3
Elektron nirpasangan Pembawa sifat paramagnetik Elektron nirpasangan Pembawa sifat paramagnetik 6 pasang elektron Dari 6 ligan fluorida Spesies : konfigurasi elektronik Ni 2+ : [ 18 Ar] __ __ __ _ _ __ __ __ __ [NiCl 4 ] 2- : [ 18 Ar] __ __ __ _ _ __ __ __ __ [Ni(CN) 4 ] 2- : [ 18 Ar] __ __ __ __ __ __ __ __ __ diamagnetik Dua macam sifat paramagnetik dan diamagnetik juga ditunjukkan oleh ion Co 3+ dalam senyawa kompleks oktahedron (bilangan koordinasi enam), [CoF 6 ] 3- dan [Co(NH 3 ) 6 ] 3+ . Ion Co 3+ dalam kedua ion kompleks ini, masing-masing mengadopsi hibridisasi sp 3 d 2 dan d 2 sp 3 , dengan konfigurasi elektronik sebagai berikut: Spesies : konfigurasi elektronik Co 3+ : [ 18 Ar] __ _ _ _ _ __ __ __ __ __ __ [CoF 6 ] 3- : [ 18 Ar] __ _ _ _ _ __ __ __ __ __ __ . . . . 3d 4p 4s 3d 8 sp 3 . 3d 8 dsp 2 . . . . . . 3d 4p 4s 4d 3d

118-119 anor INA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dgfhgh

Citation preview

Elektron nirpasanganPembawa sifat paramagnetikSpesies: konfigurasi elektronik

............Ni2+: [18Ar] __ __ __ _ _____ __ __

3d84s4p

[NiCl4]2-: [18Ar] __ __ __ _ ___ __ __ __

3d8sp3

...[Ni(CN)4]2-: [18Ar] __ __ __ ____ __ __ __ __diamagnetik

dsp23d8

Dua macam sifat paramagnetik dan diamagnetik juga ditunjukkan oleh ion Co3+ dalam senyawa kompleks oktahedron (bilangan koordinasi enam), [CoF6]3- dan [Co(NH3)6]3+. Ion Co3+ dalam kedua ion kompleks ini, masing-masing mengadopsi hibridisasi sp3d2 dan d2sp3, dengan konfigurasi elektronik sebagai berikut:

Elektron nirpasanganPembawa sifat paramagnetikSpesies: konfigurasi elektronik

..................Co3+: [18Ar] __ _ _ _ ___ __ __ ____ __

4d4p4s3d6

6 pasang elektronDari 6 ligan fluorida

3d6[CoF6]3-: [18Ar] __ _ _ _ ___ __ __ __ __ __

sp3d2

6 pasang elektronDari 6 ligan amina

3d6d2 sp3[Co(NH3)6]3+: [18Ar] __ __ ____ __ __ __ __ __diamagnetik

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa teori ikatan valensi dengan konsep hibridisasi, cukup baik untuk menjelaskan bentuk geometri molekul maupun sifat magnetik senyawa kompleks. Lagi pula, konsep hibridisasi ini dapat menunjukkan adanya dua kemungkinan konfigurasi elektronik dx dengan spin terpasang (spin paired) sehingga menghasilkan kompleks spin rendah (low-spin, ls), seperti pada [Ni(CN)4]2- dan [Co(NH3)6]3-, maupun spin bebas (spin free) sehingga menghasilkan senyawa kompleks spin tinggi (high spin, hs), seperti pada [NiCl4]2- dan [CoF6]3-. Namun demikian, teori ini tidak menjelaskan pemilihan hibridisasi sehingga menghasilkan kedua macam kompleks tersebut.Lebih lanjut Pauling mengidentifikasi adanya kompleks orbital dalam (inner orbital complex) dan kompleks orbital luar (outer orbital complex). Dalam kompleks pertama dari contoh terakhir, aton pusat Co(III) membentuk orbital hibrida dengan menggunakan orbital d sebelah dalam relatif terhadap orbital s yaitu (n-1)d2 ns np3 atau d2sp3. Dalam kompleks kedua atom pusat mengalami hibridisasi dengan menggunakan orbital d sebelah luar yaitu ns np3 nd2 atau sp3d2. Selain itu Pauling juga mengidentifikasi bahwa pada senyawa kompleks orbital luar yang bersifat spin tinggi, interaksi antara atom pusat dengan ligan bersifat ionik. Hal ini karena tidak melibatkan adanya perubahan konfigurasi elektronik 3dx bagi atom pusat dalam senyawa kompleks maupun dalam garam normalnya. Misalnya, garam normal CoCl3 bersifat ionik dan spin tinggi, maka senyawa kompleks [CoF6]3- yang bersifat spin tinggi tentulah juga bersifat ionik. Sebaliknya pada kompleks orbital dalam yang bersifat spin rendah seperti pada [Co(NH3)6]3+, interaksi atom pusat dengan ligan dianggap bersifat kovalen atau molekular, karena pada kompleks ini elektron-elektron 3dx dipaksa berpasangan sehingga menghasilkan konfigurasi elektronik yang berbeda dari garam normalnya.Klasifikasi Pauling tersebut jelas sembarangan dan menyesatkan karena istilah ionik dan kovalen (molekular) seharusnya