4
 PEMBAHASAN LARUTAN RINGER LAKTAT Praktikum ini bertujuan untuk membuat larutan infus ringer laktat. Larutan infus ringer laktat mengandung berbagai macam elektrolit, sehingga digunakan untuk memenuhi kebutuhan elektrolit ataupun cairan tubuh secara fisiologis. Larutan ini mengandung bahan-  bahan seperti Na laktat, NaCl, KCl dan CaCl 2 .2H 2 O. Lar uta n ringer laktat mer upa kan mod ifikasi dar i laru tan ringer yan g ber fun gsi sama, yan g membedaka n ada lah ada nya  penambahan NaHCO 3 . Pada larutan ringer laktat, hal tersebut diatasi dengan menggunakan  Na laktat yang berasal dari NaHCO 3  dengan penambahan asa m lakt at. Na HCO 3 memungkinkan terlepasnya CO 2  yang menyebabkan peningkatan nilai pH atau pengendapan CaCO 3 . Larutan ringer laktat sering digunakan untuk mengisi cairan yang hilang setelah kehila nga n dar ah akibat tra uma, ope rasi, atau cedera keb aka ran. Lar uta n Rin ger laktat digunakan ketika pasien mengalami asidosis atau yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala kondisi tersebut, karena produk sampingan dari metabolisme laktat dalam hati dapat melawan asidosis. Yang pertama dilakukan dalam membuat sediaan ini adalah mengecek apakah larutan ini isotonis atau tidak. Pada pemberian intravenus dalam volume kecil, isotonis bukanlah suatu syarat yang mutlak. Hal ini karen a jumla h cairan tubuh jauh lebih besar dibandin gkan  jumlah cairan yang dimasukkan sehingga terjadi pengenceran yang cepat. Tetapi tidak demikian jika larutan intravenus volume besar yang diberikan tidak isotonis. Jika larutan hipertonis (tekanan osmotiknya lebih besar daripada darah) maka dapat terjadi plasmolisis yaitu hilangnya air dari sel darah sehingga sel darah akan mengkerut. Jika larutan hipotonis (tekanan osmotik lebih kecil daripada darah) maka dapat terjadi hemolisis yaitu eritrosit akan  pecah. Hal ini karena air akan masuk kedalam eritrosit dengan melewati membran semipe rmi abe l sehing ga terj adi pen ing kat an vol ume sel dar ah mer ah yang jik a terj adi  berkelanjutan sel tersebut akan pecah. Pengecekan isotonis larutan dilakukan dengan  perhitungan menggunakan faktor dissosiasi dan dari hasil perhitungan maka didapat bahwa formula larutan ringer laktat disini hipotonis. Untuk mengatasinya diperlukan penambahan zat pengisotonis salah satunya adalah NaCl yaitu sebesar 0,462 g/500mL. Selanjutnya, bahan-  bahan yang ada dalam formula dilarutkan didalam aquadest yang telah dipanaskan. Aquadest yang dipanaska n tersebu t selain untuk memp ermud ah kelarutan bahan -baha n juga untuk mensterilkan air, karena sediaan ini adalah sediaan parenteral yang syaratnya harus steril mak a dal am pembua tannya jug a diu sahaka n ber sih dan ster il. Ion nat rium (Na +) dal am injeksi berupa nat rium klo rida dapat digunaka n unt uk mengobat i hip onatremia, kar ena

139423844 Pembahasan Larutan Ringer Laktat Gita

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hgfy

Citation preview

  • PEMBAHASAN LARUTAN RINGER LAKTAT

    Praktikum ini bertujuan untuk membuat larutan infus ringer laktat. Larutan infus

    ringer laktat mengandung berbagai macam elektrolit, sehingga digunakan untuk memenuhi

    kebutuhan elektrolit ataupun cairan tubuh secara fisiologis. Larutan ini mengandung bahan-

    bahan seperti Na laktat, NaCl, KCl dan CaCl2.2H2O. Larutan ringer laktat merupakan

    modifikasi dari larutan ringer yang berfungsi sama, yang membedakan adalah adanya

    penambahan NaHCO3. Pada larutan ringer laktat, hal tersebut diatasi dengan menggunakan

    Na laktat yang berasal dari NaHCO3 dengan penambahan asam laktat. NaHCO3 memungkinkan terlepasnya CO2 yang menyebabkan peningkatan nilai pH atau pengendapan

    CaCO3. Larutan ringer laktat sering digunakan untuk mengisi cairan yang hilang setelah

    kehilangan darah akibat trauma, operasi, atau cedera kebakaran. Larutan Ringer laktat

    digunakan ketika pasien mengalami asidosis atau yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala

    kondisi tersebut, karena produk sampingan dari metabolisme laktat dalam hati dapat melawan

    asidosis.

    Yang pertama dilakukan dalam membuat sediaan ini adalah mengecek apakah larutan

    ini isotonis atau tidak. Pada pemberian intravenus dalam volume kecil, isotonis bukanlah

    suatu syarat yang mutlak. Hal ini karena jumlah cairan tubuh jauh lebih besar dibandingkan

    jumlah cairan yang dimasukkan sehingga terjadi pengenceran yang cepat. Tetapi tidak

    demikian jika larutan intravenus volume besar yang diberikan tidak isotonis. Jika larutan

    hipertonis (tekanan osmotiknya lebih besar daripada darah) maka dapat terjadi plasmolisis

    yaitu hilangnya air dari sel darah sehingga sel darah akan mengkerut. Jika larutan hipotonis

    (tekanan osmotik lebih kecil daripada darah) maka dapat terjadi hemolisis yaitu eritrosit akan

    pecah. Hal ini karena air akan masuk kedalam eritrosit dengan melewati membran

    semipermiabel sehingga terjadi peningkatan volume sel darah merah yang jika terjadi

    berkelanjutan sel tersebut akan pecah. Pengecekan isotonis larutan dilakukan dengan

    perhitungan menggunakan faktor dissosiasi dan dari hasil perhitungan maka didapat bahwa

    formula larutan ringer laktat disini hipotonis. Untuk mengatasinya diperlukan penambahan

    zat pengisotonis salah satunya adalah NaCl yaitu sebesar 0,462 g/500mL. Selanjutnya, bahan-

    bahan yang ada dalam formula dilarutkan didalam aquadest yang telah dipanaskan. Aquadest

    yang dipanaskan tersebut selain untuk mempermudah kelarutan bahan-bahan juga untuk

    mensterilkan air, karena sediaan ini adalah sediaan parenteral yang syaratnya harus steril

    maka dalam pembuatannya juga diusahakan bersih dan steril. Ion natrium (Na+) dalam

    injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk mengobati hiponatremia, karena

  • kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.

    NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9% larutan

    NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh.

    Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan

    intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.

    Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses

    penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah

    konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Kalsium yang dipakai dalam

    bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut dalam air. Langkah selanjutnya adalah mengecek pH.

    Obat suntik sebaiknya mempunyai pH yang mendekati pH fisiologis yang artinya isohidris

    dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Pada sediaan kami, pH yang didapat yaitu 6. pH ini

    masuk kedalam range pH Ringer laktat yaitu 5-7. Pada injeksi volume kecil, pH larutan yang

    menyimpang dari nilai pH darah maka selanjutnya jika larutan tersebut diberikan ke tubuh

    akan terjadi pengenceran yang cepat dan pendaparan oleh serum (sistem dapar tubuh sendiri).

    Tetapi jika injeksi dalam volume besar (infus), penyeimbangan yang cepat jika pH larutan

    berada pada nilai pH fisiologis. Selain itu, pengaturan pH juga bertujuan untuk mempertinggi

    stabilitas sehingga obat-obat tersebut masih memiliki aktivitas dan potensi.

    Infus harus bebas pirogen karena pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang

    nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi.

    Untuk menghilangkan pirogen larutan digojog dengan penambahan karbo adsorben selama 5-

    10 menit lalu disaring dengan kertas saring. Penyaringan ini memiliki kerugian karena obat

    dapat ikut terserap pada penyaringan. Agar karbo adsorben bekerja lebih efektif, maka

    sebelum digunakan karbo adsorben tersebut dipanaskan dahulu diatas cawan untuk

    menghilangkan air yang mungkin diikatnya. Dengan demikian, daya adsorbsi karbo adsorben

    akan meningkat. Setelah disaring sampai diperoleh larutan yang jernih, hasilnya dimasukkan

    kedalam wadah berupa botol gelas dengan volume yang sesuai.

    Sterilisasi yang dilakukan untuk larutan Ringer laktat adalah termasuk sterilisai akhir

    dimana sterilisasi dilakukan setelah larutan dimasukan ke dalam wadah. Metode sterilisasi

    untuk larutan ini adalah sterilisasi uap (panas basah). Pada umumnya, metode sterilisasi ini

    digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan yang tahan terhadap temperatur yang

    digunakan dan terhadap penembusan uap air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki

    akibat uap air tersebut . Sterilisasi uap air ini lebih efektif dibandingkan sterilisasi panas

  • kering. Bila ada uap air, bakteri akan dikoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih

    rendah daripada bila tidak ada kelembaban. Sel bakteri dengan air besar umumnya lebih

    mudah dibunuh. Spora-spora yang kadar airnya relatif rendah lebih sukar dihancurkan.

    Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan

    koagulasi beberapa protein essensial organisme tersebut. Adanya uap air yang panas dalam

    sel mikroba menimbulkan kerusakan pada temperatur yang relatif rendah. Sedangkan untuk

    sterilisasi panas kering, kematian mikroba diakibatkan karena sel mikroba mengalami

    dehidrasi diikuti dengan pembakaran pelan-pelan atau proses oksidasi. Sterilisasi larutan

    ringer laktat dilakukan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.

    Setelah dilakukan sterilisasi, kemudian dilakukan evaluasi sediaan untuk memeriksa

    larutan terhadap pH, kebocoran, dan adanya partikel asing. Tujuan utama pengaturan pH

    dalam sediaan infus ini adalah untuk mempertinggi stabilitas obat, misalnya perubahan

    warna, efek terapi optimal obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat

    tersebut, sehingga obat tersebut mempunyai aktivitas dan potensi. Selain itu, untuk mencegah

    terjadinya rangsangan atau rasa sakit seaktu disuntikkan. pH yang terlalu tinggi akan

    menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan pH yang terlalu rendah menyebabkan rasa sakit

    jika disuntikkan. Dari hasil pemeriksaan, pH larutan yang didapat adalah 6 yang berarti

    memenuhi persyaratan pH untuk sediaan parenteral karena pH tersebut isohidris dengan nilai

    pH darah dan cairan tubuh lainnya. Kemudian dilakukan pemeriksaan kebocoran. Botol infus

    dibalikkan sehingga posisi tutup dibawah. Jika terdapat kebocoran, maka dapat berbahaya

    karena lewat lubang/celah tersebut dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme atau

    kontaminan lain yang berbahaya. Selain itu, isi dari botol dapat bocor ke luar dan merusak

    penampilan kemasan. Dari pemeriksaan yang dilakukan, didapat bahwa tidak terjadi

    kebocoran. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan terhadap adanya partikel. Partikel

    asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari larutan

    dan zat kimia yang dikandung, lingkungan, peralatan, personal dan komponen pengemas.

    Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ

    vital tubuh. Untuk infus volume besar, USP menetapkan batas 50 partikel 10 m dan lebih

    besar, serta 5 partikel 25 m dan lebih besar per milliliter. Untuk mengetahui adanya partikel

    dilakukan dengan mata secara langsung untuk partikel ukuran 50 . Sedangkan untuk partikel

    yang lebih kecil maka diperlukan teknik dan alat khusus. Pada praktikum ini pemeriksaan

    dilakukan visual secara dibawah cahaya, berlatar belakang hitam dan putih, dan dilakukan

    dengan memutar wadah. Harus dicegah adanya gelembung udara yang sulit dibedakan dari

  • partilel-partikel debu. Untuk melihat partikel-partikel yang berat, wadah perlu dibalik pada

    tahap akhir pemeriksaan Dari pemerksaan, ditemukan adanya sedikit partikel asing yang

    berarti larutan ini belum memenuhi syarat sebagai sediaan parenteral. Dari keseluruhan

    pemeriksaan yang dilakukan , diperoleh bahwa larutan Ringer laktat yang dibuat memenuhi

    syarat kejernihan.

    KESIMPULAN

    1. Larutan Ringer Laktat digunakan untuk memenuhi kebutuhan elektrolit ataupun cairan

    tubuh secara fisiologis.

    2. Dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap larutan yang dibuat diperoleh :

    pH = 6

    kebocoran = tidak ada

    partikel asing = ada sedikit partikel

    3. Larutan ringer laktat yang dibuat belum memenuhi persyaratan sediaan parenteral.