11-21-1-SM.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    1/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    1

    A. DEFINISILuka bakar ( combustio/burn )

    adalah cedera ( injuri ) sebagai akibatkontak langsung atau terpapar dengansumber-sumber panas ( thermal ), listrik

    (electrict ), zat kimia ( chemycal ), atauradiasi ( radiation ).

    B. INSIDENSIPerawatan luka bakar mengalami

    perbaikan/kemajuan dalam dekadeterakhir ini, yang mengakibatkanmenurunnya angka kematian akibat luka

    bakar. Pusat pusat perawatan luka bakartelah tersedia cukup baik, dengan anggotateam yang menangani luka bakar terdiridari berbagai disiplin yang saling bekerjasama untuk melakukan perawatan padaklien dan keluarganya.

    Luka bakar merupakan penyebabkematian ketiga akibat kecelakaan padasemua kelompok umur. Laki-lakicenderung lebih sering mengalami luka

    bakar dari pada wanita, terutama padaorang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).

    C. ETIOLOGILuka bakar dikategorikan menurut

    mekanisme injurinya meliputi:1. Luka Bakar Termal

    Luka bakar thermal (panas)disebabkan oleh karena terpapar ataukontak dengan api, cairan panas atauobjek-objek panas lainnya.

    2. Luka Bakar KimiaLuka bakar chemical (kimia)

    disebabkan oleh kontaknya jaringankulit dengan asam atau basa kuat.Konsentrasi zat kimia, lamanya kontakdan banyaknya jaringan yang terpaparmenentukan luasnya injuri karena zatkimia ini. Luka bakar kimia dapatterjadi misalnya karena kontak denganzat zat pembersih yang seringdipergunakan untuk keperluan rumahtangga dan berbagai zat kimia yangdigunakan dalam bidang industri,

    pertanian dan militer. Lebih dari25.000 produk zat kimia diketahuidapat menyebabkan luka bakar kimia.

    3. Luka Bakar Elektrik Luka bakar electric (listrik)

    disebabkan oleh panas yang digerakandari energi listrik yang dihantarkanmelalui tubuh. Berat ringannya lukadipengaruhi oleh lamanya kontak,

    PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)Oleh :

    Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns.Dosen AKPER POLTEKKES Bhakti Mulia Sukoharjo

    Abstrak :Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan

    petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar yang luasmempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutamasistem kardiovaskuler.

    Luka bakar dibedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, kedua dalam, dan derajatketiga. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis yang disertai eritema dan nyeri. Luka

    bakar derajat kedua superfisial meluas ke epidermis dan sebagian lapisan dermis yang disertailepuh dan sangat nyeri. Luka bakar derajat kedua dalam meluas ke seluruh dermis. Luka bakarderajat ketiga meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis, seringkali kapiler dan venahangus dan darah ke jaringan tersebut berkurang.

    Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi dan memberikesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka. Kata Kunci : Luka Bakar, Klasifikasi Luka Bakar, Manajemen Penatalaksanaan

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    2/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    2

    tingginya voltage dan cara gelombangelektrik itu sampai mengenai tubuh.

    4. Luka Bakar Radiasi Luka bakar radiasi disebabkan

    oleh terpapar dengan sumberradioaktif. Tipe injuri ini seringkali

    berhubungan dengan penggunaanradiasi ion pada industri atau darisumber radiasi untuk keperluanterapeutik pada dunia kedokteran.Terbakar oleh sinar matahari akibatterpapar yang terlalu lama jugamerupakan salah satu tipe luka bakarradiasi.

    D. EFEK PATOFISIOLOGI LUKA

    BAKAR1. Pada Kulit Perubahan patofisiologik yang

    terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuranluka bakar. Untuk luka bakar yangkecil (smaller burns), respon tubuh

    bersifat lokal yaitu terbatas pada areayang mengalami injuri. Sedangkan

    pada luka bakar yang lebih luasmisalnya 25 % dari total permukaantubuh ( TBSA : total body surface area )

    atau lebih besar, maka respon tubuhterhadap injuri dapat bersifat sistemikdan sesuai dengan luasnya injuri. Injuriluka bakar yang luas dapatmempengaruhi semua sistem utamadari tubuh, seperti :

    2. Sistem kardiovaskuler Segera setelah injuri luka bakar,

    dilepaskan substansivasoaktif (catecholamine, histamin,

    serotonin, leukotrienes ,dan prostaglandin ) dari jaringan yangmengalami injuri. Substansi substansi ini menyebabkanmeningkatnya permeabilitas kapilersehingga plasma merembes (to seep)kedalam sekitar jaringan. Injuri panasyang secara langsung mengenai

    pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yanglangsung mengenai membran selmenyebabkan sodium masuk dan

    potasium keluar dari sel. Secarakeseluruhan akan menimbulkantingginya tekanan osmotik yangmenyebabkan meningkatnya cairan

    intracellular dan interstitial dan yangdalam keadaan lebih lanjutmenyebabkan kekurangan volumecairan intravaskuler. Luka bakar yangluas menyebabkan edema tubuhgeneral baik pada area yangmengalami luka maupun jaringan yangtidak mengalami luka bakar dan terjadi

    penurunan sirkulasi volume darahintravaskuler. Denyut jantungmeningkat sebagai respon terhadap

    pelepasan catecholamine danterjadinya hipovolemia relatif, yangmengawali turunnya kardiac output.Kadar hematokrit meningkat yangmenunjukan hemokonsentrasi dari

    pengeluaran cairan intravaskuler.Disamping itu pengeluaran cairansecara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal.Sedangkan pengeluaran cairan yangnormal pada orang dewasa dengansuhu tubuh normal perhari adalah 350ml.

    Keadaan ini dapatmengakibatkan penurunan pada perfusiorgan. Jika ruang intravaskuler tidakdiisi kembali dengan cairan intravena

    maka shock hipovolemik dan ancamankematian bagi penderita luka bakaryang luas dapat terjadi.

    Kurang lebih 18-36 jam setelahluka bakar, permeabilitas kapilermenurun, tetapi tidak mencapaikeadaan normal sampai 2 atau 3minggu setelah injuri. Kardiac outputkembali normal dan kemudianmeningkat untuk memenuhi kebutuhanhipermetabolik tubuh kira-kira 24 jamsetelah luka bakar. Perubahan padakardiak output ini terjadi sebelumkadar volume sirkulasiintravena kembali menjadi normal.Pada awalnya terjadi kenaikanhematokrit yang kemudian menurunsampai di bawah normal dalam 3-4hari setelah luka bakar karenakehilangan sel darah merah dankerusakan yang terjadi pada waktuinjuri. Tubuh kemudian mereabsorbsicairan edema dan diuresis cairan dalam2-3 minggu berikutnya.

    3. Sistem Renal dan Gastrointestinal

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    3/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    3

    Respon tubuh pada mulanyaadalah berkurangnya darah keginjal dan menurunnya GFR(glomerular filtration rate), yangmenyebabkan oliguri. Aliran darahmenuju usus juga berkurang, yang

    pada akhirnya dapat terjadi ileusintestinal dan disfungsi gastrointestia

    pada klien dengan luka bakar yanglebih dari 25 %.

    4. Sistem Imun Fungsi sistem immune

    mengalami depresi. Depresi padaaktivitas lymphocyte, suatu penurunandalam produksi immunoglobulin,

    supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsineutropil dan macrophage dapat terjadi

    pada klien yang mengalami luka bakaryang luas. Perubahan-perubahan inimeningkatkan resiko terjadinya infeksidan sepsis yang mengancamkelangsungan hidup klien.

    5. Sistem Respiratori Dapat mengalami hipertensi

    arteri pulmoner, mengakibatkan

    penurunan kadar oksigen arteri danlung compliance . a. Smoke Inhalation .

    Menghisap asap dapatmengakibatkan injuri pulmoneryang seringkali berhubungandengan injuri akibat jilatan api.Kejadian injuri inhalasiini diperkirakan lebih dari 30 %untuk injuri yang diakibatkan olehapi.

    Manifestasi klinik yangdapat diduga dari injuri inhalasimeliputi adanya LB yangmengenai wajah, kemerahan dan

    pembengkakan pada oropharynxatau nasopharynx, rambut hidungyang gosong, agitasi ataukecemasan, takhipnoe, kemerahan

    pada selaput hidung, stridor,wheezing, dyspnea, suara serak,terdapat carbon dalam sputum,dan batuk. Bronchoscopy danScaning paru dapatmengkonfirmasikan diagnosis.

    Patofisiologi pulmoner yangdapat terjadi pada injuri inhalasi

    berkaitan dengan berat dantipe asap atau gas yang dihirup.

    b. Keracunan Carbon Monoxide.CO merupakan produk yang

    sering dihasilkan bila suatusubstansi organik terbakar. Iamerupakan gas yang tidak

    berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikathemoglobin 200 kali lebih besardari oksigen. Dengan terhirupnyaCO, maka molekul oksigendigantikan dan CO secarareversibel berikatan dengan

    hemoglobin sehinggamembentuk carboxyhemoglobin(COHb). Hipoksia jaringan dapatterjadi akibat penurunan secaramenyeluruh pada kemampuan

    pengantaran oksigen dalam darah.Kadar COHb dapat denganmudah dimonitor melalui kadarserum darah. Manifestasi darikeracunan CO adalah sbb (lihattabel 1)

    Tabel 1. Manifestasi klinik keracunan CO(Carbon Monoxida)Kadar CO (%) Manifestasi Klinik5 10 Gangguan tajam

    penglihatan11 20 Nyeri kepala21 30 Mual, gangguan

    ketangkasan31 40 Muntah, dizines,

    sincope41 50 Tachypnea,

    tachicardia> 50 Coma, mati Diambil dari Cioffi W.G., Rue L.W.(1991). Diagnosis and treatment ofinhalation injuries. Critical Care Clinicsof North America, 3(2), 195.

    E. KLASIFIKASI BERATNYA LUKA

    BAKAR1. Faktor yang mempengaruhi beratringannya luka bakar

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    4/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    4

    Beberapa faktor yangmempengaruhi berat - ringannya injuriluka bakar antara lain kedalaman luka

    bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanismeinjuri dan usia. Berikut ini akandijelaskan tentang faktor-faktortersebut di atas:a. Kedalaman luka bakar

    Kedalaman luka bakar dapatdibagi ke dalam 5 kategori yangdidasarkan pada elemen kulityang rusak, meliputi :1) Superfisial (derajat 1)2) Superfisial Kedalaman

    Partial (Partial Thickness)

    3) Dalam Kedalaman Partial(Deep Partial Thickness)4) Kedalaman Penuh (Full

    Thickness)5) Subdermal

    b. Luas luka bakar Terdapat beberapa metode

    untuk menentukan luas luka bakarmeliputi (1) rule ofnine, (2) Lund and Browder , dan(3) hand palm . Ukuran luka bakar

    dapat ditentukan denganmenggunakan salah satu darimetode tersebut. Ukuran luka

    bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuhyang terkena luka bakar. Akurasidari perhitungan bervariasimenurut metode yang digunakandan pengalaman seseorang dalammenentukan luas luka bakar.

    Metode rule of nine mulaidiperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat pengkajianyang cepat untuk menentukan

    perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode iniadalah bahwa tubuh di bagikedalam bagian-bagian anatomic,dimana setiap bagian mewakili 9% kecuali daerah genitalia 1 %(lihat gambar 1).

    Gb metode Rules Of NinePada metode Lund and

    Browder merupakan modifikasidari persentasi bagian-bagian

    tubuh menurut usia, yang dapatmemberikan perhitungan yanglebih akurat tentang luas luka

    bakar (lihat gambar 2)

    Gambar 2. Luas Luka BakarSelain dari kedua metode tersebutdi atas, dapat juga digunakan caralainnya yaitu mengunakan metodehand palm . Metode ini adalahcara menentukan luas atau

    persentasi luka bakar denganmenggunakan telapak tangan.Satu telapak tangan mewakili 1 %dari permukaan tubuh yangmengalami luka bakar.

    c. Lokasi luka bakar (bagiantubuh yang terkena)

    Berat ringannya luka bakardipengaruhi pula oleh lokasi luka

    bakar. Luka bakar yang mengenaikepala, leher dan dada seringkali

    berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yangmenganai wajah seringkalimenyebabkan abrasi kornea. Luka

    bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    5/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    5

    membutuhkan terapi fisik danoccupasi dan dapat menimbulkanimplikasi terhadap kehilanganwaktu bekerja dan atauketidakmampuan untuk bekerjasecara permanen. Luka bakaryang mengenai daerah perinealdapat terkontaminasi oleh urineatau feces. Sedangkan luka bakaryang mengenai daerah torak dapatmenyebabkan tidak adekwatnyaekspansi dinding dada danterjadinya insufisiensi pulmoner.

    d. Mekanisme injuri Mekanisme injury

    merupakan faktor lain yangdigunakan untuk menentukan berat ringannya luka bakar. Secraumum luka bakar yang jugamengalami injuriinhalasi memerlukan perhatiankhusus.

    Pada luka bakar elektrik, panas yang dihantarkan melaluitubuh, mengakibatkan kerusakan

    jaringan internal. Injury pada kulitmungkin tidak begitu berarti akan

    tetapi kerusakan otot dan jaringanlunak lainnya dapat terjad lebihluas, khususnya bila injuryelektrik dengan voltage tinggi.Oleh karena itu voltage, tipe arus(direct atau alternating), tempatkontak, dan lamanya kontakadalah sangat penting untukdiketahui dan diperhatikan karenadapat mempengaruhi morbiditi.

    Alternating current(AC) lebih berbahaya dari

    pada direct current (DC) . Iniseringkali berhubungan denganterjadinya kardiac arrest (henti

    jantung), fibrilasi ventrikel,kontraksi otot tetani, dan frakturkompresi tulang-tulang panjangatau vertebra.

    Pada luka bakar karena zatkimia keracunan sistemik akibatabsorbsi oleh kulit dapat terjadi.

    e. Usia Usia klien mempengaruhi

    berat ringannya luka

    bakar. Angka kematiannya( Mortality rate) cukup tinggi padaanak yang berusia kurang dari 4tahun, terutama pada kelompokusia 0-1 tahun dan klien yang

    berusia di atas 65 th.Tingginya statistik mortalitas

    dan morbiditas pada orang tuayang terkena luka

    bakar merupakan akibatkombinasi dari berbagai gangguanfungsional (seperti lambatnya

    bereaksi, gangguan dalammenilai, dan menurunnyakemampuan mobilitas), hidupsendiri, dan bahaya-bahaya

    lingkungan lainnya. Disampingitu juga mereka lebih rentanterhadap injury luka bakar karenakulitnya menjadi lebih tipis, danterjadi athropi pada bagian-bagiankulit lain. Sehingga situasi sepertiketika mandi dan memasak dapatmenyebabkan terjadinya luka

    bakar.

    F. MANAGEMENTPENATALAKSANAAN

    Berbagai macam respon sistem organyang terjadi setelah mengalami luka bakarmenuntut perlunya pendekatan antardisiplin. Perawat bertanggung jawabuntuk mengembangkan rencana

    perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang merefleksikankebutuhan fisik dan psikososial klien dankeluarga atau orang lain yang dianggap

    penting. Secara klinis klien luka bakardapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu :

    1. Fase Emergent (Resusitasi) Fase emergensi dimulai pada saat

    terjadinya injury dan diakhiri denganmembaiknya permeabilitas kapiler,yang biasanya terjadi pada 48-72 jamsetelah injury. Tujuan utama

    pemulihan selama fase ini adalahuntuk mencegah shock hipovolemikdan memelihara fungsi dari organvital. Yang termasuk ke dalam faseemergensi adalah (a) perawatansebelum di rumah sakit, (b)penanganan di bagianemergensi dan (c) periode resusitasi .

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    6/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    6

    Hal tersebut akan dibahas berikutini :a. Perawatan sebelum di rumah

    sakit ( pre-hospital care ) Perawatan sebelum klien

    dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat kejadian luka bakardan berakhir ketika sampai diinstitusi pelayanan emergensi.Pre-hospital care dimulai denganmemindahkan/menghindarkanklien dari sumber penyebab LBdan atau menghilangkan sumber

    panas (lihat tabel).Tabel 2 : Petunjuk perawatanklien luka bakar sebelum di

    rumah sakit1) Jauhkan penderita darisumber LBa) Padamkan pakaian yang

    terbakar b) Hilangkan zat kimia

    penyebab LBc) Siram dengan air

    sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia

    d) Matikan listrik atau buang sumber listrik

    dengan menggunakanobjek yang kering dantidak menghantarkanarus (nonconductive)

    2) Kaji ABC (airway, breathing, circulation):a) Perhatikan jalan nafas

    (airway) b) Pastikan pernafasan

    (breathibg) adekwatc) Kaji sirkulasi

    3) Kaji trauma yang lain4) Pertahankan panas tubuh5) Perhatikan kebutuhan untuk

    pemberian cairan intravena6) Transportasi (segera kirim

    klien ka rumah sakit) Diambil dari Trunkey, D.D.

    (1983). Transporting thecritically burned patient. InT.L. Wachtel, et al.(Eds): Current Topics In BurnCare, Rockville, MD :

    Aspen Publications .

    b. Penanganan dibagianemergensi

    Perawatan di bagianemergensi merupakan kelanjutandari tindakan yang telah diberikan

    pada waktu kejadian. Jika pengkajian dan atau penangananyang dilakukan tidak adekuat,maka pre hospital care di berikandi bagian emergensi. Penangananluka (debridemen dan

    pembalutan) tidaklah diutamakan bila ada masalah-masalah lainyang mengancam kehidupanklien, maka masalah inilah yangharus diutamakan

    1) Penanganan Luka BakarRinganPerawatan klien dengan

    LB ringan seringkalidiberikan dengan pasienrawat jalan. Dalam membuatkeputusan apakah klien dapatdipulangkan atau tidakadalah denganmemperhatikan antara lain a)kemampuan klien untukdapat menjalankan atau

    mengikuti intruksi-instruksidan kemampuan dalammelakukan perawatan secaramandiri ( self care ), b)lingkungan rumah. Apabilaklien mampu mengikutiinstruksi dan perawatan diriserta lingkungan di rumahmendukung terjadinya

    pemulihan maka klien dapatdipulangkan.

    Perawatan di bagianemergensi terhadap luka

    bakar minor meliputi :menagemen nyeri, profilaksistetanus, perawatan luka tahapawal dan pendidikankesehatan.

    a) Managemen nyeriManagemen nyeri

    seringkali dilakukan dengan pemberian dosis ringanmorphine atau meperidinedibagian emergensi.Sedangkan analgetik oral

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    7/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    7

    diberikan untuk digunakanoleh pasien rawat jalan.

    b) Profilaksis tetanusPetunjuk untuk pemberian

    profilaksis tetanus adalahsama pada penderita LB baikyang ringan maupun tipe injurilainnya. Pada klien yang

    pernah mendapat imunisasitetanus tetapi tidak dalamwaktu 5 tahun terakhir dapatdiberikan boster tetanustoxoid. Untuk klien yang tidakdiimunisasi dengan tetanushuman immune globulin dankarenanya harus diberikan

    tetanus toxoid yang pertamadari serangkaian pemberianimunisasi aktif dengan tetanustoxoid.

    c) Perawatan luka awalPerawatan luka untuk LB

    ringan terdiri darimembersihkan luka(cleansing ) yaitu debridemen

    jaringan yang mati;membuang zat-zat yangmerusak (zat kimia, tar, dll);

    dan pemberian/penggunaankrim atau salep antimikrobatopikal dan balutan secarasteril. Selain itu juga perawat

    bertanggung jawabmemberikan pendidikantentang perawatan luka dirumah dan manifestasi klinisdari infeksi agar klien dapatsegera mencari pertolongan.Pendidikan lain yangdiperlukan adalah tentang

    pentingnya melakukan latihanROM ( range of motion ) secaraaktif untuk mempertahankanfungsi sendi agar tetap normaldan untuk menurunkan

    pembentukan edema dankemungkinan terbentuknyascar. Dan perlunya evaluasiatau penanganan follow up

    juga harus dibicarakan denganklien pada waktu itu.

    d) Pendidikan / penyuluhankesehatan

    Pendidikan tentang perawatan luka, pengobatan,komplikasi, pencegahankomplikasi, diet, berbagaifasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat yang dapat dikunjungi jika memmerlukan

    bantuan dan informasi lainyang relevan perlu dilakukanagar klien dapat menolongdirinya sendiri.

    2) Penanganan Luka Bakar Berat. Untuk klien dengan luka yang

    luas, maka penanganan pada bagian emergensi akan meliputi

    reevaluasi ABC (jalan nafas,kondisi pernafasan, sirkulasi ) dantrauma lain yang mungkin terjadi;resusitasi cairan (penggantiancairan yang hilang); pemasangankateter urine;

    pemasangan nasogastrictube ( NGT ); pemeriksaan vital

    signs dan laboratorium;management nyeri; propilaksistetanus; pengumpulan data; dan

    perawatan luka.

    Berikut adalah penjelasan daritiap-tiap penanganan tersebut,yakni sebagai berikut.a) Reevaluasi jalan nafas, kondisi

    pernafasan, sirkulasi dantrauma lain yang mungkinterjadi.

    Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan, dan sirkulasiunutk lebih memastikan adatidaknya kegawatan dan untukmemastikan penanganansecara dini. Selain itumelakukan pengkajian adatidaknya trauma lain yangmenyertai cedera luka bakarseperti patah tulang, adanya

    perdarahan dan lain-lain perludilakukan agar dapat dengansegera diketahui danditangani.

    b) Resusitasi cairan (penggantiancairan yang hilang)

    Bagi klien dewasa denganluka bakar lebih dari 15 %,

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    8/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    8

    maka resusitasi cairanintravena umumnyadiperlukan. Pemberianintravena perifer dapatdiberikan melaui kulit yangtidak terbakar pada bagian

    proximal dari ekstremitas yangterbakar. Sedangkan untukklien yang mengalami luka

    bakar yang cukup luas atau pada klien dimana tempat tempat untuk pemberianintravena perifer terbatas,maka dengan pemasangankanul ( cannulation ) pada venacentral (seperti subclavian,

    jugular internal atau eksternal,atau femoral) oleh doktermungkin diperlukan.

    Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan dankemudian dilanjutkan denganresusitasi cairan. Resusitasicairan dapat menggunakan

    berbagai formula yang telahdikembangkan.

    c) Pemasangan kateter urinePemasangan kateter harus

    dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap jam.Output urine merupakanindikator yang reliable untukmenentukan keadekuatan dariresusitasi cairan.

    d) Pemasangan nasogastrictube ( NGT )

    Pemasangan NGT bagiklien LB 20 % -25 % ataulebih perlu dilakukan untukmencegah emesis danmengurangi resiko terjadinyaaspirasi. Disfungsiganstrointestinal akibat dariileus dapat terjadi umumnya

    pada klien tahap dini setelahluka bakar. Oleh karena itusemua pemberian cairanmelalui oral harus dibatasi

    pada waktu itu.e) Pemeriksaan vital signs dan

    laboratoriumVital signs merupakan

    informasi yang penting sebagai data tambahan

    untuk menentukan adekuattidaknya resuscitasi.

    Pemeriksaan laboratoriumdasar akan meliputi

    pemeriksaan gula darah, BUN(blood ures nitrogen), creatini,elektrolit serum, dan kadarhematokrit. Kadar gas daraharteri (analisa gas darah),COHb juga harus diperiksa,khususnya jika terdapat injuriinhalasi. Tes-tes laboratoriumlainnya adalah pemeriksaan x-ray untuk mengetahui adanyafraktur atau trauma lainnyamungkin perlu dilakukan jika

    dibutuhkan. Monitoring EKGterus menerus haruslahdilakukan pada semua kliendengan LB berat, khususnya

    jika disebabkan oleh karenalistrik dengan voltase tinggi,atau pada klien yangmempunyai riwayat iskemia

    jantung atau dysrhythmia.f) Management nyeri

    Penanganan nyeri dapatdicapai melalui pemberian

    obat narcotik intravena, sepertimorphine. Pemberian melaluiintramuskuler atau subcutantidak dianjurkan karenaabsorbsi dari jaringan lunaktidak cukup baik selama

    periode ini bila hipovolemiadan perpindahan cairan yang

    banyak masih terjadi.Demikian juga pemberianobat-obatan untuk mengatasisecara oral tidak dianjurkankarena adanya disfungsigastrointestial.

    g) Perawatan lukaLuka yang mengenai

    sekeliling ekstremitas dantorak dapat mengganggusirkulasi dan respirasi, olehkarena itu harus mendapat

    perhatian. Komplikasi inilebih mudah terjadi selamaresusitasi, bila cairan

    berpindah ke dalam jaringaninterstitial berada pada

    puncaknya. Pada LB yang

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    9/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    9

    mengenai sekelilingekstremitas, makameninggikan bagianekstremitas diatas jantungakan membantu menurunkanedema dependen; walaupundemikian gangguan sirkulasimasih dapat terjadi. Olehkarena pengkajian yang seringterhadap perfusi ekstremitas

    bagian distal sangatlah pentinguntuk dilakukan.

    Perawatan luka dibagianemergensi terdiri dari

    penutupan luka dengan spreikering, bersih dan baju hangat

    untuk memelihara panastubuh. Klien dengan luka bakar yang mengenai kepaladan wajah diletakan pada

    posisi kepala elevasi dansemua ekstremitas yangterbakar dengan menggunakan

    bantal sampai diatas permukaan jantung. Tindakanini dapat membantumenurunkan pembentukanedema dependent. Untuk LB

    ringan kompres dingin dansteril dapat mengatasi nyeri.Kemudian dibawa menujufasilitas kesehatan.

    2. Fase Akut Fase akut dimulai ketika

    pasien secara hemodinamik telahstabil, permeabilitas kapilermembaik dan diuresis telah mulai.Fase ini umumnya dianggap terjadi

    pada 48-72 jam setelah injuri.Fokus management bagi klien

    pada fase akut adalah sebagai berikut : mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka,nutrisi, managemen nyeri, danterapi fisik.a. Mengatasi infeksi ; Sumber-

    sumber infeksi pada kliendengan luka bakar meliputiautocontaminasi dari:1) Oropharynx2) Fecal flora

    3) Kulit yg tidak terbakardan

    4) Kontaminasi silang daristaf

    5) Kontaminasi silang dari pengunjung

    6) Kontaminasi silang dariudara

    Kegiatan khusus untukmengatasi infeksi dan tehnikisolasi harus dilakukan padasemua pusat-pusat perawatanLB. Kegiatan ini berbeda danmeliputi penggunaan sarungtangan, tutp kepala, masker,

    penutup kaki, dan pakaian

    plastik. Membersihkan tanganyang baik harus ditekankan untukmenurunkan insiden kontaminasisilang diantara klien. Staf dan

    pengunjung umumnya dicegahkontak dengan klien jika iamenderita infeksi baik pada kulit,gastrointestinal atau infeksisaluran nafas.

    b. Perawatan lukaPerawatan luka diarahkan

    untuk meningkatkan

    penyembuhan luka. Perawatanluka sehari-hari meliputimembersihkan luka, debridemen,dan pembalutan luka.

    1) HidroterapiMembersihkan luka

    dapat dilakukan dengan carahidroterapi. Hidroterapi initerdiridari merendam (immersion)dan dengan shower (spray).Tindakan ini dilakukan selama30 menit atau kurang untukklien dengan LB acut. Jikaterlalu lama dapatmeningkatkan pengeluaransodium (karena air adalahhipotonik) melalui luka,

    pengeluaran panas, nyeri danstress. Selama hidroterapi, lukadibersihkan secara perlahandan atau hati-hati denganmenggunakan berbagai macamlarutan seperti sodiumhipochloride, providon iodinedan chlorohexidine. Perawatan

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    10/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    10

    haruslah mempertahankan agarseminimal mungkin terjadinya

    pendarahan dan untukmempertahankan temperaturselama prosedur inidilakukan. Klien yang tidakdianjurkan untuk dilakukanhidroterapi umumnya adalahmereka yang secarahemodinamik tidak stabil danyang baru dilakukan skin graft.Jika hidroterapi tidakdilakukan, maka luka dapatdibersihkan dan dibilas di atastempat tidur klien danditambahkan dengan

    penggunaan zat antimikroba.2) DebridemenDebridemen luka

    meliputi pengangkatan eschar.Tindakan ini dilakukan untukmeningkatkan penyembuhanluka melalui pencegahan

    proliferasi bakteri di bagian bawah eschar. Debridemenluka pada LB meliputidebridemen secara mekanik,debridemen enzymatic, dan

    dengan tindakan pembedahan.a) Debridemen mekanik

    Debridemen mekanikyaitu dilakukan secarahati-hati denganmenggunakan guntingdan forcep untukmemotong danmengangkat eschar.Penggantian balutanmerupakan cara lain yang

    juga efektif dari tindakandebridemen mekanik.Tindakan ini dapatdilakukan dengan caramenggunakan balutan

    basah ke kering (wet-to-dry) dan pembalutankering kepada balutankering (wet-to-wet).Debridemen mekanik

    pada LB dapatmenimbulkan rasa nyeriyang hebat, oleh karenaitu perlu terlebih dahuludilakukan tindakan untuk

    mengatasi nyeri yanglebih efektif.

    b) Debridemen enzymaticDebridemen

    enzymatik merupakandebridemen denganmenggunakan preparatenzym topical proteolitikdan fibrinolitik. Produk-

    produk ini secara selektifmencerna jaringan yangnecrotik, danmempermudah

    pengangkatan eschar.Produk-prduk inimemerlukan lingkungan

    yang basah agar menjadilebih efektif dandigunakan secaralangsung terhadapluka. Nyeri dan

    perdarahan merupakanmasalah utama dengan

    penanganan ini dan harusdikaji secara terus-menerus selama treatmentdilakukan.

    c) Debridemen pembedahan

    Debridemen pembedahan lukameliputi eksisi jaringandevitalis (mati). Terdapat2 tehnik yang dapatdigunakan : Tangential

    Excision dan Fascial Excision .

    Pada tangentialexccision adalah denganmencukur atau menyayatlapisan eschar yangsangat tipis sampaiterlihat jaringan yangmasih hidup. sedangkanfascial excision adalahmengangkat jaringan lukadan lemak sampaifascia. Tehnik iniseringkali digunakanuntuk LB yang sangatdalam.

    3) Balutana) Penggunaan penutup luka

    khusus

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    11/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    11

    Luka bakar yangdalam atau full thickness

    pada awalnya dilakukandengan menggunakan zat/ obat antimikrobatopikal. Obat inidigunakan 1 - 2kali setelah pembersihan,debridemen dan inspeksiluka. Perawat perlumelakukan kajianterhadap adanya eschar,granulasi jaringan atauadanya reepitelisasi danadanya tanda tandainfeksi. Umumnya obat

    obat antimikroba yangsering digunakan tampak pada tabel dibawah. Tidakada satu obat yangdigunakan secara umum,oleh karena itu dibeberapa

    pusat pelayanan luka bakar ada yang memilihkrim silfer sulfadiazinesebagai pengobatantopikal awal untuk luka

    bakar.

    b) Metode terbuka dantertutup

    Luka pada LB dapatditreatmen denganmenggunakanmetode/tehnik belutan

    baik terbuka maupuntertutup. Untuk metodeterbuka digunakan /dioleskan creamantimikroba secara meratadan dibiarkan terbukaterhadap udara tanpadibalut. Cream tersebutdapat diulang

    penggunaannya sesuaikebutuhan, yaitu setiap 12

    jam sesuai denganaktivitas obat tersebut.kelebihan dari metode iniadalah bahwa luka dapatlebih mudah diobservasi,memudahkan mobilitasdan ROM sendi, dan

    perawatan luka menjadilebih sederhana/mudah.

    Sedangkan kelemahandari metode ini adalahmeningkatnyakemungkinan terjadinyahipotermia, dan efeknya

    psikologis pada klienkarena seringnya dilihat.

    Pada perawatan lukadengan metode tertutup,memerlukan bermacam-macam tipe balutan yangdigunakan. Balutandisiapkan untukdigunakan sebagai

    penutup pada cream yangdigunakan. Dalam

    menggunakan balutanhendaknya hati-hatidimulai dari bagian distalkearah proximal untukmenjamin agar sirkulasitidak terganggu.Keuntungan dari metodeini adalah mengurangievavorasi cairan dankehilangan panas dari

    permukaan luka , balutan juga membantu dalam

    debridemen. Sedangkankerugiannya adalahmembatasi mobilitasmenurunkankemungkinan efektifitasexercise ROM.Pemeriksaan luka jugamenjadi terbatas, karenahanya dapat dilakukan

    jika sedang mengganti balutan saja.

    c) Penutupan lukaPenutupan Luka

    Sementara seringdigunakan sebagai

    pembalut luka. Setiap produk penutup lukatersebut mempunyaiindikasi khusus.Karakteristik luka(kedalamannya,

    banyaknya eksudat, lokasiluka pada tubuh dan fase

    penyembuhan/pemulihan)serta tujuantindakan/pengobatan

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    12/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    12

    perlu dipertimbangkan bila akan memilih penutup luka yang lebihtepat.

    c. Terapi fisikTindakan-tindakan yang

    digunakan untuk mencegah danmenangani kontraktur meliputi terapi

    posisi, ROM exercise, dan pendidikan pada klien dan keluarga.1) Posisi Terapeutik

    Tabel dibawah inimerupakan daftar tehnik-tehnik

    posisi koreksi dan terapeutik untukklien dengan LB yang mengenai

    bagian tubuh tertentu selama periode tidak ada aktifitas(inactivity periode) atauimmobilisasi. Tehnik-tehnik posisitersebut mempengaruhi bagiantubuh tertentu dengan tepat untukmengantisipasi terjadinyakontraktur atau deformitas.

    2) ExerciseLatihan ROM aktif

    dianjurkan segera dalam pemulihan pada fase akut untuk

    mengurangi edema danmempertahankan kekuatan danfungsi sendi. Disampingitu melakukan kegiatan/aktivitassehari-hari (ADL) sangat efektifdalam mempertahankan fungsi danROM. Ambulasi dapat jugamempertahankan kekuatan danROM pada ekstremitas bawah danharus dimulai bila secara fisiologisklien telah stabil. ROM

    pasif termasuk bagian dari rencanatindakan pada klien yang tidakmampu melakukan latihan ROMaktif.

    3) Pembidaian ( Splinting )Splint digunakan untuk

    mempertahankan posisi sendi danmencegah atau memperbaikikontraktur. Terdapat dua tipesplint yang seringkali digunakan,yaitu statis dan dinamis. Statissplint merupakan immobilisasisendi. Dilakukan pada saatimmobilisasi, selama tidur, dan

    pada klien yang tidak kooperatif

    yang tidak dapat mempertahankan posisi dengan baik. Berlainanhalnya dengan dinamic splint.Dinamic splint dapat melatih

    persendian yang terkena.4) Pendidikan

    Pendidikan pada klien dankeluarga tentang posisi yang benardan perlunya melakukan latihansecara kontinue. Petunjuk tertulistentang berbagai posisi yang

    benar, tentangsplinting/pembidaian dan latihanrutin dapat mempermudah proses

    belajar klien dan dapat menjadilebih kooperatif.

    3. Fase RehabilitasiFase rehabilitasi adalah fase

    pemulihan dan merupakan faseterakhir dari perawatan luka

    bakar. Penekanan dari programrehabilitasi penderita luka bakar adalahuntuk peningkatan kemandirianmelalui pencapaian perbaikan fungsiyang maksimal. Tindakan-tindakanuntuk meningkatkan penyembuhanluka, pencegahan atau meminimalkan

    deformitas dan hipertropi scar,meningkatkan kekuatan dan fungsi danmemberikan support emosional serta

    pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi.

    G. PERHATIAN KHUSUS ASPEKPSIKOSOSIAL

    Rehabilitasi psikologis adalah sama pentingnya dengan rehabilitasi fisik dalamkeseluruhan proses pemulihan. Banyaksekali respon psikologis dan emosionalterhadap injuri luka bakar yang dapatdiidentifikasi, mulai dari ketakutansampai dengan psikosis . Respon

    penderita dipengaruhi oleh usia,kepribadian (personality), latar belakang

    budaya dan etnic, luas dan lokasi injuri,dan akibatnya pada body image.Disamping itu, berpisah dari keluarga danteman-teman, perubahan pada perannormal klien dan tanggungjawabnyamempengaruhi reaksi terhadap traumaLB.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/10/2019 11-21-1-SM.pdf

    13/13

    PROFESI Volume 08 / Februari September 2012

    13

    Doenges, M.E., et al. (1995). Nursing care plans guidelines for planning patientcare. (2nd ed.). Philadelphia: F.A. DavisCo.

    Luckmann & Sorensen. (1993). Medical- surgical nursing a psychophysiologicapproach, (4 th ed.). Philadelphia: W.B.Saunder Co.

    Nettina, S. (1996). The Lippincott manual ofnursing practice. (6 th ed.). Lippincott:Lippincott-Raven Publisher.

    Thompson, J.M. (1987). Clinical nursing. St.Louis: Mosby.