49
PSORIASIS disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakoterapi Disususn Oleh : Fauziah Nisa Tanjung 3351121021 Lyra Aulia Arimbie 3351121030 Andri Setiawan 3351121032 Khrisdiany Hidayah 3351121055 Cahyati Purbasari 3351111420 Irwan Hilmy 3351111418 Mei frisda 3351111427 Kelas A Program Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jendral Ahmad Yani Cimahi 2013

119510717 Makalah Psoriasis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PSORIASI

Citation preview

PSORIASIS

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakoterapi

Disususn Oleh :

Fauziah Nisa Tanjung 3351121021

Lyra Aulia Arimbie 3351121030

Andri Setiawan 3351121032

Khrisdiany Hidayah 3351121055

Cahyati Purbasari 3351111420

Irwan Hilmy 3351111418

Mei frisda 3351111427

Kelas A

Program Profesi ApotekerFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Jendral Ahmad YaniCimahi

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPsoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami

proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang

untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang. Berbeda dengan pergantian kulit

pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat

minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat

yaitu sekitar 2–4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang

banyak dan menebal.

Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan

(insidens rate)yang berbeda. Segi umur, Psoriasis dapat mengenai semua usia,

namun biasanya lebih kerap dijumpai pada dewasa.

Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen

penduduk. Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui.

Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001,

insiden psoriasis mencapai 2,3 persen. Penyakit ini tidak mengenal usia, semua

umur dapat terkena. Tapi puncak insidensinya di usia dua puluhan dan lima

puluhan.

Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan

menyerang salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang yang

sama untuk terserang penyakit ini.

B. TujuanTujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran

yang nyata tentang penyakit psoriasis dan tentang pelaksanaan Askep pada klien

dengan psoriasis dengan menggunakan metode keperawatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 definisi

Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana

penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini

secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena

timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan

kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (Effendy, 2005)

Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa

bercak-bercak eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis

berwarna putih mengkilat.(Siregar, 2005).

2.2 Prevalensi

Psoriasis merupakan salah satu peradangan kulit yang sering terjadi dan

terdapat di seluruh dunia, prevalensi penyakit ini bervariasi pada setiap negara di

dunia, hal ini mungkin dikarenakan adanya faktor ras, geografi dan lingkungan.

Prevalensinya mulai dari 0,1% hingga 11,8%. Di literatur lain ada yang

menyebutkan 1-3% dari penduduk di negara-negara Eropa dan Amerika Utara

pernah menderita psoriasis. Dan ada lagi literatur yang melaporkan 1,5-3%

populasi di Eropa dan Amerika Utara pernah menderita psoriasis dan jarang

dijumpai pada Negara Afrika dan Jepang. Angka kejadian pada laki-laki dan

perempuan sama. Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi dari pada orang yang

memiliki kulit berwarna, kasus psoriasis jarang dilaporkan pada bangsa Indian di

Amerika maupun bangsa Afrika. Karena kebanyakan penderita psoriasis memiliki

lesi-lesi yang tak hilang seumur hidupnya. Data nasional prevalensi psoriasis di

Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama

tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 persen.

Psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang

dewasa muda. Awitan penyakit ini umumnya kurang pada usia yang sangat muda

dan orang tua. Dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20 – 30

tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 – 60 tahun. Psoriasis lebih

banyak dijumpai pada daerah dingin dan terjadi pada musim hujan.

2.3 kulit

Kulit dalah bagian tubuh paling luar. Segala kotoran, sinar matahari, asap

kendaraan yang menempel, akan berpengaruh. Kulit terdiri atas tiga bagian utama,

yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis terdiri dari stratum korneum

yang kaya akan keratin, stratum lucidum, stratum granulosum yang kaya akan

keratohialin, stratum spinosum dan stratum basal yang mitotik. Dermis terdiri dari

serabut-serabut penunjang antara lain kolagen dan elastin. Sedangkan hipodermis

terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah

bening. pada kesehatan kulit.

Gambar 2.1 Struktur kulit

Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan

Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas

dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum

dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari

luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri,

mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi

mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.

Lapisan dermis ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung

saraf, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan

keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap

hai, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung

air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ

penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit

penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.

Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan

pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan

memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar

keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara

penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga

kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah,

kelenjar keringat tidak aktid dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada

keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan

sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami

kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus.

2.4 Diagnosis

• Diagnosis dilakukan berdasarkan penemuan lesi psoriasis pada pemeriksaan

fisik.

• Riwayat medis pasien psoriasis seharusnya meliputi informasi mengenai

onset dan durasi lesi, adanya riwayat keluarga psoriasis, adanya faktor

pemicu, adanya faktor terapi antipsoriasis terdahulu (jika ada) yang

dilengkapi dengan data efikasi serta efek samping paparan terhadap senyawa

kimia dan toksin, serta riwayat alergi (makanan, obat, dan lingkungan).

• Biopsi kulit terhadap lesi juga berguna dalam mengkonfirmasi diagnosis.

2.5 Gejala Klinis

Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin

melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu di

seluruh bagian kulit tubuh, kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat

tertentu saja, karena pergiliran sel-sel kulit bagian lainnya berjalan normal. Lesi

kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat-tempat yang mudah terkena

trauma antara lain : siku, lutut, sakrum, kepala dan genitalia, berupa makula

eritematus dengan batas jelas, tertutup skwama tebal dan transparan yang lepas

pada bagian tetapi dan lekat di bagian tengah. Skwama ini selalu menunjukkan

gambaran menebal yang konstan dan perlekatannya kendor.

Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk makula yaitu berupa

bercak yang dapat bulat atau oval dengan diameter satu sampai beberapa

sentimeter. Bentuk ini akan statis dalam jangka waktu yang lama yang apabila

terjadi eksaserbasi dapat memberikan perubahan bentuk klinik yang bermacam-

macam antara lain : bentuk anular, gyrata folikularis, gutara dan punktata.

Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe. Penyakit psoriasis dapat

disertai dengan atau tanpa rasa gatal. Kulit dapat membaik seperti kulit normal

lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman bekas psoriasis.

Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi

serius, seperti pada psoriasis artropi yaitu psoriasis yang menyerang sendi,

psoriasis bernanah (psoriasis pustulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi

merah disertai badan menggigil (eritroderma). Selain itu psoriasis dapat

menyerang kuku dimana permukaan kuku menjadi keruh, kekuning-kuningan dan

terdapat cekungan-cekungan/pitting atau titik-titik/punctate, menebal dan terdapat

subungual hiper keratosis sehingga kuku terangkat dari dasarnya. Dalam hal ini

kuku tangan lebih sering diserang daripada kuku kaki. Psoriasis dapat menyerang

mukosa dan sendi-sendi terutama sendi kecil.

Vlek phernomena (phenomena bercak lilin) yaitu bila skuama psoriasis

dikerok akan terlihat warna keruh seperti kerokan lilin. Koebner phernomena :

bila pada kulit yang masih normal terkenal trauma maka akan timbul lesi baru

yang bersifat sama dengan lesi yang telah ada. Sifat seperti ini juga ditemukan

pada lichen planus, lichen nitidus, veruka plana dan eksematoid dermatitis.

2.6 Etiologi

Penyebab psoriasis adalah auto imun, terdapat predisposisi genetik tetapi

secara pasti diturunkannya tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu

penyakit keturunan dan juga berhubungan dengan kekebalan dan respon

peradangan. Diketahui faktor utama yang menunjang penyebab psoriasis adalah

hiperplasia sel epidermis. Penyelidikan sel kinetik menunjukkan bahwa pada

psoriasis terjadi percepatan proliferasi sel-sel epidermis serta siklus sel

germinatum lebih cepat dibandingkan sel-sel pada kulit normal. Pergantian

epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over time epidermis

normalnya adalah 28-56 hari.. Faktor genetik sangat berperan, dimana bila orang

tuanya tidak menderita psoriasis, resiko untuk mendapat psoriasis 12 %,

sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita psoriasis resikonya

mencapai 34-39 %. Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa

psoriasis berkaitan dengan HLA. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe :

Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan

HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6 sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan

lambat bersifat nonfamilial dan berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan

Psoriasis Pustulosa berkorelasi dengan HLA-B27. Psoriasis merupakan kelainan

multifaktorial dimana faktor genetik dan lingkungan memegang peranan penting.

Ada beberapa faktor – faktor yang dapat mencetuskan psoriasis, yaitu :

1. Trauma: Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat menimbulkan

psoriasis. Trauma pada epidermis maupun dermis seperti

bekas garukan, bekas luka, dll dapat menimbulkan lesi

psoriasis pada tempat tersebut (fenomena Koebner).

2. Infeksi: Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis

dalam 2-3 minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal

yang mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah

Psoriasis Gutata, sedangkan hubungannya dengan Psoriasis Vulgaris tidak

jelas dan pernah di laporkan kasus-kasus Psoriasis Gutata yang sembuh

setelah diadakan tonsilektomi. Streptococcus pyogenes telah diisolasi

sebanyak 26 % pada Psoriasis Gutata Akut, 14 % pada pasien Psoriasis

Plak, dan 16 % pada pasien Psoriasis Kronik.

3. Stres : Dalam penyelidikan klinik, sekitar 30-40 % kasus terjadi

perburukan oleh karena stres. Stres bisa merangsang kekambuhan

psoriasis dan cepat menjalar bila kondisi pasien tidak stabil. Pada anak-

anak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan stres terjadi lebih dari 90 %.

Stres psikis merupakan faktor pencetus utama. Tidak ditemukan gangguan

kepribadian pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan bahwa stres

psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima terapi

dan dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada kasus berat.

4. Alkohol : Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat

psoriasis tetapi pendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini

muncul berdasarkan observasi pecandu alkohol yang menderita psoriasis.

Peminum berat yang telah sampai pada level yang membayakan kesehatan

sering ditemukan pada pasien psorasis berat laki-laki dibandingkan

penderita psorasis lainnya. Kemungkinan alkohol yang berlebihan dapat

mengurangi kemampuan pengobatan dan juga adanya gejala stres

menyebabkan parahnya penyakit kulit.

5. Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan

menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada

masa pasca partus memburuk.

2.7 Manifestasi Klinik

Lesi psoriasis seringkali asimptomatik, tetapi sekitar 25% pasien

mengeluhkan pruritus. Lesi dikarakterisasi dengan adanya garis yang luas,

papula, dan plak eritema dengan batas yang jelas yang seringkali dilapisi oleh

sisik tipis berwarna perak-putih. Lesi awal biasanya berupa papul kecil yang

kemudian membesar dan membentuk plak. Jika sisik tipis tersebut hilang, lesi

yang berwarna salmon-pink akan terpapar, mungkin disertai dengan

pendarahan yang berasal dari kapiler dermal yang berada dekat sekali dengan

permukaan lesi psoriasis.

Psoriasis pada kulit kepala bermula dari pengelupasan yang menyebar

pada daerah kulit kepala yang eritema hingga plak yang menebal disertai

eksudat, mikroabses, serta fisura (retakan). Lesi pada leher, punggung, lengan

dan kaki dapat berupa lesi yang menyeluruh, menyebar, atau seperti tetesan

atau berupa plak besar. Lesi juga bisa didapati pada telapak tangan, telapak

kaki, wajah serta alat genital. Kuku yang diserang seringkali berbintik-bintik

dan dihubungkan dengan material keratotik di bawah lapisan kuku. Dapat

terlihat warna kuning di bawah lempeng kuku.

Psoriasis artritis merupakan suatu kesatuan yang berbeda secara klinik

yang mana terjadi baik lesi psoriasis maupun gejala yang menyerupai artritis

inflamasi. Umumnya bagian yang diserang meliputi pergelangan distal

interfalangeal dan kuku yang berdekatan, tetapi dapat juga meliputi lutut, siku,

pergelangan tangan, serta pergelangan kaki.

2.8 Patofisiologi

Mekanisme imun yang diperantai oleh sel memainkan peranan penting

dalam perkembangan psoriasis. Aktivasi imun yang diperantai oleh sel T

inflamator pada kulit membutuhkan dua sinyal sel T yang dimediasi oleh interaksi

sel-sel antara permukaan protein dengan APC (antigen-presenting cells), seperti

sel dendritik dan makrofag. Sinyal pertama merupakan interaksi antara reseptor

sel T dengan antigen yang diperkenalkan oleh APC, sedangkan sinyal kedua

(disebut sebagai konstimulasi) diperantai oleh berbagai interaksi permukaan.

Ketika sel T diaktivasi, sel tersebut bermigrasi dari nodus limfa dan aliran

darah ke kulit dan mensekresikan berbagai sitokin, terutama interferon-γ dan

interleukin-2, yang menginduksi perubahan patologis yang dikenal sebagai

psoriasis. Keratinosit lokal dan neutrofil menginduksi dihasilkannya sitokin lain,

seperti TNF-α (tumor necrosis factor-α) dan IL-8 (interleukin-8).

Sebagai akibat dari produksi dan aktivasi sel T patogenik, sel epidermal

psoriasis berproliferasi pada laju 7x lebih cepat daripada sel epidermal normal.

Proliferasi sel epidermal rupanya meningkat juga pada kulit normal pasien yang

beresiko psoriasis.

Genetik merupakan komponen yang berpengaruh secara signifikan pada

psoriasis. Studi terhadap antigen histokompatibilitas pada pasien psoriasis

mengindikasikan hubungan yang signifikan, terutama HLA-Cw6, yakni psoriasis

kemungkinan berkembang 9-15 kali lebih tinggi apabila terdapat hubungan

keluarga.

Iklim, stres, alkohol, merokok, infeksi, trauma, dan obat-obatan tertentu

dapat memperburuk psoriasis pada 80% pasien, sedangkan 90% pasien memburuk

pada cuaca dingin. Lesi psoriasis dapat berkembang pada daerah luka (seperti

bekas menggosok, pengambilan darah, gigitan serangga, operasi) pada kulit yang

nampak normal (respon Koebner). Litium karbonat, inhibitor ACE, tetrasiklin,

serta interferon dilaporkan dapat memperparah psoriasis.

2.9 Bentuk Klinis

Psoriasis dibagi menjadi bebrapa macam sesuai dengan gejala yang di timbulkan.

1. Plak Psoriasis ( Psoriasis Vulgaris )

Seorang penderita psoriasis vulgaris, umumnya terlihat kulit ketika sedang

terkelupas, merah dan mengelupas, kemudian mendapatkan menangis lesi dan

skala pada daerah yang terkena. Plak psoriasis, atau psoriasis vulgaris, merupakan

jenis yang paling umum terjadi pada hampir 80% pasien psoriasis. Hal ini ditandai

dengan merah, keras, patch mengangkat dan benjolan kecil yang memiliki tebal,

plak putih dan bersisik keperakan.

Para plak sering berkembang pada, kulit kepala punggung bawah, siku dan

lutut. Mereka juga dapat muncul pada lengan dada, dan kaki tetapi jarang pada

wajah. Dalam beberapa kasus, mereka berada di daerah terisolasi atau terpisah

dari tubuh, atau bentuk bersama.

Karena banyak kasus psoriasis dirugikan sebagai ketombe pada kulit

kepala, psoriasis kulit kepala diciptakan sebagai bentuk psoriasis plak. Psoriasis

kulit kepala memberikan ketidaknyamanan fisik seperti gatal tak tertahankan,

dengan lesi mengangkat dan membangun-up dari skala yang mengelupas seperti

ketombe, membuat kulit kepala meradang dan bengkak.

2. Psoriasis Gutata (Guttate)

Psoriasis Guttate (GUH-tate) adalah salah satu bentuk dari psoriasis yang

mulai timbul sejak waktu anak-anak atau remaja. kata guttate berasal dari bahasa

Latin yang berarti “jatuh”.(drop). Bentuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik

merah kecil di kulit. bercak (lesions) guttate biasanya timbul pada badan dan kaki.

Bintik-bintik ini biasanya tidak setebal atau bersisik seperti bercak-bercak

(lesions) pada psoriasis plak.

Guttate psoriasis ditandai dengan bintik-bintik kecil dan merah atau

benjolan pada kulit yang muncul secara bersamaan sering setelah beberapa infeksi

virus pernapasan atas atau infeksi bakteri. Bintik-bintik yang hadir sebagian besar

pada bagian dada dan anggota badan. Kadang-kadang, mereka muncul di lengan

dan kulit kepala juga. Guttate psoriasis dikaitkan dengan infeksi radang

tenggorokan, luka kulit dan cacar air. Dan karena itu ditandai dengan kecil, air-

drop-berbentuk luka, bentuk ini sering salah didiagnosis sebagai ruam reaksi

alergi atau ruam demam. psoriasis guttate ketika luka tidak hanya biasa tetapi

ditutupi oleh sisik halus yang sedikit lebih tipis dari plak yang khas.

3. Psoriasis Inversa

Inversa psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal paha, dibawah payudara,

dan di lipatan-lipatan kulit di sekitar kemaluan dan panggul. Tipe psoriasis ini

pertama kali tampak sebagai bercak (lesions) yang sangat merah. Bercak itu bisa

tampak licin dan bersinar. Psoriasis Inverse sangat (particularly irritating)

menganggu karena iritasi yang disebabkan gosokan/garukan dan keringat karena

lokasinya di lipatan-lipatan kulit dan daerah sensitif tender).

Psoriasis inversa, atau psoriasis lentur adalah umum pada orang gemuk

dan diperparah oleh gesekan dan keringat. Kondisi ini berkembang di lipatan kulit

yang ditandai sebagai halus, bercak mengkilap kulit merah, meradang dan lembab

dan bersisik lesi terutama di ketiak, selangkangan, di bawah payudara dan di

sekitar alat kelamin. Hampir terjadi sampai 2 - 6% dari orang yang menderita

psoriasis memiliki psoriasis inversa.

4. Psoriasis Pustulosa/ Pustular

Kasus Psoriasis Pustular (PUHS-choo-ler) terutama banyak ditemui pada

orang dewasa. Karakteristik dari penderita PUHS-choo-ler ini adalah timbulnya

Pustules putih (blisters of noninfectious pus) yang dikelilingi oleh kulit merah.

Pus ini meliputi kumpulan dari sel darah putih yang bukan merupakan suatu

infeksi dan juga tidak menular. Bentuk psioriasis yang pada umumnya tidak biasa

ini mempengaruhi lebih sedikit dari 5 % dari seluruh penderita psoriasis. Psoriasis

ini, bisa terkumpul dalam daerah tertentu pada tubuh, contohnya, pada tangan dan

kaki. Psoriasis Pustular juga dapat ditemukan menutupi hampir seluruh tubuh,

dengan kecenderungan membentuk suatu siklus - reddening yang diikuti oleh

pembentukan pustules dan scaling.

Psoriasis pustular berkembang terutama pada orang dewasa dan

disebabkan oleh mengambil beberapa obat seperti kortison dan lithium. Hal ini

terjadi kepada orang-orang yang telah diagnozed dengan infeksi strep throat dan

wanita hamil. Hal ini ditandai dengan benjolan diisi cairan pada kulit yang gatal

dan merah. Patch kulit, ditaburi dengan jerawat atau pustula, dapat menyebar di

seluruh tubuh atau lokal hanya untuk kuku, telapak, jari kaki tangan dan telapak

kaki.

5. Psoriasis Eritroderma

Tipe psoriasis ini sangat berbahaya, seluruh kulit penderita menjadi merah

matang dan bersisik, fungsi perlindungan kulit hilang, sehingga penderita mudah

terkena infeksi. Hanya 1-2% dari orang yang menderita psoriasis memiliki

psoriasis eritroderma. Jenis psoriasis dapat dihitung sebagai yang terburuk dari

semua. Hasilnya kemerahan luas, gatal parah, nyeri dan ketidaknyamanan,

dehidrasi dan demam. Ini biasanya dipicu oleh kortikosteroid, kulit terbakar parah

atau sensitivitas terhadap cahaya selama pengobatan fototerapi, atau jenis lain dari

psoriasis yang tidak terkontrol.

Jangan meremehkan psoriasis eritroderma karena infeksi yang fatal dan

mengancam nyawa juga. Hal ini dapat menutupi seluruh tubuh Anda dengan ruam

merah yang dapat mengupas gatal atau terbakar intens. Peradangan kulit yang

ekstrim dan pengelupasan kulit mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur

suhu dan melakukan fungsi lainnya penghalang normal.

6. Psoriasis Eksudativa

Bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada

bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.

7. Psoriasis Seboroik

Psoriasis seboroik merupakan kelainan kulit berupa perdangan superfisial

dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah

seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenhar sebasea, seperti pada kulit kepala,

alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus,

selangkangan, dan glutea. Pada dermatitis seboroik kelainan kulit yang berupa

eritem, edema, serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning

kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta.

Dermatitis seboroik disebabkan oleh adanya peningkatan produksi sebum

pada daerah kulit kepala dan daerah wajah yang terdapat banyak folikel sebasea.

Meskipun, demikian penyebab pasti dari dermatitis seborik belum diketahui tetapi

seringkali dihubungkan antara reaksi inflamasi pada kulit dengan Pityrosporum

oval. Beberapa faktor lain turut menjadi predisposisi sebagai pemicu dermatitis

seboroik seperti faktor genetic dan lingkungan, hormonal, kelainan imun dan

neurologik.

Dermatitis seboroik paling sering terjadi pada dua puncak umur yakni

pada kelompok anak dan dewasa. Pada kelompok anak sering didapatkan pada 3

bulan pertama kehidupan dan kelompok dewasa dalam decade keempat hingga

ketujuh. Dermatitis seboroik pada anak khusunya pada kelompok bayi, dapat

sembuh spontan dalam usia 6 hingga 12 bulan, sementara dermatitis seboroik

pada orang dewasa dapat bersifat kronik dan membutuhkan perawatan seumur

hidup.

Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis

dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak

dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada

tempat seboroik.

8. Psoriasis Lain

A. Psoriasis kuku

Salah satu subtipe adalah psoriasis kuku, yang mempengaruhi satu

setengah aktif penderita psoriasis pustular. Psoriasis kuku mengacu pada

perubahan jari dan / atau kuku kaki yang disebabkan oleh penyakit. Karena

rasa sakit, Anda tidak dapat melakukan pekerjaan tangan yang jauh atau

berjalan sendiri bahkan untuk jarak pendek. Dalam kasus yang parah, di

mana psoriasis pustular dapat merusak kuku, kuku dapat rusak atau hilang

secara permanen. Psoriasis dari jari dan kuku dapat menyerupai kondisi

lain seperti infeksi jamur kronis atau radang kuku.

B. Psoriasis Artritis

Timbul dengan peradangan sendi, sehingga sendi terasa nyeri,

membengkak dan kaku, sama persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini,

penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai terjadi

kropos.

BAB III

PENGOBATAN PSORIASIS

3.1 Terapi Non Farmakologi

Penyakit kronik seperti psoriasis tidak dapat sembuh total, pengobatan

secara farmakologi dilakukan untuk mengurangi gejala (rasa gatal, kemerahan)

yang timbul akibat psoriasis. Terapi Non Farmakologi dilakukan untuk mencegah

kemungkinan munculnya penyakit lain karena psoriasis seperti diabetes, depresi,

dan penyakit jantung. Orang dengan psoriasis disarankan untuk melakukan gaya

hidup yang sehat seperti :

1) Seimbang antara aktivitas fisik reguler dan istirahat.

2) Menjaga berat badan yang ideal

3) Tidak merokok

4) Sebisa mungkin tidak mengkonsumsi alkohol, jika perlu mengkonsumsi

minuman beralkohol hanya boleh meminum dalam jumlah yang sedikit.

Karena mengkonsumsi banyak alkohol dapat memperburuk kondisi

psoriasis. Yang dapat berarti psoriasis tidak merespon baik terhadap

beberapa pengobatan atau beberapa obat tidak dapat digunakan.

5) Menghindari stress

6) Makan makanan yang sehat seperti buah dan sayur, menghindari makanan

berlemak.

Selain itu, orang dengan psoriasis juga sebisa mungkin menghindari

faktor-faktor pemicu yang diketahui dapat menimbulkan psoriasis pada dirinya.

Untuk ini sebaiknya menghubungi dokter karena pemicu psoriasis pada orang

berbeda-beda.

3.2 Terapi FarmakologiTerapi farmakologi pada penanganan psoriasis ddibagi menjadi 2

pengobatan yaitu secara topical dan sistemik.

Pada penanganan topikal dibagi menjadi dua kelompok yaitu lini pertama

yang meliputi keratolik, kortikosteroid topikal dan analog vitamin D dan

pengobatan topikal lini kedua yang meliputi ter ( batubara), antralin, monografi

antharalin.

Pada penanganan pengobatan sistemik sama dengan pengobatan okal yaitu

di bagi menjadi dua lini, namun dari kedua pengobatan ini ada juga hal lain yang

dapat dilakukan yaitu dengan melakukan terapi biologi, di bawah ini merupakan

penjelasan dari masing- masing pengobatan secara farmakologi yang isa

dilakukan.

Tabel 3.1 regimen dan efek samping beberapa terapi topikal psoriasis Regimen dan Efek Samping Beberapa Topikal Psoriasis

Terapi Regimen Efek Samping

Emolien

Asam salisilat

Kurang lebih 4 x sehari Folikulitis, dermatitis alergi atau kontak iritan

Ter (batu bara) 2-3 x sehari Iritasi, reaksi salisilism (nausea, muntah, tinitus atau hiperventilasi)

Kortikosteroid Gunakan di sore hari sehingga dapat terus melekat sepanjang malam

Iritasi, fotoreaksi, bau yang tidak enak, mewarnai kulit dan pakaian

Kalsipotrien 2-4 x sehari Atropi jaringan lokal, degenerasi, dan stria; penipisan epidermal; erupsi menyerupai akne; infeksi bakteri atau jamur pada kulit; efek sistemik glukokortikoid

Anthralin 1-2 x kali/hari, tidak lebih dari 100 g/minggu. Gunakan pada sore hari agar melekat sepanjang malam, tetapi regimen jangka pendek dapat digunakan

Rasa terbakar dan perih (10% pasien), dermatitis kontak iritan, mewarnai kulit dan pakaian; iritasi

Tazarotene 1 x perhari, biasanya di sore hari

Gatal, terbakar, perih dan eritema

3.2.1 Terapi Topikal Lini Pertama

1. Keratolik

• Asam salisilat merupakan salah satu senyawa keratolitik yang paling sering

digunakan. Senyawa tersebut menyebabkan kerusakan pada kohesi antar

korneosit-korneosit yang berada pada lapisan kulit pasien psoriasis yang

keras dan abnormal. Efek keratolitik tersebut meningkatkan penetrasi dan

efikasi beberapa zat topikal lain, seperti kortikosteroid.

• Obat ini tersedia dalam bentuk 2% hingga 10% gel atau losio dan digunakan

2-3 kali perhari.

• Asam salisilat menghasilkan iritasi lokal. Penggunaan pada area yang luas

dan inflamasi dapat menginduksi reaksi salisilism yang ditandai oleh gejala

nausea, muntah, tinitus atau hiperventilasi.

• Keratolitik – Agen keratolitik biasanya digunakan untuk menghilangkan

pengelupasan, menghaluskan kulit, dan mengurangi hiperkeratosis.

Mekanisme kerja asam salisilat, sebagai salah satu keratolitik yang biasa

digunakan, ialah mengganggu kohesi antara korneosit-korneosit pada

lapisan kulit abnormal dan pasien psoriasis. Secara khusus, asam salisilat

bermanfaat pada area dimana terdapat sisik yang tebal.

• Ketika diaplikasikan pada area inflamasi yang luas, asam salisilat dapat

menginduksi reaksi salisilism. Pada reaksi tersebut, terjadi nausea, muntah,

tinitus, dan hiperventilasi. Keracunan salisilat pada anak kecil berpotensi

jauh lebih serius dibandingkan apabila terjadi pada orang yang lebih tua

sebab anak kecil beresiko lebih besar mengalami metabolik asidosis. Kasus

fatal mengenai keracunan salisilat secara perkutan telah dilaporkan terjadi

baik pada anak maupun dewasa.

• Efek keratolitik dari asam salisilat dapat meningkatkan penetrasi dan efikasi

beberapa agen topikal, seperti kortikosteroid. Asam salisilat, baik dalam

bentuk gel ataupun losio, biasanya digunakan 2 sampai 3 kali sehari dalam

konsentrasi 2-10%.

• Kortikosteroid topikal dapat menghentikan sintesis dan mitosis DNA pada

sel epidermal dan diperkirakan menginhibisi fosfolipase A sehingga

menurunkan jumlah asam arakidonat, prostaglandin, dan leukotrien di kulit.

Efek tersebut, apabila digabungkan dengan vasokontriksi lokal, mengurangi

eritema, pruritis dan pengelupasan. Sebagai zat antipsoriasis, kortikosteroid

topikal sangat baik apabila digunakan bersamaan dengan produk yang

secara spesifik berfungsi menormalkan hiperproliferasi epidermal.

• Produk yang berpotensi rendah, seperti hidrokortison 1%, memiliki efek

antiinflamasi yang lemah dan merupakan sediaan yang paling aman untuk

penggunaan jangka panjang, untuk penggunaan pada wajah, daerah lain

yang mudah bergesekan, serta untuk bayi dan anak-anak kecil.

• Produk yang berpotensi medium dapat digunakan untuk dermatosis

inflamasi yang sedang. Produk tersebut dapat digunakan pada daerah wajah

bagian lain yang mudah bergesekan.

• Sediaan yang berpotensi tinggi khususnya digunakan sebagai alternatif

untuk kortikosteroid sistemik selama terapi lokal dapat dilakukan.

• Produk yang berpotensi sangat tinggi dapat digunakan untuk lesi psoriasis

yang tebal dan kronis, tetapi hanya untuk waktu yang singkat dan pada area

permukaan yang kecil.

• Salep merupakan formulasi yang paling efektif untuk psoriasis sebab

sediaan tersebut memiliki fase minyak yang oklusif yang memberikan efek

hidrasi dan meningkatkan penetrasi kortikosteroid ke kulit. Produk tersebut

tidak cocok untuk penggunaan di ketiak, selangkangan, atau daerah lain

mudah bergesekan, tempat dimana maserasi dan folikulitis dapat

berkembang menjadi efek oklusif sekunder.

• Krim merupakan sediaan yang paling disukai oleh beberapa pasien sebab

produk tersebut dapat digunakan pada area yang bersentuhan meskipun

kandungan minyak yang rendah membuat krim lebih kering daripada salep.

• Kortikosteroid topikal digunakan 2-4 x sehari selama terapi jangka panjang.

• Efek samping meliputi atropi jaringan lokal, degenerasi kulit serta striae.

Jika dideteksi secara dini, efek samping tersebut dapat reversibel dan hilang.

Penipisan epidermis dapat menyebabkan kapiler tampak menggelembung

(telangiectasias) serta purpura. Telah dilaporkan adanya erupsi akneiform

dan gejala menyerupai infeksi kulit akibat bakteri atau jamur. Efek sistemik

meliputi supresi dari hipotalamus-pituitari-adrenal aksis, hiperglikemi dan

berkembangnya gejala cushingoid. Takifilaksis dan munculnya kembali lesi

psoriasis setelah penghentian terapi tiba-tiba dapat terjadi.

2. Kortikosteroid topikal

Indikasi :

Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan

disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan

serangga, dan eksim skabies bersama-sama dengan obat skabies. Kortikosteroid

menekan berbagai komponen reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid sama

sekali tidak menyembuhkan dan bila pengobatan dihentikan, kondisi semula

mungkin muncul kembali. Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan

gejala dan penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain seperti pemberian

emolien tidak efektif.

Kortikosteroid topikal tidak berguna dalam pengobatan urtikaria dan

dikontraindikasikan untuk rosasea dan kondisi ulseratif karena kortikosteroid

memperburuk keadaan. Kortikosteroid tidak boleh digunakan untuk sembarang

gatal dan tidak direkomendasikan untuk akne vulgaris.

Cara pakai:

Kortikosteroid sistemik atau topikal yang kuat sebaiknya dihindari atau

diberikan pada psoriasis hanya di bawah pengawasan dokter spesialis karena

walaupun obat ini dapat menekan psoriasis dalam jangka pendek, bisa timbul

kekambuhan karena penghentian obat, bahkan kadang memicu psoriasis postula

yang hebat. Pemakaian kortikosteroid topikal yang kuat pada psoriasis yang luas

dapat menimbulkan efek samping sistemik dan lokal. Cukup meresepkan

kortikosteroid yang lebih lemah untuk jangka singkat (2-4 minggu) untuk

psoriasis fleksural dan wajah (catatan: pada wajah jangan digunakan yang lebih

kuat dari hidrokortison 1%). Pada kasus psoriasis kulit kepala boleh menggunakan

kortikosteroid yang lebih kuat, seperti betametason atau fluosinonid.

Secara umum kortikosteroid topikal yang paling kuat hanya dicadangkan

untuk dermatosis yang sukar diatasi, seperti diskoid kronik lupus eritematosus,

lichen simplex chronicus, hypertrophic lichen planus, dan palmoplantar

pustulosis. Kortikostreoid yang kuat tidak boleh digunakan pada wajah dan

fleksur kulit, tetapi kadang-kadang pada keadaan tertentu, dokter spesialis

meresepkannya untuk daerah tersebut dengan pengawasan khusus. Bila

pengobatan topikal gagal, injeksi kortikosteroid intralesi khusus digunakan hanya

pada kasus-kasus tertentu saja dengan lesi setempat, seperti parut keloid, lichen

planus hypertrofik atau alopecia localized areata.

Pada lesi perioral, krim hidrokortison 1% dapat digunakan dalam waktu

tidak lebih dari 7 hari untuk megatasi lesi radang yang tidak terinfeksi pada bibir

dan kulit di sekitar mulut. Salep atau krim hidrokortison dan mikonazol

bermanfaat pada inflamasi yang disertai infeksi oleh organisme yang peka,

terutama pada awal pengobatan (sampai sekitar 7 hari), misalnya keilitis angular.

Organisme yang rentan terhadap mikonazol adalah Candida sp dan beberapa

bakteri gram positif, termasuk streptokukokus dan stafilokokus.

Untuk pemakaian pada anak-anak, khususnya bayi, mereka sangat rentan

terhadap efek samping. Namun, jangan karena profil keamanan kortikosteroid

topikal, anak-anak menjadi tidak diobati. Tujuannya adalah untuk mengatasi

kondisi sebaik mugkin; pengobatan yang tidak memadai akan memperparah

kondisi. Kortikosteroid lemah, seperti salep hidrokortison 1% bermanfaat untuk

mengobati ruam popok dan untuk eksim atopik pada masa kanak-kanak.

Kortikosteroid sedang sampai kuat cocok untuk eksim atopik parah pada anggota

badan, digunakan hanya 1-2 minggu. Bila kondisi membaik, ganti ke sediaan yang

kurang kuat. Pada keadaan kambuhan akut eksim atopik, cocok digunakan sediaan

kortikosteroid kuat dalam jangka pendek untuk mengendalikan kondisi penyakit.

Penggunaan harian terus-menerus tidak dianjurkan meskipun kortikosteroid

ringan, seperti hidrokortison 1% sebanding betametason 0,1% yang digunakan

sesekali. Untuk bayi di bawah 1 tahun, hidrokortison merupakan satu-satunya

kortikosteroid yang direkomendasikan penggunaannya. Kortikosteroid lain

dengan potensi lebih kuat dikontraindikasikan. Untuk anak usia di atas 1 tahun,

kortikosteroid topikal dengan potensi kuat-sedang sebaiknya digunakan dengan

sangat hati-hati dan hanya digunakan dalam jangka pendek (1-2 minggu).

Kortikosteroid yang sangat poten hanya dapat digunakan berdasarkan konsultasi

dengan dokter spesialis kulit.

Kortikosteroid topikal untuk anak digunakan pada kondisi sebagai

berikut:

a. Gigitan dan sengata serangga – kortikosteroid dengan potensi ringan,

seperti krim hidrokortison 1%.

b. Ruam kulit yang disertai inflamasi berat akibat penggunaan popok pada

bayi di atas 1 bulan – kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti

hidrokortison 0,5 atau 1% selama 5-7 hari (dikombinasikan dengan

antimikroba jika terjadi infeksi).

c. Eksim ringan hingga sedang, fleksural, dan eksim wajah atau psoriasis –

kortikosteroid ringan, seperti hidrokortison 1%.

d. Eksim berat di sekitar badan dan lengan pada anak usia di atas 1 tahun –

kortikosteroid dengan potensi kuat atau kuat-sedang selama hanya 1-2

minggu, segera ganti ke sediaan dengan potensi lebih ringan pada saat

kondisi membaik.

e. Eksim di sekitar area kulit yang mengeras, misal telapak kaki, -

kortikosteroid topikal dengan potensi kuat dalam kombinasi dengan urea

atau asam salisilat untuk meningkatkan penetrasi kortikosteroid.

Pilihan formulasi :

Yang biasa digunakan adalah krim larut air untuk lesi yang lembab atau

eksudatif dan salep umumnya dipilih untuk lesi yang kering, bersisik, atau bila

efek oklusif diperlukan. Losio mungkin berguna bila aplikasi minimal dibutuhkan

untuk daerah yang luas atau untuk pengobatan luka eksudatif. Perban oklusif

polythene meningkatkan absorpsi, tetapi juga meningkatkan efek samping; karena

itu, dipakai hanya di bawah pengawasan dalam jangka waktu pendek untuk daerah

kulit yang sangat tebal, seperti telapak tangan dan kaki.

Penambahan urea atau asam salisilat meningkatkan penetrasi dari

kortikosteroid. Sediaan yang mengandung kortikosteroid paling ringan dengan

dosis efektif terendah merupakan salah satu pilihan; sedapat mungkin

pengenceran harus dihindari.

Peringatan :

Hindari penggunaan jangka panjang kortikosteroid topikal pada wajah

karena dapat meninggalkan bekas luka dan hindarkan dari mata. Pada anak-anak

hindari penggunaan jangka panjang dan penggunaan kortikosteroid kuat atau

sangat kuat; apabila digunakan, harus di bawah pengawasan dokter spesialis.

Peringatan keras juga ditujukan pada dermatosis pada bayi, termasuk ruam popok,

pengobatan sebaiknya dibatasi 5-7 hari. Pada psoriasis penggunaan kortikosteroid

kuat dan sangat kuat pada psoriasis dapat menyebabkan penyakit muncul lagi,

timbulnya psoriasis pustular yang merata dan toksisitas lokal dan sistemik.

Kontraindikasi :

Lesi kulit akibat bakteri, jamur atau virus yang tidak diobati; jerawat

rosasea dan perioral dermatitis; kortikosteroid kuat dikontraindikasikan untuk plak

psoriasis dengan sebaran yang luas.

Efek Samping :

Kelompok kortikosteroid sedang dan lemah jarang menyebabkan efek

samping. Semakin kuat sediaannya, semakin perlu untuk berhati-hati karena

absorbsi dari kulit dapat menyebabkan penekanan adrenal dan Cushing syndrome

tergantung dari daerah tubuh yang diobati dan lamanya pengobatan. Perlu diingat

bahwa absorbsi terbanyak terjadi dari kulit yang tipis, permukaan kasar, serta

daerah lipatan kulit dan absorpsi ditingkatkan oleh adanya oklusi.

Efek samping lokal meliputi :

Penyebaran dan perburukan infeksi yang tidak diobati

Penipisan kulit yang belum tentu pulih setelah pengobatan dihentikan

karena strukur asli mungkin tak akan kembali

Striae atrofis yang menetap

Dermatitis kontak

Dermatitis perioral

Jerawat, perburukan jerawat atau rosasea

Depigmentasi ringan yang mungkin hanya sementara, tetapi bisa menetap

sebagai bercak-bercak putih

Hipertrikosis

Catatan :

Untuk meminimalkan efek samping kortikosteroid topikal, pemakaian

sediaan ini hendaknya dioleskan tipis saja pada daerah yang akan diobati dan

gunakan kortikosteroid yang paling kecil kekuatannya, tapi efektif.

Frekuensi aplikasi :

Sediaan kortikosteroid sebaiknya diberikan sekali atau dua kali sehari saja.

Tidak perlu mengoleskan obat ini lebih sering. Kortikosteroid topikal diratakan

secara tipis pada kulit. Panjang/ banyaknya salep/ krim yang dikeluarkan dari tube

dapat digunakan untuk menentukan banyaknya obat yang dioleskan pada kulit.

Mencampur sediaan topikal pada kulit sedapat mungkin dihindari;

sekurang-kurangnya sebaiknya berselang 30 menit antara pemakaian sediaan yang

berbeda. Penggunaan emolien sesaat sebelum pemakaian kortikosteroid adalah

tidak tepat.

Tabel 3.2 Produk Kortikosteroid Untuk Penanganan Psoriasis

Obat Indikasi Sediaan Beredar

Aklometason Dipropionat

Kelainan radang kulit, seperti eksim

Aloderm®, Armoclom®, Cloderm®, Perderm®

Beklametason Dipropionat

Kelainan radang kulit berat, seperti eksim yang tidak memberi respon pada kortikosteroid yang kurang kuat

Bernocort®, Cleniderm®, Propaderm®

Betametason Dipropionat

Psoriasis, lihat di atasBeprosone®, Diprosone

OV®, Mesonta®, Oviskin®, Scanderma®

DesoksimetasonRadang akut yang berat, kelainan kulit alergis dan kronis; psoriasis

Denomix®, Esperson®, Dercarson®, Topcort®

Diflukortolon valerat

Radang kulit yang hebat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon dengan kortikosteroid kurang kuat, kekuatan tinggi (0,3%), pengobatan jangka pendek untuk ekserbasi yang hebat; psoriasis

Nerilon®, Nerisona®, Valeron®, Travacort®

Ester betametason

Kelainan radang kulit yang berat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis

Bethametason®, Allphacort®, Betason®,

Fucicort®, Nisagon®

Fluokortolon

Kelainan radang kulit yang berat seperti eksim yang tidak menunjukkan respon pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis

Ultralan®, Utrapoct N®

Flusinolon asetonidKelainan radang kulit seperti eksim, psoriasis

Bravoderm®, Cinolon®, Dermasolon®

Flutikason propionat

Kelainan radang seperti dermatitis dan eksim yang tidak menunjukkan respon pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis

Halog®, Halog Solution®

HidrokortisonRadang kulit ringan sepeti eksim, ruam popok

Hydrocortisone®, Berlicort®, Kemicort®,

Omnicort®

Klobetasol propionat

Pengobatan jangka pendek hanya untuk kelainan kulit inflamasi hebat

Clobetasol®, Kloderma®, Primaderm®

Triamsinolon asetonid

Kelainan radang seperti eksim yang tidak menunjukkan respon pada kortikosteroid yang kurang kuat; psoriasis

Bufacomb®, Kenacort®, Neolone®, New

Kenacomb®

3. Analog vitamin D

• Vitamin D dan analognya menginhibisi diferensiasi dan proliferasi

keratinosit serta memiliki efek antiinflamasi dengan mengurangi IL-8 dan IL-

2. Penggunaan vitamin D itu sendiri dibatasi sebab adanya kecenderungan

untuk menyebabkan hiperkalsemia.

• Kalsipotrien (Dovonex) merupakan analog vitamin D sintetik yang

digunakan untuk plak psoriasis yang ringan hingga sedang. Perbaikan

biasanya nampak dalam 2 minggu setelah terapi dan kurang lebih 70% pasien

menunjukkan perbaikan yang signifikan setelah 8 minggu. Efek samping

terjadi pada kurang lebih 10% pasien dan meliputi lesi dan sensasi terbakar

serta pedih di sekeliling lesi. Kalsipotrien 0,005% baik dalam krim, salep atau

larutan digunakan 1-2 kali sehari, tetapi tidak lebih dari 100 gram/minggu.

• Calcitriol dan Tacalcitol merupakan derivat vitamin D yang lain.

• Kalsipotriol, Kalsitriol dan Takalsitol biasa digunakan untuk pengobatan

plak psoriasis. Penggunaannya sebaiknya dihindari pada pasien dengan

kelainan metabolisme kalsium dan digunakan dengan hati-hati pada psoriasis

eksfoliatik eritrodermik atau pustular yang tergeneralisasi (peningkatan resiko

hiperkalsemia). Reaksi kulit lokal (gatal, eritema, rasa terbakar, parestesia dan

dermatitis) biasa terjadi. Tangan sebaiknya dicuci dengan bersih setelah

penggunaan untuk menghindari perpindahan ke lokasi tubuh yang lain.

Perburukan psoriasis juga dilaporkan.

• Contoh sediaan Kalsipotriol : Daivonex®, Daivobet®.

4. Tazaroten

• Tazaroten (Tazorac) ialah retinoid sintetik yang dihidrolisis menjadi

metabolit aktif, yakni asam tazarotenat, yang kemudian memodulasi

proliferasi dan diferensiasi keratinosit.

• Tersedia sebagai gel dan krim 0,05% atau 0,1% dan digunakan sekali

sehari (biasanya di sore hari) untuk plak psoriasis yang ringan hingga sedang.

Gel 0,1% sedikit lebih efektif, tetapi gel 0,05% lebih sedikit menyebabkan

iritasi.

• Efek samping yang terjadi bergantung pada dosis dan frekuensi; meliputi

pruritis, rasa terbakar, pedihm dan eritema dengan tingkat keparahan yang

ringan hingga sedang.

• Penggunaan gel pada kulit yang eksim atau lebih dari 20% area

permukaan tubuh tidak direkomendasikan sebab dapat memicu absorpsi

sistemik secara ekstensif.

• Tazaroten sering digunakan bersamaan dengan kortikosteroid topikal

untuk menurunkan efek samping lokal serta meningkatkan efikasi.

3.2.2. Terapi Topikal Lini Kedua

1. TER (batu bara)

• Ter (batu bara) mengandung banyak senyawa hidrokarbon yang terbentuk

dari distilasi bitumen batu bara. Sinar UV-B (ultraviolet B) mengaktivasi

fotoaduksi antara ter batu bara dengan epidermal DNA serta menginhibisi

sintesis DNA. Penormalan laju replikasi epidermal dapat mengurangi

peningkatan jumlah plak.

• Formulasi ter (batu bara) tersedia dalam bentuk losion, krim, shampoo,

salep, gel, dan larutan dengan konsentrasi 2-5%. Sediaan tersebut biasanya

diaplikasikan secara langsung di atas lesi pada sore hari dan dibiarkan

sepanjang malam. Dapat juga digunakan dalam air mandi.

• Terapi dengan ter (batu bara) merupakan penanganan yang efektif, tetapi

memiliki beberapa kelemahan, seperti memakan banyak waktu, menyebabkan

iritasi lokal, memiliki bau yang kurang sedap, mewarnai kulit dan pakaian,

serta meningkatkan sensitivitas terhadap sinar UV (termasuk matahari).

• Risiko karsinogenisitas rendah, tetapi terdapat kasus yang

mengindikasikan peningkatan laju kanker kulit nonkarsinoma pada pasien

yang terpapar ter (batu bara) dan sinar UV secara kronik.

2. Antralin

• Antralin memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap keratinosit,

menginhibisi sintesis DNA dengan menyisipkan dirinya diantara helai DNA.

• Karena Antralin memberikan efek klinik pada konsentrasi selular yang

rendah, terapi biasanya bermula dari konsentrasi rendah (0,1-0,25%) dengan

peningkatan secara bertahap ke konsentrasi yang lebih tinggi, yakni 0,5-1%.

Formulasi krim dan salep biasanya digunakan pada sore hari dan dibiarkan

semalaman.

• Sebagai alternatif, terapi antralin kontak singkat (SCAT = short-contact

antralin therapy) dengan durasi penggunaan selama 10-20 menit pada

konsentrasi yang lebih tinggi (1-5%) dalam pembawa yang larut air

merupakan pilihan yang efektif dengan efek samping lokal yang lebih kecil.

• Produk antralin harus diaplikasikan hanya pada area yang terinfeksi sebab

kontak dengan bagian kulit yang tidak sakit dapat berdampak pada iritasi dan

pewarnaan yang berlebihan yang biasanya dapat hilang dalam 1 hingga 2

minggu setelah penghentian terapi. Pewarnaan plak, pada dasarnya,

mengindikasikan respon postif sebab perombakan sel telah cukup diperlambat

untuk mengurangi noda/pewarnaan tersebut.

• Inflamasi, iritasi dan pewarnaan kulit serta pakaian sering menjadi efek

samping yang membatasi penggunaan terapi.

Table 3.3 Monografi Antralin

Indikasi Psoriasis kronik

Dosis administrasi Disarankan memulai terapi antraslin dengan konsentrasi paling kecil selama minimal 1 minggu. Untuk aplikasi pada kulit : oleskan hanya pada area yang terkena psoriasis, gosok perlahan hingga terabsorbsi. Untuk aplikasi pada kulit kepala : sisir rambut untuk menghilangkan kulit yang mengelupas, oleskan pada lesi. Pada akhir terapi, bilas rambut dan kulit kepala untuk menghilangkan kelebihan krim.

Mekanisme kerja Antralin mengurangi laju mitosis berdasarkan inhibisi terhadap sintesis DNA. Selain itu, antralin mampu menghentikan proses oksidasi metabolik sehingga memperlambat mitosis epidermal.

Kontraindikasi Hipersensitivitas; penggunaan di wajah; erupsi psoriasis yang akut atau inflamasi aktif.

Peringatan Hanya untuk pengguanaan eksternal; gangguan terhadap fungsi liver/ginjal; reaksi hipersensitivitas; karsinogenesitas berdasarkan studi pada mencit; untuk kehamilan berkategori C.

Hati-hati Dapat mewarnai pakaian

Interaksi obat Kortikosteroid topikal : kortikosteroid menyebabkan

rebound psoriasis.

Efek samping Sangat sedikit yang melaporkan adanya reaksi kontak alergi. Iritasi sementara pada area kulit yang tidak terkena psoriasis. Pewarnaan rambut, kuku dan pakaian mungkin terjadi.

Sediaan Beredar Anthramed®

3.2.3 Terapi Sistemik Lini Pertama

1. Acitretin

• Acitretin (Soriatane) merupakan derivat asam retinoat dan metabolit aktif

retinoat. Senyawa ini diindikasikan untuk psoriasis yang parah, meliputi tipe

eritrodermik dan pustular yang menyebar. Walaupun demikian, senyawa ini

akan lebih berguna apabila dipakai sebagai terapi tambahan dalam

penanganan psoriasis.

• Acitretin telah menunjukkan hasil yang baik ketika dikombinasikan

dengan terapi lain, seperti PUVA dan UV-B, siklosporin, dan metotreksat.

• Dosis mula-mula yang direkomendasikan ialah 25 hingga 50mg, kemudian

terapi dilanjutkan hingga lesi sembuh/hilang.

• Acitretin merupakan senyawa teratogen sehingga dikontraindikasikan

untuk perempuan yang sedang hamil atau yang merencanakan kehamilan

dalam 3 tahun setelah penghentian obat.

Table 3.4 guideline penanganan psoriasis secara sistemik

Senyawa Aktif Regimen Dosis Efek Samping

Acitretin 25-50 mg/ hari hingga Hipervitaminosis A (bibir

lesi sembuh/membaik. Makanan meningkatkan absorpsi dan tolerabilitas.

kering/seilitis, mulut kering, mata kering/konjungtivitis, kulit kering, pruritis, mengelupas, rambut rontok), hepatotoksik, perubahan skelet, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia.

Table 3.5 Monografi Acitretin

Indikasi Psoriasis

Dosis administrasi 25-50 mg/ hari hingga lesi sembuh/membaik. Makanan meningkatkan absorpsi dan tolerabilitas

Mekanisme kerja Diduga memodulasi proses patogenik

Kontra indikasi Kehamilan, gangguan fungsi ginjal atau liver, peningkatan kadar serum kronik, penggunaan bersama metotreksat atau tetrasiklin, hipersensitivitas.

Peringatan Gejala psikiatrik, pankreatitis, hepatotoksik, profil lipid, pseudomotor serebri, efek pada mata, hiperostosis, diabetes, lansia, kehamilan, ibu menyusui, pasien pria, anak-anak.

Hati-hati Pemantauan kadar lipid, AST, ALT, LPH. Turunkan dosis fototerapi ketika digunakan bersamaan dengan acitretin sebab dapat menginduksi efek pada stratum kornea dan eritema. Penurunan penglihatan pada malam hari, perparahan psoriasis.

Efek samping Hipervitaminosis A

hepatotoksik, perubahan skelet, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia

3.2.4 Terapi Sistemik Lini Kedua

1. Siklosporin.

• Siklosporin menunjukkan aktivitas imunosupresif dengan mengihibisi fase

pertama aktivasi sel T. Siklosporin juga menginhibisi pelepasan mediator

inflamasi dari sel mast, basofil, dan sel polimorfonuklear

• Biasanya digunakan dalam penanganan manifestasi kutan dan artritis

akibat psoriasis yang parah. Terapi secara terus-menerus selama lebih dari 2

tahun dapat meningkatkan resiko kecacatan yang meliputi kanker kulit dan

penyakit limfoproliferatif.

Table 3.6

Senyawa aktif Regimen Dosis Efek Samping

Siklosporin 2,5-4 mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi; dapat ditingkatkan hingga 5 mg/kg/hari dalam 1 bulan jika tidak ada perubahan

Nefrotoksisitas, keganasan, hipertensi, hipomagnesemia, hiperkalemia, perubahan pada fungsi liver, peningkatan kadar serum lipid, intoleransi GIT

2. Metotreksat

• Diindikasikan untuk psoriasis yang sedang hingga parah begitu juga

dengan psoriasis arthritis.

• Merupakan analog sintetik asam folat yang bertindak sebagai inhibitor

kompetitif dari enzim dihidrofolat reduktase yang bertanggungjawab dalam

konversi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat merupakan

kofaktor penting dalam sintetis nukleotida timidilat dan purin yang

dibutuhkan dalam sintetis DNA dan RNA.

• Metotreksat menghambat replikasi dan fungsi sel T dan B serta menekan

sekresi berbagai jenis sitokin. Metotreksat juga menekan pembelahan sel

epidermal.

• Sebaiknya dihindari bagi pasien infeksi aktif sebab adanya aktivitas

imunosupresif dari metroteksat.

Tabel 3.7 Monografi Metotreksat

Indikasi Psoriasis berat yang tidak terkendali dan tidak responsif terhadap terapi konvensional

Dosis Adminitrasi

7,5-15 mg/minggu ditingkatkan sebanyak 2,5 mg secara bertahap tiap 2-4 minggu hingga berespon; dosis maksimal 25 mg/minggu

Mekanisme inhibitor kompetitif dari enzim dihidrofolat dan menghambat replikasi dan fungsi sel T dan B serta menekan sekresi berbagai jenis sitokin. Metotreksat juga menekan pembelahan sel epidermal.

Kontra indikasi Ibu hamil dan menyusui, pasien dengan infeksi aktif

Peringatan Diperlukan pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan fungsi ginjal dan liver. Dilakukan pengawasan terus-menerus, untuk efek samping pada saluran cerna dan mukosa pada anak > 12 tahun dan dewasa diberikan asam folat 5 mg setiap minggu untuk menurunkan efek samping.

Toksik terhadap darah, paru, sal. cerna. Penggunaan bersama AINS perlu dimonitor.

Efek Samping Alopesia, fotosensitivitas, rasa terbakar pada lesi psoriasis, muncul pada efek samping seperti penggunaan metotreksat sebagai antireumatoid artritis.

Tabel 3.8 Interaksi Obat Metotreksat

Mekanisme ObatMenambah atau sinergis (toksisitas) Ethanol

PyrimethamineTrimethoprim-sulfamethoxazole

Menurunkan eliminasi metroteksat pada ginjal

AminoglycosideCephalotinColchicinesNSAID (naproxen, ibuprofen)Penicillins

PhenylbutazoneProbenecidSalicylatesSulfonamides

Pemindahan metroteksat dari ikatan protein

BarbituratesPhenytoinProbenecidRetinoidsSalicylatesSulfonamidesSulfonylureasTetracycline

Hepatotoksisitas EthanolRetinoids

Akumulasi intraselular metroteksat Dipyridamole

3. Takrolimus

Table 3.9

Senyawa Aktif Regimen Dosis Efek Samping

Takrolimus 0,05 mg/kg setiap hari, ditingkatkan menjadi 0,1 mg/kg setiap hari selama 3 minggu dan menjadi 0,15 mg/kg setiap hari selama 6 minggu tergantung pada hasil yang diperoleh.

Nefrotoksisitas, imunosupresi, gangguan GIT, diare, nausea, parestesia, hipertensi, tremor, insomnia.

• Agen imunosupresan yang menginhibisi aktivasi sel T, merupakan

obat yang berguna sebagai alternatif pada psoriasis parah yang

membandel.

Tabel 3.10 Monografi Takrolimus

Indikasi Atopi dermatitis (eksim) pada pasien yang tidak memberikan respon atau intoleran pada pengobatan lain untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun sebagai pengobatan jangka pendek atau sementara.

Dosis Dewasa dan remaja > 16 tahun : pada awal pemberian gunakan dengan kekuatan 0,1%, oleskan tipis 2x sehari sampai lesi hilang, turunkan menjadi 1x sehari atau

gunakan salep dengan kekuatan 0,03% jika kondisi klinik memungkinkan. Anak 2-15 tahun : awali dengan kekuatan salep 0,03% 2x sehari selama 3 minggu, kemudian turunkan menjadi 1x sehari sampai lesi hilang.

Mekanisme Kerja

Agen imunosupresan yang menginhibisi aktivasi sel T

Kontra Indikasi Hipersensitif, hindari kontak dengan nafas dan membran mukosa, eritroderma secara umum; kehamilan dan menyusui.

Efek Samping Reaksi pada tempat pengolesan, kemerahan, iritasi, nyeri dan parestesia, infeksi herpes simplex,tidak umum jerawat, rosasea dan dilaporkan keganasan pada kulit.

4. Mikofenolat Mofetil

Tabel 3.11

Senyawa Aktif Regimen Dosis Efek Samping

Mikofenolat mofetil

500 mg 4 kali sehari hingga dosis maksimum 4 g/hari

Toksisitas GIT (diare, nausea, muntah), efek hematologi (anemia, neutropenia, trombositopenia), infeksi virus dan bakteri; penyakit limfoproliferatif atau limfoma dapat terjadi

• Mikofenolat mofetil (CellCept) menginhibisi sintesis DNA dan RNA serta

telah menunjukkan memiliki efek anti proliferasi yang spesifik terhadap

limfosit. Digunakan sebagai bagian dalam terapi kombinasi dalam psoriasis

sedang hingga parah dan dermatosis otoimun lainnya.

Table 3.12 Monografi Mikofenolat Mofetil

Indikasi Profilaksis penolakan organ akut pada pasien yang menerima

transplantasi ginjal dan jantung allogenik. Obat ini harus

digunakan bersama dengan siklosporin dan kortikosteroid.

Dosis 500 mg 4 kali sehari hingga dosis maksimum 4 g/hari

Pada transplantasi ginjal dosis awal digunakan 72 jam setelah transplantasi dengan dosis 2 g/hari

Mekanisme Kerja

Menginhibisi sintesis DNA dan RNA serta memiliki efek antiproliferasi yang spesifik terhadap limfosit.

Kontra Indikasi

Hipersensitif, kehamilan dan menyusuii

Peringatan Hitung darah total setiap 4 minggu lalu 2x sebulan selama 2 bulan, lalu setiap bulan pada tahun pertama (pengobatan dapat dihentikan jika neutropenia berlanjut). Lansia (resiko infeksi meningkat, perdarahan GI, edema paru). Anak-anak (kemungkinan terjadi efek samping tinggi, diperlukan reduksi dosis). Pasien harus diperingatkan supaya melaporkan gejala supresi sumsum tulang.

Efek Samping

Diare, gangguan abdominal, gastritis, mual, muntah, konstipasi, batuk, sindroma seperti influenza, sakit kepala, infeksi, leukopenia, anemia, trombositopenia.

Tabel 3.13 Interaksi Obat Mikofenolat Mofetil

Mikofenolat MofetilAsiklovir, gansiklovir Kadar asiklovir, gansiklovir ↑Kolestiramin AUC mikrofenolat ↓Takrolimus, probenesid AUC mikrofenolat ↑Vaksin hidup Vaksin hidup tidak boleh diberikan

pada pasien dengan kerusakan respon imun sebab respon antibodi terhadap vaksin lain dapat berkurang

5. Sulfasalazin

• Agen antiinflamasi yang menginhibisi 5-lipoksigenase.

• Digunakan secara selektif sebagai terapi alternatif, terutama pada pasien

yang mengalami psoriasis artritis.

• Ketika digunakan efektivitasnya tidak sebaik metotreksat, PUVA atau

acitretin, tetapi memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi.

Table 3.14

Senyawa Aktif Regimen Dosis Efek Samping

Sulfasalazin 3-4 gram/hari selama 8 minggu

Gangguan GIT

Tabel 3.15 Monografi Sulfasalazin

Indikasi Pengobatan alternatif pasien psoriasis artritis, reumatoid artritis aktif, kolitis ulseratif

Dosis Oral : berikan atas resep dokter. Sebagai salut enterik, dosis awal 500 mg sehari, naikkan dengan 500 mg pada selang waktu 1 minggu hingga maksimum 2-3 gram/hari dalam dosis terbagi.

Mekanisme Kerja

Agen antiinflamasi yang menginhibisi 5-lipoksigenase

Kontra Indikasi Gangguan fungsi ginjal atau liver

Peringatan Pemantauan terhadap jumlah sel darah lengkap termasuk pemeriksaan sel darah putih diferensial dan platelet, dilakukan di awal dan setiap 3 bulan pengobatan. Pasien disarankan untuk melaporkan gejala perdarahan, memar, purpurea, radang tenggorokan, demam.

Efek Samping Ruam, intoleransi saluran cerna, terutama pada pasien dengan reumatoid artritis.

Tabel 3.16 Interaksi Obat Sulfasalazin

SulfasalazinSiklosporin Kadar siklosporin ↓, dan resiko nefrotoksisitas ↑Digoksin Sulfasalazine me↓ absorpsi digoksinAsam folat Sulfasalazine me↓ absorpsi asam folat di saluran

cerna. Jika terjadi defisiensi disarankan untuk me↑ asupan asam folat atau memberikan sulfasalazine diantara waktu makan

Metroteksat Sulfasalazine dapat menggantikan ikatan protein

metroteksat dan me↓ klirens ginjal sehingga me↑ efek samping metroteksat yaitu supresi sumsum tulang.Berikan pengawasan terhadap profil darah, kadang kala terjadi pe↑ reaksi merugikan di saluran cerna

Sulfonilurea Sulfasalazine memperparah metabolisme liver yang disebabkan oleh sulfonilurea dan mempengaruhi ikatan protein plasma.Dapat berpengaruh terhadap efek hipoglikemia sulfonilurea, sehingga mungkin diperlukan penyesuaian dosis.

Tiopurin Sulfasalazine me↑ resiko efek samping tiopurin karena adanya inhibisi tiopurin

Warfarin Efek warfarin me↑

6. 6-Tioguanin

Tabel 3.17

Senyawa Aktif Regimen Dosis Efek Samping

6-Tioguanin 80 mg 2 kali seminggu, dapat ditingkatkan sebanyak 20 mg setiap 2-4 minggu; dosis maksimum 160 mg 3 kali seminggu

Supresi sumsum tulang, komplikasi GIT, peningkatan tes fungsi liver.

Merupakan analog purin yang digunakan sebagai terapi alternatif

untuk psoriasis ketika terapi konvensional telah gagal. Sifat hepatotoksik obat

ini lebih kecil dibandingkan metotreksat sehingga lebih berguna pada pasien

psoriasis parah dengan gangguan liver.

7. Hidroksiurea

Table 3.18

Senyawa Aktif Regimen Dosis Efek Samping

Hidroksiurea 1 gram/hari dapat ditingkatkan menjadi 2 gram/hari

Toksisitas sumsum tulang, yang ditandai dengan leukopenia atau trombositopenia, reaksi kutan, ulser pada kaki, anemia megaloblastik

Menginhibisi sintesis sel pada fase S dalam siklus DNA. Digunakan

secara selektif pada penanganan psoriasis terutama pada pasien dengan

penyakit liver, yang beresiko efek samping pada penggunaan agen lain.

Walaupun demikian, hidroksiurea kurang efektif apabila dibandingkan

dengan metotreksat.

3.3 Terapi Biologi

Pada terapi biologis, agen imunomodulator dirancang untuk

mempengaruhi respon imun merupakan basis terapi penyakit kutan, seperti

psoriasis dan atopik dermatitis. Agen-agen tersebut, yang diproduksi secara in

vitro melalui teknologi rekombinan DNA, dibagi menjadi 3 kategori yakni :

1. Sitokin rekombinan manusia

2. Antibodi monoklonal manusia

3. Reseptor molekular yang dapat mengikat target molekul

Agen biologis yang telah disetujui FDA untuk terapi psoriasis sedang

hingga berat ialah infliksimab, etanercept, alefacept, dan efalizumab. Satu lagi,

yakni adalimumab, telah disetujui FDA untuk terapi psoriasis artritis, tetapi belum

disetujui untuk psoriasis.

Senyawa Aktif Regimen Dosis Efek Samping

Infliksimab 5 atau 10 mg/kg untuk 3x infus intravena pada minggu ke-0, 2 dan 6

Sakit kepala, demam, menggigil, lelah, diare, faringitis, infeksi saluran nafas atas dan saluran urin; reaksi hipersensitivitas; penyakit limfoproliferatif

Etanercept 50 mg secara subkutan Reaksi lokal pada daerah injeksi

2x dalam 1 minggu (terjadi pada 20% pasien); infeksi sal respirasi dan GIT, nyeri abdominal, nausea dan muntah, sakit kepala

Alefacept 15 mg secara intramuskular 1x dalam seminggu

Faringitis, gejala menyerupai influenza, menggigil, pusing, nausea, sakit kepala, nyeri pada daerah injeksi dan inflamasi dan infeksi non spesifik

Efalizumab 1 mg/kg secara subkutan sekali seminggu

Sakit kepala, nausea, menggigil, infeksi non spesifik, nyeri, demam, dan astenia

1. Infliksimab (remicade)

• Merupakan antibodi monoklonal chimeric yang ditujukan untuk melawan

TNF-α.

• Memiliki afinitas yang tinggi dalam bentuk yang larut dan transmembran

TNF-α, dengan demikian dapat menginhibisi ikatan antara TNF-α dengan

reseptornya.

• Keuntungan dibanding terapi lain adalah infliksimab tidak secara negatif

berpengaruh terhadap jumlah darah, tingkat enzim liver atau fungsi ginjal.

2. Etenercept

• Etanercept (Enbrel) adalah bloker TNF-α yang lain berupa protein fusi

yang mengikat TNF-α secara kompetitif sehingga mengganggu interaksinya

dengan reseptor sel.

• Diproduksi dengan menggunakan rekayasa genetik yang menggabungkan

domain ekstraseluler dari reseptor TNF-α dengan fragmen kristal Fc IgG1

manusia.

• Etanercept diperoleh dari manusia sehingga meminimalkan

imunogenisitas.

• Baik dikombinasikan dengan metotreksat pada pasien yang tidak

merespon baik terapi metotreksat tunggal.

• Diindikasikan untuk pasien dewasa dengan plak psoriasis kronik yang

sedang hingga parah yang menjadi kandidat untuk terapi sistemik atau

fototerapi.

3. Alfacept

• Merupakan protein fusi dimerik yang mengkombinasikan domain LFA-3

manusia dengan bagian Fc dan IgG1 manusia.

• Segmen LFA-3 alfacept mengikat CD2 pada sel T secara spesifik sehingga

menginhibisi aktivasi dan proliferasi sel T pada jaringan kutan, juga

menginduksi apoptosis selektif dari sel T memori-efektor sehingga

menurunkan limfosit sirkulasi total yang bergantung pada besarnya dosis.

• Digunakan untuk terapi plak psoriasis sedang hingga parah juga untuk

psoriasis artritis.

• Respon signifikan biasanya diperoleh setelah 3 bulan terapi.

4. Efalizumab

• Merupakan antibodi monoklonal yang diperoleh dari manusia, bekerja

menginhibisi integrin CD11-α yang terlibat dalam aktivasi sel T, migrasi ke

kulit, serta fungsi sitotoksik.

• Efalizumab disetujui untuk terapi pada pasien dewasa dengan plak

psoriasis kronik yang sedang hingga berat yang menjadi kandidat terapi

sistemik atau fototerapi.

3.4 Fotokemoterapi

• Fotokemoterapi umumnya terdiri dari terapi dengan sinar ultraviolet B dan

PUVA. Sinar UVB (290-320 nm) terus menjadi salah satu fotokemoterapi

yang penting dalam intervensi psoriasis. Panjang gelombang UVB yang

paling efektif untuk terapi psoriasis ialah 310-313 nm. Hal tersebut telah

dibuktikan dari berbagai studi klinik pada pasien dengan psoriasis tipe plak.

• Fototerapi UVB juga memberikan hasil yang lebih efektif ketika

ditambahkan dengan terapi sistemik, seperti metotreksat dan retinoid.

• UV-A yang dikombinasikan dengan metoksalen oral (PUVA) merupakan

pendekatan fotokemoterapi. Kandidat untuk terapi PUVA biasanya

mengalami psoriasis yang melumpuhkan dengan tingkat keparahan sedang

hingga berat yang tidak memberikan respon terhadap terapi konvensional

baik topikal maupun sistemik.

• PUVA sistemik terdiri atas obat oral yang berperan sebagai foto sensitizer

seperti 8-metoksipsalen (8-methoxypsoralen).

3.5 Kombinasi, Rotasi serta Urutan Terapi

Jika monoterapi dengan agen sistemmik tidak memberikan hasil optimal,

kombinasi terapi sistemik dengan metode lain mungkin dapat memberikan

manfaat. Kombinasi yang dapat dilakukan meliputi :

• Acitretin + UV-B

• Acitretin + fotokemoterapi menggunakan sinar UV-A (PUVA)

• Metotreksat + UV-B

• PUVA + UV-B

• Metotreksat + siklosporin

Rotasi terapi melibatkan penggunaan regimen biologi untuk periode

tertentu, lalu berganti pada regimen nonbiologi, dan terus demikian. Salah satu

tujuan pendekatan ini adalah untuk meminimalkan toksisitas obat yang

terakumulasi.

Urutan terapi meliputi menghilangkan lesi psoriasis secara cepat dengan

terapi agresif seperti siklosporin, kemudian diikuti oleh periode transisi dengan

menggunakan obat-obat yang lebih aman, seperti acitretin, yang dimulai dengan

dosis maksimal. Selanjutnya, terapi masuk dalam periode pemeliiharaan dengan

menggunakan acitretin pada dosis rendah atau kombinasi dengan UV-B dan UV-

A.

BAB IV

STUDI KASUS

4.1 Studi Kasus

Pasien ini berusia perempuan 41 tahun,sudah menikah berasal dari kalimantan dan

sengaja datang ke Surabaya untuk mengobati sakit kulitnya yang tidak kunjung

sembuh. Keluhan utamanya adalah timbul bercak kemerahan yang awalnya hanya

di daerah lengan kedua tangan disertai nanah yang muncul beberapa hari

kemudian sejak 3 bulan yang lalu. Dalam perjalanannya bercak meluas hingga ke

seluruh tubuh juga disertai nanah. Selain itu pasien juga mengeluhkan panas

badan, meriang, mual dan kondisi badan yang lemah. Sebelumnya tidak pernah

menderita penyakit yang serupa. dari keluarga juga tidak pernah sakit seperti ini.

Pada pemeriksaan fisik secara umum kondisinya lemah namun kesadaran masih

baik (GCS 456), didapatkan suhu yang afebris. selain itu vital sign dalam batas

normal.

Status dermatologis :

Regio seluruh tubuh, makula eritematus batas tidak tegas dengan ukuran dan

bentuk yang bervariasi tepi tidak meninggi, diatasnya terdapat pustule yang

sebagian sudah pecah menjadi krusta, pus (+), sebagian makula juga tertutup

skuama.

Pemeriksaan Penunjang:

- Diusulkan pemeriksaan DL,UL,LFT,RFT, dan Albumin.

- Pemeriksaan Gram Staining, dan juga biopsi

Diagnosa :

-Psoriasis Pustulosa

Terapi :

- Paracetamol 3 x 500 mg karena pasien mengeluh panas.

- Mebhidrolin napadisilat 3x50 mg,p.o sebagai anti histamin karena pasien

mengeluh gatal.

- Methotrexate(MTX) 5 mg/12 jam selama 3 kali dalam seminggu karena

lesinya udah luas

- Terapi lain mungkin diberikan : infus albumin

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit psoriasis

merupakan salah satu penyakit/gangguan sistem integumen dimana kulit

mengalami peradangan kronis (sering kambuh) yang disebabkan

oleh Genetik, Imunologik, Stres Psikik, Infeksi fokal, Faktor Endokrin,

Gangguan Metabolik, Obat-obatan, Alkohol dan merokok.

Penyakit ini terjadi pada setiap usia. Pada psoriasis ditunjukan adanya

penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh

darah dermis bagian atas. Selain itu jumlah sel-sel basal yang bermitosis juga

meningkat.

Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat

predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka,

ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak)

dengan skuama diatasnya.Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih serta

transparan. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.

Ada dua tipe pengobatan pada penderita psoriasis yaitu pengobatan

sistemik dan pengobatan topikal dimana pengobatan sistemik lebih banyak

memberikan efek samping.

B. SaranKepada mahasiswa atau pembaca disarankan agar dapat mengambil

pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit

psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar

penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : ECGDoenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta : EGCEffendy, B. 2005. Kualitas dan harapan hidup penderita psoriasis dapat

ditingkatkandengan terapi dini dan tepat.Siregar, R. 2005. Saripati penyakit kulit edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGCSukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta: ISFI Penerbitan.

LAMPIRAN

1. Psoriasis Vulgaris

2. Psoriasis Gutata

3. Psoriasis Inversa

4. Psoriasis Eritroderma

5. Psoriasis Pustulosa

6. Psoriasis Seboroik

7. Psoriasis Kuku

8. Psoriasis Artritis

Guideline Terapi (Spektrum Terapi Psoriasis)