Upload
buiminh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
_____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com
PEMETAAN TITIK RAWAN LONGSOR DAN KARAKTERISTIK BIOGEOGRAFISNYA DI KAWASAN WISATA PUSUK
Oleh:
I Gde Dharma Atmaja
Ni Putu Ety Lismaya Dewi Dosen dpk pada Universitas Nusa Tenggara Barat
Abstract:Pusuk tourist area located in the administrative region of North Lombok, nowadays the conditions are a lot of environmental damage caused by illegal logging activities. This leads to the occurrence of landslides in the rainy season. The aim of this research was to determine the landslide prone points in the tourist area Pusuk North Lombok, knowing the geographical and ecological characteristics of the vulnerable points of landslides in the tourist area Pusuk. In this study, digitization of the landslide prone points will be generated the map of landslides distribution points in the Pusuk area, vegetation analysis was also performed in this study. Data were analyzed descriptively and shown as images, tables and graphs. The result of this study showed that the landslide-prone points in Tourism Regions Pusuk located in coordinates (9064525, 399 632) at an altitude of 297 m above sea level with steep slope more than 60% . the soil condition with thin surface layer of soil and vegetation cover types such as shrubs.
Keywords:mapping, landslide, Pusuktourist area. PENDAHULUAN
Degradasi lahan yang diakibatkan oleh bencana alam cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sehingga dampak negatif yang diakibatkan menjadi semakin besar. Salah satu bencana alam yang sering terjadi adalah tanah longsor. Longsor adalah suatu pergerakan massa tanah pada bidang kelerengan, dari elevasi rendah dalam suatu waktu (Yudianto, 2006). Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan di wilayah Nusa Tenggara Barat dapat mencapai 50 mm/hari yang berpotensi memicu tanah longsor dan banjir bandang terutama pada sungai yang menjadi muara aliran air hujan. Daerah rawan bencana longsor di Pulau Lombok adalah Sembalun dan Belanting (Lombok Timur), Pusuk (Lombok Utara) dan Sekotong (Lombok Barat).
Kawasan wisata Pusuk merupakan kawasan wisata yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Lombok Utara dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Lombok Barat. Kawasan wisata ini memiliki daya tarik wisata berupa bentang alam yang indah (tebing dan lembah yang ditutupi tumbuhan kayu keras) dan satwa primata berupa monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan lutung (Trachipitecus auratus). Akan tetapi, akhir-akhir ini banyak terjadi kerusakan habitat diakibatkan oleh aktivitas penebangan liar hutan di sekitar kawasan wisata Pusuk. Hal ini menyebabkan terjadinya longsor pada musim penghujan. Akibat longsor yang sering terjadi, akses jalan ke kota Tanjung terhambat dan bahkan sering ditutup. Akibat yang
paling fatal adalah wisatawan yang akan mengunjungi kawasan ini mengalihkan pilihannya ke lokasi yang lain. Kondisi ini menyebabkan pariwisata di daerah ini tidak berkembang dari waktu ke waktu.
Selain mengurangi daya tarik wisata di kawasan wisata Pusuk sendiri, kerusakan akses jalan (longsor) di kawasan ini menghambat aktivitas pariwisata lainnya. Salah satu pariwisata yang terkenal dalam skala internasional di KLU adalah Gili Matra. Penanganan longsor yang lambat dan lemah di daerah ini sering menyebabkan permasalahan menjadi semakin berat. Berbagai upaya pemerintah daerah dalam mengatasi masalah ini antara lain dengan membuat tanggul-tanggul buatan di beberapa daerah yang sering longsor. Akan tetapi, fakta yang terjadi di lapangan adalah titik-titik longsor selalu bertambah dan sulit diprediksi titik-titik yang memiliki tingkat keparahan dan kerawanan longsor yang tinggi.
Sampai saat ini data dan informasi mengenai titik-titik longsor tersebut belum pernah diidentifikasi dan dipetakan secara lengkap. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk memetakan titik-titik rawan longsor di kawasan wisata Pusuk serta mengidentifikasi faktor-faktor penting dan utama yang mempengaruhi terjadinya longsor. Dengan mengetahui titik-titik rawan longsor dan karakteristik geografis dan ekologis akan dapat dilakukan pencegahan meluasnya daerah longsor di kawasan wisata Pusuk. Selain itu juga, dengan mengetahui faktor-faktor penting yang berpengaruh, pemerintah dapat melakukan
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah11
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015
tindakan yang tepat, efektif dan efisien serta ramah lingkungan dalam melakukan penanganan longsor.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai September 2014 di Kawasan Wisata Pusuk Kabupaten Lombok Utara.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Parameter yang akan diamati dalam penelitian
ini adalah parameter-parameter fisik faktor penyebab terjadinya tanah longsor serta titik-titik rawan longsor yang berada di Kawasan Wisata Pusuk.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Rancangan penelitian ini akan mendeskripsikan hal-hal yang terkait dengan Pemetaan Titik-Titik Rawan Longsor dan Karakteristik Biogeografisnya di Kawasan Wisata Pusuk, Kabupaten Lombok Utara.
1. Marking dan Digitasi Kontur Titik-titik Rawan Longsor Untuk membuat peta sebaran daerah rawan
longsor, dilakukan marking pada titik-titik yang akan diamati dengan menggunakan GPS. Data yang dihasilkan oleh GPS direpresentasikan dalam bentuk data vektor. Data ini kemudian akan di digitasi dengan menggunakan software Arc View sehingga akan menghasilkan peta titik-titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk, Kabupaten Lombok Utara.
2. Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan setelah kegiatan
pengamatan selesai. Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat dengan ukuran 10 m x 10 m untuk mengetahui kerapatan jenis dan keanekaragaman jenis flora.
��������� = �� �ℎ �������� ����� �����
���� ���� ���� ��� ����
������ �������������� ����
= ���/ ln��
�
(Kusmana, 1997)
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh di lapangan melalui dokumentasi dalam pengamatan langsung. Sedangkan data sekunder meliputi data fisiografis daerah penelitian, kemiringan lereng, penggunaan lahan, curah hujan dan data lainnya. Data diperoleh melalui kajian pustaka dari berbagai sumber. Proses pemetaan dikerjakan dengan software Arc View 3.2 untuk menyajikan informasi visual tentang sebaran titik-titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk, Kabupaten Lombok Utara serta surfer untuk pemetaan kontur di lokasi penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil Penelitian Kegiatan penelitian pemetaan titik-titik rawan
longsor dan kondisi biogeografis di Kawasan Wisata Pusuk tahap I dan tahap II telah dilaksanakan. Periode pengambilan data tahap I dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2014 dan tahap II dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2014. Pengambilan data yang telah dilakukan yaitu marking di beberapa titik rawan longsor yang ada di Kawasan Wisata Pusuk dengan menggunakan GPS (Gambar 2 dan Gambar 3).
Gambar 2. Titik Rawan Longsor di Kawasan Wisata Pusuk
Kec. Tanjung
Kec. Batu Layar
Desa Malaka
Desa Pemenang Barat
Desa Pemenang Timur
399642
399642
399771
399771
399900
399900
906457
2 9064572
9064
701 9064701
Keterangan :
Kab. Lombok B arat
Kab. Lombok U tar a
Kab. Lombok T imur
Kab. Lombok T engah
Matar am
Pulau Lombok
Kec. PemenangKab. Lombok Utara
: Jalan: Batas Desa: Batas Kecamatan
: Data Titik Sampling Penelitian
: Pertanian: Perkebunan: Kawasan Lindung
PETA TITIK SAMPLING PENELITIANN
40 0 40 Meters
12 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
_____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com
Gambar 3. Marking titik-titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk
1. Jenis Vegetasi
Selain itu juga dilakukan pengamatan kerapatan vegetasi dan keanekaragaman jenis vegetasi yang ada di titik-titik yang diamati. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan beberapa jenis vegetasi yang ada pada titik-titik yang diamati.
Hasil analisis vegetasi di titik A menunjukkan bahwa ada 4 (empat) spesies tumbuhan yang ada yaitu kumbi, gamal, dadap hutan dan kelicung. Hasil perhitungan densitas relatif menunjukkan bahwa tumbuhan senggapur mendominasi vegetasi yang ada di titik A (40%), diikuti oleh tumbuhan gamal (33,33%), kemudian dadap hutan dan kelicung (13,33%).
Di titik B juga ada 4 (empat) spesies tumbuhan yaitu kumbi, fikus, kelicung dan satu spesies yang belum teridentifikasi. Tumbuhan fikus berdasarkan hasil perhitungan densitas relatif mendominasi vegetasi yang ada di titik B (26,67%), diikuti oleh kumbi dan spesies 1 (13,33%), dan kelicung (6,67%).
Sementara di titik C ada 6 spesies yang ada yaitu kumbi, kelicung, dadap hutan, dan 3 spesies lain yang belum diidentifikasi. Kumbi dan spesies 2 mendominasi vegetasi yang ada di titik C (20%), diikuti kelicung (13,33%), kemudian dadap hutan, spesies 1 dan spesies 3 (66,67%).
2. Keadaan Kontur Daerah Penelitian Berdasarkan hasil marking titik dan olah data
menggunakan program surfer didapatkan hasil sebagai berikut: a) Titik A
Elevasi terendah di titik A pada marking di koordinat (9064496,399622), ketinggian
muka tanah berada di ketinggian 289 m di atas permukaan laut. Elevasi tertinggi di titik A pada marking koordinat di titik (9064525, 399632), ketinggian muka tanah berada di ketinggian 297 m di atas permukaan laut. Adapun hasil dari olah data kontur di titik A ditampilkan pada Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Peta Kontur di Titik A
b) Di titik B
Elevasi terendah di titik B pada marking di koordinat (9064671, 399804), ketinggian muka tanah berada di ketinggian 274 m di atas permukaan laut. Elevasi tertinggi di titik B pada marking koordinat di titik (9064690, 399724), ketinggian muka tanah berada di ketinggian 278 m di atas permukaan laut. Adapun hasil dari olah data kontur di titik B ditampilkan pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Peta Kontur di Titik B
c) Di titik C Elevasi terendah di titik C pada marking di koordinat (9064652, 399883), ketinggian muka tanah berada di ketinggian 246 m di atas permukaan laut. Elevasi tertinggi di titik C pada marking koordinat di titik (9064673, 399884), ketinggian muka tanah berada di ketinggian 250 m di atas permukaan laut. Adapun hasil dari olah data
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah13
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015
kontur di titik C ditampilkan pada Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Peta Kontur di Titik C
b. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data didapatkan
bahwa di titik A kemiringan lerengnya terjal berbatu dengan kemiringan di atas 60% dengan kondisi lapisan permukaan tanah yang tipis. Elevasi terendah di titik A berada di ketinggian 289 m di atas permukaan laut dan elevasi tertinggi berada di ketinggian 297 m di atas permukaan laut. Tipe perakaran dominan yang ada di titik A adalah tipe perakaran tunggang dimana spesies yang mendominasi adalah tumbuhan senggapur dengan densitas relatif 40%. Kemiringan lereng yang terjal dan jenis tumbuhan yang berupa semak menyebabkan di titik A rawan terjadi longsor. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Mutia dan Firdaus di tahun 2011 yang menyatakan bahwa daerah yang sangat rawan longsor berada di daerah perbukitan dengan kemiringan lereng agak terjal yakni 25-40% dan kemiringan ˃40%.
Kondisi kemiringan lereng di titik B agak curam berbukit dengan kemiringan 30%. Elevasi tertinggi berada di ketinggian 278 m di atas permukaan laut, sedangkan elevasi terendah 274 m di atas permukaan laut. Spesies yang mendominasi di titik B adalah tumbuhan Ficus dengan tipe perakaran tunggang. Kondisi lapisan permukaan tanahnya relatif baik dan didominasi oleh pohon-pohon besar sehingga di titik B tidak terjadi longsor.
Di titik C kondisi kemiringan lerengnya adalah lereng datar dengan kemiringan lereng kurang dari 8%. Elevasi terendah di titik C berada di ketinggian 246 m di atas permukaan laut dan elevasi tertinggi berada di ketinggian 250 m di atas permukaan laut. Tumbuhan yang mendominasi adalah kumbi dengan tipe perakaran tunggang. Kerapatan vegetasi yang mendominasi di titik ini
adalah tergolong rendah yaitu 20%. Kondisi kemiringan lereng yang datar dan didominasi oleh pohon-pohon besar walaupun dengan indeks kerapatan rendah menyebabkan jarang terjadi longsor.
Secara keseluruhan di Kawasan Wisata Pusuk yang memiliki intensitas curah hujan yang tinggi, tanah longsor terjadi pada daerah dengan kemiringan lereng terjal dengan tutupan lahan yang minim dan didominasi oleh tumbuhan semak. Sedangkan pada daerah dengan kemiringan yang agak curam dan lereng datar serta didominasi oleh pohon-pohon besar, tanah longsor jarang terjadi karena perakaran dari pohon-pohon mampu berfungsi sebagai pengikat tanah.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk
berada di koordinat (9064525, 399632) dengan ketinggian muka tanah berada di ketinggian 297 m di atas permukaan laut.
2. Titik rawan longsor di Kawasan Wisata Pusuk memiliki kemiringan lereng terjal berbatu dengan kemiringan di atas 60% dengan kondisi lapisan permukaan tanah yang tipis dan jenis tumbuhan yang berupa semak.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Bowles, JE.,1989. Sifat-sifat Fisik & Geoteknis Tanah, Erlangga, Jakarta, 562 hal.
Dinata, IWHI et al. 2013. Pemetaan Daerah Rawan Bencana Longsor di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. http://ejournal.undiksha.ac.id. Diakses tanggal 30 Nopember 2013 pukul 10.00 WITA
Gaol, ANL. 2010. Pemetaan Daerah Rawan Longsor Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2008. Pengenalan Gerakan Tanah. http://www.esdm.go.id/publikasi/lainlain/doc_download/489-pengenalan-gerakan-tanah.html . Diakses tanggal 27 nopember 2013 pukul 11.30
Kusmana, C. 1997. Metode Survei Vegetasi. PT. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
14 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
_____________________________________________ Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com
Nandi, 2007. Longsor. Jurusan Pendidikan Geografi, FPIPS-UPI
Nuning Mutia, Firdaus.2011. Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kota Kendari. Jurnal Aplikasi Fisika Volume 7 Nomor 1 Februari 2011
Prahasta, E. 2005. Sistem Informasi Geografis. Edisi Revisi, Cetakan Kedua. CV. Informatika. Bandung.
Priyono, K. D., Y. Priyana, dan Priyono. 2006. Analisis Tingkat Bahaya Longsor Tanah di Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara. Forum Geografi 20:175-189. http://eprints.ums.ac.id/253/1/6._KUSWAJI_DWI_P.pdf [27 Nopember 2013]
Wahyunto, H. 2010. Kerawanan Longsor Lahan Pertanian. Balai Penelitian Tanah: Bogor.
http://73fr37.blogspot.com/2011/12/pusuk-lombok-monkey-forest-your.html diakses tanggal 27 nopember 2013 pukul 11.30
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/59998/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3 diakses tanggal 30 nopember 2013 pukul 10.00
http://www.antarantb.com/print/23870/pu-benahi-ruas-jalan-mataram-tanjung-lintas-pusuk diakses tanggal 30 Nopember 2013 pukul 11.00