Upload
deny-pratama-putera
View
81
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, hidayah,
inayah dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah agama islam semester 2 dengan judul “Sistem Kebudayaan Islam”.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak baik yang berupa saran, kritik, bimbingan maupun bantuan
lainnya. Penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
pengerjaan makalah ini.
2. Dosen mata kuliah agama islam yang telah membimbing penyusun dalam
memahami dan menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Seperti kata pepatah “Tiada gading yang tak retak” dalam penyusunan makalah ini,
penyusun menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi peningkatan wawasan
dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Amin.
Malang, 25 Mei 2012
Penyusun
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG......................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH.................................................................... 3
TUJUAN.............................................................................................. 3
MANFAAT.......................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kebudayaan
Pengertian Kebudayaan........................................................................ 5
Unsur-unsur kebuyaan.......................................................................... 5
Wujud Kebudayaan.............................................................................. 6
Gagasan (Wujud ideal)............................................................. 6
Aktivitas (tindakan).................................................................. 6
Artefak (karya).......................................................................... 6
Komponen Kebudayaan....................................................................... 6
Kebudayaan Material................................................................ 6
Kebudayaan Nonmaterial......................................................... 7
Penetrasi Budaya.................................................................................. 7
Penetrasi Damai (Penetration Pasifique).................................. 7
Penetrasi Kekerasan (Penetration Violante)............................. 7
B. KEBUDAYAAN ISLAM.................................................................... 8
C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM.................................. 14
D. KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM.................................... 15
E. SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM................................................ 17
F. MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM......................... 18
G. NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA................. 19
BAB III PENUTUP
SIMPULAN.......................................................................................... 20
SARAN................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Muhammad telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah
menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam beberapa
abad yang lalu. Ia akan terus demikian sampai Tuhan menyempurnakan cahayaNya ke
seluruh dunia. Warisan yang telah memberi pengaruh besar pada masa lampau itu, dan
akan demikian, bahkan lebih lagi pada masa yang akan datang, ialah karena ia telah
membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan
menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa
Muhammad kepada umat manusia melalui wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu
sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.
Kalau pun kebudayaan Islam ini didasarkan kepada metoda-metoda ilmu
pengetahuan dan kemampuan rasio, hal ini sama seperti yang menjadi pegangan
kebudayaan Barat masa kita sekarang, dan kalau pun sebagai agama Islam berpegang
pada pemikiran yang subyektif dan pada pemikiran metafisika namun hubungan antara
ketentuan-ketentuan agama dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. Soalnya ialah
karena cara pemikiran yang metafisik dan perasaan yang subyektif di satu pihak, dengan
kaidah-kaidah logika dan kemampuan ilmu pengetahuan di pihak lain oleh Islam
dipersatukan dengan satu ikatan, yang mau tidak mau memang perlu dicari sampai dapat
ditemukan, untuk kemudian tetap menjadi orang Islam dengan iman yang kuat pula.
Dari segi ini kebudayaan Islam berbeda sekali dengan kebudayaan Barat yang sekarang
menguasai dunia, juga dalam melukiskan hidup dan dasar yang menjadi landasannya
berbeda. Perbedaan kedua kebudayaan ini, antara yang satu dengan yang lain
sebenarnya prinsip sekali, yang sampai menyebabkan dasar keduanya itu satu sama lain
saling bertolak belakang.
Sistem ekonomi dasar kebudayaan Barat. Sebagai akibatnya, di Barat telah
timbul pula aliran-aliran yang hendak membuat segala yang ada di muka bumi ini
tunduk kepada kehidupan dunia ekonomi. Begitu juga tidak sedikit orang yang ingin
menempatkan sejarah umat manusia dari segi agamanya, seni, filsafat, cara berpikir dan
pengetahuannya dengan ukuran ekonomi. Pikiran ini tidak terbatas hanya pada sejarah
dan penulisannya, bahkan beberapa aliran filsafat Barat telah pula membuat pola-pola
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 2
etik atas dasar kemanfaatan materi ini semata-mata. Sungguh pun aliran-aliran demikian
ini dalam pemikirannya sudah begitu tinggi dengan daya ciptanya yang besar sekali,
namun perkembangan pikiran di Barat itu telah membatasinya pada batas-batas
keuntungan materi yang secara kolektif dibuat oleh pola-pola etik itu secara
keseluruhan. Dan dari segi pembahasan ilmiah hal ini sudah merupakan suatu keharusan
yang sangat mendesak.
Sebaliknya mengenai masalah rohani, masalah spiritual, dalam pandangan
kebudayaan Barat ini adalah masalah pribadi semata, orang tidak perlu memberikan
perhatian bersama untuk itu. Oleh karenanya membiarkan masalah kepercayaan ini
secara bebas di Barat merupakan suatu hal yang diagungkan sekali, melebihi kebebasan
dalam soal etik. Sudah begitu rupa mereka mengagungkan masalah kebebasan etik itu
demi kebebasan ekonomi yang sudah sama sekali terikat oleh undang-undang. Undang-
undang ini akan dilaksanakan oleh tentara atau oleh negara dengan segala kekuatan
yang ada.
Kisah kebudayaan Barat mencari kebahagiaan umat manusia. Kebudayaan yang
hendak menjadikan kehidupan ekonomi sebagai dasarnya, dan pola-pola etik didasarkan
pula pada kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti kepercayaan
dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia mencapai
kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut hemat saya tidak akan
mencapai tujuan. Bahkan tanggapan terhadap hidup demikian ini sudah sepatutnya bila
akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat seperti yang dialami
dalam abad-abad belakangan ini. Sudah seharusnya pula apabila segala pikiran dalam
usaha mencegah perang dan mengusahakan perdamaian dunia tidak banyak membawa
arti dan hasilnya pun tidak seberapa. Selama hubungan saya dengan saudara dasarnya
adalah sekerat roti yang saya makan atau yang saudara makan, kita berebut, bersaing
dan bertengkar untuk itu, masing-masing berpendirian atas dasar kekuatan hewaninya,
maka akan selalu kita masing-masing menunggu kesempatan baik untuk secara licik
memperoleh sekerat roti yang di tangan temannya itu. Masing-masing kita satu sama
lain akan selalu melihat teman itu sebagai lawan, bukan sebagai saudara. Dasar etik
yang tersembunyi dalam diri kita ini akan selalu bersifat hewani, sekali pun masih tetap
tersembunyi sampai pada waktunya nanti ia akan timbul. Yang selalu akan menjadi
pegangan dasar etik ini satu-satunya ialah keuntungan. Sementara arti perikemanusiaan
yang tinggi, prinsip-prinsip akhlak yang terpuji, altruisma, cinta kasih dan persaudaraan
akan jatuh tergelincir, dan hampir-harnpir sudah tak dapat dipegang lagi.
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 3
Sebaliknya paham sosialisme yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus
disudahi dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu
keharusan alam. Selama persaingan dan perjuangan mengenai harta itu dijadikan pokok
kehidupan, selama pertentangan antar-kelas itu wajar, maka pertentangan antar-bangsa
juga wajar, dengan tujuan yang sama seperti pada perjuangan kelas. Dari sinilah
konsepsi nasionalisme itu, dengan sendirinya, memberi pengaruh yang menentukan
terhadap sistem ekonomi. Apabila perjuangan bangsa-bangsa untuk menguasai harta itu
wajar, apabila adanya penjajahan untuk itu wajar pula, bagaimana mungkin perang
dapat dicegah dan perdamaian di dunia dapat dijamin? Pada menjelang akhir abad ke-20
ini kita telah dapat menyaksikan - dan masih dapat kita saksikan - adanya bukti-bukti,
bahwa perdamaian di muka bumi dengan dasar kebudayaan yang semacam ini hanya
dalam impian saja dapat dilaksanakan, hanya dalam cita-cita yang manis bermadu,
tetapi dalam kenyataannya tiada lebih dari suatu fatamorgana yang kosong belaka.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Apa pengertian kebudayaan ?
2. Apa kebudayaan islam itu ?
3. Bagaimana perkembangan budaya islam saat ini ?
C. TUJUAN
Setelah mendiskusikan tema ini, maka kita dapa memperoleh beberapa tujuan
sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian kebudayaan
2. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam
3. Dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam
4. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 4
D. MANFAAT
Dari tujuan di atas maka setealah mendiskusikan kita dapat memperoleh manfaat
begitu besar seperti
1. Dapat mengetahui pengertian kebudayaan kemudian memberitahukan informasi
kepada orang lain
2. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam pada masa kejayaan
islam
3. Dapat membedakan kebudayaan local dengan kebudayaan islam
4. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KEBUDAYAAN
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor , kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi , kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana
akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak . Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-
benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa , peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni , dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2. Unsur-unsur kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga , kekuasaan politik.
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: Sistem
norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi. alat-alat dan
lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah
lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik).
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 6
3. Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,
aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai , norma-norma , peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak ;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala
atau di alam pemikiran warga masyarakat . Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada
dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial
ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi , mengadakan kontak,
serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat
tata kelakuan. Sifatnya konkret , terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati
dan didokumentasikan.
c. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-
hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara
ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu
tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud
kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya
(artefak) manusia.
4. Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen
utama:
a. Kebudayaan Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 7
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi,
pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b. Kebudayaan Nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional.
5. Penetrasi Budaya
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua
cara:
a. Penetrasi Damai (Penetration Pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya
pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam
kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya
masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan
hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai
akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya
dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur
kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan
perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah
bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan
Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya
sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
b. Penetrasi Kekerasan (Penetration Violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya,
masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan
kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan
dalam masyarakat.
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 8
B. KEBUDAYAAN ISLAM
Secara umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya pemikiran
dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan
tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir
manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan
tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh manusia itu terus dibiat dan dilaksanakan.
Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka hasil daripada
gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.
Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau
dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada dayapemikiran dan daya
usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi,
sastera dan seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.
Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama diluar Islam juga
bisa dianggap kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu,
kristen (yang telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia.
Ia adalah ciptaan akal manusia.
Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan sebab ia bukan hasil
daripada pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir)
manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam itu kebudayaan maka
dia telah melakukan satu kesalahan yang besar dan bisa jatuh murtad, karena dia telah
mengatakan satu perkara mungkar, yang tidak seyogyanya disebut. Oleh karena itu,
hendaklah kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada masa ini
menyuarakan dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan bahwa ia
adalah cara hidup atau 'way of life' . Agama islam adalah bukan kebudayaan, sebab ia
bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia.
Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada
Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup
manusia agar selamat di dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang
kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada daya
pemikiran mereka, daripada khayalan dan angan-angan.
Namun begitu walaupun agama islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangant
mendorong (bahkan turut mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 9
kebudayaan tapi mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan
dalam berfikir, berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan,
menyusun rumah tangga dan lain-lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam itu
bukan kebudayaan, tapi mendorong manusia berkebudayaan. Oleh karena itu seluruh
kemajuan lahir dan batin itu adalah kebudayaan maka dengan kata-kata lain, Islam
mendorong umatnya berkemajuan.
Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek
kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu
sembahyang. Dalam Al-Qur'an ada perintah :
Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)
Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT.
Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka
timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk
melaksanakannya dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun bersembahyanglah setelah
mengkaji Sunnah Rasulullah yang menguraikan kehendak wahyu itu tadi. Firman Allah:
Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang
diwahyukan padanya (An Najm: 3-4)
Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang
lurus dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yanglurus dan rapat itu adalah
budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu.
Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di tempat
yang bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis
tetapi bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan kita
pada saat kita bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran,
memikirkan perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun mesjid.
Apabila kita membangun surau atau mesjid hasil dari dorongan wahyu "Dirikanlah
sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan, lahirlah kebudayaan.
Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal
ia didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan.
Tapi karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah
bangunan-bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan didalamnya
umat Islam sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua
merupakan kebudayaan hasil tuntutan wahyu.
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 10
Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat dalam Al-
Qur'an ada perintah:
Terjemahnya: Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan
ketaqwaan. Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa dan permusuhan
(Al Maidah: 2)
Perintah ini bukan kebudayaan. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan
dan kehendak perintah maka terbentuklah kebudayaan. Dalam bermasyarakat dan
bergaul serta bergotong royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong
royong juga memberantas perkara dosa dan persengketaan tentulah perlu menggunakan
pikiran. Setelah dipikirakan untuk bergotong royong di tengah-tengah masyarakat,
tentulah kita hendak melahirkan dalam bentuk tindakan dan sikap juga. maka
terbentuklah kebudayaan dalam masyarakat.
Demikian juga dalam Al-Qur'an ada larangan:
Terjemahnya: Jangan kamu dekati zina(Al Isra': 32)
Larangan itu datang dari Allah SWT. Ia adalah wahyu bukannya kebudayaan
karena ia bukan ciptaan akal manusia. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan
perintah ini maka terpaksa kita menggunakan akal pikiran dan melaksanakannya dalam
perbuatan dan sikap. Lalu apa saja unsur dalam pergaulan yang bisa membawa kepada
zina akan kita pikirkan, dan fisik kita segera mengelakkannya, seperti bergaul bebas
antara lelaki dan perempuan, pandang-memandang dan pembukaan aurat, semuanya
akan kita hindari. Dengan itu nanti akan lahirlah budaya setelah dipikirkan dan
dilaksanakan dalam bentuk sikap dan perbuatan hasil daripada dorongan wahyu
"janganlah kamu dekati zina."
Seterusnya ada hadits yang berbunyi:
Terjemahnya: Hendaklah kamu berniaga karena sembilan persen daripada rezeki
itu adalah di dalam perniagaan
Ini adalah perintah (dorongan) daripada Rasulullah SAW yang hakikatnya
daripada Allah juga, supaya umat Islam berniaga. Atas dasar ini lahirlah fikiran dan
perahan tenaga akal dan fisik lainnya ke arah itu. Dengan itu lahirlah kebudayaan Islam
dalam bidang perniagaan. Labih kuat penghayatan terhadap hadits ini, lebih banyaklah
kebudayaan di bidang perniagaan yang dapt dicetuskan. Ini berarti umat Islam akan
semakin maju. Dalam perniagaan Allah melarang riba, tipu daya, suap dan lan-lain. Ini
adalah dasar-dasar kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan.
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 11
Satu hadits lain berbunyi:
Terjemahnya: Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman, lalu
dimakan daripadanya oleh burung dan manusia atau binatang, bahkan mendapat pahala
sedekah (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hasil daripada dorongan hadits ini akan lahirlah kebudayaan Islam di bidang
pertanian. pikiran dan tenaga lahir umat Islam diperah sungguh-sungguh untuk
mengusahakan, memajukan dan memodernkan teknik-teknik dan hasil pertanian.
Hasilnya terbentuklah kebudayaan Islam dibidang pertanian. jelaslah disini bahwa Islam
bukanlah ajaran yang beku. Ia menetapkan prinsip-prinsip asa dan mengatur beberapa
peraturan tertentu dan menyerahkannya sepenuhnya pada kebebasan akal dan tenaga
manusia untuk membina kemajuan di bidang pertanian.
Rasulullah SAW bersabda:
Terjemahnya: Yang halal jelas dan yang haram pun jelas, dan diantara kedua-
duanya adalah kesamaran (syubhat), inilah yang bayak manusia tidak mengetahuinya,
siapa yang takut syubhat akan selamatlah agama dan kehormatannya dan siapa yang
terjebak di dlam syubhat dikhawatirkan terlibat dengan yang haram. (Riwarat Bukhari
dan muslim)
Dalam hadits yang lain Rasulullah ada menyebut yang artinya : hati ditempa
oleh makanan minum
Umat Islam yang sensitif terhadap hadits ini akan berusaha semaksimal mungkin
untuk mengahsilkan barang makanan yang bersih lagi suci di sisi syariat. Makanan
mesti diproses secara Islam. Dengan ini timbullah daya usaha ke arah melahirkan
pabrik-pabrik yang memproses makanan secara Islam, dimana penyediaan, pengemasan
makanan dan penyimpanan makanan yang suci dan dijamin halal dilakukan. Oleh
karena itu, kebudayaan Islam dibidang perusahaan dan perindustrian makanan akan
timbul dengan sendirinya. Kemajuan akan bangun dengan pesatnya. Jadi, kemajuan di
bidang perindustiran makanan sewajarnya telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika
mereka benar-benar menghayati perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
Terjemahnya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatn apa
saja yang kamu sanggupi daripada kuda-kuda yang ditambat untuk berpasang (yang
dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang
selain mereka yang tidak kamu ketahui, sedangkan Allah mengetahuinya (Al Anfal: 60)
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 12
Ayat Al-Qur'an ini adalah dorongan secara langsung daripada Allah supaya umat Islam
membangun kekuatan ketentaraan untuk tujuan mempertahankan agama, kedaulatan
negara dan bangsa. Jika umat Islam benar-benar memahami tuntutan ayat ini, mereka
akan muncul sebagai satu kuasa yang gagah dan tidak bisa diperkotak-katikkan oleh
musuh, karena disamping mempunyai kekuatan taqwa mereka juga mempunyai
kekuatan senjata.
Kita akan jadi umat yang dapat melengkapkan diri dengan senjata modern yang
sophisticated dan modern. Dengannya umat Islam akan dapat mempertahankan diri dan
dapat menentang setiap gangguan dan penzaliman dari pihak komunis dan kapitalis
seperti yang terjadi hari ini. Tidak timbul soal negara-negara yang terpaksa "minta
sedekah" dan dapat dipermainkan oleh negara-negara penjual senjata seperti apa yang
terjadi di Timur Tengah pada saat ini. Inilah keindahan Islam bukan saja dapat
mendorong manusia berkebudayaan dalam bidang kemasyarakatan atau perniagaan,
malah Islam telah mendorong penganutnya mempunyai kebudayaan dalam bidang
ketentaraan.
Begitu juga halnya dengan arahan-arahan lain dalam agama Islam ini, kalau
dapat kita laksanakan akan lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita.
Jadi Islam itu mendorong orang berkebudayaan, Sebarang kehendak dalam ajaran Islam
apabila difikir dan dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan kemajuan.
Kemajuan yang kita cetuskan hasil daripada dorongan agama Islam itulah yang
dikatakan kebudayaan.
Seandainya satu bangsa itu berpikir dan bertindak dengan tenaga lahirnya
sehingga mencetuskan sesuatu yang tidak ditirunya dari mana-mana pihak, maka hasil
itulah yang dinamakan kebudayaan bangsa itu. Asalkan apa saja yang dipikirkannya
adalah tulen, tidak mengambil dari mana-mana pikiran bangsa-bangsa lain dan apa-apa
yang dicetuskannya itu tidak meniru apa yang telah dibuat oleh orang lain, yaitu segala-
galanya betul dari apa-apa yang dihasilkan oleh bangsa itu sendiri, ia bisa dikatakan
kebudayaan bangsa itu.
Tetapi kalau satu bangsa itu memikirkan dan membuat sesuatu perkara yang
sudah sedia dibuat atau dipikirkan orang lain, maka bangsa itu adalah bangsa yang
berkebudayaan bangsa lain namanya. karena ia memikirkan sesuatu yang memang telah
dipikirkan oleh bangsa lain. Ini namanya bangsa yang berkebudayaan bangsa lain bukan
berkebudayaan sendiri.
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 13
Sebagai contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian yang terbuka seperti shirt,
gaun dan sebagainya. Ini adalah orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat).
apa yang dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain yang
diamalkan atau dilaksanakan oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang
berkebudayaan orang lain. Artinya kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita orang
Islam yang berkebudayaan Jepang.
Tapi jikalau orang Melayu umapamanya, mencetuskan sesuatu dan apa yang
dipikirkan dan dibuat itu tidak pernah terpikir atau dicetuskan oleh sembarang bangsa
lain di dunia ini, maka barulah apa yang dicetuskan itu dikatakan kebudayaan
bangsanya, kebudayaan Melayu.
Kenapa ia bisa dikatakan sebagai kebudayaan Melayu? Sebab disudut pikiran, ia
tidak diambil dari mana-mana bangsa, dan apa yang difikirkan itu belum pernah
dicetuskan oleh sebarang pun diatas muka bumi ini. Sebagai contoh, katalah silau pulut,
yang mana orang Jepang, orang Amerika dan lain-lain tidak pernah dibuat dan
difikirkan.
Kalau begitu tentulah terlalu banyak perkara yang telah dilakukan oleh
masyarakat Islam sejak ratusan tahun dulu, hingga zaman ini bukan dari kebudayaan
Islam tetapi dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-patung yang
pernah dibuat oleh orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang
dengan kebudayaan Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan membuat
patung? Itu sebenarnya adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat mesjid. Contohnya dapat
dilihat pada mesjid Cordova Spanyol, yang tempat sembahyangnya dibuat sudah tidak
mengikut cara Islam. Ia disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh
ajaran Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam. Begitu
juga dengan pancutan air untuk mengambil wudhuk yang keluar dari mulut singa atau
rusa, itu bukan daripada ajaran Islam. Itu adalah kebudayaan orang Islam yang
berkebudayaan orang lain.
Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu
bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk,
sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar
dinamakan kebudayaan Islam.
Sebab itu sembarang usaha lahir maupun batin yang bersih (tulen) yang
dicetuskan oleh umat Islam itu hasil dari dorongan ajaran Islam (wahyu) yang tidak
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 14
bertentangan dengan apa juga yang ada dalam ajaran Islam, maka barulah ia dinamakan
kebudayaan (tamadun) Islam.
Oleh karena itu kalau kita tinjau, sebenarnya sangat sedikit kebudayaan Islam
yang dapat kita lihat hari ini. Apa muncul ditengah-tengah masyarakat Islam di seluruh
dunia sebenarnya adalah kemajuan dan kebudayaan hasil tajaan/ciptaan orang lain yang
kita tiru, bukan kebuadayaan Islam. Maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan
orang lain.
Kesimpulannya, jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil ciptaan
manusia. Walau bagaimanapun agama Islam itu mendorong orang berkebudayaan.
manakala agama-agama di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal,
khayalan dan angan-angan manusia itu sendiri.
Justru itu, jika ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam
akan jadi maju. Dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau
tamadun. Makin banyak umat Islam mengamalkan hukum, semakin banyaklah
kemajuan dihasilkan dan seterusnya makin banyak lahirlah kebudayaan atau tamadun
Islam.
C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM
Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang
sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh
dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan
hati nurani, yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna
dengan jalan iman dan perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan
keluhuran dalam hidup seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam
hidup sebelum kerasulannya sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang
kejujuran, lambang harga diri dan tempat kepercayaan orang. Demikian juga sesudah
masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan, untuk Allah, untuk kebenaran, dan
untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali
menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun -
yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan mereka - yang baik dengan harta,
kedudukan atau dengan godaan-godaan lain -mereka tidak dapat merintanginya.
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam
kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi
segala segi kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 15
bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir
zaman, berhubungan dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan
pengampunanNya. Kalau tidak karena adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad
menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan
menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
Tetapi, seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan
yang disampaikan Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan
hidup. Untuk itu cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang
diwahyukan Allah kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para
rasul. Empat belas abad sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang mendakwakan
diri bahwa dia seorang nabi atau rasul Tuhan lalu orang mempercayainya. Sementara
dalam abad-abad itu memang sudah lahir tokoh-tokoh di dunia yang sudah mencapai
kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai bidang kehidupan, namun anugerah sebagai
kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada mereka. Sebelum Muhammad memang
sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih berganti. Mereka semua sudah memberi
peringatan kepada masyarakatnya masing-masing bahwa mereka itu sesat, dan
diajaknya mereka kepada agama yang benar. Namun tiada seorang diantara mereka itu
yang menyebutkan, bahwa dia diutus kepada seluruh umat manusia, atau bahwa dia
adalah penutup para nabi dan para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia mengatakan itu, dan
sejarah pun sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan suatu cerita yang
dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta menjelaskan
sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.
"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala usaha
baik yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun untuk dirinya
pula. 'Ya Allah, jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa atau keliru. Ya Allah,
janganlah Kaupikulkan kepada kami beban seperti yang pernah Kaupikulkan kepada
mereka yang sebelum kami. Ya Allah, jangan hendaknya Kaupikulkan kepada kami
beban yang kiranya takkan sanggup kami pikul. Beri maaflah kami, ampunilah kami
dan berilah kami rahmat. Engkau jugalah Pelindung kami terhadap mereka yang tiada
beriman itu." (Qur'an, 2: 286)
D. KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM
Dari segi etimologis, kata kebudayaan adalah kata dalam bahasa Indonesia yang
berasal dari bahasa Sansekerta buddhi yang berarti intelek (pengertian). Kata buddhi
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 16
berubah menjadi budaya yang berarti “yang diketahui atau akal pikiran”. Budaya berarti
pula pikiran, akal budi, kebudayaan, yang mengenai kebudayaan yang sudah
berkembang, beradab, maju (Poerwadarminta,1982:157).
Dari pengertian budaya di atas, dapat diutarakan dengan bahasa lain bahwa
kebudayaan merupakan gambaran dari taraf berpikir manusia. Tinggi-rendahnya taraf
berpikir manusia akan terlihat pada hasil budayanya. Kebudayaan merupakan cetusan isi
hati suatu bangsa, golongan, atau individu. Tinggi-rendahnya, kasar-halusnya pribadi
manusia, golongan, atau ras, akan terlihat pada kebudayaan yang dimiliki sebagao hasil
ciptaannya. Maka dapat juga dikatakan bahwa kebudayaan merupakan orientasi dan
pola pikir manusia, golongan, atau bangsa. Kebudayaan merupakan suatu konsep yang
sangat luas ruang lingkupnya. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang timbulnya suatu
kebudayaan itu sendiri. Dawson (1993:57) memberikan empat faktor yang menjadi
alasan pokok yang menentukan corak suatu kebudayaan, yaitu faktor geografis,
keturunan atau bangsa, kejiwaan, dan ekonomi.
Dalam Islam , memang tidak ada suatu rumusan yang kongkret mengenai suatu
kebudayaan. Berkaitan dengan masalah kebudayaan. Islam memberi kerangka asas atau
prinsip yang bersifat hakiki atau esensial. Dengan kata lain, Islam hanya memberikan
konsep dasar yang dalam perwujudannya tergantung pada pemahaman
pendukungnya.Dalam keadaan atau waktu yang berbeda, esensinya diwujudkan oleh
aksidensi yang sangat ditentukan oleh aspek ekonomi, politik, sosial budaya, teknik,
seni, dan mungkin juga oleh filsafat.
Ciri-ciri yang membedakan antara kebudayaan Islam dengan budaya lain,
diungkapkan oleh Siba‟i bahwa ciri-ciri kebudayaan Islam adalah yang ditegakkan atas
dasar aqidah dan tauhid, berdimensi kemanusiaan murni, diletakkan pada pilar-pilar
akhlak mulia, dijiwai oleh semangat ilmu (Zainal, 1993:60).
Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudyaan Islam dapat
dipahami sebagai hasil olah akal, budi, cipta, karya, karsa, dan rasa manusia yang
bernafaskan wahyu ilahi dan sunnah Rasul. Yakni suatu kebudayaan akhlak karimah
yang muncul sebagai implementasi Al-Qur‟an dan Al-Hadist dimana keduanya
merupakan sumber ajaran agama Islam, sumber norma dan sumber hukum Islam yang
pertama dan utama. Dengan demikian kebudayaan Islam dapat dipilah menjadi tiga
unsure prinsipil, yaitu kebudayaan Islam sebagai hasil cipta karya orang Islam;
kebudayaan tersebut didasarkan pada ajaran Islam; dan merupakan pencerminan dari
ajaran Islam.
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 17
Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan tidak dapat terpisah
satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, sebagus apapun kebudayaannya, jika itu
bukan merupakan produk kaum Mslimin tidak bias dikatakan dan diklaim sebagai
budaya Islam. Demikian pula sebaliknya, meskipun budaya tersebut merupakan produk
orang-orang Islam, tetapi substansinya sama sekali tidak mencerminkan norma-norma
ajaran Islam. Dengan kata lain, Al-Faruqi (2001) menegaskan bahwa sesungguhnya
kebudayaan Islam adalah “Kebudayaan Al-Qur‟an“, karena semuanya berasal dari
rangkaian wahyu Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW pada abad ketujuh. Tanpa
wahyu kebudayaan Islami Islam, filsafat Islam, hukum Islam, masyarakat Islam maupun
organisasi politik atau ekonomi Islam.
E. SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM
Ada banyak faktor penyebab proses pertumbuhan peradaban Islam. Namun
secara garis besar dapat dibagi menjadi dua faktor penyebab tumbuh berkembangnya
peradaban Islam, hingga mencapai lingkup mondial, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor pertama (internal) berasal dari dalam norma-norma atau ajaran Islam
sendiri.
Faktor kedua(eksternal) pada hakikanya merupakan implikasi dari faktor
pertama. Motivasi internal yang begitu kuat telah mengkristal dalam kehidupan umat
Islam sejalan dengan perkembangan sejarah, dan nilai-nilai atau norma-norma ajaran
Islam menjiwai dalam setiap kehidupannya.
Tonggak-tonggak sejarah peradaban Islam, tak pernah lepas dari sejarah
intelektual Islam. Untuk memahami dengan baik perkembangan tersebut, idealnya
diperlukan pemehaman yang memadaitentang periodisasi sejarah perkembangan Islam.
Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi
perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga masa,
yaitu: masa klasik antara 650-1250 M, masa pertengahan antara tahun 1250-1800 M,
dan masa modern antara tahun 1800 sampai sekarang.
Pada masa klasik, lahir ulama‟ mahzab, seperti: Imam Hanafi, Imam Hambali,
Imam Syafi‟i , dan Imam Maliki. Sejalan dengan itu lahir pula filosof muslim
pertama,Al-Kindi 801 M. Diantara pemikirannya, ia berpendapat bahwa kaum
Muslimin menerima filsafat sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Selain, Al-Kindi,
pada abad itu lahir pula filosof besar seperti: Al-Razi (865 M) dan Al-Farabi (870 M).
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 18
keduanya dikenal sebagai pembangun agung sistem filsafat. Pada abad berikutnya, lahir
filosof agung Ibn Miskawaih 930 M. Pemikirannya yang terkenal tentang pendidikan
akhlak. Kemudian Ibn Sina tahun 1037 M, Ibn Bajjah tahun 1138 M, Ibn Tufail tahun
1147 M,dan Ibn Rusyd tahun 1126 M.
Masa pertengahan dalam catatan sejarah pemikiran Islam masa kini, merupakan
fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada
kecenderungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan
akhirat. Pengaruhnya masih ada sampai sekarang. Sebagai pemikir muslim kontemporer
sering melontarkan tuduhan pada Al-Ghazali sebagai orang pertama yang menjauhkan
filsafat dari agama. Sebagaimana tertuang dalam tulisannya “Tahafut al-Falasifah”
(Kerancuan Filsafat). Tulisan Al-Ghazali dijawab oleh Ibn Rusyd dengan tulisan
Tahafut al-Tahafut (Kerancuan di atas kerancuan).
F. MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM
Dalam sejarah perkembangan Islam, Masjid memiliki fungsi yang sangat vital
dan dominan bagi kaum Muslimin, di antaranya:
1. Mesjid pada umumnya dipahami masyarakat sebagai tempat ibadah khusus,
seperti sholat.
2. Sebagai “prasasti” atas berdirinya masyarakat Muslim. Jika dewasa ini bendera
sebagai simbol sebuah Negara yang telah merdeka, maka kaum Muslimin pada
tempo dulu jika berhasil “menaklukkan” sebuah Negara, mereka menandainya
dengan membangun sebuah masjid sebagai pertanda bahwa wilayah tersebut
menjadi bagian dari “Negara Islam” (Shini,T.T:158)
3. Masjid merupakan sumber komunikasi dan informasi antar warga masyarakat
Islam.
4. Di zaman Nabi SAW masjid sebagai pusat peradaban.
5. Sebagai simbol persatuan umat Islam.
6. Sebagai pusat gerakan.
Di Masjid kaum tua-muda Muslim mengabdikan hidup untuk belajar ilmu-ilmu
Islam, mempelajari Al-Qur‟an dan Al-Hadist , kritisme, tafsir, cabang-cabang syariat,
sejarah, astronomi, geografi, tata bahasa, dan sastra arab.
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 19
G. NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA
Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam berasal dari
jazirah Arab, maka Islam masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya.
Kedatangan Islam dengan segala komponen budayanya di Indonesia secara damai telah
menarik simpati sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari situasi
politik yang tengah terjadi saat itu.
Dalam pandangan Nurcholis Majid (1988:70) bahwa daya tarik Islam yang
pertama dan utama adalah besifat psikologis, Islam yang secara radikal bersifat egaliter
dan mempunyai semangat keilmuan merupakan konsep revolusioner yang sangat
memikat dalam membebaskan orang-orang lemah (mustadh‟afin) dari belenggu
hidupnya.
Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para da‟i mendakwahkan
ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh Wali Songo di tanah
Jawa. Karena kehebatan para wali Allah SWT itu dalam mengemas ajaran Islam dengan
bahasa budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah
masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 20
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang seringkali bertumpang
tindih, sehingga mengaburkan pamahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan
yang menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula
yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini seringkali
membingungkan ketika kita harus meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan
kita sehari-hari.
Koentjaraningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan
karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil
budi dan karyanya itu(i) . Koentjaraningrat juga menyatakan bahwa terdapat unsur-
unsur universal yang terdapat dalam semua kebudayaan yaitu, sistem religi, sistem dan
organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata
pencaharian hidup, serta sistem teknologi dan peralatan(ii).
Pandangan di atas, menyatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan.
Dengan demikian, agama (menurut pendapat di atas) merupakan gagasan dan karya
manusia. Bahkan lebih jauh Koentjaraningrat menyatakan bahwa unsur-unsur
kebudayaan tersebut dapat berubah dan agama merupakan unsur yang paling sukar
untuk berubah.
Ketika Islam diterjemahkan sebagai agama (religi) berdasar pandangan di atas,
maka Islam merupakan hasil dari keseluruhan gagasan dan karya manusia. Islam pun
dapat pula berubah jika bersentuhan dengan peradaban lain dalam sejarah. Islam lahir
dalam sebuah kebudayaan dan berkembang (berubah) dalam sejarah. Islam merupakan
produk kebudayaan. Islam tidaklah datang dari langit, ia berproses dalam sejarah
Pandangan tersebut telah melahirkan pemahaman rancu terhadap Islam.
Pembongkaran terhadap sejarah Al-Qur‟an, justifikasi terhadap ide-ide sekulerisme, dan
desakan untuk „berdamai‟ menjadi Islam Inklusif, merupakan produk dari kerancuan
pemahaman tersebut.
Agama yang disebut dalam pandangan Kontjaraningrat di atas tentu tidak dapat
dinisbatkan kepada Islam. Pemaksaan untuk memasukan Islam dalam teori tersebut
akan menghasilkan pemahaman yang rancu. Islam seharusnya diberi kesempatan untuk
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 21
menafsirkan dirinya sendiri. Islam pun harus berikan keleluasaan untuk mendevinisikan
kebudayaan.
Buya Hamka menyatakan bahwa kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa itu
sedia telah ada dalam jiwa manusia sendiri(iii). Hal itulah yang universal dalam diri
manusia, fitrah manusia. Manusia melihat alam yang megah dan berbagai fenomena luar
biasa, kemudian mencoba untuk menjelaskannya.
Dari fitrah itulah menusia kemudian mencari tahu “siapa yang Maha Kuasa?”.
Pencarian manusia tersebut telah melahirkan banyak paham dan pandangan yang
kemudian dipercayai sebagai agama. Agama-agama semacam ini bukanlah agama yang
diturunkan Allah Swt kepada para nabinya, tetapi agama yang berasal dari akal budi dan
gagasan manusia. Agama semacam inilah yang tepat untuk dinisbatkan kepada teori
Kuntjaraningrat di atas.
Hanya Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Buya Hamka menyatakan :
Permulaan perjalanan dinamakan fitrah. Akhir dari perjalanan dinamai Islam(iv). Yang
dimaksud dengan kalimat tersebut yaitu, bahwa fitrah manusia untuk mencari Yang
Maha Kuasa, akan tetapi manusia akhirnya menyerah karena akal tidak cukup untuk
memahaminya. Islam memberikan penjelasan apa yang tidak bisa dijelaskan oleh akal.
Itulah kenapa agama ini dinamakan Islam.
…maka insaflah manusia akan kelemahan dirinya, dan insaf akan ke-Maha
Besarnya yang ada itu. Maka menyerahlah dia dengan segala rela hati. Penyerahan yang
demikian dalam bahasa Arab dinamakan Islam(v).
Lebih jauh Syed Naquib Al-Attas menyatakan:
…Maka dengan pengertian faham agama yang bernisbah kepada kebudayaan
seperti yang biasa difahamkan dalam pengalaman Kebudayaan Barat itu tiada pula dapat
dikenakan kepada agama Islam –berbeda dari yang lain yang sesungguhnya merupakan
keagamaan belaka, bukan hasil renungan atau teori, bukan hasil agung dayacipta insan
sebagaimana kebudayaan itu hasil usaha dan dayaciptanya dalam tindakan
menyesuaikan dirinya menghadapi keadaan alam sekeliling. Islam adalah agama dalam
erti kata yang sebenarnya, iaitu agama yang ditanzilkan oleh Allah Yang Mahasuci lagi
Mahamurni dengan perantara wahyu menerusi PesuruhNya yang Terpilih, dan dasar-
dasar akidahnya dinyatakan dalam Kitab Suci Al-Qur‟anu‟l-Karim, dan amalan-
amalannya dicarakan dalam Sunnah NabiNya yang Agung itu. Dipandang sebagai suatu
peristiwa sejarah pun maka Islam itulah yang mengakibatkan timbulnya kebudayaan
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 22
Islam, dan bukan sebaliknya: bukanlah sesuatu kebudayaan itu yang mengakibatkan
timbulnya agama Islam(vi).
Sementara Prof. Dr. Amer Al-Roubai menyatakan: Di Barat, agama adalah
bagian dari kebudayaan, sedangkan di Islam, budaya didefinisikan oleh agama, islam
bukanlah hasil dari produk budaya (seperti yang dituduhkan oleh Nasr Hamd Abu
Zayd). Islam justru membangun sebuah budaya, sebuah peradaban. Peradaban yang
berdasarkan Al Qur‟an dan Sunnah Nabi tersebut dinamakan peradaban Islam.
Peradaban Islam memiliki pandangan hidup (worldview) yang berbeda dengan
peradaban lain. Cara pandang hidup yang berbeda inilah yang menghasilkan konsep-
konsep yang berbeda pula. Oleh karena itu, merupakan hak Islam untuk menggunakan
pandangan hidupnya (dalam bahasa Al-Attas: ar-Ruyatul al Islam li al-wujud) untuk
memahami setiap keberadaan, termasuk kebudayaan. Kebudayaan yang Islami adalah
hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia tang tidak terlepas dari nilai-
nilai ketuhanan. Hasil olah yang universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dalam perkembangannya, perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang
mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani
sehingga akan merugikan diri manusia sendiri. Di sinilah, agama berfungsi untuk
membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan
kebudayaan yang beradab. Pada masa klasik hidup ulama mahzab dan filosuf-filosuf
besar dan agung. Masjid selain sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai salah satu
simbol bagi Islam, tempat pusat komunikasi dan informasi, tempat belajar tentang
ajaran Islam. Nilai Islam yang beraroma Negara Arab secara tidak langsung masuk
meresap ke dalam budaya Indonesia seperti ejaan, kebiasaan, dan sebagainya.
B. SARAN
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam
kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan
landasan konsep yang berasal dari Islam pula.
Makalah Agama Islam “Sistem Kebudayaan Islam” | 23
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Budaya Dasar
http://komunitas-nuun.blogspot.com/2007/02/islam-dan-kebudayaan.html
Catatan Akhir:
i Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT.
Gramedia.
ii ibid. Hlm 12
iii Hamka. 1956. Peladjaran Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
iv ibid. hlm 16
v ibid
vi Syed Muhammad Naquib Al-Attas. 2001. Risalah untuk Kaum Muslimin. Kuala
Lumpur: Institut Antarbangsa Pemikiran dan Tamadun Islam (Istac)
vii Prof. Dr. Amer Al-Roubai, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Jurnal
ISLAMIA Thn I No 4, Januari –Maret 2005. hlm 21
Oleh: Khoirurrijal dan Tri Shubhi A
http://www.ikhwan-global-locus.info/?module=rums&act=detail&id=27
id.wikipedia.org
Tim Dosen PAI UNM.2006. Reorientasi Pendidikan Islam: Menuju
Pengembangan Kepribadian Insan Kamil. Malang: Hilal Pustaka
Tim Dosen PAI UB.2006. Buku Daras Pendidikan Agama Islam. Malang: PPA
UB
Gazalba,Sidi.1975. Mesjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta:
Pustaka Antara