22
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mengenal Tanaman Lidah Buaya Lidah buaya (Aloe vera) bukan tanaman yang asing bagi kita. Hal ini terlihat dari banyaknya orang yang sudah menanam dan memakainya. Bentuk batang tanaman ini pendek dengan daun seperti tombak. Daun berdiri tegak dan dipinggirnya berbaris duri yang tidak begitu tajam. Letak daun bersap-sap rapat, melingkar, serta mempunyai daun yang berwarna hijau berlapis lilin dan di dalamnya terdapat daging daun yang tebal berwarna bening. Lidah buaya hampir menyerupai kaktus dan merupakan tanaman jenis tahunan, keistimewaan dari sifatnya yang patut dikagumi adalah kemampuanya yang bertahan hidup di daerah kering pada musim kemarau, yakni dengan cara menutup stomatanya rapat-rapat. Hal itu dilakukan untuk menghindari kehilangan air di tubuhnya. Di dunia farmasi, lidah buaya lebih dikenal dengan nama Aloe vera Linn. Tanaman hortikultura ini keberadaanya telah dikenal sejak lama, bahkan ibu-ibu sering menanam dipekarangan atau di pot-pot sebagai penghias rumah.

BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengenal Tanaman Lidah Buaya

Lidah buaya (Aloe vera) bukan tanaman yang asing bagi kita. Hal ini terlihat

dari banyaknya orang yang sudah menanam dan memakainya. Bentuk batang

tanaman ini pendek dengan daun seperti tombak. Daun berdiri tegak dan dipinggirnya

berbaris duri yang tidak begitu tajam. Letak daun bersap-sap rapat, melingkar, serta

mempunyai daun yang berwarna hijau berlapis lilin dan di dalamnya terdapat daging

daun yang tebal berwarna bening.

Lidah buaya hampir menyerupai kaktus dan merupakan tanaman jenis

tahunan, keistimewaan dari sifatnya yang patut dikagumi adalah kemampuanya yang

bertahan hidup di daerah kering pada musim kemarau, yakni dengan cara menutup

stomatanya rapat-rapat. Hal itu dilakukan untuk menghindari kehilangan air di

tubuhnya. Di dunia farmasi, lidah buaya lebih dikenal dengan nama Aloe vera Linn.

Tanaman hortikultura ini keberadaanya telah dikenal sejak lama, bahkan ibu-ibu

sering menanam dipekarangan atau di pot-pot sebagai penghias rumah.

1. Sejarah Singkat Lidah Buaya

Tanaman lidah buaya sudah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Biasanya

digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, perawatan kulit. Tanaman ini

bermanfaatsebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetik. Disamping itu, juga

sebagai bahan pembuatan makanan dan minuman kesehatan. Menurut catatan seorang

ahli bumi berkebangsaan arab bernama Idris, lidah buaya merupakan produk dari

pulau socotra di yunani dan sudah dikenal sejak abad ke-4 SM.

Lidah buaya merupakan tanaman asli Afrika, tepatnya Ethiofhia, yang

termasuk golongan Liliaceae. Tanaman ini mempunyai nama yang bervariasi

Page 2: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

4

tergantung dari negara atau wilayah tempat tumbuhnya. Jerman; aloe, Inggris;

crocodiles tongues, Malaisia; jadam, Cina; luhui, Spanyol; sa’villa, India; musabbar,

Tibet; jelly leek, Indian; allwa, Arab; sabbar, Indonesia;lidah buaya, dan Fhilipina;

natau.

Tanaman lidah buaya diduga berasal dari kepulauan Canary disebelah barat

Afrika. Telah dikenal sebagai obat dan kosmetika sejak berabad-abad sialam. Hal ini

tercatat dalam Egyptian Book of Remedies.didalam buku itu di kisahkan bahwa pada

zaman cleopatra, lidah buaya dimanfaatkan untuk bahan baku kosmetikaa dan

perawatan kulit. Pemakaianya di bidang farmasi pertama kali dilakuakan oleh orang-

oarang Samaria sekitar tahun 1750 SM. Gambar berwarna lidah buaya tertua dan

catatanya dibuat di Turki pada tahuan 1552 SM. Gambar tersebut saat ini masih

tersimpan di universitas Jerman, Leipzig. Catatanaya berisi variasi tanaman lidah

buaya sebagai bahan baku obat dan kosmetika untuk memperbaiki kulit. Bebrapa

sumber menyatakan bahwa lidah buaya masuk ke Indonesia dibawa oleh petani

keturunan cina pada abad ke-17. pemanfaatan tanaman ini di Indonesia masih sedikit,

terbatas sebagai tanaman hias di pekarangan rumah dan di gunakan kosmetika

sebagai penyubur rambut. Pada tahun 1990 petani di Kalimantan Barat mulai

mengusahakan tanaman lidah buaya secara komersial yang diolah menjadi minuman

lidah buaya.

2. Morfologi Tanaman Lidah Buaya

Lidah buaya termasuk suku Liliaceae. Liliaceae diperkirakan meliputi 4000

jenis tumbuhan, terbagi dalam 240 marga, dan dikelompokan lagi menjadi lebih

kurang 12 anak suku. Daerah distribusinya meliputi keseluruh dunia. Lidah buaya

sendiri mempunyai lebih dari 350 jenis tanaman. Tanaman lidah buaya dapat tumbuh

di daerah kering, seperti Afrika, Amerika dan Asia. Hal ini di karenakan lidah buaya

dapat menutup stomatamya sampai rapat pada musim kemarau untuk melindungi

kehilangan air dari daunya. Lidah buaya juga dapat tumbuh di daerah yang beriklim

dingin. Karena tanaman lidah buaya juga termasuk tanaman yang efesien dalam

penggunaan air, karena dari segi fisiologis tumbuhan tanaman ini termasuk jenis

Page 3: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

5

tanaman CAM (crassulance acid metabolism) dengan sifat tahan kekeringan. Dalam

kondisi gelap, terutama malam hari,stomata atau mulut daun membuka, sehingga uap

air dapat masuk. Disebabkan pada malam hari udaranay dingin, uap air tersebut

berbentuk embun. Stomata yang membuka pada malam hari memberi keuntungan,

yakni tidak akan terjadi penguapan air dari tubuh tanaman, sehingga air yang berada

di dalam tubuh daunya dapat dipertahankan. Karenanya dia mampu bertahan hidup

dalam kondisi bagaimanapun keringnya.

Kelemahan lidah buaya adalah jika ditanam di daerah basah dengan curah

hujan tinggi, mudah terserang cendawan; terutama fusarium sp. Yang menyerang

pangkal batangnya, sementara itu dari segi budidayanya tanaman lidah buaya relatif

mudah dan relatif tidak memerlukan investasi yang cukup besar. Hal ini di sebabkan

tanaman ini merupakan tanaman tahan yang dapat dipanen berulang-ulang dengan

masa produksi 7-8 tahun.

Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang

bersifat sukulen dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman pendek,

mempunyai daun yang bersap-sap melingkar (roset). Panjang daun 40-90cm, lebar 6-

13cm, dengan ketebalan lebih kurang 2,5cm dipangkal daun, serta bunga berbentuk

lonceng.

a. Batang

Batang tanaman lidah buaya berserat atau berkayu. Pada umumnya

sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup oleh daun yang

rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Namun, ada juga beberapa

species yang berbentuk pohon dengan ketinggian 3-5m. Species ini dapat

dijumpai di gurun Afrika Utara dan Amerika. Melalui batang iniakan

tumbuh tunas yang akan menjadi anakan.

b. Daun

Seperti halnya tanaman berkeping satu lainya, daun lidah buaya

berbentuk tombak dengan helaian memanjang. Daunnya berdaging tebal

Page 4: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

6

tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin

dipermukaan; serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah, atau

lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya

membulat (cembung).

Di daun lidah buaya muda dan anak (sucker) terdapat bercak berwarna

hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang saat lidah buaya dewasa.

Namuntidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau

lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi

daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna.

c. Bunga

Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil sepanjang 2-

3cm, berwarna kuning sampai orange, tersusun sedikit berjungkai

melingkari ujung tangkai yang menjulang keatas sepanjang sekitar 50-

100cm.

d. Akar

Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat pendek dengan

akar serabut yang panjangnya bisa mencapai 30-40cm.

3. Jenis dan Varietas Tanaman Lidah Buaya

Terdapat lebih dari 350 jenis lidah buaya yang termasuk dalam suku

Liliaceae. Di samping itu tidak sedikit lidah buaya yang merupakan hasil persilangan.

Menurut Dowling (1985). Hanya tiga jenis lidah buaya yang di budidayakan secara

komersial di dunia, yakni Curacao aloe atau Aloe vera (Aloe barbadensis Miller),

Cape aloe atau Aloe ferox Miler, dan Socotrine aloe yang salah satunya adalah Aloe

peryyi Baker. Karakteristik ketiga jenis lidah buaya tersebut terlihat dalam tabel 1

berikut ini.

Tabel 1. karakteristik tanaman lidah buaya komersial

Karakteristik Aloe Aloe ferox Miler Aloe peryyi

Page 5: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

7

barbadensis

MillerBaker

Batang

Bentuk Daun

Lebar Daun

Lapisan Lilin

pada Daun

Duri

Tinggi Bunga

(mm)

Warna Bunga

Tidak terlihat

jelas

Lebar di bagian

bawah, dengan

plepah di bagian

atas cembung

6-13 cm

Tebal

Di bagian

pinggir daun

25-30 (tinggi

tangkai bunga

60-100cm)

Kuning

Terlihat jelas

(tinggi 3-5m

atau lebih)

Lebar di bagian

bawah

10-15 cm

Tebal

Di bagian

pinggir dan

bawah daun

35-40

Merah tua

hingga jingga

Terlihat jelas

(lebih kurang

0,5 m)

Lebar di

bagian bawah

5-8 cm

Tipis

Di bagian

pinggir daun

25-30

Merah terang

Dari ketiga jenis tersebut yang banyak dimanfaatkan adalah species Aloe

barbadensis Miller yang di temukan oleh Phillip Miler, seorang pakar botani yang

berasal dari inggris pada tahun 1768. Aloe barbadensis Miller. Mempunyai bebertapa

keunggulan diantaranya tahan hama, ukuran lebih panjang, yakni bisa mencapai

121cm, berat per batangnya bisa mencapai 4kg, dan mengandung 75 nutrisi.

Disamping itu, lidah buaya ini aman di konsumsi, karena zat polysakarida (terutama

rlukomannan), yang bekerja sama dengan asam amino esensial dan sekunder serta

enzim oksidase, katalase, dan enzim-enzim pemecah protein. Amerika sudah lama

Page 6: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

8

membudidayakan jenis Aloe barbadensis Miller yang berasal dari pulau Barbados ini.

Bahkan, Amerika tengah ada sekitar 20.000 hektar perkebunan lidah buaya yang

membentang dari Harlingen, Texas, sampai Meksiko, dan Republik Dominika.

Aloe barbadensis Miller mempunyai nama sinonim yang Binomial yakni Aloe

vera dan Aloe vulgaris. Sementara itu. Taksonomi Aloe barbadensis Miller adalah

sebagai berikut:

Botani Tanaman Lidah Buaya (Aloe barbadensis L.) Miller

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotiledoneae

Bangsa : Liliflorae

Suku : Liliaceae

Marga : Aloe

Jenis : Aloe vera

Jenis yang banyak dikembangkan di Asia, termasuk Indonesia, adalah Aloe

cchinensis Baker, yang berasal dari Cina, tetapi bukan asli tanaman Cina. Jenis ini di

Indonesia sudah ditanam secara komersial di Kalimantan Barat dan lebih di kenal

dengan lidah buaya Pontianak, yang di dekrifsikan oleh Baker pada tahun 1877. Ciri-

ciri tanaman ini adalah bunga berwarna orange, plepah berwarna hijau muda, plepah

bagian atas agak cekung, dan mempunyai totol putih di daunya.

B. Mengenal Kultur Jaringan Tanaman

Page 7: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

9

a. Arti Kultur Jaringan

Pelaksanaan teknik kultur jaringan ini berdasarkan teori sel seperti yang

ditemukan oleh scheiden dan schwann, yaitu bahwa sel mempunyai kemampun

autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotesi adalah kemampuan

setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakan dalam lingkungan

yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna (suryowinoto,

1985).

Kultur adalah budidaya sementara jaringan adalah sekelompok sel yang

mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Sehingga kultur jaringan adalah

membudidayakan jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat

seperti induknya. (Daisy. P dan Wijayani. A: 1994).

Kultur jaringan adalah suatu metode penanaman protoplas, sel, jaringan, dan

organ pada media buatan dalam kondisi aseptik sehingga dapat beregenerasi menjadi

tanaman lengkap. Salah satu aplikasi kultur jaringan yang telah dikenal secara meluas

dan telah banyak diusahakan untuk tujuan komersial adalah perbanyakan tanaman.

Perbanyakan melalui kultur jaringan yang banyak diusahakan secara komersial pada

saat ini terutama di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan Eropa.

Berdasarkan hasil percobaan Morel pada tahun 1960 pada tanaman anggrek

Cymbidium dan tanaman hias lainnya, dalam waktu singkat dari bahan tanaman yang

sangat terbatas menghasilkan tanaman baru yang sangat banyak. Hasil penelitian

tersebut telah merangsang para peneliti untuk menerapkannya pada tanaman lain.

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara

vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara

mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-

bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur

tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat

memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari

teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian

Page 8: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

10

vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat

steril. (Daisy. P dan Wijayani. A: 1994).

Menurut (suryowinoto, 1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut

sebagai tissue culture, weefsel cultuus atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya

dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama.

Maka, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi

tanaman kecil yang mempunyai sifst seperti induknya.

Teknik kultur jaringan akan dapat berhasil dengan baik apabila syarat-syarat

yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplant sebagai

bahan dasar untuk pembentukan kalus, pengunaan medium yang cocok, keadaan yang

aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair. Meskipun pada

perinsipnya semua jenis sel dapat di tumbuhkan, tetapi sebiknya dipilih bagian

tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem, misalnya: daun

muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya.

Kultur jaringan akan lebih besar persentase keberhasilanya bila mengunakan

jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang

terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dindingnya tipis, belum mempunyai

penebalan dari zat pektin, plasmanya penuh dan vkuolanya kecil-kecil. Kebanyakan

orang mengunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem

keadaanya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat yang mengatur

pembelahan.

Embriogenesis dimulai dengan pembelahan gel yang tidak seimbang (kalus).

Kalus biasanya terbentuk setelah eksplan dikulturkan dalam media yang mengandung

auksln Banyak faktor yang mempengaruhi embriogenesis antara lain auksin eksogen,

sumber eksplan, komposisi nitrogen yang ditambahkan dalam media dan karbohidrat

(sukrosa). Selanjutnya gel membelah terus hingga memasuki tahap globular. Pada

saat tersebut sel aktif membelah kesegala arah dan membentuk lapisan terluar yang

akan menjadi protoderm (bakal epidermis), kelompok sel yang merupakan prekursor

jaringan dasar dan jaringan pembuluhpun mulai terbentuk. Pembelahan kesegala arah

Page 9: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

11

tersebut terhenti ketika pembentukan primordia kotiledon, pada saat embrio matang

sudah autotrof. Embrio yang matang akan berkecambah dan tumbuh menjadi

tumbuhan yang baru pada kondisi yang cocok (Bajaj, 1994; Dodeman dkk. 1997;Lits,

1985).

Proses pembentukan dan perkembangan embrio (embriogenesis)

menentukan pola pertumbuhan, yaitu meristem pucuk ke atas, meristem akar ke

bawah, dan pola-pola dasar jaringan lainnya berkembang pada 'axis' pucuk -akar ini,

namun pada tiap tumbuhan terdapat variasi pada proses embriogenesis.

Pada metoda kultur jaringan terbukti gel somatik yang terbentuk dari gel-gel

embriogenik dapat juga melakukan proses embriogenesis. Fenomena ini berhasil

diamati pada tahun 50-an pada beberapa tanaman, seperti kedelai, jagung, dan

terutama pada wortel. Korteks wortel yang ditanam pada media dasar 'white', sukrosa

dan 2.4-D membentuk massa kalus, yang kemudian dipindahkan ke media tanpa 2.4-

D ternyata sekumpulan gel membelah teratur dan melalui tahap normal

embriogenesis yaitu globular, jantung, dan torpedo,kemudian menjadi tanaman baru

yang lengkap. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa setiap gel pada tumbuhan

masih memiliki kapasitas yang dipunyai oleh zigot dari mana gel tersebut berasal jadi

hanya dengan memberikan rangsangan yaitu berupa lingkungan yang cocok (terutama

dari media tempat gel kultur), maka gel tersebut akan mampu mengekspresikan

potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu baru (Bajaj, 1994).

Pada penelitian jati (Tectona grandis) menunjukkan terbentuknya fase-fase

globular, jantung dan terpedo (Jenimar dkk,2004) setelah 12 minggu dengan

mengunakan MS modifikasi, sedangkan pada jambu bol terbentuk rase-rase seperti di

atas setelah 14 minggu (Jenimar dkk, 2002). Fase -rase yang menunjukkan

berjalannya proses embriogenesis pada tanaman kemiri terbentuk pada minggu ke-14

(Sihaholo,2004).

Selanjutnya proses embriogenesis adalah bagian dari metode kultur jaringan

untuk memperoleh bibit yang banyak dan bebas virus. Planlet yang dihasilkan pada

Page 10: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

12

mulanya beragam. Selanjutnya tanaman akan ditanam dilapang dan diadakan seleksi

sesuai dengan metoda pemuliaan berkali-kali sehingga diperoleh tanaman-tanaman

yang unggul. Tanaman inilah yang digunakan sebagai sumber eksplan yang bisa

diperbanyak dengan berbagai cara dilaboratorium kultur jaringan sehingga didapat

bibit dalam jumlah banyak dan seragam, metoda yang digunakan antara lain

menginduksi tunas majemuk dan sub kultur. Jika sudah diperoleh sumber eksplan

yang unggul dan media yang sesuai maka prosesnya akan berlangsung dalam waktu

yang singkat dengan penambahan hormon tumbuh dalam konsentrasi rendah.

Hadirin yang saya muliakan kesimpulan yang dapat kita ambil dari uraian

diatas bahwa dengan menggunakan prinsip-prinsip bioteknologi sebagai dasar

pemuliaan tanaman akan diperoleh keuntungan pemangkasan waktu dan

menghasilkan bibit-bibit unggul bebas virus dalam jumlah banyak melalui metoda

kultur jaringan. Usaha pengembangan tanaman dengan kultur jaringan merupakan

perbanyakan vegetatif tanaman yang dapat dikatakan masih baru. Namun, saat ini

sudah banyak sekali penemuan-penemuan tentang ilmu pengetahuan kultur jaringan

dalam bidang pertanian, biologi, farmasi, kedokteran dan sebagainya.

b. Zat Pengantur Tumbuh

Zat pengantur tumbuh adalah senyawa organic bukan nutrisi tanaman yang

aktif dalam jumlah kecil yang disintensiskan pada bagian tertentu tanaman dan pada

umumnya diangkut ke bagian lain tanaman dimana Zat tersebut menimbulkan

tanggapan secara biokimia,fisiologis dan morfologis. Zat pengantur tumbuh yang

umumdigunakan dalam kultur in vitro adalah golongan auksin dan sitokinin

(Wattimena, 1988).

Penggunaan auksin dalam kultur umumnya memberikan rewspon terhadap

pemanjangan sel, pembentukan kalus dan akar adventif, serta menghambat

pembentukan tunas aksiler dan tunas adventif. Dalam konsentrasi rendah, auksin akan

memacu pembentukan akar adventif, sedangkan pada konsentrasi tinggi akan

mendorong pembentukan kalus. Auksin mempunyai pengaruh yang berbeda-beda

Page 11: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

13

dari waktu ke waktu, dari species ke species, dan terutama sekali dari jaringan ke

jaringan (Wattimena,1992).

NAA merupakan salah satu pengganti hormone IAA sintensis yang

mempunyai fungsi yang sama dengan IAA, yaitu berperan dalam pembelahan sel,

pembentukan kalus, pertumbuhan akar, serta proses fisiologis lainnya. NAA biasanya

dipakai pada konsentrasi rendah. NAA memiliki sifat kimia yang lebih stabil

dibandingkan IAA dan tidak mudah teroksidasi oleh enzim (Zaer dan Mapes, 1985).

Sitokinin merupakan keturunan Adenin. Golongan ini berperan penting

dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis serta memacu pertumbuhan dan

perkembangan tunas. Bentuk sitokinin sintentik yang sering digunakan antara lain

Benzil Adenine (BA) atau sering disebut BAP (6- Benzyl Amino Purine). BA baru

digunakan secara luas pada beberapa tahun terakhir ini, namun segera menjadi

sitokinin yang langsung disukai oleh para penelitian kultur jaringan. Selain harganya

BA lebih murah dari sitokinin alam seperti Zeatin, BA dapat digunakan untuk

pembentukan kalus serta memacu pembentukan dan perkembangan tunas.

c. Tahapan Kultur Jaringan

Tahapan yang dilakukan dalam kultur jaringan adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan Media

Merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang

akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,

vitamin, dan hormon.  Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula,

dan lain-lain.  Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik

jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang

dilakukan.  Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol

kaca.  Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya

dengan autoklaf pada suhu 121º C selama 45 menit.

Page 12: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

14

2. Mikropagasi

a. Inisiasi kultur (Culture Estabilishment)

Sterilisasi eksplant

Sterilisasi eksplan merupakan bagian yang paling sulit dalam proses

produksi bibit melalui kultur jaringan. Sterilisasi biasanya dilakukan dalam beberapa

tahap. Pertama-tama eksplan dicuci dengan deterjen atau bahan pencuci lain,

selanjutnya direndam dalam bahan-bahan sterilan baik yang bersifat sistemik atau

desinfektan. Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk sterilisasi antara lain clorox,

kaporit atau sublimat. Sebagai contoh, sterilisasi eksplan tanaman dapat dilakukan

sebagai berikut: tunas yang akan digunakan sebagai eksplan dicuci dengan deterjen

sampai betul-betul bersih. Setelah itu, tunas diambil dan direndam dalam larutan

deterjen (15 menit) dan dibilas dengan air mengalir, selanjutnya di rendam berturut-

turut dalam fugisida dan bakteri (2 gr/l) selama 60 menit, alkohol (70%) selama 15

menit, bayclin (20%) selama 10 menit, dan bayclin (10%) selama 15 menit. Akhirnya

eksplan dibilas dengan aquades steril (3-5 kali) sampai larutan bahan kimia hilang.

Apabila kontaminan tetap ada maka konsentrasi dan lamanya perendaman sterilan

dapat ditingkatkan.

Bahan yang digunakan serta metode sterilisasi biasanya berbeda untuk setiap

bahan tanaman, sehingga bahan dan cara tersebut belum tentu berhasil apabila

diaplikasikan pada bahan yang berbeda serta waktu yang berlainan. Dengan

demikian, setiap pekerjaan kultur jaringan, cara sterilisasi eksplan harus dicoba

beberapa kali.

Penumbuhan eksplant dalam media yang cocok.

Setelah disterilkan eksplan ditumbuhkan dalam media kultur. Media yang

banyak digunakan sampai saat ini adalah media MS. Untuk mengarahkan biakan pada

organogenesis yang diinginkan, ke dalam media ditambahkan zat pengatur tumbuh.

Multipliksi atau perbanyakan planlet

Page 13: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

15

Proses penggandaan tanaman dimana tanaman dipotong-potong pada bagian

tertentu menjadi ukuran yang lebih kecil kemudian ditanam kembali kemedia agar

yang telah disiapkan. Proses ini dilakukan secar berulang setiap tanggal waktu

tertentu. Pada setiap siklusnya tanaman dipotong dan menghasilkan perbanyakan

dengan tingkat RM (Rate Of Multiplication) tertentu yang berbeda-beda untuk setiap

tanaman.

Kemampuan multiplikasi akan meningkat apabila biakan disubkultur

berulang kali. Namun perlu diperhatikan, walaupun subkultur dapat meningkatkan

faktor multiplikasi dapat juga meningkatkan terjadinya mutasi. Untuk itu, biakan

perlu diistirahatkan pada media MS0, yaitu tanpa zat pengatur tumbuh. Banyaknya

bibit yang dihasilkan oleh suatu laboratorium tergantung kemampuan multiplikasi

tunas pada setiap periode tertentu. Semakin tinggi kemampuan kelipatan tunasnya

maka semakin banyak dan semakin cepat bibit dapat dihasilkan.

Pemanjangan tunas, induksi dan perkembangan akar.

Merupakan proses induksi (perangsangan) bagi sistem perakaran tanaman.

Hasil dari proses ini adalah tanaman dari kondisi sempurnah. Tahapan ini tidak

berlaku untuk semua jenis tanaman. Pengakaran adalah fase dimana planlet akan

menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang mana biasanya hanya berupa

penambahan zat pemacu pertumbuhan dari golongan auxin. Dalam fase ini biasanya

tunas ditanam dalam media yang mengandung zat pengatur tumbuh (IAA, IBA atau

NAA). Perakaran umumnya dilakukan pada tahap akhir dalam suatu periode

perbanyakan kultur jaringan, yaitu apabila jumlah tunas in vitro sudah tersedia sesuai

dengan jumlah bibit yang akan diproduksi.

Aklimatisasi planlet kelingkungan luar

Aklimatisasi adalah proses penyesuaian planlet dari kondisi mikro dalam

botol (heterotrof) ke kondisi lingkungan luar (autotrof). Planlet yang dipelihara

dalam keadaan steril dalam lingkungan (suhu dan kelembaban) optimal, sangat rentan

terhadap lingkungan luar (lapang). Planlet yang tumbuh dalam kultur di laboratorium

Page 14: BAB II Tinjauan Pustaka Yang Sudah Dio Edit

16

memiliki karakteristik daun yang berbeda dengan planlet yang tumbuh di lapang.

Daun dari planlet pada umumnya memiliki stomata yang lebih terbuka, jumlah

stomata tiap satuan luas lebih banyak, dan sering tidak memiliki lapisan lilin pada

permukaannya. Dengan demikian, planlet sangat rentan terhadap kelembaban rendah.

Mengingat sifat-sifat tersebut, sebelum ditanam di lapang, planlet memerlukan

aklimatisasi. Aklimatisasi dapat dilakukan di rumah kaca atau pesemaian, baik di

rumah kaca atau pesemaian. Dalam aklimatisasi, lingkungan tumbuh (terutama

kelembaban) berangsur-angsur disesuaikan dengan kondisi lapang.

Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan

memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan

serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap

serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan

lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan

bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.