31
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1-HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B). Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem kadiovaskuler serta metabolisma tubuh. B. TUJUAN 1. Mengetahui pengertian tentang torch 2. Mengetahui penyebab terjadinya torch 3. Mengetahui epidemiologi penyakit torch 4. Mengetahui tanda dan gejala penyakit torch 5. Mengetahui patofisiologi penyakit torch 6. Mengetahui cara penularan penyakit torch 1

110043447-T-O-R-C-H.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fsef

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit

Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1-

HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya

Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).

Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan

yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun

wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada

bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.

Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem

saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem

kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.

B. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian tentang torch

2. Mengetahui penyebab terjadinya torch

3. Mengetahui epidemiologi penyakit torch

4. Mengetahui tanda dan gejala penyakit torch

5. Mengetahui patofisiologi penyakit torch

6. Mengetahui cara penularan penyakit torch

7. Mengetahui cara menghindari torch

8. Mengetahui cara pencegahan penyakit torch

9. Mengetahui cara pengobatan penyakit torch

10. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan penyakit torch

1

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN TORCH

TORCH adalah sebuah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis

penyakit infeksi yang menyebabkan kelainan bawaan, yaitu Toxoplasma, Rubella,

Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini sama-sama berbahaya bagi

janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik

taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda

asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan

Imunoglobulin G (IgG).

Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan

yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun

wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada

bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.

a. Toxoplasma 

Toxoplasmosis penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke

manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma

gondii. Toxoplasma gondii yaitu suatu parasit intraselluler yang menginfeksi pada manusia

dan hewan. Toxoplasma gondii termasuk spesies dari kelas sporozoa (Cocidia), pertama kali

ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundi di Afrika Utara (Tunisia) oleh

Nicolle dan Manceaux tahun 1908. Tahun 1928 Toxoplasma gondii ditemukan pada manusia

pertama kali oleh Castellani

b. Rubella

Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan

genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang

terinfeksi; pada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa inkubasinya rata-

rata 16-18 hari. Periode prodromal dapattanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa

lemah,demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari

toksoplasmosis karena rubela hanya mengancam janin

2

Penyakit yang juga disebabkan oleh virus yang menimbulkan demam ringan dengan

ruam yang menyebar dan kadang-kadang mirip dengan campak. Rubella menjadi penting

karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital

terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester

pertama kehamilan, resiko kecacatan ini menurun hinggga kira-kira 10-20% pada minggu ke

16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.

c. Cyto Megalo Virus (CMV)

Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili betaherpesvirus,

famili herpesviridae. Penularannya lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh

yangterinfeksi (urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit

ini antara 3-8 minggu. Pada kehamilan infeksi pada janin terjadi secara intrauterin. Pada bayi,

infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkan gejalanya pada minggu ke tiga hingga

ke dua belas; jika didapat pada masa perinatal akan mengakibatkan gejala yang berat. 

Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas di masyarakat; sebagian besar wanita

telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan tidak mengakibatkan gejala yang berarti.

Tetapi bila seorang wanita baru terinfeksi pada masa kehamilan maka infeksi primer ini akan

menyebabkan manifestasi gejala klinik infeksi janin bawaan sebagai berikut:

hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis dan optic atrophy,

mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis dan jaundice, infiltrasi pulmonal dengan berbagai

tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. Jika bayi dapat bertahan hidup akan disertai retardasi

psikomotor maupun kehilangan pendengaran..

d. Herpes Simplek

Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus (HSV); ada 2 tipe HSV yaitu

tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena

adanya kontak dengan lesi genital yang infektif; sedangkan HSV tipe 2 merupakan herpes

genitalis yang menular lewat hubungan seksual. HSV tipe 1 dan 2 dapat dibedakan secara

imunologi. Masa inkubasi antara 2 hingga 12 hari. Infeksi herpes superfisial biasanya mudah

dikenali misalnya pada kulit dan membran mukosa juga pada mata.

Penyakit infeksi virus yang ditandai dengan lesi primer terlokalisir, laten dan adanya

kecenderungan untuk kambuh kembali. Ada 2 jenis virus yaitu virus herpes simpleks (HSV)

tipe 1 dan 2 pada umumnya menimbulkan gejala klinis yang berbeda, tergantung pada jalan

masuknya dan dapat menyerang alat-alat genital atau mukosa mulut.

3

B. PENYEBAB TORCH 

Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, dan

Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati,

kambing, sapi, anjing, babi dan lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab

terjangkitnya penyakit yang berasal dari virus ini adalah hewan, namun juga bisa disebabkan

oleh karena perantara (tidak langsung) seperti memakan sayuran, daging setengah matang

dan lainnya.

a. Toxoplasma Gondii

Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.

Pada umumnya infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira

hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza,

bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.

b. Rubella

Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran

kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak

dan dewasa muda.

c. Cyto Megalo Virus (CMV)

Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan

virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal

secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya

bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.

d. Herpes Simplek

Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe

II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf

sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.

C. EPIDEMIOLOGI TORCH

a. Toxoplasma Gondii

Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang

dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi

organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).

Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah

abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis

4

bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan

mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis

b. Rubella 

Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat

menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka

risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka

risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).

c. Cyto Megalo Virus (CMV)

Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular

sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian,

retardasi mental, dan lain-lain.

d. Herpes Simplek

Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang

dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari

penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak

muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu,

pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH

agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.

D. TANDA DAN GEJALA

a. Toxoplasma

Gejala yang diderita biasanya dengan mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah,

malaise, demam disertai hepatomegali, dan umumnya tidak menimbulkan masalah,

b. Herpes Simpleks

Penderita biasanya mengalami demam, salivasi, mudah terangsang dan menolak

untuk makan,. Dengan dilakukan pemeriksaan menunjukan adanya ulkus dangkal multiple

yang nyeri pada mukusa lidah, gusi, dan bukal denganvesikel pada bibir dan sekitarnya.

c. Cyto Megalo Virus (CMV)

demam, 

penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) 

letih- lesu

kulit berwarna kuning, 

pembesaran hati dan limpa, 

5

kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak, gangguan

mental, dan lain-lain tergantung organ janin mana yang diserang

Umumnya janin yang terinfeksi CMV lahir prematur dan berat badan lahir rendah.

d. Rubella

Tanda dan gejala yang muncul biasanya bertahan dalam dua hingga tiga hari dan

mungkin melibatkan: 

Demam ringan 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah, 

Sakit kepala

Hidung tersumbat atau pilek

Peradangan, mata merah]

Pembesaran, pelunakan kelenjar getah bening di dasar tengkorak, leher bagian belakang

dan di belakang telinga

Muncul ruam warna merah muda/pink di wajah dan dengan cepat menyebar ke pundak,

lengan, kaki sebelum menghilang di sekuens yang sama.

Nyeri pada persendian, khususnya pada perempuan muda.

E. PATOFISIOLOGI TORCH

a. Toxoplasma

Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang merupakan salah satu penyebab

kelainan kongenital yang cukup dominan dibandingkan penyebab lainnya yang tergolong

dalam TORCH. Hospes primernya adalah kucing. Kucing ini telah mempunyai imunitas,

tetapi pada saat reinfeksi mereka dapat menyebarkan kembali sejumlah kecil ookista. Ookista

ini dapat menginfeksi manusia dengan cara memakan daging, buah-buahan, atau sayuran

yang terkontaminasi atau karena kontak dengan faeces kucing. Dalam sel–sel jaringan tubuh

manusia, akan terjadi proliferasi trophozoit sehingga sel–sel tersebut akan membesar.

Trophozoit akan berkembang dan terbentuk satu kista dalam sel, yang di dalamnya terdapat

merozoit. Kista biasanya didapatkan di jaringan otak, retina, hati, dan lain-lain yang dapat

menyebabkan kelainan pada organ-organ tersebut, seperti microcephali, cerebral kalsifikasi,

chorioretinitis, dll. Kista toksoplasma ditemukan dalam daging babi atau daging kambing.

Sementara itu, sangat jarang pada daging sapi atau daging ayam. Kista toksoplasma yang

berada dalam daging dapat dihancurkan dengan pembekuan atau dimasak sampai dagingnya

berubah warna. Buah atau sayuran yang tidak dicuci juga dapat menstranmisikan parasit yang

dapat dihancurkan dengan pembekuan atau pendidihan. Infeksi T.gondii biasanya tanpa

6

gejala dan berlalu begitu saja. Setelah masa inkubasi selama lebih kurang 9 hari, muncul

gejala flu seperti lelah, sakit kepala, dan demam yang dapat muncul hampir bersamaan

dengan limpadenopati, terutama di daerah serviks posterior.

b. Rubella 

Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada infeksi

awal, virus akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian akan menyebar ke

kelenjar limfe sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali terjadinya viremia dalam

waktu 7 hari. Janin dapat terinfeksi selama terjadinya viremia maternal. Saat ini, telah

diketahui bahwa infeksi plasenta terjadi pada 80% kasus dan risiko kerusakan jantung, mata,

atau telinga janin sangat tinggi pada trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi

sebelum usia kehamilan 12 minggu, 60% bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan

menurun menjadi 17% pada minggu ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia

kehamilan 20 minggu. Akan tetapi, plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten

pada bayi yang terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun.

c. Cytomegalovirus (CMV)

Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat

bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi

primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi

virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi

CMV selama kehamilan. Di negara berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama

kehamilan, karena sebagian besar orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila

infeksi primer terjadi pada ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus

dengan pembesaran hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi

mental. Bayi juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang

banyak dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus

dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus juga didapatkan

pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi.

d. Herpes Simpleks (HSV)

HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2. HSV

1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat

menyebabkan lesi genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau

kontak fisik lainnya.

7

Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan mengadakan replikasi

pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari. Replikasi akan berlangsung terus

sehingga sel akan menjadi lisis serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia

di mana virus akan menyebar ke saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan

replikasi yang diikuti penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10.

Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan

tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1

dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat

melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi

herpes genital primer pada akhir kehamilannya2.

F. CARA PENULARAN TORCH

Penularan TORCH pada manusia dapat melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif

(didapat) dan yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara

lain sebagai berikut :

a. Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung

sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya.

Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu

melalui masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak

tidak semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya.

b. Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita

TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan)

dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya

resiko infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa

bertahan di tanah sampai beberapa bulan ( Howard, 1987).

c. Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista),

kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau

tanpa sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).

d. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH.

Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan

hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum

terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit

TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan jenisnya. 

8

e. Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung

maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH

melalui plasenta. 

f. Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini

bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit

TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang

sedang disusuinya.

g. Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa

menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang

yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si

penderita penyakit TORCH.

h. Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain

adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang

bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan

minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista

lebih besar.

i. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya

juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.

Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena

itu dalam satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut

maka yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga

seluruh anggota keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak

semuanya terkena penyakit TORCH.

9

G. CARA MENGHINDARI TORCH

Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat membahayakan

ini, ada beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan

lainnya terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat

Celcius, agar oosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut bisa

mati.

b. Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi

yang masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu

dicuci / dibersihkan.

c. Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing,

musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan bengkarung yang

kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH. 

d. Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang

disposable (dibuang setelah dipakai).

e. Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah

negatif, jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan. 

f. Bila sedang memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ

yang masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan

peralatan dapur setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun. 

g. Bagi yang senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung

tangan, mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan. 

h. Darah penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita

imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif harus dari

orang dengan seronegatif TORCH.

i. Pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan.

j. Penggunaan desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk

membasmi oosista.

k. Memeriksakan hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik

hewan agar supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat.

10

H. MENCEGAH TORCH

Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang

merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat mempertimbangkan saran-

saran berikut agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik dan sempurna.

a. Makan makanan bergizi

Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain

baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat

dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk

TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh.

b. Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan

Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan.

Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat

menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk

mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh.

c. Melakukan vaksinasi

Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH.

Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak

boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.

d. Makan makanan yang matang

Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau

parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila

makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu

konsumsi makanan matang dalam keseharian Anda.

e. Periksa kandungan secara terartur

Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan

secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya

apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat

membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk.

f. Jaga kebersihan tubuh

Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan,

sangatlah penting.

11

g. Hindari kontak dengan penderita penyakit

Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa pun yang

menderita infeksi virus, seperti rubela, yang juga disebut campak Jerman.

Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta merawat dirinya

sebelum dan selama masa kehamilan maupun dengan memikirkan masak-masak jauh di

muka tentang berbagai aspek melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-

bisanya untuk memastikan kehamilan yang lebih aman. Maka, bagi seorang wanita

hamil, cobalah untuk selalu waspada terhadap berbagai penyakit seperti TORCH agar

bayi Anda terlahir sehat.

I. PENGOBATAN TORCH

Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2

petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M

(IgM). Normalnya keduanya negatif. 

Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh

sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif

dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak

dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan

ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu

1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG

Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka

perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika dalam

pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai

melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk

menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan

anda. 

Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan

seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin,

klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang

sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif

yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai

90%. 

12

Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin

(spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak

(resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali

menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum

obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.

Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk

menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM

negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau

negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan. 

J. DIAGNOSA TORCH

Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu penyakit.

Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka

dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur titer-titer

antibodi IgM atau IgG-nya.

Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa

jadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah

pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang

tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan

keluhan lainnya.

Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat

fisik maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan

lainnya.

Namun begitu, gejala diatas tentu belum membuktikan adanya penyakit TORCH

sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik.

K. PEMERIKSAAN TORCH

1. Cara Pemeriksaannya

a. Toxoplasma

Tes ini mempergunakan antigen Toxoplasma yang diletakkan pada penyangga padat,

mula-mula di inkubasi dengan serum penderita kemudian dengan antibodi berlabel enzim.

Kadar antibodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah

ikatan antigen antibodi dicampur dengan substrat. Uji aviditas pada ELISA bermanfaat untuk

13

determinasi prediktif kapan seseorang atau individu tersebut diperkirakan terinfeksi Aviditas

ELISA juga dapat digunakan untuk menentukan status infeksi serta kekuatan ikatan intrinsik

antara antibodi dengan antigen. Apabila ikatan intrinsiknya lemah maka daya proteksinya

juga lemah meskipun titernya cukup tinggi. Sebaliknya apabila ikatan intrinsik antigen-

antibodinya cukup tinggi maka daya proteksinya cukup baik meskipun titernya tidak terlalu

tinggi.

Cara Kerja :

a) Lokasi Pengambilan Sampel

- vena mediana cubiti ( dewasa )

- vena jugularis superficialis ( bayi )

b) Cara kerja pengambilan sampel :

- Bersihkan daerah vena mediana cubiti dengan alcohol 70% dan biarkan menjadi

kering kembali

- Pasang ikatan pembendung/torniquit diatas fossa cubiti. Mintakan pasien yang akan

diambil darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali agar vena

jelas terlihat.

- Pembendungan vena tidak boleh terlalu kuat .

- Tegangkan kulit diatas vena dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak

- Tusuk kulit diatas vena dengan jarum/nald dengan tangan kanan sampai menembus

lumen vena

- Lepaskan pembendungan dan ambillah darah sesuai yang dibutuhkan

- Taruh kapas diatas jarum/nald dan cabut perlahan

- Mintakan agar pasien menekan bekas tusukan dengan kapas tadi

- Alirkan darah dari syringe kedalam tabung melaluji dinding tabung

- Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen

- Sampel dapat di simpan pada suhu 2 - 8 ° C bertahan sampai 7 hari atau dibekukan

sampai 6 bulan. Hindari pembekuan berulang jika untuk pemeriksaan.

c) Cara kerja Toxolisa IgG dan IgM

- Siapkan pengenceran 1:40 test sampel, negatif control, positif control dan calibrator

dengan jalan menambahkan masing-masing 5 ul bahan dengan 100 ul sampel diluents,

goyang hingga homagen.

14

- Ambil 100 ul masing-masing hasil pengenceran, masukkan ke dalam wells goyang

agar tercampur rata, inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC.

- Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci 1× dengan aquabidest

Wash buffer (1×) = encerkan volume Wash Buffer (20×) dengan 19 volume

aquabidest contoh : larutkan 50ml Wash Buffer (20×) kedalam aquabidest untuk

membuat 1000ml Wash Buffer (1×).

- Masukan 100 ul Enzyme Conjugate ke masing-masing well, inkubasi 30 menit pada

suhu 37oC.

- Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci dengan aquabidest.

- Masukan 100 ul TMB ke masing-masing well, goyang hingga merata.

- Inkubasi 15 menit pada suhu 37oC.

- Tambahkan 100 ul Stop Solution (1N HCl) ke masing-masing well

- Goyang 30 detik agar merata

- Baca pada Elisa Reader dengan λ 450nm

b. Rubella 

Dengan tes ELISA, HAI,Pasif HAatau tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik

rubella yang mengindikasikan infeksi rubella telah terjadi.

Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG

dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya

kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan

untuk divaksinasi.

Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis

infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

c. Cyto Megalo Virus

Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau

infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan

laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV

IgG.

15

d. Herpes Simpleks

Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk

mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah

bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan

2. Cara untuk membaca hasilnya adalah sebagai berikut :

a. Periksalah serum untuk mencari ada tidaknya IgG spesifik untuk parasit/virus

TORCH. Bila hasilnya Negatif, berarti Anda tidak pernah terinfeksi TORCH. Bila

Positif, berarti pernah terinfeksi. Note: [periksa Anti-Toxoplasma IgG, Anti-Rubella

IgG, Anti-CMV IgG, Anti-HSV2 IgG]. Tes IgG itu untuk meriksa apakah pada masa

lalu si pasien pernah kena infeksi.

b. Bila IgG Positif, maka untuk menentukan kapan infeksi tersebut, Anda harus

melakukan pemeriksaan serum untuk mencari ada tidaknya IgM parasit/virus

TORCH. Tes IgM ini fungsinya untuk memeriksa apakah saat ini si pasien terinfeksi

TORCH.

c. Bila IgG Positif dan IgM Negatif : Anda telah terinfeksi lebih dari setahun yang lalu.

Saat ini anda mungkin telah mengembangkan kekebalan terhadap parasit itu. Anda

tidak perlu khawatir untuk hamil.

d. Bila IgG Positif dan IgM juga Positif: Anda tengah mengalami infeksi dalam 2 tahun

terakhir, [mungkin pula ada false pada hasil IgM]. Anda harus catat berapa angka IgM

tersebut.

e. Selanjutnya Anda harus melakukan lagi pemeriksaan IgM [kalau perlu sekalian IgG]

setelah 2 minggu dari pemeriksaan pertama. 

f. Bila IgM tetap Positif atau malah naik angkanya, berarti anda sedang terinfeksi

TORCH. Sebaiknya anda sembuhkan dulu infeksi ini baru kemudian mulai hamil.

g. Siapa & kapan perlu melakukan pemeriksaan TORCH yaitu 

Wanita yang akan hamil atau merencanakan segera hamil

Wanita yang baru/sedang hamil bila hasil sebelumnya negatif atau belum

diperiksa, idealnya dipantau setiap 3 bulan sekali

Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil

16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN DENGAN INFEKSI TORCH

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien

2. Keluhan utama: demam

a. Riwayat kesehatan

Suhu tubuh meningkat, malaise, sakit tenggorokan, mual dan muntah, nyeri otot.

b. Riwayat kesehatan dahulu

- Klien sering berkontak langsung dengan binatang

- Klien sering mengkonsumsi daging setengah atang

- Klien pernah mendapatkan transfusi darah

3. Data psikologis

4. Data psikospiritual

5. Data social dan ekonomi

6. Pemeriksaan fisik

- Mata

o Nyeri

o ikterus

- Integument

o suka berkeringat malam

o suhu tubuh meningkat

o timbulnya rash pada kulit

- muskuloskletal

o nyeri

o kelemahan

- hepar

o hepatomegali

- abdomen

o Acites

o Diare

o mual dan muntah17

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi

Toxoplasma) 

2. Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella) 

3. Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus) 

4. Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes) 

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.

Tujuan : mengurangi nyeri

Kriterian hasil :Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol

Klien tampak rileks, Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat.

2. Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan suhu

39,50C, tubuh menggigil

Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal

Kriteria hasil: Terjadi peningkatan suhu

Kulit kemerahan dan hangat waktu disentuh

Peningkatan tingkat pernapasan 

3. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan

ditandai dengan, diare

Tujuan: memenuhi kebutuhan cairan tubuh

Kriteria hasil: Mempertahankan volume sirkulasi adekuat, Tanda – tanda vital dalam

batas normal, Nadi ferifer teraba, Haluaran urine adekuat, Membrane mukosa

lembab,Turgor kulit baik.

18

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto

Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri

dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih

terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus

Polio, dan virus Coxsackie-B).

Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran,

cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan

kehamilan.

B. SARAN

Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui

media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular.

Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang.

19

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

ASUHAN KEPERAWATAN TORCH

Mata Kuliah Sistem Reproduksi 2

Oleh :

Fianita Listiyani

Fika Iskaryanti

Hamka

Henitta Tri Septa Reni

Ikke Siti S

Indah Budiarti

SEMESTER 7 / A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

20

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2012

21