Tindak lanjut

Pemahaman entitas ,697 ,656 ,725 ,651 ,633 ,552 ,559 ,562 ,536 ,464

Pengendalian internal ,778 ,726 ,609 ,698 ,605 ,609 ,569 ,481 ,441

Resiko terjadinya penyimpangan dari hukum, peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan

,718 ,602 ,704 ,698 ,597 ,481 ,555 ,446

Hasil audit terdahulus ,663 ,750 ,725 ,668 ,582 ,527 ,530

Kriteria audit ,757 ,545 ,589 ,438 ,475 ,299Metoda audit ,710 ,593 ,566 ,524 ,496

8

Page 9: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

Variabel

Pengendalian internal

Resiko terjadinya penyimpangan dari hukum, peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan

Hasil audit terdahulu

Kriteria audit

Metoda audit

Bukti audit

Temuan audit

Kesimpulan dan rekomendasi

Laporan audit

Tindak lanjut

Bukti audit ,703 ,578 ,635 ,619Temuan audit ,836 ,849 ,652Kesimpulan dan rekomendasi ,794 ,530

Laporan audit ,599Notes:all correlation are significant at 0,05 level

Berdasarkan korelasi yang kuat (>0,5) tersebut dapat disarikan praktik

penyusunan program audit kinerja pada umumnya seperti berikut ini:

Tabel 4. Praktik Penyusunan Program Audit Kinerja

No Variabel Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Tindak Lanjut

1 Pemahaman entitas √ √ √2 Reviu pengendalian intern √ √3 Resiko penyimpangan dari hukum

dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan

√ √ √ √

4 Hasil audit terdahulu √ √ √ √5 Kriteria audit √ √6 Metode audit √ √ √7 Bukti audit evidence √ √ √8 Temuan audit √ √ √9 Kesimpulan dan rekomendasi audit √ √ √10 Laporan audit √ √11 Tindak lanjut audit √

Tabel empat di atas menjelaskan bahwa pada saat merencanakan audit pada

umumnya auditor mempertimbangkan pemahaman entitas, reviu pengendalian intern,

menilai resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan

ketidakpatutan, mengidentifikasikan hasil audit terdahulu yang signifikan dengan

tujuan audit yang berjalan, mengidentifikasikan kriteria audit yang akan dipakai, dan

merencanakan metode audit yang tepat.

9

Page 10: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

Pada saat melaksanakan pengujian auditor pada umumnya mempertimbangkan

kembali pemahaman entitas, penilaian pengendalian intern, penilaian resiko terjadinya

penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, hasil audit

terdahulu yang signifikan dengan tujuan audit yang berjalan, kriteria audit yang akan

dipakai, dan ketepatan metode audit yang yang dipakai. Selanjutnya auditor melakukan

pengumpulan bukti, mengembangkan temuan, dan membuat kesimpulan dan

rekomendasi audit (bila ada).

Pada saat menyusun laporan, pada umumnya auditor kembali

mempertimbangkan pemahaman entitas, resiko terjadinya penyimpangan dari hukum

dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, hasil audit terdahulu yang signifikan

dengan tujuan audit yang berjalan, metode audit, bukti audit, temuan audit serta

kesimpulan dan rekomendasi (jika ada) audit.

Pada tahap tindak lanjut auditor pada umumnya mempertimbangkan kembali

resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan

ketidakpatutan, hasil audit terdahulu yang signifikan dengan tujuan audit yang

berjalan, bukti audit, temuan audit, kesimpulan dan rekomendasi (jika ada), dan

laporan audit.

Setelah diketahui praktik penyusunan program audit kinerja pada umumnya,

selanjutnya akan dilihat bagaimana praktik penyusunan program audit kinerja

berdasarkan karakteristik responden. Hasilnya akan menunjukkan apakah ada

karakteristik tertentu yang berbeda dengan praktik penyusunan program audit kinerja

pada umumnya.

Tabel 5. Karakteristik yang Signifikan Mempengaruhi Praktik Penyusunan

Program Audit Kinerja

No Variabel Karakteristik B P Value Pengaruh1 Pemahaman entitas Masa kerja:

11-15 tahun -2,214 ,032 Signifikan2 Pengendalian intern - -3 Resiko penyimpangan

dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan

Masa kerja:

5-10 tahun -0,963 ,027 Signifikan11-15 tahun -1,350 ,042 SignifikanKedudukan:

10

Page 11: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

No Variabel Karakteristik B P Value PengaruhPemimpin tim junior -1,488 ,016 Signifikan

4 Hasil audit terdahulu Kedudukan:Pemimpin tim junior -0,890 ,031 Signifikan

5 Kriteria audit Masa kerja:11-15 tahun -1,543 ,024 SignifikanKedudukan:Pemimpin tim senior -1,588 ,027 Signifikan

6 Metoda audit Kedudukan:Pemimpin tim junior -1,765 ,019 Signifikan

7 Bukti audit Masa kerja:

5-10 tahun -1,645 ,006 SignifikanKedudukan:Pemimpin tim junior -2,720 ,001 Signifikan

8 Temuan audit Masa kerja5-10 tahun -1,344 ,006 Signifikan11-15 tahun -2,436 ,001 Signifikan

9 Rekomendasi audit Masa kerja:11-15 tahun -2,050 ,010 Signifikan

10 Laporan audit Masa kerja:5-10 tahun -0,666 ,011 Signifikan11-15 tahun -1,721 ,000 Signifikan

11 Tindak lanjut audit Masa kerja:5-10 tahun -1,271 ,004 SignifikanKedudukan:Pemimpin tim junior -1,506 ,017 Signifikan

Tabel lima di atas menunjukkan bahwa masa kerja dan kedudukan auditor

adalah dua karakteristik yang yang signifikan mempengaruhi praktik penyusunan

program audit kinerja. Masa kerja yang signifikan adalah masa kerja 5-10 tahun dan

masa kerja 11-15 tahun. Kedudukan yang signifikan adalah pemimpin tim junior dan

pemimpin tim senior.

Setelah diketahui mana karakteristik responden yang signifikan maka dapat

dilihat praktik penyusunan program audit kinerja berdasarkan karakteristik responden

yang signifikan sebagai berikut ini:

11

Page 12: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

Tabel 6. Praktik Penyusunan Program Audit Kinerja Berdasarkan Karakteristik Responden

yang Signifikan

Karakteristik Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Tindak lanjut

Masa Kerja:5-10 tahun 1,2,3,4,5,6 1,2,4,5,6,7,8,9 1,4,5,6,9,10 1,4,5,6,9,1111-15 tahun 1,2,3,4,5,6 2,4,6,7,8,9 4,6,7,10 4,6,7,11Kedudukan:Pemimpin Tim Junior

1,2,3,4,5,6 1,2,5,7,8,9 1,5,8,9,10 1,5,8,9,10,11

Pemimpin Tim Senior

1,2,3,4,5,6 1,2,3,4,6,7,8,9 1,3,4,6,7,8,9,10 1,3,4,6,7,8,9,10,11

Keterangan:

1: Pemahaman entitas

2:Reviu pengendalian internal

3:Resiko penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan

4:Identifikasi hasil audit terdahulu

5:Identifikasi kriteria audit

6: Perencanaan metode audit yang tepat

7:Mengumpulkan bukti audit yang dibutuhkan

8:Mengembangkan temuan audit

9:Membuat kesimpulan dan rekomendasi (apabila ada)

10:Membuat laporan audit

11:Tindak lanjut audit

Interpretasi:

(1). Responden dengan masa kerja 5-10 tahun

Tahap Perencanaan: Pada saat merencanakan audit kelompok ini

mempertimbangkan pemahaman entitas, menelaah pengendalian intern, menilai

resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan

ketidakpatutan, mengidentifikasikan hasil audit terdahulu yang signifikan dengan

tujuan audit saat ini, mengidentifikasikan kriteria audit yang akan dipakai, dan

merencanakan metode audit yang tepat.

Tahap Pelaksanaan: Pada saat melaksanakan pengujian kelompok ini kembali

mempertimbangkan pemahaman entitas, pengendalian intern, hasil audit terdahulu

yang signifikan dengan tujuan audit saat ini, kriteria audit, dan metode audit.

12

Page 13: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

Selanjutnya kelompok ini melakukan pengumpulan bukti, mengembangkan temuan

audit, dan membuat kesimpulan dan rekomendasi audit (bila dibutuhkan).

Tahap Pelaporan: Pada saat menyusun laporan audit kelompok ini kembali

mempertimbangkan pemahaman entitas, hasil audit terdahulu yang signifikan

dengan tujuan audit saat ini, kriteria audit, metode audit, serta kesimpulan dan

rekomendasi audit (bila ada).

Tahap tindak lanjut: Pada tahap tindak lanjut kelompok ini kembali

mempertimbangkan pemahaman entitas, hasil audit terdahulu yang signifikan

dengan tujuan audit saat ini, kriteria audit, metode audit serta kesimpulan dan

rekomendasi audit (bila ada).

(2). Responden dengan masa kerja 11-15 tahun

Tahap perencanaan: Pada saat merencanakan audit kelompok ini

mempertimbangkan pemahaman entitas, menelaah pengendalian intern, menilai

resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan

ketidakpatutan, mengidentifikasikan hasil audit terdahulu yang signifikan dengan

tujuan audit saat ini, mengidentifikasikan kriteria audit yang akan dipakai, dan

merencanakan metode audit yang tepat.

Tahap pelaksanaan: Pada saat melaksanakan audit kelompok ini kembali

mempertimbangkan pengendalian intern, hasil audit terdahulu yang signifikan

dengan tujuan audit saat ini, dan metode audit. Selanjutnya kelompok ini melakukan

pengumpulan bukti, mengembangkan temuan, dan membuat kesimpulan dan

rekomendasi audit (bila dibutuhkan).

Tahap pelaporan: Pada saat menyusun laporan audit kelompok ini kembali

mempertimbangkan hasil audit terdahulu yang signifikan dengan tujuan audit saat

ini, metode audit, dan bukti audit.

Tahap tindak lanjut: Pada tahap tindak lanjut kelompok ini mempertimbangkan

kembali hasil audit terdahulu yang signifikan dengan tujuan audit saat ini, metode

audit, dan bukti audit.

(3). Responden dengan kedudukan sebagai pemimpin tim junior

Tahap perencanaan: Pada saat merencanakan audit kelompok ini

mempertimbangkan pemahaman entitas, menelaah pengendalian intern, menilai

resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan

ketidakpatutan, mengidentifikasikan hasil audit terdahulu yang signifikan dengan

13

Page 14: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

tujuan audit saat ini, mengidentifikasikan kriteria audit yang akan dipakai, dan

merencanakan metode audit yang tepat.

Tahap pelaksanaan: Pada saat melaksanakan audit kelompok ini kembali

mempertimbangkan pemahaman entitas, pengendalian intern, dan kriteria audit.

Selanjutnya kelompok ini mengumpulkan bukti audit yang relevan, mengembangkan

temuan, membuat kesimpulan dan rekomendasi audit (bila dibutuhkan).

Tahap pelaporan: Pada saat menyusun laporan kelompok ini kembali

mempertimbangkan pemahaman entitas, kriteria audit, temuan audit, serta

kesimpulan dan rekomendasi audit (bila ada).

Tahap tindak lanjut: Pada tahap tindak lanjut kelompok ini mempertimbangkan

kembali pemahaman entitas, kriteria audit, temuan audit, kesimpulan dan

rekomendasi audit (bila ada), serta laporan audit.

(4). Responden dengan kedudukan sebagai pemimpin tim senior

Tahap perencanaan: Pada saat merencanakan audit kelompok ini

mempertimbangkan pemahaman entitas, menelaah pengendalian intern, menilai

resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan

ketidakpatutan, mengidentifikasikan hasil audit terdahulu yang signifikan dengan

tujuan audit yang berjalan, mengidentifikasikan kriteria audit yang akan dipakai, dan

merencanakan metode audit yang tepat.

Tahap pelaksanaan: Pada saat melaksanakan audit kelompok ini kembali

mempertimbangkan pemahaman entitas, pengendalian intern, resiko terjadinya

peyimpangan dari hukum dan peraturan, hasil audit terdahulu yang signifikan denga

tujuan audit saat ini, dan metode audit. Selanjutnya kelompok ini melakukan

pengumpulan bukti, mengembangkan temuan, dan membuat kesimpulan dan

rekomendasi audit (bila dibutuhkan).

Tahap pelaporan: Pada saat menyusun laporan audit kelompok ini kembali

mempertimbangkan pemahaman entitas, resiko terjadinya peyimpangan dari hukum

dan peraturan, hasil audit terdahulu yang signifikan dengan tujuan audit saat ini,

metode audit, bukti audit, temuan audit, serta kesimpulan dan rekomendasi audit

(bila ada) .

Tahap tindak lanjut: Pada tahap tindak lanjut kelompok ini kembali

mempertimbangkan pemahaman entitas, resiko terjadinya peyimpangan dari hukum

dan peraturan kecurangan, dan ketidakpatutan, hasil audit terdahulu yang signifikan

14

Page 15: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

dengan tujuan audit saat ini, metode audit, bukti audit, temuan audit, kesimpulan dan

rekomendasi audit (bila ada), serta laporan audit.

Dengan melihat praktik penyusunan program audit kinerja berdasarkan

karakteristik responden yang signifikan didapat bahwa kedudukan sebagai ketua tim

senior adalah kelompok yang paling ketat dalam menyusun program audit. Hal ini

dimungkinkan karena sudah banyaknya pengalaman dari seorang ketua tim senior.

Selanjutnya akan disajikan mengenai kondisi yang ada di SPKN. Berikut ini

adalah tabel yang berisi perbandingan antara aturan penyusunan program audit kinerja

yang ada dalam SPKN dengan praktik yang dijalankan auditor.

Tabel 7. Perbandingan antara Aturan SPKN dengan Praktik Penyusunan

Program Audit Kinerja

Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan Tindak LanjutSPKN 1,2,3,4,5,6, 1,2,3,4,5,6,7,8,9 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11

Auditor dengan masa kerja:5-10 tahun 1,2,3,4,5,6 1,2,4,5,6,7,8,9 1,4,5,6,9,10 1,4,5,6,9,1111-15 tahun 1,2,3,4,5,6 2,4,6,7,8,9 4,6,7,10 4,6,7,11Auditor dengan kedudukan sebagai:Pemimpin Tim Junior 1,2,3,4,5,6 1,2,5,7,8,9 1,5,8,9,10 1,5,8,9,10,11

Pemimpin Tim Senior 1,2,3,4,5,6 1,2,3,4,6,7,8,9 1,3,4,6,7,8,9,10 1,3,4,6,7,8,9,10,11

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa SPKN berada pada kondisi

maksimum dan mengatur lebih ketat dari praktik yang dijalankan oleh auditor dalam

menyusun program audit kinerja.

5. KESIMPULAN

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara praktik

penyusunan program audit kinerja oleh auditor dengan aturan yang ada dalam SPKN.

Perbedaan yang terjadi di sini adalah lebih ketatnya aturan yang dimuat SPKN

daripada yang dijalankan oleh auditor dalam menyusun program audit kinerja.

15

Page 16: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

SPKN adalah pedoman yang sifatnya umum, sehingga tidak mengatur secara

rinci apa-apa yang harus dilakukan auditor. Pada dasarnya SPKN telah mengatur

secara lengkap, tetapi aturan-aturan tersebut memang sifatnya tersirat. Saran dari

penelitian ini sebaikanya SPKN diturunkan lagi dalam bentuk panduan khusus, yang

berisi panduan audit secara lebih rinci. Hal ini diperlukan supaya auditor dapat

menginterpretasikan serta mengaplikasikan SPKN secara benar dengan begitu kualitas

audit yang baik dan dapat dipertanggungjawabkanpun dapat tercapai. Selain itu untuk

dapat menjaga kualitas audit sebaiknya dilakukan pelatihan secara berkala bagi para

auditor BPK-RI. Berdasarkan penelitian ini, maka auditor yang perlu mendapatkan

pelatihan dan jenis pelatihan apa yang diperlukan dirangkum sebagai berikut ini:

Tabel 8. Pelatihan yang Dibutuhkan Auditor

Auditor Jenis PelatihanMasa Kerja:5-10 tahun Pelatihan mengenai pelaksanaan audit terutama yang berkaitan penilaian

resiko terhadap terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan.Pelatihan penyusunan laporan audit terutama yang berkaitan dengan dengan penilaian terhadap pengendalian intern, penilaian resiko terhadap terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, bukti audit, dan penyusunan temuan audit.Pelatihan tindak lanjut audit terutama yang berkaitan dengan penilaian terhadap pengendalian intern, penilaian resiko terhadap terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, bukti audit, penyusunan temuan audit, dan laporan audit.

11-15 tahun Pelatihan pelaksanaan audit terutama yang berkaitan dengan pemahaman entitas, penilaian resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, dan penentuan kriteria audit.Pelatihan penyusunan laporan audit terutama yang berkaitan dengan pemahaman entitas, penilaian pengendalian intern, penilaian resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, penentuan kriteria audit, penyusunan temuan audit, dan pembuatan kesimpulan dan rekomendasi audit.Pelatihan tindak lanjut audit terutama yang berkaitan dengan penilaian pengendalian intern, penilaian resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, penentuan kriteria audit, penyusunan temuan audit, pelatihan tentang pembuatan kesimpulan dan rekomendasi audit, dan laporan audit.

Kedudukan:Pemimpin Tim Junior

Pelatihan pelaksanaan audit terutama yang berkaitan dengan penilaian resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, perlunya identifikasi hasil audit terdahulu yang signifikan dengan tujuan audit yang sedang dijalankan, dan tentang metoda audit yang tepat.Pelatihan penyusunan laporan audit terutama yang berkaitan dengan penilaian pengendalian intern, penilaian resiko terjadinya penyimpangan dari

16

Page 17: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

Auditor Jenis Pelatihanhukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, perlunya identifikasi hasil audit terdahulu yang signifikan dengan tujuan audit yang sedang dijalankan, metoda audit yang tepat, dan bukti audit.Pelatihan tindak lanjut audit terutama yang berkaitan dengan penilaian pengendalian intern, penilaian resiko terjadinya penyimpangan dari hukum dan peraturan, kecurangan, dan ketidakpatutan, perlunya identifikasi hasil audit terdahulu yang signifikan dengan tujuan audit yang sedang dijalankan, metoda audit yang tepat, dan bukti audit.

Pemimpin Tim Senior

Pelatihan pelaksanaan audit terutama yang berkaitan dengan pemilihan kriteria audit yang tepat.Pelatihan penyusunan laporan audit terutama yang berkaitan dengan penilaian pengendalian intern, dan pemilihan kriteria audit yang tepat.Pelatihan tindak lanjut audit terutama yang berkaitan dengan penilaian pengendalian intern, dan pemilihan kriteria audit yang tepat.

Pelatihan perlu diberikan pada para auditor untuk memenuhi standar umum

pemeriksaan yang pertama yang berbunyi ”Pemeriksa secara kolektif harus memiliki

kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Salah

satu cara untuk memenuhi standar tersebut adalah dengan memenuhi persyaratan

pendidikan berkelanjutan (SPKN paragraf 06 Standar Umum). Pelatihan perlu

diberikan kepada para auditor dengan masa kerja lebih dari lima tahun untuk selalu

menyegarkan ingatan para auditor tentang perlunya menjaga kualitas audit, sementara

pelatihan yang diberikan kepada auditor dengan kedudukan sebagai pemimpin tim baik

junior maupun senior dimaksudkan supaya auditor tidak merasa bahwa bekal

pengalaman mereka sudah cukup sehingga melupakan hal-hal penting yang perlu

dipertimbangkan dalam menyusun sebuah program audit kinerja. Selain melakukan

pendidikan berkelanjutan BPK-RI juga harus sangat memperhatikan mekanisme

pengendalian mutu audit seperti yang telah disebutkan dalam SPKN pada standar

umum keempat yang bunyinya ”Setiap organisasi pemeriksa yang melakukan

pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian

mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak

lain yang kompeten (pengendali mutu ekstern)”. Pengendalian mutu di sini baik yang

berasal dari pihak intern BPK-RI maupun oleh organisasi pemeriksa ekstern (peer

review) yang kompeten. Hasil dari peer review tersebut harus dipublikasikan kepada

publik, sehingga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini dapat

bertambah.

17

Page 18: 1 · Web viewSesuai dengan mandat yang diberikan kepada BPK-RI, BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. Audit Sektor Publik. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Visi Global Media. 2003.

Hartono, Jogiyanto. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-

pengalaman, BPFE UGM, Yogyakarta, 2004.

Hatherly, David J., and Lee D. Parker. Performance Auditing Outcomes: A

Comparative Study. Financial Accountability & Management, 4 (1) Spring

1988.

Mahmudi. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2007.

Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 1. Jogjakarta: Penerbit Andi Offset. 2002.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan.

Scwarthz, Brian M. Documenting Audit Findings. Internal Auditor. April 1999.

Standar Audit Pemerintahan. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.

1995

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Jakarta. 2007.

Sudarmanto, Gunawan, Analisis Regresi Linear Ganda Dengan SPSS, Edisi Pertama,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

18