Upload
rusdi
View
234
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran keterampilan berbahasa merupakan salah satu kompoen
dalam pengajaran bahasa, khusunya Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran
keterampilan berbahasa tercakup empat aspek yang harus diperhatikan dan
diajarkan secara terpadu. Keempat aspek yang dimaksud yaitu keterampilan
menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Keempat aspek ini sama
pentingnya dalam pengajaran keterampilan berbahasa.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang paling dominan
digunakan dalam aktifitas manusia, termasuk dalam proses belajar mengajar
yaitu aspek keterampilan menyimak. Aspek keterampilan menyimak
merupakan salah satu sub komponen dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang harus diajarkan dan dilatih siswa melalui tingkat pendidikan dasar sampai
tingkat perguruan tinggi.
Melihat tuntutan ini dalam kurikulum Bahasa Indonesia, maka tidak ada
alas an bagi guru Bahasa Indonesia untuk tidak mengaplikasikan keterampilan
menyimak di dalam kelas.
Penerapan pembelajaran keterampilan menyimak pada siswa tingkat
pendidikan dasar tentu mengalami berbagai hambatan dan rintangan.
Hambatan dan rintangan pembelajaran menyimak yang dialami di tingkat
Madrasah Ibtidaiyah (MI) sangat menarik untuk dikaji secara mendalam hal ini
disebabkan titik tumpuan utama pencapaian peningkatan prestasi belajar siswa
sangat dipengaruhi tingkat kepekaan siswa dalam menyimak, semua mata
pelajaran yang dipelajari oleh siswa di sekolah membutuhkan keterlibatan
menyimak.
Pembelajaran keterampilan menyimak memerlukan dukungan sarana
dan prasarana yang memadai. Begitu pula dengan kreatifitas guru mengajar
harus memperhatikan pencapaian pengajaran keterampilan menyimak itu
sendiri dalam hal ini guru dituntut menguasai dan menerapkan berbagai
metode belajar mengajar yang bervariasi.
Pencapaian pembelajaran keterampilan menyimak harus memerlukan
dukungan dan perhatian pemerintah, kepala sekolah dan masyarakat umum
termasuk orang tua siswa. Guru hanya bertindak sebagai aktor pembelajaran di
kelas. Oleh karena itu, dalam pencapaian keterampilan menyimak di sekolah
tidak menutup kemungkinan guru dan siswa menemukan berbagai problem.
Berdasarkan uraian ini penulis sangat tertarik mengkaji sebuah judul penelitian
yaitu : “Problematik pembelajaran menyimak siswa kelas III MI Darul
Rasyidin Balang Ajia Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu “problematik apakah yang dialami guru dan siswa
kelas III Madrasah Ibtidaiyah Darul Rasyidin Balang Ajia Kecamatan
Simbang, Kabupaten Maros dalam pembelajaran keterampilan menyimak?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi data dan
informasi yang lengkap tentang problematik pembelajaran keterampilan
menyimak pada siswa kelas III MI Darul Rasyidin Balang Ajid, Kecamatan
Simbang, Kabupaten Maros.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat praktis
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan di bidang
pendidikan dalam upaya menyediakan berbagai sarana
pembelajaran, khususnya dalam pengajaran Bahasa Indonesia
ditingkat pendidikan dasar.
2. Untuk memacu peningkatan keterampilan menyimak siswa kelas III
MI Darul Rasyidin Balang Ajia, Kecamatan Simbang, Kabupaten
Maros.
b. Manfaat teoritis
1. Agar dapat memberikan masukan dalam peningkatan mutu pengajaran
Bahasa Indonesia, khusunya pada MI Darul Rasyidin Balang Ajia,
Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.
2. Untuk dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam pembelajaran
keterampilan menyimak pada siswa kelas III MI Darul Rasyidin Balang
Ajia, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian menyimak
Batasan pengertian menyiak telah dikemukakan oleh para ahli bahasa
dalam kamus besar Bahasa Indonesia dipaparkan bahwa menyimak adalah
memperhatikan, mendengarkan dan memahami isi informasi atau pembicaraan
yang disampaikan oleh pembicara atau orang lain (KBBI, 2001).
Sedangkan menurut Tarigan (1987, 28) menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasu yang telah
disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Berdasarkan batasan pengertian menyimak yang dikemukakan di atas,
maka dapat dipertegas bahwa aktifitas menyimak berbeda dengan mendengar.
Menyimak sudah tentu memahami dengan baik isi pesan atau informasi yang
disampaikan oleh orang lain dan mampu menceritakan belum tentu informasi
tersebut. Sedangkan mendengar belum tentu memahami seluruh isi informasi
yang disampaikan oleh orang lain, apalagi mampu menceritakan ulang.
2. Tahap-tahap menyimak
Menyimak merupakan guna suatu rangkaian proses yang dilakukan
secara bertahap. Menurut Tarigan (1987: 30) bahwa tahap-tahap menyimak
dapat dilihat dari segi perbedaan maksud dan tujuan, yaitu sebagai berikut:
a. Mendengarkan bunyi kata-kata tetapi tidak memberikan reaksi kepada ide-ide yang diekspresikan.
b. Menyimak sebentar-sebentar yaitu memperhatikan sang pembaca sebentar-sebentar.
c. Setengah menyimak yaitu mengikuti diskusi atau pembicaraan hanya mengikuti dengan maksud kesempatan untuk mengekspresikan ide sendiri.
d. Menyimak secara pasif dengan sedikit respon yang kelihatan.e. Menyimak secara sempit, dalam hal ini makan atau permaknaan
yang penting pudar dan lenyap karena sang penyimak menyeleksi butir-butir yang biasa, yang berkenaan ataupun yang sesuai padanya yang dapat disetujuinya.
f. Menyimak serta membentuk asosiasi dengan butir-butir yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang.
g. Menyimak suatu laporan untuk menangkap ide-ide pokok dan unsur-unsur penunjang, atau mengikuti petunjuk-petunjuk.
h. Menyimak secara kritis, seorang menyimak dengan memperhatikan nilai-nilai kata emosional dalam suatu iklan yang disiarkan lewat media.
i. Menyimak secara apresiatif dan kreatif dengan responsi mental dan emosional sejati yang matang.
Selain tahap-tahap menyimak yang diutarakan di atas, sekelompok ahli
bahasa menyimpulkan tahap-tahap menyimak yang lain, yaitu :
a. Isolasi b. Identifikasi c. Integrasi d. Inspeksi e. Interpretasi f. Interpolasi g. Introspeksi (Tarigan, 1987: 33)
Ketujuh tahap menyimak pada dasarnya belum mencakup seluruh ajaran
kegiatan menyimak, tetapi sudah mengemukakan suatu metode bagi telaah
perilaku menyimak. Begitu pula merupakan suatu petunjuk bagi pemecahan
masalah yang kadang-kadang timbul dalam proses menyimak, mencermati
ketujuh langkah-langkah menyimak ini, maka semakin jelaslah bagi kita
bahwa menyimak yang baik tidak hanya merupakan mendengar pasif tetapi
suatu kegiatan atau aktifitas yang menuntut partisipasi, keikutsertaan dan
keteralibatan sang penyimak.
3. Ragam menyimak
Ditinjau dari berbagai aspek, maka ragam menyimak secara garis besar
dapat diklasifikasikan sebagai berikut 1) menyimak ekstensi, dan 2)menyimak
intensif. Ragam menyimak dilihat dari aspek ekstensif, yaitu;
1. Menyimak sosial 2. Menyimak sekunder 3. Menyimak estetik, dan 4. Menyimak pasifSedangkan menyimak intensif dapat dibagi atas beberapa bagian, yaitu:1. Menyimak kritis
2. Menyimak konsentrif 3. Menyimak kreatif 4. Menyimak eksploratif 5. Menyimak interogatif, dan 6. Menyimak selektif (Tarigan, 1987: 55)
4. Proses menyimak
Menyimak pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian proses yang
berstruktur. Proses menyimak yang dimaksud, yaitu :
1. Mendengarkan: pada tahap ini manusia baru mendengarkan segala
sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau
pembicaraannya.
2. Memahami: setelah manusia mendengarkan, maka ada keinginan
untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang
disampaikan oleh sang pembicara.
3. Menginterpretasi: menyimak yang baik, cermati dan teliti tentu
belum merasa puas kalau hanya mendengarkan dan memahami isi
ujaran sang pembicara. Menyimak ingin menafsirkan atau
mengiterpretasian isi dan butir-butir terdapat baik secara tersurat
maupun secara tersirat.
4. Mengevaluasi: setelah memahami serta menafsirkan isi
pembicaraan, sang penyimak memulai menilai dan mengevaluasi
pendapat serta gagasan sang pembicara, dimana keunggulan dan
kelemahan sang pembicara.
5. Menanggapi: hal ini merupakan proses akhir dalam kegiatan
menyimak sang penyimak menyambut, menyerap serta menerima
gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam
ajaran atau pembicaraanya. Akhirnya sang penyimak dapat
menyimpulkan dan menanggapi apa yang disimaknya.
5. Kendala menyimak efektif
Aktifitas menyimak sebagai rangkaian proses tidak selamanya
berlangsung dengan baik dengan mengalami suatu rintangan. Rintangan atau
hambatan yang dialami seseorang dalam aktifitas menyimak tentu berbeda-
beda antara satu dengan yang lainnya. Namun, secara umum dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Adanya rasa takut terhadap sesuatu baik bersumber dari pembicara
maupun yang lainnya rasa takut ini menyebabkan seseorang
penyimak tidak berpusat perhatiannya terhadap apa yang
didengarkannya. Akhirnya, tidak memahami apa yang dibicarakan.
2. Kurangnya konsentrasi terhadap pembicara. Menyimak suatu
informasi tentu sangat memerlukan pemusatan perhatian dan pikiran.
Hal ini agar apa yang disampaikan oleh pembicara dapat dipahami
dengan baik, mulai dari awal pembicaraan sampai akhir
pembicaraan.
3. Kurangnya kesungguhan melibatkan diri. Menyimak yang baik
harus sungguh-sungguh mengikuti pembicaraan sehingga
keterlibatan fisik dan psikis betul-betul berlangsung dengan baik
pula tanpa ada kesungguhan untuk melibatkan diri tentu mustahil
dapat menyimak dengan baik.
4. Ketakutan terhadap berbagai pertanyaan, penyimak terkadang salah
praduga untuk mengikuti alur berhubungan dengan pembicaraan itu
penyimak seperti tidak mau pusing untuk terbebani berbagai
pertanyaan. Oleh karena itu, harus berprasangka positif terhadap
pembicara dan isi pembicaraan.
6. Upaya menyimak tepat guna
Menjadi seorang penyimak yang baik, harus menyadari betapa
pentingya seseorang memahami berbagai informasi sehigga kaya dengan
berbagai pengalaman. Untuk mencapai semua ini, maka banyak cara yang
dapat dilakukan berikut ini akan dipaparkan beberapa upaya agar dapat
menjadi penyimak yang tepat guna, yaitu sebagai berikut:
1. Dikembangkan suatu kemauan atau kesedian menyimak.
2. Lakukan aktifitas menyimak dengan waktu yang lebih lama.
3. Biasakan keseringan dalam menyimak.
4. Melakukan aktifitas menyimak dengan penuh aspek.
5. Kembangkan aktifitas menyimak disertai dengan umpan balik.
6. Menyimak tanpa selalu disertai dengan penilaian.
7. Melakukan aktifita menyimak dengan penuh ketenangan.
8. Melakukan kegiatan menyimak sambil menganalisis berbagai
informasi yang diperoleh.
9. Biasakan menyimak tanpa membela diri sehingga perasaan wajar
selalu muncul dalam diri.
10. Menyimak tanpa disertai dengan berbagai prasangka negatif
terhadap suatu informasi yang diperoleh.
11. Gunakan berbagai fasilitas yang dapat memperlancar aktifitas
menyimak seseorang.
7. Mengatasi kendala menyimak
Kurangnya perhatian kepada sang pembicara ataupun terhadap isi
pembicaraannya merupakan kendala bagi penyimak yang efektif, siswa selaku
peserta didik di sekolah tidak mustahil mengalami berbagai kendala dalam
menyimak, sementara menyimak itu sendiri merupakan kunci utama untuk
meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam pendidikan atau seluruh aspek
kehidupan manusia.
Kendala yang dialami seorang siswa dalam menyimak tentu ada yang
bersumber dalam diri siswa itu sendiri yang biasa disebut sebagai sumber
internal, dan dari luar siswa itu sendiri yang biasa disebut sebagai sumber
eksternal, kedua suber kendala dalam menyimak seyogyanya diatasi sedini
mungkin hal ini karena dapat mempengaruhi perhatian keseriusan siswa dalam
aktifitas belajarnya.
Salah satu cara untuk mengatasi kendala menyimak yang dialami oleh
siswa, yaitu :
1. Menjauhkan sifat eosentris dalam kegiatan menyimak karena sifat
ini mengurangi perhatian kepada pembicara.
2. Tidak enggan turut berpartisipasi dan terlibat dengan orang lain
dalam kegiatan diskusi yang melibatkan kita sebagai pembicara
maupun sebagai penyimak.
3. Tidak takut kuatir kalau komunikasi lisan dapat mengubah pendapat
dan pikiran sang penyimak.
4. Tidak malu dalam meminta penjelasan dari pembicara atau orang
lain mengenai hal yang belum kita pahami.
5. Tidak terlalu lekas merasa puas dengan penampilan luar bagi sang
pembicara yang perlu adalah pikiran, pendapat, gagasan dan
konsepnya mengenai sesuatu.
6. Tidak membuat pertimbangan yang gegabah terhadap makna sesuatu
yang dikemukakan oleh sang pembicara.
7. Menghindari semaksimal mungkin kebingungan terhadap makna
suatu kata baru atau istilah yang baru dikenal.
8. Saran dalam meningkatkan keterampilan menyimak
Aktifitas menyimak tentu harus selalu mendapatkan perhatian untuk
ditingkatkan. Hal ini terbukti metode hasil temuan dalam penelitian para ahli
bahasa bahwa dalam aktivitas manusia berkisar 85% dimanfaatkan untuk
kegiatan menyimak dan hanya berkisar 15% untuk aktifitas lain yang tidak
memerlukan menyimak.
Perlu dipahami bahwa dalam aktifitas menyimak menuntut adanya
perhatian, pikiran, pengalaman, penafsiran dan imajinasi dari sang penyimak.
Sang penyimak harus mampu memproyeksikan diri mereka ke dalam pikiran
sang pembicara dan isi pembicaraan sang penyimak tidak hanya harus
memusatkan perhatinnya pada kata-kata yang diucapkan, tetapi hanya harus
memusatkan perhatiannya pada kata-kata yang diucapkan, tetapi nada ucapan
sang pembicara dan lambing-lambang nonverbal harus pula diperhatikan, para
penyimak yang tanggap akan lebih mudah menangkap dan memahami ide-ide
pembicara dan perasaan yang dialami oleh pembicara.
Berdasarkan hal di atas, untuk meningkatkan keterampilan menyimak
ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Bersikap positif terhadap pembicara dari isi pembicaraan.
2. Bertindak responsif terhadap pembicara dari situasi yang ada.
3. Mencegah segala gangguan-gangguan yang kemungkinan dapat
muncul untuk mengganggu aktifitas menyimak seseorang.
4. Bersikap tanggap terhadap isi pembicaraan dari orang lain.
5. Berusaha tanggap terhadap isi pembicaraan yang sedang
berlangsung.
6. Memahami berbagai petunjuk baik yang bersifat verbal maupun
nonverbal.
7. Mengorganisasikan kembali ide-ide yang diperoleh dari pembicara.
9. Pembelajaran keterampilan menyimak
Keterampilan menyimak merupakan salah satu komponen dalam
keterampilan berbahasa yang harus diajarkan di tingkat pendidikan dasar
sampai tingkat pendidikan tinggi. Pembelajaran menyimak ditingkat
pendidikan dasar (MI) berbeda dengan tingkat pendidikan menengah atas dan
perguruan tinggi. Perbedaan ini harus dicermati oleh guru agar pembelajaran
menyimak dapat berlangsung dengan baik dalam mencapai tujuan yang
diterapkan.
Pembelajaran keterampilan menyimak di tingkat pendidikan dasar (MI)
dinyatakan secara eksplisit dalam kurikulum yang berlaku, bahkan
keterampilan menyimak merupakan suatu pokok bahasan tersendiri yang
diajarkan dan latihkan secara tuntas di kelas. Penerapannya diserahkan kepada
guru masing-masing dengan memilih dan menggunakan berbagai pendekatan
dan metode yang ada.
Memperhatikan kondisi pembelajaran di sekolah, tidak mustahil guru
dan siswa mengalami berbagai problem dalam pembelajaran menyimak. Setiap
problem pembelajaran seyogyanya di atasi sedemikian rupa untuk mencapai
kualitas pembelajaran sehingga mutu pendidikan dapat meningkat.
Keterampilan menyimak sebagai salah satu komponen pembelajaran,
memiliki materi yang jelas sebagai bahan ajar, metode pengajaran menyimak
dan penilaian serta umpan balik dalam pembelajaran menyimak. Semua
kompnonen ini harus diperhatikan secara seksama oleh guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah, baik ditingkat pendidikan dasar maupun
menengah.
Pengajaran Keterampilan Berbahasa
Membaca Menyimak Menulis Berbicara
Guru Problematik Siswa
Temuan
B. Kerangka Pikir
Keterampila menyimak sebagai salah satu komponen dari keterampian
berbahasa perlu mendapat perhatian secara serius, khusunya bagi kalangan
guru di sekolah.
Pembelajaran keterampilan menyimak ini harus diajarkan seimbang dan
terpadu dengan keterampilan berbahasa lainnya seperti keterampilan berbicara,
membaca dan menulis.
Penerapan pembelajaran keterampilan menyimak di tingkat pendidikan
dasar (MI) mengalami berbagai problematik, baik yang dialami oleh guru
maupun siswa sebagai peserta didik. Problematik dalam pembelajaran
menyimak ini merupakan fokus perhatian utama dalam pelaksanaan penelitian
ini. Berdasarkan semua ini, maka diperjelaskan melalui bagan berikut.
Gambar 1. Kerangka Pikir
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Darul Rasyidin
Balang Ajia, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros. Sekolah ini termasuk
pinggiran kota Kabupaten Maros yang kondisinya masih tergolong alamiah.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai dari bulan Juni
sampai dengan bulan Juli 2010.
B. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini pada dasarnya menggunakan variabel
tunggal atau satu variabel, yaitu problematik pembelajaran menyimak.
Variabel inilah yang dikaji secara mendalam dan dideskripsikan lebih lanjut.
2. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yag bersifat kualitatif.
Oleh karena itu, penelitian ini harus didesain sedemikian rupa untuk
memperoleh suatu data atau temuan yang didesain akurat. Untuk memperole
data yang akurat memerlukan instrument dalam bentuk angket, wawancara,
dan pengamatan lansung. Data yang diperoleh melelaui instrumen ini akan
dianalisis atau dideskripsikan lebih lanjut sebagai suatu temuan.
C. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka perlu
dijelaskan berbagai konsep yang berhubungan dengan variabel penelitian ini,
yaitu:
1. Problematik yaitu suatu permasalahan yang terjadi belum mendapat
suatu solusi atau pemecahan.
2. Pembelajaran yaitu suatu proses, cara, atau tindakan menjadikan
seseorang mengetahui suatu disiplin ilmu tentu (KBBI, 2001).
3. Menyimak yaitu memperhatikan, mendengarkan dan memahami isi
informasi atau pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara atau
orang lain (KBBI, 2001).
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Ali (1985: 54) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan
objek penelitian baik berupa manusia, benda, peristiwa, maupun gejala yang
terjadi. Berdasarkan hal itu, dalam penelitan ini yang dijadikan populasi adalah
seluruh siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Darul Rasyidin Balang Ajia,
Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros tahun pelajaran 2009-2010.
2. Sampel
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel
total. Artinya bahwa seluruh jumlah populasi semuanya dijadikan sebagai
sampel total. Hal ini berpatokan pada pendapat Arikunto (1992: 70) bahwa
“Apabila subjek penelitian kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil
semua sebagai sampel penelitian sehingga menjadi penelitian populasi
sebaliknya apabila subjeknya di atas 100 orang maka dapat diambil antara 10%
- 15% atau 20% - 25% dari jumlah populasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian ini pada dasarnya adalah alat untuk mengumpulkan
data di lapangan. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu:
1. Angket
Angket yang digunakan dibagi atas dua bagian satu bagian yang
diperuntukkan untuk siswa dan satu bagian untuk guru yang mengajar di kelas
III Madrasah Ibtidaiyah Darul Rasyidin Balang Ajia, Kecamatan Simbang,
Kabupaten Maros. Angket ini masing-masing berjumlah 10 nomor pertanyaan.
2. Format wawancara
Format wawancara diperuntukkan untuk guru yang mengajar di kelas
Madrasah Ibtidaiyah Darul Rasyidin Balang Ajia, Kecamatan Simbang,
Kabupaten Maros.
3. Pengamatan lansung
Peneliti secara lansung melihat kondisi yang sebenarnya di lapangan
yang berhubungan dengan penerapan penyimak dan problematik.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
membagikan angket yang telah disediakan, kemudian memberikan petunjuk
langsung kepada siswa. Setelah selesai diisi dan akan dikumpul untuk diolah,
tidak terlepas dari itu peneliti langsung mewawancarai guru dan siswa sebagai
sumber data. Begitu pula peneliti menyaksikan secara langsung hal yang
dialami oleh siswa dan guru yang berhubungan dengan kegiatan menyimak.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh di lapangan akan dianalisis dengan menggunakan
teknik statistik deskriptif dalam bentuk prestasi menyimak dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Ali (1985: 184) yaitu sebagai
berikut:
Persentase (%) = nN
×100 %
Keterangan
n = Nilai-nilai yang diperoleh
N = Jumlah Total Nilai
Data yang berhubungan dengan wawancara dan pengamatan akan
dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan akhirnya disimpulkan menjadi
suatu temuan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data dalam penelitian ini akan dianalisis sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan pada bab terdahulu. Adapun data yang dianalisis adalah data
hasil wawancara dengan guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia dan
data hasil angket siswa. Data tersebut menggambarkan problematik
pembelajaran menyimak pada siswa kelas III MI Darul Rasyidin Balang Ajia,
Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.
1. Hasil pengamatan langsung
Masalah yang diamati pada penelitian ini adalah
1. Penguasaan metode. Sesuai dengan analisis data, teknik atau metode
yang diterapkan dalam pembelajaran menyimak sifatnya masih
monoton (kurang bervariasi), sehingga pada saat proses belajar
mengajar berlangsung, masih ada siswa yang kurang aktif dalam
mengikuti pelajaran. Karena metode yang diterapkan tersebut kurang
bervariasi akhirnya berdampak pada siswa sendiri.
2. Penguasaan materi. Sesuai dengan analisis data, guru masih kurang
menguasai materi pelajaran. Agar tercapai tujuan pembelajaran yang
efektif, guru harus lebih meningkatkan cara mengajarnya dengan
lebih memperdalam materi yang akan dibahas. Guru biasanya
kurang menguasai materi, karena kurangnya buku-buku yang
dijadikan pegangan atau buku-buku penunjang dalam mengajarkan
keterampilan menyimak. Di samping itu, guru yang mengajar bahasa
Indonesia tidak sesuai dengan disiplin ilmu.
3. Kurikulum dan penerapannya. Sesuai dengan analisis data,
kurikulum yang digunakan di sekolah tersebut terlalu padat,
sehingga tidak mampu menampung aspirasi, bakat, minat dan
perhatian siswa.
4. Kegiatan belajar mengajar. Sebelum materi pelajaran dimulai, guru
memperhatikan kelas, jumlah siswa yang mengikuti plajaran, karena
pada saat peniliti mengadakan observasi, masih ada siswa yang
kurang aktif dalam menerima pelajaran, khususnya aspek menyimak.
Keaktifan siswa dalam menerima pelajaran merupakan modal utama
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Karena tanap hal ini maka
guru tidak dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan yang telah
digariskan, apalagi jika dikaitkan dengan aspek menyimak yang
banyak menuntut praktik dan latihan untuk dapat berbicara yang
baik dan dengan menggunakan bahasa bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
2. Hasil wawancara dengan guru
Wawancara dilakukan sesuai dengan daftar pertanyaan dan disesuaikan
dengan keadaan pada saat itu. Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan
guru bidang studi bahasa Indonesia kelas III MI Darul Rasyidin Balang Ajia
Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.
Hasil wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia, dalam
hubungannya dengan kelengkapan buku paket siswa. Menurut tenaga pengajar
mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa kurang memiliki buku paket sehingga
muncul salah satu kendala yang mempengaruhi keterampilan berbicara bahasa
Indonesia, selain itu juga tingkat kekerapan siswa dalam membaca buku di
perpustakaan masih kurang.
Mengenai kegemaran siswa terhadap pembelajaran keterampilan
berbicara, menurut guru mata pelajaran bahasa Indonesia, siswa kadang-
kadang menyenangi pembelajaran keterampilan berbicara, sesuai dengan
materinya.
Mengenai waktu yang telah disediakan untuk bidang studi bahasa
Indonesia kelas VIII setiap minggunya. Menurut guru bidang studi, waktu ini
sudah cukup untuk mengajarkan ketermpilan berbicara.
Wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia, diperoleh data
mengenai kendala-kendala dalam pembelajaran keterampilan berbicara di kelas
VIII SMP Negeri 2 Balocci Kabupaten Pangkep dihubungkan dengan kurang
aktifnya siswa dalam kegiatan berbicara (bertanya, menjawab, mengemukakan
pendapat, dan diskusi) umumnya disebabkan karena :
a. Merasa malu; malu ini terdiri atas :
1. Malu kepada teman, dengan alasan bahwa teman belajar lebih pintar,
teman lebih berpengalaman, dan sebagainya.
2. Malu mengeluarkan kata-kata, dengan alasan bahwa pembicara
tersebut mengalami gangguan psikis seperti gugup, tidak jelas jika
berbicara atau seringanya mengalami kesalahan jika menyebut
huruf, dan sebagainya.
3. Malu jika mengalami kesalahan, dengan alasan bahwa apa yang
dibicarakan oleh pembicara tersebut tidak sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh guru.
b. Merasa takut; takut ini terdiri atas :
1. Takut membuat kesalahan
2. Takut ditertawakan
3. Takut berhenti di tengah pembicaraan karena kehilangan jalan
pikiran
4. Takut karena tidak menguasai tema
5. Takut mendapat kritikan
6. Takut jika pembicaraanya tidak dapat dimengerti
7. Takut jika dibandingkan dengan pembicara lain yang lebih pintar
8. Takut mengecewakan pendengar, dalam hal ini guru, sehingga akan
mendapat nilai rendah.
c. Kurang rasa percara diri, karena ada perasaan gugup, bimbang dan kaku
dalam setiap diberi kesempatan untuk berbicara di depan kelas.
Masalah lebih banyak bersumber dari diri siswa, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan faktor psikis siswa, walaupun faktor eksternal ada, namun
sangat kecil pengaruhnya terhadap ketidakaktifan siswa dalam kegiatan
berbicar bila hal itu dibandingkan dengan faktor eksternal. Faktor dalam diri
siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar sehingga kurang aktif
terutama dalam kegiatan berbicara adalah adanya perasaan kurang percara diri,
perasaan malu, kurang pengalaman, dan perasaan takut. Sedangkan faktor
eksternal yaitu, dipengaruhi oleh dialek daerah atau bahasa Ibu dan keadaan
lingkungan keluarga dan masyarakat umum yang kurang mendukung. Kedua
faktor tersebut menjadi masalah bagi siswa. Dngan adanya masalah yang
dihadapi siswa dalam kegiatan berbicara, maka sasaran yang ingin dicapai
pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek berbicara, yaitu siswa mampu dan
terampila menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi pada situasi
yang resmi dan formal, kurang berjalan dengan baik.
3. Hasil angket siswa
Hasil penelitian membuktikan bahwa masih banyak masalah yang
dihadapi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci Kabupaten Pangkep dalam
berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar, informasi tentang priblematik
pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 2 Balocci Kabupaten
Pangkep ini dapat diketahui melalui pertanyaan dan informasi siswa. Data
tentang pertanyaan dan informasi siswa tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
1. Untuk mengetahui apakah siswa menyenangi mata pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 1. Kesenangan siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia
No Informasi siswa Frekuensi Persentase (%)1 Sangat Senang 8 532 Senang 7 473 Ragu-ragu 0 04 Tidak Senang 0 05 Sangat Tidak Senang 0 0
Jumlah 15 100Sumber : Hasil Analisis Angket Siswa, 2010
Berdasarkan tabel di atas, mengenai kesenangan siswa terhdap materi
pelajaran bahasa Indonesia di sekolah menunjukkan bahwa 8 orang dengan
persentase 53% yang menyatakan sengat senang mata pelajaran bahasa
Indonesia, 7 orang dengan persentase 47% responden yang menyatakan senang
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, 0 atau 0% responden yang
menyatakan ragu-ragu, tidak senang dan sangat tidak senang terhadap
pembelajaran Bahasa Indonesia di MI Darul Rasyidin Balang Ajia, Kecamatan
Simbang, Kabupaten Maros.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas III MI
Darul Rasyidin Balang Ajia, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros lebih
banyak yang menyenangi mata pelajaran Bahasa Indonesia dibandingkan
pelajaran lain.
2. Untuk mengetahui siswa lebih tertarik mempelajari materi pelajaran lain dari pada materi pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 2. Ketertarikan Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Mata Pelajaran yang Lain
No Informasi siswa Frekuensi Persentase (%)1 Sangat Senang2 Senang 3 Ragu-ragu 4 Tidak Senang5 Sangat Tidak Senang
Jumlah 15 100Sumber : Hasil Analisis Angket Siswa, 2010
3. Materi apakah yang paling Anda senangi dari pelajaran Bahasa Indonesia? Menulis Membaca Menyimak Menyimak
4. Bagaimana tanggapan Anda tentang materi menyimak di sekolah? Sulit Sangat Sulit Mudah Sangat Mudah
5. Saya kurang aktif dalam kegiatan keterampilan menyimak (bertanya, menjawab, menggunakan pendapat, dan diskusi) karena kurangnya kesungguhan melibatkan diri. Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju
6. Saya juga kurang aktif alam menyimak karena saya merasa takut: Sangat setuju Setuju Ragu-ragu
Tidak Setuju Sangat tidak setuju
7. Saya kurang aktif dalam menyimak karena kurang konsentrasi terhadap pembicara: Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju
8. Saya kurang aktif dalam pembelajaran keterampilan menyimak karena saya takut terhadap berbagai pertanyaan, penyimak terkadang salah praduga untuk melibatkan alur berhubungan dengan pembicaraan itu: Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju
9. Bagaimana tanggapan Anda terhadap guru yang mengajarkan keterampilan menyimak di sekolah ? Sangat menarik Menarik Kurang menarik Tidak menarik
10. Saya kurang aktif dalam kegiatan keterampilan menyimak karena saya tidak memiliki buku paket: Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju
1)
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data yang dikemukakan pada bagian sebelumnya,
pada bagian ini akan dibahas tentang problematik yang dihadapi siswa pada
kelas VIII SMP Negeri 2 Baloci dalam pembelajaran keterampilan berbicara
bahasa Indonesia.
Hasil analisis data membuktikan bahwa, masih ada beberapa
problematik atau masalah yang dihadapi siswa khususnya siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Baloci Kabupaten Pangkep, masalah-masalah tersebut yaitu :
1) Siswa dipengaruhi oleh dialek atau bahasa pertama
Berdasarkan analisis data, siswa kurang aktid dalam pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa Indonesia karena dipengaruhi oleh dialek daerah
atau bahasa pertama. Hal ini disebabkan kerana pengaruh lingkungan, yaitu
siswa lebih serig menggunakan bahasa daerah daripada bahasa Indonesia
dalama berkomunikasi. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya siswa
dibiasakan untuk senantiasa berbahasa Indonesia baku pada saat
berlangsungnya proses belajar mengajar.
2) Adanya rasa malu, rasa takut, dan kurang percara diri
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran keterampilan berbicara di kelas
karena adanya rasa malu, rasa takut, dan rasa kurang percara diri. Ketiga hasl
tersebut muncul karena siswa kurang dilatih dalam berbicara di depan umum,
metode yang digunakan guru sifatnya masih monoton, dan kurang motivasi
dan bakat yang tertanam dalam diri siswa. Oleh karena itu untuk mengatasi
masalah tersebut, dalam rangka meningkatkan pembelajaran keterampilan
berbicara sebaiknya siswa dibiasakan untuk berani tampil berbicara di depan
kelas, dengan jalan banyak memberikan latihan dan praktik guru sebaliknya
menerapkan berbagai macam metode, agar siswa terlatih dan mahir dalam
berbicara.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, faktor yang
mempengaruhi siswa sehingga kurang aktif dalam pembelajaran keterampilan
berbicara adalah adanya faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
yaitu faktor yang berasal dari luar siswa. Misalnya siswa kurang dilatih dalam
berbicara di depan umum, penerapan metode yang digunakan guru masih
monoton. Faktor internal siswa yaitu, kurangnya motovasi dan bakat dalam diri
siswa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis
menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor yag mempengaruhi pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Balocci, Kabupaten Pangkep.
Dipengaruhi oleh dialek daerah atau bahasa pertama, adanya perasaan
takut dan malu pada saat berbicara di depan kelas, adanya perasaan kurang
pengalaman, adanya perasaan kurang percaya diri, karena merasa gurgup,
bimbang, dan kaku setiap mereka berbicara di depan kelas, tingkat kekerapan
siswa membaca buku mengenai keterampilan berbicara di perpustakaan masih
kurang, dan lingkungan keluarga dan masyarakat umum yang kurang
mendukung.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka penulis
mengajukan saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya siswa diberikan latihan dan praktik untuk mengvaluasi
kemampuan meraka dalam berbicara yang baik dan benar.
2. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa baku.
3. Sebaiknya siswa diberikan arahan supaya memanfaatkan buku-buku di
perpustakaan khusunya buku mengenai keterampilan berbicara.
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Achsin, Amir dan Basang, Jerang. 1985. Pengajaran Menyimak. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.
Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Aksara.
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: P3G Depdikbud.
Arikunto. 1992. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2001. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.
Dwiyanti. 1996. Pandai Berbahasa Indonesia. Balitbang: Dua Tujuh.
Hastuti, Sri. 1997. Strategi Belajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Nurhadi. 1997. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Slamento. 1992. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sulardi, dkk. 1988. Menyimak. Depdiknas bagian Proyek Pengetahuan Guru SLTP Setara D.III.
Suwarno. 1992. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry, Guntur. 1987. Menyimak (sebagai suatu Keterampilan Berbahasa). Bandung: Angkasa.
________. 1987. Menyimak (Sebagai suatu keterampilan berbahasa). Bandung: Angkasa.
Lampiran
PEDOMAN WAWANCARA(daftar pertanyaan untuk guru)
1. Apakah setiap siswa memiliki buku paket?
2. Apakah siswa kurang aktif dalam pembelajaran keterampilan menyimak karena
tidak memiliki buku paket ?
3. Apakah alokasi waktu yang diperlukan untuk pembelakaran keterampilan
menyimak cukup memadai?
4. Apakah dalam menyimak siswa mempunyai nada menyimak yang
menyenangkan?
5. Apakah siswa kurang aktif dalam menyimak karena takut dan malu ditertawai?
6. Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran
keterampilan menyimak?
ANGKET SISWA
Petunjuk IAngket ini bertujuan untuk mengumpulkna data tentang kesulitan (problematika)
yang Anda hadapi serta hal yang dianggap mempuengaruhi kesulitan Anda dalam
menyimak. Untuk itulah, Anda diharapkan memberi jawabn yang sejujurnya sehingga
penelitian diperoleh secara seobjektif mungkin.
Petunjuk II
1. Tulislah Nama, NIS, dan kelas Anda.
2. Angket ini bukan ujian bagi Anda, melainkan untuk kepentingan peneliti.
3. Pilihlah jawaban yang tepat sesuai dengan keadaan Anda dengan memberi tanda
checklist (√).
4. Anda tidak perlu bekerjasama dalam mengisinya.
5. lingkarilah salah satu jawaban yang menurut Anda benar.
6. Jika ada yang kurang jelas tanyakan kepada peneliti.
Nama : NIS : Kelas :
11. Saya sangat menyenangi mata pelajaran Bahasa Indonesia Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju
12. Saya lebih tertarik mempelajari materi pelajaran lain dari pada materi pelajaran bahasa Indonesia. Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju
13. Materi apakah yang paling Anda senangi dari pelajaran Bahasa Indonesia? Menulis Membaca Menyimak Menyimak
14. Bagaimana tanggapan Anda tentang materi menyimak di sekolah? Sulit
Sangat Sulit Mudah Sangat Mudah
15. Saya kurang aktif dalam kegiatan keterampilan menyimak (bertanya, menjawab, menggunakan pendapat, dan diskusi) karena kurangnya kesungguhan melibatkan diri. Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju
16. Saya juga kurang aktif alam menyimak karena saya merasa takut: Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju
17. Saya kurang aktif dalam menyimak karena kurang konsentrasi terhadap pembicara: Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju
18. Saya kurang aktif dalam pembelajaran keterampilan menyimak karena saya takut terhadap berbagai pertanyaan, penyimak terkadang salah praduga untuk melibatkan alur berhubungan dengan pembicaraan itu: Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju
19. Bagaimana tanggapan Anda terhadap guru yang mengajarkan keterampilan menyimak di sekolah ? Sangat menarik Menarik Kurang menarik Tidak menarik
20. Saya kurang aktif dalam kegiatan keterampilan menyimak karena saya tidak memiliki buku paket: Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju