116370727-pbl-Telinga

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    1/27

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    2/27

    2 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari nervus auricular

    temporalis dan ramus auricularis nervus vagus. Aliran limfe menuju nodi parotidei

    superfisialis, mastoidei dan cervicales superfisialis.

    Membrana timpani

    2. Telinga tengahAdalah ruang berisi udara didalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh

    membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi

    meneruskan getaran membrane timpani ke perilympha telinga dalam. Telinga tengah

    mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding lateral dan

    dinding medial.

    Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang disebut tegmen timpani yang

    merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkancavum timpani dari meniges dan lobus temporalis otak di dalam fossa crania media.

    Lantai dibentuk oleh lempeng tipis tulang. Lempeng ini memisahkan cavum

    timpani dari bulbus superior vena jugularis interna.

    Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang

    memisahkan cavum timpani dari arteri carotis interna. Pada bagian atas dinding

    anterior terdapat muara dari dua buah saluran.

    Dibagian atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum. Dibawah ini terdapat

    penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, kecil disebut pyramis. Dari puncak

    pyramis ini dibetuk tendo muskulus stapedius.

    Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membrane timpani. Dinding medial

    dibentuk oleh dinding lateral telinga dala. Bagian terbesar dari dinding terdapatpenonjolan bulat (promontorium) yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea

    yang ada dibawahnya.

    Ossicula Auditusa. Malleus

    Adalah pendengaran terbesar dan terdiri dari caput, collum dan processus longum/

    manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis.

    b. IncusMempunyai corpus yang besar dan 2 crus yaitu crus longum, yang berjalan ke

    bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei; dan crus breve,

    menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum timpani oleh

    sebuah ligamentum.c. Stapes

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    3/27

    3 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    Mempunyai caput, collum, 2 lengan dan sebuah basis.

    Otot-otot Ossiculaa. Muskulus Tensor Tympani- Origo = cartilago tuba auditiva dan dinding tulang salurannya sendiri.- Insertio = pada manubrium mallei.- Persarafan = sebuah cabang dari nervus yang menuju M. pterygoideus medialis

    (cabang dari divisi mandibularis nervus trigeminus).

    - Fungsi = secara refeleks meredam getaran malleus dengan lebih menegangkanmembrane tympani.

    b. Muskulus Stapedius- Origo = dnding dalam pyramis yang berongga.- Insertio = pada bagian belakang collum stapedis.- Persarafan = nervus fasialis yang terletak dibelakang pyramis.- Fungsi = secara reflex meredam getaran stapes dengan menaikkan collumnya.Tuba Auditiva

    Terbentang dari dinding anterior cavum tympani ke bawah, depan dan medial sampai

    nasopharing. 1/3 bagian posterior adalah tulang dan 2/3 bagian anterior adalahcartilage. Tuba berhubungan dengan nasopharing dengan bejalan melalui pinggir atas

    M. constrictor pharinges superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di

    dalam cavum tympani dngan nasopharing.

    Antrum MastoideumTerletak dibelakang cavum tympani di dalam pars petrosa ossis temporalis dan

    berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus.

    - Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi aditus ad antrum.- Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum.- Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus.-

    Dinding medial berhubungan dengan canalis semisirkularis posterior.- Dinding superior berhubungan dengan meninges pada f ossa crania media dan

    lobus temporalis cerebri.

    - Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan cellulaemastodeae.

    Cellulae MastoideaeAdalah suatu seri rongga yang saling berhubungan di dalam processus mastoideus,

    yang diatas berhubungan dengan antrum dan cavum tympani. Rongga ini dilapisi oleh

    membrane mucosa.

    Nervus fasialisPada dinding medial telinga tengah membesar membentuk ganglion geniculatum.

    Cabang-cabang penting pars intrapetrosa nervus fasialis yaitu nervus petrosus major,saraf ke M. stapedius dan chorda tympani.

    Nervus Tympanicus

    Berasal dari nervus glossopharingeus dan berjalan melalui dasar cavum tympani dan

    pada permukaan promontorium. Lalu bercabang-cabang membentuk plexus

    tympanicus (mempersarafi lapisan cavum tympani dan mempercabangkan nervus

    petrosus minor).

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    4/27

    4 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    3. Telinga dalam- Labyrinthus Osseus

    Terdiri dari 3 bagian yaitu:

    1. VestibulumMerupakan bagian tengah labyrinthus osseus, terletak posterior terhadap cochleadan anterior terhadap canalis semisirkularis. Di dalam vestibulum terdapat

    sacculus dan utriculus labyrintus membranaceus.

    2. Canalis semisirkularisKetiga canalis semisirkularis superior, posterior dan lateral bermuara ke bagian

    posterior vestibulum. Didalam canalis terdapat ductus semisirkularis.

    3. CochleaBerbentuk seperti rumah siput dan bermuara ke dalam bagian anterior vestibulum.

    Umumnya terdiri dari 1 pilar sentral, modiolus cochlea dan modiolus ini

    dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak 2 putaran. Modiolus

    mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus acusticus internus.

    - Labyrinthus MembranaceusTerletak didalam labyrinthus osseus dan berisi endolympha dan dikelilingi olehperilympha. Labyrinthus ini terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat didalam

    vestibulum osseus; 3 ductus semisirkularis, yang teletak didalam canalis

    semisirkularis osseus; dan ductus cochlearis, yang terletak didalam cochlea.

    1. UtriculusAdalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada dan dihubungkan

    tidak langsung dengan sacculus dn ductus endolymphaticus oleh ductus

    utriculosaccularis.

    2. SacculusBerbentuk bulat dan berhubungan dengan uticulus. Ductus endolymphaticus

    setelah bergabung dengan ductus utriculosaccularis akan berakhir didalamkantung buntu kecil yaitu saccus endolymphaticus.

    3. Ductus SemisirkularisDiameternya lebih kecil dari canalisnya. Ketiganya tersusun tegak lurus satu

    dengan lainnya.

    4. Ductus CochlearisBerbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan sacculus

    melalui ductus reunions.

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    5/27

    5 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    1.2. Memahami Anatomi Mikroskopik Telinga

    a. Daun Telinga- Kerangka terdiri dari tulang rawan elastis dan bentuk tak teratur.- Perikondrium mengandung banyak serat elastis.- Kulit yang menutupi tulang rawan tipis.

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    6/27

    6 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    - Jaringan subkutan tipis.- Didalam kulit terdapat rambut halus, kelenjar sebasea, kelenjar keringat sedikit dan

    jaringan lemak pada lobules auricular.

    b. Meatus Acusticus Externus- Berupa berupa saluran 25 cm, arah medioinferior.- Bagian luar kerangka dinding terdiri dari tulang rawan elastin.- Bagian dalam berkerangka os temporal.- Dilapisi kulit tipis, tanpa subkutis dan berhubungan erat dengan perichondrium/

    periosteum yang ada dibawahnya.

    c. Membran Tympani- Bentuk oval, semi transparan.- Terdiri dari 2 lapisan jaringan penyambung:

    1. Lapisan luar, mengandung serat-serat kolagen tersusun radial.2. Lapisan dalam, mengandung serat-serat kolagen tersusun sirkular.

    - Serat elastin terutama dibagian sentral dan perifer.- Permukaan luat diliputi kulit, tanpa rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.- Permukaan dalam dilapisi mucosa yang terdiri dari epitel selapis cuboid dan lamina

    propia yang tipis.

    d. Cavum Tympani- Berisi udara- Posterior, berhubungan dengan ruang-ruang dalam processus mastoideus.- Anterior, berhubungan dengan tuba faringotympani.- Lateral, dibatasi oleh membrane tympani.- Medial, dipisahkan dari telinga dalam oleh tulang.- Cavum tympani, tulang-tulang pendengaran, nervus dan musculi dilapisi mucosa yang

    terdiri dari epitel selapis cuboid dan lamina propia tipis.

    -Epitel cavum tympani sekitar muara tuba faringotympani terdiri dari selapis cuboid/silindris dengan silia.

    e. Tuba Faringotympani- Lumen sempit, gepeng dalam bidang vertical.- Mucosa membentuk rugae terdiri dari epitel selapis/ bertingkat silindris dengan silis

    dan lamina propia tipis.

    - Sepanjang mucosa terdapat limfosit.f. Telinga Dalam/ Labyrinth

    - Labyrinth ossea, didalam os petrosum.- Labyrinth membranosa, didalam labyrinth ossea.- Utriculus, sacculus dan ductus semisirkularis dilapisi epitel selapis gepeng.- Macula dan crista: penebalan jaringan perilimfatik yang dilapisi epitel yang terdiri

    dari dua macam yaitu sel rambut (silindris) dan sel penyokong (silindris).

    - Jaringan penyambung terutama terdiri dari sel-sel berbentuk bintang dengan cabang-cabang sitoplasma halus.

    g. Membrane basilaris- Sebagian besar terdiri dari jaringan penyambung padat kolagen.- Permukaan menghadap scala tympani dilapisi epitel selapis cuboid sampai silindris.- 2/3 lateral berupa pars pectinata.- 1/3 medial berupa pars arcuata (terdapat pembuluh darah).

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    7/27

    7 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    II. Fisiologi PendengaranPendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran

    udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi

    (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah

    bertekanan rendah akibat penjarangan molekul tersebut. Pendengaran seperti halnya indra

    somatik lain merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon

    terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. (Sherwood, L. 2007;

    Guyton A.C. 2003)

    Suara ditandai oleh nada, intensitas, kepekaan.

    Nada suatu suara ditentukan oleh frekuensi suatu getaran. Semakin tinggi frekuensigetaran, semakin tinggi nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dari 20

    sampai 20.000 siklus per detik, tetapi paling peka terhdap frekuensi 1000 dan 4000 siklusper detik.

    Intensitas atau Kepekaan. Suatu suara bergantung pada amplitudo gelombang suara, atauperbedaan tekanan antara daerah bertekanan tinggi dan daerah berpenjarangan yang

    bertekanan rendah. Semakin besar amplitudo semakin keras suara. Kepekaan dinyatakan

    dalam desible (dB). Peningkatan 10 kali lipat energi suara disebut 1 bel, dan 0,1 bel

    disebut desibel. Satu desibel mewakili peningkatan energi suara yang sebenarnya yakni

    1,26 kali. Suara yang lebih kuat dari 100 dB dalam merusak perangkat sensorik di koklea.

    Kualitas suara atau warna nada (timbre) bergantung pada nada tambahan, yaitu frekuensitambahan yang menimpa nada dasar. Nada-nada tambahan juga yang menyebabkan

    perbedaan khas suara manusia

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    8/27

    8 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    Frekuensi suara yang dapat didengar oleh orang muda adalah antara 20 dna 20.000 silklus per

    detik. Namun, rentang suara bergantung pada perluasan kekerasan suara yang sangat besar.

    Jika kekerasannya 60 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan suara, rentang suara

    adalah samapai 500 hingga 5000 siklus per detik. Hanya dengan suara keras rentang 20sampai 20.000 siklus dapat dicapai secara lengkap. Pada usia tua, rentang frekuensi biasanya

    menurun menjadi 50 sampai 8.000 siklus per detik atau kurang. Suara 3000 siklus per detik

    dapat didengar bahkan bila intensitasnya serendah 70 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat

    tekanan suara. Sebaliknya, suara 100 siklus per detik dapat dideteksi hanya jika intensitasnya

    10.000 kali lebih besar dari ini. (Sherwood, L. 2007)

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    9/27

    9 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    a. Mekanisme PendengaranProses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara mencapai

    membran tympani. Gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang seling

    menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama

    dengan frekuensi gelombang suara. Ketika membran timpani bergetar sebagai responsterhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi

    sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela oval.

    Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada

    perilymph di scala vestibuli. Oleh karena luas permukaan membran tympani 22 kali lebih

    besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan tekanan gelombang suara15-22 kali

    pada tingkap oval. Selain karena luas permukaan membran timpani yang jauh lebih besar,

    efek dari pengungkit tulang-tulang pendengaran juga turut berkontribusi dalam

    peningkatan tekanan gelombang suara.

    Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan timbulnya

    gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan, tekanan

    dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol kedalam yaitu, perubahan posisi jendela bundar dan defleksi membrana basilaris.

    Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen

    atas, kemudian mengelilingi helikoterma, dan ke kompartemen bawah, tempat gelombang

    tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar untuk mengkompensasi

    peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar,

    perilimfe mengalir ke arah yang berlawanan mengubah posisi jendela bundar ke arah

    dalam.

    Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara

    mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui

    membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui

    mebrana basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan

    jendela bundar menonjol ke luar-masuk bergantian.

    Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan kaku, akan

    bergetar bila ada getaran dengan nada rendah. Hal ini dapat diibaratkan dengan senar gitar

    yang pendek dan tegang, akan beresonansi dengan nada tinggi. Getaran yang bernada

    tinggi pada perilymp scala vestibuli akan melintasi membrana vestibularis yang terletak

    dekat ke telinga tengah. Sebaliknya nada rendah akan menggetarkan bagian membrana

    basilaris di daerah apex. Getaran ini kemudian akan turun ke perilymp scala tympani,

    kemudian keluar melalui tingkap bulat ke telinga tengah untuk diredam.

    Karena organ corti menumpang pada membrana basilaris, sewaktu membrana basilaris

    bergetar, sel-sel rambut juga bergerak naik turun dan rambut-rambut tersebut akanmembengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya

    terhadap membrana tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini

    menyebabkan saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup

    secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan

    hiperpolarisasi yang bergantian. Sel-sel rambut berkomunikasi melalui sinaps kimiawi

    dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis).

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    10/27

    10 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    Depolarisasi sel-sel rambut menyebabkan peningkatan kecepatan pengeluaran zat

    perantara mereka yang menaikan potensial aksi di serat-serat aferen. Sebaliknya,

    kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkansedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris

    bergerak ke bawah). Perubahan potensial berjenjang di reseptor mengakibatkan

    perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Impuls

    kemudian dijalarkan melalui saraf otak statoacustikus (saraf pendengaran) ke medulla

    oblongata kemudian ke colliculus. Persepsi auditif terjadi setelah proses sensori atau

    sensasi auditif. (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003. Prihardini D, dkk. 2010)

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    11/27

    11 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    b. Jaras Persarafan PendengaranDiperlihatkan bahwa serabut dari ganglion spiralis organ corti masuk ke nukleus

    koklearis yang terletak pada bagian atas medulla oblongata. Pada tempat ini semua

    serabut bersinaps dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari

    batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat kedualainnya juga berjalan ke nukleus olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nukleus

    tersebut, berjalan ke atas melalui lemniskus lateralis. Beberapa serabut berakhir di

    nukleus lemniskus lateralis, tetapi sebagian besar melewati nukleus ini dan berjalan ke

    kolikulus inferior, tempat semua atau hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Dari

    sini jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial, tempat semua serabut bersinaps.

    Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorik, yang terutama

    terletak pada girus superior lobus temporalis.

    Beberapa tempat penting harus dicatat dalam hubunganya dengan lintasan pendengaran

    pertama implus dari masing-masing telinga dihantarkan melalui lintasan pendengaran

    kedua batang sisi otak hanya dengan sedikit lebih banyak penghantaran pada lintasan

    kontralateral.Kedua banyak serabut kolateral dari traktus audiorius berjalan langsung kedalam system retikularis batang otak sehingga bunyi dapat mengaktifkan keseluruhan

    otak. (Guyton A.C. 2003)

    c. Fungsi korteks serebri pada pendengaranSetiap daerah di membrana basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di korteks

    pendengaran dalam lobus temporalis. Dengan demikian, setiap neuron korteks hanya

    diaktifkan oleh nada-nada tertentu. Neuron-neuron aferen yang menangkap sinyal

    auditorius dari sel-sel rambut keluar dari koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf

    antara organ corti dan korteks pendengaran melibatkan beberapa sinap dalam

    perjalanannya, terutama adalah sinaps di batang otak dan nukleus genikulatus medialis

    talamus. Batang otak menggunakan masukan pendengaran untuk kewaspadaan. Sinyal

    pendengaran dari kedua telinga disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat-

    seratnya bersilangan secara parsial di otak. Karena itu, gangguan di jalur pendengaran

    pada salah satu sisi melewati batang otak tidak akan mengganggu pendengaran kedua

    telinga. Korteks pendengaran tersusun atas kolom-kolom. Korteks pendengaran primer

    mepersepsikan suara diskret sementara korteks pendengaran yang lebih tinggi di

    sekitarnya mengintegrasi suara-suara yang berbeda menjadi pola yang koheren dan

    berarti. Proyeksi lintasan pendengaran korteks serebri menunjukan bahwa korteks

    pendengaran terletak terutama tidak hanya pada daerah supratemporal girus tempralis

    superior tetapi juga meluas melewati batas lateral lobus temporalis jauh melewati korteks

    insula dan sampai ke bagian paling lateral lobus parietalis. (Sherwood, L. 2007; GuytonA.C. 2003)

    d. Penentuan Frekuensi SuaraSuara dengan tinggi nada yang rendah menyebabkan pengaktifan maksimum membrane

    basilis di dekat apeks koklea dan suara dengan frekuensi yang tinggi mengaktifkan

    membrane basilaris dekat basis koklea, sedangkan suara dengan frekuensi menengah

    mengaktifkan membrana di antara kedua nilai yang ekstrim tersebut. Selanjutnya, ada

    pengaturan spasial pada serabut saraf di jaras koklearis, yang berasal dari koklea sampai

    korteks serebri. Perekaman sinyal di traktus auditorius pada batang otak dan di area

    penerima pendengaran pada korteks serebri memperlihatkan neuron-neuron otak yang

    spesifik diaktivasi oleh frekuensi suara tertentu. Oleh karena itu cara yang digunakan olehsistem saraf untuk mendeteksi perbedaan frekuensi suara adalah dengan menentukan

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    12/27

    12 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    posisi di sepanjang membrane basilaris yang paling terangsang. Ini dinamakan prinsip

    letak untuk menentukan frekuensi suara. (Guyton A.C. 2003)

    e. Penentuan keras suaraKekerasan suara ditentuka oleh sistem pendengaran sekurnag-kurangnya melalui tiga

    cara. Pertama, ketika suara menjadi lebih keras terjadi peningkatan amplitudo getaranyang merangsang ujung-ujung saraf bereksitasi lebih cepat. Kedua, ketika amplitudo

    meningkat akan menyebabkan semakin banyak sel-sel rambut di pinggir bagian mebran

    basilar yang beresonasi, sehingga terjadi pemjumlahan spasial impuls, dimana transmisi

    melalui banyak serabut saraf. Ketiga, sel-sel rambut luar tidak terangsang secara

    bermakna sampai getaran membran basilar mencapai intensitas yang tinggi.

    Suara yang sangat keras yang tidak dapat diperlembut secara adekuat oleh refleks-refkes

    protektif telinga dapat menyebabkan getaran membrana basilaris yang hebat sehingga sel-

    sel rambut yang tidak dapat digantikan itu terlepas atau rusak secara permanen dan

    menimbulkan gangguan pendengaran parsial. (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003)

    f. Diskriminasi arah asal suaraDestruksi korteks pendengaran pada kedua sisi otak baik pada manusia atau pada

    mamalia yang lebih rendah menyebabkan kehilangan sebagian besar kemampuannya

    mendeteksi arah asal suara. Namun, mekanisme untuk deteksi ini dimulai pada nuklei

    olivarius superior di dalam batang otak.

    Nukleus olivarius superior dibagi menjadi dua yakni nukleus olivarius superior medial

    dan lateral. Nukleus lateral bertanggung jawab unuk mendeteksi arah sumber suara,

    agaknya melalui perbandingan sederhana diantara perbedaan intensitas suara yang

    mencapai kedua telinga, dan mengirimkan sinyal yang tepat ke korteks auditorik untuk

    memperkirakan arahnya. Nukleus olivarius superior medial mempunyai mekanisme

    spesifik untuk mendeteksi perbedaan waktu antara sinyal akustik yang memasuki kedua

    telinga. Nukleus ini terdiri atas sejumlah besar neuron yang mempunyai dua dendrit

    utama yang menonjol ke arah kanan dan kiri. Intensitas eksitasi di setiap neuron sangat

    sensitif terhadap perbedaan waktu yang spesifik antara dua sinyal akustik yang berasal

    dari kedua telinga. Pada nukleus tersebut terjadi pola spasial perangsangan neuron. Suara

    yang datang langsung dari depan kepala merangsang satu perangkat neuron olivarius

    secara maksimal dan suara dari sudut sisi yang berbeda menstimulasi pernagkat neuron

    lainnya dari sisi yang berlawanan. (Guyton A.C. 2003)

    III.Memahami jenis-jenis gangguan pendengaran3.1. Telinga Luar

    a. Keratosis Obturans dan Kolesteatoma pada Liang Telinga- Terjadi sumbat keratin pada liang telinga.- Gejala keratosis obturans: bilateral, bronkiektasis dan sinusitis kronis.- Keluhannya: Nyeri dan gangguan pendengaran, pelebaran liang telinga,

    hyperplasia dan radang epitel dan subepitel.

    - Terapinya: pengangkatan sumbat dan penanganan proses radang.- Gejala Kolesteatoma: unilateral- Keluhannya: nyeri tumpul dan otore intermitten.- Terapi: debriment tulang, kanaplasti dan timpanomastoidektomi.

    b. Otitis Eksterna1) Infeksi dan Radang akut

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    13/27

    13 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    - Furunkulosiso suatu folikel pilosebaseus dan disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau

    albus.

    o Gejala: nyeri hebat, abses terbentuk.o Terapi: sistemik, topical, pemanasan dan analgetik.

    - Otitis eksterna Difusao Pada cuaca panas dan lembab.o Etiologi: Pseudomonas, Staphylococcus albus, Escherichia coli dan

    Enterobacter aerogenes

    o Gejala: nyeri tekan tragus, nayeri hebat, pembengkakkan sebagian besardinding kanalis, secret yang sedikit, pendengaran normal atau sedikit

    berkurang, tidak adanya partikel jamur, ada adenopati regional yang nyeri

    tekan.

    o Terapi: tetes telinga (cortisporin, colymisin S), sistemik (bila berat),antibiotic (bila ada perikondritis/kondritis).

    - Infeksi Jamuro Etiologi: Pityrosporum dan Aspergillus.o Gejala: tidak ada rasa tersumbat, sisik superficial seperti ketombe pada

    kulit kepala.

    o Terapi: pembersihan liang telinga dengan kasa, tetes telinga (vosol,cresylate), fungisida topical (nistatin, klotrimazol)

    o Herpes Zooster Otikuso Gejala: paralisis wajah, otalgia dan erupsi herpetic serta lesi kulit

    vesikuler.

    o Terapi: sistemik, steroid sistemik.- Perikondritis

    o Gejala: efusi serum/ pus diantara lapisan perikondrium dan kartilagotelinga luar serta laserasi.

    o Diagnosis: bagian auricular yang terlibat membengkak, jumlah merah,terasa panas dan sangat nyeri tekan.

    - Dermatitis Ekzematosao Gejala: melibatkan liang telinga, meatus dan konka didekatnya dengan

    kemerahan, pembengkakkan dan stadium eksudat cair yang diikuti

    pembentukan krusta.

    2) Infeksi dan Radang kronik- kelanjutan dari infeksi dan radang akut- Terapi: bedah melalui reseksi jaringan yang menebal.- Infeksi jamur kronik, terapinya dengan pengangkatan debris infeksi dan obattetes anti jamur.

    3) Otitis Eksterna Nekrotikans- Infeksi berat pada tulang temporal dan jaringan lunak telinga.- Etiologi: Pseudomonas aeruginosa.- Didapatkan pada penderita diabetes lansia dan beriklim panas.- Diagnosis: disfungsi saraf VII, pemeriksaan telinga yang normal dan CT-Scan.- Terapi: Mastoidektomi, antibiotic spesifik, obat (golongan aminoglikosida +

    antibiotic B lactam)

    4) Polikondritis Berulang- Gangguan tulang rawan generalisata, melibatkan hidung dan telinga pada 80-

    90 % kasus.

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    14/27

    14 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    - Gejala: telinga lemas, deformitas hidung pelana, peradangan bergantian padakedua telinga, demam, tinnitus, vertigo, kehilangan pendengaran, suara serak.

    - Terapi: salisilat dan steroid pada serangan akut; dapsone untuk seranganberulang.

    c. Trauma1) Laserasi- Gejala: sering mengorek-ngorek telinga, dapat terjadi perdarahan.- Terapi: tidak ada, antibiotic profilaktik bila ada kontaminasi.2) Frosbite- Pada lingkungan bersuhu rendah dengan angin dingin yang kuat.- Gejala: tidak terasa nyeri sampai memanas kembali.- Terapi: pemanasan cepat, analgesic, antibiotic bila infeksi.3) Hematoma- Pada petinju- Terapi: insisi dan drainase, pemasangan balutan tekan khususnya pada konka.

    d. MalformasiDeformitas Auricula

    - Makrotia- Mikrotia- Apendis telinga rudimenter- Tidak ada telinga- Stenosis liang telinga total/ parsial- Kelainan celah bronkialis I

    e. Neoplasma1. Osteoma

    - Benjolan tulang, keras, bundar, yang menempel melalui suatu pedikel tulang kecilpada 1/3 bagian dalam liang telinga.

    - Terapi: medis, mikroskop operasi.2. Karsinoma sel gepeng

    - Paling sering.- Gejala: sekresi kronik, perdarahan, nyeri, bengkok dalam liang telinga.- Terapi: biopsy.3. Tumor ganas pada Pinna

    - Lebih sering daripada tumor pada liang telinga.- yaitu karsinoma sel gepeng dan karsinoma sel basal.- Terapi: eksisi bedah.

    3.2.Telinga Tengaha. Penyakit Membran Tympani

    Gejala: peradangan, bercak-bercak putih tebal atau lebih tipis.

    b. Gangguan Tuba Eustakius1. Tuba Eustkius Paten Abnormal

    - Gejala: kehilangan berat badan, ototoni, tersumbat dalam telinga.- Terapi: pemasukan tuba ventilasi.

    2. Mioklonus Palatum- Tidak perlu terapi

    3. Obstruksi Tuba Eustakius- Etiologi: peradangan, benda asing.- Terapi: operasi.

    4. Palatoskisis

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    15/27

    15 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    - Terapi: operasi.c. Barotrauma

    Akibat ruang-ruang berisi gas dalam tubuh menjadi ruang tertutup dengan menjadi

    buntunya jaras-jaras ventilasi normal.

    d. Gangguan pada Rantai Osikula1. Kelainan Kongenital

    - Sindrom Treacher-Collins- Deformitas osikula- Hilangnya sebagian inkus dan fiksasi stapes- Deformitas pinna- Liang telinga tak berkembang

    2. Otosklerosis- Akhir usia belasan atau awal 20-an- Bilateral atau Unilateral- Gejala: kehilangan pendengaran- Diagnosis: Rinne (-), Weber (+) pada otosklerosis unilateral, Membrana

    tympani tampak normal

    - Terapi: bedahe. Trauma telinga tengah

    - Akibat barotruma, ledakan atau benda asing.- Gejala: nyeri, secret berdarah, gangguan dengar.- Terapi: antibiotic, miringoplasti.

    f. Otitis Media Supuratif Akut- Otitis media serosa- Mastoiditis Koalesens Akut

    3.3.Telinga Dalam

    a.

    Tuli Kongenital Genetik

    Tanpa Kelainan

    o Ketulian Michelo Ketulian Scheibeo Ketulian Mondinio Ketulian AlexanderDengan Kelainan

    o Penyakit Waardenburgo Albinismeo Hiperpigmentasio Onikodistrofio Penyakit UsherKelainan Kromosom

    o Trisomi 13-15 (D)o Trisomi 18 (E)

    Non GenetikDengan Kelainan

    o Rubellao Eritroblastosis fetaliso KretinismeTanpa Kelainan

    o Kelahiran prematureo Hipoksia

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    16/27

    16 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    o Persalinan lamab. Tuli Genetik Di dapat/ Lambat

    Tuli terjadi sendirio Tuli sensorineural progresif turunano Otosklerosiso Presbikusis

    Ketulian berkaitan dengan Kelainan laino Penyakit Alporto Penyakit Von-Recklinghauseno Sindrom Hurlero Penyakit Retsumo Penyakit Alstromo Penyakit Pageto Penyakit Crouzon

    c. Penyakit Infeksi dari Ketulian Infeksi telinga tengah Virus Meningitis Sifilis

    d. Obat-obat Ototoksik Antibiotik (aminoglikosida) Diuretik (furosemid) Analgesik dan antipiretik (salisilat) Antineoplastik (bleomisin) Zat kimia (CO) Logam berat (emas)

    e. Tumor akustik Schwanoma Neuroma N VII Meningioma Hemangioma

    f. Trauma Energi akustik Energi Mekanis (fraktur)

    g. Presbikusish. Penyebab Idiopatik dari Ketulian

    Penyakit Meniere Multipel sklerosis

    Jenis jenis-jenis pemeriksaan dan test pendengaran

    Alat-alat

    - Lampu kepala- Corong telinga- Otoskop- Pelilit kapas- Pengait serumen- Pinset telinga- Garputala

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    17/27

    17 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    Cara umum

    Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit kedepan dan kepala lebih tinggisedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membrane

    tympani.

    Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga, apakah terdapat tanda peradanagn atau sikatriks bekas operasi. Daun telinga ditarik ketas dan kebelkanag sehingga liang telinga menjadi lebih lurus dan

    akan mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga dan membrane tympani.

    Untuk lebih jelas pakailah otoskop. Otoskop dipegang dengan tangan kanan untukmemeriksa telinga kanan dan sebaliknya. Untuk stabil, jari kelingking diletakkan pada

    pipi pasien.

    Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat maka harus dikeluarkan.Jenis-jenis Test pendengaran

    a. Test Penala1. Test Rinne

    Adalah test untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melaluitulang telinga yang diperiksa.

    Caranya: penala digetarkan, tangkainya diletakkan diprocessus mastoid, setelah tidak

    terdengar penala dipegang didepan telinga kira-kira 2 cm. bila masih tedengar

    disebut Rinne (+). Bila tidak terdengar disebut Rinne (-).

    2. Test WeberAdalah test pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan

    kanan.

    Caranya: penala digetarkan dan tangkai kepala diletakkan digaris tengah kepala

    (diverteks, dahi, pangkal hidung, ditengah-tengah gigi seri atau didagu). Apabila

    bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi

    ketelinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan kea rah telinga mana bunyi terdengarlebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.

    3. Test SchwabachAdalah test yang membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan

    pemeriksa yang pendengarannya normal.

    Caranya: penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada processus mastoideus

    sampai tidak terdengar bunyi. Lalu tangkai penala segera dipindahkan pada processus

    mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih

    dapat mendengar disebut Schwabach memendek dan sebaliknya. Bila pemeriksa

    sama-sama mendengar disebut Schwabach sama dengan pemeriksa.

    4. Test Bing (tes Oklusi)Cara: Tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga, sehinggaterdapat tuli konduktif kira-kira 30 dB. Penala digetarkan dan duletakkan pada

    pertengahan kepala (seperti pada tes Weber). Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang

    ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif.

    5. Tes StrengerDigunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura). Cara :

    menggunakan prinsip masking. Misalnya pada seseorang yang berpura-pura tuli pada

    telinga kiri. Dua buah penala yang identik digetarkan dan masing-masing diltakkan di

    depan telinga kiri dan kanan, dengan cara tidak kelihatan oleh yang diperiksa. Penala

    pertama digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan (yang normal) sehingga

    jelas terdengar. Kemudian penala yang kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan di

    depan telinga kiri (yang pura-pura tuli). Apabila kedua telinga normal karena efek

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    18/27

    18 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi; jadi telinga kanan tidak akan

    mendengar bunyi; tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap mendengar bunyi

    b. Test BerbisikPemeriksaan ini bersifat semikuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal

    yang perlu diperhatikan adalah ruangan yang cukup tenang dengan panjang minimal 6

    meter. Pada nilai normal test berbisik 5/6-6/6.c. Audiometri Nada Murni

    1. Nada murniAdalah bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran

    per detik.

    2. BisingAdalah bunyi yang mempunyai banyak frekuensi terdiri dari spectrum berbatas dan

    spectrum luas.

    3. FrekuensiAdalah nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang sifatnya harmonis

    sederhana. Jumlah getaran per detik dinyatakan dalam Hz.

    4. Intensitas bunyiDinyatakan dalam Hz.

    5. Ambang DengarAdalah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu yang masih dapat

    didengar oleh telinga seseorang.

    6. Nilai Nol AudiometrikAdalah intensitas nada murni yang terkecil pada suatu frekuensi tertentu yang masih

    dapat didengar oleh telinga rata-rata orang dewasa muda yang normal (18-30 tahun).

    7. Notasi pada AudiogramDipakai garis Ac yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa

    anatar 125-8000 Hz); dan garis BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus

    (intensitas yang diperiksa 250-4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru

    sedangkan untuk telinga kanan dipakai warna merah.

    JENIS DAN DERAJAT KETULIAN SERTA GAP

    Dari audiogram dapat dilihat apakah pendengaran normal (N) atau tuli. Pada interpretasi

    audiogram harus ditulis:

    Telinga yang mana Apa jenis ketuliannya Bagaimana derajat ketuliannya, misalnya telinga kiri tuli campur sedangDalam menentukan derajat ketulian, yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya

    (AC) saja. Derajat ketulian ISO: 0-25 dB: normal >25-40 dB: tuli ringan >40-55 dB: tuli sedang >55-70 dB: tuli sedang berat >70-90 dB: tuli berat >90 dB: tuli sangat beratPada pemeriksaan audiometri,kadang-kadang perlu diberi masking. Suara masking, diberikan

    berupa suara seperti angina (bising), pada headphone telinga yang tidak diperiksa supaya

    telinga yang tidak diperiksa tidak dapat mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang

    diperiksa. Pemeriksaan dengan masking dilakukan apabila telinga yang diperiksa mempunyai

    pendengaranyang mencolok bedanya dari telinga yang satu lagi. Oleh karena AC pada 45 dB

    atau lebih dapat diteruskan melalui tengkorak ke telinga kontralateral, maka pada telinga

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    19/27

    19 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    kontralateral (yang tidak diperiksa) diberi bising supaya tidak mendengar bunyi yang

    diberikan pada telinga yang diperiksa

    Narrow bandnoise (NB) = masking audiometri nada murni- White noise (WN) = masking audiometri tutur (speech)Tuli Cochlea dan Tuli Retrocochleaa. Audiometri Khusus

    1. Test SISIUntuk mengetahui adanya kelainan cochlea.

    Caranya: dengan menentukan ambang dengar pasien terlebih dahulu missal 30 dB.

    Lalu diberikan rangsangan 20 dB diatas ambang rangsang menjadi 50 dB. Setelah itu

    diberikan tambahan rangsangan 5 dB lalu diturunkan 4 dB, 3 dB, 2 dB dan 1 dB. Bila

    pasien dapat membedakannya berarti Test SISI (+).

    2. Test ABLBCaranya: diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yangsama pada kedua

    telinga, sampai kedua telinga mencapai persepsi yang sama yang disebut Balans (-).

    Bila balans tercapai terdapat rekrutmen (+).3. Test Kelelahan

    Akibat perangsangan terus menerus.

    - TTPCaranya: dengan melakukan rangsangan terus-menerus pada telinga yang diperiksa

    dengan intensitas yang sesuai dengan ambang dengar missal 40 dB. Bila setelah 60

    detik masih terdengar berarti tidak ada kelelahan. Bila tidak berarti Testnya (+).

    - STATCaranya: pemeriksaan pada 3 frekuensi: 500 Hz, 1000 Hz dan 2000 hz pada 110 db

    SPL diberikan selama 60 detik dan bila dapat mendengar berarti tidak ada kelelahan.

    Bila tidak berarti ada kelelahan.4. Audiometri TuturCaranya: pasien diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape

    recorder. Pada tuli cochlea, pasien sulit untuk membedakan bunyi S, R, N, C, H, CH.

    Pada tuli retrocochlea lebih sulit.

    5. Audiometri BekessyCaranya: dengan nada yang terputus-putus. Bila ada suara masuk, maka pasien

    memencet tombol. Akan didapatkan grafik seperti gigi gergaji.

    b. Audiometri Objektif1. Audiometri Impedans

    Yang diperiksa adalah kelenturan membrane tympani dengan frekuensi tertentu pada

    meatus acusticus eksterna. Pada lesi di cochlea, ambang rangsang stapedius menurunsedangkan pada lesi di retrocochlea, ambangnya naik.

    2. ElektrokokleagrafiDigunakan untuk merekam gelombang-gelombang yang khas dari Evoke

    electropotential cochlea.

    Caranya: dengan elektroda jarum, membran tympani ditusuk sampai promontorium,

    lalu dilihat grafiknya.

    3. Evoked Response AudiometryUntuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi nervus vestibulocochlearis.

    Caranya: menggunakan 3 buah elektroda yang diletakkan di vertex/ dahi dan

    dibelakang kedua telinga atau pada kedua lobulus auricular yang dihubungkan dengan

    preamplifier.4. Otoaccustic Emission

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    20/27

    20 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    Adalah respons cochlea yang dihasilkan oleh sel-sel rambut luar yang dipancarkan

    dalam bentuk energy akustik sel-sel rambut luar dipersarafi oleh serabut eferen dan

    mempunyai elektromotilitas sehingga pergerakan sel-sel rambut akan menginduksi

    depolarisasi sel.

    Caranya: memasukkan sumbat telinga kedalam liang telinga luar. Sumbat telinga

    dihubungkan dengan computer untuk mencatat respon yang timbul dari cochlea.Gangguan Pendengaran pada Bayi dan Anak

    a. Behavioral Observation AudiometryCaranya: dilakukan pada ruangan yang cukup tenang. Sebagai sumber bunyi sederhana

    dapat digunakan tepukan tangan, tambur, bola plastic berisi air dll.

    b. TimpanometriMelalui sumbat liang telinga yang dipasang pada liang telinganya dapat diketahui

    besarnya tekanan diliang telinga berdasarkan energy suara yang dipantulkan kembali .

    oleh gendang telinga. Untuk orang dewasa/ bayi lebih dari 7 bulan, frekuensi nya 226 Hz

    sedangkan untuk bayi kurang dari 6 bulan ferkuensinya kurang dari 226 Hz.

    c. Audiometri Nada MurniDilakukan pada ruang kedap suara dengan menilai hantaran suara melalui udara melaluiheadphone pada frekuensi 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz. Hantaran suara

    melalui tulang diperiksa dengan memasang bone vibrator pada processus mastoideus

    yang dilakukan pada frekuensi 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz.

    d. Otoaccustic Emmisione. Brainstem Evoked Response Audiometry

    Perlu dipertimbangkan factor maturitas jaras saraf auditorik pad bayi dan anak yang

    usianya kurang dari 12-18 bulan karena terdapat perbedaan masa laten, amplitude dan

    morfologi gelombang dibandingkan dengan anak lebih besar dan dewasa.

    Gangguan Pendengaran pada Geriatri

    a. Tuli Konduktif pada Geriatrib. Tuli Saraf pada Geriatri

    Caranya:

    - Pemeriksaan OtoskopikTampak membrane tympani suram, mobilitasnya berkurang.

    - Test PenalaDidapatkan tuli sensorineural.

    - Pemeriksaan Audiometri Nada MurniHasilnya suatu tuli saraf nada tinggi, bilateral dam simteris.

    - Garis Ambang dengar pada AudiogramMendatar lalu berangsur menurun.

    - Audiometer TuturAdanya gangguan diskriminasi wicara.

    Tuli Mendadaka. Anamnesis

    b. Pemeriksaan fisik: tekanan darahc. Test penala: Rinne (+), Weber lateralisasi ke telinga yang sehat dan Schwabach

    memendek.

    d. Audiometri Nada Murni: tuli sensorineural ringan-berat.e. Test SISI: skor: 100 % atau kurang dari 70 %.f. Test Tone Decay: bukan tuli retrocochlea.g. Audiometri Tutur: kurang dari 100 %.

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    21/27

    21 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    h. Audiometri Impedans: timpanogram tipe A reflex stapedius ipsilateral (-)/(+) sedangkankontralateral (+).

    V. Memahami Gangguan Pendengaran Akibat Bising1. DefinisiGangguan pendengaran akibat bising (noise inducied hearing loss) merupakan gangguan

    pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bisisng yang cukup keras dalam

    jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bisisng lingkungan kerja.

    2. EtiologiBanyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpajan bising antara lain:

    - Intensitas bising yang lebih tinggi- Berfrekuensi tinggi- Lebih lama terpajan bising- Mendapat pengobatan yang bersifat racun terhadap telinga (obat ototoksik) seperti

    streptomisin, kanamisin, garamisin (golongan aminoglikosida), kina, asetosal dll.Pengaruh bising pada pekerja:Secara umum dibedakan 2 macam yaitu:

    - Pengaruh auditorial berupa tuli akibat bising dan umumnya terjadi dalamlingkungan kerja dengan tingkat kebisingan yang tinggi.

    - Pengaruh non Auditorial dapat bermacam-macam misalnya gangguan komunikasi,gelisah, rasa tidak nyaman, gangguan tidur, peningkatan tekanan darah dan lain

    sebagainya.

    3. KlasifikasiSecara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2 kategori yaitu :

    Noise Induced Temporary Threshold Shift (TTS)Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalami berbagai

    perubahan, yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaran bertambah tinggi

    pada frekuensi tinggi. Pada gambaran audiometri tampak sebagai notch yang

    curam pada frekuensi 4000 Hz, yang disebut juga acoustic notch.

    Pada tingkat awal terjadi pergeseran ambang pendengaran yang bersifat sementara,

    yang disebut juga NITTS. Apabila beristirahat diluar lingkungan bising biasanya

    pendengaran dapat kembali normal.

    Noise Induced Permanent Threshold Shift (NIPTS)Didalam praktek sehari-hari sering ditemukan kasus kehilangan pendengaran akibat

    suara bising, dan hal ini disebut dengan occupational hearing loss atau kehilanganpendengaran karena pekerjaan atau nama lainnya ketulian akibat bising industri.

    Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu bekerja

    dilingkungan bising selama 10-15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga kepada :

    o tingkat suara bisingo kepekaan seseorang terhadap suara bising

    NIPTS biasanya terjadi disekitar frekuensi 4000 Hz dan perlahan-lahan meningkat

    dan menyebar ke frekuensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan, tetapi

    apabila sudah menyebar sampai ke frekuensi yang lebih rendah (2000 dan 3000 Hz)

    keluhan akan timbul. Pada mulanya seseorang akan mengalami kesulitan untuk

    mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi bila sudah menyebar ke

    frekuensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar suara yangsangat lemah. Notch bermula pada frekuensi 3000-6000 Hz, dan setelah beberapa

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    22/27

    22 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    waktu gambaran audiogram menjadi datar pada frekuensi yang lebih tinggi.

    Kehilangan pendengaran pada frekuensi 4000 Hz akan terus bertambah dan menetap

    setelah 10 tahun dan kemudian perkembangannya menjadi lebih lambat.

    4. Patofisiologia. Pengaruh kebisingan pada pendengaranPerubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekuensi bunyi,

    intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa:

    AdaptasiBila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu

    oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi

    karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.

    Peningkatan ambang dengar sementaraTerjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan akan

    kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa

    jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang

    pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz, tetapi bilapemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara

    akan menyebar pada frekuensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu

    pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap

    individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas masing-

    masing individu.

    Peningkatan ambang dengar menetapKenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama

    terjadi pada frekuensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan

    bersifat permanen, tidak dapat disembuhkan. Kenaikan ambang pendengaran yang

    menetap dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yangmengatakan baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita

    mungkin tidak menyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru

    diketahui setelah dilakukan pemeriksaan audiogram.

    Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh

    setelahistirahat beberapa jam (1-2 jam). Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu

    yang cukup lama (10-15 tahun) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ

    Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelas terjadinya,

    tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat

    mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan

    degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Akibatnya terjadi kehilangan

    pendengaran yang permanen. Umumnya frekuensi pendengaran yang mengalamipenurunan intensitas adalah antara 3000-6000 Hz dankerusakan alat Corti untuk

    reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekuensi 4000 Hz (4 K notch).

    Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi, sehingga pada tahap awal tidak

    disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat dibuktikan dengan pemeriksaan

    audiometri. Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus berlangsung dalam

    waktu yang cukup lama, akhirnya pengaruh penurunan pendengaran akan menyebar

    ke frekuensi percakapan (500-2000 Hz). Pada saat itu pekerja mulai merasakan

    ketulian karena tidak dapat mendengar pembicaraan sekitarnya.

    5. PatogenesisTuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut. Daerahyang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degenerasi

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    23/27

    23 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel

    rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi.

    Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak

    kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah

    basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan

    parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-selpenunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat

    timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada

    batang otak.

    Perubahan anatomi yang berhubungan dengan paparan bisingDari sudut makromekanikal ketika gelombang suara lewat, membrana basilaris meregang

    sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian tengahnya tidak disokong. Pada daerah

    ini terjadi penyimpangan yang maksimal. Sel-sel penunjang disekitar sel rambut dalam

    juga sering mengalami kerusakan akibat paparan bising yang sangat kuat dan hal ini

    kemungkinan merupakan penyebab mengapa baris pertama sel rambut luar yang bagian

    atasnya bersinggungan dengan phalangeal process dari sel pilar luar dan dalam

    merupakan daerah yang paling sering rusak.Saluran transduksi berada pada membran plasma pada masing-masing silia, baik didaerah

    tip atau sepanjang tangkai (shaft), yang dikontrol oleh tip links, yaitu jembatan kecil

    diantara silia bagian atas yang berhubungan satu sama lain. Gerakan mekanis pada

    barisan yang paling atas membuka ke saluran menyebabkan influks K+ dan Ca++dan

    menghasilkan depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah yang berlawanan akan

    menutup saluran serta menurunkan jumlah depolarisasi membran. Apabila depolarisasi

    mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa intraseluler. Telah diketahui bahwa sel

    rambut luar memiliki sedikit afferen dan banyak efferen. Gerakan mekanis membrana

    basilaris merangsang sel rambut luar berkontraksi sehingga meningkatkan gerakan pada

    daerah stimulasi dan meningkatkan gerakan mekanis yang akan diteruskan ke sel rambut

    dalam dimana neurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar mengurangi sensitifitas

    dari bagian koklea yang rusak.

    Kekakuan silia berhubungan dengan tip links yang dapat meluas ke daerah basal melalui

    lapisan kutikuler sel rambut. Liberman dan Dodds (1987) memperlihatkan keadaan akut

    dan kronis pada awal kejadian dan kemudian pada stimulasi yang lebih tinggi, fraktur

    daerah basal dan hubungan dengan hilangnya sensitifitas saraf akibat bising.Fraktur

    daerah basal menyebabkan kematian sel.

    Paparan bising dengan intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia, tanpa

    fraktur daerah basal atau kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara dengan intensitas

    tinggi dapat menyebabkan kerusakan tip links sehingga menyebabkan kerusakan yang

    berat, fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel yang irreversibel.Perubahan Histopatologi Telinga Akibat KebisinganLokasi dan perubahan histopatologi yang terjadi pada telinga akibat kebisingan adalah

    sebagai berikut :

    Kerusakan pada sel sensoriso degenerasi pada daerah basal dari duktus kokleariso pembengkakan dan robekan dari sel-sel sensoriso anoksia

    Kerusakan pada stria vaskularisSuara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan stria vaskularis oleh

    karena penurunan bahkan penghentian aliran darah pada stria vaskularis dan ligamen

    spiralis sesudah terjadi rangsangan suara dengan intensitas tinggi. Kerusakan pada serabut saraf dan nerve ending

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    24/27

    24 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    Keadaan ini masih banyak dipertentangkan, tetapi pada umumnya kerusakan ini

    merupakan akibat sekunder dari kerusakan-kerusakan sel-sel sensoris.

    Hidrops endolimf6. Gejala Klinis

    - Terjadi kurang pendengaran disertai tinnitus- Bila berat disertai keluhan sukar menangkap percakapan dengan kekerasan biasa dan

    bila sudah lebih berat percakapan yang keras pun sukar dimengerti.

    - Secara klinis pajanan bising pada ogan dapat menimbulkan reaksi adaptasi,peningkatan ambang dnegar sementara dan peningkatan ambang dengar menetap.

    a. Reaksi AdaptasiAdalah respons kelelahan akibat rangsangan oleh bunyi dengan intensitas 70 dB

    SPL atau lebih kecil.

    b. Peningkatan ambang dengar sementaraAdalah keadaan terdapatnya peningkatan ambang dengar akibat pajanan bising

    dengan intensitas yang cukup tinggi.

    c. Peningkatan ambang dengar menetapd. Adalah keadaan dimana terjadi peniongkatan ambang dengar menetap akibat

    pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi berlangsung singkat/ berlangsung

    lama yang menyebabkan kerusakan pada pelbagai stuktur cochlea antara lain

    kerusakan organ Corti, sel-sel rambut, stria vaskularis dll.

    7. Diagnosisa. Anamnesis

    Pernah bekerja atau sedang bekerja dilingkungan bising dalam jangka waktu yang

    cukup lama biasanya 5 tahun atau lebih.

    b. Pemeriksaan OtoskopikTidak ada Kelainan.

    c. Pemeriksaan Audiologi- Test Rinne (+)- Test Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik- Test Schwabach memendek

    d. Pemeriksaan Audiometri Nada MurniDidapatkan tuli sensorineural pada frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi

    4000 Hz sering terdapat takik yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.

    e. Pemeriksaan Audiologi Khusus (SISI, ABLB, MLB, Audiometri Bekessy,Audiometri Tutur)

    Menunjukkan adanya rekrutmen yang patognomonik untuk tuli sensorineural cochlea.

    8. Penatalaksanaan Dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak, dapat dipergunakan alat pelindung telinga (ear plug, ear muff dan helmet). Karena menetap dan sulit berkomunikasi maka dapat dicoba pemasangan alat bantu

    dengar/ ABD (hearing aid).

    Bila pendengarannya sedemikian buruk sehingga ABD pun tidak maka perlupsikoterapi untuk menerima keadaannya.

    Latihan pendengaran, membaca ucapan bibir, mimik dan gerakan anggota badan. Rehabilitasi suara karena pasien mendengar suaranya sendiri sangat lemah sehingga

    pasien dapat mengendalikan volume tinggi rendah dan irama percakapan.

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    25/27

    25 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    9. PrognosisKarena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural cochlea yang

    sifatnya menetap dan tidak dapat diobati dengan obat atau pun pembedahan maka

    prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya

    ketulian.

    10.Pencegahan Bising lingkungan kerja, dengan meredam sumber bunyi. Jika bising akibat alat-alat (mesin tenun, kilang minyak) maka pekerja tersebut harus

    dilindungi oleh alat pelindung bising (sumbat telinga, tutup telinga dan pelindung

    kepala).

    Adanya ketentuan pekerja di lingkungan bising yang berintensitas lebih dari 85 dBtanpa menimbulkan ketulian.

    Penyelenggaran Program Konservasi Pendengaran untuk mencegah atau mengurangitenaga kerja dari kerusakan atau kehilangan pendengaran akibat kebisingan ditempat

    kerja.

    Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah untuk mencegah terjadinya

    NIHL yang disebabkan oleh kebisingan di lingkungan kerja. Program ini terdiri dari 3

    bagian yaitu :

    Pengukuran pendengaranTest pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :

    o Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.o Pengukuran pendengaran secara periodik.

    Pengendalian suara bisingDapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

    o Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai ear muff (tutuptelinga), ear plugs (sumbat telinga) dan helmet (pelindung kepala).

    o Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukan dengan cara : memasang peredam suara menempatkan suara bising (mesin) di dalam suatu ruangan yang terpisah dari

    pekerja

    Analisa bisingAnalisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai intensitas bising, frekuensi

    bising, lama dan distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan bising. Alat utama

    dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter.

    Batas pajanan bising yang diperkenankan sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja

    1999

    Lama pajan/hari Intensitas dalam dBJam 24 80

    16 82

    8 85

    4 88

    2 91

    1 94

    Menit 30 97

    15 100

    7,50 103

    3,75 1061,88 109

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    26/27

    26 | Skenario 2 Panca Indera R.A. Wita Ferani K. 1102009229

    0,94 112

    Detik 28,12 115

    14.06 118

    7,03 121

    3,52 124

    1,76 1270,88 130

    0,44 133

    0,22 136

    0,11 139

    VI.Menjaga Telinga dan Pendengaran Berdasarkan Ajaran IslamTak kalah pentingnya adalah menjaga telinga dari mendengar segala sesuatu yang

    menjurus kepada maksiat. Mereka yang termasuk kelompok ini tidak akan asyik duduk

    bersama orang-orang yang terlibat dalam perbincangan yang sia-sia. Termasuk perbuatan sia-sia adalah mendengar lagu-lagu yang syairnya tidak mengantarkannya pada mengenal

    kebesaran Allah. Mereka juga meninggalkan percakapan penyiar dan penyair yang

    menghambur-hamburkan kata tanpa makna.

    Mereka segera meninggalkan orang yang sedang ghibah, apalagi memfitnah, karena

    mereka sadar bahwa orang yang mengghibah dengan orang yang mendengar ghibah itu sama

    nilai dosanya. Maka alternatifnya hanya dua, yaitu mengingatkan atau meninggalkan majelis

    tersebut.

    Dalam hal ini Allah berfirman; Maka janganlah kamu duduk bersama mereka sampai

    mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat

    demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka. [QS. An-Nisaa: 140]

    Di bulan Ramadhan, kelompok ini juga menutup telinganya rapat-rapat dari segala suarayang dapat mengganggu konsentrasinya dalam mengingat Allah. Sebaliknya, mereka

    membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengar ayat-ayat suci al-Quran, mendengar

    majelis talim, mendengar kalimat-kalimat thayibah, dan mendengar nasehat-nasehat agama.

    Ketekunan dan kesibukan menyimak kebaikan dengan sendirinya akan mengurangi

    kecendrungan mendengar sesuatu yang sia-sia, apalagi yang merusak nilai ibadahnya.

    Allah taalaa ketika menyebutkan kata pendengaran dalam Al-Quran selalu

    didahulukan daripada penglihatan. Sungguh, ini merupakan satu mujizat Al-Quran yang

    mulia. Allah telah mengutamakan dan mendahulukan pendengaran daripada penglihatan.Sebab, pendengaran adalah organ manusia yang pertama kali bekerja ketika di dunia, juga

    merupakan organ yang pertama kali siap bekerja pada saat akhirat terjadi. Maka pendengaran

    tidak pernah tidur sama sekali.Sesunguhnya pendengaran adalah organ tubuh manusia yang pertama kali bekerja ketika

    seorang manusia lahir di dunia. Maka, seorang bayi ketika saat pertama kali lahir, ia bisa

    mendengar, berbeda dengan kedua mata. Maka, seolah Allah taalaa ingin mengatakan

    kepada kita, Sesungguhnya pendengaran adalah organ yang pertama kali mempengaruhi

    organ lain bekerja, maka apabila engkau datang disamping bayi tersebut beberapa saat lalu

    terdengar bunyi kemudian, maka ia kaget dan menangis. Akan tetapi jika engkau dekatkan

    kedua tanganmu ke depan mata bayi yang baru lahir, maka bayi itu tidak bergerak sama

    sekali (tidak merespon), tidak merasa ada bahaya yang mengancam. Ini yang pertama.

    Kemudian, apabila manusia tidur, maka semua organ tubuhnya istirahat, kecuali

    pendengarannya. Jika engkau ingin bangun dari tidurmu, dan engkau letakkan tanganmu di

    dekat matamu, maka mata tersebut tidak akan merasakannya. Akan tetapi jika ada suaraberisik di dekat telingamu, maka anda akan terbangun seketika. Ini yang kedua.

  • 7/29/2019 116370727-pbl-Telinga

    27/27

    Adapun yang ketiga, telinga adalah penghubung antara manusia dengan dunia luar. Allah

    taalaa ketika ingin menjadikan ashhabul kahfi tidur selama 309 tahun, Allah berfirman:

    Maka Kami tutup telinga-telinga mereka selama bertahun-tahun (selama 309 tahun).

    (Q.S. Al-Kahfi: 11)

    Dari sini, ketika telinga tutup sehingga tidak bisa mendengar, maka orang akan tertidur

    selama beratus-ratus tahun tanpa ada gangguan. Hal ini karena gerakan-gerakan manusiapada siang hari menghalangi manusia dari tidur pulas, dan tenangnya manusia (tanpa ada

    aktivitas) pada malam hari menyebabkan bisa tidur pulas, dan telinga tetap tidak tidur dan

    tidak lalai sedikitpun.

    Dan di sini ada satu hal yang perlu kami garis bawahi, yaitu sesungguhnya Allah

    berfirman dalam surat Fushshilat:

    Dan kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian yang dilakukan oleh

    pendengaranmu, mata-mata kalian, dan kulit-kulit kalian terhadap kalian sendiri, bahkan

    kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan.

    (Q.S. Fushshilat: 22)

    Jadi, setiap kita memiliki mata, ia melihat apa saja yang ia mau lihat; akan tetapi kita

    tidak mampu memilih hal yang mau kita dengarkan, kita mendengarkan apa saja yangberbunyi, suka atau tidak suka, sehingga pantas Allah taalaa menyebutkan kalimat

    pandangan dalam bentuk jamak, dan kalimat pendengaran dalam bentuk tunggal,

    meskipun kalimat pendengaran didahulukan daripada kalimat penglihatan. Maka

    pendengaran tidak pernah tidur atau pun istirahat. Dan organ tubuh yang tidak pernah tidur

    maka lebih tinggi (didahulukan) daripada makhluk atau organ yang bisa tidur atau istirahat.

    Maka telinga tidak tidur selama-lamanya sejak awal kelahirannya, ia bisa berfungsi sejak

    detik pertama lahirnya kehidupan yang pada saat organ-organ lainnya baru bisa berfungsi

    setelah beberapa saat atau beberapa hari, bahkan sebagian setelah beberapa tahun kemudian,

    atau pun 10 tahun lebih.

    DAFTAR PUSTAKA

    Guyton A.C. Physiology of The Human Body. 11th ed. Philadelphia: W.B. Saunders

    Company. 2003.

    Indrana ilma. Pendengaran menurut Islam.www.wordpress.com

    Junqueira, Luiz Carlos dan Jose Carneiro. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Jakarta: EGC

    Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

    Murni Rambe, AY. 2003. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Fakultas Kedokteran

    Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Universitas Sumatera Utara.

    http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-andrina1.pdfPrihardini D, dkk. Sensori dan Persepsi Auditif. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan

    Universitas Pendidikan Indonesia. 2010 (Sherwood, L. 2007; Guyton A.C. 2003.

    Prihardini D, dkk. 2010)

    Sherwood, Lauralee. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson Corporation. 2007

    Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta EGC

    Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

    Kepala dan Leher. Jakarta: FKUI

    http://www.wordpress.com/http://www.wordpress.com/http://www.wordpress.com/http://www.wordpress.com/