Upload
others
View
26
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan KLHS Terhadap Dokumen Pengembangan
Kawasan Tanjung Carat
Tanjung Carat merupakan kawasan yang terletak di Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan yang direncanakan sebagai Kawasan Pelabuhan
dan Perindustrian. Kawasan Tanjung Carat ini akan dijadikan sebagai Portal
lalulintas pelabuhan wilayah Provinsi Sumatera Selatan dan wilayah sekitarnya.
Perkembangan kota-kota dan peningkatan kapasitas infrastruktur jalan di
Provinsi Sumatera Selatan mempengaruhi interaksi antar kota, yang
selanjutnya berpengaruh terhadap peran Tanjung Carat sebagai jalur lalu lintas
atau pintu gerbang untuk memasuki wilayah Sumatera Selatan melalui
perairan. Untuk meningkatkan peran Tanjung Carat tersebut, Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan akan menjadikan Kawasan Tanjung Carat sebagai
Area Pelabuhan dan Perindustrian. Didalam dokumen perencanaan Provinsi
Sumatera Selatan dan Kabupaten Banyuasin, Tanjung Carat dan Tanjung Api-
api direncanakan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk itulah
kawasan tersebut akan dibangun pelabuhan sebagai penunjang pembangunan
yang akan direncanakan. Pemerintah menghadapi beberapa masalah didalam
penerapan rencana pembangunan kawasan Tanjung Carat sehingga masih
relatif banyak bagian-bagian rencana yang akan dibangun belum sesuai
dengan peruntukan tanah yang ditetapkan didalam rencana tata ruang.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 2
Sehubungan dengan gagasan penataan Kawasan Tanjung Carat, Pemerintah
Kabupaten Banyuasin dan Provinsi Sumatera Selatan mempunyai gagasan
untuk menetapkan Tanjung Carat sebagai Kawasan Area Pelabuhan dan
Industri. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang implikasi kebijakan
penataan Kawasan Tanjung Carat, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
menyusun Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Pada tahun 2012,
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bersama-sama dengan Pemerintah
Kabupaten Banyuasin melakukan penyusunan KLHS Rencana Pembangunan
Kawasan Tanjung Carat. Dari uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas maka
penyusunan KLHS Kawasan Tanjung Carat dimaksudkan antara lain untuk:
1. Menyelaraskan KLHS dengan rencana-rencana yang telah disusun
sebelumnya seperti: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
Selatan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin, dan
Rencana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-api dan Tanjung
Carat;
2. Mengintegrasikan rencana sektor dan rencana tata ruang yang terkait
dengan Kawasan Tanjung Carat perlu diselaraskan dengan RPJPD dan
RPJMD Provinsi Sumatera Selatan dan RPJP dan RPJM Kabupaten
Banyuasin, karena kegiatan pemanfaatan ruang kawasan Tanjung Carat
tergolong proyek jangka panjang;
3. Mengintegrasikan gagasan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Sumatera Selatan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin,
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 3
RPJP dan RPJM Provinsi Sumatera Selatan, RPJP dan RPJM Kabupaten
Banyuasin, dan dokumen rencana lainnya termasuk Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) yang dititik beratkan dengan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial budaya;
4. Mengurangi (mitigasi) dampak-dampak negatif, optimasi dan pemanfaatan
hasil kajian perlu dimasukkan ke dalam dokumen perencanaan Provinsi
Sumatera Selatan dan Kabupaten Banyuasin agar dapat diimplementasikan
tepat waktu.
Permasalahan dalam penyusunan KLHS Kawasan Tanjung Api-api adalah
bahwa pada saat ini dokumen RTRW Provinsi Sumatera Selatan dan dokumen
RTRW Kabupaten Banyuasin belum disahkan tetapi rencana pengembangan
Kawasan Tanjung api-api dan Tanjung Jarat sudah diplot sedangkan Rencana
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-api dan Tanjung Jarat sudah
disusun walaupun dasar hukumnya belum ada. Oleh karena itu, penyusunan
KLHS Kawasan Tanjung Api-api/Tanjung Jarat lebih difokuskan pada dokumen
RPJP dan RPJM baik itu untuk Provinsi Sumatera Selatan maupun untuk
Kabupaten Banyuasin.
1.2. Proses Penapisan KLHS Kawasan Tanjung Carat
Pengembangan kawasan Tanjung Carat sebagai kawasan pelabuhan dan
kawasan industri yang terletak pada lahan basah maka sudah seharusnya
pembangunan yang dilakukan harus mempertimbangkan aspek lingkungan
hidup terutama dalam kegiatan, rencana, dan program yang telah disusun
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 4
dalam dokumen pembangunan kawasan tersebut. Kegiatan reklamasi kawasan
Tanjung Carat perlu dipikirkan secara ilmiah baik dampak kegiatan tersebut
pada lingkungan biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan) maupun lingkungan
abiotik (tanah, air, dan udara). Pertimbangan lingkungan tersebut perlu
perhatian khusus mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan lahan
basah yang menjadi tulang punggung masyarakat di sekitar kawasan tersebut
terutama di sektor perikanan dan pertanian lahan basah. Pengembangan
kawasan Tanjung Carat terutama dilakukan reklamasi lahan pantai dengan
pengurugan sangat berkaitan dengan kerusakan, kemerosotan dan atau
kepunahan biota laut dan hutan mangrove; serta penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam terutama biota laut dan hutan mangrove,
peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan atau lahan yang akan
mengakibatkan mata pencaharian penduduk menjadi sulit terutama sektor
perikanan dan pertanian pangan di lahan basah yang akan mengakibatkan
peningkatan jumlah penduduk miskin di daerah perairan. Dengan
mempertimbangkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penyusunan
dokumen KLHS Kawasan Tanjung Api-api/Tanjung Carat.
1.3. Tujuan KLHS dalam Pembangunan Kawasan Tanjung
Carat
Tujuan utama KLHS Kawasan Tanjung Carat adalah untuk mengidentifikasi
pengaruh rumusan kebijakan dan rencana pembangunan kawasan terhadap
lingkungan hidup dan kemudian mengintegrasikan temuan-temuan proses
pelaksanaan KLHS untuk memperbaiki rumusan kebijakan, rencana maupun
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 5
program didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi
Sumatera Selatan. Proses dan hasil pelaksanaan KLHS akan memberi
kontribusi perbaikan materi Rencana Pembangunan Jangka Menengah melalui:
1. Penelaahan dan evaluasi pengaruh rumusan kebijakan dan rencana
pembangunan Kawasan Tanjung Carat terhadap lingkungan hidup dan
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
2. Pengintegrasian konsep-konsep pembangunan berkelanjutan kedalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi
Sumatera Selatan.
3. Penyelenggaraan rangkaian forum dialog kelompok masyarakat Sumatera
Selatan untuk mengidentifikasi kondisi dan permasalahan lingkungan serta
alternatif pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
1.4. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penerapan KLHS dalam perencanaan Kawasan
Tanjung Carat adalah tersusunnya laporan pelaksanaan KLHS yang memuat
rekomendasi mitigasi dampak negatif kebijakan dan/atau rencana
pembangunan Tanjung carat terhadap lingkungan hidup, dan rencana
pemantauan dari implementasi Kawasan Tanjung Carat tersebut.
Laporan KLHS Tanjung Carat bersifat laporan sebagai dokumen dan iteratif
yang dapat dan bahkan perlu dimutakhirkan oleh Tim KLHS Tanjung Carat
untuk melengkapi dokumen Rencana Pembangunan Jangka-Menengah
(RPJM). Laporan KLHS ini akan bermanfaat pada saat penyusunan RPJMD
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 6
pada tahun berikutnya. Untuk menjamin terselenggaranya pemutakhiran
laporan KLHS ini serta pemantauan pelaksanaan rekomendasi-rekomendasi
KLHS, maka perlu dipikirkan perlunya membentuk satu unit kerja baru di dalam
Pemerintah Daerah, atau mengfungsikan unit kerja yang sudah ada, guna
mengemban urusan penyelenggaraan dan pemantauan rekomendasi KLHS.
1.5. Pelaksanaan KLHS dan Lingkup Kegiatan
Tim KLHS Tanjung Carat yang diketuai oleh Ketua Bappeda Provinsi Sumatera
Selatan dan anggotanya terdiri atas unsur SKPD terkait yang mengambil peran
dalam seluruh tahapan pelaksanaan KLHS, termasuk menyusun rencana kerja,
mengumpulkan data, mengatur pertemuan teknis dan diskusi kelompok
terbatas, mengumpulkan data primer dan sekunder, melakukan analisis data,
mengidentifikasi implikasi kebijakan dan rencana dan/atau program terhadap
lingkungan hidup, dan memberikan rekomendasi mitigasi dampak lingkungan.
Pelaksanaan KLHS di Tanjung Carat, selain untuk menyelesaikan seluruh
tahapan pelaksanaan KLHS, juga dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan Tim KLHS Tanjung Carat agar dikemudian hari dapat melakukan
KLHS secara mandiri. Oleh karena itu, diupayakan agar pelaksanaan berbagai
langkah-langkah KLHS dilakukan secara bersama-sama antara Tim KLHS
Pronvinsi Sumatera Selatan dan Tim KLHS Kabupaten/Kota yang berkaitan
dengan kegiatan yang akan dikembangkan tersebut. Pendekatan pelaksanaan
KLHS yang bersifat belajar sambil bekerja (on-the-job training) ini dimaksudkan
agar para anggota Tim KLHS memiliki ketrampilan-ketrampilan khusus yang
diperlukan dalam menerapkan KLHS di daerah. Rincian kegiatan penyusunan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 7
KLHS dalam perencanaan Kawasan Tanjung Carat dalam kaitannya dengan
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka-Menengah (RPJM) meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pelingkupan materi pokok atau isu-isu strategis KLHS Kawasan Tanjung
Carat.
2. Pengumpulan dan penelaahan dokumen, terutama: (a) RTRW Provinsi
Sumatera Selatan, RTRW Kabupaten Banyuasin, (b) RPJP dan RPJM
Provinsi Sumatera Selatan, RPJP dan RPJM Kabupaten Banyuasin,
Laporan KLHS Tanjung Carat, dan (c) dokumen-dokumen lain yang terkait.
3. Pengumpulan dan penelaahan data instansional di lingkungan SKPD
Propvinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Banyuasin, untuk menggali
informasi yang berkaitan dengan isu pokok lingkungan hidup dan
pembangunan daerah.
4. Melakukan diskusi terarah terbatas (Focus Group Discussion-FGD) untuk
membahas implikasi Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) dan
menggali alternatif konsep keberlanjutan sehubungan dengan isu-isu pokok
pembangunan daerah.
5. Melakukan kegiatan Pelaporan dan Tinjauan (reporting and review).
6. Finalisasi Laporan dan Penyerahan Laporan.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 8
1.6. Laporan Akhir KLHS
Dalam perjalanan pelaksanaan KLHS mengikuti tahapan-tahapan seperti
disajikan di atas, ternyata tidak semua kegiatan dapat dilaksanakan dalam
waktu yang telah ditentukan karena disebabkan sulitnyanya akses menuju ke
kawasan Tanjung carat. Dengan demikian diadakanya diskusi terarah terbatas
(Focus Group Discussion-FGD) dengan pemangku kepentingan untuk
membahas implikasi Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) dan
menggali alternatif konsep keberlanjutan sehubungan dengan isu-isu pokok
kawasan Tanjung Carat. Dalam pertemuan tersebut perlu disepakati bahwa
mengingat kawasan Tanjung Carat merupakan kawasan lahan basah yang
merupakan kawasan mangrove, gambut, tempat migrasi burung dari Siberia,
dan sedimentasi dari hulu Sungai Banyuasin, maka KLHS difokuskan dalam
kajian terhadap Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-api dan Tanjung
Carat.
Laporan Akhir KLHS ini memuat hasil tinjauan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan rencana pembangunan kawasan pelabuhan dan kawasan industri
Tanjung Carat yang tersedia.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 9
BAB 2 METODOLOGI KLHS TANJUNG CARAT
2.1. PERKEMBANGAN KLHS
Penyusunan dokumen KLHS sudah dilakukan sejak 10 tahun yang lalu dan
statusnya pada saat wajib dilaksanakan bagi Kebijakan, Rencana, Program
(KRP) pembangunan baik di tingkat nasional, provinsi maupun di tingkat
kabupaten dan kota, seperti yang dijelaskan dalam RUU Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang ditetapkan pada tanggal 8 September
2009. KRP yang ditetapkan untuk wajib melaksanakan KLHS dalam undang-
undang tersebut adalah RPJP, RPJM, dan RTRW, baik di tingkat nasional
maupun daerah. Pada awalnya kegiatan KLHS lebih ditujukan sebagai upaya
untuk mengidentifikasi potensi manfaatnya melalui sejumlah penelitian yang
didorong oleh Bappenas, KLH dan Depdagri serta inisiatif beberapa Pemerintah
Daerah serta Departemen Pekerjaan Umum. Sejumlah pilot proyek juga
dilaksanakan untuk memperkuat kajian kelayakan konsep dan penerapan
teknis di berbagai daerah dalam kurun 3 tahun terakhir di bawah supervisi
Depdagri dan KLH. Dilihat dari substansinya, KLHS telah diujicobakan pada
berbagai kasus pembangunan, mulai dari yang masih bersifat ide maupun yang
sudah menjadi konsep, bahkan juga sudah menjadi dokumen teknis KRP.
Cakupan KLHS yang sudah diujicobakan ini mencakup pembangunan sektoral,
regional, maupun kombinasi keduanya.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 10
2.2. Metodologi KLHS
2.2.1. Metode Pengumpulan Dan Pengolahan Data
(a) Data Instansional
Data instansional yang dibutuhkan mencakup dokumen perencanaan, terutama
Dokumen RPJP dan RPJM Propinsi Sumatera Selatan, RPJPD dan RPJM
Kabupaten Banyuasin; dan dokumen lain yang sudah disusun saat ini. Data
instansional lainnya dalam format dokumen publikasi adalah Provinsi Sumatera
Selatan dan Kabupaten Banyuasin Dalam Angka tahun 2011, Status
Lingkungan Hidup Daerah (SHLD) Propinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten
Banyuasin tahun 2011, peta-peta tematik Kawasan Tanjung Carat serta hasil
kajian tentang kawasan Tanjung Carat.
(b) Data Primer
Tim KLHS juga memperoleh data primer melalui observasi lapangan dan
interview secara terstruktur dengan berbagai nara sumber. Panduan interview
disusun dengan mengacu pada materi Focus Group Discussion yang
dipersiapkan secara khusus.
2.2.2. Metode Analisis Implikasi Kebijakan dan Implikasi Rencana
(a) Analisis Implikasi Kebijakan
Kajian terhadap kebijakan pembangunan dan lingkungan hidup
(Environmental scan and legal & policy reviews) dengan menggunakan
teknik content analysis;
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 11
Scenario and visioning, dilakukan dengan menilai kembali aktualisasi visi
dalam konteks Kawasan Tanjung Carat sebagai Area Pelabuhan dan
Perindustrian. Selanjutnya dilakukan kajian skenario untuk dapat mengetahui
posisi kebijakan pembangunan dan pencapaiannya dalam fase lima tahunan
pembangunan pertama untuk kerangka rencana pembangunan 20 tahunan
(RPJPD) dan RPJM Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Banyuasin.
GIS dan overlay, dilakukan untuk mengkaji ulang (review) konsekuensi
implikasi penetapan kebijakan dalam perspektif alokasi ruang pembangunan
dalam konteks relevansinya dengan isu pokok dan strategis pembangunan
Kawasan Tanjung Carat.
(b) Analisis Implikasi Rencana Pembangunan
Metode analisis yang digunakan untuk mengkaji implikasi rencana
pembangunan adalah dengan melakukan interpretasi data dasar dengan
menggunakan pendekatan analisis kritis agar dapat teridentifikasi titik kritis
(critical points) dalam pembangunan daerah terkait dengan penyusunan
rencana pembangunan dan rencana implementasinya dalam rencana penataan
ruang. Orientasi penetapan titik kritis ini tentu akan mengacu pada kerangka
berpikir yang menitikberatkan pada pembangunan berkelanjutan yang
mengintegrasikan kepentingan tidak hanya lingkungan hidup dan ketersediaan
sumber daya alam tetapi juga sama pentingnya memperhatikan kepentingan
ekonomi dan sosial. Interpretasi ini menekankan kajian kritis pada tataran
strategis. Pada tahap ini interpretasi lebih ditekankan pada teknik content
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 12
analysis sebagai bagian kajian terhadap data dan informasi yang tersedia serta
hasil FGD dengan stakeholders di daerah yang bersangkutan.
2.3. Pendekatan Pelibatan Masyarakat
Pelibatan atau partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan
pembangunan semakin mendapat posisi yang tinggi didalam sistem peraturan
perundangan Indonesia. Hal ini tentu sangat relevan dengan semakin
tumbuhnya kesadaran bahwa kebijakan pembangunan ditujukan untuk
kepentingan atau keberpihakan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hal
penting lainnya adalah adanya kesadaran bahwa efektifitas kebijakan
pembangunan diukur dari tingkat partisipasi langsung dan aktif masyarakat
yang terkait (public action) dalam satu kesatuan entitas fungsional kebijakan
pembangunan tersebut. Oleh karena itu, seluruh pihak masyarakat
(stakeholders) yang berkaitan dengan rencana kebijakan pembangunan
menjadi bagian penting bahkan vital dari proses perumusan dan pengambilan
keputusan Kebijakan, Rencana, Program (KRP) pembangunan. Tentu secara
normatif proses ini perlu mempertimbangkan kesesuaiannya dengan
mekanisme yang berlaku.
Untuk tujuan pelibatan di atas, dan dalam konteks pelaksanaan KLHS maka
pendekatan yang diperlukan mencakup komunikasi-edukasi dan politik.
Komunikasi-edukasi disini merupakan proses yang tidak hanya ditujukan untuk
menimbulkan atau meningkatkan pengetahuan (awareness) masyarakat, tetapi
lebih dari itu, harus dapat menimbulkan pemahaman yang tepat akan situasi
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 13
pembangunan daerah setempat dan rencana apa yang sebaiknya ditetapkan
untuk memenuhi aspirasi kebutuhan mereka. Pembentukan sikap dan kesiapan
perilaku inilah yang juga menjadi faktor penting sebagai modal awal pelibatan
masyarakat secara politik agar dapat ikut berpartisipasi dalam mekanisme
pengambilan keputusan kebijakan pembangunan. Secara keseluruhan,
masyarakat akan terapresiasi aspirasinya dan diharapkan akan ikut
bertanggung jawab bahkan memiliki KRP bagi pembangunan daerahnya.
Secara teknis pendekatan tersebut di atas dapat dilakukan melalui mixed-
public participation methods yang terdiri dari pilihan-pilihan FGD, diskusi panel,
survei publik, outreach (publikasi massa) berupa berbagai bentuk public-
hearing yang konvensional sampai memanfaatkan teknologi informasi terkini
(internet), dan kemudian diolah untuk dikaji kecenderungan mayoritas
tanggapan dan keinginan publik terhadap konsep KRP. Proses ini seyogyanya
menjadi catatan resmi atau berita acara resmi pemda yang tidak terpisahkan
dalam dokumen KRP. Dalam konteks kepentingan implementasi KLHS untuk
menangani pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
kemungkinan kebijakan Pembangunan Kawasan Tanjung Carat direncanakan
untuk mengadakan serangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Pelibatan kalangan akademisi untuk merumusakan sudut pandang ilmiah
terhadap rencana pembangunan Kawasan Tanjung Carat dan
kemungkinan dampak bagi perkembangannya dengan kemungkinan
adanya implementasi kebijakan Rencana pembangunan kawasan Tanjung
Carat.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 14
2. Pelibatan masyarakat bersama-sama dengan kalangan akademisi dan juga
para stakeholders lainnya yang berkepentingan untuk membahas
padangan para akademisi Laporan KLHS Tanjung Carat menilai rencana
pembangunan Kawasana Tanjung Carat tersebut. Pembahasan ini
dilakukan dengan dua pilhan yaitu FGD (Focus Group Discussion) dan
diskusi panel. Partisipasi aktif sebagai wujud ukuran tingkat partisipasi
masyarakat menjadi sangat penting. Proses edukasi-komunikasi menjadi
pendekatan upaya peningkatan awareness, sikap dan keinginan partisipasi
aktif masyarakat (stakeholders).
3. Internalisasi hasil diskusi dengan masyarakat ini, khususnya di kalangan
eksekutif dan legislatif daerah, menjadi bagian pertimbangan penting dalam
merumuskan substansi KLHS untuk kawasan Tanjung Carat.
4. Menyampaikan kembali kepada masyarakat dokumen rencana Kawasana
Tanjung Carat yang telah memuat aspirasi masyarakat tersebut untuk
memperoleh klarifikasi.
2.4. Konsep Pengembangan KLHS
Dalam penyusunan KLHS maka yang perlu diperhatikan adalah Kebijakan,
rencana, dan program dari setiap dokumen yang berkaitan dengan
pengembangan kawasan Tanjung Carat. Oleh karena itu, konsep pendekatan
KLHS merupakan konsep sistem lingkungan yang sifatnya kompleks dan
komprehensif. Dalam konsep pendekatan sistem lingkungan ini maka ada
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 15
masukan (input), proses (process), keluaran (output), dan umpat balik
(feedback) dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Konsep Pendekatan Sistem KLHS
Kebijakan
Rencana
Program Pengembangan Wilayah Isu-isu Lingkungan
Pengendalian dan
Pengelolaan Lingkungan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 16
BAB 3
Gambaran Kawasan Tanjung Carat
3.1. Kondisi Fisik Kawasan
3.1.1. Letak Geografis
Wilayah Kawasan Tanjung Carat sebagai pusat pelabuhan dan industri
mempunyai luas sekitar 2.015,11 Ha dan secara geografis wilayah Tanjung
Carat berbatasan dengan :
Sebelah Barat : Sungai Banyuasin
Sebelah Timur : Sungai Telang
Sebelah Utara : Selat Bangka
Sebelah Selatan : Kawasan Tanjung Api-api
Posisi strategis ini didukung dengan sarana dan prasarana perhubungan yang
sangat memadai dengan adanya jaringan jalan yang sudah terhubung dengan
wilayah di sekitarnya, dan Pelabuhan Tanjung Api-api sebagai wilayah Nasional
dan Internasional.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 17
Gambar 2. Kawasan Tanjung Api-api/Tanjung Carat
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 18
3.1.2. Topografi
Keadaan topografi di wilayah Tanjung Carat sebagian besar merupakan
dataran rendah dan rawa-rawa, dengan ketinggian sekitar antara 1-2 meter di
atas permukaan laut. Pada umumnya tanah digenangi air, terutama saat
pasang naik.
3.1.3. Iklim dan Curah Hujan
Wilayah Tanjung Carat memiliki iklim tropis dengan curah hujan tahunan rata-
rata 2.455 mm (data tahun 1989-2011). Musim kemarau terjadi pada bulan Mei
hingga Oktober, sedangkan musim hujan pada bulan Nopember hingga April.
3.1.4. Geologi
Secara umum geologi daerah Tanjung Carat sebagian besar termasuk dalam
sedimen yang tidak terlipat yaitu menempati daerah pesisir pantai timur yang
terdiri dari pasir, lanau, lempung dan aluvium berumur kuarter. Sedangkan
sebagian kecil termasuk dalam sedimen berlipat dari kelompok Palembang.
Jenis tanah atau lahan di sebagian besar wilayah Tanjung Carat merupakan
satuan jenis organosol dan tanah glei humus, serta jenis tanah podsolik merah
kuning.
Geomorfologi wilayah Tanjung Carat adalah bagian dari daratan rawa besar
yang terisi oleh air dan sedimen Palembang, dan dapat dikelompokkan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 19
menjadi: Satuan Lahan Alluvial, Satuan Lahan Marine (Satuan Lahan Pantai,
satuan Lahan Pasang Surut), serta Satuan Lahan Gambut.
Tabel 1
Jenis Tanah di Kawasan Tanjung Carat
NO JENIS TANAH LANDFORM BAHAN INDUK
1. Sulfic Endoaquepts Dataran Banjir Liat
2. Psammaquents Garis Pantai Endapan Marin
3. Sulfic Hydraquents
Typic Sufaquents
Zona Pasang Surut Di Belakang Garis Pantai
Endapan Marin (Lumpur)
4. Typic Sulfaquents
Histic Sulfaquents
Typic Sulfihemists
Zona Pasang Surut
Sepanjang Garis Pantai
5. Terric Sulfihemists Zona Pasang Surut Estuaria
Endapan Marine (Liat
Marine dan Bahan
Organik
6. Typic Sulfaquepts
Sulfic Endoaquepts
Typic Haplohemists
Rawa Belakang
7. Typic Sulfaquepts Estuaria Marine Sediments (Clay)
8. Typic Haplohemists
Typic Sulfihemists
Gambut Oligotrofik Bahan – Bahan Organik
9. Typic Haplosaprists
Typic Haplohemists
Rawa Gambut ) 2 m
Sumber : Sifat-Sifat Tanah, IPB 1976.
3.1.5. Hidrologi
Wilayah Kawasan Tanjung Carat merupakan wilayah estuaria yang dipengaruhi
oleh sungai dan perairan laut di sekelilingnya. Sungai-sungai besar yang
mengalir di wilayah Tanjung Carat, yaitu : Sungai Banyuasin dan Sungai Lalan,
Sungai Musi dan Sungai Air Telang. Beberapa sungai kecil/pendek diantaranya
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 20
Sungai Dungun, Sungai Bolo, Sungai Buaya, dan sungai-sungai kecil lainnya
yang mengalir ke sungai utama tersebut.
Air laut di sekitar wilayah Tanjung Carat mempunyai pasang surut jenis “Diurnal
Tide” atau pasang tunggal, artinya di dalam satu hari di perairan laut terdapat
satu kali pasang naik dan satu kali pasang turun, dengan fluktuasi rata-rata
sebesar 258 cm. Adapun tipe dan kecepatan arus air laut di wilayah ini
didominasi oleh arus jenis “Reversing Current” , yaitu menuju ke muara sungai
pada saat pasang dan ke laut lepas saat surut.
Angin di wilayah Tanjung Carat bertiup dari utara, timur laut, barat laut dan
barat, dengan kecepatan rata-rata antara 2-4 knot. Kecepatan angin ini
membentuk gelombang laut dengan tinggi rata-rata < 0.5 meter. Tabel 2
memperlihatkan beberapa parameter perairan dari Kawasan Tanjung Api-api
berdasarkan hasil survey dan pengukuran kualitas air.
Tabel. 2
Survey dan Pengukuran Kualitas Air
TSS (Total
Suspended Solid)
-
Visibilitas Secara umum didalam kawasan nilai TSS rendah, kecuali pada
kawasan muara Sungai Banyu Asin dan sekitarnya hal ini
diduga berasal dari proses pengendapan badan air dan pasang
surut.
Debit Debit air sangat bervariasi tergantung bentuk, alur, kedalaman
dan lebar sungai, kondisi lain yang mempengaruhi aalh in-let air
tawar dari sungai Banyuasin dan Pasang Surut. Umumnya debit
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 21
air di kawsan ini dipengaruhi oleh sungai Musi dan Sungai
Banyu Asin dan Sungai Lalan
Temperatur Temperatur air relatif lebih rendah ke arah bagian dalam
kawasan yang ditutupi oleh vegetasi mangrove jika
dibandingkan daerah hulu.
Curah Hujan -
Sambungan Tabel 2
Salinitas dan
Konduktivitas
Salinitas amat variatif tergantung denga musim, topografi dan
gerakan pasang surut. Umumnya pada bagian hilir memiliki
salinitas lebih tinggi dapat mencapi 24 ppt (pada bagian muara)
sedangkan pada bagian hulu dapat 0 ppt saat pasang yang
dipengaruhi oleh air sungai dan hujan.
Oksigen Terlarut Umumnya kandungan oksigen terlarut pada bagian hilir memiliki
kandungan DO yang lebih rendah dibandingkan bagian hulu.
(Whitten dkk,. 2000)
Biochemical
Oxygen
Demand (BOD)
-
Minyak dan
Pelumas
Ditemukan minyak dalam konsentrasi rendah, diduga
kandungan minyak ini berasal dari tumpahan kapal, perahu
motor di sekitar kawasan. Pada masa mendatang tumpahan
minyak memiliki potensi yang lebih besar dikawsan ini
mengingat terdapat pengeboran minyak di kawasan bagian hulu
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 22
sungai yang berpotensi dibawa oleh badan sungai Banyu Asin.
Amonia -
PH PH berkisar anatar 3,0 – 6,5. Kondisi asam di kawasan ini
merupakan tipikal dari rawa gambut.
Logam Berat Ditemukan kandungan logam berat di kawasan ini, diduga
berasal dari bagian hulu sungai.
Kecepatan Arus -
3.1.6. Sedimentasi
Sedimentasi perairan di wilayah Kawasan Tanjung Carat terutama disebabkan
oleh endapan yang dibawa aliran Sungai Banyuasin dan aliran Sungai Musi,
dengan laju pengendapan rata-rata 4,97 cm/thn/m. Material sedimentasi bisa
dibedakan atas: Sedimen lumpur, sedimen transport berupa pasir, serta
endapan Lanau pasiran.
Endapan sedimen yang terjadi di wilayah Tanjung Carat membentuk
daratan/delta dengan luas hamparan antara 400 – 600 m yang terdapat di
bagian yang menghadap ke arah laut.
3.1.7. Ekosistem Kawasan
Secara umum, ekosistem di wilayah Tanjung Carat mempunyai Tipe dan
Zonasi sebagai berikut :
1. Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah, Hutan Rawa Gambut dengan
ketebalan hingga 10 meter, serta Hutan Rawa Air Tawar.
2. Hutan Mangrove meliputi 45% luas kawasan pada lahan yang berbatasan
dengan garis pantai maupun jauh ke daratan, sedangkan Hutan Nipah
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 23
dengan ketebalan 100 – 300 m mendominasi wilayah sebelah timur yang
berbatasan dengan Sungai Musi.
Tabel 3
Tipe dan Prosentase Jenis Ekosistem
NO TIPE PROSENTASE
1. Mangrove / Nipah 46,0 %
2. Rawa Belakang 42,0 %
3. Hutan Rawa
- Hutan Rawa Air
Tawar
- Hutan Rawa
Gambut
9,0 %
4. Dataran Lumpur
(Pesisir)
2,5 %
5. Pantai Pasir 1,0 %
Sumber : Hasil Analisis
3. Dataran Pesisir Lumpur membentang di bagian barat kawasan ke arah
Sungai Banyuasin (400-600 m) dan di bagian utara ke arah Selat Bangka
(700 -1.000 m).
4. Pantai Pasir, terutama ditemukan di bagian utara dimana struktur
batuannya cendrung lumpur berpasir.
5. Rawa Belakang, menutupi Kawasan Tanjung Api-api yang berbatas
langsung dengan Sungsang dan Kanal PU/Terusan Sebalik.
3.2. Kondisi Sosial Dan Kependudukan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 24
3.2.1. Dinamika Sosial Masyarakat
Pada dasarnya wilayah Kawasan Tanjung Carat tidak berpenduduk tetapi
kawasan ini merupakan kawasan tempat penduduk berusaha baik untuk
perikakan maupun untuk kegiatan pertanian. Oleh karena itu, penduduk yang
akan dibahas pada wilayah ini adalah penduduk di sekitar kawasan Tanjung
Carat. Dinamika sosial masyarakat yang berada di Kawasan Tanjung Carat dan
sekitarnya bisa dibedakan menjadi dinamika masyarakat yang menetap yang
ditunjukkan oleh adanya kegiatan ekonomi yang berkembang sedangkan
dinamika sosial yang lain adalah dinamika sosial budaya dimana di wilayah
sekitar Tanjung Api-api terdiri dari berbagai suku yang mengelompok yaitu suku
Bugis di Sungsang dan suku Jawa di daerah transmigrasi. Perbedaan ini
memberikan kondisi yang menarik terutama dalam pengembangan kesenian di
kedua daerah tersebut.
3.2.2. Kependudukan
Sebagai suatu wilayah yang belum sepenuhnya terbangun, rata-rata jumlah
penduduk di wilayah Tanjung Carat relatif masih sangat rendah. Distribusi
penduduk terutama terjadi pada pusat-pusat permukiman, di antaranya di
Kecamatan Banyuasin II, sebagai pusat permukiman utama di wilayah Tanjung
Carat yang termasuk desa Sungsang sebagai ibukota Kecamatan Banyuasin II.
Jumlah penduduk di Sungsang menurut data dalam angka tahun 2011 tercatat
sebanyak 45.816 jiwa.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 25
3.2.3. Pemenuhan Kebutuhan Pelayanan Sosial Ekonomi
Kondisi sosial di wilayah Tanjung Carat pada saat ini sangat dipengaruhi oleh
budaya nelayan, dan pertanian. Pekerjaan masyarakat di sekitar Kawasan
Tanjung Carat yang dominan adalah sebagai nelayan, terutama di Kecamatan
Banyuasin II sebagai pusat permukiman nelayan, dan sebagian kecil saja yang
bekerja sebagai petani tanaman pangan, perkebunan kelapa, serta pertanian
tambak. Para petani ini merupakan masyarakat pendatang dari desa-desa di
sekitar wilayah Tanjung Carat yang membuka hutan rawa pantai di wilayah
Tanjung Carat untuk areal perkebunan maupun membuka sebagian hutan
bakau untuk tambak udang.
3.3. Kondisi Ekonomi
3.3.1. Struktur dan Perkembangan Ekonomi
Kegiatan ekonomi di wilayah Tanjung Carat terutama didominasi oleh kegiatan
perikanan laut terutama berpusat di wilayah Kecamatan Banyuasin II, dengan
hasil produksi terutama adalah ikan, baik ikan segar maupun ikan asin, dan
produksi hasil laut lainnya.
Kegiatan ekonomi lainnya, khususnya kegiatan pertanian dan
perkebunan terutama terdapat di bagian dalam wilayah Tanjung Carat, seperti
perkebunan kelapa dan pertanian sawah, serta tambak ikan dan udang.
Kegiatan ini baru mulai dikembangkan, terutama oleh masyarakat pendatang
dari wilayah di sekitar Tanjung Api-api yang memasuki wilayah untuk membuka
dan mengusahakan lahan, yang sebelumnya merupakan area hutan tropis.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 26
3.3.2. Kesejahteraan Masyarakat dan Kesempatan Kerja
Dari kondisi ekonomi masyarakat terlihat masyarakat Sungsang sudah dapat
hidup lebih baik mengingat berbagai sarana permukiman telah berkembang dan
kehidupan ekonomi masyarakat tumbuh terutama dilihat dari perdagangan di
Sungsang.
Potensi perikanan laut yang ada di perairan Tanjung Api-api cukup besar, dan
menjadi lapangan kerja hampir seluruh masyarakat, baik secara langsung
mendapatkan ikan, maupun proses yang lain.
3.3.3. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Sungsang, selain sebagai ibukota kecamatan juga merupakan tempat
pemasaran hasil produksi pertanian dari desa Pulau Rimau dan desa-desa lain
di sekitar wilayah Tanjung Carat. Fasilitas perdagangan dan jasa di Sungsang
terutama berupa lokasi pasar di sekitar jalan utama kota Sungsang.
Kegiatan industri kecil terutama industri makanan yang diusahakan secara
kecil-kecilan, seperti keupuk, dan makanan lain, berkembang di Sungsang.
Saat ini produk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
3.4. Struktur Tata Ruang
3.4.1. Pola Pemanfaatan dan Produktivitas Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Tanjung Carat, pada lingkungan buatan maupun
lingkungan alami, menunjukkan tingkat pemanfaatan yang tergolong rendah.
Sebagian besar lahan masih berupa hutan belukar/semak dan endapan lumpur.
Hanya sebagian kecil yang sudah dibudidayakan masyarakat secara
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 27
tradisional, seperti: permukiman, perkebunan kelapa, tambak, sawah, jalan,
saluran air. Mengingat kondisi lahan yang ada, produktifitas lahan untuk
kegiatan pertanian relatif rendah. Perkebunan kelapa yang sudah dibuka belum
semuanya menghasilkan.
Status lahan di wilayah Tanjung Carat meliputi tanah milik dan tanah negara.
Tanah milik masyarakat bisa dibedakan atas : Tanah milik bersertifikat, pada
umumnya berada di pusat-pusat permukiman (Sungsang), serta tanah milik
yang belum bersertifikat, seperti lahan pertanian dan tambak udang yang
diusahakan masyarakat dengan membuka hutan rawa. Tanah Negara,
terutama Tanah Negara Status Kehutanan serta tanah negara lainnya.
3.4.2. Kondisi Pusat-pusat Pelayanan
Pelayanan kegiatan sosial ekonomi masyarakat di wilayah Tanjung Carat
terutama berpusat di Sungsang, yang merupakan ibukota Kecamatan
Banyuasin II. Kota Sungsang yang secara tradisional merupakan desa nelayan
dan terdiri dari Sungsang I, Sungsang II, Sungsang III, dan Sungsang IV.
Sebagai pusat pelayanan, Kota Sungsang belum dilengkapi dengan sarana dan
prasarana yang memadai, dan belum menjangkau seluruh wilayah yang masih
belum sepenuhnya terbuka.
Sebagai ibukota kecamatan, Kota Sungsang menjadi tempat kedudukan
beberapa fasilitas pemerintahan tingkat kecamatan, seperti Kantor Camat,
Kantor Koramil, Kantor Polsek, dan sebagainya. Fasilitas perdagangan dan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 28
jasa ekonomi terutama berupa toko dan warung dalam skala kecil, yang berada
di jalan utama Kota Sungsang, sedangkan bangunan pasar tidak tersedia.
Fasilitas pendidikan tingkat Sekolah Dasar, SLTP, dan SMU, sudah tersedia di
Kota Sungsang. Di Kota Sungsang juga terdapat Fasilitas lain, terutama
fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, serta
Fasilitas Peribadatan berupa Masjid.
Jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi/sambungan telepon sudah ada di
Kota Sungsang, namun belum menjangkau wilayah yang lebih luas. Jaringan
Listrik di Kota Sungsang menggunakan sumber tenaga dari PLTD dengan
kapasitas terbatas, dan dimanfaatkan untuk penerangan rumah penduduk serta
kegiatan produksi skala kecil.
Prasarana penyediaan air bersih belum tersedia di Kota Sungsang, maupun
Kawasan Tanjung Api-api dan sekitarnya. Masyarakat memanfaatkan sumber
air baku dengan menampung air hujan, pada musim kemarau air sungai tidak
dapat dimanfaatkan karena terasa asin. Dengan demikian, masyarakat membeli
air menggunakan tongkang atau mengambil sendiri ke lokasi yang airnya masih
dapat digunakan.
Mengingat Sungsang merupakan kota di atas air, dimana seluruh area
permukiman merupakan konfigurasi bangunan yang berada di atas air sungai,
pembuangan air hujan masih merupakan sistem drainase alam. Demikian juga
halnya dengan penanganan sampah dan pembuangan air limbah. Sampah dan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 29
air limbah pada umumnya langsung dibuang ke sungai terdekat tanpa
mengalami proses penanganan tertentu. Hal yang sama juga berlaku di
wilayah Tanjung Api-api pada umumnya, sistem drainase merupakan bentukan
alam berupa aliran anak sungai yang banyak mengalir yang bermuara di sunga-
sungai besar.
3.4.3. Aksesibilitas Wilayah
Secara umum aksesibilitas dari dan menuju wilayah Tanjung Api-api, yang
berjarak sekitar 68,80 km dari arah kota Palembang, sebagai ibukota Propinsi
Sumatera Selatan, masih sangat rendah karena tidak didukung oleh sistem
prasarana transportasi yang memadai. Pada saat ini pergerakan orang dan
barang ke Palembang dan pusat-pusat pelayanan lain hanya bisa dilakukan
melalui sungai.
Prasarana transportasi darat menuju ke wilayah Tanjung Carat masih dalam
taraf pembangunan, yaitu jalan arteri Palembang – Pelabuhan Tanjung Api-api
yang direncanakan mempunyai panjang 68,80 km. Pada saat ini jalan yang
sudah diaspal dengan lebar 30 meter baru mencapai sekitar Km 42.
Aliran sungai yang menunjang aksesibilitas menuju ke wilayah Tanjung Carat
pada saat ini terutama sunga-sungai besar yang mengalir dan bermuara di
sekitar wilayah Tanjung Carat, yaitu sungai Musi, sungai Telang, sungai
Banyuasin, serta sungai Lalan. Keadaan ini menyebabkan rendahnya interaksi
wilayah Tanjung Carat dengan dengan wilayah lain di sekitarnya.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 30
BAB 4 PELINGKUPAN KLHS TANJUNG CARAT
4.1. Rasional KLHS Tanjung Carat
Ekosistem lahan basah mempunyai peran yang nyata dalam perkembangan
masyarakat Indonesia. Sejak jaman dahulu berbagai suku bangsa yang
menempati ekosistem lahan basah menjalin hubungan dan budaya mereka
melebur menjadi budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, lahan basah
merupakan wilayah yang strategis bagi Indonesia. Lahan basah yang dimaksud
disini adalah ekosistem rawa, termasuk rawa bergambut yang dipengaruhi oleh
air tawar maupun payau. Lahan basah meliputi wilayah pantai, lahan rawa-
rawa, lahan bergambut, lahan berpotensi sulfat masam baik yang alami
maupun yang artifisial yang permanen maupun yang temporer, termasuk
wilayah mangrove. Wilayah lahan basah memiliki beberapa karakteristik yang
unik yaitu: (1) Merupakan dataran rendah yang membentang sepanjang pesisir,
(2) Merupakan wilayah yang mempunyai elevasi rendah, (3) Beberapa tempat
dipengaruhi oleh pasang surut untuk di wilayah dekat dengan pantai,
dipengaruhi oleh musim yang terletak jauh dari pantai, dan (4) Sebagian besar
wilayah ini tertutupi dengan gambut. Potensi lahan basah cukup baik untuk
usaha pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan.
Sejak tahun 70-an Pemerintah telah melakukan pengembangan berbagai
usaha tersebut di lahan basah di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, dan Papua melalui kegiatan pengembangan permukiman, namun
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 31
sayang, tidak semua wilayah pengembangan berhasil, banyak juga yang tidak
berkembang (mal-developed). Beberapa ratus ribu hektar lahan basah yang
diharapkan berkembang menjadi lahan pertanian, perikanan, peternakan dan
pemukiman, saat ini menjadi lahan yang terbengkalai. Oleh karena itu, banyak
permukim termasuk transmigran, petani dan nelayan yang meninggalkan
lahannya. Mereka lebih memilih pergi ke kota-kota terdekat untuk menyambung
hidupnya menjadi pekerja kasar, atau bahkan mengerjakan hal-hal yang
bersifat kriminal. Hal ini tentu merupakan tekanan tersendiri bagi kota-kota
tersebut. Sementara itu mereka yang tetap bertahan di lingkungan lahannya
menjadi masyarakat transmigran, petani dan nelayan marginal. Lahan mereka
tidak dapat memberikan hasil yang memadai.
Lahan basah yang banyak dikenal masyarakat seperti rawa-rawa, air payau,
tanah gambut merupakan wilayah yang tidak menarik bahkan dianggap
berbahaya. Banyak jenis serangga tinggal di kawasan ini yang menjadikannya
tempat tinggal (habitat) sehingga mampu membentuk ekosistem tersendiri.
Ekosistem lahan basah banyak menyimpan berbagai satwa dan tumbuhan liar
yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada keberadaan lahan basah
ini. Bahkan dibandingkan dengan ekosistem lainnya ternyata ekosistem lahan
basah boleh dikatakan yang terkaya dalam menyimpan jenis flora dan fauna.
Tipologi ekosistem lahan basah terutama rawa pasang surut dapat terdiri dari
ekosistem estuarin dan air tawar. Ekosistem estuarin terpengaruh adanya
pasang surut air laut, contohnya: payau, mangrove, rumput laut, laguna. Lahan
basah juga ada yang dalam bentuk alami, ada pula dalam bentuk buatan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 32
seperti persawahan, tambak, kolam, industri. Baik lahan basah alami maupun
buatan ternyata keberadaannya sangat penting bagi ekosistem. Sedangkan
ekosistem air tawar terdiri dari air yang tenang seperti: empang, rawa, kolam
dan air mengalir seperti: sungai, sumber air (Notohadiprawiro, 2006).
Fungsi khusus lahan basah mencakup pengimbuhan (recharge) dan pelepasan
(discharge) air tanah, pengendali banjir, melindungi garis pantai terhadap abrasi
laut, penambatan sedimen, toksikan dan hara, serta pemendaman karbon
khususnya di lahan gambut. Hasilan yang dapat dibangkitkan adalah
sumberdaya hutan, sumberdaya pertanian, perikanan, dan pasokan air
(Notohadiprawiro, 2006). Dari fungsi khusus lahan basah yang telah
disebutkan di atas ternyata fungsi ekosistem lahan basah merupakan suatu
sistem yang menarik terutama keanekaragaman hayati dan keunikan alami baik
dari segi geologi, tanah, margasatwa, ikan, edafon, dan vegetasi. Oleh karena
itu, lahan basah merupakan komponen penting beraneka ekosistem karena
berfungsi menyimpan air banjir, memperbaiki mutu air, dan menyediakan
habitat bagi margasatwa (Razak, 2007). Dalam kenyataan lahan basah dapat
menyediakan sederetan barang dan jasa penting bagi manusia dalam
penggunaan langsung dan tidak langsung, kesejahteraan margasatwa, dan
pemeliharaan mutu lingkungan. Proses biofisik yang menjadi gantungan
penyediaan barang dan jasa, juga menopang fungsi dan struktur ekosistem.
Tiap lahan basah tersusun atas sejumlah komponen fisik, kimia, dan bilogi,
seperti : tanah, air, udara, tumbuhan, hewan, dan manusia. Oleh karena itu,
pemanfaatan lahan basah yang arif dan bijaksana harus memperhatikan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 33
lingkungan baik lingkungan biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan) maupun
lingkungan abiotik (tanah air, dan udara) sehingga ekosistem lahan basah tetap
berkelanjutan.
Gambut merupakan sumberdaya alam yang pada umumnya terdapat pada
rawa pasang surut yang multifungsi namun sangat rapuh. Pemanfaatan lahan
gambut sebagai lahan pertanian akan mempercepat kehilangan gambut
sebagai substrat maupun sebagai gudang karbon. Konsekuensi dari reklamasi
dan drainase lahan gambut diantaranya adalah subsidensi, kehilangan gambut
(akibat dibakar dan oksidasi) dan kehilangan karbon. Pembuatan sistem
drainase sebagai konsekuensi dari reklamasi lahan gambut untuk lahan
pertanian akan mengakibatkan perubahan kondisi fisik gambut terutama dalam
hubungan dengan sifat menahan air dan subsidensi (Radjagukuguk, 1997).
Alih fungsi lahan gambut menjadi lahan pertanian atau lahan perkebunan
mengakibatkan perubahan fungsi ekologi gambut. Dampak lingkungan akibat
perubahan tersebut sangat sulit untuk dicegah atau dihindari. Yang dapat
dilakukan adalah bagaimana agar dampak kerusakan akibat pemanfaatan
diupayakan seminimal mungkin. Salah satu strategi dalam pemanfaatan
gambut yang berkelanjutan adalah dengan konsep pemanfaatan gambut
secara bijaksana (wise use), dimana pemanfaatan gambut sebagai
sumberdaya alam harus sesuai dengan kemampuan lahan dan peruntukannya.
Jika salah dalam pengelolaan lahan gambut dan dalam pemanfaatannya maka
lahan gambut sebagai sumberdaya alam akan terancam hilang dalam waktu
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 34
yang singkat, padahal proses pembentukan gambut membutuhkan waktu yang
lama (ribuan tahun). Dari uraian yang telah digambarkan di atas menunjukkan
dalam alih fungsi lahan rawa pasang surut menjadi lahan pertanian harus
dilakukan dengan arif dan bijaksana terutama pengelolaan tata air rawa pasang
surut sehingga kebutuhan air pada lahan ini dapat berkelanjutan.
Lahan basah (wetland) adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan
air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu
sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang
dangkal. Digolongkan ke dalam lahan basah ini adalah rawa-rawa (termasuk
rawa bakau), paya, dan gambut. Air yang menggenangi lahan basah dapat
tergolong ke dalam air tawar, payau atau asin. Lahan basah merupakan
wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan
dengan kebanyakan ekosistem (Suriadikarta dan Sutriadi, 2007). Di atas lahan
basah tumbuh berbagai macam tipe vegetasi (masyarakat tetumbuhan), seperti
hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau, paya rumput dan lain-
lain. Margasatwa penghuni lahan basah juga tidak kalah beragamnya, mulai
dari yang khas lahan basah seperti harimau, udang kotak, buaya, kura-kura,
biawak, ular, aneka jenis kodok, dan pelbagai macam ikan; hingga ke ratusan
jenis burung dan mamalia lainnya.
Pada sisi yang lain, banyak kawasan lahan basah yang merupakan lahan yang
subur, sehingga kerap dibuka, dikeringkan dan dikonversi menjadi lahan-lahan
pertanian. Baik sebagai lahan persawahan, lokasi pertambakan, maupun di
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 35
Indonesia sebagai wilayah transmigrasi. Mengingat nilainya yang tinggi itu, di
banyak negara lahan-lahan basah ini diawasi dengan ketat penggunaannya
serta dimasukkan ke dalam program-program konservasi dan rancangan
pelestarian keanekaragaman hayati.
Gambar 3 Klasifikasi Rawa (Subagyo, 2006)
Berbicara mengenai lahan basah tidak terlepas kajian lahan rawa yang berada
di daratan dan menempati posisi peralihan antara sungai atau danau dan tanah
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 36
darat (upland) dan dalam bahasan ini lahan basah yang dimaksud adalah lahan
basah yang terletak pada dataran rendah (lowland). Lahan Basah yang
terdapat di daratan rendah, baik yang menenpati dataran banjir sungai maupun
yang menempati wilayah dataran pantai, khususnya di sekitar muara sungai-
sungai besar adalah yang dominan. Lahan basah yang terdapat di Sumatera
Selatan merupakan lahan basah yang terletak di pantai Timur Provinsi
Sumatera Selatan yang luasnya lebih kurang 1.361.812 ha yang terdapat di
Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin (Bastoni, Sumardi,
dan Waluyo, 2003). Berbicara mengenai lahan basah tidak terlepas kajian
lahan rawa yang berada di daratan dan menenpati posisi peralihan antara
sungai atau danau dan tanah darat (upland) dan dalam bahasan ini lahan
basah yang dimaksud adalah lahan basah yang terletak pada dataran rendah
(lowland). Lahan Basah yang terdapat di daratan rendah, baik yang menenpati
dataran banjir sungai maupun yang menempati wilayah dataran pantai,
khususnya di sekitar muara sungai-sungai besar adalah yang dominan. Lahan
basah yang terdapat di Sumatera Selatan merupakan lahan basah yang
terletak di pantai Timur Provinsi Sumatera Selatan yang luasnya lebih kurang
1.361.812 ha yang terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten
Banyuasin (Bastoni, Sumardi, dan Waluyo, 2003).
Berbicara mengenai lahan basah tidak terlepas kajian lahan rawa yang berada
di daratan dan menenpati posisi peralihan antara sungai atau danau dan tanah
darat (upland) dan dalam bahasan ini lahan basah yang dimaksud adalah lahan
basah yang terletak pada dataran rendah (lowland). Lahan Basah yang
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 37
terdapat di daratan rendah, baik yang menenpati dataran banjir sungai maupun
yang menempati wilayah dataran pantai, khususnya di sekitar muara sungai-
sungai besar adalah yang dominan. Lahan basah yang terdapat di Sumatera
Selatan merupakan lahan basah yang terletak di pantai Timur Provinsi
Sumatera Selatan yang luasnya lebih kurang 1.361.812 ha yang terdapat di
Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin (Bastoni, Sumardi,
dan Waluyo, 2003). Berdasarkan fungsi dan tatanan lingkungannya, tipologi
lahan basah secara garis besar terdiri dari empat macam (Notohadiprawiro,
2006), yaitu : (1) lahan basah pesisir dan lautan yang meliputi antara lain hutan
bakau, hutan payau, hutan mangrove, terumbu karang dan dataran pasir; (2)
lahan basah rawa yang meliputi hutan rawa gambut, rawa padang, rawa rumput
dan rawa herbal; (3) Lahan basah dataran sungai yang meliputi sungai,
dataran banjir, lebak-lebung dan muara sungai; dan (4) Lahan basah danau,
bendungan dan lahan basah bentukan seperti sawah, tambak garam, danau,
situ, dan bendungan. Mengingat cukup bervariasinya tipe dan sifat ekosistem
lahan basah tersebut, maka ekosistem lahan basah mempunyai potensi yang
sangat besar untuk dapat dikembangkan pemanfaatannya secara
berkelanjutan. Secara garis besar fungsi dan manfaat lahan basah terhadap
manusia dan lingkungan adalah sebagai berikut :
Memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia selalu meningkat seiring dengan meningkatnya
kemajuan kemampuan manusia untuk hidup. Kebutuhan dasar manusia pada
umumnya adalah pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Dari
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 38
kelima kebutuhan dasar ini, pangan, papan dan kesehatan dapat dipenuhi oleh
ekosistem lahan basah secara langsung. Sedangkan kebutuhan sandang dan
pendidikan secara tidak langsung dapat dipenuhi dengan memanfaatkan
potensi lahan basah melalui peningkatan pendapatan.
Sumber Pendapatan dan Kesempatan Kerja
Produk hutan di kawasan lahan basah merupakan komoditi yang dapat
memberikan penghasilan dan pendapatan negara antara lain melalui industri
chip dan kertas. Tidak sedikit masyarakat yang telah memanfaatkannya
sebagai sumber mata pencaharian baik dari kayu, kulit kayu, madu maupun
berbagai hasil estuaria yang sangat beranekaragam seperti udang, ikan,
kepiting, moluska dan lainnya.
Penyangga dan Pendukung Sistem Kehidupan (life supporting sistem)
Peranan lahan basah juga mencakup sebagai pemenuhan manfaat lingkungan
yang berkaitan erat dengan stabilisasi dan kesehatan lingkungan, juga
meningkatkan dan memelihara produktifitas perairan estuaria dan kegiatan
ekotourism.
Lahan basah pesisir mempunyai nilai penting baik secara ekologis, ekonomi,
dan sosial dan budaya. Secara ekologis, daerah ini kaya akan nutrien yang
menyebabkan banyak organisme yang melewati sebagian atau seluruh siklus
hidupnya di lahan basah pesisir. Lahan basah pesisir sering disinggahi burung
migran diantaranya burung air langka yang termasuk kategori jarang dalam
daftar International Union on Conservation of Nature and Natural Resources
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 39
(IUCN). Tipe ekologi pantai mangrove merupakan peralihan ekosistem tawar
dan laut yang berfungsi sebagai barrier untuk menahan arus dan gelombang
selain itu kaya sumber biota dan potensial untuk dikelola secara ekonomis
(Bastoni, Sumardi, dan Waluyo, 2003). Keberadaan nutrien di lahan mangrove
dikendalikan oleh berbagai macam proses biogeokimia termasuk pasang surut,
akumulasi kotoran dan dekomposisi kotoran. Nutrien berlimpah di lahan yang
semakin dalam dan di lokasi dimana masukan air segar terbilang tinggi. Di
samping yang telah disebutkan di atas maka Harimau di Kawasan Taman
Nasional Sembilang perlu dilindungi terutama dengan tidak diganggunya habitat
Harimau tersebut dengan melakukan konservasi lahan di habitat harimau
tersebut. Taman Nasional Sembilang dengan luas 202.896,31 ha dipilih
sebagai lokasi pelepasliaran harimau setelah dilakukan survei oleh tim yang
terdiri YPHS dan BKSDA Sumatera Selatan. Hasil survei menunjukkan bahwa
Taman Nasional Sembilang memiliki ketersediaan mangsa yang kaya, air
segar, dan bentangan tanah kering yang cukup. Sebelum dilepas liarkan,
harimau ini dilengkapi dengan GPS Collar yang dapat memantau
pergerakannya dalam habitat baru sekaligus menjaga keselamatannya. Taman
Nasional Sembilang adalah taman nasional yang terletak di pesisir provinsi
Sumatera Selatan, Indonesia. Taman nasional ini memiliki luas sebesar 2.051
km². Taman Nasional Sembilang merupakan habitat bagi harimau Sumatra,
gajah Asia, tapir Asia, siamang, kucing emas, rusa Sambar, buaya muara, ikan
Sembilang, penyu air tawar raksasa, lumba-lumba air tawar dan berbagai
spesies burung. Taman Nasional Sembilang terdiri dari hutan rawa gambut,
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 40
hutan rawa air tawar dan hutan riparian di Provinsi Sumatera Selatan. Berbagai
macam tanaman darat dan air tumbuh di taman ini, termasuk gajah paku
(Acrostichum aureum), nipah (Nypa fruticans), cemara Laut (Casuarina
equisetifolia), pandan (Pandanus tectorius), Laut waru (Hibiscus tiliaceus),
Nibung (Oncosperma tigillaria), jelutung (Jelutung), menggeris (Koompassia
excelsa), Gelam tikus (Syzygium inophylla), Rhizophora sp, Sonneratia alba,
dan gimnorrhiza Bruguiera. Pesisir dan kawasan hutan, terutama di Sembilang
dan Semenanjung Banyuasin, merupakan habitat bagi harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae), gajah Asia (Elephas maximus sumatranus),
Malayan tapir (Tapirus indicus), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus),
kucing emas ( Catopuma temminckii temminckii), rusa sambar (Cervus unicolor
equinus), buaya air asin (Crocodylus porosus), ikan Sembilang (Plotusus
canius), penyu air tawar raksasa (Chitra indica), lumba-lumba air tawar
(Orcaella brevirostris) dan berbagai jenis burung besar untuk burung migran
dari Siberia dapat dilihat di Sembilang, mencapai klimaks pada bulan Oktober.
Panggilan dari ribuan burung yang terbang dalam formasi bahkan dapat
didengar di atas ombak gemuruh Selat Bangka. Spesies burung lain yang
mendiami taman ini termasuk dowitcher Asia (Limnodromus semipalmatus),
melihat greenshank (guttifer Pseudototanus), putih timur Pelican (Pelecanus
onocrotalus), bangau susu (Mycteria cinerea), bangau ajudan yang lebih
rendah (Leptoptilos javanicus), dan putih-hitam bersayap tiga barang
(Chlidonias leucoptera). Bagian barat berbatasan dengan Taman Nasional
Berbak Taman di provinsi Jambi. Di samping harimau, maka di perairan muara
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 41
terutama di hutan mangrove terdapat udang kotak yang harganya cukup mahal
dan dengan adanya udang kotak tersebut maka habitat udang kotak tersebut
harus dilindungi terutama dijauhkan dari pencemaran air dan konservasi hutan
mangrove (Bengen, 2000).
Secara ekonomis lahan basah pesisir merupakan habitat berbagai jenis biota
yang memiliki nilai ekonomi sebagai sumber pangan dan bahan baku industri.
Ekosistem mangrove dan tipe sungai meander mempunyai sumber daya
perikanan yang tinggi. Tipe lahan basah pesisir ini cocok dikelola dengan
pertimbangan konservasi biologi atau adaptasi. Lahan basah di Muara Sungai
Banyuasin dan Muara Sungai Musi merupakan lahan basah yang posisi
geografisnya sangat dengan dengan alur pelayaran internasional dan oleh
karena itu lahan basah di Sumatera Selatan mempunyai posisi strategis kalau
ditinjau dari ekonomis.
Secara sosial dan budaya lahan basah pesisir telah menjadi pilihan tempat
bermukim sejak ratusan tahun yang silam sehingga masyarakat membentuk
karakteristik sosial yang khas untuk beradaptasi dengan lingkungan lahan
basah pesisir tersebut. Pada umumnya masyarakat yang hidup di lahan basah
pesisir bekerja sebagai nelayan.
Posisi lahan basah pesisir yang sedemikian besarnya dan potensial, kadang-
kadang tidak dikelola dengan baik disebabkan oleh manusia yang selalu
berlebihan memanfaatkan lahan basah pesisir dan juga kegiatan yang intensif
di daerah hulu menyebabkan lahan basah pesisir menjadi kritis.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 42
Dalam Proses penapisan KLHS Tanjung Carat berdasarkan dokumen RTRW
Provinsi Sumatera Selatan dan RTRW Kabupaten Banyuasin yang masih
dalam tahap penyelesaian, RPJP dan RPJM Provinsi Sumatera Selatan dan
RPJP dan RPJM Kabuapetan Banyuasin, serta Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) dapat disimpulkan dua hal penting, yaitu: (a) konsep penyelenggaraan
penataan ruang Tanjung Carat yang berfungsi sebagai kawasan pelabuhan dan
kawasan industri; dan (b) Proyek-proyek strategis Tanjung Carat dalam konteks
pengembangan wilayah pesisir Timur Provinsi Sumatera Selatan. Penjelasan
tentang proyek-proyek strategis merupakan upaya konseptualisasi penjabaran
Rencana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Lingkup proyek-proyek strategis
adalah sebagai berikut:
1. Rencana pembangunan jalan akses menuju kawasan Tanjung Carat yang 15
km lagi akan rampung untuk menghubungkan daerah produsen ke kawasan
pelabuhan dan kawasan industri.
2. Rencana Pengembangan Pelabuhan Tanjung Carat, dalam rangka
mendukung keberadaan wilayah tersebut sebagai pintu gerbang
perdagangan wilayah pantai timur Provinsi Sumatera Selatan. Pemanfaatan
pelabuhan ini pada masa yang akan datang dapat menjawab tantangan
peningkatan aktifitas kepelabuhanan di bidang eksport komoditas CPO,
batubara, pupuk, minyak dan gas bumi, karet, semen dan bahan
perdagangan lainnya; demikian juga untuk pemasukan bahan-bahan import.
3. Rencana Pengembangan Kawasan Industri, dalam rangka antisipasi
pengolahan potensi sumber daya alam Provinsi Sumatera Selatan.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 43
4. Rencana Reklamasi Tanjung Carat sebagai bagian penataan kawasan
pelabuhan dan industri. Beberapa pertimbangan perencanaan reklamasi dan
pembangunannya terutama adalah (a) memperlanacar arus angkutan barang
dan orang, (b) faktor pendorong pengembangan kawasan Tanjung Carat dan
sekitarnya, (c) meningkatkan aktifitas ekonomi wilayah, (d) menciptakan
kesempatan kerja dan peluang berusaha, (e) faktor penarik investor.
5. Rencana Pengembangan Kawasan rekreasi Tanjung Carat dan sekitarnya
yang berbasis agro wisata dan rekreasi pantai.
Diantara rencana proyek strategis Tanjung Carat di atas saling memiliki
hubungan saling terkait, yakni: (a) rencana reklamasi kawasan Tanjung Carat;
(b) rencana pengembangan pelabuhan; (c) rencana pembangunan kawasan
industri, (d) rencana jalan akses menuju kawasan Tanjung Carat, dan (e)
pembangunan kawasan rekreasi.
Pembangunan kawasan Tanjung Carat yang telah direncanakan dalam
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) memberikan aspek yang sangat kompleks
terutama harus mempertimbagkan aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan
aspek sosial. Aspek ekonomi jelas bahwa pembangunan kawasan Tanjung
Carat akan menciptakan pengembangan wilayah terutama berkembangnya
pusat-pusat pertumbuhan baru yang mengembangan ekonomi baik lokal
maupun Sumatera Selatan pada umumnya. Aspek lingkungan
perludipertimbangkan terutama adanya reklamasi pantai di Tanjung Carat
dimana akan mengganggu lingkungan biotik (manusia, hewan, tumbuhan, dan
mikro organisme) dan lingkungan abiotik (tanah, air, dan udara). Dengan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 44
mempertimbangkan aspek lingkungan diharapkan dapat terwujudnya
pembangunan yang berkelanjutan. Sedangkan aspek sosial akan memberikan
peranan penting dari masyarakat sekitar dan dampak positif dari pembangunan
pelabuhan dan kawasan industri terutama meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar.
4.2. Sasaran Penyusunan KLHS Tanjung Carat
Sasaran penyusunan KLHS Tanjung Carat dalam konteks pembangunan
kawasan pelabuhan dan kawasan industri adalah sebagai berikut:
1. Tersusunnya konsepsi kelayakan pengembangan kawasan reklamasi
Tanjung Carat sebagai kawasan pelabuhan dan kawasan industri, sebagai
pedoman dalam penyusunan rencana tata ruang pada kawasan reklamasi
pantai untuk memperoleh pemahaman tentang dampak besar dan penting
pembangunan kawasan pelabuhan dan kawasan industri terhadap
lingkungan hidup.
2. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana tata ruang pada kawasan
reklamasi pantai.
3. Terbentuknya Tim Kerja KLHS Tanjung Carat yang pada waktunya nanti
akan melaksanakan implementasi hasil/rekomendasi KLHS dan pemantauan
hasil KLHS.
4.3. Pengembangan Tata Ruang Kawasan Tanjung Carat
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan implikasi lokasi kawasan reklamasi
Tanjung Carat terhadap wilayah sekitarnya, terutama di wilayah pantai Timur
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 45
Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi kawasan reklamasi Tanjung Carat
merupakan kawasan yang strategisAtas dasar tata letak dan peran Kota
Padang yang cukup strategis, maka fungsi kawasan Tanjung Carat akan
dikembangkan oleh pemerintah bersama masyarakat sebagai:
1. Pusat pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala
pelayanan regional dan internasional.
2. Pusat pengembangan kegiatan industri dengan skala pelayanan regional.
3. Pusat pengembangan kegiatan pariwisata dengan skala pelayanan nasional
dan regional.
4. Pusat pengembangan kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budi daya.
5. Pusat pengembangan pendidikan dengan skala pelayanan regional dalam
rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
6. kawasan permukiman perkotaan.
Didalam dokumen Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kawasan Tanjung Api-api
dan termasuk didalammnya Kawasan Tanjung Carat dan sekitarnya telah
ditetapkan sebagai kawasan pelabuhan dan kawasan pendukung lainnya
termasuk kawasan industri yang diarahkan fungsinya untuk melayani kegiatan-
kegiatan dalam skala regional maupun internasional. Sehubungan dengan
rencana pengembangan tata ruang nasional tersebut, Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan menjabarkan konsep rencana tata ruang kawasan tersebut
sebagai pusat pertumbuhan wilayah pesisir khususnya pantai Timur Provinsi
Sumatera Selatan.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 46
4.4. Masalah Pembangunan dan Lingkungan Hidup
Keberhasilan implementasi kebijakan tata ruang dan lingkungan hidup
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor-faktor yang ada di dalam maupun
di luar kendali pemerintah. Beberapa masalah yang dihadapi antara lain adalah:
1. Kawasan Tanjung Carat berada pada pesisir pantai mengakibatkan rawan
terhadap bencana banjir.
2. Kepadatan penduduk dan aktifitas masih menumpuk di ibukota Kecamatan
Banyuasin II dan kawasan sub pusat pengembangan belum berkembang
secara optimal.
3. Belum terbentuknya struktur tata ruang bagian dalam kawasan sehingga
belum tegas hirarkhi sistem pusat kegiatan bagian-bagian kota.
4. Terjadinya konversi lahan hutan mangrove menjadi lahan pelabuhan dan
industri.
5. Terjadi degradasi lingkungan terutama oleh kegiatan reklamasi pantai
Tanjung Carat.
6. Pendangkalan dan akumulasi bahan pencemar di muara Sungai Banyuasin
dan Sungai Musi.
7. Sebagian besar lahan merupakan lahan hutan mangrove.
4.5. Kerangka Pikir Penyusunan KLHS Kawasan Tanjung Carat
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa gagasan pengembangan
kawasan Tanjung Carat merupakan upaya penjabaran kebijakan penataan
kawasan pantai Tanjung Carat yang telah diisyaratkan di dalam Rencana
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 47
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Selatan
dan RPJMD Kabupaten Banyuasin dan RTRW Provinsi Sumatera Selatan dan
RTRW Kabupaten Banyuasin. Sebelum kebijakan tersebut dijabarkan ke tingkat
program dan proyek, Pemerintah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
mengembangkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kawasan Tanjung
Carat.
Sesungguhnya apapun kegiatan pembangunan akan menggunakan atau
memanfaatkan sumber daya yang tersedia sebesar skala kebutuhan.
Pembangunan yang dimaksud tidak hanya dilihat dari fokus alokasi
kegiatannya tetapi juga pada dampak ikutan sebagai konsekuensi dari mata
rantai kegiatan ikutannya (multiplier effects) yang ditimbulkannya atau dapat
dikatakan sebagai sistem dinamik. Sistem Dinamik Dampak Pembangunan
menunjukkan bahwa menilai dampak kegiatan tidaklah cukup pada alokasi
awalnya saja tetapi sampai dengan pada fungsional dampak berantainya tadi
sehingga dimensinya berkembang menjadi satu wilayah. Di sinilah argumentasi
bahwa AMDAL tidak cukup memadai menilai secara kewilayahan sehingga
diperlukan KLHS. Sebagai contoh adalah kemungkinan pembangunan kawasan
pelabuhan dan industri Tanjung Carat tidak cukup hanya dinilai pada lokasi
pembangunan dan sekitarnya saja tetapi juga perlu dinilai pengaruhnya
terhadap daerah asal (origin) dan tujuan (destination) yang terhubungkan dan
terpengaruh oleh dibukanya kawasan tersebut. Setidaknya daerah asal dan
tujuan ini hubungannya akan menjadi lebih intensif karena aksesibilitas yang
meningkat. Dalam konteks jejaring transportasi dikatakan bahwa semakin tinggi
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 48
angka konektifitasnya maka akan semakin cepat pertumbuhan sosial-ekonomi
daerah-daerah yang terhubungkan itu. Selanjutnya perkembangan intensitas
perubahan daerah yang bersangkutan dapat mengikuti skema sistem dinamik
yang telah dijelaskan di atas. Lebih lanjut dapat dibayangkan kemungkinan
perkembangan situasi kawasan Tanjung Carat di masa yang akan datang
(behavior over time). Selain itu, melalui pendekatan keruangan dapat dikaji
adanya kawasan Tanjung Carat akan menimbulkan simpul-simpul pertumbuhan
baru dan tentu akan tercipta struktur ruang yang baru pula. Jika diasumsikan
bahwa kawasan Tanjung Carat ini akan dapat menjadi satu kesatuan pusat
pertumbuhan (kawasan) yang terkoneksi secara fungsional maupun secara fisik
satu sama lainnya maka dapat diilustrasikan bahwa akan terjadi pergeseran
tekanan secara struktural ke bagian di luas kawasan tersebut. Apalagi jika
mengingat besaran atau skala kegiatan yang akan dibangun dapat memberikan
layanan (sebagai wilayah layanan) sampai ke luar kawasan Tanjung Carat
bahkan ke luar Provinsi Sumatera Selatan. Laporan KLHS Kawasan Tanjung
Carat. Oleh karena itu, pada intinya kerangka pikir yang dikembangkan untuk
pelaksanaan KLHS bagi kawasan Tanjung Carat terbagi secara terstuktur
dalam dua pendekatan yaitu pendekatan kajian kebijakan pembangunan
daerah dan kajian perencanaan pembangunan. Kedua pendekatan dikaji
dengan dimensi substansi/isi dan keruangan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip KLHS sebagaimana yang telah digambarkan penjelasan-penjelasan
sebelumnya di atas.
.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 49
4.6. Isu Strategis KLHS Kawasan Tanjung Carat
Berdasarkan telaah kondisi dan permasalahan kawasan Tanjung Carat,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Jangka Menengah Daerah,
pertimbangan kawasan pelabuhan dan industri Tanjung Carat serta isu pokok
pemanfaatan ruang, maka pelingkupan isu strategis KLHS adalah sebagai
berikut:
1. Pertimbangan prinsip keterkaitan, keberlanjutan dan keadilan di dalam
rumusan kebijakan dan rencana pembangunan kawasan Tanjung Carat
(RPJPD, RPJMD, RTRWD);
2. Kawasan pelabuhan dan Industri Tanjung Carat merupakan alternatif
terpilih yang terbaik;
3. Implikasi rencana kawasan Tanjung Carat terhadap lingkungan fisik-alami,
hayati, ekonomi dan sosial budaya;
4. Keterbukaan informasi dan peranserta masyarakat di dalam proses
perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan ruang;
5. Persepsi dan respons stakeholders tentang kawasan pelabuhan dan
industri Tanjung Carat;
6. Integrasi hasil evaluasi implikasi kawasan Tanjung Carat sebagai feedback
penguatan KRP pembangunan kawasan.
Sebelum menetapkan isu strategis kawasan Tanjung Carat maka terlebih
dahulu perlu dipahami dua hal, yaitu: isu pokok dan pentahapan pembangunan
kawasan. Kedua hal ini diperlukan untuk menjustifikasi posisi kawasan bagi
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 50
kepentingan pencapaian visi dan misi pembangunan kawasan Tanjung Carat.
Berdasarkan pemahaman posisi inilah kemudian isu strategis diidentifikasi
untuk menjadi landasan perhatian dalam penyusunan rumusan KRP. Isu pokok
Kawasan Tanjung Carat adalah sebagai berikut:
1. Ekonomi: ekonomi wilayah secara keseluruhan relatif rendah dibandingkan
rata-rata wilayah lainnya. Kondisi dapat membawa pada konsekuensi posisi
daya saing kawasan yang rendah pula sehingga tidak mudah untuk menjadi
daya tarik investor.
2. Sosial: kegiatan masyarakat yang telah terbentuk sebagai nelayan akan
menyebabkan agak sulit merubah dari kegiatan nelayan menjadi pekerja
pada kegiatan industri.
3. Lingkungan Hidup: pertumbuhan penduduk yang cenderung melebihi
pertumbuhan ekonomi mendorong melemahnya pengelolaan dan
pemeliharaan kualitas lingkungan hidup dan kemungkinan perambahan
kawasan-kawasan yang dilindungi.
4. Lingkungan Hidup dan Bencana: belum optimalnya kapasitas pengelolaan
dan pemeliharaan lingkungan terkait dengan kapasitas modal finansial
kawasan yang relatif belum kuat. Konsekuensi lainnya adalah menurunnya
kapasitas penanganan kemungkinan adanya bencana, seperti banjir dan
lain-lain. Tahapan pembangunan kawasan Tanjung Carat akan menjadi
sangat penting jika dikaji total skala kegiatannya. Tentu akan berbeda jika
kawasan tersebut dibangun sekaligus atau dibangun secara seri dengan
mempertimbangkan prioritas terhadap manfaat dan juga kemungkinan resiko
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 51
dalam hal ekonomis, sosial, dan juga lingkungan hidup serta dalam konteks
ruang pembangunan. Informasi dan pemahaman terhadap isu pokok dan
proses tahapan pembangunan ini dapat menjadi landasan perumusan isu
strategis kawasan. Isu strategis yang perlu menjadi perhatian adalah sebagai
berikut:
a. Membangun keunggulan daya saing inti kawasan yang sekaligus
memperhatikan kepentingan sosial dan lingkungan hidup (termasuk daya
dukung dan daya tampung);
b. Merumuskan struktur ruang pembangunan dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tamping optimal sehingga tergambarkan sebaran
kegiatan perkotaan yang terkait dengan kepentingan pembangunan
berkelanjutan. Termasuk dalam hal ini adalah strategi persebaran
penduduk berikut kegiatan sosial dan ekonominya;
c. Membangun sarana dan prasarana fasilitas umum dan fasilitas sosial
serta utilitas mengikuti rancangan struktur kawasan di atas;
d. Pengendalian kemungkinan perambahan pemukiman ataupun kegiatan
ekonomi dan sosial ke kawasan yang sensitif ekologis;
e. Merumuskan kebijakan dan peraturan daerah yang dapat menjamin
kelestarian lingkungan hidup dan pemanfaatan jasa layanan lingkungan
hidup. Sementara itu, beberapa isu strategis untuk pembangunan
kawasan Tanjung Carat sendiri adalah:
Kecenderungan menuju metropolitan;
Pusat perkembangan regional pantai Timur Provinsi Sumatera Selatan;
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 52
Kecenderungan masuknya investasi baru;
Pengembangan kawasan sepanjang pantai;
Pengembangan koridor Palembang-Tanjung Api-api;
Kerawanan terhadap bencana banjir;
Perubahan penggunan lahan hutan mangrove sebagai lahan pelabuhan
dan industri;
Pemanfaatan hutan lindung untuk kawasan wisata dan kawasan pantai
untuk kegiatan budi daya;
4.7. Diagram Sebab Akibat (causal loop diagram)
Isu-isu strategis yang telah ditentukan diatas dan sistem lingkungan yang
dikembangkan akan dikelola dalam diagram sebab akibat (causal loop
diagram). Diagram sebab akibat merupakan sistem lingkungan yang
mempunyai interaksi satu sama lainnya dalam rangka tujuan pengevaluasi
kebijakan, rencana, dan program (KRP) dalam dokumen KLHS. Dengan
mengidentifikasi diagram sebab akibat akan terlihat bahwa isu-isu lingkungan
strategis akan dapat menyebabkan isu-isu tersebut dapat dipecahkan secara
menyeluruh dan terpadu (Gambar 3).
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 53
Gambar 3. Diagram Sebab Akibat (causal loop diagram)
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 54
BAB 5 KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN
KAWASAN TANJUNG CARAT
5.1. Kebijakan dan Rencana Pengembangan Kawasan
Kawasan Tanjung Carat akan direklamasi dan diarahkan menjadi pusat
pelabuhan internasional dan industri. Untuk itu perlu dilakukan kajian
perencanaan ruang investasi yang baik, pemilihan konsep yang tepat,
memperhatikan aspek lingkungan serta didukung oleh peraturan perundangan,
dan diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
masyarakat. Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi perlu
diselenggarakan berdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dan pemberian insentif. Salah satunya dengan
mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Studi Kawasan Strategis
Tanjung Carat yang layak direklamasi untuk kawasan pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) sebagai pedoman dalam penyusunan rencana tata
ruang pada kawasan reklamasi pantai Tanjung Carat. Kemudian dirumuskan
tujuan dan sasaran pembangunan. Dalam pengembangannya terdapat lima
tujuan pembangunan Tanjung Carat yaitu:
1. Menyusun dokumen perencanaan dan hasil analisa studi kelayakan
Reklamasi Tanjung Carat;
2. Mengidentifikasi lokasi yang layak direklamasi untuk kawasan
pengembangan pelabuhan dan industri
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 55
3. Memberi rekomendasi layak atau tidak layak kawasan Tanjung Carat untuk
direklamasi.
Sasaran studi adalah tersusunnya konsepsi kelayakan pengembangan
kawasan reklamasi Tanjung Carat, sebagai pedoman dalam penyusunan
rencana tata ruang pada kawasan reklamasi pantai.
5.2. Kebijakan dan Rencana Pembangunan Tanjung Carat
Mengacu pada rencana pembangunan pada tingkat provinsi yang terumuskan
dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan 2019 dan RTRW Kabupaten
Banyuasin ditetapkan sebagai potral areal pelabuhan dan pusat Industri. Dalam
rangka interaksi tersebut di atas maka sistem transportasi darat provinsi yang
menghubungkan diantara simpul-simpul pusat kegiatan tersebut berupa sistem
jaringan.
Peningkatan pembangunan sarana prasarana melalui peningkatan peranan
investasi swasta. Selain itu kawasan Tanjung Carat juga merupakan bagian
dari Kawasan Andalan bagi Banyuasin dan sekitarnya, Kabupaten Banyuasin I,
Kabupaten Banyuasin II dan sekitarnya. Adapun sektor andalan pada kawasan
ini antara lain adalah perikanan, industri manufaktur dan industri pengolahan
hasil pertanian, perdagangan dan jasa, perkebunan dan pariwisata. Fasilitas
yang diarahkan berkembang di pusat kawasan yaitu: industri pengolahan hasil
laut, industri agro, industri manufaktur, pusat transportasi komoditi menuju
pasar internasional, pusat perdagangan dan jasa regional.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 56
5.3. Kebijakan dan RTRW Tanjung Carat
5.3.1. Pengembangan Kawasan Pelabuhan
Pengembangan kawasan pelabuhan diperuntukkan untuk menunjang kegiatan
ekspor dan impor barang dan jasa melalui pelabuhan Tanjung Carat. Dengan
pengembangan pelabuhan tersebut diharapkan potensi sumber daya alam
yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dapat dianggkut secara optimal, efisien
dan efektif.
5.3.2. Pengembangan Kawasan Industri
Kawasan industri diperuntukkan untuk mengolahan bahan baku menjadi bahan
setengah jadi atau bahan jadi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku bahwa sumber daya alam sebelum diekspor harus diolah terlebih
dahulu sehingga dapat menumbuhkan nilai tambah.
Pertumbuhan ekonomi wilayah sangat ditentukan oleh kemampuan suatu
wilayah menghasilkan barang dan jasa untuk kebutuhan ekspor. Sebagian
besar kegiatan ekspor tersebut berupa sumber daya alam, seperti: pertanian
dan pertambangan mineral dan batubara. Kegiatan ekspor sumber daya alam
di negara berkembang pada umumnya merupakan kegiatan ekspor bahan baku
atau bahan pokok (staple-export). Pengertian bahan baku atau bahan pokok
(staple) dikaitkan dengan komoditi utama yang diproduksi oleh suatu wilayah
yang pada umumnya merupakan produk dari industri ekstraktif terutama
kegiatan pertambangan mineral dan batubara. Konsep komoditi ekspor
(exportable comodities) dari suatu wilayah meliputi produk industri sekunder
dan tersier atau jasa yang bersifat individu dan basis ekspor berupa komoditi
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 57
ekspor yang bersifat kolektif. Komoditi ekspor sangat dipengaruhi oleh
permintaan dari luar wilayah yang disebut faktor eksternal (exogenous factors).
Keberhasilan suatu industri yang menghasilkan komoditi ekspor sangat
dipengaruhi oleh faktor lokasi. Pengembangan komoditi ekspor
menggambarkan adanya keunggulan komparatif dari biaya produksi termasuk
biaya pengiriman. Strategi ekspor bahan baku memegang peranan penting
dalam pengembangan wilayah terutama dalam menentukan tingkat pendapatan
absolut dan pendapatan per kapita suatu wilayah. Dengan demikian, meningkat
atau menurunnya pertumbuhan ekonomi wilayah sangat bergantung pada
permintaan bahan baku tersebut. Penurunan salah satu komoditi ekspor harus
disertai oleh pertumbuhan komoditi yang lainnya. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan pertumbuhan ekonomi wilayah cenderung menurun, yaitu: (1)
perubahan permintaan dari luar wilayah; (2) menipisnya sumber daya alam; (3)
meningkatnya harga lahan dan tenaga kerja; dan (4) perubahan teknologi.
Permintaan merupakan faktor yang menentukan suksesnya strategi ekspor
bahan baku dari suatu wilayah. Permintaan dari luar wilayah yang tinggi
menyebabkan aliran ekspor dan pendapatan wilayah semakin meningkat.
Sebaliknya, permintaan yang rendah akan mengurangi aliran ekspor dan
pendapatan wilayah. Peningkatan permintaan yang tinggi dapat menyebabkan
semakin menipisnya cadangan sumber daya alam, terutama untuk sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable resources). Kondisi
demikian akan mengakibatkan terganggunya kegiatan ekspor bahan baku
tersebut yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 58
wilayah. Harga lahan dan tenaga kerja merupakan faktor lain yang
mempengaruhi persaingan pasar dengan wilayah lain, terutama untuk komoditi
ekspor yang sama. Biaya lahan dan tenaga kerja yang tinggi menyebabkan
tingginya biaya produksi dan harga komoditi ekspor sehingga investor
cenderung mencari wilayah lain yang lebih murah untuk mengembangkan
usahanya atau mencari alternatif bahan substitusi. Faktor perubahan teknologi
sangat berpengaruh terhadap komposisi input dan efisiensi. Kegiatan ekspor
bahan baku terutama kegiatan pertambangan mineral dan batubara pada
umumnya menggunakan teknologi modern yang menggunakan modal besar
(capital-intensive) dan tenaga kerja terampil (labour-skill). Perubahan terhadap
teknologi akan mempengaruhi modal dan tenaga kerja serta mempengaruhi
biaya produksi dan biaya komoditi.
Meningkatnya permintaan mineral dan batubara tidak hanya akan
meningkatkan kapasitas pergudangan, transportasi, fasilitas umum dan
konstruksi, tetapi juga akan meningkatkan pendapatan, meningkatnya
permintaan produk sekunder dan akan memacu investasi pada industri lainnya.
Meningkatnya modal investasi industri ekspor akan mencapai optimalisasi
usaha terutama usaha lokal, meningkatnya proses mekanisasi, dan lebih jauh
lagi adalah meningkatnya pengembangan pelayanan dan jasa untuk ekspor.
Oleh karena itu, sumber modal mineral dan batubara memainkan peranan yang
penting dalam pertumbuhan wilayah.
Keberhasilan kegiatan ekspor sangat dipengaruhi oleh ekspor bahan baku dan
keunggulan faktor lokasi dalam berkompetisi dengan wilayah lain. Faktor
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 59
keberhasilan ekspor dan keunggulan lokasi belum cukup untuk melihat
keberhasilan pertumbuhan ekonomi wilayah, karena keberhasilan tersebut
sangat dominan dipengaruhi oleh variabel otonom dalam menentukan tingkat
pendapatan wilayah. Teori basis ekspor dapat digunakan lebih umum dalam
menentukan pendapatan wilayah. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut
dapat dilihat implikasinya terhadap teori pertumbuhan wilayah. Kegiatan
ekonomi suatu wilayah dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) kegiatan produksi
untuk pasar ekspor; dan (2) kegiatan produksi untuk pasar lokal. Kegiatan
ekspor akan menyebabkan meningkatnya pendapatan komuter, aliran modal,
dan keterkaitan antar industri. Dengan menentukan kegiatan basis atau ekspor
tersebut maka akan muncul kegiatan non-basis atau lokal. Rasio antara
kegiatan ekspor dan kegiatan lokal dapat diukur dengan pendapatan atau
pekerjaan yang dinyatakan sebagai pengganda (multiplier). Konsep basis
ekspor adalah konsep menentukan pendapatan wilayah yang melibatkan
variabel otonom merupakan konsep jangka pendek. Namun demikian, gagasan
pokok model basis ekspor merupakan suatu usaha untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi wilayah. Jaringan transportasi yang tersedia; ukuran dan
lokasi pasar; dan faktor yang mendukung (endowment) merupakan modal
dasar pengembangan wilayah jika wilayah tersebut dapat bersaing dengan
wilayah lain dalam pasar ekspor.
Menurut perspektif spasial, model ekspor atau bahan pokok bermula
dikembangkan dalam rangka mencari solusi dari persoalan yang timbul di
wilayah yang tidak maju. Asumsinya, bahwa pertumbuhan di suatu wilayah
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 60
yang tidak maju dapat dijelaskan dari komoditi ekspor utama atau ekspor bahan
baku wilayah tersebut. Teori bahan baku menekankan migrasi faktor-faktor
produksi, memperlihatkan berlimpahnya faktor-faktor, dapat dijelaskan dengan
lebih baik oleh faktor migrasi daripada bangkitan lokal. Faktor-faktor tersebut
datang ke wilayah karena adanya tawaran yang tinggi dari ekspor bahan baku;
pertumbuhan akan terjadi seiring dengan meningkatnya teknologi dalam rangka
mengurangi unit biaya; dan juga karena adanya peningkatan permintaan. Di
samping itu, ukuran wilayah dipengaruhi oleh industri yang dikembangkan dan
menurut teori bahan baku tradisional sangat dipengaruhi oleh karakteristik
penggunaan lahan oleh industri yang dikembangkan, karena karakteristik
tersebut dipengaruhi oleh produksi dan konsumsi bahan baku. Berkembangnya
industri ekspor bahan baku akan mempengaruhi kegiatan lokal untuk melayani
lokal.
Pengembangan produksi ekspor bahan baku dikondisikan oleh faktor eksternal
(exogenous factors) dan faktor internal (endogenous factors). Faktor eksternal
melibatkan permintaan komoditi dari luar wilayah, sedangkan faktor internal
melibatkan sumber daya yang akan diproduksi karena keunggulan komparatif
atau keunggulan absolut. Dengan keunggulan komparatif tersebut akan terjadi
peningkatan produktivitas, transfer komoditi ekspor, dan perubahan teknologi
secara kontinyu. Faktor internal lebih berperan sebagai pengembangan lokal
untuk meningkatkan elemen-elemen endogenous dalam kehidupan sosial-
ekonomi suatu lokalitas. Jika kondisi tersebut dapat dipenuhi, ekonomi
eksternal dapat diharapkan muncul dan penduduk akan berkembang.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 61
Pengembangan ini akan menyebabkan struktur ruang tertentu yang meliputi
pembentukan pusat kota dimana barang yang diimpor dapat diproduksi di
wilayah itu sendiri.
Pertumbuhan sektor ekspor wilayah yang mantap dapat mempengaruhi lima
hal, yaitu: (1) pertumbuhan sektor lokal sebagai basis permintaan internal dan
akan memberikan peluang investasi yang lebih besar; (2) ekspansi infrastruktur
ekonomi wilayah untuk mengembangkan pertumbuhan ekspor yang
berkelanjutan; (3) menciptakan ekonomi eksternal; (4) meningkatkan output
per pekerja, memperkenalkan teknologi baru, dan meningkatkan upah yang
lebih tinggi; dan (5) pemusatan industri di beberapa lokasi dimana lokasi
tersebut merupakan daya tarik untuk kegiatan yang berorientasi pasar.
Model basis ekspor memperlihatkan modal dan tenaga kerja mengalir kedalam
wilayah dengan mengeksploitasi sumber daya alam. Permintaan terhadap
sumber daya tersebut sangat besar, membutuhkan keterkaitan transportasi
dengan wilayah lainnya menyebabkan integrasi wilayah dengan pasar yang
lebih luas. Basis ekspor merupakan pendorong utama (prime mover)
pembangunan ekonomi wilayah dengan mengeksploitasi dan mengekspor
sumber daya alamnya. Sumber daya alam yang terdistribusi secara geografi
dapat menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah berbeda.
Keberhasilan model basis ekspor harus mempertimbangkan dua hal, yaitu: (1)
spesialisasi wilayah, dan (2) kemampuan sumber daya alam untuk
mempertahankan ekonomi wilayah berkelanjutan. Wilayah dengan dukungan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 62
bahan baku berlimpah akan berspesialisasi pada komoditi ekspor bahan baku
(raw materials-intensive) seperti barang-barang primer dan setengah jadi.
Keberhasilan suatu wilayah dalam meningkatkan pendapatan regional atau
pendapatan per kapita tidak saja ditentukan oleh keberhasilan ekspor bahan
baku yang lebih menekankan pada faktor eksternal atau permintaan luar
(demand) tetapi juga sangat ditentukan oleh faktor internal atau faktor-faktor
produksi. Model neoklasik membahas pertumbuhan wilayah dari aspek
penawaran yang berbeda dengan model basis ekspor yang membahas aspek
permintaan. Pada model basis ekspor, konsep dasarnya bahwa pertumbuhan
ekonomi wilayah sangat tergantung pada permintaan luar (faktor eksternal).
Sedangkan pada model neoklasik, konsep dasarnya adalah bahwa
pertumbuhan ekonomi lebih dominan dipengaruhi oleh aspek penawaran (faktor
internal) terutama faktor-faktor produksi, seperti: lahan dan sumber daya alam,
sumber daya manusia, modal, dan kewirausahaan lokal. Dengan dukungan
faktor-faktor produksi, otomatis akan timbul permintaan berdasarkan
keunggulan komparatif.
Ekonomi wilayah dapat didefinisikan sebagai saling keterkaitan sejumlah
kegiatan ekonomi (produksi, investasi dan konsumsi) yang ditempatkan pada
lokasi tertentu. Pendapatan total akan didistribusikan ke pekerja, pemilik modal
dan pemilik tanah. Perbedaan antara laju upah wilayah dan laju upah di semua
tempat di suatu wilayah diasumsi akan memberikan peningkatan terhadap
migrasi. Jika laju upah wilayah lebih tinggi, penawaran tenaga kerja akan lebih
tinggi dan jika upah lebih rendah pekerja akan migrasi ke wilayah dengan upah
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 63
lebih tinggi. Output dapat tumbuh akibat meningkatnya penawaran tenaga kerja
dan modal. Permintaan tenaga kerja dan modal akan ditentukan oleh produk
akhir, seperti: konsumsi, investasi, ekspor dan perubahan teknologi.
Pertumbuhan ekonomi wilayah tidak dapat dipisahkan dari faktor eksternal
(permintaan luar) dan faktor internal (faktor-faktor produksi seperti ketersediaan
sumber daya alam, tenaga kerja, kewirausahaan lokal dan modal investasi).
Oleh karena itu, kemajuan suatu wilayah sangat ditentukan oleh kedua faktor
tersebut. Berkembangnya suatu wilayah yang berbasis sumber daya alam
merupakan pemacu awal pengembangan wilayah terutama dampaknya
terhadap wilayah sekitarnya. Dampak terhadap wilayah sekitar terutama
dengan meningkatnya kegiatan-kegiatan yang menunjang pusat pertumbuhan.
Dengan demikian, peranan sumber daya alam sangat besar dalam memacu
pertumbuhan ekonomi wilayah. Banyak kendala yang dihadapi oleh wilayah
yang mengandalkan sumber daya alam sebagai basis ekonomi. Kestabilan
ekonomi wilayah yang berbasis sumber daya alam akan sangat terganggu
mengingat ketergantungan wilayah tersebut terhadap faktor eksternal
(permintaan luar). Di samping itu, sumber daya alam sifatnya terbatas terutama
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Keterbatasan ini menjadi
kendala dalam mempertahankan keberlanjutan pembangunan wilayah. Oleh
karena itu, transformasi struktur ekonomi wilayah merupakan langkah yang
bijaksana dalam mempertahankan keberlanjutan pembangunan.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 64
5.3.3. Pengembangan Kawasan Tanjung Carat
Pengalokasi ruang yang memadai untuk mendorong pengembangan sektor-
sektor yang terkait dengan keberadaan Pelabuhan Laut Internasional Tanjung
Carat. Pengendalian pemanfaatan ruang yang memiliki kerawanan terhadap
bencana banjir dan gelombang laut. Mendorong pengembangan kawasan
industri dan pergudangan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
modern. Oleh karena itu, perlu dilakukan penetapan Penataan ruang Kawasan
Tanjung Carat sebagai berikut:
1. Struktur dan Pola Ruang Kota Pesisir yang Modern dan Berbudaya
Pemanfaatan ruang yang efisien dan seimbang antara kegiatan ekonomi
dan kegiatan sosial-budaya;
Pelayanan publik yang prima dan merata;
Keseimbangan lingkungan yang terjaga;
Kesejahteraan penduduk yang maksimal;
Aksesibilitas yang optimal;
2. Pengembangan Sektor Perdagangan, Jasa, dan Sektor Pariwisata
Pengalokasian ruang yang memadai untuk pengembangan sektor
perdagangan, jasa dan pariwisata;
Struktur ruang yang mendukung berlangsungnya aktifitas-aktifitas
ekonomi secara lancar, efisien, murah dan aman;
Pemanfaatan potensi sumberdaya alam secara terencana untuk
mendukung pengembangan sektor perdagangan dan pariwisata;
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 65
Pengalokasian ruang yang memadai untuk penyediaan sarana dan
prasarana kota dalam mendukung pengembangan sektor perdagangan,
jasa dan pariwisata. Untuk mewujudkan tujuan dan visi penataan ruang
wilayah kawasan Tanjung Carat, dirumuskan Kebijakan sebagai berikut:
o Menciptakan struktur ruang kaasan yang mendorong terjadinya
keseimbangan dan pemerataan pembangunan kawasan;
o Menciptakan pola ruang kawasan yang efektif dalam pemanfaatan ruang
dan sekaligus menjamin perkembangan sektor-sektor ekonomi
unggulan;
o Menciptakan struktur pelayanan yang merata kepada seluruh penduduk
kawasan melalui distribusi sarana dan prasarana wilayaha, sesuai
dengan arah dan skenario pengembangan kawasan, daya-dukung
lingkungan dan kondisi penduduk pada masing-masing Wilayah
Pengembangan kawasan;
o Meningkatkan peran pemerintah sebagai regulator, dengan menyiapkan
prosedur teknis yang komprehensif, yang mampu dijadikan sebagai alat
pengendali dalam pemanfaatan ruang;
o Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang dapat mendukung
pengembangan transportasi kawasan untuk menjamin kelancaran,
keamanan dan kenyamanan pergerakkan penduduk, dan sekaligus
mendorong fungsi kawasan sebagai pusat pertumbuhan wilayah;
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 66
o Mengalokasikan ruang untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan
jasa di Pusat Kawasan untuk mendukung kegiatan tersebut dengan
skala pelayanan lokal, regional dan internasional;
o Mengalokasikan ruang untuk pengembangan kegiatan industri perikanan
dan maritim di kawasan untuk mengurangi dampak lingkungan dan
tekanan lalu-lintas di pusat kawasan;
o Mendorong pengembangan kegiatan-kegiatan dengan skala pelayanan
wilayah untuk menjaga keseimbangan perkembangan fisik kawasan
dan sekaligus mengurangi tekanan perkembangan di pusat kawasan
dan kawasan sepanjang pantai;
o Mengembangkan kawasan sepanjang Pantai sebagai Kawasan
Pariwisata dan Kawasan Perdagangan dan Jasa dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek mitigasi bencana;
o Menjaga keberadaan Hutan mangrove dan gambut sebagai Kawasan
Lindung, untuk kepentingan konservasi maupun kepentingan penelitian;
o Mengendalikan perkembangan di sepanjang DAS yang ada, dalam
bentuk penataan kawasan dan pengembangan kegiatan-kegiatan yang
tidak menurunkan fungsi DAS.
o Mengalokasikan ruang usaha (spasial) untuk pengembangan kegiatan
perdagangan dan jasa bagi kelompok usaha kecil dan menengah.
o Mengoptimalkan potensi ruang kawasan melalui pengembangan sektor
perkotaan yang mampu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh
penduduk dalam lingkungan kota yang asri, hijau, dan indah, dengan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 67
mempertahankan lahan-lahan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
konservasi, dan meningkatkan penyediaan ruang terbuka hijau pada
seluruh bagian kawasan. Strategi penataan ruang kawasan yang akan
dikembangkan untuk mencapai tujuan Penataan Ruang Wilayah
kawasan, adalah:
- Memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk semua
aktifitas yang memberikan nilai tambah yang positif bagi
Pembangunan kawasan;
- Memanfaatkan morfologi kawasan (perairan/laut, daratan datar dan
pegunungan) sebagai potensi dalam pengembangan kawasan
budidaya dan kawasan lindung;
- Mendorong pemanfaatan ruang kawasan untuk mendukung
berlangsungnya berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi utama
kawasan sebagai Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa, dan Pusat
Kegiatan Pariwisata;
- Mengarahkan pengembangan kegiatan permukiman untuk
mengurangi tekanan perkembangan fisik dan arus lalu-lintas di dan
ke pusat Kawasan;
- Mengembangkan koridor Palembang-Tanjung Api-api untuk kegiatan
perdagangan, jasa, permukiman, perkantoran, olahraga, pendidikan
dan prasarana transportasi regional;
Berkaitan dengan hal di atas, maka Strategi Pengembangan Kawasan Tanjung
Carat adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 68
1. Menjaga keseimbangan antara kawasan budiaya dan kawasan lindung
melalui optimalisasi pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya dan
menjaga serta mempertahankan kawasan lindung sesuai dengan fungsi
lindungnya;
2. Menetapkan dan mengembangkan kawasan-kawasan strategis;
3. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan dengan skala pelayanan tertentu,
misalnya pusat pengembangan dengan skala pelayanan lokal dan regional,
atau sub-pusat pengembangan dengan skala pelayanan lokal atau regional;
4. Membangun sistem jaringan transportasi internal yang berorientasi pada
sistem angkutan kawasan yang terintegrasi dengan sistem jaringan transpor-
tasi regional;
5. Mengarahkan perkembangan kawasan sesuai dengan skenario
perkembangan dan rencana pola ruang kawasan;
6. Membangun sarana dan prasarana kawasan sesuai dengan skenario
pengembangan serta rencana struktur dan pola ruang kawasan;
7. Mendorong pembangunan secara vertikal di kawasan pusat kota dengan
memperhatikan faktor keamanan bangunan dan kerawanan terhadap gempa
bumi;
5.4. Pertimbangan Interrelasi dan Integrasi Tanjung Carat
Sebagaimana telah dibahas dalam sub-bab terdahulu bahwa kawasan Tanjung
Carat secara konsep dapat merupakan satu kesatuan fungsional pembangunan
atau dengan kata lain masing-masing kawasan dapat dirancang menjadi
terintegrasi dalam satu Kawasan Strategis yang berperan menjadi satu pusat
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 69
pertumbuhan baru kawasan pantai Timur Provinsi Sumatera Selatan. Apalagi
jika dikaitkan sebagai satu kawasan yang bersifat entitas bisnis dan untuk
menjadi daya tarik investor. Kawasan ini akan menarik jika merupakan satu
paket pembangunan. Dari kawasan tersebut tersebut, generator bisnisnya
adalah pelabuhan dan industri. Keduanya mempunyai nilai bisnis (business
values) yang jauh lebih menarik. Sedangkan kawasan lain yang akan
dikembangkan sebagai pendukung penting aktifitas (supporting main actitivities)
pada kawasan tersebut, yang juga dapat berfungsi sebagai akselerator
pembangunan.
5.5. Rencana Pembangunan Kawasan
5.5.1. Reklamasi dan Pembangunan Kawasan
Rencana reklamasi pantai kawasan Tanjung Carat pada dasarnya merupakan
respons pendayagunaan sebagian kawasan pantai yang digolongkan sebagai
kawasan prioritas, sekaligus sebagai pusat pengembangan kegiatan utama
pelabuhan dan industri. Sebagaimana halnya dengan asumsi perencanaan
tata ruang kawasan dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), maka
pembangunan reklamasi pantai Tanjung Carat mempertimbangkan asumsi
tersebut, yaitu: (a) perencanaan kawasan ini dilakukan oleh pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan atau bersama-sama dengan pihak swasta, (b)
pelaksanaan dan pembiayaan pembangunan kawasan dilakukan dengan
pendekatan PPP (Public Participation Partnership) oleh mitra swasta. Dalam
hal ini Hak Pengelolaan atas tanah hasil reklamasi diterbitkan Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, (c) pengelolaan,
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 70
pemeliharaan, dan pengembangan kawasan dilakukan pihak Swasta bersama
pemerintah Provinsi, dan (d) pola atau sistem pengembangan kawasan
dilakukan dalam bentuk kerjasama pembangunan yang saling menguntungkan
(joint venture, share-holders, BOT, BOO, dll) antara pemerintah Provinsi
dengan mitra swasta. Sedangkan lingkup kegiatan perencanaan yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut: (1) melakukan survei kelautan, khususnya
bathimetri dan hidrografi, meliputi pengukuran kedalaman laut sekitar lokasi,
pengukuran pasang surut, pengukuran arus, pengumpulan data gelombang,
curah hujan, kecepatan angin dan data lain yang relevan; (2) melakukan
penyelidikan tanah berupa pengeboran tanah, Standard Penetration Test,
pengambilan contoh tanah asli, pengujian contoh tanah di laboratorium,
melakukan pembahasan atas hasil uji laboratorium; (3) meninjau kondisi di
lokasi rencana reklamasi mengacu ke pedoman yang berlak; (4) melakukan
analisis gelombang, berupa tinggi gelombang, panjang gelombang, kecepatan
gelombang, tinggi run up gelombang, analisis kepecahan gelombang dan
aspek lain yang berhubungan dengan penentuan dimensi sistem pemecah
gelombang dan penahan tanah reklamasi; melakukan perencanaan sistem
pemecah gelombang/ penahan tanah reklamasi, berupa usulan beberapa
alternatif sistem pemecah gelombang/penahan tanah, dimensi sistem yang
diusulkan serta stabilitas sistem penahan tanah tersebut, baik pada kondisi
normal maupun pada kondisi gempa; (6) melakukan perhitungan struktur
penahan tanah, untuk menentukan komponen-komponen struktur penahan
tanah agar layak digunakan baik pada kondisi normal maupun pada kondisi
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 71
gempa, serta ekonomis pada tingkat yang wajar sesuai kondisi alam yang
dihadapi; (7) menyampaikan kesimpulan dan memberi rekomendasi
berdasarkan semua hasil survei dan analisis. Selanjutnya, di dalam kajian awal
untuk keperluan proposal, dikemukakan bahwa kebijakan yang memberikan
kemudahan di bidang investasi mendapat respons dari investor untuk
membangun kawasan Tanjung Carat. Mengacu ke kondisi dan permasalahan
kawasan serta kebijakan pembangunan, maka harus dilakukan kajian dan
perencanaan yang terpadu, sehingga dapat diambil keputusan tentang rencana
pembangunan kawasan Tanjung Carat. Sehubungan dengan itu, maka
maksud dan tujuan pembangunan kawasan Tanjung Carat pada intinya adalah
sebagai berikut: (1) mewujudkan visi dan misi kawasan sebagai Pusat
Perekonomian dan Pintu Gerbang Perdagangan Terpenting di wilayah Timur
Provinsi Sumatera Selatan; (2) mempercepat pertumbuhan pembangunan
fasilitas sarana dan prasarana kawasan; (3) meningkatkan pertumbuhan
ekonomi kawasan yang ditunjang dari sektor investasi swasta. (4) sebagai
salah satu upaya prefentif penanganan resiko bencana. Sedangkan sasaran
pembangunan Kawasan Tanjung Carat adalah sebagai berikut: (1)
mewujudkan rencana pembangunan kawasan wisata terpadu yang terintegrasi
dengan rencana pembangunan kawasan Tanjung Carat; (2) pemanfaatan
ruang Kawasan meliputi kegiatan jasa dan perdagangan dan selanjutnya akan
berfungsi sebagai fasilitas penjunjang pariwisata; (3) menjadikan kawasan
Tanjung Carat sekaligus sebagai pintu gerbang dan tujuan wisata Sumatera
Selatan; (4) sebagai lokomotif pergerakan ekonomi riil serta memberikan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 72
multiplier effect terhadap penyediaan lapangan kerja baru; pencerahan
terhadap perkembangan industri rumah tangga seperti meningkatnya produksi
kerajinan, makanan khas serta berkembangnya sektor-sektor penunjang
pariwisata dan perdagangan lainnya; (5) meningkatnya pendapatan perkapita
masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah; dan (6) tersedianya lokasi atau
kawasan bagi masyarakat di wilayah pesisir pantai Timur Provinsi Sumatera
Selatan.
5.5.2. Pembangunan Pelabuhan dan Industri
Di dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan dan RTRW Kabupaten Banyuasin
dinyatakan bahwa kawasan Tanjung Api-api dan Tanjung Carat ditetapkan
sebagai wilayah pengembangan pelabuhan, industri, pergudangan dan jasa
transportasi. Sebagai prasarana pendukung rencana pengembangan wilayah
ini yang begitu besar, saat ini telah ada jalan yang kondisinya banyak memiliki
keterbatasan dimana di sepanjang jalan ini sudah rusak dan akses ke Tanjung
Carat sepanjang 15 km belum tersedia dan jika dikembangkan akan
memerlukan banyak kajian lingkungan hidup. Pengembangan kawasan
Pelabuhan Tanjung Carat yang rencananya dibangun untuk memperkuat
kawasan pengembangan kawasan Timur Provinsi Sumatera Selatan akan
membangkitkan perjalanan dari kawasan ini ke pusat produksi. Pembangkitan
perjalanan ini akan membebani prasarana jalan yang sekarang ada, sehingga
perlu dipikirkan untuk membuat jalan kereta api yang lebih baik kualitasnya
untuk menampung dampak yang terjadi. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis(KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 73
memilih membangun jalan Kereta Api yang sepanjang 220 km sehingga dapat
menarik investor.
5.5.3. Pembangunan Sarana Pendukung
Rencana pengembangan sarana pendukung terutama pengembangan
pemukiman, rekreasi, dan sarana lainnya merupakan salah satu pilihan
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk memperkuat posisi kawasan
Tanjung Carat sebagai pusat pelabuhan dan industri di kawasan pantai Timur
Provinsi Sumatera Sumatera Selatan. Pengembangan kawasan pendukung ini
kedepannya bertujuan sebagai sarana hiburan masyarakat baik skala lokal,
regional maupun internasional. Kawasan pendukung juga sangat terkait dengan
kawasan rekreasi pantai dimana dengan pengembangan kawasan ini akan
merupakan objek wisata baru dan menarik terutama untuk masyarakat
Sumatera Selatan yang haus akan hiburan pantai.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 74
BAB 6 KERANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN TANJUNG CARAT
6.1. Kesepakatan Tim KLHS
6.1.1. Kawasan Tanjung Carat
Kawasan Tanjung Carat berada di Kecamatan Banyuasin II yang berdekatan
dengan Desa Sungsang yang letaknya di sebelah Utara yang berbatasan dengan
Selat Bangka, sebelah Timur Sungai Telang, sebelah Selatan Kawasan Tanjung
Api-api, dan sebelah Barat Sungai Banyuasin dimana pada kawasan ini dipenuhi
oleh hutan Mangrove. Di kawasan tersebut belum terdapat penduduk dikarenakan
kawasan tersebut masih merupakan hutan yang dipenuhi tanaman mangrove.
Dalam peninjauan lokasi di Tanjung Carat untuk akses menuju kesana kami
menggunakan perahu atau yang sering disebut dengan speed boat. Kawasan
Tanjung Carat merupakan kawasan yang akan direncanakan sebagai area
pelabuhan atau sebagai portal untuk menuju pelabuhan tanjung api-api. Untuk
lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar berikut.
6.1.2. Proses Penyusunan Kebijakan Kawasan
Perubahan signifikan yang dijelaskan di atas membawa konsekuensi pada
kebutuhan untuk menyesuaikan kebijakan, perencanaan, dan program (KRP)
pembangunan kawasan Tanjung Carat dengan pengalaman mengalami fenomena
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 75
perubahan guna lahan dan ekosistem. Beberapa instrumen (atau dokumen)
pembangunan kawasan Tanjung Carat mau tidak mau harus segera merumuskan
konsep KRP pembangunan kawasan pembangunan pelabuhan dan industri.
Dokumen yang dimaksud mencakup diantaranya Kebijakan Umum Anggaran
(KUA), Prioritas Platform Anggaran Sementara (PPAS) untuk dasar menyusun
APBD tahun 2013 harus segera disesuaikan. Oleh karena itu, dokumen
perencanaan strategis harus segera menyesuaikan dengan perubahan yang cepat
sebagai dampak kegiatan pembangunan kawasan tersebut. Lebih jauh dan lebih
menyeluruh, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan perlu melakukan penyesuaian
diberbagai kebijakan pemerintah, terutama terkait dengan RTRW dan RPJMD
Provinsi Sumatera Selatan. Konsekuensi logis dari perkembangan situasi di atas
maka proses pengkajian dan perumusan harus dibangun pada tiga pilar, yaitu:
pilar ekonomi, pilar lingkungan, dan pilar sosial dalam rangka melaksanakan
pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, rencana proses perumusan
kebijakan pembangunan kawasan Tanjung Carat yang didalamnya ada keinginan
untuk mewujudkan kawasan tersebut harus dilanjutkan. Selanjutnya konsentrasi
perumusan kebijakan pembangunan kawasan difokuskan permasalahan pilar
lingkungan. Demikian pula dalam hal kegiatan KLHS akan dapat diusulkan untuk
konsentrasi pada penanganan lingkungan kawasan Tanjung Carat terutama
kawasan lahan basah, mangrove, dan gambut.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 76
6.1.3. Mempersiapkan KLHS Penyusunan Rencana Tanjung Carat
Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan memahami perkembangan kondisi
kawasan Tanjung Carat saat ini, kemudian tim KLHS pemerintah propinsi
Sumatera Selatan dan dibantu tim FS ditetapkan untuk berperan aktif dalam
penyusunan kerangka kerja, dan melakukan KLHS terhadap kawasan Tanjung
Carat dengan kondisi data yang yang baru. Selanjutnya perlu segera disusun dan
dirumuskan Kerangka Acuan Laporan KLHS Tanjung Carat, KLHS Rencana
Pelabuhan dan Industri Tanjung Carat melalui sejumlah diskusi diantara tim KLHS
Tanjung Carat dan tim FS.
6.2. Kerangka Acuan KLHS Rencana Pelabuhan dan Industri
Tanjung Carat
Kerangka acuan KLHS Rencana Pelabuhan dan Industri Tanjung Carat dapat
memuat beberapa hal adalah sebagai berikut:
6.2.1. Pendahuluan
Sesungguhnya pembangunan kawasan Tanjung Carat merupakan proses
dinamika dalam bentuk perubahan tata guna lahan dan pada tahap selanjutnya
diperlukan usaha untuk mencapai keseimbangannya karena terganggunya
ekosistem kawasan pantai, hutan mangrove, dan gambut. Namun, karena gejala
ini berlangsung di kawasan yang kurang interaksinya dengan manusia maka
masalah tersebut lebih terfokus pada masalah lingkungan dan sosial ekonomi
masyarakat. Sebagai suatu masalah yang akan dihadapi terutama adanya
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 77
pembangunan kawaan pelabuhan dan industri maka perlu pencegahan dampak
negatif yang akan ditimbulkannya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
mengembangkan pelabuhan hijau dan industri hijau terutama kawasan ekonomi
berbasis lingkungan (eco industrial park).
6.2.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran
Kegiatan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup (KLHS) ini bermaksud agar
manjadi acuan untuk perencanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan
dan pembangunan yang berkelanjutan. Sedangkan tujuan penyusuna KLHS ini
adalah : (1) Menyusun konsep panduan pengelolaan lingkungan hidup akibat
pembangunan infrastruktur pada wilayah potensial yang terkena dampak
pembangunan. (2) Menghasilkan rencana KRP yang berwawasan lingkungan
hidup. Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan KLHS ini meliputi :(1)
Membantu Pemerintah dalam pengambilan Keputusan dan pematauan lingkungan
yang berwawasan lingkungan. (2) Sebagai Acuan dalam kegiatan pengelolan dan
pengawasan lingkungan.
6.2.3. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan akan tercapai dari penerapan KLHS dalam penyusunan
Rencana pelabuhan dan kawasan industri di wilayah Tanjung Carat meliputi:
1. Peningkatan kapasitas pelabuhan dan industri kawasan Tanjung Carat dalam
melaksanakan KLHS.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 78
2. Peningkatan kualitas dokumen perencanaan Tanjung Carat sebagai KLHS
pelabuhan dan industri untuk menunjang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Tanjung Api – Api.
3. Dapat meningkatkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan di kawasan
Tanjung Carat
6.2.4. Lingkup Kegiatan
Di dalam lingkupan kegiatan pengembangan kawasan pelabuhan dan industri
Tanjung Carat meliputi diantaranya:
1. Proses penapisan dan kegiatan administrasi.
2. Pembentukan Tim KLHS Tanjung Carat yang terdiri atas Tim Penyusun KLHS.
3. Penyusunan strategi pelaksanaan tugas ( Usulan Teknik )
4. Proses pelingkupan materi dan identifikasi isu strategis.
5. Diskusi Awal dan Penetapan Isu Strategis KLHS.
6. Kegiatan Pengumpulan Data, Desk Study, FGD.
7. Diskusi Tim KLHS dengan Tim FS
8. Proses Pengkajian
9. Diskusi Hasil Kajian dan Review.
10. Perumusan Mitigasi dan Rekomendasi.
11. Diskusi/Seminar Hasil KLHS.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 79
12. Finalisasi Laporan.
6.2.5. Cara Pelaksanaan
Tim Pengarah, terdiri atas pimpinan Pemerintah Daerah, yakni Asisten Sekretaris
Daerah Bidang Ekbang Kesra, Kepala Bappeda, Kepala BLH Pemerintah Propinsi
Sumatera Selatan, berfungsi sebagai Tim Supervisi, membantu Tim Inti KLHS
sejak awal hingga akhir pekerjaan. Tim Inti KLHS Tanjung Carat, terdiri atas 4
orang staf Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang bertugas di instansi yang
terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup, perencanaan pembangunan daerah,
perencanaan tata ruang dan bidang kerjasama. Tim dibantu oleh minimal 1 orang
tenaga ahli dari lingkungan perguruan tinggi yang memahami aplikasi KLHS. Tim
ini, selanjutnya akan berfungsi sebagai tim penyusun KLHS, sejak awal hingga
akhir pekerjaan.Tim Teknis Tanjung Carat merupakan gabungan tenaga potensial
Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan dari berbagai instansi yang terkait dengan
penyusunan rencana kawasan pelabuhan dan industri dalam menunjang KEK Api-
Api. Tim ini selanjutnya akan berfungsi sebagai mitra Tim Penyusun KLHS. Tim
KLHS Ditjen Bina Bangda Departemen Dalam Negeri berfungsi sebagai Tim
Supervisi, membantu Tim Inti KLHS sejak awal hingga akhir pekerjaan.
6.2.6. Jangka Waktu Pelaksanaan
KLHS penyusunan Rencana Tanjung Carat sebagai kawasan pelabuhan dan
industri akan dilakukan dalam kurun waktu Juli s/d Desember 2012.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 80
BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan rencana pemerintah Propinsi Sumatera Selatan untuk
mengembangkan Kawasan Tanjung Carat sebagai kawasan Pelabuhan dan
industri yang termasuk kedalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api
yang berada di Kabupaten Banyuasin maka rencana tersebut perlu adanya
berbagai pertimbangan baik ekonomi, lingkungan, dan sosial. Rencana
pengembangan kawasan Tanjung Carat dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan pengembangan kawasan Tanjung Carat merupakan program
pembangunan regional Sumatera Selatan.
2. Keterkaitan reklamasi kawasan Tanjung Carat sebagai KEK (Kawasan Ekonomi
Khusus) dalam menjalani program regional Sumatera Selatan maka kawasan
Tanjung Carat dijadikan kawasan pelabuhan dan industri.
3. Pengembangan kawasan Tanjung Carat harus memperhatikan tiga pilar
pembangunan yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan, dan
pembangunan sosial dalam rangka mengembangkan konsep pembangunan
yang berkelanjutan.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 81
7.2. Rekomendasi
Pembangunan kawasan pelabuhan dan industri di kawasan lahan basah Tanjung
Carat harus memperhatikan lingkungan biotik (manusia, hewan, tumbuhan, dan
mikro organisme) dan lingkungan abiotik (tanah, air, dan udara) karena
pembangunan yang akan dilakukan di kawasan ini akan menyebabkan adanya
degradasi lahan. Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan dan industri berkonsep
hijau.Di samping itu, perlu mengembangkan Standard Operation Procedure (SOP)
pengembangan kawasan Tanjung Carat. Isu-isu Strategis dan Rekomendasi
Kebijakan, Rencana, dan Program KLHS dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5
berikut ini.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 82
Tabel 4
Isu-isu Strategis Pengembangan Kawasan Tanjung Carat
(Berdasarkan RPJP 2005 – 2025 dan RPJM 2008-2013)
Kebijakan RPJP dan RPJM Isu-isu pokok KLHS Dampak
A B C D E F G H (+) (-)
1. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api Api yang dilengkapi dengan beberapa kawasan penunjang seperti terminal peti kemas, kawasan industri terpadu, kawasan perhunian modern dan lain-lain yang diprioritaskan pemerintah daerah Sumatera Selatan.
+
-
-
-
-
+
+
+
4
4
2. Pengembangan sistem transportasi perkeretaapian melalui pembangunan terminal peti kemas dan pembangunan jalan rel KA Palembang-Tanjung Api Api.
+
-
+
-
+
+
+
5
2
3. Pengembangan transportasi laut terutama untuk angkutan
barang, khususnya Pelabuhan Tanjung Api Api sebagai
pelabuhan samudera.
+ - - + + + 4 2
4. Pelabuhan Tanjung Api Api sebagai outlet dalam memasarkan produk Sumatera Selatan seperti hasil pertanian, pertambangan batu bara, minyak bumi, maka diperlukan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 83
Kebijakan RPJP dan RPJM Isu-isu pokok KLHS Dampak
A B C D E F G H (+) (-)
dukungan sarana dan prasarana. + + + + 4
5. Membangun industri pengolahan dan manufaktur yang berdaya saing global dengan menciptakan nilai tambah potensial yang proporsional dengan memperkokoh kemitraan hulu-hilir, serta industri kecil, menengah, dan besar.
+
-
-
-
-
+
+
+
4
4
6. membangun dan memperkuat jejaring kerjasama regional,
nasional dan internasional di bidang ekonomi, industri,
perdagangan dan kelembagaan.
+
+
+
+
4
Frekuensi Dampak 25 12
Positif (+) 6 1 6 6 6
Negatif (-) 4 2 3 3
Keterangan :
A. Belumnya sinkronnya kebijakan, rencana dan program pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten untuk pengembangan kawasan tersebut. B. kawasan tersebut merupakan kawasan mangrove dan gambut yang merupakan habitat pengembangan udang dan ikan. C. perubahan penggunaan lahan pada kawasan tersebut akan mengakibatkan perubahan iklim. D. kawasan tersebut berdekatan dengan taman nasional sembilang dan tempat singgahnya burung migrant dari Siberia. E. Kawasan tersebut merupakan kawasan hutan lindung yang menghubungkan antara kawasan industri dan pelabuhan F. Kawasan tersbuut masih rendahnya dalam dukungan sarana dan prasarana wilayah G. kawasan tersebut merupakan bagian dari penghidupan masyarakat (sumber pekerjaan dan pendapatan masyarakat) H. Kawasan tersebut Masih rendahnya dukungan sumberdaya manusia setempat.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 84
Tabel 5
Rekomendasi KLHS Kawasan Tanjung Carat
Kebijakan RPJP dan RPJM PENGARUH TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP
REKOMENDASI
Kebijakan Rencana Program
1. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api
Api yang dilengkapi dengan beberapa
kawasan penunjang seperti terminal
peti kemas, kawasan industri terpadu,
kawasan perhunian modern dan lain-
lain yang diprioritaskan pemerintah
daerah Sumatera Selatan.
B. kawasan tersebut
merupakan kawasan
mangrove dan gambut yang
merupakan habitat
pengembangan udang dan
ikan.
Untuk meminimalkan
kerusakan mangrove dan
lahan gambut maka
diupayakan pelengkapan
pelabuhan yang dibangun
sesuai dengan eco industrial
park (EIP).
Membuat kawasan dengan
dengan system blok dengan
memperhatikan mangrove
dan lahan gambut yang ada.
1. Mitigasi dampak
eksploitasi mangrove
dan lahan gambut.
2. Adaptasi teknologi untuk
memulihkan beradaan
mangrove.
C. Perubahan penggunaan
lahan pada kawasan tersebut
akan mengakibatkan
perubahan iklim.
Memanfaatkan teknologi yang
ramah lingkungan untuk
mengurangi pemanasan
global.
1. Mengembangkan lahan
mangrove.
2. Mengembangkan
teknologi yang ramah
terhadap lahan gambut.
1. Mitigasi dampak
eksploitasi mangrove
dan lahan gambut.
2. Adaptasi teknologi untuk
memulihkan beradaan
mangrove.
D. kawasan tersebut
berdekatan dengan taman
nasional sembilang dan
tempat singgahnya burung
migran dari Siberia.
Membuat peraturan
perundang-undangan yang
bisa melindungi kawasan
tersebut.
Mengatur kawasan
pelabuhan dan
penunjangnya tidak
mengganggu lingkungan
sekitar.
Mitigasi dampak lingkungan
udara, air dan lahan.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 85
Kebijakan RPJP dan RPJM PENGARUH TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP
REKOMENDASI
Kebijakan Rencana Program
F. Kawasan tersebut
merupakan kawasan hutan
lindung yang
menghubungkan antara
kawasan industri dan
pelabuhan.
Pengembangan kawasan
pelabuhan dan penunjangnya
diupayakan memanfaatkan
kawasan lindung yang
seminimal mungkin.
Seminimal mungkin
kegiatan tersebut tidak
memanfaatkan kawasan
hutan lindung.
Mitigasi dampak
pengurangan kawasan
lindung.
Kebijakan RPJP dan RPJM PENGARUH TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP
REKOMENDASI
Kebijakan Rencana Program
2 Pengembangan sistem transportasi perkeretaapian melalui pembangunan terminal peti kemas dan pembangunan jalan rel KA Palembang-Tanjung Api Api.
B. kawasan tersebut
merupakan kawasan
mangrove dan gambut yang
merupakan habitat
pengembangan udang dan
ikan.
Untuk meminimalkan
kerusakan mangrove dan
lahan gambut
Pengembangkan jalur KA
dengan jarak yang
terpendek
Mitigasi dampak eksploitasi
lahan gambut.
F. Kawasan tersebut
merupakan kawasan hutan
lindung yang
menghubungkan antara
kawasan industri dan
pelabuhan.
Pengembangan system
transportasi dan
penunjangnya diupayakan
memanfaatkan kawasan
lindung yang seminimal
mungkin.
Seminimal mungkin
kegiatan tersebut tidak
memanfaatkan kawasan
hutan lindung.
Mitigasi dampak
pengurangan kawasan
lindung.
3. Pengembangan transportasi laut
terutama untuk angkutan barang,
khususnya Pelabuhan Tanjung Api Api
B. kawasan tersebut
merupakan kawasan
mangrove dan gambut yang
Untuk meminimalkan
kerusakan mangrove
Pembuat rambu-rambu
pelayaran dalam
Mitigasi dampak eksploitasi
lahan magrove
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 86
Kebijakan RPJP dan RPJM PENGARUH TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP
REKOMENDASI
Kebijakan Rencana Program
sebagai pelabuhan samudera. merupakan habitat
pengembangan udang dan
ikan.
terhadap jalur transportasi melindungi magrove
D. kawasan tersebut
berdekatan dengan taman
nasional sembilang dan
tempat singgahnya burung
migran dari Siberia.
Membuat peraturan
pelayaran yang sesuai dengan
kondisi kawasan tersebut.
Pembuat rambu-rambu
pelayaran
Tersedianya aturan
perundang-undangan
Kebijakan RPJP dan RPJM PENGARUH TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP
REKOMENDASI
Kebijakan Rencana Program
4. Membangun industri pengolahan dan
manufaktur yang berdaya saing global
dengan menciptakan nilai tambah
potensial yang proporsional dengan
memperkokoh kemitraan hulu-hilir,
serta industri kecil, menengah, dan
besar.
B. kawasan tersebut
merupakan kawasan
mangrove dan gambut yang
merupakan habitat
pengembangan udang dan
ikan.
Untuk meminimalkan
kerusakan mangrove dan
lahan gambut maka
diupayakan pelengkapan
pelabuhan yang dibangun
sesuai dengan eco industrial
park (EIP).
Membuat kawasan dengan
dengan system blok dengan
memperhatikan mangrove
dan lahan gambut yang ada.
1. Mitigasi dampak
eksploitasi mangrove
dan lahan gambut.
2. Adaptasi teknologi untuk
memulihkan beradaan
mangrove.
C. Perubahan penggunaan
lahan pada kawasan tersebut
akan mengakibatkan
perubahan iklim.
Memanfaatkan teknologi yang
ramah lingkungan untuk
mengurangi pemanasan
global.
1. Mengembangkan lahan
mangrove.
2. Mengembangkan
teknologi yang ramah
1. Mitigasi dampak
eksploitasi mangrove
dan lahan gambut.
2. Adaptasi teknologi untuk
memulihkan beradaan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 87
Kebijakan RPJP dan RPJM PENGARUH TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP
REKOMENDASI
Kebijakan Rencana Program
terhadap lahan gambut. mangrove.
D. kawasan tersebut
berdekatan dengan taman
nasional sembilang dan
tempat singgahnya burung
migran dari Siberia.
Membuat peraturan
perundang-undangan yang
bisa melindungi kawasan
tersebut.
Mengatur kawasan indsutri
yang tidak mengganggu
lingkungan sekitar.
Mitigasi dampak lingkungan
udara, air dan lahan.
F. Kawasan tersebut
merupakan kawasan hutan
lindung yang
menghubungkan antara
kawasan industri dan
pelabuhan.
Pengembangan kawasan
Industri diupayakan
memanfaatkan kawasan
lindung yang seminimal
mungkin.
Seminimal mungkin
kegiatan tersebut tidak
memanfaatkan kawasan
hutan lindung.
Mitigasi dampak
pengurangan kawasan
lindung.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 88
PUSTAKA
1. Akhyar., 2009. Pemetaan Konsentrasi Sebaran TSM (Total Suspended Matter) di Muara Sungai Krueng Aceh dengan Citra Landsat-7 ETM, Fakultas Teknik Jurusan Mesin, Universitas Syiah Kuala, Aceh.
2. Anwar, C, dan Gunawan, H., 2006. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir, Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rahabilitasi Sumberdaya Hutan, Padang 20 September 2006.
3. Asdak, C., 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan Ketiga, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
4. Bastoni, Sumadi, A, dan Waluyo, E.A., 2003. Tipe Vegetasi Hutan Sumatera Selatan, Balai Litbang Hutan Tanaman, Palembang.
5. Bengen, D.G., 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor, Bogor.
6. Bengen, D.G., 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
7. Dahuri, M., J.Rais., S.P. Ginting., dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta, Indonesia.
8. Dedi Kusnadi Kalsim, 1996. Kearifan Teknologi Tradisional Dalam Manajemen Air di Daerah Rawa Pasang-Surut Pulau Kijang, Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Seminar Tahunan Perkembangan Penelitian Teknik Pertanian. Kerjasama JICA-IPB, CREATA-IPB. Bogor, 18 Juni 1996.
9. Elias., 2009. Sistem Teknik Silvikultur Pengelolaan Hutan Produksi di Indonesia, pada Diklat Was-Ganis Pemanfaatan Hutan Produksi, Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
10. Febriana, E., 2008. Kinerja Pengendalian Pemanfaatan Lahan Rawa di Kota Palembang, Tugas Akhir, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponogoro, Semarang.
11. Haryono dan Subagja, J., 2008. Populasi dan Habitat Ikan Tambra, TOR Tambroides (Bleeker, 1854) di Perairan Kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah, Biodiversitas, Volume 9 Nomor 4, Halaman 306-309, ISSN :14 12-033X, Oktober 2008.
12. Heun, J.C., 1993. Water Management in Indoensian Low-lands: Policy Quetions and Technical Issues. International Symposium on Lowland Development, Jakarta September 1993.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 89
13. Idawaty., 1999. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Lansekap Hutan Mangrove Di Muara Sungai Cisadane, Kecamatan Teluk Naga, Jawa Barat. Tesis Magister. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia
14. IPB. AMDAL Regional Pengembangan Lahan Gambut 1 Juta Hektar di Kalteng, Nopember 1996.
15. Notohadiprawiro, T., 2006. Lahan Basah : Terra Incognita, Seminar Nasional Pemberdayaan Lahan Basah Pantai Timur Sumatera yang Berwawasan Lingkungan Menyongsong Abad ke-21, Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
16. Notohadiprawiro, T., 2006. Sarian Kumpulan Makalah Lahan Basah, Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
17. Nugroho, S.P., 1997. Sistem Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Guna Mendukung Pertanian Budidaya Tambak (Studi Kasus di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Peneliti pada Kelompok Hidrologi dan Lingkungan, UPT Hujan Buatan, BPP Teknologi, No. 9 Tahun IV 1997.
18. Poniman, A, Nurwadjedi, dan Suwahyuono., 2006. Penyediaan Informasi Spasial Lahan Basah untuk Mendukung Pembangunan Nasional, Forum Geografi, Volume 20, Nomor 3, Desember 2006 : 120-134.
19. Razak, A., 2007. Peranan Lahan Basah (wetland) dalam Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS), Makalah Pengelolaan DAS, Program Studi Manajemen Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
20. Sawitri, R, dan Karlina, E., 2006. Kualitas Perairan Lahan Basah di Sungai Comal, Pemalang dan Sungai Kedung Coet, Indramayu, Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Volume III Nomor 2 : 185-193.
21. Soil Research Institute, 1976. Peat and Podzolic Soil and their potential for agriculture in Indonesia. Procceedings ATA 106 Midterm Seminar, Tugu Oktober 13-14, 1976
22. Sosrodarsono, S., 2003. Hidrologi Untuk Pengairan, Cetakan Kesembilan, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
23. Subagyo, H., 2006. Klasifikasi dan Penyebaran Lahan Rawa, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
24. Sucipto., 2008. Kajian Sedimentasi di Sungai Kaligarang Dalam Upaya Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kaligarang Semarang, Tesis, Program Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Diponogoro, Semarang.
25. Suriadikarta, D, A, dan Sutriadi, M. T., 2007. Jenis-jenis Lahan Berpotensi untuk Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa, Jurnal Litbangh Pertanian 26(3), Bogor.
26. Yulistianto, B., 2009. Fenomena Gelombang Pasang Bono Di Muara Sungai Kampar, Dinamika Teknik Sipil, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009 : 19-26, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat 90
Landasan Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Industri;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus;
3. PP Nomor 24 Tahun 2009 tentang kawasan industri;
4. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
5. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010‐2014 pada Buku I Bab IV;
6. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 berupa sejumlah tindakan yang harus dilakukan sehingga sudah dapat ditetapkan KEK definitif yang akan dikembangkan.
7. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
8. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
9. PP No. 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………….. iii
Daftar Isi ……………………………….. v
Daftar Gambar ………………………………. viii
Daftar Tabel ………………………………. ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan KLHS Terhadap Dokumen Pengembangan Kawasan Tanjung Carat
……………………………
1
1.2. Proses Penapisan KLHS Kawasan Tanjung Carat
……………………………
3
1.3. Tujuan KLHS dalam Pembangunan Kawasan Tanjung Carat
……………………………
4
1.4. Hasil yang Diharapkan …………………………… 5 1.5. Pelaksanaan KLHS dan Lingkungan
Kegiatan ……………………………
6
1.6. Laporan Akhir KLHS …………………………… 8
BAB 2 METODOLOGI KLHS TANJUNG CARAT
2.1. Perkembangan KLHS …………………………… 9 2.2. Metodelogi KLHS 2.2.1. Metode Pengumpulan dan
Pengelolaan Data ……………………………
10
2.2.2. Metode Analisis Implikasi Kebijakan dan Implikasi Rencana
……………………………
10
2.3. Pendekatan Pelibatan Masyarakat …………………………… 12 2.4. Konsep pengembangan KLHS …………………………… 14
BAB 3 GAMBARAN KAWASAN TANJUNG CARAT
3.1. Kondisi Fisis Kawasan 3.1.1. Letak Geografis …………………………... 16 3.1.2. Topografi …………………………… 18 3.1.3. Iklim dan Curah Hujan …………………………… 18 3.1.4. Geologi …………………………… 18 3.1.5. Hidrologi …………………………… 19 3.1.6. Sedimentasi …………………………… 22 3.1.7. Ekosistem Kawasan …………………………… 22 3.2. Kondisi Sosial Dan Kependudukan 3.2.1. Dinamika Sosial Masyarakat …………………………… 24
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat vi
3.2.2. Kependudukan …………………………… 24 3.2.3. Pemenuhan Kebutuhan Pelayanan
Sosial Ekonomi ……………………………
25
3.3. Kondisi Ekonomi 3.3.1. Struktur dan Perkembangan
Ekonomi ……………………………
25
3.3.2. Kesejahteraan Masyarakat dan Kesempatan Kerja
……………………………
26
3.3.3. Fasilitas Perdagangan dan Jasa …………………………… 26 3.4. Struktur Tata Ruang 3.4.1. Pola Pemanfaatan dan
Produktivitas Lahan ……………………………
26
3.4.2. Kondisi Pusat-pusat Pelayanan …………………………… 27 3.4.3. Aksesibilitas Wilayah …………………………… 29
BAB 4 PELINGKUPAN KLHS TANJUNG CARAT
4.1. Rasional KLHS Tanjung Carat ……………………………. 30 4.2. Sasaran Penyusunan KLHS Tanjung
Carat …………………………….
44
4.3. Pengembangan Tata Ruang Kawasan Tanjung Carat
…………………………….
44
4.4. Masalah Pembangunan dan Lingkungan Hidup
……………………………
46
4.5. Kerangka Pikir Penyusunan KLHS Kawasan Tanjung Carat
…………………………….
46
4.6. Isu Strategis KLHS Kawasan Tanjung Carat
…………………………….
49
4.7. Diagram Sebab Akibat (causal loop diagram)
…………………………….
52
BAB 5 KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN TANJUNG
CARAT
5.1. Kebijakan dan Rencana Pengembangan Kawasan
…………………………...
54
5.2. Kebijakan dan Rencana Pembangunan Tanjung Carat
…………………………
55
5.3. Kebijakan dan RTRW Tanjung Carat 5.3.1. Pengembangan Kawasan
Pelabuhan …………………………...
56
5.3.2. Pengembangan Kawasan Industri …………………………... 56 5.3.3. Pengembangan Kawasan Tanjun
Carat ……………………………
64
5.4. Pertimbangan Interrelasi dan Integrasi Tanjung Carat
……………………………
68
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat vii
5.5. Rencana Pembangunan Kawasan 5.5.1. Reklamasi dan Pembangunan
Kawasan ……………………………
69
5.5.2. Pembangunan Pelabuhan dan Industri
……………………………
72
5.5.3. Pembangunan Sarana Pendukung …………………………… 73
BAB 6 KERANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN TANJUNG CARAT
6.1. Kesepakatan Tim KLHS
6.1.1. Kawasan Tanjung Carat …………………………… 74
6.1.2. Proses Penyusunan Kebijakan
Kawasan
…………………………...
74
6.1.3. Mempersiapkan KLHS
Penyusunan Rencana Tanjun
Carat
……………………………
76
6.2. Kerangka Acuan KLHS Rencana
Pelabuhan dan Industri Tanjung Carat
……………………………
76
6.2.1. Pendahuluan …………………………… 76
6.2.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran …………………………… 76
6.2.3. Hasil yang Diharapkan …………………………… 76
6.2.4. Lingkup Kegiatan …………………………… 78
6.2.5. Cara Pelaksanaan …………………………... 79
6.2.6. Jangka Waktu Pelaksanaan …………………………… 79
BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1. Kesimpulan …………………………… 80
7.2. Rekomendasi …………………………… 81
Pustaka …………………………… 88
Landasan Hukum …………………………… 90
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Konsep Pendekatan Sistem KLHS ……………………. 16
Gambar 1. Kawasan Tanjung Api-api / Tanjung Carat ……………………. 17
Gambar 2. Klasifikasi Rawa ……………………. 35
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-Api/Tanjung Carat ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis Tanah di Kawasan Tanjung Carat ……………………………… 19
Tabel 2. Survey dan Pengukuran Kualitas Air ……………………………… 20
Tabel 3. Tipe dan Prosentase Jenis Ekosistem ……………………………… 23
Tabel 4. Isu-Isu Strategis Pengembangan
Kawasan Tanjung Carat
………………………………
23
Tabel 5. Rekomendasi KLHS Kawasan Tanjung
Carat
………………………………
23
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Tanjung api-api/Tanjung Carat iii
KATA PENGANTAR
Kawasan Pelabuhan Tanjung Api-api/Tanjung Carat yang termasuk wilayah
administrasi Kabupaten Banyuasin akan berkembang dengan pesat mengingat
kawasan ini telah disepakati bersama sebagai kawasan pelabuhan dan
kawasan pendukung lainnya dalam pengembangan wilayah sekitarnya.
Sebagai kawasan pelabuhan, kawasan ini harus mempunyai standar pelayanan
yang memadai sesuai dengan kebutuhannya sebagai kawasan pelabuhan dan
kawasan pendukung lainnya. Salah satu pelayanan yang harus disediakan
adalah jaringan utilitas, fasilitas dan ruang terbuka hijau, yang berupa taman
ataupun hutan mangrove.
Dalam perencanaan Kawasan tersebut perlu di adanya Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) pada Kawasan Pelabuhan Tanjung Api-api/Tanjung
Carat guna mengetahui dampak apa yang akan timbul dari kebijakan, rencana,
dan program pembangunan Kawasan tersebut. Dokumen yang telah disusun
sebelumnya melalui pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan
kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan
lokasi peruntukan merupakan acuan dalam penyusunan KLHS. Setiap
perencanaan yang dibuat memiliki dampak negatif dan juga memliki dampak
positif, dampak negatif yang paling memungkinkan dari pengembangan wilayah
kawasan Tanjung Carat tersebut adalah adanya degradasi sumber daya alam
dan lingkungan hidup yang merupakan isu yang sangat penting yang tidak
dapat ditangani secara parsial dan memerlukan instrumen pengelolaan sumber
daya alam yang terpadu dan hal penting lain yang harus dipahami adalah
bahwa terjadinya degradasi kualitas lingkungan hidup terkait erat dengan
masalah perumusan kebijakan, rencana dan/atau program (KRP)
pembangunan yang tidak berpihak pada lingkungan. Berdasarkan hasil-hasil
tersebut, maka Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), RPJP, dan RPJM
adalah wujud formal kebijakan, rencana, dan program (KRP) acuan yang
mengatur penataan ruang sebuah wilayah. Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Laporan Akhir
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Tanjung api-api/Tanjung Carat iv
Hidup, disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat
KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) atau Strategic Environmental Assessment (SEA) adalah suatu alat bantu
untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup dengan melakukansebuah
langkah/tindakan dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin efek
negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan dalam
Kebijakan, Rencana, danProgram tata ruang dalam mengatasi persoalan
lingkungan hidup.Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan suatu
self assessment.
KLHS adalah proses sistematis yang digunakan mengevaluasi konsekuensi-
konsekuensi terhadap lingkungan hidup dari inisiatif usulan kebijakan, rencana,
atau program (KRP) dalam rangka memastikan adanya pertimbangan
Lingkungan Hidup yang tepat dan dilaksanakan pada tahapan pertama dengan
melalui proses pengambilan keputusan KRP selain pertimbangan ekonomi dan
sosial.nKajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah sebuah bentuk
tindakan strategik dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin efek negatif
terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan dalam KRP tata ruang,
RPJP, dan RPJM.
KLHS Kawasan Pelabuhan Tanjung Api-api/Tanjung Carat dilakukan untuk
mengetahui dampak positif dan negatif yang akan timbul dari perencanaan
Kawasan tersebut.
Palembang, Desember 2012
26/07/2013
1
Focus Group Discussion (FGD)
Isu-isu lingkungan hidup strategis Tanjung Api-api/Tanjung Carat
Matrik Kebijakan vs Isu-isu lingkungan hidup
Rekomendasi Kebijakan, Rencana, Program (mitigasi dan atau adaptasi)
26/07/2013
2
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 19, 22, 25, dan 28 bahwa rencana tata ruang wilayah nasional, provinsi, kabupaten/kota harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Paragraf 1 Pasal 15-18 Tentang Kajian Lingkungan Hidup Staregis (KLHS)
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang menyatakan bahwa perencanaan tata ruang harus memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Peraturan Perundang-undangan tentang Reklamasi Pantai (Depdagri, MenLH, MenPU, dll)
KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari dan menjamin diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis
KLHS berfungsi untuk menelaah pengaruh
dan atau dampak lingkungan sekaligus mendorong pemenuhan tujuan pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan
26/07/2013
3
Tujuannya adalah untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan (kebijakan, rencana, program/KRP)
Manfaatnya adalah untuk memfasilitasi dan
menjadi media proses belajar bersama antara pelaku pembangunan, dimana seluruh pihak yang terkait penyusunan dan evaluasi KRP telah mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
Keterkaitan Keseimbangan Keadilan Pendekatan KLHS adalah “Pendekatan Sistem”
atau pendekatan terpadu (integrasi) dan menyeluruh (holistik): input, proses, output, dan umpan balik (pengendalian) dalam suatu model dinamik
input : kebijakan, rencana, program Proses : pengembangan wilayah Output : isu-isu lingkungan Umpan Balik : pengendalian dan pengelolaan
26/07/2013
4
Kebijakan
Rencana
Program
Pengembangan
Wilayah
Isu-isu Lingkungan:
• Daya Dukung
• Daya Tampung
Pengendalian dan
Pengelolaan
26/07/2013
5
Perbedaan AMDAL dan KLHS
No. Atribut AMDAL KLHS
1 Lingkup pengambilan keputusan Proyek Kebijakan, Rencana, dan Program
2 Karakter/Sifat Segera, operasional Stretegis, visioner, konseptual
3 Output Rinci/detil Umum/garis besar
4 Keragaman lingkup alternatif yang dapat diberikan Lokasi/tapak. Disain, konstruksi, dan operasi
Wilayah, aturan, teknologi, fiskal, ekonomi
5 Dimensi waktu Jangka pendek sampai menengah Jangka menengah sampai panjang
6 Sumber utama data Hasil survei lapangan, analisis sampel Strategi pembangunan berkelanjutan, neraca lingkungan hidup, visi
7 Kedalaman kajian Sempit, dalam, dan rinci Lebar, tidak terlampau dalam, lebih sebagai kerangka kerja
8 Jenis data Lebih banyak yang kuantitatif Lebih banyak yang kualitatif
9 Tingkat akurasi kajian Lebih akurat Ketidakpastian lebih tinggi
10 Fokus Kajian dampak penting negatif dan pengelolaan dampak lingkungan
Pencapaian agenda keberlanjutan, kajian pada sumber penyebab dampak lingkungan
11 Pokok penilaian atau benchmark penilaian Pentaatan hukum dan praktek-praktek yang paling baik (best practices)
Pemenuhan kriteria dan tujuan keberlanjutan
26/07/2013
6
Maksud diadakannya kegiatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Tanjung Api-api/Tanjung Carat adalah tersedianya dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kawasan Tanjung Carat sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
Tersusunnya dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di Kawasan Tanjung Carat
Merencanakan dan mengevaluasi kebijakan, rencana dan/atau program yang akan ditetapkan.
Memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
Sebagai dasar dalam perencanaan pembangunan Reklamasi Tanjung Api-api kawasan Tanjung Carat
26/07/2013
7
Terjadinya diseminasi informasi serta kesamaan persepsi mengenai lingkungan antara masyarakat, pemerintah dan stakeholders lainnya
Tersusunnya laporan dan kumpulan data kajian lingkungan hidup strategis Tanjung Carat, yang menggambarkan berbagai fakta pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
Usulan berbagai alternatif kebijakan, rencana, dan program untuk mendorong terjadinya partisipasi aktif dari stakeholders dalam mengatasi masalah lingkungan
Menyelaraskan KLHS dengan dokumen rencana yang telah disusun
Mengintegrasikan rencana sektor dan rencana tata ruang yang terkait dengan Kawasan Tanjung Carat
Mengintegrasikan gagasan kedalam dokumen yang terkait dengan Kawasan Tanjung Carat
Mengurangi (mitigasi) dampak negatif, optimasi, dan pemanfaatan hasil kajian kedalam dokumen rencana Kawasan Tanjung Carat
26/07/2013
8
Sumber Data untuk KLHS
No. Sumber Data Instansi Keterangan
1 Dokumen Perencanaan
RTRW
RPJP dan RPJM
Rencana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Bappenas, Bappeda
Dinas PU, Dinas Perhubungan
RTRW Provinsi Sumsel dan RTRW Kabupaten Banyuasin dalam proses
RPJP dan RPJM sudah ada Perda
Sudah ada dokumen
2 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
BLH Provinsi Sumatera Selatan
Belum diperoleh
3 Studi AMDAL BLH Provinsi Sumatera Selatan
Belum diperoleh
4 Studi Kelayakan Reklamasi Tanjung Carat
Bappeda Provinsi Sumatera Selatan
Sedang disusun
5 Sumatera Selatan dan Banyuasin dalam Angka 2011
BPS Provinsi Sumatera Selatan
Sudah diperoleh
6 Hasil Penelitian Universitas Sriwijaya Pusat Penelitian Tata Ruang Unsri
Sudah diperoleh
7 Jurnal dan artikel Dari internet yang berhubungan dengan KLHS
Sudah diperoleh
Mengidentifikasi pengaruh rumusan kebijakan, rencana, program terhadap isu-isu lingkungan hidup untuk perbaikan ke dapan
Penelaahan dan evaluasi pengaruh rumusan kebijakan, rencana, dan program terhadap lingkungan hidup
Pengintegrasian konsep-konsep pembangunan berkelanjutan kedalam dokumen rencana
Melakukan forum dialog untuk menentukan isu-isu strategis kawasan Tanjung Carat
26/07/2013
9
Tersusunnya laporan pelaksanaan KLHS yang memuat rekomendasi mitigasi dampak negatif dari kebijakan, rencana, dan program yang disusun
Sebagai dokumen untuk melengkapi dokumen rencana yang disusun
Untuk pelaksanaan pemantauan KLHS perlu ada unit tersendiri atau mengoptimalkan unit yang sudah ada
Pelingkupan dengan memunculkan isu-isu lingkungan Strategis Kawasan Tanjung Carat
Pengumpulan dan penelaahan dokumen rencana
Pengumpulan dan penelaahan data instansional
Melakukan diskusi terarah terbatas (Focus Group Discussion-FGD)
Pelaporan dan tinjauan
Finalisasi laporan dan penyerahan laporan
26/07/2013
10
Pengembangan kawasan Tanjung Carat dititik beratkan pada arahan tercapainya pembangunan berkelanjutan
KLHS memiliki peran strategis dan positif dalam proses pengambilan keputusan yang diharapkan
KLHS telah mempertimbangkan lingkungan pada tahap awal proses formulasi kebijakan, keselarasan tujuan ekonomi, dan mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat
Data Instansional
Data Primer berupa wawancara dengan nara sumber yang berkaitan dengan kawasan Tanjung Carat
26/07/2013
11
Analisis Visi
Pelibatan masyarakat
Overlay
Menggunakan model dinamik
Menggunakan tabulasi
Kebijakan Pengembangan Tanjung Api-api
26/07/2013
12
Arah kebijakan yang mendukung pelaksanaan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus adalah
arah ke-5 RPJPN 2005-2025, yaitu Mewujudkan Pembangunan Yang Lebih Merata dan
Berkeadilan, yang meliputi;
1. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang
keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah.
2. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh
didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu
sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis.
3. Rencana Tata Ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di
setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis,
serasi, dan berkelanjutan.
Sasaran dalam RPJMN, meliputi :
1. Terciptanya iklim kondusif bagi investor melalui kejelasan peraturan perundangan yang
ditetapkan pemerintah untuk mendorong perkembangan KAPET, KPBPB dan KEK.
2. Terbentuknya kelembagaan pembinaan dan pengawasan di tingkat pemerintah pusat serta
kelembagaan pengelolaan dan pengusahaan di tingkat pemerintah daerah dan pengelola
kawasan yang profesional.
3. Terbangunnya sarana dan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, air baku, dan
permukiman yang mendukung pengembangan kawasan, serta sarana dan prasarana
pendukung lainnya sesuai dengan kebutuhan kawasan.
RPJP – RPJM NASIONAL 2005 - 2025
Sumber :
• Peraturan Daerah Prov. Sumatera Selatan No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 – 2025.
• Peraturan Daerah Prov. Sumatera Selatan No. 13 Tahun 2009 tentang RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 – 2013.
ARAH KEBIJAKAN RPJPD PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2005-2025
1. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api Api yang dilengkapi dengan beberapa kawasan
penunjang seperti terminal peti kemas, kawasan industri terpadu, kawasan perhunian
modern dan lain-lain yang diprioritaskan pemerintah daerah Sumatera Selatan.
2. Pengembangan sistem transportasi perkeretaapian melalui pembangunan terminal peti
kemas dan pembangunan jalan rel KA Palembang-Tanjung Api Api.
3. Pengembangan transportasi laut terutama untuk angkutan barang, khususnya Pelabuhan
Tanjung Api Api sebagai pelabuhan samudera.
4. Pelabuhan Tanjung Api Api sebagai outlet dalam memasarkan produk Sumatera Selatan
seperti hasil pertanian, pertambangan batu bara, minyak bumi, maka diperlukan dukungan
sarana dan prasarana.
ARAH KEBIJAKAN RPJMD PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2008 - 2013
1. Membangun industri pengolahan dan manufaktur yang berdaya saing global dengan
menciptakan nilai tambah potensial yang proporsional dengan memperkokoh kemitraan hulu-
hilir, serta industri kecil, menengah, dan besar.
2. membangun dan memperkuat jejaring kerjasama regional, nasional dan internasional di bidang
ekonomi, industri, perdagangan dan kelembagaan.
RPJP – RPJM DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
26/07/2013
13
Mengoptimalkan pemanfaatan energi dan sumber daya mineral yang berwawasan lingkungan.
Mengoptimalkan pengawasan terhadap industri-industri yang menciptakan limbah yang
berdampak terhadap lingkungan.
Memasyarakatkan pembangunan yang berorientasi pada ramah lingkungan untuk menjamin
keberlanjutan.
Memberdayakan tenaga kerja produktif.
Membangun sistem hubungan industrial.
Meningkatkan kualitas tenaga kerja yang profesional.
Memperkuat daya saing produk daerah.
Mengadakan kerjasama dengan BUMN, perusahaan swasta dalam negeri dalam kegiatan investasi.
Mengadakan pendekatan dengan investor luar negeri dalam rangka mendorong investasi.
Mengembangkan hubungan kemitraan dalam bentuk keterkaitan usaha yang saling menunjang dan
menguntungkan.
Meningkatkan stabilitas harga, serta menekan biaya-biaya transaksi, termasuk biaya transportasi dan
jasa distribusi.
Mendorong mobilitas sumber daya pembangunan dalam lintas kabupaten, kota, dan provinsi.
Mengembangkan iklim usaha yang kondusif, kompetitif, dan non diskriminatif.
Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan prasarana jalan, jembatan, saluran irigasi, saluran air
minum, listrik, dan telekomunikasi.
Mendorong ekspor dan mengembangkan kegiatan ekonomi pada umumnya.
RPJP – RPJM DAERAH KABUPATEN BANYUASIN
PKN Palembang dengan Pemantapan Pelabuhan Internasional di Tanjung Api Api, dan perwujudan sistem Kereta Api : • Jalan Kereta Api Tanjung Enim-TAA • Lubuk Linggau-Simpang-TAA • Lahat-Patratani (Kab.OI)-TAA
Tanjung Api api sebagai Kawasan Hutan Lindung dan memiliki pengaruh dari Andalan Palembang dan sekitarnya (pertanian, industri, pertambangan, kehutanan dan perikanan)
ST
RU
KT
UR
RU
AN
G
PO
LA
R
UA
NG
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
PP 26 TAHUN 2008 TENTANG RTRW NASIONAL
26/07/2013
14
Sumber : Rancangan Perda tentang RTRW Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2011 – 2031.
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI SUMATERA SELATAN
Tanjung Api Api adalah Kawasan yang
memiliki nilai strategis ekonomi yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi provinsi dalam aspek :
Potensi ekonomi cepat tumbuh;
Dukungan jaringan prasarana dan
fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi;
1. Meningkatkan aksesibilitas dan
sarana penunjang pelabuhan dan
kawasan industri;
2. Perlu dikendalikan agar tidak
merambah kawasan hutan;
3. Mengembangkan pelabuhan
internasional;
4. Mengintegrasikan dengan
pengembangan wilayah
disekitarnya; dan
5. Kerjasama dengan pihak swasta.
ARAH PENANGANAN :
RANPERDA RTRW PROVINSI SUMATERA SELATAN
Tanjung Carat merupakan kawasan lahan basah yang terletak di pantai Timur Propinsi Sumatera Selatan
Kawasan lahan basah biotik (masyarakat yang terdekat adalah Sungsang, biota perairan, hutan mangrove dan nipah, gambut lebih 2 meter, dan tanaman lainnya, mikro organisme)
Kawasan Lahan Basah abiotik (tanah banyak mengandung pirit, kualitas air untuk kehidupan biota perairan, udara masih dalam kondisi baik)
26/07/2013
15
Masyarakat mengandalkan lahan tersebut untuk kegiatan pertanian tanaman pangan
Masyarakat mengandalkan perairan untuk kehidupan sehari-hari sebagai nelayan
Kawasan Tanjung Carat bersebelahan dengan Taman Nasional Sembilang
Kawasan Tanjung Carat berdekatan dengan lokasi burung migrasi dari Siberia
Sedimentasi di Sungai rata-rata sebesar 4,97 cm/thn
26/07/2013
16
26/07/2013
17
PETA ORIENTASI KAWASAN TANJUNG API-API
Wilayah Studi
Kawasan KEK Tanjung Api Api
1. Tanjung Api Api secara
administratif berada di
Kabupaten Banyuasin,
Provinsi Sumatera
Selatan;
2. Secara geografis
Kabupaten Banyuasin
terletak pada posisi antara
1,3⁰ – 4,0⁰ Lintang Selatan
dan 104⁰40’ - 105⁰15’ Bujur
Timur.
26/07/2013
18
PETA KAWASAN HUTAN TANJUNG API API
Kabupaten Banyuasin mempunyai
potensi hutan lindung seluas
57.629 ha, hutan konservasi
267,932 ha, hutan produksi 79.130
ha, dan Hutan produksi yang
dapat dikonversi seluas 54.889,86
ha. Dari potensi hutan itu potensi
yang dapat dikembangkan adalah
sumberdaya hasil kayu seperti
Gelam, Bakau, Meranti, Pulau,
Sengon, Rotan dan non kayu
lainnya.
26/07/2013
19
KEBERADAAN KAWASAN SENSITIF
Zona Perikanan
Hutan Lindung / Bakau
Kawasan Taman Nasional / terumbu
karang
26/07/2013
20
No. Tipe Persentase
1. Mangrove / Nipah 46,0 %
2. Rawa Belakang 42,0 %
3. Hutan Rawa
Hutan Rawa Air Tawar
Hutan Rawa Gambut
9,0 %
4. Dataran Lumpur (pesisir) 2,5 %
5. Pantai Pasir 1,0 %
No. Kecamatan Luas (Km2) Penduduk (Jiwa)
Kepadatan (Jiwa/Km
2)
1 Rantau Bayur 593,00 38.950 65,68
2 Betung 464,30 52.130 112,28
3 Suak Tapeh 329,70 16.716 50,70
4 Pulau Rimau 532,96 39.089 73,34
5 Tungkal Ilir 412,09 23.666 57,43
6 Banyuasin III 651,07 58.223 89,43
7 Sembawa 223,10 28.558 128,01
8 Talang Kelapa 557,76 125.223 224,51
9 Tanjung Lago 617,76 36.277 58,72
10 Banyuasin I 701,38 71.012 101,25
11 Rambutan 624,55 42.644 68,28
12 Muara Padang 702,20 30.248 43,08
13 Muara Sugihan 535,39 37.582 70,20
14 Makarti Jaya 676,04 33.359 49,34
15 Air Saleh 380,35 29.335 77,13
16 Banyuasin II 2.681,28 45.816 17,09
17 Muara Telang 1.150,06 53.654 46,65
Kab. Banyuasin 11.832,99 762.482 64,44
No. Desa Jumlah KK
1 JATI SARI 1,954 261
2 KARANG SARI 1,659 415
3 MAJURIA 1,622 334
4 MARGA SUNGSANG 2,424 504
5 MEKAR SARI 1,719 419
6 MUARA BARU 1,187 314
7 MUARA SUNGSANG 1,607 435
8 PERAJEN JAYA 632 173
9 RIMAU SUNGSANG 1,720 583
10 SRI AGUNG 2,003 527
11 SUMBER REJEKI 1,697 427
12 SUNGAI SEMUT 1,860 522
13 SUNGSANG I 5,823 1,453
14 SUNGSANG II 5,309 1,266
15 SUNGSANG III 3,193 791
16 SUNGSANG IV 4,050 1,007
17 TABALA JAYA 624 218
18 TANAH PILIH 1,565 368
19 TANJUNG BARU 624 186
20 TANJUNG MAS 1,181 218
21 TELUK PAYO 3,364 650
Jumlah 45,816 11,071
Kependudukan
No. Desa Petani Komoditas
1 JATI SARI 95 Lada
2 KARANG SARI 99 Padi
3 MAJURIA 98 Padi
4 MARGA SUNGSANG 80 Perikanan Tangkap
5 MEKAR SARI 99 Padi
6 MUARA BARU 98 Lada
7 MUARA SUNGSANG 98 Kelapa
8 PERAJEN JAYA 80 Padi
9 RIMAU SUNGSANG 90 Padi
10 SRI AGUNG 99 Padi
11 SUMBER REJEKI 99 Padi
12 SUNGAI SEMUT 90 Kelapa
13 SUNGSANG I 83 Perikanan Tangkap
14 SUNGSANG II 85 Perikanan Tangkap
15 SUNGSANG III 80 Perikanan Tangkap
16 SUNGSANG IV 85 Perikanan Tangkap
17 TABALA JAYA 98 Kehutanan
18 TANAH PILIH 80 Perikanan Tangkap
19 TANJUNG BARU 90 Perikanan budidaya
20 TANJUNG MAS 80 Perikanan budidaya
21 TELUK PAYO 95 Kelapa
Perairan di Bangka Belitung
26/07/2013
21
26/07/2013
22
26/07/2013
23
26/07/2013
24
26/07/2013
25
Lokasi Luas (Ha)
Reklamasi (Tanjung Carat)
2.015,11
Darat 2.029,48
Jumlah 4.044,59
Batas Kawasan :
Utara : Selat Bangka
Timur : Sungai Telang
Selatan : Banyuasin Valley
Barat : Sungai Banyuasin
Sumber: Masterplan KEK Tanjung Api-Api
TAHAP PERTAMA
YANG DIUSULKAN
26/07/2013
26
Lokasi Blok Peruntukan
REKLAMASI Fasilitas Pos dan Tower
Hutan Kota
Dermaga Barang (docking)
Pelabuhan Minyak dan Gas
Pelabuhan (Pelindo)
Industri Pupuk
Industri Batu Bara
DARAT INDUSTRI KARET
Ban
Sarung Tangan Karet
Kondom
Karet Remah (Crumb Rubber)
INDUSTRI SEMEN
Semen Portland/Semen Abu
INDUSTRI PUPUK KIMIA
Pupuk Kimia Buatan Pabrik
Pupuk dan Mineral Alam lainnya
INDUSTRI KIMIA
Agrokimia
Farmasi
Polimer
INDUSTRI MINYAK DAN LEMAK NABATI
Minyak Kelapa Sawit
Minyak Kelapa
Minyak Ikan
INDUSTRI OLAHAN MINYAK DAN LEMAK NABATI
Margarin
Sabun
Tepung Berlemak
INDUSTRI KAYU DAN GABUS (UKM)
Bahan Bangunan
Peralatan Rumah Tangga
Kayu Lapis
Lokasi Blok Peruntukan
DARAT INDUSTRI OLAHAN MAKANAN (UKM)
Industri pangan
Pakan Ternak
Daging dan Olahan daging
Olahan Ikan
FASILITAS
Kantor Manajemen Kawasan
Pusat R&D
Kantor Pemeritahan (Bea Cukai, Imigrasi)
Kantor Perijinan Satu Atap
Kantor Bank
Kantor Pos dan Telekomunikasi
Pos Keamanan
Unit Pemadan Kebakaran
Halte Angkutan Umum
Sarana Peribadatan
Sarana Kesegaran Jasmani (fitness center)
Poliklinik
Kantin
Trade Center
Pertokoan
UMKM
Gardu Induk
WTP
IPAL Industri
Polder
Rumah Telkom
Lampu Penerangan Jalan
TPS
RTH
Sumber: Masterplan KEK Tanjung Api-Api
1. Transportasi Darat
Pencapaian menuju lokasi tapak dari jalan utama, yaitu
jalan Kol. H. Burlian Kota Palembang adalah sepanjang ±
68,6 KM dengan kondisi jalan menuju Tanjung Api Api masih
berupa tanah dan memerlukan peningkatan permukaan
jalan sebagai upaya memperlancar aksesibilitas menuju dan
dari tapak kawasan.
Terkait dengan pengembangan kawasan Reklamasi Pantai
Tanjung Api Api sebagai Pelabuhan Samudera/internasional
yang berada di sisi Utara-Timur Laut kawasan, maka
diperlukan penambahan jalan akses untuk menghubungi
wilayah daratan dengan reklamasi sepanjang 13 Km
dengan metode pile slab (jembatan berkonstruksi beton)
sehingga tidak mengalihfungsikan hutan lindung untuk
pembangunan jalan/prasarana.
Secara khusus pengembangan jalur kereta api ditujukan
untuk pengangkutan barang batu bara dengan sisten
jaringan rel kereta api double track.
2. Transportasi Sungai/Laut
Secara eksisiting transportasi sungai di kawasan Tanjung
Api Api ini menjadi bagian dari transportasi utama bagi
aksesibilitas penduduk sekitar.
Untuk transportasi air/sungai, maka jalur transportasi air
bertumpu pada terusan sungai Banyuasin dan sungai
Telang. Fasilitas dermaga yang dikembangkan berada di
beberapa lokasi, yaitu:
o Dermaga di Kecamatan Sungsang
o Dermaga di Kawasan Tanjung Api-api
Sumber: Masterplan KEK Tanjung Api-Api
26/07/2013
27
BLOK I
BLOK I
Sumber: Masterplan KEK Tanjung Api-Api
Sumber: Masterplan KEK Tanjung Api-Api
26/07/2013
28
Memenuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat pada lahan basah (pangan, papan, kesehatan)
Sumber Pendapatan dan Kesempatan Kerja (dari sektor pertanian tanaman pangan dan
perikanan) Penyangga dan Pendukung Sistem Kehidupan
(life supporting system) dalam eco tourism Merupakan kawasan mangrove dan gambut Berdekatan dengan Taman Nasional Sembilang
dan tempat singgah burung migran dari Siberia
Pengembangan Regional
26/07/2013
29
Pengembangan kawasan Tanjung Carat dititik beratkan pada arahan tercapainya pembangunan berkelanjutan
KLHS memiliki peran strategis dan positif dalam proses pengambilan keputusan yang diharapkan
KLHS telah mempertimbangkan pertimbangan lingkungan pada tahap awal proses formulasi kebijakan, keselarasan tujuan ekonomi, dan mempertimbangkan masyarakat dan lingkungan sekitarnya
KLHS Tanjung Carat dipersiapkan untuk pengembangan pelabuhan, industri, pariwisata, dan permukiman
Pendekatan yang dilakukan lebih kepada pendekatan dari atas ke bawah (top down) karena sudah ditetapkan pada dokumen RPJP, RPJM, RTRW, KEK, dan studi kelayakan reklamasi
Pengembangan ekonomi wilayah kawasan ini merupakan inisiasi pengembangan kawasan regional yang lebih besar
Pengembangan ekositem kawasan lahan basah berdasarkan pendekatan sistem model dinamik (dynamic Modelling)
26/07/2013
30
Pelingkupan
Alternatif Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
Analisis Lingkungan (evaluasi dan valuasi dampak lingkungan): Metode Cepat (quick appraisal) : deskripsi kawasan
Daya Dukung dan Daya Tampung
26/07/2013
31
Kesesuaian lahan dan ketersedian lahan
Kesesuaian mutu dan ketersediaan air
Ketersedian sarana dan prasarana
Isu-isu strategis yang ditemukan dalam Kebijakan, Rencana, dan Program:
Kawasan mangrove dan gambut yang merupakan habitat pengembangan udang dan ikan.
Perubahan penggunaan lahan pada kawasan tersebut akan mengakibatkan perubahan iklim.
Berdekatan dengan taman nasional sembilang dan tempat singgahnya burung migrant dari Siberia.
Kawasan hutan lindung yang menghubungkan antara kawasan industri dan pelabuhan
Rendahnya dalam dukungan sarana dan prasarana wilayah
Merupakan bagian dari penghidupan masyarakat (sumber pekerjaan dan pendapatan masyarakat)
Rendahnya dukungan sumberdaya manusia setempat untuk pengembangan kawasan pelabuhan
26/07/2013
32
Matrik Kebijakan dan Isu-isu Lingkungan
26/07/2013
33
Kebijakan RPJP dan RPJM Isu-isu pokok KLHS Dampak
A B C D E F G H (+) (-)
1. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api Api yang dilengkapi
dengan beberapa kawasan penunjang seperti terminal peti
kemas, kawasan industri terpadu, kawasan perhunian modern
dan lain-lain yang diprioritaskan pemerintah daerah Sumatera
Selatan.
+
-
-
-
-
+
+
+
4
4
2. Pengembangan sistem transportasi perkeretaapian melalui
pembangunan terminal peti kemas dan pembangunan jalan rel
KA Palembang-Tanjung Api Api.
+
-
+
-
+
+
+
5
2
3. Pengembangan transportasi laut terutama untuk angkutan
barang, khususnya Pelabuhan Tanjung Api Api sebagai
pelabuhan samudera.
+ - - + + + 4 2
4. Pelabuhan Tanjung Api Api sebagai outlet dalam memasarkan
produk Sumatera Selatan seperti hasil pertanian, pertambangan
batu bara, minyak bumi, maka diperlukan dukungan sarana dan
prasarana.
+
+
+
+
4
5. Membangun industri pengolahan dan manufaktur yang berdaya
saing global dengan menciptakan nilai tambah potensial yang
proporsional dengan memperkokoh kemitraan hulu-hilir, serta
industri kecil, menengah, dan besar.
+
-
-
-
-
+
+
+
4
4
6. Membangun dan memperkuat jejaring kerjasama regional,
nasional dan internasional di bidang ekonomi, industri,
perdagangan dan kelembagaan.
+
+
+
+
4
Frekuensi Dampak 25 12
Positif (+) 6 1 6 6 6
Negatif (-) 4 2 3 3
Keterangan :
A. Telah sinkronnya kebijakan, rencana dan program pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten untuk pengembangan kawasan tersebut.
B. kawasan tersebut merupakan kawasan mangrove dan gambut yang merupakan habitat pengembangan udang dan ikan.
C. perubahan penggunaan lahan pada kawasan tersebut akan mengakibatkan perubahan iklim.
D. kawasan tersebut berdekatan dengan taman nasional sembilang dan tempat singgahnya burung migrant dari Siberia.
E. Kawasan tersebut merupakan kawasan hutan lindung yang menghubungkan antara kawasan industri dan pelabuhan
F. Kawasan tersbuut masih rendahnya dalam dukungan sarana dan prasarana wilayah
G. kawasan tersebut merupakan bagian dari penghidupan masyarakat (sumber pekerjaan dan pendapatan masyarakat)
H. Kawasan tersebut Masih rendahnya dukungan sumberdaya manusia setempat.
Rekomendasi
26/07/2013
34
Kebijakan RPJP dan RPJM PENGARUH TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP REKOMENDASI
Kebijakan Rencana Program
1. Pembangunan Pelabuhan Tanjung
Api Api yang dilengkapi dengan
beberapa kawasan penunjang seperti
terminal peti kemas, kawasan industri
terpadu, kawasan perhunian modern
dan lain-lain yang diprioritaskan
pemerintah daerah Sumatera Selatan.
B. kawasan tersebut
merupakan kawasan
mangrove dan gambut yang
merupakan habitat
pengembangan udang dan
ikan.
Untuk meminimalkan
kerusakan mangrove dan
lahan gambut maka
diupayakan pelengkapan
pelabuhan yang dibangun
sesuai dengan eco industrial
park (EIP) dan kawasan
pelabuhan berwawasan
lingkungan
1. Membuat kawasan
dengan dengan system
blok dengan
memperhatikan
mangrove dan lahan
gambut yang ada.
2. Mengembangkan
kawasan pelabuhan
perikanan dan industri
perikanan di dekat
kawasan
1. Mitigasi dampak
eksploitasi mangrove
dan lahan gambut.
2. Adaptasi teknologi
untuk memulihkan
beradaan mangrove.
3. Adaptasi tumbuhan
lain terutama bambu
untuk meredam suara
dan kebisingan
4. Pengembangkan
kawasan pelabuhan
berdasarkan ISO
14001 (SML)
C. Perubahan penggunaan
lahan pada kawasan tersebut
akan mengakibatkan
perubahan iklim.
Memanfaatkan teknologi
yang ramah lingkungan
untuk mengurangi
pemanasan global.
1. Mengembangkan lahan
mangrove.
2. Mengembangkan
teknologi yang ramah
terhadap lahan gambut.
1. Mitigasi dampak
eksploitasi mangrove
dan lahan gambut.
2. Adaptasi teknologi
untuk memulihkan
beradaan mangrove.
D. kawasan tersebut
berdekatan dengan taman
nasional sembilang dan
tempat singgahnya burung
migran dari Siberia.
Membuat peraturan
perundang-undangan yang
bisa melindungi kawasan
tersebut.
Mengatur kawasan
pelabuhan dan
penunjangnya tidak
mengganggu lingkungan
sekitar.
1. Mitigasi dampak
lingkungan udara, air
dan lahan.
2. Adaptasi tanaman
bambu untuk meredam
suara dan kebisingan
F. Kawasan tersebut
merupakan kawasan hutan
lindung yang
menghubungkan antara
kawasan industri dan
pelabuhan.
Pengembangan kawasan
pelabuhan dan penunjangnya
diupayakan memanfaatkan
kawasan lindung yang
seminimal mungkin.
Seminimal mungkin
kegiatan tersebut tidak
memanfaatkan kawasan
hutan lindung.
Mitigasi dampak
pengurangan kawasan
mangrove dan gambut
Kebijakan RPJP dan RPJM PENGARUH TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP REKOMENDASI
Kebijakan Rencana Program
2. Pengembangan sistem
transportasi perkeretaapian
melalui pembangunan
terminal peti kemas dan
pembangunan jalan rel KA
Palembang-Tanjung Api
Api.
B. kawasan tersebut
merupakan kawasan
mangrove dan gambut yang
merupakan habitat
pengembangan udang dan
ikan.
Meminimalkan kerusakan
mangrove dan lahan gambut
Pengembangkan jalur KA
dengan jarak yang
terpendek
1. Mitigasi dampak
eksploitasi lahan
mangrove dan gambut.
2. Pengembangkan
kawasan berdasarkan
ISO 14001 (SML)
F. Kawasan tersebut
merupakan kawasan hutan
lindung yang
menghubungkan antara
kawasan industri dan
pelabuhan.
Pengembangan system
transportasi dan
penunjangnya diupayakan
memanfaatkan kawasan
lindung (mangrove dan
gambut) yang seminimal
mungkin.
Seminimal mungkin
kegiatan tersebut tidak
memanfaatkan kawasan
hutan lindung (mangrove
dan gambut)
Mitigasi dampak
pengurangan kawasan
lindun (mangrove dan
gambut).
3. Pengembangan transportasi laut
terutama untuk angkutan barang,
khususnya Pelabuhan Tanjung Api
Api sebagai pelabuhan samudera.
B. kawasan tersebut
merupakan kawasan
mangrove dan gambut yang
merupakan habitat
pengembangan udang dan
ikan.
Untuk meminimalkan
kerusakan mangrove
terhadap jalur transportasi
dan memperhatikan
perubahan sedimentasi
Pembuat rambu-rambu
pelayaran dalam
melindungi magrove
1. Mitigasi dampak
eksploitasi lahan
mangrove
2. Pengembangkan
kawasan berdasarkan
ISO 14001 (SML)
D. kawasan tersebut
berdekatan dengan taman
nasional sembilang dan
tempat singgahnya burung
migran dari Siberia.
Membuat peraturan
pelayaran khusus yang
sesuai dengan kondisi
kawasan tersebut.
Pembuat rambu-rambu
pelayaran
Tersedianya aturan
perundang-undangan
26/07/2013
35
Kebijakan RPJP dan RPJM PENGARUH TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP REKOMENDASI
Kebijakan Rencana Program
4. Membangun industri pengolahan dan
manufaktur yang berdaya saing global
dengan menciptakan nilai tambah
potensial yang proporsional dengan
memperkokoh kemitraan hulu-hilir,
serta industri kecil, menengah, dan
besar.
B. kawasan tersebut
merupakan kawasan
mangrove dan gambut yang
merupakan habitat
pengembangan udang dan
ikan.
Untuk meminimalkan
kerusakan mangrove dan
lahan gambut maka
diupayakan pelengkapan
pelabuhan yang dibangun
sesuai dengan eco industrial
park (EIP).
1. Membuat kawasan
dengan dengan system
blok dengan
memperhatikan
mangrove dan lahan
gambut yang ada.
2. Mengembangkan
industri perikanan
1. Mitigasi dampak
eksploitasi mangrove
dan lahan gambut.
2. Adaptasi teknologi
untuk memulihkan
beradaan mangrove.
3. Pengembangkan
kawasan industri
berdasarkan ISO
14001 (SML)
C. Perubahan penggunaan
lahan pada kawasan tersebut
akan mengakibatkan
perubahan iklim.
Memanfaatkan teknologi
yang ramah lingkungan
untuk mengurangi
pemanasan global.
1. Mengembangkan lahan
mangrove.
2. Mengembangkan
teknologi yang ramah
terhadap lahan gambut.
1. Mitigasi dampak
eksploitasi mangrove
dan lahan gambut.
2. Adaptasi teknologi
untuk memulihkan
beradaan mangrove.
D. kawasan tersebut
berdekatan dengan taman
nasional sembilang dan
tempat singgahnya burung
migran dari Siberia.
Membuat peraturan
perundang-undangan yang
bisa melindungi kawasan
tersebut.
Mengatur kawasan indsutri
yang tidak mengganggu
lingkungan sekitar.
Mitigasi dampak
lingkungan udara, air dan
lahan.
F. Kawasan tersebut
merupakan kawasan hutan
lindung yang
menghubungkan antara
kawasan industri dan
pelabuhan.
Pengembangan kawasan
Industri diupayakan
memanfaatkan kawasan
lindung (mangrove dan
gambut) yang seminimal
mungkin.
Seminimal mungkin
kegiatan tersebut tidak
memanfaatkan kawasan
hutan lindung (mangrove
dan gambut).
Mitigasi dampak
pengurangan kawasan
lindung (mangrove dan
gambut).