5
PENDAHULUAN Indonesia mempunyai hutan ke-3 terluas dunia setelah Brazil dan Zaire. Luas hutan Indonesia kini diperkirakan mencapai 120,35 juta hektar atau 63 persen luas daratan. 1 Kebakaran hutan telah menjadi masalah bukan hanya di Indonesia tetapi juga ber- dampak regional di Asia Tenggara yang berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan seperti gangguan aktivitas kehi- dupan sehari-hari, hambatan transportasi, kerusakan ekologis, penurunan pariwisata, dampak politik, ekonomi dan gangguan kesehatan. 3,4 World Wildlife Fund (WWF) menyampaikan kerugian akibat kebakaran hutan pada tahun 1997 di Indonesia kurang lebih 4,4 milyar dolar Amerika Serikat. World Wildlife Fund (WHO) memperkira- kan sekitar 20 juta orang Indonesia telah terpajan asap kebakaran hutan yang meng- akibatkan berbagai gangguan paru dan sis- tem pernapasan. 3,5 Sejumlah besar bahan kimia asap keba- karan hutan dapat mengganggu kese- hatan meliputi partikel dan komponen gas seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O 3 ). 3,5 Dampak buruk ini akan lebih nyata dijumpai pada para manula, bayi, serta me- reka yang memiliki penyakit paru sebelum- nya. Dampak buruk tersebut juga dapat mengenai populasi orang sehat. 2 Tinjauan pustaka ini membahas pengaruh asap aki- bat kebakaran hutan pada pernapasan serta cara pencegahannya. KEJADIAN Hampir semua negara di dunia sudah per- nah mengalami kebakaran hutan kecuali Antartika. Perancis pernah mengalami kebakaran hutan yang menghanguskan 21.100 hektar (ha), di Portugal pada ta- hun 2005 sekitar 286.400 ha atau 3.1% wilayah negara terbakar, kebakaran hutan di Amerika menghanguskan 1,74 juta ha atau 0,18% wilayah negara. Negara bagian California terpajan 7.000 kebakaran hutan atau sekitar 125.000 hektar setiap tahun dengan rata-rata biaya pertahun 75 juta dolar Amerika. Pada tahun 1992 dilapor- kan lebih dari 900 bangunan hancur ka- rena kebakaran hutan. Penyebab paling umum kebakaran hutan adalah pemba- karan, akibat saluran listrik dan petir. 5 Di Indonesia kebakaran hutan pertama kali terjadi pada tahun 1982 pada sejumlah hutan batubara muda di Kalimantan. Se- jak tahun 1997 sampai saat ini, kebakaran telah menghanguskan lebih dari 165.000 hektar hutan di beberapa provinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Kalimantan, Maluku, dan Papua. 1,2 Ke- bakaran hutan di Indonesia telah meng- hanguskan sekitar: 4 Tahun 1982 dan 1983 : 3,6 juta hektar Tahun 1997 dan 1998 : 9,8 juta hektar Tahun 2005 : 13.328 hektar. Data lain menunjukkan bahwa akibat ke- bakaran hutan di Indonesia, ambang ba- tas atau total suspended particulate (TSP) sebesar 260 μg/m 3 telah terlampaui di be- berapa provinsi, seperti Sumatera Barat (5 – 10 kali ambang batas), Riau (0,8-7 kali), Sumatera Selatan (3,5-8 kali), Kalimantan Barat (0,5-7,3 kali), dan Kalimantan Tengah (5-15 kali). 5 DEFINISI Kebakaran hutan (wildfire) adalah keadaan api menjadi tidak terkontrol dalam vege- tasi yang mudah terbakar di daerah pede- saan atau daerah yang luas. Nama lainnya yaitu bush fire, forest fire, grass fire, hill fire, peat fire, vegetation fire, wildland fire, ter- gantung dari tipe vegetasi yang terbakar. Kebakaran hutan berbeda dengan keba- karan biasa berdasarkan kekuatan dan luasnya api. Perbedaannya adalah penye- baran yang jauh dari tempat semula, da- pat berganti arah tanpa diduga. 6 Definisi lain kebakaran hutan adalah kebakaran liar atau kebakaran vegetasi. Kebakaran rum- put atau kebakaran semak yaitu kebakaran yang terjadi di alam liar, yang dapat juga memusnahkan rumah atau sumber daya pertanian. 4 PENYEBAB Penyebab alami kebakaran hutan ada em- pat yaitu petir, erupsi vulkanik, percikan api dari reruntuhan batu dan pembakaran spontan. Kebakaran hutan juga dapat dise- babkan ulah manusia seperti arson, puntung rokok yang masih menyala, percikan api dari peralatan. Di beberapa daerah orang membakar habis suatu lahan perhutanan agar menjadi subur dengan cara lebih mu- rah. Di Amerika, Kanada, dan Cina Utara, petir menjadi penyebab utama, sedangkan di negara lain (seperti Meksiko, Amerika Tengah, Afrika, Asia Tenggara, Fiji, dan Selandia Baru), kesalahan manusia menjadi penyebab utama. Penyebab kebakaran liar, antara lain: 5,6 Sambaran petir pada hutan kering akibat musim kemarau panjang Kelalaian manusia seperti membuang puntung rokok sembarangan atau lupa mematikan api di perkemahan Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gu- nung berapi Tindakan disengaja seperti membersih- kan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian yang baru atau vandalism Kebakaran di bawah tanah gambut da- pat menyulut kebakaran di atas tanah saat musim kemarau KOMPOSISI ASAP Asap merupakan perpaduan atau cam- puran karbon dioksida, air, zat yang terdi- fusi di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik, nitrogen oksida dan mineral. Ribuan komponen lainnya dapat ditemukan tersendiri dalam asap. Kom- posisi asap tergantung dari banyak fak- tor, yaitu jenis bahan pembakar, kelem- baban, temperatur api, kondisi angin Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Pernapasan Fikri Faisal, Faisal Yunus, Fachrial Harahap Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Jakarta, Indonesia 31 TINJAUAN PUSTAKA CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

10_189Dampak Asap Kebakaran Hutan Pada Pernapasan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 10_189Dampak Asap Kebakaran Hutan Pada Pernapasan

pEnDaHuluan

Indonesia mempunyai hutan ke-3 terluas dunia setelah Brazil dan Zaire. Luas hutan Indonesia kini diperkirakan mencapai 120,35 juta hektar atau 63 persen luas daratan.1

Kebakaran hutan telah menjadi masalah bukan hanya di Indonesia tetapi juga ber-dampak regional di Asia Tenggara yang berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan seperti gangguan aktivitas kehi-dupan sehari-hari, hambatan transportasi, kerusakan ekologis, penurunan pariwisata, dampak politik, ekonomi dan gangguan kesehatan.3,4 World Wildlife Fund (WWF) menyampaikan kerugian akibat kebakaran hutan pada tahun 1997 di Indonesia kurang lebih 4,4 milyar dolar Amerika Serikat. World Wildlife Fund (WHO) memperkira-kan sekitar 20 juta orang Indonesia telah terpajan asap kebakaran hutan yang meng-akibatkan berbagai gangguan paru dan sis-tem pernapasan.3,5

Sejumlah besar bahan kimia asap keba-karan hutan dapat mengganggu kese-hatan meliputi partikel dan komponen gas seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3).3,5 Dampak buruk ini akan lebih nyata dijumpai pada para manula, bayi, serta me-reka yang memiliki penyakit paru sebelum-nya. Dampak buruk tersebut juga dapat mengenai populasi orang sehat.2 Tinjauan pustaka ini membahas pengaruh asap aki-bat kebakaran hutan pada pernapasan serta cara pencegahannya.

kEjaDianHampir semua negara di dunia sudah per-nah mengalami kebakaran hutan kecuali Antartika. Perancis pernah mengalami kebakaran hutan yang menghanguskan 21.100 hektar (ha), di Portugal pada ta-hun 2005 sekitar 286.400 ha atau 3.1% wilayah negara terbakar, kebakaran hutan

di Amerika menghanguskan 1,74 juta ha atau 0,18% wilayah negara. Negara bagian California terpajan 7.000 kebakaran hutan atau sekitar 125.000 hektar setiap tahun dengan rata-rata biaya pertahun 75 juta dolar Amerika. Pada tahun 1992 dilapor-kan lebih dari 900 bangunan hancur ka-rena kebakaran hutan. Penyebab paling umum kebakaran hutan adalah pemba-karan, akibat saluran listrik dan petir.5 Di Indonesia kebakaran hutan pertama kali terjadi pada tahun 1982 pada sejumlah hutan batubara muda di Kalimantan. Se-jak tahun 1997 sampai saat ini, kebakaran telah menghanguskan lebih dari 165.000 hektar hutan di beberapa provinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Kalimantan, Maluku, dan Papua.1,2 Ke-bakaran hutan di Indonesia telah meng-hanguskan sekitar: 4

Tahun • 1982 dan 1983 : 3,6 juta hektarTahun• 1997 dan 1998 : 9,8 juta hektarTahun • 2005 : 13.328 hektar.

Data lain menunjukkan bahwa akibat ke-bakaran hutan di Indonesia, ambang ba-tas atau total suspended particulate (TSP) sebesar 260 μg/m3 telah terlampaui di be-berapa provinsi, seperti Sumatera Barat (5 – 10 kali ambang batas), Riau (0,8-7 kali), Sumatera Selatan (3,5-8 kali), Kalimantan Barat (0,5-7,3 kali), dan Kalimantan Tengah (5-15 kali).5

DEfinisiKebakaran hutan (wildfire) adalah keadaan api menjadi tidak terkontrol dalam vege-tasi yang mudah terbakar di daerah pede-saan atau daerah yang luas. Nama lainnya yaitu bush fire, forest fire, grass fire, hill fire, peat fire, vegetation fire, wildland fire, ter-gantung dari tipe vegetasi yang terbakar. Kebakaran hutan berbeda dengan keba-karan biasa berdasarkan kekuatan dan luasnya api. Perbedaannya adalah penye-baran yang jauh dari tempat semula, da-pat berganti arah tanpa diduga.6 Definisi lain kebakaran hutan adalah kebakaran liar

atau kebakaran vegetasi. Kebakaran rum-put atau kebakaran semak yaitu kebakaran yang terjadi di alam liar, yang dapat juga memusnahkan rumah atau sumber daya pertanian.4

pEnYEBaBPenyebab alami kebakaran hutan ada em-pat yaitu petir, erupsi vulkanik, percikan api dari reruntuhan batu dan pembakaran spontan. Kebakaran hutan juga dapat dise-babkan ulah manusia seperti arson, puntung rokok yang masih menyala, percikan api dari peralatan. Di beberapa daerah orang membakar habis suatu lahan perhutanan agar menjadi subur dengan cara lebih mu-rah. Di Amerika, Kanada, dan Cina Utara, petir menjadi penyebab utama, sedangkan di negara lain (seperti Meksiko, Amerika Tengah, Afrika, Asia Tenggara, Fiji, dan Selandia Baru), kesalahan manusia menjadi penyebab utama.Penyebab kebakaran liar, antara lain :5,6

Sambaran petir pada hutan kering akibat •musim kemarau panjangKelalaian manusia seperti membuang •puntung rokok sembarangan atau lupa mematikan api di perkemahanAktivitas vulkanis seperti terkena aliran •lahar atau awan panas dari letusan gu-nung berapiTindakan disengaja seperti membersih-•kan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian yang baru atau vandalismKebakaran di bawah tanah gambut da-•pat menyulut kebakaran di atas tanah saat musim kemarau

koMposisi asapAsap merupakan perpaduan atau cam-puran karbon dioksida, air, zat yang terdi-fusi di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik, nitrogen oksida dan mineral. Ribuan komponen lainnya dapat ditemukan tersendiri dalam asap. Kom-posisi asap tergantung dari banyak fak-tor, yaitu jenis bahan pembakar, kelem-baban, temperatur api, kondisi angin

Dampak asap kebakaran Hutan pada pernapasanfikri faisal, faisal Yunus, fachrial Harahap

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Jakarta, Indonesia

31

tinjauan Pustaka

CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

Page 2: 10_189Dampak Asap Kebakaran Hutan Pada Pernapasan

dan hal lain yang mempengaruhi cuaca, baik asap tersebut baru atau lama. Jenis kayu dan tumbuhan lain yang terdiri dari selulosa, lignin, tanin, polifenol, minyak, lemak, resin, lilin dan tepung, akan mem-bentuk campuran yang berbeda saat terbakar.5,6,8

Materi partikulat atau Particulate Mat-ter (PM) merupakan bagian penting da-lam asap kebakaran untuk pajanan jangka pendek (jam atau mingguan). Materi parti-kulat adalah partikel tersuspensi, yang me-rupakan campuran partikel solid dan droplet cair. Karakteristik dan pengaruh potensial materi partikulat terhadap kesehatan ter-gantung pada sumber, musim, dan keadaan cuaca.

Materi partikulat dibagi menjadi:Ukuran lebih dari 10 mm biasanya tidak •sampai ke paru; dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan.Partikel kurang atau sama dengan 10 mm; •dapat terinhalasi sampai ke paru.Partikel kasar • (coarse particles) berukuran 2,5 – 10 mm.Partikel halus • (fine particles) berdiameter kurang dari 2,5 mm.

Partikel debu atau materi partikulat me-layang (suspended particulate matter) me-rupakan campuran sangat rumit berbagai senyawa organik dan anorganik di udara dengan diameter <1 μm sampai maksimal 500 μm. Materi partikulat akan berada di udara dalam waktu relatif lama dalam keadaan melayang dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran perna-pasan. Karena komposisi materi partikulat yang rumit dan pentingnya ukuran par-tikulat dalam menentukan pajanan, ba-nyak istilah digunakan untuk menyatakan materi partikulat di udara. Beberapa isti-lah mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti suspended particulate matter (SPM), total suspended particulate (TSP) atau ballack smoke. Istilah lain lebih mengacu pada tempat di saluran napas, tempat materi partikulat mengendap yaitu inhalable thoracic particulate yang teruta-ma mengendap pada saluran napas bagian bawah.8,12

Partikel asap cenderung sangat kecil de-ngan ukuran hampir sama dengan panjang

gelombang cahaya yang terlihat atau 0,4-0,7 mm. Partikel asap tersebut hampir sama dengan fraksi partikel PM2,5 sehingga da-pat menyebar dalam cahaya dan meng-ganggu jarak pandang. Partikel halus dapat terinhalasi ke dalam paru sehingga lebih berisiko mengganggu kesehatan diban-dingkan partikel lebih besar. Polutan lain yang berbahaya adalah karbon monoksida yang tidak berwarna, tidak berbau, yang dihasilkan dari pembakaran kayu atau ma-terial organik yang tidak sempurna. Kadar tertinggi karbon monoksida adalah saat smoldering, khususnya dekat api. Polutan udara lain yang dapat mengiritasi saluran pernapasan yaitu akrolein, formaldehid, dan benzena - karsinogen dalam jumlah lebih rendah dibandingkan materi partiku-lat dan karbon monoksida. Secara umum, peningkatan kadar PM 10 μm di udara di-hubungkan dengan:3

Peningkatan berbagai keluhan perna-•pasanPeningkatan kunjungan ke instansi gawat •daruratPeningkatan rawat inap dan risiko kema-•tian Eksaserbasi akut asma bronkial dan pe-•nyakit paru obstruktif kronik.

karakteristik asap kebakaranBeberapa faktor yang berperan seperti cua-ca, fase kebakaran dan struktur tanah da-pat mempengaruhi sifat api dan efek asap kebakaran. Secara umum cuaca berangin membuat konsentrasi asap lebih rendah ka-rena asap akan bercampur dengan udara. Sistem cuaca regional akan membuat api kebakaran menyebar lebih cepat dan mem-bawa dampak yang lebih besar. Intensitas panas, khususnya saat awal kebakaran akan membawa asap ke udara dan menetap, ke-mudian turun jika suhu menurun. Asap ke-bakaran pertama biasanya langsung dibawa angin sehingga menjadi prediksi area yang terbakar.4

Beberapa produk pembakaran dikategori-kan sebagai berikut:5,6,8

1. Partikel2. Polynuclear aromatic hydrocarbon3. Karbon monoksida4. Aldehid5. Asam organik6. Semivolatile dan senyawa organik yang

mudah menguap

7. Radikal bebas8. Ozon9. Fraksi partikel anorganik.

penilaian polusi udaraBeberapa negara seperti Singapura dan Brunei Darusalam menggunakan pollut-ant standard index (PSI) yang dikeluarkan oleh United States Evironmental Protection Agency (USEPA) untuk melaporkan kon-sentrasi populasi udara sehari-hari. Indo-nesia menggunakan istilah Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) atau PSI de-ngan pembagian sebagai berikut :2

PSI 0 – 50 : sehat •PSI 51- 100 : sedang •PSI 101 – 199 : tidak begitu baik•PSI 200 - 299 : tidak sehat•PSI 300 – 399 : berbahaya•PSI • ≥400 : sangat berbahaya

Udara tercemar akan masuk ke dalam tu-buh manusia dan mungkin mempengaruhi paru dan saluran napas. Komponennya juga diedarkan ke seluruh tubuh; artinya selain terhisap langsung, manusia dapat menerima akibat buruk polusi ini dan se-cara tidak langsung dapat mengkonsumsi zat makanan atau air yang terkontami-nasi.

Polusi udara lain yang berdampak buruk pada kesehatan adalah Ozon (O3), radiasi pengion dan asap rokok.

Penilaian polusi udara perlu memperhati-kan beberapa hal meliputi :2

Partikel: TSP, PM 10, PM 2,5, PM 1,0•Gas: CO, NOx , SO• 2

Variasi geografis•Variasi cuaca•Faktor meteorologi.•

Asap biomassa yang keluar pada ke-bakaran hutan mengandung beberapa komponen yang dapat merugikan ke-sehatan baik dalam bentuk gas maupun partikel. Komponen gas dalam biomassa besar yang mengganggu kesehatan ada-lah karbon monoksida (CO), sulfur diok-sida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan aldehid. Beberapa senyawa lain seperti ozon (O3), karbon dioksida (CO2) dan hidrokarbon juga mempunyai dampak buruk terhadap paru. Bebagai jenis gas golongan nitrit dan nitrogen organik bisa

32

tinjauan Pustaka

CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

Page 3: 10_189Dampak Asap Kebakaran Hutan Pada Pernapasan

terbang jauh dan dapat dikonversi men-jadi gas lain seperti ozon atau menjadi partikel dan nitrit organik.2 Partikel aki-bat asap kayu yang terbakar hampir selu-ruhnya berukuran <1 μm, sebagian besar antara 0,15 sampai 0,4 μm.

Polusi di dalam rumah mempunyai dampak lebih besar karena penghuni rumah akan terpajan asap dalam konsentrasi tinggi se-lama bertahun-tahun. Pajanan kebakaran hutan biasanya berlangsung selama 4 – 5 bulan dalam setahun dan intensitasnya ter-gantung pada luas kebakaran hutan.3

Mekanisme umum akibat kebakaranProses kebakaran adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan api, bahan ba-kar, faktor iklim termasuk ketinggian dan meteorologi. Pembakaran bahan organik adalah proses oksidasi yang menghasilkan uap air dan karbondioksida (CO2) sehingga terbentuk senyawa yang tidak teroksidasi sempurna (misalnya karbon monoksida) atau terbentuk senyawa tereduksi (misalnya metana dan amonia). Senyawa ini ditemu-kan dalam asap yang terdiri dari partikel ter-hirup iritan dan gas serta dalam beberapa kasus mungkin karsinogenik. Asap sendiri adalah kompleks campuran dengan kom-ponen yang bergantung pada jenis bahan bakar, kadar air, bahan bakar aditif seperti pestisida yang disemprot pada dedaunan atau pohon.10

Pengaruh asap terhadap kesehatan terja-di melalui berbagai mekanisme, antara lain iritasi langsung, kekurangan oksigen yang menimbulkan sesak napas, serta absorpsi toksin. Cedera termal (luka bakar) terja-di pada daerah terkena pada permukaan eksternal tubuh, termasuk hidung dan mulut; luka bakar di bawah trakea jarang terjadi karena adanya efisiensi saluran napas bagian atas yang menyerap panas. Kematian karena menghirup asap tanpa luka bakar jarang terjadi (sekitar <10%), sedangkan kematian karena menghirup asap dengan luka bakar lebih sering, yaitu sekitar 30-50%.7

Dampak asap terhadap kesehatanPenurunan kualitas udara sampai taraf membahayakan kesehatan dapat menim-bulkan dan meningkatkan penyakit sa-luran napas seperti infeksi saluran napas

akut (ISPA). Penderita ISPA di daerah bencana asap meningkat 1,8 – 3,8 kali di-bandingkan jumlah penderita ISPA pada periode sama tahun-tahun sebelumnya.8,10 Pada saat kebakaran hutan tahun lalu, kualitas udara di wilayah Kalimantan Barat sudah pada tahap membahayakan kese-hatan dengan kadar debu >1.490 μg/m3 (batas yang diperkenankan 230 μg/m3). Kabut asap akibat kebakaran hutan telah merambah ke berbagai propinsi seperti Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan Riau bahkan sudah mencapai Malaysia dan Thailand.2,5

Asap menimbulkan iritasi mata, kulit dan gangguan saluran pernapasan yang lebih berat, fungsi paru berkurang, bronkitis, asma eksaserbasi, dan kematian dini. Selain itu konsentrasi tinggi partikel-partikel iri-tasi pernapasan dapat menyebabkan batuk terus-menerus, batuk berdahak, kesulitan bernapas dan radang paru. Materi parti-kulat juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan fisiologi melalui me-kanisme terhirupnya benda asing ke paru. Dampak yang ditimbulkan tergantung dari individu seperti umur, penyakit pernapasan sebelumnya, infeksi dan kardiovaskuler dan ukuran partikel.12

Zat asap kebakaran yang mengenai saluran napas: 3,7,10

Karbon monoksida (CO) beredar mela-•lui aliran darah dan paru, mengurangi pengiriman oksigen ke jaringan tubuh (anoksia) menimbulkan gejala sesak na-pas, kebingungan, dan dada terasa berat.7 Konsentrasi CO pada penduduk tertentu yang terpajan asap api tidak menimbul-kan bahaya bermakna kecuali pada indi-vidu yang sensitif; mereka yang memiliki penyakit jantung mengalami nyeri dada dan aritmia. Pada tingkat pajanan lebih tinggi CO dapat menyebabkan sakit kepala, lemah, pusing kebingungan, dis-orientasi, gangguan penglihatan, koma dan kematian.Sulfurdioksida (SO• 2), gas pedas yang bisa menimbulkan sesak napas, mengi karena bronkokonstriksi selanjutnya mengiritasi mukosa pernapasan.Nitrogendioksida (NO• 2) dikeluarkan se-lama kebakaran suhu tinggi seperti saat kebakaran badai. Ozon (O• 3) dapat mengiritasi tenggoro-kan.Sianida (CN• -) dihasilkan oleh pemba-karan bahan-bahan alami dan sintetik bila kadar laktat tinggi; dapat berguna sebagai indikator di rumah sakit.

Tabel 1. Pengaruh polutan asap kebakaran pada sistem pernapasan dan organ lain4

polutan Mekanisme Efek potensial pada kesehatan

Partikulat (partikel kecil < 10 μ, diameter aero dinamik < 2.5 μ

Akut: iritasi bronkus, inflamasi dan •reaktivitas meningkatBerkurangnya bersihan mukosilier•Mengurangi respons makrofag •dan imunitas lokalReaksi fibrotik•

Mengi, asma eksaserbasi•Infeksi saluran napas•Bronkitis kronik dan PPOK•PPOK eksaserbasi•

Karbon monoksida Berikatan dengan hemoglobin •menghasilkan karboksi hemoglo-bin yang dapat mengurangi trans-port oksigen ke organ vital dan menyebabkan gangguan janin

Berat badan bayi lahir rendah•Meningkatnya kasus kematian •perinatal

Hidrokarbon aromatik polisiklik (benzo-alpyrene)

Karsinogenik Kanker paru•Kanker mulut, nasofaring dan laring•

Nitrogen dioksida Pajanan akut menyebabkan •reaktivitas bronkusPajanan kronik dapat mening-•katkan kerentanan infeksi bakteri dan virus

Mengi, asma eksaserbasi•Infeksi saluran napas•Berkurangnya fungsi paru anak•

Sulfur dioksida Pajanan akut menyebabkan •reaktivitas bronkusPajanan kronik sulit untuk memis-•ahkan efek partikel

Mengi, asma eksaserbasi•PPOK eksaserbasi•Penyakit kardiovaskuler•

Kondesat asap biomass, termasuk hidrokarbon aromatik polisiklik dan ion metal

Absorpsi racun ke dalam lensa se-•hingga terjadi perubahan oksidatif

Katarak•

33

tinjauan Pustaka

CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

Page 4: 10_189Dampak Asap Kebakaran Hutan Pada Pernapasan

Hidrokarbon, contohnya gas • benzene hasil pembakaran bahan organik yang tidak sempurna.Aldehid (akrolin, formaldehid/HCHO) •hasil pembakaran bahan organik yang tidak sempurna.Materi Partikulat (PM), bisa padat atau •cair, dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dengan ukuran dari 0,005 μm sampai 100 μm, dapat menembus salur-an napas sampai ke paru.

Inhalasi merupakan satu-satunya jalur pa-janan yang menjadi perhatian kesehatan. Pengaruh materi partikulat bentuk padat maupun cair di udara sangat tergantung pada ukurannya. Ukuran materi partikulat yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 – 10 μm. Partikulat 5 μm dapat langsung masuk ke dalam paru dan mengendap di alveoli. Partikulat >5 μm juga berbahaya karena partikulat dapat menganggu saluran pernapasan bagian atas dan dapat menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergis dengan gas SO2 di udara.13 Kondisi kronik terpajan polusi udara beracun de-ngan konsentrasi tinggi sedikit meningkat-kan risiko kanker. 6

Bagian Pulmonologi FKUI/RS Persahabat-an dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) cabang Jakarta yang berkunjung ke Palembang pada awal Oktober 1997 me-nemukan dari 158 orang yang sebelumnya sehat, 128 orang (81%) mengeluh batuk-batuk, 38 orang (24,1%) mengeluh sesak napas, 30 orang (19%) mengeluh batuk ber-dahak dan 14 orang (8,9%) mengeluh nyeri dada. Dari 54 orang yang memiliki riwayat penyakit paru, 45 orang (83,3%) mengeluh batuk-batuk, 36 orang (66,7%) mengeluh

berdahak dan 2 orang (3,7%) mengeluh nyeri dada.2

populasi rentanKebanyakan orang dewasa sehat dan anak-anak akan sembuh dengan cepat dari pa-janan asap dan tidak akan mendapat efek jangka panjang. Namun, populasi sensitif tertentu dapat mengalami gejala kronik yang lebih berat. Bahan yang terkandung dalam asap kebakaran hutan dapat meng-iritasi mukosa serta mencetuskan gang-guan pernapasan akut dan kronik seperti asma, bronkitis, penurunan faal paru, kan-ker sampai kematian. Gangguan fungsi makrofag, peningkatan kadar albumin dan laktosa dehidrogenase yang menunjukkan kerusakan membran sel serta kerusakan sel epitel dapat ditemukan akibat pajanan asap kebakaran hutan.3,6,11

Pada pasien penyakit jantung terdapat hubungan antara peningkatan serang-an jantung dengan jumlah partikel asap di udara. Orang berusia tua mudah ter-pengaruh oleh asap karena mekanisme pertahanan saluran napas mereka ter-utama fungsi pembersih partikel sudah berkurang. Pajanan asap akan mening-

katkan kemungkinan infeksi saluran napas oleh bakteri dan virus akibat penekanan aktivitas makrofag sehingga timbul gejala pneumonia dan komplikasi pernapasan lain.14

pencegahan dan penanganan penyakit Upaya terbaik tentu mencegah kebakaran hutan, ini perlu jadi prioritas utama. Kare-na keterbatasan sarana kesehatan dalam mencegah bahaya kebakaran hutan maka usaha pencegahan paling utama adalah

mengatasi sumbernya yaitu memadamkan kebakaran itu sendiri. Perlu dibina kerjasa-ma lintas sektoral kesehatan, lingkungan hidup dan pihak meteorologi yang baik untuk memantau polusi akibat kebakaran hutan. Kalau asapnya telah menyebar, perlu dilakukan berbagai tindakan untuk melindungi masyarakat luas dari pajanan asap.2 Masyarakat sedapat mungkin melin-dungi dirinya sendiri dari pajanan asap dan pemerintah setempat memberikan penyu-luhan tentang bahaya dan cara pencegah-an kebakaran hutan.3

Saat ini cara pencegahan yang banyak di-gunakan adalah pemakaian masker kare-na relatif murah dan dapat disebarluaskan tetapi efektivitasnya masih dipertanyakan. National Institute of Occuposional Safety and Health (NIOSH) telah melakukan pengujian di Amerika Serikat dan me-netapkan beberapa jenis masker yang mampu menyaring lebih dari 99% partikel silika berukuran 0,5 μm. Beberapa badan kesehatan lain merekomendasikan masker yang baik yaitu mampu menyaring lebih dari 95% partikel > 0,3 μm dan biasanya diberi kode R95, N95, atau P95. Masker ini harus dipasang dengan cukup rapat sehingga udara tidak dapat masuk di sela-sela pinggiran masker dan kulit wajah; hal yang tidak mudah dilakukan. Alat bantu napas bisa digunakan setelah penatalak-sanaan lain yang lebih efektif, antara lain dengan mengurangi pajanan, termasuk tinggal di dalam rumah, dan mengurangi aktivitas, terutama pada individu yang sensitif.14

siMpulan

1. Kebakaran hutan merupakan masalah kesehatan yang serius

2. Asap polusi terkandung dalam biomassa yang besar pengaruhnya terhadap kese-hatan paru, terutama yang berukuran <10 mm

3. Dampak asap terhadap kesehatan berupa berbagai gangguan dan keluhan pernapasan, terutama pada orang yang berisiko tinggi atau sensitif

4. Kebakaran hutan mutlak harus dicegah.

Tabel 2. Berbagai dampak kesehatan akibat terpajan kabut yang terkait dengan kebakaran hutan di 8 Provinsi di Indonesia, September - November 19971

Dampak kesehatan jumlah kasusKematian Asma Bronkitis Infeksi saluran napas akutKendala melakukan kegiatan setiap hariPeningkatan perawatan pasien rawat jalanPeningkatan perawatan pasien rawat inapKehilangan hari kerja

527

298.125

58.095

1.446.120

4.758.600

36.462

15.822

2.446.352

34

tinjauan Pustaka

CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012

Page 5: 10_189Dampak Asap Kebakaran Hutan Pada Pernapasan

DaftaR pustaka

Rumajomi HB. Kebakaran hutan di Indonesia dan dampaknya terhadap kesehatan [Makalah pengantar Filsafah Sains, Program Pasca Sarjana]. Bogor: Institut Pertanian 1. Bogor; 2006.Aditama TY. Dampak asap kebakaran hutan terhadap kesehatan paru. Jakarta: YP IDI & IDKI, 1999; p.3-33.2. Brauer M. Health impact of biomass air pollution. WHO. [cited 2007 Nov 4]. Available from: http//www.firesmokeheealth.org. 3. National Interagency Fire Center. The science of wildland fire. [cited 2011 Jan 9]. Available from 4. www.nifc.gov/preved/comm_guide/wildfire/fire 4.html.Dawud Y. Smoke episodes and assessment of health impacts related to haze from forest fires: Indonesian experience. The Indonesian Association of Pulmonologist, 5. Persahabatan Hospital Jakarta; 1999.p 313-22A Guide for Public Health Officials. Wildfire smoke revised July 2008. Available from: http://www.arb.ca.gov/smp/progdev/pubeduc/wfgv8.pdf6. Disaster planning for lung health: Fire Fact Sheet. California Thoracic Society American Lung Association; 2008.p. 1-6.7. WHO guidelines for vegetation fire events. Available from: http://www.who.effn/egry/fire.htm.accessed on november 15th,20058. Samet JM.Utell MJ. Indoor and Outdoor air pollution. In: Fisman Pulmonary Diseases and Disorders, 4th ed. New York : McGraw Hill Medica; 2008. pp. 1009-36.9. Malilay J. A review of factors affecting the human health impacts of air pollutants from forest fires. Health guideline for vegetation fire. WHO october 1998.255-70.10. WHO. Wildfires and heat-wave in the Russian Federation- public health advice. Aug. 19th, 2010.11. D Schwela. The WHO-unepwmo Health Guidelines for Vegetation Fire Events. Department of Protection of the Human Environment, Occupational and Evironmen-12. tal. Dec 4th 2001.Departemen Kesehatan. Parameter pencemar udara dan dampaknya terhadap kesehatan. [cited 2011 Jan 10]. Available from: www.depkes.go.id/downloads/udara.pdf13. Englert N. Fine particles and human health – a review of epidemiological studies. Toxicol Letters 2004; 149: 235-42.14.

35

tinjauan Pustaka

CDK-189/ vol. 39 no. 1, th. 2012