13 - 14

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS KE - IV MATA KULIAH PSIKOLOGI ABNORMAL MATERI KULIAH 13 dan 14

Dibuat sebagai tugas oleh: AYU FLORANTINA C. G. 190110090047

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011

I. Kuliah ke-13 Senin, 28 November 2011 Keterangan: Hadir

Bentuk-bentuk Psychophysiologic Disorder: Reaksi gangguan psychophysiologic tidak hanya terbatas pada yang berhubungan dengan gangguan aspek body systems yang utama saja, tetapi dapat menimbulkan pelbagai bentuk gangguan pada setiap organ tubuh, terutama melalui sistem endokrin yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi organ tubuh, dan: Mampu mempengaruhi fungsi-fungsi psikis, seperti emosi. Mampu mempengaruhi kerja sistem muscular. Sementara sistem muscular seringkali merupakan media bagi penyaluran konflikkonflik psikis manusia.

Kita bisa membedakan gangguan yang menyerang sistem endokrin dan yang menyerang sistem muscular. Gangguan pada sistem muscular yang berkaitan dengan saraf otonom adalah gangguan psikosomatik. Bentuk-bentuk gangguan psychophysiologic sangat bervariasi, mulai dari bentukbentuk headache sampai dengan carcinoma kanker. Kanker disebabkan karena pada awalnya sakit kepala akibat endokrin/hormonal (misal: sehabis olahraga).

Neurologi (sistem saraf otonom) Kondisi psikologis Komplikasi fisik

Endokrin

Konsekuensi yang lebih berat adalah munculnya tumor/kanker pada bagian kepala. Hal ini merupakan akibat dari kondisi fatigue. Exhaustion fatigue terjadi karena kelelahan fisik, beban berat, kelelahan psikis, dosis olahraga yang terlalu berat tanpa memperhatikan daya dukung tubuh.

Reaksi-reaksi Endokrin Terjadi karena eratnya hubungan/interrelasi antara sistem saraf otonom dengan sistem endokrin sehingga gangguan pada sistem endokrin dapat berakibat gangguan pada sistem psikis. Misalnya aktivitas yang berlebihan dari kelenjar tiroid membuat seseorang tiba-tiba menjadi ketakutan. Sebaliknya keadaan emosi sangat mempengaruhi kerja dari

hormon/kelenjar tiroid (overreaction). Pada kasus diabetes melitus penyebabnya tidak semata-mata karena faktor herediter, tetapi juga karena individu tersebut berada dalam kondisi psikis yang degeneratif. Faktor-faktor psikis akan mempengaruhi gula darah sehingga level gula darah akan meningkat. Naiknya level gula darah akan mempengaruhi terjadinya diabetic attack. Pada individu yang immature, passive, dan dependent, akibatnya akan menambah frustasi dalam kebutuhan akan love dan attention. Hal ini akan berakibat depresi karena merasa kehilangan love dan attention.

Headache Headache merupakan gangguan fisik yang tidak hanya bersumber dari endokrin, tetapi lebih complicated karena seringkali dipengaruhi oleh fungsi sistem neurologis.

Masalah dalam kehidupan (life problem)

Mengandung situasi yang provoking untuk munculnya anxiety

Participating Events

Stres anxiety, confuse Headache Migrain

Headache seringkali disertai atau menyertai konstipasi/sembelit, diare, rasa sakit yang menyiksa (excruciating pain), pilek, beser. Setelah adanya serangan headache, biasanya akan terjadi fatigue / overactive. Pada wanita biasanya sering dijumpai pada saat menstruasi dan menopause. Sering kali headache merupakan akibat self, misalnya ketika sepasang suamiistri melakukan perselingkuhan atau pelaku bisnis yang melakukan kecurangan.

Migraine Migrain merupakan salah satu bentuk displacement dari defense mechanism intellectualizing, simbolik rasa hostile pada partner.

Periodontal Reaction Pendarahan yang terjadi pada gusi atau tulang gigi. Biasanya terjadi pada laki-laki. Ini merupakan bentuk simbolik yang berkaitan dengan hostility mulut atau sebagai tanda mulut yang ingin melakukan kekerasan.

Musculoskeletal Reaction Merupakan rasa pegal yang terdapat pada tulang atau otot. Ini adalah bentuk psychophysiologic disorder di mana konflik psikologik yang diekpresikan melalui keluhan. Misalnya sakit punggung, sakit pada persendian (reumatik/encok), kejang otot (muscular spasm), dan lain-lain. Rheumatic: bila terserang sakit pada persendian yang ditambah dengan sakit pada tendon, ligamennya bengkak. Rasa sakit pada reumatik bervariasi, mulai dari sangat ringan, rasa kaku, sampai dengan pincang, lumpuh, atau cacat total. Beban konstruksi psikis disebabkan oleh adanya ancaman di bagian tubuh yang harus memikul tekanan psikis. Reumatik bisa terjadi karena stres psikis merasa terancam akibat situasi-situasi seperti kematian anggota keluarga, perceraian, diasingkan dari rumah, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain.

Cancer Secara medis merupakan penyakit kronis yang seringkali terminatif dan mematikan. Disebut kanker karena terjadi pertumbuhan secara abnormal pada organ-organ dalam yang tidak seharusnya tumbuh. Pertumbuhan kanker secara psikis dapat terjadi akibat komponen emosional yang tersugesti secara psikis sehingga menampilkan keluhan kanker. Kanker biasanya lebih sering diderita oleh wanita yang predisposisi meloncholia atau sanguinis. Baik melankolis / sanguinis, mereka mudah tertular emosi sedih. Penderita kanker: - Kehilangan minat untuk relasi interpersonal - Sukar mengungkapkan perasaan hostile - Tension sexual area problem

Reaksi Special Sense Reaksi ini merupakan sensitifitas yang tinggi pada individu terhadap cahaya, biasanya diidap oleh penderita tetanus. Photophobia: takut terhadap cahaya Mata mengeluarkan air mata secara berlebihan sehingga selalu terlihat seperti habis menangis Mata mengeluarkan kotoran secara berlebihan Hyperemia conjunctiva: mata memerah dan berlendir. Secara organis terjadi karena iritasi debu, asap, radiasi, atau bahan kimia. Secara psikis, terjadi karena stress emosional. Glaucoma: adanya pressure pada inti ocular sehingga pupil menyebabkan mata mengalami gangguan seperti tertekan. Biasanya terjadi karena emosi fluktuatif, gangguan adjustment, excessive anxiety, perfeksionis, relasi yang tidak memuaskan dengan orang tua, insecurity feeling, dan gangguan relasi perkawinan.

Hypokondria (The Chronic Complainer) Arti etiologis: hypo = bawah; chondris = rusuk. Diduga oleh ahli medik Yunani Kuno menjadi tempat kedudukan empedu yang dianggap menyebabkan perasaan sedih atau melankolis. Tiap gangguan organis yang tidak jelas penyebab fisiknya disebut sebagai hypocondria. Hypocondria merupakan gangguan neurosa di mana individu mengeluh atau menganggap dirinya memiliki gangguan penyakit organis. Biasanya penyakit yang dikeluhkan adalah penyakit kronis seperti TBC, kanker payudara, cacat punggung, dan sebagainya. Jika sudah divonis tidak menderita suatu penyakit tertentu, maka akan berpindah ke penyakit lain. Perbedaan hypocondria dengan psikosomatis: Hipokondriasis: Penderita yakin betul bahwa mereka mengidap suatu penyakit. Merupakan bentuk escape dari masalah yang dihadapi sehingga akan mendapat perhatian dari lingkungan sekitarnya Psikosomatis: Mengalami sakit yang tidak bersumber dari gangguan di kondisi fisik, tetapi bersumber dari gangguan di kondisi psikis.

Uraian Teoritis Penyebab Hypocondria: Learning Theories Cara menstimulasi lingkungan untuk memberikan perhatian terhadap kekurangan dirinya sehingga mendapat afeksi melalui pengalamannya (learning).

-

Teori Psikodinamika Hipokondriasis merupakan rasionalisasi atau pembenaran terhadap kekurangan diriya sehingga dapat diterima lingkungan. Individu mencoba mengatasi rasa cemas dalam bentuk simbolisasi rasa kurang tersebut dengan suatu bentuk keluhan organis yang berhubungan dengan kekurangan tersebut.

Hysteria Histeria adalah tingkah laku seseorang yang berusaha melarikan diri dari ketidakmampuannya dalam menghadapi sesuatu. Orang yang menderita histeria lebih banyak menghadapi kesulitan atau situasi yang tidak menyenangkan sehingga mengalami gangguan kehilangan fungsi fisik maupun fungsi psikis tertentu yang ditandai dengan berbagai bentuk dan tekanan reasosiasi. Conversion Reaction Tipe neurosa hysteria: - Meliputi relasi keluhan bentuk neuropsikologik - Perasaan cemas dimanifestasikan dalam bentuk keluhan fisik - Keluhan (symptom) diekspresikan berupa gangguan fungsi motorik sensorik melalui mekanisme sistem saraf pusat Dissociation Hysteric Berkaitan dengan aspek kognitif: - Berbentuk tingkah laku maladjusted di mana self terpisah dalam beberapa sistem psikologi sehingga menyebabkan masing-masing bagian self tersebut berkembang terpisah atau tidak terintegrasi sebagai satu self ( split personality).

Tingkat disosiasi pada conversion reaction belum sampai pada tahap yang bisa dikendalikan. Misalnya kebutuhan afeksi dalam hal seksual pada seseorang yang tidak dapat terkendali. Conversion berkaitan dengan afeksi

Disosiasi berkaitan dengan kognisi

Pada conversion, aspek emosi akan sangat terlibat, sementara dalam disosiasi, ada suatu self atau diri yang hilang sehingga diri yang ditampilkan adalah diri yang berbeda dari biasanya. Paige membedakan hysteria menjadi tiga bentuk, yaitu : a. Minor Hysteria Merupakan perasaan gembira atau sedih yang ditanggapi dengan tertawa atau menangis yang berlebihan. Hal ini dilakukan sebagai defense yang berlebihan terhadap hal yang sensitif. Contoh lainnya adalah tics yang merupakan hal yang berbeda dari tampilan self seseorang, tetapi hal ini masih kecil dan tidak mengganggu.

b. Major Hysteria Suatu kondisi yang ditandai oleh berbagai taraf disosiasi dan exhibition pola-pola symptom gangguan emosi. Pada dasarnya bentuk psikologis jauh lebih terlihat dari pada bentuk organisnya. Bentuknya adalah: Simple Dissociative Behavior (Conversion Hysteria) Partial Dissociation Behavior Biasanya penderita akan terlihat normal-normal saja, tetapi ada hal-hal yang abnormal, yaitu: - Fugues - Somnambulism - Hysterical narcholepsi - Hysterical anorexy

c. Complete Dissociation Behavior Kompleks, kebiasaan, emosi, ide, atau ingatan tertentu terintegrasi ke dalam suatu personality yang kemudian akan terintegrasi dalam bentuk yang berlawanan ke dalam suatu personality lain yang berlawanan dengan personality sebelumnya. Pengintegrasian ini dapat menyebabkan seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian.

Conversion Reaction Merupakan suatu tingkah laku yang bersumber pada need of affection yang tinggi sehingga menyebabkan anxiety. Orang yang mengalami ini merasa sangat khawatir jika kebutuhan afeksinya tidak terpenuhi. Need of affection anxiety

Anxiety akan ditransformasi dalam bentuk symptom fisik, bila diekspresikan dalam mekanisme sistem saraf pusat ke bentuk keluhan fungsi motorik atau sensorik disebut hysterical conversion neurosa. Bila diekspresikan dalam mekanisme sistem saraf ototnom ke bentuk keluhan fungsi motorik atau sensorik disebut psychophysical conversion hysteric disorder. Symptom sensorik: gangguan keluhan sensasi kulit (taktil), vision, akustik (dengar), anesthesia (kebal). Symptom motorik: trembling, tics

Kesukaran dalam Diagnosa Sering dianggap lebih sulit didiagnosa dari pada anxiety reaction, phobia, atau obsesikompulsi karena sangat mirip dengan gangguan fisik yang sesungguhnya. Biasanya tingkah laku yang dimunculkan oleh penderita dianggap mengada-ada, tetapi dilakukan untuk meredakan anxiety yang dimilikinya. Kesukaran dalam melakukan diagnosis juga disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap gangguan. Ciri utamanya adalah kesan artifisial dibuat-buat dan area yang dikeluhkan biasanya inadekuat.

Bentuk-bentuk Konversi Histeria: 1. Disosiasi 2. Amnesia (Psychological Suicide) Tergolong dalam conversion reaction karena adanya keinginan untuk mendapat perhatian dari orang lain dengan cara menghilangkan memori yang dimilikinya. Fugue (flight without awareness) Bentuk amnesia dengan mekanisme reaksi menghindar (flight, escape). Misalnya dengan meninggalkan rumah selama beberapa lama. 3. Automatic behavior 4. Multiple personality

Pendekatan Penyebab Konversi Histeria a. Behavioristik: tidak begitu jelas pengaruhnya terhadap konversi histeria. b. Psikoanalisis: memiliki pengaruh (unsur biologis) yang lebih besar terhadap munculnya konversi histeria. Merupakan ekspresi simbolik dari represi terhadap dorongan seksual.

Personality penderita hysteria: Pada masa kanak-kanak biasanya bertingkah laku naif atau lugu, sangat suggestible, egossentris, sangat tidak stabil, dan sangat membutuhkan perhatian dengan reaksi emosi yang immature, impulsive, dan inconsistent. Namun ketika ada satu kemauannya yang tidak terpenuhi, maka anak ini akan menjadi tidak terkendali dan reaksinya seringkali dibuat-buat. Individu hysteria umumnya: Selfish (mementingkan diri sendiri) Egois / egosentris Suggestible Emotional Lack of High Ideals Latent theatrical (koket)

Dissociative Neurosis Konflik Kebutuhan Konflik Dorongan gagal diatasi

disintegrasi Self terpisah Personal Maladjusment Ideas terlepas dari kepribadian utama Emosi Muncul independen: kepribadian semu

II. Kuliah ke-14 Senin, 5 Desember 2011 Keterangan: Hadir

Neurasthenia Neurasthenia merupakan suatu gangguan yang muncul sebagai akibat over reaksi emosi terhadap kegagalan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi. Neurasthenia merupakan salah satu bentuk nervous ringan yang ditandai dengan adanya rasa lelah yang terjadi secara terus-menerus. Gangguan ini biasanya bersifat kronis, dengan tampilan fisik yang lebih sering menunjukkan lelah, letih, lesu, lemas, dan lunglai. Neurasthenia terjadi karena usaha-usaha inefektif melawan frustrasi dan kesulitan yang dialaminya. Etiologi dan symptomatologi seringkali sukar dibedakan dengan anxiety states. Ciri utama dari gangguan ini adalah rasa lelah yang amat sangat. Neurasthenia terjadi karena melemahnya secara menyeluruh sel-sel saraf karena bekerja berlebihan (Bread). Secara psikologis, neurasthenia terjadi karena mengerasnya reaksi-reaksi emosi dalam bentuk yang non-adjustive dan dimungkinkan didorong oleh ketegangan emosi yang berlangsung terus menerus sehingga berakibat individu menjadi sangat kelelahan. Neurasthenia biasanya menggambarkan orang yang memiliki anxiety trait yang tinggi. Apabila ia memiliki anxiety trait yang tinggi, maka anxiety statenya juga tinggi. Pada orang normal bisa juga terjadi bila mendapat tekanan, tetapi biasanya rasa lelah itu bisa diatasi. Pada penderita neurasthenia, rasa lelah itu berlangsung dalam waktu lama, bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Dalam beberapa kasus, dapat berakibat cacat psikis.

Karakteristik neurasthenia : - Rasa lelah sepanjang waktu (dari pagi-malam tiap hari) - Rasa rendah diri dan takut gagal muncul secara bersamaan - Rasa sakit dan nyeri di sekujur tubuh, diikuti pusing-pusing - Reaksi cepat dan tidak menentu, tegang - Keterlambatan mental dan gerak motorik (refleksnya melambat) - Depresi emosi diikuti menangis - Hilang nafsu makan, insomnia, sakit perut - Paresthesia (sensasi raba subjektif, tidak terlokalisir), hyperesthesia, hypochondria, halusinasi, penglihatan berkunang-kunang

- Egosentris dan introversi - Gangguan dan tidak mampu berkonsentrasi - Sikap negativistic dan antagonistic - Sensitif terhadap tingkah laku dan opini orang lain

Penyebab munculnya neurasthenia : Tekanan perasaan yang dirasakan terus menerus (cemas, konflik, pertentangan) Kelelahan fisik yang diikuti obsesi, lelah terus menerus secara psikis disosiasi partial Symptom semula sebagai defence mechanism yang memungkinkan melarikan diri dari tugas-tugas yang tidak diinginkannya (Wolve) Inferiority feeling yang kuat, merintangi tingkah laku agresif Kadang-kadang ada pengaruh herediter, tetapi tidak terlalu berpengaruh, dapat dikatakan tentatif.

Depresi Neurosa - Kondisi emosi yang berubah menjadi depresi (seperti sedih, duka cita, putus asa, dll) secara fluktuatif (turun naik) dan mencolok permanen. Penderita depresi neurosa terlihat sadness terus menerus. Masih belum jelas apakah merupakan tahap awal dari fase depresi, atau suatu kondisi khusus. - Merupakan single condition yang variatif dari yang sangat ringan sampai parah sekali (Beck, 1967). - Bedanya dengan psikosa depresi: anxiety lebih rendah, ada gejala halusinasi, dan/atau autistic, sedangkan depresi neurosa: anxiety tinggi, tidak ada gejala halusinasi, dan/atau autistic. - Bentuk: Depresi neurotik untuk reaksi terhadap tekanan hidup Depresi neurotik karena bawaan herediter atau biokimia

Pendekatan Terjadinya Depresi Neurosa : a. Learning process: reaksi terhadap life stress yang di reinforce melalui proses belajar. b. Cognitive approach: individu memiliki negative cognitive set, sehingga self esteemnya rendah. Hal ini menimbulkan tingkah laku yang selalu pesimis dan memiliki ekspektasi yang terbatas.

c. Psychodynamic: upaya mengendalikan anxiety yang muncul karena konflik tidak sadar.

War Neurosa Merupakan kondisi-kondisi neurosa yang terjadi akibat suatu situasi peperangan. Pihak yang terlibat dalam peperangan biasanya adalah pasukan militer yang memang dipersiapkan untuk berperang. Namun tak jarang, pihak sipil yang tinggal di daerah dimana peperangan tersebut terjadi juga menjadi pihak yang terlibat. Dalam psikologi militer, pihak yang menderita war neurosa adalah anggota militer yang mengikuti peperangan. Orang sipil yang hidup dalam lingkungan terjadinya perang akan mengalami traumatic neurosa karena secara tiba-tiba dihadapkan pada keadaan yang mencekam. Situasi ini dinamakan excagerate, yaitu situasi di mana orang merasa terancam keselamatan, jiwa, dan kehidupannya. Misalnya, warga yang tinggal di daerah perbatasan antara Malaysia dan Indonesia. Hidup mereka tadinya tenang, tetapi tiba-tiba terjadi perselisihan yang menyebabkan mereka menjadi ikut celaka.

Bentuk War Neurosa a. Combat Stress Reaction Individu pada mulanya baik dan adjusted (sipil maupun militer), tetapi kemudian menunjukkan gejala gangguan neurosa karena: - Pengalaman peperangan sangat intens - Kurang siap secara psikologis untuk tugas militer karena kurang terlatih, lelah fisik, dan moril rendah. Symptom/keluhan: mimpi-mimpi menakutkan, kurang/tidak bisa tidur, inner unrest (tidak bisa renang), pucat, letih, lesu, tremor, ekspresi wajah kosong, tingkah laku kasar, mudah marah, apathis, dan mengasingkan diri dari kelompoknya.

b.

War Neurosa Murni Keadaan neurosa yang semata-mata terjadi akibat situasi peperangan. Namun bisa saja situasi peperangan hanya berupa trigger dalam memunculkan war neurosa. Individu dalam keadaan biasa sebenarnya sudah memiliki pre-existing psikoneurosa. Akibat adanya tekanan pertempuran atau peperangan, pada akhirnya dalam keadaan normal memperlihatkan gejala-gejala neurosa.

Symptom atau keluhan: hampir sama dengan combat stress reaction, tetapi sering muncul symptom lain berupa neurasthenia, hysteria, anxiety state, dan obsessioncompulsion. Personality: pemalu, pendiam, sadar bahwa dirinya kurang berani dan kurang agresif, emosi tidak stabil, tidak mampu/sulit menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial sipil. Diperlukan adanya treatment / perawatan intensif dan cukup lama, kadang perlu dirawat di rumah sakit dan biasanya sukar dipertahankan melakukan tugas-tugas militer.

Symptom-symptom War Neurosa 1. Reaksi rasa takut (Fear Reaction) Reaksi yang ditunjukkan adalah reaksi individu yang mengalami ketakutan, seperti badan gemetar, mata melotot, tubuh lemas, jantung berdebar-debar, tidak bisa bicara, badan kaku/tidak bisa digerakkan, dll.

2.

Psychosomatic Symptoms Gangguan fisik/gejala gangguan fisik tanpa sakit kepala/pusing-pusing, sakit pencernaan, gangguan jantung, sesak nafas, mata kunang-kunang, sakit/nyeri seluruh tubuh, otot-otot pegal, hilangnya fungsi sensorik dan motorik.

3.

Conditioned Reaction Munculnya reaksi-reasi yang terkondisi kembali akibat dibangkitkannya kembali emosi dan symptom fisik terhadap pengalaman traumatis yang mendorong munculnya gejala neurotis.

4.

Amnesia Individu kehilangan kemampuan mengingat. Gangguan ini terjadi untuk melindungi diri dari ingatan yang menyakitkan, lebih-lebih bila disertai rasa bersalah dan menyesali diri. Amnesia seringkali disertai anxiety, depresi, dan paranoid.

5. Fatigue Syndromes (Loss of Effect) Karena dalam pertempuran berada dalam keadaan stres atau strain yang konstan, maka akan muncul ketegangan (tension) terus menerus sehingga energi terserap. Hilangnya energi akan menyebabkan jenuh fisik dan psikis lebih cepat, mudah marah, mengantuk,

inisiatif menurun, suka menghindar, gelisah, hilang kepercayaan diri, sukar tidur, mimpi yang menakutkan, dsb. Dalam bentuk yang parah disebut sebagai apatis.

6 . Exhaustion Syndrome Terdapat pada individu yang menghadapi bahaya hebat dan memforsir tenaga habishabisan, tetapi kurang tidur/istirahat dan kurang makan sehingga menyebabkan muka cekung, pucat, kehilangan bobot tubuh, sukar tidur, dan mengalami gangguan fungsi saraf. Secara psikis menyebabkan anxiety, amnesia, dan apatis.

Treatment War Neurosa Pengobatan di tempat sulit dilakukan karena situasi tidak memungkinkan bagi terapi yang sempurna, kecuali dengan kerja sama psikiatri. Untuk melakukan penanganan awal, biasanya diberikan suntik penenang oleh dokter. Untuk terapi ideal, penderita harus diungsikan dari front pertempuran untuk mendapat perawatan psikologi atau dimasukkan ke rumah sakit. Untuk penderita akut atau masih fase awal, cukup dengan beristirahat, tidur teratur, makan bergizi baik, dan keadaan sekelilingnya cukup favourable. Biasanya sesudah 1 sampai 2 hari, sudah bisa bertempur lagi. Bila masih terganggu juga, harus diungsikan ke garis belakang atau masuk ke rumah sakit. Penderita dapat mengurangi amnesia dengan cara seperti trance, me-recall, dan mengurangi pengalaman traumatis pertempuran, kemudian didiskusikan pada penderita setelah sadar.

Prinsip Treatment: Immediate: temukan secara dini gejala atau tanda combat exhaustion (komandan dan dokter pasukan harus peka). Proximity: bila ditemukan gejala-gejala combat exhaustion pada anggota pasukan, kirim segera ke unit perawatan terdekat atau segera konsultasikan treatmentnya. Biasanya dengan sedikit supportive therapy, peserta sudah bisa bertugas kembali. Expectancy: harapkan individu mempunyai sikap bahwa tugas pertempuran adalah tugas yang diharapkan / diingininya karena mulia, dsb.

Outcomes Treatment : Sebagian besar penderita adalah combat stress exhaustion. Mereka yang mengalami true war neurosa umumnya adalah mereka yang memang personalitynya sudah terganggu. Sebagian besar dapat 'sembuh' dan melaksanakan tugas militer lagi, sedangkan mereka yang

mengalami true war neurosa kronis akan dipensiunkan atau diberhentikan untuk dirawat secara intensif.

Fungsi psikolog dan psikiater dalam militer: 1. Memelihara/merawat moral dan efektivitas tempur personil pasukan. 2. Mempersiapkan agar setiap saat anggota pasukan dapat dikerahkan bertugas tempur dan mengetahui tugas dan resikonya. 3. Memelihara dan merawat mutu kesiapan tempur.

Traumatic Neurosa Traumatic neurosa terjadi pada orang yang berada di sekitar tempat terjadinya peperangan. Namun gangguan ini bukan hanya terjadi akibat adanya peperangan, tetapi juga hal lain yang merupakan perubahan keadaan secara tiba-tiba. Traumatic neurosa merupakan psikoneurosa yang berhubungan dengan kondisi-kondisi traumatis yang dialami individu akibat kecelakaan fisik yang nyata maupun tidak nyata. Kondisi ini kemudian diikuti oleh terjadinya perubahan struktur faal atau saraf. Indikator: 1. Terdapat perubahan atau perbedaan yang mencolok antara keadaan (fisik, tingkah laku, atau psikologis) sebelum dengan sesudah terjadinya kejadian. 2. Terdapat kesenjangan di mana symptom semakin menguat, sedangkan dampak fisik dari trauma semakin 'sembuh' (sudah teratasi). 3. Terdapat resistansi (perlawanan atau penolakan) symptom terhadap treatment yang diberikan.

Colleman menyebutkan bahwa kuat lemahnya gangguan psikis yang dialami seseorang bergantung pada: 1. Taraf keterkejutan penderita terhadap kejadian 2. Keadaan yang dialami dan bentuk kejadian traumatis tersebut 3. Kemampuan individu menghadapi dan menanggulangi dampak dari kejadian.

Symptom yang terlihat dalam traumatic neurosa: 1. Anxiety Bentuk anxiety bervariasi dari anxiety ringan sampai anxiety akut, biasanya berhubungan dengan situasi yang membangkitkan atau mengingatkan pada kejadian traumatis.

2. Chronic Muscular Tension Disertai keadaan gelisah, kelelahan, insomnia, dan tidak bisa tenang. 3. Irritability (mudah naik darah) Biasanya disertai reaksi seperti orang kaget, tidak bisa menolerir suara (cepat merasa bising). 4. Sering mengeluh dan merasa tidak bisa konsentrasi dan mengingat. 5. Sering mimpi yang mengerikan (night mare) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kejadian-kejadian traumatis tersebut dalam bentuk langsung maupun simbolik. 6. Social Withdrawl Menghindar, mengelak dan menolak interpersonal involvement atau pengalamanpengalaman yang dapat menimbulkan eksitasi. 7. Loss Of Sexual Interest

Karakteristik Penderita : - Jarang terdapat pada anak-anak - Lebih sering terdapat pada laki-laki dari pada wanita - Pada pekerja-pekerja unskilled atau semi skilled, biasanya cenderung bentuk reaksi histerik yang dominan. - Pada level pekerja yang lebih tinggi, biasanya bentuk anxiety state yang lebih banyak ditemukan. - Biasanya penderita sangat yakin akan symptom yang dideritanya, tidak beranggapan bahwa hal itu suatu yang abnormal sehingga sukar mengatakan itu pura-pura atau sungguh-sungguh sakit.

Psychosa Psikosa merupakan gangguan kepribadian yang hebat yang ditandai oleh robeknya secara parah kehidupan jiwa dan emosi sehingga menyebabkan individu yang semula normal menjadi tidak mampu merawat diri sendiri secara adekuat (disorganisasi kepribadian) dan tidak mampu pula mengadakan hubungan sosial secara adekuat. Istilah lain: Insanity pribadi yang kacau; istilah hukum untuk individu-individu yang menderita gangguan psikis parah sehingga secara hukum tidak dapat dipertanggungjawabkan atas setiap tidakannya.

-

Dementia semua penyebab gangguan mental; adanya deteriorasi (perusakan atau penurunan fungsi mental yang parah).

Psychosa dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu : 1. Functional Psychosa Penyakit dengan gangguan fungsional tidak karena patologis organis atau toxic. Schizophren Psychoses Manic Depressive Paranoid Melancholia Involutionil

2. Organic Psychoses Penyakit dengan gangguan fungsional karena berhubungan dengan toxic atau organis. Sementia senilis karena kuman sifilis Psikoses arteriosclerosis karena penyempitan pembuluh darah suplai O2 ke otak menurun General paresis Psikosa alkoholik

3. Borderline Cases

Gejala-gejala umum kelainan: - Adanya autisme (menutup diri) - Ada penampilan tertentu - Ada gerak-gerak di luar kebiasaan - Keadaan yang sering disebut gila oleh orang awam

Kondisi Umum Psikosa 1. Usia Terdapat karakteristik usia tertentu dan jenis serangan gangguan psikosa.

2. Jenis Kelamin Laki-laki umumnya banyak menderita bentuk-bentuk gangguan yang biasa menyerang pada usia lebih dini. Perempuan umunya mengalami serangan penyakit pada usia yang lebih lanjut.

3. Intelegensi Secara umum tidak menunjukkan perbedaan mencolok dibanding orang normal. Sesudah serangan, tes intelegensi menunjukkan hasil memburuk, terutama disebabkan karena kekacauan mental dan apathy. Penderita psikosa paranoia, melancholia involusionil, dan manic depressive memiliki intelegensi dan pendidikan yang lebih baik dari penderita schizophrenia. Psikosa alkoholik memiliki intelegensi dan pendidikan yang lebih baik dari psikosa general paresis, arterio sclerosis, dan dementia senilis.

4. Status Ekonomi Umumnya penderita lebih banyak dari kalangan ekonomi lemah dibanding dari ekonomi kuat. Hal ini berkaitan dengan kesejahteraan atau fasilitas fisik, sosial, mental, lingkungan, dan sebagainya.

5. Urban-Rural Penderita dari lingkungan urban 2 kali lebih banyak dibanding lingkungan rural. Hal ini disebabkan mereka hidup dalam lingkungan yang kondusif sehingga fasilitas perawatan rumah sakit di urban lebih banyak.

6. Ras Perbedaan hanya dalam (konten atau permukaan) gejala (halusinasi, delusi, dan sebagainya). Karena pengaruh budaya, misal di USA, delusi sebagai presiden, sedangkan di tempat primitif, delusi sebagai dewa roh.

7. Urutan Anak Pada awalnya hal ini dianggap ada kaitannya, tetapi ternyata kemudian urutan kelahiran dianggap bukan faktor.

Beberapa Misconception Tentang Psikosa 1. Dianggap semakin meningkat Pengetahuan yang dimiliki masyarakat semakin baik sehingga semakin banyak pula orang yang berani mengirim penderita ke rumah sakit sehingga lebih tercatat.

2. Emotional Stress Sering koinsidensi yang berhubungan dengan emotional stress yang muncul dianggap sekaligus menjadi penyebab individu menjadi psikosa (anggota keluarga meninggal, bisnis bangkrut, love affair, dipecat dari pekerjaan, dan sebagainya)

3. Tingkat Budaya Psikosa sering dianggap terjadi hanya di dalam masyarakat modern saja karena perubahan-perubahan yang berlangsung sangat cepat, seperti kemajuan teknologi, industrialisasi, dan lain-lain. Padahal pada kenyataannya, di dalam kultur primitif juga ditemukan penderita psikosa.

4. Pengaruh Setan Dalam dongeng-dongeng di masyarakat, seringkali penderita psikosa digambarkan sebagai individu-individu yang ketagihan membunuh dan merusak dengan kekuatan di luar batas kemampuan manusia (dipengaruhi kekuatan setan).

5. Kehidupan Seks dan Perkawinan Penderita psikosa sering dianggap memiliki relasi seksual yang aneh dan abnormal. Hal tersebut dianggap ada kaitannya dengan symptom. Padahal pada kenyataannya, hampir sama dengan orang normal. Masturbasi yang dilakukan bukan karena psikotiknya, tetapi karena tidak dapat menyalurkan naluri seks secara normal.

6. Eugenics Penderita psikosa dianggap merupakan ancaman terhadap keselamatan masyarakat, sama dengan anggapan bahwa psikosa merupakan warisan keturunan sehingga penderita psikosa dianggap tidak dapat memiliki keturunan. Kenyataannya, banyak keturunan yang sehat dan kebanyakan penderita psikosa banyak yang tidak sempat menjalani kehidupan sosial pernikahan.

7. Genius dan Mental Disease Terdapat orang-orang genius yang menderita psikosa sehingga dianggap ada kaitannya. Padahal sebenarnya, tidak terdapat hubungan antara penderita psikosa dengan kecerdasan. Bisa saja hanya karena mereka menonjol mereka lebih mudah dikenal.

8. Tak dapat disembuhkan Dilihat dari persentase 50%-60% penderita psikosa yang dirawat di rumah sakit tidak dapat sembuh. Sebenarnya penderita baru dirawat di rumah sakit setelah keadaannya parah. Perawatannya sendiri memerlukan waktu yang cukup lama.

Alcoholic Mental Disorder Mencari kepuasan melalui minuman yang memabukkan atau alkohol, biasanya berkaitan dengan adanya mental disorder. Sering merupakan secondary symptom dari gangguan personality Dalam praktiknya, bisa berkembang sebagai psikosa alkoholik

Klasifikasi : Pathological Intoxication Delirium Tremens Korsakoff Psychoses Acute Hallucinosis Alcoholic Deterioration

Klasifikasi ini semakin ke bawah merupakan klasifikasi gangguan yang semakin berat.

LEMBAR OTENTIFIKASI

Tugas ini dibuat oleh: Nama : Ayu Florantina C. G. NPM : 190110090047

Jatinangor, 9 Desember 2011

Ayu Florantina C. G. 190110090047