PEMBAHASAN LARUTAN RINGER LAKTAT
Praktikum ini bertujuan untuk membuat larutan infus ringer laktat. Larutan infus
ringer laktat mengandung berbagai macam elektrolit, sehingga digunakan untuk memenuhi
kebutuhan elektrolit ataupun cairan tubuh secara fisiologis. Larutan ini mengandung bahan-
bahan seperti Na laktat, NaCl, KCl dan CaCl2.2H2O. Larutan ringer laktat merupakan
modifikasi dari larutan ringer yang berfungsi sama, yang membedakan adalah adanya
penambahan NaHCO3. Pada larutan ringer laktat, hal tersebut diatasi dengan menggunakan
Na laktat yang berasal dari NaHCO3 dengan penambahan asam laktat. NaHCO3 memungkinkan terlepasnya CO2 yang menyebabkan peningkatan nilai pH atau pengendapan
CaCO3. Larutan ringer laktat sering digunakan untuk mengisi cairan yang hilang setelah
kehilangan darah akibat trauma, operasi, atau cedera kebakaran. Larutan Ringer laktat
digunakan ketika pasien mengalami asidosis atau yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala
kondisi tersebut, karena produk sampingan dari metabolisme laktat dalam hati dapat melawan
asidosis.
Yang pertama dilakukan dalam membuat sediaan ini adalah mengecek apakah larutan
ini isotonis atau tidak. Pada pemberian intravenus dalam volume kecil, isotonis bukanlah
suatu syarat yang mutlak. Hal ini karena jumlah cairan tubuh jauh lebih besar dibandingkan
jumlah cairan yang dimasukkan sehingga terjadi pengenceran yang cepat. Tetapi tidak
demikian jika larutan intravenus volume besar yang diberikan tidak isotonis. Jika larutan
hipertonis (tekanan osmotiknya lebih besar daripada darah) maka dapat terjadi plasmolisis
yaitu hilangnya air dari sel darah sehingga sel darah akan mengkerut. Jika larutan hipotonis
(tekanan osmotik lebih kecil daripada darah) maka dapat terjadi hemolisis yaitu eritrosit akan
pecah. Hal ini karena air akan masuk kedalam eritrosit dengan melewati membran
semipermiabel sehingga terjadi peningkatan volume sel darah merah yang jika terjadi
berkelanjutan sel tersebut akan pecah. Pengecekan isotonis larutan dilakukan dengan
perhitungan menggunakan faktor dissosiasi dan dari hasil perhitungan maka didapat bahwa
formula larutan ringer laktat disini hipotonis. Untuk mengatasinya diperlukan penambahan
zat pengisotonis salah satunya adalah NaCl yaitu sebesar 0,462 g/500mL. Selanjutnya, bahan-
bahan yang ada dalam formula dilarutkan didalam aquadest yang telah dipanaskan. Aquadest
yang dipanaskan tersebut selain untuk mempermudah kelarutan bahan-bahan juga untuk
mensterilkan air, karena sediaan ini adalah sediaan parenteral yang syaratnya harus steril
maka dalam pembuatannya juga diusahakan bersih dan steril. Ion natrium (Na+) dalam
injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk mengobati hiponatremia, karena
kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
NaCl digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9% larutan
NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh.
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan
intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.
Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses
penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah
konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Kalsium yang dipakai dalam
bentuk CaCl2 yang lebih mudah larut dalam air. Langkah selanjutnya adalah mengecek pH.
Obat suntik sebaiknya mempunyai pH yang mendekati pH fisiologis yang artinya isohidris
dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Pada sediaan kami, pH yang didapat yaitu 6. pH ini
masuk kedalam range pH Ringer laktat yaitu 5-7. Pada injeksi volume kecil, pH larutan yang
menyimpang dari nilai pH darah maka selanjutnya jika larutan tersebut diberikan ke tubuh
akan terjadi pengenceran yang cepat dan pendaparan oleh serum (sistem dapar tubuh sendiri).
Tetapi jika injeksi dalam volume besar (infus), penyeimbangan yang cepat jika pH larutan
berada pada nilai pH fisiologis. Selain itu, pengaturan pH juga bertujuan untuk mempertinggi
stabilitas sehingga obat-obat tersebut masih memiliki aktivitas dan potensi.
Infus harus bebas pirogen karena pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang
nyata, demam, sakit badan, kenaikan tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi.
Untuk menghilangkan pirogen larutan digojog dengan penambahan karbo adsorben selama 5-
10 menit lalu disaring dengan kertas saring. Penyaringan ini memiliki kerugian karena obat
dapat ikut terserap pada penyaringan. Agar karbo adsorben bekerja lebih efektif, maka
sebelum digunakan karbo adsorben tersebut dipanaskan dahulu diatas cawan untuk
menghilangkan air yang mungkin diikatnya. Dengan demikian, daya adsorbsi karbo adsorben
akan meningkat. Setelah disaring sampai diperoleh larutan yang jernih, hasilnya dimasukkan
kedalam wadah berupa botol gelas dengan volume yang sesuai.
Sterilisasi yang dilakukan untuk larutan Ringer laktat adalah termasuk sterilisai akhir
dimana sterilisasi dilakukan setelah larutan dimasukan ke dalam wadah. Metode sterilisasi
untuk larutan ini adalah sterilisasi uap (panas basah). Pada umumnya, metode sterilisasi ini
digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan-bahan yang tahan terhadap temperatur yang
digunakan dan terhadap penembusan uap air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki
akibat uap air tersebut . Sterilisasi uap air ini lebih efektif dibandingkan sterilisasi panas
kering. Bila ada uap air, bakteri akan dikoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih
rendah daripada bila tidak ada kelembaban. Sel bakteri dengan air besar umumnya lebih
mudah dibunuh. Spora-spora yang kadar airnya relatif rendah lebih sukar dihancurkan.
Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan
koagulasi beberapa protein essensial organisme tersebut. Adanya uap air yang panas dalam
sel mikroba menimbulkan kerusakan pada temperatur yang relatif rendah. Sedangkan untuk
sterilisasi panas kering, kematian mikroba diakibatkan karena sel mikroba mengalami
dehidrasi diikuti dengan pembakaran pelan-pelan atau proses oksidasi. Sterilisasi larutan
ringer laktat dilakukan dengan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.
Setelah dilakukan sterilisasi, kemudian dilakukan evaluasi sediaan untuk memeriksa
larutan terhadap pH, kebocoran, dan adanya partikel asing. Tujuan utama pengaturan pH
dalam sediaan infus ini adalah untuk mempertinggi stabilitas obat, misalnya perubahan
warna, efek terapi optimal obat, menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat
tersebut, sehingga obat tersebut mempunyai aktivitas dan potensi. Selain itu, untuk mencegah
terjadinya rangsangan atau rasa sakit seaktu disuntikkan. pH yang terlalu tinggi akan
menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan pH yang terlalu rendah menyebabkan rasa sakit
jika disuntikkan. Dari hasil pemeriksaan, pH larutan yang didapat adalah 6 yang berarti
memenuhi persyaratan pH untuk sediaan parenteral karena pH tersebut isohidris dengan nilai
pH darah dan cairan tubuh lainnya. Kemudian dilakukan pemeriksaan kebocoran. Botol infus
dibalikkan sehingga posisi tutup dibawah. Jika terdapat kebocoran, maka dapat berbahaya
karena lewat lubang/celah tersebut dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme atau
kontaminan lain yang berbahaya. Selain itu, isi dari botol dapat bocor ke luar dan merusak
penampilan kemasan. Dari pemeriksaan yang dilakukan, didapat bahwa tidak terjadi
kebocoran. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan terhadap adanya partikel. Partikel
asing tersebut merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal dari larutan
dan zat kimia yang dikandung, lingkungan, peralatan, personal dan komponen pengemas.
Partikel asing tersebut dapat menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ
vital tubuh. Untuk infus volume besar, USP menetapkan batas 50 partikel 10 m dan lebih
besar, serta 5 partikel 25 m dan lebih besar per milliliter. Untuk mengetahui adanya partikel
dilakukan dengan mata secara langsung untuk partikel ukuran 50 . Sedangkan untuk partikel
yang lebih kecil maka diperlukan teknik dan alat khusus. Pada praktikum ini pemeriksaan
dilakukan visual secara dibawah cahaya, berlatar belakang hitam dan putih, dan dilakukan
dengan memutar wadah. Harus dicegah adanya gelembung udara yang sulit dibedakan dari
partilel-partikel debu. Untuk melihat partikel-partikel yang berat, wadah perlu dibalik pada
tahap akhir pemeriksaan Dari pemerksaan, ditemukan adanya sedikit partikel asing yang
berarti larutan ini belum memenuhi syarat sebagai sediaan parenteral. Dari keseluruhan
pemeriksaan yang dilakukan , diperoleh bahwa larutan Ringer laktat yang dibuat memenuhi
syarat kejernihan.
KESIMPULAN
1. Larutan Ringer Laktat digunakan untuk memenuhi kebutuhan elektrolit ataupun cairan
tubuh secara fisiologis.
2. Dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap larutan yang dibuat diperoleh :
pH = 6
kebocoran = tidak ada
partikel asing = ada sedikit partikel
3. Larutan ringer laktat yang dibuat belum memenuhi persyaratan sediaan parenteral.