Upload
mukhammad-harfat-kholid
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 1/40
BAB I
PENDAHULUAN
Sindroma Metabolik (SM) merupakan kelainan metabolik kompleks yang
diakibatkan oleh peningkatan obesitas (Wijaya, 2004). Perdebatan tentang deinisi ini
terjadi seiring dengan hasil penelitian yang terus berkembang, namun seluruh
kelompok studi tersebut setuju bah!a obesitas, resistensi insulin, dislipidemia dan
hipertensi merupakan komponen utama SM ("han et al., 200#). Meskipun SM
memiliki berbagai deinisi yang berbeda, pada akhirnya memiliki tujuan yang sama,
yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan metabolik sebelum seseorang jatuh
ke dalam beberapa komplikasi ($rundy, 2004)
Sur%ei "esehatan &umah 'angga (S"&') di tahun # memperlihatkan
bah!a pre%alensi Penyakit *antung "oroner (P*") adalah sebesar ,+ dan
hipertensi sebesar +,2. -i tahun 200, pre%alensi P*" meningkat menjadi 4, dan
hipertensi bertambah menjadi 2+ (-epkes, 200/ "han et al., 200#). &iset
"esehatan -asar (&iskesdas) 200 di 1ndonesia menunjukkan peningkatan pre%alensi
penyakit jantung ,2, hipertensi ,, sedangkan -iabetes Mellitus (-M) #,,
sedenterial 4+,2, obesitas , dan obes sentral +,+. Menurut tipe daerah
tampak lebih tinggi di daerah perkotaan (2,) dibandingkan daerah perdesaan
(#,). Pre%alensi SM dapat dipastikan 3enderung meningkat oleh karena
meningkatnya obesitas maupun obes sentral.
Penyakit kardio%askuler (P") merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas di negara5negara maju. Sebanyak 40 dari kasus kematian disebabkan
1
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 2/40
oleh penyakit ini dan penjelasan yang paling memungkinkan untuk menerangkan
mun3ulnya epidemik baru (P") adalah adanya kondisi yang disebut sebagai SM
(6attah, 200)
-ata epidemiologi menyebutkan pre%alensi SM dunia adalah 2052#. 7asil
penelitian 6ramingham 8spring Study menemukan bah!a pada responden berusia
25+2 tahun terdapat 2,4 pria dan 2, !anita menderita SM (6ord 9S, 2004).
Sedangkan penelitian di Peran3is menemukan pre%alensi SM sebesar 2 pada pria
dan 2 pada !anita (:ammeron, 2004). -ata dari 7impunan Studi 8besitas
1ndonesia (71S8;1) menunjukkan pre%alensi SM sebesar , (6attah, 200).SM terkait dengan pre%alensi penyakit degenerati, oleh karena itu maka
aktor sosial ekonomi (sosek) adalah hal yang perlu untuk diperhatikan. 6aktor
tersebut berkaitan dengan Hipotesis Barker. 7ipotesis ini menyebutkan bah!a anak
yang kekurangan gi<i saat lahir atau semasa bayi mempunyai risiko yang tinggi untuk
menderita P*" atau Non-insulin Dependen Diabetes Mellitus pada saat de!asa
(;arker, #)
Selama ini aktor5aktor yang dianggap sebagai penyebab sindroma SM
terkait dengan obesitas, antara lain, pola makan, kurang olahraga, kelainan
metabolisme, mekanisme neuroendokrin, psikologi, obat5obatan, aktor sosial
ekonomi dan gaya hidup serta aktor genetika (Wijaya, 2004/ $rundy, 2004/
Shemiardji, 2004).
Sosek menjadi aktor risiko yang berperanan penting pada perkembangan
kejadian obesitas sebagai prediktor utama kejadian SM. Penelitian Sobal dan
2
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 3/40
Stunkarrd menguji 44 penelitian yang menghubungkan antara sosial e3onomi3 status
(S9S) dan obesitas pada tahun + menyimpulkan bah!a, di negara maju kelompok
!anita dengan S9S rendah memiliki pre%alensi obesitas kali lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok !anita dengan S9S tinggi (:ra!ord et al, 200#).
-i negara berkembang seperti =rika dan =sia, angka kejadian obesitas lebih
sering terdapat di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan artinya
kejadian obesitas lebih sering ditemukan pada golongan sosial ekonomi tinggi (1nou,
2000). Studi 3ross se3tional pada sebagian besar perkotaan di ;ra<il menunjukkan
pre%alensi SM yang tinggi (2#,4), yang meningkat pada masyarakat dengan usia
lebih tua (khususnya !anita) dan S9S rendah. Meskipun pre%alensi SM hampir sama
pada kedua jenis kelamin, tetapi rekuensi komponen yang menentukan SM sangat
ber%ariasi di antara mereka. Se3ara spesiik, interaksi yang signiikan antara jenis
kelamin dan S9S telah ditemukan. 7al tersebut menjelaskan tentang interaksi yang
kompleks antara aktor risiko kependudukan dan biologis (Mar>ue<ine, 200).
Peningkatan kesejahteraan masyarakat berdampak terhadap perubahan gaya
hidup (aktiitas rendah, pola makan tinggi energi dan rendah serat). Pola makan
sebagai penyebab utama obesitas. Manusia modern 3enderung sibuk dengan berbagai
aktiitas kehidupannya hingga tak sempat lagi mengkonsumsi makanan yang sehat
dan bergi<i. Makanan instan menjadi pilihan bagi sebagian besar masyarakat yang
terpapar dengan kehidupan modern. Makanan tersebut tidak mengandung komposisi
<at gi<i sebagaimana yang dibutuhkan tubuh. 'erlebih lagi makanan5makanan instant
3
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 4/40
sangat miskin serat. Padahal, serat berungsi untuk memperlambat pen3ernaan,
mengenyangkan perut dan memperlambat rasa lapar (7adju, 200). -iet tinggi serat
telah mendapat perhatian besar dalam beberapa tahun terakhir disebabkan karena
hubungannya dengan peningkatan insiden beberapa gangguan metabolik seperti
hipertensi, diabetes, obesitas, penyakit jantung dan kanker usus. ;iasanya intake
energi setiap hari mengandung 0 lemak, akan tetapi tidak boleh lebih dari 0
dari kalori ini bersumber dari lemak jenuh (he!ani). 9nergi selebihnya seharusnya
didapatkan dari lemak polyunsaturated atau monounsaturated (=dam, 200).
7asil &iskesdas tahun 200 di 1ndonesia menunjukkan berdasarkan kriteria
W78 pre%alensi masyarakat yang kurang mengonsumsi buah sayur sebesar (,)
dan konsumsi buah sayur proporsinya semakin rendah dengan semakin rendahnya
sosial ekonomi.
-ata Susenas 2004 menunjukkan penduduk umur # tahun ke atas +#
kurang berakti%itas isik dan hanya penduduk yang 3ukup berakti%itas isik.
Penduduk !anita yang kurang berakti%itas isik +, lebih tinggi daripada penduduk
laki5laki. Sedangkan penduduk di perkotaan yang kurang beraktiitas isik adalah
sebanyak +, lebih tinggi daripada penduduk di pedesaan (;PS, 200#). 7asil
&iskesdas tahun 200 menunjukkan pre%alensi kurang aktiitas isik sebesar 4+,2
dan terdapat ke3enderungan pre%alensi kurang aktiitas isik semakin tinggi dengan
meningkatnya status ekonomi.
6aktor psikologi dapat menimbulkan terjadinya obesitas karena adanya
emosional yang tidak stabil (unstabil emotional ). 7al tersebut menyebabkan indi%idu
4
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 5/40
3enderung untuk melakukan pelarian diri ( self mechanism defence). ;entuk pelarian
diri bisa berupa mengonsumsi makanan yang mengandung kalori dan kolesterol
tinggi dalam jumlah yang berlebihan (-ariyo, 2004).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi sindroma metabolik
Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan aktor risiko metabolik yang
berkaitan langsung terhadap terjadinya penyakit kardio%askuler artherosklerotik.
5
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 6/40
6aktor risiko tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia atherogenik, peningkatan
tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma, keadaan prototrombik, dan
proinlamasi (Semiardji, 2004).
Sindrom metabolik (SM) adalah kondisi dimana seseorang memiliki tekanan
darah tinggi, obesitas sentral dan dislipidemia, dengan atau tanpa hiperglikemik.
"etika kondisi5kondisi tersebut berada pada !aktu yang sama pada satu orang, maka
orang tersebut memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit ma3ro%as3uler (W78,
). ;erbagai organisasi telah memberikan deinisi yang berbeda, namun seluruh
kelompok studi setuju bah!a obesitas, resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi
merupakan komponen utama SM. *adi meskipun SM memiliki deinisi yang
berbeda, namun memiliki tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala
gangguan metabolik sebelum seseorang jatuh ke dalam beberapa komplikasi ($rundy,
2004).
Sindrom metabolik dikenal dengan berbagai nama. Perhatian medis pertama
yaitu pada tahun 2, ketika "ylin memaparkan kelompok gout, hipertensi dan
hiperglikemia. ?ang kemudian sindrom metabolik pertama kali dijelaskan oleh *ean
ague pada tahun 40, yang menghubungkan obesitas abdominal dengan
abnormalitas metabolik. 'iga dekade kemudian, yaitu pada tahun 0 $erald
Phillips menyatakan bah!a umur, obesitas dan se@ hormon dihubungkan dengan
maniestasi klinis, yang sekarang disebut sindrom metabolik dan dihubungkan
dengan penyakit jantung. =khirnya pada tahun ++, $erald &ea%en mengajukan
hipertensi, hiperglikemia, intoleransi glukosa, peningkatan trigliserida, dan kolesterol
6
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 7/40
7-A yang rendah dan dinamakan kumpulan abnormalitas Sindrom5B. ?ang akhirnya
pada tahun + the World 7ealth 8rgani<ation mengajukan nama Cmetaboli3
sindromD yang dideinisikan dengan adanya 2 atau lebih abnormalitas metabolik
(pada pasien diabetes) atau resistensi insulin dengan 2 atau lebih aktor5aktor
diba!ah (1somaa et al, 200)E
) 7ipertensi dengan perlakuan atau tekanan darah F0 G F0 mm7g
2) 'rigliserida ≥#0 mgGdA
) 7-A H# mgGdA pada laki5laki, atau H40 mgGdA pada perempuan
4) &asio lingkar pinggang F0.0 pada laki5laki atau F0.+# pada !anita
#) Mikroalbuminuria
Iamun kebanyakan menggunakan deenisi yang telah ditetapkan oleh World
7earth 8rgani<ation (W78) and the Iational :holesterol 9du3ation Program =dult
'reatment Panel 111 (I:9P ='P 111). 8rganisasi ini menganggap bah!a sindrom
metabolik merupakan aktor risiko penyakit kardio%askuler disamping peningkatan
kadar kolesterol lo! density lipoprotein (A-A). -islipidemia aterogenik
(protrombotik state), &esistensi insulin, hipertensi, obesitas abdominal dan
peningkatan marker inlamasi dianggap sebagai karakteristik yang menyolok dari
sindrom metabolik (Pitsa%os, 200).
B. Kriteria sindroma metabolik
7ingga saat ini ada deinisi SM yang telah diajukan, yaitu deinisi World
7ealth 8rgani<ation (W78), I:9P ='P5111 dan 1nternational -iabetes 6ederation
7
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 8/40
(1-6). "etiga deinisi tersebut memiliki komponen utama yang sama dengan
penentuan kriteria yang berbeda. Pada tahun ++, =lberti dan Jimmet atas nama
W78 menyampaikan deinisi SM dengan komponen 5 komponennya antara lain E ()
gangguan pengaturan glukosa atau diabetes (2) resistensi insulin () hipertensi (4)
dislipidemia dengan trigliserida plasma F #0 mgGdA danGatau kolesterol high density
lipoprotein (7-A5:) H # mgGdA untuk pria/ H mgGdA untuk !anita/ (#) obesitas
sentral (laki5laki E !aistto5hip ratio F 0,0/ !anitaE !aist5to5hip ratio F 0,+#) danGatau
indeks massa tubuh (1M') F 0 kgGm2/ dan () mikroalbuminuria (Krea =lbumin
9@3retion &ate F20 mgGmin atau rasio albuminGkreatinin F 0 mgGg). SM dapat
terjadi apabila salah satu dari 2 kriteria pertama dan 2 dari empat kriteria terakhir
terdapat pada indi%idu tersebut, *adi kriteria W78 menekankan pada adanya
toleransi glukosa terganggu atau diabetes mellitus, dan atau resitensi insulin yang
disertai sedikitnya 2 aktor risiko lain yaitu hipertensi, dislipidemia, obesitas sentral
dan mikroalbuminaria (Marti, +/ =driansjah dan =dam, 200).
"riteria yang sering digunakan untuk menilai pasien SM adalah I:9P5='P
111, yaitu apabila seseorang memenuhi dari # kriteria yang disepakati, antara lainE
lingkar perut pria F 02 3m atau !anita F ++ 3m/ hipertrigliseridemia (kadar serum
trigliserida F #0 mgGdA), kadar 7-A5: H 40 mgGdA untuk pria, dan H #0 mgGdA
untuk !anita/ tekanan darah F 0G+# mm7g/ dan kadar glukosa darah puasa F 0
mgGdA. Suatu kepastian enomena klinis yang terjadi yaitu obesitas sentral menjadi
indikator utama terjadinya SM sebagai dasar pertimbangan dikeluarkannya diagnosis
terbaru oleh 1-6 tahun 200#. Seseorang dikatakan menderita SM bila ada obesitas
8
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 9/40
sentral (lingkar perut F 0 3m untuk pria =sia dan lingkar perut F +0 3m untuk !anita
=sia) ditambah 2 dari 4 aktor berikut E () 'rigliserida F #0 mgGdA (, mmolGA)
atau sedang dalam pengobatan untuk hipertrigliseridemia/ (2) 7-A5:E H 40 mgGdA
(,0 mmolGA) pada pria dan H #0 mgGdA (,2 mmolGA) pada !anita atau sedang
dalam pengobatan untuk peningkatan kadar 7-A5:/ () 'ekanan darahE sistolik F
0 mm7g atau diastolik F +# mm7g atau sedang dalam pengobatan hipertensi/ (4)
$ula darah puasa ($-P) F 00 mgGdA (#, mmolGA), atau diabetes tipe 2. 7ingga saat
ini masih ada kontro%ersi tentang penggunaan kriteria indikator SM yang terbaru
tersebut (1-6, 200#).
"riteria diagnosis I:9P5 ='P 111 menggunakan parameter yang lebih mudah
untuk diperiksa dan diterapkan oleh para klinisi sehingga dapat dengan lebih mudah
mendeteksi sindroma metabolik. ?ang menjadi masalah adalah dalam penerapan
kriteria diagnosis I:9P5='P 111 adalah adanya perbedaan nilai CnormalD lingkar
pinggang antara berbagai jenis etnis. 8leh karena itu pada tahun 2000 W78
mengusulkan lingkar pinggang untuk orang =sia L 0 3m pada pria dan !anita L +0
3m sebagai batasan obesitas sentral.
;elum ada kesepakatan kriteria sindroma metabolik se3ara international,
sehingga ketiga deinisi di atas merupakan yang paling sering digunakan. 'abel
berikut menggambaran perbedaan ketiga deinisi tersebut.
'abel . "riteria diagnosis Sindrom metabolik menurut W78 (World 7ealth8rgani<ation), I:9P5='P 111 dan 1-6
Komponen Kriteria dianosis !H"#
$esistensi ins%lin pl%s #
&riteria dianosis
A'P III # ( komponen
ID)
9
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 10/40
di ba*a+ ini
8besitas abdominalG
sentral
Waist to hip ratio E
Aaki5laki E F 0,Wanita E F 0,+# atau
1M; F0 "gGm
Aingkar perut E
Aaki5lakiE 02 3mWanita E F++ 3m
Aingkar perut E
Aaki5lakiE L0 3mWanita E L+0 3m
7iper5
trigliseridemia
L#0 mgGdl (L , mmolGA) L #0 mgGdl (L,
mmolGA)
L #0 mgGdl
7ipertensi '- L 40G0 mm7g atau
ri!ayat terapi anti hipertensi
'- L 0G+# mm7g
atau ri!ayat terapi anti
hipertensi
'- sistolik L 0 mm7g
'- diastolik L +# mm7g
"adar glukosa
darah tinggi
'oleransi glukosa terganggu,
glukosa puasa
terganggu,resistensi insulin
atau -M
L 0 mgGdl $-P L 00mgGdl
Mikro5albuminuri &asio albumin urin dankreatinin 0 mgGg atau laju
eksresi albumin 20
m3gGmenit
&. Etioloi dan patofisioloi sindroma metabolik
1. Etioloi.
9tiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui se3ara pasti. Suatu
hipotesis menyatakan bah!a penyebab primer dari Sindrom Metabolik adalah
resistensi insulin (Shahab, 200).
Menurut pendapat 'enebaum (200) penyebab sindrom metabolik
adalah E
10
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 11/40
a. $angguan ungsi sel dan hipersekresi insulin untuk mengkompensasi
resistensi insulin. 7al ini memi3u terjadinya komplikasi makro%askuler
(Mis.komplikasi jantung)
b. "erusakan berat sel menyebabkan penurunan progresi sekresi insulin,
sehingga menimbulkan hiperglikemia. 7al ini menimbulkan komplikasi
mikro%askuler (MisE nephropathy diabeti3a) (=nggraeni, 200).
7ipotesis lain juga menyatakan bah!a penyebab primer SM adalah
resistensi insulin (&1). &1 berkorelasi dengan timbunan lemak %is3eral yang dapat
ditentukan dengan mengukur lingkar pinggang atau waist to hip ratio. 7ubungan
antara &1 dan P" diduga dimediasi oleh terjadinya stress oksidati yang
menimbulkan disungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan %askuler dan
pembentukan atheroma. 7ipotesis lain karena perubahan hormonal yang
mendasari terjadinya obesitas sentral. Suatu studi membuktikan bah!a indi%idu
yang mengalami kadar kortisol dalam serum (yang disebabkan oleh stress
kronik) mengalami obes sentral, &1 dan dislipidemia. Para peneliti juga
mendapatkan bah!a ketidakseimbangan aksis hipotalamus5hipoisis5adrenal
yang terjadi akibat stress akan menyebabkan terbentuknya hubungan antara
gangguan psikososial dan inark miokard.
Peningkatan aktor risiko metabolik selalu berhubungan dengan tingginya
akumulasi jaringan adiposa abdominal, terutama jaringan lemak %is3eral
('jokropra!iro, 200). Salah satu karakteristik obesitas abdominalGlemak
%is3eral adalah terjadinya pembesaran sel5sel lemak, sehingga sel5sel lemak
11
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 12/40
tersebut akan mensekresi produk5produk metabolik diantaranya sitokin
proinlamasi, prokoagulan, peptida inlamasi, dan angiotensinogen. Produk5
produk dari sel lemak dan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma
bertanggung ja!ab terhadap berbagai penyakit metabolik seperti diabetes,
penyakit jantung, hiperlipidemia, gout, dan hipertensi (Semiardji, 2004/ Widjaya
et al., 2004).
,. Patofisioloi.
8besitas merupakan komponen utama kejadian SM, namun mekanisme
yang jelas belum diketahui se3ara pasti. 8besitas yang diikuti dengan
meningkatnya metabolisme lemak akan menyebabkan produksi &ea3ti%e 8@ygen
Spe3ies (&8S) meningkat baik di sirkulasi maupun di sel adiposa. Meningkatnya
&8S di dalam sel adipose dapat menyebabkan keseimbangan reaksi reduksi
oksidasi (redoks) terganggu, sehingga en<im antioksidan menurun di dalam
sirkulasi. "eadaan ini disebut dengan stres oksidati. Meningkatnya stres
oksidati menyebabkan disregulasi jaringan adiposa dan merupakan a!al
patoisiologi terjadinya SM, hipertensi dan aterosklerosis (6uruka!a, et al,
2004).
Stres oksidati sering dikaitkan dengan berbagai patoisiologi penyakit
antara lain diabetes tipe 2 dan aterosklerosis. Pada pasien diabetes melitus tipe 2,
biasanya terjadi peningkatan stress oksidati, terutama akibat hiperglikemia.
Stress oksidati dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya disungsi
endotel5angiopati diabeti3, dan pusat dari semua angiopati diabetik adalah
hiperglikemia yang menginduksi stress oksidati melalui jalur, yaitu/
12
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 13/40
ROS
Obesity
ROS
Antioxidative Enzymes
NADPH Oxidase
Oxidative Stress to remote tissues
Dysregulation of adipocytoines
Oxidative Stress in !A"
Adiponectin
Pal#$% "N&#'% ()P#$
(E"A*O+,) S,NDRO(E,nsulin Resistace Diabetes At-erosclerosis
peningkatan jalur poliol, peningkatan auto5oksidasi glukosa dan peningkatan
protein glikosilat (Majalah 6arma3ia, 200).
Pada keadaan diabetes, stres oksidati menghambat pengambilan glukosa
di sel otot dan sel lemak serta menurunkan sekresi insulin oleh sel5 pankreas.
Stres oksidati se3ara langsung mempengaruhi dinding %askular sehingga
berperan penting pada patoisiologi terjadinya diabetes tipe 2 dan aterosklerosis
(:eriello, 2004). -ari beberapa penelitian diketahui bah!a akumulasi lemak
pada obesitas dapat menginduksi keadaan stress oksidati yang disertai dengan
peningkatan ekspresi Ii3otinamide =denine -inu3leotide Phosphatase (I=-P7)
oksidase dan penurunan ekspresi en<im antioksidan (Sartika, 200)
13
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 14/40
Peningkatan asam uratPeningkatan kolesterol LDLPeningkatan Trgliseri!a Penurunan kolesterol "DL Peningkatan li#ogenesisPeningkatan tekanan !ara$%ntoleransi glukosa
$ambar . Peningkatan produksi rea3ti%e o@idati%e stress (&8S) pada lemak yang
terakumulasi dan menyebabkan keadaan sindroma metabolik
(6uruka!a, 2004).
Pada kultur sel adiposa, peningkatan kadar asam lemak meningkatkan stres
oksidati melalui akti%asi I=-P7 oksidase sehingga menyebabkan disregulasi
sitokin proinlamasi 1A5 dan M:P5. =kumulasi peningkatan stres oksidati pada sel
adiposa dapat menyebabkan disregulasi adipokin dan keadaan SM. 6uruka!a dkk
(2004) menunjukkan bah!a kadar adiponektin berhubungan terbalik dengan stres
oksidati se3ara sistemik.
Patoisiologi SM masih menjadi kontro%ersi, namun hipotesis yang paling
banyak diterima adalah resistensi insulin. $ambar 2 menunjukkan etiologi
patoisiologi dari resistensi insulin dan sindroma metabolik (Mahan, 200).
$ambar 2. 9tiologi patoisiologi resistensi insulin dan sindroma metabolik
14
•Pengaru$ lingkungan
•De&siensi 'at('at gi'i
• %ntake kalori ang
)erle)i$an
Pengaru- Resistensi
Hyperinsulin
emia
HipertensiObesitasDiabetes.outAteroslerosis
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 15/40
D. Epidemioloi Sindroma Metabolik
Penyakit kardio%askuler merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas di Iegara5negara maju, 40 dari kasus kematian disebabkan oleh
penyakit ini. 'he 1nternational diabetes 6ederation meyakini bah!a SM merupakan
pemi3u mun3ulnya tandem pandemik global antara -M tipe 2 dan penyakit
kardio%askuler. Se3ara global insiden SM meningkat dengan 3epat. -ata
epidemiologi menunjukkan bah!a pre%alensi SM -i dunia adalah 2052# (6attah,
200).
Pre%alensi sindrom metabolik sangat ber%ariasi oleh karena beberapa hal
antara lain ketidakseragaman kriteria yang digunakan, perbedaan etnisGras, umur dan
jenis kelamin. Walaupun demikian pre%alensi SM 3enderung meningkat oleh karena
meningkatnya pre%alensi obesitas maupun obesitas sentral (=driansyah N =dam,
200).
-i =merika, diperkirakan (0 juta) orang de!asa mengalami
o%er!eight dan obesitas (Iational :enter or 7ealth Statisti3s). -ata dari sur%ey
populasi nasional yang didemonstrasikan sejak tahun 0 diperoleh bah!a
pre%alensi o%er!eight (;M1 2#52, kgGm2) meningkat sedikit yaitu dari 0,#
menjadi 4, dimana pre%alensi obesitas (;M1 ≥0 kgGm2) meningkat 2 kali yaitu
dari 2.+ menjadi 2. Pre%alensi obesitas meningkat se3ara progresi pada umur
205#0 tahun. Iamun mengalami penurunan pada umur 0 tahun (Iational :enter or
7ealth Statisti3s/ 6legal et al,+).
15
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 16/40
Studi epidemiologi di :ina terhadap 2 orang de!asa yang berumur 2054
tahun diperoleh pre%alensi o%er!eight dan obesitas adalah 2,# dan 4, yang
sebagian besar adalah !anita. Aebih dari sepertiga responden memiliki kadar lipid
yang abnormal, '$' sebesar 0,+ dan ,+ dari responden mengalami diabetes
tipe 2. 7ipertensi #+,4, dan sekitar 2 dan 2, memiliki kolesterol total dan
kadar trigliserida yang tinggi. Pre%alensi SM ditemukan sebesar 0,2 (*ia et al,
2002).
Penelitian San =ntonio 7earth (5+2) menemukan pre%alensi sindrom
metabolik #,+ dari .2# orang Me@i3o5=merika dan kulit putih yang berusia
antara 2#54 tahun yang sedikitnya ditemukan dengan dua aktor risiko dan 4,+
dengan tiga aktor risiko dengan menggunakan kriteria W78. 7asil penelitian
Framingham Offspring Study menemukan pre%alensi pada pria sebesar 2,4 dari
.44 pria dan 2, !anita berusia antara 25+2 tahun (=driansjah dan =dam,
200). -emikian juga penelitian terhadap urban ;ra<il ditemukan pre%alensi SM
lebih tinggi pada pria muda dibanding !anita. Iamun seiring dengan pertambahan
umur, pre%alensinya meningkat pada !anita (Mar>ue<ine et al, 200+). Pre%alensi
Sindrom metabolik berdasarkan I:9P pada sur%ey I7=I9S 111 berdasarkan umur
dapat dilihat pada gambar 2 yang menunjukkan pre%alensi SM dengan
menggunakan kriteria I:9P berdasarkan umur. 1ni terlihat bah!a pre%alensi SM di
Knited State yaitu sebesar 2524. Sedangkan berdasarkan rasGetnik pre%alensinya
dapat dilihat pada gambar .
16
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 17/40
$ambar 2. Pre%alensi sindrom metabolikE I7=I9S 111 berdasarkan umur
(6ord et al, 2002).
$ambar diatas diperoleh dari I7=I9S sur%ey yang dikumpulkan dari tahun
++52. Pre%alensi SM tertinggi ditemukan pada 7ispani3 !omen. W78 juga
memperkirakan sindroma metabolik banyak ditemukan pada banyak kelompok
etnis tertentu termasuk beberapa etnis di =sia Pasiik, seperti 1ndia, :ina, =borigin,
Polinesia dan Mi3ronesia. Penelitian W78 Moni3a oleh Mar>ues5idal, dkk. di
Peran3is menemukan pre%alensi pada pria (2) dan terbanyak ditemukan pada
kelompok usia antara ##54 tahun, yaitu pria 4 dan !anita 2.
17
20( -7
10.
0.
50.
40.
30.
20.
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 18/40
$ambar . Pre%alensi sindrom metabolik berdasarkan I:9PE I7=I9S 111
berdasarkan jenis kelamin dan rasGetnis (6ord et al, 2002).
-i =sia pre%alensi SM ber%ariasi di tiap Iegara berturut5turut adalah ,
di :hina, 'ai!an (#, ), Palestina dan 8man Masing5masing , ietnam
(+,#), 7ongkong (22), 1ndia (2#,+), "orea (2+), iran (0) (1-6, 200).
7asil penelitian Park et al (2004) terhadap orang de!asa "orea Selatan diperoleh
bah!a pre%alensi SM meningkat sesuai dengan perkembangan umur dimana pada
perempuan pre%alensinya meningkat pada umur #0 tahun. Menopause merupakan
aktor yang berkontribusi pada peningkatan ini. Pada tabel 4 dapat dilihat beberapa
pre%alensi sindrom metabolik yang menggunakan kriteria W78 (W78, ).
18
40.
30.
20
10.
0.
(exican
ot-er
White
African
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 19/40
'abel 4. Pre%alensi sindroma metabolik menggunakan kriteria W78
NearaKelompok
Um%r -'+
Pre/alensi -0
Pria !anita
1ndia 205# ,4 4,#
1ran F20 24,0 42,0
Me@i3o 205 'otal 2,Skotlandia 4#54 2,2 5
'urki F 2,0 +,
=ustralia F24 ,# ,2Maunitius F24 0, 4,
Peran3is 054 0,0 ,0=merika Serikat(=merika asli)
4#54 4, #,
=merika Serikat
(6ilipina =merika)#05 5 4,#
=merika serikat (6ord,dkk)
F 24,2 2,#
=merika Serikat (meigs,
dkk)
05 2, 2,4
=merika Serikat (Ion5
hispani3)
05 24, 2,
=merika serikat(Meksiko5=merika)
05 2,0 2,+
Sedangkan dengan menggunakan kriteria I:9P ='P 111 distribusinya dapat
dilihat pada tabel # berikut (=driansjah dan =dam, 200/ 6ord, 2002). -i 1ndonesia,
pre%alensi SM terus meningkat seiring dengan perubahan pola dan tara hidup. -ata
dari 7impunan Studi 8besitas 1ndonesia (71S8;1) menunjukkan pre%alensi SM
sebesar , (6attah, 200). Penelitian di Makassar yang melibatkan 0 orang
pria berusia antara 05# tahun dan menggunakan kriteria I:9P ='P 111 dengan
ukuran lingkar pinggang yang disesuaikan untuk orang =sia (menurut klasiikasi
19
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 20/40
usulan W78 untuk orang de!asa, yaitu L 0 3m untuk pria dan L +0 3m untuk
!anita) ditemukan pre%alensi sebesar , . Pre%alensi lebih tinggi yaitu sebesar
2,0 , ditemukan pada subyek dengan obesitas sentral. (=driansjah dan =dam,
200/ 6ord, 2002).
'abel #. Pre%alensi sindroma metabolik menggunakan kriteria I:9P ='P 111
NearaKelompok Um%r
-'+
Pre/alensi -0
Pria !anita=ustralia F# 2#,2 ,
1nggris (;alkau, dkk) 405# F44,+ F,1nggris (;alkau, dkk) 405# F2, F,
Peran3is (;alkau, dkk) 05# F2,# F,
Peran3is (Mar>ues5idal, dkk) #54 2,0 2,0
;elanda 2050 F,2 F,Mauritius F24 20, ,
=merika serikat (6ord, dkk) 4054 4, 2,
=merika Serikat (meigs, dkk) 05 0, +,=merika Serikat (Ion5hispani3) 05 24, ,2
=merika serikat (Meksiko5=merika)
05 2,0 2+,
6enotip obesitas pada beberapa kelompok etnis di negara sedang
berkembang menunjukkan perbedaan daripada yang terlihat pada orang kaukasian
putih pada negara maju. ;eberapa in%estigasi juga menunjukkan bah!a orang
=sia memiliki lemak tubuh yang lebih banyak utamanya di =sia Selatan
dibandingkan dengan orang kaukasian putih pada le%el ;M1 yang sama (-udeja,
200/ -eurenberg, 2000/ ?ajnik, 2002).&aji et al menunjukkan bah!a pada nilai ;M1 yang sama, migran =sian
1ndians memiliki lemak abdominal total dan intraabdominal yang lebih besar
20
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 21/40
se3ara signiikan dibanding orang "aukasian putih di Knited States. =sian 1ndians
memiliki glu3ose disposal rates lebih rendah selama the hyperinsulinemi3
eugly3emi3 3lamp, higher pro3oagulant tenden3y, dan dyslipidemia dibanding
dengan :au3asian putih (:handalia, / &aji et al, 200). Penting di3atat
bah!a =sian 1ndians memiliki kadar hepati3 trigly3erida yang lebih tinggi, yang
dihubungkan dengan kadar insulin yang tinggi dan adiponektin yang rendah
daripada :au3asian Putih.
Selain itu kebanyakan negara5negara berkembang di =sia, =merika Aatin
dan =rika Iorthern dan 'imur 'engah umumnya terjadi perubahan diet termasuk
peningkatan konsumsi lemak, utamanya lemak dari he!ani dan gula serta intake
sereal dan serat yang rendah. 7al yang penting bah!a kebanyakan orang5orang
yang S9S rendah dan tinggal di negara sedang berkembang pada a!alnya kurus.
Iamun ketika bermigrasi dari rural area ke kota metropolitan, mereka dengan
3epat memperoleh aktor risiko dihubungkan dengan urbanisasi meskipun sisa
pada S9S yang sama pada habitat sebelumnya. "hususnya mereka mulai
merokok, mengkonsumai alkohol dan pola konsumsi yang tidak seimbang serta
memiliki sedentary job (Misra et al, 200/ Misra and "hurana, 200+).
Sur%ey W78 (20025200) terhadap 22,02 orang de!asa dari # negara,
kebanyakan negara sedang berkembang yaitu sekitar ## laki5laki dan 20
perempuan berisiko mengalami penyakit kronis akibat kurang berakti%itas
($uthold et al, 200+). Pre%alensi akti%itas isik lebih sedikit dibanding jumlah
yang direkomendasikan, tinggi pada negara sedang berkembang yaitu dengan
range hingga (Misra and "hurana, 200+).
21
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 22/40
A. )AK'"$ $ISIK" SIND$"MA ME'AB"LIK
6aktor risiko untuk Sindrom Metabolik adalah hal5hal dalam kehidupan yang
dihubungkan dengan perkembangan penyakit se3ara dini. =da berbagai ma3am aktor
risiko SM, antara lain adalah gaya hidup (pola makan, konsumsi alkohol, rokok, dan
akti%itas isik), sosial ekonomi dan genetik serta stres.
1. a2a +id%p
Meningkatnya obesitas yang merupakan komponen utama SM tak lepas
dari berubahnya gaya hidup, seperti lie sedentarian, pola konsumsi yang tidak
seimbang, Studi yang dilakukan oleh &esear3h 'riangle institute 1nternational,
dan dibiayai oleh :-:Os -i%ision o Iutrition and Physi3al =3ti%ity
menggunakan latar belakang data dari sur%ei nasional di =merika yang dilakukan
+0 dan 0 ternyata menunjukkan hubungan pre%alensi obesitasGberat badan
lebih dan jumlah jam yang dipakai anak5anak untuk nonton ' (=rie, 200+).
Merebaknya restoran ast ood turut menyumbang peningkatan berbagai
penyakit. 6ast ood jarang menyajikan makanan berserat. Menu yang tersaji
3enderung banyak mengandung garam, lemak dan kolesterol. "onsumsi lemak
1ndonesia meningkat (0,4 dari total konsumsi energi pertahun dan +, tahun
0)(;adan pusat statistik). 7asil penelitian menunjukkan bah!a hampir seluruh
penduduk () umur # tahun ke atas kurang mengkonsumsi sayur dan buah.
Aebih banyak penduduk kurang berakti%itas (+4,) dibanding yang tidak
berakti%itas (,) (Susenas 2004).
7asil penelitian 9smaill<adeh (200) di 'ehran 1ran diperoleh bah!a
konsumsi sayur yang tinggi dihubungkan dengan rendahnya risiko kejadian
22
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 23/40
sindrom metabolik. 'idak ada hubungan signiikan antara konsumsi buah dengan
rendahnya kadar kolesterol 7-A. Studi 3ross se3tional lain pada de!asa muda
menunjukkan bah!a seseorang dengan sindrom metabolik se3ara signiikan
memiliki konsumsi sayur dan buah yang rendah dibanding yang tidak memiliki
risiko metabolik.
"onsumsi tinggi serat menjadi perhatian saat ini, dihubungkan dengan
penurunan insiden beberapa kelainan metabolik seperti hipertensi, diabetes,
obesitas dan juga penyakit jantung dan kanker kolon (Pitsa%os, 200). "onsumsi
gula dengan pemanis yang rendah energi atau karbohidrat kompleks
direkomendasikan dalam mengurangi intake energi dan menurunkan berat badan
(ermunt et al, 200).
'ubuh membutuhkan serat. -alam saluran pen3ernaan, serat larut
mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dan kemudian dikeluarkan
bersama tinja . dengan demikian makin tinggi konsumsi serat larut (tidak di3erna,
namun dikeluarkan bersama eses), akan semakin banyak asam empedu dan
lemak yang dikeluarkan oleh tubuh. -alam hal ini serat membantu mengurangi
kadar kolesterol dalam darah. Serat larut air menurunkan kadar kolesterol darah
hingga # atau lebih. Serat larut yang terdapat dalam buah5buahan, sayuran, biji5
bijian (gandum), dan ka3ang5ka3angan. Pektin (serat larut air dari buah) dapat
menurunkan kadar kolesterol A-A (suyono, 200).
;anyak studi menyebutkan bah!a pentingnya konsumsi sayur dan buah
terhadap berbagai penyakit kronis. "onsumsi sayur dan buah dapat mengurangi
23
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 24/40
risiko sindrom metabolik melalui kombinasi dari antioksidan, serat, potassium,
magnesium dan photo3hemi3al lainnya. "onsumsi sayur dan buah dihubungkan
dengan penurunan risiko penyakit jantung koroner. "onsumsi sayur dan buah
menurunkan risiko penyakit jantung melalui penurunan konsentrasi :&P yang
merupakan marker inlamasi. -alam penelitian ini pula ditunjukkan bah!a
konsumsi dari -=S7 (-ietary =pproa3hes to Stop 7ipertension) diet antara lain
diet kaya sayur dan buah, memiliki eek yang menguntungkan pada kejadian
sindrom metabolik (9<maill<adeh et al, 200). 9sposito et al menunjukkan
bah!a Mediterranien diet yang kaya buah dan sayur, menurunkan marker
inlamasi dan disungsi endotel. "onsumsi L # porsi sayur dan buah sehari
direkomendasikan untuk mengurangi risiko penyakit kronis (9smaill<adeh et al,
200 /9sposito et al, 2004).
Sayur dan buah adalah sumber dari berbagai nutrient seperti %itamin,
mineral, serat dan berbagai jenis biologi3al a3ti%e. ;iologi3al a3ti%e 1ni dikenal
dengan itokimia yang termasuk sebagai antioksidan, menurunkan agregasi
platelet dan metabolisme kolesterol serta menurunkan tekanan darah (Aipoeto,
2002).
Suatu studi epidemiologi menge%aluasi hubungan antara akti%itas isik
dan pre%alensi sindrom metabolik yaitu =''1:= Study. 7asilnya menunjukkan
bah!a akti%itas isik !aktu senggang ringan hingga sedang (mengeluarkan H
k3alGmin ) dihubungkan dengan pre%alensi SM pada 042 laki5laki dan !anita
dari populasi umumnya. 'he :enter or -iseases :ontrol and Pre%ention and
24
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 25/40
=meri3a :ollege o Sport Medi3ine merekomendasikan akti%itas isik dengan
intensitas sedang sedikitnya 0 menit. "adar akti%itas ini dapat ditoleransi oleh
de!asa muda maupun yang tua (Pitsa%os, 200).
=kti%itas isik juga memberikan eek yang menguntungkan terhadap
tekanan darah. Pada dasarnya, saat ini sudah diterima bah!a e@er3ise pada le%el
moderate dapat menurunkan tekanan darah se3ara signiikan pada pasien dengan
hipertensi esensial ringan hingga sedang. =kti%itas isik juga memberikan eek
yang signiikan terhadap kadar lipid darah. 'he Pa!tu3ket 7earth Study grup
melaporkan bah!a akti%itas isik berhubungan signiikan dengan peningkatan
kadar 7-A kolesterol (Pitsa%os,200).
-alam hubungannya dengan tekanan darah, penelitian yang dilakukan
oleh Paenbarger di =merika Serikat terhadap kelompok mahasis!a menemukan
bah!a insiden hipertensi 20 hingga 40 lebih rendah pada mereka yang
melakukan akti%itas olahraga sedikitnya # jam per minggu daripada mereka yang
kurang akti (7ayens et al.,200).
$aya hidup merokok juga berpengaruh terhadap meningkatnya penyakit
kronis. Penelitian yang dilakukan oleh Aipid &esear3h Program Pre%alen3e Study
menunjukkan bah!a mereka yang merokok 20 batang atau lebih perhari
mengalami penurunan 7-A sekitar untuk laki5laki dan 4 untuk
perempuan, dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok (Soeharto, 2004).
;erdasarkan penelitian kohort -ede "usmana selama tahun di *akarta,
pre%alensi perokok pada tahun ++ pada pria 1ndonesia 3ukup tinggi yaitu #,
25
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 26/40
dan +, pada !anita, disamping yang sudah dikeluarkan sebesar #. dan
0. se3ara berturut5turut. "ebiasaan merokok dimulai pada usia + tahun dan
yang paling tertua #0 tahun. *umlah rokok yang dikonsumsi mulai dari 5
batang sampai lebih dari batang perhari. &okok kretek merupakan pilihan
pertama dibandingkan dengan jenis rokok lainnya. &isiko kejadian penyakit
kardio%askuler se3ara signiikan kali lebih besar pada orang yang merokok
dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, dan juga kali lebih besar pada
orang yang merokok kretek ("usmana, 200).
?ang terpenting dari rokok adalah jumlah batang rokok yang dihisap,
bukan lamanya !aktu seseorang telah merokok (Soeharto, 2004). 8rang yang
merokok F 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat eek dua
aktor utama risiko (hipertensi dan hiperkolesterol) (=n!ar, 2004).
7asil penelitian Ieunteul et al (2002) menunjukkan bah!a nikotin
meyebabkan disungsi endotel akut pada perokok jangka panjang. mg nikotin
menyebabkan disungsi endotel di arteri bra3hial pada perokok kronis. Merokok
sigaret menyebabkan konstriksi immediate arteri koroner epi3ardial dan
peningkatan resistensi %essel tone di arteri koroner meskipun kebutuhan oksigen
miokardial meningkat. Mekanisme merokok menyebabkan disungsi endotel
terungkap. Stress oksidati memediasi eek yang kurang baik dari rokok yang
mengandung banyak radikal bebas seperti radikal supero@ide anion dan hidroksil
yang menurunkan I8 (nitrit oksida) yang dilepaskan dari endotelium. Iikotin
menyebabkan disungsi endotel dengan peningkatan oksidati stress.
26
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 27/40
Studi eksperimental yang baru juga menunjukkan bah!a merokok dapat
merusak kerja insulin se3ara akut, pada subjek baik yang sehat maupun pada
pasien Ion5insulin -ependent -iabetes Mellitus (I1--M) ('argher, ).
Weight gain umumnya terjadi pada orang yang berhenti merokok dan
paling tidak sebagian dimediasi oleh nikotin. Weight gain dari 52 kg pada
beberapa minggu pertama biasanya diikuti dengan penambahan 25 kg weight
gain dalam 45 bulan. &ata5rata !eight gain yakni 45# kg, namun bisa saja lebih
besar dari itu.
7ubungan antara merokok dan obesitas belum sepenuhnya dipahami. -i
satu sisi nikotin meningkatkan energi e@penditure (99) dan mengurangi nasu
makan, yang dapat menjelaskan mengapa perokok 3enderung mengalami
penurunan berat badan dibanding yang tidak merokok dan mengapa berhenti
merokok sering diikuti dengan kenaikan berat badan. "eper3ayan populer
diantara perokok dan bukan perokok bah!a merokok merupakan salah satu 3ara
untuk mengontrol berat badan. -i sisi lain, penelitian mengindikasikan bah!a
perokok berat (merokok dalam jumlah yang lebih banyak) memiliki berat badan
yang lebih tinggi dibanding perokok ringan, dan terdapat pengelompokan
merokok, obesitas dan status ekonomi rendah, hanya pada negara maju. =khirnya
terdapat peningkatan bukti bah!a merokok bereek tehadap distribusi lemak
tubuh yang berhubungan dengan obesitas sentral dan resistensi insulin (:hiolero,
200+).
27
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 28/40
Merokok bereek terhadap berat badan dapat menyebabkan kurangnya
berat badan akibat meningkatnya metaboli3 rate, penurunan eisiensi metabolik
atau penurunan absorpsi kalori (mengurangi nasu makan), yang semuanya
berhubungan dengan penggunaan tembakau. 9ek metabolik merokok dapat
menjelaskan rendahnya berat badan yang ditemukan pada perokok. Merokok satu
batang menyebabkan peningkatan 99 dalam !aktu 0 menit (-allosso,
+4), merokok 4 batang rokok yang mengandung 0,+mg nikotin meningkatkan
99 , dalam jam. Pada perokok reguler yang metabolismenya diperoleh dari
metaboli3 !ard, merokok 24 batang dalam sehari meningkatkan total 99 dari
220 sampai 244# "3alGhari dan stimulasi akti%itas sistem ner%ous simpateti3
terlibat. 9ek merokok terhadap 99 pada obesitas masih lemah. 1ni juga
tergantung pada akti%itas isik dan olahraga. Pada perokok berisiko tinggi
mengalami hipertiroidisme dibanding bukan perokok sehingga dapat
meningkatkan metaboli3 rate (=s%old et al, 200)
=kti%itas isik dapat meningkatkan metaboli3 rate sehingga dapat
membantu mengontrol berat badan namun, perokok 3enderung untuk kurang
berakti%itas dibanding yang tidak merokok. ("lesges et al, 0 dalam :hiolero,
200+).
28
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 29/40
$ambar 20. 7ubungan antara merokok, resistensi insulin dan akumulasi lemak
%iseral dengan sindrom metabolik dan resistensi insulin.7ubungan antara merokok dan akumulasi lemak %iseral dapat
dijelaskan oleh masuknya akti%itas isik yang rendah dan
makanan tidak sehat yang sering ditemuai pada perokok sebagai pengganggu.
,. enetik
6aktor keturunan mempengaruhi obesitas dan hal ini dihubungkan dengan
enotip. Pada akhir tahun 2002, lebih dari 00 gene, penanda dan kromosom telah
dihubungkan dengan enotip obesitas. Penelitian tentang gen ini telah
mengidentiikasi + uantitati!e "rait #oci $"#s% manusia dan + 'As dari
he!an per3obaan untuk obesitas.
;eberapa penelitian yang berhubungan dengan gen obesitas menunjukkan
bah!a terdapat beberapa gen yang dapat mempengaruhi kejadian obesitas. $en the
beta5 adrenergi3 re3eptor (=-;&) adalah gen yang paling banyak di uji dan telah
menunjukkan hubungan dengan terjadinya obesitas. $en5gen lain yang juga telah
29
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 30/40
diteliti dalam lima model penelitian berbeda yang dapat mempengaruhi obesitas
adalah gen A9P&, gen =-;&2, gen A9P,gen K:P2, $en K:P, gen $I;, gen
A-A&, 'I6&S61 ;, P8M:, =P8;,=P8- dsb (;ray, 200).
;esarnya pengaruh genetik ber%ariasi dari # Q 0. Pada beberapa orang
aktor genetik merupakan penentu utama, sedangkan pada orang lain aktor
lingkungan merupakan penentu utama, namun tanpa asupan berlebihan obesitas tidak
timbul, jadi peranan lingkungan memasilitasi ekspresi berbagai gen obesitas
($arro!, ++). 7asil penelitian Mayers menunjukkan bah!a kemungkinan seorang
anak obesitas 40 bila salah seorang dari orangtuanya obesitas dan sebesar +0 jika
kedua orang tuanya obesitas serta jika kedua orangtuanya tidak obesitas (Siregar,
200).
(. Sosial ekonomi
Kmumnya pre%alensi obesitas lebih tinggi pada !anita dan orang dengan
sosial ekonomi rendah (*ordan et al, 200+). -i negara5negara maju seperti =merika
dan =ustralia, obesitas lebih banyak ditemukan pada mereka dengan sosial ekonomi
rendah, yaitu sekitar 52 kali lebih banyak dibanding mereka dengan sosial ekonomi
tinggi. Penelitian Sobal dan Stunkarrd menguji 44 penelitian yang menghubungkan
antara sosial e3onomi3 status (S9S) dan obesitas pada tahun + menyimpulkan
bah!a, di negara maju kelompok !anita dengan S9S rendah memiliki pre%alensi
obesitas kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok !anita dengan S9S tinggi
(:ra!ord et al, 200#).
30
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 31/40
-i negara berkembang seperti =rika dan =sia, angka kejadian obesitas lebih
sering terdapat di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan artinya
kejadian obesitas lebih sering ditemukan pada golongan sosial ekonomi tinggi.
Pre%alensi 8besitas di =rika Ktara sama tinggi dengan kejadian di =merika Serikat
dan Mesir, 0 !anita da 4+ pria mengalami o%er!eight dan obesitas. Penelitian
eek obesitas terhadap penyakit kronik yang didiagnosis dokter pada studi empiris di
=rika Ktara dan Senegal ditemukan bah!a responden di =rika Ktara lebih
berpendidikan dan mempunyai akses yang lebih baik terhadap penyimpanan air
daripada di Senegal dengan $-P perkapita di =rika Ktara lebih besar , kali
dibandingkan di Senegal. &ata5rata ;M1 di =rika Ktara adalah 2, dan di Senegal
22,, dimana pre%alensi obesitas di =rika Ktara sebanyak 2,+ dan di Senegal
hanya ,# (Misra, 200).
6ernald (200), dalam penelitiannya menyatakan terdapat hubungan antara
;M1, status sosio5ekonomi dan konsumsi air minuman ringan di negara sedang
berkembang. Kntuk negara maju, tingginya obesitas berhubungan se3ara terbalik
dengan status sosio5ekonomi, terutama untuk !anita tetapi tidak bagi laki5laki atau
anak. Iamun bagi negara sedang berkembang tidak demikian terdapat hubungan
positi antara status sosio5ekonomi dengan obesitas bagi kedua gender.
Seiring dengan meningkatnya tara kesejahteraan masyarakat, jumlah
penderita kegemukan (o%er!eight) dan obesitas 3enderung meningkat. -i 1ndonesia,
masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gi<i lebih ini mulai mun3ul pada a!al tahun
05an. Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi
31
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 32/40
tertentu, terutama di perkotaan, menyebabkan adanya perubahan pola makan dan pola
aktiitas yang mendukung terjadinya peningkatan jumlah penderita kegemukan dan
obesitas (=lmatsier, 2004).
-alam penelitian tentang obesitas pada daerah kumuh di 1ndia diketahui
bah!a masyarakat pedesaan ini bermigrasi ke kota metropolitan dengan harapan
dapat mengubah gaya hidupnya. -i daerah perkotaan akhirnya mereka bermukim di
daerah kumuh dan bekerja serabutan (Misra, 200). 7al ini menyebabkan perubahan
pada pola makan, terpaparnya stress, dan menurunnya aki%itas isik, meningkatnya
kegiatan merokok dan konsumsi alkohol, dimana gaya hidup tersebut menjadi aktor
resiko terjadinya obesitas. ;agaimanapun juga, di negara5negara berkembang,
kelangkaan dan kekurangan pangan masih menjadi masalah, namun ke3enderungan
akan kejadian penyakit tidak menular pada masyarakat miskin perlu menjadi
perhatian. Pada penelitian Sa!aya di ;ra<il melaporkan kejadian obesitas sebesar
,4 pada anak laki5laki dan +, pada anak perempuan dari 24 subyek yang
bermukim di kota5kota pondok. 'erdapat 0 pre%alensi kurang gi<i, dan +50
anak stunting, namun se3ara bersamaan diketahui bah!a pre%alensi o%er!eight dan
obesitas 3ukup tinggi yakni masing5masing , dan 4, (6loren3io, et al, 200).
?ang menjadi penyebab tinggi pre%alensi obesitas pada populasi S9S rendah
adalah perubahan gaya hidup dan pola makan desa menjadi lebih modern yang tinggi
akan lemak dan rendah serat. Mereka yang biasanya bekerja menjadi petani dengan
tingkat akti%itas yang tinggi telah berubah menjadi pedagang kaki lima dengn
akti%itas isik yang rendah. 6aktor lain yang mempengaruhi yakni adalah akti%itas
32
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 33/40
hypothalamus pituitary adreno3orti3al, aktor psikososial, dan reaksi isiologis tubuh,
serta aktor genetik (:ra!ord, 200#).
Pre%alensi 8besitas 3enderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat
sosial ekonomi rendah baik di =merika Serikat dan di negara lainya. 7ubungan
terbalik antara sosioe3onomi3s status (S9S) dan kejadian o%er!eight pada orang
de!asa dan anak5anak, di3ontohkan pada Studi Minnesota heart. 8rang5orang
dengan sosial ekonomi tinggi lebih perduli dengan kontrol berat badan mereka,
termasuk dengan e@er3ise dan 3enderung makan makanan rendah lemak. Pada studi
Iational 7eart, lung and blood institute gro!th and health menunjukkan bah!a S9S
dan o%er!eight diasosiasikan dengan suku kaukasian anak usia 5dan 0 tahun serta
ibunya, tetapi tidak pada anak =merika dan =rika. Wanita =rika =merika dari
segala usia lebih banyak mengalami obesitas dibandingkan !anita suku kaukasian
(:ra!ord, 200#).Sebuah studi mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dan hipertensi
pada !anita di "abupaten Sukoharjo (&ebe33a, 200+) diperoleh berdasarkan hasil
analisis, dapat disimpulkan antara lain bah!a tingkat pendidikan berhubungan
signiikan dengan hipertensi pada !anita di "abupaten Sukoharjo. Wanita
berpendidikan SMPGSMK mempunyai risiko seperlima lebih ke3il untuk mengalami
hipertensi dibandingkan dengan yang berpendidikan S-G'idak Sekolah (8& R 0,2/
:1 # R 0,4# Q 0,). Wanita berpendidikan P' mempunyai risiko sepersepuluh
kali lebih ke3il untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan yang
berpendidikan S-Gtidak sekolah (8& R 0,0/ :1 # R 0,02 Q 0,#) (&ebe33a, 200+).
33
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 34/40
7asil penelitian juga menemukan bah!a pendidikan rendah (H2 tahun)
berhubungan dengan SM pada !anita, (8& ,/ # :l, ,52,24) dan kurang
pada laki5laki dibanding pendidikan tinggi (F2 tahun). (Aouks et al, 200), hal yang
sama juga ditemukan pada penelitian Santos (200+) yang menemukan bah!a sindrom
metabolik se3ara signiikan lebih sering pada !anita (24, %s ,4 pH0,00). Peluang
!anita meningkat siring dengan penambahan usia, kelas sosial yang kurang baik yang
digambarkan dengan pekerjaan dan penurunan tingkat pendidikan.
7ubungan antara S9S dan aktor risiko :- sangat kuat dan konsisten
terhadap pendidikan, menunjukkan risiko tinggi diabetes dan obesitas yang
dihubungkan dengan rendahnya tingkat pendidikan. Studi *atson et al melaporkan
hasil yang sama, menunjukkan bah!a kadar glukosa darah berbanding terbalik
dengan tingkat pendidikan (Stelma3h et al, 2004).
*enis pekerjaan dihubungkan dengan kejadian obesitas. 7asil penelitian
=rambepola (200) menemukan bah!a obesitas abdominal lebih banyak pada
laki5laki yang memiliki pekerjaan sedentarian (proesional, manager, tata usaha) dan
hanya pada mereka yang memiliki pekerjaan akti yang tinggi (petani, nelayan,
tukang kayu).
34
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 35/40
BAB III
PENU'UP
A. Kesimp%lan
;erdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut E
. Sindrom metabolik (SM) adalah kondisi dimana seseorang memiliki
tekanan darah tinggi, obesitas sentral dan dislipidemia, dengan atau tanpa
hiperglikemik. "riteria yang sering digunakan untuk menilai pasien SM
adalah I:9P5='P 111, yaitu apabila seseorang memenuhi dari # kriteria
yang disepakati, antara lainE lingkar perut pria F 02 3m atau !anita F ++
3m/ hipertrigliseridemia (kadar serum trigliserida F #0 mgGdA), kadar
7-A5: H 40 mgGdA untuk pria, dan H #0 mgGdA untuk !anita/ tekanan
darah F 0G+# mm7g/ dan kadar glukosa darah puasa F 0 mgGdA.
2. 9tiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui se3ara pasti. Suatu
hipotesis menyatakan bah!a penyebab primer dari Sindrom Metabolik
adalah resistensi insulin Patoisiologi SM masih menjadi kontro%ersi,
namun hipotesis yang paling banyak diterima adalah resistensi insulin.
8besitas merupakan komponen utama kejadian SM, namun mekanisme
yang jelas belum diketahui se3ara pasti. 8besitas yang diikuti dengan
meningkatnya metabolisme lemak akan menyebabkan produksi &ea3ti%e
8@ygen Spe3ies (&8S) meningkat baik di sirkulasi maupun di sel adiposa.
Meningkatnya &8S di dalam sel adipose dapat menyebabkan
35
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 36/40
keseimbangan reaksi reduksi oksidasi (redoks) terganggu, sehingga en<im
antioksidan menurun di dalam sirkulasi. "eadaan ini disebut dengan stres
oksidati. Meningkatnya stres oksidati menyebabkan disregulasi jaringan
adiposa dan merupakan a!al patoisiologi terjadinya SM, hipertensi dan
aterosklerosis.
. Pre%alensi SM -i dunia adalah 2052# . Pre%alensi sindrom metabolik
sangat ber%ariasi oleh karena beberapa hal antara lain ketidakseragaman
kriteria yang digunakan, perbedaan etnisGras, umur dan jenis kelamin.
Walaupun demikian pre%alensi SM 3enderung meningkat oleh karena
meningkatnya pre%alensi obesitas maupun obesitas sentral. penelitian
terhadap urban ;ra<il ditemukan pre%alensi SM lebih tinggi pada pria
muda dibanding !anita. Iamun seiring dengan pertambahan umur,
pre%alensinya meningkat pada !anita.
6aktor resiko SM meliputi gaya hidup (pola makan, merokok, akti%itas
isik), geneti3, so3ial ekonomi.
36
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 37/40
DA)'A$ PUS'AKA
=drianjah, 7 dan =dam, *., 200. Sindroma MetabolikEPengertian, 9pidemiologi, dan
:riteria -iagnosis. &nformasi laboratorium prodia Io.4G200.
=lmatsier, S., 200#. 'rinsip Dasar &lmu (i)i. *akartaE P'. $ramedia Pustaka Ktama.
=ngraeni, -., 200. Me!aspadai =danya Sindrom Metaboli3. (8nline).
(httpEGGlab3ito.3o.id., diakses 24 -esember 200+
=n!ar, '., 2004. 6aktor risiko penyakit jantung koroner. 6akultas "edokteran
Kni%ersitas Sumatera Ktara. (online)
(httpEGGlibrary.usu.a3.idGdo!nloadGkGgi<i5bahri0.pd , -iakses *anuari
200)
=rambepola, :. et al, 200. $ender -ierential o =bdominal 8besity =mong the
=dults in the -istri3t o :olombo, Sri Aangka. Pre%enti%e Medi3ine 44
(200) 254. (online, !!!.s3ien3edire3t.3om -iakses + -esember
200)
=rie, 1. 200+. men3egah obesitas dengan mengurangi !aktu nonton t%. artikel.
(online) (!!!.pjnhk.go.id.G%ie!G+0+G, diakses *anuari 200)
;PS. 200#. Aaporan 7asil Susenas 2004
;ray, $9., &yan, -7. 200. 8%er!eight and 'he Methaboli3 SindromeE rom ;en3h
to ;edside. Springer S3ien3e.
:eriello =, Mot< 9. 1s 8@idati%e Stress the Pathogeni3 Me3hanism Knderlying
1nsulin &esistan3e, -iabetes and :-T, *rterioscler "hromb +ac io
2004 / 24 E +5+2.l
$u -, &eynolds ", Wu B, :hen *, -uan B, &eynolds &6, Whelton P", 7e *, 200#.
Pre%alen3e o 'he Metaboli3 Syndrome and 8%er!eight =mong =dults in:hina. #ancet #E+Q40#
7adju, ., 200. ahan acaan Mata uliah Dieteti Masyaraat . Makassar. *urusan
$i<i 6"M Knhas.
37
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 38/40
7ayens, ;., et al, 200. uu 'intar Menaluan /ipertensi. *akartaE
Aadangpustaka N 1ntimedia.
1-6. 200#. "he &DF :on3en3us World!ide -einition o the Metaboli3 Syndrome.
(online) (!!!.id.org, diakses 20 *anuari, 200)
1noue, S. Jimmet P. :aterson 1. 2000. "he *sia 'asific 'erspecti!e0 1edefining
Obesity and &ts "reatment. 7ealth :ommuni3ation. =ustralia.
1somaa ; et al. :ardio%as3ular morbidity and mortality asso3iated !ith the metaboli3
syndrome. Diabetes 2are. 200/24E+5+.
*ia, WP. "S Biang, A. :hen, *B Au, ?M. Wu. 9pidemiologi3al Study on 8besity and
1ts :omorbidities in Krban :hinese 8lder than 20 ?ears o =ge inShanghai :hina. Obesity 1e!iews, 2002 / E#Q#
"han &, ;use *, 6errannini 9, Stern M. 'he metaboli3 SyndromeE 'ime or a :riti3al
=ppraisalE *oin Statement rom the =meri3an -iabetes =sso3iation and
the 9uropean =sso3iation or the Study o -iabetes. Diabetes 2are 200#/
2+E 22+5204
"aplan, I.M. Smoking and hypertension. 200 (online)
(!!!.patientGautorG3ontent.doTtopi3keyRhiperten#0 diakses
Io%ember 200).
"im, ;.* et al. =sso3iation o Smoking status, Weight :hanges, and in3ident
Metaboli3 syndrome in Men E = 5?ear 6ollo!5Kp Study. -iabetes 3are,
200 (2E)
"im, -.M. et al. Iational Pre%alen3e o 8besityE Pre%alen3e o 8besity in "orea.
Obesity 1e!iew (200#) , 52.
"usmana, -., 200. &okok N kesehatan jantung. (online) (httpEGG!!!.kardiologi5
ui.3omGne!sread.phpTidR2 , diakses 2 -esember 200+)
Aipoeto, I., 2002. 2onsumption of Minangabau "raditional Food and
2ardio!ascular Disease in west sumatra, indonesia. Monash uni%ersity
Majalah 6arma3ia, 200. Stress 8ksidati, 6aktor Penting Penyulit as3ular. (online)(
!!!.3ombiphar.3omGahp, diakses 2 *anuari, 200)
38
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 39/40
Mar>ue<ine $., 6, 8li%eira :M, Pereira =:, "rieger *9, Mill *$, 200+ Metaboli3
Syndrome -eterminants in =n Krban Population rom ;ra<ilE So3ial
:lass and $ender5Spe3ii3 1ntera3tion. &nt 3 2ardiol 2E2#Q2#
Misra, =., et al., 200. 7igh Pre%alen3e o -iabetes, 8besity and -yslipiddaemia inKrban Slum Population in Iorthern 1ndia. &nternational 3ournal of
Obesity. Io%.200.ol 2#, Io.E2252.
Misra, =. and "hurana, A., 200+. 8besity and the metabolik syndrome in de%eloping3ountries. * :lin 9ndo3rinol Metab, Io%ember 200+, ()ESQS0.
(online) ( httpEGGj3em.endojournals.org, diakses 4 =pril 200).
Misra =, Sharma &, Pandey &M, "hanna I., 200. =d%erse Proile o -ietary Iutrients, =nthropometry and Aipids in Krban Slum -!ellers o
Iorthern 1ndia. 4ur 3 2lin Nutr ##E2Q4.
I7A;1. +. 2linical (uidelines on the &dentification, 4!aluation, and "reatment
of O!erweight and Obesity in *dults0 "he 4!idence 1eport . (8nline),
(!!!.nhlbi.nih.go%GguidelinesGobesityGobUgdlns.htm, diakses -esember
200+)
Pitsa%os, :. et al, 200. -iet, 9@er3ise and Metaboli3 Syndrome. 'he &e%ie! o
-iabeti3 StudiesE -81 0. 00T&-S.200..+ (online), (!!!. 'he5&-S.org, dikases 0 -esember 200+)
&aji =, Seely 9W, =rky &=, Simonson -:, 200. ;ody 6at -istribution and 1nsulin
&esistan3e in 7ealthy =sian 1ndians and :au3asians. 3 2lin 4ndocrinol
Metab +E#Q#
Sartika, :yntia &. 200. Penanda 1nlamasi, Stress 8ksidati dan -isungsi 9ndotel
pada Sindroma Metabolik . Forum Diagnosticum. Prodia -iagnosti3s
9du3ational Ser%i3es. Io. 2.
Shahab, =. 200. Sindrom Metabolik. Media inormasi 1lmu "esehatan dan
"edokteran. (online), (httpEG al!ia.3om, diakses 24 *anuari 200)
Soeharto, 1. , 2004. 'enyait 3antung oroner dan Serangan 3antung. *akartaE
$ramedia..
39
8/18/2019 140584829-B23-SINDROM-METABOLIK (1).docx
http://slidepdf.com/reader/full/140584829-b23-sindrom-metabolik-1docx 40/40
Stelma3h et al. 7o! in3ome and edu3ation 3ontribute to risk a3tors or
3ardio%askuler diseases in elderly in a ormer 3ommunist 3ountry. 'ublic
/ealth (2004) +, 4544.
Stibi3h, M., 200. =ge and 7igh ;lood Pressure. (online), (!!!.Medi3al &e%ie!
;oard about.3om, diakses Io%ember, 200)
Sto3ker &, "eaney *6. &ole o 8@idati%e Modii3ation in =thero3lerosis, 'hysiol 1e!,
2004 / +4 E +54+.
Suhardjo. +. Sosio udaya (i)i 'usat *ntar 5ni!ersitas 'angan dan (i)i . 1P;
;ogor.
Suyono, =, 200. Serat ;enteng 'erhadap =neka Penyakit. (online),(httpEGG!!!.suyono.!ordpress.3om, diakses 2 September 200+)
'argher, $., dkk., . :igarette Smoking and 1nsulin &esistan3e in Patients !ith Ioninsulin5-ependent -iabetes Mellitus. 3ournal of clinical
4ndocrinology and metabolism. (online), (!!!.j3em.endojournals.org,
diakses 22 6ebruari 200)
'jokropra!iro =. 200. Ie! =pproa3h in 'he 'reatment o '2-M and Metaboli3
Syndrome. "he &ndonesian 3ournal of &nternal Medicine. +E05.
ermunt et al. 9e3ts o Sugar 1ntake on ;ody WeightE = &e%ie!. Obesity 1e!iews
(200) 4, Q
Wamala, S.P. et al. -eterminat o 8besity in relation to so3ioe3onomi3 status among
middle aged S!edish !omen. 're!enti!e Medicine ol 2 1ssue #,
September , page 4544
W78. 2000. Obesity0 're!enting and Managing the (lobal 4pidemic. $ene%a.
Widjaya =, et al, 2004. 8besitas dan Sindrom Metabolik . Forum Diagnosticum. 4E5
?ajnik, 2002. 'he lie3y3le 9e3ts o Iutrition and ;ody Si<e on =dult =diposity,
-iabetes and :ardio%as3ular -isease. Obes 1e! E2Q224