65
MAKALAH PSORIASIS Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Integumen Disusun Oleh: Anggoro Susan Anggraeni 220110130021 Intan Madulara 220110130041 Tanti Agustiningsih 220110130043 Eka Putri Permata Sari` 220110130056 Rizki Mufidah 220110130067 Puji Rahayu 220110130080 Gita Septyana 220110130086 Gadis Pratiwi Priyono 220110130097 Rina Fajar Sari 220110130100 Oselia Esa Muslimawati 220110130107 Yuanita Wulansari 220110130135

Makalah Psoriasis

  • Upload
    rina-fs

  • View
    997

  • Download
    260

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah psoriasis

Citation preview

MAKALAH PSORIASISDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Integumen

Disusun Oleh:

Anggoro Susan Anggraeni220110130021Intan Madulara220110130041Tanti Agustiningsih220110130043Eka Putri Permata Sari`220110130056Rizki Mufidah220110130067Puji Rahayu 220110130080Gita Septyana220110130086Gadis Pratiwi Priyono220110130097Rina Fajar Sari 220110130100Oselia Esa Muslimawati220110130107Yuanita Wulansari220110130135

UNIVERSITAS PADJADJARAN2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPsoriasis adalah suatu penyakit peradangan kulit, bersifat kronik residif, khas ditandai adanya bagian kulit yang menebal, eritematus, dan berbatas tegas. Bagian atasnya tertutup skuama putih seperti perak, sering terdapat pada daerah tubuh yang sering terkena trauma kulit, yaitu kepala, bagian ekstensor dari ekstremitas, dan region sakralis. Luas kelainan kulit sangat bervariasi dari lesi yang lokalisata dan terpisah sampai tersebar mengenai seluruh kulit.Psoriasis merupakan penyakit universal dengan insidensi bervariasi di berbagai negara. Psoriasis sering dijumpai pada orang kulit putih, mengenai 13% populasi dunia. Di Amerika mengenai sekitar 23 juta penduduk atau 1% populasi, pulau Faroe 2,8%, Denmark 2,9%, Inggris 2%, dan Cina 0,3%. Prevalensi wanita adalah sama dengan pria. Penyakit ini dapat muncul pada segala usia, namun jarang ditemukan pada usia dibawah 10 tahun. Umumnya pertama kali timbul usia 1530 tahun. Insidensi penyakit kemudian berkurang secara perlahan dengan bertambahnya usia, walaupun juga didapatkan pada usia 5760 tahun. Psoriasis dapat digolongkan menjadi dua tipe berdasarkan awitan, riwayat keluarga, dan keparahan penyakit. Psoriasis tipe 1 timbul sebelum usia 40 tahun dan tipe 2 timbul setelah usia 40 tahun.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi psoriasis?2. Bagaimana etiologinya?3. Apa saja klasifikasinya?4. Apa saja manifestasi klinisnya?5. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan?6. Bagaimana penatalaksaannya?7. Bagaimana peran perawat terhadap pasien psoriasis?8. Bagaimana asuhan keperawatannya?9. Bagaiman patofisiologi atau proses perjalanan penyakitnya?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian psoriasis?2. Untuk mengetahui etiologinya?3. Untuk mengetahui klasifikasinya?4. Untuk mengetahui manifestasi klinisnya?5. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan?6. Untuk mengetahui penatalaksaannya?7. Untuk membuat dan memahami asuhan keperawatannya?8. Untuk memahami patofisiologi atau proses perjalanan penyakitnya?

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 DefinisiPsoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik dengan karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan berwarna putih keperakan terutama pada siku, lutut, scalp, punggung, umbilikus dan lumbal. (Gudjonsson dan Elder, 2012)Psoriasis adalah suatu dermatosis kronis residif dengan gambaran klinis yang khas, yaitu adanya macula eritematosa yang berbentuk bulat / lonjong, diatasnya ada skuama yang tebal, berlapis-lapis dan berwarna putih transparan seperti mika. (sastrawijaya, 1993)Psoriasis adalah penyakit kulit inflamantoris kronik, tidak menular yang ditandai dengan papul kemerahan (elevasi padat) dan plak yang dilapisi sisik seperti perak. Sel-sel kulit psoriatik memiliki waktu maturasi memendek ketika bermigrasi dari membran basalis ke permukaan atau stratum korneum, akibatnya pada stratum korneum tidak terdapat plak perak bersisik dan tebal yang merupakan tanda utama psoriasis.Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kulit, bersifat kronik residif, khas ditandai adanya bagian kulit yang menebal, eritematus, dan berbatas tegas. Bagian atasnya tertutup skuama putih seperti perak, sering terdapat pada daerah tubuh yang sering terkena trauma kulit, yaitu kepala, bagian ekstensor dari ekstremitas, dan region sakralis. Luas kelainan kulit sangat bervariasi dari lesi yang lokalisata dan terpisah sampai tersebar mengenai seluruh kulit.Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis lain, misalnya psoriasis pustulosa.Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal.(Smeltzer, Suzanne)

2.2 EtiologiAda 4 faktor penyebab psoriasis:1. Faktor Genetik2. Sistem Imun3. Faktor Lingkungan4. Faktor HormonalPsoriasis diakibatkan oleh faktor genetik, penyebab sebenar-benarnya masih misteri, kemungkinan dipicu oleh proses pencernaan protein yang tidak lengkap, fungsi hati yang tidak normal, kelebihan konsumsi alkohol, kelebihan konsumsi lemak, dan stress.Faktor Predisposisi :1. Herediter/ genetikPada banyak kasus ada pengaruh yang kuat dari faktor genetic, terutama bila penyakit mulai diderita sejak remaja atau dewasa muda.2. ImunologiDefek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limposit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dengan epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan pada imunopatogenesi psoriasis.Terjadinya ploriferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogan, maupun endogen oleh sel langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit autoimun. Lebih 90% kasus dapat mengalami remisi setelah diobati dengan imunosupresif. 3. ObesitasObesitas merupakan keadaan tersering dikaitkan dengan psoriasis, menurut Liendegard yang menerangkan pertama kali pada tahun 1986 kaitannya psoriasis dengan obesitas. Lingkar pinggang dan body mass index pasien psoriasis lebih tinggi secara bermakna pada pasien psoriasis dibandingkan dengan kontrol. Pengertian obesitas sebagai keadaan proinflamasi dengan keterlibatan jaringan lemak sebagai organ imun dan endokrin yang menjelaskan obesitas sebagai faktor predisposisi psoriasis. Penurunan berat badan memperbaiki psoriasis, terbukti pada berkurangnya keparahan psoriasis pada populasi kurang gizi di penjara kala perang dunia ke dua yang dipublikasi Simon RD pada sebuah jurnal ilmiah terkemuka di tahun 1949.4. Penyakit metabolis seperti diabetes militus yang laten5. Faktor endokrinInsiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause.Psoriasis cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan.Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.Faktor Presipitasi:1. TraumaPsoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya.Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner.Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma. 2. InfeksiPada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh3. IklimBeberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh.4. Sinar matahariWalaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis.Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.5. Obat-obatan Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat menimbulkan efek withdrawal. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui sebagai pencetus psoriasis. Beta Blocker.6. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.7. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.

2.3 Klasifikasi1. Psoriasis Vulgaris Psoriasis vulgaris yang paling sering ditemukan pada kurang lebih 90% pasien. Plakat eritematosa, berbatas tegas, berskuama dan tersebar simetris merupakan gambaran khas, terdapat di daerah ekstensor ekstermitas (terutama siku dan lutut), skalp, lumbosakral bawah, bokong dan genital. Daerah lain yang dapat terkena adalah periumbilikus dan lipatan intergluteal. Luas lesi sangat bervariasi, sedangkan bentuk dan distribusi setiap plakat hanya sedikit berubah. Skuama dibentuk terus-menerus. Lesi dapat diawali terbatas di skalp selama bertahun-tahun. Lesi kecil maupun besar dapat meluas dan berkonfluens membentuk plakat atauplakat lebih besar sehinga membentuk gambaran khas (psoriasis geografika/girata). Kadang terdapat penyembuhan sentral parsial sehingga membentuk psoriasis anular, keadaan ini sering dihubungkan dengan penyembuhan atau prognosis yang baik.4,6,16 kelainan klinis lain telah dijelaskan tergantung dari morfologi lesi, sebagian besar terdapat hiperkeratosis. Patogenesisnya tidak begitu diketahui tetapi mungkin muncul dari inhibisi sintesis prostaglandin.16 Pada anak terdapat bentuk papul folikular berkelompok dan bentuk linear mengikuti garis Blaschko.2. Psoriasis GutataBentuk ini sering timbul pada anak dan dewasa muda, biasanya timbul mendadak, seringkali setelah infeksi streptokokus. Lesi papular, bulat, atau oval, berdiameter 0.5-1cm, di atasnya terdapat skuama putih, tersebar simetris di badan dan ekstremitas proksimal,kadang di muka, telinga, dan skalp, jarang di telapak tangan dan kaki. Lesi biasanya bertahan selama 3-4 bulan dan dapat hilang spontan, tetapi kadang dapat sampai lebih dari setahun. Sebagian besar dapat kambuh dalam 3-5 tahun. Bentuk ini berhubungan erat dengan HLA-Cw6.Pasien dengan riwayatpsoriasis plakat dapat timbul lesi gutata dengan atau tanpa memburuknya lesi plakat.4,15-17 Lesi plakat kecil dapat menyerupai psoriasis gutata, tetapi biasanya awitannya pada usia lanjut, kronik dan lebih tebal dengan skuama lebih banyak daripada psoriasis gutata.3. Psoriasis Inversa Prosiasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai dengan namanya (pada kulit kepala, axilla, region genitocruralis, dan leher). Lesi eritema berbentuk tajam, dan sering terletak daerah kontak.4. Psoriasis Eksudativa Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatits akut. 5. Psoriasis Seboroik Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik. Lesi seboroik biasanya di wajah, di bawah payudara, kulit kepala, dan axilla.6. Psoriasis Pustulosa Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama di anggap sebagai penyakit sendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk 1psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata contohhnya psoriasis pustulosa palo-plantar (barber). Sedangkan bentuk generalisata contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch). Ada 3 jenis psoriasis pustulosa: a. Psoriasis pustulosa lokalisataBerupa psoriasis anuler yang bersifat subakut dan dapat dipicu oleh insfeksi atau pengobatan ultraviolet dan mungkin bisa berkembang menjadi generalisata.b. Psoriasi pustulosa generalisata/ Von ZumbuschMerupakan bentuk akut yang berat dan spesifik setelah penghentian mendadak kortikosteroid oral atau topikal, tetapi mungkin juga akibat infeksi, terbakar matahari, variasi perubahan iklim, menstruasi, obat obatan topikal iritan. Biasanya diawali dengan demam tinggi dan letih yang berlebihan, kemudian timbul pustule yang mengitari atau didaerah lesi plak lama yang meradang. Pustul tersebar di daerah lipatan, tapi kemudian bergabung membentuk kelompok pustule yang menyerang daerah yang luas dibadan bila mongering krusta lepas meninggalkan lapisan merang terang.c. Psoriasis pustulosa palmiplantar ( Barbe)Bersifat kronik dan residif serta biasanya menyerang wanita berusia pertengahan dengan riwayat perokok atau disfungsi tiroid. Penyakit in ditandai dengan adanya pustule dalam diatas kulit bilateral dan simetris telapak kiri dan kanan disertai rasa gatal.

7. Psoriasis EritrodermaEritroderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain1. Psoriasis punctata: lesi sebesar jarum pentul atau milier.2. Psoriasis folikularis: lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel rambut.3. Psoriasis guttata: lesi sebesar tetesan air.4. Psoriasis numularis: lesi sebesar uang logam.5. Psoriasis girata: lesi sebesar daun.6. Psoriasis anularis: lesi melingka berbentuk seperti cincin karena adanya involusi dibagian tengahnya.7. Psoriasis diskoidea: lesi merupakan bercak solid yang menetap.8. Psoriasis ostracea: lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan tertutup lembaran-lembaran skuama mirip kulit tiram.9. Psoriasis rupioides: lesi berkrusta mirip rupia sifilitika.

2.4 Manifestasi klinisAda 2 tipe utama lesi dari psoriasis yaitu :1. Tipe inflamatori : manifestasi yang timbul yaitu adanya inflamasi, eruptif, yang kecil. Lesi bisa berbentuk gutata (seperti tetesan air) atau nummular (seperti koin).2. Tipe plak yang stabil. Gejala lain yang timbul pada kulit diantaranya gatal (pruritus) terutama di daerah kepala dan anogenital, akantosis, parakeratosis, dan lesi biasanya ditutupi oleh plak berwarna keperakan.

Gejala dari psoriasis antara lain:1. Mengeluh gatal ringan2. Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.3. Terdapat fenomena tetesan lilin4. Menyebabkan kelainan kuku

Lesi klasik psoriasis biasanya berupa plak berwarna kemerahan yang berbatas tegas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan pada permukaan lesi. Ukurannya bervariasi mulai dari papul yang berukuran kecil sampai dengan plak yang menutupi area tubuh yang luas. Lesi pada psoriasis umumnya terjadi secara simetris, walaupun dapat terjadi secara unilateral. Dibawah skuama akan tampak kulit berwarna kemerahan mengkilat dan tampak bintik-bintik perdarahan pada saat skuama diangkat. Hal ini disebut dengan tanda Auspitz. Psoriasis juga dapat timbul pada tempat terjadinya trauma, hal ini disebut dengan fenomena Koebner. Penggoresan skuama utuh dengan mengggunakan pinggir gelas objek akan menyebabkan terjadinya perubahan warna lebih putih seperti tetesan lilin. Selain dari presentasi klasik yang disebutkan diatas terdapat beberapa tipe klinis psoriasis. Psoriasis vulgaris yang merupakan tipe psoriasis yang paling sering terjadi, berupa plak kemerahan berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas, dengan skuama berwarna keputihan. Lesi biasanya terdistribusi secara simetris pada ekstensor ekstremitas, terutama di siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genital.Bentuk lainnya yaitu psoriasis inversa (fleksural), psoriasis gutata, psoriasis pustular, psoriasis linier, dan psoriasis eritroderma. Makula eritema berbatas tegas dan diatasnya didapati skuama yang mempunyai sifat-sifat khas. Warnanya putih seperti perak atau mika, transparan,kering, kasar, dan berlapis-lapis. Apabila skuama ini digores dengan benda tajam akan tampak sebuah garis putih kabur dan skuama menjadi pecah-pecah mirip gambaran setetes lilin yang digores dengan benda tajam. Fenomena ini disebut fenomena tetesan lilin. Apabila skuama ini dikupas lapis demi lapis, pada lapisan yang terbawah tampak kulit berwarna merah dan terlihat bintik-bintik merah. Tanda seperti ini disebut tanda Auspitz.Vasodilatasi pembuluh darah subepidermal dan kapiler kulit menyebabkan pelepasan panas yang berlebihan dan penderita akan mengeluh merasa kedinginan. Kadang-kadang dapat timbul gejala yang lebih serius, seperti kegagalan jantung, akibat pengalihan darah di dalam kulit yang meningkat

2.5 KomplikasiKemungkinan komplikasi yanh bisa terjadi pada psoriasis diantaranya:1. Penyebaran psoriasis hingga kuku jari tangan sehingga timbul lekukan atau sumuran kecil-kecil dan perubahan warna kuku menjadi kuning atau cokelat (sekitar 60% pasien).2. Penumpukan debris yang tebal dan menggumpal dibawah kuku sehingga membuat kuku terlepas dari dasarnya (onikolisis).3. Infeksi sekunder karena rasa gatal.Kadang-kadang psoriasis berubah menjadi pustula :1. Psoriasis pustuler yang terlokalisasi (lokalisata) disertai pembentukan pustula pada telapak tangan dan kaki yang tetap steril kendati terbuka.2. Psoriasis pustuler yang menyeluruh (generalisata) yang secara khas terjadi bersama demam, leukositosis, dan rasa tidak enak badan dengan kumpulan-kumpulan pustula yang menyatu membentuk kolam nanah/pus pada kulit yang berwarna merah (juga tetap steril sekalipun lesi ini terbuka) lesi pada bentuk psoriasis ini umumnya mengenai lidah dan mukosa oral.3. Psoriasis eritrodermik (bentuk yang paling jarang) yang merupakan bentuk inflamasi psoriasis dengan ditandai oleh eritema periodik dan eksfolitasi kulit disertai rasa nyeri serta gatal yang hebat.4. Gejala arthritis yang biasanya terjadi pada satu atau lebih sendi jari tangan dan kaki, sendi-sendi besar atau kadang-kadang sendi sakroiliaka, yang kemudian dapat berlanjut menjadi spondilitis serta rasa kaku di pagi hari (pada sebagian pasien). Pada stadium akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit. Bila berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion, menyebabkan pemendekan tulang dan hal ini mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku dalam posisi fleksi. Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan permulaan osteoporosis diikuti peningkatan densitas tulang, penyempitan rongga persendian dan erosi permukaan sendi.

2.6 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis psoriasis tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari penyakit yang menyertai psoriasis perlu dilaksanakan, seperti pemeriksaan darah rutin, mencari penyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.Biopsy kulit 2.7 Penatalaksanaan1. Pengobatan sistemika. Kortikosteroid: obat ini digunakan pada psoriasis eritodermik dan psoriasis pustulosa generalisata. Dosis permulaan 40-60 mg prednisolon sehari, jika telah sembuh dosis di turunkan perlahan.b. Obat sitotoksik (metotreksat): Obat ini dapat menghambat mitosis sel epidermis tanpa mengganggu fungsi sel. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kerja penghambatan kompetitif dihidrofolat reduktase, sehingga mengakibatkan pengurangan sistesis DNA. Dengan menghambat mitosis, obat ini efektif untuk mengobati lesi psoriasis. Penderita biasanya senang dengan obat ini karena tidak perlu mempergunakan salep atau krim yang dioleskan.kerugian obat ini adalah psoriasis dapat mengalami relaps setelah obat dihentikan dan mempunyai banyak efek samping. Pengobatan dengan metotreksat hanya boleh diberikan pada penderita psoriasis yang tidak memberikan hasil memuaskan dengan pengobatan topikal atau dengan PUVA. Walaupun obat ini tidak bersifat kuratif, MTX tetap merupakan obat yang bermanfaat terhadapa psoriasis dan dapat diberikan secara oral maupun melalui injeksi.Metotreksat dapat diberikan dengan 3 cara:1) Dosis setiap hari, 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dan selanjutnya dapat diberikan dengan dosis bertahan (maintenance) 1-2 mg/hari.2) Dosis tunggal 25 mg dan diikuti dengan 50mg tiap minggu berikutnya.3) Dosis tunggal 25 mg per injeksi/minggu, disusul dengan 50 mg setiap minggu berikutnya.Pengobatan dengan MTX hendaknya diberikan pada penderita dengan fungsi ginjal yang baik. Penderita anemia dan gangguan fungsi sum-sum tulang serta penderita penyakit infeksi sebaiknya jangan diobati dengan MTX. Sebelum dan selama pengobatan, harus diawasi benar-benar kemungkinan timbulnya efek samping obat dengan memeriksa darah, fungsi hati, dan ginjal.Untuk mengurangi efekkumulatif MTX, obat ini dapat digabung dengan PUVA. Misanya, pemberian MTX 15 mg/ minggu dikombinasikan dengan PUVA sampai lesi menghilang, dan sesudah itu dilanjutkan dengan PUVA saja sebagai pengobatan pemeliharaan. Dengan cara ini, dosis MTX dapat dikurangi secara kumulatif dan dosis PUVA dapat dikurangi 50%. Dengan demikian, efek samping dapat dihindari. Pengobatan gabungan MTX dengan etretinat dapat mengobati psoriasis pustulosa yang tidak dapat diobati hanya dengan MTX atau etretinat. Dengan gabungan ini penyembuhanmenjadi cepat dan remisis berkurang.c. Levodopa: sebenarnyaobat ini digunakan untuk penyakit Parkinson. Tetapi juga dapat menyembuhkan psoriasis dengan dosid 2x250 mg 3x500 mg. efek samping obat yaitu mual, muntah, anoreksida, hipotensi, gangguan psikis, dan pada jantung. d. DDD(diaminodifenilsulfon) : digunakan untuk psoriasis pustule tipe barber dengan dosis 2x100 mg sehari. Efek samping obat yaitu anemia hemolitik, methemoglobinemia, agranulositosis.e. Etretinat (tegison, tigason) : merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat lain mengingat efek sampingnya. Untuk eritroderma psoriatika. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.f. Siklosporin: meemiliki efek imunosupresif. Dosis 6 mg/kg BB sehari. Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Jika obat dihentikan maka akan terjadi kekambuhan.

2. Pengobatan topicala. Steroid topical: Tidak dapat menyembuhkan psoriasis secara tuntas, tetapi dapat meredakannya. Ada risiko timbulnya brittle psoriasis, akan tetapi jika digunakan untuk penyakit yang dalam keadaan stabil dan pada kulit kepala serta daerah fleksor, obat-obatan ini dapat bermanfaat.b. Preparat ter : mempunyai efek anti radang. Ada 3 jenis ter : fosil seperti iktiol; kayu seperti oleum kadini dan oleum ruski; dan batubara seperti liantral, likuo karbonisdetergens.c. Kortikosteroid: merupakan golongan kortikosteroid yang poten, seperti dengan senyawa flour. Jika lesi hanya beberapa dapat pula disuntikan triamsinolon asetonid intralesi seminggu sekali.d. Ditranol(antralin): sangat efektif digunakan tapi dapat mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi 0,2-0,8% dalam bentuk pasta/salap. Penyembuhan selama 3 minggu. Bekerja paling baik dalam bentuk pasta lassar (tepung, zink oksida, asam salisilat dalam paraffin lunak putih).e. Pengobatan dengan penyinaran: sinar UV dapat menghambat mitosis sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Digunakan sinar UV antifisial: sinar A yaitu UVA, dapat digunakan secara tersendiri / kombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan PUVA, / bersama-sama dengan preparat ter yang terkenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.Pengobatan cara Goekerman: menggunakan ter yang berasal dari batubara yang ditambahkan minyak. Ter tersebut bersifat fotosensitif dan dioleskan 2-3 kali sehari, lama pengobatan 4-6 minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu, kecuali preparat ter juga dapat digunakan ditranol.f. Analog vitamin D dan A: Kalsipotriol dan takalsitol merupakan analog vitamin D dapat bekerja dengan baik, dan dengan cepat memperoleh posisi sebagai bagian dari penanganan rutin. Analog vitamin A lebih disenangi oleh sebagian ahli, tetapi kurang efektif. Efek samping vitamin D dapat membakar wajah dan daerah fleksor tetapi kadar kalsium darah dapat terganggu bila analog vitamin D dipakai dalam jumlah yang besar; vitamin A di anjurkan untuk tidak hamil karna ada efek teratogenik.3. Pengobatan non-farmakologia. EmolienEmolien sering digunakan selama periode terapi bebas untuk meminimalkan kekeringan kulit yang dapat menyebabkan kekambuhan dini. Agen ini melembabkan stratum korneum dan meminimalkan transepidermal kulit yang kehilangan air (penguapan). Hidrasi menyebabkan stratum korneum membengkak dan merata pada kontur permukaannya. Emolien efektif sebagai pelembab, menurunkan kekuatan mengikat dalam lapisan tanduk, meningkatkan deskuamasi, dan menghilangkan scaling. Emolien juga dapat meningkatkan kelenturan kulit, memiliki aktivitas antipruritus, dan memiliki vasokonstriktor ringan aktivitas.b. BalneotheraphyBalneotherapy (dan climatotherapy) adalah pendekatan terapi yang dapat dilakukan dengan mandi di air yang mengandung garam tertentu, sering dikombinasikan dengan paparan sinar matahari alami.Pengobatan berdasarakan jenis penyakit psoriasis yang diderita oleh pasien1. Psoriasis Plak KronisDitranol memang merupakan pilihan pertama, tetapi terdapat beberapa pertimbangan meliputi pola hidup klien atau pada efek samping. Analog vit D atau steroid topikal (dengan atau tanpa ter dan asam salisilat) seringkali digunakan. Radiasi UV dapat membantu. Apabila lesi meluas atau timbul dampak psikososial yang serius, maka PUVA, retinoid, atau obat-obatan sitotoksik dapat dipertimbangkan.2. Psoriasis Kulit KepalaDapat menggunakan Shampo yang mengandung ter, atau ter berbentuk gel dapat bermanfaat namun topikal yang terbaik ialah Unguentum Cocois Co, yaitu suatu campuran yang terdiri ter dan asam salisilat.3. Psoriasis GutataPaling mudah diobati menggunakan Radiasi UV bersama dengan emolien dan ter dalam bentuk salep.4. Psoriasis FleksuralCampuran ter/kortikosteroid yang ringan mungkin cukup efektif, tetapi penggunaan steroid topikal dalam jangkan panjang dapat menyebabkan timbulnya striae. Ditranol, yang sangat rendah dapat bermanfaat, tetapi biasanya kulit menjadi terbakar, dan mewarnai pakaian dalam. UVB dan PUVA umumnya tidak bisa mencapai tempat-tempat yang terkena. Analog vitamin D bermanfaat, tetapi dapat menimbulkan rasa pedih.5. Brittle PsoriasisMemerlukan penanganan yang hati-hati. Hindari penggunaan obat-obatan steroid topikalyang poten, ter yang pekat, dan asam salisilat. Gunakan Emolien atau steroid dengan konsentrasi yang sangat rendah untuk menstabilkan kulit.6. Psoriasis Eritrodermik dan Psoriasis pustular akutObat yang paling sering digunakan adalah metotreksat dan siklosporin. Jika kondisi membaik kurangi dosis secara berangsur-angsur.

c. Peran Perawat Peran Perawat dalam Kasus Psoriasis: 1. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatanPerawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien seperti membersihkan luka, mengompres luka, serta menjaga kenyamanan klien.2. Perawat sebagai educatorPerawat menjelaskan kepada klien dan keluarga mengenai proses perjalanan penyakit yang diderita klien. Dalam kasus psoriasis ini perawawat memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit psoriasis ini tidak menular sehingga keluarga tidak perlu takut apalagi sampai menjauhi klien. Anjurkan keluarga untuk mensupport dan mendampingi klien agar pasien terhindar dari stress yang akan memperburuk keadaannya.3. Perawat sebagai kolaboratorPerawat berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat kepada klien proses serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mempercepat penyembuhan penyakit klien.4. Perawat sebagai advokatPerawat menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien- mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.5. Perawat sebagai koordinatorPerawat mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.6. KonsultanPerawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.7. Penelitimengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanPsoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang bersifat kronik residif dengan karakteristik yang khas, yaitu adanya macula eritematosa yang berbentuk bulat/ lonjong, terdapat skuama yang tebal, berlapis-lapis dan berwarna putih keperakan.Faktor-faktor yang menyebabkan psoriasis seperti: d. Faktor Genetike. Sistem Imunf. Faktor Lingkungang. Faktor Hormonal

DAFTAR PUSTAKA

Ajunadi, Purnawan dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.Ashcroft DM., Li WP., Griffiths CM. 2000. Therapeutic Strategis for Psoriasis. J of Clin Pharm and Ther; 25: 1-10Azfar RS.and Gelfand JM. 2008. Psoriasis and Metabolic Disease: Epidemiology and Pathophysiology. Curr Opin Rheumatol; 20(4):416-422. Barker JN. 2001. Genetic Aspect of psoriasis. Clin and Exp Dermatol; 26: 321325.Bernard FX., Morel F., Camus M., Pedretti N., Barrault C., Garnier J. and Lecron JC. 2012. Keratinocytes under Fire of Proinflammatory Cytokenes:Bona Fide Innate Cells Involved in the Physiopathology of Chronic Atopic Dermatitis and Psoriasis. Journal of Allergy. Vol.2012:1-10Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.Catsarou-Catsari A, Katambus A, Theodorpoylos P. Ophthalmological manifestations in patients with psoriasis. In:Acta Derm Venereol (Stock). 64. 1984:557-559.Chan J.R., Blumenschein W., and Murphy E., 2006. IL23 Stimulated Epidermal Hyperplasia via TNF and IL-20R2-dependent Mechanism with Implications for Psoriasis Pathogenesis. J. Exp Med; 203: 2577 2587.Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta:EMSDe Rie M.A., Goedkoop A.Y., Bos J.D., 2004. Overview of Psoriasis. DermatolTher; 17: 341-349.Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.Djuanda, A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed.5. Penerbit FK UI. JakartaDoengoes, E, Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC: JakartaDvaroka V, and Markham T. 2013. Psoriasis: current treatment option and recent advances. Drug Review; 4:13-18El-Darouti M and Hay RA. 2010. Psoriasis: Higlights on Pathogenesis, Adjuvant Therapy and Treatment of Resistant Problematic Case. J Egypt Women Dermatol Soc; 7: 64-70 Feingold FL., Shigenaga JK., Kazemi MR., McDonald CM., Patzek SM., Cross AS.and Grunfeld B. 2012. Mechanisms of triglyceride accumulation in activated macrophages.J Leukoc Biol; 92(4):829-39Gaspari AA. 2006. Innate and Adaptive Immunity and the Patophysiology of Psoriasis. J. Am Acad Dermatol; 53: 94-100. Graham, Robin. Dermatologi. Ed.8.Jakarta:EMSGrove T. and Mulfinger L.2001. The Pathogenesis of Psoriasis:Biochemical Aspect. Biological & Biomedical Sciences: June Issue 1: 1-4.Gudjonsson J. dan Elder J. 2012. Psoriasis Vulgaris. In: Wolff K., Goldsmith L., Katz S., Gilchrest B., Paller A., Leffell D. editors Fitzpatricks Dermatology in General Medicine8th ed. New York: McGraw-Hill: 169193.Gudjonsson JE. and Thorarinsson AM., 2003. Streptococcal Throat Infections and Excerbation of Chronic Plaque Psoriasis: a prospective study. Br. J of Derm; 149:530-4.Herdman, T. heather, 2012, Diagnosis Keperawtan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014/ editor T.Heather Herdman; alih bahasa, Made Sumarwati, dan Nike Budi Subekti. EGC. JakartaHuerta C., Rivero E. and Luis AG. 2007. Incidence and Risk Factors for Psoriasis in the General Population. Arc Dermatol;143(12):1559-1565.Jacoeb, Tjut Nurul Alam. Jurnal Psoriasis dan Keterlibatan Organ Lain.JakartaJenifer P, Kwalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC: Jakarta.Joshi R. 2004. Immunopathogenesis of Psoriasis. Indian J Dematol Venereol Leprol; 70(1): 10-2Joyce L. Kee, Evelyn R. Hayes. 1996. Farmakologi : Pendekatan proses keperawatan, E, Alih Bahasa Peter Anugerah. Jakarta: EGC

Krueger G. and Ellis CN. 2005. Psoriasis Recent Advances in Understanding its Pathogenesis and Treatment. J. Am Acad Dermatol; 53: 94-100.Nestle FO., Kaplan DH. and Barker J. 2009. Mechanisme of Disease Psoriasis. N Engl J Med;361(5): 496-509. Nickoloff BJ. and Nestle FO. 2004. Recent insights into the immunopathogenesis ofpsoriasis provide new therapeutic opportunities. The Journal of Clinical Investigation:113(12): 1664-1675Numerof RP. and Asadullah K. 2006. Cytokine and Anti Cytokine Therapies for Psoriasis and Atopic Dermatitis. Bio drugs; 20: 93-103. Price, Wilson. 1995. Patofisiologi Edisi 3. EGC: Jakarta.Perez RP., Cabaleiro T., Dauden E and Santos FA. 2013. Gene polymorphisms that can predict response to anti-TNF therapy in patients with psoriasis and related autoimmune diseases. The Pharmacogenomics Journal; 13: 297 305Sanchez APG. 2010. Immunopathogenesis of Psoriasis. An Bras Dermatol:85(5): 747-9.Savoiu G., Noveanu L., Miladenecu OL., Gorun C.,Dragan S., Mirica S., Mladinecu CF. and Mihalas G. 2008. The Antioxidant Factor Reduce the Impairment of Endothelial-Dependent Vasodilatation in Isolated Human Arteries Preincubated with Triglyceride-Rich Lipoproteins. Romanian J Biophys; 18(20): 171-177.Schon MP. and Boehncke WH. 2005. Psoriasis N. Eng. J. Med; 352(18): 18991909.Sinaga, Dameria. 2013. Pengaruh Stress Psikologi Terhadap Pasien Psoriasis. Fakultas kedokteran UI: JakartaSiregar. 2000.Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates.Smeltzer, Suzanne. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3. EGC: Jakarta.Verghese B.,Bhatnagar S., Tanwar R. and Bhattacharjee J. 2011. Serum Cytikene Profile in Psoriasis A Case-Control Study in a Tertiary Care Hospital from Northern India. Ind J Clin Biochem; 26(4): 373-77Wang YI., Schulze J., Raymond N., Tomita T, Tam K., Simon SI. and Passerini GA. 2011. Endothelial inflammation correlates with subject triglycerides and waist sizeafter a high-fat meal. Am J Physiol Heart Circ;300: 784-791.Ziouzenkova O., Perrey S., AsatryanL., Hwang L., MacNaul KL., Moller DE.,Rader DJ., Sevanian A., Zechner R., HoeerG., and PlutzkyP.2003. Lipolysis of triglyceride-rich lipoproteins generatesPPAR ligands: Evidence for an antiinflammatoryrole for lipoprotein lipase. PNAS; 100(5): 2730-2735 http://eprints.undip.ac.id http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37071/4/Chapter%20II.pdfjournal.unair.ac.id http://www.academia.edu/7285514/PSORIASIShttp://www.docstoc.com/docs/124085418/Intergumen---Psoriasis Buku Saku Patofisiologi edisi 2Teks book unud.ac.idLecture wound care Bu etika sebelum praktikum

Patofisiologi PsoriasisLAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2

Asuhan Keperawatan pada Pasien PsoriasisKasus:

1. PengkajianIdentitas Pasiena. Nama klien: Nona Sb. Umur: 19 tahunc. Jenis kelamin: Perempuand. Suku/ bangsa: -e. Agama: -f. Pendidikan: -g. Pekerjaan: -h. Alamat: -i. MRS: -j. Tgl pengkajian: -Riwayat Kesehatana. Keluhan utamaAdanya rasa gatal yang tak tertahankan yang kambuh sejak 2 minggu yang lalu.

b. Riwayat Kesehatan SekarangNona S 19 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan adanya rasa gatal yang tak tertahankan yang kambuh sejak 2 minggu yang lalu dan adanya lesi berbentuk bulat dengan tegas dengan ukuran paling besar 2x2 cm dengan lesi berupa makula eritema, makula hiperpigmentasi, plak eritema, papula eritema hingga pustula disertai skuama.

c. Riwayat keperawatan yang laluKlien sudah merasakan gatal sejak 2 bulan yang lalu dan timbul kulit bersisik sebesar koin 500an pada lututnya.d. Riwayat kesehatan keluargaAda kemungkina riwayat keluarga juga memiliki penyakit yang sama.

e. Pola manajemen kesehatanKlien mengonsumsi obat kenokort pemberian temannya saat merasa gatal.

f. Pola nutrisi-g. Pola eliminasi-h. Pola persepsi dan kognitifKlien merasa gatalnya menyebar saat terpapar sinar matahari dan kurang tidur

i. Pola aktivitas-j. Pola tidur dan istirahatKlien mengalami masalah kurang tidur k. Pola persepsidiri dan konsepdiri-l. Pola peran dan hubunganKlien merasa sedih karena teman dan keluarganya menjauhinya karena takut tertular

m. Pola seksualitas dan reproduksiKlien berjenis kelamin perempuan dan masih lajang.n. Pola koping dan toleransi stress-o. Polanilaidankepercayaan/ agama-Pemeriksaan fisika. Kesadaran: Composmetisb. Tekanan darah: 110/70 mmHgc. Nadi: -d. Pernafasan: 24 x/ menite. Suhu tubuh: 38,7 Cf. Kulit: Terdapat lesi distribusi generalisata berupa makula eritema, makula hiperpigmentasi, plak eritema, papula eritema, dan pustula yang disertai skuama. g. Kepala: Kulit kepala kotor karena terpadat ketombe dan rambut yang kotor.h. Mata :Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil 4 mm, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikteric, tidak adaptosis, koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas dalam 6 titik sudut pandang yang berbeda.(normal)i. Hidung:Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada.(normal)j. Telinga:Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada, dan reflek suara baik. ( normal)k. Mulut: Bibir tidak cyanosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi masih genap.(normal)l. Leher: Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid (normal)m. Dada :1) Jantunga) Inspeksi : Simetris, statis, dinamis (normal)b) Palpasi : teraba normal (normal)c) Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal (normal)d) Auskultasi : normal2) Paru parua) Inspeksi : Simetris, statis, dinamis (normal)b) Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri (normal)c) Perkusi : Sonor seluruh lapang paru (normal)d) Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - ) (normal)n. Perut :1) Inspeksi : Datar (normal)2) Palpasi : Supel, tidak ada massa (normal)3) Perkusi : timpani (normal)4) Auskultasi : bising usus ( + ) (normal)

o. Ekstrimitas : Terdapat lesi distribusi generalisata berupa makula eritema, makula hiperpigmentasi, plak eritema, papula eritema, dan pustula yang disertai skuama.Pemeriksaan Penunjang : Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tungau dewasa dan padapemeriksaan gram ditemukan bakteri gram positif.

Analisa DataNoData yang menyimpangEtiologiMasalah keperawatan

1.DO :-DS :1. Klien mengeluh merasakan gatal yang tak tertahankan yang kambuh sejak 2 minggu yang lalu2. Gatal sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu3. Gatal dirasakan berlebih ketika pasien diputuskan pacar, kurang tidur, dan terpapar sinar matahari4. Gatal yang dirasakan menyebar keseluruh tubuh kecuali wajah dan tanganStress

Meningkatnya hormon norephinefrin

Menstimulasi peningkatan produksi IL-12

Merangsang sel Th 1 melalui reseptor adrenergik memproduksi IFN

Meningkatkan EGF ( Epidermis Grow Faktor) dan NGF ( Neural Grow Faktor)

Meningkatnya pembelahan sel kulit di stratum basalis

Bergerak menuju lapisan stratum korneum

Terjadi penumpukan sel2 kulit yang belum matang

Menigkatkan proliferasi keratin

Skuama Terpapar sinar matahariInflamasi pada lapisan keratinosit

Mengeluarkan ACh

Merangsangsang serabut saraf tipe C

Gatal

Gangguan rasa nyaman : Gatal

2.DO : 1. Terdapat distribusi lesi generalisata berbentuk bulat dengan tegas dan timbul ukuran paling besar 2x2 cm.2. Lesi berupa makula eritema, makula hiperpigmentasi, plak eritema, papula eritema, hingga pustula disertai skuama.DS :-Stress

Meningkatnya hormon norephinefrin

Menstimulasi peningkatan produksi IL-12

Merangsang sel Th 1 melalui reseptor adrenergik memproduksi IFN

Meningkatkan EGF ( Epidermis Grow Faktor) dan NGF ( Neural Grow Faktor)

Meningkatnya pembelahan sel kulit di stratum basalis

Bergerak menuju lapisan stratum korneum

Terjadi penumpukan sel2 kulit yang belum matang

Menigkatkan proliferasi keratin

Skuama Terpapar sinar matahariInflamasi pada lapisan keratinosit

Mengeluarkan ACh

Merangsangsang serabut saraf tipe C

Gatal

Merangsang saraf motorik

Digaruk

Eritema Pustula

Lesi

Gangguan integritas kulit

3. DO : 1. Sejak 2 bulan yang lalu timbul kulit bersisik sebesar uang koin 500san di lututnyaDS :

Stress

Meningkatnya hormon norephinefrin

Menstimulasi peningkatan produksi IL-12

Merangsang sel Th 1 melalui reseptor adrenergik memproduksi IFN

Meningkatkan EGF ( Epidermis Grow Faktor) dan NGF ( Neural Grow Faktor)

Meningkatnya pembelahan sel kulit di stratum basalis

Bergerak menuju lapisan stratum korneum

Terjadi penumpukan sel2 kulit yang belum matang

Menigkatkan proliferasi keratin

Skuama

Gangguan citra tubuh

4. DO : 1. T = 38,7 0 C2. RR = 24 x/menitDS : 1. Klien merasa sedih karena teman dan keluarganya menjauhinya karena takut tertularStress

Meningkatnya hormon norephinefrin

Menstimulasi peningkatan produksi IL-12

Merangsang sel Th 1 melalui reseptor adrenergik memproduksi IFN

Meningkatkan EGF ( Epidermis Grow Faktor) dan NGF ( Neural Grow Faktor)

Meningkatnya pembelahan sel kulit di stratum basalis

Bergerak menuju lapisan stratum korneum

Terjadi penumpukan sel2 kulit yang belum matang

Menigkatkan proliferasi keratin

Skuama Terpapar sinar matahariInflamasi pada lapisan keratinosit

Mengeluarkan ACh

Merangsangsang serabut saraf tipe C

Gatal

Gangguan tidur

Anxieties

5.DO :-DS : 1. Keluarga dan teman klien menjauhinya karena takut tertular.Stress

Meningkatnya hormon norephinefrin

Menstimulasi peningkatan produksi IL-12

Merangsang sel Th 1 melalui reseptor adrenergik memproduksi IFN

Meningkatkan EGF ( Epidermis Grow Faktor) dan NGF ( Neural Grow Faktor)

Meningkatnya pembelahan sel kulit di stratum basalis

Bergerak menuju lapisan stratum korneum

Terjadi penumpukan sel2 kulit yang belum matang

Menigkatkan proliferasi keratin

Skuama Terpapar sinar matahariInflamasi pada lapisan keratinosit

Mengeluarkan ACh

Merangsangsang serabut saraf tipe C

Gatal

Merangsang saraf motorik

Digaruk

Eritema Pustula

Lesi distribusi generalisata

Resiko menular

Gangguan Koping keluarga

Diagnosa Keperawatan1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit ditandai dengan adanya gatal, ansietas, klien tampak gelisah, lesi.2. Gangguan integritas kulit b.d adanya lesi dan reaksi inflamasi.3. Gangguan citra tubuh yang b.d perubahan struktur kulit ditandai dengan sisik pada kulit4. Anxieties yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat.5. Gangguan koping keluarga b.d kurangnya informasi mengenai penyakit.Intervensi KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional

1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit ditandai dengan adanya gatal, ansietas, klien tampak gelisah, lesiSetelah dilakukan tindakan perawatan klien dapat mempertahankan tingkat kenyamanan selama perawatan dengan kriteria hasil:1. klien tampak tenang2. klien menerima akan penyakitnya3. gatal dan perih hilang

1. kendalikan faktor faktor iritan

2. Pertahankan lingkungan yang dingin atau sejuk.3. Anjurkan klien menggunakan sabun ringan atau sabun khusus untuk kulit sensitif

4. Kolaborasi dalam pemberian terapi topikal seperti yang diresepkan dokter.1. Rasa gatal dapat diperburuk oleh panas, bahan kimia dan fisik.2. Kesejukan mengurangi gatal.3. Upaya ini mencakup tidak adanya larutan detergen, zat pewarna atau bahan pengeras4. Tindakan ini membantu meredakan gejala

2.Gangguan integritas kulit b.d adanya lesi dan reaksi inflamasi

Setelah dilakukan tindakan perawatan integritas kulit membaik secara optimal.Kriteria :1. Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoriasis berkurang.2. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)3. Tidak ada luka/lesi pada kulit4. Perfusi jaringan baik5. Klien menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang6. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka.1. Lakukan tindakan peningkatan integritas jaringan demean cara tidak sering membasuh lesi karena akan menambah rasa sakit dan pembentukan sisik.2. Tingkatkan asupan nutrisi diet TKTP3. Menasehati pasien agar tidak mencubit atau menggaruk lesi4. Lakukan kompres basah dan sejuk atau terapi rendaman tapi tidak terlalu sering5. Kulit dikeringkan dengan handuk dan bukan menggosoknya kuat kuat.6. Kolaborasi pemberian preparat emolien yang berguna untuk melembapkan kulit , meningkatkan rasa nyaman, dan mengurangi pembentukan sisik.7. Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan

1. Untuk menghindari cedera kulit, pasien harus dinasihati agar tidak mencubit atau menggaruk daerah yang sakit.2. Untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertumbuhan jarring.3. Untuk menghindari cedera kulit4. Merupakan tindakan protektif yang dapat mengurangi nyeri pada lesi5. Agar tidak memperparah kondisi lesi6. Agar kelempan kulit klien terjaga7. Apabila masih belum mencapai dari kriteria evaluasi 5 x 24 jam, maka perlu dikaji ulang faktor faktor

3.Gangguan citra tubuh yang b.d perubahan struktur kulit ditandai dengan sisik pada kulit

Setelah dilakukan tindakan perawatan klien menunjukan kriteria :1. Mampu menyatakan atau mengomunikasikan demean orang terdekat (keluarga/tenaga kesehatan) tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi,2. mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.1. Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada pasien

2. Bina hubungan teurapeutik

3. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang perubahan citra tubuh

4. Bantu klien dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali serta mengatasi masalah

5. Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri, mendorong sosialisasi dengan orang lain dan membantu klien ke arah penerimaan diri1. Beberapa pasien dapat menerima secara efektif kondisi perubahan fungsi yang dialaminya, sedangkan yang lain mempunyai kesulitan dalam menerima perubahan fungsi yang dialaminya, sehingga memberikan dampak pada kondisi koping maladaftif.

2. Hubungan teurapeutik antara professional pelayanan keperawatan, penderita psoriasis dan keluarga merupakan hubungan yang diciptakan, supaya pasien harus lebih memiliki keyakinan diri dan pemberdayaan dalam melaksanakan program terapi serta menggunakan strategi koping yang membantu mengatasi perubahan pada konsep diri serta citra tubuh yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut

3. Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami dalam proses peningkatan kepercayaan diri

4. Kesan seseorang terhadap dirinya sangat berpengaruh dalam pengembalian kepercayaan diri

5. Pendekatan dan saran yang positif dapat membantu menguatkan usaha dan kepercayaan yang dilakukan

4.Anxieties yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat.Setelah dilakukan tindakanKeperawatan diharapkan ansietas dapat diminimalkan sampai dengan diatasi, dengan kriteria hasil :1. klien tampak tenang2. klien menerima tentang penyakitnya3. Gangguan tidur hilang4. pola berkemih normal1. Monitor TTV klien

2. Berikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi yang bebas, misalnya rasa marah, takut,dan ragu

3. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan

4. Diskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah

1. Agar perubahan TTV klien dapat terpantau2. Agar pasien merasa diterima3. Ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman dapat menyebabkan timbulnya ansietas4. Mengurangi kecemasan pasien

5.Gangguan koping keluarga b.d kurangnya informasi mengenai penyakitSetelah dilakukan tindakan perawatan orang terdekat klien ( Keluarga dan temannya) menunjukan kriteria :1. Sikap menghargai dan mengerti proses dan penyebab penyakit tersebut 2. Menerima keadaan serta kondisi klien sekarang dengan sikap yang baik dan bijaksana.3. Mampu menjaga perasaan klien1. Memberikan informasi mengenai penyebab, gejala, proses, dan penularan penyakit tersebut kepada orang terdekat klien yaitu keluarga dan temannya

2. Memberi arahan bahwa harus menjaga kondisi psikologis pasien karena keadaan tersebut berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit klien.1. Agar keluarga dan teman klien mengerti mengenai penyakit tersebut.2. Agar keluarga dan temannya lebih dapat berhati berhati menjaga sikap di depan klien.

Lampiran 31. Apakah hubungan stress dengan gatal psoriasis ?Jawab : Karena ketika stress terjadi peningkatan produksi hormon norephinefrin yang dapat meningkatkan produksi interlukin -12 ( IL-12) yang akan merangsang sel Th 1 melalui sel adrenergik untuk memproduksi IFN sebagai sitokin pro- implamasi yang sangat berperan meningkatkan EGF ( Epidermis Grow Faktor) dan NGF (Neural Grow Faktor) sebagai sitokin yang sangat berperan dalam proliferasi keratinosit dan reaksi aouto imun yang menyebabkan gatal karena proliferasi epidermis semakin cepat seiring meningkatnya stress tersebut. Pengobatan psoriasis tidak akan berhasil apabila faktor stress psikologis ini belum dapat dihilangkan. Oleh karena itu kita harus menentramkan perasaan pasien dengan menjelaskan bahwa psoriasis bukan penyakit yang menular dan meskipun terjadi eksaserbasi serta remisi, penyakit ini dapat dikendalikan dengan terapi yang benar. Akan tetapi pastikan bahwa pasien memahami penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Karena situasi stress cenderung membuat psoriasis timbul kembali, bantu pasien dengan mengajarkan teknik manajemen sytress yang efektif dan mekanisme untuk mengatasinya.2. Hubungan meningkatnya leukosit dengan penyakit psoriasis ?Jawab : Proliferasi epidermis yang semakin cepat tersebut mengakibatkan pelepasan sitokin dan kemokin yang masuk ke sirkulasi darah yang kemudian merangsang leukosit berploriferasi menjadi lebih banyak karena menanggapi rangsangan adanya benda asing tersebut di sirkulasi darah.Sumber no1 dan 2 : Journal hubungan stress psikologis dengan penyakit psoriasis,universitas undayana , Made Wardana.20103. Kenapa di gunakan larutan NaCl untuk mengompres ?Jawab : Karena konsentrasi larutan NaCl sama dengan cairan tubuh dan jaman sekarang tidak diperkenankan lagi untuk mengompres luka dengan alcohol atau betadin.Sumber : Lecture wound care Bu etika sebelum praktikum.