14-BANGIL Suara Desa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

OK

Citation preview

  • Foto : iwan andrik// dok=============Menengok Geliat Ekonomi Warga Desa Oro-oro Ombo Wetan, RembangAndalkan Mangga, Harapkan Pembangunan Pasar Desa===============

    Desa Oro-oro Ombo Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, dikenal sebagai salah satu sentra pertanian mangga klonal 21 di Kecamatan Rembang. Berton-ton buah mangga dihasilkan ketika panen raya, sehingga seringkali sulit diserap pasar. Pemerintah desa setempat pun, mengancang-ancang untuk pembangunan pasar desa.=============Iwan Andrik, Rembang=============

    Pohon-pohon mangga terhampar di kebun mangga Desa Oro-oro Ombo Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan. Ujung-ujungnya mulai tumbuh bunga, seolah pertanda akan berbuah. Dua bulan ke depan, petani mangga setempat, bakal bisa menikmati hasiljerih payahnya.

    Panen raya, akan segera tiba. Ada rasa suka, namun ada pula rasa khawatir dalam benak mereka. Maklum, ketika panen raya tiba, produksi mangga melimpah, sehingga membuat harganya anjlok dan sulit terserap pasar.

    Hal ini, menjadi perhatian dari pemerintah desa setempat. Maklum, petani setempat tidak bisa mengendalikan harga, dan bergantung pada tengkulak. Limpahan produksi mangga yang diancang-ancang membawa berkah, bisa berujung sebaliknya.

    Karena itulah, kami tengah memikirkan, bagaimana agar bisa memiliki pasar mangga sendiri. Sehingga, harga tidak bisa dikendalikan orang luar (tengkulak, red), tetapi petani yang bisa mengontrol harga mangga, terang Edi Sukwantoro, kepala Desa Oro-oro Ombo Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan.

    Edi menjelaskan, pertanian mangga memang menjadi penopang perokonomian sebagian besar warganya. Lahan di wilayah setempat yang kering dan tadah hujan, membuat petani memilih untuk membudidayakan mangga.

    Ada ratusan petani mangga di wilayah setempat. Dengan menanam ribuan pohon manggayang di atas lahan sekitar 30 hektar. Mangga yang ditanam, berupa mangga unggulan Kabupaten Pasuruan, gadung klonal 21, imbuhnya.

    Pengembangan mangga klonal 21 sendiri, dilakukan sekitar tahun 2000 silam. Sejak dibudidayakan 15 tahun yang lalu, petani mangga setempat bisa menikmati hasil panen hingga berton-ton buah mangga ketika panen raya.

    Biasanya, pembeli datang ke sini dari Surabaya. Pembeli tersebut bukan pembeli langsung, dalam artian masih dijual lagi, sampainya.

    Hal inilah, yang membuat harga cenderung rendah. Petani yang mengharapkan limpahan berkah, tak jarang merasa kecewa ketika harga mangga anjlok. Untuk itu, pihaknya berharap Pemkab, mencarikan pasar sendiri mangga hasil produksi petani oro-oro ombo wetan.

    Pihaknya sendiri, tengah mengancang-ancang pembangunan pasar desa. Rencananya, pasar tersebut dibangun di samping kantor desa. Lahan ada. Tinggal pembangunan, yang masih menunggu anggaran, urainya.

    Keberadaan pasar desa itu, diharapkan bisa mendatangkan pembeli. Tak hanya pembeli mangga, tetapi juga hasil bumi Oro-oro Ombo Wetan lainnya. (one)