Upload
rheza-hakviasyah
View
95
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan
No. 23 th 1992).
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum Gambut Kabupaten Banjar sebagai
tempat pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang secara spesifik menangani pasien
dengan gangguan kesehatan jiwa (M.Baihaki, 2012. . Sumber data Ruang Perawatan
Akut Wanita Nusa Indah RSJD Sambang Lihum Gambut).
Berdasarkan laporan data periode Januari-Maret 2012 di Ruang Nusa Indah
RSJD Sambang Lihum jumlah pasien yang mengalami gangguan proses pikir: waham
sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah Pasien yang Mengalami Gangguan Proses Pikir : Waham yang di Rawat
di Ruang Nusa Indah RSJD Sambang Lihum
Periode Januari – Maret 2012
Sumber : Data Ruang Nusa Indah tahun 2012
No Bulan Jumlah pasien
1 Januari 1
2 Februari 1
3 Maret 1
Jumlah 3
Dengan melihat tabel di atas dapat kita ketahui bahwa pasien yang menderita
gangguan proses piker: waham pada periode Januari-Maret 2012 berjumlah 3 orang,
sehingga diperlukan suatu penanganan dalam upaya - upaya untuk penyembuhan
penyakit melalui pemeliharaan kesehatan dengan perawatan dan pengobatan. Oleh
karena itu penulis merasa tertarik untuk mengungkap masalah ini ke dalam seminar
keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada klien Ny. S Dengan Diagnosa Gangguan Proses Pikir:
Waham Di Ruang Perawatan Akut Wanita Nusa Indah RSJD Sambang Lihum
Gambut”.
Asuhan keperawatan ini membahas tentang konsep kesehatan dan
keperawatan kesehatan jiwa dengan penekanannya pada upaya pencegahan primer,
sekunder, dan tertier kesehatan jiwa, yang ditujukan pada pasien dengan masalah
gangguan proses pikir : waham yang menggunakan pendekatan proses keperawatan
melalui komunikasi terapeutik serta menggunakan beberapa terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa.
Hal yang melatarbelakangi penyusun memilih Ny. S menjadi klien kelolaan
pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1. Kasus gangguan proses pikir: waham sangat jarang ditemukan
2. Klien mempunyai masalah gangguan proses pikir: waham,
3. Klien bukan merupakan kelolaan Dinas Sosial, dan
4. Klien berdomisili di wilayah yang mampu dijangkau (wilayah Gambut) sehingga
memudahkan dalam hal pengakajian pada keluarga maupun home visite.
B. Masalah Utama
Perubahan Proses Pikir : Waham.
C. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998 dalam Nita Fitria : 75)
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Depkes RI, 2000
dalam Nita Fitria: 75).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespon srimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Keliat, 1999 dalam Nita
Fitria :76).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir : waham adalah sebagai
berikut (Nita Fitria, 2010 : 76) :
Menolak makan
Tidak ada perhatian pada perawatan diri
Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
Gerakan tidak terkontrol
Mudah tersinggung
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
Menghindar dari orang lain
Mendominasi pembicaraan
Berbicara kasar
Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
3. Rentang Respons
Gambar 5.1 Rentang Respons Perubahan Proses Pikir Waham
Sumber : Keliat ,1999 dalam Nita Fitria: 76
4. Faktor Predisposisi (Nita Fitria, 2010: 77)
Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang.
Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
Faktor Sosial Budaya
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten
dengan pengalaman
Hubungan sosial
Kadang proses pikir
terganggu
Ilusi
Emosi berlebihan
Berperilaku yang
tidak biasa
Menarik diri
Gangguan isi pikir
halusinasi
Perubahan proses
emosi
Perilaku tidak
terorganisasi
Isolasi sosial
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham.
Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak,
atau perubahan pada sel kortikal dan limbik.
Faktor Genetik
5. Faktor Presipitasi (Nita Fitria, 2010: 77)
Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok.
Faktor Biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan.
6. Macam-macam Waham (Nita Fitria, 2010: 78)
Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap
hari”, atau klien mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan yang dapat
mengendalikan makhluknya.
Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“Saya ini pejabat di Departemen Kesehatan lho…”
“saya punya tambang emas!”
Waham Curiga
Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh :
“Saya tahu… semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka semua iri dengan kesuksesan yang dialami saya”.
Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya tertanggu atau terserang
penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
Klien selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker, namun setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya sel kanker pada tubuhnya.
Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
7. Status Mental
Berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tetapi mungkin terlihat
eksentrik dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang
lain. Klien biasanya cerdik ketika dilakukan pemeriksaan sehingga dapat
memanipulasi data. Selain itu perasaan hatinya konsisten dengan isi waham (Nita
Fitria, 2010: 79).
8. Sensori dan Kognisi
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik
terhadap orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya biasanya akurat.
Pengendalian impuls pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat adanya
rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau melakukan kekerasan pada orang lain.
Gangguan proses pikir : waham biasanya diawali dengan adanya riwayat
penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan limbik otak. Bisa dikarenakan
terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya perubahan
emosional seseorang yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan
perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan.
Waham kebesaran akan timbul sebagai manifestasi ketidakmampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respons lingkungan kurang mendukung
terhadap perilakunya dimungkinkan akan timbul risiko perilaku kekerasan pada
orang lain (Nita Fitria, 2010: 79).
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar
proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan
dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa
pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data
atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan
dari berbagai sumber data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data
sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas
dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal
dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:
a. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,
topik pembicaraan.
b. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan
terjadinya gangguan:
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.
Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada
keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-
laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga
diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi
selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik
diri.
g. Proses pikir.
Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncat-loncat dari satu
topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai
pada tujuan (flight of ideas) kadang-kadang klien mengulang pembicaraan yang
sama (persevere)
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir.
h. Isi Pikir
Contoh isi pikir klien saat diwawancara:
Klien mengatakan bahwa dirinya banyak mempunyai pacar, dan pacarnya
orang kaya dan bos batu bara.
Masalah keperawatan: waham kebesaran.
Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver.
Masalah keperawatan: waham somatik.
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum
obat.
j. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
k. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
l. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi,
terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam
kehidupan bermasyarakat.
B. Pohon Masalah
Effect
Core Problem
Causa
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Perubahan Sensori Waham
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Gambar Pohon M
Gambar Pohon Masalah Perubahan Proses Pikir : Waham
(Nita Fitria, 2010: 80)
C. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi perilaku kekerasan
2. Perubahan proses pikir : waham
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah
(Nita Fitria, 2010: 80)
D. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Deskripsi Data Mayor Data Minor
Gangguan proses
pikir : Waham
Gangguan proses
pikir yang ditandai
dengan keyakinan
tentang diri dan
lingkungan yang
menyimpang,
depertahankan
secara kuat.
Subjektif :
Merasa curiga
Merasa cemburu
Merasa
diancam/diguna-
guna
Merasa sebagai
orang hebat
Merasa memiliki
kekuatan luar
biasa
Merasa
sakit/rusak organ
tubuh
Merasa sudah
mati
Objektif :
Marah-marah
tanpa sebab
Banyak kata
(longorrhoe)
Menyendiri
Sirkumstansial
Inkoheren
Subjektif :
Merasa orang lain
menjauh
Merasa tidak ada
yang mau
mengerti
Objektif :
Marah-marah
karena alas an
spele
Menyendiri
E. Rencana Tindakan Keperawatan
Dx.
Keperawata
Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
n
Perubahan
Proses Pikir
: Waham
TUM :
Klien dapat
mengontrol atau
mengendalikan
wahamnya.
Tuk 1 : Klien
dapat membina
hubungan saling
percaya
1. Setelah… x
interaksi, klien :
o Mau menerima
kehadiran
perawat
disampingnya;
o Mengatakan
mau menerima
bantuan
perawat;
o Tidak
menunjukkan
tanda-tanda
mencurigakan
o Mengizinkan
perawat duduk
di sampingnya
Bina hubungan
saling percaya
dengan
menggunakan
prinsip
komunikasi
tarapeutik :
o Beri salam;
o Perkenalkan
diri, serta
tanyakan nama
dan nama
panggilan
yang disukai
klien;
o Jelaskan
tujuan
interaksi;
o Yakinkan
klien dalam
keadaan aman,
serta perawat
siap untuk
menolong dan
mendampingin
ya
o Yakinkan
bahwa
Kepercayaa
n dari klien
merupakan
hal yang
mutlak
serta akan
memudahk
an dalam
melakukan
pendekatan
dan
tindakan
keperawata
n kepada
klien
kerahasiaan
klien akan tetap
terjaga;
o Tunjukkan
sikap terbuka
dan jujur
o Perhatikan
kebutuhan dasar
dan beri
bantuan untuk
memenuhinya.
Tuk 2 : Klien
dapat
mengidentifikasi
pikiran dan
perasaan yang
sering muncul
secara berulang-
ulang.
2. Setelah…x
interaksi, klien :
Menceritakan ide-
ide (pikiran) dan
perasaan yang
sering muncul
secara berulang-
ulang
Bantu klien
untuk
mengungkapkan
perasaan dan
pikirannya :
o Diskusikan
dengan klien
pengalaman
yang
dialaminya
selama ini,
termasuk
hubungan
dengan orang
yang penting
untuk klien,
lingkungan
pekerjaan,
Ungkapan
perasaan
menunjuk
kan apa
yang
dibutuhka
n dan
dirasakan
oleh klien.
sekolah, dan
lain-lain.
o Dengarkan
pernyataan
klien dengan
empati tanpa
mendukung/
menentang
pernyataan
wahamnya.
Tuk 3 : Klien
dapat
mengidentifikasi
stressor/pencetus
wahamnya.
3. Setelah… x
interaksi, klien :
o Dapat
menyebutkan
kejadian-
kejadian sesuai
urutan waktu,
serta
harapan/kebutu
han dasar yang
tidak terpenuhi.
o Dapat
menyebutkan
hubungan antara
kejadian-
kejadian
traumatis/kebut
uhan yang tidak
terpenuhi dan
Bantu klien
untuk
mengidentifikas
i kebutuhan
yang tidak
terpenuhi, serta
kejadian yang
menjadi faktor
pencetus
wahamnya:
o Diskusikan
dengan klien
tentang
kejadian-
kejadian
traumatis
yang
menimbulkan
perasaan
Dengan
mengetah
ui
penyebab
waham
klien
dapat
ditemukan
mekanism
e koping
klien
dalam
memprose
s sesuatu
dalam
pikiranny
a serta
strategi
apa yang
Tuk 4 : Klien
wahamnya.
takut,
ansietas, atau
perasaan tidak
dihargai.
o Diskusikan
kebutuhan/har
apan yang
belum
terpenuhi.
o Diskusikan
dengan klien
cara-cara
mengatasi
kebutuhan
yang tidak
terpenuhi dan
kejadian-
kejadian yang
traumatis.
o Diskusikan
dengan klien
apakah ada
halusinasi
yang
meningkatkan
pikiran/perasa
an yang
terkait dengan
wahamnya.
akan
diterapkan
kepada
klien.
dapat
mengidentifikasi
wahamnya.
4. Setelah …x
interaksi, klien
menyebutkan
perbedaan antara
pengalaman nyata
dan pengalaman
wahamnya.
o Diskusikan
dengan klien
tentang
kejadian
tersebut
dengan
wahamnya.
Bantu klien
mengidentifikas
i keyakinan
yang salah
tentang situasi
yang nyata (bila
klien sudah
siap):
o Diskusikan
dengan klien
tentang
pengalaman
wahamnya
tanpa
berargumentas
i.
o Katakanlah
kepada klien
akan keraguan
perawat
terhadap
Jika
wahamny
a sudah
teridentifi
kasi,
mekanism
e koping
klien
dalam
menyelesa
ikan
masalah
yang
dihadapin
ya akan
terlihat.
Tuk 5 : Klien
dapat
mengidentifikasi
konsekuensi dari
wahamnya.
5. Setelah…x
interaksi, klien
menjelaskan
gangguan fungsi
hidup sehari-hari
yang diakibatkan
ide-ide
(pikiran)/perasaan
pernyataan
klien.
o Diskusikan
dengan klien
tentang respon
perasaan
terhadap
wahamnya.
o Diskusikan
frekuensi,
intensitas dan
durasi
terjadinya
waham.
o Bantu klien
membedakan
situasi nyata
dengan situasi
yang
dipersepsikan
salah oleh
klien.
o Motivasi klien
untuk
menceritakan
perasaan
setelah
tindakan
tersebut.
Membant
u klien
melihat
dampak
yang
yang tidak sesuai
dengan kenyataan,
seperti :
o Hubungan
dengan
keluarga;
o Hubungan
dengan orang
lain;
o Aktivitas
sehari-hari
o Pekerjaan;
o Sekolah;
o Dan lain-lain.
o Diskusikan
apakah
dengan
tindakan
tersebut
masalah yang
dialami dapat
teratasi.
Diskusikan
dengan klien
pengalaman-
pengalaman
yang tidak
menguntungkan
sebagai akibat
dari wahamnya,
seperti:
o Hambatan
dalam
berinteraksi
dengan
keluarga;
o Hambatan
dalam
berinteraksi
dengan orang
lain;
o Hambatan
ditimbulk
an akibat
pikiran
yang
dipersepsi
kan salah
oleh klien,
serta
mencari
cara sehat
klien agar
klien
dapat
kembali
pada
orientasi
yang
nyata.
berinteraksi
dalam
melakukan
aktivitas
sehari-hari;
o Perubahan
dalam
prestasi
kerja/sekolah
Ajak klien
melihat bahwa
waham tersebut
merupakan
masalah yang
membutuhkan
bantuan dari
orang lain.
Diskusikan
dengan klien
tentang
orang/tempat
yang
dimintakan
bantuan (oleh
klien) jika
wahamnya
timbul/sulit
dikendalikan.
Tuk 6 : Klien 6. Setelah…x Diskusikan Aktivitas
dapat melakukan
teknik distraksi
sebagai cara
untuk
menghentikan
pikiran yang
terpusat pada
wahamnya.
interaksi, klien
melakukan
aktivitas yang
konstruktif sesuai
dengan minatnya
dan mampu untuk
mengalihkan
fokus klien dari
wahamnya.
hobi/aktivitas
yang disukai
klien.
Anjurkan klien
memilih dan
melakukan
aktivitas yang
membutuhkan
perhatian dan
keterampilan
fisik.
Ikut sertakan
klien dalam
aktivitas fisik
yang
membutuhkan
perhatian
sebagai pengisi
waktu luang.
Libatkan klien
dalan TAK
(terapi aktivitas
kelompok)
orientasi balita.
Diskusikan
dengan klien
topik-topik
yang nyata.
Anjurkan klien
yang
sibuk,
berorienta
si pada
kenyataan
, serta
menarik
minat
klien akan
mengalihk
an
perhatian
dan
pikiran
klien dari
wahamny
a.
untuk
bertanggung
jawab secara
personal dalam
mempertahanka
n/meningkatkan
kesehatan dan
pemulihannya.
Beri
penghargaan
bagi setiap
upaya klien
yang positif.
Tuk 7 : Klien
mendapatkan
dukungan dari
keluarga untuk
mengontrol
wahamnya.
7.1 Setelah…x
interaksi
keluarga dapat
menjelaskan
tentang:
o Pengertian
waham
o Tanda dan
gejala waham
o Penyebab dan
akibat waham
o Cara merawat
klien waham
7.2 Setelah…x
interaksi,
keluarga dapat
Diskusikan
pentingnya
peran serta
keluarga
sebagai
pendukung
klien untuk
mengatasi
waham.
Diskusikan
potensi keluarga
untuk klien
mengatasi
waham.
Jelaskan kepada
keluarga tentang
Keluarga
merupakan
sistem
pendukung
utama yang
dapat
membantu
klien agar
dapat
kembali
pada
orientasi
yang nyata.
mempraktikkan
cara merawat
klien waham.
:
o Pengertian
waham;
o Tanda dan
gejala
waham;
o Penyebab
dan akibat
waham;
o Cara
merawat
klien waham
Latih keluarga
cara merawat
klien waham.
Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
dilatihkan.
Beri pujian
kepada setelah
peragaan
Tuk 8 : Klien
dapat
memanfaatkan
obat dengan baik
8.1 Setelah….x
interaksi, klien
menyebutkan
o Manfaat
minum obat;
o Kerugian
tidak minum
Diskusikan
dengan klien
tentang manfaat
minum obat,
kerugian tidak
minum obat,
dosis yang
Membantu
menyukses
kan
program
pengobatan
dengan
benar.
obat;
o Nama obat;
o Warna obat;
o Dosis yang
diberikan;
o Efek terapi;
o Efek
samping;
8.2 Setelah…x
interaksi, klien
mendemonstrasi
kan penggunaan
obat dengan
benar
8.3 Setelah…x
interaksi, klien
menyebutkan
akibat yang
terjadi jika klien
minum obat
tanpa konsultasi.
diberikan, efek
terapi, dan efek
samping.
Pantau klien
saat
menggunakan
obat.
o Beri pujian
jika klien
menggunaka
n obat
dengan
benar.
Diskusikan
akibat yang
terjadi jika klien
berhenti
menggunaan
obat tanpa
konsultasi
o Anjurkan
klien untuk
berkonsultasi
kepada
dokter/peraw
at jika terjadi
hal-hal yang
tidak
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo.
Balitban. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor .
Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi S- Keperawatan. Jakarta : Salemba medika.
Keliat, Budi Anna. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.
Stuart, G.W. dan Sundeen S.J. 1995. Principles and Practice Psychiatric Nursing. 5th
ed.
St. louis Mosby Year Book.
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.